Anda di halaman 1dari 18

Spesifikasi Teknis

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN INTERIOR

PASAL 1
SYARAT-SYARAT UMUM

1.Lingkup Pekerjaan
1.1 Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Pekerjaan Interior

1.2 Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan dan perinciannya pada Pekerjaan
Perencanaan Partisi Ruang Kerja Pertemuan/Rapat dan Mebelair melekat, mencakup
antara lain :
a. Pekerjaan Dinding Panel Multiplek Lapis HPL
b. Pekerjaan Busa Peredam Suara
c. Pekerjaan Custom Made Ornamen Motif Dayak dan Lemari Display + Meja
d. Pekerjaan Plafond
e. Pekerjaan Instalasi Listrik

1.3 Termasuk juga di dalam lingkup pekerjaan ini adalah :


a. Menyediakan tenaga kerja, dan tenaga ahli yang memadai dan berpengalaman
dengan jenis dan volume pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.
c. Meyediakan peralatan berikut alat-alat bantu lainnya yang benar- benar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja hasil
pekerjaan maupun kondisi Gedung eksisting selama masa pelaksanaan
berlangsung, sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna dan tidak
merusak kondisi gedung disekitarnya yang sudah ada sampai dengan diserah-
terimakannnya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas

1.4 Seluruh pekerjaan maupun bagian pekerjaan yang merupakan satu kesatuan dengan
pekerjaan yang disebut dalam buku ini, menjadi lingkup pekerjaan yang tidak dapat
dipisahkan dan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Kerja,
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, serta mengikuti petunjuk dan keputusan
Kansultan Pengawas/ Owner.

2.Penjelasan Gambar Kerja dan RKS


2.1 Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik- baiknya
seluk-beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan meneliti dan mempelajari secara
seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis (RKS)
seperti yang diuraikan dalam buku ini, termasuk tambahan dan perubahannya yang
dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

1
Spesifikasi Teknis

2.2 Ukuran
a. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan
Gambar Pelengkap meliputi :
 as – as
 dalam – dalam
b. Ukuran ukuran yang dipergunakan semua dinyatakan dalam CM (centimeter),
kecuali ukuran-ukuran yang dinyatakan lain dalam gambar
c. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah
ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai (“finishing”).
d. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, Kontraktor diwajibkan meneliti
terlebih dahulu ukuran – ukuran yang tercantum di dalam Gambar Kerja Arsitektur
dan Gambar Kerja lainnya yang termuat di dalam Dokumen Lelang / Dokumen
Kontrak, terutama untuk peil ketinggian, lebar, ketebalan luas penampang dan lain
– lain.
e. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas, yang selanjutnya akan memberikan
keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
f. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah / mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum di dalam Gambar Pelaksana tanpa sepengetahuan Owner, dan segala
akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun
waktu.

2.3 Perbedaan Gambar


a. Pada umumnya bila Gambar Kerja tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat – syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS. Bila suatu
gambar tidak cocok dengan gambar yang lain,maka gambar yang mempunyai
skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.
b. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka
yang berlaku adalan Gambar Kerja Struktur.
c. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal /
Listrik dan Mekanikal, maka gambar yang dipakai sebagai pegangan adalah
ukuran fungsional dalam Gambar Kerja Arsitektur.
d. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian didalam pelaksanaan satu
bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di
dalam hal terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan-perbedaan dan
atau pun ketidaksesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja,
Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas/Konsultan
Perencana, untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan.
e. Ketentuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang / mengklaim biaya maupun waktu pelaksanaan.

3. Peraturan Pembangunan Dan Standar Yang Digunakan


3.1 Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-peryaratan teknis yang tertera dalam Normalisasi Indinesia
(NI), Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan- peraturan Nasional maupun
peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan termasuk segala perubahan dan tambahannya
2
Spesifikasi Teknis

3.2 Selain ketentuan diatas, berlaku pula :


a. Gambar Bastek yang dibuat oleh Perencana yang sudah disahkan oleh Pemberi
Tugas, termasuk juga Gambar-gambar Kerja yang dibuat oleh pemborong dan
sudah disetujui/ disahkan oleh Pemberi Tugas.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
d. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan / Kontrak
e. Surat Penawaran berikut lampiran-lampirannya
f. Rencana kerja Pelaksanaan (Time Schedule) yang dibuat oleh pemborong dan
disetujui oleh Pemberi Tugas.

3.3 Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar tersebut di


atas, maupun standar-standar nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar
internasional yang berlaku atas pekerjaan- pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standar-standar / syarat teknis dari negara-negara asal bahan / material /
komponen yang bersangkutan.

3.4 Apabila terdapat kekeliruan dan penyimpangan dari peraturan sebagaimana


tercantum di atas, maka Rencana Kerja dan Syarat-syarat berikut tambahan dan
perubahan yang telah disepakati bersama akan mengikat.

