Anda di halaman 1dari 36

SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN BETON

BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah Rehab Ruang Kelas SMAN 1 Karanganyar
Demak. Lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan Beton;
b. Pekerjaan Arsitektur & Finishing;
c. Pekerjaan Elektrikal;

Pekerjaan tersebut diatas harus selesai tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan, dengan
kuantitas dan kualitas yang memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam Surat
Perjanjian Penyedia Jasa dan pelaksanaannya harus berdasarkan pada:
a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan (RKS) dan Spesifikasi Teknis;
b. Gambar-gambar perencanaan dan detail;
c. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan penjelasan tambahan lainnya;
d. Petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas;
e. Peraturan-peraturan umum lainnya yang berlaku.

1. Persyaratan dan Peraturan Umum


a. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi Indonesia
(NI), Standar Industri Indonesia (SII), Peraturan Nasional maupun Peraturan Pemda
setempat lainnya yang berlaku atas jenis pekerjaan maupun bahan tersebut,
peraturan tersebut antara lain :
1). Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
2). Peraturan Beton Bertulang Indonesia, NI-5 1971.
3). Peraturan Standar Beton, SKSNI-T15-1991-03.
4). Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, NI-5 1961.
5). Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03 – 2847 – 2002.
6). Tatacara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03 – 1729 – 2002.
7). Peraturan Cement Portland Indonesia, NI-8.
8). Peraturan Plumbing Indonesia.
9). Peraturan Umum Instalasi Listrik.
10). Peraturan / Pedoman Perencanaan Penangkal Petir SKBI-1.3.53.1987, UDC : 887.2.
11). Peraturan Pelaksanaan Bangunan Jalan Raya (No. 1)/ST/B.M/72.
12). Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Tahun 1987.
13). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1989.
14). Untuk bahan dan pekerjaan yang belum termasuk dalam standar tersebut diatas,
maupun standar lainnya, maka diberlakukan Standar Internasional atau
persyaratan teknis dari pabrik / produsen yang bersangkutan.
15). Dan lain-lain yang secara nyata termasuk didalam Dokumen / Gambar, RKS,
Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan / Aanwijzing dan ketentuan-
ketentuan lainnya.
b. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut diatas, Penyedia Jasa harus menyediakan :
1). Tenaga-tenaga kerja, tenaga-tenaga ahli yang memadai baik kualitas maupun
kuantitasnya (jumlahnya) untuk semua jenis pekerjaan.
2). Alat-alat yang cukup untuk setiap jenis pekerjaannya.
3). Bahan-bahan yang memenuhi syarat dalam jumlah yang cukup dan didatangkan
tepat waktunya, sehingga tidak terjadi stagnasi yang mengakibatkan
keterlambatan pada waktu penyerahan pertama.

1
2. Merk Dagang
Merk-merk dagang untuk bahan-bahan tertentu yang disebutkan dalam Persyaratan
Teknis ini dimaksudkan hanya sebagai bahan perbandingan dalam hal bentuk, model,
mutu, jenis dan sebagainya, sehingga tidak diartikan sebagai persyaratan merk yang
mengikat.
Penyedia Jasa dapat mengusulkan merk dagang lain yang setaraf (sekualitas) setelah
mendapat persetujuan dari Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.
Dalam hal disebutkan 3 (tiga) merk dagang atau lebih untuk jenis bahan yang sama, maka
Penyedia Jasa diwajibkan untuk mengajukan salah satu dari padanya (bukan setaraf)
untuk diperiksa Konsultan Pengawas dan disetujui Direksi Pekerjaan / Teknis.

3. Syarat Pemeriksaan Bahan


a. Untuk pedoman pemeriksaan bahan-bahan bangunan digunakan Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982) – NI – 3.
b. Sebelum mendatangkan bahan-bahan bangunan ketempat pekerjaan, Penyedia
Jasa diwajibkan menyerahkan contoh-contoh terlebih dahulu kepada Direksi /
Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya.
c. Bahan-bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
d. Apabila bahan yang didatangkan tidak sesuai dengan contoh yang telah disetujui,
maka Direksi / Konsultan Pengawas berhak menolak / memerintahkan Penyedia Jasa
untuk mengel uarkan bahan-bahan tersebut dari lapangan (tempat pekerjaan)
selambat-lambatnya 2 x 24 jam sejak ditolaknya bahan-bahan tersebut.
e. Tidak diperkenankan menggunakan bahan-bahan yang telah ditolak oleh Direksi /
Konsultan Pengawas, apabila ternyata Penyedia Jasa tetap menggunakan bahan-
bahan tersebut diatas baik secara sengaja maupun tidak sengaja, maka Direksi /
Konsultan Pengawas berhak membongkar pekerjaan yang menggunakan bahan-
bahan tersebut dengan biaya dibebankan kepada Penyedia Jasa.
f. Untuk setiap perselisihan kualitas bahan bangunan yang digunakan antara Direksi /
Konsultan Pengawas dengan Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa diwajibkan
memeriksa kualitas-kualitas bahan itu ke Lembaga Penelitian Bahan Bangunan di
sekitarnya, atau ditempat lain yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas, dengan
biaya ditanggung oleh Penyedia Jasa.
g. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak timbulnya perselisihan, sebelum diperoleh hasil
pemeriksaan tersebut, Penyedia Jasa tidak diperkenankan menggunakan bahan
bangunan tersebut di dalam pekerjaannya.

1.2. SITUASI
1. Rehab Ruang Kelas SMAN 1 Karanganyar Demak seperti yang tertera dalam gambar
situasi / tapak.
2. Site (tempat pembangunan) akan diserahkan kepada Penyedia Jasa, sebagaimana
keadaannya. Untuk itu Penyedia Jasa harus meneliti keadaan tapak, terutama
keadaan tanah (kontur, letak bangunan yang sudah ada serta sifat lingkup
pekerjaan lain-lain) yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
3. Kelalaian atau kekurangtelitian Penyedia Jasa dalam mengevaluasi keadaan
lapangan segala sesuatunya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan tidak
dapat dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.

1.3. UKURAN / DIMENSI


1. Ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran yang mengikat dan
mutlak harus ditepati.
2. Satuan ukuran yang dicantumkan dalam gambar dinyatakan dalam :
a. Milimeter (mm).
b. Centimeter (cm).
c. Meter (m)
Kecuali untuk hal khusus, satuan dinyatakan sesuai ketentuan umum yang berlaku.
2
3. Apabila terdapat perbedaan ukuran antara gambar struktur dan detail dalam jenis
yang sama, maka yang menjadi pegangan adalah gambar yang berskala lebih
besar (gambar detail).
4. Bila ada perbedaan antara gambar Struktur, gambar Arsitektur dan gambar ME atau
ketidaksesuaian atau keraguan diantara gambar kerja yang tidak bisa diatasi
menurut point no. 3 diatas, Penyedia Jasa harus melaporkan secara tertulis kepada
Direksi / Konsultan Pengawas untuk diberi keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan / acuan di dalam pelaksanaan pekerjaan.
5. Sinkronisasi antara gambar, spesifikasi dan BQ (Daftar Volume dan Biaya Pekerjaan)
diambil yang mempunyai bobot teknis yang paling tinggi dan tidak saling
menghilangkan, demikian pula gambar-gambar, antara gambar Arsitektur, Sipil dan
Mekanikal / Elektrikal adalah saling melengkapi dan tidak saling menghilangkan.

1.4. LETAK BANGUNAN


Keterangan mengenai letak bangunan ditentukan dalam gambar situasi dan untuk awal
pelaksanaan harus diadakan pengukuran dulu dibawah pengawasan Direksi / Konsultan
Pengawas.

1.5. TINGGI LANTAI (PEIL)


1. Ukuran peil lantai disesuaikan dengan gambar rencana yang telah disetujui oleh
pemerintah daerah setempat atau sesuai dengan penjelasan pekerjaan / aanwijzing.
2. Ukuran yang merupakan tanda tetap, tidak boleh berubah letak dan ukurannya.
Dengan ini tanda tersebut harus dibuat dengan beton atau tembokan yang harus
dijaga dan dipelihara selama pelaksanaan sampai pekerjaan selesai.
3. Supaya dibuat beberapa patok duga dilengkapi dengan koordinat dan elevasi yang
dibuat dari patok beton yang kuat dan terpelihara sehingga bangunan tidak
kehilangan ukuran awal.

1.6. KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA


 Selama masa pelaksanaan Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara
kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah pekerjaan selalu diangkut dan
dikumpulkan di suatu tempat yang telah ditentukan.
 Kontraktor berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat bekerja untuk para pekerja dan personil dalam proyek
 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan
 Dari awal pekerjaan hingga selesai pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor wajib bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja,
bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam
hal terjadinya kerusakan-kerusakan maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung
jawab untuk memperbaikinya.
 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu
untuk keselamatan korban kecelakaan itu.

1.7. LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN


 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat
teknis maupun administratif.
 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan yang
sebenarnya.
 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas
Lapangan dan Konsultan Pengawas.
 Laporan tersebut diatas setiap minggu dan bulannya harus diserahkan kepada
Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.

