Anda di halaman 1dari 42

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

KEGIATAN : PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE/GORONG-GORONG


PEKERJAAN : NORMALISASI SALURAN MANISREJO
LOKASI : KOTA MADIUN
T.A : 2021

BAB I
PELAKSANAAN PEKERJAAN

PASAL 1. PERSIAPAN TEKNIS PELAKSANAAN

1.1. Lingkup
1.1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa
diterapkan untuk pelaksanaan kegiatan NORMALISASI SALURAN MANISREJO
Kota Madiun
1. Pekerjaan Persiapan
2. Manajemen K3
3. Pekerjaan Tanah
4. Pekerjaan Saluran U-Ditch
5. Pekerjaan Saluran L-Gutter
6. Pekerjaan Pemindahan Baliho
7. Pekerjaan Saluran & Bak Kontrol
8. Pekerjaan Trotoar
9. Pekerjaan Pasangan

Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan / dilihat dan
tercantum pada Bill Of Quantity (BQ).
1.1.2. Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut, lingkup
pekerjaan yang ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Pengadaan tenaga kerja .
b. Pengadaan Bahan / Material.
c. Pengadaan peralatan & alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan
yang ditugaskan.
d. Koordinasi dengan Pemborong / pekerja lain yang berhubungan dengan
pekerjaan pada bagian pekerjan yang ditugaskan.
e. Penjagaan kebersihan, kerapian, dan keamanan kerja.
f. Pembuatan As Built drawing (Gambar terlaksana).
1.1.3. Persyaratan Teknis Umum menjadi satu kesatuan dangan persyaratan teknis
pelaksanaan pekerjaan dan secara bersama – sama merupakan persyaratan dari
segi teknis bagi seluruh pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih
dari dokumen-dokumen berikut ini :
a. Gambar-gambar pelelangan / pelaksanaan.
b. Persyaratan Teknis Umum / pelaksanaan pekerjaan / bahan.
c. Rincian Volume Pekerjaan / Rincian Penawaran.
d. Dokumen-dokumen pelelangan / pelaksanaan yang lain.
1.1.4. Dalam hal mana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan di atas, maka bagian
dari persyaratan teknis umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.

1.2. Referensi
1.2.1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam Normalisasi Indonesia (NI),
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Peraturan-peraturan Nasional maupun
Peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atau jenis - jenis pekerjaan
yang bersangkutan antara lain :

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 1 -


 NI - 2 (1971) PERATURAN BETON BERTULANG INDONESIA.
 NI - (1983) PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA INDONESIA
(SKBI.1.3.55.1987).
 NI - 3 (1970) PERATURAN UMUM UNTUK BAHAN BANGUNAN DI INDONESIA.
 NI - 5 PERATURAN KONSTRUKSI KAYU INDONESIA.
 NI - 8 PERATURAN SEMEN PORTLAND INDONESIA.
 NI - 10 BATA MERAH SEBAGAI BAHAN BANGUNAN.
 PERATURAN PLUMBING INDONESIA.
 PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK.
 STANDART NASIONAL INDONESIA.
 ASTM, JJ dan lain sebagianya yang dianggap berhubungan dengan bagian
pekerjaan ini.

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standart-standart yang


tersebut di atas, maupun standart-standart nasional lainnya, maka diberlakukan
standart-standart Internasional yang berlaku atau pekerjaan pekerjaan tersebut atau
setidak-tidaknya berlaku standart-standart Persyaratan Teknis dari Negara-negara
asal bahan / pekerjaan yang bersangkutan dan dari produk yang ditentukan pabrik
pembuatnya.
1.2.2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam persyaratan teknis umum / khususnya maupun salah satu dari ketentuan
yang disebutkan di atas, maka atas bagian pekerjaan tersebut pemborong harus
mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut guna disepakati oleh
direksi untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :
a. Standart / norma / kode / pedoman yang bisa diterapkan pada bagian
pekerjan bersangkutan yang diterbitkan oleh Instansi / Institusi / Asosiasi
Profesi / Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian atau Badan-badan lain yang
berwewenang / berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat Internasional
ataupun Nasional, sejauh bahwa atau hal tersebut diperoleh persetujuan dari
Direksi / Pengawas.
b. Brosur teknis dari produsen yang didukung oleh sertifikat dari Lembaga
pengujian yang diakui secara Nasional / Internasional.

1.3. Bahan
1.3.1. Baru / Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan barang bekas dalam
komponen kecil maupun besar sama sekali tidak diperbolehkan.
1.3.2. Tanda Pengenal
a. Dalam hal dimana pabrik / produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk
produk bahan yang dihasilkan, baik berupa cap / merk dagang pengenal pabrik /
produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
mengandung tanda pengenal tersebut.
b. Khusus untuk bahan bagi pekerjaan instalasi (penerangan, plumbing, dll) kecuali
ditetapkan oleh Direksi / Pengawas, bahan sejenis dengan fungsi yang sama harus
diberi tanda pengenal untuk membedakan satu bahan dari bahan lainnya. Tanda
pengenal ini bisa berupa warna atau tanda-tanda lain yang mana harus sesuai
dengan referensi pada I.2. tersebut di atas atau dalam hal dimana tidak / belum
ada pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai
petunjuk direksi / Pengawas.
1.3.3. Merk Dagang dan Kesetarafan.
a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan / produk di dalam Persyaratan
Teknis Umum, secara umum harus diartikan sebagai persyaratan kesetaraan
kualitas penampilan (Performance) dari bahan / produk tersebut, yang mana
dinyatakan dengan kata-kata “atau yang setaraf “.
b. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan / produk lain
yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setaraf dengan
bahan / produk yang memakai merk dagang yang disebutkan, dapat diterima
sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh persetujuan tertulis dari
Direksi / Pengawas atas Kesetarafan tersebut.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 2 -


c. Penggunaan Bahan / Produk yang disetujui sebagai “setaraf” tidak dianggap
sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan harga dengan bahan
produk yang disebutkan merk dagangnya atau diabaikan.
d. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan produksi
dalam negeri lebih diutamakan.

1.3.4. Penggantian (Substitusi)


a. Pemborong / supplier bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu bahan
/ produk lain dengan penampilan yang setaraf dengan yang dipersyaratkan.
b. Dalam persetujuan atau sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga yang
ada dengan bahan / produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan sebagai
perubahan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan pemborong /
suplier seperti dipersyaratkan, maka perubahan pekerjaan yang bersifat biaya
tambah dianggap tidak ada.
2. Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi / Pengawas dan
pemberi Tugas sebagai masukan (Input) baru yang menyangkut nilai tambah,
maka perubahan pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat
diperkenankan.

1.3.5. Persetujuan Bahan


a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan sangat
agar sebelum sesuatu bahan / produk akan dibeli / dipesan / diproduksi, terlebih
dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi / Pengawas atau kesesuaian dari
bahan / Produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan
dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh / brosur dari bahan / produk
yang bersangkutan untuk diserahkan kepada Direksi / Pengawas Lapangan.
b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas sepenuhnya
merupakan tanggung jawab pemborong / suplier, yang mana tidak dapat diberikan
pertimbangan keringanan apapun.
c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh / brosur seperti tersebut di
atas tidak melepaskan tanggung jawab Pemborong / Supplier dari kewajibannya
dalam Perjanjian Kerja ini mengadakan bahan / Produk yang sesuai dengan
persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan diterima / disetujuinya
seluruh bahan / produk yang digunakan sesuai dengan contoh brosur yang telah
disetujui.

1.3.6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan / produk kepada Direksi / Pengawas
harus disertakan contoh dari bahan / produk tesebut dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Jumlah Contoh
1. Untuk bahan / produk bila tidak dapat diberikan sesuai sertifikat pengujian
yang dapat disetujui / diterima oleh Direksi / Pengawas sehingga oleh
karenanya perlu diadakan pengujian kepada Direksi / Pengawas harus
diserahkan sejumlah bahan produk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan benda uji guna diserahkan
pada Badan / Lembaga Penguji yang ditunjuk oleh Direksi / Pengawas.
2. Untuk Bahan / produk atau mana dapat ditunjukan sertifikat pengujian yang
dapat disetujui / diterima oleh Direksi / Pengawas, kepada Direksi / Pengawas
harus diserahkan 3 (tiga) buah contoh yang masing masing disertai dengan
salinan sertifikat pengujian yang bersangkutan.
b. Contoh yang Disetujui
1. Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi / Pengawas atau contoh yang
telah memperoleh persetujuan dari Direksi / Pengawas harus dibuat suatu
keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu, oleh Direksi /
pengawas harus dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 3 (tiga)
buah contoh yang semuanya akan dipegang oleh Direksi / Pengawas. Bila
dikehendaki, Pemborong / Supplier dapat meminta sejumlah set tambahan dari

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 3 -


contoh berikut tanda pengenal persetujuan dan surat keterangan persetujuan
untuk kepentingan Dokumentasi sendiri. Dengan demikian jumlah contoh yang
harus diserahkan kepada Direksi / Pengawas harus ditambah seperlunya sesuai
dengan kebutuhan tambahan tersebut.
2. Pada waktu Direksi / Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan contoh yang
disetujui tersebut untuk pemeriksaan bahan produk bagi pekerjaan,
Pemborong berhak meminta kembali contoh tersebut untuk dipasangkan pada
pekerjaan.
c. Waktu Persetujuan Contoh
1. Adalah tanggung jawab dari pemborong / supllier untuk mengajukan contoh
pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atau contoh
tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal pengadaan
bahan.
2. Untuk bahan / produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan kesetarafan
pada suatu merk dagang tertentu, keputusan atau contoh akan diberikan oleh
Direksi / Pengawas dalam waktu 3 ( tiga ) hari kerja. Dalam hal dimana
persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan tambahan diluar persyaratan
teknis (seperti penentuan model, warna, dll), maka keseluruhan keputusan
akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 10 ( sepuluh ) hari kerja.
3. Untuk bahan / produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan
suatu merk dagang yang disebutkan, keputusan atau contoh akan diberikan
oleh Direksi / Pengawas dalam waktu 10 ( sepuluh ) hari kerja sejak
dilengkapinya pembuktian kesetarafan.
4. Untuk bahan / Produk yang bersifat pengganti / substitusi, keputusan
persetujuan akan diberikan oleh Direksi / Pengawas dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak diterimanya dengan lengkap seluruh bahan
pertimbangan.
5. Untuk bahan / produk yang bersifat peralatan / perlengkapan atau pun produk
yang lain karena sifat / jumlah / harga pengadaanya tidak memungkinkan
untuk diberikan contoh dalam bentuk bahan / produk jadi permintaan
persetujuan bisa diajukan berdasarkan Brosur dari produk tersebut, yang mana
harus dilengkapi dengan :
 Spesifikasi Teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik / produsen.
 Surat surat seperlunya dari agen / importer, sesuai keagenan, surat
jaminan suku cadang dan jasa purna (after sales service) dan lain-lain.
 Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain.
 Sertifikat pengujian, penetapan, kelas, dan dokumen-dokumen lain sesuai
petunjuk Direksi / Pengawas.
6. Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan di atas, keputusan, keputusan
atau contoh dari bahan / Produk yang diajukan belum diperoleh tanpa
pemberitahuan tertulis apapun dari Direksi / Pengawas, maka dengan
sendirinya dianggap bahwa contoh yang diajukan telah disetujui oleh Direksi /
Pengawas.
1.3.7. Penyimpanan Bahan
a. Persetujuan atas suatu bahan / produk harus diartikan sebagai perijinan untuk
memasukan bahan produk tersebut dengan tetap berada dalam kondisi layak
untuk dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa bahan / produk tidak
layak untuk dipakai dalam pekerjaan, Direksi / Pengawas berhak memerintahkan
agar :
1. Bahan atau Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak
untuk dipakai.
2. Dalam hal mana perbaikan tidak lagi mungkin, supaya bahan / produk tersebut
segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selama 2 x 24 jam untuk diganti
dengan yang memenuhi persyaratan.
b. Untuk bahan / produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu
penyimpanannya harus dikelompokan menurut umur pemakaian tersebut yang
mana harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama
penggunaan ini.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 4 -


2. Berukuran minimal 40 x 60 cm.
3. Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah.
4. Diletakkan di tempat yang mudah terlihat.
c. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa
sehingga bahan yang terlebih dahulu masuk akan lebih dulu pula dikeluarkan
untuk dipakai dalam pekerjaan.

