Anda di halaman 1dari 26

1.

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyusunan pekerjaan Pendataan Rumah Tidak Laya Huni memerlukan kajian secara
komprehensif. Hal ini disadari konsultan karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang
sifatnya multi aspek, karena mencakup aspek teknis, manajemen,
Kelembagaan,keuangan,sosial, ekonomi dan lingkungan.
Kegiatan pendataan ini adalah pekerjaan dimana konsultan dapat membuat data dan verifikasi
untuk usulan Bantuan Rumah Tidak Laya Huni tahun 2017 dan tahun tahun berikutnya.

Teknis/KeLayaan dinilai oleh konsultan yang memenuhi syarat untuk dibangun, kemudian
akan di kaji untuk direkomendasikan diajukan pembiayaannnya dengan program Bantuan
Rumah Tidak Laya huni ini. Untuk Mengkaji dilakukan beberapa langkah verifikasi dan uji materi
disemua aspek yang terkait antara lain:

Peraturan/Perundangan,
Teknis,
Kelembagaan,
Financial dan
Perencanaan.

Dari aspek inilah konsultan akan menyusun Data calon penerima Bantuan Rumah Tidak Laya
huni guna menetapkan skala prioritas di beberapa kecamatan di kabupaten Sonawe,mana
yang paling masuk kriteria.

1.2. DASAR HUKUM

Pelaksanaan pendataan Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) merupakan


salah satu implementasi atas peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, yaitu :

a. Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 28 H Amandemen UUD 1945;


b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN);
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Permukiman;
d. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun 2010, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat;
e. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 14/PERMEN/M/2011, tentang Pedoman
Pemberian Stimulan untuk Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR).
f. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 29 tahun 2011, tentang Pedoman
Bantuan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan
(PLP2K-BK);
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012, tentang Belanja Bantuan Sosial pada
Kementerian Negara/Lembaga;
h. Surat Edaran Menteri Perumahan Rakyat Nomor 01 Tahun 2012, perihal Pelaksanaan Tugas
Fasilitasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh Pemerintah Provinsi;
i. Surat Edaran Menteri Perumahan Rakyat Nomor 02 Tahun 2012, perihal Pelaksanaan Tugas
Fasilitasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota;
j. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 22/SE/DS/4/2012, tentang
Pembuatan Gambar Kerja;
k. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 23/SE/DS/4/2012, tentang Petunjuk
Proses Verifikasi Lapangan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh SKPD Kabupaten/Kota;
l. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 25/SE/DS/4/2012, tentang Petunjuk
Peroses Verifikasi Administrasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh SKPD Provinsi;
m. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 53 Tahun 2012, tentang Volume Kerja
UPK dan Penunjukan BKM;
n. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 54 Tahun 2012, tentang Kriteria,
Persyaratan, dan Tata Cara Penunjukan Calon Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM);
o. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 61/DS/Tahun 2012, tentang
Perubahan Tata Cara Penyaluran Dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS);
p. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 81/DS/Tahun 2012, tentang
Pembuatan Laporan Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS);
q. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 96/SE/DS/2012, tentang Tata Cara
Penarikan Dana Tabungan dan Pembelian Bahan Bangunan oleh Penerima Bantuan;
r. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 01/SE/DPS/2013, tentang Pedoman
Pembuatan Gambar Kerja dan Rencana Penggunaan Dana BSPS.
s. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat No39/PRT/M Tahun 2015 tentang
perubahan Peraturan menteri Perumahan Rakyat No 6 tahun 2013 tentang pedoman
pelaksanaan bantuan stimulant Perumahan swadaya.
t. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat No 13/PRT/M Tahun
2016.Tentang BSPS

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

Maksud :
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyediakan data calon penerima Bantuan Rumah Tidak
Laya Huni Tahun 2017 dan tahun selanjutnya, data terkait aspek pemberdayaan masyarakat
agar tepat sasaran, tepat penggunaan, tepat anggaran, dan tepat waktu.

Tujuan :
Sedangkan tujuannya adalah:
a. Tersedia data subjek dan objek Rumah Tidak Laya Huni samapai Tahun 2016 di kabupaten
Sonaweyang tepat sasaran.
b. Tersedia evaluasi kegiatan pendataan calon penerima Bantuan .
c. Tersedia data terkait aspek pemberdayaan.

2. 1 . GAMBARAN UMUM KEGIATAN

2.1.1 Data Proyek


a Nama Pekerjaan : Pendataan Rumah Tidak Laya Huni di
Kabupaten Sonawe Opum
b Hasil Pendataan 20.923
: unit dari 23 Kecamatan
c Pengguna Jasa / Pemberi Tugas : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sonawe.
Jl. T. timur a56

d Konsultan Pelaksanan pekerjaan : CV GIGI 6.

i Lokasi Kegiatan : 23 Kecamatan di Kabupaten Sonawe

2.1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyediakan data calon penerima Bantuan Rumah Tidak
Laya Huni Tahun 2017 dan tahun selanjutnya, data terkait aspek pemberdayaan masyarakat
agar tepat sasaran, tepat penggunaan, tepat anggaran, dan tepat waktu.

Tujuan
Sedangkan tujuannya adalah:
1. Tersedia data calon penerima Bantuan Rumah Tidak laya Huni Tahun 2016 yang tepat sasaran.
2. Tersedia evaluasi kegiatan pendataan calon penerima Bantuan .
3. Tersedia data terkait aspek pemberdayaan

2.1.3 Indikator dan Keluaran

A. Indikator Keluaran

Output/keluaran dalam kegiatan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu output yang berupa kualitatif
dan output secara kuantitatif.

Keluaran (Kualitatif)
Peran Konsultan Pendataan Bantuan Rumah Tidak Laya huni adalah membantu
Dirjen Perumahan Swadaya dan Satuan Kerja (SATKER) Pemberdayaan Perumahan Swadaya
dalam melaksanakan kegiatan Bantuan di tingkat pusat. Dan Membantu Dinas Pekerjaan
Umum di daerah Tingkat II Kab Sonawe, Tugas tersebut, meliputi:
1. Pendataan calon penerima dana Bantuan ;
2. Penyusunan database pendataan sesuai sistem di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.

