(R K S)
KONSULTAN PERENCANA
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS)
DAFTAR ISI
Lingkup
Referensi
Pelaksanaan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Penyelesaian dan Penyerahan
BAGIAN TEKNIS
DUA
2.1. Dalam melaksanakan pekerjaan bila tidak ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan umum sesuai dengan
peraturan konstruksi bangunan dan infrastruktur bangunan yang ditentukan Pemerintah
Republik Indonesia, termasuk segala perubahan dan tambahannya, seperti PBI 1971 dan
SKSNI 1991, PPKI 1961 dan lain-lain.
2.2. Untuk melaksanakan pekerjaan, berlaku dan mengikat pula:
3.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar kerja (Detail Perencanaan) dan RKS (Rencana
Kerja dan Syarat-syarat) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
3.2. Bilamana terdapat ketidak sesuaian antara gambar dengan RKS, maka yang mengikat
dan berlaku adalah gambar. Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang
lain, maka gambar yang mempunyai skala lebih besar yang berlaku.
3.3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan
dapat menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada Pimpinan Proyek
atau Pengawas Lapangan yang ditunjuk Pihak PEMBERI TUGAS dan mengikuti
keputusannya.
PASAL 4. JADWAL PELAKSANAAN
4.1. Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, Kontraktor wajib membuat Rencana Pelaksanaan
secara terperinci berupa Barchart dan S-Curve.
4.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah diajukan kepada Pihak PEMBERI TUGAS, paling
lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah SPMK diterima Kontraktor.
4.3. Rencana Kerja yang telah disahkan oleh Pihak PEMBERI TUGAS harus ditempel di
bangsal/direksikeet lapangan, yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan
(Presentasi Kerja).
4.4. Pengawas Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan grafik
Rencana Kerja tersebut.
PASAL 5. LAPORAN
5.1. Kontraktor wajib membuat Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan
sebagai resume dari laporan harian dan mingguan selama masa pelaksanaan, yang akan
diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan dan Pimpinan Proyek yang memuat hal-
hal:
a. Jumlah tenaga menurut jenis/jabatan
b. Jumlah dan jenis bahan yang masuk yang disetujui dan ditolak
c. Kegiatan, volume dan satuan pekerjaan secara terperinci.
d. Keadaan cuaca dan kejadian-kejadian lain
e. Peralatan yang dipakai
f. Anjuran/perintah kepada Kontraktor.
5.2. Laporan harian ini dibuat dalam rangkap dan bentuk yang telah ditetapkan oleh Pihak
PEMBERI TUGAS.
6.1. Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasanya di lapangan atau biasa disebut Site
Manager, yang cakap untuk memimpin, bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
pekerjaan dan memiliki pengalaman teknis dalam pekerjaan bangunan. Penetapan ini
harus dikuatkan dengan Surat Tugas/ Surat Pengangkatan resmi dari Kontraktor ditujukan
kepada Pihak PEMBERI TUGAS.
6.2. Site Manager harus memiliki latar belakang pendidikan Teknik Sipil atau sederajat.
6.3. Selain Site Manager, Kontraktor diwajibkan pula, memberi tahu secara tertulis kepada
Pihak PEMBERI TUGAS susunan Organisasi Lapangan lengkap dengan nama dan
jabatannya masing-masing.
6.4. Bila kemudian hari menurut pendapat Pihak PEMBERI TUGAS atau Pelaksana Lapangan,
Site Manager kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor akan diberitahu
secara tertulis untuk mengganti Site Manager.
Dalam waktu 4 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Surat Pemberitahuan, Kontraktor harus
sudah menunjuk/mengajukan Site Manager baru untuk mendapat persetujuan Pihak
PEMBERI TUGAS.
PASAL 7. PEMERIKSAAN PEKERJAAN
7.1. Sebelum dimulai suatu pekerjaan yang bila bagian pekerjaan tersebut dilakukan
mengakibatkan tidak dapat diperiksanya pekerjaan yang telah dikerjakan, maka
Kontraktor diwajibkan secara tertulis meminta kepada Pimpinan Proyek memeriksa bagian
pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
7.2. Bila permohonan pemeriksaan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam
diterimanya permohonan (tidak terhitung hari libur atau hari besar lainnya) tidak dipenuhi,
maka Kontraktor bisa meneruskan pekerjaan tersebut dan dianggap bagian pekerjaan
tersebut telah diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan, kecuali bila secara resmi
Pengawas Lapangan meminta perpanjangan waktu pemeriksaan dan Kontraktor
menyetujuinya.
7.3. Bila ketentuan tersebut diatas dilanggar, maka Pengawas Lapangan berhak menyuruh
membongkar pekerjaan tersebut sebagian atau seluruhnya guna keperluan pemeriksaan.
Biaya-biaya yang timbul akibat hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7.4. Setiap akhir pekerjaan atau batas tahapan pekerjaan sesuai termin, dilakukan
Pemeriksaan Kemajuan Pekerjaan (opname) dan pemeriksaan pekerjaan dilakukan
bersama Kontraktor dan Pengawas Lapangan.
7.5. Hasil pemeriksaan tersebut dicantumkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
yang ditandatangani oleh Kontraktor, Pengawas Lapangan dan Pimpinan Proyek.
7.6. Berita acara tersebut digunakan sebagai dasar untuk permohonan pembayaran pekerjaan
atau borongan.
Pelaporan
Ketentuan didalam Buku Pedoman bahwa setiap kejadian kecelakaan atau kejadian berbahaya harus
dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum yang dalam hal
ini dapat diinterprestasikan Kadep atau Kanwil masing-masing.
Pengawasan
Selanjutnya SKB tersebut diatas menyebutkan bahwa pengawasan atas pelaksanaan ketentuan-
ketentuan didalam SK tersebut secara fungsional oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Departemen PU sesuai dengan ruang lingkup tugas dan tanggung jawab masing-masing,
Sanksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 01/MEN/1980 menyebutkan bahwa pelanggar ketentuan K3
Konstruksi dapat dipidana selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.
100.000,-.
Didalam SKB disebutkan bahwa Menteri PU berwenang memberi sanksi administrative terhadap pihak-
pihak yang tidak mentaati ketentuan K3 Konstruksi telah ditetapkan.
Organisasi K3 Konstruksi Pada Pelaksanaan Pekerjaan
Pada pelaksanaan suatu proyek, Penyedia Jasa pelaksana perlu membentuk organisasi K3 Konstruksi
dengan ketentuan sebagai berikut :
Ketentuan
• Penyedia Jasa harus menunjuk petugas k3 Konstruksi yang bertanggung jawab mengawasi
koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
• Petugas K3 Konstruksi harus bekerja full-time untuk mengurus dan menyelenggarakan K3
Konstruksi.
• Penyedia Jasa yang mempekerjakan pekerjaan dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi
dari sifat proyek memang memerlukan, wajib membentuk unit struktural dari organisasi Penyedia
Jasa.
• Petugas K3 konstruksi dan Unit Pembina k3 Konstruksi bekerja sebaik-baiknya dibawah
koordinasi Penyedia Jasa.
• Serta bertanggung jawab kepada Manajer Proyek.
Kewajiban Petugas K3 Konstruksi
• Melakukan latihan dan penerangan kepada tenaga kerja untuk dapat memahami kewajiban-
kewajibannya dalam pelaksanaan K3 Konstruksi.
• Mengusahakan pembuatan sarana dan prasarana yang diharuskan dalam K3 Konstruksi untuk
menghindari kecelakaan atau bahaya kesehatan pada penyelenggaraan proyek.
• Menyelenggarakan keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
• Memeriksa secara berkala semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
• Membuat laporan-laporan tentang kecelakaan kerja di lingkungan proyek kepada Departemen
Tenaga Kerja dan dapat diperiksa oleh Panitia Pembina K3 Konstruksi tentang pelaksanaan K3
Konstruksi di proyek.
Kewajiban Penyedia Jasa
• Menanggung biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan K3 Konstruksi.
• Jembatan harus dilengkapi dengan terali atau pagar pengaman yang tingginya antara 1 – 1,5 m
diatas lantai, terdiri dari 2 rel dan dilengkapi pinggir pengaman (toe board) tinggi 15 cm untuk
mencegah orang terpelest.
• Lebar jembatan harus cukup untuk rencana barang atau orang yang melewati, minimum 50 cm.
• Di dalam kondisi darurat perlu disediakan perahu penyelamat.
Pencegahan Terhadap Kebakaran
1. Alat
• Ditempat kerja harus selalu tersedia alat-alat pemadam kebakaran.
• Alat pemadam kebakaran harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang.
• Alat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
• Harus diletakkan ditempat yang mudah terlihat.
• Alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat/yang ada alat-alat pengelas, yang mudah
terbakar dan bahaya aliran listrik.
2. Petugas
• Semua pengawas dan beberapa tenaga kerja harus dilatih menggunakan alat pemadam
kebakaran.
• Orang yang terlatih dan cara menggunakan alat pemadam kebakaran harus selalu siap selama
jam kerja.
3. Pencegah dan Peringatan
• Perlu dihindarkan penempatan peralatan yang mudah mengakibatkan kebakaran pada bahan
yang mudah terbakar seperti kayu, terpal, bahan kanvas dan lain-lain.
• Menghindari penimbunan atau penempatan barang-barang yang mudah terbakar diruang yang
tidak terjaga keamanannya seperti : debu, serbuk gergaji, lap berminyak, potongan kayu, bahan-
bahan kimia, minyak solar atau bensin.
• Pengawasan secara rutin pada tempat-tempat dimana resiko kebakaran sangat besar.
• Tanda, petunjuk, sign dan peringatan atas : tempat/area yang berbahaya untuk umum, tampat
alarm atau alat pemadam kebakaran serta nomor telepon Dinas Pemadam Kebakaran.
Pencegahan Terhadap Benda-Benda Jatuh
Pada lokasi dimana kemungkinan terjadinya benda jatuh dari suatu ketinggian perlu dibuat
• Jaringan/jalan atau konstruksi pencegah (toe board atau perancah).
• Pemasangan pagar atau papan petunjuk tentang lokasi yang perlu dihindari.
• Alat atau konstruksi khusus untuk transportasi barang/material buangan dari ketinggian.
Perlindungan Terhadap Orang Jatuh
Kepada pekerja yang melakukan pekerjaan di ketinggian perlu dibuat atau dilengkapi failitas pencegah
atau alat bantu seperti :
• Pagar atau terali pengaman.
• Konstruksi tempat kerja yang kuat dan stabil.
• Pinggir pengaman (toe board) untuk menghindari kaki terpeleset.
Perancah
Dalam pelaksanaan pekerjaan di ketinggian yang tidak dapat dikerjakan secara aman, maka perlu
dibuat perancah dengan ketentuan sebagai berikut :
• Perancah harus dibuat dan dirubah oleh orang ahli.
• Untuk perancah dapat digunakan bahan sebagai berikut :
- Kayu untuk konstruksi harus berurat lurus, padat, tak ada mata kayu yang besar, kering, tidak
busuk, tidak ada cacat atau kerusakan yang memperlemah.
- Bambu dari jenis yang tebal, tua, kering, tidak lapuk, lurus, dipakai secara utuh, digunakan tali
pengikat dari tambang ijuk atau kawat dan dilarang untuk hanya menggunakan paku sebagai
pengikat.
- Besi pipa logam untuk konstruksi harus dari material yang baik, lurus dan bebas karat.
- Perancah gantung yang menggunakan tali harus mempunyai serat material yang baik, tidak
lapuk/berkarat atau kena asam atau bahan kimia.
- Papan lantai perancah harus tahan retak/pecah.
• Konstruksi perancah harus memenuhi syarat-syarat :
- Faktor pengaman sebesar 4 kali beban maksimal.
- Diberi penguat (braced) yang cukup sehingga stabil/tidak goyang.
- Tidak boleh melebihi angker yang tinggi.
- Konstruksi tiang (gelagar memanjang dan melintang) dihubungkan dengan kuat pada
tiang/tembok penyangga.
• Perancah harus secara periodik diperiksa (stabilitas, bahan, konstruksi dan sambungan-
sambungannya).
• Perancah yang dibuat dari kayu bulat (dolken) atau bambu harus memenuhi ketentuan :
- Tiang Vertikal
a. Penyambungan tiang vertikal harus overlap 1,5 m.
b. Sambungan harus menumpu di atas balok memanjang/melintang atau perletakan yang memadai.
c. Sambungan dilakukan dengan coakan (2 klaim bulat), pada tempat yang tidak menerima banyak
goyangan, kecuali untuk bambu tidak diperkenankan membuat coakan.
d. Pengaman atas benturan pada bagian bawah tiang perancah.
- Balok Memanjang
a. Jarak vertikal balok memanjang tidak boleh melebihi 4 m.
b. Sambungan balok memanjang harus diikat erat-erat menjadi satu dengan tiang vertikal.
c. Balok memanjang harus dipasang menerus pada seluruh panjang perancah.
d. Balok memanjang harus diberi palang penguat (braced) yang cukup.
- Balok Kopel
a. Tiang perancah yang dipasang pada suatu bangunan harus di kopel, secara diagonal dari atau ke
bawah pada seluruh panjangnya.
b. Balok kopel diikat erat pada balok memanjang dan tiang vertikal pada titik-titik silangnya.
c. Tiang perancah yang berdiri bebas harus dikopel dengan menggunakan palang penguat.
