Anda di halaman 1dari 26

BAB I

KETENTUAN ADMINISTRASI

BAGIAN PERTAMA
KETENTUAN ADMINISTRASI UMUM
Pasal 1 Lingkup Pekerjaan

(1) Lingkup Pekerjaan yang akan diadakan dan akan dilaksanakan adalah
Urusan : 1.11 Lingkungan Hidup
Oganisasi : 11101401 SUKU DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
(4.16.03.00.0000.000)
Program : 1.11.01 Program Pengelolaan persampahan
Kegiatan : 1.11.03.018 Peningkatan TPS Ramah Lingkungan
1. Peningkatan Dipo Darma Jaya
2. Peningkatan Dipo Kramat Pela
3. Peningkatan Dipo Lapangan Ros
4. Peningkatan Dipo Permata Hijau
5. Peningkatan Dipo Pondok Pinang
6. Peningkatan Dipo Rawajati
7. Peningkatan Dipo RW 08 Kec. Jagakarsa
8. Peningkatan Dipo Taman Honda
Sasaran : UKPD / Sudin Lingkungan Hidup (Tersedianya TPS
Ramah Lingkungan Bagi Masyarakat)
Waktu Pelaksanaan : Januari – Desember
Lokasi Kegiatan : Kotamadya Jakarta Selatan
Sumber Dana : APBD

(2) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah selama 150 hari Kalender,
terhitung sejak tanggal penandatanganan kontrak.

Pasal 2 Penyelenggara Kegiatan

( 1) Pemberi tugas adalah : Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota


Administrasi Jakarta Selatan adalah :

1
Nama : Drs. SYARIPUDIN, M.Si
Jabatan : Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota
Administrasi Jakarta Selatan

(2) Pengendali Teknis, Administrasi dan Operasional seluruh proyek adalah


Kepala Unit/Satuan Kerja, dalam hal ini adalah Kepala Suku Dinas
Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Selatan, Pengendali Teknis
adalah Kuasa Pengguna Anggaran Kegiatan yang bertanggung jawab
terhadap seluruh aktifitas dalam pelaksanaan kegiatan.

(3) Pelaksana Teknis adalah Staf Pengguna Anggaran Kegiatan Unit/Satuan


Kerja yang terdiri dari atau Pegawai Unit/Satuan Kerja lain, yang
ditugaskan dari pimpinannya untuk melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan di lapangan.

(4) Perencana Konstruksi adalah Dinas/Suku Dinas Teknis terkait atau


badan usaha Layanan Jasa Konsultansi Perencanaan Pekerjaan
Konstruksi, yang ditugaskan sebagai Perencana Teknis dalam
pembuatan perencanaan/rancangan kegiatan adalah PT. ANDALAS
INDAH REKATAMA

(5) Pengawas Konstruksi adalah Suku Dinas Teknis terkait atau badan usaha
Layanan Jasa Pengawasan Pekerjaan Konstruksi.
(6) Pelaksana Konstruksi adalah badan usaha Layanan Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi, yang ditugaskan sebagai Kontraktor dalam
pelaksanaan kegiatan, adalah penyedia barang/jasa yang dari hasil
Lelang pengadaan barang/jasa ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan.

2
BAB II
KETENTUAN TEKNIS
PENINGKATAN TPS RAMAH LINGKUNGAN
BAGIAN PERTAMA
RENCANA KERJA PELAKSANAAN

Pasal 3 Rencana Kerja Pelaksanaan Pekerjaan

(1) Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pengguna barang/jasa bersama-
sama dengan penyedia barang/jasa, perencana, pengawas teknis,
dan instansi terkait lainnya, terlebih dahulu menyusun rencana
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan surat perjanjian/kontrak.
b. Pengguna barang/jasa harus menyelenggarakan rapat persiapan
pelaksanaan kontrak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak
diterbitkannya SPMK.
c. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan, adalah :
1. Organisasi Kerja
2. Tata Cara Pengaturan pelaksanaan pekerjaan
3. Jadwal pelaksanaan pekerjaan
4. Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil
5. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan
6. Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah
setempat mengenai rencana kerja.
7. Penyusunan program mutu kerja

(2) Penggunaan Program Mutu


a. Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia
barang/jasa dan disepakati pengguna barang/jasa pada saat rapat
persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan
kondisi lapangan.

3
b. Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi:
1. Informasi pengadaan barang/jasa
2. Organisasi kegiatan, pengguna barang/jasa dan penyedia
barang/jasa
3. Jadwal pelaksanaan
4. Prosedur pelaksanaan pekerjaan
5. Prosedur instruksi kerja
6. Pelaksana kerja

(3) Pemeriksaan bersama


a. Pada tahap awal periode pada pelaksanaan pekerjaan, pengguna
barang/jasa bersama-sama dengan penyedia barang/jasa
melakukan pemeriksaan bersama.
b. Untuk pemeriksaan bersama ini, pengguna barang/jasa dapat
membentuk panitia peneliti pelaksanaan kontrak.

Pasal 4 Organisasi Pelaksanaan Lapangan


(1) Untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan sesuai yang ditetapkan dalam
perjanjian/kontrak, penyedia barang/jasa harus membuat organisasi
pelaksana lapangan, dengan pembagian tugas, fungsi dan wewenang
yang jelas tanggung jawabnya masing-masing.

