Anda di halaman 1dari 17

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN : PENYEDIAAN SARANA PRASARANA AIR BERSIH ………………………………… DI


…………………

Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca dan dimengerti bersama –
sama dengan gambar-gambar rencana, yang keduanya menguraikan tentang pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor. Identitas pekerjaan seperti peta lokasi, tempat
pekerjaan dilaksanakan dijelaskan dalam gambar rencana. Lingkup dan item pekerjaan
selengkapnya akan uraikan dalam daftar quantity pekerjaan, sedangkan uraian teknis
pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Penyerahan Lapangan
Sebelum memulai kegiatan, Kontraktor harus sudah menerima surat/berita acara
penyerahan lapangan dari Pemberi Tugas.

1.2 Perijinan
Bila ada sebagian atau seluruhnya pekerjaan yang harus memerlukan perijinan dari
instansi yang berwenang, maka Kontraktor harus sudah memiliki perijinan yang dimaksud
sebelum memulai bagian dari pekerjaan tersebut. Kontraktor tidak diperkenankan
memulai kegiatan sebelum memegang perijinan yang dimaksud. Segala biaya yang
dikeluarkan untuk mengurus perijinan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.3 Penyediaan Fasilitas Penunjang Pekerjaan


Semua keperluan fasilitas penunjang pekerjaan seperti listrik, air bersih dan lainnya yang
dibutuhkan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.4 Mobilisasi Peralatan dan Material


Semua peralatan kerja yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus sudah dipersiapkan
oleh Kontraktor. Peralatan tersebut harus dalam kondisi baik dan laik pakai. Jika dalam
masa pelaksanaan pekerjaan, peralatan mengalami kerusakan/tidak bisa dipergunakan,
Kontraktor harus segera menyiapkan peralatan pengganti yang baru yang laik pakai.
Penempatan material di areal site harus dikonsultasikan dengan Direksi Tenis, agar tidak
mengganggu pekerjaan selama proses pekerjaan berlangsung. Kontraktor harus sudah
menghitung biaya mobilisasi material sampai ke tempat lokasi pekerjaan sesuai dengan
tingkat kesulitannya.

1.5 Contoh – Contoh Material


Contoh – contoh material yang akan dipakai harus diajukan lebih awal oleh Kontraktor,
mengacu pada spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Contoh-contoh material yang telah
disetujui oleh Direksi Teknis, dituangkan dalam lembaran persetujuan material.

1.6 Pengukuran
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali dengan
teliti elevasi dasar galian, permukaan tanah, ketinggian tanggul dan jalan atau elevasi
lainnya sesuai permintaan Direksi. Semua pengukuran kembali harus dikaitkan terhadap
titik tetap yang terdekat. Alat – alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan
berfungsi baik dan sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya maupun kondisinya. Alat – alat yang
dipergunakan adalah waterpass lengkap dengan statip dan rambu – rambunya, theodolite
lengkap dengan instruksi Direksi. Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran, toleransi,
dan pembuatan serta pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh Direksi. Ukuran –
ukuran pokok dari pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. Ukuran
– ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan
kepada Pengawas Lapangan. Apabila dianggap perlu, Direksi berhak memerintahkan
kepada Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian pekerjaan.
Apabila timbul keragu – raguan dari pihak Kontraktor dalam menginterpretasi angka –
angka elevasi dalam gambar maka hal ini harus dilaporkan kepada Direksi untuk
dimintakan penjelasannya. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka
pengukuran ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab
penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil – peil dan ukuran dalam gambar
dan uraian / syarat – syarat pelaksanaan itu. Pembuatan dan pemasangan papan dasar
pelaksanaan (bouwplank) termasuk pekerjaan Kontraktor dan harus dibuat dari kayu jenis
meranti kelas II yang tidak berubah oleh cuaca. Pemasangannya harus kuat dan permukaan
atasnya rata dan sifatnya datar (waterpass). Semua ketetapan pekerjaan pengukuran, baik
ukuran panjang maupun sudut harus terjamin kebenarannya. Pengukuran sudut siku – siku
dengan prisma atau benang hanya dibenarkan untuk bagian – bagian kecil dari pekerjaan
dan mendapat persetujuan Direksi. Kekeliruan dari hasil pengukuran, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

1.7 Gambar-gambar Kerja


Sebelum mengerjakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat Gambar-gambar kerja ( shop
drawing ) yang acuannya dari Gambar Rencana yang terakhir. Jika terdapat perbedaan
antara gambar kerja dengan keadaan sebenarnya di lapangan, maka yang dilaksanakan
adalah keputusan yang diberikan oleh Direksi. Selanjutnya Kontraktor wajib melakukan
penggambaran kembali tapak proyek sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan.Pada
keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar rencana, kontraktor harus mengajukan 3
(tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang dipatok. Direksi akan membubuhkan
tanda tangan persetujuan atau pendapat / revisi pada satu lembar gambar tersebut dan
mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah diperbaiki, kontraktor harus mengajukan
kembali gambar yang Direksi diminta untuk direvisi. Gambar tersebut harus digambar
kembali diatas kertas A3 dan setelah disetujui oleh Direksi, maka Kontraktor akan
menyerahkan kepada Direksi gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil rekamannya.

1.8 Papan Nama Proyek.


Papan nama kegiatan dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam dalam tanah dengan
ketinggian 1,5 meter. Ukuran Papan Nama Proyek adalah 80 x 120 cm, terbuat dari bahan
multiplek tebal 9 mm, dicat dasar warna putih, tulisan warna biru, besar huruf
disesuaikan.
Letak pemasangan Papan Nama pada lokasi proyek dan Redaksi Papan Nama akan
ditentukan kemudian dengan Direksi Teknis.

1.9 Administrasi dan Dokumentasi.


Kontraktor harus menyiapkan administrasi pelaksanaan pekerjaan antara lain : Request,
laporan harian pelaksanaan, laporan mingguan, prestasi fisik pekerjaan, Time schedule
pekerjaan dan foto-foto kemajuan pekerjaan dibuat sesuai dengan laporan prestasi
pekerjaan, sekurang-kurangnya pada saat dilakukan opname kemajuan pekerjaan.
Yang tidak termasuk pekerjaan persiapan akan tetapi Kontraktor wajib menyiapkan dan
menyediakan adalah :
a. Pagar pengaman

