Anda di halaman 1dari 30

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

I. SPESIFIKASI TEKNIS UMUM


1. Lokasi dan Uraian Singkat Pekerjaan.
Lokasi pekerjaan dapat dilihat pada peta lokasi, sedangkan uraian singkat pekerjaan diberikan
pada Spesifikasi Teknis Khusus.

2. Gambar Rencana Kerja.


Gambar Rencana Kerja yang dipakai pada pelaksanaan tercantum dalam Spesifikasi Teknis
Khusus.

3. Spesifikasi Dasar.
Kecuali ditentukan lain, seluruh bahan yang dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan harus sesuai
dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknis Khusus dan harus mengutamakan penggunaan
bahan, peralatan dan jasa produksi dalam negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lainnya yang disetujui.

4. Rencana Mutu Kontrak (RMK).


Draft Rencana Mutu Kontrak (RMK) Draft Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (RK3K) harus sudah dibahas pada saat Pre Cost Meeting (PCM) dan Rencana Mutu
Kontrak (RMK) beserta lampirannya harus sudah diserahkan selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kalender setelah diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) untuk mendapat
persetujuan dari pejabat berwenang. Rencana Mutu Kontrak (RMK) tersebut harus memuat
secara mendetail tahapan waktu dan cara pelaksanaan pekerjaan.

5. Peralatan dan Personil.


Segera setelah penandatanganan Kontrak, Penyedia Jasa harus sudah memobilisasi peralatan
dan personil yang akan digunakan di lokasi pekerjaan diketahui dan disetujui oleh Direksi
Teknis, sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sebagaimana tertulis dalam
daftar peralatan yang telah disampaikan sebelumnya.

6. Perubahan Gambar Rencana Kerja/Redesain.


Bilamana selama pekerjaan ditemukan masalah teknis yang mengharuskan terjadinya
perubahan dari gambar rencana kerja, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar yang
diubah lengkap dengan perhitungannya sesuai dengan usulan dari Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) yang bersangkutan, dikonsultasikan dan disetujui Kasie. Pelaksanaan Balai
Wilayah Sungai Kalimantan I.
7. Pengukuran Ulang ( Uitzet ).
7.1. Penyedia Jasa harus melaksanakan pengukuran ulang (uitzet) sebelum pekerjaan fisik
dimulai. Segala biaya yang terkait dengan pengukuran ulang (uitzet) tersebut menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa. Hasil pengukuran ulang (uitzet) diserahkan dalam
rangkap 3 (tiga).
7.2. Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran ulang (uitzet),
adalah Bench Mark (BM) atau Control Point (CP) yang ada di sekitar lokasi pekerjaan
atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis. (Sesuai dengan Spesifikasi Teknis Khusus).
7.3. Apabila menurut Direksi Teknis keadaan lapangan telah banyak berubah sejak dilakukan
pengukuran tersebut, atau hasil pengukuran tersebut meragukan, maka Direksi Teknis
dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk mengukur ulang sebagian atau
seluruhnya.
7.4. Gambar hasil pengukuran ulang (uitzet) agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis
dan Direksi Teknis dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

8. Pembayaran Kompensasi.
Semua pembayaran Kompensasi kepada Pihak Ketiga yang disebabkan oleh pelaksanaan
pekerjaan harus ditanggung oleh Penyedia Jasa dan harus sudah diselesaikan sebelum serah
terima pekerjaan.

9. Tindakan Pengamanan Bagi Keselamatan Kerja.


Penyedia Jasa harus menyediakan perangkat keselamatan kerja, antara lain berupa lampu
isyarat/tanda pemberitahuan adanya kegiatan pekerjaan yang cukup dan sesuai serta
mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk perlindungan dan keselamatan
umum.

10. Pemberitahuan Pelaksanaan.


Penyedia Jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) sebelum pekerjaan dimulai. Tidak boleh ada pekerjaan yang dapat dimulai sebelum
mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

11. Bangunan Fasilitas Umum.


Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap keamanan dan kelangsungan fungsi dari
bangunan fasilitas/kepentingan umum seperti jalan, tiang listrik/telepon dan lain-lain yang
terkena atau terpengaruh dengan adanya pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu sebelum memulai
pekerjaan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan dari yang berwenang.
12. Pekerjaan Persiapan.
12.1. Jalan Masuk.
Penyedia jasa harus membangun dan memelihara jalan masuk guna keperluan
pengukuran, pengangkutan dalam masa pelaksanaan sedemikian rupa sehingga dapat
dilalui secara tetap oleh kendaraan proyek dan kendaraan Penyedia Jasa maupun
pejalan kaki. Dalam penyelesaian pekerjaan konstruksi Penyedia Jasa harus
memperbaiki jalan masuk yang rusak akibat operasional pekerjaan, dibentuk sesuai
keadaan semula.
12.2. Kantor Sementara di Lapangan.
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara kantor sementara di lapangan,
lengkap dengan alat-alat untuk Direksi Teknis beserta stafnya sesuai yang ditetapkan
pada spesifikasi khusus. Setiap kantor harus merupakan bangunan kayu yang kuat dan
layak huni. Kantor harus dipersiapkan dengan pintu dan dilengkapi dengan kunci,
termasuk dengan penerangan, pembersihan yang teratur dan penyediaan air bersih
serta mandi, cuci, kakus (MCK).
Penyedia Jasa boleh menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Teknis yang
sesuai dan atas persetujuan Direksi Teknis. Kantor dan perlengkapannya harus disiapkan
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) diterbitkan.
Jika Penyedia Jasa belum menyiapkan kantor Direksi Teknis dalam waktu di atas, maka
Direksi Teknis akan menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Teknis, sewa
tersebut dibebankan kepada Penyedia Jasa dan berlaku selama waktu pelaksanaan.
12.3. Bantuan Tenaga Kerja untuk Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus memberi bantuan kepada Direksi Teknis dan menyediakan tenaga
kerja yang dibutuhkan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan apabila dibutuhkan
dari waktu ke waktu oleh Direksi Teknis.
12.4. Peralatan Pengukuran.
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara peralatan pengukuran beserta
tenaga ukur yang baik dan handal untuk dipakai sendiri oleh Direksi Teknis seperti
terdaftar dalam Spesifikasi Khusus.
Alat dan perlengkapan beserta tenaga yang digunakan di lapangan pengukuran terlebih
dahulu mendapat persetujuan Direksi Teknis, semua alat dan perlengkapan tetap
menjadi milik Penyedia Jasa.
12.5. Transportasi.
Penyedia Jasa harus menyediakan kendaraan roda-2 untuk dipakai oleh Direksi Teknis di
lapangan.
Apabila menurut Direksi Teknis kendaraan tersebut tidak bisa dipakai, Penyedia Jasa
harus menggantinya dengan tanpa penundaan. Penyedia Jasa harus menyediakan
semua keperluan lainnya seperti bahan bakar, oli dan sebagainya dan harus
menanggung biaya yang berhubungan dengan jalannya, pemeliharaan, perijinan dan
asuransi.
Setelah selesai pekerjaan kendaraan tersebut dikembalikan kepada Penyedia Jasa.
Kendaraan tersebut tidak boleh ditukar dalam waktu pelaksanaan kecuali dengan ijin
dari Direksi Teknis.
12.6. Foto Dokumentasi.
Penyedia Jasa harus melakukan pemotretan pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi
Teknis. Minimum tiga gambar harus diambil pada setiap lokasi yang memperlihatkan
kondisi sebelum, sedang dan selesai dilaksanakan . Foto pada tiap lokasi diambil dengan
arah yang tertentu dan dalam posisi dan latar belakang yang tetap (dalam satu titik
fokus) dan mudah dikenali sebagai tanda.
Ketiga gambar dalam tahapan tersebut harus disusun dalam album dan direkam ke
dalam Compact Disc (CD).
Foto dicetak dalam 3 (tiga) set album dan harus diserahkan kepada Direksi Teknis pada
penyelesaian pekerjaan.
12.7. Pembuatan As Built Drawing.
As Built Drawing menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. As Build Drawing (ABD) agar
diasistensikan kepada Pelaksana Teknis dan Direksi Teknis disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK). Hasil As Built Drawing (ABD) dalam ukuran kertas A3
diserahkan dalam rangkap 3 (tiga).
12.8. Pelaporan.
a. Laporan Harian.
Penyedia Jasa berkewajiban membuat laporan harian untuk setiap bagian pekerjaan
yang ditetapkan oleh Direksi Teknis, laporan ini memuat antara lain :
 Kondisi cuaca.
 Peralatan, material dan tenaga kerja.
 Hambatan-hambatan pelaksanaan pekerjaan.
 Kemajuan pekerjaan.
 Data pengujian laboratorium (apabila dianggap perlu)
 Kecelakaan dalam pekerjaan.
 Semua informasi mengenai kemajuan pekerjaan.
 Persiapan-persiapan pekerjaan berikutnya.
 Hal-hal lain yang dianggap perlu.
b. Laporan Kemajuan Mingguan dan Bulanan.
Penyedia Jasa harus membuat laporan kemajuan pekerjaan mingguan untuk
diserahkan pada Direksi Teknis sebanyak 3 (triga) rangkap, memuat :
 Peta Situasi/Lokasi.
 Jadwal pelaksanaan (time schedule).
 Kemajuan fisik pekerjaan.
 Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Direksi Teknis.
 Laporan ini akan diperiksa oleh Direksi Teknis sewaktu-waktu atau secara
periodik.
Isi Laporan Bulanan, berupa rangkuman dari Laporan Harian dan mingguan. Seluruh
laporan tersebut di atas, pembiayaannya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

