Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


KANTOR UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN
KELAS III ULU SIAU

PEKERJAAN
PEKERJAAN PEMBANGUNAN SISI DARAT
PELABUHAN TAGULANDANG

TAHUN ANGGARAN 2017


BAB III
SYARAT - SYARAT TEKNIS

A. PERSYARATAN UMUM

Pasal 1
PERATURAN - PERATURAN TEKNIS UNTUK PELAKSANAAN

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan ketentuan dan peraturan yang sesuai dengan bidang
pekerjaan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala perubahannya hingga kini ialah :
1. Peraturan-peraturan umum (Syarat Umum) disingkat S.U.
2. Peraturan Beton Indonesia disingkat PBI-NI-2/1971.
3. Peraturan DEPNAKER tentang. Penggunaan Tenaga, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982.
5. Peraturan Cat Indonesia - N4.
2. Pemborong harus mengikuti dan melaksanakan semua ketentuan-ketentuan dan peraturan-
peraturan yang dinyatakan didalam butir 1 pada Pasal ini, termasuk segala perubahannya hingga
kini.
3. Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat ini terdapat kelainan / penyimpangan dari peraturan-
peraturan sebagaimana dinyatakan didalam butir 1 pada Pasal ini maka rencana kerja dan syarat
yang mengikat.

Pasal 2
PENGAWASAN

Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Direksi Lapangan. Setiap saat
Direksi Lapangan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan. Pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan :
1. Pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan Direksi menjadi tanggung jawab
Pemborong. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera dibongkar sebagian atau seluruhnya.
2. Jika Pemborong perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja, atau melampaui jangka waktu
yang ditetapkan dalam kontrak yang memerlukan pengawasan pekerjaan oleh Direksi, maka
segala biaya Direksi menjadi beban Pemborong.
3. Wewenang dalam memberikan keputusan petugas Direksi adalah terbatas pada hal yang jelas
tercantum didalam gambar dan RKS dan risalah penjelasan. Penyimpangan haruslah seijin
Pemilik.

Pasal 3
ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Kontraktor harus menetapkan Organisasi Pelaksana Lapangan yang terdiri dari personalia yang
memiliki kemampuan & pengalaman bidang pelaksanaan konstruksi sesuai keahlian yang
dibutuhkan
2. Personalia Organisasi Lapangan Kontraktor, minimal terdiri dari :
a. Seorang Penanggungjawab proyek, dalam hal ini adalah Direktur Perusahaan atau Kuasanya
yang menandatangani Kontrak dengan Pemilik ;
b. Seorang Penanggungjawab Lapangan (Site Manager), pengalaman minimal 3 (tiga) tahun
sebagai Site Manager.
c. Tenaga Ahli Arsitektur, Struktur, Estimasi Biaya dan K3 (sesuai kebutuhan)
c. Tenaga Pelaksana Lapangan

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 38


3. Penanggungjawab Lapangan, Tenaga Ahli dan Pelaksana lapangan harus mendapat kuasa penuh
dari Pemborong untuk bertindak atas namanya, dan senantiasa harus ditempat pekerjaan.
4. Dengan adanya Penanggungjawab lapangan, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas dari tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pemilik dan Direksi, tentang Susunan
Organisasi Pelaksana Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
6. Bila kemudian hari, menurut pendapat Tim Pengelola Teknis dan Pengawas, pelaksana kurang
mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor secara
tertulis untuk mengganti pelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat
pemberitahuan, Kontraktor harus sudah menunjuk pelaksana baru atau Kontraktor sendiri
(penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
7. Tempat tinggal (domisili) Kontrak dan Pelaksanaan.
Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal mendesak,
Kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat dan nomor telepon
dilokasi kepada Tim Pengelola Teknis dan Pengawas.

Pasal 4
RENCANA KERJA

Pemborong harus membuat rencana pelaksanaan pekerjaan berupa Time Schedule Kurva " S "
selambat-lambatnya 1 ( satu) minggu setelah Penunjukan, disyahkan oleh pengawas dan diketahui
oleh pemberi tugas. Pemborong berkewajiban melaksanakan pekerjaan menurut rencana ini, hanya
dengan persetujuan Direksi harus menyimpang dari rencana semula, maka kerugian yang dideritanya
adalah tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 5
PEMBAGIAN HALAMAN

Sebelum Pemborong memulai pelaksanaan pekerjaan maka Pemborong harus terlebih dahulu
merundingkan dengan Direksi mengenai pembagian halaman pekerjaan, tempat penimbunan barang-
barang, tempat mendirikan los-los Direksi atau los kerja dan lain sebagainya agar pekerjaan dapat
berjalan lancar.

Pasal 6
LOS DIREKSI, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN

1. Pemborong harus membuat los Direksi secukupnya, menggunakan bahan-bahan sederhana, yang
dapat dikunci dengan baik, dan dilengkapi dengan peralatan sederhana.
2. Pemborong harus membuat ruangan-ruangan untuk menyimpan barang-barang atau alat-alat
lainnya, dan untuk kantor pelaksana.
3. Cara-cara menimbun bahan-bahan dilapangan maupun digudang harus memenuhi syarat teknis dan
dapat dipertanggung jawabkan.
4. Pemborong harus membuat papan proyek yang ukuran dan modelnya ditentukan oleh Direksi.

Pasal 7
TANGGUNG JAWAB PEMBORONG

Pemborong bertanggung jawab atas :


1. Ketelitian/kebenaran hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh pelaksana harus sesuai dengan rencana
dan syarat-syarat serta gambar- gambar pelaksanaan.
2. Pengangkutan bahan baku/personil dan lain-lainnya, yang diperlukan guna pelaksanaan pekerjaan,
serta diwajibkan menjaga atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang dilakukan
Pemborong selama pembangunan gedung maupun masa pemeliharaan.
3. Kesehatan/kesejahteraan/penginapan karyawan selama pelaksanaan pekerjaan.
RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 39
4. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
5. Keamanan/kerusakan dari equipment yang dipakai selama pelaksanaan pekerjaan.
6. Penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjaan.
7. Penjagaan keamanan lapangan pekerjaan.
8. Tidak diperkenankan :
a. Pekerja menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan ijin Direksi Lapangan.
b. Memasak ditempat bekerja kecuali ijin Direksi Lapangan.
c. Membawa masuk penjual makanan, buah, minuman, rokok dan sebagainya ketempat
pekerjaan.
d. Keluar masuk dengan bebas.

Pasal 8
SYARAT - SYARAT DAN PEMERIKSAAN MATERIAL

1. Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.


2. Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Kontraktor wajib memberitahukan.
3. Semua material yang akan digunakan harus diperiksakan dulu kepada Pengawas untuk mendapat
persetujuan.
4. Material yang telah didatangkan oleh Kontraktor dilapangan pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan, selambat-
lambatnya dalam waktu 2 (dua) kali 24 jam terhitung dari jam penolakan.
5. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilalukan oleh Kontraktor tetapi ternyata ditolak
Pengawas, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu
yang ditetapkan oleh Pengawas.
6. Apabila Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, Pengawas berhak mengirimkan
bahan tersebut kepada Balai Penelitian bahan-bahan (Laboratorium) yang terdekat untuk diteliti.
Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan Kontraktor, apapun hasil penelitian bahan
tersebut.

Pasal 9
LAPORAN - LAPORAN

Pelaksana diharuskan membuat laporan harian, mingguan dan laporan bulanan dari pelaksanaan
pekerjaan dan penyerahan laporan tersebut kepada Direksi untuk dapat dipergunakan sebagai dasar
pengamatan / pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan, secara berkesinambungan.

