Anda di halaman 1dari 25

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

A. SYARAT-SYARAT UMUM

PASAL 1. STANDARD STANDARD YANG BERLAKU


1. Semua pekerjaan dalam RKS ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-
persyaratan teknis yang tertera dalam Persyaratan Normalisasi Indonesia (NI) dan peraturan-praturan
Nasional maupun peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan yaitu.
a) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
b) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 39/KPTS/M/2003 tanggal 31
Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.
c) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 tanggal 21
Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
d) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
e) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 11/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
f) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
g) Standar/pedoman teknis yang berlaku seperti :
 PUBI – 1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
 NI – 8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
 PPI – 1983 : Peraturan pembebanan Indonesia
 ASTM : American Society for Testing & Materials
 NI – 10 : Bata Merah Sebagai bahan bangunan
 PBI – 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
 SII : Standar Industri Indonesia
 PPBBI : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
 AV 1941 : Algemene Voorwarden
 AISC : American Institute of Steel Construcion
 AWS : American Welding Society
 AASTHO : American Association of State Highway and Transportation Officials
 SNI : Standar Nasional Indonesia
 Peraturan Nasional Pembangunan Indonesia
 Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5/1961).
 Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Depnaker tentang penggunaan Tenaga Kerja,
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
 Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat DTPI 1980.
 Pedoman Tata cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara oleh Departemen Pekerjaan
Umum.
 Peraturan - peraturan Pembangunan Pemda setempat.
h) Peraturan Daerah tentang Tata Bangunan
2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standard-standard yang tersebut diatas, maupun
standard Nasional lainnya maka diberlakukan standard Internasional yang berlaku atas pekerjaan-
pekerjaan tersebut atau setidak tidaknya berlaku standard-standard persyaratan teknis dari Negara-negara
asal bahan pekerjaan yang bersangkutan. Atau penyedia Barang/Jasa harus mengajukan salah satu
persyaratan berikut ini guna mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
a) Standar/Normal/Pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan yang bersangkutan yang
diterbitkan oleh instansi, asosiasi, lembaga pengujian ataupun badan lainnya yang berwenang.
b) Brosur Teknis dari produsen yang dilengkapi dengan sertifikat dari lembaga pengujian

XII - 1
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

3. Sebelum setiap memulai pekerjaan pembangunan dan pemasangan bahan/material dimulai, Pemborong
wajib dan harus menyerahkan :
a) Time Schedule
b) Spesifikasi bahan/material dari pabrik pembuatan untuk bahan material tertentu sesuai dengan
perintah Direksi Pengawas dan Konsultan Perencana.
c) Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing).
d) Contoh bahan, warna termasuk mock-up untuk pekerjaan tertentu sesuai dengan permintaan Direksi,
Pengawas, dan Konsultan Perencana.
a) Referensi, lisensi, sertifikat khusus dari pihak yang berwenang untuk pekerjaan tertensu sesuai
permintaan Direksi/Pengawas dan Konsultan Perencana.
e) Izin Pelaksanaan dari Direksi Pengawas diperlukan untuk diteliti dan disetujui oleh Direksi
Pengawas jika tidak memenuhi syarat akan ditolak dan harus diganti sampai memenuhi syarat yang
diminta atas tanggung jawab dan biaya Pemborong.
4. Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam gambar kerja adalah ukuran jadi meliputi ukuran :
a. As - as
b. Luar - luar
c. Dalam - dalam
d. Luar – dalam
5. Perbedaan Gambar
a. Bila gambar kerja tidak sesuai dengan RKS, maka yang mengikat adalah RKS atau ditentukan
kemudian oleh Direksi Pekerjaan.
b. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar
yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku/mengikat
c. Bila ada beberapa gambar dengan tanggal pengeluaran yang berbeda untuk satu masalah, maka
gambar dengan gambar yang termuda/terbaru yang mengikat/berlaku
d. Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dengan struktur, maka yang berlaku/mengikat
adalah gambar kerja arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi konstruksi dan kekuatan struktur
e. Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dan gambar kerja elektrikal & mekanikal, maka
yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja arsitektur
f. Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidakjelasan maupun kesimpangsiuran menimbulkan keragu-raguan
sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka Penyedia Jasa diwajibkan
menyampaikan kepada Direksi Teknis Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
g. Ketentuan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Penyedia Jasa untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya pekerjaan tambah.

PASAL 2. PENJELASAN GAMBAR DAN RKS


Kontraktor wajib meneliti semua gambar kerja (Detail Perencanaan) dan RKS (Rencana Kerja dan Syarat-
syarat) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
Bilamana terdapat ketidak sesuaian antara gambar dengan RKS, maka yang mengikat dan berlaku adalah
RKS. Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala
lebih besar yang berlaku.
Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan
kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada Pimpinan Proyek atau Pengawas Lapangan yang ditunjuk
owner dan mengikuti keputusannya.

PASAL 3. LAPORAN
Kontraktor wajib membuat Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan sebagai resume dari
laporan harian dan mingguan selama masa pelaksanaan, yang akan diperiksa dan disetujui oleh Pengawas
Lapangan dan Pimpinan Proyek yang memuat hal-hal:
1. Jumlah tenaga menurut jenis/jabatan
2. Jumlah dan jenis bahan yang masuk yang disetujui dan ditolak
3. Kegiatan, volume dan satuan pekerjaan secara terperinci.
4. Keadaan cuaca dan kejadian-kejadian lain
5. Peralatan yang dipakai

XII - 2
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

6. Anjuran/perintah kepada Kontraktor.


Laporan harian ini dibuat dalam rangkap dan bentuk yang telah ditetapkan oleh Owner.

PASAL 4. SUSUNAN PERSONIL LAPANGAN


Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasanya di lapangan atau biasa disebut Site Manager, yang cakap
untuk memimpin, bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan dan memiliki pengalaman
teknis dalam pekerjaan bangunan. Penetapan ini harus dikuatkan dengan Surat Tugas/ Surat Pengangkatan
resmi Kontraktor ditujukan kepada Direksi Lapangan/Owner.

PASAL 5. JAMINAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN


1). Kontraktor Pelaksana harus menjamin keselamatan para pekerja sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk semua bidang
pekerjaan (ASTEK). Oleh karena itu Penyedia Jasa harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi
Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
2). Pada pekerjaan - pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, kecelakaan lalu lintas dll, maka
Penyedia Jasa harus menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut.
3). Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Penyedia Jasa harus
menyediakan sejumlah obat obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap dipakai apabila
diperlukan dan dilokasi pekerjaan harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK).
4). Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang serius, maka
Penyedia Jasa/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat dan segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
5). Penyedia Jasa harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat- syarat kesehatan
bagi semua pekerja / petugas, baik yang berada dibawah tanggung jawabnya maupun yang berada
dibawah pihak ketiga.
6). Penyedia Jasa Harus melengkapi Kebutuhan untuk pedoman Sistem Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ( SMK3 ) yg sudah di tuangkan dalam Rencana Anggaran Biaya / Penawaran Penyedia
Jasa , yg WAJIB ada di lapangan :
- Helm Safety Berlogo Perusahaan = 5 Buah
- Sepatu Boot = 5 Buah
- Sarung Tangan = 5 Lusin
- Masker = 2 Kotak
- Peralatan P3K
- Spanduk / Rambu ( Banner )
- BPJS Ketenagakerjaan dan kesehatan

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PT / CV.............................................
WAJIB BACA
XII - 3

1. PAKAILAH ALAT PENGAMAN DIRI SELAMA BEKERJA


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

PASAL 6. KEAMANAN PROYEK


Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan, terhadap barang miliknya yang berada di lapangan, dan milik
Owner yang ada di lapangan baik terhadap pencurian maupun pengerusakan.
Bila diperlukan, untuk maksud-maksud tersebut, Kontraktor dapat membuat pagar pengaman dari tiang kayu
meranti/seng gelombang dan dicat.
Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah atau pengunduran waktu
pelaksanaan.
Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk itu Kontraktor harus
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai.
Kontraktor wajib mengasuransikan seluruh pekerjaan dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya (all risk)
pada perusahaan Umum Asuransi. Maka pertanggungan ditetapkan sejak tanggal diterbitkannya SPMK
sampai dengan tanggal berakhirnya masa pemeliharaan.

PASAL 7. ALAT-ALAT PELAKSANAAN


Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat-alat kecil maupun besar, harus disediakan
oleh Kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum pekerjaan fisik bersangkutan dimulai.

PASAL 8. DIREKSI KEET


Kontraktor harus menyediakan bangunan/kantor ruang kerja di lapangan untuk Kontraktor, sesuai dengan
kebutuhan.
Kantor lapangan tersebut dilengkapi dengan peralatan-peralatan kantor.
Kontraktor harus membuat bangsal kerja, tempat istirahat pekerja, tempat makan dan gudang penyimpanan
barang-barang.
Penempatan bangunan tersebut di atas akan ditentukan kemudian oleh Kontraktor atas persetujuan Pimpinan
Proyek.
Segala biaya yang diperlukan untuk pembuatan bangunan tersebut di atas dan peralatan yang dibutuhkan
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan dianggap telah termasuk harga kontrak/borongan.

PASAL 9. PENYIMPANAN BAHAN/MATERIAL


Penyimpanan bahan-bahan/material bangunan yang telah diperiksa dan disetujui oleh Pengawasa Lapangan,
harus diatur penempatannya sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengambilan dan menjaga agar
tetap memenuhi syarat-syarat penyimpanan untuk menghindari kerusakan atau menurunnya mutu
bahan/material bangunan tersebut.
Tempat penimbunan bahan/material bangunan tersebut harus mendapat persetujuan Pengawasa Lapangan,
penimbunan bahan/material yang ada dalam gudang maupun yang berada di lapangan terbuka dalam areal
proyek harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum, juga
memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan/material oleh Pengawas Lapangan.

