Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

SPESIFIKASI TEKNIS
1. PEKERJAAN PERSIAPAN ……………………………………………………………………………….2

2. ACUAN NORMATIF ………………………………………………………………………………………..5

3. PEKERJAAN GALIAN TANAH , URUGAN , TIMBUNAN ……………………………………5

4. PEKERJAAN BETON, BESI BETON , BEGESTING ………………………………………….17

5. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI , PLESTERAN , SIARAN ………………………27

6. RAMBU – RAMBU KESELAMATAN KERJA ………………………………………………………28

7. PEMBUANGAN SISA GALIAN KELUAR LOKASI DENGAN KENDARAAN ………… 29

8. PENYELESAIAN PEKERJAAN …………………………………………………………………………29

10.P E N U T U P ……………………………………………………………………………………………..31

Spesifikasi Teknis 1 | 30
SPESIFIKASI TEKNIS
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus di baca dan dimengerti
bersama–sama dengan gambar-gambar rencana, yang keduanya menguraikan
tentang pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Pemborong. Identitas
pekerjaan seperti peta lokasi, tempat pekerjaan dilaksanakan dijelaskan dalam
gambar rencana. Lingkup dan item pekerjaan selengkapnya akan uraikan dalam
daftar quantity pekerjaan, sedangkan uraian teknis pekerjaan adalah sebagai
berikut :

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Penyerahan Lapangan

Sebelum memulai kegiatan, pemborong harus sudah menerima


surat/berita acara penyerahan lapangan dari Pemberi Tugas.

1.2. Perijinan
Bila ada sebagian atau seluruhnya pekerjaan yang harus memerlukan
perijinan dari instansi yang berwenang, maka Pemborong harus
sudah memiliki perijinan yang dimaksud sebelum memulai bagian
dari pekerjaan tersebut. Pemborong tidak diperkenankan memulai
kegiatan sebelum memegang perijinan yang dimaksud. Segala biaya
yang dikeluarkan untuk mengurus perijinan menjadi tanggung jawab
pemborong.

1.3. Penyediaan Fasilitas Penunjang Pekerjaan

Semua keperluan fasilitas penunjang pekerjaan seperti listrik, air


bersih dan lainnya yang dibutuhkan menjadi tanggung jawab
Pemborong.

1.4. MOBILISASI PERSONALIA KONTRAKTOR


1. Pemborong selaku pelaksana kegiatan ini wajib menugaskan
personalia yangcakap dan berpengalaman dalam bidang tugasnya
untuk menyelesaikan tugas tugas lapangan.
2. Tenaga Kerja dari Pimpinan Kegiatan yang diperbantukan pada
pelaksanaan kegiatan, Operator, Mekanik, Driver (pengemudi)
tanggungan pemborong.

3. Tenaga Kerja yang dikerahkan yang pelaksanaan kegiatan ini


diusahakan menggunakan Tenaga Kerja setempat. Dalam hal
tenaga kerja setempat kurang/tidak mencukupi kebutuhan, dapat
mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah.
Apabila Pemborang mendatangkan Tenaga Kerja dari luar daerah,
maka setelah kegiatan selesai, Pemborong wajib mengembalikan
tenaga kerja tersebut ketempat asalnya

B. MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL


Semua peralatan kerja yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus
sudah dipersiapkan oleh Pemborong. Peralatan tersebut harus dalam
kondisi baik dan laik pakai. Jika dalam masa pelaksanaan pekerjaan,
peralatan mengalami kerusakan/tidak bisa dipergunakan, pemborong

Spesifikasi Teknis 2 | 30
harus segera menyiapkan peralatan pengganti yang baru yang laik
pakai. Penempatan material di areal site harus dikonsultasikan dengan
Direksi Tenis, agar tidak mengganggu pekerjaan selama proses
pekerjaan berlangsung. Pemborong harus sudah menghitung biaya
mobilisasi material sampai ke tempat lokasi pekerjaan sesuai dengan
tingkat kesulitannya.

C. ALAT DAN PERALATAN KERJA PEMBORONG


1. Pemborong harus wajib menyediakan sendiri/atau sewa semua
jenis alat peralatan maupun perlengkapan kerja yang diperlukan
untuk pelaksanaan kegiatan.
2. Alat dan peralatan dimaksud harus dalam keadaan siap pakai,
kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan agar segera
diperbaiki dan dicarikan penggantinya.
3. Untuk kegiatan ini Pemborong wajib menyediakan peralatan.
4. Biaya angkutan, pengadaan maupun biaya oprasional semua
peralatan menjadi tanggungan Pemborong.
5. Pemborong wajib menyediakan tambahan peralatan jika peralatan
yang ada dinilai tidak mencukupi.
6. Keamanan peralatan selama pelaksanaan menjadi tanggung
njawab Pemborong sendiri.

D. CONTOH – CONTOH MATERIAL


Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengajukan contoh
material yang akan dipakai harus diajukan dan mengacu pada
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Contoh-contoh material yang
telah disetujui oleh Direksi Teknis, dituangkan dalam lembaran
persetujuan material/berita acara persetujuan material.

E. PENGUKURAN
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pengukuran
kembali dengan teliti elevasi dasar galian, permukaan tanah, ketinggian
tanggul dan jalan atau elevasi lainnya sesuai permintaan Direksi. Semua
pengukuran kembali harus dikaitkan terhadap titik tetap yang terdekat.
Alat – alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi
baik dan sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai
harus mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya maupun
kondisinya. Alat – alat yang dipergunakan adalah waterpass lengkap
dengan statip dan rambu – rambunya, theodolite lengkap dengan
instruksi Direksi. Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran,
toleransi, dan pembuatan serta pemasangan patok bantu akan
ditentukan oleh Direksi. Ukuran – ukuran pokok dari pekerjaan adalah
sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. Ukuran – ukuran yang
tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan
kepada Pengawas Lapangan. Apabila dianggap perlu, Direksi berhak
memerintahkan kepada Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak
atau ukuran suatu bagian pekerjaan. Apabila timbul keragu – raguan
dari pihak Kontraktor dalam menginterpretasi angka – angka elevasi
dalam gambar maka hal ini harus dilaporkan kepada Direksi untuk
dimintakan penjelasannya. Apabila terdapat kesalahan dalam
pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya

Spesifikasi Teknis 3 | 30
pelaksanaan pekerjaan menurut peil – peil dan ukuran dalam gambar
dan uraian / syarat – syarat pelaksanaan itu. Pembuatan dan
pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk pekerjaan
Kontraktor dan harus dibuat dari kayu jenis meranti kelas II yang tidak
berubah oleh cuaca. Pemasangannya harus kuat dan permukaan atasnya
rata dan sifatnya datar (waterpass).Semua ketetapan pekerjaan
pengukuran, baik ukuran panjang maupun sudut harus terjamin
kebenarannya. Pengukuran sudut siku – siku dengan prisma atau
benang hanya dibenarkan untuk bagian – bagian kecil dari pekerjaan
dan mendapat persetujuan Direksi. Kekeliruan dari hasil pengukuran,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

F. GAMBAR-GAMBAR KERJA
Sebelum mengerjakan pekerjaan, Pemborong wajib membuat Gambar-
gambar kerja (shop drawing) yang acuannya dari Gambar Rencana yang
terakhir. Jika terdapat perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan
sebenarnya di lapangan, maka yang dilaksanakan adalah keputusan
yang diberikan oleh Direksi. Selanjutnya Kontraktor wajib melakukan
penggambaran kembali tapak proyek sesuai dengan keadaan
sebenarnya di lapangan. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari
gambar rencana, kontraktor harus mengajukan 3 (tiga) lembar gambar
penampang dari daerah yang dipatok. Direksi akan membubuhkan
tanda tangan persetujuan atau pendapat / revisi pada satu lembar
gambar tersebut dan mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah
diperbaiki, kontraktor harus mengajukan kembali gambar yang Direksi
diminta untuk direvisi. Gambar tersebut harus digambar kembali diatas
kertas A3 dan setelah disetujui oleh Direksi, maka Kontraktor akan
menyerahkan kepada Direksi gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil
rekamannya.

G. PAPAN NAMA KEGIATAN.


Papan nama kegiatan dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam
dalam tanah dengan ketinggian 1,5 meter. Ukuran Papan Nama
Kegiatan adalah 80 x 120 cm, terbuat dari bahan multiplek tebal 9 mm,
dicat dasar warna putih, tulisan warna biru, besar huruf disesuaikan.
Letak pemasangan Papan Nama pada lokasi proyek dan Redaksi Papan
Nama akan ditentukan kemudian dengan Direksi Teknis.

H. ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI.


Pemborong harus menyiapkan administrasi pelaksanaan pekerjaan
antara lain : Request for work (Pengajuan memulai pekerjaan), laporan
harian pelaksanaan, laporan mingguan, laporan bulanan, prestasi fisik
pekerjaan, Time schedule pekerjaan dan foto-foto kemajuan pekerjaan
dibuat sesuai dengan laporan prestasi pekerjaan, sekurang-kurangnya
pada saat dilakukan opname kemajuan pekerjaan.

Yang tidak termasuk pekerjaan persiapan akan tetapi pemborong wajib


menyiapkan dan menyediakan adalah :
a. Kantor Direksi dengan luas  40 m2 (atau disesuaikan dengan
kondisi yang memungkinkan di lapangan) untuk kegiatan/ruang
kerja Direksi Teknis/pengawas, rapat-rapat rutin lapangan dan
lain-lain, dengan perlengkapan sebagai berikut :
 Meja rapat lengkap kursi untuk lebih kurang 15 orang.

Spesifikasi Teknis 4 | 30
 2 stel meja tulis dan tempat duduk.
 Almari/Rak penyimpan alat-alat Kantor/pengawasan.
 Papan tulis/white board ukuran 90 x 120 cm.
 Sepatu karet dan helm proyek.
 Kotak P3K beserta isinya

Kantor Direksi harus terang, aman dan nyaman, serta selalu


terjaga kebersihannya. Penempatan/lokasi dari kantor Direksi
harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis.
b. Kantor Pemborong, Gudang bahan dan los kerja luasnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan keamanan kerja para pekerja
serta terlindungnya bahan bangunan dari cuaca dan hujan.
c. WC darurat untuk Direksi, Pemborong dan pekerja secukupnya
serta tersedia cukup air dan terjamin kebersihannya.
d. Kantor direksi, kantor Pemborong/Los Kerja serta wc darurat
setelah selesainya pekerjan adalah milik pemborong dan segera
harus dibersihkan dari tempat pekerjaan.

2. ACUAN NORMATIF
Dalam pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus memahami, mengikuti
semua persyaratan yang ditentukan dalam rencana kerja dan syarat-
syarat termasuk standar material yang akan dipakai yang mengacu
pada SNI (Standar Nasional Indonesia), SII (Standar Industri Indonesia).
Jika spesifikasi material yang disaratkan belum ada dalam standar SNI
dan SII, maka dapat dipakai standar lain yang lebih tinggi kwalitasnya
dari standar Nasional diatas antara lain:
 ISO : International Organization for Standardization
 JIS : Japanese Industrial Standart
 BS : British Standart
 DIN : Deutsche Industrie Norm
 AWWA : American Water Works Association
 ASTM : American Society for Testing and Materials
 ANSI : American National Standard Institute
 AS : Australian Standardi
 AWS : American Welding Society
dan standar standar lainnya yang telah mendapat persetujuan dari
Direksi.

3. PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN, TIMBUNAN

3.1 Galian
3.1.1 Umum
1). Uraian
a) Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan galian tanah pada
senderan/DPT dan untuk pembuatan drainase/saluran
air dimana hasil galian dipergunakan untuk :

(1) Penimbunan kembali galian drainase dan DPT.


(2) Untuk dibuang.
Sehingga dalam pekerjaan galian ini
Termasuk pekerjaan pekerjaan penggalian,
pemuatan, pengangkutan, penghamparan,
pemadatan dan pembentukan sesuai rencana dari

Spesifikasi Teknis 5 | 30
bahan tanah yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan dalam kontrak ini.

b) Pekerjaan ini diperlukan untuk selokan samping


dan senderan/DPT, yang sesuai dengan Spesifikasi ini
dan memenuhi garis ketinggian dan penampang
melintang yang ditunjukan dalam Gambar atau
sebagaiman diperintahkan oleh Direksi pekerjaan.

c) Kecuali untuk keperlu pembayaran, ketentuan dari


Seksi ini berlaku untuk semua jenis galian yang
dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan
galian dapat berupa :
(1) Galian biasa untuk material timbunan
(2) Galian biasa sebagai bahan buangan
(3) Galian cadas/ Tanah keras
(4) Galian batu

3.1.2 PERSYARATAN
1). Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03 - 1742 - 1989 : Metode Pengujian Ringan untuk
tanah
SNI 03 - 1744 - 1989 : Metoda Pengujian CBR laboratorium
2). Toleransi Dimensi ditentukan dalam gambar
Elevasi akhir tanah dasar untuk drainase /saluran tidak
boleh berbeda lebih dari 20 mm dari yang ditentukan
dalam gambar dan tolenransi kerataan < 10
jam yang di ukur dengan mistar atau yang diperintahkan
oleh direksi pada setiap detik,
sedangkan untuk galian dinding penahan tanah (DPT)
tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang di
syaratkan.
Toleransi kelandaian galian tidak boleh bervariasi lebih
dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.

3). Peryaratan Bahan


a) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
1. Semua bahan tanah yang dapat dipakai dalam
batas-batas dan ingkup Proyek harus digunakan
secara efektif untuk kontruksi.
2. Bahan galian yang tidak memenuh syarat sebagai
timbunan dan bahan galian yang memenuhi
persyaratan tetapi berlebihan tidak diperlukan
dalam konstruksi harus dibuang sebagai bahan
galian untuk dibuang.
3. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan
timbunan dan memenuhi syarat sebagai bahan
timbunan, sedapat mungkin dibuang didaerah
Rumija, sedangkan bahan galian yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahan timbunan harus
dibuang didaerah rumija bila tersedia, atau
dibuang dilahan disediakan secara permanen oleh

Spesifikasi Teknis 6 | 30
penyedia jasa setelah mendapat persetujuan dari
direksi pekerjaan.
4. Penyedia jasa harus bertanggung jawab terhadap
seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan
untuk pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk
bahan timbunan,termasuk pembuangan bahan
galian ,pengangkutan bahan galian, pengangkutan
hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan
memperoleh ijin tetap dari ijin pemilik dimana
pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.

a) Semua daerah galian harus digali sesuai


dengan gambar kerja ,atau shop-drawing yang
diajukan oleh penyedia jasa dan mendapat
persetujuan dari direksi teknik.
b) Pengembalian bentuk dan pembuangan
pekerjaan sementara
(1) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan
sementara tetap menjadi milik penyedia
jasa ,bila memenuhi syarat dan disetujui
oleh direksi Pekerjaan, bahan – bahan
tersebut dapat dipergunakan untuk bahan
permanen.
(2) Setiap bahan – galian yang ditempatkan
dalam saluran air harus dibuang
seluruhnya setelah pekerjaan berahir
sedemikian sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu saluran air.
(3) Seluruh tempat bekas galian bahan atau
sumber bahan yang digunakan oleh
penyedia jasa harus ditinggalkan dalan
kondisi yang ratadan rapi dengan tepi dan
lelreng yang stabil dan saluran drainase
yang memadai.

4). Persyaratan Pelaksanaan


a) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan
(1) Untuk setiap pekerjaan galian sebelum memulai
pekerjaan, Penyedia jasa harus membuat
request /pengajuan memulai pekerjaan
menyerahkan kepada Direksi Teknis, gambar detail
penampang melintang yang menunjukan elevasi
tanah asli sebelum operasi pembersihan dan
pembongkaran , atau penggalian paling lambat 2
hari sebelum pekerjaan dimulai.
(2) Penyedia jasa harus memasang patok – patok batas
galian paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan
dimulai.
(3) Penyedia jasa harus memberitahu direksi Teknis
untuk setiap galian yang telah mencapai elevasi
dasr saluran dll.

b) Pengamanan Pekerjaan Galian

Spesifikasi Teknis 7 | 30
(1) Penyedia jasa harus memikul semua tanggung
dalam menjamin keselamatan pekerja,yang
melaksanakan pekerjaan galian ,penduduk dan
bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
(2) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, Penyedia
jasa harus menjaga stabilitas lereng , agar menjadi
stabil dan tidak rusak oleh pekejaan galian
tersebut.
(3) Peralatan berat untuk pemindahan tanah,
pemadatan atau keperluan lainya tidak diijinkan
berada atau beroprasi lebih dekat 1,5 m dari tepi
galian drainase, gorong – gorong pipa.
(4) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain
berada dalam lokasi galian yang membahayakan
keselamatan, maka penyedia jasa harus
menempatkan seorang pengawas
keamanandilokasi kerja yang tugasnya hanya
membantu keamanan dan kemajuan. Sepanjang
waktu penggalian, peralatan galian cadangan
(yang belum dipakai)serta perlengkapan P3K harus
tersedia pada tempat galian.
(5) Semua galian terbuka harus diberi rambu
peringatan dan penghalang (barikade)yang cukup
untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh
ke, dalamnya, dan setiap galian terbuka pada
lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan
harus diberi rambu tambahan pada malam hari
berupa drum yang dicat putih(atau sejenis)beserta
lamp-u merah atau kuning guna menjamin
keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan
yang diperintahkan direksi teknis.
c) Pengamanan Hasil Kerja
(1) Pada setiap tahap penggalian terbuka, permukaan
galian harus tetap dalam kondisi yang mulus
(sound), untuk mencegah gangguan operasi dan
perendaman akibat hujan.
(2) Bilaman lalu lintas pada jalan terganggu karena
oprasi pekerjaan lainya, penyedia jasa harus
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu atas
jadwal gangguan tersebut dari pihak yang
berwenang dan dari direksi pekerjaan.

d) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang tidak


Memenuhi Ketentuan.
Pekerjaan Galian yang tidak tidak memenuhi toleransi
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa
dan harus diperbaiki oleh penyedia jasa sebagai
berikut :
(1) Lokasi Galian dengan garis dan dan ketinggian
akhir yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukan dalam gambar/atau sebagai mana yang
diperintahkan direksiTeknis harus digali lebih
lanjut sampai memenuhi toleransi yang
diperyaratkan.

