Anda di halaman 1dari 66

BAB XI

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

I. SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

1. Lokasi dan Uraian Singkat Pekerjaan.


Lokasi pekerjaan dapat dilihat pada peta lokasi, sedangkan uraian singkat pekerjaan
diberikan pada Spesifikasi Teknis Khusus.

2. Gambar Rencana Kerja.


Gambar Rencana Kerja yang dipakai pada pelaksanaan tercantum dalam Spesifikasi Teknis
Khusus.

3. Spesifikasi Dasar.
Kecuali ditentukan lain, seluruh bahan yang dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan harus
sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknis Khusus dan harus mengutamakan
penggunaan bahan, peralatan dan jasa produksi dalam negeri sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lainnya yang
disetujui.

4. Rencana Mutu Kontrak (RMK).


Draft Rencana Mutu Kontrak (RMK) Draft Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (RK3K) harus sudah dibahas pada saat Pre Cost Meeting (PCM) dan Rencana
Mutu Kontrak (RMK) beserta lampirannya harus sudah diserahkan selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari kalender setelah diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) untuk
mendapat persetujuan dari pejabat berwenang. Rencana Mutu Kontrak (RMK) tersebut harus
memuat secara mendetail tahapan waktu dan cara pelaksanaan pekerjaan.

5. Peralatan dan Personil.


Segera setelah penandatanganan Kontrak, Penyedia Jasa harus sudah memobilisasi
peralatan dan personil yang akan digunakan di lokasi pekerjaan diketahui dan disetujui oleh
Direksi Teknis, sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sebagaimana tertulis
dalam daftar peralatan yang telah disampaikan sebelumnya.

XI-1
6. Perubahan Gambar Rencana Kerja/Redesain.
Bilamana selama pekerjaan ditemukan masalah teknis yang mengharuskan terjadinya
perubahan dari gambar rencana kerja, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar yang
diubah lengkap dengan perhitungannya sesuai dengan usulan dari Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) yang bersangkutan, dikonsultasikan dan disetujui Kasie. Pelaksanaan Balai
Wilayah Sungai Kalimantan I.

7. Pengukuran Ulang (Uitzet)


7.1. Penyedia Jasa harus melaksanakan pengukuran ulang (uitzet) sebelum pekerjaan
fisik dimulai. Segala biaya yang terkait dengan pengukuran ulang (uitzet) tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Hasil pengukuran ulang (uitzet) diserahkan
dalam rangkap 3 (tiga).
7.2. Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran ulang (uitzet),
adalah Bench Mark (BM) atau Control Point (CP) yang ada di sekitar lokasi pekerjaan
atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis. (Sesuai dengan Spesifikasi Teknis
Khusus).
7.3. Apabila menurut Direksi Teknis keadaan lapangan telah banyak berubah sejak
dilakukan pengukuran tersebut, atau hasil pengukuran tersebut meragukan, maka
Direksi Teknis dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk mengukur ulang
sebagian atau seluruhnya.
7.4. Gambar hasil pengukuran ulang (uitzet) agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis
dan Direksi Teknis dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

8. Pembayaran Kompensasi.
Semua pembayaran Kompensasi kepada Pihak Ketiga yang disebabkan oleh pelaksanaan
pekerjaan harus ditanggung oleh Penyedia Jasa dan harus sudah diselesaikan sebelum serah
terima pekerjaan.

9. Tindakan Pengamanan Bagi Keselamatan Kerja.


Penyedia Jasa harus menyediakan perangkat keselamatan kerja, antara lain berupa lampu
isyarat/tanda pemberitahuan adanya kegiatan pekerjaan yang cukup dan sesuai serta
mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk perlindungan dan keselamatan
umum.

XI-2
10. Pemberitahuan Pelaksanaan.
Penyedia Jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) sebelum pekerjaan dimulai. Tidak boleh ada pekerjaan yang dapat dimulai sebelum
mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

11. Bangunan Fasilitas Umum.


Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap keamanan dan kelangsungan fungsi dari
bangunan fasilitas/kepentingan umum seperti jalan, tiang listrik/telepon dan lain-lain yang
terkena atau terpengaruh dengan adanya pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu sebelum
memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan dari yang berwenang.

12. Pekerjaan Persiapan.


12.1. Jalan Masuk.
Penyedia jasa harus membangun dan memelihara jalan masuk guna keperluan
pengukuran, pengangkutan dalam masa pelaksanaan sedemikian rupa sehingga dapat
dilalui secara tetap oleh kendaraan proyek dan kendaraan Penyedia Jasa maupun
pejalan kaki.
Dalam penyelesaian pekerjaan konstruksi Penyedia Jasa harus memperbaiki jalan
masuk yang rusak akibat operasional pekerjaan, dibentuk sesuai keadaan semula.
12.2. Kantor Sementara di Lapangan.
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara kantor sementara di lapangan,
lengkap dengan alat-alat untuk Direksi Teknis beserta stafnya sesuai yang ditetapkan
pada spesifikasi khusus.
Setiap kantor harus merupakan bangunan kayu yang kuat dan layak huni. Kantor
harus dipersiapkan dengan pintu dan dilengkapi dengan kunci, termasuk dengan
penerangan, pembersihan yang teratur dan penyediaan air bersih serta mandi, cuci,
kakus (MCK).
Penyedia Jasa boleh menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Teknis yang
sesuai dan atas persetujuan Direksi Teknis. Kantor dan perlengkapannya harus
disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dari tanggal Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Jika Penyedia Jasa belum menyiapkan kantor Direksi Teknis dalam waktu di atas,
maka Direksi Teknis akan menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Teknis,
sewa tersebut dibebankan kepada Penyedia Jasa dan berlaku selama waktu
pelaksanaan.

XI-3
12.3. Bantuan Tenaga Kerja untuk Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus memberi bantuan kepada Direksi Teknis dan menyediakan
tenaga kerja yang dibutuhkan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan apabila
dibutuhkan dari waktu ke waktu oleh Direksi Teknis.
12.4. Peralatan Pengukuran.
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara peralatan pengukuran beserta
tenaga ukur yang baik dan handal untuk dipakai sendiri oleh Direksi Teknis seperti
terdaftar dalam Spesifikasi Khusus.
Alat dan perlengkapan beserta tenaga yang digunakan di lapangan pengukuran
terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi Teknis, semua alat dan perlengkapan
tetap menjadi milik Penyedia Jasa.
12.5. Transportasi.
Penyedia Jasa harus menyediakan kendaraan roda-2 untuk dipakai oleh Direksi Teknis
di lapangan.
Apabila menurut Direksi Teknis kendaraan tersebut tidak bisa dipakai, Penyedia Jasa
harus menggantinya dengan tanpa penundaan.
Penyedia Jasa harus menyediakan semua keperluan lainnya seperti bahan bakar, oli
dan sebagainya dan harus menanggung biaya yang berhubungan dengan jalannya,
pemeliharaan, perijinan dan asuransi.
Setelah selesai pekerjaan kendaraan tersebut dikembalikan kepada Penyedia Jasa.
Kendaraan tersebut tidak boleh ditukar dalam waktu pelaksanaan kecuali dengan ijin
dari Direksi Teknis.
12.6. Foto Dokumentasi.
Penyedia Jasa harus melakukan pemotretan pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi
Teknis. Minimum tiga gambar harus diambil pada setiap lokasi yang memperlihatkan
kondisi sebelum, sedang dan selesai dilaksanakan . Foto pada tiap lokasi diambil
dengan arah yang tertentu dan dalam posisi dan latar belakang yang tetap (dalam
satu titik fokus) dan mudah dikenali sebagai tanda.
Ketiga gambar dalam tahapan tersebut harus disusun dalam album dan direkam ke
dalam Compact Disc (CD).
Foto dicetak dalam 3 (tiga) set album dan harus diserahkan kepada Direksi Teknis
pada penyelesaian pekerjaan.
12.7. Pembuatan As Built Drawing.
As Built Drawing menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. As Build Drawing (ABD) agar
diasistensikan kepada Pelaksana Teknis dan Direksi Teknis disetujui oleh Pejabat

XI-4
Pembuat Komitmen (PPK). Hasil As Built Drawing (ABD) dalam ukuran kertas A3
diserahkan dalam rangkap 3 (tiga).
12.8. Pelaporan.
a. Laporan Harian.
Penyedia Jasa berkewajiban membuat laporan harian untuk setiap bagian
pekerjaan yang ditetapkan oleh Direksi Teknis, laporan ini memuat antara lain :
• Kondisi cuaca.
• Peralatan, material dan tenaga kerja.
• Hambatan-hambatan pelaksanaan pekerjaan.
• Kemajuan pekerjaan.
• Data pengujian laboratorium (apabila dianggap perlu)
• Kecelakaan dalam pekerjaan.
• Semua informasi mengenai kemajuan pekerjaan.
• Persiapan-persiapan pekerjaan berikutnya.
• Hal-hal lain yang dianggap perlu.
b. Laporan Kemajuan Mingguan dan Bulanan.
Penyedia Jasa harus membuat laporan kemajuan pekerjaan mingguan untuk
diserahkan pada Direksi Teknis sebanyak 3 (triga) rangkap, memuat :
• Peta Situasi/Lokasi.
• Jadwal pelaksanaan (time schedule).
• Kemajuan fisik pekerjaan.
• Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Direksi Teknis.
• Laporan ini akan diperiksa oleh Direksi Teknis sewaktu-waktu atau secara
periodik.
Isi Laporan Bulanan, berupa rangkuman dari Laporan Harian dan mingguan.
Seluruh laporan tersebut di atas, pembiayaannya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

13. Papan Nama Kegiatan Pekerjaan.


Penyedia Jasa harus membuat papan nama kegiatan pekerjaan di lokasi yang strategis dan
mudah dibaca .
Papan nama kegiatan pekerjaan tersebut harus lengkap, minimal meliputi : Nama Kegiatan
Pekerjaan, Jenis Pekerjaan, Waktu Pelaksanaan, Biaya dan Pemberi Pekerjaan serta Nama
Pelaksana. Bentuk dan ukuran dari papan nama pekerjaan seukuran papan triplek yang
dibagi dua, untuk kemudian semua keterangan kegiatan akan dicat ataupun disemprot diatas
papan triplek yang disediakan.

XI-5
14. Kuantitas Analisa Harga Satuan
Kuantitas Analisa Harga Satuan yang terlampir pada Dokumen Lelang bersifat mengikat,
terutama kuantitas untuk analisa harga satuan pekerjaan beton, pasangan batu dan
plesteran, karena akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan dimaksud.

XI-6
II. SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS

1. Lokasi Pekerjaan dan Uraian Kegiatan


Lokasi pekerjaan terletak di Kota Pontianak.
Pekerjaan ini adalah Rehabilitasi Air Baku Penepat Ruas Crossing Sungai Kapuas
Kota Pontianak dengan uraian kegiatan sebagai berikut :
➢ Pekerjaan Rehabilitasi Pipa Transmisi Air Baku.

2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


2.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang digunakan sebagai pedoman adalah jadwal yang
telah disesuaikan dengan tanggal dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
2.2. Pelaksanaan pekerjaan selama 240 (Dua Ratus Empat Puluh) hari kalender,
terhitung dari tanggal mulai kerja sesuai Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

3. Personil
Personil inti yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekeraan adalah :

Jabatan dalam Pengalam


Tingkat Jumlah Profesi/
No pekerjaan yang an Kerja
Pendidikan Personil Keahlian
diusulkan (tahun)

D-III Teknik SKTK Pelaksana Lapangan


1. Site Manager 1 Orang 5 Tahun
Sipil Perpipaan Air Bersih

DIII Teknik
SKTK Pelaksana Lapangan
2. Sipil/Teknik Construction Engineer 1 Orang 5 Tahun
Perpipaan Air Bersih
Lingkungan

SKTK Pelaksana Lapangan


3. DIII Teknik Sipil Quality Engineer 1 Orang 5 Tahun
Perpipaan Air Bersih

4. DIII Petugas K3 1 Orang 3 Tahun Sertifikat K3 Konstruksi

4. Peralatan
4.1. Peralatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan dan harus
disediakan Penyedia Jasa, adalah :

No. Jenis Kapasitas Jumlah Kepemilikan/Status

1. Excavator standar PC. 100 1 Sewa / Sewa Beli / Milik

2. Mobile Crane Min. 20 Ton 1 Sewa / Sewa Beli / Milik

3. Ponton+Tug Boat Disesuaikan 2 Sewa / Sewa Beli / Milik

XI-7
4. Dump Truck Disesuaikan 1 Sewa / Sewa Beli / Milik

5. Butt Fusion Dia. 800 mm 2 Sewa / Sewa Beli / Milik

6. Genset 40 Kva 2 Sewa / Sewa Beli / Milik

7. Gerobak disesuaikan 2 Sewa / Sewa Beli / Milik

8. Pick Up disesuaikan 2 Sewa / Sewa Beli / Milik

9. Sepeda Motor disesuaikan 3 Sewa / Sewa Beli / Milik

10. Chain Hook disesuaikan 1 Sewa / Sewa Beli / Milik

11. Waterpass disesuaikan 1 Sewa / Sewa Beli / Milik

12. Theodolite disesuaikan 1 Sewa / Sewa Beli / Milik

Catatan :
a. Melampirkan bukti kepemilikan alat berat, apabila milik dan surat dukungan atau
perjanjian sewa apabila bukan milik sendiri.
b. Untuk butt fusion harus dilengkapi bukti kalibrasi.
c. Alat transportasi (4,8) harus dalam keadaan baik (layak pakai) dan memiliki
keterangan layak jalan (KIR) dari Dinas Perhubungan.