(2) Penempatan personil harus professional dan sesuai dengan keahlian


bidang tugasnya masing-masing, sedangkan untuk tenaga-tenaga
ahlinya harus memenuhi ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku, sesuai dengan golongan, bidang dan kualifikasi
perusahaan penyedia barang/jasa yang bersangkutan.

(3) Untuk pelaksanaan Pekerjaan/Proyek penyedia barang/jasa menunjuk


penanggung jawab lapangan (Kepala Kegiatan), yang dalam
penunjukannya terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan Kepala
Unit/Satuan Kerja selaku pengguna anggaran atau yang didelegasikan.

(4) Penyedia barang/jasa tidak diperkenankan memberikan pekerjaan lain


kepada wakil ataupun para penanggung jawab lapangan, di luar
pekerjaan/proyek yang bersangkutan.

4
(5) Selama jam-jam kerja tenaga ahli/wakilnya atau para penanggung
jawab lapangan harus berada di lapangan pekerjaan kecuali
berhalangan/sakit dan Penyedia Barang/jasa harus
menunjuk/menempatkan penggantinya apabila yang bersangkutan
berhalangan.

(6) Jika ternyata penanggung jawab teknis tersebut tidak memenuhi


ketentuan yang telah ditetapkan , maka Kepala Unit/Satuan Kerja
berhak memerintahkan kepada Penyedia barang/jasa supaya segera
mengganti orang lain yang ahli dan berpengalaman.

Pasal 5 Tenaga Kerja Lapangan

(1) Penyedia barang/jasa wajib memperkirakan tenaga kerja yang terampil


dan berpengalaman, sesuai keahliannya dalam jumlah yang cukup
sesuai volume dan kompleksitas pelaksanaan pekerjaan

(2) Penyedia Barang/jasa harus melaksanakan ketertiban, kebersihan,


kesehatan dan keamanan lokasi/pekerjaan, dengan menyediakan
fasilitas sarana dan prasarana kerja memadai.

(3) Penyedia barang/jasa harus menyediakan tempat tinggal yang memadai


dan tidak mengganggu lingkungan, untuk para tenaga kerja yang tinggal
sementara di lokasi pekerjaan/kegiatan.

(4) Penyediaan tenaga kerja harus dilaporkan kepada pengguna


barang/jasa dalam bentuk daftar tenaga kerja yang dilampiri identitas
diri dan tanda pengenal setiap tenaga kerja.

Pasal 6 Bahan dan Peralatan

(1) Bahan, peralatan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk


melaksanakan pekerjaan sesuai dalam surat perjanjian/kontrak, adalah
harus disediakan oleh penyedia barang/jasa.

(2) Bahan/material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan


adalah :

a. Sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang


berlaku di Indonesia.

5
b. Memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam surat
perjanjian/kontrak, RKS, gambar dan spesifikasi teknis yang telah
ditetapkan.

c. Sebelum digunakan/dipasang harus diajukan contoh atau brosur


setiap bahan dan peralatan tersebut untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengguna Barang / Jasa.

d. Pengguna Barang / Jasa berhak melakukan pengujian dan menolak


terhadap bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan apabila ternyata tidak memenuhi ketentuan
dan persyaratan yang ditetapkan,

(3) Bahan dan peralatan yang ditolak pengguna barang/jasa harus segera
diangkat dari lokasi/lapangan proyek, dalam waktu 2 (dua) hari kerja
sejak tanggal penolakan dilakukan.

(4) Apabila terdapat bahan dan peralatan yang digunakan/terpasang belum


atau telah mendapat persetujuan, ternyata tidak memenuhi kualifikasi
atau spesifikasi teknis yang dipersyaratkan, maka penyedia barang/jasa
wajib mengganti/memperbaiki dengan beban biaya sendiri dan tidak
berhak menuntut ganti rugi.

(5) Apabila bahan dan peralatan yang akan digunakan ternyata tidak
didapat lagi di pasaran, maka penyedia barang/jasa segera mengajukan
bahan dan peralatan pengganti yang setara dan mendapatkan
persetujuan tertulis dari Pengguna Barang / Jasa.. Prosedur penggantian
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.

(6) Penggantian bahan dan peralatan yang dimaksud pada ayat (5) diatas
tidak dapat dijadikan alasan untuk keterlambatan pekerjaan.

(7) Penyediaan dan pengamanan bahan dan peralatan di lokasi/lapangan


proyek adalah menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa termasuk
tempat dan cara penyimpanannya harus tertib dan tidak mengganggu
mobilisasi kerja di lapangan.

6
(8) Semua material/bahan yang akan dipasang di lapangan harus mendapat
persetujuan dari Pengguna Barang / Jasa. dan jika terjadi perubahan
material maupun penempatan maka harus dibuat gambar revisi dan
Berita Acara dengan persetujuan dari Pengguna Barang / Jasa.

Pasal 7 Mobilisasi

(1) Mobilisasi meliputi :

a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam


melaksanakan pekerjaan.

b. Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung


laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya.

c. Mendatangkan personil dan tenaga kerja lapangan.

(2) Mobilisasi peralatan terkait dan personil penyedia barang/jasa dapat


dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

(3) Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 3
(tiga) hari kalender sejak diterbitkan SPMK.