4. Tanggung Jawab Kontraktor


4.1 Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja. Kontraktor wajib melaksanakan
semua pekerja dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan
persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai Rencana Kerja
dan Syarat-syrat Teknis, dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan
Pengawas. Sebelum melaksanakan setiap perkerjaan dilapangan, kontraktor wajib
memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain menyangkut
pekerjaan yang bersifat dekoratif, serta mendapat ijin tertulis dari Konsultan
Pengawas.

4.2 Seluruh bahan, peralatan kontruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Kontraktor, demikian juga metode / cara pelaksanaan pekerjaan, harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas
/owner.

4.3 Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab
tersebut di atas.

4.4 Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor wajib memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya kontraktor sendiri.

4.5 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi

3
Spesifikasi Teknis

Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, kontraktor
bartanggung jawab atas kerusakan yang timbul.

4.6 Kontraktor bertanggung jawab atas tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan, menjaga ketertiban baik di dalam lokasi maupun di luar
lokasi proyek demi kelancaran pelaksanaan.

4.7 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4.8 Selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan


bahan/material, barang milik proyek, konsultan Pengawas dan milik pihak ketiga
yang ada dilapangan, maupun pekerjaan yang dilaksanakannya sampai dengan
tahap serah terima kedua.

4.9 Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun belum, adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

4.10 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor berjanggung jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang – barang maupun keselamatan jiwa.

4.11Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan


bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang tidak dipergunakan lagi keluar
lokasi pekerjaan. Segala pembiayaan menjadi tanggungan Kontraktor.

5. Jadwal Pelaksanaan
5.1 Sebelum memulai pekerjaan dilapangan, Kontraktor wajib membuat Rencana Kerja
Pelaksanaan (Work Planing) dan bagian – bagian pekerjaan berupa Bar-Chat dan
S-Curve Bahan dan Tenaga. Pemborong harus mengusahakan bahwa dalam
pelaksanaan pembangunan / Pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan rencana kerja
tersebut.

5.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan tersebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 1 (satu) hari kalender setelah
Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan disahkan Pemberi Tugas.

5.3 Kontraktor wajib memberi salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Konsultan Pengawas, yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu) salinan Rencana
Kerja kepada Perencana. Satu salinan kerja harus ditempel bada dinding bangsal
Kontraktor dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi kerja.

5.4 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan


Rencana Kerja tersebut.

5.5 Sebelum melaksanakan pembangunan / pekerjaan. Pihak Pemborong


berkewajiban meneliti semua gambar kontruksi / struktur, dan bila terdapat
4
Spesifikasi Teknis

kekeliruan / kesalahan yang sekiranya menurut anggapan pemborong akan


membahayakan, maka pihak Pemborong harus segera memberitahukan secara
tertulis kepada Pimpinan Pelaksanaan Proyek ini bahan pertimbangan
penanggulangannya.

5.6 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang,
maka Pengawasan harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah
yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan pada waktu yang ditentukan.

6. Persiapan di Lapangan
6.1 Mobilisasi Peralatan dan Demobilisasi
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan kerja termasuk alat bantu
kerja yang digunakan dalam perencanaan maupun pelaksanaan fisik dilokasi proyek
sesuai dengan lingkup pekerjaan serta memperhitungakan biaya yang ditimbulkan.

6.2 Penyedian tempat penyimpanan bahan/material dilapangan harus aman dari segala
kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang
sedang berjalan.

6.3 Papan Nama Proyek


Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat, maka Kontraktor harus
memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan peraturan Peraturan Daerah yang
berlaku, biaya pembuatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Papan
nama proyek dibuat dalam ukuran yang memadai dan dipasang kokoh pada
tempatnya, dengan besar tulisan yang dapat terbaca pada jarak yang cukup.

6.4 Dokumentasi
Kontraktor Kontruksi harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi proyek
serta pengirimannya ke Project Management.
Yang dimaksud dengan pekerjaan dokumentasi antara lain :
a. Laporan – laporan perkembangan proyek
b. Foto-foto proyek, berwarna minimal ukuran postcard dan dilengkapi dengan
album
c. Surat-surat dokumen lainnya
Foto-foto dukumentasi proyek menggambarkan kemajuan proyek dari waktu
mulai dilaksanakan pekerjaan sampai dengan selesainya pelaksanaan
pekerjaan. Foto dokumentasi dibuat pada saat kemajuan fisik bangunan mulai
0% dan secara berkala setiap bulan sampai dengan 100%.

