R
K
S
KETENTUAN TEKNIS
PEKERJAAN PERENCANAAN BANGUNAN
KONSULTAN PERENCANA
i
DAFTAR ISI
ii
Pasal 15 ........................................................................................................................... 11
Pekerjaan Galian Tanah dan Urugan Kembali ................................................................ 11
Pasal 16 ........................................................................................................................... 12
Pembersihan Lokasi ........................................................................................................ 12
Pasal 17 ........................................................................................................................... 12
Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu Kali ........................................................................... 12
Pasal 18 ........................................................................................................................... 12
Pekerjaan Pondasi Beton ................................................................................................. 12
Pasal 19 ........................................................................................................................... 13
Pekerjaan Beton Bertulang.............................................................................................. 13
Pasal 20 ........................................................................................................................... 15
Pekerjaan Beton Tidak Bertulang ................................................................................... 15
Pasal 21 ........................................................................................................................... 15
Pekerjaan Konstruksi Baja .............................................................................................. 15
BAB III
KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR ................................................... 25
Pasal 22 ........................................................................................................................... 25
Pekerjaan Dinding Batu Bata .......................................................................................... 25
Pasal 23 ........................................................................................................................... 26
Pekerjaan Pintu................................................................................................................ 26
Pasal 24 ........................................................................................................................... 26
Pekerjaan Railing Tangga ............................................................................................... 26
Pasal 25 ........................................................................................................................... 27
Pekerjaan Pengecatan Dinding........................................................................................ 27
Pasal 26 ........................................................................................................................... 28
Pekerjaan Penutup Atap .................................................................................................. 28
Pasal 27 ........................................................................................................................... 28
Pekerjaan Talang Datar dan Talang Tegak ..................................................................... 28
Pasal 28 ........................................................................................................................... 28
Pekerjaan Pengecatan Besi/Baja ..................................................................................... 28
Pasal 29 ........................................................................................................................... 29
Pekerjaan Waterproofing ................................................................................................ 29
BAB IV
KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL ................. 31
Pasal 30 ........................................................................................................................... 31
Pekerjaan Listrik Tegangan Rendah ............................................................................... 31
iii
Pasal 31 ........................................................................................................................... 34
Penutup............................................................................................................................ 34
iv
BAB I
KETENTUAN TEKNIS UMUM RENCANA KERJA
DAN SYARAT-SYARAT
Pasal 1
Rencana Kerja Pelaksanaan Pekerjaan
1
Pasal 2
Organisasi Pelaksanaan Lapangan
Pasal 3
Tenaga Kerja Lapangan
(1) Penyedia barang/jasa wajib memperkerjakan tenaga kerja yang terampil dan
berpengalaman, sesuai keahliannya dalam jumlah yang cukup sesuai volume dan
kompleksitas pelaksanaan pekerjaan.
(2) Penyedia barang/jasa harus melaksanakan ketertiban, kebersihan, kesehatan dan
keamanan lokasi/pekerjaan, dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana
kerja yang memadai.
(3) Penyedia barang/jasa harus menyediakan tempat tinggal yang memadai dan tidak
mengganggu lingkungan, untuk para tenaga kerja yang tinggal sementara di lokasi
pekerjaan/proyek.
(4) Penyediaan tenaga kerja harus dilaporkan kepada pengguna barang/jasa, dalam
bentuk daftar tenaga kerja yang dilampiri identitas diri dan tanda pengenal setiap
tenaga kerja.
2
Pasal 4
Bahan dan Peralatan
(1) Bahan, peralatan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dalam surat perjanjian/kontrak, adalah harus disediakan oleh
penyedia barang/jasa.
(2) Bahan/Material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, adalah :
a. Sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
b. Memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam surat perjanjian/kontrak,
RKS, gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
c. Sebelum digunakan/dipasang harus diajukan contoh atau brosur setiap bahan
dan peralatan tersebut untuk mendapatkan persetujuan dari pengguna
barang/jasa.
d. Pengguna barang/jasa berhak melakukan pengujian dan menolak terhadap
bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
apabila ternyata tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan.
(3) Bahan dan peralatan yang ditolak pengguna barang/jasa harus segera
disingkirkan dari lokasi/lapangan proyek, dalam waktu 2 (dua) hari kerja sejak
tanggal penolakan dilakukan.
(4) Apabila terdapat bahan dan peralatan yang digunakan/terpasang belum atau telah
mendapat persetujuan, ternyata tidak memenuhi kualifikasi atau spesifikasi teknis
yang dipersyaratkan, maka penyedia barang/jasa wajib mengganti/memperbaiki
dengan beban biaya sendiri dan tidak berhak menuntut ganti rugi.
(5) Apabila bahan dan peralatan yang akan digunakan ternyata tidak didapat lagi di
pasaran, maka penyedia barang/jasa segera mengajukan bahan dan peralatan
pengganti yang setara dan mendapatkan persetujuan tertulis dari pengguna
barang/jasa. Prosedur penggantian harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Penggantian bahan dan peralatan yang dimaksud pada ayat (5) di atas tidak dapat
dijadikan alasan untuk keterlambatan pekerjaan.
(7) Penyediaan dan pengamanan bahan dan peralatan di lokasi/lapangan proyek,
adalah menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa termasuk tempat dan cara
penyimpanannya harus tertib dan tidak mengganggu mobilisasi kerja di lapangan.
Pasal 5
Mobilisasi
3
Pasal 6
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
(1) Penyedia barang/jasa wajib membuat jadual pelaksanaan pekerjaan secara rinci,
yang terdiri dari :
a. Time schedule dalam bentuk bar-chart, dilengkapi dengan perhitungan
kemajuan bobot untuk setiap minggunya.
b. Pada time schedule dilengkapi pula dengan kurva “S”.
c. Untuk pelaksanaan pekerjaan/proyek yang memiliki kompleksitas tinggi harus
dilengkapi dengan network planning.
(2) Jangka waktu jadwal pelaksanaan sesuai dengan yang dinyatakan dalam surat
perjanjian/kontrak.
(3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat secara lengkap dan menyeluruh mencakup
seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, yang dapat menggambarkan
antara rencana dan realisasinya.
(4) Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus sudah dibuat selambat-lambatnya 7 (tujuh )
hari kerja setelah penandatanganan surat perjanjian/kontrak, untuk dapat
diperiksa/disetujui oleh pengawas teknis dan disahkan oleh pengguna
barang/jasa.
(5) Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus tetap berada di lokasi/lapangan selama
masa pelaksanaan pekerjaan dan salah satunya ditempel di ruang rapat proyek.
Pasal 7
Laporan Hasil Pekerjaan
4
e. Jika Penyedia barang/jasa tidak dapat menerima/menyetujui
pendapat/perintah pengawas harus mengajukan keberatan-keberatan secara
tertulis dalam jangka waktu 3x24 jam.
f. Penyedia barang/jasa harus memperbaiki atas beban biaya sendiri terhadap
pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, tidak sempurna dalam
pelaksanaannya atas kemauan inisiatif sendiri atau yang diperintahkan oleh
pengawas teknis maupun Kepala Unit / Satuan Kerja.