4.2. Peralatan Pengukuran yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap dilapangan,
antara lain :
a. Waterpass;
b. Theodolite;
c. Rambu;
d. Statip;
e. Meteran panjang 50 m
4.3. Peralatan Dokumentasi yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan
adalah Kamera Digital.
Foto-foto kegiatan lapangan diserahkan rangkap 3 (tiga) berupa album dan CD.
5. Tindakan Pengamanan Bagi Keselamatan Kerja.
Penyedia Jasa harus menyediakan perangkat keselamatan kerja, antara lain berupa lampu
isyarat/tanda pemberitahuan adanya kegiatan pekerjaan yang cukup dan sesuai serta

XI-8
mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk perlindungan dan keselamatan
umum.

No. Jenis / Type Pekerjaan Identifikasi Jenis Bahaya & Resiko K3

1. Mobilisasi dan Demobilisasi -. accessories pipa terjatuh dari mobil


pengangkut.
2. Pengukuran -. Hewan buas dan berbisa.
-. Terperosok.
-. Tenggelam kedalam genangan atau lumpur.
-. Terseret arus sungai.
3. Penarikan pipa dari dasar -. Tenggelam/terseret arus sungai.
sungai -. Tertimpa peralatan/material pekerjaan.
-. Menghambat lalu lintas transportasi air.
4. Penurunan pipa ke dasar -. Tenggelam/terseret arus sungai.
sungai -. Tertimpa peralatan/material pekerjaan.
-. Menghambat lalu lintas transportasi air.
5. Pekerjaan Pembuatan Tangan dan kaki terkena adukan dalam waktu
pemberat pipa yang lama, tangan terjepit, terkena pisau/gunting
pemotong besi tulangan.

6. Transportasi
Alat Transportasi yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan, antara lain
Kendaraan bermotor roda dua.
Alat transportasi tersebut harus dalam keadaan baik (layak pakai).

7. Kantor Sementara dan Kelengkapannya di Lapangan


Kantor dan kelengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari
dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Yang harus disiapkan minimal
antara lain :
➢ Buku Tamu
➢ Buku Direksi
➢ Balpoint
➢ Kalkulator
➢ Spidol 12 warna
➢ Gambar Rencana Kerja (ditempel di dinding)
➢ Time Schedulle (ditempel di dinding)
➢ Gambar Kondisi cuaca tiap hari (diploting setiap hari)
➢ Rencana Mutu Kontrak (RMK)

XI-9
8. Lokasi Kerja
Apabila lokasi kerja di pinggir jalan raya, perhatikan keselamatan pengguna jalan dengan
memasang rambu-rambu peringatan.

XI-10
A. PEKERJAAN PENGUKURAN UITZET
DAN
AS BUILD DRAWING (ABD)

1. T u j u a n.
1.1. Pengukuran Uitzet
Tujuan pengukuran uitzet adalah untuk memproyeksikan di lapangan, baik posisi
maupun elevasi titik-titik yang ada pada desain.
1.2. As Build Drawing (ABD)
Tujuan pengukuran As Buid Drawing (ABD) adalah untuk memperoleh data
perhitungan volume pekerjaan terpasang atau yang telah dilaksanakan di lapangan.

2. Peralatan.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran uitzet adalah 1 (satu) set Theodolit dengan
ketelitian menit (T0), 1 (satu) set Automatic Level (Water Pass), Rambu, Statip dan meteran
panjang 50 m dalam kondisi baik.

3. Metoda Pengukuran dan Pematokan.


3.1. Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran uitzet adalah
BM yang ada disekitar lokasi pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
3.2. Jarak setiap patok kearah memanjang dibuat setiap 10 m' dan patok dibuat dari kayu
ukuran 4/6 cm, ditanam cukup kuat sehingga tidak mudah dicabut, bagian atas patok
diberi nomor patok cat merah atau sesuai petunjuk Direksi Teknis.
3.4. Pengukuran uitzet harus dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai atau setelah
menerima SPMK, untuk menentukan elevasi tanah asal serta posisi elevasi dan
dimensi dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
3.5. Mencatat titik koordinat, rencana awal bangunan dan akhir bangunan.
3.6. Apabila menurut Direksi Teknis, keadaan lapangan telah banyak berubah sejak
dilakukan pengukuran tersebut, ataupun hasil pengukuran tersebut meragukan, maka
Direksi Teknis dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk mengukur ulang
sebagian atau seluruhnya.
3.7. Pelaksanaan pengukuran uitzet diawasi bersama oleh Direksi Teknis.
3.8. Hasil Pengukuran (gambar) agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis dan Direksi
Teknis.
3.9. Potongan melintang harus diambil sesuai jarak patok memanjang/ setiap posisi patok,
kecuali ditentukan lain.

XI-11
4. Penggambaran.
Semua hasil pengukuran situasi, memanjang dan buku ukur agar diasistensikan terlebih
dahulu kepada Direksi Teknis dan Pelaksana Teknis untuk kemudian digambar pada kertas
ukuran A3.

Skala yang Digunakan.


Peta Situasi, skala 1 : 1.000.
Penampang memanjang, skala horizontal 1 : 1.000 dan vertikal 1 : 100.
Penampang melintang, skala horizontal dan vertikal 1 : 100.

Gambar situasi dan memanjang dibuat dalam rangkap 3 (tiga).


Dituangkan dalam CD sebanyak 3 (tiga) set.

XI-12
B. PEKERJAAN PEMBERSIHAN

1. Pembersihan.
1.1. Semua daerah di sekitar lokasi pekerjaan yang perlu dibersihkan, seperti yang
ditentukan oleh Direksi Teknis harus dibersihkan dari segala pohon-pohon, semak-
semak, sampah dan bahan lain yang menganggu harus dibuang, kecuali bangunan
jika tidak diperintahkan lain dan disetujui oleh Direksi Teknis.
Umumnya hanya pohon-pohon yang menganggu bangunan yang dimaksud dalam
spesifikasi ini, harus dibuang dan ditumpuk di tempat-tempat yang ditunjuk oleh
Direksi Teknis di sepanjang atau batas tanah (right of way), dan tetap menjadi milik
Pengguna Jasa. Pohon-pohon di sepanjang dan di luar batas tanah harus dibiarkan
tumbuh sejauh tidak menganggu pekerjaan. Sisa bongkaran bangunan reruntuhan
dari tempat-tempat pekerjaan harus dibuang menurut persetujuan Direksi Teknis
tanpa pembayaran tambahan. Pekerjaan dianggap disetujui sesudah semua bahan-
bahan yang berguna dan peralatan dikumpulkan.

1.2. Semua Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan dan milik umum atau perorangan
yang diakibatkan oleh pekerjaan pembersihan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
harus diperbaiki atau diganti atas biaya Penyedia Jasa.

XI-13
C. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PERALATAN

1. Penyediaan jasa harus mengadakan semua peralatan yang diperlukan serta tenaga untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan, semua peralatan dan tenaga kerja haruslah sesuai
dengan yang diperlukan dan layak pakai dan cukup terampil untuk tenaga kerja tertentu
2. Untuk memudahkan dalam mensuplay bahan / material ke lokasi penyedia jasa harus
membuatkan jalan masuk menuju lokasi. Jalan masuk diusahakan jangan menggangu
lalulintas umum dan masyarakat sekitar lokasi pekerjaan
3. Dalam penempatan Bahan / material hendaknya diatur sedemikian rupa agar mudah dalam
penggunaanya dan ditempatkan pada daerah yang cukup aman dan tidak menggangu
aktifitas warga sekitarnya

XI-14
D. PEMBUATAN PERANCAH DAN JEMBATAN ANGKUT MATERIAL

1. Perancah dan jembatan angkut material harus dibuat untuk memudahkan dalam
pengangkutan tiang pancang dan dinding turap ke titik pemancangan dan sebagai
kedudukan berdirinya alat pancang serta berfungsi sebagai jembatan angkut material
2. Perancah dan jembatan angkut material terbuat dari kayu bulat (dolken) Ө 8 – 10 cm
panjang 4 meter, dibuat sepanjang rencana turap dan pengaman pipa dengan lebar 6 meter

XI-15
E. PEKERJAAN KONSTRUKSI

E.1. PEKERJAAN TANAH

1. Pekerjaan Galian Tanah.


Galian adalah menggali tanah yang dilakukan baik secara mekanis maupun dengan tenaga
manusia dan mencakup penyediaan semua pekerjaan, peralatan, pembekalan dan material.
Pekerjaan galian tanah ada 2 (dua), yaitu :
1.1. Galian Tanah Biasa.
a. Semua dimensi galian harus dikerjakan menurut syarat-syarat yang ditunjukkan
pada gambar atau ditentukan oleh Direksi Teknis.
b. Galian tidak boleh dimulai sebelum ada izin dari Direksi Teknis.
c. Galian harus mencakup pembuangan bahan galian ditanggul atau tempat
pembuangan bahan bekas pada tempat yang ditentukan oleh Direksi Teknis.
d. Selama pekerjaan berjalan, mungkin perlu atau diinginkan adanya perubahan
oleh Direksi Teknis mengenai lereng-lereng atau dimensi-dimensi penggalian
sebagai perbaikan atau perubahan sesuai dengan spesifikasi.
e. Galian untuk bangunan atau konstruksi lain yang diperlukan, dibuat menurut
dimensi dan elevasi rencana telah ditentukan.
f. Semua penggalian harus cukup memberikan ruang kerja sementara yang
diperlukan selama konstruksi.
g. Lereng, dasar saluran dan bangunan dirapikan sebaik mungkin, yang menurut
pendapat Direksi Teknis dapat dicapai dengan memakai peralatan yang telah
disetujui pemakaiannya oleh Direksi Teknis.
1.2. Galian Dengan Excavator.
a. Penggalian semua bagian dari pekerjaan dengan excavator harus dilaksanakan
sebaik-baiknya yang memenuhi syarat (qualified), efisiensi sesuai dengan
spesifikasi gambar-gambar rencana.
b. Sebelum pelaksanaan penggalian dengan excavator di daerah yang telah
ditentukan, dipasang tanda pembatas galian.
c. Volume galian untuk setiap penampangnya agar disesuaikan dengan ukuran
seperti tercantum dalam gambar rencana hasil pengukuran ulang (uitzet) yang
telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
d. Dalam melaksanakan galian tanah, harus diperhatikan bila pada jalur galian
terdapat bangunan seperti jembatan atau bangunan lainnya, maka penggalian
dengan excavator harus berhenti pada jarak tertentu (ditentukan oleh Direksi

XI-16
Teknis), sehingga tidak mengakibatkan pengaruh negatif pada bangunan
tersebut.
e. Tempat tertentu yang tidak mungkin digali dengan alat, maka harus digali
dengan tenaga manusia, terutama untuk tebing dengan kemiringan disamakan
dengan galian alat.
f. Seluruh hasil galian harus ditumpuk pada jalur/tempat yang telah ditentukan oleh
Direksi Teknis.

2. Pekerjaan Timbunan.
2.1. Penimbunan harus dilakukan sampai suatu elevasi tertentu sesuai petunjuk Direksi
Teknis, agar jika terjadi penurunan tidak akan lebih rendah dari muka tanah yang ada.
2.2. Material yang dipilih sebagai bahan timbunan harus bersih dari bahan organik.

E.2. PEKERJAAN PEMANCANGAN TIANG DAN DINDING TURAP

PASAL 1 – UMUM
1.1. Persyaratan Umum
A. Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan pada bab ini,seperti terlihat atau terperinci
harus sesuai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak dokumen.
B. Pekerjaan ini meliputi setting out (penentuan titik posisi tiang dilapangan sesuai dengan
gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan tiang
pancang termasuk percobaan beban pada tiang, penggaian setempat dan pemotongan
kepala tiang.

1.2. Lingkup pekerjaan yang termasuk :


Pekerjaan tiang pancang dan dinding turap ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
1. Penyediaan tiang pancang dan dinding turap pondasi dari beton precast
2. Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
3. Pemancangan tiang pancang/turap
4. Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang
diminta oleh Engineer
5. Pemotongan kelebihan panjang dari tiang pancang

XI-17
1.3. Jaminan Mutu
A. Standar-standar
Semua bahan-bahan dan pengerjaan harus sesuai dengan standar-standar berikut:
1. PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia
2. SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara PenghitunganStruktur Beton Untuk
Bangunan Gedung
3. SII 0192-83 : Mutu dan Cara Uji Elektroda Las Terbungkus
Baja Karbon Rendah
4. ASTM A-416 : Standard Spesification for Uncoated Seven
Wire Stress Relieved Steel Strand for Prestress
Concrete
5. ASTM A-82 : Standard Spesification for Cold Drawn Steel
Wire for Concrete Reinforcemet
6. ASTM D-1143.81 : Standard Test for Piles Under (Reapproved
1987) Static Axial Compressive Load
7. ASTM D-3966.90 : Standard Test Method for Piles Under Lateral
Loads
8. ASTM D-3689.90 : Standard Test Method for Individual Piles
Under Static Axial Tensile Load
B. Jaminan Pabrik :
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan
harus dari jenis yang sesuai seperti disyaratkan
C. Jaminan Pekerja :
1. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan
pengawas yang berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang
diusulkan, sedemikian sehingga mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti
yang diisyaratkan pada berbagai macam kondisi tanah yang akan dijumpai.
2. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer untuk
menunjukkan bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini
berpengalaman untuk demikian.
D. Persyaratan Lapangan :
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang pancang dengan
ukuran dan jumlah seperti diisyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada
gambar denah lokasi turap, seperti yang telah disetujui oleh Engineer.

XI-18
Kontraktor harus didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggung
jawabkan yang dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua
orang memeriksa kelurusan dari setiap tiang pancang selama pemancangan.
2. Tiang harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah sesuai dengan petunjuk
“pengawas yang ditunjuk”.
3. Urutan pemancangan tiang harus sesuai dengan petunjuk “pengawas yang
ditunjuk”.
4. Tiang pancang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab Kontraktor
dan harus disingkirkan dari proyek.
5. Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
1.4. Perubahan dan Penambahan
A Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh Engineer setelah percobaan
pembebanan tiang dan bilamana kondisi lapangan mensyaratkan perubahan
demikian.
B. Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Engineer.
1.5. Penyerahan
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan
hal-hal berikut kepada Engineer.
A. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang pancang harus diserahkan oleh kontraktor
untuk disetujui oleh Engineer.
B. Sertification :
Semua tiang pondasi yang dikirim ke proyek harus dilengkapi dengan sertifikat dari
pabrik.
C. Gambar Kerja :
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda konstruksi,
jadwal kerja dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat
persetujuan.
1.6. Kondisi Kerja :
A. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
mencegah kerusakan dari tiang pancang pancang pada waktu pengangkutan,
penyimpanan dan pemancangan
B. Dinding turap/Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi tegangan- tengangan yang melebihi rencana.