Pasal 8 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

(1) Penyedia barang/jasa wajib membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan


secara rinci, yang terdiri dari :

a. Time schedule dalam bentuk bar-chart, dilengkapi dengan


perhitungan kemajuan bobot untuk setiap minggunya.
b. Pada time schedule dilengkapi pula dengan kurva “S”
c. Untuk pelaksanaan pekerjaan/kegiatan yang memiliki kompleksitas
tinggi harus dilengkapi dengan network planning.

(2) Jangka waktu jadwal pelaksanaan sesuai dengan yang dinyatakan dalam
surat perjanjian/kontrak.

(3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat secara lengkap dan menyeluruh


mencakup seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, yang dapat
menggambarkan antara rencana dan realisasinya.

7
(4) Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus sudah dibuat selambat-lambatnya
7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan surat perjanjian/kontrak,
untuk dapat diperiksa/disetujui oleh pengawas teknis dan disahkan oleh
pengguna barang/jasa.

(5) Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus tetap berada di lokasi/lapangan


selama masa pelaksanaan pekerjaan dan salah satunya ditempel di
ruangan rapat kegiatan

Pasal 9 Laporan Hasil Pekerjaan

(1) Laporan Harian

a. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan


pekerjaan, seluruh aktifitas kegiatan pekerjaan dilapangan dicatat
didalam Buku Harian Lapangan (BHL) sebagai laporan harian
pekerjaan berupa rencana dan realisasi pekerjaan harian.

b. Buku Harian Lapangan (BHL) berisi :

1. Kuantitas dan macam bahan yang berada di lapangan.

2. Penempatan tenaga kerja untuk tiap dan macam tugasnya

3. Jumlah, jenis dan kondisi peralatan

4. Kuantitas dan kualitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan

5. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam


lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.

6. Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.

c. Buku Harian Lapangan (BHL) disiapkan dan diisi oleh penyedia


barang/jasa, dan diperiksa oleh pengawas teknis dan dilengkapi
catatan instruksi-instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang dianggap
perlu dan disetujui oleh pengguna barang/jasa.

d. Penyedia barang/jasa harus mentaati dan melaksanakan selaku


pelaksana kegiatan, terhadap instruksi, arahan dan petunjuk yang
diberikan pengawas teknis dalam Buku Harian Lapangan (BHL).

8
e. Jika Penyedia barang/jasa tidak dapat menerima/menyetujui
pendapat/perintah pengawas harus mengajukan keberatan-
keberatan secara tertulis dalam jangka waktu 3 x 24 jam.

f. Penyedia barang/jasa harus memperbaiki atas beban biaya sendiri


terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi syarat/tidak sempurna
dalam pelaksanaannya atas kemauan inisiatif sendiri atau yang
diperintahkan oleh pengawas teknis maupun Kepala Unit/Satuan
Kerja.

(2) Laporan mingguan dibuat setiap minggu yang terdiri dari rangkuman
laporan harian dan berisi hal kemajuan fisik pekerjaan dalam periode
satu minggu, serta hal-hal penting yang perlu dilaporkan.

(3) Laporan bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari rangkuman
laporan mingguan dan berisi hal kemajuan fisik pekerjaan dalam
periode satu bulan, serta hal-hal penting yang perlu dilaporkan.

Pasal 10 Foto Proyek

(1) Untuk merekam kegiatan pelaksana kegiatan, pengguna barang/jasa


dengan menugaskan kepada penyedia barang/jasa, membuat foto-foto
dokumentasi untuk tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.

(2) Foto kegiatan dibuat oleh penyedia barang/jasa sesuai petunjuk


Pengawas Teknis, disusun dalam 4 (empat) tahapan disesuaikan dengan
tahapan pembayaran angsuran tetapi tidak termasuk masa
pemeliharaan, yaitu sebagai berikut :

Tahap I Bobot Papan nama proyek, keadaan lokasi, galian


0%-25%
Pondasi dan pasangan pondasi

Tahap II Bobot Pekerjaan Struktur / Konstruksi


25%-50%
Tahap III Bobot Pekerjaan Atap/Finishing
50%-75%
Tahap IV Bobot Pekerjaan Finishing/Detail/Seluruh
75%-100% pekerjaan selesai

9
(3) Foto proyek tiap tahapan tersebut diatas dibuat 4 (empat) set
dilampirkan pada saat pengambilan angsuran sesuai dengan tahapan
angsuran, yang masing-masing adalah untuk :

a. Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh Konsultan :


1. Satu set untuk Kepala Unit/Satuan Kerja
2. Satu set untuk Penyedia barang/jasa
3. Satu set untuk Konsultan selaku pengawas teknis
4. Satu set untuk tim monitoring Sudin Perumahan dan Gedung
Pemda Kota Administrasi setempat.
b. Untuk kegiatan/pekerjaan yang diawasi oleh Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda dibuat 3 (tiga) set :
1. Satu set untuk Kepala Unit/Satuan Kerja
2. Satu set untuk Penyedia Barang/Jasa
3. Satu set untuk Dinas Perumahan dan Gedung Pemda Kota
administrasi setempat selaku pengawas teknis.