(2) Laporan mingguan dibuat setiap minggu yang terdiri dari rangkuman laporan
harian dan berisi hal kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta
hal-hal penting yang perlu dilaporkan.
(3) Laporan bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari rangkuman laporan
mingguan dan berisi hal kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan, serta
hal-hal penting yang perlu dilaporkan.
Pasal 8
Foto Proyek
Bobot
Tahap I
0% - 20%
Bobot
Tahap II
20% - 50%
Bobot
Tahap III
50% - 75%
Bobot
Tahap IV
75% - 100%
(3) Foto proyek tiap tahapan tersebut di atas dibuat 3 (tiga) set dilampirkan pada saat
pengambilan angsuran sesuai dengan tahapan angsuran, yang masing-masing
adalah untuk :
a. Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh konsultan :
1. Satu set untuk Kepala Unit / Satuan Kerja.
2. Satu set untuk Penyedia Barang/Jasa.
3. Satu set untuk Konsultan selaku pengawas teknis.
b. Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh Suku Dinas Cipta Karya Tata
Ruang dan Pertanahan Kotamadya Jakarta Barat:
1. Satu set untuk Kepala Unit / Satuan Kerja.
2. Satu set untuk Penyedia Barang/Jasa.
3. Satu set untuk Suku Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan
Kotamadya setempat selaku pengawas teknis.
(4) Pengambilan titik pandang dari setiap pemotretan harus tetap/sama sesuai
dengan petunjuk PengawasTeknis atau Kepala Unit / Satuan Kerja.
5
(5) Foto setiap tahapan ditempelkan pada album/map dengan keterangan singkat,
dan penempatan dalam album disahkan oleh Kepala Unit / Satuan Kerja, untuk
teknis penempelan/ penempatan dalam album ditentukan oleh Pengawas Teknis.
(6) Khusus untuk pemotretan pada kondisi keadaan kahar/memaksa force majeure
diambil 3 (tiga) kali.
Pasal 9
Perbedaan Ukuran
(1) Jika terdapat perbedaan ukuran yang ditulis dengan angka dengan ukuran yang
ditulis dengan skala, maka ukuran yang dipakai adalah ukuran yang ditulis dengan
angka.
(2) Jika merasa ragu-ragu tentang ukuran harus segera meminta petunjuk Pengawas
Teknis atau Perencana.
Pasal 10
Sarana Penunjang Kegiatan
6
b. Penggunaan sesuatu yang salah/keliru.
c. Kehilangan-kehilangan.
(8) Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut di atas penyedia barang/jasa diizinkan
untuk mengadakan pengamanan pelaksanaan proyek pembangunan setempat,
antara lain penjagaan, penerangan pada malam hari dan sebagainya.
(9) Penyedia barang/jasa harus mengerjakan pekerjaan pembersihan yaitu segala
macam kotoran bekas-bekas bongkaran dan alat-alat lainnya, harus segera
diangkut atas persetujuan Pengawas Teknis / Kepala Unit / Satuan Kerja.
Pasal 11
Perubahan Pekerjaan
(1) Pada dasarnya seluruh volume dan item pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak
harus dilaksanakan . Apabila karena sesuatu hal volume dan atau item pekerjaan
tidak dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa dengan pertimbangan yang
dapat dipertanggung jawabkan, maka terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan dari Kepala Unit/satuan Kerja yang bersangkutan, Pengawas Teknik
dan Perencana teknik.
(2) Persetujuan dimaksud dituangkan dalam Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang
dibuat oleh Perencana yang didasarkan atas Berita Acara Peninjauan lapangan
yang dibuat oleh Pengawas Teknik dan ditanda tangani bersama antara Penyedia
Barang/Jasa, Unit/Satuan Kerja, dan Pengawas Teknik serta Perencana. Adapun
Berita Acara Perubahan tersebut ditanda tangani oleh Penyedia Barang/Jasa dan
Perencana.
(3) Jika dimungkinkan item dan atau volume pekerjaan yang telah mendapat
persetujuan untuk tidak dilaksanakan dapat dilakukan pengalihan pekerjaan. Item
dan Volume pekerjaan baru, ditetapkan bersama serta dituangkan dalam Berita
Acara Tambah Kurang dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatas.
Pasal 12
Papan Nama Kegiatan
(1) Pemasangan papan nama proyek sebagaimana diatur pada pasal ini
dipancangkan di lokasi proyek pada tempat yang mudah dilihat umum.
(2) Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan
pekerjaan dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan Kepala Unit /
Satuan Kerja.
(3) Petunjuk bentuk papan nama proyek, ukuran, isi dan warnanya diatur dalam Surat
Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 438/2000 tanggal 9 Maret 2000.
(4) Bentuk dan ukuran papan nama proyek fisik ditetapkan sebagai berikut :
a. Papan nama proyek dibuat multiplek tebal 6 mm dengan ukuran lebar 240 cm
dan tinggi 175 cm.
b. Papan nama dipasang pada tiang kaso ukuran 5/7 cm dengan ketinggian
disesuaikan kondisi lapangan.
c. Jenis tulisan memakai huruf cetak, tulisan dan garis warna hitam.
7
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA
Logo UNIT : …………………………………. Logo
Pemda SKPD
DKI
Pelaksana ………………………….
PT/CV : …………………………
No. TDR : …………………………
Kualifikasi : ………………………… Mulai : ..…..………….
Alamat : ………………………… Selesai :…..……………
240 cm
8
BAB II
KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN
STRUKTURAL
Pasal 13
Pekerjaan Umum
(1) Rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan struktur (spesifikasi struktur) ini dibuat
dengan maksud agar konstruksi Struktur yang akan dikerjakan memenuhi
kualitas/persyaratan-persyaratan yang tertuang dalam gambar dan spesifikasi
struktur ini serta Berita Acara Rapat Penjelasan, sebagaimana yang
direncanakan/dikehendaki oleh perencana struktur.
(2) Pemborong berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan struktur
sesuai dengan spesifikasi struktur ini dan gambar-gambar struktur terlampir serta
Berita Acara Rapat Penjelasan.
(3) Di lain pihak pihak, Direksi Pengawas bertugas serta berkewajiban untuk
mengawasi pekerjaan-pekerjaan Pemborong agar sesuai dengan spesifikasi
struktur ini dan gambar-gambar struktur terlampir serta Berita Acara Rapat
Penjelasan.
(4) Walaupun ada Direksi Pengawas dengan tugas pemgawasannya, pemborong
wajib mempunyai tim quality control tersendiri yang khusus mengawasi pekerja-
pekerja dan produknya agar sesuai dengan spesifikasi dan gambar struktur serta
Berita Acara Rapat Penjelasan.
(5) Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar yang satu dengan yang
lainnya atau hal-hal yang tidak/kurang jelas, baik mengenai spesifikasi struktur
maupun gambar-gambar struktur terlampir, maka pemborong maupun Direksi/MK
berkewajiban untuk menanyakan penjelasan kepada Perencana Struktur.