Pasal 10
DOKUMENTASI

Pemborong harus membuat dokumentasi pekerjaan berupa photo-photo berukuran post card pada
bagian-bagian pekerjaan yang penting sedapat mungkin diusahakan dengan photo berwarna.
1. Sebelum pekerjaan dimulai prestasi 0 % (nol porsen).
2. Saat penggalian pondasi dan pemasangan pondasi, tulangan berton dan pengecoran serta
pemasangan paving block.
3. Saat pemasangan besi dan pengecoran sloof pondasi, kolom, plat beton, ring balk dan paving
block.
4. Saat pekerjaan dalam prestasi 35 %, 55 %, 75 % dan 100 %, dan permintaan pembayaran angsuran
5. Setelah masa pemeliharaan atau pada waktu pekerjaan diserah terimakan.
6. Setelah pekerjaan berakhir, Kontraktor harus menyerahkan album photo sebanya 3 (tiga) set
kepada Pemberi Tugas, dimana 1 (satu) set untuk arsip proyek 2 (dua) set untuk arsip pemberi
tugas.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 40


7. Untuk setiap pengajuan termin Pemborong harus melampirkan foto kemajuan pekerjaan sesuai
Kontrak (diambil 1 titik bidik).

Pasal 11
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SERTA GAMBAR KERJA

1. Peraturan dan syarat-syarat teknis pelaksanaan ini bersama dengan gambar kerjanya digunakan
sebagai pedoman dasar ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
2. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada peraturan dan syarat-
syarat teknis pelaksanaan.
3. Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar dengan hal diatas, maka Pemborong menanyakan
secara tertulis kepada Perencana / Direksi.
Pemborong diwajibkan mentaati keputusan Perencana/Direksi dalam hal yang menyangkut
masalah tersebut diatas.
4. Ukuran yang berlaku adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka, yang terdapat didalam gambar
terbaru dengan skala terbesar, serta tidak diperkenankan mengukur gambar berdasar skala gambar.
5. Jika terdapat kekurangan penjelasan dalam gambar kerja atau diperlukan gambar tambahan/
gambar detail maka Pemborong harus dapat membuat gambar tersebut dan dibuat 3 (tiga) rangkap
atas biaya Pemborong, sebelum dilaksanakan harus mendapat ijin dari Direksi.

Pasal 12
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR

Pemborong diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar ;


1. Gambar kerja arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam
ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, dalam jenis dan kualitas bahan/konstruksi bangunan
adalah gambar struktur.
2. Gambar kerja arsitektur dengan gambar mekanikal, maka dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
fungsional adalah gambar arsitektur, dalam hal ukuran kualitas dan jenis bahan/konstruksi adalah
gambar mekanikal, demikian halnya dengan gambar kerja sanitair.
3. Gambar kerja arsitektur dengan gambar kerja elektrikal, maka dipakai sebagai pegangan dalam
ukuran fungsional, ialah gambar arsitektur dan dalam hal ukuran kualitas dan jenis bahan adalah
gambar elektrikal.
4. Tidak dibenarkan sama sekali bagi Pemborong memperbaiki sendiri perbedaan-perbedaan tersebut
diatas. Akibat-akibat dari kelalaian, Pemborong hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pemborong.

Pasal 13
PEKERJAAN DIWAKTU MALAM

Pemborong harus meminta ijin kepada Pengawas/Direksi Pelaksana dalam hal untuk melaksanakan
pekerjaan atau bagian pekerjaan dimalam hari.
Ijin akan diberikan kalau penerangan cukup atau memakai penerangan PLN/Generator.

Pasal 14
IJIN - IJIN

Kontraktor harus memiliki Ijin-ijin sesuai dengan bidangnya, sehubungan dengan dilaksanakannya
kontrak pekerjaan yang dilaksanakan.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 41


Pasal 15
GAMBAR PELELANGAN

1. Gambar-gambar dimaksud sebagai gambar yang akan dilaksanakan dan termasuk didalam
kontrak.
2. Untuk dimensi atau detail yang lain, kontraktor harus mengecek dan menyesuaikan dengan
gambar-gambar yang lain, baik sipil maupun arsitektur.

Pasal 16
GAMBAR PELAKSANAAN

1. Kontraktor harus membuat gambar-gambar pelaksanaan pekerjaan dilapangan (Shop drawing).


Gambar-gambar tersebut harus dibuat berdasarkan gambar-gambar pelelangan dan penjelasan
pekerjan yang diberikan.
2. Sebelum gambar-gambar pelaksanaan disetujui oleh pihak Direksi Lapangan, Kontraktor tidak
diperbolehkan memulai pekerjaan dilapangan.
3. Gambar-gambar pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat ditentukan oleh Direksi Lapangan.
Banyaknya gambar-gambar yang disampaikan kepada pihak Direksi Lapangan harus sesuai dengan
kontrak.
4. Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup kepada Direksi Lapangan untuk meneliti gambar-
gambar pelaksanaan.
5. Persetujuan terhadap gambar-gambar pelaksanaan bukan berarti pemberian garansi terhadap
dimensi-dimensi yang telah dibuat oleh Kontraktor, dan tidak melepaskan tanggung jawab
Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 17
GAMBAR SESUAI DENGAN INSTALASI

1. Sesudah pekerjaan instalasi selesai, kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar-gambar
yang sesuai dengan instalasinya.
2. Gambar-gambar tersebut harus memberikan informasi yang lengkap mengenai instalasi secara
keseluruhan untuk memudahkan pemeliharaan dan operasi dari instalasi yang telah terpasang.
3. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Direksi lapangan untuk dicek dan sesudah
mendapat persetujuan barulah gambar-gambar tersebut diserahkan kepada pemberi tugas.
4. Banyaknya gambar yang harus diserahkan adalah sebagai berikut :
a. 3 (tiga) set gambar-gambar cetakan.
b. 1 (satu) set gambar-gambar yang bisa direproduksi (reproducible copy).

Pasal 18
INSTRUKSI UNTUK SISTEM INSTALASI

1. Sesudah pekerjaan instalasi selesai dan berjalan dengan baik, kontraktor diharuskan menyediakan
tenaga yang cakap, untuk memberi pelajaran/traning kepada operator-operator yang ditunjuk oleh
pemberi tugas,guna untuk pemeliharaannya.
2. Sesudah pekerjaan instalasi selesai, kontraktor diwajibkan pula menyerahkan dokumen yang berisi
cara operasi maupun cara pemeliharaan dari sistem instalasi.
Dokumen ini harus disetujui dahulu oleh Direksi lapangan, sebelum diserahkan kepada pemberi
tugas. Banyaknya dokumen yang diserahkan adalah 3 (tiga) set.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 42


Pasal 19
PEMELIHARAAN DAN MASA PEMELIHARAAN

1. Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga yang cakap guna keperluan pemeliharaan terhadap
instalasi yang telah selesai dipasang dan termasuk didalam kontrak, selama jangka waktu
pemeliharaan, dihitung dari masa penyerahan instalasi kepada pemberi tugas.
2. Kontraktor harus bersedia datang sewaktu-waktu jika terjadi permasalahan atau kerusakan, serta
memperbaiki kerusakan tersebut dengan segera. Semua pekerjaan perbaikan tersebut harus menjadi
tanggung jawab Kontraktor kalau disebabkan kualitas pekerjaan maupun kualitas material yang
kurang baik.
3. Kontraktor harus mengadakan pengecekan berkala terhadap instalasi yang telah berjalan dan
membuat catatan-catatan yang perlu guna pemeliharaan dari sistim instalasi tersebut.