13. Papan Nama Kegiatan Pekerjaan.


Penyedia Jasa harus membuat papan nama kegiatan pekerjaan di lokasi yang strategis dan
mudah dibaca .
Papan nama kegiatan pekerjaan tersebut harus lengkap, minimal meliputi : Nama Kegiatan
Pekerjaan, Jenis Pekerjaan, Waktu Pelaksanaan, Biaya dan Pemberi Pekerjaan serta Nama
Pelaksana. Bentuk dan ukuran dari papan nama pekerjaan seukuran papan triplek yang
dibagi dua, untuk kemudian semua keterangan kegiatan akan dicat ataupun disemprot
diatas papan triplek yang disediakan.

14. Kuantitas Analisa Harga Satuan


Kuantitas Analisa Harga Satuan yang terlampir pada Dokumen Lelang bersifat mengikat,
terutama kuantitas untuk analisa harga satuan pekerjaan beton, pasangan batu dan
plesteran, karena akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan dimaksud.
II. SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS
1. Lokasi Pekerjaan dan Uraian Kegiatan
Lokasi pekerjaan terletak di Kota Pontianak.
Pekerjaan ini adalah Workshop Alat Berat BWS Kalimantan I , dengan uraian kegiatan
sebagai berikut :
 PEKERJAAN PERSIAPAN.
- Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Pondasi
- Pekerjaan Struktur Beton Lantai I, II dan III
- Pekerjaan Atap
- Pekerjaan Septictank
 PEKERJAAN KONSTRUKSI
- Pekerjaan Pondasi
- Pekerjaan Sloof, Kolom dan Dinding
- Pekerjaan Rangka Baja, Kuda-kuda dan Atap
- Pekerjaan Ruang Kantor dan Gudang
- Pekerjaan Instalasi Listrik
2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
2.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang digunakan sebagai pedoman adalah jadwal yang
telah disesuaikan dengan tanggal dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
2.2. Pelaksanaan pekerjaan selama 120 (Seratus Dua Puluh) hari kalender, terhitung dari
tanggal mulai kerja sesuai Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

3. Personil
Personil inti yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan adalah :
a. Site Manager
b. Construction Engineer
c. Quality Engineer
d. Ahli K3 Konstruksi
f. Pelaksana Lapangan
h. Mandor Pekerjaan Batu dan Beton
i. Mandor Pekerjaan Penulangan Beton
j. Mandor Pekerjaan Rangka Baja
4. Peralatan
3.1. Peralatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan dan harus
disediakan Penyedia Jasa, adalah :
a. Drop Hammer + Tripod
b. Concrete Mixer;
c. Concrete Pump
d. Concrete Vibrator;
e. Pick Up;
f. Chain Hook.
g. Genset
3.2. Peralatan Pengukuran yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap dilapangan,
antara lain :
a. Waterpass;
b. Theodolite;
c. Rambu;
d. Statip;
e. Meteran panjang 50 m
3.3. Peralatan Dokumentasi yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan
adalah Kamera Digital.
Foto-foto kegiatan lapangan diserahkan rangkap 3 (tiga) berupa album dan CD.

5. Transportasi
Alat Transportasi yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan, antara lain
Kendaraan bermotor roda dua. Alat transportasi tersebut harus dalam keadaan baik (layak
pakai).

6. Lokasi Kerja
Apabila lokasi kerja di pinggir jalan raya, perhatikan keselamatan pengguna jalan dengan
memasang rambu-rambu peringatan.
A. PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan Persiapan meliputi :