(6) Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi struktur maupun gambar-gambar
struktur serta Berita Acara Rapat Penjelasan tanpa persetujuan tertulis perencana
Struktur sama sekali tidak diperkenankan.
(7) Pemborong berkewajiban memeriksa kesesuaian gambar-gambar struktur,
Arsitektur, dan Mekanikal & Elektrikal beserta spesifikasinya masing-masing dan
melaporkan kepada Direksi/Pengawas apabila terdapat ketidaksesuaian.
Pasal 14
Pekerjaan Pendahuluan
Pembersihan Lokasi
Lokasi proyek ditentukan oleh perencana dan Konsultan manajemen Konstruksi di
lapangan dan selanjutnya pemborong harus memulai pekerjaan dari garis-garis dasar
dan patok-patok yang telah disetujui Perencana Teknis, Konsultan Manajemen
Konstruksi dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran yang
dibuatnya. Pemborong melaporkan ke Konsultan Perencana dan Konsultan
Manajemen Konstruksi terhadap pengecekan pengukuran terhadap patok-patok
utama.
9
(1) Kontraktor wajib melakukan pembongkaran pada beberapa bagian bangunan yang
akan direhab/diperbaiki.
(2) Sebelum dilakukan pembongkaran Kontraktor harus mendapat persetujuan dari
Pemberi Tugas, termasuk izin pemakaian jalan, tempat pembuangan puing dan
lain-lain dari pihak yang berwenang. Kelalaian dalam hal ini, resiko menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
(3) Dalam pelaksanaan pembongkaran ini kontraktor wajib membuat usulan rencana
pembongkaran minimal menyebutkan :
a. Metode Pembongkaran;
b. Waktu pengangkatan puing;
c. Lokasi pembuangan puing;
d. Pengamanan terhadap instalasi ME
e. Jangka waktu pelaksanaan;
f. Lain-lain yang berkenaan dengan pembongkaran ini.
Alat Ukur/Theodolit
Pengukuran dilakukan selama pekerjaan berlangsung, mulai dari awal sebelum
pekerjaan dilaksanakan hingga akhir untuk membuat Gambar Terlaksana (As Built
Drawings). Pengukuran harus dilakukan dengan referensi as-as bangunan pada kedua
arah utama bangunan. Kontraktor harus menyediakan alat ukur lengkap yang sudah
dikalibrasi dan bersertifikat kalibrasi yang masih berlaku, termasuk ahli ukur yang
berpengalaman sehingga setiap saat siap untuk mengadakan pengukuran ulang jika
diperlukan.
Bouwplank
Setelah pengukuran (setting out) selesai, maka Kontraktor wajib membuat bouwplank.
Bouwplank harus dibuat dari material yang disetujui oleh Konsultan Independen dan
harus rata. Bouwplank harus ditempatkan pada lokasi yang bebas dari gangguan
selama pekerjaan berlangsung dan mudah terlihat. Pada bouwplank dibuat tanda-
tanda dengan warna jelas yang menyatakan as-as bangunan lengkap dengan level/peil
yang menyatakan ketinggian. Umumnya bouwplank terbuat dari papan berukuran 2 x
20 cm.
Gudang
10
Material dan peralatan yang digunakan harus tersimpan secara aman dan baik,
bebas dari air dan pengaruh cuaca lainnya. Kontraktor wajib membuat gudang
dengan ukuran yang memadai, memiliki sirkulasi udara yang baik. Lokasi gudang
diatur sedemikian rupa sehingga memiliki akses yang mudah dijangkau dari luar
maupun dalam proyek.
Fire extinguisher dan alat pemadam kebakaran lainnya harus ditempatkan pada
direksi keet dan gudang.
Pasal 15
Pekerjaan Galian Tanah dan Urugan Kembali
(1) Semua pekerjaan penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus
dilaksanakan sesuai dengan gambar, RKS ini dan semua petunjuk yang
disampaikan oleh pengawas selama berlangsungnya pekerjaan.
(2) Semua bahan yang dipakai untuk pengurugan kembali harus merupakan bahan
pilihan yang baik, yang bebas dari kotoran, batu-batu besar dan bahan tumbuhan
atau bahan lainnya yang dapat membusuk.
(3) Pekerjaan penggalian harus dilaksanakan secara mekanis dan semua peralatan
yang dibutuhkan harus disediakan oleh Kontraktor, baik yang menyangkut
peralatan untuk pekerjaan persiapannya maupun peralatan untuk pekerjaan
penggaliannya sendiri dan alat-alat Bantu yang diperlukan.
a. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib untuk mengajukan permohonan
tertulis kepada pengawas, yang menyebutkan tanggal akan dimulainya
pekerjaan penggalian.
b. Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian,
kedalaman, kemiringan dan lengkungan yang sesuai dengan gambar.
Untuk pengurugan kembali harus dilaksanakan selapis demi selapis dengan ketebalan
tidak lebih dari 20 cm tiap lapisnya dan harus dipadatkan secara mekanis sampai
diperoleh kepadatan yang cukup dan disetujui oleh Pengawas.
11
Pasal 16
Pembersihan Lokasi
Pelaksana harus yakin akan kesiapan lokasi dan segala akibat yang mungkin dapat
timbul dalam proses pelaksanaan pekerjaan pembersihan. Persetujuan izin memulai
pelaksanaan pekerjaan setelah pemeriksaan kondisi lokasi bersama-sama Kosultan
Manajemen Konstruksi dan Pelaksana Pekerjaan.
Jalur-jalur instalasi air, listrik, atau instalasi lain di lapangan harus diamankan sebelum
pekerjaan pembersihan dimulai. Cara memutus aliran dan menutup jaringan dengan
izin Pemberi Tugas, Perencana Teknis, dan Konsultan Manajemen Konstruksi,
Penguasa setempat, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pelaksana harus
membuat atau mengganti instlasi listrik dan saluran air yang terpotong/teputus karena
pembersihan dengan yang baru langsung ke saluran yang ada di lokasi.
Pasal 17
Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu Kali
Spesifikasi bahan
1. Bahan untuk pondasi batu kali adalah batu belah kualitas baik dengan ukuran
maksimum 30 cm dan minimum 10 cm.
2. Adukan pengisi digunakan campuran 1 PC : 4 Psr, atau sesuai dengan yang
disyaratkan perencana.
Syarat-syarat pelaksanaan
1. Bentuk dan ukuran pondasi sesuai dengan yang tercantum dalam gambar rencana
atau sesuai petunjuk perencana.
2. Pada pasangan batu kali ini dasar maupun celah-celah batu kali harus diisi
adukan/perekat.
3. Bila digunakan batu kali atau batu bulat harus dipecah sekurang-kurangnya
mempunyai muka berbentuk pipih.
4. Pasangan pondasi batu kali dikerjakan di atas pasir urug setebal 10 - 15 cm padat
sesuai gambar rencana.
