SPESIFIKASI TEKNIS
TAHUN 2022
DIBUAT OLEH :
PASAL 1
URAIAN UMUM
1.2. Pengendali proyek : pihak yang mewakili pemilik proyek dan memilikikuasa
penuh dalam mengendalikan proyek termaksud baik dari segi
teknis,administrasi, pengambilan keputusan atas permasalahan sebelum,
selama dan setelah proyek dinyatakan terwujudkan.
1.3. Pelaksanaan proyek dalam hal ini,Pekerjaan Struktur yang di tunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan Pembangunan Broncaptering SPAM Kelurahan
Letung - Kecamatan Jemaja (Dak Reguler) Dinas Pekerjaan
Umum,Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Kepulauan Anambas ini adalah pelaksana/pemborong proyek yang
telah mendapat pernyataan sebagai pemenang tender dari pemilik
proyek/pemberi kerja/wakil pemilik yang ditunjuk sebagai pengendali proyek,
berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK)/Surat Perintah Kerja (SPMK) dan
disebut sebagai kontraktor pelaksana. Selanjutnya melaksanakan penanda-
tanganan Kesepakatan Kerja (kontrak) sebagai kelengkapan proses perjanjian
kerja untuk pekerjaan termaksud.
1.4 Kontraktor yang telah ditunjuk adalah pihak yang telah menjalani proses
penelitian dan uji kelayakan dari berbagai aspek tinjauan sehingga berhak
dinyatakan sebagai Kontraktor Pelaksana dalam pekerjaan ini.
1.5 Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan menurut Gambar-Gambar Bestek,
RKS dan juga Semua Syarat-Syarat, Ketentuan-Ketentuan dan Cara-Cara
yang disebutkan dalam Rencana Pekerjaan ini dan Penjelasan-penjelasan
tambahan, yang dicatat atau dimuat dalam Risalah Berita Acara
Pemberian Penjelasan Pekerjaan serta Segala Petunjuk, Saran dan
Perintah Lisan dan Tertulis dari Pemimpin Proyek maupun Pengawas
Lapangan selama pekerjaan berlangsung.
1.6 Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah semua pekerjaan yang tercantum
dalam Rencana Anggaran Biaya yang dibuat berdasarkan BOQ (Bill of Quantity)
yang dibuat oleh Perencana.
1.7 Pekerjaan meliputi mendatangkan bahan, alat-alat, perkakas dan
pengerahan tenaga kerja. Disamping itu Pemborong juga harus
melaksanakan pekerjaan persiapan serta keperluan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan bisa diselenggarakan dengan
cepat, tepat waktu, tepat mutu, baik dan sempurna sesuai dengan RKS yang
ada.
1.8 Kontraktor berkewajiban untuk meneliti Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Teknik yang ada, Gambar-gambar Rencana lengkap dengan Gambar-gambar
Penjelasan dan Dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kebenaran dan
kondisi pekerjaan, meninjau tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan,
melakukan pengukuran- pengukuran dan mempertimbangkan seluruh
lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan
pelaksanaan kegiatan.
1.9 Jenis Pekerjaan terdiri atas kelompok umum dan khusus.
a. Pelaksana Pekerjaan kelompok umum adalah kontraktor bidang
konstruksibangunan umum non struktur tetapi dapat juga merupakan
Kontraktor.Utama yang telah memenangkan tender pada proyek ini.
b. Pelaksana Pekerjaan Khusus adalah kontraktor parsial bangunan yang
mengkhususkan diri pada jenis pekerjaan tertentu sebagai bidang
keahliannya dan disebut kontraktor specialist (nominated
subcontractor/NSC).
c. Sub-Kontraktor adalah kontraktor bangunan umum dan/atau khusus yang
dilibatkan oleh kontraktor pemenang tender pekerjaan ini untuk membantu
kelancaran/percepatan penyelesaian pembangunan dan bertanggung-jawab
kepada Kontraktor Utama yang melibatkannya,sedangkan hasil kerjanya
menjadi pertanggung-jawaban kontraktor utamakepada pemilik/pemberi
kerja.
d. Kontraktor Specialist dapat dipekerjakan langsung dengan tetap
berkoordinasi dengan kontraktor utama untuk kelancaran kerjanya.
e. Pembagian kelompok jenis pekerjaan adalah sbb:
1. Pekerjaan Utama dari :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Jaringan Transmisi
c. Pekerjaan Resavoir (2 Unit)
d. Pekerjaan Jaringan Distribusi
e. Pekerjaan Akhir
2. Lingkup Pekerjaan para kontraktor seperti termaksud di depan adalah:
a. Administrasi proyek yang diwajibkan.
