Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KABUPATENACEH SELATAN

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


Jalan Cut Ali No. 91

TAPAKTUAN

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)

PROGRAM : PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


KEGIATAN : PENATAAN RTH
PEKERJAAN : PEMBUATAN TAMAN MEDIAN JALAN DUA JALUR

LOKASI : KECAMATAN TAPAKTUAN


KABUPATEN : KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN ANGGARAN : 2019
BIAYA : Rp. 1.470.795.000,-
Satu milyar empat ratus tujuh puluh juta tujuh ratus Sembilan
puluh lima ribu rupiah

KONSULTAN PERENCANA

CV. HAM CONSULTANT


BAB I .
DATA PROYEK

Pasal 1
Nama Pemberi Tugas/ Owner Kegiatan ini :

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN ACEH SELATAN

Pasal 2
Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :

PEMBIATAN TAMAN MEDIAN JALAN DUA JALUR

Pasal 3
Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :

KECAMATAN TAPAKTUAN

Pasal 4
Sumber Dana Proyek berasal dari :

OTSUS TAHUN ANGGARAN 2019


BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1
Penanggung Jawab Pelaksanaan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Pelaksana
Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek seperti yang disebutkan dalam
BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.

2. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002
Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.

3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002
Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan


proyek kepada Owner yang didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor
Pelaksana dengan posisi minimal seperti berikut :
a. Project manager
b. Site Manager
c. Supervisor Lapangan
d. Surveyor
e. Drafmen
f. Tenaga Administrasi Dan Operator Computer
g. Kepala Tukang

5. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi lapangan
proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan
minimal selama jam kerja.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses pelaksanaan


pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga ahli
Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai
menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi
pekerjaan.
Pasal 2
Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

1. Kontraktor harus membuat Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing) untuk pekerjaan-


pekerjaan yang memerlukannya.

2. Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Konsultan Perencana.

3. Shop Drawing tidak boleh merubah disain, mengurangi kuantitas, dan mengurangi
kualitas pekerjaan.

Pasal 3
Gambar Hasil Pelaksanaan ( As Built Drawing )

1. Kontraktor harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawing) yang sesuai
dengan pelaksanaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama.

2. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Konsultan Perencana.

3. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah


disetujui kepada Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, Owner, dan
Pemilik/Pengguna Bangunan.

4. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik
pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.

Pasal 4
Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan ( Operation Hand-Book )

1. Kontraktor harus membuat Buku Petunjuk Penggunaan atau system operasi


(Operation Hand-Book) sebelum masa serah terima untuk semua peralatan yang ada
dalam bangunan seperti :
a. Instalasi Listrik
b. Instalasi Air Bersih
c. Instalasi Pemadam Kebakaran

2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan pengguna bangunan


dengan memberikan penjelasan yang diperlukan.

3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada tempat yang
ditentukan oleh Owner atau pengguna bangunan.

Pasal 5
Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan dan
cacat pekerjaan.
2. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap pekerja
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki
dengan biaya sendiri.

3. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar
perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.

4. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa
ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan
bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya
dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

5. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk


memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat.

6. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 6
Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time


schedule) keseluruhan kepada Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Owner kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan


keseluruhan yang telah disetujui oleh Owner kepada Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan


mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.

5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan


mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena


kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
Pasal 7
Request Material Dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan material bangunan


(request material) sebelum material bangunan tersebut dipakai.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner.

3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap sah
dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi atau Konsultan
Perencana.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material
yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan


Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan) untuk


pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika request pekerjaan


yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh Konsultan


Supervisi.

Pasal 8
Metode Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap pekerjaan


yang akan dikerjakan.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan


yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh


Konsultan Supervisi.
Pasal 9
Rencana Material Dan Peralatan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan


yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan
Supervisi.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 10
Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja mingguan


yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan
Supervisi.

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan
oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga kerja
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 11
Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor


Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus atas
persetujuan Konsultan Supervisi.

2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk


pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang


dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

Pasal 12
Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan kepada Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi. Laporan harian,
laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus
diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Supervisi serta diketahui oleh Owner.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan akan


kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan minnguan, dan laporan
bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4
(empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan.

