Anda di halaman 1dari 79

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG,


PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Alamat : Jl. Soekarno - Hatta No. 7, Tarempa Selatan
Telp.VOIP (9500) Kode Pos 29791 E-mail : pu@anambaskab.go.id

SPESIFIKASI TEKNIS

Program : Program Pengelolaan dan Pengembangan Sistem


Penyediaan Air Minum
Kegiatan : Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Spam) Di Daerah
Kabupaten/Kota
Sub Kegiatan : Pembangunan Spam Jaringan Perpipaan Di
Kawasan Perdesaan
Pekerjaan : Pembangunan Broncaptering Spam Kelurahan
Letung - Kecamatan Jemaja (Dak Reguler)
Lokasi : Kelurahan Letung - Kecamatan Jemaja

TAHUN 2022

DIBUAT OLEH :

CV.DUO MANDIRI ENGINEERING CONSULTANT


SPESIFIKASI TEKNIS
BAB I
SYARAT - SYARAT UMUM

PASAL 1
URAIAN UMUM

1.1. Jenis Pekerjaan

Satuan Kerja Perangkat : Dinas Pekerjaan Umum,Penataan Ruang dan


Daerah Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Kepulauan Anambas

Program : Program Pengelolaan dan Pengembangan


Sistem Penyediaan Air Minum
Kegiatan : Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Spam) Di Daerah
Kabupaten/Kota

Sub Kegiatan : Pembangunan Spam Jaringan Perpipaan Di


Kawasan Perdesaan

Pekerjaan : Pembangunan Broncaptering Spam Kelurahan


Letung - Kecamatan Jemaja (Dak Reguler)

Lokasi : Kelurahan Letung - Kecamatan Jemaja

1.2. Pengendali proyek : pihak yang mewakili pemilik proyek dan memilikikuasa
penuh dalam mengendalikan proyek termaksud baik dari segi
teknis,administrasi, pengambilan keputusan atas permasalahan sebelum,
selama dan setelah proyek dinyatakan terwujudkan.
1.3. Pelaksanaan proyek dalam hal ini,Pekerjaan Struktur yang di tunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan Pembangunan Broncaptering SPAM Kelurahan
Letung - Kecamatan Jemaja (Dak Reguler) Dinas Pekerjaan
Umum,Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Kepulauan Anambas ini adalah pelaksana/pemborong proyek yang
telah mendapat pernyataan sebagai pemenang tender dari pemilik
proyek/pemberi kerja/wakil pemilik yang ditunjuk sebagai pengendali proyek,
berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK)/Surat Perintah Kerja (SPMK) dan
disebut sebagai kontraktor pelaksana. Selanjutnya melaksanakan penanda-
tanganan Kesepakatan Kerja (kontrak) sebagai kelengkapan proses perjanjian
kerja untuk pekerjaan termaksud.
1.4 Kontraktor yang telah ditunjuk adalah pihak yang telah menjalani proses
penelitian dan uji kelayakan dari berbagai aspek tinjauan sehingga berhak
dinyatakan sebagai Kontraktor Pelaksana dalam pekerjaan ini.
1.5 Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan menurut Gambar-Gambar Bestek,
RKS dan juga Semua Syarat-Syarat, Ketentuan-Ketentuan dan Cara-Cara
yang disebutkan dalam Rencana Pekerjaan ini dan Penjelasan-penjelasan
tambahan, yang dicatat atau dimuat dalam Risalah Berita Acara
Pemberian Penjelasan Pekerjaan serta Segala Petunjuk, Saran dan
Perintah Lisan dan Tertulis dari Pemimpin Proyek maupun Pengawas
Lapangan selama pekerjaan berlangsung.
1.6 Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah semua pekerjaan yang tercantum
dalam Rencana Anggaran Biaya yang dibuat berdasarkan BOQ (Bill of Quantity)
yang dibuat oleh Perencana.
1.7 Pekerjaan meliputi mendatangkan bahan, alat-alat, perkakas dan
pengerahan tenaga kerja. Disamping itu Pemborong juga harus
melaksanakan pekerjaan persiapan serta keperluan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan bisa diselenggarakan dengan
cepat, tepat waktu, tepat mutu, baik dan sempurna sesuai dengan RKS yang
ada.
1.8 Kontraktor berkewajiban untuk meneliti Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Teknik yang ada, Gambar-gambar Rencana lengkap dengan Gambar-gambar
Penjelasan dan Dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kebenaran dan
kondisi pekerjaan, meninjau tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan,
melakukan pengukuran- pengukuran dan mempertimbangkan seluruh
lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan
pelaksanaan kegiatan.
1.9 Jenis Pekerjaan terdiri atas kelompok umum dan khusus.
a. Pelaksana Pekerjaan kelompok umum adalah kontraktor bidang
konstruksibangunan umum non struktur tetapi dapat juga merupakan
Kontraktor.Utama yang telah memenangkan tender pada proyek ini.
b. Pelaksana Pekerjaan Khusus adalah kontraktor parsial bangunan yang
mengkhususkan diri pada jenis pekerjaan tertentu sebagai bidang
keahliannya dan disebut kontraktor specialist (nominated
subcontractor/NSC).
c. Sub-Kontraktor adalah kontraktor bangunan umum dan/atau khusus yang
dilibatkan oleh kontraktor pemenang tender pekerjaan ini untuk membantu
kelancaran/percepatan penyelesaian pembangunan dan bertanggung-jawab
kepada Kontraktor Utama yang melibatkannya,sedangkan hasil kerjanya
menjadi pertanggung-jawaban kontraktor utamakepada pemilik/pemberi
kerja.
d. Kontraktor Specialist dapat dipekerjakan langsung dengan tetap
berkoordinasi dengan kontraktor utama untuk kelancaran kerjanya.
e. Pembagian kelompok jenis pekerjaan adalah sbb:
1. Pekerjaan Utama dari :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Jaringan Transmisi
c. Pekerjaan Resavoir (2 Unit)
d. Pekerjaan Jaringan Distribusi
e. Pekerjaan Akhir
2. Lingkup Pekerjaan para kontraktor seperti termaksud di depan adalah:
a. Administrasi proyek yang diwajibkan.
b. Kontraktor Utama terpilih mengajuan contoh bahan material
bangunan yang digunakan dalam pembangunan kepada PPK/PPTK
diwakilkan kepada konsultan pengawas untuk kelayakan penggunaan
material.
c. Pengadaan ruang kerja di lokasi proyek.
d. Pengadaan Tenaga teknik yang bertanggung-jawab dan dapat
mewakili penanggung jawab utama penerima/penandatangan
kontrak tugas/kerja dan tenaga teknik pendukungnya yang
berpengalaman sedikitnya 0 (Nol) tahun dalam bidang yang sama.
e. Pengadaan Peralatan kerja yang siap pakai dan dinyatakan layak
pakai.
f. Pengadaan tenaga kerja dengan jumlah yang mencukupi dan
memiliki ketrampilan baik, sesuai bidangnya dan juga memiliki
sertifikasi ketrampilan khusus bagi sebagian tenaga khusus seperti
tukang lasdan operator alat berat.
g. Pengadaan Barak pekerja dan gudang logistik dinyatakan diijinkan
dilokasi proyek.(Mendapat ijin dari PPK/PPTK).
h. Koordinasi kelancaran pekerjaan dengan kontraktor lain.
i. Penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai dengan Jadwal
Pelaksanaan yang ditetapkan dengan hasil yang memuaskan.
j. Sebelum pelaksanaan item pekerjaan kontraktor utama
mengajukanIjin Pelaksanaan Pekerjaan dan mengajukan shop
drawing/gambar kerja kepada Konsultan Pengawas/wakil PPK/PPTK
kecuali bila tidak ada perubahan desain dalam pelaksanaan
ditetapkan dapat memakai gambar dengan status for construction
secara langsung.
k. Kontraktor Utama menyelesaikan gambar as built drawing bersama
dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
l. Pengadaan peralatan keselamatan kerja yang diwajibkan.
m. Pengadaan Perangkat pemadam kebakaran berupa fire extinguisher
secukupnya dan benar-benar siap pakai.
n. Pengadaan power listrik kerja dapat ikut mempergunakan outlet
power yang disediakan kontraktor utama( akan diatur tersendiri).
o. Pengadaan air kerja.
p. Pengadaan Obat-obatan & PPPK.
q. Penyediaan asuransi (diatur pada saat perjanjian kerja
ditandatangani).
r. Pengadaan Identitas diri untuk staff dan pekerja.
s. Pedoman yang dipergunakan adalah semua standarisasi untuk bahan
dan tata-cara serta acuan kerja yang disyaratkan di negara
Indonesia, sebagai contoh :
1. Persyaratan umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982)
hingga yang terbaru.
2. Peraturan beton bertulang Indonesia (PBI – 1971, NI-2).
3. Peraturan konstruksi kayu Indonesia (PPKI – 1961).
4. Portland cement Indonesia( NI-8).
5. Peraturan lainnya yang tidak disebutkan keseluruhannya di sini
tetap wajib diikuti.
6. Peraturan lain yang dijadikan acuan bidang/bahan lain yang tidak
disebutkan satu persatu karena jumlahnya yang banyak sekali
tetap merupakan acuan wajib untuk dipatuhi.
7. Pedoman lain yang harus dipatuhi untuk dilaksanakan adalah
petunjuk/perintah tertulis dari wakil pemberi kerja (Manajemen
Konstruksi inhouse/outsource).
8. Rancangan pembangunan proyek ini dituangkan dalam gambar
kerja yang diterbitkan oleh Konsultan Perencana PT/CV dalam
bentuk gambar ukuran A3 yang ditanda-tangani oleh wakil
pemberi kerja. Semua rancangan bangunan ini adalah hak cipta
milik perencana dan tidak dapat digandakan untuk kepentingan
diluar lingkup proyek ini.
9. Tata cara pelaksanaan memulai pekerjaan, pembuatan laporan
kemajuan pekerjaan, konsultasi problem lapangan dan laporan
serah-terima pekerjaan serta tata-cara progress klaim menjadi
kewenangan team wakil pemberi kerja.
10. Perihal klaim atas dasar kondisi yang merugikan akan diatur
tersendiri,yang dimaksud dengan hal ini adalah adanya kerusakan
akibat kecerobohan pekerja satu kontraktor terhadap kontraktor
(Maincont atau Subcont) lainnya atau sebab-sebab lainnya yang
memungkinkan terjadinya kerugian.
3. Hirarki
Pada proses pelaksanaan pekerjaan bidang Struktur, finishing arsitektural
dan Mekanikal Elektrikal ini diatur sesuai dengan tingkatan pembenaran
sebagai berikut:
a. Rangkuman Penjelasan Umum Pekerjaan secara lengkap (Jika ada).
b. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
c. Ketetapan yang diterbitkan PPK/PPTK.
d. Usulan yang dibahas bersama dan keputusan yang disetujui di
terbitkansecara tertulis dengan copy di sampaikan kepada PPK/PPTK.
e. Dokumen Rancangan Bangunan (Gambar kerja) gambar Detail,
gambar partial dan gambar keseluruhan.
f. Rencana Kerja dan Syarat-syarat.Penyimpangan/ketidak sesuaian
data antara gambar dan data lain wajib ditanyakan pada pengawas
pembangunan untuk diputuskan kemudian, yang mana
hasilkeputusan itu merupakan ketetapan yang harus dikerjakan.
Dalam hal ini tidak adaperubahan biaya pemasangan. Kecuali
perubahan itu dikehendaki oleh PPK/PPTK.

PASAL 2
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

2.1 Pemborong wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2.2 Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka dokumen yang mengikat / berlaku adalah RKS. Bila gambar tidak
cocok dengan gambar lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih
besar yang berlaku. Begitu pula apabila dalam RKS tidak tercantumkan,
sedang gambar ada, maka gambarlah yang mengikat.
2.3 Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan dalam
pelaksanaan menimbulkan kesalahan, Pemborong wajib menanyakan
kepada Pengawas dan Pemborong mengikuti keputusan.
2.4 Dalam penelitian tersebut dilakukan juga terhadap volume pekerjaan.

PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1 Sebelum kegiatan fisik dimulai Kontraktor harus :


3.1.1 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan untuk kontrak ini akan
tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan,sebagaimana yang ditentukan dibagian-bagian lain dari
Dokumen Kontrak dan secara umum akan sesuai dengan hal-hal
sebagai berikut :
1. Mobilisasi dari semua staf pelaksana dan semua pekerja yang
diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan
kontrak.
2. Mobilisasi dan pemasangan peralatan konstruksi dari suatu lokasi
asalnya ketempat yang digunakan,bila ketentuan ini sebagai bagian
dari pengadaan cakupan kontrak.
3. Penyediaan dan pemeliharaan Direksi keet kontraktor termasuk bila
perlunya kantor lapangan,gudang dsb.

Pihak kontraktor bila diperlukan memperkuat struktur yang ada untuk


memperlancar gerakan dari peralatan mesin atau material dari
kontraktor sesuai persyaratan dari spesifikasi ini.Pekerjaan Demobilisasi
dari daerah kerja ( Site ) yang dilaksanakan oleh pihak Kontraktor pada
akhir kontrak,termasuk membongkar kembali seluruh instalasi-
instalasi,peralatan konstruksi dan pihak kontraktor diharuskan untuk
melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan pada daerah
kerja ( Site ) sehingga kondisinya sama dengan keadaan sebelum
pekerjaan dimulai.
Program Mobilisasi harus menetapkan waktu dari semua kegiatan
mobilisasi yang berlaku dan tambahan informasi berikut ini harus
dimasukkan pula :
1. Direksi Keet Kontraktor yang terinci memperlihatkan lokasi dari
bengkel,gudang,kantor lapangan dan peralatan konstruksi utama
bila fasilitas ini terdapat dalam kontrak.
2. Rencana pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi saat ini
dari seluruh peralatan yang terdaftar dalam jadwal yang
dimasukkan dalam penawaran,bersama cara pengangkutan yang
diusulkan untuk dipakai dan jadwal tibanya ditempat kerja.
3. Penyediaan pelayanan dan fasilitas laboratorium untuk pengujian
dan pengendalian mutu pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan
petunjuk dari direksi Teknis Pekerjaan.
4. Selama periode mobilisasi pada saat dimulainya kontrak, kontraktor
diwajibkan untuk melaksanakan survey lapangan yang lengkap
terhadap kondisi fisik yang ada dan sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknis.
5. Kontraktor harus meminta persetujuan direksi pekerjaan atas setiap
perubahan pada jadwal peralatan dan penyediaan staf yang telah
dimasukkan dalam penawaran.
3.2 Memasang patok-patok tetap, patok-patok bantu, bouwplank profil yang
peil- peilnya diambil dari titik acuan (bench mark) yang ditetapkan oleh Direksi.
3.3 Patok as profil bouwplank yang dipasang harus kokoh tidak goyah/ berubah.