b. Kontraktor Utama terpilih mengajuan contoh bahan material
bangunan yang digunakan dalam pembangunan kepada PPK/PPTK
diwakilkan kepada konsultan pengawas untuk kelayakan penggunaan
material.
c. Pengadaan ruang kerja di lokasi proyek.
d. Pengadaan Tenaga teknik yang bertanggung-jawab dan dapat
mewakili penanggung jawab utama penerima/penandatangan
kontrak tugas/kerja dan tenaga teknik pendukungnya yang
berpengalaman sedikitnya 0 (Nol) tahun dalam bidang yang sama.
e. Pengadaan Peralatan kerja yang siap pakai dan dinyatakan layak
pakai.
f. Pengadaan tenaga kerja dengan jumlah yang mencukupi dan
memiliki ketrampilan baik, sesuai bidangnya dan juga memiliki
sertifikasi ketrampilan khusus bagi sebagian tenaga khusus seperti
tukang lasdan operator alat berat.
g. Pengadaan Barak pekerja dan gudang logistik dinyatakan diijinkan
dilokasi proyek.(Mendapat ijin dari PPK/PPTK).
h. Koordinasi kelancaran pekerjaan dengan kontraktor lain.
i. Penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai dengan Jadwal
Pelaksanaan yang ditetapkan dengan hasil yang memuaskan.
j. Sebelum pelaksanaan item pekerjaan kontraktor utama
mengajukanIjin Pelaksanaan Pekerjaan dan mengajukan shop
drawing/gambar kerja kepada Konsultan Pengawas/wakil PPK/PPTK
kecuali bila tidak ada perubahan desain dalam pelaksanaan
ditetapkan dapat memakai gambar dengan status for construction
secara langsung.
k. Kontraktor Utama menyelesaikan gambar as built drawing bersama
dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
l. Pengadaan peralatan keselamatan kerja yang diwajibkan.
m. Pengadaan Perangkat pemadam kebakaran berupa fire extinguisher
secukupnya dan benar-benar siap pakai.
n. Pengadaan power listrik kerja dapat ikut mempergunakan outlet
power yang disediakan kontraktor utama( akan diatur tersendiri).
o. Pengadaan air kerja.
p. Pengadaan Obat-obatan & PPPK.
q. Penyediaan asuransi (diatur pada saat perjanjian kerja
ditandatangani).
r. Pengadaan Identitas diri untuk staff dan pekerja.
s. Pedoman yang dipergunakan adalah semua standarisasi untuk bahan
dan tata-cara serta acuan kerja yang disyaratkan di negara
Indonesia, sebagai contoh :
1. Persyaratan umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982)
hingga yang terbaru.
2. Peraturan beton bertulang Indonesia (PBI – 1971, NI-2).
3. Peraturan konstruksi kayu Indonesia (PPKI – 1961).
4. Portland cement Indonesia( NI-8).
5. Peraturan lainnya yang tidak disebutkan keseluruhannya di sini
tetap wajib diikuti.
6. Peraturan lain yang dijadikan acuan bidang/bahan lain yang tidak
disebutkan satu persatu karena jumlahnya yang banyak sekali
tetap merupakan acuan wajib untuk dipatuhi.
7. Pedoman lain yang harus dipatuhi untuk dilaksanakan adalah
petunjuk/perintah tertulis dari wakil pemberi kerja (Manajemen
Konstruksi inhouse/outsource).
8. Rancangan pembangunan proyek ini dituangkan dalam gambar
kerja yang diterbitkan oleh Konsultan Perencana PT/CV dalam
bentuk gambar ukuran A3 yang ditanda-tangani oleh wakil
pemberi kerja. Semua rancangan bangunan ini adalah hak cipta
milik perencana dan tidak dapat digandakan untuk kepentingan
diluar lingkup proyek ini.
9. Tata cara pelaksanaan memulai pekerjaan, pembuatan laporan
kemajuan pekerjaan, konsultasi problem lapangan dan laporan
serah-terima pekerjaan serta tata-cara progress klaim menjadi
kewenangan team wakil pemberi kerja.
10. Perihal klaim atas dasar kondisi yang merugikan akan diatur
tersendiri,yang dimaksud dengan hal ini adalah adanya kerusakan
akibat kecerobohan pekerja satu kontraktor terhadap kontraktor
(Maincont atau Subcont) lainnya atau sebab-sebab lainnya yang
memungkinkan terjadinya kerugian.