1.4. Pelaksanaan
1.4.1. Rencana Pelaksanaan
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Surat Perintah Kerja (SPK)
oleh kedua belah pihak, pemborong harus menyerahkan kepada Direksi /
Pengawas sebuah “Network Planning” mengenai seluruh kegiatan yang perlu
dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram mana dinyatakan pula
urutan serta kaitan / hubungan antara seluruh kegiatan-kegiaan tersebut.
b. Kegiatan kegiatan Pemborong untuk / selama masa pengadaan / pembelian serta
waktu pengiriman / pengangkutan dari :
1. Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan persiapan /
pembantu.
2. Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan
c. Kegiatan kegiatan Pemborong untuk / selama waktu fabrikasi, pemasangan dan
pembangunan.
d. Pembuatan gambar-gambar kerja.
e. Permintaaan persetujuan atau bahan serta gambar kerja maupun rencana kerja.
f. Harga borongan dari masing masing kegiatan tersebut.
g. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
h. Direksi / Pengawas akan memeriksa rencana kerja Pemborong dan memberikan
tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.
i. Pemborong harus memasukkan kembali perbaikan / penyempurnaan atau rencana
kerja kepada Direksi / Pengawas dan meminta diadakannya perbaikan /
penyempurnaan atau rencana kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum
dimulainya pelaksanaan.
j. Pemborong tidak dibenarkan memulai suatu pelaksanaan atau pekerjaan sebelum
adanya persetujuan dari Direksi / Pengawas atau rencana kerja ini. Kecuali dapat
dibuktikan bahwa Direksi / Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk
memeriksa rencana kerja Pemborong pada waktunya, maka kegagalan Pemborong
untuk memulai pekerjaan sehubungan dengan belum adanya rencana kerja yang
memulai pekerjaan yang disetujui Direksi, sepenuhnya merupakan tanggung
jawab dari pemborong bersangkutan.
1.4.2. Gambar Kerja (Shop Drawing)
a. Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (Construction
Drawings) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai
keadaan terlaksana, Pemborong wajib untuk mempersiapkan gambar kerja yang
secara terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut.
b. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Direksi / Pegawas.
c. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi / Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan untuk mana gambar-gambar tersebut di atas harus diserahkan dalam
rangkap 3 (tiga).
d. Pengajuan gambar kerja tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
pemesanan bahan atau Pelaksanaan pekerjaan dimulai.
1.4.3. Ijin Pelaksanaan
Ijin pelaksanaan paling lambat 1 ( satu ) hari sebelum memulai pekerjaan tersebut,
Pemborong diwajibkan untuk mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis kepada
Direksi / Pengawas dengan dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui. Ijin
pelaksanaan yang disetujui sebagai pegangan Pemborong untuk melaksanakan pada
bagian pekerjaan tersebut.
1.4.4. Contoh Pekejaan ( Mock Up).
Bila pekerjaan dikehendaki oleh Direksi / Pengawas, Pemborong wajib menyediakan
sebelum pekerjaan dimulai.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 5 -


1.4.5. Rencana Mingguan dan Bulanan.
a. selambat lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan
pekerjaan berlangsung, Pemborong wajib untuk menyerahkan kepada direksi /
pengawas suatu rencana mingguan yang berisi rencana pelaksanaan dari berbagai
bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam minggu berikutnya.
b. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari tiap bulan, Pemborong wajib
menyerahkan kepada Direksi / pengawas suatu rencana bulanan yang
menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai rencana pelaksanaan dari
berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan
berikutnya.
c. Kelalaian Pemborong untuk menyusun dan menyerahkan rencanan mingguan
maupun bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan perintah
Direksi / Pengawas dalam melaksanakan pekerjaan.
d. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, pemborong diwajibkan untuk
memberitahu Direksi / Pengawas mengenai hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam
sebelumnya.

1.4.6. Kwalitas Pekerjaan


Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis
pekerjaan bersangkutan.

1.4.7. Pengujian Hasil Pekerjaan


a. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolak ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang
ditetapkan dalam pada Pasal I.2. dari Persyaratan Teknis Umum ini.
b. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan / Lembaga yang akan
melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Direksi / Pengawas dari Lembaga /
Badan Penguji milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah atau Badan lain yang
oleh Direksi / Pengawas dianggap memiliki obyektifitas dan Integritas yang
meyakinkan. Atau hal yang terakhir ini Pemborong / supplier tidak berhak
mengajukan sanggahan.
c. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban
Pemborong.
d. Dalam hal dimana Pemborong tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari bahan
penguji yang ditunjuk oleh Direksi, Pemborong berhak mengadakan pengujian
tambahan pada lembaga / Badan lain yang memenuhi persyaratan Badan Penguji
seperti tersebut di atas untuk mana seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri
oleh pemborong.
e. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
1. Memilih Badan / Lembaga Penguji ketiga atau kesepakatan bersama.
2. Melakukan pengujian ulang pada bahan / lembaga Penguji pertama atau kedua
dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :
- Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi / Pengawas dan
Pemborong / supplier maupun wakil-wakilnya.
- Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat alat penguji.
3. Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final, kecuali bilamana kedua belah
pihak sepakat untuk menganggapnya demikian.
4. Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil
pengujian yang pertama, maka semua akibat langsung maupun tidak langsung
dari adanya semua pengulangan pengujian menjadi tanggung jawab
pemborong / supplier.
5. Apabila hasil pengujian ulang menunjukan ketidaktepatan kesimpulan dari hasil
pengujian yang kedua, maka:
- 2 (dua) dari 3 (tiga) penguji yang bersangkutan, atas pilihan Pemborong /
Supplier akan diperlakukan sebagai pekerjaan tambah.
- Atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya penambahan / pengulangan
pengujian akan diberikan tambahan waktu pelaksanaan pada bagian
pekerjaan bersangkutan dan bagian bagian lain yang terkena akibatnya,
penambahan mana besarnya adalah sesuai dengan penundaan yang terjadi

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 6 -


1.4.8. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dangan bagian pekerjaan yang lain
yang mana akan secara visual menghalangi Direksi / Pengawas untuk memeriksa
bagian pekerjaan yang terdahulu, pemborong wajib melaporkan secara tertulis
kepada Direksi / Pengawas mengenai rencananya untuk melaksanakan bagian
pekerjaan yang akan menutupi bagian pekerjaan tersebut, sedemikian rupa
sehingga Direksi / Pengawas berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan
pada bagian yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pengerjaannya.
b. Kelalaian Pemborong untuk menyampaikan laporan di atas, memberikan hak
kepada Direksi / Pengawas untuk dibelakang hari menuntut pembongkaran yang
menutupi tersebut, guna memeriksa hasil pekerjaan yang terdahulu yang mana
akibatnya sepenuhnya akan ditanggung oleh Pemborong.
c. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan dan Direksi tidak mengambil
langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksudkan di atas,
maka setelah lewat 2 (dua) hari sejak laporan disampaikan, pemborong berhak
melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap bahwa Direksi telah
menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.
d. Pemeriksaan dan Persetujuan oleh Direksi / Pengawas atas suatu pekerjaan tidak
melepaskan Pemborong dari kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan Surat Perjanjian Pemborong (SPP).
e. Walaupun telah diperiksa dan disetujui kepada Pemborong masih dapat
diperintahkan untuk membongkar bagian pekerjaan yang menutupi bagian
pekerjaan lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang ditutupi.
1.4.9. Kebersihan dan Keamanan
Pemborong bertanggung jawab untuk menjaga agar area kerja senantiasa berada
dalam keadaan rapi dan bersih.
Pemborong bertanggung jawab atas keamanan diarea kerja, termasuk apabila
diperlukan tenaga, peralatan, atau tanda-tanda Khusus.

1.5. Penyelesaian Dan Penyerahan


1.5.1. Dokumen Terlaksana (As Build Documents)
a. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan Pemborong wajib menyusun Dokumen
Terlaksana yang terdiri dari :
1. Gambar-gambar terlaksana (as built drawing)
2. Persyaratan teknis terlaksana dari pekerjaan, sebagaimana yang telah
dilaksanakan.
b. Dikecualikan dari kewajiban di atas adalah Pemborong untuk pekerjaan:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Supply bahan, perlengkapan / peralatan kerja
c. Dokumen terlaksana bisa diukur dari :
1. Dokumen pelaksanaan
2. Gambar-gambar perubahan
3. Perubahan Persyaratan Teknis
4. Brosur teknis yang diberi tanda pengenal khusus berupa cap sesuai petunjuk
Direksi / Pengawas.
d. Dokumen terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi / Pengawas
e. Khusus untuk pekerjaan kunci, sarana komunikasi bersaluran banyak, utilitas dan
pekerjaan pekerjaan lain dengan sistem jaringan bersaluran banyak secara
operasional membutuhkan identifikasi yang bersifat lokatif, dokumen terlaksana ini
harus dilengkapi dengan daftar pesawat / instalasi / peralatan / perlengkapan
yang mengidentifikasi lokasi dari masing-masing barang tersebut.
f. Kecuali dengan ijin khusus dari Direksi / Pengawas dan Pemberi Tugas,
Pemborong harus membuat dokumen terlaksana hanya untuk diserahkan kepada
Pemberi Tugas. Pemborong tidak dibenarkan membuat / menyimpan salinan
ataupun copy dari dokumen terlaksana tanpa ijin khusus tersebut.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 7 -


1.5.2. Penyerahan
Pada waktu penyerahan pekerjaan, Pemborong wajib menyerahkan kepada Pemberi
Tugas :
a. 2 (dua) dokumen terlaksana
b. Untuk peralatan / perlengkapan:
- 2 (dua) set pedoman operasi (operational manual)
- suku cadang sesuai yang dipersyaratkan
c. Untuk berbagai macam :
- Semua kunci orisinil disertai “Construction Key” bila ada
- Minimum 1 (satu) set kunci duplikat
d. Dokumen dokumen resmi (seperti surat ijin, tanda pembayaran cukai, surat fiskal
pajak, dan lain-lain)
e. Segala macam surat jaminan berupa Guarantee / Warranty sesuai uang yang
dipersyaratkan.
f. Surat pernyataan pelunasan sesuai petunjuk Direksi / Pengawas
g. Bahan finishing cat minimal 3 (tiga) galon (masing-masing warna)
h. Bahan finishing lantai / dinding & atau masing masing minimal 2 m 2

1.6. Keamanan Penjagaan


1.6.1. Untuk keamanan Pemborong diwajibkan mengadakan penjagaan, bukan saja
terhadap pekerjaannya, tetapi juga bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan
bangunan-bangunan, jalan-jalan, pagar, pohon-pohon dan taman-taman yang telah
ada.

1.6.2. Pemborong berkewajiban menyelamatkan bangunan yang telah ada, apabila


bangunan yang telah terjadi kerusakan alibat pekerjaan ini, maka pemborong
berkewajiban untuk memperbaiki / membetulkan sebagaimana mestinya.
1.6.3. Pemborong harus menyediakan penerangan yang cukup di lapangan, terutama pada
waktu lembur, jika Pemborong menggunakan aliran listrik dari bangunan / komplek,
diwajibkan bagi pemborong untuk memasang meter sendiri untuk menetapkan sewa
listrik yang dipakai.

1.6.4. Pemborong harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran debu agar tidak


mengurangi kebersihan dan keindahan bangunan-bangunan yang sudah ada.

1.6.5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk Pembangunan
pekerjaan sementara sesuai dengan ketentuan kontrak harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap ketentraman
penduduk atau jalan-jalan yang harus digunakan baik jalan perorangan atau umum,
milik pemberi tugas atau milik pihak lain. Pemborong harus membebaskan Pemberi
Tugas dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal tersebut di atas.

1.6.6. Pemborong harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan pada jalan raya
atau jembatan yang menghubungkan proyek sebagai akibat dari lalu lalang
peralatan ataupun kendaraan yang dipergunakan untuk mengangkut bahan bahan /
material guna keperluan proyek.

1.6.7. Apabila Pemborong memindahkan alat-alat pelaksanaan, mesin-mesin berat atau


unit-unit alat berat lainnya dari bagian pekerjaan, melalui jalan raya atau jembatan
yang mungkin akan mengakibatkan kerusakan dan seandainya pemborong akan
membuat perkuatan-perkuatan di atasnya, maka hal tersebut harus diberitahukan
terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas dan Instansi Yang berwewenang. Biaya
untuk perkuatan tersebut menjadi tanggungan Pemborong.

1.6.8. Lingkup pekerjaan termasuk seluruh pekerjaan yang terkait dengan penanganan
kesehatandankeselamatankerja(K3)konstruksi serta pengamananlingkunganhidup

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 8 -


PASAL 2. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN LAPANGAN

2.1. Pekerjaan Persiapan

2.2.1. Kantor Dan Gudang Kontraktor


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor dapat membuat Kantor Kontraktor,
barak-barak untuk pekerja atau gudang tempat penyimpanan bahan (Boukeet),
yang sebelumnya telah dapat persetujuan dari pihak Direksi / Pengawas
berkenaan dengan konstruksi atau penempatannya.
Semua Boekeet perlengkapan Pemborong dan sebagainya, pada waktu pekerjaan
berakhir (serah terima) harus dibongkar.

2.2.2. Sarana Pekerja


a. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja bagi semua pekerjaan
yang dilakukan di luar lapangan sebelum pemasangan peralatan yang dimiliki
serta jadwal kerja.
b. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan kerja di lapangan
c. Penyediaan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan harus aman
dari segala kerusakan hilang dan hal hal dasar yang mengganggu pekerjaan
lain yang sedang berjalan.

2.2.3. Pengaturan Jam Kerja Dan Pengerahan Tenaga Kerja


a. Pemborong harus dapat mengatur sedemikian rupa dalam hal pengerahan
tenaga kerja pengaturan jam kerja maupun penempatan bahan hendaknya
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas lapangan. Khususnya dalam
pengerahan tenaga kerja dan pengaturan jam kerja dalam pelaksanaannya
harus sesuai dengan peraturan perburuhan yang berlaku.
b. Kecuali ditentukan lain, Pemborong harus menyediakan akomodasi dan
fasilitas-fasilitas lain yang dianggap perlu misalnya (air minum, toilet yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan fasilitas kesehatan lainya seperti
penyediaan perlengkapan PPPK yang cukup serta pencegahan penyakit
menular)
c. Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar tempat pekerjaan
tidak melanggar wilayah bangunan-bangunan lain yang berdekatan, dan
pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki
tempat pekerjaan

2.2.4. Perlindungan Terhadap Bangunan / Sarana Yang Ada


a. Segala kerusakan yang timbul pada bangunan / konstruksi sekitarnya menjadi
tanggung jawab Pemborong untuk memperbaikinya, bila kerusakan tersebut
jelas akibat pelaksanaan pekejaan.
b. Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus selalu menjaga kondisi jalan
sekitarnya dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kerusakan-kerusakan
yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan ini.
c. Kontraktor wajib mengamankan sekaligus melaporkan / menyerahkan kepada
pihak yang berwenang bila nantinya menemukan benda-benda bersejarah.

2.2.5. Pembersihan Dan Penebangan Pohon-Pohonan


a. Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar
pohon.
b. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih dan
rata.
c. Pemborong tidak boleh membasahi, menebang atau merusak pohon-pohon
atau pagar, kecuali bila telah ditentukan lain atau sebelumnya diberi tanda

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 9 -


pada gambar-gambar yang menandakan bahwa pohon-pohon dan pagar harus
disingkirkan. Jika ada sesuatu hal yang mengharuskan Pemborong untuk
melakukan penebangan, maka ia harus mendapat ijin dari Pemberi tugas.