(4) Pengambilan titik pandang dari setiap pemotretan harus tetap/sama


sesuai dengan petunjuk Pengawas Teknis atau Kepala Unit/Satuan
Kerja.

(5) Foto setiap tahapan ditempelkan pada album/map dengan keterangan


singkat, dan penempatan dalam album disahkan oleh Kepala
Unit/Satuan Kerja, untuk teknis penempelan dalam album ditentukan
oleh Pengawas Teknis.

(6) Khusus untuk pemotretan pada kondisi kahar/memaksa force majeure


diambil 3 (tiga) kali.

Pasal 11 Sarana Penunjang Kegiatan


(1) Kepada penyedia barang/jasa diwajibkan membuat/mendirikan
bangunan sementara seperti, los kerja bangsal/direksi keet yang cukup
luas dan lain-lain yang diperlukan. Penyedia barang/jasa juga harus
menyediakan perlengkapan ruang kerja Kuasa Pengguna Anggaran dan
Pengawas Teknis, dengan jumlah sesuai kebutuhan.

10
(2) Penempatan sarana bangunan sementara harus dibuatkan
perencanaannya oleh penyedia barang/jasa, serta terlebih dahulu dan
mendapatkan persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.

(3) Sarana penunjang Direksi keet/gudang/bedeng sementara pagar


pengaman dan perlengkapannya serta pompa kerja, adalah merupakan
sarana penunjang dalam pelaksanaan proyek merupakan barang yang
dipakai habis pada saat setelah pekerjaan selesai.

(4) Pada prinsipnya penyedia barang/jasa harus menyediakan peralatan


kerja pembantu yaitu : air, aliran listrik, pompa air, beton molen,
vibrator, alat-alat pemadam kebakaran dan lain-lain.
(5) Untuk segala kebutuhan/keperluan penyelesaian pelaksanaan
pekerjaan, sekalipun tidak disebut dan dinyatakan dalam peraturan dan
syarat-syarat (RKS) maupun dalam gambar tetap menjadi tanggung
jawab penyedia barang/Jasa.

(6) Untuk pelaksanaan pekerjaan dimaksud, tanah dan halaman akan


diserahkan kepada penyedia barang/jasa dalam keadaan sedemikian
rupa, dengan ketentuan jika pelaksanaan pekerjaan telah selesai, segala
kerusakan yang terjadi di atas tanah/halaman akibat pelaksanaan
seperti kerusakan saluran/got, tanaman dan lain sebagainya harus
diperbaiki kembali seperti keadaan semula atas tanggungan penyedia
barang/jasa.

(7) Setelah penyedia barang/jasa mendapat batas-batas daerah kerja


sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pasal ini, maka penyedia
barang/jasa harus bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang
ada didaerahnya meliputi :
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian / kecerobohan
yang disengaja maupun yang tidak disengaja
b. Penggunaan sesuatu yang salah/keliru.
c. Kehilangan-kehilangan.

(8) Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas penyedia


barang/jasa diizinkan untuk mengadakan pengamanan pembangunan

11
setempat, antara lain untuk penjagaan, penerangan pada malam hari
dan sebagainya.

(9) Penyedia barang/jasa harus mengerjakan pekerjaan pembersihan yaitu


segala macam kotoran bekas-bekas bongkaran dan alat-alat lainnya,
harus segera diangkut atas persetujuan Pengawas Teknis/ Kuasa
Pengguna Anggaran.

Pasal 12 Papan Nama Proyek


(1) Pemasangan papan nama proyek sebagaimana diatur pada pasal ini
dipancangkan di lokasi proyek pada tempat yang mudah dilihat umum.
(2) Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya
pelaksanaan pekerjaan dan dicabut kembali setelah mendapat
persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.
(3) Petunjuk bentuk papan nama proyek, ukuran, isi dan warnanya diatur
dalam Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 438/2000
tanggal 9 Maret 2000.
(4) Bentuk dan ukuran papan nama proyek fisik ditetapkan sebagai berikut:
a. Papan nama proyek dibuat multiplek tebal 9 mm dengan
ukuran Lebar 80 cm dan tinggi 60 cm.
b. Papan nama dipasang pada tiang kaso ukuran 5/7 cm
ketinggian Ketinggian disesuaikan kondisi lapangan.
c. Jenis tulisan memakai printing banner plastik (Uk 0,6 x 0,8 m2)

Logo PEMERINTAH PROPINSI DKI


Logo
Pemda JAKARTA
Unit
DKI UNIT : ………………………………..
NAMA KEGIATAN : …………………………. Perencana: …...
RINCIAN KEGIATAN : …………………………. Pengawas : ……
NOMOR KODE REKENING : …………………………
JENIS PEKERJAAN : …………………………. Spesifikasi Umum
LOKASI : …………………………. Proyek :
TAHUN ANGGARAN : …………………………..

12
Pelaksana
PT/CV : …………………………………………. Mulai :………..
No. SBU : ………………………………………… Selesai : ……….
Kualifikasi : ………………………………………….
Alamat : ………………………………………….
Masyarakat dapat menyampaikan informasi
Kepada : ……………………………………………….. Direksi : ……..
Telp/Faks : ……………………………………………….. Telp/Faks : ……..