3. Hirarki
Pada proses pelaksanaan pekerjaan bidang Struktur, finishing arsitektural
dan Mekanikal Elektrikal ini diatur sesuai dengan tingkatan pembenaran
sebagai berikut:
a. Rangkuman Penjelasan Umum Pekerjaan secara lengkap (Jika ada).
b. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
c. Ketetapan yang diterbitkan PPK/PPTK.
d. Usulan yang dibahas bersama dan keputusan yang disetujui di
terbitkansecara tertulis dengan copy di sampaikan kepada PPK/PPTK.
e. Dokumen Rancangan Bangunan (Gambar kerja) gambar Detail,
gambar partial dan gambar keseluruhan.
f. Rencana Kerja dan Syarat-syarat.Penyimpangan/ketidak sesuaian
data antara gambar dan data lain wajib ditanyakan pada pengawas
pembangunan untuk diputuskan kemudian, yang mana
hasilkeputusan itu merupakan ketetapan yang harus dikerjakan.
Dalam hal ini tidak adaperubahan biaya pemasangan. Kecuali
perubahan itu dikehendaki oleh PPK/PPTK.
PASAL 2
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
2.1 Pemborong wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2.2 Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka dokumen yang mengikat / berlaku adalah RKS. Bila gambar tidak
cocok dengan gambar lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih
besar yang berlaku. Begitu pula apabila dalam RKS tidak tercantumkan,
sedang gambar ada, maka gambarlah yang mengikat.
2.3 Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan dalam
pelaksanaan menimbulkan kesalahan, Pemborong wajib menanyakan
kepada Pengawas dan Pemborong mengikuti keputusan.
2.4 Dalam penelitian tersebut dilakukan juga terhadap volume pekerjaan.
PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
PASAL 4
DAERAH KERJA, DIREKSI KEET/ BARAK KERJA,GUDANG
4.1. Pemborong wajib mempersiapkan tempat kerja dan daerah kerja agar
lahan kerja siap digunakan.
4.2. Pemborong sebelum mulai kegiatan fisik harus membuat atau menyewa
tempat untuk barak dan Direksi Keet dengan ukuran sesuai dengan BQ
dengan ketentuan :
a. Ruang kerja berukuran 3 x 4 m dengan kondisi sebagaimana Direksi Keet.
b. Gudang berukuran secukupnya dengan ketentuan :
- Konstruksi dan dinding kayu yang baik
- Lantai beton tak bertulang / Mutu Bo tebal 5 cm
- Memenuhi syarat untuk menyimpan PC dan bahan-bahan pabrikan
lainnya.
c. Barak berukuran secukupnya untuk dapat menampung tenaga
kerja yang diperlukan dan cukup sehat untuk dihuni.
4.3. Kontraktor harus menjamin Direksi Keet dan Kelengkapannya dipersiapkan
dan diadakan sedemikian rupa dapat berfungsi dengan baik
PASAL 5
JALAN KERJA
PASAL 6
PAPAN NAMA PEKERJAAN
Contoh :
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
DINAS PEKERJAAN UMUM
KEGIATAN : PEMBANGUNAN ………..
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN ………..
KONSULTAN PERENCANA : PT / CV
KONTRAKTOR PELAKSANA : PT / CV
NILAI BORONGAN : PT / CV
MASA WAKTU PELAKSANAAN : HARI KALENDER
MASA WAKTU PEMELIHARAAN : HARI KALENDER
KONSULTAN PENGAWAS : PT / CV
6.2. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan dimulai.
PASAL 7
UITZET, PROFIL DAN BOUWPLANK
PASAL 8
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
8.1. Kontraktor wajib menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi para
pekerja dan lingkungan sekitarnya dengan melakukan langkah-langkah
antisipatif.
8.2. Di Direksi Keet Pemborong harus menyediakan obat-obatan untuk
memberi pertolongan pertama/darurat bila ada pekerja yang sakit.
8.3. Penginapan /Barak untuk pekerja harus layak dan memenuhi syarat kesehatan.
PASAL 9
MENINGGALKAN TEMPAT / DAERAH KERJA
PASAL 10
GAMBAR RENCANA PELAKSANAAN DAN GAMBAR DETAIL
PASAL 11
UKURAN
11.1. Ukuran-ukuran pokok struktur yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar-
gambar pelaksanaan. Ukuran-ukuran yang belum tercantum atau
kurang jelas dapat ditanyakan pada Direksi.
11.2. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara RKS (Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat) dengan gambar rencana, maka RKS yang lebih mengikat.