3
1.8. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG
 Kontraktor / Pemborong harus bertanggungjawab penuh atas kualitas pekerjaan
sesuai dengan ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja
 Kehadiran konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasihat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di
atas
 Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul
akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki
kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.
 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan,
maka Kontraktor / Pemborong berkewajiban memberikan saran perbaikan kepada
Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas.
 Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam
pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong
 Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga
keamanan bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik
Piihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya
sampai tahap serah terima.
 Bila terjadi kehilangan bahan bangunan yang telah disetujui maupun yang belum
adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan
dalam biaya Pekerjaan Tambah.
 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas
akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
 Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut
bahan bongkaran dan sisa bahan bangunan yang sudah tidak diperlukan lagi keluar
lokasi pekerjaan. Segala pembiayaan menjadi tanggung jawab Kontraktor /
Pemborong.

1.9. SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR


 Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub
Kontraktor) di dalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor
/ Pemborong “wajib” memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas /
Direksi untuk mendapatkan persetujuan
 Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub
Kontraktor dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
 Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan
khusus sesuai instruksi pabrik.

1.10.PEKERJAAN PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK KERJA


 Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak atau didatangkan dari luar tapak dan disediakan pula tempat
penampungannya.
 Air harus bersih bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.
 Kontraktor harus membuat tempat penampungan air yang senantiasa terisi penuh
untuk sarana kerja dengan kapasitas minimal 3,5 meter kubik, dapat dibuat dari
pasangan batako setengah batako dengan spesi 1 PC : 3 pasir dan diplester, atau
dari drum-drum.
 Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan berlangsung dan
pemasangan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk
penggunaan sementara atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi.
4
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. UMUM
Pasal ini menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan Penyedia Jasa seperti mobilisasi,
pengukuran dan pematokan lahan sesuai dengan gambar dan RKS.

2.2. MOBILISASI ALAT


Penyedia Jasa wajib mengadakan peralatan-peralatan kerja yang diperlukan, minimal dapat
mendukung kelancaran pelaksanaan, sehingga pekerjaan dapat selesai pada waktunya.

2.3. MOBILISASI TENAGA KERJA


Penyedia Jasa wajib mendatangkan/mempekerjakan tenaga kerja yang cukup jumlahnya
dan kemampuannya/skill yang tinggi.

2.4. PENGGUNAAN / PEMANFAATAN LAHAN


Penyedia Jasa wajib untuk berkonsultasi dengan Konsultan Pengawas dalam merancang
penggunaan dan pemanfaatan lahan bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan. Konsultan
Pengawas dimintakan persetujuannya atau gambar rencana dari tata letak bangunan
sementara yang akan dibangun berikut pembagian ruang, tampak dan potongan serta
bahan-bahan yang akan dipakai.
Bangunan sementara yang dimaksud adalah Direksi Keet, Kantor Penyedia Jasa, Kantor Direksi
/ Konsultan Pengawas, Ruang Rapat, Gudang Bahan, Los Kerja, tempat penumpukan bahan
dan sejenisnya.

2.5. PERATAAN TANAH


Tanah / site dimana gedung akan dibangun harus diratakan dan dirapihkan sampai betul-
betul rapih, rata dan bebas dari segala kotoran.

2.6. PENGUKURAN BATAS PEKERJAAN


Untuk menentukan batas-batas pekerjaan, Penyedia Jasa wajib melaksanakan pekerjaan
pengukuran dan pelaksanaannya harus disaksikan oleh Direksi / Konsultan Pengawas dan /
atau dengan instansi yang berwenang jika memang diperlukaan atau harus demikian.
Pelaksanaan pengukuran ini dimaksudkan untuk menentukan as-as bangunan dan kemudian
ditandai dengan patok-patok yang tidak dapat berubah oleh pengaruh - pengaruh luar dan
harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik.
Hasil pengukuran tersebut dituangkan dalam suatu catatan atau berita acara yang
ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pekarjaan.

2.7. PEMASANGAN BOUWPLANK


Dari hasil pengukuran as-as bangunan maka Penyedia Jasa harus membuat bouwplank pada
sekitar batas bangunan dengan jarak setiap 2 meter. Bahan yang digunakan adalah papan
kayu dengan salah satu sisinya diserut halus dan lurus, untuk perkuatannya dipergunakan kayu
dolken atau kaso yang ditancapkan kedalam tanah.
Pada bouwplank dicantumkan as-as bangunan dan ketinggian atau elevasi bouwplank diukur
dari titik acuan. Antara bouwplank yang satu dengan lainnya harus waterpass dan posisinya
dijaga agar tidak berubah dan dikontrol pada saat-saat tertentu.
Bahan bouwplank dari kayu Meranti Merah / Borneo, dengan ukuran balok tanam 5 cm x 7 cm
jarak maksium 1,5 m, ukuran papan 2 cm x 20 cm bagian atas diserut rata dan halus.

2.8. PAPAN NAMA PROYEK


Papan nama proyek dibuat dengan ukuran 1x2m, dan dipasang dilokasi proyek, 1 (satu)
minggu setelah Kontraktor menerima SPK selama proyek berlangsung. Papan nama proyek
dibuat dari papan dan tiang kayu 10x10cm kayu kwalitas I (dibuat sesuai petunjuk direksi).

5
2.9. PEMBUATAN BARAK KERJA
Penyedia Jasa wajib membuat Barak kerja atau bedeng pekerja dengan ketentuan-
ketentuan dengan luas lebih kurang 9 m² yang merupakan bangunan sederhana terbuat dari
kayu, plywood / triplek dengan atap seng gelombang atau asbes. Rangka kayu, atap asbes /
seng gelombang, dinding triplek, pintu triplek, lantai plesteran, plafon triplek, jendela kaca
nako seperlunya.
Penempatannya di site harus dibicarakan dengan Direksi / Konsultan Pengawas.

2.10.GUDANG BAHAN MATERIAL / TEMPAT PERLINDUNGAN BAHAN MATERIAL


Jika memungkinkan dibuat gudang bahan, besarnya tergantung kebutuhan Penyedia Jasa,
dan pelaksanaannya harus memperhatikan keadaan lokasi dan keserasian lingkungan yang
ada. Jika tidak dibuat gudang, Penyedia Jasa tetap wajib memberi perlindungan untuk bahan
material yang sudah didatangkan dengan perlindungan sementara dari bahan kayu dengan
atap seng atau terpal untuk melindungi dari cuaca sehingga tetap terjaga mutu atau kualitas
bahan.

6
BAB III
PEKERJAAN URUGAN

3.1. UMUM

Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pengurugan sirtu, pemadatan yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa, seperti galian tanah pondasi, dan pekerjaan sejenisnya.
Semua pengurugan harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar dan RKS ini dan semua
petunjuk yang disampaikan oleh Direksi / Konsultan Pengawas, selama berlangsungnya
pekerjaan.

3.2. PEKERJAAN PENGURUGAN

Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan


sirtu atau bahan berbutir, untuk urugan umum yang diperlukan untuk membuat bentuk
dimensi timbunan lahan antara lain ketinggian dan atau kemiringan yang sesuai
persyaratan atau penampang melintangnya dan urugan kembali galian atau struktur.
Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak, akar pohon,
sampah, puing bangunan dan lain-lain sebelum pengurugan dimulai. Tanah yang
digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan organis, sisa-sisa tanaman, sampah
dan lain-lain.
Tanah yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus memenuhi standard
spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang
disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
Timbunan atau urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 25 cm.
Untuk masing-masing lapisan dipadatkan sampai permukaan tanah yang direncanakan.
Pelaksanaan penimbunan dapat menggunakan mesin gilas dan pada daerah yang oleh
Direksi/Konsultan Pengawas dianggap berbahaya atau dengan jarak lebih kurang 45 cm
dari saluran atau batas-batas atau pekerjaan-pekerjaan yang mungkin menjadi rusak
digunakan Stamper.

Perbaikan dari Urugan yang Tak Memuaskan atau Tidak Stabil


 Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan
menggaru permukaan dan membuang atau menambah material sebagaimana
diperlukan yang dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
 Urugan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal kadar airnya kurang
memenuhi persyaratan atau yang seperti yang diperintahkan Pengawas Kegiatan
Teknik, maka harus diperbaiki dengan mengganti material, disusul dengan penyiraman
air secukupnya dan dicampur dengan menggunakan “motor grader” atau peralatan
lain yang disetujui.
 Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan, dimana kadar airnya melampaui kadar
air yang disyaratkan atau sebagaimana diperintahkan Pengawas Kegiatan Teknik,
harus diperbaiki ulang dengan mengganti material, disusul dengan penggunaan motor
grader berulang-ulang atau oleh alat lainnya dengan selang waktu istirahat ketika
penanganan, dalam cuaca yang kering. Cara lain, atau jika pengeringan tak dapat
dicapai dengan cara mengaduk atau membiarkan bahan gembur tersebut,
Pengawas Kegiatan Teknik dapat memerintahkan untuk mengeluarkan bahan tersebut
dari pekerjaan dan menggantikannya dengan bahan kering yang lebih cocok.
 Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lainnya setelah
dipadatkan dalam batasan persyaratan ini biasanya tidak memerlukan pekerjaan
perbaikan asal sifat meterial dan kerataan permukaan masih memanuhi persyaratan
spesfikasi ini.
 Perbaikan dari urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau persyaratan sifat
material dari spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan Pengawas Kegiatan Teknik
7
dan dapat meliputi tambahan pemadatan, penggaruan yang disusul dengan
pengaturan kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian
material.