Pasal 20
PEMERIKSAAN

1. Kontraktor harus melaksanakan testing terhadap sistim yang telah selesai dipasang, baik secara
sebagian maupun secara keseluruhan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku atau yang
ditentukan oleh spesifikasi.
2. Kontraktor harus mengadakan pengecekan dimana pihak Direksi Lapangan hadir dan pihak Direksi
akan menentukan apakah testing yang dilakukan cukup baik atau harus diulang kembali Kontraktor
harus menanggung segala perongkosan yang timbul.
3. Jika sesuatu sistim instalasi yang termasuk dalam kontrak yang lain diadakan pengetesan dan hal
ini menyangkut pula pekerjaan dari salah satu kontraktor, maka wakil-wakil dari kontraktor yang
bersangkutan harus hadir dan menyaksikan jalannya pengetesan tersebut dan kalau perlu
memberikan saran-saran.
4. Kontraktor harus memberikan hasil-hasil testing kepada Direksi Lapangan. Hasil-hasil test akan
dipakai untuk menentukan apakah sistim instalasi yang telah dipasang berfungsi sebagaimana
mestinya.
5. Kontraktor harus mengecat sistim instalasi yang dikerjakan, dimana pengecatan tersebut
diharuskan menurut peraturan dan standart yang berlaku atau ditentukan oleh spesifikasi.

Pasal 21
PEMBERSIHAN

Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah-sampah. Pada waktu-
waktu tertentu dan pada waktu pekerjaan telah selesai kontraktor harus membuang sampah-sampah
sebagai hasil pekerjaan, ketempat diluar proyek atau tempat yang telah ditunjuk oleh Direksi
Lapangan.

Pasal 22
KERJA SAMA DENGAN KONTRAKTOR LAIN

Berhubung dengan adanya pekerjaan instalasi yang dikerjakan oleh beberapa kontraktor, maka
kontraktor-kontraktor harus bekerja sama guna pelaksanaan dari pada sistim-sistim instalasi secara
keseluruhan. Kontraktor utama harus bertanggung jawab atas mutu bahan / hasil pelaksanaan
pekerjaan secara keseluruhan.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 43


Pasal 23
PERLINDUNGAN TERHADAP BARANG-BARANG DAN INSTALASI

1. Kontraktor harus melindungi semua barang-barang dan instalasi yang ada terhadap kerusakan-
kerusakan maupun terhadap pencurian yang mungkin timbul.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap barang-barang maupun instalasi sampai diserah
terimakan kepada pemberi tugas.

Pasal 24
BAHAN ( MATERIAL ) DAN MUTU PEKERJAAN

1. Semua barang-barang dan peralatan yang digunakan harus baru dan memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan.
2. Jika barang-barang dan peralatan tidak ditentukan oleh spesifikasi, maka barang-barang dan
peralatan yang normal yang harus dipergunakan.
3. Guna menjaga mutu pekerjaan, kontraktor harus menyediakan pelaksana lapangan yang cakap dan
berada dilapangan setiap waktu dan bertanggung jawab terhadap mutu dari pekerjaan tersebut.
4. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian / perapihan, harus dilakukan oleh
tenaga-tenaga pemborong yang benar-benar ahli.

Pasal 25
LUBANG-LUBANG, LANDASAN PONDASI DSB.

Pekerjaan-pekerjaan pada pasal ini untuk sistim instalasi dan yang merupakan bagian dari pada
pekerjaan sipil secara keseluruhan termasuk dalam lingkup pekerjaan pemborong.

Pasal 26
PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN

1. Sebelum dimulai pelaksanaan, pemborong diwajibkan mempelajari dengan seksama Gambar Kerja
dan Rencana Kerja dan Syarat pelaksanaan serta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
2. Pemborong wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu membuat
(menyuruh membuat) memmasang serta memesan maupun penyediaan bahan-bahan bangunan,
alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerjadan lain-lain yang bersangkutan dengan
pelaksanaan.
3. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan,
pemborong diwajibkan berhubungan dengan Direksi Lapangan/ Pengawas, untuk ikut
menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/persetujuannya.
4. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari pengawas dianggap
berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
5. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini harus benar-benar
baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan standard/peraturan-
peraturan yang dipergunakan didalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas harus
mendapatkan pengesahan/ persetujuan dari Pemilik Proyek / Pengawas sebelum akan dimulai
pelaksanaannya.
6. Ketelitian dan kerapihan kerja akan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh pengawas, terutama
yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun perapihan

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 44


Pasal 27
PEIL DAN PENGUKURAN

1. Pemborong wajib memberitahukan kepada Pengawas setiap kali suatu bagian pekerjaan akan
dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketetapan peil-peil dan ukuran-ukurannya.
2. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan, dan segera melaporkan secara tertulis kepada Pengawas/setiap terdapat
selisih/perbedaan perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya.
Tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan
Pengawas.
3. Pemborong bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan
ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam Gambar Kerja dan Syarat ini.
4. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka
ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh.
5. Kelalaian pemborong dalam hal ini tidak akan ditolerir Direksi Lapangan dan berhak untuk
membongkar pekerjaan yang telah dilakukan tanpa pemeriksaan dari Direksi Lapangan.

Pasal 28
PEMAKAIAN UKURAN

1. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum dalam
rencana kerja dan syarat dan gambar kerja berikut tambahan dan perubahannya.
2. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagian-
bagiannya dan memberitahukan Direksi Lapangan tentang setiap perbedaan yang ditemukannya
didalam rencana kerja dan syarat dan gambar kerja maupun dalam pelaksaan, pemborong baru
diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis
dari Direksi Lapangan.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun menjadi tanggung
jawab pemborong. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya diwajibkan mengadakan pemeriksaan
menyeluruh terhadap semua gambar kerja yang ada.

Pasal 29
ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU

1. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan


menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien, misalnya : Truk, katrol, mesin bor, mesin
las, vibrator dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemborong harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan alat-alat yang menggunakan
jalanan umum agar tidak menganggu lalu lintas.
3. Bila pekerjaan telah selesai, pemborong diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-alat tersebut,
serta memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan memberishkan bekas-bekasnya.
4. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan, pemborong harus menyediakan alat-alat
bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti tenda-tenda untuk bekerja pada waktu
hari hujan dan lain-lain.

Pasal 30
PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR

1. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan oleh pemborong,
termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya
kembali pada waktu pekerjaan selesai, adalah beban pemborong.
2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapat dari sumber air
yang sudah ada dilokasi pekerjaan. Pemborong harus memasang pipa-pipa untuk mengalirkan air

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 45


dan membongkar kembali bila pekerjaan sudah selesai. Biaya untuk mengadakan air kerja tersebut
adalah beban pemborong.
3. Pemborong tidak diperbolehkan menyambung dan mengisap air dari saluran induk, lubang
penyedot, reservoir dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari Pemilik
Proyek/Direksi Lapangan.

Pasal 31
I K L A N

Pemborong tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun dilapangan kerja atau ditanah yang
berdekatan tanpa ijin dari Pemilik Proyek/ Direksi Lapangan.

Pasal 32
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

1. Pemakaian jalan masuk ketempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak pemborong dan
disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.
2. Pemborong diwajibkan untuk membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian, dan
memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi beban pemborong.

Pasal 33
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM

1. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, pemborong bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan
akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, utilitas, jalan, saluran dan lain-
lain yang ada dilingkungan pekerjaan.
2. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan
umum seperti saluran air, telephon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi
pemborong. Segala biaya untuk pemasangan kembali beserta perbaikan-perbaikannya adalah
menjadi beban pemborong.

Pasal 34
KECELAKAAN DAN KESEHATAN

1. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban pemborong.


