A. SYARAT-SYARAT UMUM
XII - 1
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
3. Sebelum setiap memulai pekerjaan pembangunan dan pemasangan bahan/material dimulai, Pemborong
wajib dan harus menyerahkan :
a) Time Schedule
b) Spesifikasi bahan/material dari pabrik pembuatan untuk bahan material tertentu sesuai dengan
perintah Direksi Pengawas dan Konsultan Perencana.
c) Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing).
d) Contoh bahan, warna termasuk mock-up untuk pekerjaan tertentu sesuai dengan permintaan Direksi,
Pengawas, dan Konsultan Perencana.
a) Referensi, lisensi, sertifikat khusus dari pihak yang berwenang untuk pekerjaan tertensu sesuai
permintaan Direksi/Pengawas dan Konsultan Perencana.
e) Izin Pelaksanaan dari Direksi Pengawas diperlukan untuk diteliti dan disetujui oleh Direksi
Pengawas jika tidak memenuhi syarat akan ditolak dan harus diganti sampai memenuhi syarat yang
diminta atas tanggung jawab dan biaya Pemborong.
4. Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam gambar kerja adalah ukuran jadi meliputi ukuran :
a. As - as
b. Luar - luar
c. Dalam - dalam
d. Luar – dalam
5. Perbedaan Gambar
a. Bila gambar kerja tidak sesuai dengan RKS, maka yang mengikat adalah RKS atau ditentukan
kemudian oleh Direksi Pekerjaan.
b. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar
yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku/mengikat
c. Bila ada beberapa gambar dengan tanggal pengeluaran yang berbeda untuk satu masalah, maka
gambar dengan gambar yang termuda/terbaru yang mengikat/berlaku
d. Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dengan struktur, maka yang berlaku/mengikat
adalah gambar kerja arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi konstruksi dan kekuatan struktur
e. Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dan gambar kerja elektrikal & mekanikal, maka
yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja arsitektur
f. Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidakjelasan maupun kesimpangsiuran menimbulkan keragu-raguan
sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka Penyedia Jasa diwajibkan
menyampaikan kepada Direksi Teknis Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
g. Ketentuan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Penyedia Jasa untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya pekerjaan tambah.
PASAL 3. LAPORAN
Kontraktor wajib membuat Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan sebagai resume dari
laporan harian dan mingguan selama masa pelaksanaan, yang akan diperiksa dan disetujui oleh Pengawas
Lapangan dan Pimpinan Proyek yang memuat hal-hal:
1. Jumlah tenaga menurut jenis/jabatan
2. Jumlah dan jenis bahan yang masuk yang disetujui dan ditolak
3. Kegiatan, volume dan satuan pekerjaan secara terperinci.
4. Keadaan cuaca dan kejadian-kejadian lain
5. Peralatan yang dipakai
XII - 2
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
XII - 4
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
XII - 5
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
f.Patok ukur dibuat permanent, tidak dapat diubah diberi tanda dengan jelas dan dijaga keutuhannya
sampai pekerjaan selesai. Pembongkaran hanya dapat dilaksanakan bila ada instruksi tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
g. Kontraktor harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara pengukuran dengan alat-alat
penyipat datar (theodolith, waterpass dan sebagainya) dan lain-lain peralatan yang diperlukan.
h. Pengawas Lapangan dan Kontraktorakan menetapkan tempat/posisi patok penandaan permanen
(bench mark) sebagai referensi pengukuran bangunan, dan dituangkan dalam Berita Acara Penentuan
Titik 0 (nol).
i. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas Lapangan dan tetap merujuk
pada pergeseran patok awal.
j. Berdasarkan patok tersebut Kontraktormenentukan level bangunan dan jarak as bangunan pada
setiap pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.
k. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas
l. Segala pekerjaan pengukuran persiapan menjadi tanggung jawab Kontraktor dengan biaya sesuai
kontrak
2. Pemasangan Bowplank
a. Semua ukuran yang tercantum dalam rencana ini dinyatakan dalam cm/m.
b. Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawas Pengawas Lapangan dengan patok yang
dipancang kuat-kuat dihubungkan dengan papan kayu yang kuat dengan ketebalan minimum 2 cm,
diketam rata pada sisi atasnya.
c. Permukaan atas lantai ubin (P ± 0.00) adalah ; sesuai dengan rencana, kecuali ditetapkan lain pada
waktu rapat penjelasan.