XI-19
C. Dinding turap turap/tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai
sehingga tidak terjadi kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan.
Tumpukan harus ditempatkan pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau
telah disetujui oleh pengawas yang ditunjuk atau dalam posisi dimana
kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil mungkin.
D. Pemberian tanda pada dinding/ tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap
interval/jarak 0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat
atau bahan lain yang disetujui. Penunjuk panjang harus diberikan interval setiap
1.0 m.

PASAL 2. BAHAN – BAHAN / PRODUKSI

2.1. Hasil pabrik yang dapat diterima


Kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari beberapa pabrik yang menghasilkan
jenis dinding turap tiang pancang yang sama dengan yang disyaratkan, untuk dipilih
dan disetujui oleh Engineer.
2.2 Bahan-bahan tiang pancang
Bahan-bahan tiang pancang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan
persyaratan-persyaratan berikut :
A. Dimensi/Ukuran-ukuran :
1. Jenis tiang pancang yang dipakai adalah Beton Precast /Prestress dengan
ukuran dan panjang, seperti ditunjukkan pada gambar-gambar struktur.
2. Kapasitasdinding/tiang harus memenuhi syarat .
B. Beton
Mutu beton precast/pabrikasi seperti turap,tiang pancang turap, balok penutup dan
balok dan lantai dermaga minimum yang dipakai adalah fc` - 20 Mpa atau K 225
(Cylinder), sedangkan mutu beton tiang pancang adalah K-600, yang harus sudah
dicapai pada waktu pemancangan.
C. Penulangan dan prestressing strands :
1. Prestressing strands harus “uncoated, bright seven wire, stress relieved 270 ksi
“sesuai ASTM A-416”.
2. Spiral harus dibentuk dari “cold drawn bright steel wire” sesuai ASTM A-82 atau
 6 mm U-24.

XI-20
D. Peralatan Pemancangan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan data lengkap dari
peralatan yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosedur kerjanya
termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan digunakan di lapangan
2. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada
bentuknya. Hammer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk type tiang
pancang dan sifat dari kekuatan tiang pancang tersebut.
3. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan
untuk penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan
percobaan beban.
2.3. Bahan-bahan lain yang harus disediakan
Pengunaan bahan-bahan khusus :
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan bahan khusus
seprerti bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain
yang tidak diisyaratkan disini.
Percobaan - Percobaan ataupun biaya tambah lainnya sehubungan dengan pemakainan
dari bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 3. PELAKSANAAN

3.1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan
mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak akan saling mengganggu.
B. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat
persetujuan dari Engineer. Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor
dari tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu tinggi.
Semua kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena
pemilihan metode harus ditanggung oleh Kontraktor.
C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari
waktu ke waktu apabila dianggap perlu.
Untuk perubahan demikian tidak ada biaya tambah.
D.Pemancangan tiang pancang pancang harus dilakukan dalam suatu operasi yang
menerus dan tidak terganggu.
E. Kontraktor harus memancang tiap dinding/ tiang pancang tepat pada ordinat yang
telah ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat dindding/ tiang

XI-21
harus mendapat persetujuan dari pengawas yang ditunjuk sebelum mulai
pemancangan.
Dinding/tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan
kerja yang telah direncanakan.
F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin
pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.
G. Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakkan dari tiang yang sudah
terpancang selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-
fasilitas lainnya.
H. Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau
membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya baik pada waktu
maupun setelah pemancangan.
3.2. Pemancang Tiang
A. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancang tiang.
1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis disel (a diesel
hammer type). Dalam pemilihan “driving diesel hammer” haruslah dari berat
yang memadai agar tidak merusak tiang. “Hammer” harus mempunyai
persyaratn minimum : berat ram 3500 kg (Kobe – 35 type).Atau disesuaikan
dengan kemampuan dinding/tiang pancang
2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan
didalam gambar struktur atau dengan final set yang disetujui dimana tidak lebih
dar 20 mm untuk 10 pukulan terakhir
3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat pada garis
yang benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan dengan
gambar
4. Toleransi yang diijinkan ketidak tepatan lokasi dan ketidak lurusan adalah 75
mm dan 1/80. Tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu
harus dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada
tiang yang berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk
meluruskannya kembali kecuali dengan persetujuan tertulis dari pengawas
yang ditunjuk
B. Test untuk mutu tiang.
Apabila pada waktu pemancangan suatu tiang, jumlah pukulan sangat tinggi (lebih
dari 2000) atau apabila tiang dicurigai retak atau patah, P.I.I. (Pile Integrated Test)
atau test sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan.

XI-22
C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya
(heave check).
Lakukan suatu “heave check” pada pemancangan kelompok tiang yang pertama
dan pada kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
1. Periksa “heave” dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada
masing-masing tiang segera setelah selesai pemancangan
2. Periksa ulan elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu
kelompok selesai dipancang.
3. Bila ujung (tip) tiang mengalami “heave”lebih dari 6 mm dari posisi asli tiang
tersebut harus dipukul lagi.
Bila dijumpai pile heave, lanjutkan pemeriksaan heave dan lanjutkan
pemancangan sampai pengawas yang ditunjuk menyatakan bahwa pile heave
teratasi.
D. Penilaian dari kapasitas daya dukung.
Tiang-tiang harus harus dipasang sampai mencapai “final set” yang diijinkan oleh
pengawas yang ditunjuk. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus
memberikan kapasitas tiang yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan.
Set harus ditentukan di lapangan. Set haruslah dibuktikan dengan dua percobaan.
Nilai konstanta yang akan dipakai untuk memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Soil
Engineer setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set
diperoleh.
E. Posisi-posisi tiang.
Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan diserahkan
kepada pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya pekerjaan dan
persetujuan akhir diberikan oleh pengawas yang ditunjuk dalam waktu tiga hari
sesudah tiang yang terakhir selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut
diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh dipindahkan kecuali atas resiko
Kontraktor sendiri.
F. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat
Apabila suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh sebab
lain atau salah letak atau gagal pada waktu percobaan beban, Kontraktor
diisyaratkan untuk mengadakan penambahan tiang pada posisi yang ditentukan
oleh Engineer sedemikian sehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang sama.
G. Pendataan pemancangan tiang.
Kontraktor harus mengambil data dari setiap tiang yang dipancang dan dilengkapi
para pengawas yang ditunjuk pada masing-masing data, setiap hari.

XI-23
Pemancangan, set dan rebound dari setiap tiang harus mengikuti persetujuan
Engineer. Data pemancangan setiap tiang harus diserahkan kepada pengawas yang
ditunjuk dan tembusan (copy)nya harus disimpan oleh Kontraktor.
Data-data laporan harus meliputi hal-hal berikut :
1. Nama proyek
2. Nomor tiang
3. Tanggal pemancangan
4. Cuaca
5. Set, rebound dan tinggi jatuh (ram height) pada 10 pukulan terakhir (last ten
blow)
6. Dalamnya pemancangan dari level tanah
7. Level tanah
8. Panjang tiang
9. Jenis alat pukul (Hammer Type)
10. Sambungan yang dipakai, jumlah dan jenisnya (kalau ada sambungan
11. Waktu/saat mulai dan waktu selesai pemancangan
12. Jumlah pukulan dan rata-rata set tiap 0.5m
13. Tinggi jatuh yang sebenarnya (actual ram stroke)
14. Semua informasi lain seperti yang disyaratkan oleh Engineer
Metoda pengukuran set dan rebound harus disetujui oleh Engineer. Recor diatas
harus menunjukkan satu seri pengukuran set selama seluruh proses pemancangan.
Apabila pemancangan suatu tiang dimulai, maka harus dilakukan sampai selesai
dan mencapai set yang disyaratkan (kecuali waktu penyambungan).
H. Kepala tiang.
1. Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memotong
kelebihan panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga panjang stek
tulangan setelah pemotongan kepala tiang minimum 40 diameter tulangan
tiang pancang terbesar, sebagai pengikat ke-pur (pile cap).
Setelah pemancangan selesai, kontraktor harus segera melanjutkan dengan
memeriksa level dan mencatat posisi-posisi tiang secara detail dan akurat serta
membandingkan dengan posisi yang dicantumkan pada gambar denah tiang.
Kontraktor harus menyediakan surveyor dilapangan untuk pekerjaan tersebut.
2. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang (panjang minimum 40
diameter) harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.
3. Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat
4. Batas pemotongan kepala tiang harus dapat sesuai dengan petunjuk/gambar.

XI-24
I. Sambungan tiang dan pengelasan :
1. Kontraktor atau Pabrik pembuat tiang harus menyerahkan sistim sambungan
tiang untuk disetujui Engineer sebelum pemasangan di lapangan.
2. Detail dari sambungan harus terdiri dari :
a. Sistim sambungan yang aka dipakai
b. Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan
c. Prosedur pengelasan
d. Kualifikasi/kecakapan tukang las
J. Laporan dan pemeriksaan pekerjaan tiang pancang pancang.
Pada waktu selesainya pekerjaan dinding/ tiang, sebuah laporan yang tepat harus
segera disiapkan dan diserahkan rangkap 6 (enam) kepada pengawas yang
ditunjuk.
Hal-hal berikut harus termasuk juga dalam hal laporan :
1. Ringkasan pekerjaan (sketsa, metoda, tanggal waktu mengerjakan,dll).
2. Laporan tentang pukulan (blows)
3. Laporan harian pekerjaan dan laporan pemeriksaan :
a. Waktu yang disyaratkan untuk pemancangan
b. Jumlah pukulan
c. Kedalam pemancangan
d. Nilai pemancangan akhir
e. Nilai rebound
f. Daya dukung akhir yang diijinkan
4. Denah (lay out) tiang dan toleransinya.
3.3. Pembersihan.
Kontraktor harus memindahkan dan membongkar semua puing, tanah,kelebihan beton,
keluar dari lokasi atau proyek seperti ditunjukkan oleh pengawas yang ditunjuk tanpa
biaya tambahan.

XI-25
E.3. PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan
Semua konstruksi beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan yang akan
dikerjakan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk beton SNI-2. Bahan-
bahan (ingredients) harus dalam proporsi yang menghasilkan beton kental yang mudah
dikerjakan yang dapat dikonsolidasikan sepenuhnya.

2. Bahan Untuk Beton


2.1. Portland Cement (PC)
Portland Cement (PC) yang digunak an dalam pekerjaan beton kualitasnya memenuhi
syarat standard Indonesia NI-8 atau standard lainnya atas persetujuan ahli.
Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Teknis, kapan dan dimana
semen itu dihasilkan, dan Direksi Teknis senantiasa berhak memeriksa bahan
tersebut.
Penyedia Jasa harus bersedia untuk memberi bantuan kepada Direksi Teknis dalam
proses pemeriksaan ini. Semen harus disimpan dalam tempat yang bebas dari
gangguan cuaca/hujan dengan menyusun setinggi 30 cm diatas tanah dengan
maksimum tumpukan atau susunan 13 Zak. Setelah lebih dari 90 hari sejak tanggal
pengiriman ke lapangan semen harus dibuang/tidak boleh digunakan.

2.2. Agregat halus (Pasir)


Agregat halus adalah pasir alam yaitu pasir yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa
yang didapat dari Sungai atau sumber alam lainnya yang dapat disetujui oleh Direksi
Teknis.
Penyedia Jasa memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Teknis mengenai
sumber alam/quarry, guna mendapatkan persetujuan Direksi Teknis. Penyedia Jasa
harus menyerahkan kepada Direksi Teknis contoh pasir yang akan digunakan.
Pasir yang digunakan harus bersih, bebas lumpur, karang serta bahan organik dan
bahan-bahan lain yang dapat merusak mutu beton. Semua pasir yang dipakai untuk
campuran beton adalah pasir yang berkualitas baik dan disetujui oleh Direksi Teknis.

2.3. Agregat Kasar (batu pecah)


Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus dan tidak mudah
pecah.
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butiran antara 10 – 30 mm, atau
sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.

XI-26
Batu yang digunakan adalah batu pecah yang berasal dari gunung batu atau dari batu
besar yang bermutu kwarsa dan keras.

2.4. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bebas dari lumpur, minyak, asam,
bahan organik, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusak.
Bila diperlukan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus menunjukkan sumber air yang
digunakan serta disetujui oleh Direksi Teknis.

2.5. Bahan Pembantu (Additif)


Untuk memperbaiki mutu beton, sifat pengerjaan, waktu pengikatan, dan
mempercepat pengerasan, dapat dipakai bahan pembantu yang jenis dan jumlah
bahan pembantu yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknis.
Manfaat dari bahan pembantu dapat dibuktikan dengan hasil percobaan dan selama
bahan pembantu ini dipergunakan harus diawasi dengan cermat terhadap
pemakaiannya.

2.6. Besi
Semua besi untuk penulangan beton, adalah baja tulangan yang mempunyai mutu U-
39 dan berpenampang bulat dengan ukuran disesuaikan dengan gambar rencana.