Pasal 13
Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan


dengan pelaksanaan pekerjaan harus melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi
kecuali ditentukan lain oleh Owner.

2. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar proyek
tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap
wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.

Pasal 14
Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap bulan,


dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal oleh
Supervisor lapangan.

3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali


ditentukan lain oleh Owner.

4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal oleh
Supervisor lapangan.

6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali


ditentukan lain oleh Owner.
Pasal 15
Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Konsultasi,
maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas
adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002
Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja
konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan


proyek kepada Owner dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan
Supervisi dengan posisi minimal seperti berikut :

Site Engineer

Inspector

Tenaga Administrasi Dan Operator Computer
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan


proyek yang telah disetujui oleh Owner kepada Kontraktor Pelaksana.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan pekerjaan
harus diketahui dan disetujui oleh Owner.

7. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga


ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut
dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.

9. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan kepada
Owner atas segala hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor
pelaksana.

10. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan supervisi adalah berdasarkan hasil diskusi
dan konsultasi dengan Owner serta Konsultan Manajemen jika ada.

Pasal 16
Instruksi Konsultan Supervisi

1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau


perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk
tulisan.
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh
Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai dengan
Spesifikasi Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah
ini :

a. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.

b. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak sesuai dengan


Spesifikasi Teknis.

c. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor Pelaksana yang


dianggap kurang mampu.

d. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk


mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.

e. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode pelaksanaan


Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi
kualitas dan memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.

Pasal 17
Perubahan-Perubahan Disain

1. Atas instruksi dan persetujuan Owner Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi
berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi
Teknis.

2. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus disampaikan


secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana untuk dilaksanakan.

3. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan


oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner secara lisan atau tidak
tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena
melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

4. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh


menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya pelaksanaan
yang ada dalam Kontrak Kerja.

5. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek


dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan Perencana dan disetujui oleh Owner.

6. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume pekerjaan dan


biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.
7. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan Supervisi tidak dibenarkan
mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus mendiskusikannya dengan
Konsultan Perencana kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
8. Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner berhak menentukan acuan mana
yang harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis,
dan bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

Pasal 18
Lain-Lain

1. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini ditentukan kemudian oleh
Konsultan Perencana dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
ketentuan yang mengikat dan wajib diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam
proyek.

2. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana tersebut tetap mengaju
pada Gambar Bestek dan Kontrak Kerja yang telah ada.
BAB III
PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1
Papan Nama Proyek

1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat tentang
identitas proyek.

2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali ditentukan
lain oleh Owner.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik
sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar
papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan
tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.

4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali untuk
logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.

5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi Pemilik
Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi.

6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

Pasal 2
Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat kantor Konsultan Supervisi (Direksi Keet) untuk
keperluan operasional pengawasan.

2. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 16 m2.

3. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.

4. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

5. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3


Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

6. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai Direksi
Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai
ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II. Dinding Direksi Keet
minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu
kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
7. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

9. Direksi harus dilengkapi minimal dengan satu papan tulis, dua buah meja kerja, dan
empat unit kursi duduk.

10. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan
Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu dengan dekat
dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 3
Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Kantor Lapangan untuk keperluan operasional


pelaksanaan pekerjaan.

2. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 16 m2.

3. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.

4. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

5. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2


Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

6. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok
lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

7. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

8. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

10. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan satu papan tulis, dua buah meja
kerja, dan empat unit kursi duduk.

11. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Kontraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan
dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
Pasal 4
Gudang Penyimpanan Material

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Gudang penyimpanan material untuk


melindungi material yang tidak segera dipakai.

2. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 40 m2.

3. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.

4. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
5. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar-benar
terlindung dari rembesan air.

6. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung
maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan
kelas II.

7. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan
multiplek tebal 6 mm.

8. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

10. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan Material tidak
boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

11. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan
kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.

Pasal 7
Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara

1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan
Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan untuk
keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.

Pasal 8
Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk semua


pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :


a. Helm Pelindung Kepala
b. Sepatu untuk melindungi kaki
c. Pemadam Kebakaran
d. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

Pasal 9
Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tempat/pos penjaga keamanan lokasi


pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.