d. Ukuran penduga dibuat dari besi pipa atau kayu terentang 5/7 cm x 3 m yang diketam, rata semua
sisinya, kemudian sebagian ditanam dalam tanah asli sedalam 1 m1 dan di cor beton
e. ukuran penduga tersebut merupakan titik pikat tetap yang harus dibuat pemborong di bawah
pengamatan Direksi Lapangan yang dipelihara selama pelaksanaan.
f. Ketentuan letak bangunan diukur di bawah pengawasan Direksi dengan patok–patok yang dipancang
dan papan bouwplank yang diketam pada sisinya. Pemborong harus menyediakan paling sedikit 3
(tiga) orang pembantu yang paham dalam pengukuran,penyipat datar, penunjuk / prisma silang, tali
busur dan lainnya yang diperlukan.
g. Pekerjaan papan Bouwplank
Semua papan bouwplank menggunakan kayu yang kuat, diserut rata dan terpasang waterpass
dengan peil ± 0.00.
Jarak papan bouwplank minimal 1.5 m dari garis bangunan terluar untuk mencegah kelongsoran
terhadap galian tanah pondasi.
Patok – patok harus dipancang sedemikian rupa sehingga kedudukannya benar benar stabil
(tidak goyang). Tanda – tanda sumbu / As (dinding dan pondasi struktur), harus ditentukan
secara teliti dan dibuat dengan jelas. Jenis kayu yang digunakan untuk keperluan ini adalah jenis
kayu kelas II yang lurus dan kering. Ukuran – ukuran patok lainnya, harus dilaksanakan sesuai
dengan ukuran yang tercantum pada gambar kerja. Apabila terdapat perbedaan atau keraguan
pada gambar, maka Pemborong harus melaporkannya secara tertulis kepada
Direksi supaya dapat memberikan suatu keputusan.
Setelah pekerjaan papan bouwplank selesai. Pemborong wajib memintakan pemeriksaan dan
persetujuan tertulis dari Direksi.
Pembayaran
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh Rekanan
Pelaksanan / Pemborong. Harga ini mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan
pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak
diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.
3. Pembersihan Lapangan
1. Area pekerjaan harus dibersihkan dari hal hal (benda/tumbuhan) yang akan menggangu pelaksanaan
pekerjaan.
2. Rerumputan, organic atau pun top soil harus di bersihkan dan dibuang dari lokasi pekerjaan
3. Jika terdapat pekerjaan penebangan pohon, maka pohon harus di gali akarnya sampai bersih.
XII - 6
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
4. Material buangan harus di buang atau ditempatkan pada lokasi yang tidak menggangu aktivitas
pekerjaan konstruksi
PASAL 2. PEKERJAAN TANAH
2.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini sudah harus diperhitungkan jenis
tanah yang dijumpai di lapangan seperti tanah pasir, gambut, tanah keras (batuan), tanah liat dan lain
sebagainya, yaitu:
o Timbunan tanah dan pasir bawah lantai termasuk pemadatannya.
o Perataan tanah sekeliling bangunan.
o Galian tanah di luar bangunan untuk mendapatkan peil lantai yang disyaratkan
2.2 Persyaratan Bahan
Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir urug dengan kualitas baik
2.3 Pedoman Pelaksanaan
2.1.1 Apabila pada waktu penggalian ditemukan benda-benda purbakala, maka kontraktor wajib
melaporkannya kepada Pemerintah Daerah setempat. Galian-galian untuk septic tank,
saluran air hujan, saluran air kotor dan air bersih dilaksanakan dengan ukuran yang
ditetapkan dalam gambar kerja dan gambar detail. Untuk kondisi tanah yang mudah longsor
Penyedia Jasa harus memasang turap kayu pengaman yang cukup kuat. Turap didalam
bangunan harus dibongkar setelah pondasi selesai.
2.1.2 Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar, maka
Penyedia Jasa harus mengisi kelebihan galian tersebut dengan pasir urug.
2.1.3 Pengurugan dengan tanah timbunan dibawah lantai dilakukan lapis demi lapis hingga
ketebalan 10 cm dibawah lantai, ditumbuk hingga padat. Lapisan-lapisan urugan untuk
ditumbuk ini dibuat maksimal 10 cm, dan ditumbuk 5 kali tiap bidang tumbukan pada tiap-
tiap lapis tersebut.
2.1.4 Dibawah lantai diurug dengan pasir pasangan dan dipadatkan. Pengurugan dan pemadatan
ini dilakukan dengan menyiram air hingga jenuh, kemudian ditumbuk dengan alat yang
sesuai untuk pemadatan. Hasil akhir harus mendapat persetujuan Direksi atas kesempurnaan
pengurugan dan pemadatan.