6.5 Kebersihan
a. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan
mengatur lokasi bahan bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga
kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terlambat karenanya.
b. Pembersihan tumbuh – tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja
sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Pengawas Lapangan.
5
Spesifikasi Teknis

c. Sesudah proyek selesai dan sebelum melakukan penyerahan pekerjaan kepada


pemilik proyek, Kontraktor harus membersikan seluruh daerah kerja dari segala
macam peralatan tersebut, sisa-sisa bahan baungunan, bekas bongkaran dan
bangunan-bangunan sementara, termasuk pengangkutannya ke suatu tempat
dilingkungan Pemilik Proyek tanpa tambahan biaya.

7. Pengukuran
7.1 Pekerjaan yang dimaksud dalam dokumen ini merupakan rencana pekerjaan yang
akan dilaksanakan dilokasi yang telah ditentukan apa adanya. Data ukuran
ketinggian plafon, Data Ukur Furniture Custom, Data ukur Treatment Dinding
dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk pelaksanaan
pekerjaan ini oleh Kontraktor.

7.2 Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran- ukuran
setempat, yaitu titik-titik ukuran dalam setiap ruangan yang ada dilapangan
proyek seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar. Ukuran – ukuran tersebut
pada pasal terdahulu dimaksudkan sebagai garis besar pelaksanaan dan
pegangan Kontraktor.

7.3 Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaaan lokasi, sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran. Penawaran
yang diserahkan Kontraktor harus sudah meliputi semua biaya untuk
pelaksanaannya sesuai dengan ukuran-ukuran dan ketinggian- ketinggian yang
ditentukan pada gambar-gambar. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam
hal ini tidak dijadikan alasan untuk mengajukan claim / tuntutan.

7.4 Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan dan tenaga kerja
termasuk juru ukur, yang diperlukan dalam hubungannya dengan pencocokan ulang
ukuran gambar perencanaan dengan lokasi eksisting pekerjaan terutama selisih
ukuran bersakala kecil agar pekerjaan nanti bisa terlihat sempurna. Karena Pada
dasarnya pekerjaan ini bersifat interior yang tidak hanya dinilai segi kuantitas dan
kualitas juga dinilai dari segi keindahan.

7.5 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran


kondisi tapak terhadap posisi rencana pekerjaan baru. Hasil pengukuran harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Owner dan Konsultan Perencana
ketidakcocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan Keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan ke Owner / Konsultan Pengawas untuk
diminta keputusannya dan dibuatkan Shop Drawing.

7.6 Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala petunjuk yang tertera dalam
Gambar kerja untuk memastikan posisi.dan ketepatan dilapangan bagi setiap
bagian pekerjaan. Perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan dilapangan
harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/Owner untuk mendapatkan
pemecahan setelah berkonsultasi dengan perencana, tidak dibenarkan kontraktor
mengambil tindakan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas / Owner.

6
Spesifikasi Teknis

8. Pemeriksaan Pekerjaan
8.1 Owner dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya,
setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-
tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/dipersiapkan atau dimana
bahan/barang dibuat. Kontraktor harus memberi fasilitas dan membantu untuk
memasuki tempat-tempat tersebut.

8.2 Kontraktor diwajibkan meminta kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa setelah
menyelesaikan suatu bagian pekerjaan untuk persetujuannya, sebelum memulai
pekerjaan lanjutannya. Baru bila Konsultan Pengawas telah menyetujui bagian
pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.

8.3 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan (tidak dihitung hari libur/hari raya) tidak
dipenuhi oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya
dan bagian yang harusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Hal ini dikecualikan bila Konsultan Pengawas minta perpanjangan
waktu.

8.4 Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Konsultan Pengawas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

8.5 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada Pengawas untuk memeriksa. Apabila surat
permohonan pemeriksaan tidak dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan
Pengawas/Owner, maka Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian
pekerjaan yang seharusnya diperiksa dianggap disutujui oleh Konsultan
Pengawas/Owner.

8.6 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena
bahan/material/komponen jadi, maupun mutu hasil pekerjaan itu sendiri ditolak oleh
Konsultan Pengawas/Owner, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar
atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan
Pengawas/Owner.

8.7 Apabila ada bagian pekerjaan yang dilanjutkan sebelum disetujui, tetapi karena
‘keadaan mendesak’ dilanjutkan oleh Kontraktor, maka Kontraktor tetap
bertanggung jawab atas bagian pekerjaan tersebut maupun akibat yang ditimbulkan
atas bagian pekerjaan sebelumnya terhadap hasil bagian pekerjaan lanjutannya.
Perintah perbaikan atas hasil pekerjaan lanjutan, yang berakibat pula pada
perbaikan pekerjaan sebelumnya yang telah disetujui, tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah.

8.8 Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Owner berhak untuk


membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan
7
Spesifikasi Teknis

Kontraktor, dan tidak dapat diklaim sebagai biaya pekerjaan tambahan, atau
sebagai alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.

9. Gambar Kerja (Shop Drawing)


9.1 Shop Drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing pada setiap
akan melaksanakan suatu pekerjaan dan untuk membuat detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas.

9.2 Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan
spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar
Kerja/Dokumen Kontrak maupun dalam buku ini.

9.3 Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing tersebut sebanyak 3 (tiga) rangkap atas
biaya Kontraktor kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas. Persetujuan tersebut tidak melepaskan Kontraktor dari
tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan Kontraktor.

9.4 Pelaksanaan pekerjaan fisik dilakukan berdasarkan Shop Drawing yang telah
disetujui Konsultan Pengawas. Apabila karena metode pelaksanaan, detail pada
Shop Drawing berbeda dengan yang dimaksud dalam Gambar Kerja/Dokumen
Kontrak, maka untuk perbedaan tersebut akan diminta persetujuan Konsultan
Perencana.

10. Gambar Perubahan


10.1 Gambar Kerja/Dokumen Kontrak hanya dapat berubah atas permintaan tertulis oleh
Pemberi Tugas dan dibuat oleh Konsultan.

10.2 Perencana. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan
apa yang diperintahkan oleh Pemberi Tugas, yang jelas memperlihatkan.

10.3 perbedaan antara gambar kerja dan perubahan rencana. Gambar tersebut harus
diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli) dan diberikan
kepada Kontraktor melalui Konsultan Pengawas.

11. Gambar Sesuai Kenyataan ( As Built Drawing )


11.1 Gambar pelaksanaan adalah gambar yang sesuai dengan apa yang dilaksanakan,
baik karena penyimpangan ataupun tidak, termasuk semua perubahan atas perintah
dan persetujuan Konsultan Perencana/Owner, dan yang tidak terdapat dalam
Gambar Kerja.

11.2 Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan. Gambar tersebut memperlihatkan perbedaan antara gambar
8
Spesifikasi Teknis

rencana dengan pekerjaan yang dilaksanakan, serta harus diserahkan kepada


Konsultan Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap berikut gambar asli atas biaya
ditanggung Kontraktor.

11.3Penyerahan gambar pelaksanaan (As Built Drawing) dilakukan setelah pekerjaan


selesai dan diserah-terimakan.

12. Jaminan dan Keselamatan Kerja


12.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan
peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal
terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor harus bertanggung jawab
memperbaikinya.

12.2 Kontraktor wajib menjamin keselamatan para tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi
aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku.

12.3 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan


Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dari
pekerja lapangan.

13. Pekerjaan Tambah Kurang


13.1 Tata cara pelaksanaan dan penilain perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.

13.2 Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan tertulis dalam buku


harian oleh Konsultan Pengawas, serta persetujuan Pemberi Tugas.

13.3 Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah
tertulis dari Konsultan Pengawas atau persetujuan Pemberi Tugas.

13.4 Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan
pekerjaan yang dimasukkan oleh Kontraktor yang pembayarannya diperhitungkan
bersama dengan angsuran terakhir.

13.5 Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan
pekerjaan yang dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan
lebih lanjut oleh Konsultan Pengawas bersama-sama Kontraktor dan persetujuan
dari Pemberi Tugas.

14.6 keterlambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Pemberi Tugas atas rekomendasi


Konsultan Pengawas dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena
adanya pekerjaan tambah tersebut.

9
Spesifikasi Teknis

14. Penyerahan Pekerjaan


14.1 Pada waktu penyerahan pekerjaan, Kontraktor wajib menyerahkan :
a. 4 (empat) set Gambar As Built Drawing, terdiri dari 1 (satu) set asli dan 3
(tiga) copy.
b. Laporan Kegiatan Pelaksanaan. Album Photo Kegiatan Pelaksanaan.

14.2 Penyerahan pekerjaan terakhir kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan
apabila seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara sempurna dan dapat
diterima oleh Pemberi Tugas. Selain itu seluruh kewajiban Kontraktor seperti
memberi latihan operasi kepada petugas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas dan
kewajiban lainnya telah dilaksanakan dan dapat diterima oleh Pemberi Tugas.

PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

2.1 Pekerjaan Pembongkaran


2.1.1 Pekerjaan Pembongkaran.
a. Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, pelaksana pekerjaan harus
memberitahukan kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas (MK) dan
pihak terkait (Pengelola Gedung) guna pemeriksaan awal dan ijin
pelaksanaan pekerjaan dan dibuatkan Berita Acara Pembongkaran yang
diketahui oleh Konsultan Pengawas Konsultan Perencana, dan Tembusan
Kepada Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) dan Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan ( PPTK )
b. Waktu pemberitahuan minimal 2 x 24 jam sebelum memulai pekerjaan.