3.3. PEKERJAAN PERATAAN SIRTU DAN PEMADATAN

Sehubungan dengan pekerjaan ini daerah yang digali dan diurug harus diratakan kembali
dan dipadatkan sehingga sesuai dengan jenis ketinggian akhir yang tercantum dalam
gambar.
Untuk pemadatan urugan dan galian pekerjaan bangunan sederhana atau yang belum
dibangun dimana pemadatan tidak memerlukan test uji laboratorium, maka Pengawas
Kegiatan harus memberi petunjuk kepada Penyedia jasa untuk dapat melaksanakan
pemadatan. Petunjuk ini tidak mengurangi tanggung jawab Penyedia jasa atas hasil
pemadatan yang dilakukan.
Pelaksanaan pekerjaan pemadatan dapat dilakukan sebagai berikut :
 Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan, masing-masing lapis
harus dipadatkan benar-benar dengan peralatan pemadat yang memadai yang
disetujui Pengawas Kegiatan Teknik hingga mencapai kepadatan yang ditentukan.
 Pemadatan dari urugan sirtu harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari material
berada dalam rentang kurang dari 3% sampai lebih dari 11% dari kadar air optimum.
Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan sesuai degan AASHTO T 99.
 Seluruh urugan padas harus ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal 20 cm dari
bahan bergradasi baik yang tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm dan
sanggup mengisi rongga-rongga pada padas bagian atas urugan. Lapis penutup ini
akan dibangun sampai kepadatan yang disyaratkan untuk urugan tanah.
 Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti yang
ditentukan dan diterima oleh Pengawas Kegiatan Teknik sebelum lapis berikutnya
dipasang.
 Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar berlanjut kearah memanjang
sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah usaha pemadatan
yang sama.
 Bila bahan urugan dapat ditimbun pada satu sisi pada tembok kepala atau tembok
penahan, harus diperhatikan agar tempat bersebelahan dengan struktur jangan
dipadatkan sedemikian sehingga menyebabkan bergesernya struktur atau timbul
tekanan yang berlebih pada struktur.
 Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas
konstruksi, harus dipasang dalam lapisan horisontal yang tidak lebih dari 15 cm tebal
gembur dan secara menyeluruh dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau
timbris (stamper) minimum seberat 10 kg. Harus diperhatikan secara khusus untuk
menjamin pemadatan yang memuaskan.

8
BAB IV

PEKERJAAN URUGAN PASIR

4.1. UMUM
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan urugan pasir yang harus dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa, seperti pengurugan pasir dibawah pile cap, tie beam, lantai dasar dan lain-lain
sebagainya, sebagaimana yang tertera pada Gambar dan RKS.
Pengurugan pasir harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam
PUBI 1979 (NII-3) ayat 12.1.

4.2. PERSYARATAN BAHAN


Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan persyaratan yang
tercantum di dalam PUBI 1971 ayat 12.1. Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara
memadai.

4.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Sebelum pengurugan pasir dilaksanakan Penyedia Jasa wajib untuk memeriksa ketinggian dari
tanah atau konstruksi dibawahnya untuk meyakinkan bahwa ketinggian yang ada telah sesuai
dengan gambar, dan bahwa tanah dibawahnya telah dipadatkan sehingga didapat
permukaan yang rata dan padat. Hasil pemeriksaannya ini harus dilaporkan kepada Direksi/
Konsultan Pengawas, yang akan segera melakukan pemeriksaan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut, Direksi/Konsultan Pengawas akan menolak atau memberikan
persetujuannya untuk pelaksanaan pekerjaan pengurugan pasir. Pengurugan pasir harus
dilaksanakan dengan cara menebarkan, meratakan dan memadatkan secara mekanik
sampai diperoleh ketebalan dan ketinggian yang sesuai dengan Gambar.
Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh konstruksi atau pekerjaan lain sebelum disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Direksi/Konsultan Pengawas berhak untuk membongkar
pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir tersebut belum disetujui olehnya.
Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak dinyatakan secara khusus
dalam gambar maka tebal urugan pasir = 10 cm.

9
BAB V

PEKERJAAN LANTAI KERJA

5.1. UMUM
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan lantai kerja, seperti di bawah pekerjaan pondasi, lantai
dan sejenisnya sebagaimana yang tercantum dalam Gambar dan RKS.

5.2. PERSYARATAN BAHAN


Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil dengan perbandingan 1 : 3 : 5
atau kualitas setara K-100.

5.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan diratakan
dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir. Lantai kerja sebelum mendapat persetujuan
dari Direksi/Konsultan Pengawas tidak boleh ditutup oleh pekerjaan lainnya dan Direksi/
Konsultan Pengawas berhak membongkar pekerjaan diatasnya bilamana lantai kerjá tersebut
belum disetujui olehnya.
Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak dinyatakan secara khusus
dalam gambar maka tebal lantai kerja minimal 7 cm.

10
BAB VI

PEKERJAAN RANGKA ATAP

6.1. RUANG LINGKUP


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi baja ini penyediaan tenaga, bahan
material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi kayu termasuk
kelengkapannya.

6.2. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Kayu bangkirai untuk listplank.
b. Kayu kruing untuk kuda-kuda, gording, murplat, nok, jurai.
c. Usuk menggunakan Kayu Kruing.
d. Reng menggunakan Kayu Kruing.
6.3. PELAKSANAAN
1. Rangka atap dari balok kayu kelas II dengan ukuran sesuai dengan ukuran kayu
eksisting
2. Pekerjaan yang dilaksanakan bersifat perbaikan rangka atap yang rusak dengan
prosentase sesuai dengan rab
3. Pekerjaan yang dilaksanakan mengacu pada system atau cara sesuai dengan
syarat – syarat pelaksanaan yang sudah di sepakati

11
BAB VII

PEKERJAAN PLAFOND GRC

7.1. RUANG LINGKUP


Pekerjaan ini meliputi pemasangan plafond pada lantai dasar dan lantai 1 (atas) yang
terdiri atas pemasangan rangka plafond dan pemasangan GRC tebal 4 mm sesuai
dengan yang disebutkan dalam gambar kerja.

7.2. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Plafond : GRC
b. Rangka : Kayu
c. Aksersories : paku tembak, screw dan paku beton
7.3. PELAKSANAAN
1. Pekerjaan pengantian rangka plafond yang rusak
2. Pekerjaan pasang plafond yang pertama dilakukan pasang penggantung rangka
(tie rod) dengan menggunan paku terbak pada posisi plat lantai maupun balok.
3. Mengukur kedataran penggantung diperlukan agar menghasilkan plafond yang
tidak gelombang.
4. Dilanjutkan dengan memasang rangka plafond , lakukan juga pengecekan
kedataran posisi rangka dengan waterpass.
5. Kemudian dilanjukan dengan pemasangan gysum dengan menggunakan
screew # 1/8 dan bor sekrup.
6. Setelah selesai dilakukan pekerjaan compound untuk menutupi sambungan
antar grc dengan paper tape untuk menghindari keretakan dan titik-titik sekrup.

12
BAB VIII

KETENTUAN PELAKSANAAN K3

8.1. Ketentuan administrasi

Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi,yaitu :
a. Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,
lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
b. Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain
yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja,
selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
c. Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga
kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
d. Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di
dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan
yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
e. Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan
keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
f. Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua tenaga kerja telah
diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha
pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan-papan
pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang
dipandang perlu.
g. Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua
tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja
dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
h. Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja


Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk
setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur
organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut

a. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time) untuk
mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan
pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang
memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3.
c. Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit
struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia
jasa.
d. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia
pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus
atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
e. Penyedia jasa harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas-fasilitas
dalam melaksanakan tugas mereka.
- Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam
segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
proyek.
13
- Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari
panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
f. Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.

Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait
dengan K3, dimana :
a. Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan
kepada Instansi yang terkait.
b. Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
- Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-
masing.
- Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan


Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat
lain serta jalur transportasi, dimana :
a. Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.
b. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali (pemeriksaan
kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada kesehatan fisik dan
kesehatan individu),
c. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
d. Tenaga kerja di bawah umur 17 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan
khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.
e. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
f. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba -tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK).
g. Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain -lain.
h. Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
i. Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-
alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
j. Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi
yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
k. Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus
dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
l. Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu) harus selalu tersedia.
m. Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat
penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
n. Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya risiko
tenggelam atau keracunan, alat-alat penyelematan harus selalu tersedia di dekat
tempat mereka bekerja.
o. Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan
cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah
sakit atau tempat berobat lainnya.
Petunjuk / informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis
yang memberitahukan antara lain
- Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK,
ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas
14
- Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor
telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
- Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang
dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja


Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi
sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan
perkiraan biaya suatu proyek jalan dan jembatan.
Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi
bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Penyedia Jasa harus
melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk
penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut
dengan biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa perlu
memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan
langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

8.2. Ketentuan Teknis

Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek
lingkungan, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.