XII - 4
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

Selama berlangsungnya pembangunan/pekerjaan fisik, kebersihan areal kerja, direksikeet, gudang,


bangsal/los kerja dan bangunan lainnya yang ada dalam areal proyek harus tetap terjaga, tertib dan rapi.
Bahan/material yang telah ditolak oleh Pengawasa Lapangan harus dikelurkan dari areal proyek secepatnya
selambat-lambatnya pada hari yang sama saat penolakan dinyatakan. Terhadap kelalaian ini Pimpinan
Proyek dapat memberhentikan seluruh pekerjaan, dan seluruh akibat dari pemberhentian tersebut seluruhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 10. PEKERJAAN PERSIAPAN


1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Penyedia Barang/Jasa harus melaksanakan mobilisasi peralatan
dan tenaga kerja yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan
meliputi:
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Mempersiapkan fasilitas seperti kantor proyek, bengkel, gudang dan sebagainya.
c. Mendatangkan personil-personil.
Pekerjaan demobilisasi dilaksanakan apabila pekerjaan dianggap telah selesai dan dengan persetujuan
dari Pihak Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan.
2. Pengadaan Air Untuk Pelaksanan Pekerjaan
Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampung, air harus memenuhi kualitas yang ditentukan
dalam PBI 1991. Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber air terdekat, kemudian
ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan. Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah
yang cukup selama pelaksanaan pekerjaan. Air harus memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI NI 2.
3. Pembuatan Papan Plank Nama Proyek
Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan papan tebal 2,5 cm dicat putih, dengan ukuran
200 x 100 cm. Didirikan tegak diatas kayu 5/10 cm setinggi 240 cm. Diletakkan pada tempat yang
mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat :
a. Nama Proyek
b. Pemilik Proyek
c. Lokasi Proyek
d. Jumlah Biaya (Nilai Kontrak)
e. Nama Konsultan Perencana
f. Nama Konsultan Pengawas
g. Nama Penyedia Jasa (Kontraktor)
h. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dimulai tanggal, bulan, tahun

B. SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

PASAL 1. PEKERJAAN PENDAHULUAN


1. Pengukuran
a. Sebelum memulai pekerjaan pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan mempelajari dengan
seksama rencana tapak dan titik mula/awal pembangunan dan referensi koordinat, pengukuran beda
tinggi dan peta situasi lapangan sesuai dengan petunjuk Pihak Direksi Pekerjaan atau seperti yang
tercantum dalam gambar kerja.
b. Bila terdapat ketidaksesuaian ukuran di lapangan terhadap gambar kerja, Penyedia Jasa wajib
memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis untuk mendapatkan cara penyelesaian
yang terbaik.
c. Jumlah tugu/patok ukur yang harus dibuat oleh Penyedia Jasa minimal 2 (dua) buah, lokasi
pemasangan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis Pekerjaan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu dan atau terganggu selama pekerjaan berlangsung.
d. Patok ukur dibuat tertancap kuat di tanah dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup
untuk memberikan indikasi peil P +/- 0,00 sesuai dengan gambar kerja. Di atasnya dicantumkan
indikasi peil +/- 0,00 sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
e. Untuk daerah yang mempunyai perbedaan elevasi sangat tajam, diperlukan patok ukur tambahan
yang dapat dipakai sebagai patokan elevasi-elevasi di daerah tersebut.

XII - 5
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

f.Patok ukur dibuat permanent, tidak dapat diubah diberi tanda dengan jelas dan dijaga keutuhannya
sampai pekerjaan selesai. Pembongkaran hanya dapat dilaksanakan bila ada instruksi tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
g. Kontraktor harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara pengukuran dengan alat-alat
penyipat datar (theodolith, waterpass dan sebagainya) dan lain-lain peralatan yang diperlukan.
h. Pengawas Lapangan dan Kontraktorakan menetapkan tempat/posisi patok penandaan permanen
(bench mark) sebagai referensi pengukuran bangunan, dan dituangkan dalam Berita Acara Penentuan
Titik 0 (nol).
i. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas Lapangan dan tetap merujuk
pada pergeseran patok awal.
j. Berdasarkan patok tersebut Kontraktormenentukan level bangunan dan jarak as bangunan pada
setiap pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.
k. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas
l. Segala pekerjaan pengukuran persiapan menjadi tanggung jawab Kontraktor dengan biaya sesuai
kontrak
2. Pemasangan Bowplank
a. Semua ukuran yang tercantum dalam rencana ini dinyatakan dalam cm/m.
b. Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawas Pengawas Lapangan dengan patok yang
dipancang kuat-kuat dihubungkan dengan papan kayu yang kuat dengan ketebalan minimum 2 cm,
diketam rata pada sisi atasnya.
c. Permukaan atas lantai ubin (P ± 0.00) adalah ; sesuai dengan rencana, kecuali ditetapkan lain pada
waktu rapat penjelasan.
d. Ukuran penduga dibuat dari besi pipa atau kayu terentang 5/7 cm x 3 m yang diketam, rata semua
sisinya, kemudian sebagian ditanam dalam tanah asli sedalam 1 m1 dan di cor beton
e. ukuran penduga tersebut merupakan titik pikat tetap yang harus dibuat pemborong di bawah
pengamatan Direksi Lapangan yang dipelihara selama pelaksanaan.
f. Ketentuan letak bangunan diukur di bawah pengawasan Direksi dengan patok–patok yang dipancang
dan papan bouwplank yang diketam pada sisinya. Pemborong harus menyediakan paling sedikit 3
(tiga) orang pembantu yang paham dalam pengukuran,penyipat datar, penunjuk / prisma silang, tali
busur dan lainnya yang diperlukan.
g. Pekerjaan papan Bouwplank
 Semua papan bouwplank menggunakan kayu yang kuat, diserut rata dan terpasang waterpass
dengan peil ± 0.00.
 Jarak papan bouwplank minimal 1.5 m dari garis bangunan terluar untuk mencegah kelongsoran
terhadap galian tanah pondasi.
 Patok – patok harus dipancang sedemikian rupa sehingga kedudukannya benar benar stabil
(tidak goyang). Tanda – tanda sumbu / As (dinding dan pondasi struktur), harus ditentukan
secara teliti dan dibuat dengan jelas. Jenis kayu yang digunakan untuk keperluan ini adalah jenis
kayu kelas II yang lurus dan kering. Ukuran – ukuran patok lainnya, harus dilaksanakan sesuai
dengan ukuran yang tercantum pada gambar kerja. Apabila terdapat perbedaan atau keraguan
pada gambar, maka Pemborong harus melaporkannya secara tertulis kepada
Direksi supaya dapat memberikan suatu keputusan.
 Setelah pekerjaan papan bouwplank selesai. Pemborong wajib memintakan pemeriksaan dan
persetujuan tertulis dari Direksi.
Pembayaran
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh Rekanan
Pelaksanan / Pemborong. Harga ini mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan
pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak
diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.
3. Pembersihan Lapangan
1. Area pekerjaan harus dibersihkan dari hal hal (benda/tumbuhan) yang akan menggangu pelaksanaan
pekerjaan.
2. Rerumputan, organic atau pun top soil harus di bersihkan dan dibuang dari lokasi pekerjaan
3. Jika terdapat pekerjaan penebangan pohon, maka pohon harus di gali akarnya sampai bersih.

XII - 6
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

4. Material buangan harus di buang atau ditempatkan pada lokasi yang tidak menggangu aktivitas
pekerjaan konstruksi
PASAL 2. PEKERJAAN TANAH
2.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini sudah harus diperhitungkan jenis
tanah yang dijumpai di lapangan seperti tanah pasir, gambut, tanah keras (batuan), tanah liat dan lain
sebagainya, yaitu:
o Timbunan tanah dan pasir bawah lantai termasuk pemadatannya.
o Perataan tanah sekeliling bangunan.
o Galian tanah di luar bangunan untuk mendapatkan peil lantai yang disyaratkan
2.2 Persyaratan Bahan
Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir urug dengan kualitas baik
2.3 Pedoman Pelaksanaan
2.1.1 Apabila pada waktu penggalian ditemukan benda-benda purbakala, maka kontraktor wajib
melaporkannya kepada Pemerintah Daerah setempat. Galian-galian untuk septic tank,
saluran air hujan, saluran air kotor dan air bersih dilaksanakan dengan ukuran yang
ditetapkan dalam gambar kerja dan gambar detail. Untuk kondisi tanah yang mudah longsor
Penyedia Jasa harus memasang turap kayu pengaman yang cukup kuat. Turap didalam
bangunan harus dibongkar setelah pondasi selesai.
2.1.2 Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar, maka
Penyedia Jasa harus mengisi kelebihan galian tersebut dengan pasir urug.
2.1.3 Pengurugan dengan tanah timbunan dibawah lantai dilakukan lapis demi lapis hingga
ketebalan 10 cm dibawah lantai, ditumbuk hingga padat. Lapisan-lapisan urugan untuk
ditumbuk ini dibuat maksimal 10 cm, dan ditumbuk 5 kali tiap bidang tumbukan pada tiap-
tiap lapis tersebut.
2.1.4 Dibawah lantai diurug dengan pasir pasangan dan dipadatkan. Pengurugan dan pemadatan
ini dilakukan dengan menyiram air hingga jenuh, kemudian ditumbuk dengan alat yang
sesuai untuk pemadatan. Hasil akhir harus mendapat persetujuan Direksi atas kesempurnaan
pengurugan dan pemadatan.
2.1.5 Penimbunan tanah dilakukan lapis demi lapis, setiap lapis ± 20 cm dan di padatkan dengan
sempurna. Pemadatan dilakukan pada kondisi kadar air optimum. Dan pada bagian pinggir
timbunan, dibuat kemiringan tanah dengan kemiringan 1:3 untuk mendapatkan stabilitas
tanah.
2.1.6 Jika timbunan kurang rata atau belum padat direksi lapangan dapat meminta pelaksana untuk
meratakan atau memadatkan material timbunan.
Pembayaran
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Harga ini mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul
atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya,
pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.
PASAL 3. PEKERJAAN PONDASI
Pondasi Batu Kali
3.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pasangan batu kali dikerjakan adalah campuran spesi 1 : 4 Ps pada pekerjaan pondasi
bangunan.
3.2 Persyaratan Bahan
 Batu kali yang digunakan adalah batu kali yang berasal dari sungai atau batu gunung yang keras
dan tidak mudah pecah. Untuk penggunaan batu gunung haruslah mendapat persetujuan dari
Direksi Teknik/Konsultan
 Pasir yang digunakan untuk spesi pasangan harus menggunakan pasir sungai yang memenuhi
syarat-syarat antara lain : besrih, kasar dan tidak mengandung lumpur serta garam.
3.3 Pedoman Pelaksanaan