2.1.2 Pemeriksaan Tempat Kerja.


Pelaksanaan pembongkaran sebelumnya harus yakin akan kesiapan dan segala
akibat yang mungkin dapat timbul dalam proses pelaksanaan pekerjaan
pembongkaran. Persetujuan ijin mulai pelaksanaan pekerjaan adalah setelah
dilakukan pemeriksaan kondisi lokasi bersama-sama Konsultan Pengawas (MK),
Perencana dan Pemberi Tugas.

2.1.3 Pengamanan/pemutusan Jalur-jalur Instalasi.


a. Amankan jalur-jalur air, listrik, gas, Air Conditioning (AC) atau instalasi lain
dengan menutupnya dengan bahan yang diijinkan atau disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas, Pemilik bangunan (Pengelola gedung) dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan
2.1.4 Pembongkaran
a. Pembongkaran dilakukan dengan alat-alat yang mencukupi, tepat guna dan
aman. Pengawasan agar dilakukan tehadap timbulnya debu, suara dan
getaran yang mempengaruhi lingkungan sekitar/sekelilingnya.

10
Spesifikasi Teknis

b. Agar diusahakan alat-alat atau cara-cara pengamanan, baik untuk bangunan


yang tidak dibongkar atau kesiapan-kesiapan pekerjaannya
c. Segala kerusakan yang terkadi menjadi Tanggung jawab pelaksana
pembongkaran / kontaktor.
d. Puing-puing hasil pembongkaran harus segera dibuang dari lokasi pekerjaan
(proyek).
e. Semua bongkaran berupa barang yang masih utuh (seperti lampu, dll) dan
dapat digunakan kembali, disimpan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas
dengan diketahui oleh Konsultan Pengawas/MK dengan disertai daftar/list
item barang-barang tersebut.

2.2 Pengukuran Kembali


Sebelum dimulainya pelaksanaan Pekerjaan di lokasi proyek, untuk
menyamakan persepsi ukuran ukuran yang akan dilaksanakan antara gambar
perencanaan dengan ukuran sebenarnya di lokasi, perlu dilakukan pengukuran ulang
oleh kontraktor untuk penentuan ukuran-ukuran yang akan dilaksanakan atas dasar
hasil ukuran yang pas dalam setiap ruangan. Hasil pengukuran tersebut harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

PASAL 3
PEKERJAAN PANEL DINDING MULTIPLEK LAPIS HPL

3.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan Backdrop Multipleks Lapis HPL,
Dinding Panel Multipleks Lapis HPL Rangkap, Dinding Panel Multipleks Lapis HPL yang
sesuai ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

3.2. Persyaratan Bahan


a. Bahan pada Backdrop Multiplek Lapis HPL adalah :
- Multipleks 12 & 9 mm yang bermutu baik sebagai rangka utama
- HPL sekualitas TACO
- Bahan perekat adalah lem aibon.
b. Bahan pada Dinding Panel Multipleks Lapis HPL Rangkap adalah :
- Multipleks 9 mm yang bermutu baik sebagai rangka utama
- HPL sekualitas TACO
- Bahan perekat adalah lem aibon.
c. Bahan pada Dinding Panel Multipleks Lapis HPL :
- Multipleks 9 mm yang bermutu baik sebagai rangka utama
- HPL sekualitas TACO
- Bahan perekat adalah lem aibon.

3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

11
Spesifikasi Teknis

a. Alas/backing/dasar untuk dipasangi Backdrop, harus merupakan permukaan yang


bersih dan rata.
b. Bahan Multipleks/MDF harus dipilih kualitas yang baik dan tidak ada cacat serta
bebas dari mata kayu.
c. Multipleks / MDF adalah di-finish dengan HPL sekualitas TACO yang bermutu baik
dan motif sesuai persetujuan Perencana dan Pengawas.
d. Panel kayu/plywood setelah selesai di-finish, diberi perlindungan agar tidak
rusak/cacat oleh pekerjaan lainnya.
e. Pekerjaan untuk back-dropped yang bersifat dekoratif harus dikerjakan oleh tenaga
yang ahli dan berpengalamam.

PASAL 4
PEKERJAAN BUSA PEREDAM SUARA

4.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan Busa Peredam Suara pada bidang
partisi/dinding sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas/MK.

4.2. Persyaratan Bahan


a. Bahan Busa Peredam Suara adalah setara Rockwool atau Glasswool setara
b. Dinding akustik menggunakan lapisan Glass wool atau Rockwool setebal 5 cm
c. Density Bahan Minimal 80 kg/m3
d. Pelapis Busa Peredam Suara menggunakan multipleks
e. Permukaan luar menggunakan HPL

4.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Pemasangan dinding akustik dilakukan setelah pengeraan dinding mencapai
tahap plaster kasar.
b. Pemasangan rangka dinding akustik dapat menggunakan besi hollow 20 x 40 mm
atau menggunakan rangka kayu yang dibaut ke permukaan tembok dan multipleks
akustik
c. Rangka dinding akustik diisi dengan Glasswool atau Rockwool setebal 5 cm sebagai
bahan peredam suara.
d. Pengerjaan multipleks akustik harus dilakukan dengan baik agar tidak terdapat
serabut ataupun permukaan kasar yang dapat membahayakan pengguna ruang
pertunjukkan.