80 Cm

Pasal 13 Perubahan Pekerjaan


(1) Pada dasarnya seluruh volume dan item pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak harus dilaksanakan. Apabila karena sesuatu hal volume
dan atau item pekerjaan tidak dapat dilaksanakan oleh rekanan dengan
pertimbangan yang bisa dipertanggung jawabkan, maka terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan dari Kepala Unit/satuan Kerja yang
bersangkutan, Pengawas Teknik dan Perencana Teknik.

(2) Persetujuan dimaksud dituangkan dalam Berita Acara Perubahan


Pekerjaan yang dibuat oleh Perencana yang didasarkan atas Berita
Acara peninjauan lapangan yang dibuat oleh Pengawas Teknik serta
Perencana.
(3) Adapun Berita Acara Perubahan tersebut ditanda tangani bersama
Rekanan, Unit/satuan Kerja, dan Pengawas Teknik serta Perencana.

(4) Jika dimungkinkan item dan atau volume pekerjaan yang telah
mendapat persetujuan untuk tidak dilaksanakan dapat dilakukan
pengalihan pekerjaan.

(5) Item dan Volume pekerjaan baru, ditetapkan bersama serta dituangkan
dalam Berita Acara tambah Kurang dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatas.

13
BAB II

BAGIAN KE DUA
SYARAT TEKNIS UMUM PEKERJAAN

Pasal 14 Lingkup Pekerjaan

(1) Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pemagaran keliling sisi barat.

(2) Pekerjaan yang dilaksanakan harus dilaksanakan dengan penuh


keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS, gambar
rencana dan penjelasan-penjelasan susulan.

Pasal 15 Jenis dan Mutu Bahan

(1) Kualitas dan kuantitas dari pekerjaan yang termasuk dalam harga
kontrak harus dianggap seperti apa yang tertera dalam gambar dan
syarat-syarat.

(2) Kekeliruan dalam uraian, kuantitas atau kualitas atau kekurangan


bagian-bagian dari gambar kontrak dan RKS tidak boleh merusak
(membatalkan) kontrak ini, tapi hendaknya diperbaiki dan dianggap
suatu perubahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas.

Pasal 16 Shop Drawing, As Built Drawing dan Contoh Bahan

(1) Gambar pelaksanaan (shop drawing) untuk seluruh pekerjaan harus ada
dalam setiap waktu. Gambar-gambar tersebut harus dalam keadaan
jelas dapat dibaca dan menunjukan perubahan-perubahan terakhir.

(2) Contoh bahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas harus segera
disediakan atas biaya Pemborong, dan contoh-contoh tersebut harus
sesuai dengan standard contoh yang telah disetujui. Semua contoh
bahan harus disahkan oleh Perencana dan disetujui oleh Unit teknis
terkait.

(3) Bila dalam pelaksanaan dokumen kontrak tidak/kurang lengkap, maka


pemborong wajib membuat perhitungan-perhitungan (kalkulasi) yang

14
terperinci dan gambar-gambar pelaksanaan. Kalkulasi dan gambar-
gambar harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) untuk diperiksa dan
disetujui. Pemborong wajib menyerahkan kepada Pemberi Tugas hasil
perhitungan (kalkulasi), dan gambar-gambar terakhir yang telah
disetujui dalam rangkap 3 (tiga) dalam waktu 7 (tujuh) hari.

(4) Kontraktor wajib menyerahkan gambar terpasang (as built drawing)


atas semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dan dilengkapi dengan
Surat Garansi Pekerjaan dan brosur-brosur pekerjaan terkait, serta
Berita Acara Pengetesan yang disetujui oleh Pengawas/Direksi.

Pasal 17 Situasi dan Ukuran-ukuran

(1) Situasi :
a. Pemborong wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan, sifat
dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi
harga penawaran.
b. Kelalaian atau kekurang telitian Pemborong dalam hal ini tidak
dapat dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.

(2) Ukuran :
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam
cm.
b. Leveling ketinggian atap maupun keramik baru diukur dengan
berpatokan pada bangunan yang sudah ada (eksisting) dengan
ukuran seperti tercantum dalam gambar perencanaan.
c. Pekerjaan ini adalah merupakan pekerjaan renovasi/rehabilitasi
atas sesuatu bangunan yang sudah ada, karenanya Kontraktor pada
setiap langkah pekerjaan perlu mengadakan konsultasi dengan
Pengawas Teknis.
d. Semua ukuran yang tertera dalam gambar pelaksanaan adalah
ukuran sudah difinish (jadi) kecuali ukuran yang bersifat konstruksi
beton, pasangan batu bata, ukuran yang tertera adalah ukuran yang
belum difinish.

15
Pasal 18 Rencana Kerja (Time Schedule)
(1) Rencana kerja (time schedule) pelaksanaan pekerjaan selambat-
lambatnya 5 (lima) hari sebelum pekerjaan dimulai, diajukan kepada
Pengawas Teknis mendapatkan persetujuan.