XII - 7
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran – pengukuran untuk as pondasi
sesuai dengan gambar konstruksi dan dimintakan persetujuan direksi/konsultan pengawas tentang
kesempurnaan galian.
 Setiap pondasi dipasang aanstampang, untuk pondasi batu kecil, terdiri dari batu kali dan pasir
pasang. Lapisan ini juga harus dipadatkan, dengan menyiram ai diatasnya, sehingga pasir akan
mengisi rongga – rongga batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat sesuai dengan gambar detail
pondasi.
 Sebelum pasangan batu kali dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran-pengukuran untuk as
pondasi sesuai dengan gambar dan dimintakan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas tentang
kesempurnaan galian.
 Setiap jarak 60 cm dipasang besi stek (min. ø 8) dengan panjang 50 cm yang akan mengikat
antara pondasi dan slof.
 Untuk pondasi dilaksanakan dengan ukuran sesuai gambar kerja dan gambar detail. Campuran
yang digunakan: pondasi batu kali dipasang dengan perekat 1 PS : 4 PS.
Pondasi Plat Setempat
3.4 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat bantu yang diperlukan,
sehingga pekerjaan pondasi ini selesai dilaksanakan. Lingkup pekerjaannya adalah Pekerjaan Pondasi
Plat Setempat.

3.5 Persyaratan Bahan


Pondasi plat menerus dibuat dengan kekuatan beton disesuaikan dengan analisa dalam perhitungan
anggaran biaya, dan menggunakan tulangan sesuai dengan gambar kerja.

3.6 Pedoman Pelaksanaan


3.6.1 Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran-pengukuran untuk as pondasi
sesuai dengan gambar konstruksi dan dimintakan persetujuan Direksi tentang kesempurnaan
galian.
3.6.2 Pekerjaan Pondasi Plat Setempat/Plat Menerus
 Tanah digali dengan dimensi yang disesuai dengan gambar kerja atau petunjuk dari direksi
lapangan.
 Pekerjaan dilakukan dengan acuan gambar kerja atau petunjuk direksi lapangan.
 pada dasar galian dihampar urugan pasir dan dilanjutkan dengan lantai kerja. Dengan
ketebalan yang disesuakan dengan gambar kerja atau petunjuk dari direksi lapangan.
 Penulangan pondasi plat setempat dan bekisting disesuaikan dengan gambar kerja dan
disetujui oleh direksi lapangan.
 Pengecoran dengan campuran yang disyaratkan dapat dilakukan apabila telah disetujui oleh
direksi lapangan.
 Jika lubang galian telah dipenuhi air, pengecoran dilakukan dengan menggunkan talang yang
berfungsi untuk mengalirkan material beton yang telah diaduk dengan air, talang ini
dimasukan sampai pada dasar sumur dan material dialirkan sehingga material dapat
terhampar dengan baik tampa menimbulkan pemisahan semen dengan material ataupun
segregasi material.
 Setelah selesai, dilakutkan dengan penimbunan kembali area galian tanah dan dipadatkan
dengan baik.
 Jika terdapat kesalahan atau kekurangan pekerjaan direksi lapangan dapat meminta
pelaksana untuk menambah atau memperbaikinya.
Pembayaran

Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Harga ini mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul
atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya,
pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.

XII - 8
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

PASAL 4. PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG


4.1 Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan beton dilaksanakan berdasarkan Peraturan Beton Indonesia SKSNI-1991.
Pengguna Jasa harus mempelajari terlebih dahulu metode kerja dari pekerjaan beton dengan
mengacu kepada peraturan dan spesifikasi ini. Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat
menyimpang dari spesifikasi ini harus diperbaiki dan seluruh biayanya menjadi tanggung jawab
pihak Penyedia Jasa. Mutu beton yang digunakan adalah K-250.
Secara umum elevasi dari permukaan lantai beton adalah 3 cm di bawah elevasi arsitektur, kecuali
pada pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak menggunakan finishing arsitektur, elevasi struktur adalah
sama dengan elevasi arsitektur. Perbedaan elevasi pada daerah toilet dan lain-lainnya seperti gambar
kerja kecuali ada ketentuan lain.
Pekerjaan Beton bertulang terbuat dari beton dengan campuran disesuaikan dengan analisa pada
perhitungan anggaran biaya, Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran beton Penyedia Jasa harus
mengajukan sampel bahan yang akan digunakan dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan beton bertulang terdiri :
4.1.1 Sloof
4.1.2 Kolom
4.1.3 Balok
4.1.4 Ring Balok
4.1.5 Plat Dak
4.1.6 Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar rencana.

4.2 Elemen Struktur


4.2.1 Sloof ukuran, tulangan pokok dan tulangan geser sesuai dengan gambar.
4.2.2 Kolom ukuran , tulangan pokok dan tulangan geser sesuai dengan gambar
4.2.3 Balok ukuran, tulangan pokok dan tulangan geser sesuai dengan gambar.
4.2.4 Ring balok ukuran, tulangan pokok dan tulangan geser sesuai dengan gambar.
4.2.5 Plat Dak
4.2.6 Dak sama dengan gambar kerja dengan sistem penulangan 2 arah (two way slab), dengan
perhitungan menggunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-1991.

4.3 Bahan yang digunakan


4.3.1 Semen
 Digunakan Portland Cement Type I menurut NI-8 tahun 1972 dan memenuhi S-400
menurut Standart Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI
8 tahun 1972).
 Semen harus dikirim ke lokasi pekerjaan dalam keadaan tertutup rapat dalam kemasan
aslinya dari pabrik ,sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Semen
harus diletakkan dalam silo atau ruangan, sehingga tidak mendapat pengaruh langsung
dari perubahan cuaca dan kelembaban. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga
terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang
masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat
dilakukan menurut urutan pengiriman.
 Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak
diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.
4.3.2 Agregat
 Agregat yang digunakan harus sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
SKSNI-1991. Penyedia Jasa harus mengajukan sample dan hasil test material yang akan
digunakan sebelum agregat tersebut dikirim ke lokasi pekerjaan
 Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan no. 5, agregat halus adalah
agregat yang lolos saringan no. 5. Kedua jenis agregat ini harus dikombinasikan dalam
suatu proporsi yang baik, sehingga menghasilkan beton dengan mutu terbaik.
 Agregat kasar harus bersih dari lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat
mempengaruhi mutu beton, memiliki ukuran yang beragam, keras dan memiliki bentuk
yang baik

XII - 9
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis kerak,
silk, clay, garam dan bahan-bahan lain. Apabila kadar lumpur agregat halus melebihi 5%
dan agregat kasar melebihi 1%, maka agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum
digunakan. Sesuai dengan trial mix yang dilaksanakan agregat yang digunakan untuk
campuran beton harus berasal dari satu sumber yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
 Agregat harus disimpan dalam keadaan terpisah satu sama lain berdasarkan ukurannya
di atas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan tercampur dengan
lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air di sekitar tempat penyimpanan
agar kadar air dari agregat tidak berubah terlalu banyak.
 Penyedia Jasa harus melakukan pengujian laboratorium dari agregat yang akan
digunakan, dari sumber yang telah disetujui. Pengujian dilakukan oleh badan yang
independen. Test periodik dapat dilakukan terhadap permintaan Direksi Pekerjaan untuk
melakukan cek terhadap kadar aiar dari agregat. Seluruh biaya pengujian ini merupakan
tanggung jawab Penyedia Jasa.
4.3.3 Air
 Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, bahan kimia, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum yang
berasal dari PAM atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan sesuai
dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-1991.
 Apabila dianggap perlu air dapat ditampung di tempat kerja, tetapi harus terjaga dari
pencemaran.
4.3.4 Bahan Tambahan
 Bahan tambahan campuran beton harus digunakan sesuai dengan petunjuk dari produsen
bahan tersebut.
 Apabila Penyedia Jasa menganggap perlu menggunakan bahan tambahan campuran
beton, maka harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan. Metode
pemakaian, jumlah yang akan digunakan dan jenis bahan tambahan campuran beton ini
harus diajukan oleh Penyedia Jasa pada Direksi Pekerjaan.
4.3.5 Pasir Beton
 Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam SKSNI T-15-1991-03.
4.3.6 Baja Tulangan
 Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dengan mutu U-32 (tegangan leleh
karakteristik minimum 3200 kg/cm2) untuk penulangan sloof, balok induk, balok silang,
ring balok, kolom, plat lantai dan tangga.
 Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan
bahan lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang
 Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin.
Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta
persetujuan Direksi terlebih dahulu.
 Jika Pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan
catatan: harus ada persetujuan Direksi Pekerjaan Jumlah besi persatuan panjang atau
jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan oleh
penukaran diameter besi menjadi tanggungjawab pemborong.
 Baik baja tulangan polos maupun baja ulir yang digunakan harus sesuai dengan SII
(Standar Industri Indonesia), Baja U-24 digunakan untuk penulangan geser/sengkang.
4.3.7 Cetakan dan Acuan
 Bahan yang digunakan untuk kayu bekisting digunakan papan klas II tebal minimal 2,5
cm atau triplek tebal 9 mm dengan tulangan-tulangan kayu 4/6 cm yang cukup