2.1.5 Penimbunan tanah dilakukan lapis demi lapis, setiap lapis ± 20 cm dan di padatkan dengan
sempurna. Pemadatan dilakukan pada kondisi kadar air optimum. Dan pada bagian pinggir
timbunan, dibuat kemiringan tanah dengan kemiringan 1:3 untuk mendapatkan stabilitas
tanah.
2.1.6 Jika timbunan kurang rata atau belum padat direksi lapangan dapat meminta pelaksana untuk
meratakan atau memadatkan material timbunan.
Pembayaran
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Harga ini mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul
atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya,
pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.
PASAL 3. PEKERJAAN PONDASI
Pondasi Batu Kali
3.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pasangan batu kali dikerjakan adalah campuran spesi 1 : 4 Ps pada pekerjaan pondasi
bangunan.
3.2 Persyaratan Bahan
Batu kali yang digunakan adalah batu kali yang berasal dari sungai atau batu gunung yang keras
dan tidak mudah pecah. Untuk penggunaan batu gunung haruslah mendapat persetujuan dari
Direksi Teknik/Konsultan
Pasir yang digunakan untuk spesi pasangan harus menggunakan pasir sungai yang memenuhi
syarat-syarat antara lain : besrih, kasar dan tidak mengandung lumpur serta garam.
3.3 Pedoman Pelaksanaan
XII - 7
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran – pengukuran untuk as pondasi
sesuai dengan gambar konstruksi dan dimintakan persetujuan direksi/konsultan pengawas tentang
kesempurnaan galian.
Setiap pondasi dipasang aanstampang, untuk pondasi batu kecil, terdiri dari batu kali dan pasir
pasang. Lapisan ini juga harus dipadatkan, dengan menyiram ai diatasnya, sehingga pasir akan
mengisi rongga – rongga batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat sesuai dengan gambar detail
pondasi.
Sebelum pasangan batu kali dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran-pengukuran untuk as
pondasi sesuai dengan gambar dan dimintakan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas tentang
kesempurnaan galian.
Setiap jarak 60 cm dipasang besi stek (min. ø 8) dengan panjang 50 cm yang akan mengikat
antara pondasi dan slof.
Untuk pondasi dilaksanakan dengan ukuran sesuai gambar kerja dan gambar detail. Campuran
yang digunakan: pondasi batu kali dipasang dengan perekat 1 PS : 4 PS.
Pondasi Plat Setempat
3.4 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat bantu yang diperlukan,
sehingga pekerjaan pondasi ini selesai dilaksanakan. Lingkup pekerjaannya adalah Pekerjaan Pondasi
Plat Setempat.
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Harga ini mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul
atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya,
pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.
XII - 8
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
XII - 9
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis kerak,
silk, clay, garam dan bahan-bahan lain. Apabila kadar lumpur agregat halus melebihi 5%
dan agregat kasar melebihi 1%, maka agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum
digunakan. Sesuai dengan trial mix yang dilaksanakan agregat yang digunakan untuk
campuran beton harus berasal dari satu sumber yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Agregat harus disimpan dalam keadaan terpisah satu sama lain berdasarkan ukurannya
di atas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan tercampur dengan
lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air di sekitar tempat penyimpanan
agar kadar air dari agregat tidak berubah terlalu banyak.
Penyedia Jasa harus melakukan pengujian laboratorium dari agregat yang akan
digunakan, dari sumber yang telah disetujui. Pengujian dilakukan oleh badan yang
independen. Test periodik dapat dilakukan terhadap permintaan Direksi Pekerjaan untuk
melakukan cek terhadap kadar aiar dari agregat. Seluruh biaya pengujian ini merupakan
tanggung jawab Penyedia Jasa.
4.3.3 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, bahan kimia, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum yang
berasal dari PAM atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan sesuai
dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-1991.
Apabila dianggap perlu air dapat ditampung di tempat kerja, tetapi harus terjaga dari
pencemaran.
4.3.4 Bahan Tambahan
Bahan tambahan campuran beton harus digunakan sesuai dengan petunjuk dari produsen
bahan tersebut.
Apabila Penyedia Jasa menganggap perlu menggunakan bahan tambahan campuran
beton, maka harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan. Metode
pemakaian, jumlah yang akan digunakan dan jenis bahan tambahan campuran beton ini
harus diajukan oleh Penyedia Jasa pada Direksi Pekerjaan.