Direksi Keet
Di lapangan pekerjaan Penyedia Jasa dapat menggunakan direksi keet sebagai bangsal kerja.
Perlengkapan bangsal kerja dapat berupa :
a. Sebuah meja kerja tempat menulis dan membahas pekerjaan bersama antara Penyedia Jasa
dan Tim Direksi Teknis.
b. Pada dinding bangsal kerja terpasang Gambar Rencana Kerja secara lengkap dan Time
Schedulle pelaksanaan kegiatan.
c. Tersedia sebuah rak yang dapat menyimpan dan mengamankan dokumen lapangan untuk
kegiatan dan buku harian lapangan.
d. Penerangan yang cukup baik dengan adanya jendela ataupun lampu serta terlindung dari
debu gudang penyimpanan bahan.
e. Gambar Kondisi cuaca tiap hari (diploting setiap hari)
f. Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Gudang penyimpangan bahan harus memenuhi persyaratan :
a. Untuk penyimpanan semen harus terhindar dari atap yang bocor maupun kelembaban tanah
akibat lantai terlalu rendah dari muka tanah.
b. Guna menghindari proses perkaratan yang cepat dari besi beton, maka sebaiknya ada ruang
yang cukup untuk penyimpanan besi beton didalam gudang.
c. Bahan-bahan bangunan lain yang disimpan didalam gudang harus terhindar dari
pengurangan kualitas akibat dari debu semen atau yang lainnya.
Direksi Keet dan kelengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari
dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Pekerjaan Bongkaran dan Pembersihan meliputi :
a. Bongkar workshop lama
Untuk pekerjaan bongkaran, bahan material utuh (asbes, eks. Kusen, besi/baja, dll) harus di
simpan oleh pihak owner, sedangkan bahan material yang berupa puing-puing bekas bongkaran
dibersihkan dan dibuang.
• Pemasangan papan nama proyek ;
Penyedia Jasa harus membuat papan nama kegiatan pekerjaan di lokasi yang strategis dan
mudah dibaca .
Papan nama kegiatan pekerjaan tersebut harus lengkap, minimal meliputi : Nama Kegiatan
Pekerjaan, Jenis Pekerjaan, Waktu Pelaksanaan, Biaya dan Pemberi Pekerjaan serta Nama
Pelaksana. Bentuk dan ukuran dari papan nama pekerjaan seukuran papan triplek yang dibagi
dua, untuk kemudian semua keterangan kegiatan akan dicat ataupun disemprot diatas papan
triplek yang disediakan.

B. PEKERJAAN PENGUKURAN UITZET DAN AS BUILD DRAWING (ABD)

1. T u j u a n.
1.1. Pengukuran Uitzet
Tujuan pengukuran uitzet adalah untuk memproyeksikan di lapangan, baik posisi maupun
elevasi titik-titik yang ada pada desain.
1.2. As Build Drawing (ABD)
Tujuan pengukuran As Buid Drawing (ABD) adalah untuk memperoleh data perhitungan
volume pekerjaan terpasang atau yang telah dilaksanakan di lapangan.

2. Peralatan.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran uitzet adalah 1 (satu) set Theodolit dengan
ketelitian menit (T0), 1 (satu) set Automatic Level (Water Pass), Rambu, Statip dan meteran
panjang 50 m dalam kondisi baik.

3. Metoda Pengukuran dan Pematokan.


3.1. Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran uitzet adalah BM
yang ada disekitar lokasi pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
3.2. Jarak setiap patok kearah memanjang dibuat setiap 10 m' dan patok dibuat dari kayu
ukuran 4/6 cm, ditanam cukup kuat sehingga tidak mudah dicabut, bagian atas patok diberi
nomor patok cat merah atau sesuai petunjuk Direksi Teknis.
3.3. Pengukuran uitzet harus dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai atau setelah menerima
SPMK, untuk menentukan elevasi tanah asal serta posisi elevasi dan dimensi dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
3.4. Mencatat titik koordinat, rencana awal bangunan dan akhir bangunan.
3.5. Apabila menurut Direksi Teknis, keadaan lapangan telah banyak berubah sejak dilakukan
pengukuran tersebut, ataupun hasil pengukuran tersebut meragukan, maka Direksi Teknis
dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk mengukur ulang sebagian atau
seluruhnya.
3.6. Pelaksanaan pengukuran uitzet diawasi bersama oleh Direksi Teknis.
3.7. Hasil Pengukuran (gambar) agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis dan Direksi Teknis.
3.8. Potongan melintang harus diambil sesuai jarak patok memanjang/ setiap posisi patok,
kecuali ditentukan lain.