PASAL 4
DAERAH KERJA, DIREKSI KEET/ BARAK KERJA,GUDANG

4.1. Pemborong wajib mempersiapkan tempat kerja dan daerah kerja agar
lahan kerja siap digunakan.
4.2. Pemborong sebelum mulai kegiatan fisik harus membuat atau menyewa
tempat untuk barak dan Direksi Keet dengan ukuran sesuai dengan BQ
dengan ketentuan :
a. Ruang kerja berukuran 3 x 4 m dengan kondisi sebagaimana Direksi Keet.
b. Gudang berukuran secukupnya dengan ketentuan :
- Konstruksi dan dinding kayu yang baik
- Lantai beton tak bertulang / Mutu Bo tebal 5 cm
- Memenuhi syarat untuk menyimpan PC dan bahan-bahan pabrikan
lainnya.
c. Barak berukuran secukupnya untuk dapat menampung tenaga
kerja yang diperlukan dan cukup sehat untuk dihuni.
4.3. Kontraktor harus menjamin Direksi Keet dan Kelengkapannya dipersiapkan
dan diadakan sedemikian rupa dapat berfungsi dengan baik

PASAL 5
JALAN KERJA

5.1. Jalan yang dipergunakan untuk kegiatan pelaksanaan harus disiapkan


oleh Pemborong sendiri, dengan lebar dan kondisi jalan kerja harus
memenuhi syarat untuk lalu lintas kerja dengan aman.
5.2. Pihak Kontraktor wajib memelihara dan memperbaiki jalan masuk atau jalan
desa, gorong-gorong jembatan desa yang rusak akibat lalu lintas kegiatan
pekerjaan.

PASAL 6
PAPAN NAMA PEKERJAAN

6.1. Kontraktor harus membuat papan nama pekerjaan ukuran 0.90 m x


1.80 m, sebanyak 1 (satu) buah, dengan bentuk standar yang dipasang di
tepi jalan masuk pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

Contoh :
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
DINAS PEKERJAAN UMUM
KEGIATAN : PEMBANGUNAN ………..
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN ………..
KONSULTAN PERENCANA : PT / CV
KONTRAKTOR PELAKSANA : PT / CV
NILAI BORONGAN : PT / CV
MASA WAKTU PELAKSANAAN : HARI KALENDER
MASA WAKTU PEMELIHARAAN : HARI KALENDER
KONSULTAN PENGAWAS : PT / CV

6.2. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan dimulai.

PASAL 7
UITZET, PROFIL DAN BOUWPLANK

7.1. Profil dan Bouwplank :


a. Bouwplank bila diperlukan dibuat dengan konstruksi kayu dan papan jenis
Kayu sejenis kelas II
b. Tiang bouwplank untuk tinggi maksimal 2 m harus terbuat dari
balok Kayu Kelas II sekurang-kurangnya dengan ukuran 5/7 cm,
terpasang kokoh dan tidak berubah selama masa konstruksi.
a. Papan bouwplank sekurang-kurangnya memiliki ukuran 2/20 cm, bahan
Kayu Kelas II, diserut pada sisi yang digunakan dan dilengkapi dengan
notasi as serta angka duga tinggi peil yang ditulis dengan cat warna
merah.

PASAL 8
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1. Kontraktor wajib menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi para
pekerja dan lingkungan sekitarnya dengan melakukan langkah-langkah
antisipatif.
8.2. Di Direksi Keet Pemborong harus menyediakan obat-obatan untuk
memberi pertolongan pertama/darurat bila ada pekerja yang sakit.
8.3. Penginapan /Barak untuk pekerja harus layak dan memenuhi syarat kesehatan.

PASAL 9
MENINGGALKAN TEMPAT / DAERAH KERJA

9.1. Direksi keet selama masa pemeliharaan menjadi tanggungan Kontraktor


untuk menjaganya.
9.2. Sebelum meninggalkan lokasi dimaksud, Kontraktor harus mengembalikan
kondisi lahan seperti semula yaitu jalan kerja harus sudah dibenahi, bekas-
bekas bongkaran diangkut keluar lokasi kegiatan dan lain sebagainya.

PASAL 10
GAMBAR RENCANA PELAKSANAAN DAN GAMBAR DETAIL

10.1. Pelaksanaan fisik konstruksi harus dikerjakan sesuai dengan gambar


perencanaan (gambar bestek) dan gambar detail serta gambar-gambar
perubahan yang telah disetujui Pemimpin Proyek.
10.2. Untuk pekerjaan yang memerlukan gambar detail, bagian gambar yang
belum tersedia gambar detailnya harus dibuat Pemborong sendiri
dan dimintakan persetujuannya kepada pengawas Direksi lapangan.
10.3. Apabila terhadap ketidak sesuaian antara gambar pelaksanaan (gambar
bestek) dengan gambar detail maka gambar detail yang lebih mengikat.
10.4. Apabila terdapat ketidak samaan antara gambar dengan keadaan di
lapangan, Kontraktor harus memberitahukannya kepada Direksi untuk
penentuan lebih lanjut.
10.5. Disamping gambar konstruksi yang telah ada gambar revisi /
perubahan / penyempurnaan selama pelaksanaan yang mungkin ada,
apabila sudah disetujui oleh Pemimpin Proyek, mengikat untuk penyelesaian
pekerjaan.

10.6. Pekerjaan yang dilaksanakan tidak berdasarkan gambar yang telah


disetujui oleh Pemimpin Proyek, menjadi tanggungan Kontraktor sendiri.
Terhadap hal ini Direksi berhak agar pekerjaan tersebut dibongkar dan
Pemborong wajib melaksanakannya.
10.7. Dalam hal Kontraktor melaksanakan pekerjaan diluar ketentuan tanpa
persetujuan Pemimpin Proyek maka hasil fisik pekerjaan tidak dapat
diperhitungkan dalam prestasi pekerjaan. Hal ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor sendiri.
10.8. Gambar terbangun/as built drawing :
a. Setiap selesainya pekerjaan, terutama yang berkaitan dengan
pengajuan permintaan pembayaran/termijn atas hasil fisik pekerjaan,
Kontraktor wajib membuat gambar terbangun (as built drawing) yang
mendapat persetujuan oleh Direksi/Pemimpin Proyek.
b. Gambar tersebut butir a berkelanjutan sampai pekerjaan selesai 100 %

PASAL 11
UKURAN

11.1. Ukuran-ukuran pokok struktur yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar-
gambar pelaksanaan. Ukuran-ukuran yang belum tercantum atau
kurang jelas dapat ditanyakan pada Direksi.
11.2. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara RKS (Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat) dengan gambar rencana, maka RKS yang lebih mengikat.
11.3. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara skala gambar dengan angka ukuran
yang tercantum maka ukuran yang mengikat dengan aturan :
a. Ukuran tertulis.
b. Ukuran skala gambar.
11.4. Apabila ukuran dalam gambar pelaksanaan tidak sesuai dengan
keadaan di lapangan, Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi
untuk penentuan ukuran selanjutnya.

PASAL 12

IJIN KERJA

12.1. Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan, Pemborong memperoleh Surat Ijin


memulai pekerjaan fisik/Surat Penunjukan (Gunning) dari Pemimpin Proyek.
12.2. Kontraktor wajib memberitahukan/laporan kepada Pemerintah/penguasa
setempat tentang rencana kegiatan pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 13
RENCANA KERJA

14.1. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender


terhitung dari tanggal penunjukan/penetapan pemenang
pelelangan, Kontraktor harus sudah menyerahkan program/rencana kerja
terperinci untuk pelaksanaan pekerjaan.
14.2. Rencana Kerja berupa Time Schedule detail yang dilengkapi dengan
- Rencana pengerahan dan penggunaan tenaga
- Volume kegiatan bagian-bagian pekerjaan
- Rencana penggunaan bahan bangunan
- Gambar tahapan kegiatan pekerjaan dan lain-lain
14.3. Rencana kerja diatas dibuat oleh Pemborong dan dimintakan persetujuan
Pemimpin Proyek.
14.4. Apabila diperlukan, Kontraktor wajib mengadakan penyempurnaan atas
rencana kerja tersebut atau sehubungan dengan adanya
keterlambatan, perubahan- perubahan pelaksanaan, dengan persetujuan
Direksi, Kontraktor dapat menyusun kembali rencana kerjanya.

PASAL 14
GAMBAR DAN GRAFIK KEMAJUAN PELAKSANAAN

14.1. Pemborong harus membuat :


- Gambar-gambar detail yang menunjukkan bagian-bagian kegiatan yang
sedang dilaksanakan/ telah diselesaikan.
- Grafik-grafik kemajuan pekerjaan.
- Grafik-grafik tenaga kerja, pemakaian bahan bangunan.
- Data lapangan misalnya : curah hujan, angin, pasang surut dan lain-lain.
14.2. Gambar kegiatan dan grafik-grafik diatas harus diplot setiap hari.
14.3. Semua data dan gambar di atas harus sudah ditempel di Direksi Keet
selambat- lambatnya 14 hari kalender terhitung dari penunjukkan pekerjaan.

PASAL 15
JAM KERJA

15.1. Kontraktor menentukan sendiri jam kerja bagi petugas dan pekerja yang
dikerahkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, dengan tetap
memperhitungkan waktu penyelesaian pekerjaan dan dengan mengingat
peraturan perburuhan yang berlaku di tiap daerah yang bersangkutan.
15.2. Dalam hal ini Kontraktor perlu mengetahui/mempelajari data pasang surut
air laut dikaitkan dengan program kerjanya.
15.3. Dalam rangka mempercepat penyelesaian pekerjaan agar dapat mencapai
target pelaksanaan fisik/tepat pada waktunya ataupun karena sifat/syarat
pelaksanaan pekerjaan tidak boleh terputus maka Pemborong dapat
melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja/lembur bila perlu sampai malam
hari.
15.4. Dalam hal Kontraktor akan bekerja diluar jam kerja/lembur maka Kontraktor
harus memberitahukan kepada Pengawas/Direksi pekerjaan secara
tertulis sekurang- kurangnya 24 jam sebelumnya.

PASAL 16
BAHAN / MATERIAL BANGUNAN UNTUK
PELAKSANAAN PEKERJAAN

16.1. Pekerjaan mendatangkan bahan-bahan ke lokasi pekerjaan :


a. Pemborong berkewajiban mengadakan/mendatangkanbahan-bahan guna
pelaksanaan pekerjaan dan menyerahkan contoh bahan kepada Direksi
untuk diperiksa. Segala biaya dan tanggung jawab pengadaan
bahan-bahan ini menjadi beban Pemborong sepenuhnya.
b. Bahan-bahan yang datang dan setelah diperiksa Direksi dapat
diterima/disetujui, maka bahan tersebut masuk di gudang/Job Site
dibawah pengawasan Direksi pekerjaan. Bahan-bahan tersebut tidak
boleh ditarik keluar guna pekerjaan Pemborong di tempat pekerjaan
yang lain.
c. Bahan-bahan yang didatangkan di lokasi pekerjaan tetapi tidak
memenuhi persyaratan dan ditolak oleh Direksi, harus dibawa keluar
lokasi pekerjaan dengan batas waktu paling lama 48 (empat puluh
delapan ) jam atau dua hari terhitung dari keputusan penolakan oleh
Direksi. Biaya pengeluaran bahan tersebut menjadi beban Pemborong.
d. Bila Pemborong dengan sengaja memberikan bahan-bahan yang ditolak
/ afkir tersebut di lokasi pekerjaan maka Pemborong akan dikenakan
denda kelalaian.
e. Perubahan segala jenis bahan bangunan baik jenis bahan, ukuran
maupun kualitas harus mendapat persetujuan Pengawas/Direksi.

16.2. Pemeriksaan bahan bangunan dan kualitas pekerjaan :


a. Pemeriksaan bahan oleh Direksi didasarkan syarat-syarat bahan seperti
tersebut dalam pasal 24 Spesifikasi ini.

b. Apabila dipandang perlu, Direksi / Pemimpin Proyek berhak meminta


kepada Pemborong untuk memeriksakan kualitas bahan bangunan yang
akan digunakan ke laboratorium yang ditunjuk dengan biaya ditanggung
oleh Pemborong.
c. Direksi/Petugas Proyek berhak mengadakan pemeriksaan ulang
terhadap bahan-bahan yang sudah diterima. Dan bila dari hasil
pemeriksaan ulang ternyata memang tidak memenuhi syarat, maka
barang tersebut dinyatakan afkir dan harus dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan.

16.3. Penggunaan bahan - bahan yang belum diperiksa :


a. Apabila Pemborong menggunakan/memasang bahan-bahan yang belum
diperiksa oleh Direksi, maka apabila Direksi meragukan kualitas bahan
tersebut, Direksi berhak memerintahkan untuk melaksanakan
pemeriksaan laboratorium mengenai kualitas pekerjaan yang
menggunakan bahan tersebut. Biaya pemeriksaan ini menjadi
tanggungan Pemborong.
b. Apabila dari hasil pemeriksaan diketahui kualitas pekerjaan tidak sesuai
dengan spesifikasi teknik yang telah ditetapkan, Pemborong harus
membongkar pekerjaan tersebut dan mengganti dengan bahan-bahan
yang sesuai dengan spesifikasi. Biaya yang timbul akibat pekerjaan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
PASAL 17
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

17.1. Pemborong wajib minta kepada Direksi/Petugas Proyek untuk memeriksa


pekerjaan yang telah selesai dikerjakan sebelum melaksanakan pelaksanaan
selanjutnya.
17.2. Bila Direksi pekerjaan/Petugas Proyek menganggap perlu untuk
memeriksa pekerjaan, atau bila Pemborong memintanya secara tertulis
untuk penyerahan seluruh pekerjaan, sebagian pekerjaan atau guna
permintaan pembayaran, maka Pemborong, Wakil Pemborong atau
Pelaksana harus hadir di tempat pekerjaan selama waktu pemeriksaan.
17.3. Hasil pemeriksaan ditulis pada laporan hasil pekerjaan yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak yang memeriksa.