Keluaran (Kuantitatif)

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini, adalah:


1 Data Rumah Tidak Laya Huni di 23 Kecamatan adalah 22.469 unit..
2 Laporan kemajuan (progress) pelaksanaan pendataan yang disampaikan sesuai KAK.
3 Tersedianya database informasi Rumah Tidak Laya Hunisecara menyeluruh yang mudah diakses
oleh pihak-pihak yang memerlukan, terdiri atas:
o Data base Rumah Tidak laya huni di Kab Sonaweoffline dan online.
o Data titik koordinat geografis Desa/Kelurahan .

B. Keluaran
Laporan yang disampaikan berupa:
1. Laporan secara berkala yang memuat kemajuan pelaksanaan kegiatan pendataan
, permasalahan, dan tindak lanjut kegiatan.
2. Laporan pelaksanaan kegiatan Konsultan yang berisi gambaran pelaksanaan kegiatan
Pendataan , kendala, dan rekomendasi tindak lanjut permasalahan sesuai tahapan pelaporan,
meliputi: Laporan Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Akhir.

Laporan Pendahuluan.
Laporan diserahkan setelah masa penugasan, dengan jumlah sebanyak 5 (lima) eksemplar.
Laporan Antara
Laporan diserahkan setelah 3 (tiga) minggu setelah masa penugasan, dengan jumlah sebanyak
5 (lima) eksemplar.
Laporan akhir
Laporan diserahkan setelah berakhir masa penugasan. Laporan ini merupakan progres
pelaksanaan dan indikasi keberhasilan dan kendala serta hambatan yang di temukan di
lapangan sebagai masukkan untuk
penyempurnaan konsep program berupa hard copy sebanyak 5 (lima) eksemplar dan
softcopy/keeping CD.

C. Evaluasi Pekerjaan

1. Prestasi Pekerjaan
Prestasi pekerjaan untuk pendataan untuk periode minggu pertama dalah penyiapan format
pendataan
2. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang telah terpakai adalah 6 minggu atau 36 hari kerja dan 9 hari kerja untuk finishing
dan pelaporan hasil pendataan .

2.2 GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Bantuan Rumah Tidak Laya Huni MBR yang tepat
sasaran, tepat waktu, dan tepat penggunaan, diperlukan data yang akurat. Data calon penerima
Bantuan ini menurut amanat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 39/PRT/M Tahun 2015, tentang Perubahan Permen no 6 tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dalam pasal 29, diperoleh pada tahun
sebelum dilaksanakan kegiatan . Oleh karena itu kegiatan pendataan calon penerima Bantuan
Kabupaten SonaweTahun 2017 dan tahun berikutnya dilakukan pada tahun 2016 ini.

Letak Kabupaten Sonawe secara geografis berada diantara 31400 41300 Lintang Utara dan
975200 984500 Bujur Timur dengan luas 6.272 KM, dan berada pada ketinggian 4105 M
di atas permukaan laut.
Batas-batas wilayah Kab Sonawe adalah :
Pusat Pemerintahan Kabupaten Sonaweberada di Kota xx, secara administrasi Kabupaten
Sonaweterdiri dari 23 Kecamatan dan 270 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 90.986
jiwa.
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN SONAWE

3.1 . PENDEKATAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN

Konsultan telah memahami keseluruhan tugas sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
beserta informasi tambahan yang disampaikan pada pekerjaan Pendataan Rumah Tidak Laya
Huni . Untuk mencapai tujuan tersebut, didalam dokumen ini, Konsultan menguraikan
beberapa aspek penting didalam pelaksanaan pekerjaan yang meliputi:
1.. Pendekatan Umum
2. 2. Strategi Teknis Pelaksanaan Pekerjaan,
3. 3. Rencana Kerja TIM
Dalam pekerjaan ini konsultan akan mengunakan beberapa pendekatan untuk dapat menjawab
tujuan dari pekerjaan Pendataan Rumah Tidak Laya Huni,

1. PENDEKATAN UMUM
Strategi pelaksanaan Pendataan Rumah Tidak Laya Huni dalam kegiatan ini akan digunakan
pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan
akurat terhadap keadaan yang ada berdasarkan data dan informasi yang didapatkan dari hasil
di lapangan maupun data sekunder yang ada. Dengan demikian kegiatan observasi ini bersifat
non eksperimental, karena data yang diteliti sudah ada, bukan sengaja ditimbulkan. Sedangkan
metode observasi ini akan lebih bersifat kuantitatif disamping juga kualitatif, karena data yang
diperoleh lebih banyak berupa angka, mulai dari pengumpulan data, kompilasi data, penafsiran
data tersebut, maupun menampilkan hasilnya. Selain itu juga akan digunakan tabel, grafik dan
diagram. Untuk observasi yang bersifat deskriptif kualitatif. Selanjutnya terhadap kerangka
pemikiran akan bersifat deduktif, karena variabel yang akan diteliti semua sudah didapatkan.
Penyusunan Proposal Konsultasi Pendataan Rumah Tidak Laya Huni Kab Sonawememerlukan
kajian secara komprehensif. Hal ini disadari konsultan karena kajian ini merupakan kajian yang
sifatnya multi aspek, karena mencakup aspek teknis, manajemen, Kelembagaan, keuangan,
sosial, ekonomi dan lingkungan

Ada beberapa pendekatan yang akan dilakukan konsultan berdasarkan pengalaman dalam
pekerjaan ini,sebelumnya dengan sedikit penyesuaian karena dalam kajian ini pendekatan
secara regional merupakan faktor yang penting sekali untuk dikaji secara mendalam, meliputi :