11.3. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara skala gambar dengan angka ukuran
yang tercantum maka ukuran yang mengikat dengan aturan :
a. Ukuran tertulis.
b. Ukuran skala gambar.
11.4. Apabila ukuran dalam gambar pelaksanaan tidak sesuai dengan
keadaan di lapangan, Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi
untuk penentuan ukuran selanjutnya.
PASAL 12
IJIN KERJA
PASAL 13
RENCANA KERJA
PASAL 14
GAMBAR DAN GRAFIK KEMAJUAN PELAKSANAAN
PASAL 15
JAM KERJA
15.1. Kontraktor menentukan sendiri jam kerja bagi petugas dan pekerja yang
dikerahkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, dengan tetap
memperhitungkan waktu penyelesaian pekerjaan dan dengan mengingat
peraturan perburuhan yang berlaku di tiap daerah yang bersangkutan.
15.2. Dalam hal ini Kontraktor perlu mengetahui/mempelajari data pasang surut
air laut dikaitkan dengan program kerjanya.
15.3. Dalam rangka mempercepat penyelesaian pekerjaan agar dapat mencapai
target pelaksanaan fisik/tepat pada waktunya ataupun karena sifat/syarat
pelaksanaan pekerjaan tidak boleh terputus maka Pemborong dapat
melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja/lembur bila perlu sampai malam
hari.
15.4. Dalam hal Kontraktor akan bekerja diluar jam kerja/lembur maka Kontraktor
harus memberitahukan kepada Pengawas/Direksi pekerjaan secara
tertulis sekurang- kurangnya 24 jam sebelumnya.
PASAL 16
BAHAN / MATERIAL BANGUNAN UNTUK
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PASAL 18
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN
18.1. Pemborong wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk
:
a. Mencatat semua instruksi / catatan Direksi yang diberikan oleh
Direksi/Pengawas
kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut “Buku Direksi”.
b. Buku untuk mencatat tamu/ Owner /wakil owner yang datang ke lokasi
pekerjaan
selama masa pelaksanaan yang selanjutnya disebut “Buku Tamu”.
b. Kedua buku tersebut harus ditandatangani bersama-sama oleh
Pemborong dan Pengawas Lapangan. Pada serah terima pekerjaan
selesai/penyerahan pertama kalinya. Buku-buku tersebut harus diserahkan
kepada Direksi.
PASAL 19
PEKERJAAN YANG TIDAK LANCAR
19.1. Apabila pekerjaan yang tidak lancar yaitu tidak sesuai dengan rencana kerja,
terlalu lambat atau terhenti sama sekali, maka Direksi Pekerjaan akan
memberikan peringatan-peringatan/teguran-teguran secara tertulis kepada
Kontraktor.
19.2. Apabila Kontraktor ternyata dengan sengaja tidak mengindahkan
peringatan- peringatan 21.1. di atas dan telah cukup diberi peringatan
dan teguran-teguran tertulis 3 kali berturut-turut, maka Pemimpin Proyek
berhak melakukan pemutusan kontrak secara sepihak.
PASAL 20
ALAT DAN PERALATAN KERJA PEMBORONG
Referensi
Standar lain yang digunakan adalah :
Catatan :
1. Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan pecah karena rapuh
PE 80 PE 100
Waktu
Waktu
Tegangan Tegangan Kegagalan
kegagalan Min.
Mpa Mpa Min. (jam)
(jam)
4.6 165 5.5 165
4.5 219 5.4 233
4.4 283 5.3 332
4.3 394 5.2 476
4.2 533 5.1 688
4.1 727 5.0 1000
4.0 1000
2. Kuat Tarik
Nilai kuat tarik minimum harus 20 Mpa dan perpanjangan
minimum harus 400 %, bila diuji pada suhu 20°C
4. Sifat Fisik
1. Stabilitas Panas
Waktu induksi untuk pengujian contoh yang diambil dari pipa PE
minimum harus 20 menit jika diuji pada suhu 200°C. Contoh yang
diuji supaya diambil dari permukaan sebelah dalam pipa.
2. Nilai Perubahan Arah Panjang
3. Nilai perubahan arah panjang maksimum 3 %
5. Dimensi Pipa
1. Ketebalan Pipa
Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06-4829-
2005 tentang pipa polietilena untuk air minum.
2. Bahan Baku Pipa
Bahan baku yang digunakan untuk membuat pipa polietilena,
harus merupakan bahan baku yang menyatakan layak digunakan untuk
air minum yang dikeluarkan oleh pemasok bahan baku, hal
tersebut dibuktikan dengan Certificate Badan Independen BODYCOTE.