3. Kelas dan Mutu Beton


Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standard Nasional Indonesia (SNI-2)
menurut table di bawah ini :
Kelas Mutu Σbk Σbm Kategori Pengujian Terhadap
dalam dalam Bangunan
Kg/cm² Kg/cm² (tujuan) Kualitas Kekuatan
Agregat Tekanan
I B0 - - Non – Ringan Tanpa
Strukturil
II B1 - - Strukturil Sedang Tanpa
K-125 125 200 Strukturil Ketat Kontinue
K-175 175 250 Strukturil Ketat Kontinue
III K-225 225 300 Strukturil Ketat Kontinue

3.1 Komposisi/Campuran Beton


A. Sebelum pekerjaan beton dilaksanakan diwajibkan untuk membuat Job Mix Formula
(JMF) sesuai dengan spesifikasi beton yang disyaratkan.
a. Untuk struktur karakteristik kekuatan tekanan yang disyaratkan adalah K. 175.
b. Untuk Sheet Pile dan tiang pancang beton karakteristik kekuatan tekan yang
disyaratkan adalah K. 175.

XI-27
B. Beton harus dibentuk dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah, air seperti
yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang telah
ditentukan/serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai kekentatan yang baik/tepat.
C. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan dibawah
pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K125,
k175 dan K225. Pada umum B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
terhadap mutu bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan
pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175 dengan keharusan untuk memeriksa
kekuatan tekan beton secara kontinue dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
D. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II- derajat K175, dan Penyedia Jasa harus
memperoleh derajat yang patut apabila perlu oleh Direksi Teknis, dengan
mengkombinasikan ukuran agregat yang proposional, agar diperoleh sepatutnya.
E. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
F. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar
beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan
atau kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
G. Penambahan air untuk mengganti kekakuan beton sebagai akibat dari campuran yang
berlebihan atau pengeringan atau pengeringan yang tidak dapat diterima sebelum
dipasang, tidak akan dibolehkan. Akan dibutuhkan keseragaman dalam konsistensi
beton dari adukan ke adukan.

3.2 Perlengkapan Mengaduk


Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan pembentukan beton. Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya harus
mendapatkan persetujuan Direksi Teknis.

3.3 Mengaduk
A. Kecuali jika disetujui oleh Direksi Teknis tentang beton kelas I, Penyedia Jasa harus
membuat proporsi ingredient tiap partai beton dengan teliti menurut berat.
B. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk
beton yaitu sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada
dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengadukan berkapasitas lebih
besar dari 1,5 m³. Direksi Teknis berwenang untuk menambah waktu pengadukan

XI-28
jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan
dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam.
C. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsisten dari adukan ke adukan kecuali
bila diminta perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih
dahulu dalam selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan
(lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki tidak diperkenankan.

3.4 Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32º C dan tidak kurang dari
45º C. Bila suhu beton yang ditaruh berada antara 27º C dan 32º C, maka beton harus
diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.

3.5 Cetakan
A. Cetakan haruslah sesuai dengan bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran dari
hasil beton yang diinginkan seperti pada gambar-gambar atau seperti ditetapkan
Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab sendiri atas pekerjaan cetakan. Bahan yang
akan dipakai untuk cetakan harus disetujui oleh Direksi Teknis.
Namun demikian, tidak melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya atas
memadainya cetakan.
Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat menolak tiap bagian cetakan yang ternyata rusak
dan Penyedia Jasa harus membuang cetakan yang ditolak itu dari pekerjaan dan
menggantikannya atas biayanya sendiri.
B. Cetakan untuk mencetak beton dan dibuat sesuai menurut bentuk dan ukuran yang
ditentukan. Cetakan dapat dibuat dari lembaran Plywood/papan kayu yang halus dalam
keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang
sempurna seperti terperinci disini.
C. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki, dimanapun juga dari bagian
jalan air. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu ataupun
plywood dan harus dalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang
dikehendaki dan harus memiliki kekuatan dan kekakuan yang tepat pada tempat dan
bentuknya selama pembebanan dan selama berlangsung pekerjaan beton.
D. Semua cetakan yang dibuat harus kuat dan kokoh. Harus bersedia alat-alat dan usaha-
usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak
permukaan dari beton yang telah selesai.

XI-29
E. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga dicegah
pengembangan atau gerakan selama penuangan beton. Selama Pengecoran pada
pilar-pilar beton (concrete piels), cetakan-cetakan dapat disangga dengan perancah
dan penyangga cetakan harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan
terjadi penurunan cetakan selama pelaksanaan.
F. Pemakaian kawat yang menembus beton untuk memantapkan cetakan pada posisinya
tidak diperbolehkan. Baut yang menembus beton boleh dipakai, tetapi jumlahnya harus
ditekan serendah mungkin untuk memantapkan pekerjaan cetakan.
Diameter baut tidak boleh kurang dari 12 mm dan dari jenis dengan tudung yang
dapat dibukakan dapat dikeluarkan dengan mudah.
Setelah tudung dilepaskan, lubang-lubang harus disiar dengan rapih dan benar
dengan adukan semen. Harus dijamin agar warna siar sama dengan permukaan
sekelilingnya kalau kering.
G. Cetakan yang masih baik, tidak melengkung boleh dipakai kembali asalkan memenuhi
persyaratan yang dispesifikasikan. Cetakan-cetakan itu harus dibersihkan sebelum
pemakaian kembali dan harus diperbaharui sebagaimana diperintahkan Direksi Teknis.
H. Dimana ditunjukkan pada gambar, atau kalau sebaliknya diminta atau diperintahkan
oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus memasukkan pelat, pengait angker (anchor
hooks), klem (brackets) selama pekerjaan berjalan. Pengait angker dan lain-lain ini
harus distel dan ditopang dengan ketat dan garis serta muka harus disetujui oleh
Direksi Teknis sebelum pembetonan dimulai. Tidak ada tulang beton yang boleh
dipotong untuk memungkinkan fiting dan lain-lain dicetak ke dalam pekerjaan tanpa
persetujuan Direksi Teknis. Beton harus dikerjakan betul-betul mengelilingi fiting dan
lain-lain untuk menjamin ikatan yang lengkap sehingga tidak ada kebocoran akibat
adanya fiting dan lain-lain itu.

3.6 Pemasangan Tulangan Beton


A. Pembengkokan Tulangan.
Semua bengkokan harus dibuat dengan melalui penggulung yang berputar bebas.
Pemanasan tulangan beton hanya akan diizinkan atau disetujui oleh Direksi Teknis.
Kecuali dicatat sebaliknya secara khusus pada gambar, pembengkokan harus menaati
standar yang telah ditentukan.
Batang-batang tulangan yang salah dibengkokan tidak boleh diluruskan atau
dibengkokan lagi, dan tidak boleh dipergunakan lagi.
B. Toleransi Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.
a. Tulangan beton baja harus dipotong dari batangan-batangan yang lurus, tidak
kusut, bengkok atau cacat lain. Semua tulangan harus disediakan dalam panjang

XI-30
penuh yang dicantumkan di Gambar. Kecuali di mana dicantumkan, tidak
diizinkan ada sambungan batangan kecuali diizinkan oleh Direksi Teknis.
b. Sambungan tidak boleh kurang dari panjang yang dicantumkan dalam Gambar
yang selalu harus menjadi pilihan diatas standar yang telah ditetapkan.
c. Kawat utama lembar tulangan beton dari anyaman baja harus disambung paling
sedikit 30 mm dan kawat melintang paling sedikit 150 mm.
d. Penyedia jasa harus mengetahui informasi yang diberikan di Gambar dan dalam
Spesifikasi, untuk memperoleh kebutuhan yang tepat atas tulangan beton baja
untuk pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyusun sendiri jadwal pembengkokan
batangan.
e. Penjelasan tulang beton baja lunak membutuhkan persetujuan terlebih dahulu
dari Direksi Teknis.
C. Toleransi Pada Pemasangan Tulangan.
a. Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang ditentukan
dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak ditetapkan lain oleh perencana
pada pemasangan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti tercantum
dalam ayat-ayat berikut.
b. Terhadap dudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan sebesar ±
6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih
dari 60 cm.
c. Terhadap kedudukan bengkokan di arah memanjang ditetapkan toleransi sebesar
±50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.
d. Terhadap kedudukan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar ±25 mm,
dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton di ujung batang memenuhi
yang disyaratkan.
e. Terhadap dudukan batang-batang plat dan dinding ditetapkan toleransi di dalam
bidang tulangan sebesar ± 50 mm.
f. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan ikatan-
ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ±25 mm.
g. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncanakan menembus beton atau
ditanam di dalam beton, maka tulangan tidak dipotong dan tidak boleh digeser
tempatnya lebih jauh daripada toleransi yang ditentukan di atas.

XI-31
E.4. PEKERJAAN BAJA TULANGAN

1. Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen Kontrak pada
saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah peninjauan kembali
rancangan awal telah selesai menurut Seksi 1.9 dari Spesifikasi ini.
3) Standar
SNI 07-6401- : Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay Dingin untuk
2000 Tulangan Beton
SNI 03-6812- : Spesifikas iAnyaman Kawat Baja Polos yang Dilas untuk Tulangan
2002 Beton
SNI 03-6816- : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
2002
AASHTO M31M - : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete Rein-forcement
90
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway Bridges

Kayu diperlukan terutama untuk :


1.1. Penutup tonggak lembar (sheet pile) di bawah bangunan-bangunan sekunder.
1.2. Tonggak dan papan yang dibutuhkan untuk membentuk kembali lereng dan samping
saluran sekunder.
1.3. Untuk pekerjaan sementara, seperti percetakan, cofferdam, perancah dan lain-lain.
1.4. Untuk pekerjaan jembatan, turap kayu, bangunan rumah dan lain-lain.

2. Bahan
1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar
dan memenuhi Tabel 7.3.2.(1) berikut ini :
Tabel 7.3.2.(1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan

XI-32
b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan
yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat digunakan.
2) Tumpuan untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton
pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi
ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak
boleh diijinkan sebagai tumpuan. 3) Pengikat untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07-
6401-2000.

3. Pembuatan dan Penempatan


1) Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan
atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja
tidak terlalu berubah banyak.

b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan dengan
mesin pembengkok.

2) Penempatan dan Pengikatan


a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi
atau merusak pelekatan dengan beton.

b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 7.3.1.(5) di atas, atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.

XI-33
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar,
tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan
yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak
terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan
tarik minimum.

e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada
ujungnya.

f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar atau
secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi Pekerjaan
menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah
sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D 2.0.
Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.

g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.

h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus
dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.

i) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian
(semen dan air saja).

j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul
perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban
konstruksi lainnya.

XI-34
4. Pengkuran dan Pembayaran
1) Pengukuran untuk Pembayaran
a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh Direksi
Pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari panjang aktual yang
dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar, dan satuan berat dalam kilogram per
meter panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi luas anyaman. Satuan berat
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan didasarkan atas berat nominal yang disediakan
oleh pabrik baja, atau bila Direksi Pekerjaan memerintahkan, atas dasar pengujian
penimbangan yang dilakukan Penyedia Jasa pada contoh yang dipilih oleh Direksi Pekerjaan.

b) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk penempatan atau
pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan dimasukkan dalam berat untuk
pembayaran.

c) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau struktur lain di
mana pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap telah disediakan dalam Seksi lain
dari Spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini.

2) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di atas, harus
dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah
ini, dan terdaftar dalam Daftar Kuantitas, dimana pembayaran tersebut merupa-kan
kompensasi penuh untuk pemasokan, pembuatan dan pemasangan bahan, termasuk semua
pekerja, peralatan, perkakas, pengujian dan pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan
pekerjaan yang memenuhi ketentuan.

XI-35
3.7 PENGADAAN PIPA DAN ACCESORIES

1. REFERENSI DAN STANDARD

Referensi standard dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai jenis dan kualitas
material yang diminta. Semua material-material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan
material bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang ditentukan.
Standard yang dapat diterima adalah :
SII - Standard Industri Indonesia.
ISO - International Organization For Standartdzation.
JIS - Japanese Industrial Standard.
BS - British Standard.
DIN - Deutche Industrie Norm.
AWWA - American Water Works Association.
ASTM - American Society for Testing and Materials.
ANSI - American National Standard Institute.
SNI - Standard Nasional Indonesia.

2. Bahan Pipa dan Fitting

Bahan pipa yang ditawarkan dapat berlainan dengan bahan pipa yang tercantum dalam
dokumen lelang ini, dengan syarat bahwa bahan pipa yang ditawarkan mempunyai kualitas
keseluruhan yang sekurang-kurangnya sama dengan apa yang tercantum dalam dokumen
lelang ini. Dalam hal bahan pipa yang ditawarkan berbeda dengan apa yang tercantum dalam
dokumen lelang ini, peserta pelelangan harus menyertakan gambar-gambar detail junction
(gambar detail penyambungan pipa) disertai dengan jumlah dan spesifikasi dari tiap material
yang ditawarkan. Seluruh pipa dan fitting yang ditawarkan harus dapat digunakan didaerah
tropis dengan temperatur air yang mengalir antara 15 – 35o C dan pH antara 6 sampai dengan
8. Seluruh pipa dan fitting akan ditanam di dalam tanah kecuali untuk hal-hal khusus yang
membutuhkan lain.

XI-36
3. Tekanan Kerja

Tekanan kerja dari pipa minimal 63 meter kolom air (bar) atau 6,3 Kg/cm2 dan tekanan
pengujian minimal 2 (dua) kali tekanan kerja pipa. Penyedia jasa dapat menyertakan tanda
bukti hasil pemeriksaan tekanan kerja dari pipa/fitting pipa yang ditawarkan.

