Anda di halaman 1dari 19

Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl.

Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi
1. Mobilisasi dan demobilisasi adalah mendatangkan dan mengembalikan
peralatan/tenaga yang meliputi peralalatan kecil maupun besar, dan tenaga yang akan
digunakan oleh Kontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan/tenaga dilaksanakan selama masa pekerjaan.
Segala biaya yang timbul dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab kontraktor
dan harus diperhitungkan dalam penawaran harga.
2.2. Pengaturan Lalu Lintas
1. Lalu Lintas Proyek
a. Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor diharuskan mematuhi dan
mentaati ketentuan dan peraturan lalu lintas umum yang berlaku, sejauh
pekerjaannya mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum. Dalam hal ini
Kontraktor diharuskan mendapatkan pengarahan dan pedoman dari instansi
setempat yang berwenang yaitu polisi lalu lintas dan Dinas Lalu Lintas Angkutan
Jalan Raya.
b. Penggunaan jalan harus diatur sedemikian rupa agar gangguan lalu lintas dan
kerusakan yang timbul sebagai akibatnya dijaga sekecil mungkin. Perbaikan
kerusakan terhadap jalan, gorong-gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas proyek
dibebankan pada Kontraktor dan harus disetujui Direksi.
2. Pengalihan Arus Lalu Lintas Umum maupun Lalu Lintas di Area Proyek dan
Pembuatan Jalan Darurat
Kontraktor diharuskan membuat rencana khusus untuk setiap sub proyek
sehubungan dengan pengaturan arus lalu lintas dalam menunjang kelangsungan
pekerjaan.
Pelaksanaan pekerjaan yang menuntut dialihkannya arus lalu lintas umum untuk
sementara waktu harus mendapat persetujuan Direksi.
3. Pengaturan Pengangkutan Alat-alat Berat dan Bahan Konstruksi
a. Pengangkutan alat-alat berat ke dan dari lokasi proyek harus diatur sedemikian
rupa agar beban total dari kendaraan yang mengangkut alat-alat berat tersebut
tidak melampaui kapasitas jalan/jembatan yang dilalui. Untuk itu alat-alat berat
yang dimaksud harus diuraikan menjadi beberapa bagian untuk kemudian
diangkut beberapa kali. Ketentuan yang sama juga berlaku untuk pengangkutan
bahan-bahan konstruksi.
b. Apabila Direksi memandang perlu, maka Kontraktor diharuskan meminta

1
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

pengawalan dari instansi yang berwenang.


4. Rambu-rambu Sementara
Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan menempatkan
rambu-rambu lalu lintas sementara pada lokasi dan posisi penting termasuk
rintangan-rintangan di sekitar lokasi proyek. Penempatannya harus dengan
persetujuan pengelola setempat.
Apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh Direksi, Kontraktor diharuskan
menyingkirkan semua rambu-rambu dan rintangan-rintangan sementara yang tidak
diperlukan lagi yang selama pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas di
sekitar lokasi proyek.

2.3. Pengaturan Pemindahan Jaringan Pipa dan Kabel


1. Yang termasuk dalam istilah pipa dan kabel infrastruktur eksisting adalah pipa
distribusi air bersih PDAM, pipa gas, kabel listrik, kabel telepon dan fiber optik
lainnya yang pemasangan jaringannya tertanam dan terletak di bawah permukaan
tanah.
2. Semua pipa dan kabel yang termasuk dalam kategori (a) di atas dan yang masih
berfungsi atau sudah tidak berfungsi lagi serta jalurnya melintasi dan menghalangi
aliran air dalam saluran harus diamankan atau dialihkan sesuai petunjuk Direksi.
3. Biaya penggantian dan perbaikan atas kerusakan terhadap pipa dan kabel yang masih
berfungsi sebagai akibat dari kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya
adalah menjadi beban Kontraktor sepenuhnya.
4. Apabila dalam rangka pekerjaan penggalian saluran baru atau penggalian
memperdalam dasar saluran lama ditemui lintasan pipa dan kabel yang masih
berfungsi, maka Direksi dan Kontraktor menghubungi instansi yang mengelola
jaringan tersebut untuk menentukan biaya pemindahan jalur pipa atau kabel yang
dimaksud untuk dialihkan di bawah dasar saluran rencana.
5. Direksi berhak menunjuk seorang ahli yang akan memberi pengarahan dan
mengawasi semua pekerjaan instalasi dalam rangka pemindahan dan pengalihan jalur
atau lintasan pipa dan kabel.