6. Sambungan
Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara pemanasan yaitu
dengan menggunakan ButtFusion dan sambungan Elektrofusion, atau
dengan Mechanical Joint.
Penyambungan dengan menggunakan ButtFusion di lakukan untuk pipa
dengan diameter mulai dari 63 mm dengan ketebalan minimum 4,7 mm
dengan SDR 13,6. Penyambungan dengan Mechanical Joint
direkomendasikan untuk pipa dengan diameter 20 - 110 mm. Sedangkan
dengan penyambungan dengan elektrofusion dapat digunakan untuk
semua ukuran pipa.
7. Pengujian Pipa
Acuan normatif untuk pengujian pipa polietilena adalah SNI 06-2552-1991
tentang metoda pengambilan contoh uji pipa PVC untuk air minum dan
SNI 06-4821-1998 tentang metode pengujian dimensi pipa polietilena
untuk air minum.
8. Penandaan Pipa
Penandaan pada batang pipa, sekurang-kurangnya
mencantumkan :
Nama pabrik pembuat atau merek dagang
Dimensi luar pipa
Tekanan kerja nominal
Jenis material yang digunakan
Seri pipa
Tanggal produksi
Referensi
Standar lain yang digunakan adalah :
SNI 07-0068-1987 Pipa Baja untuk konstruksi
umum,
mutu dan cara uji.
SNI 0039-1987 Pipa Baja Bergalvanis
SNI 07-0242-1989 Pipa Baja tanpa kambuh, mutu
dan
cara uji.
SNI 07-0822-1989 Baja Karbon strip canai panas
untuk
pipa.
SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
SNI 07-0949-1991 Pipa Baja coal-tar enamel lapis
lindung bagian luar
SNI 07-1769-1990 Penyambung pipa air
minum
bertekanan dari besi yang kelabu.
SNI 07-1969-1991 Pipa air minum bertekanan besi
tuang kelabu, penyambung.
SNI 07-2255-1991 Pipa Baja saluran air.
SNI 07-2195-1991 Permukaan pipa flens,
SNI 07-2196-1991 dimensi.
Flensa pipa, toleransi dimensi.
SNI 07-3080-1991 Pipa spigot dan socket dari besi
tuang modular untuk pipa
jaringan
bertekanan, bagian 2.
bejana tekan.
SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas
untuk pipa
SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
ASTMA283, Grade D
ASTMA570, Grade 33
JISG 3101, Class 2
JISG 3452, SGP
JIS G 3457, STPY
Fabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200
atau SNI-07-0822-1989 atau Sll 2527-90 atau JIS G 3452
dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar pengelasan harus
cukup merata pada seluruh panjang pipa dan dibuat
secara otomatis, kecuali atas persetujuan Pengguna
Barang boleh dilakukan pengelasan manual dengan
prosedur yang sesuai oleh tukang yang
berpengalaman.
Semua sambungan memanjang atau spiral dan
sambungan las keliling yang dibuat dipabrik harus
dengan pengelasan sudut (butt welded).Banyaknya
pengelasan pabrik maksimum yang zinkan adalah satu
pengelasan memanjang dan tiga pengelasan keliling
untuk setiap batang pipa. Panjang setiap batang pipa
adalah 6 (enam) meter atau kurang, kecuali ditentukan
lain.
Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-
seling pada sisi yang berlawanan untuk bagian yang
berurutan. Tidak diizinkan adanya ring, pelat ataupun
pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar maupun
pada bagian dalam pipa.
2. Dimensi Pipa
Kecuali ditentukan lain, pipa dengan ukuran
diameter nominal berikut ini harus mempunyai ukuran
diameter luar dan ketebalan dinding minimum sebelum
dilapisi pelindung dalam dan luar sebagai berikut:
3. Fitting
Semua fitting baja/steel harus dari bahan yang sama
dan difabrikasi sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan pada Bagian 3.2 dan harus didisain dengan
kekuatan yang sama dengan pipanya. Ring penguat
atau saddle penguat dapat dipasang pada bagian luar
bilamana perlu, sesuai dengan AWWA Manual M11
atau standar pembuatan yang dapat disetujui.
Ketebalan dinding minimum dan diameter luar dinding
fitting harus sesuai dengan persyaratan yang
dispesifikasikan dalam Bagian 3.2 dan standar berikut
ini:
Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil :
JIS
B 2311
Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar :
JIS B 2311 (sampai dengan 500 mm) dan JIS G
3451. atau AWWA C 208.
"Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5
derajat dan lebih kecil harus terdiri dari dua potongan
bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi lebih
besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat
harus difabrikasi dengan menggunakan tiga potongan
bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi lebih besar
dari 45 derajat harus terdiri dari empat potongan bend.
3. Ujung Flange
Untuk ujung flange tidak perlu pengupasan lining
atau coating. Seluruh permukaan dari flens harus dicat
dengan epoxy atau coal tar epoxy seperti
dispesifikasikan pada 7.3.1 Proteksi Bagian Luar, Bagian
7.3.2 Lapisan Pelindung
a. Umum
Lapisan pelindung luar pada sambungan
digunakan sebagai proteksi terhadap korosi
pada semua sambungan pipa dengan
pengelasan di lapangan dan tertanam di dalam
tanah dan harus diselubungi oleh lembaran yang
tahan panas-susut (heat shrinkable sleeve or
sheet).
Penyedia Jasa Pengadaan harus menyediakan
lapisan sambungan (coal) sesuai
dengan spesifikasi dan memasukkannya kedalam
Bill of Quantity. Bahan lapisan
sambungan kulit ini harus mencukupi untuk
menutup permukaan yang harus dilindungi dan
memasukkan tambahan (allowance) 20 %.
Penyedia Jasa Pengadaan harus menyerahkan
perincian dari volume bahan tersebut.
KetebaLa
Diameter Ketebalan n
Pipa (mm) Minimum Minimum
Lapisan Dalam dan
<= (mm)
0.6 0.6
350
0.9 0.6
400
1.2 0.6
450
Volume Resistivity
(Min., Ohm-cm) :1x10^14
(JISK6911)
Shrinkage*
- circumferential (Min.,N/mm2) : 40
- circumferential (Min.,N/mm2) : 8
b. Referensi
Yang dipakai sebagai referensi adalah standar-
standar berikut:
1. Umum
Sleeve coupling harus menggunakan sleeve-type
coupling yang dibaut untuk ujung pipa polos dan terdiri
dari center sleeve, 2 (dua) buah gasket, 2 (dua) end
ring, dan mur baut untuk pemasangan coupling.
Semuanya harus didesain dan diproduksi sesuai dengan
AWWA C.219 dan sesuai dengan standar pabrik serta
mendapat persetujuan Pengguna Barang.
Carbon Steel
ASTM A 283 Grade C
JISG 3101 Class 2
BS4360 Grade 43 A
DIN 17100 RST36
Ductile Iron
ASTM A 536 Grade 65-45-12
JIS G 5502 Class 2 FCD 45
BS 2789 Grade 420/12
Panjang Min.
Diameter Nominal Center
12.5 – Sl89
eev
50
102
65 –
250 127
b. Gasket
Gasket harus terbuat dari karet sintetis, styrene
butadiene rubber (SBR) yang divulkanisir dicetak
(molded) sesuai dengan standar JIS K 6353 atau
nitrile butadiene rubber (NBR) atau ethylene
propylene diene monometer (EPDM). Karet bekas
tidak diperkenankan untuk digunakan.
c.End Rings / Ring Ujung
End rings harus dibuat dari carbon steel atau
besi ductile atau besi tuang {malleable cast
iron) yang memenuhi atau lebih tinggi dari standar
berikut:
Carbon Steel
ASTMA 576 Grade
JISG 3101 1020
Class 2
BS 6681 Grade 43
DIN 17100 A
RST36
Ductile Iron dan Malleable Cast Iron
Sama dengan standard yang telah
dispesifikasikan pada bagian sebelumnya 7.5.2.a.
Center Sleeve.
d. Mur dan Baut
Mur dan baut harus dibuat dari carbon steel
yang memenuhi atau lebih tinggi dari persyaratan
dari JIS G B101 Class 2.
2.1.1.8 Lapisan Coating
1. Umum
Special sleeve coupling harus didisain untuk
penyambungan pipa berujung polos dari berbagai
ukuran diameter luar dengan ukuran diameter
nominalnya seperti diberikan dibawah ini, dan harus
terdiri dari center sleeve, 2 (dua) buah end ring, 2
(dua) gasket serta mur dan baut untuk pemasangan
coupling.
PASAL 2
PEKERJAAN BETON
Kuat Tekan
Penggunaan
Kg/cm2 MPa
(1) Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix
design masing-masing untuk umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari
yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau
lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Hasil uji yang
disetujui tersebut sudah harus diserahkan selambat-
lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan dimulai.
(1) Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai
dengan persyaratan PBI 1971.