Kontraktor wajib membuat pagar pengaman di sekeliling areal site, dengan menggunakan
seng atau gedeg atau bahan lainnya dengan ketinggian minimal 2 meter. Penempatan
pagar pengaman supaya dikoordinasikan dengan pihak Direksi Teknis.
b. Kantor Direksi dengan luas 40 m2 (atau disesuaikan dengan kondisi yang
memungkinkan di lapangan) untuk kegiatan/ruang kerja Direksi Teknis/pengawas, rapat-
rapat rutin lapangan dan lain-lain, dengan perlengkapan sebagai berikut :
Meja rapat lengkap kursi untuk lebih kurang 15 orang.
2 stel meja tulis dan tempat duduk.
Almari/Rak penyimpan alat-alat Kantor/pengawasan.
Papan tulis/white board ukuran 90 x 120 cm.
Sepatu karet dan helm proyek.
Kotak P3K beserta isinya

Kantor Direksi harus terang, aman dan nyaman, serta selalu terjaga kebersihannya.
Penempatan /lokasi dari kantor Direksi harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Teknis.

c. Kantor Kontraktor, Gudang bahan dan los kerja luasnya disesuaikan dengan kebutuhan
dan keamanan kerja para pekerja serta terlindungnya bahan bangunan dari cuaca dan
hujan.
d. WC darurat untuk Direksi, Kontraktor dan pekerja secukupnya serta tersedia cukup air
dan terjamin kebersihannya.
e. Kantor direksi, kantor Kontraktor/Los Kerja serta wc darurat setelah selesainya
pekerjaan adalah milik Kontraktor dan segera harus dibersihkan dari tempat pekerjaan.

2. ACUAN NORMATIF
Dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memahami, mengikuti semua persyaratan
yang ditentukan dalam rencana kerja dan syarat-syarat termasuk standar material yang
akan dipakai yang mengacu pada SNI ( Standar Nasional Indonesia, SII ( Standar Industri
Indonesia ). Jika spesifikasi material yang disaratkan belum ada dalam standar SNI dan SII,
maka dapat dipakai standar lain yang lebih tinggi kualitasnya dari standar Nasional diatas
antara lain:
ISO : International Organization for Standardization
JIS : Japanese Industrial Standart
BS : British Standart
DIN : Deutsche Industrie Norm
AWWA : American Water Works Association
ASTM : American Society for Testing and Materials
ANSI : American National Standard Institute
AS : Australian Standard
AWS : American Welding Society
dan standar standar lainnya yang telah mendapat persetujuan dari Direksi.

3. RAMBU–RAMBU KESELAMATAN KERJA


a. Bila diperlukan sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya pekerjaan, Kontraktor
diwajibkan untuk memasang tanda – tanda pengaman lalu lintas dengan ketentuan
sebagai berikut : Semua papan – papan dan tanda – tanda perhatian harus dibuat dari
papan Kayu Kelas II tebal minimum 3 mm dengan warna dasar kuning dan Penunjuk
Pengaman Lalu Lintas dengan warna hitam dengan ukuran sesuai petunjuk direksi.
b. Pada malam hari ditempat – tempat yang berbahaya bagi yang lewat harus dipasang
lampu merah yang cukup jelas dan terang menurut petunjuk Direksi untuk
menghindari terjadinya kecelakaan.
c. Penempatan alat – alat dan bahan – bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari
harus juga diberi seperti lampu merah atau tanda – tanda yang sifatnya membantu
keamanan jalannya lalu lintas.
d. Menutup lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada persetujuan
tertulis dari Direksi.
e. Kontraktor harus menjaga jangan sampai lalulintas macet dan Kontraktor harus
menyediakan orang untuk mengatur lalu lintas jalannya bila diperlukan Kontraktor
harus menyediakan pesawat HT untuk mempermudah sistem pengaturannya.
f. Penetapan alat – alat dan bahan – bahan diusahakan sedapat mungkin tidak
mengganggu lalu lintas. Bila karena terpaksa bahan – bahan harus dituangkan di tepi
jalan, dengan tidak mengganggu lalu lintas selambat – lambatnya dalam waktu satu
kali 24 jam sesudah penurunan bahan – bahan harus sudah dipindah ketempat
penyimpanannya.
g. Setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian kontraktor memberi pengaman
seperti tersebut diatas, sepenuhnya adalah tanggung jawab Kontraktor.

4. PEKERJAAN GALIAN PIPA


a. Sebelum pekerjaan Penggalian Badan jalan dimulai, Kontraktor harus menyelesaikan
perijinan untuk penggalian pada Dinas Bina Marga Kota Sawahlunto. Segala biaya
pengurusan ijin galian menjadi tanggungan Kontraktor.
b. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan, penumpukan
tanah biasa, batu atau material lain yang diperlukan untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam kontrak ini.
c. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan dasar galian saluran pipa,
seluruh galian dapat merupakan salah satu dari : Galian tanah biasa, Galian batu
karang / tanah keras, Pembuangan sisa galian ke luar lokasi dengan kendaraan

5. JAMINAN KESELAMATAN PEKERJAAN GALIAN


a. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan
pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk sekitar.
b. Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainnya berada dalam galian yang
mengharuskan kepala mereka berada di permukaan tanah, Kontraktor harus
menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya
memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan galian cadangan
(yang belum terpakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja
galian.
c. Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah pekerja
atau orang lainnya terjatuh kedalamannya, dan setiap galian terbuka pada badan
jalan atau bahu harus ditambah dengan rambu pada malam hari dengan drum dicat
putih (atau yang serupa) Ketentuan pengaturan dan pengendalian lalu lintas selama
pelaksanaan konstruksi harus diterapkan pada seluruh galian dalam daerah milik jalan.

6. PERBAIKAN DARI PEKERJAAN GALIAN YANG TAK MEMUASKAN


a. Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi dimensi diatas harus diperbaiki oleh
Kontraktor. Bahan yang berlebih harus dibuang dengan penggalian lebih lanjut.
b. Daerah dimana telah tergali lebih atau daerah retak atau lepas, harus diurug kembali
dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti yang diperintahkan
Direksi.
c. Pekerjaan galian yang terlalu lebar dari batas daerah yang ditentukan dan dapat
menyebabkan longsor, harus segera diurug kembali dengan urugan dari bahan – bahan
terpilih atau lapis pondasi agregat, yang sesuai dengan pengarahan Direksi Teknik.