4. SPESIFIKASI TEKNIK PIPA HDPE DAN FITTING

1. Spesifikasi Teknik Material Pipa HDPE dan Fitting :


Bahan utama : Polyethelene
Standar : ISO-4427
Sambungan : Butt Fusion
Fitting : Terbuat dari bahan yang sama
Kandungan Karbon : 2 - 2,5%
Tekanan Kerja : 10 kg/cm2
Warna : hitam
Tekanan Uji : 12,5 Kg/cm2
Kelas : HDPE PE 100; SDR17; PN 10; OD 800.
Panjang Minimal : 6 Meter

2. Standard
Standard pipa HDPE mm yang digunakan sesuai dengan ISO-4427 dan ISO-12162 serta
mendapatkan sertifikasi SNI : 06-4829-2005 (Pipa Polietilena untuk air minum). Pipa yang
ditawarkan harus buatan pabrik yang sudah sertifikasi ISO dimaksud. Setiap pipa harus
mempunyai tanda/cap pada bagian luar yang menunjukkan diameter nominal, kelas, nama
pabrik pembuat dan trade mark.
Setiap pipa mempunyai ketebalan menurut kelasnya dan merata sesuai dengan ketentuan
pabrik baik pada ujung maupun bagian tengah pipa. Bila di lapangan terdapat material
yang tidak memenuhi standard dalam kelasnya maka Penyedia jasa dapat dikenakan sanksi
untuk mengganti sebagian atau pun seluruh material yang telah dikirim dan segala biaya
ditanggung Penyedia Jasa.

XI-37
Spesifikasi material pipa HDPE harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Typical
Properties Test Methode Units
Value
Melt Index (190o/5 Kg) ASTM D 1238 g/10 min 0.21
Density ASTM D 1505 g/cm3 0.961
Color Black

Mechanical Properties

Enviromental Stress Crack ASTM D 1693 B Hours >1000


Resistance
Tensile Strength at Yield Point at ASTM D 638 Kg/cm2 230
Break Point. ASTM D 638 Kg/cm2 350
Elongation at Break Point ASTM D 638 % > 700
Flexural Modulus ASTM D 747 Kg/cm2 8500
Izood Imoact Strength ASTM D 256 Kg.cm/cm 20
Vicat Softening Point ASTM D 1525 o
C 122
Brittleness Temperature ASTM D 746 o
C < -70

Other properties

OIT at 210o C ISO TR 10837 Min ≤ 30


Carbon Black Content ISO 6964 % 2.0˜2.5
Carbon Black Dispension ISO CD 11420 Note ≤3

Bahan baku pipa pipa HDPE harus tersertifikasi sesuai ISO 12162 dengan Minimum
Required Strength (MRS) 11.2 pada suhu 20o C untuk umur pakai 50 tahun.
Pipa HDPE dapat dipasang di jalan, dengan kondisi tanah kurang baik.
Untuk memastikan pipa HDPE dapat mengatasi kondisi tanah tersebut, produsen pipa
HDPE dapat melampirkan laporan mengenai penguburan pipa dan kalkulasi sesuai dengan
standard Autralia AS 2566.1 atau standard International yang menyatakan :
a. PE resin design strength (Kekuatan design bahan baku).
b. Soil-peat sand (Tanah-tanah gambut).
c. Load-highway loading (beban jalan raya)
d. Condition of pipe under vacuum (kondisi pipa dalam keadaan vacum)
e. Recommendation on trench depth, size, backfill, bedding compaction (rekomendasi
kedalaman galian, dimensi, pasir dan pemadatan).

XI-38
Laporan tersebut akan menyatakan ketahanan pipa HDPE terhadap :
a. Defleksi
b. Ketahanan
c. Tekanan Dalam (internal pressure)
d. Combined Loading (Kombinasi Beban)
e. Buckling (Lipat)

Suplier/pabrik pipa HDPE memberikan dukungan teknis sebagai berikut :


a. Rekomendasi penyambungan dan gambar bawah tanah.
b. Penyambungan pipa yang sesuai standard International.
c. Meminjamkan mesin las secukupnya selama pekerjaan berjalan. Mesin las ini
tetap milik pabrik pipa HDPE dan segala kerusakan yang disebabkan oleh
penyedia jasa selain.
d. Menyediakan manual/petunjuk penyambungan pipa dan quality assurance
dalam bahasa Indonesia.
e. Menyediakan minimal 1 (satu) orang teknisi atau quality Assurance di lapangan
selama pekerjaan berlangsung untuk mentraining serta mensupervisi
penyambungan dan membuat laporan kualitas tiap sambungan.
f. Sebelum dilakukan pengiriman barang, suplier/pabrik dapat mengundang
Pengguna Jasa (sekurang-kurangnya 3 orang) untuk menginspeksi keberadaan
bahan baku di pabrik minimal 25 % dari total kebutuhan bahan baku tersebut
sebelum pipa di produksi dan melakukan pengetesan pipa untuk setiap batch
atau per diameter dan aksesorisnya di pabrik sesuai spesifikasi teknis yang
disyarakatkan dalam dokumen lelang, dan biaya tersebut sudah termasuk
dalam penawaran.

3. Kelas
Bila tidak disebutkan dalam volume pekerjaan (Bill of Quality) yang digunakan adalah jenis
pipa HDPE PE 100, minimal PN 8 dengan tekanan kerja minimal 8 Kg/cm2, menurut
standard SII yang berlaku dan mempunyai panjang efektif minimal 6 meter.

4. Sambungan
Bila tidak disebutkan lain dalam uraian pekerjaan, sambungan pipa HDPE digunakan
dengan cara Butt Fusion

XI-39
5. Fitting
Fitting sambungan harus sesuai PN 8 kg/cm2 dan bila tidak disebutkan lain dalam volume
pekerjaan (Bill of Quality), maka sistem sambungan menggunakan cara Butt Fusion.

5. SPESIFIKASI TEKNIK PIPA GALVANIS DAN FITTING

1. Spesifikasi Teknik Material Pipa Galvanis dan Fitting :


1.1. Standar : SII-0161-81.
: ASTM A 53/A
1.2. Sambungan : Las, Ulir, Flange.
1.3. Bahan Fitting : Besi Tuang.
1.4. Tekanan Kerja : 10 Kg/cm2
1.5. Standar Fittimg : SII 0598-81
: ISO 2531
: SII 1718-85
1.6. Pelapis Fitting : Coaltar enamel.
1.7. Tekanan Kerja : 25 Kg/cm2
1.8. Lapisan Dalam : Cement mortar linning.
1.9. Lapis Luar : Black Asphalt varnish tebal 1mm
1.10. Panjang minimal : 6 meter.

2. Standar dan Kelas


Standard yang digunakan adalah yang memenuhi Standard Industri Indonesia SII-
0161-81 atau ASTM A 53/A atau digunakan standard yang lain yang sama atau lebih baik
mutunya. Pipa yang dikirim harus sudah diberi cap dari pabrik yang dapat menunjukkan
dari/asal pabrik, Standard yang digunakan, diameter nominal dan kelas pipa. Pipa baja
untuk diameter 250 mm mampu memikul tekanan kerja minimal 25 kg/cm2. Panjang
efektif tiap pipa adalah 6 meter kecuali ditentukan lain. Tebal dinding pipa baja dan fitting
pipa sesuai dengan standard SII atau standard lain yang memenuhi persyaratan untuk pipa
air minum dengan tekanan baja minimum 25 kg/cm2. Setiap ujung pipa harus dibuat
berbentuk tirus.
Khusus untuk pipa yang digunakan sebagai selubung pipa HDPE harus mengacu pada
standard AWWA C 200.

3. Sambungan Pipa Baja dengan Flange


3.1. Banyaknya kuantitas pipa baja dengan jenis sambungan dengan flange seperti yang
ditunjukkan dalam volume pekerjaan (Bill of Quality).

XI-40
3.2. Pipa untuk jenis sambungan ini berbentuk spigot di kedua ujungnya dan sudah
berbentuk tirus.
3.3. Flange, baut dan mur untuk penyambungan pipa ini adalah jenis lose flange dibuat
dari baja dan dicoating anti karat.
3.4. Untuk memudahkan pengelasan antara flange dan pipa diameter lubang flange
untuk pipa harus pas masuk dengan pipa.
3.5. Dimensi flange dibuat sesuai dengan standard ISO 2531 dan khusus dibuat untuk
menerima tekanan kerja minimal sebesar 10 kg/cm2 dan ukurannya disesuaikan
untuk memudahkan pemasangan/antara pipa dengan fitting atau accessories.
3.6. Harga penawaran yang diajukan sudah termasuk perlengkapannya, seperti mur
baut, ring dan gasket/packing.
3.7. Pipa baja untuk sambunganv las diperlukan pipa baja dengan expant point joint pipe
yang disalah satu ujung pipa sehingga berbentuk mirip socket dan ujung satu lagi
berbentuk spigot. Panjang efektif pipa adalah 6 meter.
3.8. Expanded Pipe tersebut sudah diberi lapisan anti karat baik disisi sebelah dalam
maupun sebelah luar.

4. Sambungan Pipa dengan Sistem Ulir


4.1. Untuk sambungan ulir harus memenuhi standard ISO 7/1” Pipe threads where
presure tight joint are made on the threads”
4.2. Pipa jenis sambungan ini, dikirim sudah diberi ulir dikedua ujungnya dan pipa sudah
di galvanis.
4.3. Kedua ujung pipa ditutup dop plastik tebal dengan baik untuk melindungi ulit dari
karat.
4.4. Harga penawaran adalah sudah termasuk sebuah socket setiap pipa untuk
penyambungannya.

5. Gasket.
5.1. Terbuat dari sistem rubber dengan standard BS. 2494 atau semutu (sederajat).
5.2. Gasket bekas sama sekali tidak boleh digunakan.
5.3. Ketebalan minimal 3 mm.
5.4. Jumlah gasket yang ditawarkan dengan imbuhan 10%.

6. Mur, Baut dan Ring


6.1. Terbuat dari Low Carbon Steel yang ukurannya sesuai untuk pemasangan tiap flange
dan kepala baut berbentuk hexagonal dan anti karat.

XI-41
6.2. Jumlah dan ukuran mur, baut dan ring yang ditawarkan adalah untuk setiap pasang
flange yang mempunyai spesifikasi teknis sama dengan imbuhan 10 %.

7. Fitting.
Fitting untuk pipa baja dengan diameter lebih dari 50 mm terbuat dari besi tuang kelabu
dan memenuhi standard SII 0598-81
7.1. Flange dan fitting harus sesuai standard ISO 2531
7.2. Spigot dari fitting harus sesuai ukuran diameter luar pipa baja.
7.3. Ulir dari fitting untuk fitting dengan diameter lebih kecil dari 100 mm harus sesuai
dengan standard ISO 7/1. Bagian luar fitting dengan diameter lebih atau sama
dengan 100 mm, harus diberi lapisan lindung “Coal tar enamel” sesuai standard SII
1718-85. Sedangkan untuk fitting lebih kecil dari 100 mm diberi lapisan galvanis.

6. SPESIFIKASI TEKNIK GATE VALVE

1. Spesifikasi Teknik Gate Valve :


1.1. Standar : AWW A C 500.
: ISO 2531.
1.2. Sambungan : Flange.
1.3. Jenis : Non rising stem.
1.4. Arah Putaran : Membuka berlawanan arah jarum jam tutup searah
Jarum jam.
1.5. Tekanan Kerja : 100 Kg/cm2
1.6. Bahan Body : Besi Tuang.
1.7. Bahan Stem : Perunggu/Steinless Stell.
1.8. Body Seat Ring : Kuningan/Perunggu.
1.9. Disk Seat Ring : Kuningan/Perunggu.

2. Bila tidak disebut dalam daftar kuantitas pekerjaan maka Gate Valve yang ditawarkan
adalah gate valve dari jenis “Non rising stem”. Valve harus memenuhi standard “Gate Valve
for Water and Other Liquids” (AWWA C 500) atau standard international lain yang sama
atau yang lebih tinggi kualitasnya, dan didesain khusus untuk tekanan kerja yang tidak
lebih kecil dari 10 Bar.

3. Penawaran Gate Valve adalah berikut Hand Wheel kecuali bila disebut lain dalam volume
pekerjaan (Bill of Quantity), maka Gate Valve harus dilengkapi dengan Cap untuk stemnya
dan sudah dibaut.

XI-42
4. Untuk Gate Valve yang tanpa Hand Wheel harus dilengkapi dengan kunci T (Tee Key),
minimal satu buah dan maksimum satu untuk setiap 20 buah yang seukuran. Tee Key
tersebut dilengkapi dengan pendongkel tutup surface box/steet cover dan terbuat dari baja
ST 40 yang telah digalvanis.

5. Bila dalam volume pekerjaan (Bill od Quantity) diperlukan extension spindle maka material
tersebut terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis. Harga penawaran extension spindle
sudah termasuk potongan pipa untuk melindungi extension spidle tersebut dari urugan
tanah.

6. Badan dari Gate Valve, Hand Wheel/Cap tersebut dari besi tuang kelabu atau bahan
dengan kualitas lebih tinggi.

7. Stem terbuat dari perunggu atau stainless steel.

8. Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau perunggu.

7. SPESIFIKASI TEKNIK KATUP UDARA (AIR VALVE)

1. Spesifikasi Teknik Katup Udara :


1.1. Standar : JIS-B2213
: AWWA Designation C 504.
: ASTM Designation A 126.
: ASTM 536
: JIS-B 2213
1.2. Sambungan : Flange.
1.3. Cara Kerja : Otomatis.
1.4. Badan Valve : Cast Iron atau ductile iron.
1.5. Pelampung : Ebonit, Steinless Stell, Acrynolitrile Butadine
Stell
1.6. Tekanan Uji : 1 bar diatas tekanan kerja.

2. Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti hal-hal sbb :
2.1. Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
2.2. Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
2.3. Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak di dalam pipa.

XI-43
2.4. Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepas.
2.5. Aman terhadap vakum.

Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve lengkap dengan
mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai dengan yang diberikan pada
uraian pekerjaan.
3. Badan valve tersebut dari cast iron atau ductile iron dan pelampung dari ebonit, stainless
steel atau Acrynolitrile Buthadiene Steel.

4. Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees steel, bronze atau ABS.

5. Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 Bar diatas tekanan kerja dan tidak
menunjukkan gejala kebocoran. Juga tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum 0,1
bar.