4.3.5 Pasir Beton
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam SKSNI T-15-1991-03.
4.3.6 Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dengan mutu U-32 (tegangan leleh
karakteristik minimum 3200 kg/cm2) untuk penulangan sloof, balok induk, balok silang,
ring balok, kolom, plat lantai dan tangga.
Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan
bahan lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin.
Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta
persetujuan Direksi terlebih dahulu.
Jika Pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan
catatan: harus ada persetujuan Direksi Pekerjaan Jumlah besi persatuan panjang atau
jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan oleh
penukaran diameter besi menjadi tanggungjawab pemborong.
Baik baja tulangan polos maupun baja ulir yang digunakan harus sesuai dengan SII
(Standar Industri Indonesia), Baja U-24 digunakan untuk penulangan geser/sengkang.
4.3.7 Cetakan dan Acuan
Bahan yang digunakan untuk kayu bekisting digunakan papan klas II tebal minimal 2,5
cm atau triplek tebal 9 mm dengan tulangan-tulangan kayu 4/6 cm yang cukup
XII - 10
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
jumlahnya. Untuk penyangga/stoot werk digunakan kayu balok 5/7 cm. Cetakan dan
acuan harus dipasang rapi dan teliti sehingga pada waktu pembongkaran, beton
menghasilkan bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit finishing/penghalusan.
Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan didalam pasal 5.1.
SK SNI T-15.1991.03.
4.3.8 Campuran Beton
Campuran beton yang digunakan adalah beton dengan kekuatan karakteristik BO untuk
pekerjaan beton tumbuk digunakan untuk struktur, sesuai dengan yang tercantum dalam
gambar dan bestek. Kekuatan karakteristik yang dimaksud adalah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Beton Bertulang SKSNI T-15-1991-03.
Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi agregat dan kekentalannya yang
perlu diperhatikan pula peruntukan beton tersebut dan ukuran potongan beton yang akan
dicor, agar beton dapat dipadatkan dengan baik dan tidak terjadi pemisahan agregat.
Beton juga harus diperhitungkan untuk tidak mengalami pengendapan selama
pengangkutan dan pengecorannya. Beton yang mudah mengendap tidak diperkenankan
dipergunakan.
Ukuran maksimum agregat untuk beton struktur adalah 2 cm. Untuk struktur-struktur
dengan penampang tipis, ukuran agregat maksimum yang dipakai adalah 1 cm,
sedangkan untuk struktur yang memiliki ukuran penampang dan jarak antar tulangan
yang besar, ukuran agregat yang dapat dilihat pada tabel.
XII - 11
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
4.5.4 Setiap bagian pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus sampai
selesai untuk mendapatkan struktur konstruksi yang monolit. Apabila pengecoran beton
harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui oleh Direksi. Untuk
melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras
harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat proses
pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian
yang lebih tinggi dari 1,5 m
4.5.5 Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Penyedia Jasa harus menyediakan
pelindung, atau metode lain pada saat hujan.
4.5.6 Untuk pengecoran kolom atau struktur lain yang tinggi, pengecoran harus di bantu dengan
menggunakan talang atau pintu pengecoran untuk mencegah segregasi beton karena jatuh
bebasnya material campuran beton.
4.6 Pemadatan Beton
4.6.1 Hasil pekerjaan pengecoran dipadatkan menggunakan vibrator concrete selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi
tulangan
4.6.2 Penyedia Jasa harus menyediakan vibrator concrete untuk menjamin efisiensi tanpa adanya
penundaan. Pada waktu pengecoran balok, kolom, dan pelat, vibrator concrete harus dapat
masuk ke dalam bekisting sehingga didapatkan pemadatan yang baik. Waktu pengecoran,
vibrator concrete tidak boleh mengenai baja tulangan yang dapat menyebabkan perpindahan
posisinya.
4.6.3 Vibrator concrete tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara horizontal, setelah
beton dipadatkan dan diratakan dengan baik, beton harus dibiarkan sampai mengeras.