7. PROSEDUR PENGGALIAN
a. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pemasangan pipa dan peralatannya serta
bangunan pelengkap yang termasuk dalam pekerjaan ini.
b. Pekerjaan galian dan pembuatan parit galian hendaknya dilakukan dengan cara-cara
yang layak, aman dan tepat untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan timbulnya
bahaya bagi keselamatan manusia dan kerusakan bangunan atau instalasi yang ada.
Segala hal yang diakibatkan oleh pekerjaan penggalian dan pembuatan parit galian,
menjadi tanggung jawab rekanan.
c. Pekerjaan penggalian dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pipa
dapat dipasang dengan posisi yang baik dan aman. Penggalian harus bertahap sesuai
dengan perkiraan jumlah pipa yang dapat dipasang untuk setiap harinya dan mengikuti
petunjuk Direksi Proyek.
d. Pekerjaan penggalian tanah untuk parit pemasangan pipa harus segera diikuti dengan
pelaksanaan pemasangan pipa dan perlengkapannya, serta diikuti pula dengan
penimbunan/pengurugan kembali dengan segera.
e. Parit galian yang masih terbuka harus dijaga sehingga effisiensi pekerjaan dan
keselamatan pekerja serta masyarakat dapat terjamin.
f. Bila dijumpai adanya sarana-sarana atau instalasi diatas permukaan tanah atau
dibawah tanah, maka harus diadakan pengamanan terhadapnya agar tidak terjadi
kerusakan sebagai akibat pekerjaan rekanan. Perbaikan atas kerusakan yang terjadi
sebagai akibat pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab rekanan.

8. LEBAR DAN KEDALAMAN PARIT GALIAN.


a. Tempat galian, lebar dan kedalaman minimum untuk pemasangan pipa berikut
perlengkapannya serta bangunan-bangunan yang nyata-nyata termasuk dalam
pekerjaan ini harus dibuat sesuai dengan gambar kerja (gambar situasi, profil
memanjang, profil melintang dan potongan ).
b. Patokan /pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari atas pipa
sampai permukaan jalan/ tanah asal, ditambah diameter luar pipa dan tebal lapisan
pasir dibawah pipa.
c. Parit pipa harus digali dengan kedalaman yang dikehendaki sehingga terdapat
pembebanan yang merata dan menerus pada dasar galian (yang tidak terganggu antara
dua sambungan pipa).
d. Kedalaman galian hendaknya selalu diperiksa untuk mendapatkan kedalaman jalur
pipa yang tepat.
e. Bila tidak dinyatakan lain, lebar parit galian disesuaikan dengan besarnya pipa yang
akan dipasang dan lebar galian tersebut harus menjamin pekerjaan penyambungan
pipa dengan baik sehungga kebocoran-kebocoran pada sambungan dapat di hindarkan.
Bila perlu lebar galian diperbesar untuk memudahkan penempatan alat-alat
penyangga dan sebagainya.
f. Parit dan tempat sambungan atau peralatan pipa hendaknya digali hingga didapatkan
suatu lebar yang cukup untuk ruang kerja, pemasangan, penyambungan, penanaman
maupun pekerjaan konstruksi.
g. Bila pada bagian parit pipa terdapat galian-galian berlumpur atau penggalian terlalu
dalam maka dapat diurug dengan pasir ataupun diurug dengan bahan-bahan lainnya
yang disetujui oleh Direksi Proyek.
h. Batu-batu dengan diameter lebih besar dari 40 mm harus dibuang dari parit galian.
i. Dasar parit galian hendaknya rata, rapat, terkonsolidasi dan digali pada kedalaman
yang tepat untuk meletakan pipa, serta harus bebas dari lumpur dan tetap rata bila
diinjak kaki para pekerja. Dasar parit yang sebelumnya padat tapi menjadi lunak
bagian atasnya akibat pelaksanaan pekerjaan hendaknya diperkuat dengan satu atau
lebih lapisan batu pecah atau kerikil. Lapisan lumpur atau tanah lunak pada dasar
parit tidak boleh lebih tebal dari 1,25 cm.
j. Apabila ternyata didalam pelaksanaan penggalian terjadi kelongsoran-kelongsoran dan
keruntuhan-keruntuhan terus menerus yang mengganggu, haruslah diadakan konstruksi
penguat (dari turap kayu atau lainnya) agar terjamin keselamatan dan keamanan
pekerja, effisien kerja, struktur dan fasilitas lain yang ada.
k. Penerapan hendaknya direncanakan dan dibuat untuk menahan semua beban dan
muatan yang mungkin timbul akibat pergerakan tanah atau tekanan. Konstruksi
penguat ini hendaknya kaku hingga tidak terjadi perubahan bentuk dan posisi dalam
keadaan apapun. Biaya yang mungkin timbul akibat adanya konstruksi penguat
tersebut harus sudah diperhitungkan dalam harga penawaran dan tidak diterima
adanya tuntutan tambahan biaya untuk pekerjaaan ini.
l. Bila pada bagian parit galian ternyata tidak stabil atau dijumpai lapisan-lapisan bekas
sampah ataupun humus, lapisan tersebut harus dibuang. Bila dianggap perlu, direksi
proyek dapat memerintahkan untuk memindahkan tanah pada lokasi galian dan
mengisi kembali dengan bahan-bahan yang sesuai.
m. Pada tempat – tempat parit galian yang mudah longsor harus diberi turap pengaman.
n. Setiap galian hendaknya dijaga tetap kering sampai konstruksi yang harus dibangun
atau pipa yang harus dipasang selesai dilaksanakan.
o. Apabila juga ternyata bahwa didalam galian dijumpai air yang mengganggu
pengeringan, maka rekanan harus menyediakan pompa atau peralatan lain untuk
pengeringan. Biaya yang ditimbulkan akibat pekerjaan pengeringan tersebut berikut
pompa dan peralatannya adalah tanggungan rekanan.
p. Semua penggalian untuk struktur beton dan parit yang diperdalam hingga mencapai
atau dibawah elevasi statik, hendaknya dikeringkan dengan menurunkan permukaan
air tanah sampai jarak tidak kurang 30 cm dibawah dasar galian.
q. Air permukaan hendaknya dipintaskan atau dengan cara-cara lain, dicegah tidak
memasuki daerah pemaritan sejauh mungkin tanpa mengakibatkan kerusakan-
kerusakan pada tanah milik sekitarnya, dan biaya yang timbul untuk pekerjaan ini
merupakan tanggung jawab rekanan.

9. PEMBUANGAN SISA GALIAN KELUAR LOKASI DENGAN KENDARAAN


Untuk keperluan pengangkutan jauh keluar lokasi kerja dengan alat angkut yang memadai.
Alat angkut dan operatornya disediakan oleh kontraktor. Penempatan material tersebut
pada tempat yang aman atas persetujuan Direksi.

10. PEKERJAAN URUGAN


a. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi urugan, untuk pengurugan
kembali galian pipa atau struktur dan untuk urugan umum yang diperlukan untuk
membuat bentuk dimensi timbunan antara lain ketinggian yang sesuai persyaratan
atau penampang melintangnya.
b. Urugan yang dicakup oleh ketentuan ini merupakan urugan pilihan yaitu urugan dari
berbagai material sesuai yang ditentukan.Pekerjaan Urugan / Timbunan yang
dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan seluruh Urugan / Timbunan Adalah :
Urugan Pasir
Urugan Tanah dipilih dan Pemadatan
Urugan Agregat A dan pemadatan

11. URUGAN PASIR


a. Urugan pasir dipergunakan pada dasar galian pipa dan diatas pipa sesuai gambar
rencana.
b. Bahan urugan adalah pasir urug yang bebas dari kotoran dan biji – bijian yang tumbuh
sesuai kebutuhan.
c. Pemadatan urugan pasir lapis demi lapis dengan penyiraman seperlunya.
d. Pengukuran ketebalan urugan pasir dilakukan setelah urugan pasir benar – benar
padat.