2. Sehubungan dengan pasal ini, pemborong diwajibkan menyediakan kotak P3K terisi menurut
kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam soal-soal mengenai
pertolongan pertama.
3. Terhadap Kecelakaan yang timbul akibat Bencana Alam, segala biaya menjadi beban pemborong.
4. Kebakaran - Kebakaran yang timbul, adalah tanggung jawab pemborong.
5. Sehubungan dengan butir diatas pada pemborong diwajibkan menyediakan alat pemadam
kebakaran jenis ABC (segala jenis api), pasir dalam bak kayu, galah-galah secukupnya serta
pemeliharaannya.
6. Pemborong diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
7. Sejauh tidak disebutkan dalam Rencana kerja dan Syarat ini, maka Pemborong harus mengikuti
semua ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah C.Q. Undang-
undang kesehatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua perubahan-perubahan yang hingga
kini tetap berlaku.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 46


Pasal 35
PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN

Setelah Pemborong mengetahui batas-batas daerah kerja dan lain-lainnya, sebagaimana diuraikan
dalam pasal-pasal dimuka, maka pemborong bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada
di daerahnya ialah mengenai :
1. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang senagaja ataupun tidak.
2. Penggunaan sesuatu yang keliru / salah
3. Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada didaerahnya.
4. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas Pemborong harus melaporkan kepada
Pemilik Proyek/Direksi Lapangan dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan
diselesaikanb persoalannya lebih lanjut.
5. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas, Pemborong di haruskan mengadakan
pengamanan, antara lain : penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara dan sebagainya.

Pasal 36
PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN

Bila dalam Rencana Kerja & Syarat- Syarat disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan
& barang, untuk menunjukkan Standard mutu/kualitas bahan maka :
1. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan harus disampaikan kepada Direksi Lapangan, untuk
mendapat persetujuan Pemilik Proyek.
2. Setiap usulan penggunaan nama dan pabrik dan pembuatan dari suatu bahan dan barang harus
mendapat rekomendasi dari Direksi Lapangan berdasarkan petunjuk dalam Rencana kerja dan
Syarat serta gambar kerja dan risalah penjelasan untuk selanjutnya usulan tersebut diteruskan
untuk mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek.
3. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas biaya
Pemborong, setelah disetujui oleh Pemilik Proyek/Direksi Lapangan, maka bahan dan barang
tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh pemilik proyek/direksi lapangan untuk dijadikan
dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik
kwalitas maupun sifatnya.
5. Dalam pengajuan harga penawaran, Pemborong harus sudah memasukkan sejauh keperluan biaya
untuk pengujian berbagai bahan & barang tanpa mengingat jumlah tersebut Pemborong tetap
bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan & barang yang tidak memenuhi syarat atas
perintah Pemilik Proyek/ Direksi Lapangan.

Pasal 37
GAMBAR - GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA

1. Gambar kerja hanya dapat berubah dengan perintah tertulis Pemilik Proyek berdasarkan
pertimbangan dari Direksi Lapangan.
2. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
Pemilik Proyek, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara Gambar Kerja dan Gambar
perubahan rancangan.
3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli) dan
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Pemborong.
4. Gambar perubahan yang disetujui oleh Pemilik Proyek/Direksi Lapangan kemudian dilampirkan
dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 47


Pasal 38
PEMBONGKARAN OLEH PEMBORONG

1. Setiap kerusakan oleh pemborong tidak dibenarkan merusak bagian-bagian bangunan yang sudah
selesai dilaksanakan oleh pemborong bidang lain (merusak bidang pekerjaan lainnya).
2. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka pemborong yang bersangkutan
diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai dan disetujui
Pemilik Proyek/Direksi Lapangan secara tertulis.

Pasal 39
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan kontraktor diwajibkan memintakan persetujuan kepada


Pengawas.
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam, (dihitung dari jam diterimanya surat
permohonan pemeriksaan), tidak dipenuhi oleh Konsultan Pengawas, kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui
Pengawas. Hal ini dikecualikan bila Pengawas minta perpanjangan waktu.
3. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini Pengawas berhak menyuruh membongkar bagian
pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan
kembali menjadi tanggungan kontraktor.

B. PERSYARATAN BAHAN
Pasal 1
UMUM

1. Semua bahan- bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku di Indonesia , mengenai bahan bangunan serta persyaratan yang
dicantumkan di bawah ini.
2. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh, Pemborong
boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya paling tidak sama atau
lebih tinggi apa yang disyaratkan.
3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuannya secara tertulis sepanjang memenuhi
persyaratan teknis dan Pemborong diwajibkan untuk sejauh mungkin mempergunakan bahan-
bahan produksi Dalam Negeri.

Pasal 2
BAHAN AGREGAT BETON

1. Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus berbutir keras, bersih dari
kotoran-kotoran dan zat- zat kimia organic dan un-organik dan yang dapat merugikan mutu
beton ataupun baja tulangan dan bersudut tajam.
Susunan pembagian butir harus memenuhi persyaratan seperti tabel di bawah ini :

TABEL PROSENTASE LEWAT SARINGAN


Saringan (mm)
Uk.
10 5 2,5 1,2 0,6 0,3 0,15
% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-25 2-10

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 48


2. Prosentase berat fraksi butiran yang lebih halus dari 0,7 mm , kotoran atau Lumpur tidak boleh
lebih dari 5 % terhadap berat keseluruhan , kecuali ketentuan diatas , semua ketentuan
mengenai agregat halus beton (pasir) pada PBI 1971 harus dipenuhi.
3. Agregat kasar adalah batu pecah (split) dengan ukuran maximum 3 cm yang mempunyai bidang
pecah minimal 4 sisi dan mempunyai bentuk lebih kurang seperti kubus.
4. Batu pecah diperoleh dari batu yang keras sesuai dengan persyaratan PBI, bersih serta bebas
dari kotoran- kotoran yang dapat mengurangi kekuatan dan mutu beton maupun baja
.Pembagian butir harus memenuhi ketentuan seperti di bawah ini

Saringan (mm)
Uk.
30 25 20 15 10 5 2,5
% 100 95-100 - 30-70 - 0-10 0-5

5. Bilamana diperlukan Pemborong harus mengadakan percampuran- percampuran butir untuk


memperoleh pembagian butir (grainsize distribution) seperti yang disyaratkan pada butir 1 dan
butir 4 pada pasal 14.

Pasal 3
BAJA TULANGAN

1. Besi untuk tulangan beton yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah baja dengan mutu
U-24 (minimum Yield-Stresss 2400 kg/cm2) dengan diameter pengenal seperti ditetapkan pada
gambar kerja.
2. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru dan disertai
dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Direksi memandang perlu, contoh akan diuji ke
Laboratorium atas beban Pemborong . Jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai kebutuhan.
3. Penyimpangan /penumpukan harus sedemikian hingga baja tulangan terhindar dari pengotoran-
pengotoran minyak, udara lembab lingkungan yang dapat mengakibatkan baja berkarat dan
lain- lain pengaruh luar yang mempengaruhi mutunya , sebaliknya baja terlindung atau ditutup
dengan terpal-terpal sebelum dan setelah pembengkokkan. Baja tulangan ditumpuk diatas
balok-balok kayu agar tidak langsung berhubungan dengan tanah.