XII - 10
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

jumlahnya. Untuk penyangga/stoot werk digunakan kayu balok 5/7 cm. Cetakan dan
acuan harus dipasang rapi dan teliti sehingga pada waktu pembongkaran, beton
menghasilkan bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit finishing/penghalusan.
 Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan didalam pasal 5.1.
SK SNI T-15.1991.03.
4.3.8 Campuran Beton
 Campuran beton yang digunakan adalah beton dengan kekuatan karakteristik BO untuk
pekerjaan beton tumbuk digunakan untuk struktur, sesuai dengan yang tercantum dalam
gambar dan bestek. Kekuatan karakteristik yang dimaksud adalah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Beton Bertulang SKSNI T-15-1991-03.
 Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi agregat dan kekentalannya yang
perlu diperhatikan pula peruntukan beton tersebut dan ukuran potongan beton yang akan
dicor, agar beton dapat dipadatkan dengan baik dan tidak terjadi pemisahan agregat.
 Beton juga harus diperhitungkan untuk tidak mengalami pengendapan selama
pengangkutan dan pengecorannya. Beton yang mudah mengendap tidak diperkenankan
dipergunakan.
 Ukuran maksimum agregat untuk beton struktur adalah 2 cm. Untuk struktur-struktur
dengan penampang tipis, ukuran agregat maksimum yang dipakai adalah 1 cm,
sedangkan untuk struktur yang memiliki ukuran penampang dan jarak antar tulangan
yang besar, ukuran agregat yang dapat dilihat pada tabel.

Type Struktur Minimum Cement Content


Setiap M³ Beton
Beton di dalam ruang bangunan dengan
keadaan keliling korosif disebabkan oleh 325
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton di luar ruang bangunan terlindung dari
hujan terik matahari langsung 275

Beton yang masuk ke dalam tanah dan


mendapat pengaruh sulfat alkali dari arah 375
tanah atau air tanah
Tabel 3.1 Jumlah semen minimum dalam setiap M³ beton
4.4 Campuran Beton yang dilakukan di lapangan
4.4.1 Dalam melakukan pencampuran beton baik semen, agregat, maupun air harus dicampur
dengan perbandingan berat. Apabila akan dilakukan dengan perbandingan volume, Penyedia
Jasa harus mengajukan metode dan alat penakar kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui.
4.4.2 Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk beton (concrete mixer/mesin
molen). Metode pengadukan, kecepatan pengadukan harus disesuaikan dengan rekomendasi
dari pabrik pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin pengaduk tidak boleh dilampaui.
4.5 Pengecoran Beton
4.5.1 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi Pekerjaan.
Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas
penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-
papan berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut
pada saat beton dicor.
4.5.2 Sebelum pengecoran dimulai semua pekerjaan acuan/bekisting, baja-baja tulangan, tarikan
pipa-pipa instalasi air dan listrik serta angker-angker yang harus ditanam di dalam beton,
harus sudah selesai terpasang dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Seluruh
bagian yang akan dicor harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu,
tanah dan lain-lain) serta dibasahi dengan air semen.
4.5.3 Setiap 5 M3 pengecoran beton harus dibuat sampel kubus beton (benda uji) ukuran
15x15x15 cm, minimal 1 hari pengecoran satu buah benda uji untuk diadakan pengujian
kekuatan tekan karakteristik beton yang didapat di laboratorium. Kecuali pada permulaan
pengecoran, kubus beton (benda uji) diambil setiap 3 M3 pengecoran atau kurang dari itu
dengan interval yang sama sampai benda uji mencapai jumlah 20 (dua puluh) buah

XII - 11
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

4.5.4 Setiap bagian pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus sampai
selesai untuk mendapatkan struktur konstruksi yang monolit. Apabila pengecoran beton
harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui oleh Direksi. Untuk
melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras
harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat proses
pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian
yang lebih tinggi dari 1,5 m
4.5.5 Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Penyedia Jasa harus menyediakan
pelindung, atau metode lain pada saat hujan.
4.5.6 Untuk pengecoran kolom atau struktur lain yang tinggi, pengecoran harus di bantu dengan
menggunakan talang atau pintu pengecoran untuk mencegah segregasi beton karena jatuh
bebasnya material campuran beton.
4.6 Pemadatan Beton
4.6.1 Hasil pekerjaan pengecoran dipadatkan menggunakan vibrator concrete selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi
tulangan
4.6.2 Penyedia Jasa harus menyediakan vibrator concrete untuk menjamin efisiensi tanpa adanya
penundaan. Pada waktu pengecoran balok, kolom, dan pelat, vibrator concrete harus dapat
masuk ke dalam bekisting sehingga didapatkan pemadatan yang baik. Waktu pengecoran,
vibrator concrete tidak boleh mengenai baja tulangan yang dapat menyebabkan perpindahan
posisinya.
4.6.3 Vibrator concrete tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara horizontal, setelah
beton dipadatkan dan diratakan dengan baik, beton harus dibiarkan sampai mengeras.
4.7 Beton Pada Suhu Udara Tinggi.
4.7.1 Penyedia Jasa harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap kemungkinan beton
mengalami perubahan akibat suhu udara yang tinggi terutama terhadap sifat plastis dan
kekuatan tekan beton tersebut
4.7.2 Pada suhu udara yang terlalu tinggi Direksi Pekerjaan dapat menunda pengecoran atau
menginstruksikan Penyedia Jasa untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu sebelum
pengecoran dimulai
4.7.3 Apabila suhu udara sekeliling melebihi 320 C, suhu beton harus diusahakan serendah
mungkin dengan cara menghindari penyinaran langsung matahari terhadap agregat dan
mixer atau dengan menggunakan air pencampur yang dingin. Acuan (bekisting) harus
disemprot dahuu dengan air untuk menurunkan suhunya, dengan memperhatikan aliran
keluarnya air tersebut dari dalam acuan
4.7.4 Apabila dianggap perlu Direksi Pekerjaan dapat meminta monitoring terhadap suhu beton
maupun suhu udara sekeliling
4.7.5 Apabila suhu udara siang hari ternyata terlalu tinggi, Penyedia Jasa harus melaksanakan
pengecoran pada malam hari. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengadukan untuk
menghindari pengaruh panas matahari
4.7.6 Untuk pengecoran beton dalam volume yang besar, Penyedia Jasa harus memperhitungkan
kemungkinan crack akibat suhu yang tinggi dari beton

4.8 Construction Joint


4.8.1 Posisi pengaturannya harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan
4.8.2 Siar dalam kolom sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan bidang bawah dari balok
tertinggi.
4.8.3 Siar dalam balok dan pelat ditempatkan ditengah-tengah bentang
4.8.4 Siar vertikal dinding sebaiknya dihindari, siar harus dibuat sekecil mungkin dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan
4.8.5 Sebelum pengecoran beton baru permukaan dari beton lama harus dibersihkan terlebih
dahulu dari segala macam kotoran dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan
cara penyemprotan permukaan dengan air dan menyikat sampai agregat kasar tampak.
Setelah permukaan siar tersebut bersih, bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan merata ke
seluruh permukaan
4.8.6 Penyedia Jasa harus memasang water stop untuk semua siar pelaksanaan pada pelat
basement dan dinding yang berada di bawah muka air tanah