5. Pada bagian kedua sisi pondasi batu kali harus dibrapen dgn. adukan 1 PC : 4
Psr.
6. Setiap pertemuan pondasi harus dipasang stek dari besi beton diameter 12 – 40
D.
Pasal 18
Pekerjaan Pondasi Beton
Spesfifikasi bahan
Lantai kerja dan beton yang dipakai untuk pondasi plat jalur sesuai dengan persyaratan
yang berlaku dalam pasal pekerjaan beton bertulang.
Syarat-syarat pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan gambar pada Dokumen Kontrak,
termasuk pengadaan peralatan, tenaga kerja, tenaga ahli untuk menangani pekerjaan
pondasi yang terdiri dari penggalian tanah untuk pelaksanaan pondasi plat jalur,
penimbunan kembali dan sebagainya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
12
Bentuk dan ukuran pondasi adalah seperti terlihat pada gambar pelaksanaan yang
terdapat dalam Dokumen Kontrak, yaitu pondasi beton plat jalur.
Pasal 19
Pekerjaan Beton Bertulang
Spesifikasi bahan
1) Air : Air yang digunakan harus air bersih yang memenuhi syarat untuk diminum
(air minum), dan semua biaya untuk mendapatkan air bersih sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
2) Batu Split / koral : Batu split/koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu
baik serta mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
3) Pasir : Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
sejenisnya dan juga memnuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971. Pasir laut tidak diperbolehkan untuk
dipakai.
4) Semen : Semen yang digunakan Portland Cement jenis 1 menurut NI-8 1965 atau
type 1 menurut ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement
Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (N.C.8-172). Semen
yang rusak tidak diperbolehkan dipakai.
5) Besi beton :
- Besi beton yang digunakan adalah baja polos mutu U-24 dan ulir untuk U-32
(Sesuaikan gambar)
- Mutu besi beton yang digunakan harus berkualitas baik serta ukuran sesuai
gambar, bebas dari cacat besi seperti retak, karat, gelombang, besi bekas dan
sebagainya.
6) Begesting
- Bekesting yang digunakan adalah kayu terentang dengan ketebalan 3 (tiga)
cm.
- Bekesting harus kuat tidak bergetar dan tidak lentur waktu pelaksanaan
pengecoran dan mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi.
7) Mutu Beton
- Untuk struktur beton digunakan adukan 1 : 2 : 3
- Untuk bangunan bertingkat yang menggunakan struktur beton, digunakan beton
Ready Mix dan mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan
hasil test dari laboratorium.
- Hasil dari pemeriksaan laboratorium harus segera diserahkan kepada
pengawas.
8) Campuran Beton
- Komposisi adukan dinyatakan dalam perbandingan berat. Untuk menghasilkan
mutu beton yang ditentukan pada masing-masing jenis konstruksi, maka
masing-masing jenis material harus diadakan percobaan komposisi adukan
terlebih dahulu dan hasil percobaan tersebut harus segara diserahkan kepada
pengawas untuk dijadikan pedoman pada waktu diadakan pengecoran.
- Slump untuk campuran beton harus disesuaikan dengan hasil percobaan
laboratorium untuk mendapatkan mutu beton yang disyaratkan.
- Pembuatan benda uji atau test kubus beton selama masa pelaksanaan, paling
sedikit harus dibuat 1 benda uji setiap 5 m3 beton.
Pedoman pelaksanaan
Kecuali ditentukan lain dalam ketentuan-ketentuan tersebut diatas, maka sebagai
pedoman tetap dipakai PBI 1971.
13
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Pengecoran
a. Pengadukan dengan beton mixer/molen tidak boleh kurang dari 1 (satu) menit
diputar setelah seluruh komponen adukan dimasukkan kedalam
pengaduk/beton molen.
b. Penyampaian beton (adukan dari mixer) ketempat pengecoran dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan segregasi komponen/adukan beton
harus sudah dicor paling lambat 3 (tiga) menit sejak pencampuran di dalam
mixer dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan kualitas beton yang
disyahkan. Jika digunakan bahan tambahan, maka waktu tersebut diperpanjang
dalam batas-batas yang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan dengan persetujuan tertulis dari
pengawas lapangan (sipil/ME)
d. Pengecoran harus dilakukan dengan baik dengan menggunakan vibrator untuk
menjamin kepadatan beton.
e. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya,
maka tempat berhenti pengecoran harus disetujui pengawas lapangan.
f. Pada pengecoran sambungan setelah pengecoran berhenti 1 (satu) hari maka
pada adukan beton lama (beton yang telah mengeras) harus diberi bahan kimia
untuk memperkuat sambungan. Khusus untuk beton plat lantai tidak boleh
terjadi keretakan dan kebocoran dan kemudian akan ditest bersama.
g. Setelah pengecoran maka beton harus selalu dalam keadaan basah secara
terus menerus selama tidak kurang dari 7 (tujuh) hari selama masa pengerasan.
14
k) Beton harus dilindungi dari panas, hingga tidak terjadi penguapan yang terlalu
cepat.
l) Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus
diperhatikan.
m) Setelah pengecoran beton harus dibasahi paling sedikit 14 (empat belas) hari,
bagi beton yang tidak terlindung atau 7 (tujuh) hari bagi yang terlindung.
Pasal 20
Pekerjaan Beton Tidak Bertulang
Spesifikasi bahan
1) Air : Air yang digunakan harus air bersih yang memenuhi syarat untuk diminum
(air minum), dan semua biaya untuk mendapatkan air bersih sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
2) Batu Split / koral : Batu split/koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu
baik serta mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
3) Pasir : Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
sejenisnya dan juga memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971. Pasir laut tidak diperbolehkan untuk
dipakai.
4) Semen : Semen yang digunakan Portland Cement jenis 1 menurut NI-8 1965 atau
type 1 menurut ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement
Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (N.C.8-172). Semen yang
rusak tidak diperbolehkan dipakai.
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Permukaan tanah yang akan dilapisis beton tumbuk harus rata dan diperkeras.
2) Setelah permukaan rata dan keras kemudian digelar pasir urug tbl.minimal 10 cm.
3) Beton tumbuk digelar dengan ketebalan minimal 7 cm.
Pasal 21
Pekerjaan Konstruksi Baja
15
dengan trek stang, serta alat bantu yang memadai dan di meny secara
keseluruhan.
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Pemasangan kuda-kuda harus dilengkapi dengan besi penguat (seperti,
dynabold, baut/mur, ripet dll.)
2) Pemasangan gording harus dilengkapi dengan dudukan (sepatu).
3) Seluruh besi pipa konstruksi dan rangka atap harus dicat dasar (meni)
secara merata pada seluruh permukaan pipa Gip.
4) Pemasangan harus rapih dan benar
Spesifikasi bahan
1) Semua material untuk Konstruksi Baja harus menggunakan Baja yang baru dan
merupakan “Hot Rolled Struktural Steel” dan memenuhi mutu Baja ST 37
(PPBBI-83) atau ASTM A 36 atau SS 41 (JIS.U 3101-1970), dan ex Krakatau
Steel (fy = 240 Mpa). Semua material Baja harus baru, bebas/bersih dari karat,
lobang-lobang dan kerusakan lainnya.