Spesifikasi Teknis 8 | 30
(2) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan
ketinggian yang ditukjukan dalam gambar atau
sebagai mana yang diperintahkan oleh direksi
Teknisatau dasar galian yang mengalami
kerusakan atau menjadi menjadi lembek, maka
material yang telah rusak dibuang dan ditimbun
kembali dengan material yang lebih baiksebagai
mana yang diperintahkan direksi Teknis,
dipadatkan dan dibentuk sesuai ketentuan dalam
spesifikasi ini.

e) Utilitas Bawah Tanah


(1) Penyedia jasa harus bertanggung jawab untuk
memperoleh informasi tentang keberadaan dan
lokasi utilitas bawah tanah dan membayar setiap
ijin atau kewenangan lainya yang diperlukan
dalam pelaksanaan galian yang diperlukan dalam
kontrak.
(2) Penyedia jasa harus bertanggung jawab untuk
menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah
tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel,
atau saluran bawah tanah lainya atau struktur
yang mungkin dijumpai dan harus memperbaiki
setiap kerusakanyang timbul akibat operasi
kegiatan.

3.1.3 PELAKSANAAN
1) Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian,
garis,dan elevasi yang ditentukan dalam gambar yang
disetujui oleh Direksi Teknisdan harus mencakup
pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang
dijumpai, termasuk tanah,batu,batu bata,beton,
pasangan batu dan bahan perkerasan
lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan
permanen.
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan
yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah
dan diluar batas galian.
c) Bilaman bahan yang terekpus dari garis formasi atau
tanah dasar atau pondasidalam keadaan lepas atau
lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi
Teknis tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut
harus seluruhnya atau sebagian dibuang dan diganti
dengan bahan memenuhi syarat.

2) Galian pada Tanah Dasar Selokan dan Talud


Galian untuk gorong – gorong atau drainase saluran dan
galian untuk pondasi DPT atau struktur lain, harus cukup
ukuranya sehingga memungkinkan pemasangan bahan
kontruksi sesuai gambar rencana,sehingga pengawasan
dan pemadatan pemedatan penimbunan kembali di bawah
dibawah dan di sekelilinjg pekerjaan dapat dilakukan
dengan cermat.

Spesifikasi Teknis 9 | 30
3.1.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
1) Cara Pengukuran
a) Pekerjaan yang tidak diukur untuk pembiayaan
terdiri dari :
(1) Galian Diluar Rencana (Overcut),
(2) Galian yang digunakan bukan untuk pekerjaan
permanen,
(3) Galian yang sudah termasuk dalam satu item
pekerjaan.

b) Cara pengukuran volume galian dilakukan dengan


basis pengukuran akhir (final measurement basis)
sebagai berikut :
(1) Pengukuran awal potongan memanjang
(logitudinal) dan potongan melintang (cross
section) permukaan lahan setelah pekerjaan
pembersihan dan pemotongan (land clearing and
grubbing)
(3) Pengukuran akhir pemotongan memanjang dan
potongan melintang permukaan setelah galian
selesai dikerjakan sesuai rencana. Jarak
pembuatan potongan melintang satu dengan
lainya sebesar 25 m atau dalam keadaan khusus
dapat ditentukan lain.
(4) Luas galian pada suatu Cross Section adalah luas
selisih butir 1 dan butir 2
(5) Volume pekerjaan adalah jumlah perkalian jarak
potongan melintang satu dengan potongan
melintang berikutnya yang sama.

2) Dasar Pembayaran
Pembayaran dilakukan atas dasar volume galian yang
disetujui oleh direksi pekerjaan dan direksi teknik dan
harga satuan yang tercantumdalam kontrak. Kwantitas
galian yang diukur menurut menurut ketentuan di atas,
akan dibayar menurut satuan pengukuran dengan harga
yang dimasukan dalam Daftar Kwantitas dan Harga
untuk masing masing mata pembayaran yang terdaftar
dibawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan
yang berkaitan, dan biaya yang diprlukan dalam
melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana yang
diuraikan dalam spesifikasi ini.

3.2 TIMBUNAN

3.2.1 UMUM
1) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah, limestone atau bahan
bebutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian dan untuk timbunan umumyang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai

Spesifikasi Teknis 10 | 30
dengan garis, kelandaian dan elevasi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui.
2) Timbunan yang dicakup dalam hal ini yaitu timbunan biasa
dan timbunan pilihan.
3) Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapisan perbaikan
tanah dasar (improv sub grade) untuk meningkatkan daya
dukung tanah dasar.
4) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan secara manual atau
mekanis, dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat
mendekati garis dan ketinggian yang ditujukan dalam gambar
atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

3.2.2 PERSYARATAN
1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03-1742-1989 : Metoda Pengujian kepadatan ringan untuk
tanah
SNI 03-1744- 1989 : Metoda Pengujian CBR Laboratorium
SNI 03-Z828-1992 : Metoda pengujian kepadatan lapangan
dengan alat konus pasir (sand cone).

2) Toleransi Dimensi
a) Setelah pemadatan lapis dasar perkerasan (sub grade),
toleransi elevasi permukaan tidak boleh lebih dari 20 mm dan
toleransi kerataan maksimum 10 mm yang diukur dengan
mistar panjang 3 m arah memanjang dan melintang.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekpos harus
cukup rata dan harus memiliki memiliki kelandaian yang
cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi
lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.

3) Persyratan bahan
a) Timbunan Biasa
1) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa
harus terdiri dari bahan galian tanah yang disetujui oleh
direksi pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pekerjaan timbunan.
2) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan
galian tanah yang mempunyai sifat sifat sebagai
berikut :
a) Tanah yang mengandung organik, serta tanah yang
mengan dung daun-daun, rumput-rumputan,akar
dan sampah.
b) Tanah yang mempunyi sifat kembang susut tinggi
c) tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang
tidak mungkin dikeringkan untuk memenuhi
toleransi kadar air pada saat pemadatan.

b) Timbunan Pilihan (Selected material)/Lime stone


1) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai
Timbunan Pilihan bila digunakan pada lokasi dan
untuk maksud dimana timbunan pilihan telah

Spesifikasi Teknis 11 | 30
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh direksi
pekerjaan.
2) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan
pilihan harus terdiri dari bahan, tanah berbatu atau
batu berpasir/lime stone minimal diameter terbesar 7,5
cm apabila > 7,5 cm maka bongkahan limestone harus
dibuang atau dipecah yang memenuhi semua
ketentuan untuk timbunan pilihan dan sebagai
tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang
tergantung dari maksud penggunaannya, seperti
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila
diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR
paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila
dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum
sesuai dengan SNI 03-1742-1989, atau 95% kepadatan
kering maksimum sesuai SNI 03-1743-1989. Timbunan
pilihan untuk lapis 20 cm di bawah dasar perkerasan
(subgrade) ukuran butir
maksimum tidak boleh lebih dari 7,5 atau limestone
yang memenuhi semua ketentuan untuk timbunan
pilihan dan sebagai tambahan harus memiliki sifat
tertentu yang tergantung dari maksud penggunaanya,
seperti diperintahkan atau disetujui oleh direksi
pekejaan.
3) Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan
bilamana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir
yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau
krikilatau bahan berbutir bersih lainya dengan indek
Plastisitas (PI) maksimum 6%.

c) Ketentuan Kepadatan untuk tanah, Limestone


1) Lapisan Tanah, Limestone yang lebih dari 20 cm
dibawah elevasi permukaan harus dipadatkan dalam
dalam lapisan - lapisan timbunan dengan ketebalan
maksimum 20 cm dan tidak boleh kurang dari 10 cm,
sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum.
2) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis
timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-
1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukan
kepadatan kurang yang disyaratkan, maka penyedia
jasa harus memperbaiki pekerjaan ini. Pengujian harus
dilakukan pada kedalaman penuh pada lokasi yang
diperintahkan oleh Direksi
Teknis, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 50 m
untuk setiap lebar hamparan.