12. URUGAN TANAH KEMBALI DAN PEMADATAN


Pekerjaan urugan ini mencakup pengangkutan dan penghamparan dari tanah pilihan pada
lubang – lubang galian pipa yang telah disiapkan, dengan pemadatan lapis demi lapis
setiap 15 cm dengan menggunakan stamper atau hand press sampai tercapai dimensi
urugan yang dikehendaki.
13. URUGAN AGREGAT A
a. Diatas urugan tanah dipilih, diurug kembali dengan lapis pondasi dari agregat A yang
merupakan bahan urugan campuran dari material batu pecah dari ukuran 3-5 cm, 2-3 cm,
1-2 cm, 0.5 – 1 cm serta bagian bahan timbunan.
b. Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak lebih dari 20 cm.
c. Setelah selesai pemadatan, agregat harus dites kepadatannya agar sesuai dengan
sandart pemadatan. Semua biaya pengetesan menjadi beban kontraktor, walau tidak
masuk dalam penawaran. Urugan tidak boleh dipasang, hampar atau dipadatkan sewaktu
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan.

14. PERBAIKAN DARI URUGAN YANG TAK MEMUASKAN ATAU TIDAK STABIL
a. Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang diisyaratkan atau
disetujui atau toleransi permukaan yang diisyaratkan harus diperbaiki dengan
menggaru permukaan dan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan
yang dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
b. Urugan yang terlalu sering untuk pemadatan, dalam hal kadar airnya kurang
memenuhi persyaratan atau seperti yang diperintahkan Direksi, maka harus
diperbaiki, disusul dengan penyiraman air secukupnya dan dicampur dengan
menggunakan “motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
c. Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain setelah
dipadatkan dalam batasan persyaratan ini biasanya tidak memerlukan pekerjaan
perbaikan asal sifat material dan kerataan masih memenuhi persyaratan spesifikasi
ini.
d. Perbaikan dengan urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau persyaratan sifat
bahan dari spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan direksi dan dapat meliputi
tambahan pemadatan, penggaruan yang disusul dengan pengaturan kadar air dan
pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.

15. SYARAT – SYARAT KHUSUS BAHAN PERPIPAAN


a. Pipa HDPE
Material yang digunakan adalah memenuhi Standard Industri ISO 4427 dan SNI 06-4829-
2005 untuk air minum atau digunakan standard lain yang sama atau lebih baik mutunya.
Pipa HDPE yang ditawarkan harus dapat memikul tekanan kerja minimal sebesar 10 kg/cm2
(10 bar) baik dalam standard SII ataupun standard yang memenuhi persyaratan untuk pipa
air minum.
Pipa HDPE yang harus diadakan adalah pipa HDPE Class PE 100 yang mempunyai hubungan
diameter pipa dan ketebalan pipa (SDR : Standard Dimension Ratio) 17 dan tekanan kerja
minimal 10 bar ( ≥ OD 63 mm), SDR 11 dengan tekanan kerja minimal 16 bar ( OD 25 - 32
mm), dan SDR 9 dengan tekanan kerja minimal 20 bar ( OD 20 mm).
Tabel Dimensi Pipa HDPE
DIAMETER LUAR TEBAL DINDING
(mm) (mm)
20 2,30
25 2,30
32 3,00
63 3,80
90 5,40
110 6,60
125 7,40
140 8,30
160 9,50
180 10,70
200 11,90
225 13,40
b. Pipa GIP
- Semua pipa GIP yang dipakai mempunyai diameter nominal, diameter luar, tebal
dinding harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam uraian ( SNI 07-0039-1987, SII ).
- Pipa GIP yang dipakai adalah kelas Medium A yang tahan terhadap Pengujian Tekanan
Air sebesar 50 Kg/cm2. Sedangkan untuk fittingnya menggunakan CI dan atau Black
Steel (SCH- 40) sesuai keterangan dalam gambar dan dalam daftar Quantity.
- Sambungan pipa GIP yang dipergunakan adalah dengan screw, flange las dan atau
pengelasan, disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dimensi flange dibuat sesuai
standar yang lazim digunakan untuk air minum dan khusus dibuat untuk tahan Pengujian
Tekanan Air 50 Kg/cm2. Harga penawaran yang diajukan sudah termasuk
perlengkapannya, seperti mur, baut, ring dan gasket/karet packing.
- Semua pipa beserta perlengkapan penyambungan adalah dalam kondisi baru dan siap
pakai ( tidak dibenarkan menggunakan barang bekas ).

DIAMETER NOMINAL DIAMETER LUAR TEBAL BERAT


Min
inch Mm Max (mm) mm Kg/m
(mm)
1/2 15 21.4 21.1 2.65 1.22
3/4 20 27.2 26.4 2.65 1.58
1 25 34.2 33.4 3.25 2.44
1¼ 32 42.9 42.1 3.25 3.14
1½ 40 48.8 48.0 3.25 3.61
2 50 60.8 59.8 3.65 5.10
2½ 65 76.6 75.4 3.65 6.51
3 80 89.5 88.1 4.05 8.47
4 100 114.9 113.3 4.05 12.00
5 125 140.6 138.7 4.85 16.20
6 150 166.1 164.1 4.85 19.20

c. Valve dan fitting


- Valve yang akan dipergunakan harus mengikuti salah satu standar yang disetujui oleh
Direksi. Seluruh valve pada badan luar harus tercetak asli dari pabrik dan dicor dengan
huruf timbul yang dapat menunjukkan nama atau merk dagang pembuatnya, tekanan
kerja, class serta diameter nominalnya. Harga penawaran setiap macam valve harus
sudah termasuk dengan kelengkapannya masing-masing seperti bout, mur karet
packing (unit set). Bila kualitas valve yang dipakai meragukan, maka Direksi berhak
merekomendasikan kepada rekanan untuk mengganti dengan jenis serta kualitas yang
telah memenuhi standar dan teruji pemakaiannya. Valve yang ditawarkan adalah
dalam kondisi baru (bukan valve bekas) dan sesuai dengan Tekanan kerja yang diminta
dalam spesifikasi teknis dan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
- Air valve yang dipergunakan harus dapat beroperasi secara otomatis dan mempunyai
tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan tidak terjadi kebocoran bila tekanan
minimum 0,1 bar. Air valve harus dapat berfungsi melepaskan udara selama
pengaliran air dalam pipa, dapat memasukkan udara selama penggelontoran,
melepaskan udara bila udara terjebak dalam pipa, dapat mencegah penutupan yang
dini bila udara sedang dilepaskan serta aman terhadap vacum.