4. Penggambaran.
Semua hasil pengukuran situasi, memanjang dan buku ukur agar diasistensikan terlebih dahulu
kepada Direksi Teknis dan Pelaksana Teknis untuk kemudian digambar pada kertas ukuran A3.
Skala yang Digunakan : - Peta Situasi, skala 1 : 1.000.
Penampang memanjang, skala horizontal 1 : 1.000 dan vertikal 1 :
100.
Penampang melintang, skala horizontal dan vertikal 1 : 100.
Gambar situasi dan memanjang dibuat dalam rangkap 3 (tiga).
Dituangkan dalam CD sebanyak 3 (tiga) set.
C. PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN
C.1. PEKERJAAN TANAH
1. Pekerjaan Galian Tanah.
Galian adalah menggali tanah yang dilakukan baik secara mekanis maupun dengan tenaga
manusia dan mencakup penyediaan semua pekerjaan, peralatan, pembekalan dan
material. Dalam pekerjaan ini jenis galian tanah nya adalah galian tanah biasa :
a. Semua dimensi galian harus dikerjakan menurut syarat-syarat yang ditunjukkan pada
gambar atau ditentukan oleh Direksi Teknis.
b. Galian tidak boleh dimulai sebelum ada izin dari Direksi Teknis.
c. Galian harus mencakup pembuangan bahan galian ditanggul atau tempat
pembuangan bahan bekas pada tempat yang ditentukan oleh Direksi Teknis.
d. Selama pekerjaan berjalan, mungkin perlu atau diinginkan adanya perubahan oleh
Direksi Teknis mengenai lereng-lereng atau dimensi-dimensi penggalian sebagai
perbaikan atau perubahan sesuai dengan spesifikasi.
e. Galian untuk bangunan atau konstruksi lain yang diperlukan, dibuat menurut dimensi
dan elevasi rencana telah ditentukan.
f. Semua penggalian harus cukup memberikan ruang kerja sementara yang diperlukan
selama konstruksi.
g. Lereng, dasar saluran dan bangunan dirapikan sebaik mungkin, yang menurut
pendapat Direksi Teknis dapat dicapai dengan memakai peralatan yang telah disetujui
pemakaiannya oleh Direksi Teknis.
2. Pekerjaan Urugan.
2.1 Urugan tanah kembali
Urugan tanah kembali dilakukan pada lahan galian dimana pekerjaan dilaksanakan
setelah pekerjaan pondasi dan lain-lain selesai dilaksanakan.
2.2 Urugan pasir bawah poer
Pekerjaan Urugan Pasir, dipadatkan dengan hati-hati lapis demi lapis hingga mencapai
kepadatan yang diinginkan serta dilakukan dengan menyiram pasir dengan air dan
dipadatkan secara manual.
2.3 Urugan pasir bawah lantai
Pekerjaan Urugan Pasir bawah lantai, dipadatkan dengan hati-hati lapis demi lapis
hingga mencapai kepadatan yang diinginkan (disesuaikan dengan gambar kerja) serta
dilakukan dengan menyiram pasir dengan air dan dipadatkan secara manual.
C.2 PEKERJAAN KAYU
1. Lingkup Pekerjaan
Kayu diperlukan terutama untuk :
1.1. Penutup tonggak lembar (sheet pile) di bawah bangunan-bangunan sekunder.
1.2. Tonggak dan papan yang dibutuhkan untuk membentuk kembali lereng dan samping
saluran sekunder.
1.3. Untuk pekerjaan sementara, seperti percetakan, cofferdam, perancah dan lain-lain.
1.4. Untuk pekerjaan jembatan, turap kayu, bangunan rumah dan lain-lain.
2. Mutu Kayu
2.1. Kayu harus diadakan dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknis.
2.2. Kayu harus dari mutu yang baik dan dikeringkan dengan benar.
2.3. Tiang kayu dan semua kayu lainnya harus dari mutu kayu yang disyaratkan, kecuali jika
sebaliknya dinyatakan dalam gambar atau spesifikasi.
Tiang harus cukup lurus sehingga garis yang ditarik dari pusat uncak ke pusat dasar
seluruhnya berada dalam tiang itu.
Diameter tiang bulat yang dinyatakan pada gambar ialah diameter yang diukur pada
1,00 m’ dari puncak tiang.
3. Penyimpanan dan Penanganan
3.1. Semua kayu harus dapat diperiksa dilokasi, sepotong demi sepotong oleh Direksi
Teknis yang akan menolak kayu yang tidak sesuai dengan mutu spesifikasi. Semua
tenaga kerja dan alat untuk memeriksa kayu tersebut harus disediakan oleh Penyedia
Jasa atas biayanya sendiri.
3.2. Semua kayu harus digergaji menurut ukuran yang betul dengan kelebihan tinggi dan
bentuk yang tercantum pada gambar atau seperti dispesifikasikan.
3.3. Semua pekerjaan tukang kayu harus dibiarkan dengan permukaan bekas gergaji
kecuali dimana secara khusus diuraikan harus diketam (wrought). Semua ukuran yang
dicantumkan adalah ukuran selesai pembuatan.
3.4. Semua pekerjaan kayu yang selesai distel harus dilindungi, baik dalam perjalanan
maupun di lokasi.
4. Pekerjaan Cerucuk
4.1. Lingkup Pekerjaan
Penyedia Jasa harus mengerjakan pemasangan cerucuk kayu bulat Ø 12-15cm dan 8-
10 cm, panjang 12m dan 4m pada sepanjang jalur rencana pondasi bangunan dengan
ketentuan disesuaikan dengan gambar rencana dan petunjuk Direksi Teknis.
4.2. Bahan
Cerucuk yang digunakan adalah cerucuk kayu bulat yang lurus, mempunyai Ø 12-15cm
dan 8-10 cm dan panjang 12 dan 4 m. Dengan bahan kayu yang berkualitas baik.
4.3. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan cerucuk harus dikerjakan sesuai dengan
ukuran yang tertera dalam gambar dan petunjuk Direksi Teknis. Bahan yang
digunakan harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknis sebelum dipasang pada
tempatnya.
b. Pemasangan dilakukan dengan pemancangan sedalam 12m dan 4 m, sesuai
gambar. Seluruh permukaan tiang cerucuk dibuat datar/rata sesuai dengan elevasi
yang telah ditentukan.
c. Pelaksanaan pemancangan tiang cerucuk supaya dilaksanakan pada saat air kering,
sehingga akan memudahkan pelaksanaan maupun pemeriksaan hasil pekerjaan
terutama pada saat penentuan elevasi permukaan tiang cerucuk.
4.4. Perhitungan Volume
a. Perhitungan volume pekerjaan pemasangan cerucuk berdasarkan hasil prestasi
pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan gambar atau yang telah diterima
oleh Direksi Teknis sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.
b. Pekerjaan dilaksanakan dengan Kontrak Harga Satuan/ Unit Price, sehingga
pembayaran berdasarkan hasil volume pekerjaan yang terpasang di lapangan
dikalikan dengan harga satuan yang tercantum dalam kontrak.
c. Hasil pekerjaan akan diterima dan dibayar bila dibuktikan dengan hasil foto-foto
pelaksanaan pekerjaan, dengan pengambilan foto sesuai dengan tahapan yang
telah ditentukan.
D. PEKERJAAN PAPAN TURAP BETON

