Anda di halaman 1dari 23

`

SPESIFIKASITEKNIS
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS (RKS)

PEKERJAAN DRAINASE
Kegiatan : PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KAB. KOLAKA PROVINSI
SULAWESI TENGGARA

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi
1. Mobilisasi dan demobilisasi adalah mendatangkan dan
mengembalikan peralatan/ tenaga yang meliputi peralalatan kecil
maupun besar, dan tenaga yang akan digunakan oleh Kontraktor
untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan/tenaga dilaksanakan selama
masa pekerjaan. Segala biaya yang timbul dalam pelaksanaannya
menjadi tanggung jawab kontraktor dan harus diperhitungkan
dalam penawaran harga.
2.2. Pengaturan Lalu Lintas
1. Lalu Lintas Proyek
a. Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor diharuskan
mematuhi dan mentaati ketentuan dan peraturan lalu lintas
umum yang berlaku, sejauh pekerjaannya mempengaruhi
kelancaran lalu lintas umum. Dalam hal ini Kontraktor diharuskan
mendapatkan pengarahan dan pedoman dari instansi
setempat yang berwenang yaitu polisi lalu lintas dan Dinas Lalu
Lintas Angkutan Jalan Raya.
b. Penggunaan jalan harus diatur sedemikian rupa agar gangguan
lalu lintas dan kerusakan yang timbul sebagai akibatnya dijaga
sekecil mungkin. Perbaikan kerusakan terhadap jalan, gorong--
gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas proyek dibebankan
pada Kontraktor dan harus disetujui Direksi.
2. Pengalihan Arus Lalu Lintas Umum maupun Lalu Lintas di Area
Proyek dan Pembuatan Jalan Darurat
`

Kontraktor diharuskan membuat rencana khusus untuk setiap sub


proyek sehubungan dengan pengaturan arus lalu lintas dalam
menunjang kelangsungan pekerjaan.
Pelaksanaan pekerjaan yang menuntut dialihkannya arus lalu lintas
umum untuk sementara waktu harus mendapat persetujuan Direksi.
3. Pengaturan Pengangkutan Alat-alat Berat dan Bahan Konstruksi
a. Pengangkutan alat-alat berat ke dan dari lokasi proyek harus
diatur sedemikian rupa agar beban total dari kendaraan yang
mengangkut alat-alat berat tersebut tidak melampaui kapasitas
jalan/jembatan yang dilalui. Untuk itu alat-alat berat yang
dimaksud harus diuraikan menjadi beberapa bagian untuk
kemudian diangkut beberapa kali. Ketentuan yang sama juga
berlaku untuk pengangkutan bahan-bahan konstruksi.
b. Apabila Direksi memandang perlu, maka Kontraktor diharuskan
meminta pengawalan dari instansi yang berwenang.
4. Rambu-rambu Sementara
Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan
menempatkan rambu-rambu lalu lintas sementara pada lokasi dan
posisi penting termasuk rintangan-rintangan di sekitar lokasi proyek.
Penempatannya harus dengan persetujuan pengelola setempat.
Apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh Direksi, Kontraktor
diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu dan rintangan-
rintangan sementara yang tidak diperlukan lagi yang selama
pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas di sekitar
lokasi proyek.
2.3. Pengaturan Pemindahan Jaringan Pipa dan Kabel
1. Yang termasuk dalam istilah pipa dan kabel infrastruktur eksisting
adalah pipa distribusi air bersih PDAM, pipa gas, kabel listrik, kabel
telepon dan fiber optik lainnya yang pemasangan jaringannya
tertanam dan terletak di bawah permukaan tanah.
2. Semua pipa dan kabel yang termasuk dalam kategori (a) di atas
dan yang masih berfungsi atau sudah tidak berfungsi lagi serta
`

jalurnya melintasi dan menghalangi aliran air dalam saluran harus


diamankan atau dialihkan sesuai petunjuk Direksi.
3. Biaya penggantian dan perbaikan atas kerusakan terhadap pipa
dan kabel yang masih berfungsi sebagai akibat dari kelalaian
Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya adalah menjadi
beban Kontraktor sepenuhnya.
4. Apabila dalam rangka pekerjaan penggalian saluran baru atau
penggalian memperdalam dasar saluran lama ditemui lintasan
pipa dan kabel yang masih berfungsi, maka Direksi dan Kontraktor
menghubungi instansi yang mengelola jaringan tersebut untuk
menentukan biaya pemindahan jalur pipa atau kabel yang
dimaksud untuk dialihkan di bawah dasar saluran rencana.
5. Direksi berhak menunjuk seorang ahli yang akan memberi
pengarahan dan mengawasi semua pekerjaan instalasi dalam
rangka pemindahan dan pengalihan jalur atau lintasan pipa dan
kabel.
2.4. Photo Dokumentasi
1. Photo Proyek
a. Kontraktor diwajibkan membuat photo proyek sesuai dengan
kemajuan pekerjaan pada titik yang sama dan arah yang sama,
disusun di dalam album, dibuat 3 (tiga) rangkap dan diserahkan
kepada Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.
b. Photo Proyek dibuat berwarna, dicetak yang jelas dan bersih,
ukuran post card.
2. Gambar Kerja (Shop Drawing)
a. Untuk bagian–bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan
(construction drawing) belum cukup memberikan petunjuk untuk
mencapai keadaan terlaksana, maka Kontraktor wajib untuk
membuat gambar kerja (shop drawing) yang memperlihatkan
secara terperinci cara pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud.
b. Gambar kerja tersebut harus mendapat persetujuan dari
Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas.
`

c. Persetujuan tersebut tidak melepaskan Kontraktor dari tanggung


jawab atas kesalahan yang dilakukan Kontraktor.
3. Gambar Hasil Pelaksanaan Revisi (As Built Drawing)
a. Hasil pekerjaan yang belum terdapat dalam Gambar kerja
karena penyimpangan atau perubahan atas perintah Pemberi
Tugas/Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas ataupun tidak,
Kontraktor harus membuat gambar–gambar yang sesuai
dengan apa yang dilaksanakan, yang penting memperlihatkan
perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang
dilaksanakan.
b. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) dan
semua biaya pembuatan sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
2.5. Jalan Kerja
Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang
akan dipakai, dan transportasi pembuangan bahan material tidak
terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan keperluan lainnya. Kontraktor
diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang layak guna
kegiatan tersebut di atas untuk menunjang dan memperlancar
pelaksanaan pekerjaan. Lokasi jalan kerja harus sesuai dengan
persetujuan Direksi.
2.6. Pembuatan Direksi Keet
1. Direksi Keet ini dibuat untuk jangka waktu penggunaan minimal
sama dengan lama pelaksanaan pekerjaan, terbuat atas konstruksi
semi permanen dan seluruhnya akan menjadi milik Pemberi Kerja
setelah pelaksanaan proyek berakhir, kemudian Kontraktor wajib
memelihara kebersihan halaman/ bangunan dan melakukan
perbaikan–perbaikan direksi keet selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung, sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas.
2.7. Bengkel dan Gudang Kontraktor
Di lapangan, Kontraktor harus memiliki bengkel dengan perlengkapan
secukupnya dan tenaga listrik yang dapat digunakan untuk
`

pelaksanaan pekerjaan, serta gudang untuk menyimpan material dan


suku cadang peralatan.
2.8. Pengukuran
2.8.1. Jaringan Titik Tetap
1. Jaringan patok titik tetap diambil berdasarkan referensi titik tetap
(patok beton) yang telah ditetapkan oleh Direksi.
2. Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar
adalah elevasi yang dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap
seperti yang dijelaskan pada butir di atas.
3. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam
proyek ini tercantum dalam gambar-gambar rencana atau akan
ditunjukkan oleh Direksi di lapangan.
2.8.2. Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan
personil tekniknya untuk melakukan survey dan membuat laporan
mengenai kondisi fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi
apakah terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama
dengan Direksi harus secara bersama-sama mengambil peil
permukaan areal kerja dan menyetujui semua kekhususan
terhadap mana semua situasi pekerjaan.
2. Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus
membongkarnya setelah pekerjaan selesai.
3. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam
dimuka,bila akan mengadakan levelling pada semua bagian
daripada pekerjaan.
4. Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua
bantuan yang diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan
levelling tersebut.
5. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila
dipandang perlu untuk mengadakan penelitian kelurusan maupun
level dari bagian-bagian pekerjaan.
`

6. Kontraktor harus membuat peil/ titik-titik tanda (bench mark)


permanen di tiap-tiap bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus
diberi pelindung dan dirawat selama berlangsungnya pekerjaan
agar tidak berubah.
7. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan
berlangsung berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga
apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran
ulang.
8. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan
dengan alat optik dan sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi.
9. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum
dalam gambar dengan hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan
memutuskan hal itu kemudian.
2.8.3. Pematokan dan Pekerjaan Bouwplank
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus
melaksanakan pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai
petunjuk Direksi.
2. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat
melebihi lebar dasar pondasi saluran.
3. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan
tidak bergerak serta harus dijaga agar tidak rusak/hilang selama
pelaksanaan pekerjaan dengan jarak antar patok 25 meter.
4. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi
dasar pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran,
tinggi saluran maupun tebal pasangan/konstruksi lainnya.

3. PEKERJAAN TANAH
3.1. Pekerjaan Pengeringan Air
1. Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah membuang
genangan air pada lokasi pekerjaan yang akan dipasang pondasi
pasangan batu kali/beton bertulang.
2. Pengeringan dilakukan dengan memakai pompa air dengan
diameter 3” s/d 4” sesuai kebutuhan lapangan.
`

3. Buangan Air hasil pengeringan harus dicarikan tempat buangan


yang tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.
4. Pekerjaan Pengeringan dilakukan selama pemasangan pondasi
batu kali/beton bertulang dan plesteran.
3.2. Pekerjaan Galian Tanah
3.2.1 Umum
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah
atau material lain bila ada dari tempat kerja atau sekitarnya yang
perlu, untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam
kontrak ini.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran dan
pondasi, untuk pembuangan material yang tidak terpakai atau
humus, dan untuk pembentukan secara umum garis, ketinggian
penampang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi.

3.2.2 Toleransi Dimensi


1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh
bervariasi dari yang ditentukan.
2. Permukaan galian yang sudah selesai yang terbuka terhadap
aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup
kemiringan untuk pembuatan saluran dan menjamin drainase yang
bebas dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.
3.2.3 Perbaikan dari Pekerjaan Galian yang tidak Memuaskan
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan, harus
diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut :
1. Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih
lanjut
2. Daerah dimana digali lebih atau daerah retak atau lepas, harus
diurug kembali dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi
agregat seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
3.2.4 Prosedur Penggalian
1. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi
yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan
`

harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk


apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, batu bata, batu
beton dan lain-lain. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan
seminimal mungkin gangguan terhadap material di bawah dan di
luar batas galian.
2. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor
harus menyediakan seluruh material yang diperlukan,
perlengkapan dan buruh untuk pengeringan, panggalian saluran
air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan
cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja setiap saat untuk
menjamin tak ada gangguan dalam prosedur pengeringan
dengan pompa.
3.2.5 Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian
1. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin
keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian.
2. Selama masa pekerjaan galian, Kontraktor harus menjaga setiap
saat suatu lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan
sekitarnya. Bila diperlukan, Kontraktor harus menahan atau
menyangga struktur di sekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat
menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian.
3. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di
atas kepala, Kontraktor harus menempatkan pengawas keamanan
pada tempat kerja yang tugasnya hanya memonitor kemajuan
dan keamanan.
3.2.6 Penggunaan dan Pembuangan Material Galian
1. Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-
batas dan cakupan proyek dimana memungkinkan harus
digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau urugan
kembali maupun lime treatment.
2. Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah
besar akar atau benda tetumbuhan yang lain dan tanah yang
komprensif yang menurut Direksi akan menyulitkan pemadatan
dari material atau yang mengakibatkan kerusakan atau
`

menurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan tidak


memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.
3. Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan,
atau setiap material yang tidak disetujui oleh Direksi Teknik sebagai
bahan timbunan harus dibuang dan diratakan dalam lapis yang
tipis oleh Kontraktor di luar tempat kerja sesuai petunjuk Direksi.
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk seluruh pengaturan dan
biaya untuk pembuangan material yang berlebih atau tidak
memenuhi syarat, termasuk pengangkutan dan perolehan ijin dari
pemilik tanah di mana pembuangan dilakukan.
4. Material galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan
dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan
selesai sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
5. Seluruh tempat bekas penempatan tanah bekas galian, harus
ditinggalkan dalam keadaan rapih dengan tepi dan lereng yang
stabil.
3.3. Pekerjaan Galian Drainase
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah
atau material lain (Lumpur) yang ada dan terdapat didalam area
saluran.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk membersihkan dan
memelihara kembali saluran yang akan ditingkatkan.
3. Elevasi galian Drainase yang digali tidak boleh berbeda dari yang
direncanakan sesuai dengan gambar spek yang ada.
4. Volume galian Drainase yang digali tidak boleh kurang dari yang
direncanakan sesuai dengan gambar yang ada.
5. Pekerjaan galian drainase yang tidak memenuhi toleransi yang
diberikan, harus diperbaiki oleh Kontraktor dengan cara menggali
lagi sampai elevasi dan volume galian yang digali terpenuhi
6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi, sebelum memulai
pekerjaan, gambar perincian potongan melintang atau
`

memanjang yang menunjukkan kondisi awal daripada saluran


sebelum operasi penggalian dan pengerukan dilakukan untuk
setiap seksi pekerjaan galian.
7. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi
yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan
harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk
apapun yang dijumpai.
3.4. Pengangkutan Tanah Sisa Galian Keluar Proyek
1. Seluruh material yang telah digali dalam batas volume yang telah
ditentukan, dan apabila tidak bisa dibuang secara langsung,
maka untuk sementara dapat diletakan di daerah sekitar saluran.
2. Penempatan hasil Galian tersebut jangan sampai menggangu
sekitarnya.
3. Walaupun ditempatkan sementara, tanah hasil galian tidak
dibenarkan berada pada tempat tersebut sampai 1 (satu hari)
4. Seluruh hasil material bekas galian drainase harus dibuang dan
tempat bekas penempatan sementara hasil galian, ditinggalkan
dalam keadaan rapih dan bersih.
5. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tanah sisa
galian adalah Dump Truk dengan kapasitas muat 4 m3 atau bila
kondisi jalan/area yang tidak memungkinkan bisa menggunakan
kendaraan kecil dengan seijin pengawas lapangan
6. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi setiap kali akan
mengadakan pengangkutan material sisa galian keluar proyek,
serta harus mencatat berapa m3 volume dari material yang telah
diangkut setiap ada pekerjaan pengangkutan.

4. PEKERJAAN BETON
4.1. Umum
1. Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua
bangunan, saluran drainase, bangunan gorong-gorong, jembatan,
rumah stasiun pompa, pintu air yang akan dikerjakan dengan
spesifikasi ini dan untuk semua maksud yang berhubungan dan
`

sebagaimana diminta oleh Direksi harus diperinci dari bahan-


bahan yang diperinci disini dan harus dicampur dengan
perbandingan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
disebut di sini.
2. Setiap syarat dan ketentuan yang tidak termaktub di sini harus
sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton N.I.2 P.B.I. 1971.

4.2. Bahan
1. Semua portland harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan dalam semen portland.
2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan tentang besi beton.
3. Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton,
spesi/mortel dan spesi injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan
oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-syarat yang sudah
diterangkan
4. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan di depan.
4.3. Kelas dan Mutu Beton
Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton
Indonesia N.I2-P.B.I. 1971, menurut tabel di bawah ini :
Tabel 1 Standar Mutu Dan Kelas Beton Indonesia
Kategori
σbk σ’bm Pengawasan Pengawasan
Mutu Dari
(Kg/cm2) (Kg/cm2) Kualitas Agregat Kualitas Tekan
Bangunan
Non Kualitas Tidak ada
BO - -
Struktural dengan mata Pengujian
Pemeriksaan Tidak ada
B - - Struktural
dengan teliti Pengujian
Pengujian terinci
Tidak ada
B1 - - Struktural dengan analisa
Pengujian
ayakan
Pengujian terinci
Tidak ada
K-125 125 200 Struktural dengan analisa
Pengujian
ayakan
Pengujian terinci
Tidak ada
K-175 175 250 Struktural dengan analisa
Pengujian
ayakan
Pengujian terinci
Tidak ada
K-225 225 300 Struktural dengan analisa
Pengujian
ayakan
Pengujian terinci Tidak ada
K-300 300 300 Struktural
dengan analisa Pengujian
`

Kategori
σbk σ’bm Pengawasan Pengawasan
Mutu Dari
(Kg/cm2) (Kg/cm2) Kualitas Agregat Kualitas Tekan
Bangunan
ayakan
Pengujian terinci
Tidak ada
K-350 350 350 Struktural dengan analisa
Pengujian
ayakan

σ bk = kekuatan tekan beton karakteristik ialah kekuatan tekan,


dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji,
kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu
terbatas sampai 5% saja.
σb = kekuatan tekan beton yang didapat dari masing-masing
benda uji (kg/cm²). σ bm = kekuatan tekan beton rata-rata
(kg/cm²)
Menurut rumus :
N
 
1
 bm1 
N
N = Jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan, jadi jumlah seluruh
pemeriksaan, jadi jumlah seluruh benda uji yang diperiksa,
yang harus diambil minimum 20 buah.
S = deviasi standar (kg/cm²).
N
s
    "
 N 1
Jika tidak ditentukan lain, yang diartikan dengan kekuatan tekan
beton senantiasa ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari
pemeriksaan benda uji kubus yang berisi 15 (± 0,06) cm pada umur 28
hari.
Tabel 2 Tabel Penggunaan Mutu Beton
No. Uraian Pekerjaan Mutu Beton
1 Lantai Kerja BO
2 Tanggul Banjir K 225
3 Conblock/Paving Blok K 350
4 Saluran Drainase K 225
5 Saluran Drainase Beton Precast K 300
`

No. Uraian Pekerjaan Mutu Beton


6 Penutup Beton Precast K 350
7 Gorong-Gorong Precast K 350
8 Jembatan K 300
9 Bak Kontrol K 225
10 Bangunan Station Pompa K 300
11 Rumah Genset K 225 & K 300
12 Saringan Sampah K 225
13 Pintu Air K 225

4.4. Pencampuran dan Pengecoran Beton.


4.4.1. Komposisi/Campuran Beton
1. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/ batu
pecah, air seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya
dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-
baiknya sampai pada kekentalan yang tepat/baik.
2. Untuk beton mutu “Bo” dapat dipakai setiap campuran yang lazim
dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan non-strukturil, dengan syarat
bahwa perbandingan jumlah pasir dan kerikil (atau batu pecah)
terhadap jumlah semen, tidak boleh melampaui 8 : 1.
3. Untuk beton mutu K 225, campuran nominal dari semen Portland,
pasir dan kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan
perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau banyaknya semen untuk tiap
m3 beton minimum harus sampai 325 kg.
4. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang
dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai
dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga
pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
5. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan
ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai
kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang
dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
6. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh
agregat) tidak boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III
`

dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya) untuk kelas lain-


lainnya. Pengujian dari beton akan dilakukan oleh Direksi dan
perbandingan-perbandingan campuran harus diubah jika perlu
untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan
bekerja, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan
Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi disebabkan
perubahan yang demikian.
4.4.2. Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi
jumlah dari masing-masing bahan pembentukan beton.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu
harus mendapatkan persetujuan Direksi.
4.4.3. Mengaduk
1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk
dalam mesin pengaduk beton yaitu “Batch Mixer” atau “Portable
Continuous Mixer” selama sedikitnya 1 ½ menit sesudah semua
bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam
mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk
berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3, Direksi berwenang untuk
menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan
susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam.
2. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan
ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam
komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan
selama pekerjaan mencampur.

3. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan


penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki tidak diperkenankan.
4. Pencampuran dengan tangan diperkenankan apabila pada lokasi-
`

lokasi tertentu sebuah Portable Mixer tak mungkin dipergunakan


menurut pandangan Direksi. Untuk mempermudah pencampuran
ini Kontraktor akan membuat beton masif dengan ketebalan tidak
kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan
parapet setinggi 10 cm.
5. Penutup saluran dari beton harus dicor pada tempat lain yang
berdekatan dengan lokasi, tidak boleh dicor langsung pada
saluran.
4.4.4. Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32° Celcius
dan tidak kurang dari 4,5° C. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada
antara 27° C dan 32° C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk
kemudian langsung dicor. Bila beton melebihi 32° C, sebagai yang
ditetapkan oleh Direksi, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah
yang efektif, misalnya mendinginkan agregat dengan mencampur air
dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, mempertahankan
suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 32° C.
4.4.5. Cetakan Beton
1. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang,
batas-batas dan ukuran dari hasil beton yang diinginkan
sebagaimana pada gambar-gambar yang diusulkan oleh
Kontraktor dan yang sudah disetujui oleh Direksi.
2. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model
yang dikehendaki harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat
dibuat dari lembaran Plywood, papan yang diserut/ diketam rata
dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk
menghasilkan permukaan yang sempurna seperti terperinci disini.
3. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki
dimanapun juga baik saluran drinase ataupun tutup beton.
Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu
dan harus didalam segala hal benar-benar berbentuk dan
berukuran yang dikehendaki dan harus berkekuatan dan
`

berkakuan yang tetap pada tempat dan bentuknya selama


pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan
beton. Semua percetakan kayu harus diketam rata/digosok
dengan kertas pasir untuk menghilangkan tanda-tanda bekas dari
cetakan sejauh hal ini dapat dikerjakan. Usaha yang sesuai dan
efektif harus dikerahkan dalam pekerjaan cetakan untuk
menguatkan pinggiran batas dan ujung lainnya dalam arah yang
tepat untuk menghindari terbentuknya pelengkungan-
pelengkungan sisi-sisi pinggiran tersebut atau kerusakan-kerusakan
permukaan beton yang telah diselesaikan.
4. Semua cetakan yang dibangun harus teguh. Alat-alat dan usaha-
usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan
tanpa merusak permukaan dari beton yang selesai harus tersedia.
Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus
diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan yang
mencegah secara efektif lekatnya beton, semua material untuk
melepaskan lekatan harus dipakai hanya setelah disetujui oleh
Direksi. Penggunaan minyak cetakan harus berhati-hati untuk
kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurangnya daya
lekat.
5. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan kuat kedudukannya
sehingga tidak ada perubahan atau gerakan lain selama
penuangan beton. Penyangga cetakan (perancah) harus
bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan ada
kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
6. Pada pekerjaan saluran longsor harus dalam daerah yang kering
maka harus dibatasi dengan cofferdam di udik dan di hilir, serta
disediakan pompa untuk memompa air rembesan dari cofferdam.
Air yang setiap hari mengalir harus dialihkan lewat talang di atas
saluran yang akan dibangun.
4.4.6. Pengecoran
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja
`

tulangan beton, penyokongan dan pengikatan dan penyiapan-


penyiapan permukaan yang berhubungan dengan pengecoran
yang telah disetujui oleh Direksi.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada
tempat pengecoran (cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air
yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas.
3. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan
beton harus sedemikian sehingga beton dengan komposisi dan
kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan
tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang
menyebabkan perubahan nilai slump.
4. Beton dicor hanya pada waktu Direksi atau wakilnya yang ditunjuk
serta pengawas Kontraktor yang setaraf ada ditempat kerja.
5. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan.
6. Beton yang sudah mengeras dalam hal mana pengecoran yang
tepat tidak mungkin dijamin harus dibuang dan tidak dibayar untuk
pekerjaan terbuang semacam itu. Transportasi dari pengadukan
sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh sehingga
memungkinkan pemisahan bahan dan pengerasan beton.
7. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan/joints,
semua penuangan beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis
horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Direksi
mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila
pengecoran dengan tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat
memenuhi spesifikasi-spesifikasi ini.
8. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau
lama sedemikian sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat
kasar. Selama hujan air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan
pada construction joints dan air semen atau spesi yang hanyut dan
terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan
dilanjutkan. Suatu pengecoran tersebut tidak boleh terputus
sebelum bagian tersebut selesai.
`

9. Ember-ember/bocket beton yang dipakai harus sanggup


menuang dengan tepat pada slump yang rendah dan memenuhi
syarat-syarat campuran pada mana mekanisme pembuangan
harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m 3 sekali tuang.
Ember beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-
alat lainnya dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang
terbatas.
10. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan
maksimum yang mungkin, sehingga ia bebas dari kantong-kantong
kerikil, dan menutup rapat-rapat pada semua permukaan-
permukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam
pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala, alat penggetar
(vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali
beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak dibawah.
Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type
immersion beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000
putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.
4.4.7. Sambungan Konstruksi
1. Sambungan konstruksi harus dicor seperti terlihat pada gambar.
Bila sambungan tersebut tidak terlihat, maka kontraktor harus
mempersiapkan suatu jadwal pembetonan untuk setiap struktur
yang disetujui Pemberi Tugas Teknik/Konsultan Pengawas.
Sambungan konstruksi tidak boleh diletakan pada pertemuan dari
bagian konstruksi, kecuali sebaiknya ditetapkan.
2. Sambungan konstruksi melalui tembok sayap harus dihindari.
Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis-garis
utama tegangan dan pada umumnya harus diletakkan ada titik
dengan gaya geser minimum.
3. Bila sambungan vertikal diperlukan, maka baja tulangan harus
diperpanjang melampaui sambungan tersebut sehingga membuat
struktur tetap monolit.
`

4. Alur sambungan paling sedikit 4 cm harus disediakan pada semua


sambungan konstruksi untuk dinding, plat dan antar telapak
dengan dinding. Untuk pelat yang berada di atas sambungan
harus diletakan sedemikian rupa sehingga membagi pelat ke
dalam bagian-bagian yang lebih besar tidak lebih dari 120%
terhadap bagian yang lebih kecil.
5. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan bahan-bahan
tambahan sebagaimana diperlukan untuk membuat sambungan
konstruksi tambahan dalam hal setiap penangguhan pekerjaan
yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh hujan atau
kemacetan persediaan beton atau penangguhan pekerjaan oleh
Pemberi Tugas Teknik/Konsultan Pengawas.
6. Untuk tanggul banjir, di setiap sambungan dilatasi pertahap,
antara beton satu dengan yang lainnya harus dipasang rubber
waterstop. Letak/posisi waterstop harus ditengah-tengah tebal
pelat dinding/lantai/atap konstruksi sesuai dengan gambar
perencanaan.
4.5. Pembukaan Cetakan dan Pemeliharaan.
4.5.1. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan
1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus
dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada
beton. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibenahi.
Beton yang baru dibuka cetakannya diperlihatkan kepada Direksi
untuk dinilai kualitas pengecorannya, beton yang banyak keropos
sampai tulangan terlihat harus mendapatkan penanganan
tersendiri atas petunjuk Direksi.
2. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan
dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-
cetakan samping lainnya; tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul
dan saluran-saluran, 14 hari untuk dek-dek jembatan atau gorong-
gorong jalan.
`

4.5.2. Perawatan
1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan
disini. Direksi berhak menentukan cara perawatan bagaimana
yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
2. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus
(segera setelah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan)
dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau
cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan
selalu basah.
3. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi
maksud-maksud spesifikasi-spesifikasi air untuk campuran beton.
4.5.3. Perlindungan (Protection)
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-
kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Direksi. Permukaan beton
yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar-sinar matahari yang
langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan
semacam itu dibuat efektif dan secepatnya dilaksanakan sesudah
pengecoran beton atau sesudah pembukaan cetakan-cetakan.
4.5.4. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan
1. Penyempurnaan permukaan-permukaan beton harus dilaksanakan
oleh tukang yang ahli dan disaksikan oleh Direksi. Permukaan-
permukaan beton akan diuji/ditest oleh Direksi dimana perlu untuk
menentukan apakah ketidakteraturan permukaan berada dalam
batas-batas yang ditentukan disini. Ketidakteraturan digolongkan
sebagai abrupt atau lambat laun (gradual).
2. Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan
cetakan yang salah yang membentuk garis-garis, yang
disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau kerusakan lain
dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan yang abrupt
dan akan diuji dengan menggunakan pengukuran langsung.
Semua ketidakteraturan lainnya dapat dianggap sebagai
ketidakteraturan yang gradual dan akan diperiksa dengan teliti
`

oleh Direksi, kalau perlu dengan menggunakan peralatan


pengetesan beton. Sebelum menerima pekerjaannya, Kontraktor
harus membersihkan semua permukaan yang terbuka dari kerak-
kerak dan kotoran yang lainnya.
4.5.5. Perbaikan Permukaan Beton
1. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak tercetak
menurut gambar atau diluar garis atau permukaan tidak rata atau
keropos, ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari
garis, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini.
Ketidaksesuaiannya akan mendapat penilaian tersendiri yang
akan diberikan oleh Direksi dan kalau Direksi memerintahkan untuk
dibongkar maka beton harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor
atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi memberikan ijinnya untuk
menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan
harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal
berikut.
2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah
yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-
lobang karena keropos, lubang-lubang baut, ketidakrataan oleh
pengaruh sambungan-sambungan cetakan, dan bergeraknya
cetakan. Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan
pemahat atau dengan alat lain dan seterusnya digosok dengan
batu gerinda. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama
24 jam sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan.
3. Jika menurut pendapat Direksi Hal-hal yang tidak sempurna pada
bagian bangunan-bangunan yang akan terlihat sedemikian,
sehingga dengan penambalan saja tidak akan menghasilkan
sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor
diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plester),
sesuai dengan instruksi dari Direksi.
4. Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau
keropos kecil yang akan diperbaiki, harus diisi dengan spesi/mortel
`

tambalan yang kering yang disusun dari satu bagian semen


Portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan
pengisi yang tidak susut, yang disetujui oleh Direksi, dalam jumlah
yang diperinci oleh pabrik dan dengan air yang cukup sehingga
sesudah bahan-bahan spesi dicampur akan melekat satu sama
lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan
tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus
dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan
dengan alat yang cocok.

5. PEKERJAAN BEGESTING
5.1. Umum
Pekerjaan ini adalah pembuatan begesting-begesting untuk cetakan
konstruksi beton. Dan dikerjakan menurut spesifikasi ini dan seluruh
maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi.
5.2. Bahan-bahan
Kayu Papan/Multipleks Kayu papan atau multipleks yang digunakan
harus sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi yang telah ditentukan
atau menurut petunjuk Direksi.
5.3. Pelaksanaan
1. Begesting-begesting tidak boleh bocor dan cukup untuk
mencegah perpindahan tempat atau kelongsoran dari
penyangga. Permukaan Begesting harus halus dan rata, tidak
boleh melendut. Sambungan-sambungan pada begesting harus
diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal.
2. Baut-baut dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalan
beton harus diatur sedemikian sehingga bila begesting dibongkar
kembali, maka semua besi tulangan harus berada 4 cm dari
permukaan beton.
3. Semua begesting harus dibersihkan sebelum dipergunakan
kembali. Pekerjaan harus sedemikian rupa sehingga tidak akan
terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lain-lain
`

kerusakan beton.
4. Semua sisipan, deretan paku-paku, celah angker, dan lain-lain
harus dibuat di dalam beton.
5. Segera sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari
begesting, bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari
semua material lain, termasuk air.
6. Tiap-tiap bagian dari begesting, bagian-bagian yang strukturil
harus diperiksa oleh Direksi segera sebelum beton dicor pada
bagian itu.
7. Pembongkaran Begesting ; Bangunan tidak boleh mengalami
perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan yang melebihi
beban rencana dengan adanya pembongkaran begesting pada
beton.
8. Bertanggungan jawab atas keselamatan pada waktu
pembongkaran tiap bagian begesting atau penyangga berada di
pihak pemborong.
9. Waktu minimum untuk pembongkaran begesting ; Waktu minimum
dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran begesting dari bagian-bagian struktur harus
ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat
desak minimum seperti tercantum pada daftar atau sebagai
berikut :
Tabel 3 Waktu Minimum Pembongkaran Begesting
Waktu minimum
Bagian-bagian
Pembongkaran
Struktur
Begesting (hari)

Sisi balok dan dinding 3


Penyangga pelat lantai 21
Penyangga balok 21

Anda mungkin juga menyukai