PASAL 18
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN

18.1. Pemborong wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk
:
a. Mencatat semua instruksi / catatan Direksi yang diberikan oleh
Direksi/Pengawas
kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut “Buku Direksi”.
b. Buku untuk mencatat tamu/ Owner /wakil owner yang datang ke lokasi
pekerjaan
selama masa pelaksanaan yang selanjutnya disebut “Buku Tamu”.
b. Kedua buku tersebut harus ditandatangani bersama-sama oleh
Pemborong dan Pengawas Lapangan. Pada serah terima pekerjaan
selesai/penyerahan pertama kalinya. Buku-buku tersebut harus diserahkan
kepada Direksi.

18.2. Kontraktor harus membuat Laporan Harian. Laporan Harian dibuat/diisi


setiap hari untuk mencatat hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja bekerja pada hari itu serta tenaga
personalia dari Pemborong sendiri.
b. Catatan bahan meliputi : bahan yang datang, bahan yang ditolak dan
bahan yang digunakan untuk pelaksanaan perkerjaan, baik jenis maupun
jumlahnya.

c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari


tersebut dan besarnya kuantitas pekerjaan yang diselesaikannya.
d. Hasil fisik pekerjaan yang
icapai.
e. Jumlah alat baik yang dioperasikan dan lamanya operasi alat yang
bersangkutan.
f. Keadaan cuaca (hujan, banjir, ramalan pasang surut dan lain-lain). g.
Hambatan/kendala yang ada

18.3. Pencatatan Buku Harian dilakukan oleh Kontraktor dan


diperiksa/diketahui kebenarannya oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi.
18.4. Disamping membuat Laporan Harian, Pemborong wajib membuat laporan
mingguan dan laporan bulanan dalam rangkap 4 (empat) yaitu untuk :
- 1 (satu) berkas untuk Pemimpin royek
- 1 (satu) berkas untuk Pimpinan Sub. Proyek yang bersangkutan.
- 1 (satu) berkas untuk arsip Kontraktor.
- 1 (satu) berkas untuk Pengawas Lapangan.
Laporan dimaksud didasarkan pada Buku Harian Pelaksana. Laporan
Mingguan dan Laporan Bulanan harus ditandatangani oleh Pemborong
dan Direksi. Laporan Bulanan yang dilampiri Laporan Mingguan
diserahkan selambat-lambatnya pada tanggal 5 bulan berikutnya.

18.5. Kemajuan dan kegiatan pelaksanaan pekerjaan harus di dokumentasikan


dengan foto, sekurang-kurangnya :
- Kemajuan fisik 0%.
- Kemajuan fisik 50%.
- Kemajuan fisik 100%.
- Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.
Setiap pengambilan foto di bidik dari 3 arah dengan titik pengambilan yang
tetap. Foto tersebut dicetak dengan ukuran 3R dalam rangkap 5 dan ditata
dalam satu album.
18.6. Disamping foto-foto kemajuan pekerjaan, Kontraktor wajib mengambil foto
pada keadaan tertentu misalnya gelombang besar yang mengakibatkan
kerusakan bangunan, perubahan galian yang sudah peil, dan lain sebagainya.
18.7. Setiap pengambilan foto dokumentasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan ini, harus dipasang papan nama pekerjaan dengan format yang
telah ditetapkan, data lapangan, tanggal dan prestasi fisik yang saat itu telah
dicapai.
18.8. Pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan menyetor foto
ukuran 20R sebanyak 2 (dua) buah lengkap dengan bingkainya.

PASAL 19
PEKERJAAN YANG TIDAK LANCAR
19.1. Apabila pekerjaan yang tidak lancar yaitu tidak sesuai dengan rencana kerja,
terlalu lambat atau terhenti sama sekali, maka Direksi Pekerjaan akan
memberikan peringatan-peringatan/teguran-teguran secara tertulis kepada
Kontraktor.
19.2. Apabila Kontraktor ternyata dengan sengaja tidak mengindahkan
peringatan- peringatan 21.1. di atas dan telah cukup diberi peringatan
dan teguran-teguran tertulis 3 kali berturut-turut, maka Pemimpin Proyek
berhak melakukan pemutusan kontrak secara sepihak.

PASAL 20
ALAT DAN PERALATAN KERJA PEMBORONG

20.1. Kontraktor wajib menyediakan sendiri semua jenis alat peralatan


maupun perlengkapan kerja yang diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan
pekerjaan.
20.2. Alat peralatan dimaksud harus dalam keadaan siap pakai, kerusakan yang
terjadi selama pelaksanaan agar segera diperbaiki atau dicarikan gantinya.
20.3. Untuk pekerjaan ini Pemborong wajib menyediakan peralatan antara lain :
- Alat angkat dan alat angkut secukupnya.
- Peralatan langsir bahan.
- Genset untuk lampu penerangan.
- Alat pemadat tanah/pasir (Stamper).
- Pompa air.
Biaya angkutan, pengadaan maupun biaya operasional semua peralatan
menjadi tanggungan Pemborong.
20.4. Kontraktor wajib menyediakan tambahan peralatan jika peralatan yang ada
dinilai tidak mencukupi.
20.5. Keamanan alat selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab Pemborong
sendiri.
BAB. II
SYARAT – SYARAT KHUSUS
PASAL 1
PEKERJAAN PENDAHULUAN
A. PERSIAPAN
1.1. Pekerjaan Papan Nama Proyek
a. Kontraktor harus membuat papan nama proyek yang ditempatkan
dibagian muka (menghadap jalan).
b. Bahan yang digunakan adalah kayu yang dilapisi triplek diberi tulisan
dengan warna hitam
c. Tulisan yang tercantum adalah sebagai berikut :
- Nama Pemilik Proyek
- Nama Pekerjaan
- Nilai Kontrak
- Nama Pelaksana
- Jangka waktu pelaksanaan
d. Papan tersebut dipasang pada dua buah tiang kayu ukuran 5/7 cm,
yang ditanam kuat didalam tanah.
B. Pengadaan Pipa Polietilena ( HDPE ) dan Perlengkapannya
2.1 Umum
Semua pipa dan alat penyambung harus di disain untuk menerima tekanan
kerja minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain.

Referensi
Standar lain yang digunakan adalah :

 SNI 06-4829-2005 Pipa polietilena untuk air minum


 SNI 19-6779-2002 Metoda pengujian perubahan
panjang pipa Polietilena
 SNI 06-4821-1998 Metode pengujian dimensi pipa
polietilena untuk air minum
 IS0 4427 : 1996 Polyethylene pipes for water
supply spesifications
 ISO 6964-1986 Polyolefin pipes and fittings -
Determination of carbon black
content by calcinations pyrolysis
- Test method and basic
spesification
 ISO /TR 10837- 1991 Determination of the thermal
stability of polyetilene for us in
gas pipes and fitting's
 ISO 11420 : 1996 Method for the assesment of the
degree of carbon black
dispersion in polyolefin pipes,
fittings and compound's
 ISO 6259 71985 Pipe for polyethylene - Part 1 :
Determination of tensile
properties
 ISO 3126: 1974 Plastic pipe - measurement of
dimension
 ISO 1167: 1996 Thermoplastic pipes for the
conveyance of fluids resistance
to internal pressure - Test
Method
 ISO 1133 : 1991 Plastic - Determination of the
melt mass - flow rate (MFR)
and melt volume flow
rate (MVR) of thermoplastics
 ISO 2505 -1-1994 Thermoplastics pipe
Longitudinal reversion – part
1 determination methods
ISO 3607: 19977/E Tolerances on outside
Diameters and wall thickenesse

AS / NZS 4130 : 97 Polyethylen pipes for pressur


application

ASTM D 3350 – 1999 Standard specification polyethylene


plastics pipe and fittings material

JIS 6762 - 1998 Double wall polyethylene pipes for


water supply
2.2 Spesifikasi Teknis
1. Ovalitas
Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstrusi namun sebelum digulung
harus sesuai dengan kelas N. Kelas N :
a. Untuk diameter luar nominal <75, toleransi sama dengan (0,008dn +
1) mm, dibulatkan menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2
mm.
b. Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi < 250, toleransi sama dengan
0,02dn, dibulatkan menjadi 0,1 mm.
c. Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18
dn dan pipa jangan sampai menjadi kaku. Bagi pipa yang
digulung,diperlukan peralatan untuk penggulungan ulang.
2. Panjang Pipa
Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang
dari persetujuan antara pemasok dan pengguna barang dengan toleransi ±
0,05 m. Diameter drum gulungan minimum harus 18 x dn.
3. Sifat Mekanik
1. Ketahanan Hidrostatik
Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan
sebagaimana tabel dibawah ini

Tabel 1.8 Ketahanan Hidrostatik Pipa


Tegangan uji (Mpa)
Jenis Bahan 100 jam 165 jam1) 1000 jam

pada 20 oC pada 80oC pada 80 oC


PE 100 12.4 5.5 5.0
PE 80 9.0 4.6 4.0

Catatan :
1. Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan pecah karena rapuh

(britte failure) pada kurang dari 165 jam adalah merupakan


kegagalan. Jika pengujian dalaksanakan pada 165 jam ternyata
gagal dalam bentuk kenyal (ductile), uji ulang supaya
dilaksanakan pada tegangan yang lebih rendah. Tegangan
uji yang baru, dan waktu kegagalan minimum yang baru
supaya dipilih sebagaimana tabel dibawah

Tabel 1.9 Ketahanan Hidrostatik Pada Kekuatan Suhu 80°C


Kebutuhan Uji Ulang

PE 80 PE 100
Waktu
Waktu
Tegangan Tegangan Kegagalan
kegagalan Min.
Mpa Mpa Min. (jam)
(jam)
4.6 165 5.5 165
4.5 219 5.4 233
4.4 283 5.3 332
4.3 394 5.2 476
4.2 533 5.1 688
4.1 727 5.0 1000
4.0 1000

2. Kuat Tarik
Nilai kuat tarik minimum harus 20 Mpa dan perpanjangan
minimum harus 400 %, bila diuji pada suhu 20°C
4. Sifat Fisik
1. Stabilitas Panas
Waktu induksi untuk pengujian contoh yang diambil dari pipa PE
minimum harus 20 menit jika diuji pada suhu 200°C. Contoh yang
diuji supaya diambil dari permukaan sebelah dalam pipa.
2. Nilai Perubahan Arah Panjang
3. Nilai perubahan arah panjang maksimum 3 %

5. Dimensi Pipa
1. Ketebalan Pipa
Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06-4829-
2005 tentang pipa polietilena untuk air minum.
2. Bahan Baku Pipa
Bahan baku yang digunakan untuk membuat pipa polietilena,
harus merupakan bahan baku yang menyatakan layak digunakan untuk
air minum yang dikeluarkan oleh pemasok bahan baku, hal
tersebut dibuktikan dengan Certificate Badan Independen BODYCOTE.

6. Sambungan
Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara pemanasan yaitu
dengan menggunakan ButtFusion dan sambungan Elektrofusion, atau
dengan Mechanical Joint.
Penyambungan dengan menggunakan ButtFusion di lakukan untuk pipa
dengan diameter mulai dari 63 mm dengan ketebalan minimum 4,7 mm
dengan SDR 13,6. Penyambungan dengan Mechanical Joint
direkomendasikan untuk pipa dengan diameter 20 - 110 mm. Sedangkan
dengan penyambungan dengan elektrofusion dapat digunakan untuk
semua ukuran pipa.

7. Pengujian Pipa
Acuan normatif untuk pengujian pipa polietilena adalah SNI 06-2552-1991
tentang metoda pengambilan contoh uji pipa PVC untuk air minum dan
SNI 06-4821-1998 tentang metode pengujian dimensi pipa polietilena
untuk air minum.

8. Penandaan Pipa
Penandaan pada batang pipa, sekurang-kurangnya
mencantumkan :
 Nama pabrik pembuat atau merek dagang
 Dimensi luar pipa
 Tekanan kerja nominal
 Jenis material yang digunakan
 Seri pipa
 Tanggal produksi

3. PERSIAPAN PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA


3.1 Lingkup Pekerjaan

Kontraktor harus menyediakan peralatan pekerjaan sementara, tenaga


kerja, dan bahan serta memobilisasikan yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan cara yang baik, termasuk
sambungan ke pipa induk yang ada, pengujian, penggelontoran
(flushing), desinfeksi jalur pipa dan semua pekerjaan yang
diperlukan untuk penyelesaian pemasangan pipa sesuai persyaratan
yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis ini.
Jika ada pekerjaan yang tidak tercakup dalam spesifikasi teknis ini
akan dilakukan sesuai dengan cara yang telah digunakan untuk
bidang teknis yang besangkutan di Indonesia dan menurut perintah
direksi.
Data hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan untuk lokasi
jembatan pipa atau daerah sekitarnya disimpan oleh pemilik dan
kontraktor akan diijinkan dan menelitinya di kantor proyek.

Semua penjelasan dalam persayaratan teknis ini khususnya yang


bersifat teknis selalu berpedoman pada standar yang umum dipakai di
indonesia. Semua standar yang digunakan, menggunakan Standar
Nasional Indonesia (SNI). Dalam hal belum diatur dalam SNI, standar
yang digunakan merujuk kepada :
AISI : American Iron and Steel
Institute
ANSI : American National Standards
Institute
API : American Petrolium
Institute
ASTM : American Society of Testing
Material AWWA : American Water Works
Association DIN : Deutsche Institut fur Norming
IEC : International Electrotecnical Commision
ISO : International for Standardization
Organization
JIS : Japanese Industrial
Standard
KIWA : Dutch Institute for the Testing of Water Supply
Material
NEMA : National Electrical Manufactures's
Assosiation
PBI 71 : Peraturan Beton Indonesia tahun
1971
SNI : Standar Nasional Indonesia

1.3 Pengadaan Pipa Baja / Besi ( GI ) dan Perlengkapannya


1.3.1 Umum
Semua pipa dan alat penyambung harus didisain
untuk menerima tekanan kerja minimum sebesar 0.98 Mpa
(10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain.