2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya ditentukan
oleh Kontraktor Pelaksana.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di dalam lokasi
pekerjaan.
BAB IV
PEKERJAAN AWAL

Pasal 1
Pembersihan Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang
dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti hasil bongkaran bangunan lama,
pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah muka tanah
yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah humus.

3. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai
sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material
bangunan.

4. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan
humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari
lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.

Pasal 2
Pemasangan Bouwplank

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai acuan tetap


pada semua bangunan yang akan dikerjakan termasuk septictank, Ground Resevoir,
dan bak penampung limbah kimia.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari bangunan yang akan dibangun min. 1m dan
maksimal 2m.
3. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan yang
akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum struktur
bangunan yang paling rendah seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan.
4. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting Out.
5. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
BAB V
PEKERJAAN TANAH DAN TIMBUNAN

Pasal 1
Pekerjaan Tanah Urugan

1. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini sudah harus
diperhitungkan jenis tanah yang dijumpai dilapangan seperti tanah pasir, gambut,
tanah keras (batuan), tanah liat dan lain sebagainya, yaitu :
a. Timbunan kembali galian tanah pondasi.
b. Urugan tanah diluar bangunan untuk mendapatkan peil yang disyaratkan.
2. Tanah timbunan dan pasir urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar
kayu, serta sampah lainnya.
3. Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan
oleh Kontraktor.
4. Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah, peralatan, membuang hasil bongkaran
atau tanah bekas yang tidak diperlukan keluar lokasi pekerjaan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat yang timbul atas
kesalahan Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya
pekerjaan diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pengendali Kegiatan.
BAB VI
PEKERJAAN BETON

Pasal 1
Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari
5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.

6. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

7. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan
di Laboratorium Beton.

8. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 2
Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari
1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.

6. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

7. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan
di Laboratorium Beton.
8. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural atau
beton dengan mutu dibawah K-125.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 3
Batu Pecah

1. Hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser) bukan hasil pekerjaan manual
(manusia).

2. Batu pecah berasal dari batuan kali.

3. Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.

5. Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.

6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat
alkali.

7. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar maksimal 3 cm.

8. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui proses
pemeriksaan di Laboratorium beton.

9. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau beton
dengan mutu K-125 sampai mutu K-300.

Pasal 4
Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.

3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

5. Untuk pekerjaan beton dan komponen struktur yang berhubungan langsung dengan
tanah dan air dipakai Semen Portland Type II.

6. Untuk pekerjaan beton dan komponen struktur yang tidak berhubungan dengan air
dan tanah dipakai Semen Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan


gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pasal 5
Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat merusak
beton.

3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat
lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi sebelum
digunakan.
BAB VII
PEKERJAAN KAYU

Pasal 1
Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan kayu, baik kayu kasar maupun kayu halus dalam
hubungannya dengan gambar dan spesifikasi, dan pelaksanaan pekerjaan hingga
selesai sesuai dengan gambar rencana.
2. Pekerjaan ini terdiri dari :
- Pekerjaan kayu halus, terdiri dari pekerjaan pagar kayu, dan bagian yang lain
seperti pada gambar rencana.

Pasal 2
Persyaratan Bahan-bahan
1. Kualitas
Semua kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, tidak ada
getah, celah, mata kayu yang lepas atau mati, susut pinggir-pinggirnya, bekas dimakan
bubuk dan cacat-cacat lainnya. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai dengan
persyaratan NI-5, PKKI tahun1961 dan persyaratan-persyaratan lain yang berkaitan
dengan konstruksi kayu.
2. Kelembaban (Moisture Contents)
Kelembaban kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu yang didalam dan pekerjaan
kayu halus, harus kurang dari 14% dan untuk pekerjaan kayu kasar harus kurang dari
20% (diuji dengan wood moisture tester). Kelembaban tersebut ditentukan untuk kayu
yang dikirim ketempat pekerjaan dan harus konstan sampai bangunan selesai.
3. Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish), yaitu ukuran kayu setelah
selesai dikerjakan dan terpasang. Kayu kasar diketam, dibor, dikerjakan dengan mesin
menurut ukuran-ukuran dan bentuk yang tertera dalam gambar.
4. Permukaan Luar
Semua permukaan kayu halus yang akan kelihatan permukaannya bilasudah jadi
(finish), harus dikerjakan dengan baik. Semua kayu untuk pekerjaan kayu kasar harus
dihaluskan, kecuali ditentukan lain. Bagi permukaan-permukaan yang akan dipelitur
atau di melamic hanyamata kayu yang kecil (2 mm), mulus dan keras yang dapat
diterima. Pada semua pekerjaan kayu, bahan kayu diberi lapisan pengawet /
pelindung. Untuk kayu yang akan dicat dengan bahan solignum / creosot.
5. Jenis kayu
Kecuali ditentukan lain, jenis kayu yang digunakan adalah kayu kelas II