d. Beberapa Standar Valve, fitting pipa dan accessories pipa lainnya yang untuk dijadikan
acuan dalam penawaran antara lain:
Bronze & Brass Valve ( connect srew ) Gate valve, Swing Check valve, Ball valve, Y-
Strainner, Ball Foot valve, etc.
Design : JIS Standard
Class : 125 Lbs, 150 Lbs,
Body : Bronze
Stem : Brass
Disc : Bronze

CI Gate Valve (N.R.S) connect flange


Design : JIS Standard Material
Class : 16 K
Body : FCD-S
Stem : SUS 403
Disc : SUS 403

CI Swing Check Valves (connect Flange )


Design : JIS Standard Material
Class : 10K,16 K
Body : FCD-S
Screen : SUS 304
Plug : SUS 304/S45C

CI Y-Pattern Strainer ( connect flange)


Design : JIS Standard Material
Class : 10K, 16K
Body : FCD-S
Disc : SUS 403

CI Air Valve ( connect srew/flange)


Standar : SCI ( Siam Cast Iron) Air valve
Type : Single small orifice valve ( screwed end & Flange end)
Body & Cover : Cast iron
Orifice & sealing ring : Moulded Synthetic Rubber
Float : ABS ( Acryloitrilile Butadiene Styrene ) /Stainless Steel
Float guide : ABS/Gunmetal/Cast iron

CI Water Meter (connect flange)


Standar : ISO 4064 B
Setara : Bestini
Status : Lulus uji Kalibrasi

Surge/pressure Tank dengan pressure switch


Standart : ISO 9001
Setara : CIMM( 500 liter )
Max Press : 10 Bar
Tes Press : 14,3 Bar

Pressure Reducing Valve(PRV )


Cla Val-Model 90-01 KO (Uses Basic Valve Model 100-01)
Valve size : 3 inchi
Valve and body cover : ASTM A536
Material : Ductile Iron
Flange : ANSI Standart B16.42
Disc retainer
& Diaphragm washer : Cast iron
Trim:Disc guide
Seat & cover bearing :Bronze standart
Disc : Buna N.Rubber
Diaphragm : Nylon Reinforced Buna N.Rubber
Steam nut & spring :Stainless steel

FITTING SCH- 40 ( Tee, Reducer, Bend, Reducer Tee )


Standar specification : ASTM A234
Standar dimension : ASME B16.9
Material : Carbon steel

Steel Pipe Flange


Class : 10 K

CI Giboult Joint
Standart : SII
Class : 10 Bar, 16 Bar 12

16. PEMASANGAN PIPA


a. Umum.
- Pipa, fitting dan perlengkapannya yang akan dipasang, tersimpan digudang
penyimpanan pipa yang disediakan oleh Pemberi Tugas. Pengakutan dari gudang ke
tempat pemasangan menjadi tanggung jawab rekanan termasuk pembiayaannya.
Apabila ternyata dalam pelaksanaan pemasangan pipa, fitting dan perlengkapannya
terdapat kelebihan pipa atau perlengkapannya, rekanan harus mengembalikan ke
gudang/tempat pengumpulan yang ditentukan oleh Direksi Proyek. Biaya untuk
pengembalian pipa dan potongan-potongan pipa dan perlengkapannya tersebut menjadi
tanggungan rekanan.
- Cara-cara pengangkutan, penyambungan dari pipa-pipa dan ketentuan-ketentuan teknis
cara pemasangan akan diberikan petunjuk oleh Direksi Proyek.
- Pipa dan perlengkapan pipa yang telah diserahkan kepada rekanan untuk dilaksanakan
pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang atau rusak. Kerusakan atau
hilang setelah diserahkan kepada rekanan, harus diganti sesuai dengan kualitas/bentuk
aslinya dan biaya yang ditimbulkan akibat penggantian tersebut menjadi tanggungan
rekanan.
- Sebelum dan sesudah dipasang pipa-pipa dan perlengkapannya, harus dijaga
kebersihannya dan diperiksa lagi atas kerusakan dan retak-retak.

b. Pembokaran Sepanjang Jalur Parit Galian.


- Pipa dibongkar sedekat mungkin dengan parit galian dan diletakan setiap interval
panjang pipa sehingga memudahkan penurunan pipa kedalam parit.

c. Menurunkan Pipa Kedalam Parit.


- Pipa yang akan dipasang diturunkan kedalam galian dengan alat-alat khusus yang
disediakan oleh rekanan. Semua pipa, fitting dan perlengkapannya harus diturunkan
dengan hati-hati kedalam parit galian secara satu persatu dengan derek, tali – tali dan
lain-lain alat yang sesuai untuk menghindari dari kerusakan.
- Tali yang digunakan haruslah bersifat lemas dan tidak boleh menggunakan seling baja
atau rantai, karena dapat merusak dan menggores pipa.
- Bila rekanan menggunakan kait untuk mengangkat dan menurunkan pipa, maka ujung
kait ini harus dilindungi karet, untuk menghindari kerusakan pada ujung-ujung pipa dan
inner lining dari pipa baja.
- Bila terjadi kerusakan pada pipa dan perlengkapannya akibat kelalaian rekanan,
rekanan harus mengganti pipa-pipa yang rusak atau memperbaiki kembali (bila masih
dapat diperbaiki) seperti semula dengan persetujuan Direksi Proyek.
- Selama penurunan pipa-pipa harus dihindari terbantingnya atau terbeturnya pipa,
karena dapat menimbulkan pecah atau retak-retak pada pipa dan lapisan cement
liningnya atau kerusakan pada ujung pipa yang akan menyulitkan pemasangan
sambungannya.
d. Pemeriksaan Sebelum pemasangan.
- Semua pipa dan perlengkapan pipa yang akan dipasang serta alat-alat bantu untuk
pemasangan tersebut harus diperiksa dengan cermat dan hati-hati sesaat sebelum pipa-
pipa/perlengkapan pipa tersebut diturunkan pada lokasi yang sebenarnya.
- Bila ada ujung pipa terdapat bengkokan-bengkokan hal tersebut harus dihindarkan, atau
ujung pipa yang bengkok harus dipotong sesuai dengan petunjuk-petunjuk direksi
proyek. Pipa atau fitting yang rusak harus dipisahkan untuk diperiksa oleh Direksi
Proyek.

e. Pembersihan Pipa dan Perlengkapannya.