2.4. Photo Dokumentasi


1. Photo Proyek
a. Kontraktor diwajibkan membuat photo proyek sesuai dengan kemajuan
pekerjaan pada titik yang sama dan arah yang sama, disusun di dalam album,
dibuat 3 (tiga) rangkap dan diserahkan kepada Pemberi Tugas/Konsultan

2
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

Pengawas.
b. Photo Proyek dibuat berwarna, dicetak yang jelas dan bersih, ukuran post card.
2. Gambar Kerja (Shop Drawing)
a. Untuk bagian–bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (construction drawing)
belum cukup memberikan petunjuk untuk mencapai keadaan terlaksana, maka
Kontraktor wajib untuk membuat gambar kerja (shop drawing) yang
memperlihatkan secara terperinci cara pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud.
b. Gambar kerja tersebut harus mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas.
c. Persetujuan tersebut tidak melepaskan Kontraktor dari tanggung jawab atas
kesalahan yang dilakukan Kontraktor.
3. Gambar Hasil Pelaksanaan Revisi (As Built Drawing)
a. Hasil pekerjaan yang belum terdapat dalam Gambar kerja karena penyimpangan
atau perubahan atas perintah Pemberi Tugas/Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas ataupun tidak, Kontraktor harus membuat gambar–gambar yang sesuai
dengan apa yang dilaksanakan, yang penting memperlihatkan perbedaan antara
gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) dan semua biaya
pembuatan sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.

2.5. Jalan Kerja


Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai, dan
transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan
keperluan lainnya. Kontraktor diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang
layak guna kegiatan tersebut di atas untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan
pekerjaan. Lokasi jalan kerja harus sesuai dengan persetujuan Direksi.

2.6. Pembuatan Direksi Keet


1. Direksi Keet ini dibuat untuk jangka waktu penggunaan minimal sama dengan lama
pelaksanaan pekerjaan, terbuat atas konstruksi semi permanen dan seluruhnya akan
menjadi milik Pemberi Kerja setelah pelaksanaan proyek berakhir, kemudian
Kontraktor wajib memelihara kebersihan halaman/ bangunan dan melakukan
perbaikan–perbaikan direksi keet selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, sesuai
dengan petunjuk Pemberi Tugas.

3
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

2.7. Bengkel dan Gudang Kontraktor


Di lapangan, Kontraktor harus memiliki bengkel dengan perlengkapan secukupnya dan
tenaga listrik yang dapat digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan, serta gudang untuk
menyimpan material dan suku cadang peralatan.

2.8. Kebutuhan Listrik dan Air Kerja


Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik secukupnya, guna
kebutuhan penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor harus menyediakan sendiri sumber air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain yang dapat
merusak pelaksanaan pekerjaan.

2.9. Pengukuran
2.9.1. Jaringan Titik Tetap
1. Jaringan patok titik tetap diambil berdasarkan referensi titik tetap (patok beton) yang
telah ditetapkan oleh Direksi.
2. Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang
dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas.
3. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum
dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan.
2.9.2. Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya
untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan
khususnya lokasi rencana konstruksi apakah terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor
bersama-sama dengan Direksi harus secara bersama-sama mengambil peil permukaan
areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua situasi pekerjaan.
2. Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai.
3. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka,bila akan
mengadakan levelling pada semua bagian daripada pekerjaan.
4. Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang
diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan levelling tersebut.
5. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk
mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.
6. Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap
bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama
berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.

4
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

7. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut


ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap
mengadakan pengukuran ulang.
8. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan
sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi.
9. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil
pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu kemudian.