4) Persyaratan Kerja
a) Kesiapan Kerja
(1) Paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan dimulai
untuk setiap timbunan awal yang akan
dilaksanakan, Penyedia jasa harus :
a) Mengajukan Request, menyerahkan JMF dari
laboratorium yang terakreditasi, menyerahkan

Spesifikasi Teknis 12 | 30
Gambar hasil penampang melintang dasar
timbunan yang menunjukan permukaan yang telah
dipersiapkan untuk penghamparan timbunan
kepada Direksi Teknis.
b) Menyerahkan hasil pengujian kepadatan dasar
timbunan yang membuktikan bahwa pemadatan
pada permukaan yang telah memenuhi
persyaratan.

(2) Penyedia jasa harus menyerahkan hal – hal berikut ini


kepada. Direksi Pekerjaan paling lambat 14 hari
sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan
pertama kalinya sebagai bahan timbunan.
a) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap
jenis bahan,satu contoh harus disimpsn oleh
Direksi pekerjaan untuk rujukan selama perioda
kontrak.
b) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap
bahan yang diusulkan untuk bahan timbunan,
bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukan sifat sifat bahan
tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

b) Metoda Kerja
(1) Untuk menghasilkan hamparan dengan tebal padat 20
cm atau yang disyaratkan Penyedia jasa harus
menyampaikan metoda kerja yang akan dilakukan.
(2) Pelaksanaan Timbunan Badan Jalan harus dikerjakan
setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap
terbuka untuk lalu – lintas.
5) Kondisi Tempat Kerja
a) Penyedia jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus
dijaga tetap kering segera sebelum dan selama
pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama
pelaksanaan timbunan haurs mempunyai lereng
melintang yang cukup untuk membantu drainase
badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga
harus menjamin pekerjaan akhir
mempunyai drainase yang baik.Bilamana
memungkinkan air yang berasal dari tempat kerja,
harus dibuang kedalam sistim drainase permanen.
a) Penyedia jasa harus selalu menyediakan pasokan air
yang cukup untuk pengendalian kadar air timbunan
selama oprasi penghaparan dan pemadatan.

6) Perbaikan Terhadap Timbunan yang tidak memenuhi


ketentuan /tidak stabil.
a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui atau
toleransi permukaan yang disyaratkan harus
diperbaiki dengan menggemburkan permukaanya dan
membuang atau menambah bahan sebagaimana yang
diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan dan
pemadatan kembali.

Spesifikasi Teknis 13 | 30
b) Lapis hamparan timbunan yang terlalu kering untuk
dipadatkan,dalam hal batas-batas kadar airnya yang
disyratkan, harus diperbaiki dengan menggaruk bahan
tersebut,dilanjutkan dengan penyemprotan air
secukupnya, dan dicampur
seluruhnya dengan mengunakan tenaga
manusia/manual atau peralatan lian yang disetujui.
c) Timbunan yang telah padat dan memenuhi ketentuan
yang disyratkan dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh
akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya
tidak memerlukan perkerjaan perbaikan asalkan sifat-
sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
ketentuan dalam spesifikasi ini.
d) Pengembalian Bentuk Pekerjaan setelah Pengujian.
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat
pengujian Kepadatan atau lainya harus secepatnya
ditutup kembali oleh penyedia jasa dan dipadatkan
sampai mencapai kepadatan dan
toleransi permukaan yang disyaratkan oleh spesifikasi
ini.
(5) Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja.
Timbunan pilihan/limestone tidak boleh ditempatkan
dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilahsanakan setelah hujan
atau bilamana kadar air bahan diluar rentang yang
disyaratkan.

3.2.3 PELAKSANAAN
1) Penyiapan Tempat Kerja
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat,
semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaann sesuai
dengan Spesifikasi ini.
b) Penyedia jasa harus memasang patok batas dasar timbunan
3 hari sebelum pekerjaan dimulai.
c) Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab
untuk menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan
pekerjaan galian serta penduduk sekitar.
d) Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainya berada
dalam galian yang mengharuskan kepada mereka berada
dipermukaan tanah, kontraktor harus menempatkan
pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya
hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap
saat peralatan galian cadangan (yang belum terpakai) serta
perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
e) Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang
cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh
kedalamnya dan setiap galian terbuka pada badan jalan
atau bahu jalan harus ditambah dengan rambu pada
malam hari dengan drum dicat putih (atau yang serupa)
ketentuan pengaturan dan pengendalian lalu – lintas
selama pelaksanaan kostrukasi harus diterapkan pada
seluruh galian dalam daerah milik jalan.

Spesifikasi Teknis 14 | 30
f) Dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk
penghamparan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) setebal 20 cm dan harus memenuhi kepadatan
sesuai persyaratan.

2) Penghamparan Timbunan
Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah
disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata
yangsetelah dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan terakhir
yang dipadatkan lebih dari 20 cm dan kurang dari 40 cm
maka dibagi 2 sama tebalnya.
Tanah /Limestone timbunan diangkut langsung dari luar
sumber bahan ke permukaan yang yang telah disiapkan
pada saat cuaca cerah. Penumpukan tanah di lokasi
sumber ataupun dilokasi timbunan untuk persedian tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan kecuali
dengan perlindungan sehingga air hujan tidak membasahi
tumpukan Tanah / Limeston.
b) Penimbunan dalam suatu lokasi (lot) dan pada satu lapis
hanya boleh digunakan bahan tanah yang berasal dari satu
sumber galian dan yang seragam.
c) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, pelebaran
timbunan harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar jalan lama, yang
kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis
pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan
lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan
oleh lalu lintas secepat mungkin dengan demikian
pembangunan dapat dilanjutkan kesisi jalan lainya
bilamana diperlukan.

3) Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan
timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan
peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya,
bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3%
dibawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air
optimum.
c) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus
dipadatkan seperti yang disyratkan, diuji kepadatanya
dan harus diterima oleh Direksi Teknis sebelum lapisan
berikutnya dihampar.
d) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi terendah dan
bergerak menuju ke arah elevasi tertinggi sumbu jalan,
sehingga setiap titik akan menerima energi pemadatan
yang sama.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan
peralatan pemadat mesin gilas, harusdihampar dalam
lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari
10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis
dengan berat kurang lebih 70 kg atau timbris (tamper)

Spesifikasi Teknis 15 | 30
manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan
dibawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian
Khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga, dan
untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

3.2.4 PENGENDALIAN MUTU


1) Penerimaan Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan
untuk persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh
direksi pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus mencakup
seluruh pengujian yang disyaratkan dengan satu rangkaian
pengujian bahan yang lengkap, untuk setiap jenis
tanah/limestone dari setiap sumber bahan setelah
persetujuan terhadap mutu bahan timbunan yang diusulkan,
Direksi Teknis dapat memintakan pengujian mutu bahan
ulang untuk mencegah terjadinya perubahan sifat bahan.
b) Pengendalian mutu bahan harus rutin dilaksanakan untuk
mengendalikan setiap perubahan mutu bahan yang dibawa
ke lapangan. Setiap perubahan sumber bahan paling sedikit
harus dilakukan satu pengujian untuk menentukan bahan
timbunan ketentuan, seperti yang disyaratkan. Direksi Teknik
setiap saat dapat memerintahkan dilakukanya uji ke
ekspansif an sesuai SNI 03-6795-2002.

2) Percobaan Pemadatan Lapangan


Penyedia jasa harus menyampaikan usulan percobaan
pemadatan termasuk memilih metoda dan peralatan untuk
mendapatkan ketebalan dan tingkat kepadatan yang
disyaratkan. Bilamana penyedia jasa tidak dapat mencapai
kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini
harus diikuti :
a) Mengganti alat pemadat yang lebih sesuai atau lebih
berat.
b) Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi
jumlah lintasan alat pemadat dan kadar air sampai
kepadatan yang disyaratkan tercapai, sehingga dapat
diterima oleh Direksi Teknik.
Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya dapat
digunakan penyedia jasa sebagi bahan untuk
menetapkan pola lintasan pemadatan, jumlah lintasan,
jenis jenis alat pemadat dan kadar air untuk seluruh
pemadatan berikutnya.