(2) Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan menurut rencana


kerja ini, tanpa persetujuan dari Pengawas Teknis tidak diperkenankan
adanya perubahan-perubahan.
(3) Setelah mendapat persetujuan Pengawas Teknis rencana kerja tersebut
harus ada di lokasi kegiatan (Direksi Keet) dan menjadi rencana kerja
yang resmi dan mengikat.
(4) Rencana kerja ini akan dipakai oleh Pengawas Teknis sebagai dasar
untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kemajuan/keterlambatan prestasi pekerjaan Kontraktor.
(5) Kontraktor harus menyiapkan Buku Harian Lapangan (BHL) dan diisi
setiap hari dalam rangkap 4 (empat) yang berisikan kegiatan-kegiatan
setiap hari, antara lain kemampuan kerja, keadaan cuaca, pemasukan
bahan, pekerjaan yang dilaksanakan, jumlah tenaga kerja, catatan
kejadian dan petunjuk/pengarahan/peringatan oleh Direksi
(6) Gudang bahan dan Direksi Keet
a. Kontraktor harus membuat gudang bahan agar bahan-bahan
terlindung dari cuaca dan aman.
b. Direksi keet dibuat sesuai dengan luas yang telah ditentukan dan
penempatannya sesuai petunjuk Pengawas Teknis setelah
mendapat persetujuan Pengguna Anggaran.

Pasal 19 Bahan Yang Digunakan dan Persetujuan Bahan


(1) Semua jenis bahan dan mutu bahan/komponen untuk pelaksanaan
pekerjaan sejauh mungkin harus digunakan bahan produksi dalam
negeri dan memenuhi standard Nasional Indonesia (SNI).

(2) Kontraktor wajib melakukan persiapan atau pemesanan


bahan/komponen yang akan digunakan untuk pekerjaan dengan
memperhitungkan jadwalnya, sehingga bahan/komponen tersebut

16
harus sudah ada pada saat akan dilaksanakannya pekerjaan yang
bersangkutan.

(3) Bahan/komponen yang akan digunakan untuk pelaksanaan dengan


bentuk, ukuran, tekstur dan jenis tertentu harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Pengguna Barang / Jasa dengan mengajukan contoh
bahan.

(4) Bila bahan/komponen yang masuk ke lapangan tidak sesuai dengan


contoh yang disetujui, Pengawas Teknis wajib menolak bahan tersebut
sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan

(5) Bahan lain yang umum seperti pasir, semen, kerikil dan lain-lain harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Teknis

Pasal 20 Kualitas Bahan

(1) Air
Untuk adukan beton, harus digunakan air bersih yang memenuhi syarat
untuk diminum (air minum), semua biaya untuk mengadakan air ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Portland Cement
a. Semen yang digunakan adalah PC sesuai S11.
b. Semen yang sudah rusak tidak diperbolehkan dipakai
c. Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana diuraikan
dalam PBI 1971 dan PUBI (N-2) 1982.

(2) Pasir dan Batu Split


a. Pasir dan batu split harus bersih, bebas dari segala macam kotoran
baik bahan organic maupun lumpur tanah dan karang.
b. Pasir laut tidak diperbolehkan dipakai
c. Harus memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam PBI (NI-2)
1971
d. Pengadukan beton didalam molen tidak boleh kurang dari 1 (satu)
menit terhitung setelah seluruh komponen adukan masuk ke dalam
pengaduk (stone molen) dengan kata lain adukan harus rata.

17
e. Pemadatan beton harus menggunakan vibrator

(3) Besi Beton


Besi beton adalah besi beton dengan kualitas serta ukuran sesuai
gambar dan bukan ukuran banci, bebas dari cacat besi seperti retak,
karat, gelombang, besi bekas dan sebagainya.

(4) Bekisting
a. Bekisting yang digunakan adalah kayu terentang dengan ketebalan
3 (tiga) cm dan atau multiplex dengan tebal minimal 12 mm.
b. Bekisting harus kuat tidak bergetar dan tidak lentur waktu
pelaksanaan pengecoran dan mudah dibongkar tanpa merusak
konstruksi.

18
BAB III

BAGIAN KE TIGA
PEKERJAAN PENDAHULUAN

Pasal 21 Pembersihan Lokasi


Penyedia Barang/Jasa wajib melaksanakan pembersihan lokasi dari barang-
barang hidup yang berupa penebangan pohon dan yang berupa barang-barang
mati untuk keperluan pelaksanaan menurut petunjuk dari Direksi atau Kuasa
Pengguna Anggaran

Pasal 22 Pekerjaan Bongkaran


(1) Penyedia Barang/Jasa wajib melakukan pembongkaran pada beberapa
bagian bangunan yang akan direhab/diperbaiki.
(2) Sebelum dilakukan pembongkaran Penyedia Barang/Jasa harus mendapat
persetujuan dari Pemberi Tugas, termasuk izin pemakaian jalan, tempat
pembuangan puing dan lain-lain dari pihak yang berwenang. Kelalaian
dalam hal ini, resiko menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
(3) Dalam pelaksanaan pembongkaran ini Penyedia Barang/Jasa wajib
membuat usulan rencana pembongkaran minimal menyebutkan :
a. Metode Pembongkaran
b. Waktu pengangkatan puing
c. Lokasi pembuangan puing
d. Pengamanan terhadap instalasi ME
e. Jangka waktu pelaksanaan
f. Lain-lain yang berkenaan dengan pembongkaran ini

Pasal 23 Galian Tanah dan Urugan Kembali


(1) Semua pekerjaan penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus
dilaksanakan sesuai dengan gambar, RKS ini dan semua petunjuk yang
disampaikan oleh pengawas selama berlangsungnya pekerjaan.