2.9.3. Pematokan dan Pekerjaan Bouwplank


1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melaksanakan pematokan
dan pemasangan bouwplank sesuai petunjuk Direksi.
2. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat melebihi lebar
dasar pondasi saluran.
3. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak
serta harus dijaga agar tidak rusak/hilang selama pelaksanaan pekerjaan dengan jarak
antar patok 25 meter.
4. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi dasar pelaksanaan
pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran maupun tebal
pasangan/konstruksi lainnya.

3. PEKERJAAN TANAH
3.1. Pekerjaan Pengeringan Air
1. Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah membuang genangan air pada
lokasi pekerjaan yang akan dipasang pondasi pasangan batu kali/beton bertulang.
2. Pengeringan dilakukan dengan memakai pompa air dengan diameter 3” s/d 4” sesuai
kebutuhan lapangan.
3. Buangan Air hasil pengeringan harus dicarikan tempat buangan yang tidak
mengganggu lingkungan sekitarnya.
4. Pekerjaan Pengeringan dilakukan selama pemasangan pondasi batu kali/beton
bertulang dan plesteran.

3.2. Pekerjaan Galian Tanah


3.2.1 Umum
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain bila
ada dari tempat kerja atau sekitarnya yang perlu, untuk penyelesaian yang
memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran dan pondasi, untuk

5
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

pembuangan material yang tidak terpakai atau humus, dan untuk pembentukan
secara umum garis, ketinggian penampang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi.

3.2.2 Toleransi Dimensi


1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang
ditentukan.
2. Permukaan galian yang sudah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan
harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk pembuatan saluran
dan menjamin drainase yang bebas dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.

3.2.3 Perbaikan dari Pekerjaan Galian yang tidak Memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan, harus diperbaiki oleh
Kontraktor sebagai berikut :
1. Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih lanjut
2. Daerah dimana digali lebih atau daerah retak atau lepas, harus diurug kembali dengan
timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
3.2.4 Prosedur Penggalian
1. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup pembuangan
seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, batu
bata, batu beton dan lain-lain. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal
mungkin gangguan terhadap material di bawah dan di luar batas galian.
2. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan
seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan,
panggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan
cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja setiap saat untuk menjamin tak ada
gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa.

3.2.5 Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian


1. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan
pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian.
2. Selama masa pekerjaan galian, Kontraktor harus menjaga setiap saat suatu lereng
yang stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Bila diperlukan, Kontraktor
harus menahan atau menyangga struktur di sekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat
menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian.

6
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

3. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di atas kepala,
Kontraktor harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang
tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan.
3.2.6 Penggunaan dan Pembuangan Material Galian
1. Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan
proyek dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi
timbunan atau urugan kembali maupun lime treatment.
2. Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah besar akar atau
benda tetumbuhan yang lain dan tanah yang komprensif yang menurut Direksi akan
menyulitkan pemadatan dari material atau yang mengakibatkan kerusakan atau
menurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan tidak memenuhi untuk
digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
3. Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau setiap material
yang tidak disetujui oleh Direksi Teknik sebagai bahan timbunan harus dibuang dan
diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor di luar tempat kerja sesuai petunjuk
Direksi. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk seluruh pengaturan dan biaya
untuk pembuangan material yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah di mana pembuangan dilakukan.
4. Material galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air
harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu saluran air.
5. Seluruh tempat bekas penempatan tanah bekas galian, harus ditinggalkan dalam
keadaan rapih dengan tepi dan lereng yang stabil.
3.3. Pekerjaan Galian Drainase
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain
(Lumpur) yang ada dan terdapat didalam area saluran.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk membersihkan dan memelihara kembali
saluran yang akan ditingkatkan.
3. Elevasi galian Drainase yang digali tidak boleh berbeda dari yang direncanakan sesuai
dengan gambar spek yang ada.
4. Volume galian Drainase yang digali tidak boleh kurang dari yang direncanakan sesuai
dengan gambar yang ada.
5. Pekerjaan galian drainase yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan, harus
diperbaiki oleh Kontraktor dengan cara menggali lagi sampai elevasi dan volume
galian yang digali terpenuhi

7
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi, sebelum memulai pekerjaan, gambar


perincian potongan melintang atau memanjang yang menunjukkan kondisi awal
daripada saluran sebelum operasi penggalian dan pengerukan dilakukan untuk setiap
seksi pekerjaan galian.
7. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup pembuangan
seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai.