2.2.6. Penjagaan, Pemagaran Sementara, Dan Papan Nama


a. Pemborong bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaannya yang dianggap peting selama pelaksanaan, dan
sekaligus menempatkan petugas keamanan untuk mengatur sirkulasi / arus
kendaraan keluar / masuk proyek.
b. Sebelum kontraktor mulai melaksanakan pekerjaannya, maka terlebih dahulu
memberi pagar pengaman pada sekeliling site pekerjaan yang dilakukan
c. Pembuatan pagar pengaman dibuat jauh dari lokasi pekerjaan, sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilakukan, serta tempat
penimbunan bahan bahan.
d. Dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat bertahan / kuat sampai pekerjaan
selesai dan tampak dari luar dapat menunjang estetika atas kawasan yang
ada.
e. Syarat pagar pengamanan :
- Pagar dari seng gelombang finish cat berpola sesuai dengan pengarahan
pemberi tugas dengan ketinggian 180 cm.
- Tiang Dolken minimum berdiameter 10 cm, jarak pemasangan minimal 180
cm, bagian yang masuk pondasi minimum 40 cm.
- Rangka kayu kalimantan berukuran 4 x 6 cm, dengan pemasangan 4 jalur
menurut tinggi pagar.
- Lengkap pembuatan pintu masuk dari bahan sama.
Selesai proyek semua bahan pagar adalah milik Pemborong, untuk hal tersebut
di atas didalam susunan penawaran hendaknya telah diper-timbangkan.

f. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus memasang papan nama


proyek yang dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.

2.2.7. Pekerjaan Penyediaan Air Dan Daya Listrik Untuk Bekerja


a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa
di tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu,
bebas dari lumpur, minyak dan bahn-bahan kimia lainnya yang merusak.
Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan rencana.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, atau
penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas persetujuan pengawas. Daya listrik juga
disediakan untuk mensuplai kantor Direksi Lapangan.
c. Segala Biaya atas pemakaian daya dan air di atas adalah beban Kontraktor.

2.2.8. Drainase Tapak


a. Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di
tapak, kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk
pembuangan air yang ada.
b. Arah aliran air ditujukan ke daerah / permukaan yang terendah yang ada di
tapak atau ke saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembuangan.
c. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dangan petunjuk dan persetujuan
Direksi / Pengawas.

2.2.9. Pengadaan Pohon

a. Dengan mempertimbangkan keadaan pohon yang ada di lapangan, kontraktor


wajib mengembalikan pohon yang sudah ditebang
b. Pengembalian pohon harus sesuai petunjuk dan kesepakatan pihak yang terkait.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 10 -


c. Tempat penanaman pohon harus sesuai dangan petunjuk dan persetujuan
Direksi / Pengawas.

2.2.10. Pemindahan Baliho


a. Lingkup Pekerjaan.
1) Pemindahan baliho dilakukan karena posisi sebelumnya mengganggu
pekerjaan sesuai yang tertera dalam perencanaan.

b. Metode pelaksanaan.
1) Pembongkaran baliho
- Pembongkaran pondasi dilakukan dengan alat berat.
- Pembongkaran harus memperhatikan utiliti yang berada didekatnya.
- Pembongkaran baliho harus sesuai kriteria pembongkaran agar tidak
terjadi hal yang tidak sesuai.
2) Mobilisasi baliho
- Setelah pembongkaran dilakukan lanjut pembersihan agar tidaak
menggangu proses pekerjaan dilapangan.
- Mobilisasi dilakukan menggunakan truk pengangkut.
3) Pemasangan baliho
- Pastikan pondasi baliho sesuai dengan perencanaan dan petunjuk
Direksi / Pengawas.
- Pemasangan kembali baliho harus sesuai.

2.2 Ijin Bangunan dan Iklan


2.2.1. Biaya ijin bangunan dan pengurusan menjadi beban pemborong dan dikalkulasikan
dalam biaya pekerjaan persiapan dalam penawaran.

2.2.2. Pemborong tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun dalam batas-batas
lapangan pekerjaan atau ditanah yang berdekatan tanpa ijin Direksi.

2.2.3. Pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki


lapangan pekerjaan.

2.2.4. Pemborong harus memasang papan nama Proyek dilokasi dengan ukuran 0.80 
1.20 m warna dasar putih tulisan hitam.

2.3 Papan Bouwplank (Bangunan) Dan 0.00 Bangunan


2.3.1. Mengadakan Pengukuran Dan Pemasangan Bowplank
a. Pengukuran Tapak kembali.
1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan
mengenai peil ketinggian tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat
yang sudah ditera kebenarannya.
2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas /
Direksi untuk diminta keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-
alat waterpass / Theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung-
jawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan Theodolith / waterpass beserta petugas
yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Pengawas / Direksi
selama pelaksanaan Proyek.
5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujuii
oleh Direksi.
6. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan
Kontraktor.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 11 -


b. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan
Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan
letak / kedudukan bangunan terhadap titik patok / pedoman yang telah
ditentukan, siku bangunan maupun datar (water Pass) dan tegak lurus
bangunan harus ditentukan dengan memakai alat water pass instrument /
Theodolith. Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan tegel, langit-langit
dan sebagainnya dengan hasil yang baik dan siku.
Untuk mendapatkan titik Peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi yang
tercantum pada gambar rencana (Lay Out), dan bila terjadi penyimpangan
atau tidak sesuainya antara kondisi lapangan dengan Lay Out, Pemborong
harus melapor pada Pengawas / Perencana.

c. Pemasangan BouwPlank
1. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan
Bowplank / pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian, dan
bench mark yang diberikan konsultan pengawas secara tertulis serta
bertanggung jawab atas ketinggian, posisi, dimensi, serta kelurusan
seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja yang
diperlukan.
2. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan
dalam hal tersebut di atas, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-
akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
3. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Konsultan Pengawas atau
wakilnya tidak menyebabkan tanggung-jawab Pemborong menjadi
berkurang.
Pemborong wajib melindungi semua bench mark, dan lain-lain atau seluruh
refferensi dan realisasi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini.
4. Bahan dan Pelaksanaan.
- Tiang Bowplank menggunakan kayu Sengon ukuran 5/7 dipasang setiap
jarak 2.00 m1, sedangkan papan bowplank ukuran 2/20 dari kayu Randu
dipasang datar Water Pass.
- Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m1
dari as tepi bangunan dengan patok patok yang kuat, bowplank tidak
boleh dilepas / dibongkar dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya
sehingga dapat dimanfaatkan hingga pekerjaan mencapai tahapan
trasraam tembok bawah.

2.3.2. Pekerjaan Bongkaran Bangunan Lama


a. Pekerjaan pembongkaran dilakukan sesuai gambar rencana dan harus
dilakukan dengan hati hati.
b. Bahan bahan bekas bongkaran yang tidak dipakai lagi, wajib dikembalikan
kepada Pemerintah Kota Madiun cq. Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan
Ruang atau direksi dengan menyertakan berita acara Penyerahan Bongkaran.

2.3.3. Pekerjaan Mobilisasi Dan Demobilisasi Alat


c. Mendatangkan (mobilisasi) alat alat berat dan mengembalikannya kembali
(demobilisasi)
d. Pemberitahukan dan permintaan persetujuan terhadap jenis / kapasitas
excavator yang akan digunakan kepada konsultan pengawas lapangan oleh
kontraktor
e. Sebelum dilakukan mobilisasi, kontraktor harus memberitahukan dan meminta
persetujuan terhadap jenis / kapasitas excavator yang akan digunakan kepada
konsultan pengawas lapangan.
f. Segala resiko yang diakibatkan oleh pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi
menjadi tanggung jawab kontraktor.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 12 -


2.4 Pekerjaan Manajemen K3

2.4.1 Lingkup Pekerjaan


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
melalui Penyedia, telah mengatur mengenai biaya penyelenggaraan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), namun demikian peraturan ini belum
mengatur perincian kegiatan yang mencakup penyiapan Rencana Keselamatan
Konstruksi (RKK), sosialisasi dan promosi, alat pelindung kerja (APK) dan alat
pelindung diri (APD), asuransi dan perizinan, personel K3, fasilitas prasarana
kesehatan, rambu- rambu yang diperlukan, konsultasi dengan ahli keselamatan
konstruksi, dan lain- lain terkait pengendalian risiko K3 dan keselamatan konstruksi,
pada Daftar Kuantitas dan Harga dengan besaran biaya sesuai dengan kebutuhan.

2.4.2. Peraturan Peraturan


Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6018);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 54 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 243);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 100);
4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 330);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 817) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2019 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan
Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 107);
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
03/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
466);
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui
Penyedia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 319);
9. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
KEP.174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 13 -


2.4.3. Perincian Kegiatan Manajeman K3
1. Kegiatan penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, mencakupi

a. Penyiapan dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK).


b. Sosialisasi, promosi dan pelatihan.
c. Alat pelindung kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD).
d. Asuransi dan perizinan.
e. Personel K3 Konstruksi.
f. Fasilitas, sarana, prasarana, dan alat kesehatan.
g. Rambu- rambu yang diperlukan.
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi dan ain-lain terkait
pengendalian risiko Keselamatan Konstruksi.

2.4.4. Devinisi
1. Keselamatan Konstruksi adalah segala hal yang meliputi kegiatan keteknikan dalam
mewujudkan Pekerjaan Konstruksi yang aman dan andal serta menjaga
keselamatan dan kesehatan pekerja serta lingkungan.
2. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disebut SMKK adalah
bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka
penerapan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan pada setiap
Pekerjaan Konstruksi.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disebut K3
Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
4. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi khusus di
bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa
dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti bimbingan teknis SMKK
Bidang PUPR, dibuktikan dengan surat keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan
teknis yang diterbitkan oleh unit Eselon II yang menangani Keselamatan
Konstruksi di Kementerian PUPR dan/atau sertifikat pelatihan dan kompetensi yang
diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Biaya SMKK adalah biaya keamanan dan kesehatan kerja serta Keselamatan
Konstruksi yang harus diperhitungkan dan dialokasikan oleh penyedia jasa dan
pengguna jasa.

3.1.5. Petunjuk Isian Satuan Perincian Kegiatan Penyelenggaraan Sistem Manajemen


Keselamatan Konstruksi
1. Satuan perincian penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga dengan besaran biaya sesuai dengan
kebutuhan, memperhatikan tingkat risiko Keselamatan Konstruksi, jumlah pekerja
yang direncanakan, jenis pekerjaan konstruksi, lokasi pekerjaan, dan waktu
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
2. Format isian satuan perincian kegiatan penyelenggaraan Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi tercantum dalam RKS.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 14 -


PASAL 3. PEKERJAAN TANAH, PASANGAN DAN PLESTERAN

3.1 Pekerjaan Tanah dan Urugan


3.1.1. Umum :
a. Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan tanah yang diminta oleh bagian-bagian
pekerjaan dari paket kegiatan ini, sebagaimana dituntut oleh gambar dan
R.K.S.
b. Sebelum pekerjaan tanah dimulai Kontraktor berkewajiban untuk meneliti
semua Dokumen Kontrak yang berhubungan, memeriksa kebenaran dari
kondisi pekerjaan, meninjau tempat pekerjaan dan kondisi-kondisi yang ada,
melakukan pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan
yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan proyek.
c. Pengukuran harus dilakukan dengan teliti bersama-sama dengan Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknik.

3.1.2. Pelaksanaan pekerjaan galian:


a. Level Galian
Galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan level yang tercantum di dalam
gambar rencana. Kontraktor harus mengetahui dengan pasti hubungan antara
level bangunan terhadap level muka tanah asli dan jika hal tersebut belum
jelas harus segera didiskusikan hal ini dengan Konsultan Pengawas sebelum
galian dilaksanakan. Kesalahan yang dilakukan akibat hal ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
b. Jaringan Utilitas
Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan
lain-lain, maka Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian. Kontraktor
bertanggung jawab atas segala kerusakan akibat kelalaiannya dalam
mengamankan jaringan utilitas ini. Jaringan utilitas aktif yang ditemukan di
bawah tanah dan terletak di dalam lokasi pekerjaan harus dipindahkan ke
suatu tempat yang disetujui oleh Konsultan Pengawas atas tanggungan
Kontraktor.
c. Galian yang Tidak Sesuai
Jika galian dilakukan melebihi ke dalaman yang ditentukan, maka kontraktor
harus mengisi / mengurug kembali galian tersebut dengan bahan urugan yang
memenuhi syarat dan harus dipadatkan dengan cara yang memenuhi syarat,
atau galian tersebut dapat diisi dengan material lain seperti adukan beton.
d. Urugan Kembali
Pengurugan Kembali bekas galian harus dilakukan sesuai dengan yang
diisyaratkan pada bab mengenai urugan dan pemadatan. Pekerjaan pengisian
kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
e. Pemadatan Dasar Galian
Dasar galian harus rata / water pas dan bebas dari akar-akar tanaman atau
bahan-bahan organis lainnya. Selanjutnya dasar galian harus dipadatkan
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
f. Air Pada Galian
Kontraktor wajib mengantisipasi air yang terdapat pada dasar galian dan wajib
menyediakan pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai
untuk menghindari genangan air dan lumpur pada dasar galian. Kontraktor
harus merencanakan secara benar, kemana air tanah harus dialirkan, sehingga
tidak terjadi genangan air / banjir pada lokasi disekitar proyek. Di dalam lokasi
galian harus dibuat drainase yang baik agar aliran air dapat dikendalikan
selama pekerjaan berlangsung.
g. Struktur Pengaman Galian dan Pelindung Galian
Jika galian yang harus dibuat ternyata cukup dalam, maka kontraktor harus
membuat pengaman galian sedemikian rupa hingga tidak terjadi kelongsoran
pada tepi galian. Galian terbuka hanya diijinkan jika diperoleh kemiringan lebih
besar 1:2 (Vertikal : Horisontal). Sisi galian harus dilindungi dengan adukan