XII - 12
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

4.9 Pemeliharaan Beton (Curing)


4.9.1 Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling sedikit
14 (empat belas) hari
4.9.2 Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap matahari,
pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengrusakan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya
4.9.3 Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah, selama 24 hari dengan
menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut atau
menggunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup beton
4.9.4 Metode pemeliharaan beton harus diajukan oleh Penyedia Jasa kepada Direksi Pekerjaan
untuk disetujui. Selain menggunakan air apabila diperlukan pemeliharaan beton dapat
dilakukan dengan campuran kimia untuk pemeliharaan beton. Campuran kimia ini harus
benar-benar telah dibersihkan pada saat pekerjaan finishing selesai.
4.10 Test Material
4.10.1 Beton
 Test mutu beton maupun material-material beton harus dilaksanakan oleh laboratorium
independen yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Pengujian slump dan kubus beton harus memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (PBI 1971) atau SKSNI T-15-1991-03.
 Untuk pengujian mutu beton di lapangan digunakan pengujian slump dengan
menggunakan kerucut Abrams. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump,
ketinggian slump yang disyaratkan oleh Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
berkisar antara 7,5 cm sampai dengan 15 cm. Cara pengujian slump adalah sebagai
berikut : adukan beton diambil saat sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton
(bekisting), cetakan slump dibasahi air dan ditempatkan di atas kayu yang rata atau plat
baja. Masukkan adukan beton ke dalam cetakan dalam 3 lapis yang kira-kira sama
tebalnya. Setiap lapis dipadatkan dengan menusuk-nusuk tongkat pemadat  16 mm
panjang 60 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru). Masing-masing 25 kali.
Ratakan permukaan adukan beton dan biarkan selama 30 detik. Selama waktu
menunggu ini cetakan dan plat slump dibersihkan dari adukan beton yang berjatuhan.
Angkat cetakan perlahan-lahan. Dalam pengangkatan, posisi cetakan harus dijaga tetap
dalam keadaan vertikal. Ukur penurunan dari adukan beton (slump), pengukuran
dilakukan pada 4 titik, yang nilai penurunannya diambil harga rata-rata
 Sedangkan pengujian mutu beton di laboratorium digunakan test kuat tekan yang
berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm
 Pengambilan adukan beton, pencetakan dan curingnya harus di bawah pengawasan
Direksi Pekerjaan. Prosedurnya harus memenuhi Syarat-Syarat Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971 dan SKSNI T-15-1991-03.
 Pengambilan beton untuk kubus uji dilakukan sedekat mungkin pada lokasi yang akan
dicor, untuk menggunakan concrete pump, kubus diambil setelah beton dipompa
 Untuk pembuatan campuran beton di lapangan, maka pengambilan kubus uji sebagai
berikut : 3 kubus uji harus diambil dari setiap 5 M³ beton yang dicor, serta 1 slump test
untuk setiap sample test. Jumlah minimal kubus uji yang harus diambil adalah 20 buah.
Kubus tersebut digunakan untuk test kuat tekan beton umur 3, 7, 21 dan 28 hari.
 Direksi Pekerjaan berhak meminta setiap saat kepada Penyedia Jasa untuk membuat uji
coba dari adukan yang dibuat
 Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus uji menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa
 Kubus uji harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu kode yang ada menunjukan
tanggal pengecoran, pembuatan adukan, bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain
setelah selesai percobaan
 Cara pembuatan kubus beton adalah sebagai berikut : Isi cetakan dengan adukan beton
dalam 3 lapis, setiap lapis diisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Masing-masing lapis dipadatkan
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata. Kemudian ratakan permukaan
beton. Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakan pada tempat yang bebas
getaran. Setelah waktu 24 jam, keluarkan benda uji dari cetakan dan rendam benda uji

XII - 13
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

dalam bak yang berisi air, agar proses pemeliharaan (curing) beton berlangsung baik,
maka perendaman dilakukan sampai batas waktu pengujian kuat tekan.
4.10.2 Core Test
 Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat kekuatan, pihak Direksi
Pekerjaan berhak meminta core test untuk struktur-struktur beton yang tidak memenuhi
syarat tersebut. Peralatan coring dan metode-metodenya harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan
 Seluruh biaya pengambilan sample untuk core test dan biaya pengetesannya menjadi
tanggung jawab Penyedia jasa
 Evaluasi hasil test
Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat, Penyedia Jasa harus
membongkar dan mengganti seluruh volume beton yang dicor dan segala biaya yang
menjadi konsekwensinya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Sebelum melakukan
pembongkaran struktur Penyedia Jasa dapat mengusulkan untuk melakukan core test
pada struktur-struktur yang sudah selesai dicor
Penyedia Jasa juga dapat mengusulkan untuk melaksanakan loading test pada struktur
tertentu. Metode pelaksanaan loading test maupun core test harus terlebih dahulu
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Semua biaya pengetesan, pembongkaran maupun
pengecoran kembali menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa

4.10.3 Baja Tulangan


Penyedia Jasa menggunakan baja tulangan dengan mutu sesuai dengan yang disyaratkan
dalam bestek yaitu sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII).
4.11 Kegagalan Pekerjaan Beton
Penyedia Jasa harus segera memeriksa seluruh permukaan beton setelah beton dibuka dan
melaporkan kepada Direksi Pekerjaan apabila ditemukan ada permukaan beton yang keropos.
Apabila kekeroposan beton tersebut mengakibatkan pengurangan kekuatan tekan beton, keretakan
atau creep dan shrinkage, atas instruksi dari Penyedia Jasa bagian beton tersebut dibongkar dan dicor
ulang tempat pemotongan dan construction joint ditentukan oleh Direksi Pekerjaan
Apabilan kekeroposan masih dapat diperbaiki tanpa pembongkaran, Penyedia Jasa harus
mengajukan metode kerjanya kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui. Perbaikan (penambahan)
tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan metode kerja penambahannya disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Apabila kekeroposan beton ini mengakibatkan kekuatan beton berkurang dari yang dispesifikasikan,
Direksi Pekerjaan dapat menghentikan pekerjaan pengecoran lain yang mempunyai relevansi dengan
unsur struktur tersebut.
4.12 Finishing Beton
4.12.1 Permukaan yang Kelihatan
Beton yang permukaannya kelihatan (exposed) harus difinishing dengan adukan. Lobang-
lobang yang terjadi pada beton harus difinishing dengan adukan. Untuk dinding penahan
tanah, lobang pengikat acuan tidak diperkenankan. Lobang-lobang pada permukaan beton
tidak boleh lebih besar dari 3 mm, lobang yang lebih besar diameter 3 mm tapi lebih kecil
dari 20 mm tidak boleh melebihi 0,5% dari permukaan beton tersebut. Lobang yang lebih
besar dari 20 mm tidak diperkenankan. Apabila terdapat lobang yang ternyata lebih besar
dari 20 mm, harus dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan.
Jika permukaan beton tidak cacat, adukan yang digunakan untuk perbaikan harus berwarna
sama dengan beton disekelilingnya. Sample harus dibuat terlebih dahulu sebelum perbaikan
permukaan beton tersebut dimulai.
4.12.2 Pelat
Permukaan pelat harus merupakan permukaan yang rata tanpa adanya kelebihan adukan
ataupun lobang-lobang pada permukaan pelat tersebut, di luar batas toleransi yang diizinkan.
Apabila penambahan permukaan finishing tersebut langsung dilakukan sebelum beton
mengeras secara total, semua kelebihan air, adukan maupun kotoran-kotoran lain
dibersihkan dengan cara disikat hati-hati untuk mencegah ikut terbawanya agregat yang
sudah dicorkan.

XII - 14
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

Apabila plat tidak difinishing dengan adukan, permukaan beton tersebut harus dibuat kasar
sesuai dengan schedule finishing yang ada. Permukaan beton tersebut harus diratakan
sehingga memiliki level yang sama, tidak melewati batas toleransi yang diizinkan.

PASAL 5. PEKERJAAN DINDING


5.1 Lingkup Pekerjaan
 Dinding Bata
 Pemasangan dinding bata merah setebal ½ bata dilakukan untuk dinding bangunan,
septicktank, dan saluran keliling bangunan seperti tertera dalam gambar dan dijelaskan
dalam gambar detail.
 Pemasangan dinding bata merah setebal 1 bata dilakukan untuk dinding bangunan,
septicktank, dan saluran keliling bangunan seperti tertera dalam gambar dan dijelaskan
dalam gambar detail.
5.2 Persyaratan Bahan
 Bata
Mutu bata yang digunakan dari jenis klas I menurut NI 10 dengan bentuk standar batu bata adalah
prisma empat persegi panjang, bersudut siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak
menampakkan adanya retak-retak yang merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau
campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam
air.
 Pasir
Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butit-butir harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Kadar lumpur tidak
boleh melebihi 5% berat.
 Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang telah digariskan pada pasal
beton bertulang.
 Papan digunakan bahan kayu kelas II yang tidak cacat, dan untuk triplek digunakan produksi
dalam negeri.
5.3 Pedoman Pelaksanaan
 Pekerjaan dinding mempunyai dua macam pasangan, yaitu :
 Pasangan kedap air/transtram (1 PC : 2 Psr)
 Semua pasangan bata dimulai diatas sloof sampai setinggi 30 cm diatas lantai
 Pasangan dinding WC setinggi 1,50 cm di atas permukaan lantai.
 Pasangan dinding septicktank terdiri dari pasangan 1 bata.
 Pasangan adukan 1 PC : 4 Psr berada diatas pasangan kedap air tersebut.
 Persyaratan Adukan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk dalam bak kayu yang memenuhi syarat.
Mencampur semen dengan pasir harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai
didapat campuran yang plastis. Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan
sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.
 Pengukuran (Uit-Zetten) harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan sesuai gambar, dengan
syarat :
 Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran harus dilakukan dengan
benang.
 Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh melebihi 30
cm, dari pasangan bata yang telah selesai.
 Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda setengah panjang bata. Bata
setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan bata, kecuali pasangan bata pada sudut.
 Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan tidak tegak
bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat-tempat tertentu sesuai gambar
diberi kolom-kolom praktis yang ukurannya disesuaikan dengan tebal dinding.
 Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam dalam dinding, harus dibuat pahatan
secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester). Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat,
harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-
sama dengan plesteran seluruh bidang tembok.

XII - 15
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat harus diberi
perlindungan dengan penutup yang sesuai (plastik). Dinding yang telah terpasang harus diberi
perawatan dengan cara membasahi secara terus menerus paling sedikit 7 hari setelah
pemasangannya.
Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Dinding dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan
dalam lingkup pekerjaan Dinding dengan satuan M². Biaya ini sudah mencangkup harga
bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga
mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai
pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.

PASAL 6. PEKERJAAN PELAPIS DINDING


A. Pekerjaan Plesteran
6.1 Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan plesteran dilakukan pada pasangan bata dan beton bertulang yang telah ditentukan
dalam gambar kerja.
6.2 Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal beton bertulang.
6.3 Pedoman Pelaksanaan
6.3.1 Sebelum plesteran dilakukan, maka :
 Dinding dibersihkan dari semua kotoran
 Dinding dibasahi dengan air
 Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5 cm
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat merekat
dengan baik.
6.3.2 Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 PC : 2 Psr, sedangkan plesteran
bata lainnya dipergunakan campuran 1 PC : 4 Psr.
6.3.3 Untuk afwerking beton digunakan adukan/spesi 1 PC : 1 Psr, sebelumnya permukaan beton
dikasarkan dan dilabur dengan air semen terlebih dahulu agar adukan plesteran betul-betul
melekat pada bidang beton yang diafwerking.
6.3.4 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan tidak diperbolehkan
berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya
diadakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakan
secara horizontal dan vertikal.
6.3.5 Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan memperbaikinya secara
keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat
bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
6.3.6 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak permulaan
plesteran.
6.3.7 Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap selesai dipasang dan
setelah pipa-pipa listrik selesai dipasang.
Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Pelapis Dinding dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak
yang ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang
diuraikan dalam lingkup pekerjaan Pelapis Dinding dengan satuan M². Biaya ini sudah
mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong /
kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak
diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.