3.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Retribusi bahan galian untuk Timbunan
Bilamana bahan galian tanah biasa atau bahan timbunan
pilihan/limestone atau lapis pondasi agregat, atau bahan
lainnya dari galian sumber bahan di luar daerah milik jalan,
penyedia jasa harus dilakukan pengaturan yang diperlukan
dan membayar kepemilikan bahan konsesi kepada pemilik
tanah maupun retribusi dan ijin pengangkutan kepada pihak
yang bewenang.

2) Pengukuran Timbunan

Spesifikasi Teknis 16 | 30
Pekerjaan timbunan biasa/tanah tidak diukur tersendiri
tetapi telah dibayar dalam pekerjaan galian biasa. Kecuali
untuk tibunan pilihan (agregat, limestone) timbunan diukur
atas dasar selisih profil melintang sesuai desain rencana yang
dihitung atas dasar satuan m3 padat / terpasang.

3) Dasar Pembayaran
Kwantitas timbunan yang diukur seperti yang diuraikan
diatas, dalam jarak angkut berapapun yang diperlukan, harus
dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing – masing
harga yang dimasukan dalam daftar kwantitas dan harga,
dimana harga tersebut harus sudah merupakan harga
konpensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan,
penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan
pengujian bahan, termasuk seluruh biaya lain yang
diperlukan atau biaya-biaya untuk penyelesaian dari
pekerjaan yang diuraikan dalam spesifikasi ini.

4. PEKERJAAN BETON
Lingkup pekerjaan beton adalah beton pengunci dan lainnya yang
disebutkan dalam gambar rencana. Pemborong wajib mengerjakan
semua pekerjaan beton yang disebutkan dalam gambar rencana.

4.1 UMUM
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Pasal ini harus
mencakup pembuatan seluruh struktur beton, termasuk
tulangan dan struktur komposit sesuai dengan Persyaratan
dan sesuai dengan garis, elevasi, ketinggian dan dimensi
yang ditunjukkan dalam gambar, dan sebagaimana
diperlukan oleh Direksi.
b. Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing –
masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak haruslah
seperti yang diminta dalam Gambar atau pasal lain yang
berhubungan dengan persyaratan ini atau sebagaimana
diperintahkan oleh direksi. Seluruh beton struktur yang
bertulang harus mempunyai tegangan tekan minimal fc’ 20
Mpa.
c. Fc’ 20 Mpa : untuk digunakan dalam struktur beton
bertulang seperti Pelat Duiker, saluran dan lainnya.
d. Beton untuk Jalan beton fc’ 20 Mpa, 1Pc : 2Ps : 3Krl untuk
digunakan dalam semua beton, sebagai lapisan lantai dasar
pondasi, sebagai pengisi dan lain – lain.
e. Syarat dari SKSNI T-15-1991-03 harus diterapkan
sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang dilaksanakan
dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan
dengan syarat dalam spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari
spesifikasi ini harus dipakai.

4.2 SEMEN

Spesifikasi Teknis 17 | 30
a. Semen yang dipakai adalah type I semen Portland yang
mendapat persetujuan Direksi dan memenuhi SKSNI-1991,
SNI, SII.
b. Selama pengangkutan dan penyimpanan, semen tidak boleh
kena air dan kantongnya harus asli dari pabriknya, dan
tetap utuh dan tertutup rapat.
c. Semen yang sudah membeku, tidak dibenarkan dipakai
dalam pekerjaan ini.
d. Semen disimpan pada tempat yang beralaskan dari kayu
yang tingginya tidak kurang dari 30 cm dari lantai.
e. Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2,00 meter.
f. Pengeluaran semen dari tempat penyimpanan berurutan
sesuai dengan datangnya semen di tempat penyimpanan.

4.3 PASIR DAN KERIKIL BETON


a. Pasir dari pasir alam, sedangkan kerikil beton dari hasil
mesin pemecah batu (stone crusher) dan harus bersih dari
segala kotoran seperti bahan organis, tanah/lumpur, kapur,
garam dan sebagainya, tidak porus dan sesuai dengan
SKSNI -1991.
b. Bahan pengisi (pasir dan kerikil) harus disimpan ditempat
yang bersih dan dicegah agar terjadi pencampuran antara
bahan yang satu dengan yang lainnya dan terlindung dari
pengotoran.

4.4 AIR BETON DAN BAHAN CAMPURAN TAMBAHAN


(ADMIXTURE)
a. Air untuk adukan dan untuk merawat beton harus bersih
dan bebas dari semua kotoran yang dapat merusak daya
lekat semen atau dapat menurunkan mutu beton.
b. Bahan campuran tambahan bila dipandang perlu dapat
digunakan untuk mempercepat pengerasan, perbaikan
beton. Bahan – bahan tersebut tidak boleh mengandung
bahan – bahan yang merugikan sifat beton bertulang.

4.5. CETAKANKAN BETON / BEKISTING


a. Bahan
- Cetakan untuk beton / bekisting (formwork), harus
dibuat dari plywood yang tebalnya minimal 9 mm.
Rangka penguat cetakan yang di pakai minimal dari
kayu kelas kuat II dan dipasang sedemikian rupa
sehingga cukup kuat untuk menahan tekanan beban
beton.
- Bahan steger (tiang penyangga) harus terbuat dari kayu
bermutu baik atau menggunakan schafolding.

Spesifikasi Teknis 18 | 30
b. Konstruksi
Cetakan dibuat dan disangga sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah getaran yang merusak. Dan
tidak berubah bentuk sebelum, selama pengecoran
berlangsung dan selama beton belum padat.
- Cetakan dibuat sedemikian rupa mempermudah
pengecoran dan pemadatan beton tanpa merusak
konstruksi beton.
- Kayu steger (penyangga) harus dibuat sedemikian
rupa, sehingga dapat menahan beban yang dipikulnya.
- Kontraktor harus mempuat shop drawing dari bagian –
bagian konstruksi cetakan / bekisting serta mendapat
persetujuan Direksi.
c. Pelapis cetakan
- Untuk mempermudah membuka bekisting beton,
dapat digunakan pelapis cetakan dari bahan yang
disetujui Direksi.
- Minyak pelumas, baik bekas maupun baru, tidak
dibenarkan dipakai sebagai bahan pelapis cetakan.

4.6. ADUKAN BETON


a. Rencana Adukan
- Nama “jenis adukan” di bawah diberikan untuk setiap jumlah
bahan pengisi (pasir dan kerikil) terhadap 40 kg semen.
- Gradasi butiran bahan pengisi harus sesuai dengan syarat – syarat
gradasi dalam tabel dibawah ini :

Ukuran Ayakan Persentase Berat Yang Lolos


Standar Inch Agregat Pilihan Agregat
Halus
(mm) (in) Kasar
50 2 - 100 - - -
37 1½ - 95-100 100 - -
25 1 - - 95-100 100 -
19 ¾ - 35-70 - 90-100 100
13 ½ - - 25-60 - 90-100
10 3/8 100 10-30 - 20-55 40-70
4.75 #4 90-100 0-5 0-10 0-10 0-15
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 #16 45-80 - - - -
0.3 #50 10-30 - - - -

0.15 #100 2-10 - - - -

- Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel


terbesar tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan

Spesifikasi Teknis 19 | 30
baja atau antara tulangan baja dengan acuan, atau antara
perbatasan lainnya.
- Jenis adukan Beton :
Catatan : pc = portland cement m3
ps = pasir (bahan pengisi halus) m3
krl = kerikil (bahan pengisi kasar) m3

b. Kekuatan beton
kuat tekan beton yang direncanakan adalah Fc’ 20 Mpa
c. Pengadukan beton
Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar
diperoleh suatu komposisi yang solid dari bahan-bahan penyusun
berdasarkan rancangan campuran beton. Sebelum
diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan,
pencampuran bahan-bahan dapat dilakukan di laboratorium,
untuk mendapatkan formula rancangan sesuai rencana (membuat
Job Mix Formula). Secara umum pengadukan beton dengan mesin
(batching plant) harus disesuaikan dengan kecepatan yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Ketentuan waktu
pengadukan minimal untuk campuran beton yang volumenya
lebih kecil atau sama dengan 1 m3 adalah 1,5 menit atau menurut
petunjuk direksi. Selama proses pengadukan, kekentalan
campuran beton harus diawasi terus dengan cara memeriksa nilai
slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.

d. Beton Dekking
- Beton dekking / ganjal 1pc : 2ps harus dibuat terlebih dahulu,
sebelum pekerjaan beton konstruksi dimulai. Dicetak setebal 2
cm berukuran 4 x 4 cm atau sesuai dengan yang diisyaratkan,
lengkap dengan kawat pengikatnya.
- Sesudah mengeras dan kering udara, beton dekking ini
direndam dengan air.
Untuk beton balok dan kolom, dipasang 10 (sepuluh) buah
untuk setiap 1 m2 dengan ketebalan 3 cm. Dan untuk beton plat
duiker dipasang beton dekking dengan ketebalan 3 cm sebanyak
5 buah untuk setiap 1 m2.
- Selain beton dekking untuk balok yang mempunyai dua baris
atau lebih tulangan, harus diberikan ganjalan dengan besi beton
dengan diameter yang sama dengan tulangan rangkap. Ganjalan
ini dipasang pada bagian samping dan bawah balok sebanyak 3
buah untuk setiap 1 m2.
e. Adukan Beton “Ready Mix”
- Bila dipakai adukan beton “ready mix” nama dan alamat
suppliernya harus mendapat persetujuan direksi.
- Kontraktor bertanggung jawab penuh, bahwa adukan yang
disuplai tersebut memenuhi syarat spesifikasi dengan membawa
hasil test laboratorium sesuai dengan ketentuan yang
disyaratkan dalam RKS dan menjamin kontinuitas kedatangan
setiap delivery.