Pasal 4
SEMEN

1. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah Portland Semen
Type I yang memenuhi ketentuan dan syarat- syarat dalam SII 0013 81.
2. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru, kantong- kantong
pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan- sobekan.
3. Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup dan terlindung dari pengaruh
hujan dan lembab udara dan tanah.Semen ditumpuk didalamnya di atas lantai panggung kayu
minimal 30 cm di atas tanah.
Tinggi penumpukan maksimum adalah 15 lapis, semen yang kantongnya pecah tidak boleh
dipakai dan harus disingkirkan keluar proyek.
4. Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen yang mulai
mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan pemakaian semen harus mengikuti
urutan tibanya semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu pemborong diharuskan
menumpuk semen berkelompok menurut urutannya tiba di lapangan.
5. Semen yang umurnya lebih dari tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik tidak diperkenankan
dipakai untuk pekerjaan pekerjaan yang sifatnya struktural.
6. Bilamana Direksi memandang perlu ,pemborong harus melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi syarat , atas Biaya Pemborong.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 49


Pasal 5
AIR KERJA

1. Air yang dipakai untuk adukan beton dan aduk spesi harus bersih, bebas dari zat-zat organik
atau un-organik yang terkandung dalam air yang dapat mempengaruhi kekuatan dan keawetan
dari beton.
Mutu air tersebut sedapat mungkin bermutu air minum.
2. Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton , membilas membasahi dan lain- lain harus
mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipakai.
3. Pemborong harus menyediakan tempat- tempat penampungan air kerja di lapangan untuk
menjamin kelancaran kerja.
4. Untuk memenuhi kebutuhan air kerja, apabila dipandang perlu pihak pemborong diperbolehkan
membuat sumur air bersih dalam daerah kerja pelabuhan, sepanjang memenuhi persyaratan, atas
beban biaya pihak pemborong
Pasal 6
KAYU BEKISTING

1. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila menurut ketentuan PPKI
1970 atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal yang memenui persyaratan.
2. Ukuran tebal papan bekesting minimal 3 cm dan toleransi perbedaaan tebal minimal adalah 2
mm. Bila untuk papan bekesting dipakai plywood tebal minimum adalah 16 mm. Papan
bekesting harus kering udara agar tidak menyusut pada waktu dipakai (menyesuaikan kondisi di
lapangan).
3. Apabila kayu yang akan digunakan sesuai gambar , jenis dan ukurannya tidak dapat diperoleh di
pasaran, Pemborong boleh mengajukan usul perobahan kepada Direksi dengan jenis dan ukuran
kayu yang berbeda namun mutunya minimal sama atau lebih tinggi dari yang disyaratkan.
Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis.
4. Untuk konstruksi gelagar / rusuk- rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau kayu-kayu yang lebih
baik dengan ukuran yang memadai sesuai perhitungan. Bilamana akan dipergunakan dolken,
diameter minimal harus 12 cm, lurus, tidak banyak cacat dan diameter terkecil pada salah satu
ujungnya harus lebih besar

Pasal 7
BATU

1. Batu yang akan dipakai untuk berbagai keperluan dalam pekerjaan ini haruslah pecah/belah
yang ukurannya disesuaikan dengan keperluan atau gambar kerja.
2. Batu yang diperlukan untuk konstruksi talud , batu pelindung (armor rock) harus dari batu yang
bersifat keras , spesific gravity (Gs) , minimum 2,5 ton/m3 , tidak menunjukkan tanda- tanda
lapuk, berbentuk persegi panjang tak beraturan, bergradasi baik, dengan ukuran sesuai
persyaratan, berupa batu belah yang berasal dari batu kali atau batu gunung. Batu yang tidak
bersudut sama sekali tidak diperbolehkan untuk dipakai.
3. Untuk konstruksi pasangan batu-kosong bentuk batu halus sedemikian rupa mengingat
pemasangannya tidak menggunakan perekat , sehingga celah-celah yang kosong dapat dan
harus diisi dengan batu yang berukuran lebih kecil, dan disesuaikan dengan gambar
design/kerja.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 50


Pasal 8
FENDER

1. Fender yang akan dipakai adalah fender karet type V 300 H x 1500 L.

2. Anchor bolt yang akan dipakai adalah anchor bolt dengan diameter 65 mm, dari bahan besi
galvanis

C. PEKERJAAN PAGAR KELILING RUMAH DINAS

Pasal 1
PENJELASAN PEKERJAAN

Pekerjaan Pembangunan Sisi Darat Pelabuhan Tagulandang yang dimaksud dalam rancana kerja dan
syarat- syarat ini terdiri dari :

a. Pagar Keliling Rumah Dinas dan Pemasangan Paving Block Rumah Dinas, Halaman Kantor dan
Terminal

Pasal 2
PERATURAN TEKNIS KHUSUS UNTUK PELAKSANAAN
DISAMPING PERATURAN - PERATURAN TEKNIS

Pekerjaan harus diselesaikan menurut dan sesuai :


1. Peraturan dan syarat-syarat yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini.
2. Gambar-gambar bestek, detail konstruksi dan instalasi.
3. Perubahan-perubahan dan penambahan yang tercantum dalam Berita Acara Aanwijzing.
4. Gambar-gambar kerja yang dibuat oleh pemborong pada waktu pekerjaan berlangsung dan telah
mendapat persetujuan dari Direksi / Pemimpin Proyek.
5. Petunjuk-petunjuk dan keterangan yang diberikan direksi pada waktu pekerjaan berlangsung.

Pasal 3
DASAR UKURAN TINGGI DAN UKURAN - UKURAN POKOK

1. Sebagai dasar peraturan tinggi lantai dasar 0.00 (titik duga) dipakai tinggi lantai pada denah
bangunan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya titik ditentukan secara permanen, dan oleh
pemborong diberi tanda jelas dengan neut beton yang kokoh dan baru boleh dibongkar setelah
pekerjaan selesai untuk penyerahan pertama.
2. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail tertera pada gambar bestek dan detail. Pemborong
hendaknya meneliti kembali ukuran-ukuran tersebut. Jika ada perbedaan dan ketidak cocokan,
pemborong melapor/membicarakan dengan Direksi/PTP dan Pemimpin Proyek. Pemborong harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Ukuran yang tertera pada gambar konstruksi beton harus disesuaikan dengan ukuran jadi jadi
tanpa finishing.
b. Ukuran-ukuran pada konstruksi kayu (kosen pintu dan jendela adalah ukuran jadi setelah
diserut).

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 51


Pasal 4
PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN

1. Pemborong wajib meneliti ukuran-ukuran di lapangan dan melaporkan segala sesuatu kepada
Direksi.
2. Pasangan patok-patok untuk menentukan situasi harus dilakukan bersama dan atas persetujuan
direksi.
3. Segala pekerjaan pengukuran persiapan (Uitzet) adalah tanggungan pemborong.
4. Pengukuran-pengukuran sudut siku, ketinggian peil, panjang dan lebar harus menggunakan
teropong, water pass, Theodolite dan lain-lain. Pengukuran siku dengan benang secara prinsip segi
tiga phytagoras hanya dibolehkan pada bagian-bagian kecil dan tidak penting saja.
5. Ketidak cocokan yang mungkin ada dilapangan antara gambar dan kenyataan harus segera
dilaporkan kepada direksi.
6. a. Pekerjaan pemasangan bouwplank adalah termasuk pekerjaan pemborong dan harus dibuat dari
kayu, tidak diperkenankan untuk mempergunakan bambu.
b. Pekerjaan penggalian pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan bouwplank dipasang, tinggi
dasar (0.00), sumbu-sumbu dinding dan sumbu-sumbu kolom ditetapkan dengan persetujuan
Direksi / PTP dan Pemimpin Proyek.

Pasal 5
PEKERJAAN TANAH

1. Galian tanah.
a. Saluran daerah yang akan terletak dibawah lantai bangunan harus dikupas lapisan humusnya,
hasil kupasan dibuang ketempat yang akan ditunjuk oleh Direksi/PTP.
b. Galian tanah dilaksanakan untuk :
b.1. Mendapatkan peil yang sesuai dengan peil permukaan lantai yang tertera dalam gambar.
b.2. Konstruksi Pondasi.
b.3. Dan lain-lain.
c. Jika terdapat air menggenang dalam parit/galian pondasi harus dipompa keluar, sehingga pada
waktu pemasangan pondasi parit/ galian pondasi dalam keadaan kering.
d. Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar parit/galian pondasi, harus digali dan ditimbun
kembali dengan pasir urug, disiram air dan dipadatkan.
e. Galian harus mencapai kedalam seperti tercantum dalam gambar bestek dan cukup lebar untuk
bekerja dengan leluasa.
f. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalam yang ditentukan dan bila hal ini terjadi pengukuran
kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.
2. Urugan tanah
a. Untuk bagian-bagian diluar bangunan dilakukan pengurugan tanah sampai mencapai tebal
sesuai dengan ketentuan gambar. Urugan tanah harus dilaksanakan pemadatan lapis demi lapis
setebal maksimum 20 cm setiap lapisnya.
b. Tanah humus tidak diperkenakan untuk mengurug. Tanah yang berasal dari tanah galian yang
tidak dapat dipakai untuk maksud - maksud penambahan (penimbunan) harus dibuang /
ditimbun ditempat yang akan ditentukan oleh Direksi.
c. Urugan tanah harus dilaksanakan segera setelah urugan kembali dari parit/galian pondasi kaki
kolom selesai dikerjakan agar cukup waktu untuk dipadatkan.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 52


Pasal 6
URUGAN PASIR

1. Urugan pasir dilaksanakan untuk :


a. Mengurug kembali galian yang ada dibawah lantai setebal 10 cm.
b. Mengurug bekas galian pondasi pada lapisan sejajar sloof beton
c. Tempat-tempat lain yang ditetapkan sebagai syarat teknis yang baik dan sempurna (sesuai
gambar bestek).

Pasal 7
PEKERJAAN PONDASI

1. a. Pekerjaan pondasi harus berdasarkan pengukuran dan papan bouwplank yang teliti, sesuai
dengan ukuran minimal dalam gambar.
b. Perubahan pada konstruksi pondasi diperbolehkan setelah mendapat persetujuan dari direksi .
2. Pondasi batu dasar (batu gunung).
a. Pondasi batu dasar dengan campuran 1 pc : 4 ps
b. Sebelum diurug, diberap dengan adukan 1 pc : 5 ps
c. Batu dasar yang dipakai adalah batu pecah/batu belah jenis keras, batu keropos bulat
tipis/kecil dan batu karang tidak boleh dipakai.
d. Hubungan antara pondasi batu dasar dengan sloof harus diberi angker besi dia.12 dengan
jarak setiap 1 M' atau sesuai gambar.

Pasal 8
PASANGAN DALAM ADUKAN KUAT

Yang harus dibuat dengan adukan kuat 1 pc : 3 ps adalah :


1. Bagian-bagian dinding tembok dimana menurut petunjuk gambar bestek dan gambar detail harus
dibuat kedap air.
2. Komponen pekerjaan lain yang tertera dalam gambar.

Pasal 9
PASANGAN BATU BATA / BATA CETAK SEMEN

1. Semua dinding dibuat sebagai dinding tidak memikul beban dari pasangan batu bata tebal 1/2
batu diperkuat dengan kolom kolom penguat dan balok ring, sloof menurut petunjuk gambar
detail.
2. Khusus untuk lokasi Kab. Sitaro ( yang tidak memiliki Batu bata ), menggunakan Bata Cetak
Semen , dengan ukuran : 12 cm x 15 cm x 25 cm campuran : 1 Semen : 4 Pasir : 5 Kerikil
( untuk PP. Talaud, Kerikil Bunga Karang Keras )
3. Apabila tidak tercantum dalam gambar, maka untuk dinding tembok 1/2 batu setiap luas
maksimum 9 m2 harus diperkuat dengan kolom dan ring balk (latei) beton bertulang, yang ukuran
dan tulangan disesuaikan dengan gambar bestek dan gambar detail.
4. Pemasangan batu bata dengan :
a. Adukan 1 pc : 3 ps dilaksanakan untuk pasangan ditepi kosen & kolom, dinding
Toilet/WC/Kamar Mandi, dan yang ditentukan dalam gambar bestek dan gambar detail.
b. Adukan 1 pc : 4 ps. dilaksanakan untuk pasangan bukan trasram.
5. Sebelum dipasang batu bata harus direndam lebih dahulu. Dalam hari yang sama setelah
pemasangan batu bata selesai dikerjakan siar-siar dikeruk sedalam 1 cm agar plesteran dapat
RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 53
melekat dengan baik.
6. Pada bagian atas lobang pintu / jendela dengan bentang lebih dari 1 M dipasang dengan balok
latei dengan ukuran-ukuran dan tulangan sesuai dengan gambar bestek dan gambar detail.
7. Apabila kurang dari 1 m, dipasang rolag tinggi 1 batu (knop) dengan adukan 1 pc : 3 ps. Rolag
harus dipasang sekaligus selesai agar benar benar berfungsi sebagai balok pemikul.
8. Pemborongan diwajibkan mengajukan contoh batu bata / Bata Cetak Semen untuk disetujui
Direksi, dan Direksi berhak menolak batu bata tersebut bila tidak memenuhi syarat seperti :
a. Pembakaran kurang matang/merata.
b. Banyak mengandung retak-retak/keropos.
c. Bentuk Tidak Simetris/Siku dan tidak rata
d. Campuran Bata Cetak Semen tidak sesuai persyaratan ayat (2) pasal ini
e. dan lain sebagainya.
9. Hubungan antara batu bata dengan kolom dan kosen harus diberi angker.

Pasal 10
PEKERJAAN BETON TULANG

1. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang ialah yang tertera pada gambar konstruksi serta
bagian-bagian lain yang digambarkan pada gambar konstruksi bertulang seperti kolom pengaku
dinding balok, pengaku dinding, balok latei dll.
2. Pada garis besarnya konstruksi beton bertulang dibuat pada :
a. Kolom utama, kolom praktis, sloof/balok, plat lantai pondasi, plat kaki pondasi, tangga, balok
latei dan ring balk, belok ekspos.
b. Dan pekerjaan lainnya dimana dianggap perlu menurut syarat pelaksanaan yang baik dan
sempurna, harus dikerjakan dan dibuat dari konstruksi beton bertulang.
3. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton bertulang :
a. Sebelum pekerjaan dimulai pelaksana wajib meneliti dimensi /ukuran.
b. Pelaksanaan pekerjaan berpedoman pada Peraturan Beton Indonesia (PBI) N.1.2. dengan
mutu beton K 110 s/d K 225 dan Mutu Baja U.24.
c. Diameter dan jumlah Tulangan setiap komponen sesuai tabel atau sesuai gambar.
d. Untuk konstruksi ini disyaratkan memakai pasir campuran (pasir halus dan kasar), tidak
diperkenankan menggunakan pasir halus.
e. Masa pengeringan beton minimal 28 hari, namun terhadap bekisting penahan sisi vertikal
dapat dilepas 3 hari sesudah pengecoran atau menurut petunjuk direksi.
f. Bahan bekisting harus cukup kuat terhadap cuaca. Sistem pemasangan dibuat mudah lepas
dan tidak mempengaruhi konstruksi tersebut.
g. Pengecoran dapat dilakukan setelah pemasangan pembesian diperiksa dan disetujui oleh
direksi/pemimpin proyek.
h. Setelah pengecoran, beton harus selalu dibasahi dengan air minimal 2 kali sehari selang 7 hari
kalender.
i. Kualifikasi bahan untuk beton bertulang maupun tak bertulang menggunakan :
- Agregat kerikil padat/keras, tanpa rongga, tidak berlumut/licin, berat, tidak
berkarang/bukan kerikil laut dan bebas dari segala kotoran. Kerikil karang tidak boleh
digunakan.
- Pasir kali/gunung yang padat keras yang bersih dari kotoran, tidak diperkenankan
memakai pasir laut.
- Semen yang mempunyai sertifikat & Produksi dalam negeri, merk
- Air yang bersih, bebas dari kotoran organik dan lumpur.

Pasal 11
PEKERJAAN BETON TIDAK BERTULANG

Dengan campuran 1 pc : 3 psr : 5 krl dilaksanakan untuk :


RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 54
- Lantai kerja
- Rabat Beton, sesuai gambar
- Bagian yang tercantum dalam gambar kerja
-. Beton tidak bertulang campuran 1:2:3 dibuat untuk neut kosen pintu setinggi 10 s/d 15 cm dengan
besi beton diameter 12 mm.
- Lain lain pekerjaan dimana dianggap perlu menurut syarat-syarat pelaksanaan yang baik dan
sempurna sesuai petunjuk direksi dan dianggap perlu.

Pasal 12
PEKERJAAN PLESTERAN / PENGHALUS ACIAN BETON

1. Pada pasangan batu bata, sebelum diplester bidang tembok harus dibasahi sampai jenuh. Begitu
selesai memasang batu siar-siar dikeruk sedalam kurang lebih 1 cm dengan tujuan supaya
plesteran yang akan diplester, harus dibuat sesungguhnya kemudian dilakukan pemelesteran.
2. Dengan adukan 1 pc : 3 ps dilakukan untuk semua plesteran dasar sudut-sudut, pinggir-pinggir
tembok dan trasraam.
3. Semua permukaan pasangan batu bata dan batu kali yang terpendam didalam tanah harus diplester
kasar (berapen) dengan adukan yang sama.
4. Adukan kuat 1 pc : 3 ps dilakukan untuk plesteran beton.
5. Tebal plesteran tembok bata diambil maksimum 1,5 cm, plesteran tembok boleh dilakukan, dengan
pemasangan pipa-pipa saluran air dan listrik telah selesai, pembobokan plesteran untuk instalasi
tersebut tidak diperkenankan setelah pekerjaan plesteran selesai maka dilanjutkan acian dinding sp.
1 pc : 8 kpr kemudian diplamur.

Pasal 13
PEKERJAAN BESI DAN LOGAM LAINNYA

1. Angker, baut begel dan sebagainya harus disediakan dan dipasang perkuatan- perkuatan dari besi
pada tempat-tempat yang menurut sifat konstruksinya atau menurut pendapat direksi dianggap
perlu.
2. Tiang bendera dari pipa besi galvanis (GIP) dengan ukuran sesuai gambar.

Pasal 14
PEKERJAAN CAT DAN POLITUR

1. Untuk cat tembok, cat kayu, cat besi, cat menie dipergunakan cat dengan kualitas baik.
2. Teknik pengecatan harus mengikuti ketentuan dari pabrik.
3. Cat tembok, dilaksanakan untuk semua permukaan dinding tembok, plesteran beton.

D. PEKERJAAN PAVING STONE, SALURAN AIR, PAGAR BRC


Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini terdiri dari :
a. Pengupasan tanah bagian teratas dan pembuangannya.
b. Galian tanah
RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 55
c. Pemadatan tanah dasar
d. Urugan sirtu padat
e. Urugan pasir padat
f. Cor beton tanpa tulang untuk kansteen
g. Plesteran
h. Pemasangan Paving Stone

Pasal 2
PENGUPASAN TANAH BAGIAN ATAS

1. Semua tanah bagian teratas sampai sedalam yang diperintahkan oleh Direksi atau sekurang-
kurangnya 25 cm harus dibuang dari daerah-daerah yang diduga akan direncanakan lapisan
teratas nanti.

2. Semua bahan- bahan bongkaran, hasil pembersihan , pembongkaran dari lapisan teratas harus
diatur sedemikian rupa sehingga penempatannya sesuai dengan petunjuk Direksi. Bekas
tanaman- tanaman serta tonggak- tonggak harus dikeluarkan dari lokasi dengan ijin Direksi.

Pasal 3
GALIAN TANAH

1. Galian tanah untuk pondasi /kansteen harus digali sampai dengan kedalaman /peil yang telah
ditentukan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi.
2. Tanah- tanah bekas galian tidak boleh dibuang sembarangan tetapi harus dibuang berdasarkan
petunjuk Direksi.

Pasal 4
PEMADATAN TANAH DASAR

1. Setelah selesai pengupasan tanah bagian teratas maka dilanjutkan dengan pemadatan tanah dsar
menggunakan stamper dan Roller .
2. Pemadatan tanah dasar ini dinyatakan selesai bila telah mendapat persetujuan dari Direksi
/Pengawas Proyek.

Pasal 5
URUGAN SIRTU PADAT

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, maka pelaksana harus mengajukan contoh bahan yang akan
dipakai guna mendapatkan persetujuan Direksi /Pengawas Proyek.
2. Sirtu yang dipakai harus bersih dan bebas dari material yang dapat mengurangi kepadatannya
serta perbandingan pasir dan batu adalah 60 % : 40 % dengan ketebalan padat 25 cm.
3. Urugan dan pemadatan sirtu ini dinyatakan selesai bila telah mendapat persetujuan dari Direksi
/Pengawas Proyek..
4. Pemadatan sirtu menggunakan Stamper dan Roller.

Pasal 6
URUGAN PASIR PADAT

1. Urugan pasir padat nanti dapat dilaksanakan setelah selesai urugan sirtu padat yang tebalnya
sesuai dengan gambar.
2. Urugan pasir padat haru dilaksanakan sedemikian rupa sehingga ketebalannya sesuai gambar
RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 56
dan sedapat-dapatnya permukaannya rata /tidak bergelombang.
3. Pemadatan pasir menggunakan Stamper dan Roller.
4. Urugan dan pemadatan pasir ini dinyatakan selesai dan dapat dilanjutkan dengan pekerjaan lain
bila telah mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Proyek.

Pasal 7
COR BETON TANPA TULANG UNTUK KANSTEEN

1. Pada setiap pinggiran /tepi pemasangan paving stone dibuat kansteen dari beton tanpa tulang
dengan campuran 1 PC : 2 PSR : 3 Krkl.
2. Letak , bentuk dan ukuran kansteen dilaksanakan sesuai gambar dan atau atas persetujuan
Direksi/Pengawas Proyek.

Pasal 8
PLESTERAN

1. Pekerjaan ini dilaksanakan untuk kansteen dengan adukan 1 PC : 4 Psr.


2. Pelaksanaan Plesteran harus sesuai dengan huruf I pasal 5 s/d pasal 7.

Pasal 9
PEMASANGAN PAVING STONE

1. Setelah pemadatan pasir selesai dilaksanakan, maka pemasangan Paving stone sudah boleh
dimulai.
2. Paving Stone yang digunakan pada pekerjaan ini adalah Paving Stone beton mutu K-400 (Kuat
tekan minimal 400 kg/cm2) dengan tebal minimal 8 cm yang dibuktikan dengan pengujian
beton.
3. Sebelum memulai pekerjaan ini, Pelaksana harus mengajukan contoh Paving Stone kepada
Direksi /Pengawas Proyek guna mendapat persetujuan, dimana bila Paving Stone memenuhi
syarat tersebut diatas akan diberikan secara tertulis oleh Direksi / Pengawas Proyek.
4. Kemiringan pasangan Paving Stone harus sesuai dengan gambar atau atas petunjuk
Direksi/Pengawas Proyek.
5. Setelah Paving Stone dipasang satu persatu, maka pada rongga-rongga antara Paving stone diisi
dengan pasir padat.
6. Pemasangan Paving Stone harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil
susunan/pasangan rapih/ teratur rata dan tidak bergelombang.
7. Paving Stone yang pecah tidak dapat digunakan pada pekerjaan ini.