19
(2) Semua bahan yang dipakai untuk pengurugan kembali harus merupakan
bahan pilihan yang baik, yang diseleksi air tanah hasil galian, yang bebas
dari kotoran, batu-batu besar dan bahan tumbuhan atau bahan lainnya
yang dapat membusuk.

(3) Pekerjaan penggalian harus dilaksanakan secara mekanis dan semua


peralatan yang dibutuhkan harus disediakan oleh kontraktor, baik yang
menyangkut peralatan untuk pekerjaan persiapannya maupun peralatan
untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat bantu yang diperlukan:
a. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib untuk mengajukan
permohonan tertulis kepada pengawas, yang menyebutkan tanggal
akan dimulainya pekerjaan penggalian.
b. Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian,
kedalaman, kemiringan dan lengkungan yang sesuai dengan gambar.

(4) Untuk pengurugan kembali harus dilaksanakan selapis demi selapis dengan
ketebalan tidak lebih dari 30 cm tiap lapisnya dan harus dipadatkan secara
mekanis sampai diperoleh kepadatan yang cukup dan disetujui oleh
Pengawas.

20
BAB IV

BAGIAN KE EMPAT
PEKERJAAN BONGKARAN

Pasal 24 Pekerjaan Bongkaran Dinding

(1) Pekerjaan Bongkaran Dinding pagar Batu Bata / pagar besi


a. Pelaksanaan bongkaran pasangan batu bata / pagar besi
dilaksanakan dengan hati-hati agar tidak mengganggu kelancaran
pekerjaan atau alat-alat yang ada disekitar lokasi pembongkaran.
b. Kerusakan alat-alat akibat pembongkaran menjadi tanggung
jawab kontraktor.
c. Material bekas bongkaran agar ditumpuk pada suatu tempat
sebelum diangkut keluar lokasi.

(2) Pekerjaan bongkaran plesteran


a. Pelaksanaan pembongkaran/pengupasan plesteran harus selalu
disiram supaya tidak berdebu.
b. Material bekas kupasan plesteran tidak diperkenankan
dipergunakan kembali.

(3) Pekerjaan Bongkaran Beton


a. Pembongkaran beton agar hati-hati jangan sampai merusak
bagian lain yang tidak termasuk dalam item pekerjaan
b. Pelaksanaan pembongkaran beton harus memakai pahat baja
yang dikerjakan secara bertahap, jangan menggunakan palu besar
(bodem) yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bagian lain.
c. Bekas bongkaran beton (besi & puing-puing) tidak diperkenankan
dipergunakan kembali.

21
BAB V

BAGIAN KE LIMA
PEKERJAAN ARSITEKTURAL

Pasal 25 Pekerjaan Pasangan Dinding Pagar


(1) Pekerjaan Dinding Batu Bata
Batu bata yang akan dipasang harus direndam dalam air hingga jenuh
dan sebelum dipasang harus bebas dari segala jenis kotoran. Cara
pemasangannya harus lurus dan batu bata yang pecah tidak boleh
melebihi 10 %. Semua campuran adukan harus dicampur dengan
mesin pengaduk. Tempat adukan tidak boleh langsung di atas tanah
tapi harus pakai alas (kayu dan lain-lain).
a. Batu bata dan agregat yang digunakan harus berkualitas baik.
b. Penyusunan batu bata dan penyambungan agar dinding dengan
dinding batu bata lain harus sesuai kaidah, dan sambungan
dengan kolom beton harus dilengkapi dengan besi stek diameter
10 mm dengan panjang 30 cm.
c. Perbandingan agregat yang digunakan harus sesuai dengan
kegunaanya, yaitu ad. 1 : 4 untuk dinding biasa dan 1 : 3 untuk
trasram dengan ketebalan spesi 1 s/d 1.5 cm.
d. Pemasangan batu bata dalam satu hari pemasangan maksimal
setinggi 1 (satu) meter.
e. Ketebalan plesteran minimal 1 (satu) cm dengan ad. 1 : 4 untuk
dinding biasa dan 1 : 2 untuk trasram.

22
Pasal 27 Pekerjaan Pagar besi
1. Pagar besi yang terpasang adalah sesuai dengan gambar
2. Bahan pagar besi adalah besi baru dengan bahan dan ukuran sesuai dengan
gambar.
3. Pagar besi yang terpasang di angkur ke kolom dan ring balk sedalam minimal 10 cm
di pasang lurus horizontal dan vertikal.
4. Bekas pengelasan pada pagar besi harus di gurinda terlebih dahulu untuk
menghasilkan las-lasan yang rapi .
5. Untuk pintu besi harus menggunakan roda yang berkualitas baik

Pasal 28 Pekerjaan Pengecatan


(1) Jenis Pekerjaan Laburan/Cat adalah
a. Laburan Dinding
b. Meny besi
c. Cat kayu besi
e. Mengerok cat yang rusak
f. Plamir dinding yang kerok

(2) Syarat Bahan


a. Cat dinding/plafond kualitas baik setara jotun
b. Cat minyak kualitas baik setara Glotek
c. Minyak cat/tinner kualitas baik
d. Meny kualitas baik

(3) Pengecatan dengan Cat Tembok


a. Cat dan plamir yang digunakan harus berkualitas baik
b. Pengecatan dinding batu bata baru dilaksanakan sesudah dinding
diplester, diaci, dan diamplas sampai permukaan dinding tersebut
rata dan halus dan pengecatan dilakukan 3 (tiga) lapis sampai
benar-benar menutup rata permukaan dinding.
c. Pengecatan dinding lama apabila cat lama dikerok, maka
diperlakukan seperti dinding batu bata baru, apabila cat tembok
lama tidak dikerok maka permukaan dinding batu bata harus
dibersihkan dan dicuci dengan sabun dan pengecatan dilakukan 2
(dua) lapis.