3.9. Pengangkutan
(1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya
diangkut ke tempat pengecoran dengan cara sepraktis
mungkin yang metodenya harus mendapat persetujuan
Direksi Teknis/Lapangan terlebih dahulu. Metode yang
dipakai harus menjaga jangan sampai terjadi pemisahan
bahan-bahan campuran beton ( segregation ), kehilangan
unsur-unsur betonnya dan harus dapat menjaga tidak
timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya
temperatur ataupun berubahnya kadar air pada adukan.
Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada
formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan
tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut.
(2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton
harus terbuat dari bahan dengan permukaan halus dan
kedap air.
(3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan
kondisi benar-benar merata (homogen). Slump test yang
dilakukan untuk sample yang diambil pada saat adukan
dituangkan kebekisting harus tidak melewati batas-batas
toleransi yang ditentukan.
3.10. Pengecoran
(1) Sebelum adukan dituangkan pada bekisting, kondisi
permukaan dalam dari bekisting harus benar-benar bersih
dari segala macam kotoran. Semua bekas-bekas beton
yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam
bekisting harus dibersihkan.
(2) Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton
akan dicor harus segera di hilangkan. Aliran air yang dapat
mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah dengan
mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain
yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan, untuk
mencegah jangan sampai beton yang baru dicor menjadi
terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
(3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting
tempat beton dicor, kondisi pemukaan beton yang
berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga
keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat
mungkin dengan acuan atau tempat pengecoran untuk
mencegah terjadinya segregasi yang disebabkan
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah
keseluruhan acuan.
(5) Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara
ketat mengenai kualitas adukan beton, kondisi bekisting
dan posisi tulangan.
(6) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu
bagian dari pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa
dihadiri Direksi Teknis/Lapangan.
(7) Penyedia harus mengatur kecepatan kerja dalam
menyalurkan adukan beton agar didapat suatu rangkaian
kecepatan baik mengangkut, meratakan dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan
menerus agar beton selalu dalam keadaan plastis dan
dapat mengisi dengan mudah kedalam sela-sela diantara
tulangan.
(8) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam
waktu 1 (satu) jam setelah pengadukan dengan air
dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang
sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus
menerus secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu
yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu
yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan. Beton harus dicor
sedekat-dekatnya ketujuannya yang terakhir untuk
mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan
adukan didalam cetakan.
(9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian
atau ke bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan
dalam papan terlepasnya koral dari adukan beton karena
berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi
bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga
tidak boleh dicor dalam bekisting sehingga mengakibatkan
penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas
beton yang dicor. hal ini, harus disiapkan corong atau
saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton
dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain.
Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak
boleh melampaui 1,5 meter di bawah ujung corong.
(10) Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau
beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh
dipergunakan dalam pengecoran.
(11) Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan
beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum
dicorkan sama sekali tidak diperkenankan,
(12) Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus
tanpa berhenti hingga selesainya pengecoran suatu panel
atau penampang yang dibentuk oleh batas-batas
elemennya atau batas penghentian pengecoran yang
ditentukan untuk siar pelaksanaan.
(13) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran,
atau dalam hal pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat
dilaksanakan dengan menerus, Penyedia harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicor sampai batas
tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat
beton masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran
ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar
berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada
kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya
dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi
penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari
satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras
yang di tentukan oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan.
(14) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap
rusak atau terganggu akibat sinar matahari ataupun
hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang
sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas
waktu yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan terhitung
mulai pengecorannya.
(15) Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran
beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses
pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan
terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi baik dalam
keadaan cuaca yang panas sekali atau dalam keadaan
hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-
hal ini harus mendapat persetujuan Direksi
Teknis/Lapangan.
(16) Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh
diganggu dengan cara apapun sekurang-kurangnya 48
jam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis
dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua beton harus dicorkan
pada siang hari, pengocoran bagian manapun tidak boleh
dimulai jika dapat diselesaikan pada siang hari kecuali jika
sudah diperoleh ijin dari Direksi Teknis/Lapangan untuk
pengerjaan malam hari, ijin demikian tidak akan diberikan
jika Penyedia tidak menyediakan sistem penerimaan yang
memadai, yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(17) Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai
tanggal, waktu dan kondisi pengecoran beton pada tiap
bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk
diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan.
3.11. Pemadatan Beton
PASAL 3
PEKERJAAN BEKISTING
4.4. Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok kecil dan
harus yang kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak
terjadi distorsi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras.
Bekisting dari kayu harus dibuat dari kayu yang sudah diolah
dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak
terjadi kebocoran.