Spesifikasi Teknis 20 | 30
- Direksi mempunyai wewenang untuk setiap saat meminta
kepada kontraktor untuk mengadakan percobaan mutu beton
tersebut. Apabila mutunya diragukan direksi berhak
menghentikan dan menolak beton ready mix tersebut dan
semua kerugian yang ditimbulkan oleh hal ini menjadi
tanggungan kontraktor.

Adukan beton “Site Mixing” (setempat)


- Adukan beton dibuat dengan alat pengaduk “batch mixer” dengan
type dan kapasitas yang mendapat persetujuan direksi.
- Kecepatan aduk sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.
- Kapasitas aduk tidak boleh lebih dari yang diijinkan.

4.7. PENGUJIAN BETON


a. Untuk pengujian beton digunakan silinder berdiameter 15 cm
dengan tinggi 30 cm atau kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm3
yang hasilnya dikonversikan sesuai aturan dalam SKSNI - 1991.
b. Pengambilan campuran beton untuk silinder / kubus coba
(specimen) dan pengetesannya menjadi tanggung jawab
kontraktor dan harus dibawah pengawasan direksi.
c. Prosedur pembuatan kubus beton terdiri dari :
- Setiap pembuatan 5 m3 beton harus dibuat minimal 1 set (3
buah) silinder / kubus beton coba (specimen) untuk
pengetesan, 1 untuk umur 7 hari, 1 untuk umur 14 hari, 1 untuk
umur 28 hari. Jumlah silinder / kubus coba yang harus dibuat
untuk seluruh volume beton minimum 21 buah dimana masing
– masing sebanyak 7 buah untuk percobaan pada umur 7, 14,
dan 28 hari. Hasil percobaan tahap I ini harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis sebelum pekerjaan beton dimulai.

- Selanjutnya, setiap saat bila dirasakan perlu direksi berhak


meminta kepada kontraktor untuk membuat silinder / kubus
coba dari adukan beton yang dibuat. Dalam hal ini silinder /
kubus beton diberi tanda yang dapat mengidentifikasi tanggal
pengecoran, penggunaan untuk bagian struktur yang
bersangkutan dan lain – lain yang dianggap perlu.
d. Semua silinder / kubus coba, ditest di laboratorium yang disetujui
Direksi Teknis. Apabila pengetesan akan dilakukan di lapangan,
maka tes coba harus mempunyai sertifikat kalibrasi yang diakui
dan pelaksanaan pengetesan ada dibawah pengawasan Direksi
Teknis.
e. Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump tes menurut
syarat – syarat dalam SKSNI - 1991.
f. Apabila terjadi setelah beton dicor tidak memenuhi syarat – syarat
sesuai dengan hasil test, maka seluruh volume beton yang dicor
dengan campuran tersebut harus dibongkar. Sebelum
dilaksanakan pembongkaran, kontraktor diijinkan untuk
mengajukan usulan pengetesan ulang, loading test pada struktur
beton yang sudah dicor dengan persetujuan direksi.
g. Semua biaya yang diperlukan dalam pengujian mutu beton
dibebankan kepada kontraktor.

Spesifikasi Teknis 21 | 30
4.8. MUTU BETON
a. Standar mutu beton
- Selambat – lambatnya 3 (tiga) hari setelah waktu pengujian,
direksi harus mencantumkan nilai karakteristik, deviasi
standar, slump, tanggal pengecoran dan pengujian.
- Apabila hasil percobaan tidak memenuhi kekuatan yang
disyaratkan, kontraktor harus merubah proporsi adukan,
sehingga dapat mencapai syarat yang direncanakan.
b. Apabila ternyata kuat tekan silinder / kubus coba beton yang
diambil dari adonan beton dalam pelaksanaan tidak memenuhi
syarat spesifikasi, maka Direksi Teknis berhak meminta
Kontraktor untuk mengadakan percobaan non destruktif.

4.9. PENGECORAN BETON


a. Proporsi perbandingan campuran semen dengan bahan pengisi
(pasir dan kerikil) adalah minimal. Jadi tidak dibenarkan untuk
dikurangi semennya.
b. Sebelum adukan beton dituangkan, semua cetakan harus betul –
betul bersih dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan
kotoran lainnya. Kemudian cetakan tersebut dibasahi dengan air
secukupnya, namun tidak boleh ada genangan air pada cetakan
tersebut.
c. Pengecoran baru bisa dimulai setelah mendapat persetujuan
Direksi Teknis. Apabila pengecoran beton dilakukan tanpa adanya
persetujuan direksi, maka kerugian akibat pembongkaran,
sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
d. Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan
harus sudah dicorkan dalam waktu 1 (satu) jam setelah
pencampuran air dimulai.
e. Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus
menerus sampai selesai dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat
persetujuan direksi. Tidak dibenarkan mengecor beton saat hujan,
kecuali ada tindakan pengaman dari kontraktor, terutama untuk
meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan, yang mendapat
persetujuan direksi. Dalam hal ini kontraktor harus berupaya agar
beton yang baru dicorkan tidak dirusak oleh air hujan.
f. Setelah dicorkan pada cetakan, adukan harus dipadatkan dengan
alat penggetar (vibrator) yang berfrekwensi dalam adukan paling
sedikit 3000 putaran setiap menit. Penggetaran dilakukan selama
20 detik setiap satu adukan yang dicorkan, mulai pada saat
adukan dicorkan dalam cetakan dan dilanjutkan dengan adukan
selanjutnya. Vibrator tidak boleh menyentuh cetakan dan besi
beton yang salah satu bagiannya berhubungan dengan adukan
beton yang telah mengeras.
g. Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat
dicegah adanya pemisahan atau pengurangan bagian – bagian
bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan lebih dari 2 meter. Untuk
kolom – kolom yang tinggi, harus dibuatkan jendela – jendela
dengan jarak vertikal tidak lebih dari 2 meter.

Spesifikasi Teknis 22 | 30
h. Siar pelaksanaan (contruction joint) dipakai bahan penyekat
“Styrofoam” yang mudah hancur dengan bensin, dalam
pengecoran beton harus mendapat persetujuan direksi.
i. Apabila terjadi pertemuan dengan beton yang sudah dicor, bidang
pertemuan harus dibersihkan dengan cara menyemprot dengan
air. Kemudian disikat sampai agregat kasar kelihatan dan
selanjutnya disiram dengan air semen kental dan ditambah
additive, merata keseluruh permukaan yang akan disambung,
sedang untuk beton yang memerlukan kedap air harus memakai
“Water Stop” ex Tricosal type yang direkomendasikan untuk
setiap jenis sistem sambungan.

4.10. PEMASANGAN ANGKER / PEMBENGKOKAN BESI TULANGAN


a. Pengangkeran perletakan pelat duiker pada pondasi/tumpuan
pasangan menggunakan besi diameter D - 13 dengan jarak sesuai
gambar rencana.

4.11. TOLERANSI – TOLERANSI


a. Toleransi pada beton cetakan kasar
- Toleransi terhadap posisi untuk masing–masing bagian
konstruksi adalah 1 cm.
- Toleransi terhadap ukuran masing – masing bagian konstruksi
adalah – 0,3 cm dan + 0,5 cm.
b. Toleransi pada cetakan beton halus.
- Toleransi terhadap posisi untuk masing – masing bagian
konstruksi adalah 0,6 cm.
- Toleransi terhadap ukuran masing – masing bagian konstruksi
adalah – 0,2 cm dan + 0,4 cm
c. Toleransi posisi vertikal : 2 mm/m’
d. Toleransi posisi horisontal : 1 mm/m’

4.12. PERLINDUNGAN BETON


a. Agar beton terlindung dari pengaruh cuaca, beton harus dibasahi
secara terus menerus selama 14 (empat belas) hari setelah
pengecoran dengan menutupi jerami / karung basah.
c. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga agar tetap basah
sekurang – kurangnya selama 4 (empat) hari setelah pengecoran,
dengan cara menyemprotkan atau menggenangi dengan air pada
permukaan beton tersebut, terutama pada pagi / sore hari atau
cuaca teduh. Beton harus terlindung dari pengrusakan secara
mekanis / pengeringan sebelum waktunya.