PASAL 7. PEKERJAAN KAYU


7.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat bantu yang diperlukan,
sehingga konstruksi kayu selesai dilaksanakan. Lingkup pekerjaannya antara lain:
XII - 16
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

o Pekerjaan kusen pintu dan jendela


o Pasangan Listplank
o Pekerjaan yang menggunakan bahan kayu
7.2 Persyaratan Bahan
 Untuk rangka atap termasuk, ventilasi jalusi kayu dan papan roiter terbuat dari kayu yang
sesuai dengan perencanaan yang terdapat dalan anggaran biaya, dimana kayu cukup kering
dengan kualitas terbaik. Untuk kusen pintu dan jendela, daun pintu panil dan jendela, dan list
plank papan terbuat dari kayu yang sesuai dengan perencanaan yang terdapat dalan anggaran
biaya dengan mutu terbaik.
 Ukuran kayu yang tertera dalam gambar merupakan ukuran terpasang. Kayu harus betul-betul
kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat/bermata.
7.3 Pedoman Pelaksanaan
 Kusen pintu dan jendela
 Kayu untuk kusen terbuat dari kayu yang sesuai dengan perencanaan yang terdapat dalan
anggaran biaya dengan ukuran jadi (sesudah diketam) minimal 5/14 cm, sedangkan ukuran
lubang kusen sesuai gambar.
 Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar ikatan perkuatan harus
menggunakan pen kayu keras yang sebelumnya bidang sambungan ini harus dilumuri
dengan lem kayu, agar sambungannya dapat melekat dengan baik.
 Setiap kusen pintu harus dilengkapi angker minimal 3 buah untuk kiri kanan kusen yang
melekat ke tembok. Untuk kusen jendela 2 buah di kiri kanan kusen yang melekat ke
dinding. Khusus untuk kusen pintu di bawah kusen dilengkapi dengan dork yang diangkar
ke dalam neut beton.
 Semua bidang kusen yang melekat dengan pasangan dinding/beton dibuat alur-alur kapur,
kemudian bidang tersebut diawetkan dengan cat menie 2 (dua) lapis untuk menjaga agar
kusen tetap kelihatan bagus maka sambungan dinding dengan kusen diberi nat sebesar 1
cm.
 Daun pintu
 Daun pintu dibuat dengan dari kayu yang sesuai dengan perencanaan yang terdapat dalan
anggaran biaya, disyaratkan agar utamanya Penyedia Jasa memesan langsung pada tempat
khusus pembuat pintu atau pada toko. Penyedia Jasa diperkenankan membuat sendiri di
lapangan pekerjaan apabila memungkinkan.
 Lisplank dibuat dari papan dengan lebar sesuai gambar. Pemasangannya dipakukan langsung
pada gording. Pemasangan harus rapi dan lurus. Apabila dijumpai pemasangan yang tidak
lurus, maka bagian tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas beban Penyedia Jasa.
Untuk semua daun pintu dan daun jendela digunakan dari kayu yang sesuai dengan perencanaan yang
terdapat dalan anggaran biaya kualitas terbaik.
Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Kayu dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan
dalam lingkup pekerjaan Kayu dengan satuan M³. Biaya ini sudah mencangkup harga bahan,
Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan
penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan
dari pemimpin proyek.

PASAL 8. PEKERJAAN LANTAI


A. Pekerjaan Sub-Lantai / Screed Rabat Beton
1. Lingkup Pekerjaan
 Lingkup pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
 Pekerjaan sub lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar
sebagai alas lantai finishing.
2. Persyaratan Bahan
 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 (NI-2), PVBB
1956 dan NI-8.

XII - 17
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
 Untuk pasangan yang langsung diatas tanah, tanah yang akan dipasang sub-lantai harus
dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung
tanah maksimum, pemadatan dipergunakan alat timbris.
 Pasir urug bawah lantai yang diisyaratkan harus merupakan permukaan yang keras, bersih dan
bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu pasangan.
Tebal lapisan pasir urug yang diisyaratkan 10 Cm atau sesuai gambar, disiram air dan ditimbris
sehingga diperoleh kepadatan yang maksimal.
 Di atas pasir urug dilakukan pekerjaan sub lantai setebal 5 Cm atau sesuai yang ditunjukkan
dalam gambar detail dengan campuran 1Pc : 3Psr : 5Krl
 Untuk pasangan di atas pelat beton (lantai tingkat), pelat beton diberi lapisan plester (screed)
campuran 1Pc : 3Psr setebal minimum 2 Cm dengan memperhatikan kemiringan lantai,
terutama di daerah basah dan teras.
 Sub-lantai beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-benar rata,
dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah dan teras.

B. Pekerjaan Lantai Keramik dan Homogenious Tile


8.1 Lingkup Pekerjaan
8.1.1 Lingkup Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
8.1.2 Pasangan lantai Keramik ini dipasang pada seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam
gambar, berikut plint dan nosing tangga.
8.2 Persyaratan Bahan
8.2.1 Lantai yang digunakan :
 Jenis : Marmer / Granit Unpolish , Homogeneous Tile dan Keramik Tile
 Ukuran : 40 x 40 Cm permukaan Halus, 40 x 40 Cm Permukaan Kasar Untuk
lantai Teras atau ukuran sesuai petunjuk dalam gambar
 Produksi : Keramik untuk lantai, yang digunakan adalah Produk KIA, ROMAN
(untuk jenis glazed ceramic tile) dan atau Essenza, Niro atau
Weiduoli untuk jenis Homogeneous Ceramic Tile.
 Ketebalan : Minimum 10 mm atau sesuai dlm gambar.
 Daya resap : 1%
 Kekerasan : Minimum 6 skala Mohs
 Kekuatan tekan : Minimum 900 kb per Cm2
 Daya tahan lengkung : Minimum 350 kg/m2
 Mutu : Tingkat satu, Extruded Single Firing, tahan asam dan basa
 Chemical Resistance : Konsisten terhadap PVBB’70 NI-3 pasal 33D ayat 17-23.
 Bahan pengisi : Grout semen berwarna /IGI grout Spesi 1 Pc : 3 Psr. Pasang,
ditambah Perekat / Carofix 2.
 Warna : akan ditentukan kemudian

8.2.2 Lantai sekeliling bangunan serta beberapa tempat lainnya yang ditunjukkan dalam gambar
dipasang lantai rabat beton dengan adukan 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl dengan ketebalan 5 Cm dan 8 Cm.
Sebelum hasil pengecoran lantai mengering, permukaannya harus dipoles dengan adukan 1 Pc : 2
Psr sampai halus atau dibuat kasar dengan pukulan sapu lidi. Permukaan tersebut harus
mempunyai kemiringan sekitar 2 % ke arah saluran pembuangan / drainase. Pada jarak-jarak
tertentu dibuat alur-alur sesuai dengan pola yang ditentukan dalam gambar (dengan kedalaman 1
Cm dan lebar 1 Cm).
8.2.3 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM, peraturan
keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
8.2.4 Semen Portland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PVBB 1970 (NI-3), PVBI 1982.
8.2.5 Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contoh
kepada Konsultan Pengawas.

XII - 18
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

8.3 Syarat-syarat Pelaksanaan


8.3.1 Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing mengenai pola
keramik.
8.3.2 Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.
8.3.3 Adukan pasangan / pengikat dengan adukan 1 Pc : 3 Psr pasang dan ditambah bahan perekat
seperti yang diisyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan perekat.
8.3.4 Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung asam
alkali) sampai jenuh.
8.3.5 Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-benar rata,
tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah dan teras.
8.3.6 Pola, arah dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail atau sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas. Perhatikan lubang instalasi dan drainage / bak kontrol sebelum dimulai.
8.3.7 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama lebar dan sama
dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang saling
0berpotongan tegak lurus sesamanya.
8.3.8 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang telah
diisyaratkan di atas.
8.3.9 Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong dan keramik khusus sesuai
persyaratan dari pabrik.
8.3.10 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada permukaan
keramik, hingga betul-betul bersih.
 Keramik yang terpasang harus dibersihkan dari sentuhan / beban selama 3 x 24 jam dan
dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.

Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Lantai Keramik dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak
yang ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang
diuraikan dalam lingkup pekerjaan Lantai Keramik dengan satuan M². Biaya ini sudah
mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong /
kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak
diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.

