BAB I
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1.1. Lingkup
1.1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa
diterapkan untuk pelaksanaan kegiatan NORMALISASI SALURAN MANISREJO
Kota Madiun
1. Pekerjaan Persiapan
2. Manajemen K3
3. Pekerjaan Tanah
4. Pekerjaan Saluran U-Ditch
5. Pekerjaan Saluran L-Gutter
6. Pekerjaan Pemindahan Baliho
7. Pekerjaan Saluran & Bak Kontrol
8. Pekerjaan Trotoar
9. Pekerjaan Pasangan
Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan / dilihat dan
tercantum pada Bill Of Quantity (BQ).
1.1.2. Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut, lingkup
pekerjaan yang ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Pengadaan tenaga kerja .
b. Pengadaan Bahan / Material.
c. Pengadaan peralatan & alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan
yang ditugaskan.
d. Koordinasi dengan Pemborong / pekerja lain yang berhubungan dengan
pekerjaan pada bagian pekerjan yang ditugaskan.
e. Penjagaan kebersihan, kerapian, dan keamanan kerja.
f. Pembuatan As Built drawing (Gambar terlaksana).
1.1.3. Persyaratan Teknis Umum menjadi satu kesatuan dangan persyaratan teknis
pelaksanaan pekerjaan dan secara bersama – sama merupakan persyaratan dari
segi teknis bagi seluruh pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih
dari dokumen-dokumen berikut ini :
a. Gambar-gambar pelelangan / pelaksanaan.
b. Persyaratan Teknis Umum / pelaksanaan pekerjaan / bahan.
c. Rincian Volume Pekerjaan / Rincian Penawaran.
d. Dokumen-dokumen pelelangan / pelaksanaan yang lain.
1.1.4. Dalam hal mana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan di atas, maka bagian
dari persyaratan teknis umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.
1.2. Referensi
1.2.1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam Normalisasi Indonesia (NI),
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Peraturan-peraturan Nasional maupun
Peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atau jenis - jenis pekerjaan
yang bersangkutan antara lain :
1.3. Bahan
1.3.1. Baru / Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan barang bekas dalam
komponen kecil maupun besar sama sekali tidak diperbolehkan.
1.3.2. Tanda Pengenal
a. Dalam hal dimana pabrik / produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk
produk bahan yang dihasilkan, baik berupa cap / merk dagang pengenal pabrik /
produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
mengandung tanda pengenal tersebut.
b. Khusus untuk bahan bagi pekerjaan instalasi (penerangan, plumbing, dll) kecuali
ditetapkan oleh Direksi / Pengawas, bahan sejenis dengan fungsi yang sama harus
diberi tanda pengenal untuk membedakan satu bahan dari bahan lainnya. Tanda
pengenal ini bisa berupa warna atau tanda-tanda lain yang mana harus sesuai
dengan referensi pada I.2. tersebut di atas atau dalam hal dimana tidak / belum
ada pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai
petunjuk direksi / Pengawas.
1.3.3. Merk Dagang dan Kesetarafan.
a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan / produk di dalam Persyaratan
Teknis Umum, secara umum harus diartikan sebagai persyaratan kesetaraan
kualitas penampilan (Performance) dari bahan / produk tersebut, yang mana
dinyatakan dengan kata-kata “atau yang setaraf “.
b. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan / produk lain
yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setaraf dengan
bahan / produk yang memakai merk dagang yang disebutkan, dapat diterima
sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh persetujuan tertulis dari
Direksi / Pengawas atas Kesetarafan tersebut.
1.3.6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan / produk kepada Direksi / Pengawas
harus disertakan contoh dari bahan / produk tesebut dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Jumlah Contoh
1. Untuk bahan / produk bila tidak dapat diberikan sesuai sertifikat pengujian
yang dapat disetujui / diterima oleh Direksi / Pengawas sehingga oleh
karenanya perlu diadakan pengujian kepada Direksi / Pengawas harus
diserahkan sejumlah bahan produk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan benda uji guna diserahkan
pada Badan / Lembaga Penguji yang ditunjuk oleh Direksi / Pengawas.