- Perancah Pipa Logam harus memenuhi ketentuan :
a. Pipa vertikal dan horizontal terpasang kuat satu dengan lainnya.
b. Harus dipasang palang penguat dengan arah diagonal.
c. Tidak boleh dipasang dengan jarak kurang dari 5 m dari jaringan/peralatan listrik.
d. Pipa harus mempunyai ukuran dan ukuran yang cukup untuk menahan beban, minimal diameter 5
cm.
Tangga
Dalam pelaksanaan pekerjaan Bangunan Air dengan konstruksi yang tinggi mungkin diperlukan
tangga.
1) Tangga Kerja
Tangga kerja menurut penggunaannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
• Tangga Kerja Sementara.
• Tangga Kerja Lepas.
Khusus untuk tangga kerja lepas, dapat diklasifikasikan menjadi :
• Tangga kerja lepas (kayu atau besi).
• Tangga yang dapat berdiri sendiri.
• Tangga yang dapat diperpanjang.
2) Umum
• Tangga yang terbuat dari kayu harus terbuat dari mutu yang kuat, tidak ada kerusakan dan kayu
yang arah seratnya memanjang.
• Tangga yang terbuat dari logam harus tidak licin, bersih dan tidak berkarat serta dicat dengan cat
anti karat.
• Jarak antara anak tangga harus sama, tidak boleh kurang dari 25 cm atau lebih dari 35 cm.
• Tangga kerja terbuat dari kayu tidak boleh dicat tetapi harus dipernis atau diberi pengawat yang
jernih (transparan).
• Tangga kerja yang dipergunakan dalam waktu lama perlu dirawat dan diadakan pemeriksaan
pada waktu-waktu tertentu.
• Jarak perletakan kaki bawah ke dinding sandaran harus lebih kurang ¼ panjang tangga.
• Pekerja yang menggunakan tangga harus :
- Kedua tangan bebas untuk memegang tangga dan tidak membawa beban berat.
- Menghadap tangga.
- Tidak menggunakan alas kaki yang licin.
• Tempat/kedudukan tangga harus dalam kondisi yang sempurna/stabil dan aman dari gangguan
kendaraan atau orang serta tidak diletakkan di depan pintu yang terbuka ke arahnya, dan terikat
kuat/tidak bergeser.
• Pengaman diperlukan bila dipakai di tempat ramai.
3) Tangga Lepas Dua Kaki
• Tinggi maksimal tangga lepas 9 m setiap perbedaan tinggi 9 m harus diberi bordes yang
mempunyai ukuran yang cukup dan mempunyai railing.
• Tangga kerja lepas yang terbuat dari kayu harus diberi besi pengikat silang untuk menjamin
kekuatannya.
• Setiap tangga lepas yang digunakan untuk hubungan tingkat harus :
- Paling sedikit 1 m lebih tinggi dari tingkat yang dituju.
- Satu dari kaki tangga diperpanjang ke atas 1 m untuk pegangan.
a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.
b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan
bukan miliknya.
c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
3. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan
mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara.
4. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang
bisa atau wajar dilalui.
5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
6. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
b. Jaminan Kematian (JK).
c. Jaminan Hari Tua (JHT).
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
Pelaksanaan
1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 10 (sepuluh) orang tenaga kerja atau
membayar upah kepada seluruh tenaga kerja, kerjanya paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta
rupiah) sebulan, wajib mengikut sertakan kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja.
2. Program jaminan sosial tenaga karja sebagaimana dimaksud di atas diselelnggarakan oleh Badan
Penyelenggara, dalam hal ini PT. Jamsostek.
3. Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga
kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar
menurut Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang
diselenggarakan oleh PT. Jamsostek.
4. Kepesertaan tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak dalam
program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih lanjut oleh Menteri.
5. Untuk tenaga kerja borongan dan tenaga kerja lepas diatur oleh :
a. Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. : KEP-
07/MEN/1984 dan No. : 30/KPTS/1984 tertanggal 29 Januari 1984, khusus bagi pekerja yang
bekerja di proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum.
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. : KEP.425/MEN/1984 tentang petunjuk pelaksanaan
Program Astek bagi tenaga kerja borongan/harian lepas pada Penyedia Jasa jasa konstruksi
khusus bagi pekerja pada :
• Proyek-proyek APBD, Inpres dan lain-lain, pemotongan iuran ASTEK dilaksanakan oleh
bendaharawan proyek.
• Proyek-proyek APBN, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa dengan menyetorkan
langsung ke bank yang ditunjuk atas rekening Perum ASTEK.
• Proyek-proyek swasta, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa/pemilik proyek pada saat
menerima Ijin Mendirikan Bangunan dan/atau Surat Ijin Pelaksanaan Pembayaran (SIPP).
6. Program asuransi ini memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap resiko kecelakaan
kerja yang meliputi seluruh biaya pengangkutan, pengobatan, perawatan di rumah sakit dan
tunjangan sementara tidak mampu bekerja, tunjangan cacat, tunjangan kematian dan biaya
penguburan.
7. Apabila ada yang mengalami kecelakaan kerja, tenaga kerja atau siapa saja harus secepatnya
memberitahukan ke perusahaan/pengusaha.
8. Pengusaha wajib memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan.
9. Pengusaha wajib menigisi dan mengirimkan formulir Jamsostek 3 kepada Depnaker dan PT.
JAMSOSTEK (Persero) setempat sebagai Laporan Kecelakaan Kerja Tahap 1 tidak lebih dari 2 x
24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
10. Pengusaha wajib melaporkan Kecelakaan Tahap ke II kepada Kantor Depnaker dan PT.
Jamsostek (Persero) setempat dengan mengisi formulir Jamsostek 3a dalam waktu tidak lebih dari
2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah menerima surat keterangan dokter (formulir
Jamsostek 3b) yang menerangkan :
a. Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir.
b. Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya, atau
c. Keadaan cacat total tetap untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental, atau
d. Meninggal Dunia.
Santunan
1. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja. Dalam
hal ini adalah mereka yang memborong pekerjaan sendiri.
2. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.
3. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa
kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau meninggal dunia.
4. Pada dasarnya pembayaran jaminan yang menjadi hak tenaga kerja dibayarkan langsung kepada
yang bersangkutan, dalam hal tenaga kerja meninggal dunia kepada ahli warisnya yang sah.
Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja
Pengertian
Menurut keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993, penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
• Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak
mendapat Jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun
setelah hubungan kerja berakhir. Hak atas Jaminan Kecelakaan Kerja bagi tenaga kerja yang
hubungan kerjanya telah berakhir akan diberikan, apabila menurut hasil diagnosis dokter yang
merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga kerja yang bersangkutan
masih dalam hubungan kerja. Hak jaminan kecelakaan kerja tersebut akan diberikan, apabila
penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja
tersebut berakhir.
• Bila tenaga kerja tertimpa penyakit yang timbul karena hubungan kerja, pengusaha wajib mengisi
dan mengirimkan formulir khusus tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak
menerima diagnosis dari Dokter Pemeriksa. Penyampaian formulir tersebut berfungsi sebagai
pengajuan permintaan pembayaran jaminan kecelakaan kerja. Karena itu harus disertai bukti-bukti
sesuai ketentuan yang berlaku.
Penyakit Akibat Hubungan Kerja
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana dimaksud disini, sesuai dengan yang
tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 (terlampir).
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab astiksia atau keracunan seperti
karbonmonoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfide, atau derivatnya yang beracun, amonial
seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian,
pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.
27. Kanker kulit spitelioma primer yang disebabkan oleh terpic, bitumen, minyak mineral, antrasema
atau persenyawaan produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu
pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara
tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat-alat kecil maupun besar, harus
disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum pekerjaan fisik bersangkutan
dimulai.
PASAL 12. DIREKSIKEET
12.1. Kontraktor harus menyediakan Direksikeet/kantor ruang kerja di ruang yang tidak terkena
bongkaran untuk Kontraktor, sesuai dengan kebutuhan.
12.2. Kantor lapangan tersebut dilengkapi dengan peralatan-peralatan kantor.
12.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja, tempat istirahat pekerja, tempat makan dan
gudang penyimpanan barang-barang.
12.4. Kontraktor harus menyediakan Toilet Sementara
12.5. Penempatan bangunan tersebut di atas akan ditentukan kemudian oleh Kontraktor atas
persetujuan Pimpinan Proyek dan Pihak PEMBERI TUGAS.
12.6. Segala biaya yang diperlukan untuk pembuatan bangunan tersebut di atas dan peralatan
yang dibutuhkan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan dianggap telah termasuk harga
kontrak/borongan.
13.1. Penyimpanan bahan-bahan/material bangunan yang telah diperiksa dan disetujui oleh
Pengawasa Lapangan, harus diatur penempatannya sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pengambilan dan menjaga agar tetap memenuhi syarat-syarat
penyimpanan untuk menghindari kerusakan atau menurunnya mutu bahan/material
bangunan tersebut.
13.2. Tempat penimbunan bahan/material bangunan tersebut harus mendapat persetujuan
Pengawasa Lapangan dan Pihak PEMBERI TUGAS, penimbunan bahan/material yang
ada dalam gudang maupun yang berada di lapangan terbuka dalam areal proyek harus
diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum, juga
memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan/material oleh Pengawas
Lapangan.
13.3. Selama berlangsungnya pembangunan/pekerjaan fisik, kebersihan areal kerja,
direksikeet, gudang, bangsal/los kerja dan bangunan lainnya yang ada dalam areal proyek
harus tetap terjaga, tertib dan rapi.
13.4. Bahan/material yang telah ditolak oleh Pengawasa Lapangan harus dikelurkan dari areal
proyek secepatnya selambat-lambatnya pada hari yang sama saat penolakan dinyatakan.
Terhadap kelalaian ini Pimpinan Proyek dapat memberhentikan seluruh pekerjaan, dan
seluruh akibat dari pemberhentian tersebut seluruhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
14.1. Pimpinan Proyek dengan persetujuan Pihak PEMBERI TUGAS dapat mengeluarkan
instruksi tertulis yang menghendaki perubahan pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang
yang layak yang tidak merusak isi Kontrak ini.
14.2. Yang dimaksud dengan pekerjaan tambah dan atau pekerjaan kurang adalah yang terjadi
karena ada perubahan atau penggantian atas rencana, kualitas atau kuantitas dari dan
terurai dalam spesifikasi, serta termasuk penambahan, pembatalan atau penggantian dari
macam maupun standar tiap bahan atau barang yang dipergunakan dalam pekerjaan dan
dilaksanakan dengan perintah tertulis dari Pimpinan Proyek.
14.3. Sebelum membuat suatu perubahan dari gambar-gambar kontrak atau spesifikasi
pekerjaan yang diperlukan untuk penyesuaian yang telah disebutkan diatas, Kontraktor
harus memberitahukan kepada Pimpinan Proyek dengan menerangkan dan memberikan
alasan atas perubahan tersebut dan Pimpinan Proyek mengeluarkan petunjuk/instruksi
mengenai hal ini.
14.4. Nilai dari perubahan pekerjaan jika tidak ada persetujuan lain harus diikuti ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
a. Harga-harga dan Daftar Perincian Harga Penawaran harus dipakai sebagai dasar
dalam menentukan penilaian dari pekerjaan yang bersifat sama yang dilaksanakan
dengan syarat-syarat serupa.
b. Harga-harga dalam Daftar Perincian Harga Penawaran dimana pekerjaan tidak
serupa atau dikerjakan dengan syarat-syarat yang serupa, merupakan dasar harga
untuk pekerjaan yang sifatnya sejauh bisa dianggap layak.
c. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak terdapat didalam Daftar Perincian Harga
Penawaran, maka Harga Satuan dapat ditentukan bersama antara Kontraktor
dengan Pimpinan Proyek dan harus mendapat persetujuan dari Pihak PEMBERI
TUGAS.
PASAL 1
SYARAT-SYARAT PEKERJAN STRUKTURAL
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
16.3. Pengukuran
1) Kontraktor harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara pengukuran
dengan alat-alat penyipat datar (theodolith, waterpass dan sebagainya) dan lain-lain
peralatan yang diperlukan.
2) Pengawas Lapangan dan Kontraktor akan menetapkan tempat/posisi patok
penandaan permanen (benchmark) sebagai referensi pengukuran bangunan, dan
dituangkan dalam Berita Acara Penentuan Titik 0 (nol).
3) Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas Lapangan
dan tetap merujuk pada pergeseran patok awal.
4) Berdasarkan patok tersebut Kontraktor menentukan level bangunan dan jarak as
bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.
16.4. Pemasangan Bowplank
1) Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawas Pengawas Lapangan dengan
patok yang dipancang kuat-kuat dihubungkan dengan papan kayu yang kuat
dengan ketebalan minimum 2 cm, diketam rata pada sisi atasnya.
2) Pemasangan patok bangunan memiliki jarak yang cukup dari as dinding bangunan
eksisting dan tidak menimbulkan konflik dengan operasional Pihak PEMBERI
TUGAS.
2. PEKERJAAN TANAH
16.5. Umum
Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Pengawas Lapangan terutama tentang ukuran galian. Jika ada, bahan-bahan galian yang
akan dipakai untuk penimbunan harus diperiksa lebih dahulu oleh Pengawas Lapangan.
3. PEKERJAAN BETON
16.9. Lingkup pekerjaan
Kontraktor wajib melengkapi semua tenaga, peralatan (equipment) dan bahan-bahan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi,
dan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam RKS, Gambar
Kerja dan Kontrak Kerja, serta tambahan penjelasan dari Pimpinan Proyek dan Pengawas
Lapangan.