6. Penyedia jasa harus menyediakan katup penutup (isolating valve) secara terpisah untuk
setiap katup udara dengan jenis kupu-kupu (butterfly valve) dengan spesifikasi sebagai
berikut :
6.1. Setiap badan valve terbuat dari cost iron atau ductile iron dengan rubber seat, disc,
valve shaft dan peralatan mekanisme operasional yang mekngikuti “Standards of
Rubber Seated Butterfly Valve” (AWWA Designation C 504 ) atau standard
internasional lain yang disetujui yang sama atau lebih tinggi kualitasnya dari yang
disebutkan.
6.2. Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut 90o dari posisi
terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran valve harus horizontal.
6.3. Mekanisme operasional harus terkait pada badan valve dan sesuai dengan standard
AWWA C 504.
6.4. Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk pengawasan dan
perbaikan.
6.5. Mekanisme operasional untuk pengoperasian valve secara manual harus dapat
mengunci sendiri, sehingga tangga aliran air atau vibrasi tidak mengakibatkan
piringan berpindah dari tempatnya semula.
6.6. Setiap valve didesain untuk tekanan melintang pada piringan (bila tertutup rapat)
sama dengan rate tekanan pada pipa.
6.7. Seluruh valve harus mengikuti Spesifikasi ini dan harus dapat membuka atau
menutup bila tidak dioperasikan dalam periode yang sama

XI-44
6.8. Badan valve dan flange terbuat dari cast iron dan mengikuti “Specification for Grey
Iron Casting for Valves, Flange and Pipe Fittings” kelas B (ASTM Designation A 126)
atau deductile iron (ASTM 536). Flange harus mengikuti standard JIS-B 2213.
6.9. Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang seharusnya.

XI-45
3.8 PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA DAN ACCESORIES

1. Pemberat Pipa Dan Pemasangan Pipa


1.1. Pemberat pipa harus dibuat sesuai dengan gambar standar perencanaan. Penyedia
Jasa wajib mematuhi syarat-syarat gambar tersebut.
Dalam pelaksanaan pembuatan pemberat, penyedia Jasa dapat melakukan
pemesanan (pabrikasi) sesuai dengan kriteria desain yang direncanakan sehingga
dicapai mutu yang disyaratkan.
1.2. Penurunan pipa kedasar sungai (kedalaman dasar sungai) harus sesuai dengan
standard profil galian yang berlaku untuk pipa air baku, sesuai ketentuan sebagaimana
terdapat dalam gambar standard atau gambar perijinan yang berlaku.
Atau jika diperlukan, untuk memperoleh jalur trace dan kedalaman pipa yang baik dan
tepat, dapat digunakan alat ukur jarak (theodolit, dll) yang memadai yang harus
disesuaikan oleh Penyedia Jasa.

TYPIKAL PEMBERAT PIPA

1.3. Pada galian dalam keadaan terbuka tidak boleh dibuat lebih panjang dari 6 m terhadap
pipa yang telah terpasang dan pengurugan kembali harus dilakukan pada hari yang
sama dengan penggalian, kecuali pada perhentian pipa yang ditentukan oleh Direksi
Teknis.

XI-46
1.4. Khusus pada tempat-tempat sambungan, koneksi, atau singgeman, lebar parit galian
dibuat sedikit lebih lebar untuk memudahkan pelaksanaan kerja.
1.5. Bila pada waktu penggalian timbul genangan air akibat hujan atau mata air/rembesan,
maka air tersebut harus dipompa keluar dari parit galian. Untuk itu Penyedia Jasa
harus menyediakan pompa air yang dapat bekerja dengan baik serta dengan kapasitas
yang mencukupi dan sudah diperhitungkan/dimasukkan dalam harga penawaran
lelang.
1.6. Penggalian harus dilaksanakan dengan hati-hati, kerusakan-kerusakan pipa PDAM dan
utilitas lain (Telepon, PLN, Gas dll) pada jalur pekerjaan adalah menjadi tanggung
jawab penyedia jasa. Jika ditemukan adanya utilitas yang harus dirusak/dipindahkan,
Penyedia Jasa sebelumnya diwajibkan memberitahu pengawas untuk meminta
petunjuk atau penyelesaian.
1.7. Jika karena sesuatu hal terjadi kerusakan pada instalasi lain, dalam kesempatan
pertama penyedia jasa harus segera menghentikan pekerjaan dilokasi tersebut dan
segera memberitahu pengawas untuk memperoleh petunjuk penyelesaiannya. Sejauh
kerusakan tersebut bukan disebabkan oleh kesalahan/kelalaian Penyedia Jasa,
Penyedia Jasa tidak diwajibkan menanggung resiko sepenuhnya.

1.8. Parit galian harus bersih dan dapat dijamin bahwa bagian dalam dari pipa tidak kotor
oleh tanah serta bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu dan kualitas air
baku. Jika diperlukan dapat disediakan pompa air dan lain-lain, dan Penyedia Jasa
harus sudah memperkirakannya serta telah diperhitungkan/ dimasukkan dalam harga
penawaran.
1.9. Mengingat galian sangat dalam dan dapat membahayakan pengguna lalu lintas, maka
penyedia jasa harus memberikan tanda yang jelas sehingga aman bagi pengguna
jalan.
1.10. Penyedia jasa berkewajiban menjaga agar truk pengangkut tanah galian, alat berat
lainnya dan kendaraan beroda empat atau lebih tidak boleh berhenti atau parkir di
tepi galian yang masih terbuka.
1.11. Selama proses penggalian, pemadatan dan pengurugan, posisi alat berat harus berada
pada jalur galian yang belum digali.
1.12. Dalam hal pengurugan, truk pengangkut pasir harus juga membongkar pada jarak
yang aman dari galian, pasir selanjutnya diangkut dengan menggunakan alat bantu
lain yang tidak membahayakan galian dan keselamatan pengguna jalan lainnya. Biaya
akibat pengangkutan pasir harus diperhitungkan dalam penawaran.
1.13. Penyedia Jasa harus memperbaiki kembali semua saluran yang terganggu akibat
pelaksanaan pekerjaan sampai Penyedia Jasa merasa bisa menerima.

XI-47
Bila ada saluran yang terbuka akibat adanya pelaksanaan pemotongan, Penyedia Jasa
harus segera memasang pipa sementara yang diberi pelindung secukupnya dengan
rangka-rangka kayu yang melintang di atas galian untuk menjamin kelancaran aliran
air dan untuk mencegah masuknya air ke dalam galian. Selama pengurugan kembali,
Penyedia Jasa harus membongkar kembali pipa dan penyangga sementara tersebut.
1.14. Pengurugan harus dilakukan sampai suatu elevasi tertentu sesuai petunjuk Direksi
Teknis, agar jika terjadi penurunan tidak akan lebih rendah dari muka tanah yang ada.
1.15. Material yang digunakan harus bersih dari bahan organik.

2. Pekerjaan Pemasangan dan Penenggelaman Pipa


2.1. Umum
Penyedia Jasa tidak dibenarkan melaksanakan penyambungan/pemasangan pipa
sebelum ada ijin dan persetujuan Direksi Teknis. Untuk itu Penyedia Jasa agar
menghubungi Direksi Teknis terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan selambat-
lambatnya 1 (satu) hari sebelum pekerjaan dimulai.
Pipa fitting dan aksesoris serta bangunan pelengkapnya yang akan dipancang harus
sesuai dengan gambar bestek dengan cara serta petunjuk dari pengawas.
Semua flans untuk fitting-fitting harus memenuhi ukuran-ukuran yang disebutkan
didalam standard yang digunakan.
Peil dari peletakan pipa serta kedalamannya terhadap permukaan jalan/ tanah asal
harus diperiksa dengan teliti, bila perlu dengan menggunakan instrumen water pass
atau theodolit, instrumen ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Penetapan peil serta kedalaman galian pipa harus dilakukan sesuai ketentuan/
standard yang berlaku, Penyedia Jasa tidak diperkenankan meletakkan/memasang
pipa sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Teknis atas kebenaran atau
ketepatan peil serta kedalaman galian.
Perubahan arah peletakkan pipa (belokan, tikungan, tanjakan dan penurunan) harus
dilaksanakan dengan bahan penyambung (bend atau elbow) yang sesuai, begitu pula
untuk percabangan dengan bahan penolong tee harus sesuai dengan gambar bestek.
Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun (secara mekanis
atau pemanasan ) tidak diperkenankan tanpa ijin dari Direksi Teknis.
Pemasangan dan penyambungan pipa serta aksesoris tidak diperkenankan dilakukan
pada kondisi ada genangan air.

2.2. Menyusun/memasang pipa sambungan dan perlengkapan khusus lainnya.


a. Umum

XI-48
Seluruh pipa sebelum sambungan dan benda-benda khusus lainnya dipasang
seperti yang direncanakan harus diperiksa benar-benar tentang keutuhannya
sebelum dan sesudah diangkut dari gudang ke lokasi. Jika ada yang rusak, harus
ditolak. Jika ada kerusakan pada pelindung bagian dalam dan luar pipa harus
diperbaiki terlebih dahulu sebelum pipa tersebut dipasang.
Pemasangan pipa harus dilakukan dengan cermat/sehingga dapat dijamin tidak
terjadi kebocoran.
b. Di dalam galian
Semua pipa, sambungan dan benda-benda khusus harus diberi dasar dengan
material yang padat diseluruh jaringan pipa yang dipasang.
Jika ditunjukkan dalam gambar atau diperintah oleh Direksi Teknis, maka pipa
sambungan dan perlengkapan khusus diberi alas dengan kerikil atau dikelilingi
oleh beton seperti dijelaskan dalam spesifikasi ini.

c. Didalam bak-bak kontrol.


Semua pipa sambungan dan perlengkapan khusus lainnya harus dimasukkan
dengan hati-hati pada letaknya yang benar didalam bak-bak kontrol sedemikian
rupa sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan dan benda-benda itu harus
ditopang secukupnya dengan balok-balok kayu atau penyangga sementara
lainnya yang disetujui oleh Penyedia Jasa sehingga yang permanen tersedia.
d. Pemasangan katup-katup
Semua katup harus diperiksa dengan teliti dan yang rusak ditolak. Semua katup
harus dipasang dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga terhindar dari segala
kerusakan. Semua katup harus dipasang sedemikian rupa sehingga batang
kemudi katup benar-benar tegak kecuali memang diperlihatkan lain dalam
gambar atau menurut perintah Pengguna Jasa. Pada ulir as katup-katup harus
diberi minyak pelumas secukupnya dan lubang-lubangnya dicocokan satu sama
lain untuk memudahkan cara operasinya dikemudian hari.

2.3. Celah-celah sementara di jalur pipa.


Jika pekerjaan pipa terpaksa dihentikan, panjang celah sementara untuk daerah-
daerah tertentu harus ditentukan terlebih dahulu setelah dibicarakan dengan Direksi
Teknis.
Penyedia jasa harus menyerahkan sketsa-sketsa yang menunjukkan ukuran yang ada
kepada Penyedia Jasa untuk disetujui. Sketsa tersebut harus menunjukkan detail pipa
dan cara penyambungannya yang akan dipakai untuk menjamin bahwa

XI-49
penyambungan kembali tersebut tidak bocor. Perlu diperhatikan untuk tetap menjaga
ketetapan “alignment” (jalur) pipa dicelah-celah sementara tersebut.

2.4. Menyambung Pipa.


Penyedia jasa harus menggunakan pengarahan teknis yang diberikan oleh pemasok
pipa tentang cara-cara penyambungannya kepada para pekerja yang bertugas
menyambung pipa. Bila pemasok pipa menganjurkan pemakaian perlengkapan
penyambungan khusus, maka Penyedia jasa wajib mematuhinya untuk semua
sambungan pipa dengan jenis yang ditentukan dalam spesifikasi. Semua sambungan
harus kedap air.
Penyambungan antara satu batang pipa terhadap batang pipa selanjutnya harus
dilakukan sesuai dengan jenis sambungan yang telah ditentukan untuk masing-
masing jenis pipa antara lain :
a. Sambungan pada pipa PE dengan sistem Butt Fusion.
b. Sambungan pipa lain sesuai dengan standard pabrik.

2.5. Sambungan flange.


a. Setelah flange pipa sudah bersih permukaannya, kemudian dipasang dan dibaut
dengan putaran secukupnya.
b. Baut-baut harus diputar dengan kunci-kunci yang sesuai sehingga dapat
menjamin kesama-rataan baut-baut pipa dengan kedudukan flange pipa,
sehingga terdapat tekanan yang sama pada seluruh permukaan dari flange.
c. Sebelum baut dipasang, semua baut dan mur harus diberi pelumas dengan
sempurna.

2.6. Sambungan dengan Pengelasan


a. Umum.
• Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar galian perlu
ditambah agar juru las dapat bekerja dengan baik dan posisi pipa dijaga tetap
stabil untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik.
• Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-pipa yang
dilas harus sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang tertentu dari
pipa yang dilas, dan cara penempatan pada posisi yang benar, sehingga pada
waktu pengelasan dan penurunan pipa kedalam parit galian, pipa tidak
mengalami kerusakan. Dalam hal ini penyedia jasa terlebih dahulu harus
minta persetujuan dari Direksi Teknis.

XI-50
• Semua sambungan pipa yang sudah dilas harus di test. Pengetesan
dilaksanakan dengan cara radiographic atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi Teknis.
b. Tukang las.
Pengelasan harus dilakukan tenaga-tenaga yang berpengalaman dalam
bidangnya.
c. Kawat las.
• Kawat las yang dipergunakan adalah jenis JIS Z 3211 atau semutu dan
disetujui Direksi Teknis.
• Kawat las yang lembab tidak dapat dipakai dan kadar kelembaban harus
kurang dari 0,5 % untuk kawat yang mengandung zat air rendah.
d. Mesin Las.
Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui Direksi Teknis.
e. Pembersihan dan Perbaikan Lapisan Pipa.
• Sebelum sambungan pipa dilas, sepanjang yang diperlukan bagian dalam dan
luar pipa baja berdiameter 600 mm keatas lapisan dalam (lining) dan luar
(coating) harus dibuka secara pelan-pelan dan hati-hati.
• Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan luar (coating) pipa dipasang
kembali seperti semula dengan cara-cara menurut petunjuk dan peraturan-
peraturan pabrik pembuat pipa.