3.4. Pengangkutan Tanah Sisa Galian Keluar Proyek


1. Seluruh material yang telah digali dalam batas volume yang telah ditentukan, dan
apabila tidak bisa dibuang secara langsung, maka untuk sementara dapat diletakan di
daerah sekitar saluran.
2. Penempatan hasil Galian tersebut jangan sampai menggangu sekitarnya.
3. Walaupun ditempatkan sementara, tanah hasil galian tidak dibenarkan berada pada
tempat tersebut sampai 1 (satu hari)
4. Seluruh hasil material bekas galian drainase harus dibuang dan tempat bekas
penempatan sementara hasil galian, ditinggalkan dalam keadaan rapih dan bersih.
5. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tanah sisa galian adalah Dump
Truk dengan kapasitas muat 4 m3 atau bila kondisi jalan/area yang tidak
memungkinkan bisa menggunakan kendaraan kecil dengan seijin pengawas lapangan
6. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi setiap kali akan mengadakan
pengangkutan material sisa galian keluar proyek, serta harus mencatat berapa m3
volume dari material yang telah diangkut setiap ada pekerjaan pengangkutan.

4. PEKERJAAN BETON
4.1. Umum
1. Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan, saluran
drainase, bangunan gorong-gorong, jembatan, rumah stasiun pompa, pintu air yang
akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua maksud yang berhubungan
dan sebagaimana diminta oleh Direksi harus diperinci dari bahan-bahan yang
diperinci disini dan harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang disebut di sini.
2. Setiap syarat dan ketentuan yang tidak termaktub di sini harus sesuai dengan Standar
Indonesia untuk beton N.I.2 P.B.I. 1971.

8
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

4.2. Bahan
1. Semua portland harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam semen portland.
2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan tentang besi beton.
3. Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortel dan spesi
injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-
syarat yang sudah diterangkan
4. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan di
depan.
4.3. Kelas dan Mutu Beton
Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia N.I2-P.B.I.
1971, menurut tabel di bawah ini :
Tabel 1 Standar Mutu Dan Kelas Beton Indonesia
σbk σ’bm Kategori Pengawasan Pengawasan
Mutu
(Kg/cm2) (Kg/cm2) Dari Bangunan Kualitas Agregat Kualitas Tekan
Non Kualitas Tidak ada
BO - -
Struktural dengan mata Pengujian
Pemeriksaan Tidak ada
B - - Struktural
dengan teliti Pengujian
Pengujian terinci Tidak ada
B1 - - Struktural
dengan analisa ayakan Pengujian
Pengujian terinci Tidak ada
K-125 125 200 Struktural
dengan analisa ayakan Pengujian
Pengujian terinci Tidak ada
K-175 175 250 Struktural
dengan analisa ayakan Pengujian
Pengujian terinci Tidak ada
K-225 225 300 Struktural
dengan analisa ayakan Pengujian
Pengujian terinci Tidak ada
K-300 300 300 Struktural
dengan analisa ayakan Pengujian
Pengujian terinci Tidak ada
K-350 350 350 Struktural
dengan analisa ayakan Pengujian

σ bk = kekuatan tekan beton karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah
besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan
yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja.
σb = kekuatan tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (kg/cm²). σ
bm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm²)
Menurut rumus :
N
 
1
 bm1 
N
N = Jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan, jadi jumlah seluruh pemeriksaan, jadi

9
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

jumlah seluruh benda uji yang diperiksa, yang harus diambil minimum 20
buah.
S = deviasi standar (kg/cm²).
N
s
    "
 N 1
Jika tidak ditentukan lain, yang diartikan dengan kekuatan tekan beton senantiasa ialah
kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang berisi 15 (± 0,06)
cm pada umur 28 hari.
Tabel2TabelPenggunaanMutuBeton
No. Uraian Pekerjaan Mutu Beton
1 Lantai Kerja BO
2 Tanggul Banjir K 225
3 Conblock/Paving Blok K 350
4 Saluran Drainase K 225
5 SaluranDrainaseBeton Precast K 300
6 Penutup Beton Precast K 350
7 Gorong-Gorong Precast K 350
8 Jembatan K 300
9 Bak Kontrol K 225
10 Bangunan Station Pompa K 300
11 Rumah Genset K 225 & K 300
12 Saringan Sampah K 225
13 Pintu Air K 225

4.4. Pencampuran dan Pengecoran Beton.


4.4.1. Komposisi/Campuran Beton
1. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah, air seperti yang
ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang serasi dan
diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat/baik.
2. Untuk beton mutu “Bo” dapat dipakai setiap campuran yang lazim dipakai untuk
pekerjaan-pekerjaan non-strukturil, dengan syarat bahwa perbandingan jumlah pasir
dan kerikil (atau batu pecah) terhadap jumlah semen, tidak boleh melampaui 8 : 1.
3. Untuk beton mutu K 225, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan
kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau
banyaknya semen untuk tiap m3 beton minimum harus sampai 325 kg.
4. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai

10
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
5. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar
beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan
kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
6. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak
boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60
(dari beratnya) untuk kelas lain-lainnya. Pengujian dari beton akan dilakukan oleh
Direksi dan perbandingan-perbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk
tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan bekerja, kepadatan,
kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas penambahan
kompensasi disebabkan perubahan yang demikian.

4.4.2. Perlengkapan Mengaduk


Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan
pembentukan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu
harus mendapatkan persetujuan Direksi.

4.4.3. Mengaduk
1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk
beton yaitu “Batch Mixer” atau “Portable Continuous Mixer” selama sedikitnya 1 ½
menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam
mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar
dari 1,5 m3, Direksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan
bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan
kekentalan dan warna yang merata/seragam.
2. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali
bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus
dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur.

3. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air


untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan.
4. Pencampuran dengan tangan diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu
sebuah Portable Mixer tak mungkin dipergunakan menurut pandangan Direksi.
Untuk mempermudah pencampuran ini Kontraktor akan membuat beton masif
dengan ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi

11
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

dengan parapet setinggi 10 cm.


5. Penutup saluran dari beton harus dicor pada tempat lain yang berdekatan dengan
lokasi, tidak boleh dicor langsung pada saluran.

4.4.4. Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32° Celcius dan tidak kurang
dari 4,5° C. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27° C dan 32° C, beton harus
diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton melebihi 32° C,
sebagai yang ditetapkan oleh Direksi, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang
efektif, misalnya mendinginkan agregat dengan mencampur air dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 32°
C.

4.4.5. Cetakan Beton


1. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan
ukuran dari hasil beton yang diinginkan sebagaimana pada gambar-gambar yang
diusulkan oleh Kontraktor dan yang sudah disetujui oleh Direksi.
2. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang dikehendaki
harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari lembaran Plywood, papan yang
diserut/ diketam rata dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk
menghasilkan permukaan yang sempurna seperti terperinci disini.
3. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki dimanapun juga baik
saluran drinase ataupun tutup beton. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat
dibuat dari kayu dan harus didalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran
yang dikehendaki dan harus berkekuatan dan berkakuan yang tetap pada tempat dan
bentuknya selama pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan
beton. Semua percetakan kayu harus diketam rata/digosok dengan kertas pasir untuk
menghilangkan tanda-tanda bekas dari cetakan sejauh hal ini dapat dikerjakan. Usaha
yang sesuai dan efektif harus dikerahkan dalam pekerjaan cetakan untuk menguatkan
pinggiran batas dan ujung lainnya dalam arah yang tepat untuk menghindari
terbentuknya pelengkungan-pelengkungan sisi-sisi pinggiran tersebut atau kerusakan-
kerusakan permukaan beton yang telah diselesaikan.
4. Semua cetakan yang dibangun harus teguh. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai
dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton
yang selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan
harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan yang mencegah secara
efektif lekatnya beton, semua material untuk melepaskan lekatan harus dipakai hanya

12
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

setelah disetujui oleh Direksi. Penggunaan minyak cetakan harus berhati-hati untuk
kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurangnya daya lekat.
5. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan kuat kedudukannya sehingga tidak ada
perubahan atau gerakan lain selama penuangan beton. Penyangga cetakan
(perancah) harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan ada
kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
6. Pada pekerjaan saluran longsor harus dalam daerah yang kering maka harus dibatasi
dengan cofferdam di udik dan di hilir, serta disediakan pompa untuk memompa air
rembesan dari cofferdam. Air yang setiap hari mengalir harus dialihkan lewat talang
di atas saluran yang akan dibangun.