1. Pendekatan Kondisi Geografis dan Sosial Ekonomi Secara Regional


Untuk pelaksanaan kegiatan ini dimulai dengan kajian kondisi geografis dan sosial ekonomi
secara regional setelah didapat Lokasi yang pasti dari Dinas PU kab Sonawe. Hal ini akan
dilakukan oleh konsultan dengan cara melakukan kajian terhadap peta geografis seluruh
wilayah administrasi, mengumpulkan data-data statistik kependudukan dari BPS dan data-data
dari instansi/dinas terkait di wilayah Kab Sonawe..Secara sistematis melakukan analisis untuk
mengetahui gambaran utuh terkait dengan kondisi geografis, kondisi sosial dan kondisi
ekonomi Di Kawasan tersebut.
2. Melakukan kajian sistem penyelenggaraan dan pengelolaan Bantuan eksisting
Pendekatan untuk kajian penyelenggaran dan pengelolaan Bantuan Rumah Tidak Laya
huni dengan Pendekatan isu dan permasalahan eksisting akan digunakan untuk merumuskan
penyelesaian masalah sehingga dalam penerapannya nanti akan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang sebenarnya
1. TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode yang digunakan pada tahapan pekerjaan adalah metode pendekatan yang dapat
memberikan kerangka pikir pedoman dan arahan bagi pelaksanaan pekerjaan ini. Kerangka
berpikir tersebut secara teknis terbagi atas beberapa proses yang meliputi:

1. Wilayah Kegiatan.
Pekerjaan penyusunan data rumah tidak laya huni ini untuk pedoman di Kab Sonawe.

2. Pendekatan Prosedur
Deskripsi eksisting wilayah studi untuk di Kecamatan-kecamatan mencakup berbagai aspek
merupakan langkah awal guna mengkaji keadaan dan potensi serta permasalahan yang ada.
Aspek yang dikaji mencakup: aspek fisik, aspek sosio-ekonomi dan aspek kependudukan.
3. Pendekatan Lingkungan

Melakukan koordinasi dengan masyarakat pelaku dan pelaksanaan Pendataan rumah


Tidak Laya Huni yang memiliki pengalaman.

4. Pendekatan Kelembagaan
Penyusunan rencana kegiatan dengan koordnasi ke stake holder dan instansi pelaku Bantuan
Rumah tidak Laya Huni . Semua produk hukum baik nasional maupun peraturan daerah perlu
dikaji kaitannya dengan kewenangan . Disamping produk hukum yang ditetapkan oleh
Pemerintah pusat /Pemerintah Daerah, perlu dikaji norma-norma atau hukum adat yang ada.
Oleh karena terkait dengan adat istiadat atau hukum adat maka aspek sosial budaya dan aspek
sosial ekonomi merupakan substansi dari pendekatan ini.

5. Pendekatan Peraturan dan Perundangan.


Pendekatan Legal merupakan suatu pendekatan ilmiah dalam penyusunan rencana induk
pelaksanaan. Beberapa peraturan terkait dengan pembangunan daerah/wilayah akan memberi
masukan bagi pemilihan calon penerima Bantuan Rumah Tidak Laya huni . Informasi yang dapat
diperoleh melalui jaringan internet atau Web Menpupera akan digali untuk dapat digunakan
sebagai masukan pada studi ini. Produk hukum, pedoman dan ketentuan-ketentuan teknis
dapat merupakan dokumen dan/atau sebagai literatur. Produk hukum sebagai landasan
regulasi yang perlu digunakan pada studi ini antara lain meliputi :

1. .Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 28 H Amandemen UUD 1945


2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN )
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Permukima
4. Peraturan Meneteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun 2010, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat;
5. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 14/PERMEN/M/2011, tentang Pedoman
Pemberian Stimulan untuk Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR);
6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 29 tahun 2011, tentang Pedoman
Bantuan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis
Kawasan (PLP2K-BK)
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012, tentang Belanja Bantuan Sosial
pada Kementerian Negara/Lembaga;
8. Surat Edaran Menteri Perumahan Rakyat Nomor 01 Tahun 2012, perihal Pelaksanaan
Tugas Fasilitasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh Pemerintah Provinsi
9. Surat Edaran Menteri Perumahan Rakyat Nomor 02 Tahun 2012, perihal Pelaksanaan
Tugas Fasilitasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
10. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 22/SE/DS/4/2012, tentang
Pembuatan Gambar Kerja;
11. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 23/SE/DS/4/2012, tentang
Petunjuk Proses Verifikasi Lapangan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh SKPD
Kabupaten/Kota;
12. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 25/SE/DS/4/2012, tentang
Petunjuk Peroses Verifikasi Administrasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh
SKPD Provinsi;
13. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 53 Tahun 2012, tentang
Volume Kerja UPK dan Penunjukan BKM;
14. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 54 Tahun 2012, tentang
Kriteria, Persyaratan, dan Tata Cara Penunjukan Calon Tenaga Pendamping Masyarakat
(TPM);
15. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 61/DS/Tahun 2012, tentang
Perubahan Tata Cara Penyaluran Dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS);
16. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 81/DS/Tahun 2012, tentang
Pembuatan Laporan Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS);
17. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 96/SE/DS/2012, tentang Tata
Cara Penarikan Dana Tabungan dan Pembelian Bahan Bangunan oleh Penerima Bantuan;
18. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 01/SE/DPS/2013, tentang
Pedoman Pembuatan Gambar Kerja dan Rencana Penggunaan Dana BSPS.
19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat No.39/PRT/M/ tahun 2015
tentang Perubahan Peraturan menteri perumahan Rakyat no 6. Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
20. Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no 13/PRT/M tahun 2016

Pendekatan Literatur dan Dokumen yang dapat digunakan antara lain :


1. Datadata Biro Pusat Statistik.
2. Datadata dari tiap Desa/ Kecamatan di Kab Sonawe

1. Penilaian Usulan Bantuan


Review program pendataan Rumah Tidak Laya Huni dapat dilakukan dengan cara;
1. Wawancara langsung dengan Stakeholder
2. Workshop dengan Narasumber yang Kompeten dibidang ini
3. Menganalisa Dokumen Usulan/Program yg ada

1. Rencana wilayah dan daerah bagi pengembangan kegiatan;


Penyusunan Rencana pelaksanaan dengan dua pendekatan yang dilakukan secara berurutan
yaitu Pendekatan Teknis dan Pendekatan Kelembagaan. Pendekatan Teknis adalah penseleksian
daftar calon penerima Bantuan di lokasi studi dengan cara mengembangkan beberapa alternatif
sistem dengan mengkaji semua aspek teknis mulai dari Pendataan dan identifikasi isu,
Sedangkan pendekatan kelembagaan mengamati prosedur kerja lembaga terkait di daerah
masing-masing
2. Survey dan Pendataan Rumah Tidak Laya Huni.
Dari semua daftar calon penerima akan diklasifikasikan kedalam beberapa kategori
Asumsi Peningkatan Kualitas rumah (PK)
1. Rusak ringan
2. Rusak sedang
3. Rusak berat