4.7 Beton Pada Suhu Udara Tinggi.
4.7.1 Penyedia Jasa harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap kemungkinan beton
mengalami perubahan akibat suhu udara yang tinggi terutama terhadap sifat plastis dan
kekuatan tekan beton tersebut
4.7.2 Pada suhu udara yang terlalu tinggi Direksi Pekerjaan dapat menunda pengecoran atau
menginstruksikan Penyedia Jasa untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu sebelum
pengecoran dimulai
4.7.3 Apabila suhu udara sekeliling melebihi 320 C, suhu beton harus diusahakan serendah
mungkin dengan cara menghindari penyinaran langsung matahari terhadap agregat dan
mixer atau dengan menggunakan air pencampur yang dingin. Acuan (bekisting) harus
disemprot dahuu dengan air untuk menurunkan suhunya, dengan memperhatikan aliran
keluarnya air tersebut dari dalam acuan
4.7.4 Apabila dianggap perlu Direksi Pekerjaan dapat meminta monitoring terhadap suhu beton
maupun suhu udara sekeliling
4.7.5 Apabila suhu udara siang hari ternyata terlalu tinggi, Penyedia Jasa harus melaksanakan
pengecoran pada malam hari. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengadukan untuk
menghindari pengaruh panas matahari
4.7.6 Untuk pengecoran beton dalam volume yang besar, Penyedia Jasa harus memperhitungkan
kemungkinan crack akibat suhu yang tinggi dari beton
XII - 12
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
XII - 13
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
dalam bak yang berisi air, agar proses pemeliharaan (curing) beton berlangsung baik,
maka perendaman dilakukan sampai batas waktu pengujian kuat tekan.
4.10.2 Core Test
Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat kekuatan, pihak Direksi
Pekerjaan berhak meminta core test untuk struktur-struktur beton yang tidak memenuhi
syarat tersebut. Peralatan coring dan metode-metodenya harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan
Seluruh biaya pengambilan sample untuk core test dan biaya pengetesannya menjadi
tanggung jawab Penyedia jasa
Evaluasi hasil test
Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat, Penyedia Jasa harus
membongkar dan mengganti seluruh volume beton yang dicor dan segala biaya yang
menjadi konsekwensinya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Sebelum melakukan
pembongkaran struktur Penyedia Jasa dapat mengusulkan untuk melakukan core test
pada struktur-struktur yang sudah selesai dicor
Penyedia Jasa juga dapat mengusulkan untuk melaksanakan loading test pada struktur
tertentu. Metode pelaksanaan loading test maupun core test harus terlebih dahulu
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Semua biaya pengetesan, pembongkaran maupun
pengecoran kembali menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
XII - 14
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Apabila plat tidak difinishing dengan adukan, permukaan beton tersebut harus dibuat kasar
sesuai dengan schedule finishing yang ada. Permukaan beton tersebut harus diratakan
sehingga memiliki level yang sama, tidak melewati batas toleransi yang diizinkan.
XII - 15
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat harus diberi
perlindungan dengan penutup yang sesuai (plastik). Dinding yang telah terpasang harus diberi
perawatan dengan cara membasahi secara terus menerus paling sedikit 7 hari setelah
pemasangannya.
Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Dinding dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan
dalam lingkup pekerjaan Dinding dengan satuan M². Biaya ini sudah mencangkup harga
bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga
mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai
pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.
XII - 17
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
Untuk pasangan yang langsung diatas tanah, tanah yang akan dipasang sub-lantai harus
dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung
tanah maksimum, pemadatan dipergunakan alat timbris.
Pasir urug bawah lantai yang diisyaratkan harus merupakan permukaan yang keras, bersih dan
bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu pasangan.
Tebal lapisan pasir urug yang diisyaratkan 10 Cm atau sesuai gambar, disiram air dan ditimbris
sehingga diperoleh kepadatan yang maksimal.
Di atas pasir urug dilakukan pekerjaan sub lantai setebal 5 Cm atau sesuai yang ditunjukkan
dalam gambar detail dengan campuran 1Pc : 3Psr : 5Krl
Untuk pasangan di atas pelat beton (lantai tingkat), pelat beton diberi lapisan plester (screed)
campuran 1Pc : 3Psr setebal minimum 2 Cm dengan memperhatikan kemiringan lantai,
terutama di daerah basah dan teras.
Sub-lantai beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-benar rata,
dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah dan teras.
8.2.2 Lantai sekeliling bangunan serta beberapa tempat lainnya yang ditunjukkan dalam gambar
dipasang lantai rabat beton dengan adukan 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl dengan ketebalan 5 Cm dan 8 Cm.
Sebelum hasil pengecoran lantai mengering, permukaannya harus dipoles dengan adukan 1 Pc : 2
Psr sampai halus atau dibuat kasar dengan pukulan sapu lidi. Permukaan tersebut harus
mempunyai kemiringan sekitar 2 % ke arah saluran pembuangan / drainase. Pada jarak-jarak
tertentu dibuat alur-alur sesuai dengan pola yang ditentukan dalam gambar (dengan kedalaman 1
Cm dan lebar 1 Cm).