4.4.6. Pengecoran
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton,
penyokongan dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang
berhubungan dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Direksi.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran
(cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan
lepas.
3. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke
tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan
perubahan nilai slump.
4. Beton dicor hanya pada waktu Direksi atau wakilnya yang ditunjuk serta pengawas
Kontraktor yang setaraf ada ditempat kerja.
5. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan.
6. Beton yang sudah mengeras dalam hal mana pengecoran yang tepat tidak mungkin
dijamin harus dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan terbuang semacam itu.
Transportasi dari pengadukan sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh sehingga
memungkinkan pemisahan bahan dan pengerasan beton.
7. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan/joints, semua penuangan
beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak
lebih dari 50 cm. Direksi mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila
pengecoran dengan tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi-
spesifikasi ini.
8. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian
sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan air semen atau spesi

13
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang
hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan.
Suatu pengecoran tersebut tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai.
9. Ember-ember/bocket beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat
pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana
mekanisme pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali
tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alat lainnya
dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
10. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum yang mungkin,
sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat pada semua
permukaan-permukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan
setiap lapisan dari beton, kepala, alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus
dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak
dibawah. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immersion
beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000 putaran per menit ketika
dibenamkan dalam beton.

4.4.7. Sambungan Konstruksi


1. Sambungan konstruksi harus dicor seperti terlihat pada gambar. Bila sambungan
tersebut tidak terlihat, maka kontraktor harus mempersiapkan suatu jadwal
pembetonan untuk setiap struktur yang disetujui Pemberi Tugas Teknik/Konsultan
Pengawas. Sambungan konstruksi tidak boleh diletakan pada pertemuan dari bagian
konstruksi, kecuali sebaiknya ditetapkan.
2. Sambungan konstruksi melalui tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap garis-garis utama tegangan dan pada umumnya
harus diletakkan ada titik dengan gaya geser minimum.
3. Bila sambungan vertikal diperlukan, maka baja tulangan harus diperpanjang
melampaui sambungan tersebut sehingga membuat struktur tetap monolit.
4. Alur sambungan paling sedikit 4 cm harus disediakan pada semua sambungan
konstruksi untuk dinding, plat dan antar telapak dengan dinding. Untuk pelat yang
berada di atas sambungan harus diletakan sedemikian rupa sehingga membagi pelat
ke dalam bagian-bagian yang lebih besar tidak lebih dari 120% terhadap bagian yang
lebih kecil.
5. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan bahan-bahan tambahan
sebagaimana diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan dalam hal
setiap penangguhan pekerjaan yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh hujan

14
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

atau kemacetan persediaan beton atau penangguhan pekerjaan oleh Pemberi Tugas
Teknik/Konsultan Pengawas.
6. Untuk tanggul banjir, di setiap sambungan dilatasi pertahap, antara beton satu
dengan yang lainnya harus dipasang rubber waterstop. Letak/posisi waterstop harus
ditengah-tengah tebal pelat dinding/lantai/atap konstruksi sesuai dengan gambar
perencanaan.

4.5. Pembukaan Cetakan dan Pemeliharaan.


4.5.1. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan
1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-
hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak
diijinkan untuk dibenahi. Beton yang baru dibuka cetakannya diperlihatkan kepada
Direksi untuk dinilai kualitas pengecorannya, beton yang banyak keropos sampai
tulangan terlihat harus mendapatkan penanganan tersendiri atas petunjuk Direksi.
2. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan dibuka untuk
dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya; tujuh
hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 14 hari untuk dek-dek
jembatan atau gorong-gorong jalan.

4.5.2. Perawatan
1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan disini. Direksi
berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian--
bagian pekerjaan.
2. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera setelah beton
cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan
yang dibasahi air atau cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan
selalu basah.
3. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud
spesifikasi-spesifikasi air untuk campuran beton.

4.5.3. Perlindungan (Protection)


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum
penerimaan terakhir oleh Direksi. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi
terhadap sinar-sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu dibuat efektif dan secepatnya dilaksanakan sesudah
pengecoran beton atau sesudah pembukaan cetakan-cetakan.

15
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

4.5.4. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan


1. Penyempurnaan permukaan-permukaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang
ahli dan disaksikan oleh Direksi. Permukaan-permukaan beton akan diuji/ditest oleh
Direksi dimana perlu untuk menentukan apakah ketidakteraturan permukaan berada
dalam batas-batas yang ditentukan disini. Ketidakteraturan digolongkan sebagai
abrupt atau lambat laun (gradual).
2. Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah yang
membentuk garis-garis, yang disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau
kerusakan lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan yang abrupt dan
akan diuji dengan menggunakan pengukuran langsung. Semua ketidakteraturan
lainnya dapat dianggap sebagai ketidakteraturan yang gradual dan akan diperiksa
dengan teliti oleh Direksi, kalau perlu dengan menggunakan peralatan pengetesan
beton. Sebelum menerima pekerjaannya, Kontraktor harus membersihkan semua
permukaan yang terbuka dari kerak-kerak dan kotoran yang lainnya.

4.5.5. Perbaikan Permukaan Beton


1. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak tercetak menurut gambar atau
diluar garis atau permukaan tidak rata atau keropos, ternyata ada permukaan yang
rusak atau keluar dari garis, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi
ini. Ketidaksesuaiannya akan mendapat penilaian tersendiri yang akan diberikan oleh
Direksi dan kalau Direksi memerintahkan untuk dibongkar maka beton harus
dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi
memberikan ijinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana
penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.
2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, lubang--
lubang baut, ketidakrataan oleh pengaruh sambungan-sambungan cetakan, dan
bergeraknya cetakan. Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat
atau dengan alat lain dan seterusnya digosok dengan batu gerinda. Semua lubang
harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya
disempurnakan.
3. Jika menurut pendapat Direksi Hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan-
bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan penambalan saja tidak
akan menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor
diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plester), sesuai dengan
instruksi dari Direksi.

16
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

4. Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau keropos kecil yang akan
diperbaiki, harus diisi dengan spesi/mortel tambalan yang kering yang disusun dari
satu bagian semen Portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan
pengisi yang tidak susut, yang disetujui oleh Direksi, dalam jumlah yang diperinci
oleh pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah bahan-bahan spesi
dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan
ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan
dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok.

5. PEKERJAAN TULANGAN
5.1. Umum
Seluruh pekerjaan tulangan yang dilaksanakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud
yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi. Harus terdiri dari bahan-bahan
yang diperinci disini.
Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan
tulangan, kecuali ada ketentuan lain dari Direksi untuk pekerjaan tertentu.

5.2. Material (Baja Tulangan)


Besi yang dipakai adalah baja tulangan dengan diameter sesuai dengan yang diisyaratkan,
ada pada gambar perencanaan.
Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, Kontraktor diwajibkan
untuk memperlihatkan data katalog tentang sertifikasi besi tulangan yang didapatkan dari
supplier.
Pemakaian besi dari pabrikasi Krakatau Steel dengan mutu sebagai berikut :
1. Besi ulir tegangan leleh ≥ 4500 kg/cm2, tegangan tarik ≥ 5000 kg/cm2
2. Besi polos tegangan leleh ≥ 3200 kg/cm2, tegangan tarik ≥ 2780 kg/cm2

5.3. Pembengkokan dan Pelaksanaan


1. Semua tulangan harus dibengkokan dengan bentuk dan ukuran seperti tercantum
dalam gambar dan mengikuti syarat-syarat dalam P.B.I dan diletakkan sesuai dengan
gambar dengan memperhatikan selimut beton yang tetap.
2. Tulangan tidak boleh dibengkokan atau diluruskan yang dapat mengakibatkan
kerusakan dari material. Tulangan dimana telah mempunyai cacat atau
pembengkokan tidak sesuai dengan gambar tidak boleh digunakan. Bila terdapat
radius tertentu untuk bengkokan atau hook harus dibuat sekeliling paku yang
mempunyai diameter empat (4) kali dari tulangan yang akan dibengkok.