3.3. RENCANA KERJA TIM


Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan ini Tim Konsultan membuat Strategi pelaksanaan
pekerjaan yang merupakan metoda rencana untuk penyelesaian studi ini dari awal hingga ke
keluaran yang diharapkan sesuai dengan yang diminta dalam Kerangka Acuan Kerja. Dalam
penyusunan Strategi ini tim konsultan membuat beberapa pendekatan yang diuraikan di bagian
depan bab ini yang secara keseluruhan dapat disampaikan bahwa kegiatan ini terdiri dari 3
(tiga) hal utama yaitu :
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan Kegiatan
3.
Konsultan merencanakan pelaksanaan kegiatan ini dengan penanganan yang diurut dan
bertahap sesuai jadwal yang diberikan dalam KAK dan jumlah personil di minta guna memenuhi
capaian keluaran yang diminta KAK secara optimal , Tahapan kerja tersebut sesuai urutannya
adalah sebagai berikut dibawah ini :

1. TAHAP PERSIAPAN
Agar Pekerjaan Pendataan Rumah tidak laya huni memperoleh hasil yang maksimal, diperlukan
suatu strategi pelaksanaan yang tepat, dan terpadu dari beberapa aspek yang berkaitan dengan
berbagai masalah serta tingkat kepentingannya. Tahap ini membutuhkan waktu selama lebih
kurang 1 (satu ) minggu untuk melakukan persiapan ini yang meliputi :

1. Melaksanakan konsolidasi dan mobilisasi personil dan persiapan sarana


kerja
Konsultan setelah menerima SPMK dari pemberi tugas personil yang ditugaskan konsultan
untuk melaksanakan kegiatan pendataan akan dimobilisasi sesuai dengan jadwal personil yang
diusulkan konsultan dan disepakati oleh pemberi tugas. Mengingat waktu pelaksanaan kegiatan
ini hanya 1.5 bulan maka kantor tim tenaga ahli akan disiapkan di kantor pusat konsultan (
Medan ). Sementara sarana kerja akan disiapkan sesuai dengan yang diusulkan konsultan dalam
proposal dan disepakti oleh pemberi tugas. Dalam persiapan ini Manajemen dan Team Leader
akan melakukan konsolidasi tim yang tujuannya untuk menyamakan persepsi dalam hal
pemahaman tugas yang akan dilaksanakan
2. Penyelesaian Administrasi dan Kontrak
Penyelesaian Administrasi ini merupakan tugas manajemen namun peran tim leader kadang-
kadang dibutuhkan terutama kesepakatan dalam menentukan jadwal kerja, jadwal personil dan
Strategi yang akan dilampirkan dalam kontrak.
3. Penyusunan Rencana Kerja,
Untuk pelaksanaan kegiatan ini konsultan akan menyusun Rencana kerja sesuai dalam uraian
KAK. dan usulan teknis yang disampaikan konsultan serta referensi lain yang mendukung
program pekerjaan ini.
Dalam penyusunan Rencana Kerja Seperti yang diuraikan dalam KAK bahwa sasaran dari
kegiatan ini adalah tersedianya data rumah tidak laya huni,dan data terkait aspek
pemberdaayaan masyarakat. Kegiatan ini dapat disiapkan berdasarkan kepastian dari lokasi
pendataan. Mengingat jumlah data harus disurvey tersebar di 23 Kecamatan., maka Tim
Konsultan akan menyusun metode survey dalam melakukan survey. Metode survey akan
disiapkan dalam bentuk daftar isian (questionaire).
Untuk pendataan dengan data lengkap yang berisi keluaran By Name By address ( BNBA ) Daftar
isian ini akan diusulkan kepada pemberi tugas untuk diminta persetujuan dan rekomendasinya.
4. Melakukan Inventarisasi sumber data , kegiatan sejenis yang pernah ada, dan
studi literatur yang berhubunghan dengan pendataan rumah tidak laya huni.
Sumber data dan studi terkait yang diharapkan dapat diperoleh antara lain Rencana Tata Ruang
dan Wilayah (RTRW), Rencana Umum Tata Ruang Kota/Kabupaten (RUTRK), Masterplan , Studi
Kelayakan, Standar Norma, Pedoman, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang berhubungan dengan rumah tidak laya huni dan data lainya yang diupayakan dari
BPS, studi lainnya yang mendukung kegiatan ini.. Studi studi ini akan sangat membantu konsultan
dalam melakukan kegiatan pendataan rumah tidak laya huni karena gambaran umum dari lokasi
diharapkan ada, sehingga pada waktu kunjungan lapangan konsultan dapat melakukan validasi
data. Mengingat waktu pelaksanaan kegiatan ini relative sangat singkat.
5. Menyusun Format Pendataan
Dari hasil pengumpulan data dan studi terkait, konsultan secara umum dapat menentukan
perkiraan data yang kurang dan yang harus diperoleh di lapangan, maka disusun format
pendataan untuk memudahkan tim yang melakukan survey ,sehingga pada waktu survey
waktunya dapat efisien dan data yang dibutuhkan dapat diperoleh
6. Menyiapkan format dan peralatan survey
Hasil dari format pendataan, akan disusun format kuesioner untuk yang akan dibuat data
lengkap serta peralatan pendukung yang akan dibawa pada waktu survey. Kuesioner ini
merupakan panduan survey, jadi untuk pengisiannya dapat dilakukan oleh surveyor atau
wawancara langsung dengan sumber data. ,
7. Menyusun Jadwal kerja
Setelah mengetahui secara rinci kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan uraian dalam KAK,
maka Tim konsultan akan menyusun Jadwal kerja secara rinci yang merupakan penjabaran dari
rencana kerja yang akan digunakan oleh konsultan dalam pelaksanan kegiatan. Jadwal Kerja ini
merupakan alat monitoring progres, baik bagi tim konsultan maupun pemberi tugas, sehingga
apabila terjadi kendala dari waktu yang sudah di rencanakan, akan cepat mengatasinya

TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN

1. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN


Metoda Pelaksanaan pekerjaan pendataan ini dibuat secara sistematis,antara lain :
1. Mempelajari peraturan perundang-undangan terkait penyaluran Bantuan RTLH..
2. Berkoordinasi dengan para pelaku di tingkat Kabupaten, Kecamatan,dan Desa / Kelurahan
dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan pendataan, antara lain dengan melibatkan
masyarakat yang berpengalaman dalam pelaksanaan pendataan
3. Menyusun dokumen perencanaan khususnya target capaian hasil dan waktu pendataan
sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pendataan RTLH ini..
4. Mengidentifikasi isu, permasalahan, tantangan, dan peluang yang terkait dengan pelaksanaan
pendataan RTLH.
5. Mengoordinasikan pelaksanaan pendataan, verifikasi, perekaman, pengolahan, pelaporan, dan
penyusunan database dengan menggunakan sistem informasi dan komunikasi.
6. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dan dipresentasikan dihadapan pemberi pekerjaan..
7. Mengidentifikasi isu, permasalahan yang kemungkinan terjjadi di lapanmgan, agar
permasalahan secepatnya dapat diambil langkah - langkah penyelesaian.
8. Mengkoordinasikan pelaksanaan pendataan, pendokumentasian dan penyusunan database
dengan cara manual
9. Menyampaikan progress pendataan pendataan per desa dalam pertemuan dengan pihak
pemberi tugas.

2. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Survey Lapangan (data primer)


Survey Lapangan guna mengumpulkan data lapangan (data primer), terhadap calon penerima
Bantuan , yang antara lain:
1. Mendata subjek dan objek pendataan , dengan
melakukan Mendata rumah Tidak Layak Huni (TLH), Mendata
status Kewarganegaraan apakah WNI dibuktikan dengan
KTP
2. Mendata status calon penerima bantuan , apakah sudah
berkeluarga dibuktikan dengan Kartu Keluarga.
3. Mendata calon Penerima bantuan apakah memiliki atau
menguasai tanah
4. Mendata calon penerima bantuan, apakah calon adalah
menghuni rumah yang akan diperbaiki.
5. Mendata calon penerima bantuan, apakah telah memiliki
rencana mambangun atau meningkatkan kualitas rumah .
6. Mengumpulkan data serta persyaratan calon penerima
bantuan sebagai persyaratan penerima bantuan meliputi
7. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK)

1. Pengumpuilan Data Sekunder


Data sekunder dapat diperoleh dengan melakukan survey di Jakarta yaitu pada instansi terkait
dan pada Kementerian Perumahan Rakyat terutama dari Deputi Bidang Perumahan Swadaya
atau di Dinas PU kabupaten /Kota yang meliputi kegiatan-kegiatan sejenis yang telah dilakukan
dan produk hukum sebagai landasan regulasi, produk hukum yang perlu digunakan pada
kegiatan ini ini antara lain meliputi :
1.Un

1. Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 28 H Amandemen UUD 1945


2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN )
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Permukima
4. Peraturan Meneteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun 2010, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat;
5. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 14/PERMEN/M/2011, tentang Pedoman
Pemberian Stimulan untuk Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR);
6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 29 tahun 2011, tentang Pedoman
Bantuan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis
Kawasan (PLP2K-BK)
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012, tentang Belanja Bantuan Sosial
pada Kementerian Negara/Lembaga;
8. Surat Edaran Menteri Perumahan Rakyat Nomor 01 Tahun 2012, perihal Pelaksanaan
Tugas Fasilitasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh Pemerintah Provinsi
9. Surat Edaran Menteri Perumahan Rakyat Nomor 02 Tahun 2012, perihal Pelaksanaan
Tugas Fasilitasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
10. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 22/SE/DS/4/2012, tentang
Pembuatan Gambar Kerja;
11. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 23/SE/DS/4/2012, tentang
Petunjuk Proses Verifikasi Lapangan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh SKPD
Kabupaten/Kota;
12. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 25/SE/DS/4/2012, tentang
Petunjuk Peroses Verifikasi Administrasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya oleh
SKPD Provinsi;
13. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 53 Tahun 2012, tentang
Volume Kerja UPK dan Penunjukan BKM;
14. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 54 Tahun 2012, tentang
Kriteria, Persyaratan, dan Tata Cara Penunjukan Calon Tenaga Pendamping Masyarakat
(TPM);
15. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 61/DS/Tahun 2012, tentang
Perubahan Tata Cara Penyaluran Dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS);
16. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 81/DS/Tahun 2012, tentang
Pembuatan Laporan Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS);
17. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 96/SE/DS/2012, tentang Tata
Cara Penarikan Dana Tabungan dan Pembelian Bahan Bangunan oleh Penerima Bantuan;
18. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor 01/SE/DPS/2013, tentang
Pedoman Pembuatan Gambar Kerja dan Rencana Penggunaan Dana BSPS.
19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat No.39/PRT/M/ tahun 2015
tentang Perubahan Peraturan menteri perumahan Rakyat no 6. Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
20. Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no 13/PRT/M tahun 2016

. Melakukan Kajian Literatur.


Setelah semua data primer dan sekunder dari jumlah rumah tidak laya huni yaitu data dari 23
kecamatan terkumpul, Tim konsultan akan melakukan kajian terhadap semua data yang
diperoleh secara umum.
Tahap Kompilasi dan Pemrosesan data

Hasil dari pengumpulan data primer dan sekunder dan kajian secara umum terhadap data yang
diperoleh, tim konsultan akan melakukan pengelompokan data untuk setiap lokasi. Data ini
akan menjadi dasar untuk menyusun data Rumah tidak laya huni di kabupaten Sonawe.