2) Semua material Baja tersebut juga harus lurus, tidak terpuntir, tidak ada
tekukan-tekukan, serta memenuhi syarat toleransi seperti pada butir 5 dibawah
ini.
3) Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-
balok kayu untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah,
sehingga tidak merusak material. Dalam penumpukan material harus dijaga
agar tidak rusak, bengkok.
4) Direksi/Pengawas akan menolak material-material baja yang tidak memenuhi
syarat-syarat tersebut diatas dan tidak diperkenankan untuk difabrikasi.
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
a. Peraturan perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984.
b. American Institute of Steel Construction Specification 1980.
c. American Society for Testingand Materials
d. American Welding Society – Structural Welding Code.
e. Persyaratan umum bahan bangunan Indonesia (PUBI-1982).
f. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah .
2). Semua material Baja harus baru, bebas/bersih dari karat, lobang-lobang dan
kerusakan lainnya.
3). Semua material Baja tersebut juga harus lurus, tidak terpuntir, tidak ada
tekukan-tekukan, serta memenuhi syarat toleransi seperti pada butir 5 dibawah
ini.
a. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau
balok-balok kayu untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan
16
tanah, sehingga tidak merusak material. Dalam penumpukan material harus
dijaga agar tidak rusak, bengkok.
b. Direksi/Pengawas akan menolak material-material baja yang tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut diatas dan tidak diperkenankan untuk
difabrikasi.
7) Fabrikasi.
a) Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi Baja harus dilaksanakan oleh
tukang-tukang yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor-mandor
yang ahli dalam Konstruksi Baja.
b) Semua elemen-elemen harus difabrikasi sesuai dengan ukuran-ukuran dan
atau bentuk yang diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi atau
kerusakan-kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk
17
handling sambungan-sambungan dilapangan, las-las dilapangan dan
sebagainya.
c) Semua konstruksi Baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan
diberi kode dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang
dengan mudah. Kode-kode tersebut ditulis dengan cat agar tidak mudah
terhapus.
d) Pelat-pelat sambungan dan lain-lain bagian elemen yang diperlukan untuk
sambungan-sambungan dilapangan, harus dibuat/diikat sementara dulu
pada masing-masing elemen dengan tetap diberi tanda-tanda.
8) Pengelasan.
a) Secara prinsip semua yang berhubungan dengan Pekerjaan pengelasan
antara lain cara pelaksanaan, teknik pengelasan, kualifikasi tukang las,
operator las/ tack welder, inspection/testing, toleransi, perbaikan las dan
lain-lain harus memenuhi AWS D1.1-90 serta ketentuan-ketentuan dibawah
ini.
b) AWS D1.1-90 tersebut harus selalu ada baik di Workshop Pemborong
maupun di lapangan.
i. Kawat Las.
a) Kawat las atau electrode yang digunakan adalah Kobesteel RB 26 atau
E70XX low hydrogen electrode dengan minimum Yield strength sebesar
4150 Kgr/cm2, sedangkan Tensile Strength minimum 4950 Kgr/cm2.
b) Sebelum pemesanan kawat las, pemborong diharuskan untuk
memberikan contoh kawat las berikut brosur teknisnya untuk disetujui
secara tertulis oleh Direksi/Pengawas. Kawat las harus dikirim ke
Workshop dalam bungkusan yang tertutup/tersegel dengan baik.
c) Kawat las yang sudah dibuka dari bungkusnya harus dilindungi atau
disimpan sedemikian sehingga karakteristik atau sifatnya tidak berubah.
d) Setelah bungkus dibuka, kawat las tidak diperbolehkan dibiarkan
diudara terbuka melebihi max. 4 (empat) jam. Kawat las yang dibiarkan
diudara terbuka melebihi 4 (empat) jam tidak boleh digunakan untuk
pengelasan.
e) Kawat las yang berada di udara terbuka yang belum melampaui batasan
4 (empat) jam tersebut dapat dipanaskan kembali didalam “holding
oven” pada temperatur 120oC selama min 4 (empat) jam sebelum dapat
digunakan kembali. Pemanasan kembali tersebut hanya diperbolehkan
dilakukan 1 (satu) kali saja.
f) Kawat las yang basah/terkena air sama sekali tidak boleh digunakan
walaupun lewat pemanasan oven ulang.
g) Ukuran max. diameter kawat las adalah sebagai berikut :
1) 8 mm untuk semua pengelasan yang dilakukan pada posisi
horisontal kecuali untuk “rrot passes” (pengelasan pada root).
2) 6 mm untuk pengelasan las sudut horisontal.
3) 6 mm untuk root passes las sudut yang dilakukan pada posisi
horisontal, groove yang dilakukan pada posisi horisontal dengan
backing plate dengan root opening 6 mm atau lebih.
4) 4 mm untuk pengelasan vertikal dan overhead.
18
iii. Kualifikasi Tukang Las.
a) Pekerjaan pengelasan harus dilaksanakan oleh welder-welder yang
mempunyai sertifikat min. 3 G yang masih berlaku dan mempunyai
pengalaman mengerjakan proyek sejenis.
b) Pemborong harus memberikan daftar welder-welder berikut copy
sertifikatnya kepada Direksi/Pengawas sebelum memulai pekerjaan
pengelasan.
c) Direksi/Pengawas akan menyeleksi welder-welder bersertifikat tersebut
dengan mengadakan Test pengelasan las tumpul dengan disaksikan
oleh Direksi/Pengawas.
d) Hanya welder-welder yang disetujui oleh Direksi/Pengawas saja yang
boleh mengerjakan pekerjaan pengelasan.
w. T e s t
Semua pengelasan, tanpa kecuali, harus mengalami “visual inspection”
yang dilakukan oleh welding-inspector dari Direksi/Pengawas.
Visual inspection tersebut harus dilakukan pada seluruh proses
pengelasan, tidak hanya pada tahap akhir pengelasan saja.
Visual inspection minimum harus antara lain :
a. Persiapan permukaan yang akan dilas (kebersihan, root face, root
opening, groove angle, groove radius dan lain-lain).
b. Assembling bagian-bagian yang akan dilas.
20
c. Pemeriksaan weld profile atau penampang las termasuk
pemeriksaan apakah terjadi porosity, undercut,
kelengkungan/kecembungan yang berlebihan, overlap, crack,
inclusion dan lain-lain.
9. Baut Pengikat
a) Kecuali ditentukan lain dalam gambar Mutu baut penyambung adalah ASTM A
325 dengan tegangan tarik putis minimum 120 Ksi. (fy = 825 Mpa). Baut
penyambung harus berkualitas baik dan baru, diameter baut, panjang ulir harus
sesuai dengan yang diperlukan.
b) Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua
sisinya. Mutu pelat ring sesuai dengan mutu baut.
c) Mutu angkur adalah ST.37 (fy = 240 Mpa)
d) Direksi/Pengawas harus meminta Pemborong melakukan Test Baut pada
Laboratorium yang disetujui oleh Direksi/Pengawas, sebelum Pemborong
memesan baut yang akan dipakai.
e) Jumlah baut yang ditest untuk masing-masing ukuran adalah minimum 3 (tiga)
buah. Walaupun test baut tersebut memenuhi syarat, Direksi/Pengawas berhak
untuk meminta diadakan test baut lainnya dengan jumlah 1 (satu) baut dari
setiap 250 baut yang digunakan. Biaya pengetesan baut tersebut ditanggung
oleh Pemborong.
f) isi lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan
diameternya. Pemborong tidak boleh merubah atau membuat lubang baru
dilapangan tanpa seijin Direksi/Pengawas.
g) Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis,
maksimum 10 mm, boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan
api sama sekali tidak diperkenankan.
h) Lubang baut dibuat meksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.
i) Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan dengan kunci momen
torsi yang sebelumnya sudah dikalibrasi, sebagai berikut :
TORSI
UKURAN BAUT
LBS .FT ( KG . M)
1/2” ( 0 12 ) 90 12,454
1” ( 0 25 ) 710 98,249
j). Setiap pengencangan baut harus diawasi dan disaksikan secara langsung oleh
Direksi/Pengawas.
k). Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih
dapat paling sedikit 3 (tiga) ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa
21
menimbulkan kerusakan pada ulir baut tersebut. Panjang baut yang tidak
memenuhi syarat ini harus diganti dan tidak boleh digunakan.
l). Untuk menghindarkan adanya baut yang belum dikencangkan maka baut-baut
yang sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat.
22
pekerjaan erection tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas.
k) Apabila disetujui oleh Direksi/Pengawas maka pengelasan-pengelasan
dilakukan dilapangan harus diawasi betul-betul oleh mandor dari Pemborong
agar pengelasan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana baik ukuran
panjang maupun ketebalannya.
11. Pengecatan.
a. Persiapan pengecatan.
Semua permukaan konstruksi Baja sebelum dicat harul bebas dari:
- Lapisan mill, yaitu lapisan tipis mengkilap yang berasal dari Rolling Mill.
- Karet.
- Minyak Oli.
- Dan lain-lain kotoran yang akan mengganggu melekatnya cat pada
permukaan Baja.
Pembersihan harus dilakukan dengan menggunakan “Mechanecal Wire Brush”
(sikat Baja yangdigerakkan secara mekanis) dan tidak boleh menggunakan
sikat Baja manual, kecuali hanya untuk permukaan-permukaan yang betul-betul
tidak dapat dijangkau oleh “Mechanical Wire Brush” tersebut.
Direksi/Pengawas akan memerintahkan untuk mengupas dengan cara
mekanis/manual (bukan dengan api) lapisan cat yang sudah dikerjakan pada
konstruksi Baja yang tidak memenuhi persyaratan persiapan pengecatan
tersebut diatas, atas beban Pemborong dan tanggung jawab Pemborong.
b. Pengecatan Primer/Dasar.
Setelah diadakan persiapan pengecatan seperti tersebut diatas, maka setelah
difabrikasi, elemen Konstruksi Baja dicat dasar I dilakukan sebagai berikut :
Type Cat : Zincromate
Merek :
Green :
Ketebalan :
Cat dasar I tersebut harus dilakukan di Workchop/Pabrik, minimal 1 lapis atau
sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata sama tebalnya.
Cat dasar II dilakukan setelah erection dengan ketntuan sebagai berikut :
Type Cat : Zincromate
Merek : Dulux Undercoat A 543-101 Ex ICI Paint
Indonesia.
Ketebalan : 35 Micron.
Cat dasar II baru boleh dilakukan setelah Cat Dasar I betul-betul kering dn
diamplas, minimal 1 lapis atau sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata
sama tebalnya.
Apabila Cat Dasar II dilakukan sebelum Catr Dasar I mengering dengan baik
sehingga timbul bentolan-bentolan pada permukaan Cat, maka
Direksi/Pengawas akan memerintahkan Pengawas agar Cat Dasar II tersebut
diamplas dan dilakukan lagi pengecatan Cat Dasar II atas beban Pemborong.
c) Cat Finish.
Cat Finish dilakukan 2 (dua) kali dengan ketentuan sebagai berikut :
Cat Finish I :
Jenis Cat :
Produk :
Ketebalan :
Cat Finish II :
Jenis Cat :
Produk :
Ketebalan :
23
Sama seperti Cat Dasar I dan II, maka Cat Finish I maupun Cat Finish II baru
boleh dilaksanakan setelah lapisan cat-cat sebelumnya betul-betul kering dan
diamplas.
Direksi/Pengawas akan memerintahkan pengecatan ulang pada setiap lapisan
cat yang tidak memenuhi persyaratan tersebut atas biaya Pemborong.
Untuk mengecheck ketebalan-ketebalan pengecatan maka Pemborong
diharuskan menyediakan alat ukur khusus guna keperluan tersebut.
Khusus untuk bagian permukaan Baja yang akan dibungkus beton (kalau ada),
maka bagian permukaan tersebut tidak perlu dicat dasar maupun finish.
Pengecatan primer maupun finish harus dilakukan dengan cara spray, bukan
dengan cara kuas.
24
BAB III
KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN
ARSITEKTUR
Pasal 22
Pekerjaan Dinding Batu Bata
2. Adukan
Adukan yang digunakan untuk pasangan bata dinding biasa adalah 1 PC : 4 Psr,
sedangkan untuk pasangan dinding dengan adukan kuat (trasram) digunakan
adukan 1 PC : 3 Psr, dengan persyaratan bahan adukan sebagai berikut :
a) Semen Portland harus memenuhi NI-8
b) Pasir harus memenuhi NI-3
c) Air harus memenuhi PVBT 1982
Syarat-syarat pelaksanaan
1. Batu bata yang hendak dipasang harus direndam dalam air bersih hingga jenuh
atau berhenti mengeluarkan gelembung udara.
2. Batu bata dalam keadaan basah harus segera dipasang dengan spesi sebagai
bahan perekat dengan ketebalan minimal 1 cm dan maksimal 2 cm.
3. Pasangan batu bata harus lurus (sesuai kebutuhan) tegak dan waterpass tiap
lapisnya.
4. Pasangan setengah batu bata dalam satu hari tidak boleh melebihi tinggi 1 m dan
setiap panjang 3 m harus diselingi kolom praktis.
5. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap pekerjaan beton (kolom
dan balok) harus diberi stek-stek diameter 10 mm dan panjang 20 cm.
6. Susunan batu bata harus sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
7. Bagian yang akan dipasangi batu bata harus bersih dari segala bentuk kotoran.
Syarat-syarat pelaksanaan
1. Plesteran pada permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar, dan
dibersihkan dari segala kotoran , kemudian dalam tahap pertama harus dibuat
25
basah, selanjutnya plesteran tersebut dilapisi dengan adukan 1 PC : 3 Psr dan
dibiarkan mengering, kemudian dilakukan plesteran akhir yang dibuat datar dan
lurus.
2. Pada dinding bata yang akan diplester, siar-siar sebelumnya harus dikorek sedalam
1 cm untuk memberikan pegangan pada plesteran, kemudian dinding disikat
sampai bersih barulah plesteran dikerjakan.
3. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan semen dan diratakan sesuai
kondisi lapangan.
Pasal 23
Pekerjaan Pintu
Spesifikasi bahan
Bahan fabrikasi harus sesuai dengan gambar perencanaan baik jenis profil, ukuran
maupun warnanya.
Syarat-syarat pelaksanaan
1. Bentuk dan ukuran folding gate harus sesuai dengan gambar perencanaan.
2. Semua penyambungan kusen dan folding gate harus disesuaikan dengan
standard teknis penyambungan yang dikeluarkan oleh pabrik, baik sistemnya
maupun material pembantu yang digunakan.
3. Sistim pemasangan kusen dan folding gate baik pada dinding partisi maupun pada
dinding bata ataupun beton bertulang harus sesuai persyaratan yang dikeluarkan
oleh pabrik.
Pasal 24
Pekerjaan Railing Tangga
Spesifikasi Bahan
Bahan yang digunakan untuk pekerjaan Railing Tangga adalah:
Rangka utama dan rangka pembagi stainless steel ukuran sesuai (ditunjukkan dalam
gambar).
Syarat-Syarat Pelaksanaan
Persyaratan Umum:
a. Semua bahan sebelum dipasang dan sesudah dipasang harus ditunjukkan kepada
Konsultan Perencana, Pemberi Tugas, dan Konsultan Manajemen Konstruksi
beserta ketentuan/persyaratan pabrik, untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Perencana, Pemberi Tugas, dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Bahan yang tidak disetujui harus diganti atas beban Pemborong, tanpa biaya
tambahan sampai dapat disetujui oleh Konsultan Perencana, Pemberi Tugas, dan
Konsultan Manajemen Konstruksi.
c. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, maka bahan
pengganti harus mendapat persetujuan dati Konsultan Perencana, Pemberi Tugas,
dan Konsultan Manajemen Konstruksi berdasarkan contoh yang diajukan oleh
Pemborong.
d. Sebelum pemasangan dimulai, Pemborong harus meneliti gambar-gambar yang
ada, kondisi lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara
pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
e. Kecuali peralatan/bahan yang tampak pada gambar, Pemborong tidak
diperkenankan untuk memasang bahan lain tanpa persetujuan dari Konsultan
Perencana, Pemberi Tugas, dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
f. Bila ada kelainan apapun antara gambar, Pemborong tidak diperkenankan untuk
memasang bahan lain tanpa persetujuan dari Konsultan Perencana, Pemberi
Tugas, dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
26
g. Pemborong tidak diperkenankan memulai pekerjaan di suatu tempat dalam hal ada
kelainan/perbedaan di tempat tersebut, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
h. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pengecekan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan.
i. Pemborong wajib memperbaiki/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama
masa pelaksanaan dan masa pemeliharaan, atas biaya Pemborong selama
kerusakan bukan diakibatkan oleh tindakan Konsultan Perencana, Pemberi Tugas,
dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pasal 25
Pekerjaan Pengecatan Dinding
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Pekerjaan ini harus dilaksanakan sebagai dasar pengecatan dinding batu-bata
yang baru.
2) Bahan plamir yang digunakan harus berkualitas baik.
3) Permukaan dinding batu bata yang akan diplamir harus sudah diplester dan diaci
dan bersih dari berbagai kotoran.
4) Pelapisan plamir harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dihasilkan permukaan
dinding bata yang rata.
5) Setelah pelapisan plamir dilakukan dengan sempurna, sesudah kering harus
diamplas agar permukaan dinding bata tersebut rata dan halus.
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Setelah pengawas menyetujui dan pekerjaan-pekerjaan lain telah selesai, maka
dilaksanakan pekerjaan akhir (finishing) hingga didapatkan hasil yang baik dan rata
warnanya (tidak berbayang).
2) Pekerjaan pengecatan dinding batu bata yang baru, permukaan dinding tersebut
baru dapat dicat jika telah diplester, diaci dan diplamir rata dan halus. Untuk plafon,
sebelum dilakukan pengecatan maka harus diplamir dan diamplas sampai rata dan
halus.
3) Pengecatan baru dapat dilaksanakan jika pengawas lapangan telah menyatakan
secara tertulis bahwa permukaan dinding / plafon tersebut rata dan baik.
4) Pengecatan harus dilakukan secara bertahap sampai didapat hasil yang rata dan
baik.
27
Pasal 26
Pekerjaan Penutup Atap
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Spandek harus terletak pada pasangan gording yang lurus dan waterpas;
2) Overlap antara sambungan vertikal maupun horisontal harus cukup sehingga tidak
terjadi tampias/bocor;
3) Pasangan spandek harus lurus dengan kontrol dan tarik benang;
4) Bubungan/nok ditutup dengan spandek yang sejenis dan berkualitas baik, tidak
retak, tidak berlubang dan dipasang saling menutup ujung sejauh kaitannya,
kemudian dimatikan rapat.
Pasal 27
Pekerjaan Talang Datar dan Talang Tegak
Spesifikasi bahan
Bahan talang datar digunakan seng BJLS 30” dan talang tegak digunakan bahan pipa
PVC kelas AW dengan diameter sesuai gambar, kecuali ditentukan lain.
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Seng/pipa bekas bongkaran tidak boleh digunakan kembali (kecuali ditentukan).
2) Talang datar harus dimeni dengan meni besi kualitas baik.
3) Pemasangan talang datar harus sedemikian rupa supaya air hujan dengan mudah
mengalir kesaluran talang tegak dan tidak terjadi genangan pada talang datar.
4) Lipatan/sambungan talang datar baik dari talang lama maupun talang baru harus
rapi, kuat dengan lipatan minimal 3 (tiga) kali lipatan serta tidak boleh ada yang
bocor.
5) Pada mulut-mulut talang datar yang berhubungan talang tegak harus dipatri
dengan baik.
6) Untuk landasan talang datar digunakan papan 3/30 cm dengan memperhatikan
kemiringan.
7) Pemasangan talang tegak harus diklem setiap jarak 1 m’ dari bahan yang sejenis.
8) Sambungan dari pipa talang tegak harus dari ekivalen pipanya dengan system cor
dan tidak diperkenankan menggunakan fitting dan dilas.
9) Sambungan-sambungan pipa tidak diperkekankan menggunakan sistem bakar,
tetapi harus menggunakan fiiting.
10) Pada saat penyambungan pipa harus dalam keadaan bersih dari segala macam
kotoran dan diamplas serta harus menggunakan lem yang khusus untuk bahan
tersebut.
Pasal 28
Pekerjaan Pengecatan Besi/Baja
28
Spesifikasi bahan
1) Meni besi/baja yang digunakan harus berkualitas baik.
2) Tinner pengencer meni yang digunakan harus berkualitas baik.
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Pekerjaan meni harus dilaksanakan sebagai dasar pengecatan besi/baja yang
baru.
2) Permukaan besi/baja yang akan dimeni harus bersih dari berbagai kotoran
termasuk karat.
3) Permukaan besi/baja harus tertutup meni secara sempurna dan merata.
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Pekerjaan ini harus dilaksanakan sebagai dasar pengecatan besi/baja yang baru.
2) Bahan plamir besi/baja yang digunakan harus berkualitas baik.
3) Permukaan baja yang akan diplamir harus sudah dicat meni secara merata dan
bersih dari berbagai kotoran.
4) Pelapisan plamir harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dihasilkan permukaan
besi/baja atau dinding yang rata.
5) Setelah pelapisan plamir dilakukan dengan sempurna, sesudah kering harus
diamplas agar besi/baja tersebut rata dan halus.
Syarat-syarat pelaksanaan
1) Untuk pekerjaan pengecatan besi/baja yang baru, permukaan besi/baja harus
sudah dimeni dan diplamir serta diamplas sampai rata dan halus.
2) Setelah didapat permukaan besi/baja yang rata dan halus pengecatan dilakukan
secara bertahap mulai dari cat dasar sampai pengecatan finishing hingga benar-
benar rata.
3) Setelah pengawas menyetujui dan pekerjaan-pekerjaan lain telah selesai, maka
dilaksanakan pekerjaan akhir (finishing) hingga didapatkan hasil yang baik dan rata
warnanya (tidak berbayang).
4) Pengecatan cat besi/baja dilakukan 3 (tiga) kali laburan dengan ketentuan seperti
di atas.
5) Untuk pengecatan besi/baja lama, maka pengecatan baru dapat dilaksanakan jika
permukaan cat besi/baja lama dalam keaadaan bersih dari berbagai macam
kotoran, pengecatan dilakukan sampai benar-benar rata.
6) Pengecatan harus dilakukan secara bertahap sampai didapat hasil yang rata dan
baik.
Pasal 29
Pekerjaan Waterproofing
29
(1) Bahan yang digunakan adalah bitutene system membran dengan ketebalan 1.5
mm berkualitas baik dan bergaransi selama 3 (tiga) tahun.
(2) Bahan-bahan yang digunakan harus sesuai dengan standard yang ditentukan oleh
pabrik dan standard lainnya.
Syarat-syarat pelaksanaan
(1) Untuk plat/dak baru, maka plat/dak tersebut harus disikat terlebih dahulu sampai
bersih.
(2) Untuk plat/dak lama yang telah dipasangi water proofing, maka harus dilakukan
pengupasan screeding dari water proofing lama sampai plat/dak beton bersih,
kemudian disikat sampai bersih.
(3) Kemudian dlakukan Coatting colbond 1:1:1 yang berfungsi sebagai perekat.
(4) Pengaturan leveling/kemiringan dilakukan dengan scread kurang lebih 0.5%.
(5) Setelah itu dilakukan primer coating dengan bahan cair primer, yang dilanjutkan
dengan water proofing dengan membran sheet bakar.
(6) Pada pertemuan dinding bata, maka harus dilakukan bobokan plesteran setinggi
20 cm.
(7) Semua pertemuan 90 derajat atau sudut yang lebih tajam harus dibuat tumpul,
yaitu menutup sepanjang sudut tersebut dg. adukan kedap air 1 : 3.
(8) Setelah water proofing dilaksanakan, plat/dak beton tersebut harus ditest dengan
menggenangi pat/dak tersebut dengan air selama 24 jam dan dilihat dibagian
bawah plat/dak, jika masih bocor/rembes maka harus dilakukan injeksi pada
retakan yang menyebabkan kebocoran tersebut.
Syarat-syarat pelaksanaan
(1) Permukaan yang akan diberi lapisan harus keras, bersih, bebas dari sisa-sisa cat,
bebas dari debu, lemak dan minyak, lilin dan bahan-bahan pengotor lainnya.
(2) Siapkan adukan bubuk AM-100 dengan cairan AM-100 dengan perbandingan 1.5
kg bubuk AM-100 dan 1 liter cairan AM-100.
(3) Aduklah hingga tercapai konsistensi adukan yang kental seperti krim dan tidak
terdapat lagi gumpalan bahan yang belum tercampur.
(4) Biarkan adukan selama kurang lebih 5 – 10 menit.
(5) Ulangi pengadukan untuk memastikan pencampuran yang homogen sebelum
diaplikasikan.
(6) Aplikasikan adukan tersebut pada bidang yg diinginkan dengan pentahapan
sebagai berikut :
a. Pelapisan pertama dilakukan dengan kuas biasa atau kuas roll
b. Pelapisan selanjutnya dapat dilakukan dengan kuas, kuas roll maupun alat
semprot (spray-gun), untuk permukaan datar dapat juga dilakukan dengan
menggunakan trawel.
(7) Sebelum pengeringan sempurna tercapai (minimum 7 hari), tidak diperbolehkan
bidang tersebut dibasahi, digenangi atau kontak langsung dengan air.
30
BAB IV
KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN
MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
Pasal 30
Pekerjaan Listrik Tegangan Rendah
Lingkup Pekerjaan :
Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi listrik adalah instalasi yang penunjang
bangunan (gedung) baik dalam maupun diluar gedung, taman, area perparkiran dan
lain-lain yang mencakup antara lain :
1. Pekerjaan panel-panel daya
2. Pekerjaan Instalasi (pengabelan)
3. Pekerjaan Armature (penerangan, peralatan pemutus dan penghubung daya dan
peralatan catu daya)
4. Pekerjaan pentanahan
b. Kabel instalasi pada inti tunggal atau lebih dengan diameter 1,5 mm2 s/d 10m2
- Isolasi PVC
- Selubung dalam PVC
- Selubung luar PVC
32
3. Penerangan dan Stop Kontak
a. Pekerjaan armature :
1. Penggunaan dan pemasangan armature lampu produksi Philips atau
yang setara.
2. Saklar pemutus daya dan stop kontak catu daya 250va rocker mekanis
type modular dekoratif.
3. Stop kontak catu daya tenaga ( power ) menggunakan produksi MK. Atau
yang setara.
4. Untuk jenis armature TL harus dipasang kapasitor dengan ukuran yang
sesuai dengan besaran VA yang terpasang.
5. Material yang terpasang dilapangan harus sesuai dengan Bill of Quantity
yang diterbitkan oleh redaksi.
33
Pasal 31
Penutup
Jakarta, Ju 2018
Mengetahui : Dibuat / disusun :
Kepala Dinas Perhubungan Konsultan Perencana
Provinsi DKI Jakarta PT. Andalas Indah Rekatama
34