4.8. Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka
bekisting harus dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
4.9. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk
pengecoran beton, akan diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan,
beton tidak boleh dicor sebelum bekisting disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Untuk menghindari kelambatan dalam
mendapatkan persetujuan, sekurang - kurangnya 24 jam
sebelumnya, penyedia harus memberitahukan Direksi
Teknis/Lapangan.
PASAL 4
BAJA TULANGAN
(1) Sesuai dengan PBI 1971 klasifikasi dan mutu baja tulangan harus
seperti yang ditunjukan pada tabel berikut ;
Tabel Derajat-Kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di Izinkan
Tegangan Izin Permanen
Tegangan Luluh Karakteristik Tegangan Ijin Sementara
Jenis Macam
(kg/cm2) (0,58 kg/cm2) (0,83 kg/cm2)
7.2. Pengujian
(9) Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung,
harus dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84.
Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Penyedia.
7.3. Penyimpanan
7.4. Penekukan
(2) Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang
dapat menimbulkan kerusakan. Tulangan yang mempunyai
lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan gambar tidak
boleh dipakai.
(3) Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka
dikerjakan dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali
lebih besar dengan diameter batang yang ditekuk.
7.6. Pemasangan
< 10 mm 7% 0,4 mm
16 – 28 mm 5% 0,5 %
29 – 32 mm 4% -
7.7. Penyambungan
(1) Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan
harus ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini tidak
memungkinkan maka potongan dapat diijinkan apabila panjang
batang yang disediakan melebihi panjang yang ditunjukkan pada
gambar-gambar.
(2) Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan
dengan cara-cara seperti ditunjukkan pada gambar-gambar
kecuali jika dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Sambungan-sambungan tidak diijinkan pada
tempat-tempat yang terdapat tegangan maksimun dan harus
ditempatkan berselang-seling sehingga tidak lebih dari 1/3 dari
batang-batang yang disambung pada satu tempat.
(3) Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati
(overlap) satu sama lain, maka batang-batang harus didukung
sehingga batang-batang itu tidak berhubungan satu sama lain jika
ruang mengijinkan. Batang-batang itu hanya diikat dengan aman
minimun pada dua tempat persambungan.
(4) Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar Rencana.
PASAL 5
PEKERJAAN RESERVOIR
6.1. Umum
Baja Profil maupun plat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah
baja dari jenis Mild Steel - 400 yang dijamin oleh sertifikat. Baja
konstruksi harus memenuhi syarat-syarat pengujian, pemilihan,
pengukuran, penimbangan pengujian tarik dan pengujian lentur
dalam keadaan dingin. Jika dipandang perlu Direksi
Teknis/Lapangan dapat memerintahkan untuk dilakukan pengujian
terhadap baja konstruksi tersebut sesuai dengan persyaratan
pengujian yang berlaku.
6.2. Pabrikasi
6.4. Meluruskan
6.5. Memotong
(5) Plat dan potongan yang hendak dilas harus bebas dari
kotoran besi, minyak, gemuk cat dan lainnya yang dapat
mempengaruhi mutu pengelasan. Bila terjadi retak, susut,
retak pada bahan dasar , berlubang dan kurang tetap
letaknya, harus disingkirkan.
6.9. Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan semua plat potongan-potongan dan sebagainya
harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan dibor
menembus seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan baut-baut
pas pada salah satu lubang ini dibor lebih kecil dan baru kemudian
diperbesar untuk mencapai ukuran yang sebenarnya. Cara lain
adalah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan
menggunakan mal. Setelah mengebor seluruh kotoran besi harus
disingkirkan, plat-plat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu.
(3) Semua baut mur, hitam atau pas harus mempunyai kepala
yang ditempa tepat konsentris dan siku dengan batangnya
dengan kepala serta mur yang hexagonal (kecuali jika
jenis kepala yang lain diisyaratkan dalam gambar). Batang
baut haruslah lurus dan baik. Bila dipakai baut pas
diameternya harus seperti diameter yang tertera dalam
gambar rencana haruslah dikelompokkan dengan cermat
sesuai dengan ukuran panjang batangnya yang tak berulir.
Diameter lubang cincin baut adalah 1.50 mm lebih besar
dari diameter baut. Baut stall haruslah baut hitam yang
1,5 mm lebih kecil dari diameter lubang dimana
digunakan. Baut baja keras. Mur dan cincin baut harus
berukuran seperti yang tertera pada gambar rencana dan
harus memenuhi Acuan Normatif.
6.13. Pemasangan
(1) Umum
(1) Pemasangan
(6) Galvanis
Disetujui Oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman