DINAS PERHUBUNGAN
Kompleks Pasar Langgur
PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN TAMBATAN PERAHU OHOI
WEDUAR
SPESIFIKASI TEKNIS
TAHUN ANGGARAN 2019
A. URAIAN UMUM
Pasal 1: Gambar‐gambar dan Bench Mark (BM)
1.1. Satuan ukuran yang dipergunakan dalam syarat‐syarat teknis, daftar volume pekerjaan (Bill of
Quantity, BoQ), dan gambar‐gambar tender adalah satuan metrik. Datum untuk pekerjaan ini
adalah Chart Datum (CD) yang ditentukan sebagai pasang surut rendah (Low Water Surface,
LWS) pada peta‐peta survey topografi dan gambar‐gambar yang diterbitkan oleh Pemilik Proyek
dan Direksi. Pada setiap gambar konstruksi paling tidak sebuah ketinggian utama harus dikaitkan
dengan keseluruhan data.
1.2. Bench Mark (BM) yang disediakan di lapangan selama survey terdahulu harus digunakan oleh
Kontraktor untuk Kontrak ini, semua jalur dan ketinggian yang ditunjukkan pada gambar‐gambar
harus dihubungkan dengan titik ini. Sebelum dimulainya pekerjaan seperti yang disyaratkan
dalam Kontrak ini, pemeriksaan seluruh lokasi dan ketinggian dari titik ini harus secara bersama‐
sama dilaksanakan oleh Direksi dan Kontraktor dan harus disetujui tempat dan ketinggian dari
setiap titik.
Bila pada saat pelaksanaan ternyata BM tersebut karena disebabkan oleh sesuatu telah hilang
maka untuk ketinggian dapat digunakan muka air rata‐rata (Mean Sea Level, MSL) yang dapat
ditentukan dari pengukuran pasang surut selama 36 jam. Chart Datum (CD) kemudian dapat
ditentukan sebagai MSL ‐ ½ x tunggang pasang. Sebagai koordinat horisontal dapat digunakan
bangunan‐bangunan atau tanda‐tanda yang ada. Titik‐titik selanjutnya harus dibuat oleh
Kontraktor sebagaimana yang disyaratkan oleh Direksi. BM dibuat dari beton berpenampang
sekurang‐kurangnya 20 x 20 cm2, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 1 m dengan bagian
yang menonjol di atas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya dan
sekurang‐kurangnya setinggi 40 cm di atas permukaan tanah. BM dibuat permanen, tidak bisa
diubah, diberi tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi
untuk membongkarnya. BM ini harus didirikan dengan tingkat ketelitian paling tinggi dan sesuai
dengan kebiasaan yang berlaku. Pada BM harus ditulis nama dan ketinggiannya. Kontraktor
harus melindungi semua BM dari kerusakan atau salah pemindahan. Apabila suatu BM pindah
atau rusak, Kontraktor harus membetulkan, mengganti, dan atau menempatkan kembali hingga
memuaskan Direksi. Suatu pemeriksaan bersama secara periodik atas semua lokasi BM dan
ketinggiannya harus dilaksanakan oleh Kontraktor dan Direksi. Tanpa pemeriksaan semacam itu
Kontraktor harus bertanggungjawab menjamin ketelitian pelaksanaan pekerjaan tahap
permanen.
Pasal 2: Daerah Operasi bagi Kontraktor
Kontraktor harus menentukan daerah operasinya sendiri, antara lain untuk penyimpanan bahan‐
bahan bangunan, peralatan konstruksi, peralatan pengadukan beton, kantor‐kantor sementara, dan
lain‐lain. Areal yang dipilih Kontraktor harus mendapat persetujuan Direksi. Kontraktor harus menjaga
kebersihan dan keteraturan daerah operasinya selama pelaksanaan pembangunan. Kontraktor harus
mengatur sendiri pengaturan untuk air bersih, tenaga listrik, alat komunikasi, dan keperluan‐keperluan
1
lainnya selama pelaksanaan pembangunan atas biaya sendiri. Pada akhir pembangunan, Kontraktor
harus membersihkan daerah operasinya dan harus dapat diterima dengan baik oleh Direksi.
Pasal 3: Pagar Sementara Pengamanan Proyek
Apabila diperlukan, Kontraktor atas biaya sendiri membuat serta memelihara pagar sementara agar
tetap dalam keadaan baik termasuk pintu‐pintunya, sepanjang batas ditentukan untuk daerah
operasinya. Pagar sementara tersebut harus dibongkar pada akhir pembangunan.
Pasal 4: Bahan‐bahan Bangunan dan Kualitas Pekerjaan
Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak dan
gambar‐gambar dengan menggunakan bahan‐bahan dan metoda yang terbaik serta melaksanakan
pekerjaan dengan kemampuan terbaiknya. Bahan‐bahan bangunan dan pekerjaan‐pekerjaan yang
telah dilaksanakan apabila tidak memenuhi persyaratan akan ditolak dan Kontraktor harus
mengganti/melaksanakan ulang pekerjaan yang tidak memenuhi standar tersebut dan tanpa adanya
tambahan biaya dan perpanjangan waktu pelaksanaan.
Pasal 5: Pelaksanaan Pekerjaan
Kontraktor harus mengambil langkah‐langkah yang diperlukan agar diperoleh kemajuan yang
memuaskan sesuai dengan detail program operasi yang telah disetujui Direksi. Kontraktor harus
mempersiapkan dan menjamin akan kelancaran dan cukupnya mesin‐mesin cadangan, bahan‐bahan
bangunan, dan peralatan yang harus ada setiap saat untuk menjamin penyelesaian pekerjaan sesuai
dengan jadwal yang telah disetujui.
Pasal 6: Patok‐patok Pembantu Pengukuran
Kontraktor harus memasang dan memelihara patok‐patok pembantu pengukuran, menentukan
lokasi/koordinat, dan memasang beacons (pelampung) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
dan pada akhir pekerjaan harus dibersihkan kembali oleh Kontraktor.
Pasal 7: Survey dan Pengukuran serta Pemasangan Tanda‐Tanda
Kontraktor sebelum memulai pekerjaan, harus melakukan pengukuran ulang mengenai kedalaman
dasar laut untuk memperoleh kebenaran gambar rencana. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara
gambar rencana dengan hasil pengukuran Kontraktor, maka secepatnya diinformasikan kepada
Konsultan Perencana. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk seluruh pengukuran, survey, dan
pemasangan tanda‐tanda yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, dan untuk keperluan ini
harus mempekerjakan seorang ahli pengukuran yang nama dan kualitasnya harus diserahkan kepada
Direksi untuk mendapat persetujuan. Kontraktor akan mendapat penunjukan secara tertulis dari
Direksi mengenai lokasi dan elevasi titik kontrol tetap dan titik referensi berupa beton untuk keperluan
survey dan pengukuran pelaksanaan pekerjaan. Untuk tujuan pemeriksaan survey dan
pengukuran/pemasangan tanda‐tanda oleh Direksi, Kontraktor harus memberikan bantuan yang
diperlukan Direksi. Pengukur dengan pengalaman yang memadai harus diperbantukan kepada Direksi,
sebaiknya pengukur yang sama selama berlangsungnya pekerjaan pembangunan. Sebelum meminta
persetujuan untuk setiap macam pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan maksudnya kepada
Direksi sekurang‐kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelumnya, baik untuk memasang tanda‐
2
tanda maupun menentukan elevasi pada setiap bagian dari pekerjaan, agar dapat dilakukan persiapan‐
persiapan pemeriksaan oleh Direksi.
Pasal 8: Alat‐Alat untuk Survey
Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk pengukuran topografi (theodolite
T2 & T0, waterpass, rambu ukur, geodeticmeter dari pita dan rantai), pengukuran batimetri
(echosounder, theodolite, GPS Sounder) yang dapat digunakan Direksi setiap saat untuk pemeriksaan
pemasangan tanda‐tanda, penentuan elevasi, dan lain‐lain kegiatan pengukuran yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus memelihara alat‐alat survey ini secara baik sehingga
selama pelaksanaan pekerjaan dapat tetap digunakan secara baik. Kontraktor harus menyediakan, atas
biaya sendiri, patok‐patok beton, patok‐patok kayu, bagan template, penampang kedalaman laut yang
diminta Direksi untuk pemeriksaan atau pengukuran bagian dari pekerjaan.
Pasal 9: Persetujuan Direksi
Kecuali dinyatakan lain, semua gambar‐gambar, dokumen‐dokumen, contoh‐contoh bahan bangunan,
dan hal‐hal lain yang memerlukan persetujuan Direksi harus diserahkan dalam 3 (tiga) rangkap, dan
apabila disetujui 1 (satu) rangkap dari padanya akan dikembalikan pada Kontraktor dan yang lainnya
disimpan oleh Direksi.
Pasal 10: Buku Harian
10.1. Kontraktor wajib menyediakan buku harian di tempat pekerjaan. Segala kejadian yang
menyangkut pekerjaan harus dicatat setiap harinya oleh Kontraktor. Catatan tersebut meliputi
antara lain:
10.1.1. Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap harinya.
10.1.2. Hari‐hari kerja, hari‐hari tidak bekerja, dan lain‐lain.
10.1.3. Bahan‐bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan, dan yang ditolak atau
diterima.
10.1.4. Kemajuan dari pekerjaan.
10.1.5. Kejadian‐kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan.
10.2. Buku harian tersebut harus ditanda‐tangani bersama antara Pelaksana Harian Kontraktor dan
Pengawas Harian sebagai tanda pesetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka masing‐
masing dapat mengajukan persoalan kepada Direksi atau Kepala Pelaksana Kontraktor untuk
mendapat penjelasan.
10.3. Disamping buku harian, Kontraktor juga harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua
instruksi Direksi yang ditanda‐tangani oleh Direksi.
Pasal 11: Keamanan Proyek
Kontraktor diwajibkan:
11.1. Menjaga keamanan dan tata‐tertib di tempat pekerjaan.
11.2. Mengambil tindakan yang perlu demi untuk kepentingan keselamatan para pekerja.
11.3. Mentaati peraturan‐peraturan setempat dan mengusahakan perijinan penggunaan jalan,
bangsal, dan sebagainya.
3
11.4. Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya berhubungan dengan peraturan‐
peraturan pelaksanaan serta peraturan yang diadakan selama pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 12: Bangunan/Kantor Direksi
Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Direksi (Direksi Keet) dengan luas dan
lokasinya akan ditentukan oleh Direksi. Bahan‐bahan untuk bangunan Kantor Direksi tersebut harus
dari kualitas yang cukup baik sehingga tidak akan rusak selama masa pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor diwajibkan memelihara Kantor Direksi tersebut agar layak dipakai untuk bekerja sampai
pelaksanaan pekerjaan selesai. Apabila tidak ditentukan lain oleh Pemilik Proyek, maka Kontraktor
wajib membongkar kembali Kantor Direksi tersebut pada saat pelaksanaan pekerjaan selesai.
Pasal 13: Keselamatan Kerja
13.1. Kontraktor berkewajiban:
13.1.1. Menyediakan segala alat penolong untuk menghindari bahaya dan memberikan
pertolongan jika terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, biaya perawatan menjadi
tanggungjawab Kontraktor.
13.1.2. Segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai terjadinya kecelakaan
dengan disertai keterangan seperlunya.
13.1.3. Menyediakan peralatan yang sesuai dengan peraturan kesehatan di tempat pekerjaan.
13.1.4. Membuat pengaturan dengan rumah sakit terdekat dan dengan dokter setempat
sehingga bagi para pegawai/pekerjanya yang sakit atau mengalami kecelakaan segera
dapat menerima pengobatan yang baik, pada setiap saat baik siang maupun malam.
13.1.5. Menyediakan air minum dan memenuhi syarat‐syarat kesehatan bagi para pekerja, yang
semuanya jadi beban Kontraktor.
Pasal 14: Konstruksi Pembantu/Sementara
14.1. Kontraktor bertanggungjawab atas kekuatan dan penggunaan secara tepat alat pembantu
(konstruksi penolong). Dalam hal ini Direksi akan memberikan petunjuk dan Kontraktor
bertanggungjawab pada pelaksanaan dan pemeliharaannya, misalnya profil dari kayu,
bouwplank, bekisting, jalan masuk, jembatan darurat, bedeng, dan lain sebagainya.
14.2. Apabila Direksi kurang lengkap memberikan petunjuk‐petunjuk maka Kontraktor wajib
mengajukan cara‐cara penyempurnaan tanpa mengurangi tanggungjawabnya.
Pasal 15: Jam Kerja
15.1. Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sendiri.
15.2. Untuk pekerjaan‐pekerjaan yang dilakukan malam hari, Kontraktor harus menyediakan/
menyiapkan yang diperlukan, misalnya lampu penerangan dan sebagainya demi kesempurnaan
pekerjaan atas tanggungan biaya Kontraktor serta atas persetujuan dan pengawasan Direksi.
4
Pasal 16: Pekerjaan yang Tidak Memenuhi Syarat
Untuk pekerjaan‐pekerjaan yang tidak memenuhi syarat‐syarat karena tidak sesuai dengan gambar
atau RKS, atas perintah Direksi maka Kontraktor harus membongkarnya dalam jangka waktu yang
ditetapkan oleh Direksi dan memperbaiki kembali atas biaya Kontraktor.
Pasal 17: Mobilisasi dan Demobilisasi
Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi dalam Bill of Quantity adalah mencakup antar
jemput/mendatangkan pekerja, pegawai, bahan‐bahan bangunan, peralatan, dan keperluan‐
keperluan insidental untuk melaksanakan seluruh pekerjaan, untuk pindah di dalam lokasi pekerjaan,
serta pemindahan/pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya pekerjaan, termasuk:
a. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi pekerjaan beserta pemasangannya,
dimana alat‐alat tersebut akan dipergunakan.
b. Antar jemput staf, pegawai, dan pekerja ke lokasi pekerjaan.
c. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan, armada
apung, dan peralatan lainnya, sedemikian sehingga lokasi pekerjaan bersih dan teratur kembali dan
dapat diterima dengan baik oleh Direksi.
d. Pemindahan dari lokasi pekerjaan untuk staf, pegawai, dan pekerja setelah pekerjaan selesai.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat penunjukan, Kontraktor harus
menyerahkan rencana detail kepada Direksi mengenai prosedur mobilisasi. Hal ini harus menjamin
selesainya mobilisasi menurut pasal butir a dan b tersebut di atas dalam waktu maksimum 20 (dua
puluh) hari kalender setelah Direksi memberikan nota mulainya pekerjaan.
Pasal 18: Informasi Meteorologi
Mengikuti instruksi Direksi, Kontraktor harus menyediakan, memelihara, dan mengoperasikan
peralatan pencatat data meteorologi untuk pengamatan setiap hari selama waktu berlakunya Kontrak
untuk hal‐hal di bawah ini:
a. Hujan
b. Arah dan kecepatan angin
c. Temperatur
d. Pasang surut
5
B. BAHAN‐BAHAN BANGUNAN
Pasal 1: Umum
Sedapat mungkin Kontraktor harus memakai bahan‐bahan produksi dalam negeri untuk keperluan
pelaksanan pekerjaan.
1.1. Syarat‐syarat Standar
Kecuali ditentukan lain atau diijinkan oleh Direksi secara tertulis, semua bahan‐bahan atau
barang‐barang harus sesuai dengan terbitan terbaru dari JIS yang dapat digunakan atau British
Standard (selanjutnya disebut BS), Normalisasi Indonesia (selanjutnya disebut NI), atau Standard
Industri Indonesia (SII). Bahan‐bahan lain yang tidak disebut di dalamnya dan tidak ada dalam
JIS, BS, NI, atau SII, harus disetujui secara khusus oleh Direksi.
1.2. Pemeriksaan dan Pengujian
Semua bahan‐bahan, barang‐barang, atau benda‐benda yang disarankan Kontraktor untuk
dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan harus dapat/boleh diperiksa, diuji, dan dianalisis sewaktu‐
waktu, jika diminta oleh Direksi. Jika Direksi menganggap perlu maka Kontraktor atas biayanya
sendiri harus dapat memberikan sertifikat pengujian dari pabrik. Atas biaya sendiri Kontraktor
harus menyediakan dan mempersiapkan bahan‐bahaan yang diuji dan contoh‐contoh dari
bermacam‐macam bahan yang sewaktu‐waktu akan diminta untuk diuji. Semua biaya dari
peninjauan dan pengujian menjadi tanggungan Kontraktor. Setiap pengujian bahan atau
pekerjaan yang sudah selesai harus dilaksanakan dengan disaksikan Direksi dan harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan yang diminta.
Semua bahan‐bahan yang dipakai dalam pekerjaan harus mendapat persetujuan Direksi
sebelum dipakai/dipasang, meskipun bahan‐bahan tersebut telah dinyatakan dapat diterima
pada waktu didatangkan di lokasi pekerjaan. Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan
oleh tidak disetujuinya bahan‐bahan tersebut oleh Direksi menjadi tanggungan Kontraktor.
Direksi mempunyai kebebasan untuk menolak salah satu atau semua bahan‐bahan dan metoda
pelaksanaan yang tidak sama kualitasnya dan sifatnya seperti contoh‐contoh yang telah
disetujui dan Kontraktor harus segera memindahkan bahan‐bahan atau membongkar
pekerjaan‐pekerjaan yang dimaksud atas tanggungannya.
Pasal 2: Tiang Pipa Baja
2.1. Baja Tulangan dan Bindraad
Batang‐batang besi untuk tulangan beton harus sesuai dengan persyaratan JIS tersebut di bawah
ini atau SII dan NI‐2.
Baja‐baja deformed : JIS G 3112 Hot rolled deformed bar, NI‐2 SD‐30 U‐39 (dia. > 16 mm)
Baja bulat : JIS G 3112 Hot Rolled bar, SR‐24 U‐24 (dia. < 16 mm)
Bindraad : JIS G 3532 SWM‐A diameter 0,9 mm atau lebih
Sertifikat pabrik harus diberikan untuk deformed bars, round bars, dan bindraad.
6
2.2. Penyimpanan Baja Tulangan
Baja untuk tulangan tidak boleh ditempatkan langsung di atas tanah tapi harus di atas penumpu
atau rak‐rak dan harus di bawah atap untuk melindungi dari hujan. Baja tulangan harus disimpan
terpisah‐pisah menurut diameter dan panjangnya.
2.3. Baut‐baut, Paku‐paku, dan Mur‐mur
Kecuali ditentukan lain pada gambar, maka baut‐baut (termasuk baut angker dalam beton) dan
paku‐paku harus mengikuti persyaratan dalam JIS G 3101, JIS B 1181, atau BS 4190.
Pasal 3: Semen
3.1. Umum
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merk/pabrik yang disetujui Direksi dan harus
Portland Cement (PC) tahan sulfat atau Portland Cement Type 1 ditambah bahan additive yang
sesuai dengan JIS R 5210, ASTM C‐150, dan atau SII 0013‐81, kecuali ditentukan lain. Jika
Kontraktor menginginkan, maka PC yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai pengganti PC
tahan sulfat asal mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi.
3.2. Sertifikat Pengujian
Setiap pengiriman semen harus disertai pengiriman sertifikat dari pabrik yang menunjukkan
bahwa semen tersebut telah diuji dan telah dianalisis komposisi kimianya dan bahwa pengujian
dan analisis tersebut dalam segala‐galanya sesuai dengan persyaratan‐persyaratan yang relevan
dengan JIS, BS, atau NI. Setiap pengiriman semen ke lokasi pekerjaan harus diuji dan dianalisis
menurut persyaratan yang relevan dengan JIS, BS, atau NI. Contoh akan dikumpulkan
sebagaimana ditentukan oleh Direksi dan pengujian harus dilaksanakan pada laboratorium yang
telah disetujuinya. Semen yang telah dipakai untuk contoh‐contoh tidak boleh dipakai pada
pekerjaan apapun sebelum pengujian dan analisisnya selesai dan hasilnya telah diterima dengan
baik oleh Direksi. Sebagai tambahan dari pengujian dan analisis tersebut di atas, Direksi dapat
menguji semen yang belum dipakai yang telah disimpan di lokasi pekerjaan untuk menentukan
apakah semen yang yang didatangkan mengalami kerusakan selama pengangkutan atau selama
disimpan. Tidak boleh ada semen yang dipakai sebelum diterima dan dinyatakan baik oleh
Direksi. Banyaknya semen untuk pengujian tidak ditentukan dan biaya pengujiannya harus
sudah termasuk dalam harga satuan untuk masing‐masing pekerjaan. Direksi dapat menolak
semen yang didatangkan/yang ada, berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, meskipun
semen itu telah mendapat sertifikat pabrik. Semua semen yang ditolak harus segera dipindahkan
dari lokasi pekerjaan atas biaya Kontraktor.
3.3. Pengangkutan dan Penyimpanan Semen
Umur semen pada waktu tiba di lokasi pekerjaan tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan dan semen
harus dipakai dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah tiba di lokasi pekerjaan. Semen harus diangkut
ke lokasi pekerjaan dalam kendaraan yang tertutup, terlindung dengan baik terhadap cuaca, dan
harus disimpan dengan baik di dalam gudang‐gudang yang mempunyai cukup ventilasi, tahan
terhadap cuaca, dan tahan air untuk mencegah kerusakan karena lembab. Lantai gudang semen
harus terbuat dari kayu setinggi paling sedikit 30 cm di atas tanah dan diberi ventilasi. Setiap
7
pengiriman semen harus dipisah‐pisahkan agar dapat dengan mudah diidentifikasi, diperiksa,
diuji, dan dicatat tanggal pengeluarannya. Semen yang disimpan dalam kantong (zak) tidak
boleh ditumpuk lebih tinggi dari 13 zak. Semen yang didatangkan di lokasi pekerjaan harus
segera ditempatkan di gudang‐gudang tersebut di atas dan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan urutan datangnya. Penggunaan semen dalam jumlah besar tidak dilarang.
Bagaimanapun juga, pengiriman semen, penyimpanan, dan penggunaan semen harus mendapat
persetujuan Direksi terlebih dahulu. Kontraktor harus menyampaikan laporan mingguan kepada
Direksi mengenai pengiriman semen, penyimpanannya, dan menjelaskan berapa banyak yang
telah diterima dan dikeluarkan selama minggu tersebut, dari siapa/dari mana dibeli, serta di
bagian‐bagian pekerjaan apa saja semen tersebut telah dipergunakan.
Pasal 4: Agregat untuk Beton
4.1. Umum
Agregat untuk beton harus diambil dari sumber‐sumber yang disetujui dan memenuhi syarat‐
syarat dalam NI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standar lain yang disetujui Direksi. Apabila
agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari contoh‐contoh yang telah
disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut di atas, maka sumber ini dapat ditolak. Suatu
jumlah stok agregat yang telah disetujui Direksi harus selalu ada di lokasi pekerjaan untuk
memungkinkan pembuatan beton secara terus menerus untuk suatu jangka waktu 2 minggu
tanpa berhenti.
4.2. Agregat Kasar
Agregat kasar terdiri dari kerikil (gravel) yang telah disetujui atau pecahan batu dengan ukuran
butir maksimum tidak melebihi daftar di bawah ini. Untuk seluruh pekerjaan beton, agregat
kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Table
1, untuk saringan 40 mm – 5 mm, 20 mm – 5 mm ukuran nominal atau syarat dalam NI atau
dalam tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase Terhadap Berat yang Lolos Saringan
(JIS A 1002 sieve)
Ukuran Ukuran Saringan (mm)
Agregat 50 40 30 25 20 15 10 5 2,5
40 – 5 % 100 95 – 100 35 – 70 10 – 30 0 – 5
25 – 5 % 100 95 – 100 30 – 70 0 – 10 0 – 5
Apabila dari analisis gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempengaruhi kerapatan beton, Direksi dapat memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk
menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut di atas. Ketepatan berbagai kelas
beton akan ditentukan oleh Direksi setelah dilakukan pengujian. Agregat kasar dari batu pecah
haruslah keras, tidak lapuk, bersih, dan tidak mengandung lempung (clay) atau pelapukan
batuan. Batuan tersebut harus dipecah untuk mendapat ukuran yang diisyaratkan dengan jenis
pemecah batu (crusher) yang disetujui Direksi. Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm
harus dipisahkan dan kalau dikehendaki Direksi, harus dicuci secara seksama.
4.3. Agregat Halus
8
Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari lempung (clay) atau zat‐zat organik, dan harus
mempunyai gradasi sedemikian rupa sehingga apabila dicampur dengan agregat kasar akan
menghasilkan beton dengan kerapatan maksimum. Gradasi dari agregat halus harus masuk
dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198‐1200 atau dalam NI atau dalam tabel berikut ini
dari JIS.
Prosentase Terhadap Berat yang Lolos Saringan
(JIS A 1002 sieve)
Ukuran Saringan (mm)
10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15
Lolos (%) 100 90 – 100 80 – 100 50 – 90 25 – 65 10 – 35 1 – 10
Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alam untuk memperoleh pasir dengan
gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas
persetujuan Direksi.
4.4. Pengambilan Contoh dan Pengujian untuk Agregat
Direksi dapat memerintahkan Kontraktor pada setiap saat untuk mengambil contoh agregat dari
lokasi pekerjaan atau sumber agregat untuk dilakukan pengujian menurut cara yang diuraikan
dalam BS 812, JIS A 1102 atau NI. Agregat yang tidak memenuhi syarat harus diganti atau dicuci
sampai pengujian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan untuk
dipakai. Semua biaya yang dikeluarkan untuk dipenuhinya persyaratan ini menjadi tanggungan
Kontraktor.
4.5. Penyimpanan Agregat
Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau lantai papan yang
direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat tertentu atau
tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda‐beda dan menghindarkan tercampurnya
agregat dengan debu, zat‐zat organik, atau bahan‐bahan pencemar lainnya. Agregat dengan
ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh Direksi.
Pasal 5: Air
Air yang akan digunakan untuk pembuatan beton harus bersih, tawar, dan bebas dari zat‐zat organik
atau anorganik yang larut, melayang, atau mengapung dalam suatu jumlah yang dapat mengurangi
kekuatan atau keawetan beton. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila
dari sumber lain harus mendapat persetujuan Direksi. Hanya air dengan kualitas yang telah disetujui
yang dapat digunakan untuk pembuatan beton, penyemprotan beton, membasahi
bekisting/acuan/form work, dan pengeringan beton. Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk
memperoleh atau menyimpan air yang cukup di lokasi pekerjaan untuk mengaduk, mengeringkan
beton, menyemprot, dan membasahi bekisting. Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumur dalam
(deep well) di lokasi pekerjaan. Apabila Kontraktor menggunakan sumber ini maka seluruh biaya
pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik, dan biaya lainnya untuk memperoleh air ini harus
ditanggung Kontraktor sendiri.
Pasal 6: Elektroda
Elektroda yang dipakai untuk mengelas baja lunak (kecuali tiang pipa baja) harus mengikuti
persyaratan D 4301 dari JIS Z 3311. Elektroda yang dipakai mesin las semi otomatis haruslah kawat
9
komposit yang mempunyai diameter 2,4 mm sampai 3,2 mm, sesuai dengan JIS Z 3311. Contoh‐contoh
elektroda dan rata‐rata pengujiannya harus disampaikan kepada Direksi sebelum pelaksanaan untuk
mendapat persetujuan.
Pasal 7: Bollard
Bollard harus mampu menahan beban kerja sebesar 15 ton. Dimensi dan bentuk bollard adalah seperti
yang tertera dalam gambar, tetapi Kontraktor dapat menyampaikan detail lain kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuannya sebelum melakukan pemasangan. Baut angker dan kelengkapan bollard
harus sesuai dengan standar berikut ini:
a. Baut Angker : Kelas 2‐SS.41 (JIS G 3101)
b. Nut : Kelas 2‐SS.41 (JIS G 3101)
c. Ring : JIS B1256
d. Plat Angker : Kelas 2‐SS.41 (JIS G 3101)
Pasal 8: Fender
Fender yang digunakan untuk Dermaga adalah fender karet (rubber fender) dari tipe VL 750 dan VL
1.500 yang mempunyai reaksi maksimum sebesar 2 ton/unit serta mampu menyerap energi benturan
kapal sebesar 5,40 ton/unit untuk 50 % defleksi. Sifat‐sifat fisik fender karet harus memenuhi standar
seperti di bawah ini yaitu pengujian fisik sesuai dengan JIS K‐6301. Kontraktor harus menyerahkan hasil
pengujian dari pabrik kepada Direksi untuk memperoleh persetujuan pemakaian fender yang
diusulkannya.
Kondisi Fender Jenis Pengujian Nilai Standar
Kekuatan Tarik > 160 kg/cm2
Kekerasan < 72 %
Baru Perpanjangan > 350 %
Tegangan Tekan Residusi < 30 %
Tegangan Sobek > 70 kg/cm2
Pasal 9: Resin Penahan Baut
Pengangkeran fender dilakukan dengan baut galvanis dan resin sintetis pengisi yang dipasok oleh
pabrik secara khusus. Penahan baut tersebut dari resin dan bahan gelas atau serat sintetis, permukaan
luarnya dibuat bergelombang untuk memberikan tahanan yang cukup terhadap setiap gaya luar.
Penahan baut ini mempunyai diameter dalam 50 mm, panjang 360 mm, dan female screw dengan ulir
38 mm. Baut dan ring mempunyai kualitas SS‐41 menurut JIS G 3103 dan sesudah dibuat harus
digalvanis sesuai dengan BS 729 atau standar lain. Baut berdiameter luar 50 mm, diameter dalam 40
mm, dan jarak ulir 39,9 mm.
10
C. PEKERJAAN SIPIL UMUM
Pasal 1: Beton
1.1. Perbandingan Campuran dan Kekuatan
Campuran beton harus mengikuti tabel campuran beton yang diberikan. Uji pendahuluan harus
dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas beton yang direncanakan dan harus
mengikuti NI‐2 (PBI 71) bagian 3, bab 4 untuk menentukan perbandingan semen, aggregat, dan
air yang akan digunakan. Uji pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan
kemampuan pengerjaan (work ability) yang diinginkan, dengan kekuatan yang diperoleh kira‐
kira 30 % – 40 % lebih tinggi dari kekuatan yang direncanakan. Kekuatan yang lebih tinggi
(margin) yang diminta oleh Direksi adalah untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil uji
karena keadaan mesin‐mesin pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu, dan terjadinya
deviasi mutu beton. Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari uji pendahuluan akan tetap
dipertahankan selama pekerjaan berlangsung kecuali ditentukan lain oleh Direksi yang mana
perubahan dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil‐hasil pengujian.
Kecuali ditentukan lain, mutu beton yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah K‐300.
Tabel Campuran Beton
I II III
Kelas Mutu
B0 B1 K‐125 K‐175 K‐225 K‐300
Dipakai untuk Non
Struktural Struktural Struktural Struktural Struktural
Pekerjaan Struktural
Kekuatan Beton Karakteristik
‐ ‐ 125 175 225 300
(kg/cm2)
Kekuatan Kubus Target Rata‐
‐ ‐ 200 250 300 350
rata (kg/cm2)
Agregat Kasar (mm) 31,5 31,5 31,5 16 8 8
Penggunaan Semen dalam
130 200 250 275 – 325 325 – 375 450
1 m3 Beton (kg)
Water Cement Ratio (%) ‐ ‐ Lihat Tabel 4.34 PBI 1971
Slump (cm) ‐ ‐ Lihat Tabel 4.41 PBI 1971
1.2. Uji Pendahuluan untuk Menentukan Perbandingan Campuran Beton
Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air, dan bahan‐bahan penambah yang
diperlukan untuk menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam
tabel campuran beton harus ditentukan oleh Kontraktor dari sejumlah campuran‐campuran
percobaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk beton yang akan dipakai dalam pekerjaan.
Campuran‐campuran percobaan tersebut di atas harus dibuat paling sedikit 42 hari sebelum
pengecoran beton dimulai dan harus cukup variasi perbandingan campuran yang memenuhi
keinginan Direksi. Kekuatan beton rencana umur 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan) hari harus
ditentukan. Kekuatan campuran dalam laboratorium ditentukan sebagai nilai karakteristik dari
20 contoh percobaan dan hanya 1 (satu) buah contoh saja yang nilainya lebih kecil dari yang
11
ditentukan. Persetujuan tertulis Direksi mengenai campuran percobaan termasuk percobaan
kekuatan beton 28 (dua puluh delapan) hari harus didapat Kontraktor sebelum beton diijinkan
untuk dicor.
1.3. Bahan‐bahan Penambah (Admixture)
Admixture dapat digunakan setelah diijinkan oleh Direksi. Dimana penggunaan admixture
diijinkan maka bahan ini harus ditambahkan pada beton dalam tempat pengadukannya dengan
mempergunakan alat pengukur otomatis serta petunjuk‐petunjuk pabrik mengenai
penggunaannya. Istilah kimia, rumus‐rumus, jumlah bahan yang aktif, ukuran yang harus
dipakai, dan efek mengenai bertambah atau berkurangnya penggunaan dosis bahan‐bahan
secara terus menerus pada sifat‐sifat fisik dan kimia beton basah dan yang sudah mengeras akan
diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan. Kontraktor harus menyediakan
contoh‐contoh dan melaksanakan pengujian‐pengujian tersebut sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi sebelum penggunaan admixture diijinkan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan.
Seluruh pengambilan contoh dan pelaksanaan pengujian menjadi tanggungan Kontraktor.
1.4. Tempat Adukan
Pengadukan dari semua semen serta agregat kasar dan halus harus dilakukan dalam mesin
pengaduk beton yang disetujui dan yang mempunyai alat pengatur/petunjuk berat. Air yang
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk ini harus disalurkan dari tangki yang mempunyai
pengukur sehingga pemberian air dapat dilakukan dengan tepat. Kadar kelembaban dari agregat
harus diperhitungkan sehingga jumlah air yang akan dimasukkan dapat ditentukan dengan
tepat. Kadar kelembaban setiap agregat biasanya ditentukan dua kali sehari yaitu sekali di waktu
pagi dan sekali di waktu siang atau pada waktu‐waktu lain yang dianggap perlu oleh Direksi.
Toleransi untuk pengadukan harus dalam batas 2 % untuk semen dan 3 % untuk agregat.
1.5. Pengujian Beton
Semua kubus percobaan harus diuji berdasarkan JIS A 1108, BS 1881, atau PBI 1971. Untuk
pengujian diperlukan 10 buah kubus yang diambil dari setiap 50 m3 beton selama pengecoran.
Setiap kubus harus diberi tanda berupa tanggal pengecoran, nomor urut, dan petunjuk‐petunjuk
yang diperlukan oleh Direksi dalam waktu 24 jam setelah kubus tersebut dicor. Kubus
percobaan harus diuji sampai hancur karena tekanan dan harus dilakukan dibawah pengawasan
Direksi. Lima dari setiap sepuluh buah kubus percobaan harus diukur berat dan kekuatan
tekannya setelah 7 hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Direksi, sisanya dilakukan setelah
28 hari atau sesuai dengan perintah Direksi. Detail‐detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan
tekan dan data‐data lain seperti gride, jumlah semen yang dipakai, hasil analisis ayakan dari
agregat, dan perbandingan adukan dari bermacam‐macam kelas beton, harus disampaikan
kepada Direksi dalam waktu 24 jam setelah penyelesaian pengujian. Setiap kubus percobaan
harus dibuat dari contoh yang diambil dari salah satu adukan beton atau dari adukan yang
ditunjuk oleh Direksi.
1.5.1. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80 % dari kekuatan standar rencana (design
standard) yang dapat dilihat pada tabel campuran beton yang telah diberikan dan
dengan probabilitas lebih dari 1/20.
1.5.2. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standar rencana (design standard)
dengan probabilitas 1/4.