4.4. Syarat Penerimaan dan Penyimpanan Bahan


a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan harus berkualitas baik dan tidak
cacat.
b. Bahan-bahan untuk instalasi dinding akustik harus ditempatkan di tempat yang
kering dan tidak lembab.
12
Spesifikasi Teknis

4.5 Syarat Pengamanan Pekerjaan


a. Pemasangan rangka dinding akustik harus dibaut (jika menggunakan hollow)
atau dipaku (jika menggunakan rangka kayu) ke dinding
b. Finishing acoustic menggunakan Multipleks dengan ketebalan minimal 9mm.

PASAL 5
PEKERJAAN CUSTOM MADE ORNAMEN MOTIF DAYAK DAN LEMARI DISPLAY + MEJA

6.1. Persyaratan Umum


1. Batasan
Lingkup Kerja : Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, disiapkan untuk
membuat custom made Ornamen dan Lemary Display + Meja, seperti yang
dispesifikasikan dan tertera dalam gambar desain.

6.2 Produk
A. Ornamen Motif Dayak
1. Bahan / Material
1.1. Jenis : jenis bahan / material yang digunakan dalam pembuatan Ornamen adalah
sebagai berikut :
a. Bahan utama 1 : Kaca Cermin 5 mm
b. Bahan Utama 2 : Stiker Oracal/Sanblast
c. Dan bahan / material lain seperti yang tercantum
2.2. Persyaratan : Pemilihan jenis bahan / material dan sumbernya harus sesuai
dengan spesifikasi.
2.3. Pengajuan Alternatif : Apabila karena suatu hal, Pelaksana akan mengganti jenis
bahan / material atau sumber yang telah dispesifikasikan, pengajuan alternative
tersebut harus memenuhi persyaratan yang ada dan mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

B. Lemari Display + Meja


1. Bahan / Material
1.1. Jenis : jenis bahan / material yang digunakan dalam pembuatan Furniture adalah
sebagai berikut :
a. Bahan utama 1 : Multiplek 9 mm dan 12 mm
b. Bahan Utama 2 : Kayu sebagai rangka
c. Bahan Finishing : High Pressure Laminate ( HPL )
d. Dan bahan / material lain seperti yang tercantum
1.2. Persyaratan : Pemilihan jenis bahan / material dan sumbernya harus sesuai
dengan spesifikasi.
1.3. Pengajuan Alternatif : Apabila karena suatu hal, Pelaksana akan mengganti jenis
bahan / material atau sumber yang telah dispesifikasikan, pengajuan alternative
tersebut harus memenuhi persyaratan yang ada dan mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

6.3. Syarat Pelaksanaan


13
Spesifikasi Teknis

A. Ornamen Motif Dayak


1. Kaca Cermin
1.1. Persyaratan : Jenis Kaca Cermin minimal 5 mm berkualitas baik atau sesuai yang
tercantum dalam gambar desain.
1.2 Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan
diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur.
Tanda-tanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.
1.3 Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus.
1.4 Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk ke
dalam alur kaca pada Rangka.
1.5 Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca.
1.6 Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen,
harus diisi dengan lem silikon.Warna transparant cara pemasangan dan
persiapan-persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan
pabrik.

B. Lemari Display + Meja


1. Multipleks
1.1. Persyaratan : Jenis Multipleks minimal 9 mm berkualitas baik atau sesuai yang
tercantum dalam gambar desain.
1.2. Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar desain adalah ukuran jadi artinya ukuran
kayu sesudah diserut dan diproses atau diberi finishing.
1.3. Kedap air : kayu harus melalui proses tertentu supaya mempunyai kedap air yang
cukup, terutama bila digunakan untuk jenis furniture sebagai berikut :
1.4. Kualitas / Mutu Kayu : Kayu yang digunakan harus memiliki kualitas / mutu yang
sesuai standard yang ada dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
1.5. Kelembaban Kayu : Persyaratan kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi
syarat NI-5 (PPKI tahun 1961). Untuk pekerjaan ini, kelembaban kayu yang
dijinkan, baik kayu padat maupun kayu lapis tidak boleh melebihi 12% WMC.
Khusus untuk kayu Kamper atau kayu Kapur tidak diperkenankan melebihi 10%
WMC.
1.6. Pola Serat Kayu : Harus diperhatikan pola serat kayu pada pekerjaan kayu
dekoratif, baik yang bersifat “veneer matching”, “cross veneer inlay”, ataupun
“banding”, harus sesuai dengan desain dan pola yang tertera pada gambar desain,
serta sesuai dengan contoh warna pada Material color board. Pengerjaan harus
dilakukan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan permukaan dekoratif yang betul-
betul rata, sejajar, halus dan menghasilkan daerah-daerah pertemuan yang rapi.
1.7. Metode : Semua pekerjaan kayu di tempat pengerjaan harus sebaik mungkin,
dalam ruang yang kering, sirkulasi udara baik dan dijaga agar tidak terkena
cuaca / udara langsung. Pencegahan kerusakan oleh benturan amat mutlak, baik
sebelum maupun sesudah terpasang.

2. Alat Pengikat & Bahan Perekat – Meja & Lemari


2.1. Alat Pengikat : Sediakan alat-alat pengikat kayu yang diperlukan seperti paku,
sekrup, baut dan enis lain yang disetujui. Penggunaan pengikat ini harus tampak

14
Spesifikasi Teknis

rapi, tidak menimbulkan keretakan dan harus menunjang konstruksi furniture agar
kuat dan kokoh. Bila perlu kayu harus dibor agar permukaannya tidak retak.
2.2. Metode : Pembuatan, persiapan dan pemasangan alat-alat pengikat yang terbuat
dari logam / “iron mongery” pada kayu harus dikerjakan dengan mesin kayu
sehingga tercapai kerapian dan ketepatan yang setinggi-tingginya.
2.3. Bahan Perekat : Perekat yang digunakan harus disetujui dan tidak berpengaruh
bagi kesehatan. Penggunaan perekat ini harus menunjang konstruksi furniture
agar kuat dan kokoh, permukaan kayu harus tampak rapi dan tidak meninggalkan
noda (terutama bila di-spesifikasikan bahwa permukaan kayu diberi “ clear /
transparent finish”).

4. Bahan Finishing 2 - HPL


4.1. Persyaratan : High Pressure Laminate ( HPL ) yang dipakai adalah ex TACO motif
kayu dan warna solid atau Setara, warna sesuai dengan skema warna dan
material yang dikeluarkan oleh Perencana.
4.2. Tebal HPL yang disyaratkan adalah minimum 0,8 mm. Untuk finishing HPL dengan
profil post forming adalah dengan ketebalan maksimal 0,8 mm
4.3. Arah serat dari HPL, sesuai yang ditunjukkan dalam gambar rencana/desain.
4.4. Permukaan HPL dilarang keras diamplas.

PASAL 6
PEKERJAAN PLAFOND GYPSUMBOARD

7.1 Lingkup Pekerjaan


1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
pemasangan dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan hingga
tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pemasangan plafond pada ruang seperti yang ditunjukan/disyaratkan dalam detail
gambar. Meliputi pekerjaan plafond dengan finishing:
 Gypsum board 9 mm fin cat untuk ruangan tidak terkena air dan tertutup.

7.2 Standard
SNI 03-6384-2000, spesifikasi panel/ papan gypsum.
 Rangka Plafond : Hollow 40x40dan Hollow 20x40.
 Panel : Gypsumboard 1200x2400x9mm. merk ex jayaboard, elepant,
Indoboard atau setara
 Pengantung : Rod drat bwg.
 Finishing : Panel Compound cat AEP
 List : List W (shadow line )

7.3 Pelaksanaan
1. Penggantung plafon harus dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh bidang plafon
yang rata, datar dan tidak melengkung.
2. Pemasangan plafon harus rata, sambungan-sambungan harus rapi dan kuat.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas segala akibat yang mungkin terjadi terhadap:
15
Spesifikasi Teknis

 Kemungkinan pemasangan partisi, dimana ada bagian-bagian partisi yang harus


disangga oleh rangka plafon.
 Kemungkinan dibuatnya lubang-lubang untuk pemeriksanaan/Control
 Kemungkinan-kemungkinan tidak sempurnanya alat-alat penggantung,
sehingga plafon menjadi bergelombang karenanya.
 Kemungkinan-kemungkinan pemasangan alat-alat maintenance pada plafon
level diluar bangunan.
 Untuk itu harus ada koordinasi antara kontraktor dan sub kontraktor serta
persetujuan Konsultan Pengawas.
 Perbaiki semua pekerjaan-pekerjaan yang belum sempurna sesuai dengan
perintah Pengawas.
 Bilama “touching down” tidak dapat memperbaiki permukaan langit- langit
tersebut dengan bahan-bahan baru sampai sempurna.
4. Pekerjaan plafond Gypsum Board.
a) Lingkup pekerjaan meliputi,
Penyediaan bahan plafond gypsum board dan konstruksi penggantungnya,
penyiapan tempat serta pemasangan pada tempat- tempat yang tercantum pada
gambar .
b) Rangka plafond,
Kecuali pada gambar tertulis lain, rangka plafond dibuat dari batang besi hollow
40x40x 0.8 mm untuk rangka pokok dan 20x40x0.8 mm untuk lainnya. Rangka
hollow 40x40 digantungkan pada system penggantung kemudian dikaitkan
dengan rangka hollow 20x40 untuk menghasilkan modul rangka 600x600mm.
c) Pemasangan lembaran Gypsum Board,
Bahan penutup plafond menggunakan gypsumboard ukuran 1200x2400 tebal 9
mm dipasangkan pada konstruksi rangka hollow/furring kemudian sambungan
diberi textile tape dicompound fin cat AEP. Dipasang sesuai dengan gambar.
Gypsum board yang digunakan merk ex jayaboard, elepant, Indoboard atau
setara.

PASAL 7
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

7.1. Umum.
a. Uraian pekerjaan.
Pekerjaan system listrik ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan
pembongkaran dan pemasangan serta pengujian, perlatan dan tenaga kerja
sehingga seluruh system listrik dapat beroperasi dengan sempurna.
b. Lingkup pekerjaan.
Lingkup pekerjaan listrik ini mencakup pengadaan dan pemasangan instalasi listrik
dan armature sesuai dengan gambar.
c. Ketentuan.
 Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan
mengerti teknik instalasi dalam bank, serta pancingan kawat penggantung
untuk kabel data sesuai gambar.

16
Spesifikasi Teknis


Kontraktor/ pemborong harus menyediakan peralatan bantu untuk
pelaksanaan dan pengujian yang diperlukan guna kelancaran dan
terlaksanya pekerjaan menurut persyaratan yang berlaku.
 Standar dan referensi yang dipakai adalah :
1. Peralatan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 2000, SNI 04-0225-2000
(SK Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: KEP-174/MEN/2002)
2. Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor
023/PRT/1973 tentang Peraturan Instalasi Listrik (PIL).
3. Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor
024/PRT/1973 tentang Syarat-syarat Penyambungan listrik (SPL).

d. Pelaksanaan teknis.
Sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan instalasi, kontraktor/ pemborong harus
terlebih dahulu membongkar sebagian atau seluruh instalasi lama sesuai rencana
yang berkaitan dengan penambahan instalasi pengkabelan baru yang tertera pada
gambar serta merapikan Kembali sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Kontraktor/ pemborong listrik harus bekerja sama dengan kontraktok/ pemborong
power untuk komputer yang ada di banking hall dan back office dengan diawasi oleh
pengawas. Pemindahan kabel grounding harus memperhatikan estetika interior.
e. Pengujian.
Sebelum mengoperasikan stop kontak dan instalasi lainnya, kontaktor/ pemborong
harus melakukan pengujian instalasi untuk membuktikan bahwa pekerjaan tersebut
sudah memenuhi syarat dan siap dioperasikan. Pekerjaan tersebut berupa
pengukuran tahanan isolasi.
f. Pelaksanaan pemasangan.
Pada prinsipnya pemasangan seluruh instalasi pengkabelan harus dilakukan oleh
tenaga ahli listrik dalam hal ini perusahaan yang memiliki SIKA dan SPI yang
dikeluarkan olh instansi yang berwenang. Selain itu pemasang instalasi dilakukan
oleh tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya.

7.2 . Material
a. Instalasi pengkabelan dari panel menuju stop kontak, saklar, dan untuk instalasi
penerangan memakai jenis kabel NYM 3×2,5 mm untuk Stop Kontak dan kabel
NYM 2x2,5 mm untuk penerangan dengan arde.
b. Setiap sambungan kabel tidak diperkenankan menggunakan selotip, tetapi harus
menggunakan konektor khusus/ lasdop.
c. Merek kabel yang disyaratkan adalah bahan : Kabelindo, Kabel Metal, Tranka
Kabel , Eterna , Sutrado dan Supreme.
d. Saklar lampu sesuai dengan jenis penggunaan sesuai gambar, ada yang tunggal,
seri, triple, dan saklar kelompok. Semua komponen tersebut merek Clipsal, Broco
atau setara.
e. Stop kontak yang digunakan adalah buatan Clipsal, Broco atau setara.
f. Komponen lampu yang digunakan adalah merek Philips atau Panasonic, atau setara.

17
Spesifikasi Teknis

PASAL 9
PEKERJAAN PENUTUP

8.1. Lingkup Pekerjaan


1.1 Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki
segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan pekerjaan
benar-benar telah sempurna
1.2 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian
dalam Rapat Penjelasan (Aanwiijzing), dan akan dituangkan/dimuat dalam Berita Acara
Rapat Penjelasan.

18

Anda mungkin juga menyukai