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 15 -


beton terpasang, maka galian tersebut harus dilindungi dengan material kedap
air seperti lembaran terpal / kanvas sehingga sisi galian tersebut selalu
terlindung dari hujan maupun sinar matahari.
h. Perlindungan Benda Yang Dijumpai
Kontraktor harus melindungi atau menyelamatkan benda-benda yang
dilindungi selama pekerjaan galian terpasang. Kecuali disetujui untuk
dipindahkan, benda-benda tersebut harus tetap pada tempatnya dan
kerusakan yang terjadi akibat kelalaian kontraktor harus diperbaiki / diganti
oleh kontraktor.
i. Urutan Galian Pada Level Berbeda
Jika ke dalaman galian berbeda satu dengan lainnya, maka galian harus
dimulai dari bagian yang lebih dalam dahulu dan seterusnya.
j. Galian Tanah Dg Alat
Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk Keprasan, Leveling saluran, pondasi
baliho dan struktur lainnya yang terletak dalam atau di atas tanah, seperti
tercantum di dalam gambar rencana atau sesuai dengan kebutuhan pengguna
jasa agar pekerjaannya dapat dilaksanakan dengan lancar, benar dan aman
sesuai gambar bestek.
k. Bongkaran Pasangan
Bongkaran pasangan harus sesuai kebutuhan lapangan sehingga proses
pekerjaan berjalan dengan lancar atas persetujuan pengawas

3.1.3. Pekerjaan pengurugan


a. Urugan Pasir Padat
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan
ini dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi.
2. Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan di atas dasar galian tanah, di
bawah lapisan lantai kerja dan digunakan untuk semua struktur beton yang
berhubungan dengan tanah seperti Pile Cap, balok pondasi dan pekerjaan
beton yang lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
3. Jika di bawah dasar galian dijumpai akar tanaman atau tanah organis,
maka dasar galian tersebut harus dibersihkan dari hal tersebut di atas, dan
bekas galian tersebut harus diisi dengan material urugan yang memenuhi
syarat.
4. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan
keras, bebas dari lumpur, tanah lempung dan organis. Bahan ini harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
5. Air yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung minyak, asam
alkali dan bahan organis lainnya, serta dapat diminum. Sebelum digunakan
air harus diperiksa dilaboratorium pemeriksaan bahan yang sah. Jika hasil
uji ternyata tidak memenuhi syarat, maka kontraktor wajib mencari air
kerja yang memenuhi syarat.
6. Jika tidak tercantum dalam gambar kerja, maka di bawah lantai kerja harus
diberi lapisan pasir urug tebal 10 cm padat atau sesuai gambar. Pemadatan
harus dilaksanakan sehingga dapat menerima beban yang bekerja.
7. Pemadatan dilakukan dengan disiram air dan selanjutnya dipadat dengan
alat pemadat yang disetujui konsultan Pengawas. Pemadatan dilakukan
hingga mencapai tidak kurang dari 98% dari kepadatan optimum
Laboratorium. Pemadatan harus dilakukan pada kondisi galian yang
memadai agar dapat hasil kepadatan yang baik. Kondisi galian tersebut
harus dipertahankan sampai pekerjaan pemadatan selesai dilakukan.
Pemadatan harus diulang kembali jika keadaan tersebut di atas tidak
memenuhi.
8. Jika air tanah ternyata menggenangi lokasi pemadatan, maka Kontraktor
wajib menyediakan Pompa dan dasar galian harus kering sebelum pasir
urug diletakkan. Kontraktor harus membuat rencana yang benar, agar air
tanah dapat dialirkan kelokasi yang lebih rendah dari dasar galian, misalnya
dengan membuat sumpit pada tempat tertentu.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 16 -


9. Kontraktor harus menjaga agar tanah disekitar lokasi tedak tercampur
dengan Pasir Urug. Jika pasir urug tersebut tercampur dengan tanah
lainnya, maka Kontraktor wajib mengganti pasir urug tesebut dengan
bahan lainnya yang bersih.
10. Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan, bilamana pekerjaan urugan
tersebut sudah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

b. Urugan tanah dan Pemadatan


1. Tanah bekas Galian dapat dipertimbangkan untuk digunakan jika
memenuhi syarat untuk digunakan. Tanah Tersebut harus bebas dari
lumpur dan bahan organis lainnya.
2. Jika tanah urug didatangkan dari luar, maka tanah urug tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
 memiliki koefisien permeabilitas dari 10-7 cm / detik
 Mengandung minimal 20% partikel lanau dan lempung dan bebas
tanah organis, kotoran dan batuan berukuran lebih dari 50 mm dan
mengandung kurang dari 10% partikel gravel.
 Mempunyai Indeks Plastis (PI) lebih dari 10%. Bahan yang mempunyai
PI lebih dari 10% akan sulit dipadatkan.
 Gumpalan gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut
harus dalam kondisi lepas agar mudah dipadatkan.
 Secara umum bahan tersebut berupa tanah urug biasa/padas yang
sebelum mendatangkan harus sudah mendapat persetujuan konsultan
Pengawas.
3. Semua bahan urugan yang tidak memadai harus dikeluarkan dari lokasi
proyek dan diganti dengan bahan yang memenuhi Syarat.
4. Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan 20 cm
dan pemadatan dilakukan sampai mencapai kepadatan Maximum pada
kadar air optimum yang ditentukan di dalam gambar rencana. Pemadatan
urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Jika tidak tercantum dalam gambar rencana, maka
pemadatan harus dilakukan sampai mencapai derajat kepadatan 98%.
5. Pada lokasi urugan harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan
ketinggian rencana. Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu,
dibuat patok dengan warna tertentu pula.
6. Pada daerah yang basah, kontraktor harus membuat saluran sementara
sedemikian rupa sehingga lokasi tersebut dapat dikeringkan. Pengeringan
dilakukan dengan bantuan pompa air. Sistem drainase yang direncanakan
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Dan sistem drainase tersebut
harus selalu dijaga selama pekerjaan berlangsung agar dapat berfungsi
secara efektif untuk menaggulangi air yang ada.
7. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah
dan material sejenis. Pengurugan tidak dapat dilakukan jika kotoran
tersebut belum dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
8. Uji kepadatan optimum harus mengikuti ketentuan ASTM. D-1557 atau
AASHTO. Hasil uji ini digunakan untuk menentukan cara pemadatan
lapangan. Uji yang dilakukan antara lain :
 “Density of Soil inplace by Sand Cone method ASSHTO T.191”
 “Density of Soil inplace by Driven Cylinder Method“ ASSTO T-.204.
 “Density of Soil inplace by Rubber Ballon” ASSHTO T-205.
9. Kepadatan Lapisan dan Uji Lapangan
Untuk bahan yang sama, setiap lapis tanah yang sudah dipadatkan harus
diuji di lapangan, yaitu 1 (satu) buah test untuk setiap 500 m 2, yaitu
dengan system Field Density Test. Jika urugan cukup tebal maka dengan
hasil kepadatannya harus memenuhi ketentuan ketentuan sebagai berikut :
 Untuk lapisan yang letaknya lebih dalam 50 cm dari permukaan
rencana, maka berat jenis kering tanah padat lapangan harus mencapai
minimal 95% dari berat jenis kering laboratorium yang dihitung dengan
Standart Proctor Test.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 17 -


 Untuk Lapisan 50 cm dari permukaan rencana kepadatannya harus
minimal 98% dari Standart Proctor test
10. Toleransi Kerataan
Toleransi Pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan
pengurugan ± 50 mm terhadap Kerataan yang ditentukan.
11. Level akhir
Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh Konsultan
Pengawas. Semua hasil-hasil pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap
patok-patok referensi untuk mengetahui sampai dimana kedudukan
permukaan tanah tersebut.
12. Perlindungan Hasil Pemadatan.
Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan,
dijaga dan dilindungi agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar
misalnya basah oleh air hujan, panas matahari dan sebagainya
perlindungan dapat dilakukan dengan menutupi permukaan plastik.
Pekerjaan pengadaan dianggap cukup, setelah hasil test memenuhi syarat
dan mendapat persetujuan tertulis dari konsultan pengawas.
13. Pemadatan kembali.
Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan
dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum memulai
lapisan berikutnya, bilamana bahan tersebut tidak mencapai kepadatan
yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulangi perkerjaanya atau
diganti, dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna
mendapatkan kepadatan yang telah dibutuhkan, jadual pengujian harus
diajukan oleh kontraktor kepada konsultan pengawas.

3.2 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran


3.2.1. Pekerjaan Pasangan
a. Keterangan Umum
1. Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan batu yang berupa pasangan
pondasi batu kali, pasangan dinding batu bata, serta pekerjaan pasangan
batu / bata lainnya seperti tertera dalam Gambar Rencana.
2. Penggunaan masing-masing jenis pasangan dapat dilihat pada gambar
rencana ataupun petunjuk / perintah Direksi / Pengawas Lapangan.
3. Pengendalian Pekerjaan : Persyaratan-persyaratan standar mengenai
pekerjaan ini tertera pada :
- PUBI - 1982
- NI-3 - 1970
- NI-10 - 1973
- SII-0021 - 1978

b. Bahan- bahan
1. Batu kali :
Batu kali yang dipakai merupakan batu yang keras, bebas dari kotoran
akibat tanah liat atau bahan lain, yang merugikan dan memenuhi
persyaratan PUBB `70 NI –3.
2. Batu bata :
Batu bata liat produksi lokal kwalitas baik, pembakarannya harus baik /
dengan kayu bakar, ukuran tiap unit harus sama bersudut runcing, rata,
tidak cacat /retak atau mengandung kotoran dan memenuhi persyaratan
PUBB `73 NI – 10.
3. Pasir pasang :
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras / kasar,
bersih dan tidak berdebu atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
4. Air :
Yang dimaksud dengan air kerja adalah air untuk pencampuran /
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Air untuk adukan beton
sebelumnya harus dimintakan persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 18 -


5. Semen Portland :
Semen dipakai produk dalam negeri dalam hal ini dipakai Semen Kualitas
Terbaik sesuai standart SII dan harus memakai satu macam merek pabrik
dengan jenis dan kualitas yang sama.

c. Pelaksanaan Pekerjaan :
1. Pasangan Batu Kali :
- Galian pondasi harus diurug dan dipadatkan dengan alat pemadat /
stamper.
- Sebelum dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari
bambu atau kayu pada setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya
sesuai dengan penampang yang dimaksud dalam gambar rencana.
- Kecuali disebut lain pada gambar rencana maka seluruh pasangan batu
kali belah dipasang dengan perekat 1 pc : 5 ps, dan diberapen dengan
perekat yang sama pada seluruh bidang sisinya.
- Dimensi / besaran penampang pasangan batu kali belah tersebut dapat
dilihat pada gambar rencana.
- Urugan lubang pasangan batu kali belah yang berfungsi sebagai
pondasi dapat dilaksanakan bila Direksi mengganggu bahwa bagian
pondasi sudah cukup kuat / mengeras.

2. Pasangan Batu Bata :


- Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan pasangan.
- Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang
diperlukan.
- Adukan dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk Perencana / Direksi.
- Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / tinggi / peil dan bentuk profilnya.
- Pasangan batu bata harus dipasang tegak lurus, siku, rata, dan tidak
boleh terdapat retak-retak, dipasang dengan fungsi, ukuran ketebalan
dan ketinggian yang ditentukan dalam gambar rencana.
- Perekat harus dicampur dalam alat pencampur yang telah disetujui atau
dicampur dengan tangan pada permukaan yang keras, dilarang
memakai perekat yang sudah mulai mengeras untuk dipakai lagi.
- Sebelum dimulai pemasangan batu bata harus direndam lebih dahulu
dengan air dan permukaan yang akan dipasang harus basah juga dan
untuk semua sambungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar
penyelesaian dinding / plesteran dapat melekat dengan baik, sedang
dimana ada pertemuan kusen kayu dengan tembok harus diberi nat
selebar 1cm dan dalam 1 cm.
- Pasangan batu bata 1pc : 5ps sebagai pasangan di bawah permukaan
tanah / lantai harus diberapen dengan adukan 1pc : 3 ps.
- Pasangan batu bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding
finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
- Syarat – syarat penerimaan :
 Pasangan batu bata dapat diterima / diserahkan apabila sudah
sesuai dengan prosedur.

3. Pasang gorong-gorong
1. Pasang gorong-gorong Ø 80x50 dilaksanakan untuk sumur resapan
pada gambar rencana.
2. Pasang gorong-gorong Ø 20x100 dilaksanakan untuk mengalirkan air
dari jalan menuju bak kontrol pada drainaseyang tertera pada gambar
rencana.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 19 -


3. Gorong-gorong Ø 80x50 harus memiliki kwalitas baik yaitu dengan hasil
campuran pasir beton yang matang sehingga mutu gorong-gorong
terjaga.
4. Gorong-gorong Ø 80x50 harus memenuhi persayaratan yaitu diameter
tengah yaitu 80cm dan 50 cm serta tebal gorong-gorong minal 7-8 cm.
5. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan.
6. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / model

4. Pasang kanstin
1. Kanstin Besar Type S dilaksanakan untuk penahan pada gambar
rencana
2. Kwalitas kanstin yang dipasang harus bermutu baik ( K-200 ).
3. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan.
4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / model.

5. Pasang Besi Tempa Penutup Bok Tampungan Air & Penutup Bak Kontrol
1. Pasangan penuup besi tempa dilaksanakan untuk penahan pada
gambar rencana
2. Kwalitas besi yang dipasang harus baik dan sesuai gambar dilapangan
3. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan.
4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / model.

6. Pasang Reinforced Concred Pile ( RCP )


1. Pasang RCP Ø 80 dilaksanakan untuk saluran air pada bawah trotoar
pada gambar rencana.
2. Pasang RCP Ø 80 harus memiliki kwalitas baik yaitu dengan hasil
campuran pasir beton yang matang sehingga mutu RCP terjaga.
3. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan.
4. Proses pemindahan pipa beton juga disebut sebagai proses handling.
Hal ini ini perlu sangat diperhatikan dari saat pemilihan pipa sampai
menuju area proyek harus sesuai dengan prosedur yang ada ada
sehingga pipa beton dalam kondisi bagus tanpa kerusakan karena
pengiriman
5. Jika tanah yang hendak dijadikan sebagai saluran sudah dalam kondisi
tergali, maka proses selanjutnya yaitu pipa beton bisa diturunkan pada
tanah galian dengan memanfaatkan perlengkapan pendukung seperti
tambang Dadung dan juga tripod.
6. Setiap proses yang dilakukan diatas harus melihat kondisi area proyek
yang hendak dibuat, jadi hal terpenting yang harus anda lakukan
adalah mengetahui kondisi struktur tanah galian saluran terlebih
dahulu sebelum melakukan pemasangan pipa
7. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / model.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 20 -


7. Pasang L – Gutter Precast
1. Pasang L-Gutter 300x950x1200 mm dilaksanakan untuk saluran air
pada sungai dilokasi 3 pada gambar rencana.
2. Pasang L-Gutter harus memiliki kwalitas baik yaitu dengan hasil
campuran pasir beton yang matang sehingga mutu Beton terjaga.
3. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan.
4. Proses pemindahan L – Gutter juga disebut sebagai proses handling.
Hal ini ini perlu sangat diperhatikan dari saat pemilihan pipa sampai
menuju area proyek harus sesuai dengan prosedur yang ada ada
sehingga pipa beton dalam kondisi bagus tanpa kerusakan karena
pengiriman
5. Jika tanah yang hendak dijadikan sebagai saluran sudah dalam kondisi
tergali, maka proses selanjutnya yaitu L- Gutter bisa diturunkan pada
tanah galian dengan memanfaatkan perlengkapan pendukung seperti
tambang dan juga tripod.
6. Setiap proses yang dilakukan diatas harus melihat kondisi area proyek
yang hendak dibuat, jadi hal terpenting yang harus anda lakukan
adalah mengetahui kondisi struktur tanah galian saluran terlebih
dahulu sebelum melakukan pemasangan L-Gutter
7. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / model.
8. Beton pracetak L-Gutter yang sudah berumur lebih dari 7 hari dari
fabrikasi dikirim ke lokasi dan di drop di lokasi dekat pemasangan.
9. Pemindahan L-Gutter ke tempat pemasangan menggunakan forklift
dengan kapasitas sesuai berat material. Biasanya kapasitan forklift
yang harus disediakan adalah 2 x berat material.
10. Pemasangan L-Gutter menggunakan excavator tergantung pada
berat material yang diangkat. Biasanya kapasitas crane atau excavator
= 5 x berat material yang diangkat. Pemasangan dilakukan setelah
galian sudah siap dan pemasangan harus sesuai pada gambar.
11. Setelah penataan L-Gutter selanjutnya pemancangan mini pile di
titik yang telah ditentukan pada gambar perencanaan.

8. Pasang U - Ditch Precast

1. Pasang U - Ditch 800x800x1200 mm dilaksanakan untuk saluran air


pada sungai dilokasi 2 pada gambar rencana.
2. Pasang U - Ditch harus memiliki kwalitas baik yaitu dengan hasil
campuran pasir beton yang matang sehingga mutu Beton terjaga.
3. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan.
4. Proses pemindahan U - Ditch juga disebut sebagai proses handling.
Hal ini ini perlu sangat diperhatikan dari saat pemilihan pipa sampai
menuju area proyek harus sesuai dengan prosedur yang ada ada
sehingga pipa beton dalam kondisi bagus tanpa kerusakan karena
pengiriman
5. Jika tanah yang hendak dijadikan sebagai saluran sudah dalam
kondisi tergali, maka proses selanjutnya yaitu U – Ditch bisa
diturunkan pada tanah galian dengan memanfaatkan perlengkapan
pendukung seperti tambang dan juga tripod.
6. Setiap proses yang dilakukan diatas harus melihat kondisi area proyek
yang hendak dibuat, jadi hal terpenting yang harus anda lakukan
adalah mengetahui kondisi struktur tanah galian saluran terlebih
dahulu sebelum melakukan pemasangan U - Ditch
7. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar
potongan mengenai ukuran tebal / model.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 21 -


8. Beton pracetak U - Ditch yang sudah berumur lebih dari 7 hari dari
fabrikasi dikirim ke lokasi dan di drop di lokasi dekat pemasangan.
9. Pemindahan U - Ditch ke tempat pemasangan menggunakan forklift
dengan kapasitas sesuai berat material. Biasanya kapasitan forklift
yang harus disediakan adalah 2 x berat material.
10. Pemasangan U - Ditch menggunakan excavator tergantung pada
berat material yang diangkat. Biasanya kapasitas crane atau
excavator = 5 x berat material yang diangkat. Pemasangan dilakukan
setelah galian sudah siap dan pemasangan harus sesuai pada
gambar.
11. Setelah penataan U - Ditch selanjutnya pemancangan mini pile di
titik yang telah ditentukan pada gambar perencanaan.

8. Pasang Keramik Lantai Dan Keramik Difabilitas

a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat bantu lainya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
2. Pekerjaan lantai keramik. Plint keramik ini dilakukan pada seluruh
finishing lantai sesuai yang disebutkan / ditunjukan dalam detail
gambar.

b. Persyaratan Bahan
1. Bahan yang digunakan
a. Untuk keramik lantai ukuran 50 x 50 cm motif menggunakan produk
yang bermutu baik
b. Untuk keramik difabilitas ukuran 30 x 30 cm menggunakan produk
yang bermutu baik
c. Keramik-kermaik tersebut di atas sebelum dipasang harus mendapat
persetujuaan dari konsultan pengawas setelah berkonsultasi dengan
pemilik proyek.
2. Warna harus sesuai dengan gambar. Masing-masing warna harus
seragam, warna tidak seragam akan ditolak.
3. Tebal minimal 8 mm atau sesuai dengan standart pabrik, dengan
kekuatan lentur 250 kg/cm2 dan mutu tingkat 1 (grade 1)
4. Bahan pengisi siar AM 50 atau produk lain yang setara, sewarna
dengan keramik. Untuk daerah basah ditambahkan liquid groud
additive AM 54 sebagai pengganti air, dengan ketentuan sesuai
pabrik.
5. Bahan perekat menggunakan perekat AM 40, untuk daerah basah
menggunakan AM 30 atau setara dengan persyaratan sesuai standart
pabrik.
6. Warna ditentukan sesuai gambar
7. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-
peraturan ASTM, peraturan keramik Indonesia (NI – 19) dan dari
distributor bahan pengisi siar serta bahan perekat harus memberikan
supervisi dan garansi pemasangan selama 5 tahun.
8. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan
pengawas setelah berkonsultasi dengan perencana dan pemilik.
9. Kontrator harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan
persyaratan teknis operatif dari pabrik sebagai informasi bagi
konsultan pengawas.
10. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi
dibutuhkan untuk menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam
bagian ini, harus benar-benar, berkualitas terbaik dari jenisnya dan
harus disetujui konsultan pengawas.
11. Toleransi terhadap panjang = 0.50% toleransi terhadap tebal

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 22 -


c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Pemasangan lantai dan plint dilakukan setelah alas dari lantai keramik
sudah selesai dengan baik dan sempurna serta disetujui konsultan
pengawas (antara lain lantai screed, kering dari lantai screed = min 7
hari, waterproofing dan lain-lain) baru pemasangan keramik
dilaksanakan. Kering sempurna dari lantai beton adalah minimum
berusia 28 hari.
2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak
cacat dan tidak bernoda.
3. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.
4. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar
siar-siar), harus sama lebar serapat mungkin atau maksimum 3 mm
dan kedalaman maksimum 2 mm atau sesuai detail gambar serta
sesuai petunjuk konsultan pengawas. Siar-siar harus membentuk
garis-garis sejajar lurus dan sama lebar dan sama dalamnya untuk
siar-siar yang berpotongan harus membentuk siku dan saling
berpotongan tegak lurus sesamanya.
5. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar sesuai kententuan dalam
persyaratan bahan dengan warna bahan pengisi sesuai dengan warna
bahan yang dipasanganya.
6. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong
khusus (mesin elektrik) sesuai persyaratan dari pabrik bersangkutan.
7. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam
noda yang terjadi pada permukaan hingga betul-betul bersih.
8. Diperhatikan adanya pola tali air yang dijumpai pada permukaan
pasang atau hal-hal seperti yang ditunjukkan.
9. Pinggulan pasangan bila terjadi, harus dilakukan dengan gurinda,
sehingga diperoleh hasil pengerjaan yang rapi, siku, lurus dengan
tepian yang sempurna.
10. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan
lain selama 3 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada
permukaan.
11. Rencana pemasangan keramik dengan memperhatikan :
a. Tetapkan data level lantai yang tepat.
b. Kontrol level finish lantai melalui beberapa spot level.
c. Untuk menghindari atau mengurangi pemotongan keramik.
d. Untuk memastikan unit keramik yang terpotong menyajikan
penampilan yang seimbang ketika dipasang dan terpasang
sebesar mungkin.
12. Untuk memastikan lokasi naat dan pola lantai sesuai dengan
persetujuan.
13. Bila tidak ada ketentuan lain dalam gambar, keramik akan dipasang
mulai dengan plint adalah rata / lurus.
14. Grouting
15. Keramik diberi grunt ketika keramik sudah terpasang dengan tepat,
setelah naat dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan
menggunakan compresor (ditiup)
16. Bersihkan grount yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang
diinginkan.
17. Ketika grount sudah mengeras, basahi keramik dengan air. Dan
akhirnya poles dengan kain

3.2.2. Pekerjaan Plesteran Dinding, Acian dan Benangan


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik
dan sempurna.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 23 -


2. Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran dinding batu bata pada
kedua sisi bidangnya (dalam dan luar), plesteran dinding beton, pengisi
dan perekat pada pemasangan bahan finishing, serta seluruh detail yang
ditunjukkan dalam gambar.
b. Persyaratan Bahan
1. Campuran pasir (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar
bersih dan bebas dari segala macam kotoran, serta harus melalui ayakan #
1,6 – 2,0 mm.
2. Pada pemasangan aduk / spesi agar menggunakan : Pada setiap
pertemuan 2 (dua) bahan yang berbeda, seperti : pertemuan kolom
dinding bata, plat beton dinding bata, kolom baja yang difinish plaster dan
sebagainya untuk menghindarkan retak rambut, diberi nat dengan lebar
nat 5mm dan dalamnya 5 mm.
3. Pada area tempat terjadi pertemuan bahan yang berbeda (misalnya :
kolom beton-bata atau balok beton–bata) dipasang kawat ayam dengan
overlap yang cukup untuk mencegah keretakan.
4. Finishing plesteran menggunakan cat sesuai gambar, seperti dinyatakan
dalam RKS Pekerjaan Pengecatan.

c. Syarat – syarat Pelaksanaan


1. Seluruh plesteran dinding batu bata dengan aduk canpuran 1 PC : 5 pasir.
2. Pasir pasang yang digunakan harus bersih, bebas dari Lumpur serta
material tidak terpakai lainnya, diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan
d 3 mm seperti yang dipersyaratkan.
3. Material lain yang terdapat dalam persyaratan di atas tetapi dibutuhkan
untuk menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus
bermutu baik dari jenisnya dan disetujui konsultan pengawas.
4. Sement porlant yang dikirim ke site / lapangan harus dalam keadaan
tertutup atau dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya,
bertuliskan tipe dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada
cacat.
5. Bahan harus disimpan di tempat kering, berventilasi baik, terlindung,
bersih, tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan
bahan, dilindungi sesuai dengan jenisnya yang disyaratkan dari pabrik.
6. Semua bahan yang sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada
konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan
ketentuan / persyaratan dari pabrik yang bersangkutan, material yang tidak
disetujui harus diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan
persyaratan tanpa biaya tambahan.
7. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor diharuskan memeriksa site /
lapangan yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk
mulainya pekerjaan.
8. Bila kelainan dalam hal apapun antara gambar, sepesifikasi dan lainnya
kontraktor harus segera melaporkan kepada manajemen kotruksi.
Kontraktor tidak diperkenankan melakukan pekerjaan di tempat tersebut
sebelum kelainan / perbedaan diselesaikan.
9. Tebal plesteran 15 mm dengan hasil ketebalan dinding finish 150 mm atau
sesuai yang ditunjukan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang
melebihi 22 mm harus diberi kawat untuk membantu dan memperkuat
daya lekat plesteran, pada bagian pekerjaan yang diijinkan konsultan
pengawas.
10. Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran homogen, acian dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 hari (kering betul), sehingga siap untuk di cat atau finish wall
paper.
11. Kelembaban plesteran harus dijaga, sehingga pengeringan wajar tidak
terlalu tiba-tiba, dengan membasahi plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup
yang bisa mencegah penguapan air secara tetap.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 24 -


12. Kontraktor wajib memperbaiki / mengulang / mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa garansi), atas biaya
kontrator selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik /
pemakai.
13. Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester, maka :
 Seluruh permukaan beton yang akan di plester harus di buat kasar
dengan cara dipahat halus.
 Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton yang akan
diplester, dibersihkan dari kotoran, debu dan minyak serta disiram /
dibasahi dengan air semen.
 Plesteran beton dilakukan dengan aduk kedap air campuran 1 PC : 3 Ps.
 Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata
ayakan seperti yang disyaratkan.

PASAL 4. PEKERJAAN STRUKTUR

4.1. Pekerjaan Beton Bertulang Konvensional


4.1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pembuatan seluruh
struktur beton termasuk tulangan dan sesuai dengan garis, elevasi, ketinggian
dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh
Pemimpin Kegiatan / Direksi Teknik.
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula tempat kerja dimana Pekerjaan beton akan
dilaksanakan, termasuk galian untuk pondasi, pemompaan dan tindakan lain
untuk mempertahankan agar pelaksanaan pondasi tetap kering.
c. Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing- masing bagian dari
Pekerjaan dalam kontrak haruslah seperti yang diminta dalam gambar atau
pasal lain yang berhubungan dengan Persyaratan ini atau sebagaimana
diperintahkan oleh direksi Teknik. Seluruh beton yang digunakan sebagai
berikut :
K 175 : untuk digunakan pada beton praktis bertulang sebagaimana
dijelaskan dalam gambar rencana.
K 250 : untuk digunakan pada beton praktis bertulang sebagaimana
dijelaskan dalam gambar rencana.

d. Syarat dari PBI NI 2-1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua Pekerjaan
beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terjadi pertentangan
dengan syarat dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari Spesifikasi ini
harus dipakai.
e. Pekerjaan di Bagian Lain yang berkaitan dengan Seksi ini :
Dalam garis besarnya Pekerjaan Beton yang harus dibuat dari beton bertulang
antara lain :
1. Plat bak kontrol pada saluran trotoar / dudukan manhole besi tempa
110x110 cm.
2. Plat untuk jarangan atau bok tagkapan air 40x40cm.
3. Pondasi pile cap pada saluran,baliho,tembok pengaman.
4. Pada bagian atas L-Gutter sebagai pengikat antar L-Gutter
5. Dan bagian-bagian lain yang tertera dalam gambar rencana.

f. Pelaporan
1. Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh material yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat material
yang disyaratkan dalam pasal 5.1.2 dari spesifikasi ini.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 25 -


2. Kontraktor harus mengirimkan rancangan campurannya untuk masing-
masing tipe beton yang diusulkan untuk digunakan 28 hari sebelum awal
pekerjaan pengecoran beton.
3. Kontraktor harus mengirim secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan segera setelah siap atau bila diminta
oleh Direksi teknik.Dalam hal pengujian kuat tekan, hal ini akan meliputi
pengiriman hasil pengujian kuat tekan 3-hari, 7-hari dan 28-hari yang
masing-masing 3 hari, 7 hari dan 28 hari setelah pencampuran.
4. Kontaktor harus mengirim gambar terperinci dari seluruh perancah yang
akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan Direksi Teknik
sebelum memulai setiap Pekerjaan perancah.
5. Kontraktor harus memberitahu Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum bermaksud memulai melakukan pencampuran atau
pengecoran beton, seperti yang disyaratkan dalam pasal 5.1.4.() di bawah.

g. Penyimpanan dan Perlindungan Material


Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan
cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang dinaikkan yang
ditutup dengan lembar polyethylene (plastic). Sepanjang waktu, tumpukan
kantung semen harus ditutup dengan lapis selubung plastik.
h. Kondisi Tempat Kerja
Kontraktor harus menjaga temperature dari seluruh material, khususnya
agregat kasar, pada tingkat yang serendah mungkin dan harus menjaga
temperatur dari beton dibawah 30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai
tambahan, kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bila :
- Tingkat penguapan melampaui 1,0 Kg/m2/jam.
- Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%.
- Diperintahkan untuk tidak melakukannya oleh Direksi Teknik, selama
periode hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

i. Perbaikan dari Pekerjaan Beton yang Tak Memuaskan


1. Perbaikan dari Pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan dalam pasal 5.1.1.(4), atau yang tidak memiliki hasil akhir
permukaan yang memuaskan, atau yang tidak memenuhi kebutuhan syarat
campuran yang dipersyaratkan dalam pasal 5.1.3(3). Harus mengikuti
petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat meliputi :
2. Dalam hal adanya perselisiahan dalam kualitas Pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Teknik dapat
meminta Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menjamin penilaian yang wajar pada mata pelaksanaan yang telah
dilaksanakan. Pengujian tambahan tersebut haruslah atas biaya kontraktor.
- Perubahan dalam proporsi campuran untuk sisa Pekerjaan;
- Tambahan perawatan pada bagian dari struktur yang dari hasil
pengujian ternyata gagal;
- Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
Pekerjaan yang dipandang tidak memuaskan;
- Penambalan dari cacat-cacat kecil.

4.1.2. Peraturan Peraturan


Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
a. Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK-SNI T-15 –
1991-03)
b. Pedomen Beton 1989 (SKBI – 1.4.53.1988)
c. Peraturan Perencanaan tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983
d. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983
e. Persyaratan umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1082)-NI-3
f. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 / NI-8
g. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 26 -


h. Mutu dan Cara Uji Semen Beton (SII 0052-80)
i. ASTM C-33 Standart Specification for Concrete Agregates.
j. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)
k. Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
l. American Society for Testing Material ( ASTM )
m. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
n. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.5.3.1987 UDC : 699.81 : 624.04)

4.1.3. Keahlian dan Pertukangan


Kontraktor harus membuat beton dengan kualitas sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang diisyaratkan, antara lain, mutu dan penggunaannya selama
pelaksanaan. Semua pekerjaan beton harus dilakukan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman, termasuk tenaga ahli untuk acuan / bekisting sehingga dapat
mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Selain itu Kontraktor wajib
menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga sudah paham dengan
pekerjaan yang sedang dilaksanakannya terutama pada saat dan setelah
pengecoran berlangsung. Semua tenaga ahli dan tukang tersebut harus mengawasi
pekerjaan sampai pekerjaan perawatan beton selesai dilakukan. Untuk itu paling
lambat 10 hari sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengusulkan metode
kerja dan harus disetujui Konsultan Pengawas. Jika dipandang perlu, maka
Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli diluar yang ditunjuk
Kontraktor untuk membantu mengevaluasi semua usulan Kontraktor dan semua
biaya yang timbul menjadi beban Kontraktor.

4.1.4. Persyaratan Bahan


a. Semen :
1. Semen yang digunakan untuk Pekerjaan Beton haruslah Type Semen
Portland yang memenuhi AASHTO M 85 kecuali Type I A, IIA, IIIA, dan
IV. Terkecuali di ijinkan lain oleh Direksi Teknik, campuran beton yang
mengandung gelembung udara tidak dapat digunakan.]
2. Terkecuali diijinkan lain oleh Direksi Teknik, hanya satu merk semen yang
boleh dipakai di dalam satu Proyek.
b. Air :
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih dan bebas dari benda yang mengganggu seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organis. Air akan diuji sesuai dengan ; dan
harus memenuhi criteria dari AASHTO T 26. Air yang diketahui dapat diminum
dapat digunakan tanpa pengujian.

c. Syarat- syarat Gradasi Aggregat


1. Gradasi Agregat kasar dan halus harus memenuhi syarat- syarat yang
diberikan dalam Tabel 5.1.2 (3 ) tetapi material yang tidak memenuhi
syarat- syarat gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila Kontraktor bisa
menunjukkan dengan pengujian bahwa beton tersebut dapat memenuhi
sifat campuran yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam pasal
5.1.3 (3)
2. Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara
tulangan baja dengan acuan, atau antara perbatasan lainnya.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 27 -


Tabel 5.1.2 ( 3 ) Syarat- Syarat Gradasi Agregat

Ukuran Ayakan Presentase Berat Yang Lolos


Standar Inchi Agregat
Agregat Kasar
( mm ) (in) Halus
50 2 - 100 - - -
37 1 1/2 - 95 -100 100 - -
25 1 - - 95 - 100 100 -
19 3/4 - 35 - 70 - 90 - 100 100
13 1/2 - - 25 - 60 - 90 - 100
100 3/8 100 10 -30 - 20 - 55 10 – 70
4.75 #4 95 - 100 0-5 0 - 10 0 - 10 0 – 15
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0–5
1.18 #16 45 - 80 - - - –
0.3 #50 10 - 30 - - - -
0.15 #100 2-5 - - - -

3. Sifat Agregat.
- Agregat untuk adukan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan padas atau batu, atau
dari pengayaan dari pencucian ( jika perlu ) dari kerikil atau pasir
sungai.
- Aggregat harus bebas dari material organis seperti yang ditunjukkan
oleh pengujian AASHTO T 21 dan harus memenuhi sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel 4.1 bila diambil contohnya dan diuji sesuai
dengan prosedur AASHTO yang berhubungan.

Batas Maksimum
AASHTO Yang diijinkan
Sifat
Test Aggregat Aggregat
Halus Kasar
Kehilangan akibat T 96 - 40%
abrasi pada 500 (SNI 03-
putaran dengan Mesin 2417-1991)
Los Angles.
Kehilangan akibat T 104 10% 12%
penentuan mutu (SNI 03-
dengan sodium sulfat 3407-1994)
setelah 5 siklus.
Presentase dari T 112 0.5% 0.25%
gumpalan lempung dan (SK SNI M
partikel yang dapat 01-1994-03)
pecah.
Material yang lolos T 11 3% 1%
saringan # 200. (SK SNI M
02-1994-03)

d. Admixtures Material Tambahan


Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, Jumlah bahan yang
ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan harus dapat dibuktikan
melalui hasil uji. Hasil uji ini dengan menggunakan bahan semen dan agregat

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 28 -


yang akan dipakai pada proyek ini. Bahan campuran tambahan yang berfungsi
untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau mempercepat
pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi “Specification for
Chemical Admixtures for Concrete“ (ASTM C494) atau memenuhi standart
Umum Bahan Bangunan Indonesia.

4.1.5. Pencampuran dan Penakaran


a. Rancangan Campuran
Proposal material dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan
metode yang diisyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas yang diberikan
dalam Tabel 4.2

Tabel 4.2 Batasan Proporsi Takaran Campuran


Ukuran Rasio Air / Semen Kadar Semen Min.
Mutu
Aggregat Maks. Maks. (Kg/m3 dari
Beton
(mm) (terhadap berat) campuran)

K175 - 0,57 300

b. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh
Direksi Teknis, yang menggunakan peralatan dan perlengkapan tipe yang sama
seperti yang digunakan untuk Pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi seluruh sifat
campuran yang dibutuhkan seperti yang diisyaratkan dalam Pasal 5.1.3(2) di
bawah.
c. Persyaratan Sifat campuran
Seluruh beton yang digunakan dalam Pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
dan “slump” yang dibutuhkan seperti yang dipersyaratkan dalam Tabel 4.3 atau
yang disetujui oleh Direksi Teknis, bila pengambilan contoh, perawatan dan
pengujian sesuai dengan AASHTO T 141, T23, T126 dan T22.
d. Beton yang tidak memiliki persyaratan “slump” umumnya tidak boleh
ditempatkan pada Pekerjaan. Terkecuali Direksi Teknis dalam beberapa hal
menyutujui penggunaanya secara terbatas dari sedikit jumlah beton tersebut
pada bagian tertentu yang sedikit dibebani.
e. Sifat mudah dikerjakan serta tekstur dari campuran harus sedemikian rupa
sehingga beton dapat dicor pada Pekerjaan tanpa membentuk rongga atau
menahan udara atau buih air dan sedemikian rupa sehingga pada
pembongkaran acuan menghasilkan permukaan yang merata, halus dan
padat.Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton dibawah nilai
yang diisyaratkan dalam Tabel 5.1.3(2) Kontraktor tidak diperbolehkan mencor
beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut. Dapat
dipastikan dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin
produksi beton memenuhi persyaratan secara memuaskan. Beton yang tidak
memiliki kuat tekan 28 hari yang disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan
dan Pekerjaan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 5.1.1(10)
di atas.
f. Kekuatan beton akan cenderung lebih kecil dari persyaratan kekuatan bilamana
setiap contoh benda uji dari bagian Pekerjaan yang dipertanyakan adalah lebih
kecil dari keperluan yang diberikan dalam Tabel 5.1.3(2) atau selain disetujui
lain oleh Direksi Teknik yang karena kebijaksanaannya hasil perhitungan
statistic dipertimbangkan atau karena adanya kesalahan pengambilan contoh
ataupersiapan benda uji yang kurang baik atau karena factor-faktor lainnya.
g. Direksi Teknik dapat pula menghentikan Pekerjaan dan/atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 29 -


atas dasar hasil uji kuat tekan 3 hari. Dalam keadaan Demikian, Kontraktor
harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat
memilih menunggu sampai hasil pengujian 7 hari diperoleh. Sebelum
menerapkan tindakan perbaikan. Pada waktu tersebut Direksi Teknik akan
menilai kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari. Dan dapat segera
memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang dipandang
perlu.
h. Perbaikan dari Pekerjaan beton yang tak memuaskan yang melibatkan
pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan pada
hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja, terkecuali Kontraktor dan Direksi Teknik
keduanya sepakat pada perbaikan tersebut.
i. Penyesuaian campuran
- Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan, Bila dijumpai tak mungkin
memperoleh beton dengan sifat mudah dikerjakan dan dicor pada proporsi
yang semula direncanakan oleh Direksi Teknik, maka akan dibuat
perubahan-perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asal
dalam hal apapun kadar semen yang semula direncanakan tidak diubah,
juga tidak menambah besarnya faktor air/semen yang telah ditetapkan
berdasarkan pengujian kuat tekan yang telah menghasilkan kuat tekan
yang memadai.
- Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara penambahan
air atau oleh cara lain yang tidak akan diperkenankan. Zat tambahan untuk
meningkatkan sifat mudah dikerjakan hanya diijinkan bila secara khusus
telah disetujui oleh Direksi Teknik.
- Penyesuaian Kekuatan, Bila beton tidak mencapai kekuatan yang
dipersyratkan atau disetujui, kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
- Penyesuaian Untuk Material Baru, Tidak boleh ada perubahan dalam
sumber atau sifat dari material yang disyaratkan tanpa pemberitahuan
tertulis Kepada Direksi teknis dan tidak boleh ada material baru yang boleh
digunakan sampai Direksi Teknis menerima material tersebut secara tertulis
dan menetapkan proporsi baru yang didasarkan atas hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
j. Penakaran Agregat
- Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kantongan, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas
semen yang digunakan adalah sama dengan satu atau kebulatan dari
jumlah kantung semen. Agregat harus diukur secara terpisah beratnya.
Ukuran masing-masing takaran tidak boleh melebihi kapasitas terpasang
dari pengaduk.
- Sebelum penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan
dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering
permukaan, dengan secara berkala menyiram timbunan agregat dengan
air. Pada saat-saat penakaran, penyiraman terakhir dari agregat haruslah
paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang
memadai dari timbunan agregat.
k. Pencampuran
- Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal
dari tipe dan ukuran yang disetujui dan yang akan menjalin distribusi yang
merata dari material.
- Pencampuran harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan
peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
secara teliti dalam masing-masing penakaran.
- Alat pencampur pertama-tama harus diisi dengan agregat dan semen yamg
telah ditakar, dan selanjutnya pencampuran dimulai sebelum air
ditambahkan.
- Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran material kering. Seluruh air pencampur harus dimasukkan
sebelum seperempat waktu pencampuran untuk mesin dengan kapasitas ¾
m3 atau kurang haruslah 1.5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 30 -


harus lebih ditingkatkan 15 detik untuk setipa tamnahan 0,5 m3 dalam
ukuran.
- Penggunaan pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi pada
beton non-struktural.

4.1.6. Pengecoran
a. Penyiapan Tempat Kerja
1. Kontraktor harus membongkar stuktur yang ada yang akan digantikan
dengan Pekerjaan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk
dapat memungkinkan pelaksanaan Pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat yang
dipersyaratkan dalam seksi 5.1.5 dari spesifikasi ini.
2. Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk
Pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam gambar atau sepeti
yang ditetapkan oleh Direksi teknik sesuai dengan syarat-syarat dalam
Pasal 3.2 dan 3.3 dari spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan
menggaru tempat yang cukup di sekeliling dari Pekerjaan beton tersebut
untuk menjamin dapat dicapainya seluruh sudut Pekerjaan. Jalan kerja
yang kokoh juga harus disediakan jika perlu untuk menjamin bahwa
seluruh sudut Pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan aman.
3. Seluruh landasan pondasi dan galian untuk Pekerjaan beton harus
dipertahankan kering dan beton tidak boleh dicor diatas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau dalam air.
4. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau saluran)
harus sudah ditempatkan dan diikat kuat sehingga tidak bergeser sewaktu
pengecoran.
5. Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Teknik, material landasan
untuk Pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan syarat dari seksi 2.4
dari spesifikasi ini.
6. Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dari pondasi yang disiapkan
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau beton
dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pemantekan dalam,
pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan
cukupnya daya dukung dari tanah dibawah pondasi. Dalam hal dijumpai
kondisi tidak memuaskan, Kontraktor dapat diperntahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan
mengganti daerah yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilitas lainnya sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

b. Cetakan
1. Cetakan dalam tanah, bila disetujui oleh Direksi Teknik, harus dibentuk
dengan galian, dan sisa serta dasarnya harus dipotong dengan tangan
sesuai ukuran yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah lepas harus
dibuang sebelum pengecoran beton.
2. Cetakan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang
kerap terhadap aduk dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi
yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
3. Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak
akan tampak pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan
tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang tampak.
Cetakan harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut tajam.
4. Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 31 -


c. Pengecoran
1. Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik secar tertilis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk lebih dari 24 jam.
Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari Pekerjaan, macam Pekerjaan,
kelas dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
2. Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau
tidak mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksaaan
Pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan dari Direksi Teknik
untuk memulai.
3. Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk
memulai, tidak ada beton yang boleh dicor bila Direksi Teknik atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
4. Sesaat sebelum beton dicor, cetakan harus dibasahi dengan air atau
disebelah dalamnya dilapisi dengan minyak mineral yang tak akan
membekas.
5. Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi
akhirnya dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau
dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk Direksi Teknik atas dasar
pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.
6. Pengecoran boleh dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
kontruksi yang telah disetujui sebelum atau sampai Pekerjaan Selesai.
7. Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi
(pemisahan) partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor
dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat akhirnya untuk mencegah
pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari satu meter dari
tempat awal pengecoran.
8. Bila dicor kedalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan
yang rapat, beton harus dicor dalam lapis-lapis horizontal yang tak lebih
dari 15 cm tebalnya.
9. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dari ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
10. Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaanya tidak dapat
dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran. Maka beton harus
dicor dengan metode tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana
bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
11. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga
beton yang telah berada ditempat yang masih plastis sehingga dapat
menyatu dengan beton segar.
12. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan
yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh.
d. Pembongkaran Kerangka Cetakan
1. Cetakan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal dinding atau kolom
yang langsung dan struktur yang serupa lebih awal dari 30 jam dari
pengecoran beton. Cetakan yang ditopang dibawah pelat lantai, balok
lantai dan konstruksi sejenis tidak dibongkar sehingga hasil pengujian
beton minimal 60% dari kekuatan rancangan dari beton telah dicapai.
2. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, cetakan untuk pekerjaan yang
diberi hiasan, lisplang beton, kanopi dan tampak vertikal yang harus
dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak
lebih dari 30 jam keadaan cuaca yang menentukan.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 32 -


4.1.7. Baja Tulangan
a. Umum
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan
sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

b. Penerbitan Detail-detail Konstruksi


Detail Konstruksi untuk baja tulangan yang tidak disertakan dalam dokumen
lelang akan diserahkan Direksi Teknik setelah peninjauan kembali semua
rancangan awal telah Selesai.

c. Toleransi
1. Baja Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selimut beton
yang menutup bagian luar dari baja tulangan adalah sebagai berikut :
- 3,5 cm untuk beton yang tidak terbuka langsung terhadap udara atau
terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran.
- Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.2.1 ( 3 ) untuk beton yang
terendam/ tertanam atau yang terbuka langsung terhadap cuaca atau
urugan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan :

Tabel 4.4 Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton yang
Tak Terlindungi Tetapi Mudah dicapai

Ukuran Batang Tulangan yang Tebal Selimut Beton Minimum


akan Diselimuti (mm) (Cm)
Batang 16 mm dan lebih kecil 2.0

2. Toleransi fabrikasi ( pembuatan ) harus seperti yang disyaratkan dalam


Buku Pegangan Standart praktis untuk detail struktur beton bertulang,
Institut Beton Amerika ( AC 1315 )

d. Pelaksanaan
1. Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam
gambar kerja dan syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1971 NI-2
dan buku Pedoman Perencanaan Untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
Struktur Tembok Bertulang Untuk Gedung Tahun 1983.
2. Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang
ditentukan dalam gambar.
3. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan
harus dijaga jarak antara tulangan , jarak antara tulangan dengan
bekesting untuk mendapatkan tebal selimut beton /beton deking yang
cukup untuk itu Kontraktor itu harus mempergunakan penyekat / spacer,
dudukan / chairs dari balok beton atau baja. Bila dipakai balok beton, maka
mutu beton harus sesuai dengan beton yang bersangkutan yang
diperlihatkan dalam Gambar Rencana, semua tulangan harus diikat dengan
baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.
4. Sebelum melakukan pengecoran semua tulangan harus diperiksa terlebih
dahulu untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk
mendapatkan perbaikan bila mana perlu.
5. Apabila menurut Direksi Teknik, tulangan yang berkarat halus segera
dibersihkan atau diganti bilamana dianggap akan melemahkan konstruksi.
6. Pengecoran tidak diperkenankan bila belum diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknik.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 33 -


e. Besi Beton
Besi Beton harus selalu menggunakan baja polos atau berulir kelas 40 yang
memenuhi persyaratan AASHTO M 31-77untuk tulangan utama dan sengkang
kecuali ditentukan lain dalam gambar. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik,
maka besi beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak cacat.
2. Mutu sesuai dengan yang ditentukan
3. Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
4. Merk Krakatau Steel / Budi Dharma / setara.
Pemakaian besi beton jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Besi Beton harus berasal dari
satu pabrik (manufactures). Tidak dibenarkan untuk menggunakan merk besi
beton yang berlainan dengan untuk pekerjaan ini. Besi beton harus dilengkapi
dengan mill certificate / sertifikat pabrik yang membuat label dan nomor
pengecoran serta tanggal pembuatan besi beton tersebut.

Tegangan Leleh Karakteristik


atau Tegangan Karakteristik
Mutu Sebutan
yang memberikan regangan
tetap 0.2 ( kg/cm2 )
BJTD 32 Baja Sedang 3.200
BJTD 40 Baja Keras 3.900

1. Tumpuan Untuk Tulangan


Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau blok
beton cetak dari kelas II/K 275 seperti yang disyaratkan dalam pasal 5.1
dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Teknik. Kayu, Bata,
Batu atau material lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
2. Pengikat Untuk tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat baja tulangan harus kawat baja yang telah
dilunakkan yang memenuhi AASHTO M 32-90

4.1.8. Kualitas Beton


a. Kualitas beton yang digunakan tercantum dalam gambar rencana yang harus
dibuktikan dengan pengujian seperti diisyaratkan dalam spesifikasi teknis ini.
b. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai, Kontraktor
harus melakukan percobaan sesuai dengan yang diisyaratkan oleh peraturan
yang berlaku dengan mengadakan trial mix di laboratorium yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
c. Jika tidak ditentukan secara khusus, makaharus menggunakan beton Mutu K-
225
d. Desain Adukan Beton.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan kelecakan (Workability) dan konsistensi yang baik.

4.1.9. Pengujian Bahan


a. Umum
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala
pengujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai
dengan yang diisyaratkan. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya
setelah hasil uji diperoleh untuk persetujuan oleh konsultan pengawas.
2. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor
harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan
selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil
yang diinginkan.
3. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai
dengan pengarahan Konsultan Pengawas.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 34 -


4. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan,
Kontraktor harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari Pabrik,
dimana pengujian dilakukan secara berkala, dengan cara sesuai dengan
spesifikasi ini.
b. Laboratorium Penguji
1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan suatu
laboratorium penguji material yang akan digunakan pada proyek ini.
Laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan semua pengujian dengan
spesifikasi ini.
2. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan penguji di
lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga ahli yang menguasai
bidangnya.
3. Alat Penguji agregat kasar dan agregat halus.

c. Pengujian Beton
1. Benda Uji Beton
Benda Uji harus diberi kode / tanda yang menunjukan tanggal pengecoran,
lokasi pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan. Benda uji harus
diambil sebelum beton dituang ke lokasi penggocoran sesuai dengan yang
disaratkan oleh konsultan pengawas.
2. Jumlah benda uji beton
a. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 1,50
m3 beton hingga cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama benda
uji harus berbentuk kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. benda uji
bentuk lainya dapat digunakan bentuk lainya dapat digunakan bila
disetujui oleh konsultan pengawas. Selanjutnya pengambilan benda uji
sebanyak 2 (dua) buah dilakukan setiap 5 m3 beton. Benda uji tersebut
ditentukan secara acak oleh konsultan pengawas dan harus dirawat
sesuai dengan persyaratan.
b. Jumlah uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap tekan dari setiap mutu
beton mutu yang dituang pada suatu hari harus diambil minimal satu kali.
Pada setiap satu kali pengambilan contoh beton harus dibuat dua buah
spesimen kubus. Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari
uji tekan dua spesimen ini yang diuji pada umur yang ditentukan, yaitu
umur 7 hari dan 28 hari.
c. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka konsultan pengawas dapat
meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di atas.
Dengan beban biaya ditangung oleh kontrator.
d. Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan unutk setiap mutu
beton adalah :
jumlah minimum waktu perawatan ( hari )
Jenis struktur
benda uji 3 7 28
beton bertulang 4 - 2 2
beton pratekan 6 2 2 2

3. Laporan Hasil Uji Beton


Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas uji beton dari boratorium
penguji untuk disahkan oleh Konsultan Pengawas. Laporan tersebut harus
dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton Karakteristik.
4. Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton
a. Deviasi Standart – S
Deviasi Standart produksi neton ditetapkan berdasarkan jumlah 30 buah
hasil tes kubus atau silinder. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh
kubus yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan faktor pengali
seperti tercantum dalam tabel berikut :

S
 fc  fcr 2

N 1

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 35 -


Jumlah Benda Uji ( N ) buah Faktor Pengali ( S )
≤ 15 1.16
20 1.08
25 1.03
≥ 30 1.00

b. Kuat Tekan Rata-rata ( fcr )


Target fcr yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan proporsi
campuran beton harus diambil sebagai nilai yang terbesar dari Formula
berikut ini :

fcr = fc’ + 1.64 atau fcr = fc’ + 2.64 S – 40 kg/cm2

c. Kuat Tekan sesungguhnya


Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai dengan memuaskan,
jika kedua syarat berikut dipenuhi :
- Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing masing terdiri
dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang (fc’ + 0.82 N)
- Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji)
mempunyai nilai di bawah 0.85 fc.
Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan
berikutnya atas rekomendasi KP.
5. Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Test)
Jika hasil Evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak
dapat dipenuhi, maka jika diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor
harus melaksanakan pengujian beban dan lain-lain. Semua biaya pengujian
ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. Lokasi dan banyaknya pengujian
akan ditentukan secara khusus dengan melihat kasus perkasus.
d. Pengujian Besi Beton
1. Benda Uji Besi Beton
a. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil benda uji besi
beton masing-masing 2 buah dengan ukuran panjang 100 cm sesuai
dengan diameter dan mutu yang akan digunakan. Selanjutnya benda uji
besi beton harus diambil dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas
sebanyak 2 buah untuk setiap 20 ton untuk masing masing diameter besi
beton. Uji besi beton terdiri dari uji tarik dan uji lentur.
b. Pengujian mutu besi juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang
perlu oleh Konsultan Pengawas. Contoh besi beton yang diambil untuk
pengujian tanpa disaksikan Konsultan Pengawas tidak diperkenankan dan
hasil uji dianggap tidak sah. Semua biaya uji tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
c. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang menunjukkan tanggal
pengiriman, lokasi terpasang bagian struktur yang bersangkutan dan lain-
lain data yang perlu dicatat.
d. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan, maka
Konsultan Pengawas berhak untuk meminta pengambilan contoh benda
uji lebih besar dari yang ditentukan di atas, dengan beban biaya
ditanggung oleh kontraktor.
2. Laporan Hasil Uji Besi Beton
Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi beton dari
laboratorium penguji untuk diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan kesimpulan apakah kualitas besi
beton tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 36 -