12
1.6. Pemotongan Contoh Beton untuk Pengujian
Dalam hal mutu beton yang telah selesai dicor dianggap meragukan dan dalam hal‐hal lain
dimana kubus‐kubus percobaan tidak memenuhi syarat pengujian seperti yang telah
disampaikan di atas, maka harus dilakukan pengambilan contoh dari beton yang telah mengeras
yang berbentuk silinder dengan diameter luar 100 mm untuk diuji. Peralatan dan cara
pemotongan/pengambilan contoh harus disampaikan kepada Direksi sebelum pelaksanaannya
dan persiapan‐persiapan serta pengujiannya harus dilakukan sesuai dengan JIS A1108. Jika
kekuatan contoh silinder yang diambil dari beton yang telah mengeras ini lebih rendah dari
persyaratan yang seharusnya dipenuhi, maka pekerjaan beton untuk bagian ini dianggap tidak
memenuhi persyaratan.
1.7. Hasil Pengujian yang Tidak Memenuhi Syarat
Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Kontraktor harus mengambil langkah‐langkah
untuk perbaikan seperti yang mungkin ditunjukkan oleh Direksi, dan sebelum melaksanakan
perbaikan, Kontraktor harus menyampaikan detail pelaksanaan perbaikan kepada Direksi untuk
mendapat persetujuannya dan Kontraktor harus dapat menjamin bahwa yang akan dicor
memenuhi persyaratan. Seluruh biaya mengenai pekerjaan perbaikan ini termasuk pengujian,
peralatan pemotongan, dan peralatan lain‐lain menjadi tanggungan Kontraktor.
1.8. Spesi
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang disetujui dan harus
diaduk dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan perbandingan campuran 400 kg
semen dalam satu meter kubik spesi (perbandingan semen pasir satu banding dua). Semen
Portland yang mengeras dengan cepat dipakai pada pekerjaan spesi untuk perlindungan tiang
terhadap karat. Jumlah air yang dipakai dalam campuran harus disetujui oleh Direksi dan
merupakan kebutuhan minimum untuk suatu pekerjaan/maksud tertentu.
1.9. Peralatan Pengaduk Beton (Plant)
Peralatan pengaduk beton harus sesuai, baik tipe maupun kapasitasnya, dan yang direncanakan
khusus untuk tujuan tersebut. Kemampuan peralatan pembuat beton ini harus memenuhi
persyaratan Direksi. Waktu pengadukan harus lebih dari 1,5 menit dalam hal menggunakan
pengaduk yang dapat dimiringkan (tiling mixer) dan lebih dari satu menit jika menggunakan
forced mixer. Jika waktu pengoperasian yang ditentukan telah diperpanjang lebih dari 3 kali,
maka pengoperasian mixer harus segera dihentikan. Tidak boleh dilakukan penambahan bahan
lagi ke dalam mixer sampai seluruh beton dikeluarkan dan dibersihkan. Jika Kontraktor
menganggap lebih cocok untuk menggunakan mixer yang lebih kecil untuk pekerjaan khusus
atau bagian‐bagian pekerjaan yang jauh letaknya, maka hal ini dapat disetujui oleh Direksi hanya
bila mixer yang lebih kecil ini juga dilengkapi dengan alat timbangan. Dalam keadaan biasa,
pengadukan beton dengan mempergunakan tangan tidak diijinkan, tapi bila jumlah beton yang
dicor sedikit atau untuk bagian pekerjaan yang dianggap kurang penting, pengadukan dapat
dilakukan dengan tangan, hal ini sepenuhnya tergantung kepada pertimbangan Direksi.
1.10. Pengangkutan
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat mungkin dari mixer
untuk menjamin tidak akan terjadi blending atau segregasi dari campuran agregat serta
menjamin slump akan sesuai dengan nilai‐nilai yang ditentukan. Jika dipergunakan kereta
dorong atau trolley maka jalan untuk kereta dorong atau trolley tersebut harus dibuat rata agar
13
beton tidak bersegregasi selama diangkut. Pemompaan beton dapat dilakukan jika Direksi
menyetujuinya. Setiap perubahan perbandingan untuk campuran yang dianggap perlu dilakukan
agar beton dapat dipompa, harus dilaksanakan oleh Kontraktor dan sepenuhnya menjadi
tanggungannya. Tempat pengadukan yang terapung (floating) atau truk pengaduk akan dipakai
untuk pengangkutan beton yang digunakan pada pekerjaan‐pekerjaan laut, cara
pengangkutannya harus disetujui oleh Direksi.
1.11. Penempatan dan Pemadatan
Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang‐barang lain yang harus berada di
dalam beton harus dibersihkan dari semua macam kotoran. Semua cetakan dan pengatur jarak
harus diperiksa dengan teliti dan ruang yang akan diisi beton harus betul‐betul dibersihkan.
Pekerjaan pengecoran di bagian manapun dari pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum
persiapan‐persiapannya disetujui dan ijin pengecoran diberikan oleh Direksi. Pengecoran beton
selalu harus diawasi langsung oleh Mandor (foreman) yang berpengalaman. Kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi bila akan mengecor. Beton harus dicor sedemikian rupa
sehingga dalam satu bagian pekerjaan, permukaannya rata. Penempatan di dalam lapisan‐
lapisan horisontal tidak boleh melebihi tebal 40 cm (setelah dipadatkan), kecuali ditentukan lain
oleh Direksi. Pengecoran beton harus dilakukan terus menerus antara tempat sambungan yang
direncanakan atau disetujui tanpa berhenti termasuk waktu malam. Jika dipakai corong‐corong
untuk mengalirkan beton maka kemiringan corong harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi segregasi dan harus disediakan selang‐selang penyemprot atau plat‐plat peluncur agar
tidak terjadi segregasi selama pengecoran. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketingggian
lebih dari 1,5 m. Kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa sehingga tebalnya tidak kurang
dari 0,5 m per jam dan tidak lebih dari 1,5 m, kecuali disetujui oleh Direksi untuk tiang‐tiang
pancang yang dicor setempat. Penggetar (vibrator) yang disediakan harus cukup dalam jumlah,
ukuran, dan kapasitasnya sesuai dengan banyaknya beton yang dicor, ukuran‐ukuran beton, dan
penulangannya. Vibrator ini harus dapat bekerja dengan baik di dalam bekisting serta sekeliling
penulangan dan barang‐barang lain yang diletakkan di dalam tanpa harus memindahkannya.
Penggetaran yang berlebihan (over vibration) yang menyebabkan segregasi, permukaan yang
keropos, atau kebocoran melalui bekisting harus dihindarkan.
1.12. Siar Deletasi
Beton harus dicor secara terus menerus sampai pada siar deletasi, letak dan pengaturan siar
deletasi ditunjukkan dalam gambar‐gambar atau seperti yang disetujui Direksi. Apabila siar
deletasi harus dibuat selain yang ditunjukkan oleh gambar, karena kerusakan mesin pengaduk
beton, atau keadaan yang tidak terduga, maka harus dibuat bulk‐head sedemikian rupa sehingga
arahnya tegak lurus ke arah tegangan‐tegangan utama. Apabila letaknya berdekatan dengan
tumpuan atau lokasi lain yang dianggap Direksi tidak dikehendaki, maka pengecoran harus
dihentikan dan beton baru tersebut harus dibongkar sampai tempat yang dianggap baik. Apabila
pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah mengeras maka permukaan
beton tersebut harus dikasarkan, kemudian dibersihkan dari bagian‐bagian yang lepas dan
kotoran‐kotoran lainnya, disemprot dengan air, dilapisi adukan semen yang sama kualitasnya
dengan adukan beton, baru dilanjutkan pengecoran. Beton baru harus dipadatkan secara baik
pada bidang pertemuan tersebut.
1.13. Pengisi Sambungan Beton (Concrete Joint Filler)
14
Apabila digunakan pengisi sambungan beton, maka Kontraktor harus mengikuti rekomendasi
pabrik pembuatnya pada lokasi siar deletasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
1.14. Selimut beton
Tebal selimut beton minimum untuk setiap jenis stuktur adalah sebagai berikut :
a. Struktur beton yang tidak berhubungan dengan air dan tanah : 3,0 cm.
b. Struktur beton yang berhubungan langsung dengan air dan tanah : 5,0 cm
1.15. Pengeringan Beton
Selama proses pengerasan pertama, beton harus dilindungi dari pengaruh panas matahari yang
merusak, hujan, air yang mengalir, atau angin yang kering. Perlindungan harus segera diberikan
setelah pengerasan beton dengan metoda yang dianggap praktis atau dari beberapa metoda di
bawah ini.
a. Permukaan beton harus ditutup dengan karung, kanvas atau bahan sejenis, atau lapisan pasir
yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari untuk beton dengan semen Portland biasa.
b. Setelah seluruh permukaan beton dibasahi, kemudian ditutup dengan lapisan kertas kedap
air yang disetujui Direksi atau membran plastik yang harus tetap menutup pada beton selama
10 hari untuk beton dengan semen Portland biasa.
c. Kecuali untuk pengeringan permukaan‐permukaan beton dimana untuk pengecoran
selanjutnya tersambung melalui lekatan, pengeringan beton harus menggunakan lapisan
membran pengering yang disetujui Direksi. Cara penggunaannya adalah dengan semprotan
tekanan rendah sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. Membran pengering pada
permukaan‐permukaan horisontal harus segera dipasang setelah pengecoran beton dan
pada permukaan‐permukaan vertikal harus segera dipasang setelah pelepasan bekisting.
Membran pengering ini dipasang dua lapis tanpa lubang‐lubang pengikat.
Metoda c di atas juga digunakan untuk pengeringan sisi bawah balok dan plat. Direksi dapat
mensyaratkan penggunaan membran ini untuk permukaan yang vertikal atau miring. Biaya
proses pengeringan ini harus sudah tercakup dalam harga satuan pekerjaan beton. Dalam cuaca
yang luar biasa atau pada kondisi khusus, lama pengeringan dapat diubah oleh Direksi tanpa
adanya pembayaran tambahan kepada Kontraktor. Air yang digunakan untuk tujuan
pengeringan harus dari kualitas yang sama dengan air untuk adukan beton dan tidak boleh
meninggalkan bekas/warna pada permukaan beton.
Pasal 2: Bekisting dan Penyelesaian Permukaan Beton
2.1. Perencanaan Konstruksi Bekisting
Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi bekisting kepada Direksi untuk memperoleh
persetujuannya sebelum pelulusan pembuatan beton diberikan. Meskipun persetujuan Direksi
untuk rencana konstruksi bekisting tersebut telah diberikan, Kontraktor tetap
bertanggungjawab terhadap pekerjaan perancah dan bekisting. Konstruksi bekisting harus
cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang bekerja, tekanan beton dalam
keadaan basah, dan getaran‐getaran, tanpa mengalami distorsi. Bekisting harus direncanakan
sekaligus untuk memperoleh bentuk penyelesaian permukaan yang sesuai dengan gambar dan
harus diperhitungkan untuk mencapai elevasi‐elevasi permukaan beton. Bekisting di bawah
15
muka air tinggi harus kedap air dan dapat menahan beban‐beban akibat pengaruh pasang surut
dan gelombang.
2.2. Bahan Bangunan untuk Bekisting
Semua bahan bangunan untuk bekisting, termasuk oli atau coating yang lain, harus mendapat
persetujuan Direksi.
a. Bekisting Kelas A :
Harus menggunakan sambungan alur dan lidah, kayu yang cukup tebal dan kering udara atau
plywood dengan permukaan yang keras, baja, plastik kaku, atau bahan‐bahan lain yang
disetujui Direksi. Permukaan bahan‐bahan bekisting tersebut harus rata dan bebas dari
cacat‐cacat pada sisi yang akan berhubungan dengan beton. Bekisting ini digunakan untuk
permukaan beton dengan penyelesaian permukaan yang akan ditampakkan. Bila
menggunakan bahan kayu untuk bekisting kelas A, bahan kayu tersebut tidak boleh
digunakan lebih dari 3 kali.
b. Bekisting Kelas B :
Harus menggunakan kayu gergajian yang kering udara dengan baik atau bahan lain yang
disetujui Direksi. Bekisting ini digunakan untuk permukaan yang tidak akan ditampakkan.
Bekisting ini tidak boleh digunakan lebih dari 5 kali.
Bahan bangunan lain untuk bekisting dan pelaksanaannya akan menjadi tanggungjawab
Kontraktor dan harus mendapat persetujuan dari Direksi. Klem untuk bekisting harus dari
produksi pabrik yang dikenal dan batang baja pengikatnya harus dari kualitas yang memadai.
Kawat pengikat dan pipa PVC atau pipa plastik tidak diijinkan untuk digunakan.
2.3. Cara‐cara Pelaksanaan Bekisting
Sebelum pembuatan bekisting, Kontraktor harus membuktikan bahwa rencana bekisting telah
memenuhi persyaratan‐persyaratan yang diminta serta sesuai dengan rencana pengecorannya
termasuk jenis atau produksi batang‐batang pengikat atau klem yang akan digunakan. Panil‐
panil bekisting atau papan‐papan penutup beton yang akan ditampakkan harus dipasang dengan
pola yang teratur yang disetujui Direksi. Semua sambungan pada bekisting harus rapat untuk
mencegah kebocoran adukan dan terbentuknya bekas sambungan dan sarang‐sarang agregat
pada permukaan beton. Lubang untuk inspeksi bagian dalam bekisting dan lubang untuk
membuang air yang digunakan sebagai pembersih, harus dengan mudah ditutup kembali
sebelum pengecoran. Batang baja yang dibuat secara khusus untuk digunakan sebagai tie rod
atau sebagai alat pengatur jarak (internal spacer) yang telah disetujui Direksi, harus ditempatkan
pada tempat‐tempat yang telah ditetapkan dan sedemikian rupa sehingga mudah diangkat, baik
seluruhnya maupun sebagian. Jika bekisting terbuka atau terdapat lubang‐lubang, maka harus
diisi dengan spesi dan harus dicocok dengan baik. Kontraktor tidak diijinkan menggunakan
spacer plastik. Bagian‐bagian dari metal pengikat dan spacer yang akan tinggal di dalam beton,
jaraknya tidak boleh kurang dari 5 cm dari permukaan beton. Bekisting untuk balok dan plat
harus dibuat sedemikian rupa sehingga bekisting pada sisi balok dan penyangga bekisting plat
dapat dilepas tanpa mengganggu penyangga bekisting baloknya. Seluruh pipa‐pipa, baut‐baut,
pekerjaan‐pekerjaan besi, dan hal‐hal lain yang harus ditanam di dalam beton atau menembus
beton, harus ditempatkan dengan teliti di dalam bekisting, harus dipotong dengan baik dan
disesuaikan dengan sambungan‐sambungan, serta harus dibuat kedap air dimana perlu untuk
mencegah keluarnya adukan. Demikian pula perlengkapan‐perlengkapan (alat‐alat lain untuk
16
membuat lubang, kantong, alur‐alur, dan lain‐lain) harus ditempatkan pada bekisting sebelum
beton yang basah mencapai tempatnya. Bagian dalam dari bekisting harus dibuat atau
dikerjakan sedemikian rupa sehingga mengurangi melekatnya beton. Jika dipakai minyak atau
bahan‐bahan serupa maka harus diusahakan agar tidak mengenai baja tulangan. Jika tidak
mempergunakan kayu yang telah direndam air, maka bekisting harus dibasahi seluruhnya
sebelum dimulai pengecoran. Sebelum pengecoran beton dimulai, semua bekisting harus
disemprot dengan udara sampai bersih untuk menghilangkan kotoran‐kotoran, serutan‐serutan,
kotoran‐kotoran gergaji, dan sampah‐sampah lain. Udara yang dipompakan harus bebas dari
minyak atau apa saja dan harus diyakinkan kemurniannya dalam kehadiran Direksi sebelum
pelaksanaan pengecoran. Semua bekisting harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi sebelum
dilakukan pengecoran.
2.4. Pembukaan Bekisting
Bekisting tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi, tapi ijin ini tidak berarti bahwa
Kontraktor dibebaskan dari tanggungjawab terhadap kekuatan dan keamanan konstruksi.
Pembukaan bekisting harus dilaksanakan dengan hati‐hati untuk menghindarkan kerusakan
pada beton. Sebelum penyangga bekisting dilepas, beton akan diperiksa dengan membuka
bekisting sisi atau dengan salah satu cara lain seperti yang diminta oleh Direksi. Hal ini dilakukan
untuk meyakinkan bahwa beton telah mengeras. Bekisting yang tidak menahan beban dapat
dibuka setelah 24 jam dengan syarat bahwa beton sudah cukup kuat dan tidak rusak serta sudah
dilakukan persiapan‐persiapan yang cukup untuk pengeringan. Bekisting yang menahan beban
dapat dibuka jika contoh beton yang dikeringkan di tempat pekerjaan dalam keadaan yang sama
dengan keadaan sebenarnya mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang
harus dipikul selama atau setelah bekisting dibuka dan bila Direksi telah mengangap bahwa
syarat‐syarat yang diminta yang dinyatakan dalam pasal‐pasal yang berhubungan dengan ini
telah dipenuhi. Pembukaan bekisting dan konstruksi pembantunya harus dilaksanakan secara
bertahap tanpa menimbulkan gangguan pada beton. Pelaksanaannya harus diawasi oleh
pengawas yang benar‐benar berpengalaman. Beton yang memikul beban yang dianggap sudah
cukup kuat sehingga bekistingnya dapat dibuka ialah bila contoh beton yang dibuat dari beton
yang dimaksud dan dikeringkan di tempat pekerjaan telah mencapai kekuatan tekan hancur
yang nilainya lebih besar dari setengah kekuatan beton rencana 28 hari. Waktu untuk
pembukaan bekisting yang diberikan pada daftar di bawah ini adalah waktu minimum yang
diperlukan untuk beberapa kasus, tetapi harus diingat bahwa daftar ini hanya diberikan sebagai
gambaran saja, sedangkan waktu pembukaan bekisting yang dibutuhkan dapat berbeda‐beda
tergantung dari keadaan cuaca dan lain‐lain.
Waktu Pembukaan Bekisting (Minimum)
‐ Dinding 7 hari
‐ Plat 14 hari
‐ Balok 14 hari
‐ Kolom 28 hari
Waktu minimum pembukaan bekisting untuk beton dengan semen Portland yang mengandung
bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis dalam daftar di atas apabila
17
penggunaan semen seperti itu mendapat persetujuan Direksi. Konstruksi beton tidak boleh
diberi beban atau tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi. Pekerjaan akan diperiksa oleh
Direksi setelah bekisting dibuka dan sebelum dilakukan perbaikan‐perbaikan atas pekerjaan
tersebut.
2.5. Toleransi dan Cacat pada Beton
Toleransi yang diijinkan untuk pekerjaan yang rata, tidak boleh melebihi batas‐batas yang
disebut dalam daftar di bawah ini. Meskipun dalam daftar dinyatakan batas‐batas toleransi
secara terinci, lebih diutamakan penggunaan toleransi yang dinyatakan secara khusus dalam
gambar. Jika perlu Direksi dapat mengharuskan pemakaian toleransi yang lebih kecil. Jika
menurut pandangan Direksi bekisting pecah berlubang, bengkok, menekuk, tidak rata, atau
rusak sehingga dapat merusak penampilan beton, merusak kekokohan, atau lurusnya bekisting,
maka bekisting ini akan ditolak.
Contoh‐contoh Toleransi yang Diijinkan
Macam Toleransi Nilai Toleransi
‐ Perbedan dalam ukuran potongan melintang
pada bagian‐bagian struktural +6 mm
‐ Penyimpangan dari alignment seperti tertera
pada gambar (ujung ke ujung) +10 mm
‐ Penyimpangan dari level permukaan puncak
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung) +10 mm
‐ Penyimpangan dari level permukaan sebelah
bawah seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung) +10 mm
‐ Perbedaan‐perbedaan ukuran dari yang tertera pada
gambar yang diukur dari sebuah patok ukur +3 mm
Pasal 3: Penulangan
3.1. Gambar Kerja
Gambar‐gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan, dan gambar‐gambar penempatan
tulangan harus disiapkan oleh Kontraktor dan disampaikan kepada Direksi sebelum pelaksanaan
pekerjaan, untuk mendapat persetujuannya. Detail‐detail mengenai ini harus sesuai dengan
persyaratan dari BS 4466, SSC (JSCE) 138, dan PBI NI‐2 1971. Persetujuan yang telah diberikan
oleh Direksi tidak membebaskan Kontraktor dari tanggungjawab mengenai ketelitian dan atau
kelengkapan pekerjaan detail.
3.2. Teknik Pelaksanaan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, SSC (JSCE) 138, dan PBI NI‐2 1971
kecuali ditentukan lain. Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan di pekerjaan
meskipun tulangan tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi. Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan
penopang dan dudukan yang diikat erat kepadanya. Batang‐batang tulangan yang harus saling
berhubungan harus diikat dengan binding wire (bindraad) seperti yang ditentukan. Jenis
penopang dan dudukan yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi dan setiap bagian dari
18
penopang logam atau dudukan harus sedikitnya mempunyai beton dekking (cover) yang sama
dengan tulangan. Penopang dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor.
Binding wire tidak boleh keluar dari beton. Tulangan hanya boleh disambung pada tempat‐
tempat yang telah ditentukan seperti dalam gambar atau tempat‐tempat yang disetujui oleh
Direksi. Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau SSC (JSCE) 20 dan
PBI NI‐2 1971 kecuali ditentukan lain dalam gambar. Sebelum pelaksanaan pengecoran,
penulangan harus diperiksa mengenai ketepatan penempatan serta kebersihannya, dan kalau
perlu harus dibetulkan. Beton tidak boleh dicor sebelum penulangan diperiksa dan sebelum ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi. Tulangan‐tulangan yang menonjol selama pekerjaan sedang
berlangsung atau telah selesai dikerjakan, tidak boleh dibengkokkan tanpa persetujuan Direksi
dan harus dijaga agar tidak bengkok atau rusak dengan jalan mengikatnya pada penyangga atau
tumpuan‐tumpuan lain. Tulangan yang menonjol dalam arah horisontal pada siar‐siar konstruksi
harus ditumpu dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan penyangga
yang cukup dan bagian‐bagian pembuat jarak dimana tulangan akan diikatkan dan ditahan
ditempatnya. Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi
yang diijinkan adalah +4 mm.
Pasal 4: Pekerjaan Las
4.1. Umum
Pengelasan baja lunak harus dilakukan dengan las lengkung listrik dan harus memenuhi
persyaratan BS 1856 atau JIS Z 3801 dan Z 3841. Semua pekerjaan las hanya boleh dikerjakan
oleh tukang‐tukang las yang berpengalaman yang sedikitnya mempunyai pengalaman enam
bulan termasuk dua bulan berturut‐turut sebelum bekerja pada pekerjaan ini. Kontraktor harus
memberikan daftar kepada Direksi mengenai tukang las yang dipekerjakan, nama‐nama mereka,
pengalaman kerja, dan keterangan‐keterangan lain yang diperlukan. Daftar ini harus mendapat
persetujuan Direksi. Tempat pembuatan las lengkung, peralatan‐peralatan, dan kelengkapan‐
kelengkapannya yang akan dipakai harus sesuai persyaratan BS 638 atau JIS C 9301.
4.2. Pemotongan dan Pengelasan
Bahan‐bahan baja harus dipotong dengan akurat dengan mempergunakan oxy‐acetylene.
Pemotongan bahan‐bahan yang panjang dan bahan‐bahan yang bengkok harus dilakukan
dengan hati‐hati agar tidak terjadi perubahan bentuk lebih lanjut. Cara pengelasan harus
disetujui oleh Direksi sebelum pekerjaan dimulai. Penyambungan tiang‐tiang pipa baja harus
dilakukan dengan las yang dilaksanakan pada tempat pekerjaan las di lokasi pekerjaan dengan
cara pengelasan semi otomatis seperti ditentukan dalam JIS Z 3605 dan sesuai dengan gambar.
Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan yang akan dilas dan daerah‐daerah sekitarnya harus
dibersihkan dari karat, cat, bahan‐bahan sisa (slag), dan kotoran‐kotoran lain, serta harus
dikeringkan terlebih dahulu. Selama pengelasan berlangsung, bahan‐bahan yang akan dilas
harus dipegang kuat‐kuat dalam posisi yang benar dengan cara pengelasan jig atau tack.
Penggunaan tack welding harus dibatasi sampai seminimum mungkin. Pengelasan pada las
tumpul harus dilakukan dengan hati‐hati serta teliti dan lubang antara bagian‐bagian yang dilas
harus dibuat tepat seperti dalam gambar. Selama pengelasan, pemberian bahan las dan
kecepatannya harus sedemikian rupa sehingga las berbentuk V seluruhnya akan terisi dengan
bahan‐bahan isi. Kekurangan bahan isi untuk las harus dicegah dan pelaksanaannya harus hati‐
19
hati, seperti masuknya slag kedalam las, ketidaksempurnaan crater, dan retak‐retak. Kontraktor
harus bertanggungjawab untuk memperbaiki las yang tidak memenuhi syarat seperti kropos,
tumpang tindih (overlap), miring, serta kelebihan atau kurang tebalnya throat atau ukuran.
Pengelasan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau hujan angin (storm) kecuali pengelasan
dengan cara pengelasan dalam air. Pekerjaan las dalam keadaan cuaca buruk dapat disetujui
hanya bila Kontraktor dapat meyakinkan Direksi bahwa akan diambil langkah‐langkah
pengamanan terhadap pengaruh cuaca buruk tersebut.
4.3. Penyelesaian Permukaan
Bagian yang telah selesai dilas harus bersih dari goresan‐goresan, lekukan‐lekukan, sisa‐sisa
bahan las, dan cacat‐cacat lain yang ada selama pelaksanaan. Setiap pekerjaan perbaikan harus
dilakukan pada tanah yang rata, bersih, dan baik. Pekerjaan perbaikan las tidak boleh lebih
pendek dari 5 cm termasuk random arc strikes. Semua pengelasan harus mencapai sudut‐sudut
dari bagian‐bagian yang dilas. Jika menurut pandangan Direksi bagian‐bagian yang dilas
mempunyai kesalahan‐kesalahan geometrik yang akan menimbulkan penumpukan tegangan
atau nocth effect karena tidak tepatnya letak las, Kontraktor harus memperbaikinya dengan cara
digerinda. Perbaikan dengan cara mengulangi las di atasnya tidak diijinkan. Jika untuk
memperbaiki kesalahan tersebut dianggap perlu menambah las, maka pelaksanaannya harus
mendapat persetujuan Direksi.
4.4. Pemeriksaan Pekerjaan Las
Pekerjaan las harus diperiksa atau disaksikan oleh Direksi atau wakilnya sesuai dengan
persyaratan dalam JIS Z 3146 dan harus mencakup, tapi tidak terbatas hanya pada, pemeriksaan
visual, pengujian ultrasonic, dan pengujian radigrafik. Pemeriksaan visual harus tetap dilakukan
meskipun pemeriksaan‐pemeriksaan lain dijalankan juga. Pemeriksaan visual mencakup
pengecekan pemasangan sambungan yang dilas (apakah sudah lurus dan mengikuti persyaratan
pekerjaan las mengenai sudut‐sudut lekukan), permukaan‐permukaan bagian yang dilas, dan
bagian‐bagian yang terbuka. Direksi dapat memerintahkan setiap sambungan las untuk
diperiksa dan diuji dengan cara radigrafik atau ultrasonic yang disetujui, jika pengujian seperti
itu dianggap perlu. Dalam hal ini, Kontraktor harus mempersiapkan segala sesuatunya agar
pengujian bisa dilaksanakan.
Pasal 5: Pengecatan Proteksi untuk Baja
5.1. Umum
Pengecatan proteksi yang akan diuraikan di sini menyangkut semua bahan dan peralatan dari
baja seperti bollard, rantai‐rantai baja, tangga‐tangga, dan peralatan baja lain yang akan dipakai
pada konstruksi dermaga dan peralatan navigasi.
5.2. Pembersihan
Sebelum dicat, benda‐benda baja harus dibersihkan dari karat dengan sikat kawat atau dengan
alat‐alat lain. Semua benda‐benda yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan petunjuk‐
petunjuk dari pabrik cat atau seperti yang dijelaskan dalam syarat‐syarat teknis ini. Benda‐benda
baja harus dibersihkan dari sisa‐sisa dan percikan‐percikan las.
5.3. Pengecatan
Setelah bagian yang akan dicat diperiksa kebersihannya oleh Direksi, maka bagian luar dari
bahan‐bahan baja tersebut dicat dengan cat anti karat sebagai berikut :
20
CAT DASAR CAT LUAR
Macam cat Zinc rich based Epoxy resin based
Jumlah lapis 1 2
Pengecatan harus dilakukan 3 kali dan tebal lapisan cat setelah kering minimum adalah 0,3 mm.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, contoh‐contoh cat dan nama‐nama pabriknya harus
disampaikan kepada Direksi untuk mendapat persetujuannya. Warna dari lapisan harus sesuai
dengan perintah Direksi.
Pasal 6: Pekerjaan Pemancangan Tiang
6.1. Umum
Pekerjaan yang tercakup oleh pasal ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, dan
material, serta semua operasional yang berhubungan dengan pekerjaan pemancangan tiang
pipa baja.
6.2. Metoda Pelaksanaan
Sebelum memulai pemancangan, Kontraktor harus menyerahkan metoda pelaksanaan yang
dilengkapi dengan gambar dan rencana pekerjaan yang terinci kepada Direksi untuk mendapat
persetujuan.
6.3. Percobaan Pemancangan (Pile Test)
Sebelum memulai pemancangan, Kontraktor harus melakukan percobaan pemancangan (pile
test) pada salah satu titik sesuai dengan gambar rencana yang ditunjuk oleh Direksi. Percobaan
pemancangan ini harus dihadiri Pemilik Proyek atau wakilnya dan Direksi. Seluruh data yang
berkaitan dengan percobaan pemancangan ini harus dicatat oleh Kontraktor dan salinannya
harus diberikan pada Direksi.
6.4. Peralatan Pancang
Untuk pemancangan tiang dari arah laut/sungai harus dipakai ponton khusus untuk pekerjaan
pancang atau harus dibuat bagan sementara apabila diperlukan. Apabila digunakan ponton
harus dijaga kestabilan dan ketepatan posisi pemancangannya. Pemancangan di darat harus
dilakukan dengan alat pancang yang dilengkapi dengan pembimbing (leader), bak (trestle), dan
alat‐alat penumpu sehingga tiang‐tiang dapat dipancang dengan tepat dan aman. Kekhususan
(detail) dari alat pancang harus disetujui oleh Direksi. Jika memilih alat pancang, Kontraktor
harus memperhitungkan macam‐macam faktor seperti macam tiang yang dipakai, lokasi untuk
penempatan alat pancang, keadaan tanah, dan hal‐hal lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan pemancangan. Palu pancang macam apapun, termasuk palu uap (steam hammer)
harus memenuhi syarat untuk pelaksanaan pancang dan harus mendapat persetujuan Direksi.
Tiang‐tiang pancang harus dilindungi selama dipancang yaitu dengan topi tiang (pile cap) dan
bantalan (cushion block) yang desainnya disetujui Direksi. Bantalan harus terbuat dari bahan
yang tidak banyak berubah sifat elastisitasnya karena pukulan‐pukulan hammer yang berulang‐
ulang.
6.5. Pemancangan Tiang
21
Pemancangan, kemiringan, dan hal‐hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemancangan harus mengikuti persyaratan yang berlaku.
6.6. Pencatatan Pemancangan (Driving Record)
Untuk mengetahui besarnya penurunan tiang, harus dibuat catatan‐catatan. Untuk itu, pada
seluruh panjang tiang harus diberi tanda‐tanda dengan cat pada setiap jarak 50 cm kecuali pada
jarak 1 meter terakhir diberi tanda pada setiap 10 cm. Catatan‐catatan yang dibuat harus
meliputi hal‐hal seperti tersebut di bawah ini dan disusun dalam formulir yang ditentukan oleh
Direksi. Dari catatan yang didapat harus dibuat grafik dan diberikan kepada Direksi. Catatan
seperti itu harus dibuat untuk semua tiang pancang baja. Hal‐hal yang harus dibuat catatannya
adalah:
a. Nomor tiang
b. Diameter luar atau ukuran tiang
c. Panjang unit
d. Tanggal dan waktu pemancangan
e. Nama petugas pencatat
f. Data‐data dari peralatan pancang
g. Data‐data dari bantalan (cushion)
h. Dalamnya penetrasi
i. Jumlah pukulan untuk setiap 10 cm penetrasi
j. Penetrasi rata‐rata tiap pukulan
k. Tinggi jatuh (drop)
l. Besarnya rebound
m. Kemiringan tiang (jika ada)
n. Penyimpangan‐penyimpangan pada waktu pemancangan
o. Besarnya penurunan sendiri tiang
p. Berat hammer 2,5, ton dengan tinggi jatuh 2,00 m
q. Kedalaman dasar laut/sungai.
Penetrasi akhir dari pemancangan harus mencapai 2,5 cm per 10 pukulan dan minimum
mencapai kedalaman 20 m dari dasar laut/sungai. Hasil pencatatan kalendering pemancangan
tiang pertama secepatnya disampaikan kepada Perencana untuk dievaluasi. Catatan yang
lengkap seperti disebutkan di atas harus dibuat untuk satu dari tiap sepuluh tiang yang
dipancang, tetapi catatan mengenai dalamnya penetrasi dan jumlah pukulan harus dibuat untuk
semua tiang yang dipancang.
6.7. Toleransi pada Tiang yang Sudah Dipancang
Tiang‐tiang harus dipancang dengan cara yang tepat dan toleransi deviasi kepala tiang dengan
elevasi yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
a. Untuk kepala tiang, deviasi maksimum yang diijinkan untuk sumbu tiang adalah 10 cm pada
semua arah.
b. Deviasi maksimum yang diijinkan untuk tiang pancang tegak yang dipancang terhadap arah
vertikal adalah +1,5o.
c. Deviasi maksimum yang diijinkan untuk tiang pancang miring yang dipancang terhadap
kemiringan yang telah ditentukan adalah +3o.
d. Deviasi maksimum yang diijinkan untuk top level dari tiang yang sudah dipancang adalah +5
cm.
22
D. PEKERJAAN PENYELESAIAN & PEMBERSIHAN AKHIR
Pasal 1: Pembetulan/Perbaikan Pekerjaan
Kontraktor wajib meneliti kembali pekerjaan‐pekerjaan yang telah diselesaikan serta mengerjakan
pembetulan‐pembetulan kekurangan, perbaikan‐perbaikan, dan lain‐lain yang masih harus
disempurnakan.
Pasal 2: Pembersihan Daerah Kerja
Setelah selesai seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan daerah kerja antara lain
membongkar konstruksi‐konstruksi penolong, perlengkapan‐perlengkapan pembantu, bahan‐bahan
bekas yang tidak terpakai sampai bersih seluruhnya, sesuai petunjuk Direksi.
Pasal 3: Sisa Bahan, Peralatan, dan Bangunan
Sisa‐sisa bahan bangunan, peralatan, dan bangunan yang dibeli dengan biaya dari Proyek menjadi
millik Proyek.
23
E. PENUTUP
Pasal 1: Pekerjaan yang Tidak Sesuai
Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak,
tidak sesuai dengan gambar, atau tidak sesuai dengan petunjuk‐petunjuk Direksi atau staf teknis atau
Pejabat Pembuat Komitmen, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan pembuatannya kembali
seluruhnya menjadi tanggungan Kontraktor.
Pasal 2: Pekerjaan dan Persyaratan yang Belum tercakup
Jika dalam spesifikasi teknis ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan maupun persyaratan lainnya,
maka hal tersebut akan diatur dalam addenda‐addenda RKS dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Anwijzing) serta perintah tertulis dari Direksi atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen pada waktu
pekerjaan berlangsung.
Demikian spesifikasi teknis pekerjaan ini dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan.
SYARAT ‐ SYARAT YANG BELUM TERCANTUM DALAM PERATURAN INI AKAN DI TENTUKAN KEMUDIAN
OLEH DIREKSI.
Langgur, ...............................................2019
Pejabat Pembuat Komitment Panitia Pelelangan ( Ketua )
................................................... ...................................................
NIP,.............................................. NIP,..............................................
24