2.7. Sambungan Rubber Ring.


a. Bersihkan ujung pipa spigot yang telah dikikir dan socket serta bagian dudukan
cincin karet yang akan disambung dengan cairan pembersih (cleaner).
b. Masukkan cincin karet kedalam socket. Posisi kedua pipa harus sejajar.
c. Masukkan ujung pipa spigot kedalam socket sampai batas yang dikehendaki
dengan tuas perapat. Apabila cincin karet terhadap spigot dan socket yang
dikehendaki sudah benar, maka tuas perapat dapat dibuka.

2.8. Sambungan dengan Butt Fusion.


Sebelum Penyedia Jasa melakukan penyambungan harus mendapat pengarahan atau
training dari supplier tentang metode penyambungan yang baik dan benar. Setiap
sambungan Butt Fusion harus terekam dalam dokumen khusus yang ditanda tangani
oleh Suplier, Penyedia Jasa dan Direksi Teknis.
a. Peralatan yang digunakan :

XI-51
• Generator dengan kapasitas yang cukup.
• Mesin butt fusion lengkap dengan pengencang pipa, pemotong, plat pemanas,
pompa hidraulik dan pengatur waktu.
• Roda penyangga pipa.
• Alat pembersih, kain katun atau handuk kertas (tissue).
• Alat ukur sambungan.
• Temperatur digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
• Pipa dan penutupnya.
• Papan landasan.
• Pemotong pipa.
• Termometer temperatur udara.
• Spidol warna putih.
• Alat pengukur waktu.
• Meteran ukuran 12 meter.

b. Cara penyambungan :
Tempatkan pipa pada clamp (penjepit) dimana ujung pipa berhadapan dengan
plat pemotong dalam posisi lurus.
• Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
• Kencangkan clamp (penjepit) untuk menegang dan membulatkan kembali
pipa.
• Tutup kembali pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat oleh
masuknya udara kebagian dalam pipa.
• Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan sehingga ujung
pipa tetap berhadapan dengannya sampai terjadinya pemotongan permukaan
pipa yang kontinyu.
• Jaga agar alat pemotong tetap nyala, sementara clamp (penjepit) dibuka
untuk menghindari terjadinya pemotongan permukaan yang tidak rata.
• Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan dengan
permukaan pipa.
• Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
• Dilarang menyentuh permukaan yang sudah dipersiapkan.
• Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak ulangi proses
pemotongan.
• Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara permukaan
potongan.

XI-52
• Maksimum selisih diameter yang diijinkan adalah :
1,0 mm untuk pipa ukuran 90 mm s/d 315 mm.
2,0 mm untuk pipa ukuran 355 mm s/d 800 mm.
2,5 mm untuk pipa ukuran lebih besar dari 800 mm.
Jika ketidak sesuaian tersebut lebih besar dari batas yang disyaratkan, maka
pipa harus diluruskan lagi dan dipotong lagi.
• Buka dan kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakkan pipa bersama-sama secara hidrolik.
Tekanan tarik adalah ukuran tekanan minimal yang dibutuhkan untuk
mengatasi gaya gesek akibat tarikan kerja mesin dan berai pipa/fitting yang
sedang disambung.
Catatan : Tekanan tarik (kPa) harus diperkirakan secara tepat sebelum
pembuatan sambungan dan harus ditambahkan tekanan ram dasar yang
ditunjuk pada mesin. (Apabila yang digunakan mesin las otomatis, maka
pekerjaan ini akan terlaksana secara otomatis).
• Pindahkan lempengan pemanas dari tempat perlindungan. Periksa bahwa plat
tersebut bersih dan baik suhunya.
• Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya bagian
permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan. Gunakan sistem
hidrolik dengan menggunakan tekanan yang ditentukan sebelumnya.
• Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan lelehannya merata
1-6 mm terbentuk tiap ujungnya. Lihat schedule PE butt welding AS/NZS4130
untuk pipa PE.
• Setelah lelehan awal muncul, tekanan pada sistem hidrolik harus dilepas
supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik sedemikian sehingga
sampai pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu pemanasan.
Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya diclamp dan ujung pipa harus
terus dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanas.
• Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan alat pemanas pastikan
bahwa plat tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
• Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan yang ada)
dan rekatkan permukaan yang sudah meleleh bersama pada tekanan yang
sudah ditentukan sebelumnya.
• Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal sesuai yang
diindikasikan pada tabel.

XI-53
• Setelah itu pipa yang disambung bisa dipindahkan dari mesin tapi tidak boleh
dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu pendinginan diatas.
• Periksa sambungan untuk kebersihan dan penyambungannya dan cek bahwa
lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data dari semua
penyambungan dengan mengisi Butt Welding Sheet.

Perlindungan terhadap bagian luar flens dan coupling sambungan. Sambungan


flens, coupling dan flens adaptor diluar bak kontrol, harus dilindungi terhadap
karat dengan bantuan pembungkus pita (tape), mastic dan pasta yang disetujui
Direksi Teknis dengan cara tanpa di panaskan (dingin). Sebelum dililit, semua
bagian sambungan harus dibersihkan dengan seksama dan dilapisi dengan pasta.
Kemudian lekukan sambungan diisi dengan mastik sebelum pita diikatkan dengan
jarak tumpang tindih (overlap) sebesar ½ x lebar pita yang dipakai. Pita harus
dilebihkan sejarak 150 mm searah panjang pipa disetiap sisi sambungan.
Sebelum dan sesudah dipasang pipa dan aksesorisnya, terutama pada bagian
sebelah dalamnya, harus dijaga bersih dan diperiksa lagi atas kemungkinan
kerusakan dan retak-retak. Pipa dan aksesorisnya yang dipasang hanyalah yang
baik kondisinya, untuk itu harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis.
Setiap sambungan pipa, singgeman, koneksi dan lain-lain, harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, terutama
terhadap kemungkinan kebocoran. Pemotongan pipa, apabila benar-benar
diperlukan, dapat dilakukan Penyedia Jasa dengan petunjuk Direksi Teknis dan
harus dilaksanakan dengan alat yang sesuai/khusus untuk jenis atau bahan yang
dipasang agar benar-benar terjamin penyambungan yang baik dan sesuai
persyaratan.
Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak lebih besar
dari yang diijinkan oleh pabrik pipa yang bersangkutan, untuk itu akan diberikan
petunjuk oleh Direksi Teknis. Misalnya, untuk pipa DCI/MJ 200 mm, maksimum
defleksi adalah 5 derajat, dsb.
Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai
kedudukan pipa agar betul-betul lurus serta pada peil ketinggian yang benar. Dan
dasar pipa harus terletak rata, tidak ada batu-batu, puing-puing atau benda-
benda keras yan memungkinkan terganggunya kedudukan pipa sehingga bisa
mengakibatkan rusaknya pipa dikemudian hari.
Pada waktu pemasangan pipa, parit galian untuk peletakan pipa harus kering dan
bersih, tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus diperiksa

XI-54
kembali kebersihannya. Jadi perlu disediakan pompa air dan dapat dimasukkan
dalam penawaran harga ada pelelangan.

2.9. Memasang pipa yang menembus beton atau pasangan batu.


Permukaan luar pipa yang akan dipasang menembus beton atau pasangan batu harus
diberi pelindung tambahan dengan penghubung logam yang diperkuat atau
penghalang lain yang tidak terisolasi.
Bagian luar permukaan pipa harus dicat dengan semen dan dilapisi dengan pasir,
sementara semen masih basah untuk memperoleh ikatan yang baik. Untuk pipa yang
dipasang menembus tembok-tembok sambungan antara pipa dan dinding harus
dibuat kedap air.

2.10. Penutupan Ujung Pipa.


Semua pipa yang belum terpasang harus ditutup kedua ujungnya guna menghindari
masuknya kotoran dan sebagainya.
Semua ujung pipa yang terakhir, yang tidak dilanjutkan lagi, harus ditutup, dengan
ketentuan :
a. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam kerja
atau dihentikan sementara, pada ujung-ujung pipa yang terkahir harus ditutup
rapat untuk mencegah masuknya tanah, batu, kotoran, benda-benda asing atau
air kotor kedalam pipa.
b. Jika tidak ditentukan lain, maka penutupan sementara ujung pipa yang terakhir
harus menggunakan fitting yang sesuai dengan jenis pipa yang digunakan antara
lain :
• Pipa PE : Menggunakan cap, lengkap dengan konstruksi penguat sementara.
c. Jika pekerjaan dihentikan dan tidak dilanjutkan lagi, maka dengan fitting yang
sama sebagai penutup, konstruksi penguat harus dibuat permanen dengan thrust
block adukan : 1:2:3
d. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan bebas
dari minyak/oli, ter/aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya, dengan
system/bahan penutup yang sesuai dengan ketentuan dan atau atas petunjuk
Direksi Teknis.
Jika ada sumbat yang terbuka pipa yang berdekatan harus diperiksa, dan jika didapati
kotor atau gangguan lainnya harus dibersihkan seperlunya. Jika ada kerusakan atau

XI-55
penyumbatan dalam pipa yang disebabkan oleh masuknya lumpur, tanah, batu atau
benda-benda lain, maka harus diperbaiki kembali.
Apabila air masuk kedalam parit galian, sebelum pemasangan pipa dilanjutkan
kembali, tutup rapat air pada kedua ujung pipa tersebut jangan dibuka dahulu
sebelum air di parit galian dipompa sampai kering dan bersih.

2.11. Penurunan Pipa ke Dasar Sungai


Pemberat pipa yang telah terpasang dapat diturunkan dengan cara-cara berikut :
a. Setiap penenggelaman pipa harus disesuaikan dengan trase yang telah
ditentukan. Untuk memperoleh jalur trace dan kedalaman pipa yang baik dan
tepat, dapat digunakan alat ukur jarak (theodolit, GPS dll) yang memadai yang
harus disesuaikan oleh Penyedia Jasa
b. Bagian pipa yang telah dipasang pemberat tadi selanjutnya perlahan-lahan
diturunkan kedasar sungai pada trase yang sudah ditentukan. Dimana untuk
memastikan trase yang menjadi tempat menurunkan pipa tersebut, pada ponton
dipasang GPS yang sudah direkam sesuai trase yang sudah direncanakan untuk
pemasangan pipa. Jadi pergerakan ponton dipandu oleh GPS tersebut
c. Untuk memastikan kedalaman pipa telah sesuai dengan trase yang ditentukan,
Penyedia Jasa harus menginspeksi ulang secara manual dengan melakukan
penyelaman.
d. Standar perlengkapan penyelaman harus mengikuti prosedur/atura-aturan yang
berlaku (AAUS 2013 dan Standard Diving & Marine Contractor 1988)

3. Pemasangan Valve.
Lokasi pemasangan air valve dan box valve sesuai dengan gambar.
Air Valve (katup Udara) :
3.1. Air valve yang akan dipasang pada pipa baja dilaksanakan seperti tertera didalam
gambar.
3.2. Pipa baja untuk kedudukan air valve terlebih dahulu dibalut dengan pipa baja, setelah
plat pembalut tersebut selesai dilas dengan pipa, baru valve dipasang.
Pada pembalut tersebut harus dibuat ulir yang disetujui oleh Direksi Teknis. Air Valve
harus dibaut dan dikunci dengan sempurna pada plat pembalut sehingga kedap air.

XI-56
4. Perlintasan Pipa.
Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya dan sungai, seperti yang terlihat
dalam gambar. Penyedia jasa hendaknya mendapatkan izin-izin yang diperlukan untuk
membuat bangunan perlintasan dan biaya yang timbul, untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
4.1. Perlintasan Sungai.
a. Untuk pipa-pipa yang melintasi kali/sungai, bila mengizinkan, pipa-pipa
digantungkan pada jembatan yang ada dengan konstruksi yang sederhana, yaitu
denga memakai gantungan dari besi lat yang dikuatkan pada gelegar jembatan.
Bila tidak dinyatakan lain dalam gambar, maka pipa yang digunakan untuk
perlintasan ini adalah pipa baja.
b. Apabila tidak memungkinkan digantung pada jembatan yang ada, harus diadakan
jembatan pipa sendiri.
c. Bila pemasangan pipa digantung pada jembatan yang ada, ataupun digantung
pada bangunan-bangunan lain yang ada, persetujuan dari pemilik atau instansi
yang berwenang mengenai rencana pelaksanaan penggantungan pipa pada
bangunan-bangunan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

4.2. Jembatan Pipa


a. Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua tenaga, alat-alat dan perlengkapan
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
b. Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksanakan pembuatan
pondasi saja, akan tetapi sekaligus melaksanakan pemasangan pipanya dan
penyambungan didalam tanah dengan pipa yang berdekatan sesuai dengan
petunjuk Direksi Teknis.
c. Penyedia Jasa harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada didalam
gambar sesuai dengan hasil survey yang dilakukan sendiri dilapangan.
d. Pada tiap-tiap bentangan jembatan pipa, pipa-pipa yang dipasang harus
berbentuk 1 : 350 diambil dari as bentangan ke tumpuan.
e. Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan pier. Ring Support
harus dibuat dari satu jenis baja sesuai dengan standard yang ditentukan.
Setelah semua klem pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki
kemudian dilas pada sekeliling pipa dan dicat.
f. Penyedia Jasa harus mempersiapkan kayu-kayu ataupun batang-batang kelapa
melintasi sungai dengan lebar seperlunya untuk perancah pelaksanaan
pemasangan pipa, penyambungan, pengelasan dan untuk pengecatan pipa.