16.10. Pedoman Pelaksanaan
Sebagai dasar pelaksanaan mengacu pada SNI 6880-2016 “ Spesifikasi Beton Struktural”
dan SNI 2847:2013 “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung”.
16.11. Bahan-bahan
16.11.1. Portland Cement
Digunakan Portland semen yang memenuhi No. SII (Standard Industri Indonesia)
S.400 menurut Standard Semen Indonesia (NI 8 – 1972). Tidak boleh mencampur
merek semen yang berbeda untuk 1 tahap proses pengecoran
16.11.2. Agregat
• Kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja, digunakan dari jenis U24 besi
polos, untuk diameter <13 mm dan U40 (deformed) untuk diameter >13 mm.
• Ukuran yang digunakan adalah ukuran pas sesuai dengan gambar kerja,
bukan ukuran “banci”
• Besi yang digunakan tidak kotor, tidak berminyak dan tidak berkarat.
Pengawas Lapangan berhak menolak besi yang akan digunakan jika tepat
ukuran, kotor, berminyak dan berkarat.
16.11.4. Kawat Pengikat
Kawat pengikat besi beton ditentukan dari jenis kawat beton pengikat No. 16
SWG (Ø 1 mm) dan tidak bersepuh seng.
16.11.5. Air
Air untuk adukan beton dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-
bahan yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat
semen, seperti asam dan garam.
16.11.6. Bahan Tambahan
Tidak diperkenankan menambah bahan-bahan tambahan kedalam campuran
beton, kecuali telah ada ketentuan atau keputusan tertulis sebelumnya dari
Pengawas Lapangan.
16.11.7. Pengiriman dan Penyimpanan
16.12. Bekisting
16.12.1. Material
Bekisting harus dipakai kayu yang cukup kering dan kuat sesuai dengan finishing
yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton, seperti
pada gambar kerja. Papan-papan untuk cetakan harus bermutu baik, lurus dan
rata atau menggunakan triplex dengan ketebalan yang sesuai.
1) Kecuali yang ditentukan dalam gambar, kualitas beton yang digunakan adalah
K.350 (tegangan tekanan hancur karakteristik untuk kubus uji beton pada usia 28
(dua puluh delapan) hari, dengan derajat konfidensi 0,95.
2) Jika ada, untuk bagian kolom praktis menggunakan beton cor campuran 1 PC : 2
pasir : 5 kerikil dalam perbandingan volume.
3) Pelaksana harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas
beton ini dengan memperhatikan data pelaksanaan dilain tempat atau dengan
mengadakan trialmixes.
4) Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump. Pengujuan slump dilakukan untuk
setiap proses pencampuran baru.
5) Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk
umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang dari 65%
kekuatan yang diminta pada 28 (dua puluh delapan) hari.
6) Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk dalam mixer.
7) Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen beton.
16.15. Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama
dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahu Pengawas Lapangan untuk
mendapat persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan sebagaimana mestinya atau
persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Pengawas Lapangan, maka Kontraktor
dapat diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang telah dicor atas perongkosan
Kontraktor sendiri.
2) Adukan beton harus sedemikian rupa, sehingga dapat dihindarkan adanya
pemisahan dari bagian-bagian bahan.
3) Sebelum beton dicor, semua kotoran-kotoran dan benda-benda lepas harus
dibuang dari cetakan. Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang
akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sebelum dicor.
4) Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental,
yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu
unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh
terputus tanpa adanya persetujuan Pengawas Lapangan. Tidak boleh mengecor
beton pada waktu hujan, kecuali jika Kontraktor mengambil tindakan-tindakan
mencegah kerusakan yang telah disetujui Pengawas Lapangan.
5) Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk
plesteran) adalah 4 cm
6) Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas Lapangan
mempunyai wewenang untuk menolak hasil konstruksi beton yang cacat, sebagai
berikut :
• Konstruksi beton yang sangat keropos.
• Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
• Konstruksi beton tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.
• Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
7) Mutu beton : Minimal dengan kuat tekan slinder fc’ = 25 MPa, artinya mempunyai
kuat tekan hancur karakteristik sebesar 30 MPa pada benda uji silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, saat umur beton 28 hari. Kuat tekan tersebut
di atas adalah lebih kurang setara dengan mutu beton K-300 pada NI-2, yaitu kuat
tekan hancur karakteristik sebesar 350 kg/cm2 pada benda uji kubus dengan sisi
150 mm, saat umur beton 28 hari.
Kuat tekan karakteristik adalah kuat tekan beton yang sudah memperhitungkan
adanya deviasi secara statistik pada sejumlah benda uji beton, baik itu slinder
maupun kubus.
Tulangan longitudinal : BJTD-40 dengan diameter sesuai gambar.
Tulangan spiral : BJTP-24 dengan diameter sesuai gambar.
8) Panjang tiang dan daya dukung dari pondasi yang digunakan pada area courtyard
mengaco pada laporan penyelidikan tanah yang dilakukan pihak PEMBERI TUGAS
pada pekerjaan sebelumnya.
9) Kontraktor harus menyediakan alat yang sesuai dengan dokumen rencana kerja
tiang bor yang sudah disetujui oleh oleh Kosultan Pengawas atau Direksi
Pekerjaan.
10) Sebelum melakukan pengeboran (pembuatan lubang bor), semua tindakan
pencegahan harus diambil untuk mencegah kerusakan struktur dan utilitas
eksisting. Langkah-langkah ini harus ada, tetapi tidak terbatas pada pemilihan
metode konstruksi dan prosedur yang sudah disetujui.
11) Untuk mencegah kerusakan yang berlebihan dan mencegah kelongsoran pada
tanah permukaan(akibat aktifitas konstruksi di area sekitar), sebaiknya kontraktor
memasang casing sementara paling tidak dengan panjang 6 m dari permukaan.
12) Pengeboran dilakukan hingga jenis tanah sehingga lubang-lubang yang dibor dapat
mencapai kedalaman seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau ditentukan
berdasarkan pengujian hasil pengeboran.
13) Sepanjang pelaksanaan pekerjaan pengeboran, Kontraktor harus menyajikan
catatan yang lengkap dalam format yang disetujui Direksi Pekerjaan, untuk setiap
tiang bor.
Setiap catatan pengeboran dan pengecoran harus segera diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan, setelah pemancangan selesai dilaksanakan.
Catatan/laporan tersebut harus meliputi antara lain:
• Nomor urut tiang bor.
• Tanggal dan waktu pengeboran.
• Kedalaman pengeboran terhadap tinggi muka tanah.
• Koordinat terpancang (tiang bor) dan penyimpangan dari rencana.
• Catatan mengenai pelapisan tanah yang ditemukan.
• Pressure atau tekanan tanah yang terbaca oleh konputer mesin tiang bor
• Waktu dan volume pengecoran
• Elevasi puncak pengecoran untuk setiap beton yang di tuang oleh masing-
masing unit mobile mixer.
25) Sampai kedalaman 3 m dari permukaan beton yang dicor harus digetarkan dengan
alat penggetar. Sebelum pengecoran, Dasar selubung (casing) harus dipertahankan
tidak lebih dari 1,5 m dan tidak kurang dari 300 mm di bawah permukaan beton
selama penarikan dan operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Pekerjaan. Selubung (casing) harus digetarkan pada saat pencabutan untuk
menghindari menempelnya beton pada dinding casing.
26) Beton sudah tidak boleh digunakan lagi apabila waktu mencampuran sudah lebih
dari 1 jam, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan
tambahan (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui
oleh Direksi.
27) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam lubang bor dengan ketinggian lebih dari 150
cm. Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam
waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi
atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan
untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
28) Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan
pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran. Bilamana
aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih
dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
29) Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.
a. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat bantu yang
diperlukan, sehingga pekerjaan pondasi ini selesai dilaksanakan. Lingkup pekerjaannya antara
lain:
Pekerjaan Pondasi Batu Kali/Unpak Batu Kali/Dinding Penahan Tanah
b. Persyaratan Bahan
Pondasi batu kali dengan menggunakan spesi 1 PC : 4 Psr, bagian bawah pondasi
dibuat aanstampang dari batu kali kosong yang dipasang berdiri rapat, setebal 20 cm
dengan tidak terdapat batu-batu bertumpuk.
c. Pedoman Pelaksanaan
• Jika lubang galian telah dipenuhi air, pengecoran dilakukan dengan menggunkan
talang yang berfungsi untuk mengalirkan material beton yang telah diaduk dengan
air, talang ini dimasukan sampai pada dasar sumur dan material dialirkan
sehingga material dapat terhampar dengan baik tampa menimbulkan pemisahan
semen dengan material ataupun segregasi material.
• Setelah selesai, dilakutkan dengan penimbunan kembali area galian tanah dan
dipadatkan dengan baik.
• Jika terdapat kesalahan atau kekurangan pekerjaan direksi lapangan dapat
meminta pelaksana untuk menambah atau memperbaikinya.
PASAL 2
PEKERJAAN BETON STRUKTUR
1. Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan beton dilaksanakan berdasarkan Peraturan Beton Indonesia SNI 2847 :2013
“Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung”. Pengguna Jasa harus mempelajari
terlebih dahulu metode kerja dari pekerjaan beton dengan mengacu kepada peraturan dan
spesifikasi ini. Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat menyimpang dari spesifikasi ini
harus diperbaiki dan seluruh biayanya menjadi tanggung jawab pihak Penyedia Jasa.
Secara umum elevasi dari permukaan lantai beton adalah 3 cm di bawah elevasi arsitektur,
kecuali pada pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak menggunakan finishing arsitektur, elevasi
struktur adalah sama dengan elevasi arsitektur. Perbedaan elevasi pada daerah toilet dan lain-
lainnya seperti gambar kerja kecuali ada ketentuan lain.
Pekerjaan Beton bertulang terbuat dari beton dengan campuran disesuaikan dengan analisa
pada perhitungan anggaran biaya, Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran beton
Penyedia Jasa harus mengajukan sampel bahan yang akan digunakan dan mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pekerjaan beton bertulang terdiri :
• Sloof
• Kolom Praktis
• Ring Balok
• Plat Dak Atap
• Plat Beton
• Plat Duicker
• Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar
rencana.
2. Elemen Struktur
• Sloof ukuran sesuai dengan gambar kerja, tulangan pokok dan tulangan geser sesuai
dengan gambar.
• Kolom praktis ukuran sesuai dengan gambar kerja dengan tulangan pokok dan tulangan
geser sesuai dengan gambar
• Ring balok ukuran sesuai dengan gambar kerja, tulangan pokok dan tulangan geser
sesuai dengan gambar.
• Plat Dak Atap
• Dak atap tebal sesuai dengan gambar kerja dengan sistem penulangan 2 arah (two way
slab), dengan perhitungan menggunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia SNI 2847
:2013 “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung”.
3. Bahan yang digunakan
3.1 Semen
• Digunakan Portland Cement Type I menurut NI-8 tahun 1972 dan memenuhi S-
400 menurut Standart Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia (NI 8 tahun 1972).
• Semen harus dikirim ke lokasi pekerjaan dalam keadaan tertutup rapat dalam
kemasan aslinya dari pabrik ,sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Semen harus diletakkan dalam silo atau ruangan, sehingga tidak
mendapat pengaruh langsung dari perubahan cuaca dan kelembaban.
Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab
agar semen tidak mengeras. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30
cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk harus
dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan
menurut urutan pengiriman.
• Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak
semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.
3.2 Agregat
• Agregat yang digunakan harus sesuai dengan SNI 2847 :2013 “Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung”. Penyedia Jasa harus mengajukan sample
dan hasil test material yang akan digunakan sebelum agregat tersebut dikirim ke
lokasi pekerjaan
• Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan no. 5, agregat halus
adalah agregat yang lolos saringan no. 5. Kedua jenis agregat ini harus
dikombinasikan dalam suatu proporsi yang baik, sehingga menghasilkan beton
dengan mutu terbaik.
• Agregat kasar harus bersih dari lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat
mempengaruhi mutu beton, memiliki ukuran yang beragam, keras dan memiliki
bentuk yang baik
• Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis
kerak, silk, clay, garam dan bahan-bahan lain. Apabila kadar lumpur agregat halus
melebihi 5% dan agregat kasar melebihi 1%, maka agregat harus dicuci terlebih
dahulu sebelum digunakan. Sesuai dengan trial mix yang dilaksanakan agregat
yang digunakan untuk campuran beton harus berasal dari satu sumber yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
• Agregat harus disimpan dalam keadaan terpisah satu sama lain berdasarkan
ukurannya di atas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan
tercampur dengan lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air di
sekitar tempat penyimpanan agar kadar air dari agregat tidak berubah terlalu
banyak.
• Penyedia Jasa harus melakukan pengujian laboratorium dari agregat yang akan
digunakan, dari sumber yang telah disetujui. Pengujian dilakukan oleh badan yang
independen. Test periodik dapat dilakukan terhadap permintaan Direksi Pekerjaan
untuk melakukan cek terhadap kadar aiar dari agregat. Seluruh biaya pengujian ini
merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.
3.3 Air
• Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, bahan kimia, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum yang berasal dari PAM atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan SNI 2847 :2013 “Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung”.
• Apabila dianggap perlu air dapat ditampung di tempat kerja, tetapi harus terjaga
dari pencemaran.
5. Pengecoran Beton
• Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi Pekerjaan.
Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas
penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan
papan-papan berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah
dapat dicabut pada saat beton dicor.
• Sebelum pengecoran dimulai semua pekerjaan acuan/bekisting, baja-baja tulangan,
tarikan pipa-pipa instalasi air dan listrik serta angker-angker yang harus ditanam di
dalam beton, harus sudah selesai terpasang dan mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Seluruh bagian yang akan dicor harus dibersihkan dari segala kotoran-
kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) serta dibasahi dengan air semen.
• Setiap 5 M3 pengecoran beton harus dibuat sampel kubus beton (benda uji) ukuran
15x15x15 cm, minimal 1 hari pengecoran satu buah benda uji untuk diadakan pengujian
kekuatan tekan karakteristik beton yang didapat di laboratorium. Kecuali pada
permulaan pengecoran, kubus beton (benda uji) diambil setiap 3 M3 pengecoran atau
kurang dari itu dengan interval yang sama sampai benda uji mencapai jumlah 20 (dua
puluh) buah
• Setiap bagian pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus
sampai selesai untuk mendapatkan struktur konstruksi yang monolit. Apabila
pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui oleh
Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan
yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang
memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh
dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m
• Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Penyedia Jasa harus
menyediakan pelindung, atau metode lain pada saat hujan.
• Untuk pengecoran kolom atau struktur lain yang tinggi, pengecoran harus di bantu
dengan menggunakan talang atau pintu pengecoran untuk mencegah segregasi beton
karena jatuh bebasnya material campuran beton.
6. Pemadatan Beton
• Hasil pekerjaan pengecoran dipadatkan menggunakan vibrator concrete selama
pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi tulangan
• Penyedia Jasa harus menyediakan vibrator concrete untuk menjamin efisiensi tanpa
adanya penundaan. Pada waktu pengecoran balok, kolom, dan pelat, vibrator concrete
harus dapat masuk ke dalam bekisting sehingga didapatkan pemadatan yang baik.
Waktu pengecoran, vibrator concrete tidak boleh mengenai baja tulangan yang dapat
menyebabkan perpindahan posisinya.
• Vibrator concrete tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara horizontal,
setelah beton dipadatkan dan diratakan dengan baik, beton harus dibiarkan sampai
mengeras.
8. Construction Joint
• Sambungan siar muai khusus yang dibuat untuk mengakomodasi movement range
pada jalan yang berada didalam gedung dan harus terbuat dari 100% natural
rubber.
• Material expansion joint harus mampu movement range gap dilatasi maksimal
50mm-60mm.
• Posisi pengaturannya harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan
• Siar dalam kolom sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan bidang bawah dari
balok tertinggi.
• Siar dalam balok dan pelat ditempatkan ditengah-tengah bentang
• Siar vertikal dinding sebaiknya dihindari, siar harus dibuat sekecil mungkin dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan
• Sebelum pengecoran beton baru permukaan dari beton lama harus dibersihkan terlebih
dahulu dari segala macam kotoran dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan
cara penyemprotan permukaan dengan air dan menyikat sampai agregat kasar tampak.
Setelah permukaan siar tersebut bersih, bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan
merata ke seluruh permukaan
• Penyedia Jasa harus memasang water stop untuk semua siar pelaksanaan pada pelat
basement dan dinding yang berada di bawah muka air tanah
• Spesifikasi material:
o Hardness, Shore A : 60 ± 5
o Tengsile Strength : min 15.5 Mpa
o Elongation at break : min 300%
• Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus uji menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa
• Kubus uji harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu kode yang ada
menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan, bagian struktur yang
bersangkutan dan lain-lain setelah selesai percobaan
• Cara pembuatan kubus beton adalah sebagai berikut : Isi cetakan dengan adukan
beton dalam 3 lapis, setiap lapis diisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Masing-masing lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata. Kemudian
ratakan permukaan beton. Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan
letakan pada tempat yang bebas getaran. Setelah waktu 24 jam, keluarkan benda
uji dari cetakan dan rendam benda uji dalam bak yang berisi air, agar proses
pemeliharaan (curing) beton berlangsung baik, maka perendaman dilakukan
sampai batas waktu pengujian kuat tekan.
Pembengkokan kembali besi ulir tidak diperkenankan. Apabila baja polos yang sudah dicor
beton, jari-jari pembengkokan minimal harus 2 kali diameter dari tulangan tersebut.
Semua pemotongan, pembengkokan dan toleransi pembengkokan harus sesuai dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia SNI 2847 :2013 “Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung”.. Semua tulangan harus diikat dengan baik dengan kawat beton sehingga
tidak mengalami perubahan posisi saat pengecoran beton. Akhir dari tulangan harus
dibengkokan ke arah dalam minimal 5 kali diameter tulangan dan tidak diperkenankan
menembus ke selimut beton.
Pemotongan atau ketentuan penempatan sambungan harus sesuai dengan gambar atau
ditempat yang ditentukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Tulangan yang telah terpasang
tetapi belum dicor harus dilindungi sepenuhnya terhadap korosi, sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan.
Apabila tulangan selesai dipasang, Penyedia Jasa harus melaporkan kepada Direksi
Pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui. Penyedia Jasa tidak diperkenankan melakukan
pengecoran sebelum tulangan yang terpasang diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
tidak boleh diubah tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
17. Acuan
17.1.1 Umum
Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan untuk membentuk
struktur-struktur beton dengan segala detailnya. Acuan yang dibuat harus dapat
dipertahankan bentuknya baik selama pemasangan tulangan maupun pengecoran
beton
Perancah termasuk segala jenis unsur-unsurnya seperti pengaku, balok, pengikat dan
tiang, juga termasuk pondasi sementara yang diperlukan untuk memikul acuan tanpa
menimbulkan settlement. Baik acuan maupun perancah harus direncanakan oleh
Penyedia Jasa untuk menyangga berat maupun tekanan dari beton dalam keadaan
basah dan peralatan yang mungkin ada di atasnya serta beban-beban kejut dan
getaran. Kesemuanya ini harus direncanakan dengan metode ereksi dan
pembongkaran yang sederhana sehingga memudahkan pemasangan, penambahan
maupun pembongkarannya.
Defleksi (lendutan) yang diizinkan terjadi adalah 1/900 bentang dan balok kantilever
lendutan yang dizinkan adalah 1/300 bentang. Bracing-bracing harus dipasang untuk
menghindari pergerakan horizontal, transversal maupun longitudinal yang terjadi.
Gambar-gambar yang menunjukkan detail dari acuan maupun perancah, perhitungan
perancah, elevasi dari acuan maupun perancah harus diajukan oleh Penyedia Jasa
untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan
pengecoran beton akan dimulai. Apabila ternyata ada bagian perancah atau acuan
yang berubah posisi, perancah maupun acuan tersebut harus diperbaiki terlebih
dahulu sebelum pengecoran dilaksanakan.
Jika permukaan beton tidak cacat, adukan yang digunakan untuk perbaikan harus
berwarna sama dengan beton disekelilingnya. Sample harus dibuat terlebih dahulu
sebelum perbaikan permukaan beton tersebut dimulai.
18.1.2 Pelat
Permukaan pelat harus merupakan permukaan yang rata tanpa adanya kelebihan
adukan ataupun lobang-lobang pada permukaan pelat tersebut, di luar batas toleransi
yang diizinkan.
Apabila penambahan permukaan finishing tersebut langsung dilakukan sebelum beton
mengeras secara total, semua kelebihan air, adukan maupun kotoran-kotoran lain
dibersihkan dengan cara disikat hati-hati untuk mencegah ikut terbawanya agregat
yang sudah dicorkan.
Apabila plat tidak difinishing dengan adukan, permukaan beton tersebut harus dibuat
kasar sesuai dengan schedule finishing yang ada. Permukaan beton tersebut harus
diratakan sehingga memiliki level yang sama, tidak melewati batas toleransi yang
diizinkan.
meter
Jarak lantai ke lantai 3 meter, deviasi = 6 mm
Jarak lantai ke lantai 6 meter, deviasi 6 meter,
Level rata-rata deviasi = 1,2
Jarak lantai ke lantai lebih dari 12 meter, deviasi
= 2 mm
Deviasi level dari permukaan pelat 6 mm dari 3 meter panjang 1 cm dari 6 meter
panjang dengan nilai maksimum 2 cm untuk
panjang keseluruhan
Deviasi potongan (plat, balok kolom Dimensi < 15 cm + 1 cm sampai –3 mm
maupun dinding geser) Dimensi >= 15 cm + 1,2 cm sampai - mm
Bukaan pada dinding dan plat 6 mm
PASAL 3
PEKERJAAN KAYU NON STRUKTUR
1. LINGKUP PEKERJAAN
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil
yang baik dan rapi.
Pekerjaan ini meliputi antara lain :
a. Pekerjaan Kayu Kasar :
- Pekerjaan Kayu Kasar pada umumnya.
2. PERSYARATAN BAHAN
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Semua proses pemotongan dan pembuatan dikerjakan dengan mesin,
kecuali untuk detail tertentu atas persetujuan MK.
b. Semua pengikat berupa paku, baut, kawat dan lainnya harus digalvanisasi
sesuai dengan NI-5, bab VI, pasal 14,15 dan 17. Tidak diperkenankan
pengerjaan di tempat pemasangan.
c. Pengukuran keadaan lapangan diperlukan sebelum memulai
pekerjaan untuk mendapatkan ketetapan pemasangan di lapangan.
d. Rangka kayu yang akan dipasang bahan finishing harus diperhalus, rata
dan waterpass.
e. Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak melampaui
toleransi kerataan 0,5 cm untuk setiap 2 m2.
f. Pekerjaan kayu halus
1) Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran jadi (sudah
diketam halus dan siap di-finish).Kontraktor wajib menyerahkan shop
drawing dan contoh jadi untuk bagian detail tertentu pada MK untuk
mendapatkan persetujuan.
2) Semua bahan yang digunakan proses pengerjaannya harus
menggunakan mesin tanpa kecuali dan tida diperkenankan
mengerjakannya di tempat pemasangan.
3) Bahan kayu halus tidak diperkenankan dipasang dengan cara
memaku atau cara lainnya yang disetujui MK.
4) Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus diberi dempul
atau sejenisnya yang telah disetujui MK.
5) Hindari terlalu banyak pemakuan pada permukaan kayu.
6) Permukaan kayu yang terlihat harus diketam halus sedemikian rupa
sehingga siap menerima finish. Penggunaan meni sama sekal
tidak disetujui termasuk
memberi lapisan dempul atau sejenis, kecuali disyaratkan lain
oleh M/Perencana.
7) Jika diperlukan bahan perekat, maka Kontraktor harus
mengajukan terlebih dahulu baik kualitas maupun jenisnya kepada
MK untuk mendapatkan persetujuan.
8) Semua pekerjaan kayu sebelum dipasang harus mendapat
persetujuan dari MK. Jika ada yang tidak memenuhi syarat, maka
Kontraktor harus mengganti atas tanggung jawabnya.
9) Semua pekerjaan berupa paku, baut, kawat dan lainnya harus
digalvanisasi sesuai dengan NI-5.
10) Setelah dipasang, Kontraktor wajib memberikan perlindungan
terhadap benturan-benturan benda lain dan kerusakan-
kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul
adalah tanggung jawab Kontraktor.
11) Untuk pekerjaan Kayu Lemari built in seperti tertera pada gambar
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Kayu harus dikerjakan menurut pola dan urutan
pengerjaan yang ditentukan olehMK dan Perencana.Bahan kayu
dipotong menurut pola yang telah ditentukan.
- Bahan kayu yang telah dipola diserut dengan mesin, baru
kemudian dengan serutan tangan. Sambunan tenon,
ekor burung layang-layang (dove tail), dowel atau type
sambungan lain harus dikerjakan dengan mesin toleransi 0 mm.
- Semua bagian-bagian kayu yang terlihat (exposed)
harus difinish, termasuk semua permukaan yang terlihat
apabila pintu ditutup atau dibuka.
- Penyelesaian akhir dengan Melamic Finish dan Marmer dengan
warna yang telah disetujui MK dan Perencana.. Bentuk dan
Ukuran sesuai gambar.
PASAL 4
PEKERJAAN LOGAM LOGAM NON STRUKTUR
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan metal dalam hal ini meliputi:
a. Pekerjaan Alumunium rangka langit-langit.
b. Pekerjaan Besi tangga dan railing tangga
c. Pekerjaan Penggantung Rangka langit-langit.
d. Pekerjaan Rangka atap polycarbonat
e. Grill besi
f. Pekerjaan pintu besi
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Rangka Langit-langit
1) Rangka langit-langit harus disesuaikan dengan ASTM C 635 Metel
Suspension System untuk Acoustic Tilelay-in Panel
2) Mutu dan Kualitas rangka lagit-langit yang memenuhi syarat dapat
dipakai pada produk accoustic tile yang dipilih.
b. Besi
1) Pipa besi yang digunakan adalah GIP/ Hollow dengan bentuk
dan ukuran yang sesuai dengan yang tertera pada gambar.
2) Baja Profile yang digunakan adalah baja SST.37 dengan ukuran
sesuai yang tertera pada gambar.
3) Pipa baja yang diigunakan adalah Carbon Steel ST.37 dengan ukuran
sesuai yang tertera pada gambar.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Pekerjaan Alumunium Rangka Langit-langit.
1) Sebelum pemasangan rangka langit-langit dilaksanakan, perlu
diperhatikan pekerjaan lain yang erat hubungannya dengan pekerjaan
ini.
2) Pekerjaan lain yannng termasuk disini adalah :
o Electronik - Penerangan
o Freshair /Exhaust Fan
o Perlengkapan instalasi yang diperlukan.
3) Bila pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak tercantum pada gambar
rencana langit-langit, harus diteliti dahulu pada Gambar Instalasi
pekerjaan yang dimaksud (elektrikal, mekanikal dengan
MK/Perencanaan).
b. Pekerjaan Besi
1) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-
gambar dan kondisi dilapangan.
2) Bahan-bahan perlengkapan lainnya seperti sekrup, baut, mur, paku
metal fitting yang akan berhubungan dengan udara dibuat dari besi
yang digalvanisasi.
3) Perhatikan semua ukuran, sambungan dan hubungannya
dengan material lain, dengan mengikuti semua petunjuk gambar
rencana secara seksama.
4) Kontraktor diminta untuk menyiapkan shop
drawing/gambar kerja untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan
petujuk MK/Perencana.
5) Pemotongan dengan membakar dibengkel harus dilakukan dengan
mesin pemotong pembakar yang
standar. Pembakaran di bengkel atau dilapangan harus disetujui
MK.
6) Semua pekerjaan metal terpotong harus disetujui MK.
7) Berkas-berkas pekerjaan harus dikikir sampai halus dan rata
permukaan.
8) Untuk unit yang dipasang harus diberi tanda-tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.
9) Pekerjaan sambungan dilakukan dengan baut dan las sesuai gambar
10) Pemasangan pengelasan harus dikerjakan
dengan rapi, tanpa menimbulkan kerusakan - kerusakan pada bahan
bajanya. Pengelasan harus menjamin pengakhiran yang rata dari cairan
elektroda tersebut. Permukaan dari daerah yang akan dilas
harus bersih dan bebas dari kotoran, cat minyak dan karat.
11) Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dan
dijamin tidak akan berputar atau membengkok. Setelah pengelasan,
sisa-sisa/kerak las harus dibersihkan dengan baik
(Wire,brush,ampelas). Cacat
pada pengelasan harus dipotong dan dilas kembali atas tanggung
jawab Kontraktor.
12) Tambahan dan angkur langit-langit yang perlu harus
digunakan walaupun tidak termasuk dalam gambar
(lengkap dengan pemakaian ramset untuk beton) meliputi dan
tidak terbatas pada kedudukan fixture (toilet dan cermin).
PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan pemasangan batu bata ringan ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Perencana/MK.
2. PERSYARATAN BAHAN
- Batu bata harus memenuhi NI-10
- Semen Porland harus memenuhi NI-8
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2
- Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9
PASAL 6
PEKERJAAN KAYU
1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi tenaga kerja, penyediaan bahan, alat bantu dan
lain sebagainya untuk memperoleh pekerjaan kayu yang baik.
2. BAHAN-BAHAN
a. Kayu yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Untuk rangka daun pintu menggunakan kayu kamper Samarinda klas
awet II ukuran 2,2 x 10 cm.Dilapis gunakan multiplek double 2x 9 mm
Dipakai untuk semua pintu yang tertuang dalam gambar.
- Untuk list plafond menggunakan list plafond gysupsum curve m. 7
b. Kayu-kayu diatas dari kualitas baik, tua, tidak ada celah dan cacat lainnya.
c. Kelembaban kayu harus kurang dari 15 % untk tebal kurang dari 7 cm.
3. PERMUKAAN LUAR
Semua permukaan kayu yang akan kelihatan permukaannya harus diserut rata
dan yang tidak terlihat boleh dibiarkan bekas gergajiannya, kecuali jika
ditentukan untuk dikerjakan.
PASAL 7
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
- Lingkup dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-
alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
- Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian
dalam dan luar serta seluruh detail yang disebutkan/ditujukan dalalm
gambar.
2. BAHAN-BAHAN
a. Plesteran halus
1) Untuk penyelesaian permukaan dinding bata dengan plesteran,
digunakan jenis plesteran 1 pc + 5 pasir.
2) Jenis plesteran 1 pc + 2 pasir dipakai untuk semua permukaan transram
terutama dinding KM/WC bagian dalam setinggi 30 cm dari peil lantai
jadi serta seluruh dinding yang berhubungan langsung dengan udara luar.
3) Semua permukaan beton bertulang, ujung-ujung dan sudut-sudut
dipakai jenis plesteran 1 pc + 2 pasir.
b. Acian
Setelah diplester dengan jenis plesteran seperti diuraikan dalam butir
(b) di atas, elanjutnya permukaan plesteran tersebut diaci (semen dan air)
hingga halus.
3. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Untuk mengerjakan dinding bata dan permukaan beton harus
diberikan cukup waktu. Tidak boleh memulai pekerjaan plesteran
sebelum dinding betul-betul kering.
b. Semua permukaan harus dibersihkan dengan sikat memakai sikat yang
kaku, untuk membersihkannya dari bintik-bintik dan segala kotoran.
c. Pada permukaan pasangan bata pekerjaan plesteran dapat segera
dimulai setelah pasangan bata kering.
d. Untuk mencegah plesteran menjadi kering sebelum waktunya
permukaan-permukaannya harus dibasahi dengan air hingga tetap
lembab.
4. PELAKSANAAN PLESTERAN
PASAL 8
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Meliputi tenaga kerja, peralatan dan bahan yang
diperlukan untuk pekerjaan kunci dan alat penggantung lain seperti
tercantum di dalam gambar dan RKS.
b) Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan
meliputi seluruh pemasangan pada daun pintu kayu, daun jendela
alumunium seperti yang diisyaratkan dalam gambar.
2. BAHAN-BAHAN
1. Type-type kunci harus sesuai dengan fungsi ruangannya.
2. Engsel-engsel harus dari baja galvanisir dengan memakai ring
bearing setaraf Stainless puji ukuran 3 x 4 inch, dipasang sekurang-
kurangnya 3 buah untuk setiap daun pintu dengan
menggunakan sekrup kembang yang warnanya sama dengan
engselnya, jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan
menurut beban berat daun pintu, tiap engsel memikul beban maksimal
20 kg.
3. Seluruh pintu dilengkapi dengan door closer kecuali pintu besi untuk
area service
4. Pintu double gunakan Handle Tarik t. 40 cm, Body kunci pelor, Slot
atas bawah, dan penutup Cilinder anak kunci.
5. Semua penggantung pintu gunakan merk Dekson sbb
i. Pull handle (Tarikan Pintu double)Dekson Ecolin PH 263 t.40
cm
ii. Handle (Pintu single) Dekson LH SR 0406 sss
iii. Engsel Dekson ESS DL 4x3x2mm 2bbSSS
iv. Body (Pintu double pelor) Dekson MTS 8585 SSS
v. Silinder (Anak kunci) Dekson TC DL 65 mm SN
vi. Door closer Dekson Hold , DCL 529 HO BA
vii. Slot Tanam (Pintu Double) Dekson FB 040 12 inc SSS
viii. Body (Pintu single) Dekson
b. Jendela aluminium
1. Jendela bukaan tipe Nako.anodize Hitam ex NIKI
3. PEKERJAAN PELAKSANAAN
a. Semua kunci, engsel dan door closer harus dilindungi dan
dibungkus plastik atau tempat aslinya setelah dicoba. Pemasangan
dilakukan setelah bangunan selesai dicat.
b. Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, jangan memukul
sekrup, cara mengokohkannya hanya diputar sampai ujung. Sekrup yang
rusak waktu dipasang harus dicabut kembali dan diganti.
c. Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah sedangkan
engsel
ketiga dipasang di tengah-tengah.
d. Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu,
dipasang
setinggi 90 cm dari lantai.
PASAL 9
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Meliputi tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan langit-langit sesuai gambar.
b. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh yang akan dipasang
khususnya untuk menetukan warna dan texture yang akan ditentukan
kemudian oleh Perencana, MK dan Pemberi Tugas.
c. Langit-langit harus terpasang dengan baik, permukaan harus rata,
garis vertikal dan horizontalnya harus saling tegak lurus sesuai disain.
Jika terjadi lendutan atau kekurangan-kekurangan lain, Kontraktor
2. LANGIT-LANGIT BETON
Langit-langit beton yang tidak difinish apapun penyelesaiannya
menggunakan adukan 1 pc + 5 pasir diplester halus dan difinish cat.
Pekerjaan plesteran dapat dilihat pada Pasal 5. RKS ini. Pekerjaan ini
dilaksanakan pada langit langit bawah tangga dan ram.
b. Suspensi (rangka)
d. Pemasangan
1. Harus dilaksanakan oleh tenaga yang benar-benar ahli dalam pekerjaan
gypsum.
2. Sebelum pelaksanaan Pemborrng wajib menyerahkan shop drawing
kepada MK untuk disetujui.
3. Pemasangan harus rata dan rapi, terutama pada sambungan
4. Suhu dan kelembaban ruang, sebelum, selama dan sesudah
pemasangan harus kurang lebih sama dengan keadaannya pada saat
penghuniaan ruang.
5. Pekerjaan yang dilakukan harus mengikuti metoda pelaksanaan yang
diajukan oleh kontraktor.
6. Pemasangan harus datar (tidak bergelombang) panel- panel harus bersih
tanpa cacat, gridnya harus lurus dan datar
PASAL 10
PEKERJAAN LANTAI
1 LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan lantai sesuai gambar hingga selesai sempurna.
a. Persiapan
1. Seluruh pekerjaan yang harus diselsaikan dulu sebelum pekerjaan lantai
seperti, plumbing dan yang lainya harus telah selesai terlebih dahulu.
2. Lapisan di bawah pasangan lantai harus disiram terlebih dahulu.
3. Pemasangan Granit wajib memperhatikan nilai estetikanya.
4. Bahan yang akan digunakan harus disetujui Perencana MK dan
Pemberi Tugas.
b. Pelaksanaan
1. Sebelum dipasang permukaan beton harus mulus dan rata dengan
cara difinish dengan plesteran.
2. Adukan untuk alas PC : pasir = 1:3 Adukan untuk sambungan PC
: pasir = 1:2 Bahan Semen, pasir dan air dalam segala hal harus sesuai
ketentuan pada PB '71.
3. Granit dipasang tanpa menggunakan naat.
4. Pekerjaan permukaan harus water pass dan setelah pekerjaan
dilakukan ruangan harus ditutup demi keamanan teknis.
5. Ketebalan adukan 2,5 cm.
6. Harus dihindari potongan yang lebih kecil dari cm kecuali jika
tercantum dalam gambar Potongan harus rata tidak gompel bergerigi
atau cacat lainnya.
7. Pemborong wajib menyediakan bahan cadangan sebanyak 2% pelapis
lantai granit dari masing -masing jenis/type bahan granit terpasang,
disimpan sesuai dengan petunjuk MK.
8. Bahan yang akan digunakan harus disetujui Perencana MK dan
Pemberi Tugas.
9. Selesai pemasangan, ruangan harus bebas dari segala kegiatan.
10. Sedapat mungkin pemotongan dihindarkan, jangan terjadi potongan
lebih kecil dari setengah ukuran Granit, kecuali tercantum dalam
gambar Potongan. Pemotongan dilakukan tanpa bergerigi.
11. Pemasangan harus rata lurus dan tegak lurus satu sama lain, sehingga
diperoleh permukaan lantai water pass, kecuali pada bagian lantai kamar
mandi yang mengharuskan kemiringan yang umum dipakai.
(Pemasangan harus dilaksanakan sesuai disain serta memperhatikan
nilai estetikanya)
PASAL 11
PEKERJAAN PENYELESAIAN DINDING
1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi semua pekerjaan peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai gambar hingga selesai
sempurna.
b. Pemasangan
1. Harus dilaksanakan oleh tenaga yang benar-benar ahli dalam pekerjaan
gypsum.
2. Sebelum pelaksanaan Pemborrng wajib menyerahkan shop drawing
kepada MK untuk disetujui.
3. Pemasangan harus rata dan rapi, terutama pada sambungan
4. Suhu dan kelembaban ruang, sebelum, selama dan sesudah
pemasangan harus kurang lebih sama dengan keadaannya pada saat
penghuniaan ruang.
5. Pekerjaan yang dilakukan harus mengikuti metoda pelaksanaan yang
diajukan oleh kontraktor.
PASAL 12
PEKERJAAN WATER FROOFING
1.LINGKUP PEKERJAAN
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja bahan-bahan
peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang
dinyatakan dalam gambar memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini
serta memenuhi spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan.
b. Bagian wan diwater proofing :
- Plat lantai beton dan over stek.(Topian beton)
- Daerah WC kamar mandi dan daerah basah lainnya.
- Groun reservoi da STP.
- Bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.
2.PERSYARATAN BAHAN
a. Persyaratan Standar Mutu Bahan Standar dari bahan dan produsen yang
ditentukan oleh pabrik dan standar-standar lainnya seperti NI.3 AST 828
PASAL 13
PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM
1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan serta peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk penyelesaian seluruh pekerjaan pemasangan penyetelan
aluminium lengkap dengan kacanya sesuai yang tercantum pada gambar
kerja, sehingga didapatkan pekerjaan yang baik dan sempurna.
3. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Periksa atau teliti semua ukuran di gambar kerja dan sesuaikan dengan
kondisi di lapangan berupa ukuran-ukuran lubang, termasuk mempelajari
bentuk, pola, lay-out/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-
detail sesuai gambar. Setiap ada perbedaan segera diberitahukan kepada
Pengawas untuk perbaikan.
b. Sebelum pelaksanaan dimulai, penimbunan bahan-bahan kusen dan panel
pintunya di lapangan, harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi
udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan
dan kelembaban.
c. Tanda-tanda cacat bahan akibat proses anodizing seperti “rock” atau “gripper”
pada permukaan aluminium, harus diganti.
4. PERSYARATAN BAHAN-BAHAN
Aluminium produksi dalam negeri berkualitas baik dengan spesifikasi sebagat
berikut :
- Sesuai SII extrusi 0695-82 dan SII Jendela 0649-82.
- Alloy 6063 T5/Billet yang digunakan harus aslinya (tidak terbuat dari bahan
scrap/sisa).
- Aluminium profil :
• Bahan dasar alloy B 6063 T3 murni tanpa campuran bahan-bahan
scrap yang dilebur kembali.
• Ukuran shopfront/kusen : 40 x 75 mm (3 inc)
Tebal Shopfront/kusen : 1,00 mm
• Standar kualitas : SNI, Bermerk Aleksindo (Powder coating
putih)
- Kedap suara : 40 DB
- Ketahanan terhadap kebakaran 60 menit
- Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test
minimum 100 kg/m2.
- Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap tekanan
air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
- Pewarnaan : black anodized + Powder coating putih
- Tebal Anodizing : 14 mikron
- Aksesories :
• Rangka Penguat Profil : Steel tube 40 x 40 mm
• Glassing Beadad : Neoprane
• Weater Strip : Vinil
• Screw Assembled : Stainless Steel
• Bahan Pengikat lain : Dipakai bahan baja lapis Zinc 20 mikron
• Kaca : Float grey glass tebal 5 mm, produksi MULIA
• Sealant : Ex- atau setara
• Sekrup-sekrup, engsel-engsel dan karet yuang digunakan sesuai
dengan ketentuan pabrik pembuat aluminium.
Seluruh pekerjaan aluminium harus memiliki syarat -syarat teknis sebagai berikut :
- Beban angin --------------------------- : 100 kg/m2
- Ketahanan kebocoran terhadap air------- : 25 kg/cm
- Ketahanan kebocoran terhadap udara----- : 12 m3/hr.m’ pada tekanan 20 mm H
20
Komponen lain meliputi : karet penjepit kaca (neoprene gasket), karet peredam pintu
(neoprene water seal), skrup-skrup gaalvanized, dynabolt, sealant serta bahan
pelindung frame aluminium untuk menghindaaari noda bekas percikan adukan
semen.
5. PEKERJAAN PELAKSANAAN
Syarat-syarat pelaksanaan :
a. Pekerjaan pembuatan/penyetelan dan pemasangan kosen aluminium beserta
kaca harus dilaksanakan oleh Pemborong aluminium yang ahli dalam
bidangnya dengan persetujuan MK.
b. Untuk mendapat ukuran yang tepat Pemborong aluminium harus datang ke
lapangan dan melakukan pengukuran.
c. Untuk mendapat hasil yang baik pembuatan/penyetelan kosen aluminium
harus dilakukan di pabrik secara maksimal dan di lapangan tinggal pasang.
6. PENGETESAN
a. Pemborong wajib melakukan pengetesan dengan hasil yang baik. Jika hasil
pengetesan gagal Pemborong wajib melakukan perbaikan dan pengetesan
ulang hingga mencapai standar test yang disyahkan Biaya test dan lain-lain
menjadi tanggung jawab Pemborong.
b. Pengetesan terdiri sebagai berikut :
1. Performance Test (test terhadap kehancuran dan lain -lain).
2. Material Test (test terhadap bahan, anodized, test korosi/karat dan lain-
lain) dilaksanakan dilaboratorium yang disetujui Pemberi Tugas.
c. Hasil test harus diserahkan secara lengkap kepada Pemberi Tugas.
PASAL 14
PEKERJAAN KACA
1 LINGKUP PEKERJAAN
a. Meliputi tenaga kerja peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan kaca sesuai gambar hingga selesai sempurna.
b. Penyediaan dan pemasangan kaca dilaksanakan untuk :
1. Kaca cermin. T. 5 mm ex Mulia
2. Pintu dan jendela.T. 5 mm ex Mulia
3. Dinding partisi.T.12 mm Tempered ex Mulia/ Asahi
4. Penutup atap T.10 mm Tempered ex Mulia/ AsASI
5. Kaca Façade T. 5 mm ex Mulia
2 BAHAN-BAHAN
a. Kaca untuk cermin
Diatas meja wastape (tepinya digosok sampai halus dan diberi lis aluminium)
b. Kaca interior dan exterior
Mutu dan cara uji kaca harus sesuai dengan SI 018 78.
2 PEKERJAAN PERSIAPAN
Pemborong harus memberikan contoh kepada MK kaca yang akan dipasang
sesuai ketentuan pasal diatas dan dilengkapi dengan penjelasan mengenai
cara pemasangan dari pabriknya.
6. PEKERJAAN PELAKSANAAN
Syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
a. Pekerjaan pemasangan kaca harus dilaksanakan oleh tenaga pengalaman
serta mempunyai keahlian khusus di bidangnya.
b. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat
persetujuan Direksi Pengawas.
c. Pekerjaan kaca dilaksanakan setelah pekerjaan langit -langit lantai,
penyelesaian dinding selesai dikerjakan.
d. Pemotongan kaca diharuskan dengan menggunakan alat pemotong kaca
khusus. Pemotongan harus teliti dan sesuai dengan ukuran sehingga dalam
pemasangan tanpa ada pemaksaan.
e. Pemotongan kaca harus sesuai dengan ukuran rangka minimal 1 m masuk
dalam alu kaca pada kosen.
f. Sisi-sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat potongan, harus
digerinda/dihaluskan.
g. Pemasangan kaca dalam alur rangkanya harus rapat, kuat/tidak goyang dan
sesuai dengan persyaratan.
h. Tepi kaca diberi sealant untuk menutupi rongga-rongga yang terjadi.
Sealaaant yang dipakai dari mutu terbaik, sesuai persyaratan pabrik. Tidak
diperkenankan sealant mengenai kaca terpasang lebih dari 0,5 cm dari batas
rangka.
i. Karet penjepit kaca (viny gasket) yang digunakan adalah dari jenis yang
terbaik. Pemasangan penjepit kaca dilakukan sedemikian rupa sehingga
pertemuan antar masing-masing ujung rapat tidak ada celah sama sekali
dan tidak diperkenankan adanya karet sambungan dari karet penjepit.
j. Kaca yang di dalam pemasangannya mengalami retak tergores dan cacat
lainnya harus diganti atas biaya Pemborong.
PASAL 15
PEKERJAAN PENGECATAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Meliputi tenaga kerja peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan pengecatan sesuai gambar hingga selesai sempurna.
b) Pekerjaan pengecatan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya hasil pekerjaan
tidak menggelombang mengelupas dan cacat lainnya.
c) Jika terjadi cacat seperti tersebut pada butir (b Pemborong harus melakukan
perbaikan (pengecatan ulang.) Sehingga Pemilik Proyek merasa puas Biaya
perbaikan seluruhnya menjadi beban Pemborong.
2.BAHAN-BAHAN
a. Bahan EX Propan
Ekterior : ECOSHIELD PROPAN (weathershield)
Interior : ECOSAFE PROPAN
b. Cat yang digunakan berada dalam kaleng yang masih disegel, tidak pecah
atau bocor dan mendapat persetujuan Pengawas MK. Pemborong
bertanggung jawab bahwa warna dan bahan cat adalah tidak palsu dan
sesuai dengan RKS.
c. Sifat umum
- Tahan terhadap pengaruh cuaca.
- Tahan terhadap gesekan dan mudah dibersihkan.
- Mengurangi pori-pori
- Tidak berbau.
- Daya tutup tinggi/kemasan rapat.
d. Data teknis pada 200C (derajat Celcius).
Berat jenis --------------- :rata-rata 1,35 g/cm3
Kepadatan ------------------ :rata-rata 37,0 %.
Tebal pada lapisan kering - :2 (dua kali lapisan 7 mikron).
Daya tutup teoritis ------- :6-7 m2/kg.
Kering abu ---------------- :10 menit pada kelembaban relatif 5 %.
e. Aplikasi dengan semprot (untuk bidang luas).
Pengecatan air ----------- : Gunakan air bersih.
Jumlah -------------------- : 10 – 15 % volume.
Diameter lubang semprot -- : 1,5 - 2 mm.
Tekanan udara semprot ----- : 0,3 - 0,4 MPa (= 3-4 atm 43 - 57 psi).
f. Aplikasi dengan rol atau kuas (untuk bidang kecil).
Pengenceran ---------------- : Gunakan air bersih.
Jumlah --------------------- : 0 - 5 %.
g. Warna
PASAL 17
PEKERJAAN PERLENGKAPAN SANITASI
1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Meliputi semua pekerja peralatan dan bahan-bahan yang digunakan da
berhubungan untuk pekerjaan sanitasi sesuai dengan gambar kerja dan
RKS. Antara lain:
b. Khusus untuk fittin-fitting stop kran dan perlengkapan sanitas fixtur lainnya
Pemborong harus memberikan contoh sesuai yang ditentukan dalam RKS
untuk disetujui Pemili Proyek.
c. Pekerjaan perlengkapa sanitas tidak dapat terlepas dari pekerjaan
mekanika plumbing.
2. BAHAN-BAHAN
a. Bahan harus memenuhi Standar Industri Indonesia tentang cara uji bahan-
bahan sanitasi.
Sanitari fixtur harus dilengkap fittin-fitting stop kran dan perlengkapannya.
b. Barang yang akan dipakai adalah produksi dari TOTO atau setaraf yang
disetuji oleh owner maupun MK, semua material ini mempunyai permukaan
yang halus licin dan mengkilap dari bahan keramik.
- Barang yang akan dipakai produk yang dapat menghemat air
3. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Pada saat pekerjaan plestera dilaksanakann Pemborong harus menentukan
letak kelompok -kelompok untuk pemasangan lavatory tempat tissu dan lain-
lain.
b. Sebelum pemasangan dinding keramik Pemborong wajib memeriksa tempat
-tempat yang akan dipasang perlengkapan sanitasi dan memastikan
kelompok -kelompok yang belum terpasang memeriksa instalasi air yang
akan dihubungkan dengan perlengkapa sanitasi.
c. Pemasangan perlengkapan sanitas dilaksanakan setelah pekerjaan lantai
dan pekerjaan penyelesaian dinding.
4. PEKERJAAN PELAKSANAAN
a. Semua perlengkapan sanitasi dipasang kedinding atau lantai dengan cara
yang baik sambungan-sambungannya kokoh dan tidak merusak fitting.
b. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik tanpa kebocoran.
c. Pemasangan perlengkapan sanitasi harus rapi tidak miring.
d. Selesai pemasangan perlengkapan sanitas wajib dilaksanakan final tes dan
disaksikan MK.
e. Biaya pengujian pemeriksaan dan kerusakan material adalah tanggung
jawab Pemborong.
I. Pekerjaan Plumbing
A. Umum
1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh
Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh
pada pekerjaan.
2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-
bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
pada spesifikasi ini.
3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga
sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan
biaya.
A. Lingkup Pekerjaan
1. Meliputi penyediaan air bersih beserta instalasinya, pengelolaan air kotor dan
drainase air hujan termasuk : Pemilihan, pengadaan, pemasangan serta
pengujian material maupun sistem keseluruhan sehingga sistem plambing
dapat berjalan dan beroperasi dengan baik dan benar sesuai gambar rencana
dan persyaratan ini.
2. Semua perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan instalasi plambing.
3. Pengukuran terhadap ketinggian site terutama untuk kemiringan
saluran dan peil banjir.
4. Sistem dan unit - unitnya meliputi :
a. Jaringan pipa air bersih untuk di luar dan di dalam bangunan.
b. Jaringan pipa-pipa air kotor dan bekas di dalam dan di luar bangunan.
Jaringan pipa-pipa vent untuk sistem pembuangan air kotor dan air bekas.
c. Pompa-pompa untuk menjalankan sistem air bersih lengkap dengan panel
kontrolnya.
II. Bio-septictank
A. Lingkup Pekerjaan
1. Lingkup pekerjaan bioseptictank meliputi dan tidak terbatas dari apa yang
disesuaikan dan apa yang di uraikan tersebut dibawah ini.
2. Pekerjaan meliputi pengadaan pemasangan, pengujian dan bekerjanya sistem
sehingga out put yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan umum yang
berlaku serta ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pengawasan
Lingkungan Hidup (KLH).
3. Pengadaan dan pemasangan instalasi bioseptictank dengan sistem packaged
berkapasitas : 4 m³/hari dan 3 m³/hari
4. Jaminan spare parts dan pemeliharaan selama masa berlakunya pemeliharaan
yang ditetapkan dalam kontrak pekerjaan.
C. Pipa-Pipa
1. Untuk jaringan air bersih digunakan pipa PPR PN-10, pada penyambungan
antar pipa dan fitting harus memakai electrofusion socket dengan memakai
Heating element socket welding, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
2. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus dipergunakan
alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat
pemotong khusus sesuai rekomendasi dari pabrik pipa agar pemotongan pipa
dapat tegak lurus terhadap batang pipa. Cara penyambungan lebih lanjut dan
terinci harus mengikuti spesifikasi dari pabrik pipa.