4.1.10. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Persetujuan Konsultan Pengawas
Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan, Kontraktor harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Laporan harus
diberikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan
dilaksanakan. Hal-hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara
semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus
dicatat secara baik dan jelas sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat
data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.
b. Persiapan dan Pemeriksaan
Kontraktor tidak diijinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa ijin tertulis
dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada konsultan
Pengawas tentang kesiapannya untuk melakukan pengecoran dan laporan
tersebut harus disampaikan beberapa hari sebelum waktu pengecoran, sesuai
dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Konsultan Pengawas
melakukan Pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan. Kontraktor harus
menyediakan fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang
dibutuhkan agar Konsultan Pengawas dapat memeriksa pekerjaan secara aman
dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut, Kontraktor tidak akan diizinkan untuk
melakukan pengecoran. Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut
harus segera diperbaiki dalam waktu 1 x 24 jam dan selanjutnya kontraktor
1 x 24 jam selanjutnya kontraktor harus mengajukan ijin lagi untuk dapat
melaksanakan pengecoran. Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat
koreksi yang timbul, kecuali ditentukan oleh pemberi tugas / Konsultan
Pengawas, Persetujuan untuk melakukan pengecoran tidak berarti
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas
ketidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran
dilakukan harus dipastikan bahwa semua peralatan yang akan tertanam di dalam
beton sudah terletak pada tempatnya dan semua kotoran sudah dibersihkan dari
lokasi pengecoran. Demikian pula untuk siar pelaksanaan harus dilakukan sesuai
dengan persyaratan.
c. Siar Pelaksanaan
Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya.
Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan
struktur dapat dikurangi. Siar pelaksanaan tidak dijinkan untuk melalui daerah
yang diperkirakan sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll. Jika tidak
ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus terletak pada daerah dimana
gaya geser adalah minimal, umumnya terletak pada sepertiga bentang tengah
dari panjang efektif struktur. Pada pengecoran beton yang tebal dan volume
yang besar, lokasi siar pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian rupa,
sehingga tidak menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada beton
yang tersebut, yang berakibat retaknya beton, disamping adanya tegangan
residu yang tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat dibuat secara horizontal
dan pengecoran dapat dibagi menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan
tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal yang berhubungan
dengan siar pelaksanaan seperti erstop, perekat beton, dowel dsb, maupun
pembersih permukaan beton agar dapat dijamin lekatan antara beton lama dan
baru. Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan bekas beton yang
tidak melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan, harus
dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi terlihat tetapi tetap
melekat dengan baik.
d. Pengangkutan dan Pengecoran Beton
Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba dilokasi
proyek dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi teknis. Jika lokasi
pembuatan cukup jauh dari proyek, maka harus digunakan admixtures yang
dapat memperlambat proses pengerasan dari beton. Pada saat beton diangkut
ke lokasi pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak terjadi pemisahan
antara bahan-bahan dasar pembuat beton. Pada saat pengecoran tinggi jauh
dari beton segar harus kurang dari 1.50 meter. Hal ini sangat penting agar tidak

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 37 -


terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat dengan pasta beton sehingga
dapat mengakibatkan kwalitas beton menjadi menurun. Untuk itu harus
disiapkan alat bantu seperti piuap tremi sehingga syarat ini dapat dipenuhi.
Sebelum pengecoran beton harus dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam
waktu yang cukup, sehingga pengecoran beton dapat dilakukan dengan baik.
Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan personil yang akan mendukung
pengecoran beton, yang dianalisa berdasarkan besarnya volume pengecoran
yang akan dilakukan. Sebagai gambaran setiap alat pemadam maupun
memadatkan sekitar 5 – 8 m3 beton segar per jam. Beton segar dicampurkan
harus ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi akhir, sehingga masalah
segregasi dan pengerasan beton dapat dihindarkan dan selama pemadatan
beton masih bersifat plastis.

4.1.11. Pemadatan Beton


a. Alat Pemadat Beton / Concrete Vibrator
Beton yang akan dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat (vibrator)
dengan tipe yang disetujui oleh Konsultan Pengawas Pemadatan tersebut
bertujuan untuk mengurangi udara pada beton yang akan mengurangi kwalitas
pada beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability)
beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat, sehingga
slump yang rendah-rendah biasanya merupakan masalah. Untuk itu harus
disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan besarnya
pengecoran yang akan dilakukan. Minimum harus dipersiapkan satu vebriator
cadangan yang akan dipakai, jika ada vebriator cadangan yang akan dipakai, jika
ada vebriator yang rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung. Alat
pemadat harus di tempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh besi
beton.

b. Lokasi Pemadatan yang Sulit


Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada pertemuan
balok kolom, dinding beton yang tipis dan pada lokasi pembersihan yang rapat
dan rumit, maka kontraktor harus mempersiapkan metode khusus untuk
pemadatan beton yang disampaikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat
3 hari sebelum pengecoran dilaksanakan, agar tidak terjadi keropos pada beton,
sehingga secara kualitas tidak akan disetujui.

c. Pemadatan Kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka
beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan rekomondasi Konsultan
Pengawas agar retak tersebut dapat dihilangkan.

d. Metode Pemadatan Lain


Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan lain yang
dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara
permukaan dan inti beton. Hal ini dapat menyebabkan keretakan struktur dan
terjadinya tegangan menetap pada beton, tanpa adanya beban yang bekerja.

4.1.12. Temperatur Beton Segar


Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang mempunyai
skala 5 s/d 100o C, harus dimasukkan ke dalam contoh tersebut sedalam 100 mm.
Jika temperatur sudah stabil selama 1 menit, maka temperatur tersebut harus
dicatat dengan ketelitian 1o C.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 38 -


4.1.13. Perawatan Beton
a. Tujuan Perawatan
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi
kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi dan mencegah penguapan
air dari beton pada umur beton awal dan juga mencegah penguapan air dari
beton pada umur beton awal dan juga mencegah perbedaan temperatur dalam
beton yang dapat menyebabkan terjadinya keretakan dan penurunan kualitas
beton. Perawatan beton harus dilakukan begitu pekerjaan pemadatan beton
selesai dilakukan. Untuk itu harus dilakukan perawatan beton sedemikian
sehingga tidak terjadi penguapan yang cepat terutama pada permukaan beton
yang baru dipadatkan.

b. Lama Perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus dibasahi dengan
air bersih selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran selesai. Untuk
elemen vertikal seperti kolom dan dinding beton, maka beton tersebut harus
diselimuti dengan karung yang dibasahi terus menerus selama 7 hari.

c. Perlindungan Beton Tebal


Untuk pengecoran beton dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka permukaan
beton harus dilindungi dengan material (antara lain stereo foam) yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas, agar dapat memantulkan radiasi akibat panas.
Material tersebut harus dibuat kedap, agar kelembaban permukaan beton dapat
dipertahankan.

d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis,
harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan. Acuan tersebut
dihindari dari terik matahari langsung, karena sifatnya yang mudah menyerap
dan mengantarkan panas. Perlakuan yang kurang baik akan menyebabkan retak-
retak yang parah pada permukaan beton.

e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing
compound. Jenis dan type curing compound yang digunakan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan
temperatur yang cepat pada permukaan beton sehingga dapat menyebabkan
keretakan pada permukaan beton.

4.1.14. Cara Untuk Menghindari Keretakan Pada Beton


a. Alat monitoring
Untuk pekerjaan beton dengan tebal lebih dari 600 mm, Kontraktor harus
menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur dan memonitor segala
kejadian yang mungkin terjadi selama pekerjaan beton berlangsung. Monitoring
dilakukan minimal selama 7 hari sejak pengecoran selesai. Kontraktor wajib
menyediakan alat pengukur temperatur yang akan diletakkan pada dasar beton,
di dalam beton, dan dipermukaan beton dengan jarak vertikal antara alat
ditetapkan maksimal 50 cm. Sedangkan jarak horizontal antara titik satu dengan
lainnya maksimal 10 meter. Lokasi alat pengukur dan metode pengukur suhu
tersebut harus diusulkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.

b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton harus didinginkan secara mendadak, yang
terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar (>20 oC) antara
permukaan dan inti beton dan beton harus dihindarkan dari sinar matahari
langsung ataupun tiupan angin.

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 39 -


c. Material Bantu
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang mungkin dapat
dicampur ke dalam beton maupun yang akan digunakan pada saat perawatan
beton untuk mencegah terjadinya penguapan yang terlalu cepat.
d. Lebar Retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan, dan lebar retak yang
diijinkan maksimal sebesar 0,004 kali tebal selimut beton.

e. Antisipasi Perbedaan Temperatur


Kontraktor harus menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk mengatasi jika
perbedaan temperatur menjadi lebih dari 20 derajat C, misalnya dengan
mempertebal isolasi yang sudah digunakan atau membuat isolasi menjadi benar-
benar kedap terhadap angin dan udara. Hal ini harus segera dilakukan agar
perbedaan temperatur tidak menjadi besar. Untuk itu harus disiapkan material
isolasi lebih dari kebutuhan sebelum pengecoran dilakukan.

f. Hal – Hal Lain


Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun sesudah
pengecoran beton adalah :
1. Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam kondisi
terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat
pencampuran dimulai.
2. Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan mengganti
sebagian air dengan es, sehingga temperatur menjadi lebih besar.
3. Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah.
4. Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran beton.
5. Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi maksimal 2
jam.
6. Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan membuat
siar pelaksanaan secara horizontal pada beton yang tebal, sehingga tebal
satu lapis pengecoran menjadi kurang lebih 1 meter dan perbedaan
temperatur dapat dikontrol.
7. Jika mungkin diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana
temperatur lapangan sudah lebih rendah dari dibandingkan dari siang hari.
8. Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada pada seluruh permukaan
beton yang terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar
temperatur tidak terlalu berbeda pada seluruh penampang beton.
9. Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai dan harus
diteruskan sampai system isolasi terpasang seluruhnya.
10. Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar
matahari dan angin. Hal ini dapat dilakukan membuat dinding pada sekeliling
daerah pengecoran dengan plastik atau material sejenis, demikian juga pada
bagian atasnya.
g. Retak di Luar Batas yang Disyaratkan.
Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan diluar batas yang
diijinkan, maka Kontraktor harus melaporkan hal tersebut secara tertulis yang
berisi antara lain metode kerja dan peralatan yang digunakan berikut komposisi
campuran yang digunakan kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi lebih
lanjut. Kontraktor tidak diijinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut sebelum
mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

4.1.15. Adukan Beton yang Dibuat Di Tempat (Site Mixing)


Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka untuk beton yang dibuat di
lapangan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Semen diukur menurut berat
b. Agregat kasar diukur menurut berat
c. Pasir diukur menurut berat

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 40 -


d. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete
batching plant)
e. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin beton
f. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada
dalam mesin pengaduk
g. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih
dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai

PASAL 5 PEKERJAAN PENGECATAN

10.1. Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekejaan ini, sehingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
b. Pengecatan kanstin detail tertera dalam gambar
c. Kontraktor wajib menyediakan cadangan cat untuk disimpan owner dan digunakan
ketika suatu saat terjadi kerusakan cat.

10.2. Syarat-syarat Bahan


1. Cat harus dalam kaleng / kemasan yang masih terttutup patri / segel, dan masih jelas
menunjukkan nama dan merk dagang, nomor formula atau spesifikasi cat, nomor
takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrik, petunjuk dari pabrik dan nama
pabrik pembuat, yang semuanya masih abash pada saat pemakaiannya. Semua
bahan harus sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat.
2. Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik / mek
dagang dengan cat akhir yang akan digunakan. Untuk menetapkan suatu standard
kualitas yang baik
3. Untuk mendapatkan hasil bagus, pengecatan dilakukan dengan teliti.
4. Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982 pasal 54 dan NI-4
5. Type dan warnanya akan ditentukan kemudian

10.3. Syarat- syarat Pelaksanaan


1. Semua bidang Pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak, lubang
dan pecah-pecah)
2. Pengecatan tidak dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada bidang
pengecatan
3. Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu, lemak, minyak
dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan
4. Seluruh Bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapis dengan cat dasar, bahan
plamur dari produk yang sama dengan cat yang digunakan.
5. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas serta
seluruh pekerjaan instalasi didalamnya telah selesai dengan sempurna.
6. Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan /
mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk kepada Konsultan
pengawas. Selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna yang akan digunakan.
Konsultan pengawas akan mengintruksikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari
7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan.
7. Contoh bahan yang telah disetujui, akan dipakai sebagai standart untuk pemeriksaan
/ penerimaan setiap bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke tempat pekerjaan
8. Contoh bahan yang telah disetujui, akan dipakai sebagi standat untuk pemeriksaan /
penerimaan setiap bahan yang dikirim oleh Kontrktor ke tempat pekerjaan.
9. Sebelum pekerjaan dapat dimulai atau dilakukan, percobaan-percobaan bahan dan
warna harus dilakukan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Perencana

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 41 -


dan Konsultan pengawas. Pengerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan.
10. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola texture merata, tidak terdapat noda-
noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat
dari pekerjaan-pekerjaan lain.
11. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan,
perawatan dan keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan
12. Bila terjadi ketidak-sempurnaan atau kerusakan dalam pengerjaan, kontraktor harus
memperbaiki / mengganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya
tambahan biaya.
13. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil / berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga dapat tercapainya mutu
pekerjaan yang baik dan sempurna.

PASAL 6 PEKERJAAN PENUTUP BAK KONTROL & DTA

1. Bahan tutup bak kontrol terbuat dari plat cetak /besi tempa yang ukuran disesuaikan
dengan gambar pada bestek
2. Untuk penutup bok tagkapan air / jarangan yaitu di sesuaikan dengan gambar atau
menurut petunjuk direcksi.

PENUTUP

1. Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini untuk uraian pekerjaan tidak disebutkan
dalam perkataan atau kalimat “diselenggarakan“ oleh Kontraktor Pelaksana, maka hal ini
harus dianggap seperti disebutkan.
2. Guna mendapat hasil yang baik, maka pada bagian-bagian yang nyata nyata termasuk atau
yang disebut kata demi kata dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini haruslah
diselenggarakan oleh Kontraktor Pelaksana, dan diterima sebagaimana hal yang disebutkan .
3. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh pihak
Pemberi Tugas, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam peraturan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat ini.

Dibuat Oleh :
Konsultan Perencana
CV. CAKRA MANDIRI PERSADA

TOMI WIJANARKO, ST
Direktur

RKS-NORMALISASI SALURAN MANISREJO-2021 - 42 -

Anda mungkin juga menyukai