Standar Operasional Prosedure (SOP )

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman teknis operasional pelaksanaan


Pendataan Rumah Tidak Laya Huni di Kabupaten Sonawe, adapun tiujuan dari SOP ini adalah
guna mengatur alur proses pendataan dari kegiatan sampai metodenya.
Dibawah ini disajikan SOP Pendataan Rumah Tidak Laya Huni.
Berikut adalah Tabel SOP Pendataan Rumah Tidak Laya Huni

No Kegiatan Uraian Singkat Metode


1. Penyusunan Instrumen pendataan adalah alat yang digunakan Telaah
Instrumen untuk Pendataan Rumah tidak laya huni . Bentuk dokumen
Pendataan instrumen dalam kegiatan ini adalah kuesioner dan dan diskusi
check list, serta aplikasi (software) pendataan
2. Penyerahan Dinas Pekerjaan umum menyerahkan Data Lokasi
Alokasi pendataan menurut kecamatan
Pendataan Kec
amatan
3. Pelatihan untuk Team Leader melaksanakan pelatihan Tim Pendataan Presentasi,
Tim Pendataan Desa. diskusi, dan
Desa praktek
4. Pemilihan Tim Pendataan Desa mulai melakukan kegiatan Kunjungan
Lokasi Desa berupa: dan diskusi
1. Sosialisasi dengan CamaT
2. Sosialisasi dengan Kepala Desa/Aparat Desa Sasaran
5 Pemilihan Tim Pendataan Kabupaten melakukan pemilihan serta Wawancara,
RTLH, pengumpulan data dan dokumen RTLH: pengumpul
Wawancara 1. Pemilihan MBR yang memiliki RTLH an dokumen
dan dan 2. Wawancara dengan subjek menggunakan Kuesioner MBR
pengambilan 01 untuk data yang akan di buat dalam bentuk BNBA (
data By Name By Address )
administrasi 3. Pengumpulan fotocopy dokumen subjek (KTP, Kartu
Keluarga) untuk data yang hanya di ambil
Rekapitulasinya saja dengan menggunakan Instrumen
selebaran yang diberikan kepada setiap kepala Desa
pada saat sosialisai
6 Entry Data Tim Pendataan Desa melakukan penyiapan dokumen Entry data
RTLH MBR: menggunak
1. Entry data Print-out dokumen an aplikasi
berdasarkan kebutuhan data pendataan
2. Penyiapan seluruh dokumen berdasarkan data
RTLH dan Desa untuk ditanda-tangani surveyor

KEGIATAN YANG SUDAH DILAKUKAN


4.1. Persiapan Pelaksanaan Pendataan.
Secara umum Pendataan Rumah Tidak Laya Huni ini adalah guna memberikan
gambaran secara tepat dan menyeluruh keadaan RTLH di Daerah Kabupaten Sonawe.

Persiapan Pelaksanaan Pendataan RTLH , dilaksanakan dengan beberapa kegiatan diiantaranya


1. Menyiapkan kegiatan yang berkaitan dengan sarana prasarana.
2. Menata / menghitung jumlah formulir pendataan (Kuesioner) untuk data yang akan dibuat data
lengkap dalam BNBA
3. Mendistribusikan formulir pendataan (Kuessioner)/sarana pendataan kepada petugas pendata
(Surveyor).
4. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di kelurahan/desa, Kecamatan menyangkut
rencana pendataan
5. Memeberika pedoman kriteria rumah tidak laya huni kepada Kepala Desa untuk data yang akan
dikumpulkan dalam bentuk rekapitulasi hasil pendataa saja.
.
4.2. Pelaksanaan Kegiatan pendataan
Pendataan Rumah Tidak Laya Huni di Kabupaten Sonaweini melibatkan 1 Team Leader (TL)
Profesional, 2 Data base Administrator ( Operator Komputer ), 1 Staff Administrasi, 10 Surveyor
(Petugas Pendataan),. Banyaknya petugas dan desa yang didata memerlukan Strategi
Pelaksanaan Pendataan, sehingga dapat menyatukan dan mengkoordinasikan setiap kegiatan,
serta mengevaluasi masalah yang timbul secara bersama.
Beberapa tahapan kegiatan yang saling terkait telah dilakukan dalam pelaksanaan pendataan
Rumah Tidak Laya Huni antara lain
:
4.2.1 Pelaksanaan Pelatihan Tim Pendataan.
Team Leader koordinasi dengan Surveyor Pendataan . Pelatihan ini bersifat informal yang
dilaksanakan di rumah salah satu tempat. Pelatihan dilaksanakan secara interaktif, sehingga
Petugas Pendataan memiliki pemahaman yang lengkap tentang tugas-tugas yang harus
dilaksanakan di desa. Pemahaman tugas ini sangat diperlukan, mengingat desa yang akan
dijadikan lokasi Pendataan RTLH ini terletak dipedalaman dengan sarana transportasi dan
komunikasi yang terbatas. .Peserta pelatihan ini terdiri dari Surveyor (Petugas Pendataan).
Sebagai narasumber (instruktur) diharapkan adalah Team Leader dan Aplikasi Pendataan dan
narasumber dari konsultan Jakarta. Langkah-langkah yang laksanakan dalam pelatihan ini
adalah:

4.2.2 Perkenalan dan Pembentukan Sub Tim Desa/ Kelurahan


Dalam tahap awal pelatihan, dilakukan perkenalan seluruh anggota Tim Pendataan Desa
/Kelurahan . Untuk mempercepat pengumpulan data RTLH desa ke desa, tim ini dibagi dalam
beberapa Sub Tim. Setiap Sub Tim terdiri dari 5 (orang) orang, (Surveyor) dan 1 (orang) orang
Ahli Komputer ( Data Base Administrator ). 1 ( satu ) orang Surveyor mendata 27 Desa. Setiap
Sub Tim akan mendapat fasilitasi berupa 1 (satu) buah flashdisc yang berisi software Aplikasi
Pendataan. Fasilitasi yang diberikan oleh CV GAMMA91 pada setiap Tim Pendataan Desa /
Kelurahan adalah: 1 (satu) buah computer jinjing (laptop), 1 (satu) buah printer yang dapat
digunakan untuk fotocopy, dan pinjaman 1 (satu). 1 ( Satu ) Kendaraan roda dua Untuk
kelancaran kegiatan Pendataan Rumah Tidak Laya Huni , pengaturan penggunaan fasilitas yang
disediakan diserahkan pada kesepakatan Tim Pendataan, dengan koordinasi dan tanggung-
jawab oleh Tim Pendata ( Surveyor ).
4.2.3 Pembahasan dan Praktek Kegiatan Pendataan
Kegiatan Pendataan merupakan kegiatan yang harus dipahami, dikuasai dan mampu dilakukan
dan dikerjakan oleh setiap anggota Tim Pendataan, baik Surveyor ataupun Data Base Adm.
metode ini memuat data RTLH yang dikumpulkan melalui wawancara dengan Kuesioner untuk
data yang akan di buat data lengkap dengan ketentuan setiap kecamatan akan diambil sample 1
desa prioritas, sehingga dokumen setiap RTLH memiliki keseragaman. Dokumen setiap
RTLH berdasarkan Permenpupera No.13/PRT/M Tahun 2016 yang bisa diperoleh dari
penyusunan database Pendataan terdiri dari:
a. Data Administrasi yaitu KTP dan Kartu keluarga ( KK )
b. Photo Nol Persen perspektif untuk yang akan dijadikan dokumen BNBA
Disamping data setiap Rumah , kegiatan Pendataan juga menghasilkan print-out berupa:
a. Rekapitulasi Hasil Pendataan RTLH per desa.
b. Rekapitulasi Hasil Pendataan RTLH per Kecamatan .
c. Buku BNBA untuk setiap kecamatan di wakili oleh satu desa prioritas.
Dengan demikian, Aplikasi Pendataan yang dihimpun oleh Tim Pendataan Desa.
Kelurahan memuat seluruh data dan informasi tentang kondisi MBR di daerah itu.

4.3. Kegiatan Pelaksanaan Pendataan Rumah Tidak Laya Huni.


Dalam alokasi Pendataan menurut Desa / Kelurahan yang diserahkan Dinas Pekerjaan Umum
, telah disebutkan desa-desa lokasi MBR yang dijadikan target pendataan Rumah Tidak Layak
Huni tahun 2016. Untuk mendapatkan hasil pendataan yang optimal, Tim Pendataan Desa /
Kelurahan menempuh langkah-langkah pendataan sebagai berikut:
a. Sosialisasi di kecamatan
Dalam tahap awal setelah pelatihan, Tim Leader melakukan sosialisasi di Kecamatan.
Sosialisasi ini bertujuan untuk:
Memperkenalkan diri sebagai Petugas Pendataan dari CV GAMMA 91 yang ditugaskan oleh
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sonawe;
Menjelaskan di kecamatan kepada seluruh Kepala Desa/Lurah tentang hal hal mengenai proses
dan strategi pelaksanaan pendataan.
Meminta informasi tentang Nama dan No. HP Kepala Desa/Aparat Desa yang akan menjadi
sasaran pendataan; dan .
Mendapatkan nama-nama MBR yang mungkin sebelumnya pernah dilakukan pendataan oleh
Desa / Kelurahan .
Dengan menggunakan informasi Nama dan No. HP Kepala Desa/Aparat Desa sasaran, Tim
Pendataan lebih memudahkan melakukan komunikasi dengan menggunakan HP. Aspek yang
perlu ditanyakan adalah:
Perkiraan jumlah RTLH, sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan;
Contact persons aparat desa yang dapat mendampingi saat dilakukan pendataan; dan untuk
memudah kan disaat survey langsung kelapangan untuk mendapatkan data yang akan dia buat
buku BNBA,juga untuk memudah kan oordinasi ketika akan mengmbil data bagi desa yang
hanya di ambil data Administrasinya berupa KTP dan KK untuk dijadikan rekapitulasi.
Kemungkinan tempat menginap, apabila desa itu terletak jauh dari ibukota kabupaten/domisili
Petugas Pendataan. Karena menurut geografis di kabupaten Sonaweada beberapa desa yang
harus menyeberangi lautan atau sungai.

b. Koordinasi dengan Kepala Desa/Aparat Desa Sasaran


Sub Tim Pendataan melakukan Koordinasi dengan Kepala Desa/Aparat Desa sasaran, Dalam
koordinasi itu, Sub Tim memperkenalkan diri sebagai Petugas Pendataan dari CV GAMMA91
yang ditugaskan oleh Dinas PU Kab Sonawe. Apabila desa itu terletak jauh dari ibukota
kabupaten/domisili Sub Tim Pendataan, maka perlu dibahas tempat menginap selama
melakukan pendataan MBR di desa itu.

c. Pemilihan Rumah Tidak Laya huni


Untuk data yang akan dijadikan atau diambil data BNBA nya Prosedur Pemilihan RTLH dimulai
dengan melakukan orientasi desa (berjalan keliling desa dan memberikan ciri rumah yang
dianggap RTLH), bersama contact person aparat desa. Dalam orientasi desa ini, Sub Tim
Pendataan melakukan pemilihan RTLH dengan melihat kondisi fisik rumah MBR. MBR yang
dipilih mempunyai persyaratan sebagai berikut:

RTLH yang memerlukan bantuan PK untuk melakukan perbaikan ringan, sedang ataupun berat;
Pemilik rumah adalah MBR yang diperkirakan memiliki penghasilan dibawah upah minimum
provinsi. Untuk Wilayah Opum , dapat digunakan patokan penghasilan kurang dari Rp.
2.300.000 (Dua Juta Tiga Ratus Ribu rupiah) per bulan; dan
Apabila pemilik rumah adalah orang-tua jompo atau janda yang tidak memiliki penghasilan
tetap, serta tidak memiliki keluarga (khususnya anak) yang mampu secara ekonomi, hendaknya
mendapat prioritas untuk dijadikan Calon Penerima Bantuan.
Diprioritaskan MBR yang telah memiliki rencana untuk meningkatkan kualitas rumah.
Sedangkan untuk Desa Desa yang akan diambil KTP dan Kartu Keluarga nya saja pihak pendata
cukup memberika pedoman kriteria rumah tidak laya huni kepada Kepala Desa atau Aparat
desa dan selanjutnya memberikan waktu selama seminggu .Dan setelah seminggu maka data
itu akan diambil untuk di entry mejadi rekapitulasi hasil pendataan.