3. Untuk pipa air buangan dan air kotor digunakan pipa PVC klas AW (10 kg/cm²)
dengan sambungan Solvent Cement (perekat) yang sesuai untuk jenis pipa
PVC.
4. Untuk pipa-pipa Vent digunakan pipa PVC kelas D (5 kg/cm²).
5. Sambungan antara pipa yang berlainan jenis dilakukan dengan
menggunakan adaptor atau coupling.
6. Sebelum pemasangan / penyambungan dilakukan, pipa-pipa harus dalam
keadaan bersih dari kotoran baik pada bagian yang akan disambung ataupun
didalam pipa itu sendiri.
7. Semua jenis sambungan, pemasangannya tidak diperbolehkan berada dalam
beton / dinding.
1. Strainer
Strainer dengan ukuran 2½” dan lebih besar mempunyai type Y pattern, cast iron body
(untuk 16 bar) dengan SS screen 3 mm perforations. Ductile iron body untuk 20 bar.
2. Gate Valve (Rising dan Non Rising Stem)
Gate valve dengan ukuran 2½” dan lebih besar dari cast iron body dilengkapi dengan
open / shut indicator untuk Non Rising Stem.
Untuk 2” dan ke bawah, body material terbuat dari Dzr/bronze body sesuai standar BS
5154 series B, screw ends BS 21 N.R.S, working pressure : 10 bar.
3. Check Valve :
Material : bronze body swing type Y pattern screwed cup metal disk screwed end untuk
valve sampai dengan diameter 50 mm.
Tipe : swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron
untuk tekanan 10 bar dan carbon steel untuk tekanan 16 bar.
4. Rubber flexible / Expansion joint (Flange connection)
Adalah spherical shape ball design, single / double sphere, terbuat dari neoprene
rubber dengan nylon reinforcement (cloth reinforcement tidak dapat diterima).
Untuk ukuran 2½” dan lebih besar dilengkapi dengan galvanized steel flange end.
Working pressure : 16 bar.
5. Rubber flexible / Expansion joint (screw connection)
Adalah spherical shape ball design, twin sphere, terbuat dari neoprene rubber dengan
nylon reinforcement (cloth reinforced tidak dapat diterima). Rubber flexible / expansion
joint untuk ukuran ¾” dan lebih besar harus complete dengan malleable iron
threaded BS21 union end connection. Semua rubber flexible / expansion joints
harus mempunyai working pressure : 16 bar. Untuk working pressure 20 bar, rubber
flexible joint ukuran ¾” dan lebih besar harus dengan A 105 forged steel threaded
(NPT) union ends connection.
6. Floor Drain (Fd)
Floor drain yang dipergunakan disini harus jenis Bucket Trap, Water Prooved type
dengan 50mm Water Seal dan dilengkapi dengan U trap.
Floor Drain terdiri dari:
a. Chromium plated bronze cover and ring.
b. PVC neck
c. Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with
flange for water prooving.
pabrik.
g. Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan dinding / bagian dari
bangunan pada arah horizontal maupun vertikal.
h. Semua pemipaan yang akan disambung dengan peralatan harus dilengkapi
dengan wartel mur atau flange.
i. Setiap arah perubahan aliran untuk pemipaan air kotor yang membentuk
sudut 90° harus digunakan 2 buah elbow 45° dan dilengkapi dengan
clean out serta arah dan jalur aliran agar diberi tanda.
j. Katup (valve) dan saringan (strainer) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (Valve handle) tidak
boleh menukik.
k. Semua pekerjaan pemipaan air limbah harus dipasang secara menurun
ke arah titik buangan. Pipa pembuangan dan vent harus disediakan guna
mempermudah pengisian maupun pengurasan. Untuk pembuatan vent
pembuangan hendaknya dicari titik terendah dan dibuat cekung serta
ditempatkan yang bebas untuk melepaskan udara dari dalam.
l. Semua jaringan pipa dilengkapi dengan : Valve, air vent, wash out untuk
air bersih dan Clean out, air vent, wash out untuk jaringan pipa air kotor.
m. Kemiringan menurun dari pekerjaan pemipaan air limbah harus seperti
berikut kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
- Dibagian dalam toilet, 50 – 100 mm
atau lebih kecil : 1 – 2 %
- Dibagian dalam bangunan 150 mm atau lebih kecil : 1%
- Dibagian luar bangunan, 150 mm atau lebih kecil 200 mm atau lebih
besar : 1% .
a. Pekerjaan pemipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik
b. Apabila terjadi kemacetan, pengotoran atas bagian bangunan atau
finish arsitektural atau timbulnya kerusakan lain karena kelalaian, maka
semua perbaikannya adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
pemuaian atau peregangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak
yang diberikan dalam list berikut ini :
No Ukuran Pipa Interval Interval Tegak
(mm) Mendatar (m)
(m)
1 ≤ 15 0.6 0.9
2 ≤ 20 0.9 1.2
3 ≤ 25 0.9 1.2
4 ≤ 32 0.9 1.2
5 ≤ 40 1.2 1.2
6 ≤ 50 1.2 1.2
7 ≤ 65 1.2 1.2
• Sambungan Pipa
Sambungan Flexible
Sambungan flexible harus disediakan dengan tujuan untuk menghilangkan
getaran dari sumber getaran.
Sambungan flanged
Sambungan flanged harus dilengkapi rubber set/ring, seal dari karet secara
homogen.
Sambung Lem
Penyambungan antara pipa dan fitting PVC mempergunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa dan rekomendasi dari pabrik pembuat. Pipa harus
masuk sepenuhnya pada fitting, untuk itu harus mempergunakan alat press
khusus. Selain itu pemotongan pipa harus mempergunakan alat pemotong khusus
agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.
Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci
harus mengikuti spesifikasi dari pabrik pipa.
• Selubung Pipa
a. Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus konstruksi beton.
b. Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
• Pembersihan
a. Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan di setiap service harus dibersihkan dengan seksama,
menggunakan cara-cara /metoda-metoda yang disetujui sampai semua
benda-benda asing disingkirkan.
b. Desinfeksi :
• Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l
chlor selama 1 jam setelah itu dibilas.
• Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan
setelah itu dibilas.
• Pekerjaan Listrik
a. Lingkup pekerjaan ini adalah menyediakan dan pemasangan panel listrik
termasuk panel kontrol untuk peralatan pompa air bersih, kabel kontrol
berikut peralatan control seperti yang ditunjukkan pada gambar
perencanaan.
A. Pengujian
• Umum
a. Semua biaya dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan pengujian
disediakan oleh pelaksana Kontraktor.
b. Kontraktor harus memberitahukan kepada direksi paling lambat 3 (tiga) hari
kerja sebelum mulai pelaksanaan pengujian.
c. Dalam masih ada kebocoran atau belum berfungsinya suatu sistim dengan
baik, maka pelaksana harus memperbaiki peralatan tersebut &
mengulangi pengujian lagi.
d. Alat-alat bantu untuk pengujian antara lain: manometer, pompa-pompa dan
lain-lain, harus dalam keadaan baik dan ditera secara resmi.
• Pipa dan Jaringan Pipa
a. Untuk pipa air bersih, pengujian dilakukan dengan ketentuan 2 (dua)
kali tekanan kerja selama 8 jam tanpa ada penurunan tekanan uji.
Dalam hal ini tekanan uji saluran air bersih = 12 atm. Selanjutnya sebelum
pipa dan jaringan pipa siap untuk pertama kalinya dioperasikan, maka
pelaksana wajib melakukan “desinfektansi” terlebih dahulu (dengan
desinfektansi yang disetujui). Pada prinsipnya pengetesan dilakukan
dengan cara bagian perbagian atau panjang pipa max. 100 meter.
b. Untuk pipa air kotor, air buangan dan ventilasi pengujian dilakukan
dengan test rendam dengan air selama 8 jam.
• Pompa
Semua pompa harus diuji sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Kontraktor
harus menghitung kembali besarnya jumlah aliran air yang mengalir dan total
head berdasarkan peralatan mesin (sesuai dengan penawaran) yang
dipasangnya atau mencoba sisa tekanan pada fixture unit yang paling jauh.
9. Training
• Kontraktor harus memberikan training bagi operator minimal 3 (tiga) orang yang
ditunjuk oleh pemberi tugas, sebelum diterbitkannya surat keterangan serah terima
pekerjaan pertama.
• Materi training teori dan pratek sampai dapat mengetahui operasi dan
maintenance.
petunjuk operasi dan pemeliharaan serta latihan petugas instalasi ini dari pihak pemilik
bangunan.
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik
semua persyaratan yang diminta didalam spesifikasi ini,
termasuk gambar-gambar, perincian penawaran (bills of quantity), standard dan
peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan
setempat dan perintah dari Pengawas Lapangan selama masa
pelaksanaan pekerjaan. Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas
tidak akan diterima.
untuk instalasi peralatan ini. Untuk publikasi, code dan standard yang belum ada di
Indonesia, Kontraktor wajib mengikuti publikasi, code dan standard internasional yang
berlaku dan merupakan edisi terakhir antara lain seperti :
1. SMACNA – 85
2. ASHRAE – Guide and data Book, ARI
3. NFPA – 90A
4. ASTM, ASME
5. AMCA
6. CTI
7. PUIL 2000
8. Pedoman Plumbing Indonesia
9. Keputusan / Peraturan Menteri, Gubernur dan Pemerintah daerah
10. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
11. Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan
G. Perlindungan Kebakaran
Semua peralatan maupun instalasi yang mengharuskan tahan terhadap api dalam
jangka waktu tertentu, maupun terhadap penyebaran api yang disebabkan adanya
celah-celah antara pipa dengan dinding atau lantai harus menggunakan material
yang sesuai untuk tujuan tersebut.
B. Lingkup Pekerjaan
• Pengadaan, pemasangan dan pengaturan dari perlengkapan dan bahan yang disebutkan
dalam gambar atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, antara lain :
• Sistim penerangan secara lengkap termasuk di dalamnya pengkawatan dan konduit,
titik nyala lampu, armature, saklar dan seluruh stop-kontak.
• Kabel feeder untuk panel penerangan dan panel-panel tenaga
• Panel-panel penerangan, Panel-panel tenaga, Panel Distribusi Utama (PDTR) secara
lengkap.
• Pengadaan dan pemasangan peralatan kontrol berikut panelnya.
• Pekerjaan pentanahan / grounding
• Pengadaan, pemasangan dan mengecek ulang atas design, baik yang telah disebutkan
dalam gambar / Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tidak disebutkan namun
secara umum / teknis diperlukan untuk memperoleh suatu sistim yang sempurna, aman, siap
pakai dan handal.
e) Bus bar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL
sebagai berikut:
Phasa : Merah, Kuning dan Hitam
Netral : Biru
Ground : Hijau / Kuning
- Circuit breaker
a) Penggunaan MCCB untuk :
− Outgoing pada PDTR
− Incoming pada panel beban sampai dengan minimal 20A
1 phase
− Breaking capasity sesuai dengan gambar perencanaan.
a) Penggunaan MCB :
− Outgoing pada Circiuit breaker harus dari tipe
automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneouse magnetic unit
− Main Circuit Breaker dari setiap panel emergensi
harus dilengkapi shunt trip terminal.
- Alat Ukur
Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting
dalam kotak tahan getaran. Untuk Ampermeter dan Voltmeter
dengan ukuran 96 x 96 mm dengan skala linier dan ketelitian 1%
dan bebas pengaruh induksi serta bersertifikat tera dari LMK / PLN (
D. Lighting Fixtures
1) Reccessed Mounted (RM)
a) Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm dengan cat
b) powder coating warna putih.
c) Reflector dibuat dari alumunium mirror tebal 0.45 mm.
d) Louver dibuat dari alaumunium anodized double mirror (M4)
Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High Impact. Factor
pengisian konduit harus mengikuti ketentuan pada PUIL
2. Perlengkapan Instalasi
1. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material- material
untuk melengkapi instalasi agar diperoleh hasil yang memenuhi
persyaratan, handal dan mudah perawatan.
2. Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
3. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction box
/ doos,warna kabel harus sama.
4. Juction box / doos yang digunakan harus cukup besar dan dilengkapi
tutup pengaman.
panel harus dilindungi pipa PVC High Impact yang tertanam dalam tembok
secara kuat dan teratur rapi. Sedangkan untuk panel yang dipasang
menempel tembok ( outbow ), kabel-kabel dari / ke terminal panel harus
melalui tangga kabel.
5) Penyambungan kabel ke terminal harus menggunakan sepatu kabel (cable lug)
yang sesuai.
6) Ketinggian panel yang dipasang pada dinding (wall-mounted) = 1,600
mm dari lantai terhadap as panel.
7) Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan
gland dari karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang
tajam.
8) Semua panel harus ditanahkan.
b. Kabel-kabel
1) Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang
jelas dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
2) Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan ketentuan PUIL.
3) Kabel daya yang dipasang horizontal / vertical harus dipasang pada
tangga kabel, diklem dan disusun rapi.
4) Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada
T- doos untuk instalasi penerangan.
5) Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu
kabel untuk terminasinya.
6) Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah
pateri.
7) Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau
instalasi lainnya harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung
pipa galvanis dengan penampang minimum 2½ kali penampang kabel.
8) Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali
penampang kabel.
e. Kotak-Kontak Saklar
1) Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah tipe pemasangan masuk
dan dipasang pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk kontak - kontak dan
mm untuk saklar atau sesuai gambar detail.