Referensi
Standar lain yang digunakan adalah :
 SNI 07-0068-1987 Pipa Baja untuk konstruksi
umum,
mutu dan cara uji.
 SNI 0039-1987 Pipa Baja Bergalvanis
 SNI 07-0242-1989 Pipa Baja tanpa kambuh, mutu
dan
cara uji.
 SNI 07-0822-1989 Baja Karbon strip canai panas
untuk
pipa.
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
 SNI 07-0949-1991 Pipa Baja coal-tar enamel lapis
lindung bagian luar
 SNI 07-1769-1990 Penyambung pipa air
minum
bertekanan dari besi yang kelabu.
 SNI 07-1969-1991 Pipa air minum bertekanan besi
tuang kelabu, penyambung.
 SNI 07-2255-1991 Pipa Baja saluran air.
 SNI 07-2195-1991 Permukaan pipa flens,
 SNI 07-2196-1991 dimensi.
Flensa pipa, toleransi dimensi.
 SNI 07-3080-1991 Pipa spigot dan socket dari besi
tuang modular untuk pipa
jaringan
bertekanan, bagian 2.

 SNI 07-3025-1992 Persyaratan las- Ketentuan


Umum,
Persyaratan servis untuk
sambungan
las.
 SNI 07-3026-1992 Las, untuk pertimbangan untuk
menjamin mutu struktur las.
 SNI 07-3027-1992 Faktor-faktor yang harus di
pertimbangkan dalam penilaian
perusahaan yang menggunakan
las
sebagai cara utama pabrikasi.
 SNI 07- 3078-1992 Flensa logam - flensa besi tuang.
 SNI 07-3073-1992 Penyambung pipa baja tanpa
pasuan
berulir.
 SNI 07-6398-2000 Tata cara pelapisan epoksi cair
untuk bagian dalam dan luar
pada
pelapisan air dari baja
 SNI 07-3360-1994 Penyambung pipa baja & baja
paduan dengan las tumpu.
 SII 2527-90 Water Supply Steel Pipe
 ISO 7/1 Pipe Threads Where
Pressuretight
Joins are Made on The Threads
 ISO 1459 Metalic creating - Protection
Against
Corrosion by Hot Dip
Galvanzing
Guilding Principles
 ISO 1461 Metalic Coating Hot-Dip
Coating Galvanized
on Fabricated
Ferrous
Products Requirements
 ASTM A 283F Flow and Intermediate tensile
Strenght Carbon Steel Plates,
Shapes
and Bars
 ASTM A 570 Steel, Sheet and Strip, Carbon,
Hot
Rolled Structural Quality
 AWWA C 200 Steel Water Pipe 6 Inches and
 AWWA C 203 Larger
Coal-Tar Protective Coatings and
Linings for Steel Water
Pipelines
Enamel and Tape Hot Applied
 AWWA C 205 Cement Mortar Protective Lining

and Coating for Steel Water Pipe


4
Inches and Larger Shop Applied
 AWWA C 208 Dimensions for Steel Water
Pipe
Fittings.
 AWWA Manual Stell Pipe Design and Installation
 M11
WWA C 210 Liquid Epoxy Coating System for
he
Interior and Exterior Steel
Water
Pipe.
 JISG 3101 Rolled Steel for General Structure.
 JIS G 3452 Carbon Steel Pipes for
Piping Ordinary
 JIS G 3457 Arc Welded Carbon Steel Pipe.
 JIS 8 2311 Steel Butt-Welding Pipe Fitting
for
Ordinary Use.
 JISG 3451 Fitting of Coating Steel Pipes
for
Water Service.
 JIS G 550 Spheroidal Graphite Iron Castings
 JIS G 5702 Blackheart Malleable Iron Castings
 JIS G 3445 Carbon Steel Tubes for
Machine
Structures Purposes
 JIS G 3454 Carbon Steel Pipes for
Service Pressure
 JIS K 6353 Rubber Goods Pipes for Water
Works.

2.1.1.2 Pipa Baja dan Fitting

1. Material dan Fabrikasi


Pipa baja/steel harus dibuat dari pelat atau lembaran
baja dan sambungannya menggunakan pengelasan
tumpul (arc- welded) atau pengelasan listrik, dikerjakan
di pabrik, dites dan dibersihkan.
Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai
batas

keruntuhan minimum tidak kurang dari 226 N/mm2

(2300 kg/cm2) dan harus memenuhi standard berikut :


 SNI 07-0949-1989 Pelat baja carbon untuk uap
dan

bejana tekan.
 SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas
untuk pipa
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
 ASTMA283, Grade D
 ASTMA570, Grade 33
 JISG 3101, Class 2
 JISG 3452, SGP
 JIS G 3457, STPY
Fabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200
atau SNI-07-0822-1989 atau Sll 2527-90 atau JIS G 3452
dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar pengelasan harus
cukup merata pada seluruh panjang pipa dan dibuat
secara otomatis, kecuali atas persetujuan Pengguna
Barang boleh dilakukan pengelasan manual dengan
prosedur yang sesuai oleh tukang yang
berpengalaman.
Semua sambungan memanjang atau spiral dan
sambungan las keliling yang dibuat dipabrik harus
dengan pengelasan sudut (butt welded).Banyaknya
pengelasan pabrik maksimum yang zinkan adalah satu
pengelasan memanjang dan tiga pengelasan keliling
untuk setiap batang pipa. Panjang setiap batang pipa
adalah 6 (enam) meter atau kurang, kecuali ditentukan
lain.
Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-
seling pada sisi yang berlawanan untuk bagian yang
berurutan. Tidak diizinkan adanya ring, pelat ataupun
pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar maupun
pada bagian dalam pipa.
2. Dimensi Pipa
Kecuali ditentukan lain, pipa dengan ukuran
diameter nominal berikut ini harus mempunyai ukuran
diameter luar dan ketebalan dinding minimum sebelum
dilapisi pelindung dalam dan luar sebagai berikut:

Tabel 1.1 Diameter Luar dan Ketebalan Dinding


Pipa Baja
Diameter Diameter Ketebalan
Luar Dinding
Nominal
100 (mm
114.3 Minimum
4.5
150 168.3 5.0
200 219.1 5.8
250 273.0 6.6
300 323.8 6.9
350 355.6 6,0
400 406.4 6.0

3. Fitting
Semua fitting baja/steel harus dari bahan yang sama
dan difabrikasi sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan pada Bagian 3.2 dan harus didisain dengan
kekuatan yang sama dengan pipanya. Ring penguat
atau saddle penguat dapat dipasang pada bagian luar
bilamana perlu, sesuai dengan AWWA Manual M11
atau standar pembuatan yang dapat disetujui.
Ketebalan dinding minimum dan diameter luar dinding
fitting harus sesuai dengan persyaratan yang
dispesifikasikan dalam Bagian 3.2 dan standar berikut
ini:
 Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil :
JIS
B 2311
 Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar :
JIS B 2311 (sampai dengan 500 mm) dan JIS G
3451. atau AWWA C 208.
"Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5
derajat dan lebih kecil harus terdiri dari dua potongan
bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi lebih
besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat
harus difabrikasi dengan menggunakan tiga potongan
bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi lebih besar
dari 45 derajat harus terdiri dari empat potongan bend.

2.1.1.3 Coating dan Linning (Lapisan Pelindung Luar


dan Dalam)

1. Proteksi Bagian Luar


a. Pemasangan Bawah Tanah
Permukaan luar pipa dan fitting untuk pemasangan
di bawah tanah harus dilapisi coal tar enamel dan
dibalut dengan bonded double asbestos felt
sebagaimana dispesifikasikan pada Appendix A,
Sec. A1.2 dalam AWWA C 203. Lapisan primer
dan coal tar enamel adalah sebagai berikut;
 Primer : Type B sesuai dengan
bagian
A.2.4 dari AWWA C.203
 Coal Tar Enamel : Type I sesuai dengan
bagian A.25. Table 1 dari
AWWA C203.
Konstruksi dari proteksi luar seperti diuraikan di
atas harus terdiri dari berikut ini:
 Primer, Type B yang dispesifikasikan di atas
 Coal Tar enamel, Type I yang dispesifikasikan
di atas, ketebalan lapisan kering 2,4 mm +/- 0,8
mm.
 Bonded asbestos felt
 Coal tar enamel, Type I sama seperti di atas,
tebal kering lapisan 0,8 mm minimum.
 Bonded asbestos felt; dan
 Satu lapisan water resistant whitewash
Sistem pelindung luar lainnya yang menjamin
kualitas yang sama atau lebih dari pada yang
dispesifikasikan di atas dapat diterima atas
persetujuan Engineer tetapi segala sistem proteksi
yang menggunakan polyethylene tape tidak
diperkenankan.
b. Pemasangan di Atas Tanah
Semua pipa dan fitting yang akan digunakan
sebagai jembatan dan terpapar di luar/dapat terlihat
langsung, harus dicat di pabrik dengan lapisan
primer dan lapisan pertama (first coat) yang
sesuai dengan susunan berikut ini :
 Persiapan permukaan : SSPC-SP-6 atau SP-3
 Primer: Etchin primer, ketebalan minimum
lapisan kering 20 mikron.
Lapisan pertama : Read lead atau lead
suboxide primer, ketebalan lapisan kering 35
mikron.Persiapan permukaan harus dilakukan
sesuai dengan yang diisyaratkan oleh Steel
Structure Painting Council, USA dan kelas yang
disebutkan di atas, Primer dan Etching Primer,
Class 2.
Lapisan pertama harus sesuai dengan JIS K 5622,
Read Lead Anticorrosive Paint, Class 1 atau JIS K
5623, Lead- Suboxide Anticorrosive Paint, Class
1 atau sesuai dengan persetujuan Pengguna
Barang.

2.1.1.4 Lapisan Pelindung Dalam


1. Umum
Semua pipa dan fitting untuk pemasangan dibawah
tanah harus diberi lapisan dalam dan adukan semen
(cement mortar) atau epoxy atau coal tar epoxy
sesuai dengan AWWA C.210. Semua jalur pipa diatas
tanah harus menggunakan epoxy atau coal tar epoxy
sebagai lapisan dalam sesuai dengan AWWA C.210.
Semua bahan lapisan pelindung luar dan dalam yang
kontak langsung dengan air bersih harus dilengkapi
lengan sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga
kesehatan masyarakat yang berwenang untuk
penggunaan pada air minum. Penyedia Jasa
Pengadaan harus menyerahkan sertifikat cat yang
menjamin persyaratan untuk saluran air minum.
2. Lapisan Adukan Semen (Cement Mortar Lining)
Lapisan adukan semen harus sesuai dengan AWWA
C.205 atau standar internasional lainnya yang disetujui
dengan kualitas yang sama atau lebih tinggi dari pada
standar yang telah disebutkan diatas.
Lapisan adukan semen tersebut harus mempunyai
ketebalan yang sama kecuali pada sambungan atau
pada bagian dinding pipa yang terputus. Ujung
dari lapisan harus dibiarkan menyudut dan lurus
kearah sumbu memanjang pipa. Ketebalan lapisan
harus mengikuti tabel dibawah ini.

Tabel 1.2 Ketebalan Cement Mortar Lining


( mm Ketebala Toleransi
) n untuk
Linin ujung
100 sampai 250 6 -1.6 to + 3.2
300 sampai 600 8 - 1.6 to + 3.2

3. Sistem Lapisan Epoxy Atau Coal Tar Epoxy


Sistem pelapisan dengan epoxy dan coal tar epoxy
harus sesuai dengan AWWA C.210 dan dilaksanakan
di pabrik. Sistem tersebut terdiri dari sebagai berikut:
a. Sistem pelapisan dengan epoxy
i. Satu lapisan liquid two part chemically cured
rust inhibitive epoxy primer
ii. Satu lapisan atau lebih liquid two part epoxy finish
coat yang tidak mengandung coal tar.
b. Sistem pelapisan dengan coal tar epoxy
i. Satu lapisan liquid two part chemically cured
rust inhibitive epoxy primer
ii. Dua lapisan dari two part coal tar epoxy finish
coat. Primer dan finish coat harus berasal dari
pabrik yang sama.
Sistem pelapisan epoxy ini dapat juga terdiri dari dua atau
lebih lapisan dengan epoxy yang sama tanpa
menggunakan primer tersendiri. Sistem altematif ini harus
memenuhi persyaratan AWWA C.210 dan lapisan pertama
dan sistem altematif ini dianggap sebagai lapisan primer.
Ketebalan lapisan kering total dari kedua sistem pelapisan
tidak boleh kurang dari 400 mikron dan lebih kecil dari 600
mikron.

2.1.1.5 Pelapisan Coating dan Lining Pada Ujung Pipa


1. Ujung Rata / Datar
Spesifikasi pelapisan/coating harus dikupas/cutback
sebesar 370 mm, Lining yang sesuai spesifikasi
diperpanjang sampai ujung pipa. Ujung pipa dan
permukaan luar, lebih dari 370 mm dari ujung pipa harus
di cat dengan epoxy atau coal tar epoxy seperti yang
dispesifikasikan pada bagian 7.3.1. Proteksi Bagian
Luar.Plat baja ringan (mild steel) dari sambungan
ikatan (bonding terminal) pada ujung datar harus
dibuat pada seperti digambarkan. Untuk proteksi
katodik yang dipasang pada perpipaan air bersih dari
baja yang ditanam dalam tanah. Ukuran dari plat
adalah panjang 50 mm, lebar 30 mm dan ketebalan 5
mm.
2. Ujung Bevel
Lining dan coating harus dikupas/cutback seperti
dispesifikasikan di bawah ini :
Tabel 1.3 Spesifikasi Lining dan Coating
Nomin Cutback Cutbac Lining
al k
Coating Mortar
(mm Tar
) Epoxy (mm)
80 – 350 100 80 3
±1
400 - 700 150 80

1
Bagian yang dikupas harus dicat dengan primer seperti
dispesifikasikan pada sub bagian sebelumnya. Detail
dari coating dan lining pada ujung bevel.

3. Ujung Flange
Untuk ujung flange tidak perlu pengupasan lining
atau coating. Seluruh permukaan dari flens harus dicat
dengan epoxy atau coal tar epoxy seperti
dispesifikasikan pada 7.3.1 Proteksi Bagian Luar, Bagian
7.3.2 Lapisan Pelindung

Luar dan Lapisan Dalam.