Pasal 10
SALURAN AIR / GOT DAN GORONG- GORONG

1. Pekerjaan saluran air/got terdiri dari galian tanah timbrisan pasir dibawah lantai , pengecoran
beton campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krkl + Batu Pecah 5/7 dan plesteran dengan adukan 1 Pc : 3
Psr.
2. Galian tanah untuk salauran air/got dan gorong- gorong harus digali sampai dengan kedalaman
/peil yang telah ditentukan salam gambar atau atas persetujuan Direksi.
3. Tanah- tanah bekas galian tidak boleh dibuang sembarangan tetapi harus dibuang berdasarkan
petunjuk Direksi.
4. Timbrisan pasir dilaksanakan dibawah lantai saluran air/got dengan ketebalan sesuai gambar.
5. Pengecoran saluran air / got dilaksanakan langsung di atas timbrisan pasir dengan

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 57


memperhatikan kelurusannya sepanjang jalan.
6. Cetakan beton , mencampur beton, mengangkut beton, dan pengecoran beton serta perawatan
beton harus memenuhi syarat- syarat teknis pekerjaan beton dalam PBI 1971.
7. Plesteran saluran air/got menggunakan adukan 1 Pc : 3 Psr.
8. Pemasangan gorong- gorong beton bertulang atau saluran air / got tertutup harus sudah
dilaksanakan sebelum pekerjaan hamparan batu dasar dilaksanakan atau atas petunjuk Direksi.
9. Sebelum melaksankan pemasangan gorong- gorong maka tanah dasar untuk penempatan
gorong-gorong harus dipadatkan dengan stemper terlebih dahulu dengan persetujuan Direksi.
10. Ukuran/dimensi saluran air/got dan gorong-gorong dilaksanakan sesuai dengan gambar dan atas
petunjuk Direksi.
11. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas dan tidak sesuai
dengan gambar atas petunjuk Direksi harus segera dibongkar dan penambahan biaya yang
ditimbulkan akibat pembongkaran seluruhnya menjadi tanggungan Pelaksana.

Pasal 11
PEMASANGAN FENDER

1. Fender karet dipasang untuk melindungi badan kapal membentur langsung konstruksi dermaga.
Penempatan, jumlah dan jarak antara fender ditentukan seperti dalam gambar. Fender harus
memenuhi ketentuan-ketentuan dan ukuran minimal seperti yang disyaratkan dibawah ini :
Tipe : V 300 H
Ukuran : 300 H x 1500 L

2. Penyedia Barang/Jasa harus mengajukan rencana penggunaan fender kepada Direksi untuk
mendapat persetujuan sebelum dilakukan pemesanan fender tersebut kepada pihak pabrik.

3. Angker-angker dari fender karet harus terbuat dari baja anti karat (stainless steel), dengan
diameter sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar. Pemasangan bagian angker yang nantinya
akan berbeda di dalam beton harus sudah terpasang sebelum dilakukan pengecoran beton

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 58


D. PERSYARATAN LAIN-LAIN DAN PERUBAHAN PERUBAHAN

Pasal 1
PERSYARATAN LAIN- LAIN

1. Pelaksanaan diwajibkan membuat gambar- gambar revisi, bila diperlukan, dan gambar- gambar
detail dari pekerjaan yang akan dilaksanakan . Gambar gambar tersebut diajukan kepada
Direksi untuk disetujui. Gambar revisi atau gambar- gambar detail harus dibuat dalam rangkap
dua dan diserahkan kepada Direksi. Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan (As Built
Drawings) yang harus diserahkan Pemborong kepada Direksi pada waktu penyerahan Pekerjaan
Pertama.

2. Pengukuran ijin-ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan instalasi sementara
untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan bai k serta seluruh biaya yang
diperlukan adalah tanggung jawab pemborong.

3. Pemborong dan Direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal hal yang tidak
diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang diawasi akibat pelaksanaan dan gambar
/design yang salah.

4. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek , pihak Pemborong harus memenuhi kewajibannya
kepada pihak Pelabuhan sebagai berikut :
a. Membayar uang pas untuk pelabuhan bagi semua tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaaan proyek selama untuk kepentingan pribasdi masing- masing , kecuali pada
areal kerja lokasi kegiatan proyek.
b. Membayar uang pas kendaraan, baik kendaraan roda dua, roda empat, atau jenis lainnya
sesuai ketentuan yang berlaku, kecuali pada areal kerja/lokasi kegiatan proyek.
c. Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan .disarankan untuk
sementara selama pelaksanaan proyek kepada pihak pihak proyek / pemborong
pelaksana atas beban pemborong. Pagar sementara harus dibersihkan kembali dan
menyingkirkan bahan- bahan bekas bongkarannya ketempat yang ditentukan oleh Kantor
PERUM Pelabuhan IV atas beban pemborong.
d. Lahan yang diserahkan kepada pemborong untuk lokasi kegiatan proyek termsuk untuk
lokasi direksi keet kantor pemborong , kantor direksi, gudang bahan dan lapangan
penumpukan dibebaskan dari kewajiban pembayaran sewa tanah dan lapangan
penumpukan oleh pihak pemborong.
e. Ponton pancang dan ponton- ponton transport yang beroperasi di daerah perairan
pelabuhan selama jangka waktu pelaksanaan proyek dibebaskan dari pungutan jasa
kepelabuhannan , kecuali apabila ponton tersebut bertambat pada dermaga /tambatan
yang tidak diserahkan untuk kegiatan proyek.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 60


Pasal 2
PERUBAHAN- PERUBAHAN

1. Semua ketentuan- ketentuan dalam RKS ini dan gambar- gambar kerja dapat dirubah, ditambah,
dihilangkan sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut harus dilakukan
pada waktu pemberian penjelasan dari pekerjaan ini (aanwizjing) dan dituangkan dalam berita
acara.
2. Perubahan- perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut Dieksi diperlukan, akan
diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

E. PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR

Pasal 1

Pemborong wajib meneliti kembali pekerjaan- pekerjaan yang telah diselesaikan serta mengerjakan
pembetulan- pembetulan kekurangan, perbaikan- perbaikan dan lain- lain yang mungkin ada.

Pasal 2

Setelah selesai seluruh pekerjaan, Pemborong harus membersihkan daerah kerja antara lain
membongkar konstruksi- konstruksi penolong, perlengkapan-perlengkapan pembantu, bahan- bahan
bekas tak terpakai sampai bersih seluruhnya sesuai dengan petunjuk Direksi.
Pasal 3

Sisa- sisa bahan bangunan , peralatan dan bangunan yang dibeli dengan biaya dari Proyek adalah
menjadi milik Proyek/Pemberi Tugas.

F. PERATURAN PENUTUP
Pasal 1

Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan
Syarat- Syarat , tidak sesuai dengan gambar dan tidak sesuai dengan petunjuk- petunjuk Direksi
maupun Staf Teknik/Pemimpin Proyek , maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan pembuatannya
kembali seluruhnya menjadi tanggungan pemborong.

Pasal 2

Sebelum dilakssnakan Serah Terima Pertama dan Kedua Pekerjaan, Pemborong diharuskan
membersihkan kotoran kotoran yang berada di dalam maupun di luar bangunan sampai bersih.

Pasal 3

Jika dalam Rencana Kerja danSyarat- syarat ini tidak disebut perkataan yang dilever Pemborong
atau yang dipasang Pemborong , maka perkataan tersebut dianggap telah dicantumkan apabila
ternyata pekerjaan tersebut jelas- jelas termasuk pekerjaan pemborong dan tidak diterangkan
sebaliknya.
Pasal 4
RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 60
Kalau dianggap perlu maka Pemborong diwajibkan membuat gambar- gambar revisi pada gambar-
gambar bestek dan detail yang telah dilaksanakan.
Gambar- gambar revisi tersebut harus dibuat dalam rangkap 4 (empat) dan diserahkan kepada
Pengawas Proyek/Direksi dan Pemimpin Proyek pada waktu penyerahan pertama pekerjaan.

Pasal 5

Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat- syarat ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan ataupun
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam Addenda- Addenda RKS dan Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) serta perintah tertulis dari Pengawas Proyek/Direksi atas
persetujuan Pemimpin Proyek pada waktu pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

Demikian Rencana Kerja dan Syarat- Syarat Pekerjaan ini dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan.

RKS BAB.III SYARAT-SYARAT TEKNIS 60

Anda mungkin juga menyukai