2. Untuk Bahan / produk atau mana dapat ditunjukan sertifikat pengujian yang
dapat disetujui / diterima oleh Direksi / Pengawas, kepada Direksi / Pengawas
harus diserahkan 3 (tiga) buah contoh yang masing masing disertai dengan
salinan sertifikat pengujian yang bersangkutan.
b. Contoh yang Disetujui
1. Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi / Pengawas atau contoh yang
telah memperoleh persetujuan dari Direksi / Pengawas harus dibuat suatu
keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu, oleh Direksi /
pengawas harus dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 3 (tiga)
buah contoh yang semuanya akan dipegang oleh Direksi / Pengawas. Bila
dikehendaki, Pemborong / Supplier dapat meminta sejumlah set tambahan dari
1.4. Pelaksanaan
1.4.1. Rencana Pelaksanaan
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Surat Perintah Kerja (SPK)
oleh kedua belah pihak, pemborong harus menyerahkan kepada Direksi /
Pengawas sebuah “Network Planning” mengenai seluruh kegiatan yang perlu
dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram mana dinyatakan pula
urutan serta kaitan / hubungan antara seluruh kegiatan-kegiaan tersebut.
b. Kegiatan kegiatan Pemborong untuk / selama masa pengadaan / pembelian serta
waktu pengiriman / pengangkutan dari :
1. Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan persiapan /
pembantu.
2. Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan
c. Kegiatan kegiatan Pemborong untuk / selama waktu fabrikasi, pemasangan dan
pembangunan.
d. Pembuatan gambar-gambar kerja.
e. Permintaaan persetujuan atau bahan serta gambar kerja maupun rencana kerja.
f. Harga borongan dari masing masing kegiatan tersebut.
g. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
h. Direksi / Pengawas akan memeriksa rencana kerja Pemborong dan memberikan
tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.
i. Pemborong harus memasukkan kembali perbaikan / penyempurnaan atau rencana
kerja kepada Direksi / Pengawas dan meminta diadakannya perbaikan /
penyempurnaan atau rencana kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum
dimulainya pelaksanaan.
j. Pemborong tidak dibenarkan memulai suatu pelaksanaan atau pekerjaan sebelum
adanya persetujuan dari Direksi / Pengawas atau rencana kerja ini. Kecuali dapat
dibuktikan bahwa Direksi / Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk
memeriksa rencana kerja Pemborong pada waktunya, maka kegagalan Pemborong
untuk memulai pekerjaan sehubungan dengan belum adanya rencana kerja yang
memulai pekerjaan yang disetujui Direksi, sepenuhnya merupakan tanggung
jawab dari pemborong bersangkutan.
1.4.2. Gambar Kerja (Shop Drawing)
a. Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (Construction
Drawings) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai
keadaan terlaksana, Pemborong wajib untuk mempersiapkan gambar kerja yang
secara terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut.
b. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Direksi / Pegawas.
c. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi / Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan untuk mana gambar-gambar tersebut di atas harus diserahkan dalam
rangkap 3 (tiga).
d. Pengajuan gambar kerja tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
pemesanan bahan atau Pelaksanaan pekerjaan dimulai.
1.4.3. Ijin Pelaksanaan
Ijin pelaksanaan paling lambat 1 ( satu ) hari sebelum memulai pekerjaan tersebut,
Pemborong diwajibkan untuk mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis kepada
Direksi / Pengawas dengan dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui. Ijin
pelaksanaan yang disetujui sebagai pegangan Pemborong untuk melaksanakan pada
bagian pekerjaan tersebut.
1.4.4. Contoh Pekejaan ( Mock Up).
Bila pekerjaan dikehendaki oleh Direksi / Pengawas, Pemborong wajib menyediakan
sebelum pekerjaan dimulai.
1.6.5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk Pembangunan
pekerjaan sementara sesuai dengan ketentuan kontrak harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap ketentraman
penduduk atau jalan-jalan yang harus digunakan baik jalan perorangan atau umum,
milik pemberi tugas atau milik pihak lain. Pemborong harus membebaskan Pemberi
Tugas dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal tersebut di atas.
1.6.6. Pemborong harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan pada jalan raya
atau jembatan yang menghubungkan proyek sebagai akibat dari lalu lalang
peralatan ataupun kendaraan yang dipergunakan untuk mengangkut bahan bahan /
material guna keperluan proyek.
1.6.8. Lingkup pekerjaan termasuk seluruh pekerjaan yang terkait dengan penanganan
kesehatandankeselamatankerja(K3)konstruksi serta pengamananlingkunganhidup
b. Metode pelaksanaan.
1) Pembongkaran baliho
- Pembongkaran pondasi dilakukan dengan alat berat.
- Pembongkaran harus memperhatikan utiliti yang berada didekatnya.
- Pembongkaran baliho harus sesuai kriteria pembongkaran agar tidak
terjadi hal yang tidak sesuai.
2) Mobilisasi baliho
- Setelah pembongkaran dilakukan lanjut pembersihan agar tidaak
menggangu proses pekerjaan dilapangan.
- Mobilisasi dilakukan menggunakan truk pengangkut.
3) Pemasangan baliho
- Pastikan pondasi baliho sesuai dengan perencanaan dan petunjuk
Direksi / Pengawas.
- Pemasangan kembali baliho harus sesuai.
2.2.2. Pemborong tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun dalam batas-batas
lapangan pekerjaan atau ditanah yang berdekatan tanpa ijin Direksi.
2.2.4. Pemborong harus memasang papan nama Proyek dilokasi dengan ukuran 0.80
1.20 m warna dasar putih tulisan hitam.
c. Pemasangan BouwPlank
1. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan
Bowplank / pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian, dan
bench mark yang diberikan konsultan pengawas secara tertulis serta
bertanggung jawab atas ketinggian, posisi, dimensi, serta kelurusan
seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja yang
diperlukan.
2. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan
dalam hal tersebut di atas, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-
akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
3. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Konsultan Pengawas atau
wakilnya tidak menyebabkan tanggung-jawab Pemborong menjadi
berkurang.
Pemborong wajib melindungi semua bench mark, dan lain-lain atau seluruh
refferensi dan realisasi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini.
4. Bahan dan Pelaksanaan.
- Tiang Bowplank menggunakan kayu Sengon ukuran 5/7 dipasang setiap
jarak 2.00 m1, sedangkan papan bowplank ukuran 2/20 dari kayu Randu
dipasang datar Water Pass.
- Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m1
dari as tepi bangunan dengan patok patok yang kuat, bowplank tidak
boleh dilepas / dibongkar dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya
sehingga dapat dimanfaatkan hingga pekerjaan mencapai tahapan
trasraam tembok bawah.
2.4.4. Devinisi
1. Keselamatan Konstruksi adalah segala hal yang meliputi kegiatan keteknikan dalam
mewujudkan Pekerjaan Konstruksi yang aman dan andal serta menjaga
keselamatan dan kesehatan pekerja serta lingkungan.
2. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disebut SMKK adalah
bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka
penerapan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan pada setiap
Pekerjaan Konstruksi.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disebut K3
Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
4. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi khusus di
bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa
dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti bimbingan teknis SMKK
Bidang PUPR, dibuktikan dengan surat keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan
teknis yang diterbitkan oleh unit Eselon II yang menangani Keselamatan
Konstruksi di Kementerian PUPR dan/atau sertifikat pelatihan dan kompetensi yang
diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Biaya SMKK adalah biaya keamanan dan kesehatan kerja serta Keselamatan
Konstruksi yang harus diperhitungkan dan dialokasikan oleh penyedia jasa dan
pengguna jasa.
b. Bahan- bahan
1. Batu kali :
Batu kali yang dipakai merupakan batu yang keras, bebas dari kotoran
akibat tanah liat atau bahan lain, yang merugikan dan memenuhi
persyaratan PUBB `70 NI –3.
2. Batu bata :
Batu bata liat produksi lokal kwalitas baik, pembakarannya harus baik /
dengan kayu bakar, ukuran tiap unit harus sama bersudut runcing, rata,
tidak cacat /retak atau mengandung kotoran dan memenuhi persyaratan
PUBB `73 NI – 10.
3. Pasir pasang :
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras / kasar,
bersih dan tidak berdebu atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
4. Air :
Yang dimaksud dengan air kerja adalah air untuk pencampuran /
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Air untuk adukan beton
sebelumnya harus dimintakan persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.
c. Pelaksanaan Pekerjaan :
1. Pasangan Batu Kali :
- Galian pondasi harus diurug dan dipadatkan dengan alat pemadat /
stamper.
- Sebelum dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari
bambu atau kayu pada setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya
sesuai dengan penampang yang dimaksud dalam gambar rencana.
- Kecuali disebut lain pada gambar rencana maka seluruh pasangan batu
kali belah dipasang dengan perekat 1 pc : 5 ps, dan diberapen dengan
perekat yang sama pada seluruh bidang sisinya.
- Dimensi / besaran penampang pasangan batu kali belah tersebut dapat
dilihat pada gambar rencana.
- Urugan lubang pasangan batu kali belah yang berfungsi sebagai
pondasi dapat dilaksanakan bila Direksi mengganggu bahwa bagian
pondasi sudah cukup kuat / mengeras.
3. Pasang gorong-gorong
1. Pasang gorong-gorong Ø 80x50 dilaksanakan untuk sumur resapan
pada gambar rencana.
2. Pasang gorong-gorong Ø 20x100 dilaksanakan untuk mengalirkan air
dari jalan menuju bak kontrol pada drainaseyang tertera pada gambar
rencana.
4. Pasang kanstin
1. Kanstin Besar Type S dilaksanakan untuk penahan pada gambar
rencana
2. Kwalitas kanstin yang dipasang harus bermutu baik ( K-200 ).
3. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan.
4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / model.
5. Pasang Besi Tempa Penutup Bok Tampungan Air & Penutup Bak Kontrol
1. Pasangan penuup besi tempa dilaksanakan untuk penahan pada
gambar rencana
2. Kwalitas besi yang dipasang harus baik dan sesuai gambar dilapangan
3. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan.
4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / model.
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat bantu lainya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
2. Pekerjaan lantai keramik. Plint keramik ini dilakukan pada seluruh
finishing lantai sesuai yang disebutkan / ditunjukan dalam detail
gambar.
b. Persyaratan Bahan
1. Bahan yang digunakan
a. Untuk keramik lantai ukuran 50 x 50 cm motif menggunakan produk
yang bermutu baik
b. Untuk keramik difabilitas ukuran 30 x 30 cm menggunakan produk
yang bermutu baik
c. Keramik-kermaik tersebut di atas sebelum dipasang harus mendapat
persetujuaan dari konsultan pengawas setelah berkonsultasi dengan
pemilik proyek.
2. Warna harus sesuai dengan gambar. Masing-masing warna harus
seragam, warna tidak seragam akan ditolak.
3. Tebal minimal 8 mm atau sesuai dengan standart pabrik, dengan
kekuatan lentur 250 kg/cm2 dan mutu tingkat 1 (grade 1)
4. Bahan pengisi siar AM 50 atau produk lain yang setara, sewarna
dengan keramik. Untuk daerah basah ditambahkan liquid groud
additive AM 54 sebagai pengganti air, dengan ketentuan sesuai
pabrik.
5. Bahan perekat menggunakan perekat AM 40, untuk daerah basah
menggunakan AM 30 atau setara dengan persyaratan sesuai standart
pabrik.
6. Warna ditentukan sesuai gambar
7. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-
peraturan ASTM, peraturan keramik Indonesia (NI – 19) dan dari
distributor bahan pengisi siar serta bahan perekat harus memberikan
supervisi dan garansi pemasangan selama 5 tahun.
8. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan
pengawas setelah berkonsultasi dengan perencana dan pemilik.
9. Kontrator harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan
persyaratan teknis operatif dari pabrik sebagai informasi bagi
konsultan pengawas.
10. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi
dibutuhkan untuk menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam
bagian ini, harus benar-benar, berkualitas terbaik dari jenisnya dan
harus disetujui konsultan pengawas.
11. Toleransi terhadap panjang = 0.50% toleransi terhadap tebal
d. Syarat dari PBI NI 2-1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua Pekerjaan
beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terjadi pertentangan
dengan syarat dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari Spesifikasi ini
harus dipakai.
e. Pekerjaan di Bagian Lain yang berkaitan dengan Seksi ini :
Dalam garis besarnya Pekerjaan Beton yang harus dibuat dari beton bertulang
antara lain :
1. Plat bak kontrol pada saluran trotoar / dudukan manhole besi tempa
110x110 cm.
2. Plat untuk jarangan atau bok tagkapan air 40x40cm.
3. Pondasi pile cap pada saluran,baliho,tembok pengaman.
4. Pada bagian atas L-Gutter sebagai pengikat antar L-Gutter
5. Dan bagian-bagian lain yang tertera dalam gambar rencana.
f. Pelaporan
1. Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh material yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat material
yang disyaratkan dalam pasal 5.1.2 dari spesifikasi ini.
3. Sifat Agregat.
- Agregat untuk adukan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan padas atau batu, atau
dari pengayaan dari pencucian ( jika perlu ) dari kerikil atau pasir
sungai.
- Aggregat harus bebas dari material organis seperti yang ditunjukkan
oleh pengujian AASHTO T 21 dan harus memenuhi sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel 4.1 bila diambil contohnya dan diuji sesuai
dengan prosedur AASHTO yang berhubungan.
Batas Maksimum
AASHTO Yang diijinkan
Sifat
Test Aggregat Aggregat
Halus Kasar
Kehilangan akibat T 96 - 40%
abrasi pada 500 (SNI 03-
putaran dengan Mesin 2417-1991)
Los Angles.
Kehilangan akibat T 104 10% 12%
penentuan mutu (SNI 03-
dengan sodium sulfat 3407-1994)
setelah 5 siklus.
Presentase dari T 112 0.5% 0.25%
gumpalan lempung dan (SK SNI M
partikel yang dapat 01-1994-03)
pecah.
Material yang lolos T 11 3% 1%
saringan # 200. (SK SNI M
02-1994-03)
b. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh
Direksi Teknis, yang menggunakan peralatan dan perlengkapan tipe yang sama
seperti yang digunakan untuk Pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi seluruh sifat
campuran yang dibutuhkan seperti yang diisyaratkan dalam Pasal 5.1.3(2) di
bawah.
c. Persyaratan Sifat campuran
Seluruh beton yang digunakan dalam Pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
dan “slump” yang dibutuhkan seperti yang dipersyaratkan dalam Tabel 4.3 atau
yang disetujui oleh Direksi Teknis, bila pengambilan contoh, perawatan dan
pengujian sesuai dengan AASHTO T 141, T23, T126 dan T22.
d. Beton yang tidak memiliki persyaratan “slump” umumnya tidak boleh
ditempatkan pada Pekerjaan. Terkecuali Direksi Teknis dalam beberapa hal
menyutujui penggunaanya secara terbatas dari sedikit jumlah beton tersebut
pada bagian tertentu yang sedikit dibebani.
e. Sifat mudah dikerjakan serta tekstur dari campuran harus sedemikian rupa
sehingga beton dapat dicor pada Pekerjaan tanpa membentuk rongga atau
menahan udara atau buih air dan sedemikian rupa sehingga pada
pembongkaran acuan menghasilkan permukaan yang merata, halus dan
padat.Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton dibawah nilai
yang diisyaratkan dalam Tabel 5.1.3(2) Kontraktor tidak diperbolehkan mencor
beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut. Dapat
dipastikan dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin
produksi beton memenuhi persyaratan secara memuaskan. Beton yang tidak
memiliki kuat tekan 28 hari yang disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan
dan Pekerjaan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 5.1.1(10)
di atas.
f. Kekuatan beton akan cenderung lebih kecil dari persyaratan kekuatan bilamana
setiap contoh benda uji dari bagian Pekerjaan yang dipertanyakan adalah lebih
kecil dari keperluan yang diberikan dalam Tabel 5.1.3(2) atau selain disetujui
lain oleh Direksi Teknik yang karena kebijaksanaannya hasil perhitungan
statistic dipertimbangkan atau karena adanya kesalahan pengambilan contoh
ataupersiapan benda uji yang kurang baik atau karena factor-faktor lainnya.
g. Direksi Teknik dapat pula menghentikan Pekerjaan dan/atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran
4.1.6. Pengecoran
a. Penyiapan Tempat Kerja
1. Kontraktor harus membongkar stuktur yang ada yang akan digantikan
dengan Pekerjaan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk
dapat memungkinkan pelaksanaan Pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat yang
dipersyaratkan dalam seksi 5.1.5 dari spesifikasi ini.
2. Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk
Pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam gambar atau sepeti
yang ditetapkan oleh Direksi teknik sesuai dengan syarat-syarat dalam
Pasal 3.2 dan 3.3 dari spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan
menggaru tempat yang cukup di sekeliling dari Pekerjaan beton tersebut
untuk menjamin dapat dicapainya seluruh sudut Pekerjaan. Jalan kerja
yang kokoh juga harus disediakan jika perlu untuk menjamin bahwa
seluruh sudut Pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan aman.
3. Seluruh landasan pondasi dan galian untuk Pekerjaan beton harus
dipertahankan kering dan beton tidak boleh dicor diatas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau dalam air.
4. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau saluran)
harus sudah ditempatkan dan diikat kuat sehingga tidak bergeser sewaktu
pengecoran.
5. Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Teknik, material landasan
untuk Pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan syarat dari seksi 2.4
dari spesifikasi ini.
6. Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dari pondasi yang disiapkan
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau beton
dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pemantekan dalam,
pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan
cukupnya daya dukung dari tanah dibawah pondasi. Dalam hal dijumpai
kondisi tidak memuaskan, Kontraktor dapat diperntahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan
mengganti daerah yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilitas lainnya sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
b. Cetakan
1. Cetakan dalam tanah, bila disetujui oleh Direksi Teknik, harus dibentuk
dengan galian, dan sisa serta dasarnya harus dipotong dengan tangan
sesuai ukuran yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah lepas harus
dibuang sebelum pengecoran beton.
2. Cetakan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang
kerap terhadap aduk dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi
yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
3. Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak
akan tampak pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan
tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang tampak.
Cetakan harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut tajam.
4. Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.
c. Toleransi
1. Baja Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selimut beton
yang menutup bagian luar dari baja tulangan adalah sebagai berikut :
- 3,5 cm untuk beton yang tidak terbuka langsung terhadap udara atau
terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran.
- Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.2.1 ( 3 ) untuk beton yang
terendam/ tertanam atau yang terbuka langsung terhadap cuaca atau
urugan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan :
Tabel 4.4 Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton yang
Tak Terlindungi Tetapi Mudah dicapai
d. Pelaksanaan
1. Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam
gambar kerja dan syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1971 NI-2
dan buku Pedoman Perencanaan Untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
Struktur Tembok Bertulang Untuk Gedung Tahun 1983.
2. Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang
ditentukan dalam gambar.
3. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan
harus dijaga jarak antara tulangan , jarak antara tulangan dengan
bekesting untuk mendapatkan tebal selimut beton /beton deking yang
cukup untuk itu Kontraktor itu harus mempergunakan penyekat / spacer,
dudukan / chairs dari balok beton atau baja. Bila dipakai balok beton, maka
mutu beton harus sesuai dengan beton yang bersangkutan yang
diperlihatkan dalam Gambar Rencana, semua tulangan harus diikat dengan
baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.
4. Sebelum melakukan pengecoran semua tulangan harus diperiksa terlebih
dahulu untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk
mendapatkan perbaikan bila mana perlu.
5. Apabila menurut Direksi Teknik, tulangan yang berkarat halus segera
dibersihkan atau diganti bilamana dianggap akan melemahkan konstruksi.
6. Pengecoran tidak diperkenankan bila belum diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknik.
c. Pengujian Beton
1. Benda Uji Beton
Benda Uji harus diberi kode / tanda yang menunjukan tanggal pengecoran,
lokasi pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan. Benda uji harus
diambil sebelum beton dituang ke lokasi penggocoran sesuai dengan yang
disaratkan oleh konsultan pengawas.
2. Jumlah benda uji beton
a. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 1,50
m3 beton hingga cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama benda
uji harus berbentuk kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. benda uji
bentuk lainya dapat digunakan bentuk lainya dapat digunakan bila
disetujui oleh konsultan pengawas. Selanjutnya pengambilan benda uji
sebanyak 2 (dua) buah dilakukan setiap 5 m3 beton. Benda uji tersebut
ditentukan secara acak oleh konsultan pengawas dan harus dirawat
sesuai dengan persyaratan.
b. Jumlah uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap tekan dari setiap mutu
beton mutu yang dituang pada suatu hari harus diambil minimal satu kali.
Pada setiap satu kali pengambilan contoh beton harus dibuat dua buah
spesimen kubus. Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari
uji tekan dua spesimen ini yang diuji pada umur yang ditentukan, yaitu
umur 7 hari dan 28 hari.
c. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka konsultan pengawas dapat
meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di atas.
Dengan beban biaya ditangung oleh kontrator.
d. Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan unutk setiap mutu
beton adalah :
jumlah minimum waktu perawatan ( hari )
Jenis struktur
benda uji 3 7 28
beton bertulang 4 - 2 2
beton pratekan 6 2 2 2
S
fc fcr 2
N 1
c. Pemadatan Kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka
beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan rekomondasi Konsultan
Pengawas agar retak tersebut dapat dihilangkan.
b. Lama Perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus dibasahi dengan
air bersih selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran selesai. Untuk
elemen vertikal seperti kolom dan dinding beton, maka beton tersebut harus
diselimuti dengan karung yang dibasahi terus menerus selama 7 hari.
d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis,
harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan. Acuan tersebut
dihindari dari terik matahari langsung, karena sifatnya yang mudah menyerap
dan mengantarkan panas. Perlakuan yang kurang baik akan menyebabkan retak-
retak yang parah pada permukaan beton.
e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing
compound. Jenis dan type curing compound yang digunakan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan
temperatur yang cepat pada permukaan beton sehingga dapat menyebabkan
keretakan pada permukaan beton.
b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton harus didinginkan secara mendadak, yang
terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar (>20 oC) antara
permukaan dan inti beton dan beton harus dihindarkan dari sinar matahari
langsung ataupun tiupan angin.
1. Bahan tutup bak kontrol terbuat dari plat cetak /besi tempa yang ukuran disesuaikan
dengan gambar pada bestek
2. Untuk penutup bok tagkapan air / jarangan yaitu di sesuaikan dengan gambar atau
menurut petunjuk direcksi.
PENUTUP
1. Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini untuk uraian pekerjaan tidak disebutkan
dalam perkataan atau kalimat “diselenggarakan“ oleh Kontraktor Pelaksana, maka hal ini
harus dianggap seperti disebutkan.
2. Guna mendapat hasil yang baik, maka pada bagian-bagian yang nyata nyata termasuk atau
yang disebut kata demi kata dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini haruslah
diselenggarakan oleh Kontraktor Pelaksana, dan diterima sebagaimana hal yang disebutkan .
3. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh pihak
Pemberi Tugas, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam peraturan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat ini.
Dibuat Oleh :
Konsultan Perencana
CV. CAKRA MANDIRI PERSADA
TOMI WIJANARKO, ST
Direktur