1. Persyaratan Umum
1.1 Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan pada bab ini, seperti terlihat atau terperinci harus
sesuai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak dokumen.
1.2 Pekerjaan ini meliputi setting out (penentuan titik posisi tiang di lapangan sesuai dengan
gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan papan
turap beton termasuk percobaan beban pada tiang, penggalian setempat dan pemotongan
kepala tiang.
2. Lingkup pekerjaan yang termasuk :
Pekerjaan Papan turap beton beton ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
2.1 Penyediaan Papan turap dari beton precast
Material yang digunakan adalah Pengadaan Papan Turap beton uk. 15x60 mutu beton K-
300, dengan panjang setiap batang 5 meter dengan kedalaman 2 m. Mutu besi tulangan
utama U 32 dan Mutu besi tulangan beugel U 24.
2.2 Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
2.3 Pemancangan Papan Turap beton
2.4 Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang diminta oleh
Direksi Teknis.
2.5 Pemotongan kelebihan panjang dari Papan Turap beton.
3. Jaminan Mutu
3.1 Jaminan Pabrik.
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan harus dari
jenis yang sesuai seperti disyaratkan.
3.2 Jaminan Pekerja.
a. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas
yang berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan, sedemikian
sehingga mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti yang diisyaratkan pada
berbagai macam kondisi tanah yang akan dijumpai.
b. Penyedia Jasa harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Direksi Teknis untuk
menunjukkan bahwa pekerja, yang akan terlibat dalam pekerjaan ini berpengalaman
untuk demikian.
4. Peralatan Pemancangan
4.1 Sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus mengajukan data lengkap dari peralatan
yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosuder kerja, termasuk mesin
pancang dan peralatan yang akan dipergunakan di lapangan.
4.2 Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada bentuknya.
Hammer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk type papan turap beton dan sifat dari
kekuatan papan turap beton tersebut.
4.3 Kondisi lapangan harus diperiksa untuk menyakinkan apakah memungkinkan untuk
penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan beban.
5. Bahan-Bahan Lain Yang Harus Disediakan Penggunaan bahan-bahan khusus :
Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan bahan khusus seperti
bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain yang tidak
diisyaratkan disini. Percobaan-percobaan ataupun biaya tambahan lainnya sehubungan dengan
pemakaian dari bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya tanggungjawab Penyedia Jasa.
6. Persyaratan Lapangan.
6.1 Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk memancang papan turap beton beton dengan
ukuran dan jumlah seperti diisyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah
lokasi turap, seperti yang telah disetujui oleh Direksi Teknis.
6.2 Penyedia Jasa harus didukung oleh tim kerjanya yang dapat dipertanggung jawabkan yang
dilengkapi dengan peralatan yang posisi dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan
dari setiap papan turap beton selama pemancangan.
6.3 Tiang harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknis.
6.4 Urutan Pemancang tiang harus sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
6.5 Tiang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus
disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
6.6 Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
7. Perubahan dan Penambahan
Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Teknis.
8. Penyerahan
Paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus menyerahkan
hal-hal berikut kepada Direksi Teknis.
8.1 Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa untuk disetujui
oleh Direksi Teknis.
8.2 Sertification :
Semua tiang pondasi yang dikirim ke lokasi harus dilengkapi dengan sertifikat dari pabrik.
8.3 Gambar Kerja : Penyedia Jasa harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda
konstruksi, jadwal kerja dan daftar perlengkapan kepada Direksi Teknis untuk mendapat
persetujuan.
9. Kondisi Kerja :
9.1 Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah
kerusakan dari papan turap beton pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan
pemancangan.
9.2 Papan turap beton harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
tegangan-tegangan yang melebihi rencana.
9.3 Papan turap beton harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan
pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh Direksi Teknis yang
ditunjuk atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil
mungkin.
9.4 Pemberian tanda pada papan turap beton dicantumkan dengan cat pada tiap interval/jarak
0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau bahan lain yang
disetujui Direksi Teknis. Penunjuk panjang harus diberikan interval setiap 1.0 m.
10. Pelaksanaan
10.1 Persiapan
a. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa harus mengajukan usulan
mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak akan saling mengganggu.
b. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis. Persetujuan demikian tidak membebaskan Penyedia
Jasa dari tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu
tinggi. Semua kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena
pemilihan metode harus ditanggung oleh Penyedia Jasa.
c. Direksi Teknis yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari
waktu ke waktu apabila dianggap perlu. Untuk perubahan demikian tidak ada biaya
tambah.
d. Pemancangan papan turap beton harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus
dan tidak terganggu.
e. Penyedia Jasa harus memancang tiap papan turap beton tepat pada titik yang telah
ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap titik tiang harus mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan. Papan turap beton
ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang telah
direncanakan.
f. Penyedia Jasa harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin
pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.
g. Penyedia Jasa harus mencegah pergeseran/pergerakkan dari tiang yang sudah
terpancang, selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-
fasilitas lainnya.
h. Penyedia Jasa tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau
membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya, baik pada waktu
maupun setelah pemancangan.
10.2 Pemancang Papan Turap Beton
a. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancang tiang.
Untuk memancang Papan Turap Beton harus dipakai suatu alat pukul dari jenis
diesel (diesel hammer type). Dalam pemilihan “driving diesel hammer” haruslah
dari berat yang memadai agar tidak merusak Papan Turap Beton.
“Hammer” harus mempunyai persyaratan minimum : berat ram 1.500 kg. Atau
disesuaikan dengan kemampuan papan turap beton.
Papan Turap Beton harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang
ditunjukkan didalam gambar struktur atau dengan final set yang disetujui Direksi
Teknis.
Papan Turap Beton harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat pada
garis yang benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan
dengan gambar.
Papan Turap Beton harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus
dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang
berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya
kembali kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi Teknis.
b. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya
(heave check).
Lakukan suatu “heave check” pada pemancangan kelompok tiang yang pertama dan
pada kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
Periksa “heave” dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada
masing-masing tiang segera setelah selesai pemancangan
Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu
kelompok selesai dipancang.
c. Penilaian dari kapasitas daya dukung.
Tiang-tiang harus harus dipasang sampai mencapai “final set” yang diijinkan oleh
Direksi Teknis. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus memberikan
kapasitas Papan Turap Beton yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan.
d. Posisi-posisi Papan Turap Beton.
Posisi Papan Turap Beton dan ketidak lurusan harus didata oleh Penyedia Jasa dan
diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya pekerjaan
dan persetujuan akhir diberikan oleh Direksi Teknis dalam waktu tiga hari sesudah
Papan Turap Beton yang terakhir selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut
diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh dipindahkan kecuali atas resiko Penyedia
Jasa sendiri.
e. Papan Turap Beton yang rusak atau salah tempat
Apabila suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh sebab lain
atau salah letak atau gagal pada waktu percobaan beban, Penyedia Jasa diisyaratkan
untuk mengadakan penambahan Papan Turap Beton pada posisi yang ditentukan oleh
Direksi Teknis sedemikian sehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang sama.
h. Kepala Papan Turap Beton.
Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Penyedia Jasa wajib untuk memotong
kelebihan panjang papan turap beton sedemikian rupa sehingga panjang stek
tulangan setelah pemotongan kepala Papan Turap Beton minimum 40 diameter
tulangan papan turap beton terbesar, sebagai pengikat ke-pur (pile cap). Setelah
pemancangan selesai, Penyedia Jasa harus segera melanjutkan dengan
memeriksa level dan mencatat posisi Papan Turap Beton secara detail dan akurat
serta membandingkan dengan posisi yang dicantumkan pada gambar denah
tiang. Penyedia Jasa harus menyediakan pengawas dilapangan untuk pekerjaan
tersebut.
Stek tulangan Papan Turap Beton setelah pemotongan kepala (panjang minimum
40 diameter) harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.
Kepala Papan Turap Beton setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat
kawat
Batas pemotongan kepala tiang harus dapat sesuai dengan petunjuk/gambar.
i. Sambungan Papan Turap Beton dan pengelasan :
Penyedia Jasa atau Pabrik pembuat tiang harus menyerahkan sistim sambungan
Papan Turap Beton untuk disetujui Direksi Teknis sebelum pemasangan di
lapangan.
Detail dari sambungan harus terdiri dari :
- Sistim sambungan yang aka dipakai
- Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan
- Prosedur pengelasan
- Kualifikasi/kecakapan tukang las