4. Coating dan Lining Untuk Pipa-Pipa Khusus dan Fitting
Semua bagian luar dan bagian dalam permukaan dari
pipa dan fitting khusus berikut ini harus dicat dengan
epoxy atau coal tar epoxy seperti dispesifikasikan pada
bagian 7.3.1
Proteksi Bagian Luar, Bagian 7.3.2 Lapisan Pelindung
Luar dan Lapisan Dalam (Coating dan Lining) ;
 Double Flange Short Piece digunakan untuk air
valve assembly
 Short Piece digunakan untuk valve
assembly
 Flange dan spigot digunakan untuk valve
assembly
 Blank lange

5. Lapisan Pelindung Sambungan

a. Umum
Lapisan pelindung luar pada sambungan
digunakan sebagai proteksi terhadap korosi
pada semua sambungan pipa dengan
pengelasan di lapangan dan tertanam di dalam
tanah dan harus diselubungi oleh lembaran yang
tahan panas-susut (heat shrinkable sleeve or
sheet).
Penyedia Jasa Pengadaan harus menyediakan
lapisan sambungan (coal) sesuai
dengan spesifikasi dan memasukkannya kedalam
Bill of Quantity. Bahan lapisan
sambungan kulit ini harus mencukupi untuk
menutup permukaan yang harus dilindungi dan
memasukkan tambahan (allowance) 20 %.
Penyedia Jasa Pengadaan harus menyerahkan
perincian dari volume bahan tersebut.

b. Selubung atau Lembaran Tahan Panas-Susut


(Heat Shrinkable Sleeve Or Sheet)
Selubung atau lembaran bahan tahan panas-susut
harus terdiri dari lapisan luar dan dalam. Lapisan
luar menggunakan cross linked polyethylene dan
lapisan dalam butyl rubber based adhesive.

Panjang selubung tersebut tidak boleh kurang dari


600 mm dan ketebalan lapisan minimum luar dan
lapisan dalam sebelum susut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4 Ketebalan Minimum Lapisan Luar dan


Lapisan Dalam Pipa

KetebaLa
Diameter Ketebalan n
Pipa (mm) Minimum Minimum
Lapisan Dalam dan
<= (mm)
0.6 0.6
350
0.9 0.6
400
1.2 0.6
450

Karakteristik fisik tapisan luar dan lapisan


dalam adalah sebagai berikut :
 Karakteristik Fisik Lapisan Luar
 Spesific gravity (min) : 0.91 (JIS K
112)
 Kekuatan Tarik :
- circumferential (Min, N/mm2) 17.7 (JIS K
6760)
- axial (Min., N/mm2) : 14.7 (JIS K
 Elongasi : 6760)

- circumferential 250 (JIS K


2
- axial (Min.,N/mm2) : 6760)
500 (JIS K
 Identification hardness 6760)
(Min.,Shore D) : 43 (JIS K
 Dielectric Strenght 72150)
(Min., kV/mm) : 30 (JIS K6911)

 Volume Resistivity
(Min., Ohm-cm) :1x10^14
(JISK6911)

Shrinkage*

- circumferential (Min.,N/mm2) : 40

- circumferential (Min.,N/mm2) : 8

Catatan : (.,) menunjukkan standard dari


metoda pengetesan yang diterapkan
Pada 200 derajad celcius untuk 20
menit.

Kriteria Fisik Lapisan Dalam


• Spesific Grafity (Min) : 1.0 (JIS K
7112)
• Consistency (Max) : 80 (JIS K 2220)
• Softening Point (Min degrees C) : 60 (JIS K
2207)
• Penetration (Max) : 90 (JIS K 2207)

Catatan : (.,) memperlihatkan standard dari metoda


pengetesan yang diterapkan.
Penyedia barang harus menyediakan 6 (enam) set
perlengkapan heat-shrink flame. Setiap set
perlengkapan ini terdiri dari pembakar dengan
nozzle, bak sebelum pembakaran dan stop valve,
three-layer heavy duty hose, pengatur
tekanan gas dengan pengukur tekanan dan
lain sebagainya. Tiga (3) set tambahan dari
pembakar dan pengatur tekanan gas harus juga
disediakan.
6. Pengecatan Tanda (Marking)
Semua pipa baja/steel dan fitting harus diberi tanda
(marking) dengan jelas pada bagian tengahnya. Bahan
cat tersebut harus dari long oil alkyd resin seperti
berikut ini atau dari mutu yang setara.
P.T. Dimet Indonesia VYGARD 260
ICI ICI SUPER
P.T. ICI Paint Indonesia STRUCTURE
FINISH NIPPON PAINT BODELAC 9000
P.T. Nippon Paint Indonesia ALKYD RESIN
7. Perlindungan Korosi Petrolatum (Petrolatum Corrosion
Protection Tope)
Perlindungan Korosi petrolatum harus dari Denso
tape untuk perlindungan korosi dan harus terbuat dari
kain tidak beranyam dari fiber sintetis yang
menyerap dengan kandungan petrolatum, anorgenik
tak aktif dan pengisi organik, serta pengawet organik.
Bahan ini harus didesain untuk perlindungan korosi
tinggi dan tahan lama dengan mengikat adhesif,
insulasi elektris, insulasi air, tahan cuaca, tahan
kimia, anti mikroorganisme dan lain - lain. Setelah
petrolatum pelindung korosi
digunakan,permukaannya harus dilindungi dengan
pita pembungkus kecuali ditentukan lain. Pita
pembungkus harus berupa PVC adhesif atau material
lain yang disetujui oleh Pengguna Barang. Pita
pembungkus harus dari pabrik yang sama dengan
pelindung korosi petrolatum.

8. Sambungan Fleksible dan Kopling


a. Umum
Semua sambungan fleksibel dan kopling didesain
untuk tekanan kerja maksimum sebesar 0.98

Mpa (10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain.

b. Referensi
Yang dipakai sebagai referensi adalah standar-
standar berikut:

 AWWA C 219 Bolted, Sleeve-Type Coupling


for Plain-End Pipe
 JIS G 3101 Rolled Steel Pipes for Water
Service
 JIS G 3443 Coating Steel Pipes for Water
Service

. JIS G 3445 Carbon Steel Tubes for


Machine Structure Purpose
 JIS G 3454 Carbon Steel Pipes for Pressure Service
 JIS G 5502 Spheroidal Graphite Iron Castings
 JIS G 5402 Blackheart Malleable Iron Castings
 JIS K 6353 Rubber Goods for Water Works Service

2.1.1.6 Sambungan Fleksibel Mekanikal

Sambungan mekanikal fleksibel didesain untuk menerima


gaya atau kombinasi gaya-gaya yang terjadi akibat
pemuaian dan penyusutan, shear deflection, distorsi dan
gaya-gaya lain pada jalur pipa.
Sambungan mekanikal fleksibel harus setara dengan
Closer Joint, Type CL-A yang diproduksi oleh Victaulic
Company Japan Ltd, atau yang setara dan disetujui.
1. Persyaratan Desain
Sambungan mekanikal fleksibel harus didesain dan
dibuat untuk memenuhi kondisi operasi sebagai berikut:
a. Pembebanan dari 2 (dua) meter ketebalan tanah

(earth cover) dengan berat jenis 2.0 ton/m3


ditambah sebuah truk berat 20 ton.
b. Lendutan geser minimum sebesar 100 mm.
c. Persyaratan-persyaratan lain seperti di bawah ini:

Tabel 1.5 Persyaratan Desain Sambungan Mekanikal


Fleksibel

Diamete Panjan Minimu Minimu


r g m m
Nomin Maksimu Ekspansi Kontraksi
300 al
to 400 m
1600 ya ng
230 yan
80 g
500 a 600 1700 270 80

2. Bahan-Bahan dan Konstruksinya


Sambungan fleksibel mekanikal terdiri dari slip pipes,
pipa selubung, 2 (dua) ring karet dan housing (blok)
dan lain lain, dan mempunyai flange pada kedua
ujungnya.
Setiap slip pipe merupakan tipe ring yang menerus
dengan rangka penguat serta ujung flange. Slip
pipes dan pipa selubung harus difabrikasikan dari
lembaran atau pelat baja yang mempunyai batas

keruntuhan sebesar 216 N/mm2 (2200 kg/cm2),


sesuai dengan JIS G 3101 Class, JIS G 3454 STPG 370,
atau yang setara.
Rubber ring housing harus dibuat dari besi cor ductile
sesuai dengan JIS G 5502 class 2 FCD 450, JIS G 5702
class 2 FCMB 310 atau setara. Ring karet harus dari
styrene butadiene rubber (SBR). Karet bekas tidak boleh
digunakan.
3. Coating.
Semua permukaan luar sambungan mekanikal,
kecuali ditentukan lain, harus dilapisi primer seperti
ditentukan dalam 3.5 kecuali permukaan slip pipe
yang kontak langsung dengan air pengecatannya
harus dilakukan sesuai dengan yang dispesifikasikan
disini. Semua permukaan luar dan dalam mechanical
flexible joint harus dilapisi sistem epoxy atau sistem
coal tar epoxy sesuai dengan spesifikasi dalam 7.3.2.3

2.1.1.7 Sleeve Coupling

1. Umum
Sleeve coupling harus menggunakan sleeve-type
coupling yang dibaut untuk ujung pipa polos dan terdiri
dari center sleeve, 2 (dua) buah gasket, 2 (dua) end
ring, dan mur baut untuk pemasangan coupling.
Semuanya harus didesain dan diproduksi sesuai dengan
AWWA C.219 dan sesuai dengan standar pabrik serta
mendapat persetujuan Pengguna Barang.

2. Bahan-Bahan dan Konstruksinya


a. Center Sleeve
Center sleeve ini harus berukuran sesuai dengan ukuran
pipa dan fitting yang digunakan dan terbuat dari
carbon steel atau besi ductile atau malleable cast iron
(besi tuang) yang sesuai dengan atau lebih tinggi dari
persyaratan dibawah ini.

 Carbon Steel
ASTM A 283 Grade C
JISG 3101 Class 2
BS4360 Grade 43 A
DIN 17100 RST36

 Ductile Iron
ASTM A 536 Grade 65-45-12
JIS G 5502 Class 2 FCD 45
BS 2789 Grade 420/12

 Malleable Cast Iron


ASTM A 47 Grade 32510 or 35018
JI5 C 57 02 Class 3 FCMB 340
BS 6681 Grade B32-10 or W34-04
DIN 1692 GTS 35 or GTS 4t

Panjang Center Sleeve harus memenuhi persyaratan


berikut ini :

Tabel 1.6 Panjang Center Sleeve

Panjang Min.
Diameter Nominal Center
12.5 – Sl89
eev
50
102
65 –
250 127

b. Gasket
Gasket harus terbuat dari karet sintetis, styrene
butadiene rubber (SBR) yang divulkanisir dicetak
(molded) sesuai dengan standar JIS K 6353 atau
nitrile butadiene rubber (NBR) atau ethylene
propylene diene monometer (EPDM). Karet bekas
tidak diperkenankan untuk digunakan.
c.End Rings / Ring Ujung
End rings harus dibuat dari carbon steel atau
besi ductile atau besi tuang {malleable cast
iron) yang memenuhi atau lebih tinggi dari standar
berikut:

 Carbon Steel
ASTMA 576 Grade
JISG 3101 1020
Class 2
BS 6681 Grade 43
DIN 17100 A
RST36
 Ductile Iron dan Malleable Cast Iron
Sama dengan standard yang telah
dispesifikasikan pada bagian sebelumnya 7.5.2.a.
Center Sleeve.
d. Mur dan Baut
Mur dan baut harus dibuat dari carbon steel
yang memenuhi atau lebih tinggi dari persyaratan
dari JIS G B101 Class 2.
2.1.1.8 Lapisan Coating

a. Sarana di bawah tanah


Permukaan luar dan dalam sleeve coupling harus
dilapisi dengan special hot fusion bonded nylon
coating yang memiliki ketebalan lapisan kering sebesar
150 mikron. Baut dan mur harus di galvanisir dan
ditambah lapisan special nylon coating tersebut,
sehingga ketebalan kering lapisan mencapai 75 mikron.
b. Sarana di atas tanah
Semua permukaan center sleeve harus dilapisi
lapisan primer pada bagian luarnya dan sistem epoxy
atau coal tar epoxy untuk pelapisan bagian dalamnya
sesuai dengan yang ditentukan pada bagian 7.3.2.3.
Semua permukaan end rings yang terlihat / terpapar
harus dicat dengan lapisan primer seperti yang
dispesifikasikan pada bagian 7.3.7.Semua mur dan baut
harus dilapisi dengan lapisan galvanis.

2.1.1.9 Special Sleeve Couplings

1. Umum
Special sleeve coupling harus didisain untuk
penyambungan pipa berujung polos dari berbagai
ukuran diameter luar dengan ukuran diameter
nominalnya seperti diberikan dibawah ini, dan harus
terdiri dari center sleeve, 2 (dua) buah end ring, 2
(dua) gasket serta mur dan baut untuk pemasangan
coupling.

Diameter luar yang diizinkan adalah sebagai


berikut:

Tabel 1.7 Diameter Luar dan Toleransinya

Diameter Range diameter luar


Nominal (mm)
{mm dan toleransinya (°I°) Min.
} - Max

50 60.2 + 1.0 – 63.0 +


0.6
80
88.9 + 1.0 – 98.0 +
100 2,2
150 110.0 + 0.6 – 118.0 +
200 1.7
250 160.0 + 0.6 – 170.0 +
1.2

2. Konstruksi dan Bahan


Center sleeve dan end ring harus dibuat dari malleable
cast iron (besi tuang yang bisa ditempa) yang mengikuti
standar JIS G 5702 Class 3 FCMB 340 atau BS 6681
Grade B32-10 atau bahan lain yang disetujui oleh
Pengguna Barang. Mur dan baut harus dibuat dari
carbon steel yang memenuhi atau lebih tinggi dari
standar JISG 3101 Class 2.
Gasket harus terbuat dari karet sintetis, styrene
butadiene
rubber (SBR) yang di vulkanisir dicetak (molded)
sesuai dengan standar JiS K 6353 atau nitrile
butadiene rubber (NBR) atau ethylene propylene diene
monometer (EPDM). Karet bekas tidak diperkenankan
untuk digunakan.