2) Kotak-kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab/ basah harus
dari tipe water dicht ( bila ada ).
3) Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih dahulu
dipersiapkan sparing untuk pengkabelannya disamping metal doos tang harus
terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut
f. Pentanahan (Grounding)
1) Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan
yang ditunjukan dalam gambar / RKS.
2) Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan pada
panel-panel menggunakan BCC dengan ukuran min. 6 mm² dan max. 95 mm²,
penyambungan ke panel harus menggunakan sepatu kabel (cable lug).
3) Dalamnya pentanahan minimal 12 meter dan ujung elektroda pentanahan harus
mencapai permukaan air tanah, agar dicapai harga tahanan tanah (ground
resistance) dibawah 2 (dua) ohm, yang diukur setelah tidak hujan selama 3 (tiga)
hari berturut- turut.
4. Pengujian
1. Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus
diadakan pengujian secara individual. Peralatan tersebut baru dapat
dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik dari
pabrik pembuat dan LMK / PLN serta instansi lainnya yang
berwenang untuk itu. Setelah peralatan tersebut dipasang,
harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari system untuk
menjamin bahwa system berfungsi dengan baik. Semua
biaya yang timbul dari pelaksanakan pengujian menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan
2. Test meliputi :
a. Test Beban Kosong ( No Load Test )
Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan di test
satu per satu seperti misal pengujian Instalasi 0,6/1 KV (Kabel
Tegangan Rendah) :
a) Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1,000 Volt
b) Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1,000 Volt
c) Pengukuran tahanan pentanahan
Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan
/ hasil pengujian pemeriksaan. Apabila hasil pengujian dinyatakan
baik, maka test berikutnya harus dilaksanakan secara
keseluruhan (Full Load Test)
3 Capasitor Bank
Komponen Capasitor 525 V Nokian, Alpivar, SCHNEIDER
B. Lingkup Pekerjaan
1. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah pengadaan dan
pemasangan instalasi penangkal petir jenis non radioaktif, termasuk air
terminal (batang penerima), down conductor pentanahan / grounding dan
bak kontrolnya serta peralatan lain yang berkaitan dengannya sebagai
suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya seperti yang tertera
pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
2. Termasuk didalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material,
instalasi dan testing terhadap seluruh material, serah terima dan
pemeliharaan selama 12 bulan.
A. Air Terminal
1. Air terminal dari jenis non rdioaktif dengan radius minimal 70 meter
2. Air terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal.
3. Secara keseluruhan air terminal harus terisolasikan dari bangunan
yang dilindunginya pada seluruh kondisi.
4. Dilengkapi dengan FRP Support Mast.
A. Batang Peninggi
Sistem penangkal petir dipasang setinggi 5 (satu) meter dari atap bangunan, sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuatnya, dan harus di sesuaikan dengan gambar
arsitek.
B. Saluran / Penghantar
1. Saluran / penghantar haruslah memenuhi test standard IEC 60 – 1 : 1989 dari
kabel high voltage shielded 50 mm². Saluran penghantar ini mampu mencegah
terjadinya side flashing dan electrification building. Penghantar dari batang
peninggi / tiang ke bak kontrol pentanahan seperti gambar rencana.
2. Seluruh saluran penghantar, harus diusahakan tidak ada sambungan baik
yang horizontal maupun yang vertical / jalur menara, dengan kata lain kabel
tersebut harus menerus dan utuh tanpa sambungan.
B. Penambat / Klem
Kabel yang turun kebawah vertikal harus diklem agar kuat, lurus dan rapi dan
ditambatkan pada rangka/dinding bangunan.
C. Pentanahan
Tahanan tanah harus lebih kecil dari 2 Ohm. Ground rod harus terbuat dari tembaga
seperti gambar rencana, ditanamkan kedalam tanah secara vertikal sedalam minimal
12 (dua belas) meter dan harus mencapai air tanah.
D. Bak Kontrol
Pada setiap ground road harus dibuatkan bak pemeriksaan (bak kontrol). Sambungan
dari Down Conductor ke elektroda Pentanahan harus dapat dibuka untuk keperluan
pemeriksaan tahanan tanah. Bak kontrol banyaknya sesuai gambar rencana.
Sambungan/klem penyambungan harus dari bahan tembaga.
F. Surat Ijin
1. Pelaksana Pekerjaan harus mempunyai ijin khusus dan berpengalaman dalam
pemasangan penangkal petir dan dibuktikan dengan memberikan daftar
proyek-proyek yang sudah pernah dikerjakan.
2. Pelaksana Pekerjaan berkewajiban dan bertanggung jawab atas pengurusan
perijinan instalasi sistem penangkal petir oleh instalasi Depnaker wilayah
setempat hingga memperoleh sertifikasi/ rekomendasi.
A. Pengujian / Pengetesan
Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem penangkal petir yang dipasang, maka
harus diadakan pengetesan terhadap instalasinya maupun terhadap sistem
pentanahannya. Pengetesan yang harus dilakukan :
1. Grounding Resistant test :
Ukuran tahanan dari pentanahan dengan mempergunakan metode
standard.
2. Continuity test :
Pelaksana Pekerjaan harus memberikan laporan hasil testing tersebut.
B. Lingkup Pekerjaan
1. Mengurus ijin penyambungan, banyak sambungan 16 (delapan) nomer
telepon atau sesuai persetujuan Pemberi Tugas.
2. Pengadaan dan pemasangan Key Telpon kapasitas 16 / 64 ext lengkap
dengan MDF.
3. Mempersiapkan jaringan dalam (indoor wiring system), meliputi
penyediaan dan pemasangan:
a. Kabel dan pipa instalasi telepon
b. Kabel feeder telepon
c. Kotak kontak telepon
d. Kelengkapan-kelengkapan lainnya yang menunjang pekerjaan ini.
1. Pengadaan dan pemasangan pesawat standard dan pesawat eksekutif
lengkap dengan display dan hands free atau sesuai persetujuan Pemberi
Tugas.
2. Pengadaan dan pemasangan terminal box telepon
3. Mengadakan test sistem secara menyeluruh, sehingga sistem telepon tersebut
dapat berfungsi dengan tepat dan benar.
4. Menyelenggarakan pemeliharaan terhadap sistem, termasuk penyediaan suku
cadang selama waktu minimal 3 tahun.
5. Mengadakan training bagaimana menggunakan sistem telepon.
C. Persyaratan Teknis
1. Key Telpon
a. Key Telpon mempunyai 16 analog trunk card, 16 digital
extention card, digital dan 64 extention analog.
b. Key telpon dilengkapi dengan key phone digital display.
c. Aksesories lainnya antara lain : Surge Aresster, Power
Supply dan MDF dll, sehingga sistem berfungsi dengan baik.
2. Pesawat Telepon
a. Pesawat-pesawat telepon yang disediakan adalah tipe standard dan tipe
executive. Tipe executive harus mempunyai display digital, hands free dan
kelebihan lainnya. Sistem pemasangan terdiri atas 2 jenis yaitu
pemasangan meja dan pemasangan dinding.
b. Pesawat yang ditawarkan harus dinyatakan baik oleh PT. Telkom, serta
mampu bekerja secara normal pada jaringan lokal PT. Telkom. Hal ini saat
mengajukan approval material harus dilengkapi dengan fotocopy surat
lulus dari PT. Telkom. Baik pesawat standard maupun executive harus
bekerja secara full digital.
3. Terminal
a. Untuk setiap penyambungan kabel telepon harus dengan metoda
jumpering dan memakai terminal-terminal berisolasi sesuai standard
TELKOM.
b. Untuk terminal yang ditempatkan pada lokasi berkelembaban tinggi, maka
box terminal harus diberi pelindung dari bahan anti karat dengan pintu-
pintu yang kedap udara.
4. Kabel Telepon.
a. Semua kabel harus mempunyai kabel cadangan untuk pengganti,
seandainya terjadi kerusakan saluran dan atau untuk menampung
perkembangan dikemudian hari.
b. 2. Untuk penggunaan didalam bangunan digunakan jenis ITC
(indoor-telepone cable) dengan diameter minimal 0,6 mm². Jumlah inti
kabel disesuaikan dengan petunjuk dalam gambar.
c. Untuk penggunaan diluar bangunan dan tertanam digunakan UTC
(Underground telepon cable) dengan diameter minimal 0,6 mm². Jumlah inti
kabel disesuaikan dengan petunjuk dalam gambar.
d. Tidak diperkenankan mengganti jenis, ukuran dan jumlah inti kabel, tanpa
ada persetujuan Konsultan Pengawas.
5. Conduit Telepon.
a. Kabel telepon dimasukkan kedalam pipa pelindung / konduit dari pipa PVC
6. Outlet.
a. Terbuat dari bahan plastic warna putih yang tahan panas, flush mounting
dan bukan jenis claw fix.
b. Dilengkapi box baja galvanized tebal minimum 3,5 mm.
E. Testing / Commissioning
Setelah pekerjaan Telephone ini diselesaikan, harus dilakukan
1.
Testing dan
Commissioning yang disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.
2. Biaya Testing menjadi beban Pelaksana Pekerjaan.
A. Umum
1. Setiap Pelaksana Pekerjaan yang menangani pekerjaan ini, haruslah
mempelajari seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui
kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.
2. Pelaksana Pekerjaan harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dijelaskan baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Pelaksana Pekerjaan untuk mengganti bahan atau
peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa
adanya ketentuan tambahan biaya.
B. Lingkup Pekerjaan
1. Komunikasi data intern di dalam gedung.
2. Komunikasi antar lantai menggunakan switch/hub.
3. Server
a. Wireless
Standard : IEEE 802.11a, 802.11b, and 802.11g
Type : AIR-LAP1131AG-x-K9 (Cisco IOS Software)
Antennas :2.4 GHz
Dimensions :7.5 in x 7.5 in x 1.3 in (19.1 x 19.1 x 3.3cm)
Weight :1.5 lb (0.67 kg)
System Memory :32 MB RAM
Pembangunan Gedung Klinik TB MDR
104
Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS)
b. Hub Switch
Standard :IEEE 802.1s 1000BASE-X (SFP)
Type :24/48 Ethernet 10/100/1000 ports & 4 SFP-based
Gigabit Ethernet ports
Rack :1RU fixed-configuration, multilayer switch
IP Base :IP Base Software feature set (IPB)
Support :24/48 users
Performance :32 Gbps forwading bandwidth
Connectors & Cabling: 1000BASE-T; RJ-45 connectors, four-pair Cat.6
UTP
Power Connectors :Internal-Power-Supply Connector
Indicator :System-status LEDs: System, RPS, link status,
link duplex, link speed, PoE indicators
Modul Tambahan : GLC-SX-MM, 1000BASE-SX SFP transceiver module for MMF, 850-
nm wavelength
c. Server
Form factor/height : Rack/2U
Processor : Intel® Xeon Quad Core E5405
Hard disk : 146GB 15K 3.5in HS SAS
RAID : Raid-5
Network Interface : Integrated dual Gigabit Ethernet
Warranty : 3 Years
OS : Windows Server 2003 Standard
d. Rack Mount
Type : Close Rack 19” 45U & Wall mount 15U
Dimension : 1100mm & 470mm
Accessories : Fan, Power Outlet 12 hole
e. Cabling
f. Backbond
Standart : 2000nm
Type : Fiber Optic Multimode
Technology :OM3
g. Backbone
Type : 19” Rack 2U
Capacity : 2KVA
Connection :Support Ethernet 10/100
sleeve dari pipa galvanis dengan diameter minimal 2,5 kali penampang
kabel.
j. Label pada patch panel harus disusun berurutan demikian pula dengan
yang di sisi user harus pula disesuaikan dengan nomor yang terpadat
pada patch panel.
k. Setiap pemasangan kabel-kabel data harus diberikan cadangan kurang
lebih 1 m setiap ujungnya.
l. Penyusunan pipa conduit kabel diatas kabel tray harus rapih dan tidak
boleh saling menyilang.
m. Penyambungan pipa conduit kabel menggunakan sock yang ukurannya
sesuai dengan besaran pipa conduit.
n. Besaran pipa conduit adalah 20mm.
o. Rack mount harus dilengkapi dengan grounding untuk menghindari adanya
gelombang elektromagnetik yang mempengaruhi arus kabel data.
p. Pemasangan Wall mount rack harus rapi dan tidak boleh miring, juga
harus kuat. Untuk memperkuat wall mount rack digunakan dynabolt
ukuran S8.
q. Tahanan pentanahan yang dipasang pada rack mount maksimum 2 ohm.
r. Pemasangan kabel ledder ditempel pada tembok di bawah rack mount
yang menghubungkan antar rack mount dengan titik.
s. Kabel yang dipasang diatas trunking dan kabel ladder harus diklem dengan
klem-klem kabel anti ultra violet.
t. Setelah semua instalasi terpasang maka harus dilakukan mergering pada
setiap titik instalasi, agar kita dapat mengetahui instalasi tersebut dapat
berfungsi dengan baik.
F. Testing / Commissioning
Tahap–tahap Pengetesan Kabel dan Unit LAN:
Setelah instalasi seluruh kabel dan komponen LAN telah diselesaikan dan
siap untuk dioperasikan, harus di adakan pengetesan yang di laksanakan
oleh pemborong disaksikan bersama – sama pihak owner dan perencana.
Testing dan commissioning jaringan kabel di lakukan tahap demi tahap
dari tiap outlet ke patch panel pada satu lantai (horizontal testing) dan dari
PEKERJAAN PENUTUP