Pasal 3
Syarat Pelaksanaan
1. Semua kayu harus dikeringkan dengan proses dry kilen.
2. Persiapan, penyambungan dan pemasangan semua pekerjaan kayu halus harus
sedemikian rupa, hingga susut dibagian mana saja dan kearah manapun tidak akan
mengurangi (mempengaruhi) kekuatan dan bentuk dari pekerjaan kayu yang sudah
jadi, juga tidak menyebabkan rusaknya bahan-bahan yang bersentuhan.
3. Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan-pekerjaan seperti : mempasak,
memahat, menyetel (memasang), membuat lidah-lidah, lobang pasak, sponing dan
lain-lain pekerjaan yang diperlukan untuk penyambungan kayu dengan baik.
4. Pekerjaan kayu halus tidak boleh diangkut ke tempat pekerjaan kecuali jika sudah
terpasang. Bahan untuk pekerjaan kayu halus yang harus dibuat kalau belum selesai
ama sekali tidak boleh diangkut ke tempat pekerjaan, juga tidak boleh disetel-setel jika
bangunan belum siap untuk menerima pemasangan pekerjaan kayu tersebut.
5. Bilamana terjadi bahwa pekerjaan kayu tersebut menjadi mengkerut atau bengkok,
atau kelihatan ada cacat-cacat lainnya pada pekerjaan kayu halus dan kasar sebelum
masa pemeliharaan berakhir, maka pekerjaan yang cacat tersebut harus dibongkar dan
diganti, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang terganggu akibat pembongkaran
tersebut harus dibetulkan atas biaya Kontraktor.
6. Semua bekas pekerjaan kayu, puntung-puntung kayu dan kayu-kayu bekas dari semua
bahan bangunan harus disingkirkan sampai bersih.
BAB VIII
PEKERJAAN CAT

Pasal 1 : Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai
berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4

Pasal 2 : Persyaratan Material


1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari
kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk
dagang, spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat yang dipakai untuk tembok dan plafond adalah dari merk Super Vinilex
atau merk lain yang setara dengannya.
4. Cat yang dipakai untuk mengecat permukaan kayu adalah cat minyak dari
merk Avian atau merk lain yang setara dengannya.
5. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal
dari dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Perencana.

Pasal 3 : Pelaksanaan
1. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan permukaan
beton harus benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
2. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang
ahli.
3. Dinding dan permukaan beton harus didempul atau diplamur terlebih
dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
4. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.
5. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain
dalam Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :
a. Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat dasar, dan 2
Kali Cat warna.
b. Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat dasar, dan 2
Kali Cat warna.
c. Cat Plafond Interior : 1 Kali Dempul, dan 2 Kali Cat warna.
Cat Minyak : 1 Kali Dempul, dan 2 Kali Cat warna.
BAB IX
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Listrik Arus Kuat

Pasal 1
Umum
a. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan ini.
b. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana
bahan- bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuan pada spesifikasi ini.
c. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan
yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada RKS ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

Pasal 2
Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan, pemasangan dan pengaturan dari perlengkapan dan bahan
yang disebutkan dalam gambar atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat
ini, antara lain :
Sistim penerangan secara lengkap termasuk di dalamnya pengkawatan dan
konduit, titik nyala lampu, armature, saklar dan seluruh stop-kontak.
Kabel feeder untuk panel penerangan dan panel-panel tenaga
Panel-panel penerangan, Panel-panel tenaga, Panel Distribusi Utama
(PDTR) secara lengkap.
Pekerjaan pentanahan / grounding
b. Pengadaan, pemasangan dan mengecek ulang atas design, baik yang
telah disebutkan dalam gambar / Rencana Kerja dan Syarat-syarat
maupun yang tidak disebutkan namun secara umum / teknis diperlukan untuk
memperoleh suatu sistim yang sempurna, aman, siap pakai dan handal.
c. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan seluruh
instalasi listrik yang terpasan Menyerahkan gambar instalasi yang terpasang
(As-built drawings).
Pasal 3
Ketentuan Bahan dan Peralatan

I. Panel Tegangan Rendah


1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen
yang harus ada seperti yang ditunjukkan pada gambar. Panel-panel
yang dimaksud untuk beroperasi pada 220/380V, 3 phasa, 4 kawat,
50Hz dan solidly grounded dan harus dibuat mengikuti standard
PUIL, IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.
2. Panel-panel harus dibuat dari plat besi setebal 2 mm dengan rangka
besi dan seluruhnya harus di zinchromate dan di duco 2 kali dan harus
di cat dengan cat bakar, warna dan cat akan ditentukan kemudian oleh
pihak Owner. Pintu panel-panel harus dilengkapi dengan master key.
3. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa sehingga perbaikan-perbaikan,
penyambungan-penyambungan pada komponen dapat mudah
dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.
4. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluannya dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Spare space
harus disediakan seusai gambar.
5. Body / badan panel harus ditanahkan secara sempurna.
6. Komponen panel :
Accessories
Bus bar, terminal terminal, isolator switch dan perlengkapan lainnya
harus buatan pabrik dan berkualitas dan dipasang di dalam panel
dengan kuat dan tidak boleh ada bagian yang bergetar.
Busbar
Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3
busbar phase R-S-T, 1 busbar netral dan 1 busbar untuk
grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan dengan besar
arus yang mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan
kenaikkan suhu lebih besar dari 65° C. Untuk itu penampang
busbar harus sesuai ketentuan dalam PUIL.
Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN,
dimana lapisan warna busbar tersebut harus tahan terhadap panas
yang timbul.
Bus bar adalah batang tembaga murni dengan minimum
conduktivitas 98%, rating amper sesuai gambar.
Bus bar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL sebagai
berikut :
Phasa
: Merah, Kuning dan Hitam
Netral
: Biru
Ground
: Hijau / Kuning
Circuit breaker
Circuit breaker untuk penerangan boleh menggunakan MCB dengan
breaking capacity minimal 4.5 kA simetris atau sesuai dengan
gambar perencanaan.
Rating arus untuk circuit breaker minimal adalah 10 A. Rating
tegangan 240/415 VAC.
Circuit Breaker yang digunakan minimal 1 pole untuk 1 phasa dan 3
pole untuk 3 phasa.
Circuit breaker lainnya harus dari tipe MCCB, sesuai dengan yang
diberikan pada gambar rencana dangan breaking capacity MCCB
minimal 10 kA simetris dan breaking capacity ACB minimal 65 kA
simetris.
Circiuit breaker harus dari tipe automatic trip dengan kombinasi
thermal dan instantaneouse magnetic unit.
Main Circuit Breaker dari setiap panel emergensi harus dilengkapi
shunt trip terminal.
Main Circuit Breaker harus menggunakan type adjustable.
Alat Ukur
Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam
kotak tahan getaran. Untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran
96 x 96 mm dengan skala linier dan ketelitian 1% dan bebas pengaruh
induksi serta bersertifikat tera dari LMK/PLN ( minimum 1 buah untuk
setiap jenis alat ukur). Komponen-komponen pengukuran yang dipakai :
KW meter
Ampermeter
Voltmeter
Frequency Meter
Cos Phi Meter

II. Kabel Tegangan Rendah


1. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.
2. Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan adalah jenis NYY, NYM,
NYA, BCC. Untuk kabel feeder / power dari jenis NYY, kabel penerangan
dipergunakan kabel NYM sedangkan untuk kabel grounding dari jenis
BCC
3. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk
tegangan min. 0,6 KV dan 0,5 KV untuk kabel NYM
4. Kabel FRC (kabel tahan api) harus mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
- Fire Resistance
- Fire Retardant
- Low Smoke
- Halogen Free
- Low toxicity
- Low corrosivity
- Ambient Temperature : 20 – 60ºC
13. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm²

III. Lighting Fixtures

1. Reccessed Mounted (RM)


Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm
dengan cat powder coating warna putih.
Reflector dibuat dari alumunium mirror tebal 0.45 mm.
Louver dibuat dari sheet steel.
Daya yang dipakai adalah sesuai dengan gambar perencanaan.
Type dari ballast yang digunakan adalah electromagnetic.
Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White)
TL-D atau sesuai dengan persetujuan Pemberi Tugas.

2. Lampu TL Balk
Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.3 mm
dengan cat powder coating warna putih
Type dari ballast yang digunakan adalah electromagnetic.
Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White)
TL-D atau sesuai dengan persetujuan Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.

3. Lampu Tabung ( Down Light )


Lighting fixtures harus dilengkapi dengan reflector alluminium tebal
minimal 1.2 mm.
Braket penggantung terbuat dari plat baja tebal 0.8 mm finishing.
Type dari ballast yang digunakan adalah electromagnetic.
Lamp holder menggunakan standard E - 27.
Diameter dari kap lampu minimal 150 mm.
Lampu yang dipakai dari jenis lampu incandescent dan PLC atau
sesuai gambar. Contoh harus disetujui oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.

V. Kotak-Kontak dan Saklar


1. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata
adalah tipe pemasangan masuk / inbow (flush mounting).
2. Kotak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 13 A dan
mengikuti standard VDE, sedangkan kotak-kontak khusus tenaga
(outbow) mempunyai rating 15 A dan mengikuti standard BS (3 pin)
dengan lubang bulat.
3. Flush-box ( inbow doos ) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding dan
push button harus dipakai dari jenis bahan blakely atau metal.
4. Kotak-kontak dinding yang dipasang 300 mm dari permukaan lantai
kecuali ditentukan lain dan ruang-ruang yang basah / lembab harus
jenis water dicht (WD) sedang untuk saklar dipasang 1,500 mm dari
permukaan lantai atau sesuai gambar

VII. Konduit
Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High
Impact.
Factor pengisian konduit harus mengikuti ketentuan pada PUIL.

Pasal 4
Perlengkapan Instalasi
a. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk
melengkapi instalasi agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan, handal
dan mudah perawatan.
b. Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
c. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction box / doos, warna
kabel harus sama.
d. Juction box / doos yang digunakan harus cukup besar dan dilengkapi tutup
pengaman.

Pasal 5
Persyaratan Teknis Pemasangan

1. Panel-panel
1. Sebelum pemesanan/pembuatan panel, harus mengajukan gambar
kerja untuk mendapatkan persetujuan perencana dan Konsultan
Pengawas.
2. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuat dan harus rata ( horizontal ).
3. Letak panel seperti yang ditunjukan dalam gambar, dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat.
4. Untuk panel yang dipasang tertanam ( inbow ) kabel - kabel dari / ke
terminal panel harus dilindungi pipa PVC High Impact yang tertanam
dalam tembok secara kuat dan teratur rapi. Sedangkan untuk panel
yang dipasang menempel tembok (outbow), kabel-kabel dari / ke
terminal panel harus melalui tangga kabel.
5. Penyambungan kabel ke terminal harus menggunakan sepatu kabel (
cable lug ) yang sesuai.
6. Ketinggian panel yang dipasang pada dinding (wall-mounted) = 1,600
mm dari lantai terhadap as panel.
7. Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan
gland dari karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan
yang tajam.
8. Semua panel harus ditanahkan.

2. Kabel – Kabel
1. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark
yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah
beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan ketentuan PUIL.
3. Kabel daya yang dipasang horizontal / vertical harus dipasang pada
tangga kabel, diklem dan disusun rapi.
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali
pada T-doos untuk instalasi penerangan.
5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi
dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan
timah pateri.
7. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi
lainnya harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung
pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali penampang kabel.
8. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½
kali penampang kabel.
9. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada
suatu rak kabel.
10. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam
konduit.
11. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di
dalam kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan
konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal
kotak terminal tadi minimum 4 cm. Penyambungan kabel menggunakan
las doop.
12. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1
m disetiap ujungnya.
13. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapih dan tidak saling
menyilang.
14. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai serifikat
lulus uji dari PLN yang terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah
memenuhi persyaratan.
15. Pengujian dengan Megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai
tahanan isolasi minimum 500 kilo ohm.
Instalasi Kabel Tenaga
Letak pasti dari peralatan atau mesin-mesin di sesuaikan dengan gambar dan
kondisi setempat apabila terjadi kesukaran dalam menentukan letak tersebut
dapat meminta petunjuk Konsultan Pengawas.
Kontraktor wajib memasang kabel sampai dengan peralatan tersebut, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
Tarikan kabel yang melalui trench harus diatur dengan baik / rapi sehingga
tidak saling tindih dan membelit.
Tarikan kabel yang menuju peralatan yang tidak melalui trench
atau yang menelusuri dinding ( outbow ) harus dilindungi dengan
pipa pelindung. Agar diusahakan pipa pelindung tidak bergoyang maka harus
dilengkapi dengan klem-klem dan perlengkapan penahan lainnya, sehingga
nampak rapi.
Pada setiap sambungan ke peralatan harus menggunakan pipa fleksibel.
Pada setiap belokan pipa pelindung yang lebih besar dari 1 inchi
harus menggunakan pipa fleksibel, belokan harus dengan radius minimal 15 x
diameter kabel.
Kabel yang ada di atas harus diletakkan pada rak kabel dan warna
kabel harus disesuaikan dengan phasanya.
Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang
jelas dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan
arah beban.
Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan PUIL.
Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel (cable
ladder), diklem dan disusun rapi.
Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan.
Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu
kabel untuk terminasinya.
Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder
dengan timah pateri.
Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus
mempergunakan kabel support minimum setiap 50 cm.
Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang
lebih 1 m disetiap ujungnya.

2. Kotak – Kontak dan Saklar


1. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah tipe
pemasangan masuk dan dipasang pada ketinggian 300 mm dari level
lantai untuk kontak - kontak dan 1.500 mm untuk saklar atau sesuai
gambar detail.
2. Kotak-kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab /
basah harus dari tipe water dicht ( bila ada ).
3. Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih
dahulu dipersiapkan sparing untuk pengkabelannya disamping metal
doos tang harus terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut

3. Pentanahan (Grounding)
1. Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku
dan persyaratan yang ditunjukan dalam gambar / RKS.
2. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan
pada panel-panel menggunakan BCC dengan ukuran minimal 6 mm²
dan maximal 95 mm², penyambungan ke panel harus menggunakan
sepatu kabel (cable lug).
3. Dalamnya pentanahan minimal 12 meter dan ujung
elektroda pentanahan harus mencapai permukaan air tanah, agar
dicapai harga tahanan tanah (ground resistance) dibawah 2 (dua) ohm,
yang diukur setelah tidak hujan selama 3 (tiga) hari berturut-turut.
5. Untuk grounding arus lemah menggunakan solid grounding
sesuai dengan gambar perencanaan.
6. Pengukuran Pentanahan tanah dilaksanakan oleh Kontraktor
setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Pengukuran ini harus disaksikan Konsultan Pengawas.

Pasal 6
Pengujian
1. Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus
diadakan pengujian secara individual. Peralatan tersebut baru dapat
dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik dari
pabrik pembuat dan LMK
/ PLN serta instansi lainnya yang berwenang untuk itu. Setelah
peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara
menyeluruh dari system untuk menjamin bahwa system berfungsi
dengan baik. Semua biaya yang timbul dari pelaksanakan pengujian
menjadi tanggung jawab Kontraktor
2. Test meliputi :
Test Beban Kosong ( No LoadTest)
Test Beban Penuh ( Full Load Test )

1. No Load Test
Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan di test satu per satu seperti misal
pengujian Instalasi 0,6/1 KV (Kabel Tegangan Rendah):
Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1,000 Volt
Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1,000 Volt
Pengukuran tahanan pentanahan
Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan / hasil pengujian
pemeriksaan. Apabila hasil pengujian dinyatakan baik, maka test berikutnya
harus dilaksanakan secara keseluruhan ( Full Load Test ).

2. Full Load Test ( Test Beban Penuh )


a. Test beban penuh ini harus dilaksanakan Kontraktor sebelum penyerahan
pertama pekerjaan. Test ini meliputi
b. Test nyala lampu-lampu dengan nyala semuanya.
c. Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub
pekerjaan pompa pompa
d. Test peralatan (beban) lainnya.
Lamanya test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh,
dan semua biaya dan tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban
Kontraktor, dengan schedule / pengaturan waktu oleh Konsultan Pengawas. Hasil
test harus mendapat pengesahan dari Perencana dan Konsultan
Pengawas. Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test jam
untuk lampiran penyerahan pertama pekerjaan.
BAB X
PEKERJAAN TAMAN DAN LANSEKAP

LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan pekerjaan penanaman
vegetasi perindang dan ground cover seperti tertera dalam gambar. Pekerjaan ini
mencakup pekerjaan persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan hingga tanaman
sepenuhnya hidup.

1. Perlindungan Tanaman Sebelum Ditanam


Sebelum ditanam, bagian tanaman terutama akar dan batang harus mendapat
perlindungan, terutama pada saat penggalian, pengangkutan, pengiriman dan
penyimpanan, terhadap kelebihan cahaya matahari, angin yang kencang, kekeringan
ataupun kondisi-kondisi berlawanan lainnya. Pohon dan semak biasanya dikirim ke
lokasi dengan tunas-tunas dan cabang-cabangnya terbungkus, hal ini dilakukan untuk
memudahkan pengangkutan. Semua bibit tanaman hendaknya secepatnya
dipindahkan, untuk mencegah pengguguran daun. Penanaman bibit tanaman
secepatnya setelah pengiriman, Sebelum ditanam, sebaiknya bola akar direndam atau
ditempatkan dalam wadah sampai tidak ada gelembung udara. Pada saat penanaman
semua pembungkus akar atau wadah lainnya dibuang.

2. Pemilihan dan Penentuan Lokasi Penanaman


- Jenis pohon yang di gunakan adalah pohon glodokan tiang dengan Tinggi 1- 1,5
meter.
- Teknis Penanaman
Kontraktor bertanggung jawab terhadap persiapan area yang akan
ditanami,penentuan titik-titik penanaman pohon serta penggalian lubang tanam
dengan kedalaman yang sesuai pekerjaan tersebut harus lewat persetujuan
manajer poyek, dan manajer proyek berhak mengubah lokasi-lokasi penanaman
yang berbeda dengan rencana semula. Perubahan-perubahan ini tidak dapat
digunakan untuk pedoman ganti rugi kepada kontraktor. Kontraktor akan
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penempatan dengan biaya sendiri. Semua
perbedaan antara rencana dan kenyataan kondisi di lapangan hendaknya
diberitahukan oleh kontraktor kepada manajer proyek sehingga syarat-syarat
penambahan atau pengurangan dari jumlah kontrak dapat diperbaiki.
- Area akar dan pangkal pohon ditimbun maenggunakan tanah humus sesuai dengan
gambar rencana.
BAB XI
LAIN - LAIN

Pasal 1

a. Kontraktor diwajibkan membuat foto kemajuan pekerjaan dari 0 % sampai 100 %


yang dapat dilihat dari semua arah bangunan. Pengulangan foto harus dilakukan
pada sisi yang sama secara berurutan sehingga akan jelas terlihat sisi tersebut dari
permulan pekerjaan sampai akhir pekerjaan

b. Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini yang ternyata pekerjaan
tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka pekerjaan
tesebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor atas perintah tertulis dari Konsultan
Perencana dan Owner dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta harus
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

Tapaktuan, Maret 2019


Konsultan Perencana
CV. HAM CONSULTANT

DARMA NIRHAM, ST
Direktur

Anda mungkin juga menyukai