17
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

3. Kawat baja digunakan untuk mengikat tulangan hendaknya mempunyai diameter


tidak lebih kecil dari 1, 6 mm dengan ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam
penampung beton.
4. Beugel-beugel harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan
gambar. Tulangan tidak boleh disokong diatas tulangan baja yang keluar dari
permukaan beton, diatas sokongan kayu atau tidak juga diatas agregat kasar
5. Precast mortar spacing block hendaknya digunakan untuk penahan jarak yang tepat
terhadap tulangan dan minimum mempunyai kekuatan beton yang akan dicor.
6. Bentuknya harus dibuat sepraktis mungkin dalam penggunaannya. Precast mortar
spacing block ini hendaknya dibuat dengan kawat baja dicor bersama-sama,
maksudnya untuk mengikatnya pada tulangan.
7. Sebelum digunakan harus direndam dahulu dalam air. Sebelum pengecoran, semua
penulangan harus betul-betul bersih dari semua kotoran-kotoran.
8. Penulangan yang ditempatkan pada suatu penampang dari pekerjaan harus disetujui
oleh Direksi sebelum beton dicor pada penampang.
9. Harap diperhatikan sebelum pengecoran dimulai harus diberikan waktu yang cukup
untuk pemeriksaan.

6. PEKERJAAN BEGESTING
6.1. Umum
Pekerjaan ini adalah pembuatan begesting-begesting untuk cetakan konstruksi beton. Dan
dikerjakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin
ditentukan oleh Direksi.

6.2. Bahan-bahan
Kayu Papan/Multipleks Kayu papan atau multipleks yang digunakan harus sesuai dengan
syarat-syarat dan spesifikasi yang telah ditentukan atau menurut petunjuk Direksi.
6.3. Pelaksanaan
1. Begesting-begesting tidak boleh bocor dan cukup untuk mencegah perpindahan
tempat atau kelongsoran dari penyangga. Permukaan Begesting harus halus dan rata,
tidak boleh melendut. Sambungan-sambungan pada begesting harus diusahakan
lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal.
2. Baut-baut dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalan beton harus diatur
sedemikian sehingga bila begesting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan
harus berada 4 cm dari permukaan beton.
3. Semua begesting harus dibersihkan sebelum dipergunakan kembali. Pekerjaan harus

18
Spesifikasi Teknis Pembangunan Saluran Drainase Jl. R.A Kartini- Jl. Mamoribo-Jl. Jenderal
Sudirman-Jl. Arfak-Jl. Kuda Laut-Jl. F. Kalasuat -jl. Ataa-Jl. Moytem

sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang
keropos dan lain-lain kerusakan beton.
4. Semua sisipan, deretan paku-paku, celah angker, dan lain-lain harus dibuat di dalam
beton.
5. Segera sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari begesting, bagian dalam dari
bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air.
6. Tiap-tiap bagian dari begesting, bagian-bagian yang strukturil harus diperiksa oleh
Direksi segera sebelum beton dicor pada bagian itu.
7. Pembongkaran Begesting ; Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk,
kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya
pembongkaran begesting pada beton.
8. Bertanggungan jawab atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian
begesting atau penyangga berada di pihak pemborong.
9. Waktu minimum untuk pembongkaran begesting ; Waktu minimum dari saat
selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran begesting dari bagian-
bagian struktur harus ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan
kuat desak minimum seperti tercantum pada daftar atau sebagai berikut :

Tabel 3 Waktu Minimum Pembongkaran Begesting


Waktu minimum
Bagian-bagian
Pembongkaran
Struktur
Begesting (hari)

Sisi balok dan dinding 3


Penyangga pelat lantai 21
Penyangga balok 21

19

Anda mungkin juga menyukai