Tempat kerja dan peralatan


Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
a. Pintu masuk dan keluar
- Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
- Alat-alat / tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
b. Lampu / penerangan
- Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat
kerja, termasuk pada gang-gang.
- Lampu-lampu harus aman, dan terang.
- Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya
apabila lampu mati/pecah.
c. Ventilasi
- Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
- Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang dikotori
oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan ventilasi untuk
pembuangan udara kotor.
- Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-
bahaya tersebut di atas.
d. Kebersihan
- Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang
- aman.
- Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
- Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda
tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau
tersandung (terantuk).
- Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.

15
- Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
- Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan
pada tempat penyimpanan semula.

Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran


Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
a. Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia:
- Alat-alat pemadam kebakaran.
- Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
b. Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan
alat pemadam kebakaran.
c. Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam kebakaran
harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
d. Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang
yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
e. Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang
dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran
harus selalu dipelihara.
f. Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
g. Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat -
tempat sebagai berikut :
- di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
- di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
- pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana
terdapat barang-barang dan alat-alat yang mudah terbakar.
h. Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan:
- di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah
terbakar.
- di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
- di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
- di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan
oleh aliran listrik.
i. Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.
j. Alat pemadam kebakaran yang berisichlorinated hydrocarbon atau karbon
tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas
(ruangan tertutup, sempit).
k. Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,
pipa tersebut harus :
- dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
- dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
- dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan sebuah katup
yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
- mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran.

Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
a. Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
b. Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.

16
c. Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi
pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
d. Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
e. Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan
sebagainya.
f. Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya pemadatan tanah
dengan stamper dan sebagainya.

Gambar Perlengkapan keselamatan kerja

8.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
a. Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer lapangan. Informasi
ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap program keselamatan kerja yang
telah diterapkan.
b. Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan kerja dengan
cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan monitoring dan pengendalian
mengenai biaya dan rencana penjadualan pekerjaan.
c. Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
d. Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat memberikan
jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
dalam kondisi aman.
e. Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian)
untuk program keselamatan kerja.

Pedoman untuk manajer dan pengawas


Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
a. Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja konstruksi
sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk meningkatkan K3, juga harus
mendorong personil untuk memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui
komunikasi yang baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja
untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3.
b. Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti dengan
memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan
dan memberikan dukungan yang positif.
c. Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan hubungan yang
erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk menghindari terjadi

17
kecelakaan dan permasalahan dalam proyek konstruksi. Manajer dapat melakukannya
dengan cara
- Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar
mereka berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan
hendaknya memberikan perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru,
terutama pada hari-harinya yang pertama.
- Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena
dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut
pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak
(“merongrong”) kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk
memastikan bahwa pihak pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
- Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi
juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia)
dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara
mengizinkan para mandor untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak
menyerahkan kekuasaan yang tunggal untuk memberhentikan pekerja).

Pedoman untuk mandor


Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan
pekerjaan bidang konstruksi dengan :
a. Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian
membiarkannya begitu saja.
b. Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
c. Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari keselamatan
kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang formal dengan para
mandor di lapangan.
d. Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada tataran
perusahaan.

Pedoman untuk pekerja


Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan
kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
a. Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
b. Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
c. Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
d. Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Memahami lingkup kerja yang diberikan.

18
BAB IX
PELAPORAN dan DOKUMENTASI

a. Sebelum pekerjaan dimulai, pihak kontraktor diwajibkan membuat gambar kerja (soft
drawing) sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan soft drawing harus disetujui
oleh direksi.
b. Laporan Harian disiapkan Kontraktor dan dibuat bersama oleh Pelaksana serta diketahui
oleh Koordinator Pengawas Lapangan.
c. Laporan Prestasi pekerjaan dua mingguan dibuat oleh Pemborong dan diketahui oleh
Koordinator Pengawas Lapangan sesuai dengan form yang telah ditentukan.
d. Penilaian prestasi pekerjaan atas dasar pekerjaan yang telah diselesaikan, tidak termasuk
bahan-bahan yang telah didatangkan dan tidak atas dasar besarnya biaya yang telah
dikeluarkan oleh pemborong.
e. Foto dokumentasi berwarna sebagai laporan visual pelaksanaan pekerjaan disusun dalam
album laporan visual (fisik 0% ,50 %, 100%). Pengambilan foto dokumentasi pekerjaan harus
pada satu titik pengambilan sehingga dapat diketahui kondisi sebelum, pada waktu, serta
sesudah pekerjaan dilaksanakan.
f. As Built Drawing di buat diatas kertas ukuran A3 dijilid rapi dan dibukukan serta berisi :
- Gambar pelaksanaan dan perubahannya.
- Volume/ukuran komponen pekerjaan yang dilaksanakan.
- As Build Drawing ini dipakai sebagai syarat kelengkapan dalam serah terima pertama
pekerjaan

19
BAB X
LAIN-LAIN

10.1. PENGUJIAN BAHAN


a. Semua bahan yang akan dipakai harus diperiksa atau diteliti atau diuji dan disetujui oleh
Direksi / Konsultan Pengawas.
b. Direksi / Konsultan Pengawas berhak menolak bahan yang akan dipakai apabila sekiranya
bahan tersebut tidak memenuhi persyaratan dan untuk itu bahan tersebut harus
disingkirkan dalam waktu 2 x 24 jam dari lokasi pekerjaan.

10.2. SHOP DRAWING


a. Setiap pekerjaan atau bagian pekerjaan, terutama pekerjaan pembesian beton
bertulang, sebelum dilaksanakan Penyedia Jasa diharuskan membuat gambar kerja atau
Shop Drawing.
b. Shop Drawing harus dibuat rapi, jelas, terperinci dengan format yang baik dan tetap.
c. Shop Drawing diserahkan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pekerjaaan dimulai untuk
diperiksa Konsultan Pengawas dan disetujui Pengguna Jasa.
d. Sebelum Shop Drawing diperiksa oleh Konsultan Pengawas dan/atau Konsultan Perencana
(apabila ada perubahan yang mendasar yang dapat mengakibatkan perubahan harga
dan / atau perubahan desain prinsip) dan disetujui Pengguna Jasa, maka Penyedia Jasa
tidak diperkenankan untuk memulai pekerjaan.

10.3. KERJA LEMBUR


a. Jika karena suatu hal atau Penyedia Jasa merasa perlu untuk mengejar keterlambatan
yang terjadi, maka Penyedia Jasa dapat melaksanakan kerja lembur. Biaya kerja lembur
Konsultan Pengawas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
b. Sebelum melakukan kerja lembur, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana kerja lembur
pada Direksi / Konsultan Pengawas, dilengkapi dengan lampiran yang mencakup bagian-
bagian yang akan dilembur, jumlah jam kerja lembur serta jumlah tenaga kerja.
c. Apabila Penyedia Jasa menghendaki kerja lembur, sedangkan Pengguna Jasa
beranggapan pekerjaan tersebut tidak perlu diawasi secara fisik oleh Konsultan Pengawas,
maka Penyedia Jasa wajib membuat laporan tertulis kepada Pengguna Jasa mengenai
bagian-bagian yang dikerjakan, serta bertanggung jawab sepenuhnya pada pekerjaan
yang dimaksud
d. Jika pekerjaan lembur dilakukan sampai malam hari, maka Penyedia Jasa wajib
mengadakan sistim penerangan khusus yang memadai, agar supaya pekerja dapat
bekerja dengan baik.

10.4. TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR LOKASI


PEKERJAAN
a. Sebelum melaksanakan kegiatan, Penyedia Jasa dianjurkan mendata terlebih dahulu
kondisi bangunan di lingkungan sekitarnya.
b. Dalam melaksanakan pekerjaan Penyedia Jasa harus melakukannya secara hati-hati agar
tidak merusak bangunan, pagar atau bagian lainnya disekitar lokasi pekerjaan.
c. Segala kerusakan yang timbul akibat pekerjaan serta claim lainnya dari penduduk disekitar
lokasi pekerjaan menjadi resiko Penyedia Jasa dan Penyedia Jasa berkewajiban
menyelesaikannya secara tuntas.
d. Selama pelaksanaan, Penyedia Jasa berkewajiban menjaga kebersihan jalan, saluran di
sekitar lokasi pekerjaan dan untuk itu Penyedia Jasa harus membuat tempat pencucian
truk di lokasi pekerjaan.

20
10.5. PERALATAN, BAHAN DAN MERK
a. Material atau bahan bangunan yang akan disupply oleh Penyedia Jasa harus terlebih
dahulu mengajukan persetujuan dengan menyebutkan karakteristik dan sumber
perolehan, bila perlu dilengkapi brosur / katalog dan / atau pengujian laboratorium guna
mendapatkan persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas. Material atau bahan
bangunan yang didatangkan ke lapangan harus sesuai dengan contoh material yang
telah disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
b. Peralatan yang akan disupply oleh Penyedia Jasa harus terlebih dahulu mengajukan
persetujuan dengan menyebutkan jenis, type, merk, spesifikasi dan kapasitas alat, bila perlu
dilengkapi brosur/katalog dan/atau kalibrasi, guna mendapatkan persetujuan dari Direksi
/ Konsultan Pengawas. Peralatan yang didatangkan ke lapangan harus sesuai dengan
yang telah disetujui Direksi / Konsultan Pengawas
c. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar rencana menyebutkan beberapa
merk tertentu atau klas mutu (Quality Performance) dari material atau komponen tertentu
terutama untuk peralatan utama maka Penyedia Jasa wajib mengajukannya sesuai
dengan taraf mutu dan merk yang disebutkan.
d. Apabila nanti selama pekerjaan berjalan terjadi bahwa material atau peralatan yang
disebutkan pada label material tidak dapat diadakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi, maka
Penyedia Jasa Konstruksi harus mengajukan alasan-alasan yang sangat kuat secara
administrasi dan dapat diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas, maka dapat ditinjau
ulang guna penggantian merk, klas mutu peralatan setelah mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Perencana dan Penyedia Jasa, serta suatu sanksi tertentu untuk Penyedia Jasa
Konstruksi.

NO JENIS MATERIAL KETERANGAN

1. Sirtu Memenuhi AASHTO-M 57-64


Bersih dan keras sesuai dengan syarat yang
2. Pasir urug tercantum dalam PUBI 1971 ayat 12.1 atau pasir
laut yang telah dicuci secara memadai
Campuran 1 PC : 3 Pasir : 5 Kerikil atau setara
3. Lantai kerja
dengan B-0

Portland Cement sesuai dengan persyaratan NI-


4. Semen
8/1964, SII 001 3-81 atau ASTM C-150

Hasil dari mesin pemecah batu dengan


5. Agregat kasar spesifikasi sesuai menurut ASTM C-33 dan
mempunyai ukuran
terbesar 2,5 cm
Pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin
pemecah batu dan harus bersih dari bahan
6. Agregat halus
organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak
mengandung substansi-substansi yang merusak
Bersih,
beton jernih, dan tidak mengandung minyak
7. Air atau garam serta zat-zat yang dapat merusak
beton atau baja tulangan

NO JENIS PERALATAN KETERANGAN


1. Alat ukur Waterpass, Pita Ukur

2. Alat pengecoran Concrete Mixer

21
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

BAB I

PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

1.1. UMUM
Meliputi pekerjaan pengadaan bahan dan pelaksanaan pemasangan bata untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan.
Pekerjaan pasangan bata yang akan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus mengikuti semua
persyaratan yang tercantum didalam RKS ini, PUBBI, SII dan semua perintah Direksi / Konsultan
Pengawas yang disampaikan selama berlangsungnya pekerjaan.

1.2. Persyaratan Bahan


a. Batu bata
 Digunakan ukuran 5,5 cm x 11 cm x 22 cm, kelas I, terbakar matang tidak keropos, tidak
boleh pecah-pecah melebihi 5% dari total penggunaan pasangan.
 Penggunaan batu bata ini harus mendapat persetujuan dari Direksi / Konsultan
Pengawas.
 Sumber batu bata diambil dari satu sumber yang memiliki karakteristik dan mutu bahan
yang sejenis.
b. Adukan
Seperti yang diterangkan pada spesifikasi adukan pasangan dan plesteran.

1.3. Pelaksanaan
a. Pemeriksaan Lapangan
 Perhatikan keadaan struktur yang akan mendukung / dibebani pasangan bata, bila
ada struktur pendukung yang belum sempurna maka pemasangan bata harus di tunda
dahulu.
 Dalam hal penundaan dan rencana di mulainya lagi pekerjaan harus disampaikan /
diberitahukan secara tertulis.
b. Persiapan Pekerjaan
 Permukaan bidang kerja harus dibersihkan dari segala kotoran atau benda-benda lain
yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan.
 Berikan perlindungan terhadap hujan pada saat persiapan pemasangan maupun
pada saat dilaksanakan pemasangan.
c. Pembuatan dan Penggunaan Adukan
Seperti yang diterangkan pada spesifikasi adukan pasangan dan plesteran.
d. Pemasangan
 Batu Bata
- Pasangkan batu bata yang utuh, tidak retak atau cacat lainnya untuk pasangan
dinding sesuai dengan yang direncanakan.
- Tidak diperkenankan menggunakan bahan yang patah, hanya dalam keadaan
tertentu saja seperti pada sudut atau perpotongan dengan bahan / atau
pekerjaan lain baru diijinkan menggunakan batu bata yang patah tetapi tidak
boleh melebihi 50%.
- Sebelum dipasang batu bata harus direndam di air sampai jenuh, demikian juga
bidang yang akan menerima pekerjaan / pemasangan harus di basahi terlebih
dahulu agar dapat dihindari penyerapan air semen dari adukan yang berlebihan.
- Sebelum menambahkan / melanjutkan pasangan baru diatas pasangan lama
yang terhenti sekurang-kurangnya selama 12 jam, maka pasangan lama harus di
bersihkan dahulu, kedudukan bata yang longgar / lepas harus diganti dan mortar
yang lepas di tam bal.

22
- Tera / Laveling, lapisan bata harus ditera datar dan tegaknya agar didapat
kekuatan pasangan yang sama dan merata di setiap tempat.
 Plesteran
Seperti yang diterangkan dalam spesifikasi plesteran.
 Pemasangan Angkur
- Pasangkan angkur diameter 10 mm pada permukaan perletakan pasangan
kolom atau balok dengan cara ditanamkan atau dibautkan. Buatkan jarak 60 cm
untuk arah vertikal dan 100 cm untuk arah horizontal dengan panjang angkur
efektif 15 cm.
- Tentukan posisi atau tempat-tempat angkur ini terkoordinasi dengan tera siar datar
dan tegak.

23
BAB II

PEKERJAAN PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING

2.1. Umum
Pasal ini menguraikan pekerjaan penyediaan, pengiriman dan pemasangan semua penutup
lantai yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sebagaimana dalam gambar.

2.2. Kontrol dan Batasan


Pekerjaan penutup lantai dan dinding harus dilaksanakan dengan mengikuti semua syarat
yang tercantum di dalam SII.0023-73, SII.0243-79, SII.0583-81, PUBI 1982, RKS ini dan semua
petunjuk yang disampaikan Direksi / Konsultan Pengawas selama pekerjaan berlangsung.

2.3. Persyaratan Bahan


- Keramik granit dipakai merupakan Keramik dengan kualitas baik, untuk lantai
menggunakan granit ukuran 40x40 cm type unpolished untuk selasar dan polish untuk
dalam ruang kelas.
- Keramik yang dipakai yaitu keramik dengan kualitas baik setara dengan roman, asia
tile, mulia dan sebagainya. Keramik lantai yang digunakan ukuran 40x40 cm type
unpolished, epolish.
- Sebelum keramik dapat dikirim ke tempat pekerjaan, Penyedia Jasa harus
mempersiapkan dan mengajukan contoh keramik yang akan dipakai, secara tertulis
kepada Direksi / Konsultan Pengawas untuk disetujui, yang harus dilengkapi dengan
keterangan tentang nama pabrik asalnya, serta keterangan lainnya yang mungkin
dibutuhkan oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
- Semua keramik granit harus didatangkan ke tempat pekerjaan dikemas dalam doos-
doos aslinya, yang masih dilengkapi dengan keterangan tentang nama pabriknya,
type, nomor produksi, dan keterangan lainnya. Ubin yang dipakai harus bebas dari
cacat dan harus merupakan granit dan keramik kwalitas I.

2.4. Pemasangan Keramik Lantai


- Pasangan keramik granit dan keramik harus dilaksanakan oleh tukang keramik yang
berpengalaman. Sebelum ubin keramik dapat dipasang, Penyedia Jasa harus
memeriksa kerataan dari beton tumbuk yang diatasnya akan dipasang ubin keramik.
- Pemasangan granit dan keramik untuk lantai harus dilaksanakan dengan
menggunakan adukan 1 pc : 5 ps. Selama pemasangan, daerah yang sedang
dipasang harus dibebaskan dari lalu-lintas. Ubin harus dipasang sedemikian rupa
sehingga diperoleh nat yang seragam dan lurus, dengan besar nat tidak lebih dari 5
mm. Nat harus diisi dengan menggunakan campuran semen putih dengan zat warna
dengan perbandingan 1:1.
- Pola pemasangan dilakukan sesuai gambar rencana, corak diatur agar serat-seratnya
dan warnanya menjadi satu kesatuan yang baik
- Seluruh bagian dibawah keramik granit terisi penuh dengan mortar spesi hingga tidak
terdapat rongga udara terjebak dibawah keramik
- Setelah selesai, keramik dibersihkan dan bebas dari bintik-bintik, ngelotok, retak atau
ubin tergores
- Selama 3x24 jam lantai keramik yang telah terpasang harus dilindungi dari gangguan
pekerjaan-pekerjaan lain di sekitarnya

24
BAB III

PEKERJAAN KUSEN DAN DAUN PINTU KAYU

3.1. UMUM
Pasal ini menjelaskan semua pekerjaan kusen dan daun pintu dari bahan kayu yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa.

3.2. Persyaratan Bahan


- Kusen, jendela dan daun pintu dari material kayu Nyatoh dan Kamper (kelas 1).
- Finishing Cat minyak atau yang setara.
- Alur atau urat - urat kayu rapi.
- Pintu-pintu tersebut harus dibuat dengan ukuran dan detail-detail yang diberikan
dalam gambar yang bersangkutan.
- Perlengkapan seperti engsel, kunci, handle, dan lain-lain lihat pada penjelasan
Perlengkapan Kunci-Kunci dan Penggantung.

3.3. Pelaksanaan
- Semua kayu harus dikerjakan dengan rapi, bagian yang nampak harus diserut dan
diamplas halus.
- Semua kusen harus mempunyai alur dan diberi angker besi diameter 10 mm tiap jarak
vertikal 60 cm, dan dicor ke tembok dengan adukan 1 pc: 2 ps : 3 kr.
- Semua kusen harus menempel pada beton yang sudah jadi maka harus dipakai
fischer dengan sekrup kuningan.
- Untuk mencegah gangguan rayap, maka bagian kayu yang menempel pada
dinding dan lantai harus dimenie.
- Selama pekerjaan berlangsung, kusen - kusen harus dilindungi dari benturan-benturan
benda keras. Kerusakan atau cat -cat harus diganti oleh Pemborong dengan biaya
sendiri.
- Pegangan kunci dipasang sesuai dengan gambar. Kalau tidak disebutkan lain, maka
tinggi pegangan kunci adalah 90 cm dari lantai.
- Rangka kayu tidak boleh disambung bertepatan dengan penanaman badan
pengunci.

25
BAB IV

PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG

4.1. UMUM
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan kunci dan alat penggantung yang dibutuhkan
untuk pemasangan pintu dan jendela, yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
berdasarkan kontrak.
4.2. Kontrol dan Batasan
Kecuali bilamana disebutkan lain, semua pekerjaan kunci, dan alat penggantung yang
dipakai harus memenuhi syarat yang tercantum dalam SII.0406-81, SII.0407-81, SII.0409-81,
SII.0783-83, RKS ini dan semua petunjuk yang disampaikan oleh Direksi / Konsultan
Pengawas.
4.3. Persyaratan Bahan
a. Engsel Pintu
Engsel pintu harus dari type “Full Mortise Butt Hinge” yang dilengkapi dengan ring
plastik produksi lokal atau yang setaraf. Panjang engsel harus 4”, untuk tiap daun
pintu harus dipasang tiga buah engsel, kecuali untuk pintu yang lebarnya lebih besar
dari 1 meter, harus dipasang empat buah engsel tiap daun pintunya.
b. Engsel Jendela
Engsel jendela harus dari type dan merk yang sama seperti engsel pintu, dengan
ukuran panjang 3”.
c. Kunci
- Semua kunci harus dari type mortise lockset dengan kwalitas seperti merk UNION,
YALE, ROYAL.
- Grendel tanam yang akan dipasang pada pintu ganda harus merupakan grendel
tanam yang baik yang ada di pasaran merk UNION, SESS, DEKSSON.
- Grendel jendela yang dipakai harus dari kwalitas baik yang ada di pasaran merk
UNION, SESS, DEKSSON.

4.4. Penyelenggaraan Pekerjaan


Semua kunci dan alat penggantung harus dipasang oleh tukang yang baik dan trampil.
Sebelum kunci dan alat penggantung dapat didatangkan ke tempat pekerjaan,
Penyedia Jasa harus menyiapkan dan mengajukan persetujuan disertai semua contoh,
katalog dan brosur dari kunci dan alat penggantung yang akan dipakai kepada Direksi /
Konsultan Pengawas untuk disetujui secara tertulis, guna memungkinkan Direksi / Konsultan
Pengawas melakukan pengecekan silang atas keasliannya.
Pemasangan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terhindar dari cacat atau
kerusakan, baik terhadap kunci dan alat penggantung itu sendiri, maupun terhadap pintu,
kosen atau jendela dimana kunci dan alat penggantung itu akan dipasang

26
BAB V

PEKERJAAN PENUTUP ATAP

5.1. LINGKUP PEKERJAAN


a. Menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
b. Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan penutup atap genteng plentong.
c. persyaratan ini atau dalam syarat-syarat dan spesifikasi khusus sesuai gambar
rencana.

5.2. Bahan
a. Penutup atap genteng

5.3. Pelaksanaan
a. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah perbaikan susunan genteng dan pergantian
genteng yang rusak / tidak bisa di gunakan kembali
b. Jarak reng 34,5 cm di ukur dari bibir reng yang satu dengan reng lainnya.
c. Jarak reng paling bawah 30 cm di ukur dari bibir bawah lisplank dengan bibir atas
reng.

d. Genteng keluar dari lisplank ± 10 cm.


e. Kemiringan atap < 35° dianjurkan menggunakan undersheeting.

27
BAB VI

PEKERJAAN FINISHING

6.1. PEKERJAAN PLESTERAN


A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga-kerja, bahan-bahan dan peralatan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran dan siaran dalam.
 Yang harus diplester adalah :
- Plesteran-plesteran untuk pekerjaan pasangan dinding bata maupun beton
seperti tersebut dalam gambar
- Semua komponen lainnya yang secara teknis memerlukan diplester
 Yang harus disiar dalam adalah semua nat pasangan batu belah yang terlihat
B. KONTROL DAN BATASAN
Pekerjaan plesteran harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dengan mengikuti
syarat yang tercantum di dalam RKS ini, PUBI 1982, SII.0013-81, PUBI 1970 dan semua
petunjuk yang disampaikan oleh Direksi / Konsultan Pengawas selama
berlangsungnya pekerjaan.
C. PERSYARATAN BAHAN
1. Semen Portland
- Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai
dengan persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-
150 dan produksi dari satu merk.
- Penyedia Jasa harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang
menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan dan
“Manufacturer’s Test Certificate” yang menyatakan memenuhi persyaratan
tersebut diatas.
- Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang
baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal,
sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air / lembab tidak diijinkan
untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.
- Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya..
2. Pasir Pasang
- Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah
batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
- Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri
dari partikel- partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi
seperti tabel berikut :

Saringan % Lewat Saringan


Ukuran

3/8” 9,50 mm 100


No. 4 4,76 mm 90 – 100
No. 8 2,38 mm 80 – 100
No. 16 1,19 mm 50 – 85
No. 30 0,19 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 - 10
No. 200 0,074 mm 0-5

3. Air
- Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau
garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan

28
D. PERSYARATAN CAMPURAN PLESTERAN
Proporsi adukan dan campuran harus mengikuti persyaratan di bawah ini :

Pekerjaan Campuran

Plesteran pasangan dinding sampai ketinggian 0,3 1 Pc : 3 Ps


m dari pondasi/ sloof
Plesteran pasangan dinding KM/ WC sampai 1 Pc : 3 Ps
ketinggian tertentu dari pondasi/ sloof
Plesteran pasangan dinding selain ketentuan 1 Pc : 5 Ps
diatas
Siar dalam pasangan batu yang terlihat 1 Pc : 3 Ps

E. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN
 Pekerjaan plesteran harus dapat dilaksanakan setelah semua nat pasangan
bata dikorek dan dibersihkan dengan sikat kawat. Seluruh permukaan pasangan
bata harus dibasahi dengan air, sebelum adukan plesteran dapat diterapkan
dan ditebarkan.
 Pekerjaan plesteran harus dimulai dari sudut sebelah kiri atas dan harus
diteruskan ke sebelah kanan bawah. Selama pemasangan harus dijaga agar
tidak terjadi gelombang-gelombang dan hasilnya harus rata dan uniform.
 Permukaan plesteran yang telah selesai harus diusahakan tetap basah selama 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal selesainya plesteran.
 Adukan untuk pekerjaan plesteran ini harus sama dengan yang dipakai pada
pekerjaan pasangan batu bata.
 Plesteran hanya dapat dimulai setelah pasangan bata/bataco benar-benar
kering.
 Sebelum pekerjaan plesteran dapat dimulai, Penyedia Jasa harus membuat /
memasang “Kepala Plesteran”, pemasangan “Kepala plesteran” harus
dirancang begitu rupa, dengan menggunakan benang-benang pembantu dan
alat lot sehingga nantinya akan diperoleh hasil plesteran yang benar-benar rata
dan tegak lurus. Jarak “Kepala Plesteran” tidak boleh lebih dari 1 m, dan harus
dibiarkan mengering sebelum garis plesteran pembantu dapat dibuat
 Garis Plesteran Pembantu harus dibuat tegak lurus dan ditarik dengan
menggunakan kayu yang telah diketam rata, sedemikian rupa sehingga
diperoleh garis plesteran yang rata dan tegak lurus (lot). Plesteran susungguhnya
baru dapat dimulai setelah “Garis Plesteran Pembantu” cukup kering
 Tebal plesteran tidak boleh lebih dari 2,5 cm dan tidak boleh kurang dari 1,5 cm
 Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai menutup mantap dengan
acian dari special additive tebal 2-3 mm produksi Mortar
 Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus dan halus, rata dan tegak lurus dengan
bidang plesteran lainnya
 Plesteran baru harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pecah dan
sobek / retak dengan disiram air minimum 3 kali dalam 24 jam selama 7 hari
berturut-turut.

6.2. PEKERJAAN PENGECATAN

A. LINGKUP PEKERJAAN
 Pekerjaan cat tembok meliputi semua bagian dinding tembok, kolom, balok,
dan plat beton, yang nampak kecuali diminta dalam gambar rencana untuk
diexpose.
 Pekerjaan cat besi meliputi pengecatan konstruksi yang menggunakan besi/
baja, kecuali ditentukan lain di dalam gambar.
 Pekerjaan pelitur kayu meliputi semua kayu yang disyaratkan dipelitur.

29
B. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
 Bahan
- Syarat bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini :
Untuk cat tembok interior maupun eksterior harus cat yang berkualitas baik,
mudah dibersihkan (setara “Mowilex, Jotun, Dulux”).
Finishing kayu plitur yang digunakan yang berkualitas baik
- Cat pigmen harus dimasukkan dalam kaleng untuk cat tembok = 15 liter,
untuk cat kayu = 10 kg, dimana tertera nama perusahaan pembuatnya,
petunjuk pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal pembuatan.
- Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari
Pengawas/ Direksi Pekerjaan.
- Plamour dan dempul untuk pekerjaan cat tembok dan kayu digunakan
merk yang sama dengan merk cat yang dipilih.
- Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik dan bahan yang
diencerkan.
- Warna cat/ pelitur yang digunakan harus bermutu dan bagian luar dengan
cat yang tahan cuaca dan ditentukan oleh Direksi.
 Cat tembok :
- Bidang yang akan dicat tembok sebelumnya harus dibersihkan dengan
cara menggosok memakai kain yang dibasahi dengan air. Setelah kering
didempul pada tempat yang berlubang sehingga permukaannya rata dan
licin yang selanjutnya diplamour secara merata dan di amplas/diambril,
kemudian dicat paling sedikit 2 (dua) kali dengan roller minimal 20 cm
sampai baik atau dengan cara yang telah ditentukan oleh pabrik.
- Pengecatan dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan
pengecatan yang rata dan baik.
- Pengecatan dilakukan setelah pekerjan pemasangan lantai selesai secara
keseluruhan.
- Pengecatan tidak boleh berganti ganti kuas, agar tidak tercampur warna
lain.
 Cat Kayu
- Yang dimaksud dengan pekerjaan cat disini ialah semua pekerjaan kayu
yang tidak dicat, meliputi : pintu dan daun pintu sesuai petunjuk direksi.
- Sebelum kayu yang akan melamin harus bersih dari kotoran maupun cat.
Kayu yang lubang sebelumnya harus didempul menggunakan dempul
khusus politur hingga rata, setelah itu baru di kuas dengan oker. Lalu
diambril hingga rata dan halus. Setelah kayu dianggap sudah siap dicat,
baru cat rata dan mengkilat.
- Penggunaan cat harus sesuai petunjuk pabrik.

C. DAFTAR BAHAN - BAHAN


Setelah ada kesepakatan, Penyedia Jasa harus secepatnya, tapi tidak kurang dari
1 bulan sebelum memulai pekerjaan pengecatan, mengajukan daftar dari semua
bahan-bahan yang akan dipakai untuk pekerjaan pengecatan kepada Pengawas/
Direksi Pekerjaan.

D. PEMILIHAN WARNA
Semua warna harus dipilih oleh Pengawas/ Direksi Pekerjaan dan Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan contoh warna-warna yang disetujui, serta membuat
contoh pada bidang jadi sesuai petunjuk Pengawas / Direksi Pekerjaan.

E. KEAHLIAN
 Pekerjaan pengecatan hanya boleh dilaksanakan oleh orang-orang yang
sudah ahli dan berpengalaman dalam bidang pengecatan ini.
 Seorang mandor yang benar-benar cakap harus mengawasi ditempat
pekerjaan tersebut selama pekerjaan berlangsung.
30
 Penyedia Jasa bertanggung jawab atas hasil pengecatan yang baik dan harus
mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat urutan-urutan yang tepat
mulai dari pengerjaan dasar (under coats) sampai dengan pengecatan akhir
(finishing coats)
 Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari Pengawas
Pekerjaan dan pabrik pembuat cat tersebut, serta mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan.

F. BAHAN YANG HARUS DISEDIAKAN UNTUK MASA PEMELIHARAAN :


 Setelah pekerjaan pengecatan selesai, kontraktor harus menyimpan sejumlah
cat yang terpilih untuk persediaan jika ada perbaikan-perbaikan yang
dikehendaki selama masa pemeliharaan.
Pada waktu penyerahan pekerjaan kedua kalinya (final), kontraktor harus
menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan Cat-cat untuk finishing menurut jumlah-
jumlah sesuai daftar dibawah
 Jumlah yang dikehendaki untuk tiap warna yang dipakai atau sesuai dengan
kesepakatan antara Kontraktor dan Direksi Pekerjaan.

Cat Tembok Cat untuk Kayu Cat untuk logam


1 galon 1 kg 1 kg

G. PERSYARATAN LAIN-LAIN
 Contoh
Penyedia jasa wajib mengajukan contoh bahan, brosur lengkap metode
pelaksanaan dan jaminan dari pabrik. Bilamana diinginkan, Penyedia jasa
wajib membuat mock-up sebelum pekerjaan dimulai.
 Pengujian
Penyedia jasa diwajibkan melakukan pengetesan setelah pekerjaan selesai,
dengan cara memberi air di atas permukaan yang diberi lapisan kedap air
selama 2 hari berturut-turut dengan hasil tidak ada kebocoran sedikitpun.
Pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
Manajemen Konstruksi. Juga cooring plat beton apabila diperlukan untuk
mengecek ketebalan floor hardener + tutup kembali + test spec teknis jika perlu.
 Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
- Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan
tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan
berlabel pabriknya dan harus dicek expired date-nya.
- Bahan harus disimpan ditempat yang terlindungi, tertutup, tidak lembab,
kering dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah dilakukan.
- Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi
sesuai dengan jenisnya.
- Penyedia jasa bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang
disimpan, baik sebelum atau selama pelaksanaan.
 Gambar Detail Pelaksanaan
- Penyedia jasa wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan pada gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan
dengan keadaan di lapangan.
- Penyedia jasa wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam gambar kerja / dokumen kontrak.
- Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus
yang belum tercakup secara lengkap di dalam gambar kerja / dokumen
kontrak sesuai dengan spesifikasi pabrik.
- Shop drawing sebelum dilaksanakan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas Pekerjaan.

31
 Pengamanan Pekerjaan
- Penyedia jasa harus mengadakan perlindungan terhadap cat yang telah
selesai terhadap kemungkinan gesekan, benturan, tumpahan semen,
tumpahan cat ataupun cairan lainnya. Perlindung berupa penutup dari
bahan tripleks atau bahan lain yang keras dan bebas dari paku ataupun
dengan metoda lain sehingga tidak menggores dan merusak floor
hardener di usia dini.
- Kalau terdapat kerusakan sebelum serah terima I maka Kontraktor harus
memperbaiki dengan metode dan bahan yang dapat diterima oleh Wakil
Pemberi Tugas dan Pengawas Pekerjaan hingga tuntas dan dapat diterima
sepenuhnya. Biaya yang timbul untuk pekerjaan ini adalah tanggung
jawab Kontraktor.

32
BAB VII
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

PASAL 1
KETENTUAN UMUM

Ketentuan-ketentuan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :


1. Ketentuan Pemborong
Pemborong atau Sub Pemborong untuk Pekerjaan Instalasi Mekanikal dan Elektrikal harus memenuhi
syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut :

a. Harus mempunyai izin-izin kerja yang masih berlaku, antara lain :


 Instalasi Listrik
- ijin SIKA-PLN golongan yang masih berlaku
- disetujui pemberi tugas
- Memiliki Surat Izin Usaha Penunjang ketenagalistrikan bidang Pembangunan dan
pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik

b. Pemborong atau sub Pemborong harus melaksanakan pekerjaan Instalasi Mekanikal dan
Elektrikal berdasarkan dan sesuai dengan :
- Ketentuan Umum ini
- Uraian dan Ketentuan teknis
- Gambar-gambar bestek
- Ketentuan administrasi
- Perintah Konsultan Pengawas di Lapangan baik tertulis maupun lisan.

2. Peraturan dan Syarat-Syarat Umum, Dasar Peraturan dan Persyaratan Untuk Pemasangan Instalasi
2.1. Untuk Instalasi Listrik
- Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 2011 (PUIL 2011)
- Peraturan Instalasi Listrik (Menteri PU dan T No. 023-PRT-1978).
- Syarat-syarat penyambungan listrik (Menteri PU & T No. 024-PRT/1978).
- Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
59/PD/1980.
- Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen atau Lembaga Pemerintah yang berwenang
dan telah diakui penggunaannya, diantaranya dari Departemen Pekerjaan Umum, yaitu :
a. Standar NFC, VDE/DIN, AVE, VDE, BS, WEMA, JIS.
b. Standar penerangan buatan didalam gedung-gedung 1978, Dit. Jen. Cipta Karya,
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
c. Penerangan alami siang hari dari bangunan 1981, Dit. Jen. Cipta Karya, Direktorat
Penyelidikan Masalah Bangunan.

3. Pelaksanaan Pekerjaan dan Bahan


Ketentuan tentang pelaksanaan pekerjaan dan bahan :
3.1. Lingkup Pekerjaan
- Pemasangan peralatan dan instalasi mekanikal dan elektrikal.
- Pengurusan izin-izin sampai memperoleh izin/sertifikat yang diperlukan kepada Badan /
Jawatan yang berwenang untuk instalasi mekanikal dan elektrikal PLN, PAM, Jawatan
Keselamatan Kerja.
- Melakukan pemeriksaan/testing atas instalasi dan peralatan yang terpasang.
- Melatih petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas hingga mengenal betul seluruh
instalasi.
- Penambahan daya PLN.
- PAM, telepon, penyambungan dan pemasangan (jasa pengurusan, sesuai kndisi existing).

3.2. Penjelasan Umum Pekerjaan


- Semua ketentuan mengenai pemasangan instalasi yang berlaku umum dimana tidak
ditentukan lain adalah tetap mengikat Pemborong dianggap mengetahui ketentuan-
ketentuan ini.

33
- Jika didalam melaksanakan ternyata salah satu bagian instalasi yang sukar/tidak dapat
dilaksanakan, maka hal tersebut harus segera dibicarakan dengan Konsultan Pengawas.
- Untuk menentukan prosentase dari pekerjaan yang telah dilaksanakan, Pemborong
diwajibkan membuat laporan tertulis harian dan mingguan dari apa yang telah dipasang
dan dimintakan pengesahan kepada Konsultan Pengawas.

3.3. Syarat Mengenai Bahan


- Semua bahan disediakan oleh pihak Pemborong.
- Bahan/material yang akan dipasang terlebih dahulu harus memenuhi syarat dan
diserahkan contoh untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
- Apabila peralatan tersebut menurut pendapat Konsultan Pengawas tidak memenuhi
syarat, maka Pihak Pemborong harus segera menyingkirkan bahan-bahan tersebut dan
menggantikannya dengan yang baik.

3.4. Syarat Keselamatan Kerja


- Dalam pelaksanaan harus diperhatikan adanya alat-alat keselamatan kerja yang
memenuhi syarat-syarat / peraturan perburuhan, disamping syarat-syarat indikator yang
dapat mengukur / menunjukkan adanya tegangan / arus listrik.

3.5. Serah Terima Pekerjaan


- Pekerjaan dapat dianggap selesai dan diterima apabila dalam penyerahan tersebut telah
dilakukan test dan telah dinyatakan baik oleh Konsultan Pengawas.
- Pada waktu serah terima pekerjaan,Pemborong harus menghadiri dan memberikan
penjelasan-penjelasan sehingga memungkinkan penerimaan oleh pihak Pemberi Tugas.

3.6. Gambar Revisi


- Pemborong diwajibkan untuk membuat gambar-gambar revisi instalasi yang dipasang/as
built drawing untuk :
a. Arsip Pemberi Tugas (3 set)
b. Keperluan pengurusan izin-izin, sebanyak yang diperlukan.

PASAL 2
PERSYARATAN TEKNIS INSTALASI LISTRIK

1.Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekrjaan Instalasi Listrik adalah pengadaan dan pemasangan termasuk testing dan
commissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-
lainnya, sehingga diperoleh instalasi listrik yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama siap
untuk dipergunakan dan baik instalasi tenaga maupun instalasi penerangan.
Pengadaan dan pemasangan yang terdiri dari :

- Lampu-lampu (lightning fixtures, exit lightning dan emergency lightning).


- Pentanahan.
1.2. Testing dan Commissioning.
1.3. Sertifikat layak Operasi (SLO) untuk instalasi Listrik dan SLO instalasi genset, serta ijinoperasi genset

2.Elektrode Konduktor Pentanahan


Pipa Galvanized 2" dengan bar copper electroda ukuran 50 mm2 dan dimasukkan dalam pipa
Galvanized dan dibaut pada elektroda seperti pada gambar. Kedalaman elektroda tidak kurang dari
6 m dan tahanan pentanahan maksimal 1ohm.Kontrol box dengan ukuran 40 x 40 cm dengan tutup
beton, pentanahan untuk pengaman harus terpisah dengan pentanahan netral trafo, generator
maupun penangkal petir.

3.Persyaratan Teknis Sistem Distribusi Listrik Tegangan Rendah


- Panel distribusi utama tegangan rendah ini terdiri atas panel distribusi utama tegangan rendah
(MDP) dan panel-panel cabang sesuai gambar Single line diagram.

4.Persyaratan Bahan
a. Panel Listrik Tegangan Rendah
- Panel dibuat dari besi plat dengan tebal minimal 1,6 mm untuk sub panel, dan 2 mm untuk
papan pembagi utama.

34
- Panel harus mempunyai pintu dan dilengkapi dengan kunci tanam jenis master key.
- Panel harus dicat dengan 2 kali cat dasar dan 3 kali cat akhir dengan jenis cat duco, warna
cat akhir abu-abu.
- Panel-panel buatan pabrik pembuat panel Indonesia.
- Komponen-komponen panel seperti MCCB, MCB ,Disconnecting switch, Pilot Lamp & Circuit
Breaker, harus buatan Schneider, ABB, Fuji atau sederajat.

b. Kabel
- Jenis kabel yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Sistem Jenis kabel
* Kabel penerangan dan kotak-kontak biasa NYM
* Kabel lampu luar bangunan NYY
- Kabel produksi dalam negeri (Supreme, Kabel Metal, Kabelindo, Tranka Kabel) yang sudah
mendapat sertifikat dari LMK/SPLN.
- Penarikan kabel NYM dalam pipa conduit high impact ex Ega, Clipsal, bosh ,diatas kabel
Tray.
c. Lampu-lampu (Lighting Fixtures).
Merk dan jenis yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
* Lampu LED
- Lampu tabung merk Philips tipe cool day light atau sederajat.
- Ballast biasa dan Elektronik merk Philips, Osram atau sederajat.
- Lampu holder (fitting lampu) buatan Philips atau setara.
* * Lampu LED buatan Phillips atau setara.
d. Saklar dan Kotak-kontak
Merk yang dipergunakan adalah Schneider Electric, Boss, Panasonic atau MK.
 Kapasitas kotak kontak 16 amp, dan untuk kotakkontak khusus 16 amp.
 Sakelar harus model tanam, dipasang 150 cm diatas lantai, kapasitas 10 amp.
 Semua instalasi didalam ruangan harus merupakan pemasangan tanah (inbow).
 Kotak kontak harus dipasang 30 cm dari lantai.

5.Persyaratan Pemasangan
a. Kabel
* Kabel Utama
- Pemasangan kabel memenuhi persyaratan dari pabrik kabel dan persyaratan umum
yang berlaku.
- Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll untuk memudahkan pekerjaan
dan kabel tidak rusak karena tekukan dan puntiran.
- Sebelum penarikan kabel dimulai, Pemborong harus menunjukkan kepada direksi
pekerjaan alat roll tersebut serta alat-alat lainnya.
- Setiap kabel distribusi yang berada dalam bangunan tidak boleh ada sambungan.
- Semua penyambungan kabel ke terminal busbar dipanel harus menggunakan kabel
schoen dengan sistem press dan dipatri.
- Pemasangan kabel harus rapi, lurus dan kuat terpasang pada bagian bangunan.
- Konduit kabel mempunyai diameter minimum 2.5 x diameter kabel.
- Diameter kabel instalsi listrik mimimum berdiameter 2,5 mm².

* Kabel dalam bangunan


- Kabel-kabel yang turun ke kotakkontak dan saklar harus menggunakan konduit high
impact Ega/setara.
- Tiap-tiap penyambungan kabel harus berada dalam terminal box metal ex LICO dan lilitan
penyambungan kabel tersebut ditutup dengan las dop/Three M.
- Jalur kabel di atas langit-langit yang lebih dari dua jalur harus berada di atas rak kabel
buatan Interack, Three Star, Tri abadi atau setara, dengan lebar sesuai yang tertera dalam
gambar.

* Kabel yang dipergunakan adalah Kabelindo, Kabel Metal, Supreme, Tranka Kabel atau
sederajat.

b. Lampu-lampu
 Lampu-lampu harus terpasang kuat pada bangunan tetapi harus mudah dibuka.
 Harus dipasang dengan ketinggian yang sama.

35
 Harus dipasang dengan lurus sejajar dengan bagian bangunan pada arah vertikal maupun
horizontal.

6.Commissioning dan Testing


 Kabel-kabel distribusi sebelum disambung keperalatan harus diukur tahanan isolasinya, menurut
peraturan umum instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011).
 Setelah semua instalasi selesai dipasang aliran listrik telah dimasukkan, maka jaringan instalasi harus
di-test terhadap grup-grup yang telah dipasang apakah telah sesuai dengan gambar.
 Setelah jaringan dibebani beban terhadap masing-masing fase. Semua bahan-bahan peralatan
dan tenaga yang diperlukan selama testing, balancing commission dan perbaikan, atas
kerusakan yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.

7.Dokumentasi Instalasi
Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan oleh Pemborong kepada Pemberi Tugas, Pemborong
diwajibkan untuk menyerahkan dokumentasi-dokumentasi sebagai berikut:
3 (tiga) set : Gambar-gambar instalasi terpasang (as built drawing) yang telah diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan.
2 (dua) set : Buku instruksi pemakaian dan pemeliharaan untukperalatan-peralatan.
2 (dua) set : Keterangan hasil baik pemeriksaan instalasi listrik dari PLN.
2 (dua) set : Berita Acara hasil Testing.

8.Sertifikat Layak Operasi (SLO) instalasi listrik (pemanfaatan tenaga listrik), Sertifikat Layak Operasi (SLO)
genset, dan ijin operasi Genset

36

Anda mungkin juga menyukai