PASAL 9. PEKERJAAN RANGKA KUDA – KUDA DAN PENUTUP ATAP


A. Pekerjaan Rangka Kuda – Kuda Baja.
10.1 Lingkup Pekerjaan
10.1.1 Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, fabrikasi dan ereksi termasuk
penggunaan penopang sementara dan seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan
seperti tercantum dalam gambar kerja, yang diantaranya adalah :
a. Pekerjaan rangka atap (roof truss)
b. Pekerjaan reng (roof butten)
c. Pekerjaan jurai dalam (valley gutter)
10.1.2 Lingkup pekerjaan tidak meliputi :
a. Pemasangan penutup atap
b. Pemasangan kap finishing atap
c. Talang, selain talang jurai dalam
10.2 Persyaratan Bahan
10.2.1 Material struktur rangka atap
a. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties) :
 Baja mutu tinggi G550
 Tegangan leleh minimum (Minimum Yield Strength) 550 MPa
 Modulus elastisitas 21 x 105 MPa
 Modulus geser 8 x 104 MPa
b. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating)
Lapisan pelindung seng dan aluminium tangguh ex PT. BlueScope Steel
Indonesia dengan komposisi sebagai berikut :

XII - 19
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 55% Aluminium (Al)


 43,5 % Seng (Zinc
 1,5 % Silicon (Si)
Ketebalan Pelapisan: 100 gr/m2 AZ 100
c. Profil Material:
1. Rangka Atap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lip-chanel C75.75
(tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 0,75 mm), panjang material
perbatang adalah 11m dan 6m
2. Reng
Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat (U terbalik) dan juga
dipergunakan untuk ikatan angin dan ceiling batten PRT 045 (ketebalan
dasar baja 0,45 mm), panjang material perbatang adalah 6m
3. Talang
Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan
0,45 mm dan telah dibentuk menjadi talang lembah (valley gutter).
4. Screw
Screw yang digunakan menggunakan self drilling screw dengan spesifikasi
sebagai berikut :
i. Kelas ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion
Rating)
ii. Ukuran baut untuk elemen struktur rangka atap adalah 12-14x20
(screw kuda-kuda) dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diameter kepala : 12 mm
 Jumlah ulir per inchi (treads per inch/TPI) : 14
 Panjang : 20 mm
 Material : AISI 1022 Heat trated carbon steel
 Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 8.8 kN
 Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
 Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2 kNm
iii. Ukuran baut untuk elemen strktur lainnya adalah 10-16x16 (screw
reng) dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diameter kepala : 10 mm
 Jumlah ulir per inchi (treads per inch/TPI) : 16
 Panjang : 16 mm
 Material : AISI 1022 Heat trated carbon steel
 Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 6.8 kN
 Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 11.9 kN
 Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kN
10.3 Persyaratan Desain
10.3.1 Konfigurasi pembebanan yang digunakan:
Dead Load Top Chord (Beban Mati Batang Utama Atas)
10.3.1.1 Beban Atap
 Jenis genteng keramik / beton : 60-75 Kg/m2
 Jenis Asbes : 20 Kg/m2
 Jenis Metal : 10 Kg/m2
10.3.1.2 Variasi beban tambahan ex.Ornamen GRC, Tangki air panas, dll
10.3.1.3 Live Load Top Chord (Beban Hidup Batang Utama Atas)
10.3.1.4 Bebah Hujan : 25 Kg/m2
10.3.1.5 Beban terpusat Orang + Alat : 100 Kg
10.3.1.6 Beban angin : 30 m/s
Dead Load Bottom Chord (Beban Mati Batang Utama Bawah)
10.3.1.7 Beban Plafon (ceiling) : 20-25 Kg/
10.3.1.8 Variasi beban tambahan ex. Lampu gantung, AC cassette, dll : 50
Kg/m2 (pertitik)

XII - 20
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

B. Pekerjaan Atap Seng


1. Lingkup Pekerjaan
Bagian pekerjaan yang dilaksanakan berupa pasangan penutup atap bangunan.
2. Bahan yang digunakan
 Penutup atap dari Atap Seng Warna
 Perabung menggunakan Nok Seng warna
 Untuk paku atap menggunakan paku anti karat.
3. Pedoman Pelaksanaan
 Penyambungan rangka atap ke reng balok harus di satukan dengan baik sehingga
aman dari daya angkat oleh angin.
 Pemasangan rangka atap dilaksanakan oleh tenaga kerja yang ahli dan professional
dibidangnya.
 Penutup atap menggunakan atap Seng Warna dengan memenuhi standar SNI
 Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak mengakibatkan
terjadinya kebocoran. Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka
bagian yang bocor tersebut harus dibongkar dan dipasang baru kembali.
 Seluruh pemasangan penutup atap harus disesuaikan dengan persyaratan/peraturan/
brosur pabrik.

Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Rangka dan Atap Seng Warna dilakukan berdasarkan volume dan harga
satuan kontrak yang ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh
kegiatan yang diuraikan dalam lingkup pekerjaan Rangka dan Atap Seng Warna dengan satuan
M². Biaya ini sudah mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan
pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan
tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.

PASAL 10. PEKERJAAN PLAFOND


9.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan berupa pasangan plafond penutup selasar bangunan. Pada pelaksanaan
pekerjaan ini juga termasuk semua pekerjaan rangka plafond dan penggantung serta list profil.

9.2 Persyaratan Bahan


9.2.1 Rangka plafon induk dipakai kayu kelas dan ukuran sesuai dengan perencanaan dengan kualitas
baik. Rangka pembagi digunakan sesuai dengan perencanaan dengan kualitas baik atau sesuai
dengan petunjuk direksi lapangan.
9.2.2 Untuk penutup plafon digunakan material digunakan sesuai dengan perencanaan dengan kualitas
baik atau sesuai dengan petunjuk direksi lapangan, material plafond merupakan produksi dalam
negeri kualitas terbaik.
9.3 Pedoman pelaksanaan
9.3.1 Rangka plafon dipasang pada kuda-kuda (balok tarik) atau diangker pada plat dak atap. Untuk
bentangan terpendek dipakai kayu digunakan sesuai dengan perencanaan dengan kualitas baik
atau sesuai dengan petunjuk direksi lapangan, sedangkan untuk kerangka lainnya juga digunakan
digunakan sesuai dengan perencanaan dengan kualitas baik atau sesuai dengan petunjuk direksi
lapangan
9.3.2 Pemasangan rangka plafon ini dikoordinasikan dengan lay out titik lampu, dan sisi bawah rangka
harus diketam licin serta sebelum dipasang penutup plafon seluruh kayu rangka dimenie terlebih
dahulu.
9.3.3 Pemasangan rangka ini harus rapi dan waterpass Penyedia Jasa bertanggung jawab atas kerapian
pemasangan rangka ini.
9.3.4 Penutup plafon terbuat dipasang pada rangka ini, dengan memakukannya menggunakan paku
khusus. Hasil akhir harus rata dan waterpass.
9.3.5 Sambungan penutup plafond didempul rata dan pada bagian pinggir yang berhubungan dengan
dinding dipasang les profil dengan ukuran sesuai dengan petunjuk pihak direksi pekerjaan.

XII - 21
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Plafond dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan
dalam lingkup pekerjaan Plafond dengan satuan M². Biaya ini sudah mencangkup harga bahan,
Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan
penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan
dari pemimpin proyek.

PASAL 11. PEKERJAAN PERPIPAAN DAN PERLENGKAPAN SANITAIR


10.1 Lingkup Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan meliputi pasangan instalasi air bersih, instalasi air kotor, drainase air hujan, bak
kontrol, septic tank septic tank Ipal Komunal tanpa Listrik untuk pengelolahan Limbah Domestik
10.2 Bahan-bahan yang digunakan
10.2.1 Pipa PVC diameter 1/2“ , untuk keperluan air bersih digunakan bahan dengan kuat tekanan
kerja 7 Kg/cm2. Alat penyambung digunakan dari jenis bahan yang sama dengan bahan untuk
pipa.
10.2.2 Pipa PVC diameter 2” dan diameter 3“ untuk instalasi air kotor, pipa 4” pembuangan tinja.
Pemasangan asesoris pipa disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
10.2.3 Stop kran ½’’ berbahan stainlesssteel anti karat kualitas baik.
10.2.4 Kran diameter ½” berbahan stainlesssteel anti karat kualitas baik.
10.2.5 Saringan air kotor/floor drain dari plat berbahan stainlesssteel anti karat kualitas baik.
10.2.6 Bak kontrol dari pasangan bata diplester dengan tutup dari beton cetak.
10.2.7 Untuk saluran air hujan digunakan pas. bata 1 PC : 2 PS dan diplester/ditaring licin.
10.3 Pedoman Pelaksanaan
10.3.1 Pemasangan pipa-pipa di dalam bangunan dipasang di dalam dinding (in bouw). Pasangan
pipa-pipa tersebut harus horizontal dan vertikal, tidak boleh dipasang miring.
10.3.2 Pembelokan pipa harus dilakukan dengan alat penyambung yang sesuai dengan jenis pipa,
demikian pula halnya untuk pencabangan-pencabangan harus memakai T conection dan T
cross
10.3.3 Air diambil dari PDAM atau sumber air (sumur bor) dengan menggunakan pompa isap
selanjutnya dipompakan ke water tower.
10.3.4 Setelah selesai pemasangan seluruh jaringan air, harus dilakukan pengetesan yang disaksikan
oleh Penyedia Jasa, Direksi Pekerjaan dan Pengguna Jasa. Pengujian harus menghasilkan
tekanan hydraulik sebesar 10 kg/cm2 selama satu jam tanpa penurunan tekanan. Segala cacat
dan kekurangan-kekurangan yang dijumpai dari hasil pengujian harus diperbaiki dan semua
biaya yang timbul akibat kegagalan pengujian adalah tanggungan Penyedia Jasa.
10.3.5 Jaringan instalasi air kotor dari KM dialirkan dengan pipa PVC  7,5 cm ke saluran
pembuang.
10.3.6 Pembuangan air limbah/kotoran dari WC dialirkan dengan pipa PCV  4” ke septic tank.
Pada tempat-tempat tertentu sebelum pipa dihubungkan ke septicktank, harus dipasang satu
buah bak kontrol tergantung dari jarak dan tikungan saluran.
10.3.7 Septictank dibuat dari pasangan trasram bata merah adukan 1 PC : 2 Psr, dengan sisi dalamnya
diplester dengan adukan yang sama dan bagian atasnya plat beton bertulang 1 PC : 2PS : 3 KR
tebal 8 cm (termasuk tutup bak kontrol) serta diberi pipa pembuang udara dari pipa galvanis
diameter 2”.
10.3.8 Segala sesuatunya mengenai bentuk, ukuran maupun kapasitas septic tank dan sumur
peresapannya harus dilaksanakan sesuai gambar yang bersangkutan. Tata letak sumur
peresapan (rembesan) sekurang-kurangnya 15,00 m dari sumber air tanah (sumur gali) agar
tidak terjadi pencemaran terhadap sumber air tersebut.
10.3.9 Didalam KM/WC dilengkapi bak air dari pasangan batu bata 1 PC : 2 Psr yang dilapisi
keramik kualitas baik. Lubang penguras pada bak air dipasang pipa khusus yang dilengkapi
dengan penutup khusus yang mempunyai ulir kualitas baik.
10.3.10 Septictank IPAL Komunal Kap.max.125 orang (25 M³/hari)+ Acc didangkan dari distributor
terpecaya. Pemasangan IPAL Komunal dilakukan oleh perusahaan yang terpecaya. Seluruh

XII - 22
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

kelangkapan pada pemasangan IPAL Komunal dilaksanakan oleh pihak ketiga dan tidak
terlepas dari Kontraktor pelaksana

PASAL 12. PEKERJAAN PENGECATAN


11.1 Lingkup Pekerjaan
11.1.1 Menie untuk rangka plafond
11.1.2 Cat tembok untuk dinding yang diplester, bidang-bidang beton dan plafon.
11.1.3 Cat kayu untuk listplank, dan lis profil.
11.1.4 Cat waterproofing untuk pekerjaan pada plat beton.

11.2 Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :


11.2.1 Residu yang sesuai SNI
11.2.2 Menie kayu dengan Platone/matek/setara.
11.2.3 Cat kayu dengan Platone/matek/setara
11.2.4 Cat tembok dengan Platone/matek/setara (plafond)
11.2.5 Cat tembok dengan Platone/matek/setara

11.3 Pedoman Pelaksanaan


11.3.1 Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan plafond.
11.3.2 Pekerjaan meni harus betul-betul rata, berwarna sama, pengecatan minimal 2 (dua) kali.
11.3.3 Pekejaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan memperhatikan waktu pengeringan
jenis bahan yang digunakan.
 2 (dua) kali pengerjaan menie kayu/cat dasar.
 1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu.
 Penghalusan dengan amplas
 Finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
11.3.4 Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :
 Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus, setelah itu dilap dengan
kain basah hingga bersih.
 pengecatan menggunakan cat tembok Catilac, maka dinding harus dilapisi dengan plamur
tembok, dipoles sampai rata. Setelah betul-betul kering digosok dengan amplas halus dan
dilap dengan kain kering yang bersih.
 Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata sama dan tidak terdapat belang-
belang atau noda-noda mengelupas.

11.3.5 Pengecatan plafond harus dilakukan menurut proses berikut :
 Membersihkan bidang plafond yang akan dicat.
 Mengecat plafond 2 (dua) kali, sehingga menghasilkan bidang pengecatan yang merata
sama dan tidak terdapat belang-belang atau noda-noda mengelupas.
11.3.6 Warna yang digunakan disesuaikan dengan warna cat yang telah setujui oleh pihak direksi
teknis
Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Cat dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan
dalam lingkup pekerjaan Cat dengan satuan M². Biaya ini sudah mencangkup harga bahan,
Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan
penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan
dari pemimpin proyek.

PASAL 13. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN ARMATUR


12.1 Umum
Penyedia Jasa harus mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang tercantum dalam
spesifikasi teknis, gambar rencana dan berita acara penjelasan pekerjaan. Sumber daya listrik

XII - 23
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

diambil dari Main Distribution Panel (MDP) dan Panel Emergency yang ada di plant room.
Fasilitas instalasi listrik tersebut digunakan untuk :
 Penerangan di dalam bangunan
 Penerangan di luar gedung
 Peralatan-peralatan listrik lainnya
12.2 Persyaratan Penyedia Jasa
 Harus memiliki SIKA – PLN yang masih berlaku
 Disetujui oleh Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan
Penyedia jasa diwajibkan membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) dan rencana kerja
sebelum melaksanakan, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa/Direksi
Pekerjaan. Gambar serta rencana kerja ini tersedia di ruang Penyedia Jasa dan mudah diperiksa
sewaktu-waktu oleh Pengguna Jasa dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai Penyedia
Jasa harus menyerahkan gambar instalasi yang telah direvisi dan disahkan oleh PLN dilampiri
surat tanda good keur yang menyatakan bahwa pemasangan instalasi tersebut telah memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan.

12.3 Pekerjaan instalasi listrik


Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di dalam bangunan,
pemasukan arus yang bersumber dari instalasi PLN (Perusahaan Listrik Negara) atau Genset,
penyediaan bola lampu, kabel-kabel, pipa-pipa PVC, tiang listrik, dan sebagainya sehingga listrik
menyala. Jumlah titik lampu dan stop kontak yang harus dipasang disesuaikan dengan jumlah yang
tertera dalam gambar. Titik Lampu dan Stop Kontak mengandung maksud tempat mata lampu dan
stop kontak yang telah dipasang kabel-kabel yang diperlukan sehingga arus listrik sudah berfungsi
pada titik tersebut.

12.4 Bahan-bahan yang digunakan


12.4.1 Bola lampu Hemat Energi merk Philips, atau yang sekualitas, dengan syarat-syarat berikut :
Lampu Hemat Energi :
Stater Merek Philips
Pengabelan di dalam harus disolder
12.5 Pedoman Pelaksanaan
12.5.1 Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak serta jenis armatur lampu
yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan gambar instalasi listrik. Sedangkan sistem
pemasangan pipa-pipa listrik pada dinding maupun beton harus ditanam (sistem inbouw) dan
penarikan kabel (jaringan kabel) diatas plafon diikat dengan isolator khusus dengan jarak 1,00
atau 1,20 m, atau jaringan kabel diatas plafon tersebut dimasukkan dalam pipa PVC. Khusus
untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde (pentanahan) sesuai dengan peraturan
yang berlaku (mencapai dan terendam air tanah).
12.5.2 Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan direksi, pemborong boleh menunjuk pihak
ketiga (instalatur) yang telah memiliki izin usaha instalasi listrik atau izin sebagai instalatur
yang masih berlaku dari Perum Listrik Negara (PLN). Pemborong tetap bertanggung jawab
penuh atas pekerjaan ini sampai listrik tersebut menyala (siap dipergunakan), termasuk biaya
pengujian dengan pihak PLN
12.5.3 Pengujian instalasi listrik harus dilakukan kontraktor pada beban penuh selama 1 X 24 jam
secara terus menerus. Semua biaya yang timbul akibat pengujian ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Pembayaran
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh Rekanan
Pelaksanan / Pemborong. Harga ini mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan
pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak
diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.

PASAL 14. PEKERJAAN LAIN-LAIN


14.1 Lingkup pekerjaannya adalah Pekerjaan Administrasi/dokumentasi, Biaya Keamanan/jaga malam,
obat-obatan/P3K. Penjelasan masing-masing lingkup pekerjaan ini telah dijabarkan pada masing-
masing pasal diatas, kecuali pekerjaan administrasi proyek berupa :
XII - 24
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

(i) Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam kontrak.
(ii) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan jika diminta
oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK untuk keperluan pemeriksaan sewaktu-waktu dapat
diserahkan.
(iii) Dokumen Foto :
KONTRAKTOR diwajibkan membuat dokumen foto-foto, sebelum pekerjaan dimulai
sampai pada pekerjaan selesai 100 % dan tiap tahap permintaan angsuran disertai keterangan
lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaskanaan pembangunan serta disusun secara rapih
dan diketahui oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan Pengelola Teknis.
Syarat-syarat foto dokumentasi :
a) Tiap Unit Bangunan diambil dari empat arah,
b) Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah,
c) Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut pengambilan tersebut
pada butir (a).
Gambar dimasukkan dalam album diserahkan kepada PEMILIK melalui DIREKSI
PEKERJAAN rangkap 5 (lima).
Biaya dokumen merupakan tanggung jawab Kontraktor, Foto-foto tersebut harus dibuat
dan menjadi lampiran setiap permohonan angsuran pembayaran.
Segala laporan atau catatan tersebut dalam Ayat (i) dan (ii) Pasal ini, dibuat dalam
bentuk buku harian rangkap 5 (lima) diisi pada formulir yang telah disetujui oleh
DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan harus selalu berada di tempat pekerjaan.

14.2 Penyedia Jasa harus menyerahkan pada Pengguna Jasa as built drawing.
14.3 As built drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan yang harus
diselesaikan 4 minggu setelah serah terima pekerjaan untuk pertama kali, dalam bentuk kalkir.
14.4 Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ii, yang ternyata pekerjaan tersebut harus
ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh
Kontraktor atas perintah tertulis Pemimpin Bagian Proyek.
14.5 Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh Kontraktor dan Pemimpin
Bagian Proyek dalam melaksanakan pekerjaan ini.

PASAL 15. PEKERJAAN PENUTUP


Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini tidak semua items pekerjaan yang
spesifikasinya dicantumkan satu persatu dalam uraian atau syarat-syarat teknis bestek ini, maka itu sudah
dianggap mencakup seluruh uraian kegiatan pekerjaan yang harus dilaksanakan nanti di lapangan dan bukan
merupakan suatu pekerjaan tambahan.

Pariaman, ……………………….2022
Konsultan Perencana
CV. AZZAHRA CONSULTANT

Ir. MIKO JUNIARDI, ST., MT


Direktur

XII - 25

Anda mungkin juga menyukai