Mur dan baut harus terbuat dari carbon steel


yang memenuhi atau lebih dari persyaratan JIS G 3101
class 2.

Permukaan luar dan dalam dari special sleeve


coupling harus dilapisi dengan special hotfusion
bonded nylon coating yang mempunyai ketebalan
kering lapisan minimum sebesar 150 mikron. Mur dan
baut harus diberi pengerjaan akhir (finish) dengan
lapisan galvanis ditambah special nylon coating
tersebut yang mempunyai ketebalan kering lapisan
minimum sebesar 70 mikron.

2.1.1.10 Flange Insulasi

Flange insulasi harus dipasang pada jalur pipa pada bagian


dari jalur pipa yang bersebelahan dan terisolasi secara
elektris, dan atau menyediakan alat untuk menjaga
agar bagian yang bersebelahan pada potensial yang
berbeda.

Flange insulasi berkaitan dengan pengetesan tekanan


hidrostatis yang dispesifikasikan untuk pipa. Ketahanan
elektris diseberang sambungan insulasi tidak boleh
kurang dari 50 megohms sebelum dan sesudah pekerjaan
pengetesan hidrostatis.

Range insulasi harus terdiri dari gasket dengan insulasi


penuh baut serta mur yang diinsulasi oleh lapisan
teflon dengan jumlah yang cukup, pembersih insulasi dan
pencuci logam.

Penyedia Jasa Pengadaan harus menyediakan pelindung


korosi petrolatum dengan kuantitas yang cukup untuk
digunakan pada semua Flange insula.

PASAL 2
PEKERJAAN BETON

3.1. Lingkup Pekerjaan

(1) Pekerjaan meliputi penyediaan dan pendaya-gunaan


semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan
mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua
pekerjaan pertukangan/keakhlian lain yang ada
hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana
diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana
diperlukan.

(2) Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton


bertulang yang tidak termasuk pada gambar-gambar
rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran
dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula
besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar
struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih
dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka
ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Direksi Teknis/Lapangan, guna mendapatkan
ukuran yang sesungguhnya.

3.2. Persyaratan Bahan


(1) Mutu Semen

a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang


sesuai dengan Acuan Normatif SNI 15-2049-1994.

b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah


disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan dan harus
dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup
atau dalam tempat lain dari pabrikan yang sudah
disetujui.

c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan,


Penyedia harus memberikan pada Direksi
Teknis/Lapangan, satu faktur untuk tiap pengiriman
semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan
jumlah semen yang dikirim, bersama dengan
sertifikat pengujian dari pabrikan yang menyatakan
bahwa semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa
dalam segala hal sesuai dengan Acuan Normatif.

d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam


tempat yang tidak tembus air serta dilindungi dari
kelembaban sampai saat pemakaian, semen yang
membatu atau menggumpal atau yang rusak
kantongnya akan ditolak.

e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang


sesuai dengan Acuan Normatif bila dianggap perlu
oleh Direksi Teknis/Lapangan. Direksi
Teknis/Lapangan berhak untuk menolak semen yang
tidak memuaskan, sekalipun sudah terdapat
sertifikasi dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan
dari lapangan atas biaya Penyedia. Penyedia harus
menyediakan semua contoh pengujian dan
memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh
Direksi Teknis/Lapangan untuk melakukan pengujian.

g. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat


persediaan semen dalam jumlah yang cukup di
lapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu
dan memberikan waktu yang cukup untuk
pelaksanaan pengujian.

(2) Penyimpanan Semen

a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan


gudang-gudang di tempat yang sesuai untuk
menyimpan dan menangani semen, gudang-gudang
tersebut harus benar-benar kering, berventilasi baik,
tidak tembus air dan berkapasitas cukup.

b. Ketika diangkut ke lapangan dengan lori/gerobak,


semen harus ditutup dengan terpal atau bahan
penutup lain yang tidak tembus air, semen harus
sesegera mungkin digunakan setelah dikirim dan
setiap semen yang menurut pendapat Direksi
Teknis/Lapangan sudah rusak atau tidak sesuai lagi
akibat penyerapan air dari udara atau dari manapun,
harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan atas
biaya Penyedia.

c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan


dalam gudang terpisah, semen-semen harus
disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga
yang dikirim dahulu dapat dipakai lebih dahulu.

(3) Pasir (agregat halus) dan batu pecah (agregat kasar)

a. Mutu agregat halus : butir-butir tajam, keras, bersih,


dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
organis.

b. Ukuran agregat halus : Sisa diatas ayakan 4 mm


harus minimum 2% berat; sisa diatas ayakan 2 mm
harus minimum 10% berat; sisa ayakan 0,25 mm
harus berkisar antara 80% dan 90% berat.

c. Mutu agregat kasar : butir-butir keras, bersih dan


tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih
maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat
aktif alkali.

d. Ukuran agregat kasar : sisa diatas ayakan 31,5 mm,


harus 0% berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus
berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara
sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum
10% berat.

e. Penyimpanan : pasir dan kerikil atau batu pecah


harus disimpan sedemikian rupa sehingga
terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.

f. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi


Teknis/Lapangan sudah terpilih, Penyedia harus
mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap
bahan berasal dari satu sumber yang disetujui
untuk menjaga agar mutu gradasi dapat
dipertahankan pada seluruh pekerjaan.

g. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi


kemurnian atas gradasi bahan harus dilakukan
sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 m3
yang dipasok.

h. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang


mencukupi, baik di sumber pemasokan atau
dilapangan untuk agregat halus dan kasar yang
mutu serta gradasinya sudah disetujui guna
menjaga kesinambungan kerja.

(4) Mutu Air


Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan
organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk
mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan
dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium
yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.

(5) Mutu/Kekuatan Beton


Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan
penggunaan beton adalah sebagai berikut :

Tabel Kelas Beton

Kuat Tekan
Penggunaan
Kg/cm2 MPa

- Lantai kerja, beton pengisi 125 10,4

- Pondasi telapak, pondasi pelat, jembatan, 225 18,75


jembatan pipa, reservoir bawah, instalasi dan intake

- Reservoir menara air 300 25

- Thrust block dan lain-lain struktur ringan yang 175 14,6


tidak perlu kedap air

3.3. Manajemen pelaksanaan pengadukan dan pengecoran


beton
(1) Penyedian barang/jasa wajib mengajukan permohonan
(request) pelaksanaan pengecoran setelah ketersedian
material, peralatan, tenaga kerja, pemasangan bekisting
dan pembesian sudah selesai dilaksanakan.
(2) Dalam pengajuan permohonan tersebut Penyedia wajib
menyertakan shop drawing dan rencana kerja lengkap
meliputi metode dan jadwal pelaksanaan, penanggung
jawab kegiatan dan sub-sub kegiatan serta rencana
penggunaan peralatan dan tenaga kerja.
(3) Direksi Teknis/Lapangan melaksanakan inspeksi atas
kesiapan pelaksanaan pengecoran tersebut untuk
kemudian menyetujui atau tidak menyetujui rencana
pelaksanaan pengecoran.
(4) Seluruh pelaksanaan kegiatan pengecoran harus dipimpin
oleh seorang penanggung jawab pelaksanaan yang
mempunyai keahlian dan pengalaman yang cukup dalam
pelaksanaan pengecoran.
(5) Setiap sub-sub kegiatan yang terdiri dari pekerjaan
pengadukan, pengecoran dan pemadatan harus dipimpin
oleh seorang kepala tukang yang akan mengarahkan
pekerja dalam pelaksanaan pengecoran.
(6) Semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh
tenaga-tenaga pekerja yang terlatih, yang jumlahnya
harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran
yang dilakukan.
(7) Selama pelaksanaan pengecoran penyedia harus
menunjuk seorang pengawas yang khsusus mengawasi
kondisi bekisting dan pembesian agar selama pelaksanaan
pengecoran tidak mengalami perubahan sesuai gambar
rencana pembetonan.
(8) Penyedia wajib menyediakan peralatan cadangan seperti
beton moln, pompa dan vibrator agar apabila terjadi
kerusakan peralatan tidak mengganggu pelaksanaan
pengecoran.
(9) Penyedia harus mengatur setting-time pelaksanaan
pengecoran sedemikian sehingga adukan beton tidak
melewati batas waktu yang disyaratkan sebelum
pengecoran
3.4. Adukan

(1) Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix
design masing-masing untuk umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari
yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau
lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Hasil uji yang
disetujui tersebut sudah harus diserahkan selambat-
lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan dimulai.

(2) Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi


Teknis/Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya. Semua
pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta
pembiayaanya adalah sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Penyedia. Trial mix dan design mix harus diadakan
lagi bila agregat yang dipakai diambil dari -sumber yang
berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton
yang lain.

(3) Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin


dengan tempat pengecor, pengadukan harus
menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang
kontinyu serta mempunyai kapasitas minimal 1 m3.
Jenisnya harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan dan
dijalankan dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan
oleh pabrikan.

(4) Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali


jika sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk
mutu beton tertentu.

(5) Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar


merata ke seluruh massa, tiap partikel terbungkus mortar
dan mampu menghasilkan beton padat yang homogen
tanpa adanya air yang berlebihan.

3.5. Tebal Minimum Penutup Beton

(1) Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai
dengan persyaratan PBI 1971.

(2) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketebalan


penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu
paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.

(3) Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak


dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang
yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap
meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak
tersebut harus tersebar merata.

3.6. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Lapangan


Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan
beton yang seragam yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat
lain sebagaimana ditetapkan. Untuk ini Penyedia harus
menyediakan dengan biaya sendiri serta menggunakan alat
penimbang yang akurat, sistem volumetrik yang akurat untuk
mengukur air, peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan
mengecor beton serta peralatan dan fasilitas lain yang
diperlukan untuk pengujian sebagaimana yang diuraikan di sini
atau menurut petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.

3.7. Penolakan Beton

(1) Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus


uji gagal mencapai standar yang ditetapkan, maka Direksi
Teknis/Lapangan berwenang untuk menolak seluruh
pekerjaan beton dimana kubus-kubus tersebut diambil.
(2) Direksi Teknis/Lapangan juga berwenang untuk menolak
beton yang berongga, porous atau yang permukaan
akhirnya tidak baik. Dalam hal Penyedia harus
menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan
menggantinya menurut instruksi dari Direksi
Teknis/Lapangan sehingga hasilnya menurut penilaian
Direksi Teknis/Lapangan sudah memuaskan.

(3) Pembayaran pekerjaan beton dilakukan setelah hasil


pengujian 14 hari diketahui.

3.8. Pengukuran Bahan-Bahan Beton

(1) Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya


menurut berat, kecuali air yang boleh diukur menurut
volume. Agregat halus dan kasar harus diukur menurut
volume terpisah dengan alat penimbang yang disetujui,
yang memenuhi ketepatan ± 1 %. Pengukuran volume
dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.

(2) Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan


dan mengukur air yang ditambahkan serta metoda
penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan sebelum beton di cor.

3.9. Pengangkutan
(1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya
diangkut ke tempat pengecoran dengan cara sepraktis
mungkin yang metodenya harus mendapat persetujuan
Direksi Teknis/Lapangan terlebih dahulu. Metode yang
dipakai harus menjaga jangan sampai terjadi pemisahan
bahan-bahan campuran beton ( segregation ), kehilangan
unsur-unsur betonnya dan harus dapat menjaga tidak
timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya
temperatur ataupun berubahnya kadar air pada adukan.
Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada
formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan
tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut.
(2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton
harus terbuat dari bahan dengan permukaan halus dan
kedap air.
(3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan
kondisi benar-benar merata (homogen). Slump test yang
dilakukan untuk sample yang diambil pada saat adukan
dituangkan kebekisting harus tidak melewati batas-batas
toleransi yang ditentukan.
3.10. Pengecoran
(1) Sebelum adukan dituangkan pada bekisting, kondisi
permukaan dalam dari bekisting harus benar-benar bersih
dari segala macam kotoran. Semua bekas-bekas beton
yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam
bekisting harus dibersihkan.
(2) Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton
akan dicor harus segera di hilangkan. Aliran air yang dapat
mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah dengan
mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain
yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan, untuk
mencegah jangan sampai beton yang baru dicor menjadi
terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
(3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting
tempat beton dicor, kondisi pemukaan beton yang
berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga
keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat
mungkin dengan acuan atau tempat pengecoran untuk
mencegah terjadinya segregasi yang disebabkan
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah
keseluruhan acuan.
(5) Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara
ketat mengenai kualitas adukan beton, kondisi bekisting
dan posisi tulangan.
(6) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu
bagian dari pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa
dihadiri Direksi Teknis/Lapangan.
(7) Penyedia harus mengatur kecepatan kerja dalam
menyalurkan adukan beton agar didapat suatu rangkaian
kecepatan baik mengangkut, meratakan dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan
menerus agar beton selalu dalam keadaan plastis dan
dapat mengisi dengan mudah kedalam sela-sela diantara
tulangan.
(8) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam
waktu 1 (satu) jam setelah pengadukan dengan air
dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang
sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus
menerus secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu
yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu
yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan. Beton harus dicor
sedekat-dekatnya ketujuannya yang terakhir untuk
mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan
adukan didalam cetakan.
(9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian
atau ke bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan
dalam papan terlepasnya koral dari adukan beton karena
berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi
bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga
tidak boleh dicor dalam bekisting sehingga mengakibatkan
penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas
beton yang dicor. hal ini, harus disiapkan corong atau
saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton
dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain.
Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak
boleh melampaui 1,5 meter di bawah ujung corong.
(10) Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau
beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh
dipergunakan dalam pengecoran.
(11) Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan
beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum
dicorkan sama sekali tidak diperkenankan,
(12) Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus
tanpa berhenti hingga selesainya pengecoran suatu panel
atau penampang yang dibentuk oleh batas-batas
elemennya atau batas penghentian pengecoran yang
ditentukan untuk siar pelaksanaan.
(13) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran,
atau dalam hal pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat
dilaksanakan dengan menerus, Penyedia harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicor sampai batas
tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat
beton masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran
ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar
berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada
kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya
dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi
penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari
satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras
yang di tentukan oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan.
(14) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap
rusak atau terganggu akibat sinar matahari ataupun
hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang
sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas
waktu yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan terhitung
mulai pengecorannya.
(15) Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran
beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses
pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan
terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi baik dalam
keadaan cuaca yang panas sekali atau dalam keadaan
hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-
hal ini harus mendapat persetujuan Direksi
Teknis/Lapangan.
(16) Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh
diganggu dengan cara apapun sekurang-kurangnya 48
jam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis
dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua beton harus dicorkan
pada siang hari, pengocoran bagian manapun tidak boleh
dimulai jika dapat diselesaikan pada siang hari kecuali jika
sudah diperoleh ijin dari Direksi Teknis/Lapangan untuk
pengerjaan malam hari, ijin demikian tidak akan diberikan
jika Penyedia tidak menyediakan sistem penerimaan yang
memadai, yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(17) Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai
tanggal, waktu dan kondisi pengecoran beton pada tiap
bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk
diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan.
3.11. Pemadatan Beton

(1) Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna


dengan memakai vibrator mekanis yang sesuai dan
dioperasikan oleh tenaga berpengalaman dan terlatih agar
dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan, alat
konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam
beton dan daerah sudut acuan.

(2) Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas


dari rongga dan segregasi serta memperlihatkan
permukaan yang merata ketika bekisting dibuka dan
mempunyai kepadatan yang memenuhisyarat.

(3) Harus diperhatikan agar semua bagian beton terkena


vibrasi tanpa timbul segregasi akibat vibrasi yang
berlebihan.

(4) Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan


sekurang-kurangnya 5 detik dan maksimal 15 detik.

(5) Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau


bagian beton yang sudah mengeras dan tidak bole
dipasang lebih dekat 100 mm dari cetakan atau dari beton
yang sudah mengeras serta diusahakan agar tulangan
tidak terkena oleh batang penggetar.

(6) Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari


panjang batang penggetar dan tidak bole lebih tebal dari
500 mm. Untuk bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis.

(7) Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu pengecoran


harus sesuai dengan laju pengecoran. Penyedia harus juga
menyediakan sekurang-kurangnya 1 vibrator cadangan
untuk dipakai bila terjadi kerusakan.

3.12. Lantai Kerja

Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di permukaan


tanah, kecuali jika ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai
kerja minimal 5 cm dengan mutu beton Bo (K-175) di atas
tanah sebelum tulangan beton ditempatkan.

3.13. Spesi Semen


Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah
bagian agregat halus yang ditetapkan dan ditambah air bersih
sedemikian sehingga dihasilkan campuran akhir yang
konsistensi plastisnya disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Spesi harus diaduk pada satu landasan kayu atau logam dalam
jumlah kecil menurut keperluan dan setiap spesi yang sudah
mulai mengeras atau telah dicampur dalam waktu lebih dari
30 menit tidak boleh dipakai dalam pekerjaan. Spesi yang
sudah mengeras sebagian tidak boleh diolah lagi untuk
dipakai.

3.14. Perataan Permukaan Beton

Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang


dicor setempat, permukaan yang dihasilkan harus datar
dengan nilai akhir yang rata tetapi bertesktur kasar sebelum
pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus
diratakan lagi dengan sendok dimana perlu untuk menutupi
keretakan dan mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan
pada permukaan beton yang terbuka.

3.15. Siar-siar Konstruksi

(1) Semua siar kontruksi beton harus dibentuk rata horizontal


atau vertikal. Siar-siar tersebut harus berakhir pada
bekisting yang kokoh yang dipasang dengan baik, jika
perlu dibor guna melewati penulangan. Bila pengecoran
ditunda sampai pengecoran beton mulai mengeras, maka
dianggap terdapat siar konstruksi. Pengecoran beton
harus dilaksanakan menerus dari satu siar ke siar
berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam istirahat.

(2) Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut


harus disiapkan dengan penyikatan seluruhnya, tetapi jika
umurnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah terlalu keras,
permukaan tersebut harus dicetak secara ringan untuk
memperlihatkan agregat. Setelah permukaan tersebut
dibersihkan dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan
bekisting akan diperiksa dan dikencangkan. Siar-siar
konstruksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada
gambar atau spesifikasi.

3.16. Beton Massa

(1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Penyedia harus


menentukan metoda dari perbandingan adukan, cara
pengadukan, pengangkutan, pengecoran serta
pengontrolan temperatur dan cara perawatan, yang harus
diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.

(2) Setelah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta


dilindungi terhadap pengaruh langsung dari sinar
matahari, pengeringan yang mendadak dan lain-lain.

(3) Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta


pemeriksaan dalam proses perawatan beton maka
temperatur permukaan dan temperatur di dalam beton
harus diukur bilamana perlu setelah pengecoran beton
dilaksanakan.

(4) Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai


meningkat, maka perawatan beton harus sedemikian
sehingga tidak mempercepat kenaikan temperatur
tersebut. Perhatian harus dicurahkan agar temperatur
pada permukaan beton menjadi tidak terlalu rendah
dibandingkan dengan temperatur di dalam beton.

(5) Setelah temperatur didalam beton mencapai maksimum,


maka permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas
atau bahan penyekat lainnya untuk mempertahankan
panas sedemikian rupa sehingga tidak timbul perbedaan
panas mencolok antara bagian dalam dan luar beton atau
penurunan temperatur yang mendadak di bagian dalam
beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas
dibuka permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap
pengeringan yang mendadak.

(6) Campuran beton yang direncanakan untuk adukan beton


yang dibuat harus didasarkan pada kekuatan beton umur
28 hari.

(7) Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah


dibuat maka perkiraan kekuatan tekan beton dalam
struktur harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan
khusus. Untuk itu atau sesuai instruksi Direksi
Teknis/Lapangan.

(8) Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan


tekan beton guna dapat menentukan waktu yang sesuai
untuk pembongkaran cetakan beton harus sesuai dengan
persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan
Direksi Teknis/Lapangan.

3.17. Perawatan dan Perlindungan Beton

(1) Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses


pengeringan yang belum saatnya dengan cara
mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka
waktu yang diperlukan untuk proses hidrasi semen serta
pengerasan beton.

(2) Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton


selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus
selama paling sedikit dua minggu. Jika tidak ditentukan
lain, suhu beton pada awal pengecoran harus
dipertahankan tidak melebihi 32°C.
(3) Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton
harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan
acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan
maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan
beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan
beton terus menerus atau dengan menutupinya dengan
karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi Teknis/Lapangan.

(4) Penyedia harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru


selesai tidak diberi beban yang intensitasnya dapat
menimbulkan kerusakan. Setiap kerusakan yang timbul
akibat pembebanan yang terlalu dini atau pembebanan
berlebih harus diperbaiki oleh Penyedia atas biaya sendiri.

3.18. Cacat Pada Beton

(1) Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan,


Direksi Teknis/Lapangan mempunyai wewenang untuk
menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :

a. Konstruksi beton yang keropos

b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang


direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan
gambar.

c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata


seperti yang direncanakan.

d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.

(2) Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada


dasarnya harus dibongkar dan diganti dengan yang baru,
kecuali Direksi Teknis/Lapangan menyetujui untuk
diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang
ditimbulkan tersebut. Untuk itu Penyedia harus
mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan
diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut
dianggap memungkinkan.

PASAL 3
PEKERJAAN BEKISTING

4.1. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan


semua perhitungan dan gambar rencana bekistingnya untuk
mendapat persetujuan bilamana diminta Direksi Teknis/Lapangan,
sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,
walaupun Direksi Teknis/Lapangan telah menyetujui untuk
digunakannya suatu rencana bekisting dari penyedia, segala
sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penyedia.

4.2. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban


konstruksi dan getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan
penggetar. Defleksi maksimum dari Cetakan dan Acuan antara
tumpuannya harus lebih kecil dari 1/400 bentang antara tumpuan
tersebut.

4.3. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton


harus menggunakan multiplek 18 mm, papan tebal minimum 2,5
cm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dolken 8 - 12 cm atau bahan lain yang
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.

4.4. Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok kecil dan
harus yang kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak
terjadi distorsi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras.
Bekisting dari kayu harus dibuat dari kayu yang sudah diolah
dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak
terjadi kebocoran.

4.5. Tiang penyangga baik yang vertikal/miring harus dibuat sebaik


mungkin untuk memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa
menimbulkan perpindahan tempat, kerusakan dan overstress pada
beberapa bagian konstruksi. Struktur dari tiang-tiang penyangga
harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa sehingga
konstruksi bekisting benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang
berat sendiri dari beban-beban lain yang berada diatasnya selama
pelaksanaan, bila perlu Penyedia membuat perhitungan besar
lendutan dan kekuatan dari bekisting tersebut.

4.6. Untuk bekisting dinding vertikal diharuskan menggunakan alat


(plastic cone) untuk memastikan bahwa bekisting tersebut tidak
mengalami lendutan.

4.7. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian


rupa agar keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan
dengan persyaratan P.B.I. 1971 NI-2.

4.8. Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka
bekisting harus dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.

4.9. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk
pengecoran beton, akan diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan,
beton tidak boleh dicor sebelum bekisting disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Untuk menghindari kelambatan dalam
mendapatkan persetujuan, sekurang - kurangnya 24 jam
sebelumnya, penyedia harus memberitahukan Direksi
Teknis/Lapangan.

PASAL 4
BAJA TULANGAN

7.1. Kelas dan Mutu baja tulangan

(1) Sesuai dengan PBI 1971 klasifikasi dan mutu baja tulangan harus
seperti yang ditunjukan pada tabel berikut ;
Tabel Derajat-Kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di Izinkan
Tegangan Izin Permanen
Tegangan Luluh Karakteristik Tegangan Ijin Sementara
Jenis Macam
(kg/cm2) (0,58 kg/cm2) (0,83 kg/cm2)

U22 Baja lemah 2.200 1.200 1.800

U24 Baja lemah 2.400 1.400 2.000

U32 Baja sedang 3.200 1.850 2.650

U39 Baja keras 3.900 2.250 3.200

U48 Baja keras 4.800 2.750 4.000

(2) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja


tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan Penyedia
harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium resmi.

(3) Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih,


bebas dari karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit
giling serta bahan lain yang melekat. Batang-batang baja tulangan
harus disimpan ditempat yang terlindung, ditumpuk dan tidak
bolehmenyentuh tanah dan dilindungi terhadap karat atau rusak
karena cuaca.

7.2. Pengujian

(8) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan


pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji
untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap
diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan, akan ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.

(9) Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung,
harus dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84.
Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Penyedia.

7.3. Penyimpanan

Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang


beratap tahan air dan diberi alas dari muka tanah atau air yang
tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan
karat.

7.4. Penekukan

(1) Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia harus mempersiapkan daftar


tekukan (Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat
menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan dalam gambar
dan sesuai peraturan yang berlaku. Baja harus ditekuk dengan
alat yang sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.

(2) Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang
dapat menimbulkan kerusakan. Tulangan yang mempunyai
lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan gambar tidak
boleh dipakai.

(3) Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka
dikerjakan dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali
lebih besar dengan diameter batang yang ditekuk.

7.5. Kawat Pengikat


Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter
minimun 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak
tersepuh seng.

7.6. Pemasangan

(1) Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang


diperlihatkan pada gambar dan harus ditahan jaraknya dari
bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan logam
menurut kebutuhan. Pada persilangan diikat dengan kawat baja
pada pilar dinding dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm,
ujung-ujung kawat harus diarahkan kebagian tubuh utama beton.

(2) Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari


beton pada siar kontruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama
pengecoran ditunda kecuali diperoleh persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan.

(3) Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan


teliti dari beton yang sudah mengering atau mengering sebagian
yang mungkin menempel dari pengecoran sebelumnya. Sebelum
pengecoran tulangan yang sudah dipasang pada tiap pekerjaan
harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Pemberitahuan
kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk melakukan pemeriksaan
harus disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak
minimal dari permukaan suatu batang termasuk sengkang ke
permukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian
pekerjaan.

(4) Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan


dengan persyaratan P.B.I. 1971.

Toleransi Baja Tulangan

Diameter, ukuran sisi atau Variasi dalam Toleransi

jarak antara dua permukaan Berat yang Diameter

yang berlawanan diperbolehkan

< 10 mm 7% 0,4 mm

10 < d < 16 mm 5% 0,4 mm

16 – 28 mm 5% 0,5 %

29 – 32 mm 4% -

7.7. Penyambungan

(1) Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan
harus ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini tidak
memungkinkan maka potongan dapat diijinkan apabila panjang
batang yang disediakan melebihi panjang yang ditunjukkan pada
gambar-gambar.
(2) Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan
dengan cara-cara seperti ditunjukkan pada gambar-gambar
kecuali jika dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Sambungan-sambungan tidak diijinkan pada
tempat-tempat yang terdapat tegangan maksimun dan harus
ditempatkan berselang-seling sehingga tidak lebih dari 1/3 dari
batang-batang yang disambung pada satu tempat.
(3) Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati
(overlap) satu sama lain, maka batang-batang harus didukung
sehingga batang-batang itu tidak berhubungan satu sama lain jika
ruang mengijinkan. Batang-batang itu hanya diikat dengan aman
minimun pada dua tempat persambungan.
(4) Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar Rencana.

PASAL 5
PEKERJAAN RESERVOIR
6.1. Umum
Baja Profil maupun plat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah
baja dari jenis Mild Steel - 400 yang dijamin oleh sertifikat. Baja
konstruksi harus memenuhi syarat-syarat pengujian, pemilihan,
pengukuran, penimbangan pengujian tarik dan pengujian lentur
dalam keadaan dingin. Jika dipandang perlu Direksi
Teknis/Lapangan dapat memerintahkan untuk dilakukan pengujian
terhadap baja konstruksi tersebut sesuai dengan persyaratan
pengujian yang berlaku.