23
BAB VI

BAGIAN KE ENAM
PEKERJAAN STRUKTURAL

Pasal 29 Pekerjaan Pondasi dan Pasangan Batu Kali


(1). Spesifikasi Bahan
a. Bahan untuk Pondasi batu kali adalah batu belah kualitas baik
dengan ukuran maksimum 30 cm dan minimum 10 cm
b. Adukan pengisi digunakan campuran 1 Pc : 4 Psr, atau sesuai yang
dipersyaratkan Perencana.

(2). Syarat – syarat Pelaksanaan


a. Bentuk dan ukuran Pondasi sesuai yang tercantum dalam gambar
rencana atau sesuai dengan petunjuk Perencana.
b. Pada pasangan batu kali ini dasar maupun celah – celah batu kali
harus di isi adukan/perekat.
c. Bila digunakan batu kali atau batu bulat harus di pecah sekurang-
kurangnya mempunyai muka berbentuk pipih.
d. Pasangan pondasi batu kali dikerjakan di atas pasir urug setebal 5
cm padat sesuai gambar rencana.
e. Setiap pertemuan pondasi harus dipasang stek dari besi beton
diameter 12-40D.

Pasal 30 Pekerjaan Beton Bertulang


(1) Pekerjaan beton terdiri dari : pekerjaan pondasi, sloof, kolom dan
balok
(2) Seluruh pekerjaan struktur beton bertulang harus berpedoman pada
peraturan konstruksi beton yang berlaku (PBI).

24
(3) Mutu/kualitas beton harus sesuai dengan yang direncanakan dan
sebelum dilakukan proses pengecoran harus mendapat persetujuan
direksi/pengawas.
(4) Mutu/kualitas bahan agregat : Air, batu, Split, Semen, Besi harus
sesuai yang disyaratkan untuk masing-masing bahan
(5) Mutu Beton K225 / AD 1 : 2: 3, mutu tulangan ≥ ø 13, U32
Tulangan  ø 13, U24
(6) Pembesian harus dilaksanakan sesuai gambar rencana dan harus
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku serta mendapat persetujuan
direksi/pengawas.

25
Pasal 31
PENUTUP

1. Pelaksana harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada Dokumen


perencanaan kegiatan Program Pengelolaan Persampahan yaitu Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS), Ketentuan Teknis, Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan gambar perencanaan
yang saling mendukung dan melengkapi. Kekurangan dan permasalahan-permasalahan pada
dokumen tersebut, baik yang terjadi didalamnya maupun ketidakcocokan antar dokumen
atau dengan peraturan-peraturan yang terkait, harus diselesaikan pada rapat monitoring
yang dihadiri oleh Pemberi Tugas, Perencana, Pengawas Teknis dan Pelaksana (Pemborong
Fisik) yang bertempat di Direksi Keet dengan saling mendukung untuk mendapatkan hasil
yang terbaik sesuai dengan berpedoman kepada Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 130 Tahun 2008 yang direvisi menjadi Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 174 Tahun 2011
2. Jika dalam uraian dan syarat-syarat ini tidak disebut perkataan ”yang dilever
Pemborong”atau”yang dipasang Pemborong” maka harus dianggap oleh perkataan itu telah
dicantumkan kedalam pekerjaan Pemborong dan tidak diterangkan sebaliknya. Pekerjaan
yang termasuk pekerjaan Pemborong tetapi tidak diuraikan dalam uraian pekerjaan dan
syarat-syarat ini, harus dilaksanakan oleh Pemborong, supaya tercapai suatu penyelesaian
yang memuaskan bagi Pemberi Tugas.
3. Pengesahan Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
adalah hanya sebatas kontrol kesesuaian dengan regulasi perijinan dan pemenuhan terhadap
standar-standar teknis perencanaan serta pemenuhan terhadap kebutuhan fungsi bangunan.

4. Pengesahan Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
tidak memindahkan tanggung jawab profesi sebagai Konsultan Perencana, sehingga tanggung
jawab profesi dan resiko sanksi apabila terjadi kegagalan bangunan, masih tetap melekat
pada Tenaga Ahli dan Badan Usaha Konsultan Perencana yang membuat produk perencanaan

Jakarta, 27 April 2019


Mengetahui: Konsultan Perencana
Kepala Suku Dnas Lingkungan Hidup
PT. ANDALAS INDAH REKATAMA
Kota Administrasi Jakarta Selatan

Drs. Syaripudin, M.Si Muhammad Doli Ritongan, S.S.T.Pi


NIP:197301011992031004 Direktur Utama

26

Anda mungkin juga menyukai