8.2.3 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM, peraturan
keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
8.2.4 Semen Portland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PVBB 1970 (NI-3), PVBI 1982.
8.2.5 Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contoh
kepada Konsultan Pengawas.
XII - 18
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Lantai Keramik dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak
yang ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang
diuraikan dalam lingkup pekerjaan Lantai Keramik dengan satuan M². Biaya ini sudah
mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong /
kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak
diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.
XII - 19
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
XII - 20
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Rangka dan Atap Seng Warna dilakukan berdasarkan volume dan harga
satuan kontrak yang ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh
kegiatan yang diuraikan dalam lingkup pekerjaan Rangka dan Atap Seng Warna dengan satuan
M². Biaya ini sudah mencangkup harga bahan, Upah peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas kesalahan
pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya, pekerjaan
tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari pemimpin proyek.
XII - 21
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Pembayaran
Pembayaran Pekerjaan Plafond dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawarkan oleh Rekanan Pelaksanan / Pemborong. Meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan
dalam lingkup pekerjaan Plafond dengan satuan M². Biaya ini sudah mencangkup harga bahan,
Upah peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Segala akibat yang timbul atas kesalahan pemborong / kontraktor sehingga mengakibatkan
penambahan volume dan biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan
dari pemimpin proyek.
XII - 22
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
kelangkapan pada pemasangan IPAL Komunal dilaksanakan oleh pihak ketiga dan tidak
terlepas dari Kontraktor pelaksana
XII - 23
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
diambil dari Main Distribution Panel (MDP) dan Panel Emergency yang ada di plant room.
Fasilitas instalasi listrik tersebut digunakan untuk :
Penerangan di dalam bangunan
Penerangan di luar gedung
Peralatan-peralatan listrik lainnya
12.2 Persyaratan Penyedia Jasa
Harus memiliki SIKA – PLN yang masih berlaku
Disetujui oleh Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan
Penyedia jasa diwajibkan membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) dan rencana kerja
sebelum melaksanakan, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa/Direksi
Pekerjaan. Gambar serta rencana kerja ini tersedia di ruang Penyedia Jasa dan mudah diperiksa
sewaktu-waktu oleh Pengguna Jasa dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai Penyedia
Jasa harus menyerahkan gambar instalasi yang telah direvisi dan disahkan oleh PLN dilampiri
surat tanda good keur yang menyatakan bahwa pemasangan instalasi tersebut telah memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan.
(i) Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam kontrak.
(ii) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan jika diminta
oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK untuk keperluan pemeriksaan sewaktu-waktu dapat
diserahkan.
(iii) Dokumen Foto :
KONTRAKTOR diwajibkan membuat dokumen foto-foto, sebelum pekerjaan dimulai
sampai pada pekerjaan selesai 100 % dan tiap tahap permintaan angsuran disertai keterangan
lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaskanaan pembangunan serta disusun secara rapih
dan diketahui oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan Pengelola Teknis.
Syarat-syarat foto dokumentasi :
a) Tiap Unit Bangunan diambil dari empat arah,
b) Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah,
c) Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut pengambilan tersebut
pada butir (a).
Gambar dimasukkan dalam album diserahkan kepada PEMILIK melalui DIREKSI
PEKERJAAN rangkap 5 (lima).
Biaya dokumen merupakan tanggung jawab Kontraktor, Foto-foto tersebut harus dibuat
dan menjadi lampiran setiap permohonan angsuran pembayaran.
Segala laporan atau catatan tersebut dalam Ayat (i) dan (ii) Pasal ini, dibuat dalam
bentuk buku harian rangkap 5 (lima) diisi pada formulir yang telah disetujui oleh
DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan harus selalu berada di tempat pekerjaan.
14.2 Penyedia Jasa harus menyerahkan pada Pengguna Jasa as built drawing.
14.3 As built drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan yang harus
diselesaikan 4 minggu setelah serah terima pekerjaan untuk pertama kali, dalam bentuk kalkir.
14.4 Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ii, yang ternyata pekerjaan tersebut harus
ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh
Kontraktor atas perintah tertulis Pemimpin Bagian Proyek.
14.5 Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh Kontraktor dan Pemimpin
Bagian Proyek dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Pariaman, ……………………….2022
Konsultan Perencana
CV. AZZAHRA CONSULTANT
XII - 25