6.2. Pabrikasi

Pekerja-pekerja yang digunakan adalah yang terlatih pada


bidangnya melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
petunjuk Direksi Teknis/Lapangan. Direksi Teknis/Lapangan
mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan
pemeriksaaan pekerjaan dan tidak satupun pekerjaan dibongkar
atau disiapkan untuk dikirim sebelum disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Setiap pekerjaan yang dianggap tidak
memenuhi syarat karena cacat atau tidak sesuai dengan gambar
rencana, harus segera diperbaiki dengan biaya sendiri. Penyedia
harus menyediakan sendiri semua alat-alat yang diperlukan serta
perancah agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

6.3. Pola (mal) pengukuran dan sebagainya

Semua pola (mal) dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk


menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Penyedia,
semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-
pita baja yang telah disetujui. Ukuran dari pekerjaan baja yang
tertera pada gambar rencana dianggap kurang pada suhu 25˚
(normal)

6.4. Meluruskan

Plat harus diperiksa kerataannya, semua batang harus diperiksa


keseluruhannya sebelum dilakukan dan semua bagian tersebut
harus bebas dari puntiran dan kalau perlu diadakan tindakan-
tindakan perbaikan sehingga kalau plat itu tersusun akan terlihat
rapat seluruhnya.

6.5. Memotong

Kecuali diisyaratkan lain, pekerjaan baja dapat dipotong dengan


cara menggunting, menggergaji, atau dengan las pemotong.
Permukaan yang diperoleh dari pemotongan harus menyiku pada
bidang yang dipotong tepat dan rata menurut ukuran yang
diperlukan. Penyelesaian pada permukaan umumnya dilakukan
oleh mesin atau gerinda. Bila digunakan las pemotong, maka
hanya permukaan yang merata dapat digerinda seperlunya. Ujung
dari plat penguat harus dipotong dan diselesaikan agar rapat
dengan flens dari gambar ujung dan batang tekan, dan gelagar-
gelagar batang lain yang disambung dengan plat penyambung
dengan memakai paku keling atau baut harus diratakan setelah
pabrikasi agar rapat seluruhnya. Pada sambungan batang tekan
maka toleransi maksimum adalah 0.1 mm dan tidak untuk
sambungan batang tarik maksimum 0.2 mm untuk setiap titik
sambungan.

6.6. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Mesin Gerinda

Kalau plat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong,


maka pemotongan pada metal yang diperbolehkan untuk dibuang
maksimal 3 mm pada plat yang mempunyai tebal 12 mm, 6 mm
untuk plat yang mempunyai tebal 12 mm dan 6 mm untuk plat
dengan tebal 24 mm.

6.7. Memotong dengan Las Pemotong

Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan


sebuah mal serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang
dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta lurus. Untuk
menghaluskan tepi yang telah dipotong tersebut tidak
diperkenankan menggunakan las pemotong. Bila dikehendaki oleh
Direksi Teknis/Lapangan, dapat digerinda yang bergerak searah
dengan arah las pemotong tapi harus diselesaikan sehingga bebas
dari seluruh bekas kotoran tadi.

6.8. Pekerjaan Las

(1) Seluruh pelaksanaan pekerjaan pengelasan hanya


diperkenankan dengan menggunakan las listrik.

(2) Pekerjaan las yang harus dikerjakan oleh tukang las


bersertifikat harus diawasi langsung oleh Direksi
Teknis/Lapangan yang mempunyai training dan
pengalaman yang sesuai untuk pekerjaan semacam itu.
Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan dan mendapatkan persetujuan dari
contoh lain yang hendak dipakai.

(3) Detil-detil khusus yang menyangkut cara persiapan


sambungan, cara pengolahan, jenis dan ukuran elektrode,
tebalnya bagian-bagian ukuran dari las serta kekuatan
arus listrik untuk las tersebut, harus diajukan oleh
Penyedia untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan terlebih dahulu sebelum pekerjaan
dengan las listrik dapat dilakukan.

(4) Ukuran elektrode, arus dan tegangan listrik dan kecepatan


busur listrik yang digunakan pada las listrik harus yang
seperti yang disyaratkan dan tidak boleh dilakukan tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Teknis/Lapangan.

(5) Plat dan potongan yang hendak dilas harus bebas dari
kotoran besi, minyak, gemuk cat dan lainnya yang dapat
mempengaruhi mutu pengelasan. Bila terjadi retak, susut,
retak pada bahan dasar , berlubang dan kurang tetap
letaknya, harus disingkirkan.

(6) Untuk pengerjaan las harus dilaksanakan secara menerus


tidak boleh terputus

(7) Laju pengelasan harus diatur sedemikian sehingga tidak


terjadi peleburan tidak sempurna, penetrasi kampuh yang
tidak memadai dan peleburan berlebihan.

(8) Apabila diperlukan pengelasan dalam beberapa lintasan


las untuk memperoleh ukuran las yang dikehendaki terak-
terak yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
memulai lintasan yang baru.

(9) Hasil pengelasan harus dibersihkan dari kerak-kerak dan


kotoran dengan menggunakan gerinda, agar dapat terlihat
kesempurnaan hasil las.
(10) Ditambahkan ukuran dan jenis kawat las.

6.9. Mengebor

Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan semua plat potongan-potongan dan sebagainya
harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan dibor
menembus seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan baut-baut
pas pada salah satu lubang ini dibor lebih kecil dan baru kemudian
diperbesar untuk mencapai ukuran yang sebenarnya. Cara lain
adalah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan
menggunakan mal. Setelah mengebor seluruh kotoran besi harus
disingkirkan, plat-plat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu.

6.10. Menuang dan Menempa

(1) Semua tuangan harus baik dari lubang-lubang sumbatan


ataupun cacat-cacat lain. Segera setelah tuangan
dikeluarkan dari acuan maka Direksi Teknis/Lapangan
harus diberi tahu sehingga ia dapat melakukan
pemeriksaan. Hasil tuangan yang cacat tidak
diperkenankan untuk diperbaiki dan hasil tuangan tidak
boleh cacat, bebas dari lubang sumbatan dan lainnya.
Tuangan dan tempaan harus disempurnakan dengan
mesin hubungan diselesaikan dan dicocokkan dengan
menggunakan mesin perkakas yang menghasilkan
pekerjaan dengan mutu tinggi.

(2) Tuangan dan tempaan yang terletak di atas beton bila


menurut pendapat Direksi Teknis/Lapangan dalam
penyelesaian permukaan bawah yang akan berhubungan
dengan beton tidak cukup baik, maka harus diolah mesin
perkakas dan biaya-biaya untuk pekerjaan tersebut
dibebankan atas resiko Penyedia.

6.11. Penyediaan Untuk Pemasangan Akhir


(1) Penyedia harus menyediakan seluruh jumlah paku keling,
mur, baut cincin baut dan sebagainya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan sebanyak 10
% dari setiap ukuran paku keling ataupun ukuran baut
mur dan cincin baut. pada saat pengiriman, kepada Direksi
Teknis/Lapangan. Penyedia menyerahkan montase (kalau
diperlukan pihak ke 3) dua copy daftar paku keling dan
bautnya yang menyatakan jumlah, ukurang, kualitas serta
letaknya dimana akan dipakai pada pekerjaan.

(2) Ukuran paku keling yang tertera pada gambar rencana


adalah ukuran sebelum dipanaskan. Kepala paku keling
haruslah penuh, dibentuk dengan cermat, konsentris
dengan batangnya dan berhubungan langsung dengan
permukaan batang. Setiap paku keling harus cukup
panjang membentuk kepala dengan ukuran-ukuran
standard serta cukup untuk lubang.

(3) Semua baut mur, hitam atau pas harus mempunyai kepala
yang ditempa tepat konsentris dan siku dengan batangnya
dengan kepala serta mur yang hexagonal (kecuali jika
jenis kepala yang lain diisyaratkan dalam gambar). Batang
baut haruslah lurus dan baik. Bila dipakai baut pas
diameternya harus seperti diameter yang tertera dalam
gambar rencana haruslah dikelompokkan dengan cermat
sesuai dengan ukuran panjang batangnya yang tak berulir.
Diameter lubang cincin baut adalah 1.50 mm lebih besar
dari diameter baut. Baut stall haruslah baut hitam yang
1,5 mm lebih kecil dari diameter lubang dimana
digunakan. Baut baja keras. Mur dan cincin baut harus
berukuran seperti yang tertera pada gambar rencana dan
harus memenuhi Acuan Normatif.

6.12. Pengangkutan dan Penanganan


Cara pengangkutan dan penanganan pekerjaan besi harus sesuai
dengan cara yang telah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Sebelum penyerahan untuk pekerjaan, kalau dipakai pihak ketiga
dalam pekerjaan pemasangan untuk semua penyerahan dan
bertanggung jawab untuk setiap kehilangan dan sewa gudang
yang dapat terjadi disebabkan oleh kelalaian dan kegagalan untuk
menerima pekerjaan baja. Segera setelah menerima penyerahan
pekerjaan baja, pihak ketiga akan segera menyampaikan secara
tertulis kepada Direksi Teknis/Lapangan setiap kerusakan atau
cacat tanpa ditunda-tunda atau kalau tidak demikian, dia harus
memperbaiki setiap kerusakan, kehilangan serta yang terjadi di
luar dan sesudah penyerahan atas biaya sendiri.

6.13. Pemasangan

(1) Umum

Penyedia harus menyediakan seluruh perancah dan alat-


alat yang diperlukan dan mendirikannya ditempat
pekerjaan, memasang dan mengelingkan baut atau las
seluruh pekerjaan baja. Pekerjaan baja tidak boleh
dipasang sebelum cara, alat dan sebagainya yang
digunakan mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan. Semua bagian harus dikerjakan secara
hati-hati dan dipasang dengan teliti, Drift yang dipakai
mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter lubang
paku keling atau baut, dan digunakan untuk membawa
bagian pada posisinya yang tepat seperti diisyaratkan di
bawah ini. Penggunaan martil yang berlebihan yang dapat
merusak atau menganggu material tidak diperkenankan.
Setiap kesalahan pada pekerjaan bengkel yang
menyulitkan pekerjaan montase serta menyulitkan
pengepasan bagian-bagian pekerjaan dengan
menggunakan drift secara wajar harus dilaporkan kepada
Direksi Teknis/Lapangan. Permukaan dengan mesin
perkakas harus dibersihkan sebelum dipasang. Kopel dan
sambungan lapangan sebanyak 50 % sebelum dikeling
atau dibuat 2 lubang pada setiap diisi kurangnya 40 %
dari lubang diisi dengan baut. Selanjutnya sekurang-
kurangnya 10 % dari lubang pada suatu kelompok dikeling
atau dibaut dengan permanen sebelum baut montase atau
drift diangkat (disingkirkan).

(2) Drift, Paku Keling Baut Stel dan Sebagainya

Penyedia harus menyediakan untuk digunakan sendiri,


semua pararel drift untuk montase yang mungkin
diperlukan dan akan tetap menjadi miliknya bila
dipindahkan dari tempat pekerjaan atas biaya sendiri.
Setelah selesai pekerjaan semua stel, setiap paku keling
dan baut yang berlebih akan diserahkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan atau biaya Penyedia.

(3) Drift Paralel Untuk Montase

Batang tak berulir dari drift paralel yang digunakan pada


montase dibuat sesuai dengan diameter yang diperlukan,
dan panjangnya tidak kurang dari jumlah tebal minimal
yang akan dilalui oleh Drift itu ditambah satu kali drift itu.

(4) Pemasangan Paku Keling

Semua pekerjaan harus dibuat secara wajar sehingga


potongan-potongan dapat berhubungan dengan rapat
menyeluruh sebelum dimulainya pemasangan paku keling.
Drift dapat digunakan hanya untuk mendekatkan
pekerjaan pada posisinya dan tidak akan digunakan untuk
menganggu lubang-lubang. Menggunakan drift dengan
ukuran yang lebih besar dari diameter nominal lubang
tidak diperkenankan. Dianjurkan paku keling dipasang
dengan menggunakan mesin atau alat tekan dari tipe yang
telah di setujui. Setiap paku keling harus cukup panjang
untuk membentuk kepala dengan ukuran standar dan
harus bebas dari kotoran besi dengan cara
menggosokkannya pada permukaan sepotong logam. Paku
keling tetap berada dalam keadaan panas, merah
menyeluruh pada saat dimasukkan dan dikerjakan serta
mengisi seluruh lubang selama masih panas. Semua paku
keling yang longgar serta paku keling yang retak
terbentuk jelek atau dengan kepala yang cacad atau
dengan kepala yang sangat eksentris terhadap batangnya
harus dipotong dan diganti dengan paku keling yang baik,
membentuk kembali kepala paku keling tidak
diperkenankan. Kepal paku keling yang agak pipih dapat
digunakan pada tempat-tempat tertentu kalau ditentukan
oleh Direksi Teknis/Lapangan.

6.14. Penggunaan Baja Keras, Baut-baut


untuk Pemasangan Akhir

(1) Pemasangan

Setiap sambungan dibuat bersama-sama dengan baut stel


sehingga setiap bagian serta plat berhubungan rapat
dengan baut menyeluruh sebanyak 50% dari lubang harus
diisi dengan baut stel dan minimal 10% atau pada setiap
potongan dan plat minimal 2 lubang diisi dengan drift
paralel sesuai dengan yang disyaratkan pada ”Paralel Drift
untuk Montase” baut baja kerja harus dipasang dengan
cincin baut yang diperlukan, sebuah di bawah kepala baut
dan sebuah lagi di mur.

(2) Harus diperhatikan bahwa cincin baut itu terpasang


dengan cekungnya menghadap keluar.

(3) Memasukan dan mengencangkan baut baja keras dimulai


sebelum sambungan diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan atau wakilnya. Bidang di bawah kepala
baut tidak boleh menyimpang dari bidang tegak lurus
terhadap as baut lebih dari 3,5 derajat, memakai cincin
baut miring (tarped) dapat dilakukan kalau dipandang
perlu, baut menonjol melalui mur tidak kurang dari 1,5
mm tidak melebihi 4,5 mm.

(4) Baut stel yang digunakan untuk membuat permulaan awal


pekerjaan dapat seterusnya digunakan pada sambungan.

(5) Mengencangkan Baut

a. Baut baja keras dapat dikencangkan dengan tangan


atau dengan kunci yang digerakan dengan mesin.

b. Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui oleh


Direksi Teknis/Lapangan dan dapat menunjukan bila
tercapai torque yang disyaratkan telah tercapai.

(6) Galvanis

Bila ditentukan ada pekerjaan Galvanisasi maka yang


dikehendaki adalah Galvanisasi celup panas.

Disetujui Oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman

Anda mungkin juga menyukai