d. Wawancara dengan warga menggunakan Kuesioner


Khusus kepada desa yang dipilih sebagai desa prioritas untuk dijadikan sample satu kecamatan
satu desa dan data terakhirnya berbentuk buku BNBA maka,Masyarakat Desa terpilih
tersebut selanjutnya diwawancarai dengan menggunakan Kuesioner . Dalam setiap wawancara
harus selalu digunakan kuesioner yang kosong, sehingga satu warga satu kuesioner. Setelah
selesai wawancara, kepada Warga yang didata dimintakan fotocopy dokumen yang terdiri dari:

o KTP atas nama Kepala Keluarga MBR. Apabila KTP itu sudah kedaluwarsa, maka Sub Tim
Pendataan membuat print-out Surat Keterangan Domisili;
o Kartu Keluarga (KK) untuk membuktikan bahwa MBR itu sudah berkeluarga;
o Pengambilan Photo perspektif nol persen

e. Entry Data
Khusus satu Desa terpilihatau Desa Prioritas yang data nya diambil langsung oleh petugas
kelapangan maka Entry data dan rumah warga dilakukan segera setelah wawancara. Dengan
demikian, apabila pengumpulan data dan wawancara dilaksanakan pada siang hari, maka Sub
Tim Pendataan segera melakukan entry data pada malam hari. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, dokumen warga yang perlu di print-out terdiri dari:
1. Rekapitulasi Data Per desa.
2. Rekapitulasi Data Per Kecamatan
3. Buku BNBA
f. Untuk Desa Desa yang hanya diambil data KTP dan Kartu keluarga nya saja, maka entry data
akan dilakukan setelah Desa tersebut mengumpulkan data datanya dari kepala dusun atau
kepling . Petugas menjemput data tersebut ke Desa Desa dengan sebelumnya telah koordinasi
terlebih dahulu sebelum menjemput data.
Koordinasi sangat penting dilakukan ,karena tanpa koordinasi di khawatirkan ketika
menjemput data ,data tersebut belum terkumpul di Desa.
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Hasil Pendataan
Setelah beberapa minggu melakukan kegiatan pendataan .akhirnya konsultan dapat
mengeluarkan hasil pendataan . Adapun hasil pendataan akan dikelompokann terlebih dahulu
dari skala kecil mulai tingkat Desa / Kelurahan selanjutnya Tingkat Kecamatan dan Akhinya
sampai tingkat Kabupaten.
Untuk Memudahkan analisis hasil pendataan ini ,konsultan juga akan menjelaskan dalam
bentuk grafik prosentase keadaan Rumah tidak laya huni mulai tingkat Kecamatan dan Tingkat
Kabupaten Berikut hasil pendataan Rumah Tidak Laya Huni di Kabupaten SonaweTahun 2016.

Hasil pendataan secara global se kabupaten Sonawedapat di lihat pada grafik


berikut ini

PENUTUP

.Kesimpulan

1. Kegiatan Pendataan Rumah Tidak Laya huni adalah program pemerintah yang secara substansi
untuk mendata masyarakat miskin yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan Pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni dengan standar
memiliki kecukupan luas, kualitas dan kesehatan yang farus dipenuhi suatu banguan rumah.
2. Pendataan Rumah Tidak Laya Huni untuk melanjutkan proses penyelenggaraan Program
Bantuan RTLH yang tahun sebelumnya yang sudah berjalan.

3. Dalam alokasi Pendataan menurut Kabupaten/Kota disebutkan desa yang dijadikan target
pendataan calon penerima Bantuan Tahun 2017 dan tahun berikutnya . Untuk mendapatkan
hasil pendataan yang optimal, Tim pendataan melakukan beberapa langkah pendataan desa
desa yaitu menggunaan metodologi pendaataan. Dengan menyusun database pendataan ini
merupakan instrumen yang dioperasikan oleh Tim pendataan, baik surveyor ataupun Data Base
Adm . Database ini membuat data MBR yang dikumpulkan melalui wawancara dengan
Kuessioner PK sehingga dokumen setiap MBR memiliki keseragaman. Dengan demikian Aplikasi
pendataan yang dihimpun oleh Tim pendataan Kab/Kota memuat seluruh data dan informasi
tentang kondisi MBR di daerah itu.

Saran
1. Untuk mewujudkan pelaksanaan program Pendataan ini, disarankan adanya pembagian peran
yang harus disepakati antar pelaku, baik yang langsung tergabung dalam organisasi proyek
maupun pihak-pihak yang terlibat, seperti pemerintah daerah dan pemerintah pusat , para
pemeduli, kelompok-kelompok masyarakat, dan lain-lain, dari tingkat pusat sampai dengan
tingkat komunitas.

2. Sososialisasi dan Publikasi pelaksanaan Pendataan disarankan perlu dilakukan, Karena itu
sosialisasi menyeluruh yang mengikuti daur kegiatan sejak tahap persiapan, pelaksanaan,
penyiapan terminasi dan bahkan setelah proyek Pendataan berakhir. Sosialisasi dan Publikasi
harus dilakukan secara terpadu, mencakup kegiatan periklanan yang dilakukan secara terpusat,
dan kehumasan yang dilakukan dengan dekonsentrasi (pembagian kerja) ke daerah.

3. Program Pendataan ini memerlukan komitmen, dukungan dan jalinan kerjasama yang harmonis
antar pemangku kepentingan (stakeholders), terutama Dinas Pekerjaan Umum serta
masyarakat di daerah/desa yang menjadi sasaran langsung Pendataan .
Demikian Laporan Akhir kegiatan Pendataan Rumah Tidak Laya Huni di Kabupaten
Sonawe Provinsi Opum ini disusun untuk memenuhi persyaratan monitoring dan
evaluasi pekerjaan sesuai rencana kerja yang akan dilakukan. Lokasi Pendataan di
Kabupaten Sonawe Tahun Anggaran 2016..

Kami menyadari bahwa apa yang telah kami lakukan masih jauh dari
kesempurnaan, untuk I tu kami tetap membuka diri bagi masukan, usul saran dari berbagai
pihak demi penyempurnaan dan dari kegiatan ini.
atas bantuan bapak/Ibu/Sdr/i kami haturkan terima kasih

KONSULTAN PENDATAAN
CV GIGI 6

MARGITO
TIM LEADER

Anda mungkin juga menyukai