4.13. PEMBONGKARAN CETAKAN


a. Cetakan beton tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai
kekuatan kubus yang dapat memikul 2 x berat sendiri. Pada
bagian – bagian konstruksi yang memikul beban lebih besar dari
rencana rata – rata, cetakan beton belum boleh dibongkar sampai
beton mempunyai kekuatan tersebut.

Spesifikasi Teknis 23 | 30
b. Untuk pembongkaran cetakan pada bagian – bagian tertentu,
kontraktor harus meminta persetujuan direksi. Untuk
pembongkaran cetakan, kontraktor harus berpedoman pada
SKSNI 1991. Jika Pemborong mengabaikan perintah Direksi
Teknis, maka segala akibat yang ditimbulkan oleh pembongkaran
cetakan ini adalah menjadi tanggungan kontraktor.

4.14. CACAT PADA BETON


a. Yang dimaksud dengan cacat beton adalah hal – hal sebagai
berikut :
- Konstruksi beton yang amat keropos
- Konstruksi beton tidak sesuai dengan yang direncanakan
- Konstruksi beton yang berisi benda – benda yang dilarang ada
pada beton.
b. Apabila hal ini terjadi, direksi berwenang untuk tidak menerima
pekerjaan beton tersebut dan kontraktor harus segera
memperbaikinya sesuai dengan petunjuk direksi.
c. Penggunaan alat pembantu pekerjaan yang membebani struktur
harus mendapat persetujuan direksi dan kontraktor harus
memperbaiki beton yang rusak akibat penggunan alat pembantu.
d. Hasil yang diharapkan semua cor beton tidak ada yang
menyimpang dari toleransi yang dijinkan, karena tidak ada
perbaikan beton dengan plesteran.

5. BESI BETON
a. Mutu besi beton yang digunakan adalah :
Mutu besi tulangan beton untuk diamater batang polos adalah BJ.
Tp 24 (fy = 240 Mpa), sedangkan mutu besi beton yang diprofil
(Deform / ulir) minimal BJ. TP 32 (fy = 320 Mpa), untuk
tulangan baja jaring BJ. Tp. 50 fy=500 Mpa) dan ukuran sesuai
ketentuan dalam gambar. Simbol “Ø” ( menunjukkan Baja
tulangan polos ), Simbol “D” (menunjukan Baja Tulangan
Deform/Ulir ). Simbol “M” tulangan baja jaring (wire mesh)
b. Semua besi yang dipakai diatas harus mempunyai sertifikat dari
produsen/pabrik. Ketentuan toleransi ukuran besi disesuaikan
dengan standar SII atau SNI.
c. Jika besi yang di datangkan ke lokasi tidak sesuai dengan yang
tercantum dalam sertifikat/diragukan, Direksi pekerjaan berhak
memerintahkan kontraktor untuk melakukan pengujian fisik
terhadap besi tersebut. Semua biaya hasil pengujian menjadi
tanggungan kontraktor. Bila hasil pengujian tidak sesuai dengan
yang tercantum dalam sertifikat, maka Direksi berhak menolak
semua besi tersebut. Berita acara hasil pengujian besi di
laboratorium harus sah dan ditanda tangani oleh pejabat
laboratorium.
d. Membengkokkan dan meluruskan besi beton harus dalam
keadaan dingin, sesuai dengan aturan yang berlaku. Panjang
penyaluran besi beton dan panjang pengangkeran pada bagian-
bagian konstruksi disesuaikan dengan gambar kerja atau menurut
aturan dalam SKSNI-1991.

Spesifikasi Teknis 24 | 30
e. Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat dan
kotoran lain yang dapat mengurangi daya lekat semen atau dapat
menurunkan mutu besi beton.
f. Besi beton harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan
gambar. Kemudian dibentuk dan dipasang sedemikian rupa
sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.
g. Kawat beton yang dipergunakan harus lazim dipakai, sehingga
dapat mengikat besi beton tetap pada tempatnya. Untuk
mendapatkan mutu besi beton yang diinginkan, dapat
dipergunakan besi beton dari produk yang ditunjuk Direksi
Teknis.
h. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan
tidak boleh disimpan di alam terbuka untuk jangka waktu yang
panjang.

SPESIFIKASI: ROUND BAR ( Grade 24 )

CODE UNIT WEIGHT Diameter Toleran


NO. Kg/m ( d) ce
Effective Tolerance
Ø 7 0.302 7% 7 7%
Ø 8 0.395 7% 8 7%
Ø 10 0.617 5% 10 6%
Ø 12 0.888 5% 12 6%
Ø 16 1.578 5% 16 5%
Ø 19 2.226 4% 19 5%
Ø 22 2.984 4% 22 5%
Ø 25 3.853 4% 25 5%

SPESIFIKASI: DEFORMED BAR ( Grade 40 )

CODE UNIT WEIGHT Effective Diameter


NO. Kg/m
Effective Tolerance
D 10 0.617 6% 10
D 13 1.042 6% 13
D 16 1.578 5% 16
D 19 2.226 5% 19
D 22 2.984 5% 22
D 25 3.853 5% 25
D 29 5.185 4% 29
D 32 6.313 4% 32

SPESIFIKASI : WIRE MESH


CODE TYPE SIZE WEIGHT

Spesifikasi Teknis 25 | 30
NO. (m) ( kg )

M4 Rool 54,0 2,10 154.5


M5 Rool 54,0 2,10 241.4
M6 Rool 54,0 2,10 347.6
M6 Sheet 5,40 2,10 34.76
M7 Sheet 5,40 2,10 47.31
M8 Sheet 5,40 2,10 61.79
M9 Sheet 5,40 2,10 78.21
M 10 Sheet 5,40 2,10 96.55

SPESIFIKASI : PIPA BAJA MEDIUM GALVANIS

DIAMETER DIAMETER LUAR TEBAL BERAT


NOMINAL
inch mm Max(mm) Min mm Kg/m
(mm)

1/2 15 21.4 21.1 2.65 1.22


3/4 20 27.2 26.4 2.65 1.58
1 25 34.2 33.4 3.25 2.44
1¼ 32 42.9 42.1 3.25 3.14
1½ 40 48.8 48.0 3.25 3.61
2 50 60.8 59.8 3.65 5.10
2½ 65 76.6 75.4 3.65 6.51
3 80 89.5 88.1 4.05 8.47
4 100 114.9 113.3 4.05 12.00
5 125 140.6 138.7 4.85 16.20
6 150 166.1 164.1 4.85 19.20

6. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI, PLESTERAN DAN


SIARAN

PASANGAN BATU KALI UNTUK SENDERAN/DPT,

- Batu kali yang dipergunakan batu kali yang dibelah atau batu
gunung yang keras, tidak porous dan bersih, besarnya tidak lebih
dari 30 cm.
- Tidak dibenarkan menggunakan batu kali bulat atau batu endapan.
Pemecahan batu harus dilakukan diluar batas bowplank bangunan.
- Semen, pasir, air dan pasangan adalah sama dengan ditentukan
dalam pekerjaan beton.

Spesifikasi Teknis 26 | 30
- Penggunaan adukan : 1 pc : 5 ps, Digunakan untuk pasangan batu
kali secara umum atau sesuai dengan gambar kerja atau dengan
Kuat tekan mortar setara 90 kg/cm.
- Pada setiap pokok galian dibuat profil pasangan terbuat dari kayu
atau bambu dengan ukuran sesuai dengan ukuran drainage dan
atau senderan yang akan dibuat.
- Batu kali terpasang padat dan diantara batu kali harus dilapisi oleh
adukan. Tepi atas dari pondasi batu kali harus datar.

6.1. Pekerjaan Plesteran dan siaran


a. Kwalitas Bahan .
- Pasir yang digunakan adalah pasir pasang yang berasal dari
sungai/kali atau dari daerah quarry.
- Pelaksanaan pekejaan plesteran harus mendapatkan hasil yang
baik dan sempurna dalam arti bidang permukaan harus betul-
betul rata, tidak bergelombang, tegak lurus dan padat.
- Jika hasil plesteran menunjukkan hasil tidak memuaskan maka
bagian tersebut sebagian atau seluruhnya harus dibongkar
untuk diperbaiki atau diulang kembali atas tanggungan
Pemborong.
b. Teknis/Cara Pemasangan.
- Permukaan pasangan batu yang akan diplester, dibuatkan
kepala dengan jarak kurang lebih 2 meter untuk menghasilkan
permukaan yang rata, barulah pekerjaan plesteran dapat
dilaksanakan. Tebalnya plesteran tidak boleh kurang dari 2 cm.
Pekerjaan siaran/Acian batu muka
c.
- Pekerjaan siaran dilaksanakan setelah pekerjaan pasangan
drainage selesai. Ketebalan acian harus merata berkisar 2 – 3
mm. Permukaan akhir acian harus merata, halus dan tidak
retak-retak.
7. RAMBU–RAMBU KESELAMATAN KERJA
a. Bila diperlukan sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya
pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk memasang tanda – tanda
pengaman lalu lintas dengan ketentuan sebagai berikut : Semua
papan – papan dan tanda – tanda perhatian harus dibuat dari papan
Kayu Kelas II tebal minimum 3 mm dengan warna dasar kuning dan
Penunjuk Pengaman Lalu Lintas dengan warna hitam dengan
ukuran sesuai petunjuk direksi.
b. Pada malam hari ditempat – tempat yang berbahaya bagi yang
lewat harus dipasang lampu merah yang cukup jelas dan terang
menurut petunjuk Direksi untuk menghindari terjadinya
kecelakaan.
Penempatan alat – alat dan bahan – bahan yang berada di tepi jalan
pada malam hari harus juga diberi seperti lampu merah atau tanda –
tanda yang sifatnya membantu keamanan jalannya lalu lintas.
d. Menutup lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah
ada persetujuan tertulis dari Direksi.
e. Kontraktor harus menjaga jangan sampai lalulintas macet dan
Kontraktor harus menyediakan orang untuk mengatur lalu lintas
jalannya bila diperlukan Kontraktor harus menyediakan pesawat
HT untuk mempermudah sistem pengaturannya.

Spesifikasi Teknis 27 | 30
f. Penetapan alat – alat dan bahan – bahan diusahakan sedapat
mungkin tidak mengganggu lalu lintas. Bila karena terpaksa bahan –
bahan harus dituangkan di tepi jalan, dengan tidak mengganggu
lalu lintas selambat – lambatnya dalam waktu satu kali 24 jam
sesudah penurunan bahan – bahan harus sudah dipindah ketempat
penyimpanannya.
g. Pelaksana dapat mengatur strategi pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana kondisi lapangan agar tidak mengganggu aktifitas
masyarakat setempat.
h. Apabila penanganan dalam kondisi mendesak pelaksana wajib
mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan pada ruas dimaksud
dalam sekali waktu.
i. Untuk ruas yang memiliki volume pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan dalam hitungan satu hari kerja, agar melakukan
penguncian paving pada saat ditinggalkan.
j. Setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian kontraktor
memberi pengaman seperti tersebut diatas, sepenuhnya adalah
tanggung jawab Kontraktor.

8. PEMBUANGAN SISA GALIAN KELUAR LOKASI DENGAN


KENDARAAN
a. Untuk keperluan pengangkutan jauh keluar lokasi kerja dengan alat
angkut yang memadai. Alat angkut dan operatornya disediakan
oleh kontraktor. Penempatan material tersebut pada tempat yang
aman atas persetujuan Direksi.

9. PENYELESAIAN PEKERJAAN
a.Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian adalah :
- Perbaikan – perbaikan kecil terhadap bagian dari pekerjaan
yang kurang sempurna dengan nilai pekerjaan setinggi –
tingginya 1% dari harga jenis pekerjaannya dan bukan
pekerjaan pokok. Pembersihan kembali lapangan kerja dari
sisa – sisa bahan / peralatan kerja menjadi tanggung jawab
kontraktor.

b. Selama masa pemeliharaan, kontraktor diwajibkan untuk :


- Membongkar barak kerja / gudang bahan dan
membersihkannya
- Memperbaiki bangunan – bangunan setempat yang rusak
sehubungan dengan pelaksanaan / kegiatan pekerjaan.
Termasuk lining jembatan, deker / gorong – gorong yang
rusak akibat kendaraan – kendaraan kontraktor selama
pelaksanaan pekerjaan.
- Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan /
diperbantukan dikembalikan setelah diservice / diperbaiki
sebagaimana keadaan pada waktu penyerahan dari proyek.

c. Pembersihan dan pembuangan lumpur / sampah / pasir bawaan


- Yang dimaksud dengan item ini adalah pembersihan
sampah / lumpur / pasir yang terbawa aliran air setelah
dilaksanakan pekerjaan pembersihan sebelumnya baik pada

Spesifikasi Teknis 28 | 30
saluran maupun sungai. Hal ini harus dilengkapi data
pendukung / photo dan atas sepengetahuan direksi. Hasil
pembersihan ( tanah / pasir) yang kualitasnya baik dapat
digunakan untuk timbunan atas persetujuan direksi.

10. PERSYARATAN LAINNYA

Untuk produsen Pendukung / yang memproduksi paving stone blok,


kansteen dan beton precast, wajib memenuhi persyaratan, sebagai berikut :
- Mempunyai manajemen mutu ISO 9001:2015 ( Sistem
Managemen Mutu ), OHSAS 18001:2007 ( Sistem Managemen
Lingkungan ), dan ISO 14001:2015 ( Keselamatan Kerja ) yang
mendapat sertifikasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) sesuai
dukungan.
- Mempunyai gedung beratap dan tertutup untuk tempat produksi
agar produk tersebut terlindungi dari cuaca panas dan hujan
sebelum masa kirim sehingga bisa terjamin kwalitasnya.
- Mempunyai area stock sendiri sesuai dengan kebutuhan guna
menjaga ketersediaan stock produk dengan jumlah stok material
adalah minimal 20% dari total dukungan. Mempunyai Batching
Plant sebagai sarana pencampuran adonan beton sesuai kapasitas
dukungan.
- Mempunyai peralatan Lab sendiri dan harus terkalibrasi Komite
Akreditasi Nasional (KAN) sebagai berikut:
a. Compressive Machine
Dengan adanya alat tersebut kita bisa mengontrol mutu beton
yang dipakai sehingga mutu beton bisa sesuai dengan yang
diisyaratkan.
b. Concrete Cube Mold/Concrete Cilinder Mould
Untuk pengambilan sample kubus/cylinder untuk mengetahui
compressive strength pada umur 7, 14, 28 hari.
c. Peralatan Slump Test Set

- Wajib memberikan garansi produk selama umur kontruksi yang


ditetapkan sesuai dengan spesifikasi dan mutu yang diberikan pada
dukungan.
- Kontraktor wajib mengundang pengguna jasa dan konsultan
supervisi untuk kunjungan pabrik yang mendukung penyedia jasa
dengan ketentuan:
a. Mengecek kesiapan pabrik dalam mendukung penyedia jasa
konstruksi.
b. Membuat kesepakatan, jadwal produksi, dan pengiriman.
c. Mengevaluasi kapasitas dan kwalitas produksi.
d. Menguji kuat tekan Paving Block pada Laboratorium
Independent yang telah terakreditasi Komite Akreditasi
Nasional (KAN).
e. Menguji kuat tarik besi tulangan yang digunakan pada produk
di Laboratorium Independent yang telah terakreditasi
Komite Akreditasi Nasional (KAN)
- Memiliki dan melampirkan kartu Keanggotaan BPJS
Ketenagakerjaan Perusahaan.
- Koofisien dalam daftar analisa harga satuan bersifat mengikat dan
tidak dapat diubah.

Spesifikasi Teknis 29 | 30
11. PENUTUP.

- Hal – hal yang belum jelas disebutkan dalam Rencana Kerja dan
syarat-syarat ini, akan disampaikan dan dijelaskan dalam Berita
Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing). Pemborong harus
membuat gambar As Built Drawing sebanyak 5 (lima) exemplar
yang telah disetujui oleh Direksi dan Pengguna Jasa. Dalam
gambar as built drawing tersebut dicantumkan pula tabel
mengenai spesifikasi material yang dipakai, baik material dasar
maupun material finishing.

Mangupura, 2020

Dibuat Oleh :
Konsultan Perencana
CV. TIARA BALI UTAMA

Ir. I Ketut Andhika, S.T


Direktur

Ditetapkan Oleh ;

Pejabat Pembuat Komitmen Jabatan


Fungsional Teknik Tata Bangunan &
Perumahan

Pande Made Agus Darmendra,


Spesifikasi 30 | 30
ST,MM
Teknis
Pembina
NIP. 19800808 200501 1 015

Anda mungkin juga menyukai