XI-57
Perancah tersebut dibuat harus dalam keadaan kuat, sehingga terjamin
pelaksanaan yang aman waktu pemasangan pipa ataupun waktu pelaksanaan
pemancangan pondasi tiang pancang (bila ada).
g. Dari hasil survey dan pengecekan lapangan, Penyedia Jasa harus mempersiapkan
gambar-gambar kerja dan rencana pelaksanaan pemasangan jembatan pipa.
h. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar yang menunjukkan
semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi abutment, tiang pancang dan
perhitungan-perhitungan yang diperlukan harus diserahkan kepada Direksi
Teknis untuk terlebih dahulu diperiksa dan disetujui.
Penyedia Jasa tidak dibenarkan melaksanakan pemasangan jembatan pipa
sebelum gambar kerja disetujui Direksi Teknis.

5. Pengecetan
5.1. Semua pipa baja yang terbuka terhadap udara, harus diberi dua lapisan cat dasar
setelah dipermukaan pipa terlebih dahulu dibersihkan dan sudah kering.
5.2. Semua bagian-bagian besi baja yang terdapat pada jembatan pipa seperti pipa
support, klem pipa, anchor dan lain-lain harus pula diberi cat.
5.3. Semua sambungan pipa baja pengelasannya dilaksanakan dilapangan, maka setelah
selesai dilas bagian lapisan dalam dan luar harus diperbaiki kembali.
Bagian pipa yang sudah diperbaiki tersebut, harus dilapisi kembali dengan ter ataupun
cat dasar meni merah seperti sebagaimana keadaan semula.

6. Pengurugan.
6.1. Pengurugan kembali galian harus dilakukan tidak langsung kebagian pipa dan
struktur.
6.2. Urugan baru dapat dilaksanakan, setelah pemasangan pipa selesai diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Teknis.
6.3. Bahan urugan tidak boleh mengandung benda-benda organik, seperti rumput-
rumputan, akar-akar pohon dan lain sebagainya dan tidak merupakan bahan yang
melar (non expansive), serta tidak mengandung benda keras/batu dengan dimaeter
lebih besar dari 2 cm.
6.4. Urugan tanah untuk pipa tiap-tiap pekerjaan harus diadakan lapis demi lapis yang
tiap-tiap lapis dipadatkan.
6.5. Pengurugan lapisan tanah dilakukan lapis demi lapis sampai kepermukaan yang
direncanakan. Ketebalan tiap lapis tidak boleh lebih dari 20 cm. Urugan tanah untuk

XI-58
pemasangan pipa baru dilaksanakan setelah pengurugan pasi di sekeliling pipa yang
dipasang telah selesai disetujui Direksi Teknis.
6.6. Pengurugan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat sambungan pipa, sambungan
fitting dan tempat-tempat lain yang ditentukan Direksi Teknis sebelum pengujian
pemasangan dinyatakan disetujui Direksi Teknis. Pengurugan pada tempat-tempat ini
tidak boeh dilaksanakan tanpa persetujuan Direksi Teknis. Bila sebelum pengujian
pipa, ada bagian-bagian yang harus diurug untuk kepentingan lalu lintas ataupun
untuk keperluan lain. Penyedia Jasa harus melaksanakan sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknis. Jumlah dan jenis elektrikal yang harus disediakan dan dipasang pada
pekerjaan ini adalah sesuai.

7. Pekerjaan Perbaikan Bekas Galian.


7.1. Pekerjaan perbaikan bekas galian pemasangan pipa adalah pekerjaan yang harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga keadaan/konstruksi bangunan/sarana yang
telah dirusak dapat kembali seperti semula, antara lain :
a. Jalan aspal harus kembali beraspal.
b. Jalan batu harus kembali berbatu.
c. Trotoar beton harus kembali berbeton.
d. Dan lain-lain yang dijumpai selama pelaksanaan pekerjaan.
7.2. Penyedia Jasa berkewajiban untuk melaksanakan perbaikan bekas galian sesuai
dengan bestek dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan hal ini adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan sudah
termasuk dalam penawaran Penyedia Jasa.

XI-59
8. Pekerjaan Penyelesaian/Perapihan.
Jika seluruh pekerjaan pemasangan pipa dan perbaikan bekas galian telah selesai
dilaksanakan, maka Penyedia Jasa berkewajiban untuk membersihkan serta merapihkan
kembali lingkungan pekerjaan seperti semula.

Ditetapkan Oleh,

Pejabat Pembuat Komitmen


Air Tanah dan Air Baku,

ttd

Taufan Adrianto, ST
NIP. 198512052008121001

XI-60
REHABILITASI AIR BAKU CROSSING
SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK

SUMBER DANA APBN MURNI


TAHUN ANGGARAN 2020

LEGENDA :
BENCH MARK POHON KELAPA

JALUR POLIGON POHON BAKAU

GARIS KONTUR PATOK KAYU

SUNGAI JALAN RAYA

BANGUNAN BATAS KAMPUNG

GARIS PANTAI ARUS KAREN

GELOMBANG PELSKAL

PETA IKHTISAR

REVISI

NO. TANGGAL YANG DIREVISI OLEH DIPERIKSA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAN JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN I
K A L I M A N T A N B A R A T
Jl. Achmad Sood No. 06 Pontianak 78121 Telp. 0561-734856

Nomor dan Tanggal


JUDUL GAMBAR : Kontrak/Add

10/HK.02.03/SNVT-
PJPA.KI/PPK.02/2015

Kontraktor Pelaksana :
Diukur INA SAFARINA

Digambar M. AHSANI .T.

Site
Manager M. YUSUF S. ST

Perencana MIKI

Konsultan Supervisi :
Team
Leader

PENGAWAS

SITUASI
SKALA NTS. DIREKSI

PPK
PENYEDIA AIR BAKU

KASATKER
SNVT-PJPAKI
KALBAR

SKALA : -

KODE GAMBAR NO. LEMBAR


REHABILITASI AIR BAKU CROSSING
SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK

SUMBER DANA APBN MURNI


TAHUN ANGGARAN 2020

LEGENDA :
BENCH MARK POHON KELAPA

JALUR POLIGON POHON BAKAU

GARIS KONTUR PATOK KAYU

SUNGAI JALAN RAYA

BANGUNAN BATAS KAMPUNG

GARIS PANTAI ARUS KAREN

GELOMBANG PELSKAL

PETA IKHTISAR

REVISI

NO. TANGGAL YANG DIREVISI OLEH DIPERIKSA DISETUJUI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAN JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN I
K A L I M A N T A N B A R A T
Jl. Achmad Sood No. 06 Pontianak 78121 Telp. 0561-734856

Nomor dan Tanggal


JUDUL GAMBAR : Kontrak/Add

POTONGAN MELINTANG PIPA


SKALA 1 : 1000 Kontraktor Pelaksana :
Diukur INA SAFARINA

Digambar M. AHSANI T

Site
Manager M. YUSUF S. ST

Perencana MIKI

Konsultan Supervisi :
Team
Leader

PENGAWAS

DIREKSI

PPK
PENYEDIA AIR BAKU

KASATKER
SNVT-PJPAKI
KALBAR

SKALA : -

KODE GAMBAR NO. LEMBAR


REHABILITASI AIR BAKU CROSSING
SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK

SUMBER DANA APBN MURNI

000 . 0 TAHUN ANGGARAN 2020


000 . 2
000 . 4
000 . 6
000 . 8
000 . 01
000 . 21 LEGENDA :
000 . 41
BENCH MARK POHON KELAPA
000 . 61
NAA
MASREP.DIB
JALUR POLIGON POHON BAKAU
L IFO
R
P.O
N 1A 2A 3A 4A 5A 6A 7A 8A
)M(KARAJ 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82 GARIS KONTUR PATOK KAYU

ISAVELE 05.1 SUNGAI JALAN RAYA

06.8

04.8

02.1
03.31

07.61

05.61

02.51
BANGUNAN BATAS KAMPUNG

GARIS PANTAI ARUS KAREN

PENAMPANG MELINTANG SUNGAI (A) GELOMBANG PELSKAL


SKALA 1 : 750

PETA IKHTISAR

000 . 0
000 . 2
000 . 4
000 . 6
000 . 8
000 . 01
000 . 21
000 . 41 REVISI
000 . 61
NAA
MASREP.DIB NO. TANGGAL YANG DIREVISI OLEH DIPERIKSA

L IFO
R
P.O
N 1
B 2
B 3
B 4
B 5
B 6
B 7
B 8
B
)M(KARAJ 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82

ISAVELE
06.1

01.8

08.8

01.1
06.41

03.61

08.51

04.51
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
PENAMPANG MELINTANG SUNGAI (B) DIREKTORAN JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN I
SKALA 1 : 750 K A L I M A N T A N B A R A T
Jl. Achmad Sood No. 06 Pontianak 78121 Telp. 0561-734856

Nomor dan Tanggal


JUDUL GAMBAR : Kontrak/Add

10/HK.02.03/SNVT-
PJPA.KI/PPK.02/2015

Kontraktor Pelaksana :
Diukur INA SAFARINA

Digambar M. AHSANI .T.


000 . 0
000 . 2 Site
Manager M. YUSUF S. ST.
000 . 4
000 . 6 Perencana
000 . 8
000 . 01 Konsultan Supervisi :
000 . 21 Team
Leader
000 . 41
000 . 61
NAA
MASREP.DIB
L IFO
R
P.O
N 1A 2A 3A 4A 5A 6A 7A 8A
PENGAWAS
)M(KARAJ 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82 09.82

ISAVELE
04.2

05.7

05.8

05.1
01.31

01.61

03.51

06.51
DIREKSI

PENAMPANG MELINTANG SUNGAI (C) PPK


PENYEDIA AIR BAKU
SKALA 1 : 750
KASATKER
SNVT-PJPAKI
KALBAR

SKALA : -

KODE GAMBAR NO. LEMBAR


REHABILITASI AIR BAKU CROSSING
SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK

SUMBER DANA APBN MURNI


TAHUN ANGGARAN 2020

LEGENDA :
BENCH MARK POHON KELAPA

JALUR POLIGON POHON BAKAU

GARIS KONTUR PATOK KAYU

SUNGAI JALAN RAYA

BANGUNAN BATAS KAMPUNG

GARIS PANTAI ARUS KAREN

GELOMBANG PELSKAL

PETA IKHTISAR

REVISI

NO. TANGGAL YANG DIREVISI OLEH DIPERIKSA DISETUJUI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAN JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN I
K A L I M A N T A N B A R A T
Jl. Achmad Sood No. 06 Pontianak 78121 Telp. 0561-734856

Nomor dan Tanggal


JUDUL GAMBAR : Kontrak/Add

Kontraktor Pelaksana :
DETAIL A Diukur INA SAFARINA

SKALA 1 : 50 Digambar M. AHSANI T

Site
Manager M. YUSUF S. ST

Perencana MIKI

Konsultan Supervisi :
Team
Leader

PENGAWAS

DIREKSI

PPK
PENYEDIA AIR BAKU

KASATKER
SNVT-PJPAKI
KALBAR

SKALA : -

KODE GAMBAR NO. LEMBAR


LEGENDA :
BENCH MARK POHON KELAPA

JALUR POLIGON POHON BAKAU

GARIS KONTUR PATOK KAYU

SUNGAI JALAN RAYA


50cm
BANGUNAN BATAS KAMPUNG

cm GARIS PANTAI ARUS KAREN


50 cm
50 43
cm
GELOMBANG PELSKAL

50cm PETA IKHTISAR

m
43c 43
cm U

c m
50 20cm M A L A Y S I A

cm
20cm 20cm 50 20cm
cm
50
20cm 20cm
REVISI

20cm 20cm m NO. TANGGAL YANG DIREVISI OLEH DIPERIKSA DISETUJUI

5 0c

cm 20cm
40cm 40cm 50

40cm 40cm KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAN JENDERAL SUMBER DAYA AIR

20cm BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN I


K A L I M A N T A N B A R A T
20cm cm Jl. Achmad Sood No. 06 Pontianak 78121 Telp. 0561-734856

50 JUDUL GAMBAR :
Nomor dan Tanggal
Kontrak/Add

20cm 20cm
10/HK.02.03/SNVT-
34 PJPA.KI/PPK.02/2015
cm
20cm 20cm
cm Kontraktor Pelaksana :
50
Diukur INA SAFARINA

Digambar M. AHSANI .T.

34
cm cm Site

34
Manager M. YUSUF S. ST.
cm 25cm
50 Perencana MIKI

Konsultan Supervisi :
Team
Leader
LALA. DJALALUDIN. ST.

25cm 25cm
cm PENGAWAS

50
DIREKSI
180cm
PPK
PENYEDIA AIR BAKU

KASATKER
SNVT-PJPAKI
KALBAR

PERSPEKTIF 3D SKALA = NTS

KODE GAMBAR NO. LEMBAR

RCKA-5 45
LEGENDA :
BENCH MARK POHON KELAPA

JALUR POLIGON POHON BAKAU

GARIS KONTUR PATOK KAYU

SUNGAI JALAN RAYA

BANGUNAN BATAS KAMPUNG

GARIS PANTAI ARUS KAREN

GELOMBANG PELSKAL

PETA IKHTISAR

M A L A Y S I A

REVISI

NO. TANGGAL YANG DIREVISI OLEH DIPERIKSA DISETUJUI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAN JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN I
K A L I M A N T A N B A R A T
Jl. Achmad Sood No. 06 Pontianak 78121 Telp. 0561-734856

Nomor dan Tanggal


JUDUL GAMBAR : Kontrak/Add

10/HK.02.03/SNVT-
PJPA.KI/PPK.02/2015

Kontraktor Pelaksana : INA SAFARINA


Diukur

Digambar M. AHSANI .T.

Site
Manager M. YUSUF S. ST.

Perencana MIKI

Konsultan Supervisi :
Team
Leader

PENGAWAS

DIREKSI

PPK
PENYEDIA AIR BAKU

KASATKER
SNVT-PJPAKI
KALBAR

SKALA = 1:10

PENULANGAN PEMBERAT PIPA KODE GAMBAR NO. LEMBAR


SKALA 1 : 10
RCKA-4 44

Anda mungkin juga menyukai