F. PEKERJAAN BETON
1. Persyaratan Umum
1.1 Semua pekerjaan beton harus memenuhi Peraturan Beton Indonesia, kecuali telah
ditetapkan pada bagian lain.
1.2 Beton harus terbuat dari semen, agregat, dan air. Bahan tambahan lain yang akan
dipergunakan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis.
2. Lingkup pekerjaan
Semua konstruksi beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan yang akan
dikerjakan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk beton SN-2. Bahan–
bahan (ingredients) harus dalam proporsi yang menghasilkan beton kental yang mudah
dikerjakan yang dapat dikonsolidasikan sepenuhnya. Air dan semen harus dikontrol untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan.
3. Bahan Untuk Beton.
3.1 Portland Cement (PC)
Portland Cemen (PC) yang digunakan dalam pekerjaan beton kualitasnya memenuhi syarat
standard Indonesia NI-8-1972 atau standard lainnya atas persetujuan ahli. Penyedia Jasa
harus memberi tahukan kepada Direksi Teknis, kapan dan dimana semen itu dihasilkan,
dan Direksi Teknis senantiasa berhak memeriksa bahan tersebut. Penyedia Jasa harus
bersedia untuk memberi bantuan kepada Direksi Teknis dalam proses pemeriksaan ini.
Semen harus disimpan dalam ruangan yang bebas dari gangguan cuaca/hujan dengan
menyusun setinggi 30 cm diatas tanah dengan maksimum tumpukan atau susunan 13 zak.
Setelah lebih dari 90 hari sejak tanggal pengiriman ke lapangan semen harus dibuang
/tidak boleh digunakan.
3.2 A g r e g a t
a. Agregat halus (pasir) .
Agregat halus adalah pasir alam yaitu pasir yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa
yang didapat dari sungai atau sumber alam lainnya yang dapat disetujui oleh Direksi
Teknis. Penyedia Jasa memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Teknis mengenai
sumber alam/quarry, guna mendapatkan persetujuan Direksi Teknis. Penyedia Jasa
harus menyerahkan kepada Direksi Teknis contoh pasir yang akan digunakan. Pasir
yang digunakan harus bersih, bebas lumpur, karang serta bahan organik dan bahan -
bahan lain yang dapat merusak mutu beton. Pasir tidak boleh mengandung segala
jenis substansi tersebut lebih dari 5%
Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton
Memenuhi SNIS 1798-1979-F
Semua pasir yang dipakai untuk campuran beton adalah pasir yang berkualitas baik
dan disetujui oleh Direksi Teknis
b. Agregat kasar (batu pecah).
Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus dan tidak mudah pecah.
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butiran antara 10-30 mm, atau
sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis. Batu yang digunakan adalah batu pecah yang
berasal dari gunung batu atau dari batu besar yang bermutu kwarsa dan keras.
c. A i r.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bebas dari lumpur, minyak, asam,
bahan organik, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusak. Bila
diperlukan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus menunjukkan sumber air yang
digunakan serta disetujui oleh Direksi Teknis.
d. Bahan Pembantu ( Additif )
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat pengerjaan, waktu pengikatan, dan
mempercepat pengerasan, dapat dipakai bahan pembantu yang jenis dan jumlah
bahan pembantu yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknis.
Manfaat dari bahan pembantu dapat dibuktikan dengan hasil percobaan dan selama
bahan pembantu ini dipergunakan harus diawasi dengan cermat terhadap
pemakaiannya.
e. Besi
Semua besi untuk penulangan beton, adalah baja tulangan yang mempunyai mutu dan
ukuran disesuaikan dengan gambar rencana.
Besi baja tulangan yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut persyaratan
PBI 1971 atau Japanese Standart Class SR-24 ataupun British Standart, NI 785-1938
Ukuran besi beton sesuai dengan gambar rencana kerja. Besi beton yang digunakan
harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat, serpihan, kulit giling serta bahan lain
yang dapat mengurangi daya lekat terhadap beton Kawat pengikat beton harus
terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan
terlebih dahulu, dan tidak bersepuh seng, tidak kaku maupun getas Penyimpanan besi
beton dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka untuk
jangka waktu yang lama
4. Kelas dan Mutu Beton.
Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI - 2) menurut
tabel di bawah ini :

4.1 Komposisi/Campuran Beton.


a. Sebelum Pekerjaan beton dilaksanakan diwajibkan untuk membuat Job Mix Formula
(JMF) sesuai dengan spesifikasi beton yang disyaratkan
Untuk struktur pada Pekerjaan Pondasi, seperti struktur pile cap beton dan kolom
pondasi karateristik kekuatan tekanan yang disyaratkan adalah K.300
Untuk papan turap beton beton karakteristik kekuatan tekan yang disyaratkan
adalah K. 300.
Untuk Struktur pada pekerjaan pondasi, pile cap, kolom, balok, Plat Lantai II dan III
menggunakan beton ready mix K300, K225 dan K175
b. Beton harus dibentuk dari semen Portland, Pasir, kerikil/batu pecah, air seperti yang
ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang telah
ditentukan/serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai kekentalan yang baik/ tepat.
c. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
d. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar
beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan
atau kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
e. Penambahan air untuk mengganti kekakuan beton sebagai akibat dari campuran yang
berlebihan atau pengeringan atau pengeringan yang tidak dapat diterima sebelum
dipasang, tidak akan dibolehkan. Akan dibutuhkan keseragaman dalam konsistensi
beton dari adukan ke adukan.
4.2 Perlengkapan Mengaduk.
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing -masing bahan
pembentukan beton. Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya harus mendapatkan
persetujuan Direksi Teknis.
4.3 Mengaduk.
a. Kecuali jika disetujui oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus membuat proporsi
ingredient tiap partai beton dengan teliti menurut berat.
b. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk
beton yaitu sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada
dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengadukan berkapasitas lebih
besar dari 1,5 m3. Direksi Teknis berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan
dengan susunan, kekentalan, dan warna yang merata/ seragam.
Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali
bila diminta perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih
dahulu dan selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan
(lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistesi beton
yang dikehendaki tidak diperkenankan.
4.4 S u h u.
Suhu beton sewaktu dicor / dituang , tidak boleh lebih dari 32°C dan tidak kurang dari
4,5°C. Bila suhu beton yang ditaruh berada antara 27°C dan 32°C, maka beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
4.5 C e t a k a n.
a. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang- bidang, batas-batas dan
ukuran dari hasil beton yang diinginkan seperti pada gambar-gambar atau seperti
ditetapkan Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab sendiri atas desain semua pekerjaan cetakan.
Bahan yang akan dipakai dan desain cetakan harus disetujui oleh Direksi Teknis
sebelum konstruksi cetakan ini dimulai. Namun, persetujuan demikian tidak
melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya atas memadainya cetakan itupun
tidak melepaskan tanggung jawab Penyedia Jasa dari perlunya memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang mungkin berkembang atau ternyata selama pemakaian
cetakan itu. Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat menolak tiap bagian cetakan yang
ternyata rusak dalam bentuk apapun dan Penyedia Jasa harus membuang cetakan
yang ditolak itu dari pekerjaan dan menggantikannya atas biayanya sendiri.
Gambar-gambar yang menunjukkan desain umum dan dimensi untuk cetakan
bangunan tidak perlu diserahkan kepada Direksi Teknis untuk persetujuan kecuali
Direksi Teknis meminta penyerahan gambar-gambar itu.
b. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang dikehendaki
harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari lembaran Plywood / papan kayu
yang halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan
permukaan yang sempurna seperti terperinci disini.
c. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki, dimanapun juga dari bagian
jalan air. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu ataupun
dari plywood dan harus dalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang
dikehendaki dan harus memiliki kekuatan dan kekakuan yang tepat pada tempat dan
bentuknya selama pembebanan dan selama berlangsung pekerjaan beton.
d. Semua cetakan yang dibangun harus kuat. Harus tersedia alat-alat dan usaha- usaha
yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan
dari beton yang telah selesai.
e. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga
dicegah pengembangan atau gerakan selama penuangan beton. Selama pengecoran
pada pilar-pilar beton (concrete piets), cetakan-cetakan dapat disangga dengan
perancah dan penyangga cetakan harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga
tidak akan terjadi penurunan cetakan selama pelaksanaan.
f. Pemakaian kawat yang menembus beton untuk memantapkan cetakan pada posisinya
tidak diperbolehkan. Baut yang menembus beton boleh dipakai, tetapi jumlahnya
harus ditekan serendah mungkin untuk memantapkan pekerjaan cetakan.
Diameter baut tidak boleh kurang dari 12 mm dan dari jenis dengan tudung yang
dapat dilepaskan sehingga batang baut itu tinggal tercetak dalam beton sementara
tudung yang dapat dibukakan dapat dikeluarkan dengan mudah. Setelah tudung
dilepaskan, lubang-lubang harus disiar dengan rapih dan benar dengan adukan semen.
Harus dijamin agar warna siar sama dengan permukaan sekelilingnya kalau kering.
g. Cetakan yang masih baik, tidak melengkung boleh dipakai kembali asalkan memenuhi
persyaratan yang dispesifikasikan. Cetakan-cetakan itu harus dibersihkan sebelum
pemakaian kembali dan harus diperbaharui sebagaimana diperintahkan Direksi Teknis.
h. Dimana ditunjukkan pada gambar, atau kalau sebaliknya diminta atau diperintahkan
oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus memasukkan pelat, pengait angker (anchor
hooks), klem (brackets) selama pekerjaan berjalan. Pengait angker dan lain-lain ini
harus distel dan ditopang dengan ketat dan garis serta muka harus disetujui oleh
Direksi Teknis sebelum pembetonan dimulai. Tidak ada tulang beton yang boleh
dipotong untuk memungkinkan fiting dan lain-lain dicetak ke dalam pekerjaan tanpa
persetujuan Direksi Teknis. Beton harus dikerjakan betul- betul mengelilingi fiting dan
lain-lain untuk menjamin ikatan yang lengkap sehingga tidak ada kebocoran akibat
adanya fiting dan lain-lain itu.
5. Pemasangan Tulangan Beton.
5.1 Pembengkokan Tulangan.
Semua bengkokan harus dibuat dengan melalui penggulung yang berputar bebas.
Pemanasan tulangan beton hanya akan diizinkan atau disetujui oleh Direksi Teknis. Kecuali
dicatat sebaliknya secara khusus pada gambar, pembengkokan harus mentaati standar
yang telah ditentukan. Batang-batang tulangan yang salah dibengkokan tidak boleh
diluruskan atau dibengkokan lagi, dan tidak boleh dipergunakan lagi.
5.2 Toleransi Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.
a. Tulangan beton baja harus dipotong dari batangan-batangan yang lurus, tidak kusut,
bengkok atau cacat lain. Semua tulangan harus disediakan dalam panjang penuh yang
dicantumkan di Gambar. Kecuali di mana dicantumkan, tidak diizinkan ada sambungan
batangan kecuali diizinkan oleh Direksi Teknis.
b. Sambungan tidak boleh kurang dari panjang yang dicantumkan dalam Gambar yang
selalu harus menjadi pilihan di atas standar yang telah ditetapkan.
c. Kawat utama lembar tulangan beton dari anyaman baja harus disambung paling
sedikit 30 mm dan kawat melintang paling sedikit 150 mm.
d. Penyedia Jasa harus mengetahui informasi yang diberikan di Gambar dan dalam
Spesifikasi, untuk memperoleh kebutuhan yang tepat atas tulangan beton baja untuk
pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyusun sendiri jadwal pembengkokan batangan.
e. Penjelasan tulang beton baja lunak membutuhkan persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi Teknis.
5.3 Toleransi Pada Pemasangan Tulangan.
a. Batang Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang ditentukan
dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak ditetapkan lain oleh perencana pada
pemasangan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-
ayat berikut.
b. terhadap dudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan toleransi sebesar
± 6 mm untuk ukuran 60cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih dari
60 cm
c. Terhadap kedudukan bengkokan di arah memanjang ditetapkan toleransi sebesar ±50
mm, kecuali pada bengkokan akhir.
d. Terhadap kedudukan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar ±25 mm, dengan
syarat tambahan bahwa tebal penutup beton di ujung batang memenuhi yang
disyaratkan.
e. Terhadap dudukan batang-batang plat dan dinding ditetapkan toleransi di dalam
bidang tulangan sebesar ± 50 mm.
f. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan ikatanikatan
lainnya ditetapkan toleransi sebesar ±25 mm.
g. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncanakan menembus beton atau
ditanam di dalam beton, maka tulangan tidak dipotong dan tidak boleh digeser
tempatnya lebih jauh daripada toleransi yang ditentukan di atas.