- Semua pipa yang akan dipasang harus bebas dari segala macam jenis kotoran. Bagian luar
ujung pipa, kopling dan semua bagian sambungan yang akan dipasang harus dicuci terlebih
dahulu sampai bersih sehingga diperoleh sambungn pipa yang stabil dan baik.

f. Pemasangan Pipa.
- Pada pipa-pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai kemasukan segala
macam jenis kotoran umpanya bekas puing-puing, alat-alat, bekas pakaian dan lain-lain
kotoran yang dapat mengganggu kebersihan dn kelancaran aliran air didalam pipa.
- Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam parit galian harus langsung dipasang dan
distel sambungnnya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang disetujui Direksi
Proyek, serta dipadatkan dengan sempurna kecuali pengurugan pada tempat-tempat
sambungan pipa harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh direksi proyek.
Setelah diperiksa dan di setujui Direksi Proyek baru diperbolehkan untuk diurug.
- Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya berhenti, harus ditutup
sehingga kotoran ataupun air buangan tidak masuk kedalam pipa. Cara-cara penutupan
pada ujung pipa tersebut harus disetujui Direksi Proyek.
- Tikungan/belokan (vertikal/horisontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh lebih besar dari yang
diizinkan oleh pabrik pipa yang bersangkutan, untuk itu akan diberikan petunjuk lebih
lanjut oleh Direksi Proyek.
- Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan), harus dilaksanakan dengan
penyambungan bend/elbow yang sesuai, begitu pula untuk percabangan harus dengan
tee atau cross tee (sesuai kebutuhannya).
- Membengkokan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak diperbolehkan
(secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa persetujuan Direksi Proyek.
- Peil dari perletakan pipa serta tinggi terhadap muka jalan/tanah asal harus diperiksa
dengan teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan Direksi Proyek.
- Pada waktu pemasangan pipa serta tingggi terhadap muka jalan/tanah asal harus
diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.
- Untuk pipa yang ditanam waktu pemasangan pipa, parit galian untuk perletakan pipa
harus kering, tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus bersih.
- Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend, dan
sebagainya harus diberi blok-blok penahan ( anker block ) dari beton (K 100).
- Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam kerja,
ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah masuknya
kotoran/benda-benda asing/ air kotor kedalam pipa.
- Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan bebas dari
minyak/oli, ter/aspalt atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
- Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup (didop/plug)
dan diberi beton penahan (K-100).

g. Pemotongan Pipa
- Apabila benar-benar diperlukan, pemotongan pipa dapat dilakukan rekanan dengan
persetujuan Direksi Proyek dan harus dilaksanakan dengan alat yang sesuai/khusus untuk
jenis atau bahan pipa yang dipasang, agar benar-benar terjamin penyambungannya yang
baik sesuai dengan syarat-syarat teknis/petunjuk dari pabrik pipa bersangkutan (misal pipa
baja dengan pemotongan dan snay pipa kemudian dengan alat perapih ujung pipa).Ujung-
ujung bekas pemotongan harus dihaluskan dengan alat-alat yang sesuai misalnya dengan
gurinda.

h. Pemulihan Sarana-Sarana Yang Ada.


- Segala sarana yang perlu disingkirkan akibat penggalian pekerjaan pemasangan pipa,
harus diperbaiki dan dikembalikan seperti keadaan kondisi semula.
- Biaya-biaya yang timbul akibat kerusakan tersebut menjadi tanggung jawab rekanan.

17. PENYAMBUNGAN PIPA.


a. Umum.
- Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk penyambungan pipa dari
pabrik pembuatan pipa dan atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dari direksi proyek.
- Penyambungan pipa yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Pipa baja dengan sambungan Flens
Pipa baja dengan sambungan las
Pipa GIP dengan sambungan shock, flens dan las.
Pipa HDPE dengan sambungan pemanasan menggunakan Butt Fusion dan sambungan
Electrofusion, atau dengan Mechanical Joint.
b. Sabungan Flens.
- Setelah flens pipa sudah bersih permukaannya, kemudian di las dan dipasang bout dengan
putaran secukupnya.
- Baut-baut harus diputar dengan kunci-kunci yang sesuai sehingga dapat menjamin
kesamarataan baut-baut pipa dengan kedudukan flens pipa sehingga terdapat tekanan
yang sama pada seluruh permukaan dari flens.
- Sebelum baut dipasang, semua baut dan mur harus diberi gemuk dengan sempurna.
c. Sambungan Dengan Pengelasan.
- Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar galian perlu
ditambah agar juru las dapat bekerja dengan baik dan posisi pipa dijaga tetap stabil
untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik.
- Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-pipa yang dilas harus
sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang tertentu dari pipa yang dilas, dan
cara penempatan pada posisi yang benar sehingga pada waktu pengelasan dan
penurunan pipa kedalam parit galian, pipa tidak mengalami kerusakan. Dalam hal ini
rekanan terlebih dahulu harus meminta persetujuan dari Direksi Proyek.
- Semua sambungan pipa yang sudah dilas dites. Pengetesan dilaksanakan dengan cara-
cara yang disetujui Direksi Proyek.
- Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dalam bidangnya
dan mempunyai sertifikat keahlian dalam bidang ini. Bila Direksi proyek meminta,
maka sertifikat ini harus diberikan.
- Kawat las yang dipergunakan untuk pipa baja adalah jenis JISz 3211 atau semutu dan
disetujui Direksi Proyek.Kawat las yang lembab tidak dapat dipakai dan kadar
kelembaban harus kurang dari 2,5 % untuk kawat yang dapat memancarkan sinar
(cahaya) dan 0,5 % untuk kawat yang mengandung Zat air yang rendah.
- Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui Direksi Proyek.
- Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan luar (coating) pipa dipasang kembali
seperti semula dengan cara-cara menurut petunjuk dan peraturan-peraturan pabrik
membuat pipa.
- Untuk pipa baja diameter 500 mm kebawah, pembersihan dan perbaikan kembali
hanya lapisan bagian luar (coating) saja.
- Semua sambungan las harus dicat dengan cat dasar anti karat synchromate setara
produksi Kansai Paint minimum 2 lapis, kemudian di cat akhir minimum 2 lapis dengan
cat besi yang tahan terhadap karat, dan dibalut dengan rapi.

d. Sambungan pipa HDPE


Untuk penyambungan pipa HDPE dengan pipa jenis lain (PVC, GIP) telah disiapkan fitting
khusus sperti Stub Plange.
Penyambungan pipa HDPE dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan Butt Fusion dan
sambungan Electrofusion, atau dengan Mechanical Joint.

Peralatan Penyambungan
a. Generator digunakan untuk mengalirkan daya listrik kepada plat pemanas, pemotong
dan pompa hidrolik.
b. Mesin butt-fusion dilengkapi dengan pengencang pipa, pemotong atau penyayat, plat
pemanas, pompa hidrolik dan pengatur waktu.
c. Roda penyangga pipa
d. Tenda pengelasan
e. Cleaning material, lint free cotton cloth or paper towel.
f. Bead gauge
g. Digital thermometer with surface probe to check heater plate
h. Pipe and covers
i. Baseboard
j. Pipe cutters
k. Air temperature thermometer
l. Indelible marker pen
m. Timer
n. Alat pembersih, kain katun atau handuk kertas (tissue).
o. Alat ukur sambungan
p. Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas
q. Pipa dan penutupnya
r. Papan landasan
s. Pemotong pipa
t. Thermometer temperatur udara
u. Spidol putih
v. Alat pencatat waktu

Metode Penyambungan
Pemeriksaan awal
Sebelum penyambungan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
a. Adanya bahan bakar yang cukup di generator dan dalam keadaan benar-benar
berfungsi sebelum dihubungkan ke mesin.
b. Perlengkapan mesin dan pompa berfungsi dengan baik.
c. Plat pemanas dalam keadaan bersih dan lakukan pembersihan apabila sebelumnya
sudah digunakan.
d. Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan dilakukan.
e. Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
f. Anda harus mengetahui langkah-langkah penyambungan yang benar dan pipa yang
akan disambung.
g. Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungkan plat pada sumber listrik
dan biarkan selama 20 menit pada kondisi temperatur yang disarankan).
h. Periksa dan pastikan bahwa pipa-pipa dan atau fitting yang akan disambung
mempunyai ukuran diameter, SDR dan bahan yang sama.
Prosedur Penyambungan
a. Tempatkan pipa pada penjepit (clamp) dimana ujung pipa berhadapan dengan plat
pemotong dalam posisi lurus.
b. Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
c. Kencangkan penjepit (clamp) untuk memegang dan membulatkan kembali pipa.
d. Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat oleh masuknya udara
ke bagian dalam pipa.
e. Nyalakan alat pemotong dan geserkan penjepit pipa secara perlahan sehingga ujung
pipa tepat berhadapan dengannya sampai terjadinya pemotongan permukaan pipa
yang kontinyu.
f. Jaga agar alat pemotong tetap menyala sementara penjepit (clamp) dibuka untuk
menghindari terjadinya pemotongan permukaan yang tidak rata.
g. Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan bersinggungan dengan permukaan pipa
h. Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa dan dilarang menyentuh permukaan yang
sudah dipersiapkan.
i. Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata. Jika tidak, ulangi proses pemotongan.
j. Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara permukaan potongan.
k. Buka dan kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang dibutuhkan untuk
menggerakkan pipa bersama-sama secara hidrolik. Tekanan tarik adalah ukuran
tekanan minimal yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya gesek akibat tarikan kerja
mesin dan berat pipa/fitting yang sedang disambung. Tekanan tarik (kPa) harus
diperkirakan secara tepat sebelum pembuatan sambungan dan harus ditambahkan
tekanan ram dasar yang ditunjukkan pada mesin. (Apabila yang digunakan mesin
adalah otomatis, maka pekerjaan ini akan terlaksana secara otomatis)
l. Pindahkan lempengan pemanas dari tempat pelindungnya. Periksa bahwa plat
tersebut bersih dan baik suhunya.
m. Tempatkan alat pemanas pada mesin dan tutup klem supaya bagian permukaan yang
akan disambung menyentuh lempengan. Gunakan sistem hidrolik dengan menggunakan
tekanan yang ditentukan sebelumnya.
n. Setelah lelehan awal muncul, tekanan pada sistem hidrolik harus dilepas supaya
pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik sedemikian sampai pertumbuhan
lelehan terkontrol selama waktu pemanasan. Periksa agar posisi pipa diklem pipa
tidak bergeser dan ujung pipa harus di jaga agar tetap kontak dengan plat pemanas.
o. Setelah pemanasan selesai, buka klem dan pindahkan plat pemanas, pastikan bahwa
plat tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
p. Segera tutup klem (dengan 8 – 10 detik dari pemindahan plat) dan rekatkan
permukaan yang sudah meleleh bersama pada tekanan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
q. Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal sampai yang
diindikasikan pada tabel
r. Setelah itu pipa yang disambung dapat dipindahkan dari mesin tetapi tidak boleh
dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu pendinginan di atas.
s. Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragamannya dan cek bahwa lelehan
sesuai dengan batasan yang ditentukan.

18. PEMASANGAN VALVE COVER.


a. Tempat Pemasangan.
- Lokasi pemasangan valve cover sesuai dengan gambar atau sesuai petunjuk Direksi Proyek
- Selubung valve menggunakan pipa PVC S-10 Dia. 200 mm
b. Beton Path box.
- Path box tidak boleh meneruskan goncangan atau tekanan kepada valve jadi
pemasangannya harus tepat dan lurus diatas valve. Penutup dari box tingginya harus sama
dengan permukaan jalan/tanah yang ada, atau memenuhi level dan ketinggian yang
ditentukan oleh Direksi Proyek.
19. PERLINTASAN PIPA.
a. Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan saluran air kotor, seperti yang
terlihat dalam gambar. Rekanan hendaknya mendapatkan izin-izin yang diperlukan
untuk membuat bangunan perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi
tanggung jawab rekanan.
b. untuk pipa-pipa yang melintasi saluran, harus dibuat konstruksi khusus seperti terlihat
pada gambar rencana. Pipa yang digunakan untuk perlintasan ini adalah pipa baja.

20. PENGETESAN PIPA.


a. Umum.
- Pipa yang telah dipasang harus ditest diuji/pada setiap sambungannya untuk diketahui
apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan sempurna.
- Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan oleh direksi
proyek. Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila hasil pengetesan belum
mendapat persetujuan direksi proyek.
- Bila tidak ditentukan lain, maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pengetesan
ini menjadi tanggung jawab rekanan.
- Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang
pipa, dengan panjang pipa untuk tiap kali pengetesan tidak lebih dari 500 m.
- Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal 12.5 atmosfir atau satu kali
tekanan kerja pipa, dan apabila selama 1(satu) jam tekanan tidak berubah atau turun,
test dinyatakan berhasil dan dapat diterima.
- Pengetesan dapat dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:
Hydrostatic pressure test.
Leakage test.
b. Hydrostatic Pressure Test.
- Setelah pipa dipasang dan sebagian telah di urug, pada pipa tersebut harus dilakukan
pengujian hidrostatis (Hydrostatic pressure test)
- Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini disedikan oleh rekanan, cara-cara
pelaksanaan pengujian harus mendapat persetujuan Direksi proyek.
- Sebelum dilaksanakan pengujian semua udara harus dikeluarkan dari dalam pipa dengan
cara mengisi pipa dengam air sampai penuh. Bila pada jalur pipa yang diuji tidak
terdapat valve pembuangan udara (air valve) rekanan dapat memasang kran pembuang
udara pada tempat yang disetujui direksi proyek. Setelah udara habis terbuang dari
dalam pipa, keran pembuang udara dapat ditutup rapat-rapat dan kemudian pengujian
dapat dilakukan.
- Saat-saat dilaksanakan pengujian, semua keran-keran harus dalam keadaan
tertutup.Lama pengujian dilaksanakan minimum 60 menit.
- Pada waktu pengujian, semua sambungan pipa, fitting maupun perlengkapan lainnya
harus diuji/dites pada galian parit yang terbuka (belum diurug). Bila kelihatan ada
kebocoran-kebocoran pada sambungan-sambungan tersebut maka sambungan tersebut
harus diperbaiki sehingga tidak terdapat kebocoran pada tempat sambungan tersebut.
c. Pengujian Kebocoran (Leakage test)
- Pengujian kebocoran harus dilaksanakan setelah pengujian tekanan hidrostatis selesai
dilaksanakan dan disetujui direksi proyek.Rekanan harus mempersiapkan semua peralatan-
peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pengujian kebocoran.Lamanya pengujian
untuk tiap-tiap kali pengujian adalah 2 jam dan selama pengujian, pipa-pipa harus tetap
menunjukan tekanan normal. Hasil pengujian dianggap baik dan akan disetujui direksi
proyek bila memenuhi standar pengujian kerbocoran pada sambungan-sambungan pipa
sampai hasil pengujian kebocoran memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

21. PENGURASAN PIPA.


Rekanan harus mencuci semua pipa yang sudah selesai dipasang.
Air yang dipakai untuk mencuci pipa tersebut adalah air bersih ( portable) yang di setujui
direksi proyek. Pengurasan dilaksanakan mulai dari hulu pipa yang sudah dipasang dan
dibuang kesaluran-saluran drainage, secara berangsur-angsur segala kotoran-kotoran yang
aada didalam pipa dibersihkan.

22. DESINFEKSI.
a. Semua pipa pipa terpasang dan dikuras, semua pipa-pipa tersebut seluruhnya di
desinfeksi oleh rekanan. Pekerjaan desinfeksi tidak dapat dilaksanakan tanpa ada
persetujuan dari direksi proyek.
b. Air dan bahan-bahan kimia yang dipakai untuk desinfeksi menjadi tanggung jawab
rekanan.
c. Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yang dicampur dengan chloor
sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa.Setelah 24 jam sisa chloor lebih dari 5 mg/liter
berarti pekerjaan desinfeksi tersebut sudah memenuhi persyaratan.
d. Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukan sisa chloor kurang dari 5 mg/liter,
maka chloor harus ditambah dan dicampur dan selanjutnya ditunggu selama 24 jam
lagi dan pemeriksaan dilakukan kembali. Demikian seterusnya sampai sisa chloor lebih
dari 5 mg/liter.

23. PENGECATAN PIPA.


a. Semua pipa baja yang terbuka terhadap udara, harus diberi dua lapisan cat dasar
setelah dipermukaan pipa terlebih dahulu dibersihkan dan sudah kering.
b. Semua bagian-bagian besi baja yang terdapat pada jembatan pipa seperti pipa
support, klem pipa anchor dan lain-lain harus pula dicat.Semua sambungan pipa baja
yang dilas, setelah selesai dilas bagian lapisan dalam dan luar harus diperbaiki
kembali. Bagian pipa yang sudah diperbaiki tersebut, harus dicat dasar anti karat
syncromate minimum 2 lapis dan dicat akhir dengan cat besi tahan karat minimum 2
lapis.
c. Rekanan harus memberikan perhatian lebih besar pada pengaruh pengkaratan
terhadap pipa baja, terutama untuk pipa baja yang dipasang di daerah dekat pantai
atau saluran air.

24. PERBAIKAN KEMBALI.


a. Rekanan berkewajiban serta bertanggung jawab untuk perbaikan kembali seperti
keadaan/ konstruksi semula (sebelum pemasangan pipa) dengan konstruksi dan kualitas
yang minimal harus sama, untuk semua bangunan dan konstruksi lainnya yang rusak oleh
rekanan akibat pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa, seperti :
- Jalan hotmix harus kembali kembali berbeton K 175.
- Jalan aspal penetrasi harus kembali berbeton K 175.
- Jalan batu harus kembali berbatu.
- Trotoar beton/paving stone harus kembali berbeton/paving stone.
- Bidang tanah berumput /tanaman-tanaman yang rusak harus kembali
berumput/tanaman seperti semula.
- Dan lain-lain yang di jumpai selama pelaksanaan pekerjaan.

25. PENYELESAIAN PEKERJAAN


a. Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian adalah :
- Perbaikan – perbaikan kecil terhadap bagian dari pekerjaan yang kurang sempurna
dengan nilai pekerjaan setinggi – tingginya 1% dari harga jenis pekerjaannya dan bukan
pekerjaan pokok.
- Pembersihan kembali lapangan kerja dari sisa – sisa bahan / peralatan kerja menjadi
tanggung jawab kontraktor.
b. Selama masa pemeliharaan, kontraktor diwajibkan untuk :
- Membongkar barak kerja / gudang bahan dan membersihkannya
- Memperbaiki bangunan – bangunan setempat yang rusak sehubungan dengan
pelaksanaan / kegiatan pekerjaan. Termasuk lining jembatan, deker / gorong – gorong
yang rusak akibat kendaraan – kendaraan kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan.
- Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan / diperbantukan dikembalikan
setelah diservice / diperbaiki sebagaimana keadan pada waktu penyerahan dari
proyek.
- Pembersihan dan pembuangan lumpur / sampah / pasir bawaan
- Yang dimaksud dengan item ini adalah pembersihan sampah / lumpur / pasir yang
terbawa aliran air setelah dilaksanakan pekerjaan pembersihan sebelumnya baik pada
saluran maupun sungai. Hal ini harus dilengkapi data pendukung / photo dan atas
sepengetahuan direksi. Hasil pembersihan ( tanah / pasir) yang kualitasnya baik dapat
digunakan untuk timbunan atas persetujuan direksi.

26. P E N U T U P.
- Hal – hal yang belum jelas disebutkan dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini, akan
disampaikan dan dijelaskan dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
- Pemborong harus membuat gambar As Built Drawing sebanyak 5 ( lima ) exemplar
yang telah disetujui oleh Direksi dan Pengguna Jasa. Dalam gambar as built drawing
tersebut dicantumkan pula tabel mengenai spesifikasi material yang dipakai, baik
material dasar maupun material finishing.

Sawahlunto, 2016
Pejabat Pembuat Komitmen/
Kepala Seksi Dinas Cipta Karya Kota Sawahlunto

……………………………
……………
NI……………………

Anda mungkin juga menyukai