G. PEKERJAAN DINDING

1. Yang termasuk Lingkup Pekerjaan Dinding dan Plesteran Meliputi :


a. Pasangan dinding batako
b. Plesteran Dinding
2. Persyaratan Bahan :
a. Batako padat bermutu baik,dengan menggunakan mesin pres atau pun manual dan
merata,bebas dari cacat dan retak minimum telah menjadi dua (2) bagian,produk local dan
memenuhi standar.
b. Pasir dari kualitas baik,bersih dan bebas dari Lumpur,bahan organis,batu-batuan harus
diayak. Khusus untuk pekerjaan plesteran pasir harus dicuci terlebih dahulu.
c. Semen yang dipakai standard dan memenuhi persyaratan NI-8 type I menurut ASTM-150
d. Hal lain yang diperlukan ditentukan oleh Direksi.
3. Adukan dan Campuran
a. Adukan perbandingan 1pc:3ps, dilaksanakan untuk :
Semua pasangan batako dan plesteran
Adukan semen,digunakan untuk siar.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan pasangan dinding batako harus terkontrol waterpast baik arah vertical maupun
horizontal. Pelaksanaan pasangan dinding batako tidak boleh melibihi ketinggian 1m setiap
hari sebelum dipasangkan batu/bata terlebih dahulu dibasahi air.
b. Untuk finishing beton expose,sebelum diperhalus/aferking permukaan beton perlu
dikasarkan/pahat dulu kemudian disiram Portland cement untuk mendapatkan ikatan yang
baik
c. Seluruh pekerjaan pasangan dan plesteran yang tidak lurus, berombak dan retak-retak
harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa.
d. Pasangan dinding batako dipasang dengan campuran 1pc:4ps terisi penuh dengan jarak
yang rapat dan neut diisi dengan semen warna gelap,pasangan harus mempunyai jarak
yang sama dan tekstur,bentuk yang rapih.

H. PEKERJAAN RANGKA BAJA


Besi Baja WF (Wide Flange)
Besi baja WF yang digunakan untuk pekerjaan ini terdiri dari dua jenis yakni besi
baja WF 250 x 125 x 6 x 9 dan WF 150 x 75 x 5 x 7
- Besi baja jenis WF 250 x 125 x 6 x 9 digunakan untuk pekerjaan Kolom, Balok dan Kuda.
- Besi baja jenis WF 150 x 75 x 5 x 7 digunakan untuk pekerjaan Kaki Atap.

I. PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN VENTILASI SERTA KUSENNYA

Pekerjaan Kusen Jendela dan Pintu


1. Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan kusen jendela dan Pintu dari Kayu dengan perlengkapannya yang diperlukan
sesuai penjelasan dalam gambar-gambar.
2. Bahan-bahan
• Kusen Kayu Bengkirai ;

3. Gambar Rancangan Pembuatan


Penyedia Jasa diminta untuk mempersiapkan gambar kerja dengan ukuran- ukuran yang
disesuaikan di lapangan.
Penyedia Jasa diminta untuk merencanakan sistem pemasangan dengan memperhitungkan
keamanan terhadap defleksi yang bisa terjadi akibat bentangan, tekanan angin dan sebagainya,
sesuai dengan rekomendasi pabrik dan peraturan-peraturan muatan yang berlaku.
5. Pelaksanaan
a. Pengerjaan
• Semua pengerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik dengan standar
pengerjaan disetujui Tim Direksi Teknis ;
• Pemakaian alat-alat terbaik ;
• Pemasangan sambungan harus tepat tanpa cela sedikitpun ;
• Semua detail pertemuan harus runcing, halus dan rata, bersih dari goresan-goresan,
serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan alumunium.
b. Pemasangan
Pemasangan harus sesuai dengan gambar-gambar dan persyaratan teknis ini.
4. Pemasangan
Daun pintu, jendela dan ventilasi harus mempunyai kerenggangan terhadap kusen dalam batas-
batas sebagai berikut:

H.2 Pekerjaan Kaca


1. Lingkup Pekerjaan
Dalam lingkup ini meliputi pengadaan dan pemasangan kaca seperti yang tertera dalam
gambar-gambar.
2. Pengendalian Pekerjaan
NI-3-1970 ;
Keterangan dari Suplayer ;
Persyaratan teknis.
3. Bahan-bahan
Kaca jenis Raybend tebal 3 dan 5 mm dipasang pada tempat-tempat sesuai gambar
pelaksanaan. Kaca-kaca tersebut harus mempunyai toleransi ketebalan maksimal 3%.
4. Pelaksanaan
Kecuali dinyatakan lain oleh tim direksi teknis, kaca-kaca didatangkan ke lapangan pekerjaan
sudah dalam siap pasang.
Sebelum pemasangan, Penyedia Jasa harus mengambil ukuran-ukuran yang tepat dari lubang-
lubang/bukaan-bukaan kusen yang bersangkutan, sehingga jika ada perubahan ukuran kaca di
lapangan yang disebabkan tidak melakukan pengukuran terlebih dahulu, menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

J. PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING

1. Lingkup Pekerjaan
Ini meliputi pengadaan dan pemasangan lantai seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
2. Pengendalian Pekerjaan
Seluruh Pekerjaan disesuaikan menurut standar Suplayer pengadaan.
3. Bahan-bahan
a. Keramik dinding ukuran 8 x 20
b. Keramik lantai 40 x 40 cm
c. Bahan perekat
Untuk bahan perekat keramik yang akan dipergunakan untuk pemasangan pada lantai adalah
Portland Cement, biasa disaring / ayak dengan ayakan halus dan disetujui Tim Direksi Teknis.
4. Contoh-contoh
Sebelum dilakukan pemasangan, Penyedia Jasa harus memberikan contoh data teknis bahan-
bahan yang akan dipakai untuk disetujui oleh Tim Direksi Teknis.
5. Penyimpanan
Ketika tiba di site, bahan keramik tile harus dalam keadaan dalam pak tertutup dan bersegel,
dan disimpan di ruang yang kering dan tertutup.
6. Pemasangan
Sebelum lapisan keramik dipasang, permukaan lantai beton harus diberi plester yang rata dan
padat. Untuk lantai beton, tiap 12 m2 lantai harus dibuat expansion joint yang gambar kerjanya
diajukan kepada pengawas untuk persetujuan sebelum pelaksanaan. Pemasangan keramik
harus rata dan toleransi nat 1,5-2 mm arah horizontal maupun vertikal tapi tidak kumulatif.
Pengisi celah antara ubin digunakan acian portland cement putih dengan diberi warna sesuai
ubin yang dipasang yang dicampur dengan pasta khusus pengisi nat/celah untuk keramik dan
atas persetujuan Tim Direksi Teknis.
Pemotongan keramik harus menggunakan alat khusus potong keramik. Apabila terdapat fixture
saniter pada bidang tile tersebut, maka pemotongan harus rapih dan diselesaikan/ditrim
dengan rapih. Pemasangan harus dilakukan oleh tukang yang ahli untuk pekerjaan ini.
Tim Direksi Teknis berhak menolak tukang yang dianggap tidak mampu/ahli untuk pekerjaan
dimaksud dan Penyedia Jasa harus segera mengganti dengan tukang yang sesuai dan ahli serta
disetujui oleh Tim Direksi Teknis.
Keramik yang sudah terpasang (dilantai) tidak boleh dibebani/diinjak sebelum berumur 7 hari.
Keramik harus dilindungi dengan plastik selama periode konstruksi.
7. Kebersihan Kerja
Segera sesudah pemasangan pekerjaan lantai, semua area harus dibersihkan dari semen tersisa
atau material lain yang mengotori dengan menggunakan alat dan bahan khusus untuk
pekerjaan ini.

K. PEKERJAAN ATAP
1. Rangka Atap Baja
Rangka atap baja ringan yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan ini terbuat dari Rangka
Baja sesuai petunjuk Tim Direksi Teknis.
2. Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan dimulai Penyedia Jasa harus menyerahkan gambar kerja dan hasil
perhitungan shoftware structure untuk rangka atap, serta menyerahkan contoh produk rangka
atap beserta data teknis bahan yang akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari Ahli.
Pemasangan jarak kuda-kuda harus sesuai dengan hasil perhitungan struktur yang telah
dihitung oleh suplier dan telah disetujui oleh Tim Direksi Teknis.
Pada saat pemasangan rangka harus diperhitungkan besaran sudut atap sesuai dengan gambar
perancangan. Rangka merupakan konstruksi utama, sebelum dipasang harus diperiksa dan
diteliti sebaik-baiknya. Penguat-penguat tertentu dapat ditambahkan untuk lebih memperkuat
konstruksi rangka, dan harus disetujui terlebih dahulu oleh Tim Direksi Teknis.
Bila rangka atap yang terpasang kemudian dibongkar karena adanya ketidak sesuaian dari hasil

gambar kerja yang telah diajukan, maka akan dibongkar dan semua biaya ditanggung oleh

Penyedia Jasa.

3. Jamlnan

Setelah pelaksanaan rangka atap baja selesai, maka diwajibkan kepada Penyedia Jasa untuk

menyerahkan sertifikat garansi pemasangan dan jaminan produk resmi selama max. 10 tahun.

L PEKERJAAN PENUTUP ATAP


1. Penutup Atap Spandek
Penutup atap menggunakan penutup atap Spandek Gelombang Persegi dengan ketebalan 0,35

mm atau sesuai petunjuk Tim Direksi Teknis.

2. Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan dimulai, Penyedia Jasa terlebih dahulu mengecek jarak antara reng ke

reng sebelum Atap terpasang. Agar menghindari adanya ketidak sesuaian antara dimensi lebar
bahan atap dengan jarang antar reng. Pemberian pengikat pada atap Spandek harus benar-

benar rapat dan tidak boleh adanya rongga pada tiap sambungan atap tersebut. Pemberian mur

sebagai pengikat atap Spandek harus persetujuan Tim Direksi Teknis.

Dltetapkan Oleh

PPK Ketatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai