Anda di halaman 1dari 117

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT (RKS)

PASAL 1
PERSIAPAN TEKNIS PELAKSANAAN
1.1. LINGKUP
1.1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa
diterapkan untuk pelaksanaan kegiatan “PEMBANGUNAN TAMAN
AGROWISATA UNTUK MENDUKUNG LAYANAN PEMBELAJARAN UNSOED”
yang meliputi :

I. Pekerjaan Persiapan
II. Rencana Keselamatan Kerja
III. Pekerjaan Pos Jaga :

a. Pekerjaan Struktur.
b. Pekerjaan Arsitektur / Finishing.
c. Pekerjaan Mekanikal dan elektrikal.
IV. Pekerjaan Trotoar
V. Pekerjaan Jalan

VI. Pekerjaan Paving


VII. Pekerjaan Landmark
Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan / dilihat dan

tercantum pada Bill Of Quantity (BQ).


1.1.2. Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut, lingkup
pekerjaan yang ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Pengadaan tenaga kerja .
b. Pengadaan Bahan / Material.

c. Pengadaan peralatan & alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan
yang ditugaskan.
d. Koordinasi dengan Pemborong / pekerja lain yang berhubungan dengan
pekerjaan pada bagian pekerjan yang ditugaskan.
e. Penjagaan kebersihan, kerapian, dan keamanan kerja.

f. Pembuatan As Built drawing (Gambar terlaksana).

1
1.1.3. Persyaratan Teknis Umum menjadi satu kesatuan dangan persyaratan teknis
pelaksanaan pekerjaan dan secara bersama – sama merupakan persyaratan dari
segi teknis bagi seluruh pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih
dari dokumen-dokumen berikut ini:

a. Gambar-gambar pelelangan / pelaksanaan.


b.Persyaratan Teknis Umum / pelaksanaan pekerjaan / bahan.
c. Rincian Volume Pekerjaan / Rincian Penawaran.
d.Dokumen-dokumen pelelangan / pelaksanaan yang lain.
1.1.4. Dalam hal mana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat

diterapkan pada bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan di atas, maka bagian


dari persyaratan teknis umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.

1.2. REFERENSI
1.2.1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam Normalisasi Indonesia (NI),

Standar Industri Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan Nasional maupun


Peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atau jenis - jenis pekerjaan
yang bersangkutan antara lain :

 SNI 2847-2013 PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK


BANGUNAN GEDUNG
 PERATURAN UMUM PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN DI INDONESIA
(PUBI 1982)

 SNI 2049 - 2004 SEMEN PORTLAND.


 SNI 15-2094-1991 BATA MERAH PEJAL.
 PERATURAN PLUMBING INDONESIA.

 PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK.


 STANDART INDUSTRI INDONESIA, dan lain sebagianya yang dianggap
berhubungan dengan bagian pekerjaan ini.

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standart-standart yang

tersebut di atas, maupun standart-standart nasional lainnya, maka diberlakukan

2
standart-standart Internasional yang berlaku atau pekerjaan pekerjaan tersebut
atau setidak-tidaknya berlaku standart-standart Persyaratan Teknis dari Negara-
negara asall bahan / pekerjaan yang bersangkutan dan dari produk yang
ditentukan pabrik pembuatnya.

1.2.2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam persyaratan teknis umum / khususnya maupun salah satu dari ketentuan
yang disebutkan di atas, maka atas bagian pekerjaan tersebut pemborong harus
mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut guna disepakati oleh
direksi untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :

a. Standart / norma / kode / pedoman yang bisa diterapkan pada bagian


pekerjan bersangkutan yang diterbitkan oleh Instansi / Institusi / Asosiasi
Profesi / Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian atau Badan-badan lain yang

berwewenang / berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat


Internasional ataupun Nasional dari Negara lain, sejauh bahwa atau hal
tersebut diperoleh persetujuan dari Direksi / Pengawas.

b. Brosur teknis dari produsen yang didukung oleh sertifikat dari Lembaga
pengujian yang diakui secara Nasional / Internasional.

1.3. BAHAN
1.3.1. Baru / Bekas

Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan barang bekas dalam
komponen kecil maupun besar sama sekali tidak diperbolehkan.
1.3.2. Tanda Pengenal
a. Dalam hal dimana pabrik / produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk
produk bahan yang dihasilkan, baik berupa cap / merk dagang pengenal pabrik /

produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus


mengandung tanda pengenal tersebut.
b. Khusus untuk bahan bagi pekerjaan instalasi (penerangan, plumbing, dll) kecuali

ditetapkan oleh Direksi / Pengawas, bahan sejenis dengan fungsi yang sama
harus diberi tanda pengenal untuk membedakan satu bahan dari bahan lainnya.
Tanda pengenal ini bisa berupa warna atau tanda-tanda lain yang mana harus

3
sesuai dengan referensi pada I.2. tersebut di atas atau dalam hal dimana tidak /
belum ada pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai
petunjuk direksi / Pengawas.
1.3.3. Merk Dagang dan Kesetaraan.

a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan / produk di dalam


Persyaratan Teknis Umum, secara umum harus diartikan sebagai persyaratan
kesetarafan kwalitas penampilan (Performance) dari bahan / produk tersebut,
yang mana dinyatakan dengan kata-kata “atau yang setaraf “.
b. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan / produk lain

yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setaraf dengan


bahan / produk yang memakai merk dagang yang disebutkan, dapat diterima
sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh persetujuan tertulis dari

Direksi / Pengawas atas Kesetarafan tersebut.


c. Penggunaan Bahan / Produk yang disetujui sebagai “setaraf” tidak dianggap
sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan harga dengan bahan

produk yang disebutkan merk dagangnya atau diabaikan.


d. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan produksi
dalam negeri lebih diutamakan.

1.3.4. Penggantian (Substitusi)


a. Pemborong / supplier bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu

bahan / produk lain dengan penampilan yang setaraf dengan yang


dipersyaratkan.
b. Dalam persetujuan atau sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga yang
ada dengan bahan / produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan sebagai
perubahan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan pemborong /

suplier seperti dipersyaratkan, maka perubahan pekerjaan yang bersifat biaya


tambah dianggap tidak ada.
2. Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi / Pengawas dan

pemberi Tugas sebagai masukan (Input) baru yang menyangkut nilai tambah,
maka perubahan pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat
diperkenankan.

4
1.3.5. Persetujuan Bahan
a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan sangat
agar sebelum sesuatu bahan / produk akan dibeli / dipesan / diproduksi, terlebih
dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi / Pengawas atau kesesuaian dari

bahan / Produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan
dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh / brosur dari bahan / produk
yang bersangkutan untuk diserahkan kepada Direksi / Pengawas Lapangan.
b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas sepenuhnya
merupakan tanggung jawab pemborong / suplier, yang mana tidak dapat

diberikan pertimbangan keringanan apapun.


c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh / brosur seperti tersebut di
atas tidak melepaskan tanggung jawab Pemborong / Supplier dari kewajibannya

dalam Perjanjian Kerja ini mengadakan bahan / Produk yang sesuai dengan
persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan diterima / disetujuinya
seluruh bahan / produk yang digunakan sesuai dengan contoh brosur yang telah

disetujui.
1.3.6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan / produk kepada Direksi / Pengawas

harus disertakan contoh dari bahan / produk tesebut dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. Jumlah Contoh
1. Untuk bahan / produk bila tidak dapat diberikan sesuai sertifikat pengujian
yang dapat disetujui / diterima oleh Direksi / Pengawas sehingga oleh
karenanya perlu diadakan pengujian kepada Direksi / Pengawas harus
diserahkan sejumlah bahan produk sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan benda uji

guna diserahkan pada Badan / Lembaga Penguji yang ditunjuk oleh Direksi /
Pengawas.
2. Untuk Bahan / produk atau mana dapat ditunjukan sertifikat pengujian yang

dapat disetujui / diterima oleh Direksi / Pengawas, kepada Direksi / Pengawas


harus diserahkan 3 (tiga) buah contoh yang masing masing disertai dengan
salinan sertifikat pengujian yang bersangkutan.

5
b. Contoh yang Disetujui
1. Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi / Pengawas atau contoh yang
telah memperoleh persetujuan dari Direksi / Pengawas harus dibuat suatu
keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu, oleh Direksi

/ pengawas harus dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 3 (tiga)


buah contoh yang semuanya akan dipegang oleh Direksi / Pengawas. Bila
dikehendaki, Pemborong / Supplier dapat meminta sejumlah set tambahan
dari contoh berikut tanda pengenal persetujuan dan surat keterangan
persetujuan untuk kepentingan Dokumentasi sendiri. Dengan demikian

jumlah contoh yang harus diserahkan kepada Direksi / Pengawas harus


ditambah seperlunya sesuai dengan kebutuhan tambahan tersebut.
2. Pada waktu Direksi / Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan contoh yang

disetujui tersebut untuk pemeriksaan bahan produk bagi pekerjaan,


Pemborong berhak meminta kembali contoh tersebut untuk dipasangkan
pada pekerjaan.

c. Waktu Persetujuan Contoh


1. Adalah tanggung jawab dari pemborong / supllier untuk mengajukan contoh
pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atau contoh

tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal pengadaan


bahan.

2. Untuk bahan / produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan


kesetarafan pada suatu merk dagang tertentu, keputusan atau contoh akan
diberikan oleh Direksi / Pengawas dalam waktu tidak lebih dari 10 (sepuluh)
hari kerja. Dalam hal dimana persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan
tambahan diluar persyaratan teknis (seperti penentuan model, warna, dll),
maka keseluruhan keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21

(dua puluh satu) hari kerja.


3. Untuk bahan / produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan
suatu merk dagang yang disebutkan, keputusan atau contoh akan diberikan

oleh Direksi / Pengawas dalam waktu 21 (duapuluh satu) hari kerja sejak
dilengkapinya pembuktian kesetarafan.

6
4. Untuk bahan / Produk yang bersifat pengganti / substitusi, keputusan
persetujuan akan diberikan oleh Direksi / Pengawas dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak diterimanya dengan lengkap seluruh bahan
pertimbangan.

5. Untuk bahan / produk yang bersifat peralatan / perlengkapan atau pun


produk yang lain karena sifat / jumlah / harga pengadaanya tidak
memungkinkan untuk diberikan contoh dalam bentuk bahan / produk jadi
permintaan persetujuan bisa diajukan berdasarkan Brosur dari produk
tersebut, yang mana harus dilengkapi dengan :

 Spesifikasi Teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik / produsen.


 Surat surat seperlunya dari agen / importer, sesuai keagenan, surat
jaminan suku cadang dan jasa purna (after sales service) dan lain-lain.

 Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain.


 Sertifikat pengujian, penetapan, kelas, dan dokumen-dokumen lain sesuai
petunjuk Direksi / Pengawas.

6. Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan di atas, keputusan,


keputusan atau contoh dari bahan / Produk yang diajukan belum diperoleh
tanpa pemberitahuan tertulis apapun dari Direksi / Pengawas, maka dengan

sendirinya dianggap bahwa contoh yang diajukan telah disetujui oleh Direksi
/ Pengawas.

1.3.7. Penyimpanan Bahan


a. Persetujuan atas suatu bahan / produk harus diartikan sebagai perijinan untuk
memasukan bahan produk tersebut dengan tetap berada dalam kondisi layak
untuk dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa bahan / produk tidak
layak untuk dipakai dalam pekerjaan, Direksi / Pengawas berhak memerintahkan
agar :

- Bahan atau Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi


layak untuk dipakai.
- Dalam hal mana perbaikan tidak lagi mungkin, supaya bahan / produk

tersebut segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selama 2 x 24 jam untuk


diganti dengan yang memenuhi persyaratan.

7
b. Untuk bahan / produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu
penyimpanannya harus dikelompokan menurut umur pemakaian tersebut yang
mana harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan ketentuan sebagai
berikut:

- Terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama
penggunaan ini.
- Berukuran minimal 40 x 60 cm.
- Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah.
- Diletakkan di tempat yang mudah terlihat.

c. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa


sehingga bahan yang terlebih dahulu masuk akan lebih dulu pula dikeluarkan
untuk dipakai dalam pekerjaan.

1.4. PELAKSANAAN
1.4.1. Rencana Pelaksanaan
a. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 75 (tujuh puluh lima) hari kalender.

b. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Surat Perintah Kerja (SPK)
oleh kedua belah pihak, pemborong harus menyerahkan kepada
Direksi/Pengawas sebuah “Network Planning” mengenai seluruh kegiatan yang

perlu dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram mana


dinyatakan pula urutan serta kaitan/hubungan antara seluruh kegiatan-kegiaan

tersebut.
c. Kegiatan Pemborong untuk/selama masa pengadaan/pembelian serta waktu
pengiriman/pengangkutan dari :
1. Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan
persiapan/pembantu.
2. Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan

d. Kegiatan Pemborong untuk/selama waktu fabrikasi, pemasangan dan


pembangunan.
e. Pembuatan gambar-gambar kerja.

f. Permintaan persetujuan atau bahan serta gambar kerja maupun rencana kerja.
g. Harga borongan dari masing masing kegiatan tersebut.
h. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.

8
i. Direksi/Pengawas akan memeriksa rencana kerja Pemborong dan memberikan
tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.
j. Pemborong harus memasukkan kembali perbaikan/penyempurnaan atau rencana
kerja kepada Direksi/ Pengawas dan meminta diadakannya perbaikan/

penyempurnaan atau rencana kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum
dimulainya pelaksanaan.
k. Pemborong tidak dibenarkan memulai suatu pelaksanaan atau pekerjaan
sebelum adanya persetujuan dari Direksi/Pengawas atau rencana kerja ini. Kecuali
dapat dibuktikan bahwa Direksi/Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk

memeriksa rencana kerja Pemborong pada waktunya, maka kegagalan


Pemborong untuk memulai pekerjaan sehubungan dengan belum adanya
rencana kerja yang memulai pekerjaan yang disetujui Direksi, sepenuhnya

merupakan tanggung jawab dari pemborong bersangkutan.


1.4.2. Gambar Kerja (Shop Drawing)
a. Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (Construction

Drawings) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai


keadaan terlaksana, Pemborong wajib untuk mempersiapkan gambar kerja yang
secara terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut.

b. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Direksi / Pegawas.

c. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi / Pengawas untuk mendapatkan


persetujuan untuk mana gambar-gambar tersebut di atas harus diserahkan
dalam rangkap 3 (tiga).
d. Pengajuan gambar kerja tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
pemesanan bahan atau Pelaksanaan pekerjaan dimulai.
1.4.3. Ijin Pelaksanaan

Ijin pelaksanaan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan tersebut,
Pemborong diwajibkan untuk mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis kepada
Direksi / Pengawas dengan dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui. Ijin

pelaksanaan yang disetujui sebagai pegangan Pemborong untuk melaksanakan pada


bagian pekerjaan tersebut.

9
1.4.4. Contoh Pekejaan ( Mock Up).
Bila pekerjaan dikehendaki oleh Direksi/Pengawas, Pemborong wajib menyediakan
sebelum pekerjaan dimulai.
1.4.5. Rencana Mingguan dan Bulanan.

a. Selambat lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan
pekerjaan berlangsung, Pemborong wajib untuk menyerahkan kepada
direksi/pengawas suatu rencana mingguan yang berisi rencana pelaksanaan dari
berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam minggu berikutnya.
b. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari tiap bulan, Pemborong wajib

menyerahkan kepada Direksi/pengawas suatu rencana bulanan yang


menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai rencana pelaksanaan dari
berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan

berikutnya.
c. Kelalaian Pemborong untuk menyusun dan menyerahkan rencanan mingguan
maupun bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan perintah

Direksi/Pengawas dalam melaksanakan pekerjaan.


d. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, pemborong diwajibkan untuk
memberitahu Direksi/Pengawas mengenai hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam

sebelumnya.
1.4.6. Kualitas Pekerjaan

Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis
pekerjaan bersangkutan.
1.4.7. Pengujian Hasil Pekerjaan
a. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolak ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang
ditetapkan dalam pada Pasal I.2. dari Persyaratan Teknis Umum ini.

b. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan


melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Direksi/Pengawas dari
Lembaga/Badan Penguji milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah atau

Badan lain yang oleh Direksi/Pengawas dianggap memiliki obyektifitas dan


Integritas yang meyakinkan. Atau hal yang terakhir ini Pemborong/supplier tidak
berhak mengajukan sanggahan.

10
c. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban
Pemborong.
d. Dalam hal dimana Pemborong tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari bahan
penguji yang ditunjuk oleh Direksi, Pemborong berhak mengadakan pengujian

tambahan pada lembaga/Badan lain yang memenuhi persyaratan Badan Penguji


seperti tersebut di atas untuk mana seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri
oleh pemborong.
e. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :

1. Memilih Badan / Lembaga Penguji ketiga atau kesepakatan bersama.


2. Melakukan pengujian ulang pada bahan / lembaga Penguji pertama atau
kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :

- Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi / Pengawas dan


Pemborong / supplier maupun wakil-wakilnya.
- Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat alat

penguji.
3. Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final, kecuali bilamana kedua belah
pihak sepakat untuk menganggapnya demikian.

4. Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil


pengujian yang pertama, maka semua akibat langsung maupun tidak

langsung dari adanya semua pengulangan pengujian menjadi tanggung


jawab pemborong / supplier.
5. Apabila hasil pengujian ulang menunjukan ketidaktepatan kesimpulan dari
hasil pengujian yang kedua, maka:
- 2 (dua) dari 3 (tiga) penguji yang bersangkutan, atas pilihan Pemborong /
Supplier akan diperlakukan sebagai pekerjaan tambah.

- Atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya penambahan /


pengulangan pengujian akan diberikan tambahan waktu pelaksanaan pada
bagian pekerjaan bersangkutan dan bagian bagian lain yang terkena

akibatnya, penambahan mana besarnya adalah sesuai dengan penundaan


yang terjadi

11
1.4.8. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dangan bagian pekerjaan yang lain
yang mana akan secara visual menghalangi Direksi / Pengawas untuk memeriksa
bagian pekerjaan yang terdahulu, pemborong wajib melaporkan secara tertulis

kepada Direksi / Pengawas mengenai rencananya untuk melaksanakan bagian


pekerjaan yang akan menutupi bagian pekerjaan tersebut, sedemikian rupa
sehingga Direksi / Pengawas berkesempatan secara wajar melakukan
pemeriksaan pada bagian yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan
pengerjaannya.

b. Kelalaian Pemborong untuk menyampaikan laporan di atas, memberikan hak


kepada Direksi / Pengawas untuk dibelakang hari menuntut pembongkaran yang
menutupi tersebut, guna memeriksa hasil pekerjaan yang terdahulu yang mana

akibatnya sepenuhnya akan ditanggung oleh Pemborong.


c. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan dan Direksi tidak mengambil
langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksudkan di atas,

maka setelah lewat 2 (dua) hari sejak laporan disampaikan, pemborong berhak
melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap bahwa Direksi telah
menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.

d. Pemeriksaan dan Persetujuan oleh Direksi / Pengawas atas suatu pekerjaan tidak
melepaskan Pemborong dari kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan Surat Perjanjian Pemborong (SPP).


e. Walaupun telah diperiksa dan disetujui kepada Pemborong masih dapat
diperintahkan untuk membongkar bagian pekerjaan yang menutupi bagian
pekerjaan lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang ditutupi.
1.4.9. Kebersihan dan Keamanan
a. Pemborong bertanggung jawab untuk menjaga agar area kerja senantiasa

berada dalam keadaan rapi dan bersih.


b. Pemborong bertanggung jawab atas keamanan diarea kerja, termasuk apabila
diperlukan tenaga, peralatan, atau tanda-tanda Khusus.

12
1.5. PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN
1.5.1. DOKUMEN TERLAKSANA (As Build Documents)
a. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan Pemborong wajib menyusun Dokumen
Terlaksana yang terdiri dari:

1. Gambar-gambar terlaksana (as built drawing)


2. Persyaratan teknis terlaksana dari pekerjaan, sebagaimana yang telah
dilaksanakan.
b. Dikecualikan dari kewajiban di atas adalah Pemborong untuk pekerjaan:
1. Pekerjaan Persiapan

2. Supply bahan, perlengkapan / peralatan kerja


c. Dokumen terlaksana bisa diukur dari :
1. Dokumen pelaksanaan

2. Gambar-gambar perubahan
3. Perubahan Persyaratan Teknis
4. Brosur teknis yang diberi tanda pengenal khusus berupa cap sesuai petunjuk

Direksi / Pengawas.
d. Dokumen terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi / Pengawas
e. Khusus untuk pekerjaan kunci, sarana komunikasi bersaluran banyak, utilitas dan

pekerjaan pekerjaan lain dengan sistem jaringan bersaluran banyak secara


operasional membutuhkan identifikasi yang bersifat lokatif, dokumen terlaksana

ini harus dilengkapi dengan daftar pesawat / instalasi / peralatan / perlengkapan


yang mengidentifikasi lokasi dari masing-masing barang tersebut.
f. Kecuali dengan ijin khusus dari Direksi / Pengawas dan Pemberi Tugas,
Pemborong harus membuat dokumen terlaksana hanya untuk diserahkan kepada
Pemberi Tugas. Pemborong tidak dibenarkan membuat / menyimpan salinan
ataupun copy dari dokumen terlaksana tanpa ijin khusus tersebut.

1.5.2. PENYERAHAN
Pada waktu penyerahan pekerjaan, Pemborong wajib menyerahkan kepada Pemberi
Tugas :

a. 2 (dua) dokumen terlaksana


b. Untuk peralatan / perlengkapan:
- 2 (dua) set pedoman operasi (operational manual)

13
- suku cadang sesuai yang dipersyaratkan
c. Untuk berbagai macam :
- Semua kunci orisinil disertai “Construction Key” bila ada
- Minimum 1 (satu) set kunci duplikat

d. Dokumen resmi (seperti surat ijin, tanda pembayaran cukai, surat fiskal pajak, dan
lain-lain)
e. Segala macam surat jaminan berupa Guarantee / Warranty sesuai uang yang
dipersyaratkan.
f. Surat pernyataan pelunasan sesuai petunjuk Direksi / Pengawas

g. Bahan finishing cat minimal 3 (tiga) galon (masing-masing warna)


h. Bahan finishing lantai / dinding & atau masing masing minimal 2 m2

1.6. KEAMANAN PENJAGAAN


1.6.1. Untuk keamanan Pemborong diwajibkan mengadakan penjagaan, bukan saja
terhadap pekerjaannya, tetapi juga bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan

bangunan-bangunan, jalan-jalan, pagar, pohon-pohon dan taman-taman yang


telah ada.
1.6.2. Pemborong berkewajiban menyelamatkan bangunan yang telah ada, apabila

bangunan yang telah terjadi kerusakan akibat pekerjaan ini, maka pemborong
berkewajiban untuk memperbaiki / membetulkan sebagaimana mestinya.

1.6.3. Pemborong harus menyediakan penerangan yang cukup di lapangan, terutama


pada waktu lembur, jika Pemborong menggunakan aliran listrik dari bangunan /
komplek, diwajibkan bagi pemborong untuk memasang meter sendiri untuk
menetapkan sewa listrik yang dipakai.
1.6.4. Pemborong harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran debu agar tidak
mengurangi kebersihan dan keindahan bangunan-bangunan yang sudah ada.

1.6.5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk Pembangunan
pekerjaan sementara sesuai dengan ketentuan kontrak harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap ketentraman

penduduk atau jalan-jalan yang harus digunakan baik jalan perorangan atau
umum, milik pemberi tugas atau milik pihak lain. Pemborong harus membebaskan

14
Pemberi Tugas dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal tersebut di
atas.
1.6.6. Pemborong harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan pada jalan raya
atau jembatan yang menghubungkan proyek sebagai akibat dari lalu lalang

peralatan ataupun kendaraan yang dipergunakan untuk mengangkut bahan bahan


/ material guna keperluan proyek.
1.6.7. Apabila Pemborong memindahkan alat-alat pelaksanaan, mesin-mesin berat atau
unit-unit alat berat lainnya dari bagian pekerjaan, melalui jalan raya atau jembatan
yang mungkin akan mengakibatkan kerusakan dan seandainya pemborong akan

membuat perkuatan-perkuatan di atasnya, maka hal tersebut harus diberitahukan


terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas dan Instansi Yang berwewenang. Biaya
untuk perkuatan tersebut menjadi tanggungan Pemborong.

1.7. PERIJINAN
1.7.1. Pembayaran dan penembusan seluruh biaya yang diperlukan untuk surat Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), pengurusnya dilakukan pemborong.

1.7.2. Surat perizinan dalam persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
ini harus diurus oleh pemborong dan atas tanggung jawab dan biaya pemborong.
1.7.3. Pemborong harus menyerahkan surat izin yang diperoleh atau yang disyaratkan

yang menyakut pekerjaan ini kepada pemberi tugas.


1.7.4. Pemeriksaan, pengujian dan lain-lain berserta keterangan resminya (certificate)

yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus diurus oleh pemborong
atas tanggung dan biaya pemborong.

15
PASAL 2.
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN LAPANGAN

2.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1.1. DIREKSI KEET


a. Bangunan Sementara
Sebelum pemborong memulai pelaksanaan pekerjaan ini diharuskan
menyediakan dan mendirikan Direksi Keet berupa bangunan sementara.
Bangunan sementara ini harus dilengkapi dengan toilet / WC dan kamar

mandi yang khusus dimanfaatkan oleh Direksi / pengawas. Selain dilengkapi


dengan bak air, closet, maka harus pula dilengkapi dengan septictank &
sumur resapan.

b. Kelengkapan Direksi Keet


Sebagai kelengkapan direksi keet guna penyelesaian administrasi di
lapangan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan ini dimulai pemborong harus

terlebih dahulu melengkapi peralatan antara lain :


- Soft board menempel di dinding 2x1,2x2,4
- (Satu) buah meja rapat (sederhana) ukuran 1,2 x 4,8 m2

- (Tujuh) buah kursi duduk ruang rapat


- (Satu) White Board (1,2 x 2,4) dan peralatannya

- (Satu) rak / almari buku sederhana


- (satu) set kelengkapan PPPK ( P3K)
- (Lima) buah Helm
Selesai pelaksanaan proyek ini (Serah terima ke II) semua peralatan /
kelengkapan tersebut dalam ayat ini menjadi milik kontraktor, dengan
demikian pembiayaannya dianggap sewa.

c. Alat-alat yang harus disiapkan oleh Kontaktor di lapangan adalah :


- Concrete mixer - Tandem Roller
- Dump Truck - Alat pemotong besi

- Vibrator beton portable


- Mesin Stamper
- Genset

16
2.1.2. KANTOR DAN GUDANG ARSITEKTUR
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor dapat membuat Kantor Kontraktor,
barak-barak untuk pekerja atau gudang tempat penyimpanan bahan (Boukeet),

yang sebelumnya telah dapat persetujuan dari pihak Direksi / Pengawas


berkenaan dengan konstruksi atau penempatannya.
Semua Boukeet perlengkapan Pemborong dan sebagainya, pada waktu
pekerjaan berakhir (serah terima) harus dibongkar.

2.1.3. SARANA PEKERJAAN


a. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja bagi semua pekerjaan
yang dilakukan di luar lapangan sebelum pemasangan peralatan yang dimiliki

serta jadwal kerja.


b. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan kerja di lapangan

c. Penyediaan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan harus aman


dari segala kerusakan hilang dan hal - hal dasar yang mengganggu pekerjaan
lain yang sedang berjalan.

2.1.4. PENGATURAN JAM KERJA DAN PENGERAHAN TENAGA KERJA

a. Pemborong harus dapat mengatur sedemikian rupa dalam hal pengerahan


tenaga kerja pengaturan jam kerja maupun penempatan bahan hendaknya
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas lapangan. Khususnya
dalam pengerahan tenaga kerja dan pengaturan jam kerja dalam
pelaksanaannya harus sesuai dengan peraturan perburuhan yang berlaku.
b. Kecuali ditentukan lain, Pemborong harus menyediakan akomodasi dan

fasilitas-fasilitas lain yang dianggap perlu misalnya (air minum, toilet yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan fasilitas kesehatan lainya seperti
penyediaan perlengkapan PPPK yang cukup serta pencegahan penyakit

menular)
c. Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar tempat pekerjaan
tidak melanggar wilayah bangunan-bangunan lain yang berdekatan, dan

17
pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki
tempat pekerjaan

2.1.5. PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN / SARANA YANG ADA

a. Segala kerusakan yang timbul pada bangunan / konstruksi sekitarnya menjadi


tanggung jawab Pemborong untuk memperbaikinya, bila kerusakan tersebut
jelas akibat pelaksanaan pekejaan.
b. Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus selalu menjaga kondisi jalan
sekitarnya dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kerusakan-

kerusakan yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan ini.


c. Kontraktor wajib mengamankan sekaligus melaporkan / menyerahkan kepada
pihak yang berwenang bila nantinya menemukan benda-benda bersejarah.

2.1.6. PEMBERSIHAN DAN PENEBANGAN POHON-POHON


a. Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar

pohon.
b. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih
dan rata.

c. Pemborong tidak boleh membasahi, menebang atau merusak pohon-pohon


atau pagar, kecuali bila telah ditentukan lain atau sebelumnya diberi tanda

pada gambar-gambar yang menandakan bahwa pohon-pohon dan pagar


harus disingkirkan. Jika ada sesuatu hal yang mengharuskan Pemborong
untuk melakukan penebangan, maka ia harus mendapat ijin dari Pemberi
tugas.

2.1.7. PENJAGAAN DAN PAPAN NAMA

a. Pemborong bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan


perlindungan terhadap pekerjaannya yang dianggap peting selama
pelaksanaan, dan sekaligus menempatkan petugas keamanan untuk

mengatur sirkulasi / arus kendaraan keluar / masuk proyek.


b. Sebelum kontraktor mulai melaksanakan pekerjaannya, maka terlebih dahulu
melihat kondisi keamana lingkungan sekitar.

18
c. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus memasang papan nama
proyek.

2.1.8. PEKERJAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN DAYA LISTRIK UNTUK BEKERJA

a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor. Air harus bersih, bebas dari
debu, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
rencana.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari

sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, atau


penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas persetujuan pengawas. Daya listrik juga

disediakan untuk mensuplai kantor Direksi Lapangan.


c. Segala Biaya atas pemakaian daya dan air di atas adalah beban Kontraktor.

2.1.9. DRAINASE TAPAK


a. Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di
tapak, kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk

pembuangan air yang ada.


b. Arah aliran air ditujukan ke daerah / permukaan yang terendah yang ada di

tapak atau ke saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembuangan.


c. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dangan petunjuk dan persetujuan
Direksi / Pengawas.

2.1.10. MENGADAKAN PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK


a. Pengukuran Tapak kembali.

1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran


kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan
mengenai peil ketinggian tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat

yang sudah ditera kebenarannya.

19
2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas /
Direksi untuk diminta keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-

alat waterpass / Theodolite yang ketepatannya dapat


dipertanggungjawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan Theodolith / waterpass beserta petugas
yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Pengawas / Direksi
selama pelaksanaan Proyek.

5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang
disetujuii oleh Direksi.

6. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan


Kontraktor.
b. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan

Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan


letak / kedudukan bangunan terhadap titik patok / pedoman yang telah
ditentukan, siku bangunan maupun datar (water Pass) dan tegak lurus

bangunan harus ditentukan dengan memakai alat water pass instrument /


Theodolith. Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan tegel, langit-langit

dan sebagainnya dengan hasil yang baik dan siku.


Untuk mendapatkan titik Peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi yang
tercantum pada gambar rencana (Lay Out), dan bila terjadi penyimpangan
atau tidak sesuainya antara kondisi lapangan dengan Lay Out, Pemborong
harus melapor pada Pengawas / Perencana.
c. Pemasangan Bouwplank

1. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran


persiapan Bowplank / pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi
ketinggian, dan bench mark yang diberikan konsultan pengawas secara

tertulis serta bertanggung jawab atas ketinggian, posisi, dimensi, serta


kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga
kerja yang diperlukan.

20
2. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada
kesalahan dalam hal tersebut di atas, maka hal tersebut merupakan
tanggung jawab Pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut
dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi

tertulis dari Direksi Pekerjaan.


3. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Konsultan Pengawas atau
wakilnya tidak menyebabkan tanggung-jawab Pemborong menjadi
berkurang.
Pemborong wajib melindungi semua bench mark, dan lain-lain atau

seluruh refferensi dan realisasi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini.
4. Bahan dan Pelaksanaan.
- Tiang Bowplank menggunakan kayu meranti ukuran 5/7 dipasang setiap

jarak 2.00 m1, sedangkan papan bowplank ukuran 2/20 dari kayu
Sengon dipasang datar Water Pass.
- Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m1

dari as tepi bangunan dengan patok - patok yang kuat, bowplank tidak
boleh dilepas / dibongkar dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya
sehingga dapat dimanfaatkan hingga pekerjaan mencapai tahapan

trasram tembok bawah.

2.2. PEKERJAAN TANAH UNTUK LAHAN BANGUNAN


2.2.1. LINGKUP PEKERJAAN
1. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat- alat bantu
yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan
baik dan sesuai dengan spesifikasi ini.

2. Galian Tanah Pondasi


Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk footplate, pondasi batu kali, balok
pondasi dan struktur lainnya yan terletak didalam atau di atas tanah, seperti

tercantum di dalam gambar rencana atau sesuai dengan kebutuhan Kontraktor


agar pekerjaannya dapat dilaksanakan dengan lancar, benar dan aman.

21
3. Pembersihan Akar Tanaman dan Bekas Akar Pohon
Akar tanaman dan bekas akar pohon yang terdapat di dalam tanah dapat
membusuk dan menjadi material organik yang dapat mempengaruhi kekuatan
tanah. Pada seluruh lokasi proyek dimana tanah berfungsi sebagai pendukung

bangunan khususnya pendukung lantai terbawah, maka akar tanaman dan sisa
akar pohon harus digali dan dibuang hingga bersih. Lubang bekas galian
tersebut harus diisi dengan material urugan yang memenuhi syarat.
4. Pohon-pohon pada lahan proyek
Sebagian pohon pada proyek ini harus dipertahankan. Kontraktor wajib

mempelajari hal ini dengan teliti sehingga tidak melakukan penebangan pohon
tanpa koordinasi dengan Direksi / Konsultan Pengawas. Pohon yang terletak
pada bangunan yang akan dibangun dapat ditebang.

2.2.2. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


1. Level Galian

Galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan level yang tercantum di dalam
gambar rencana. Kontraktor harus mengetahui dengan pasti hubungan antara
level bangunan terhadap level muka tanah asli dan jika hal tersebut belum jelas

harus segera didiskusikan hal ini dengan Konsultan Pengawas sebelum galian
dilaksanakan. Kesalahan yang dilakukan akibat hal ini menjadi tanggung jawab

Kontraktor.
2. Jaringan Utilitas
Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain-
lain, maka Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian. Kontraktor bertanggung
jawab atas segala kerusakan akibat kelalaiannya dalam mengamankan jaringan

utilitas ini. Jaringan utilitas aktif yang ditemukan di bawah tanah dan terletak di
dalam lokasi pekerjaan harus dipindahkan ke suatu tempat yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas atas tanggungan Kontraktor.

3. Galian yang Tidak Sesuai

22
Jika galian dilakukan melebihi kedalaman yang ditentukan, maka kontraktor
harus mengisi / mengurug kembali galian tersebut dengan bahan urugan yang
memenuhi syarat dan harus dipadatkan dengan cara yang memenuhi syarat, atau
galian tersebut dapat diisi dengan material lain seperti adukan beton.

4. Urugan Kembali
Pengurugan Kembali bekas galian harus dilakukan sesuai dengan yang
diisyaratkan pada bab mengenai urugan dan pemadatan. Pekerjaan pengisian
kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

5. Pemadatan Dasar Galian


Dasar galian harus rata / water pas dan bebas dari akar-akar tanaman atau
bahan-bahan organis lainnya. Selanjutnya dasar galian harus dipadatkan sesuai

dengan persyaratan yang berlaku.


6. Air Pada Galian
Kontraktor wajib mengantisipasi air yang terdapat pada dasar galian dan wajib

menyediakan pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai
untuk menghindari genangan air dan lumpur pada dasar galian. Kontraktor harus
merencanakan secara benar, kemana air tanah harus dialirkan, sehingga tidak

terjadi genangan air / banjir pada lokasi disekitar proyek. Di dalam lokasi galian
harus dibuat drainase yang baik agar aliran air dapat dikendalikan selama

pekerjaan berlangsung.
7. Struktur Pengaman Galian dan Pelindung Galian
Jika galian yang harus dibuat ternyata cukup dalam, maka kontraktor harus
membuat pengaman galian sedemikian rupa hingga tidak terjadi kelongsoran
pada tepi galian. Galian terbuka hanya diijinkan jika diperoleh kemiringan lebih
besar 1:2 (Vertikal : Horisontal). Sisi galian harus dilindungi dengan adukan beton

terpasang, maka galian tersebut harus dilindungi dengan material kedap air
seperti lembaran terpal / kanvas sehingga sisi galian tersebut selalu terlindung
dari hujan maupun sinar matahari.

8. Perlindungan Benda Yang Dijumpai

23
Kontraktor harus melindungi atau menyelamatkan benda-benda yang dilindungi
selama pekerjaan galian terpasang. Kecuali disetujui untuk dipindahkan, benda-
benda tersebut harus tetap pada tempatnya dan kerusakan yang terjadi akibat
kelalaian kontraktor harus diperbaiki / diganti oleh kontraktor.

9. Urutan Galian Pada Level Berbeda


Jika ke dalaman galian berbeda satu dengan lainnya, maka galian harus dimulai
dari bagian yang lebih dalam dahulu dan seterusnya.

2.3. PEKERJAAN URUGAN PASIR PADAT

2.3.1. LINGKUP PEKERJAAN


1. Tenaga Kerja, bahan, dan Alat
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu

yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan


baik dan sesuai dengan spesifikasi.
2. Lokasi pekerjaan

Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan di atas dasar galian tanah, di bawah
lapisan lantai kerja dan digunakan untuk semua struktur beton yang
berhubungan dengan tanah seperti Footplate, Sloof, dan pekerjaan beton yang

lain yang berhubungan langsung dengan tanah.


3. Pembersihan Akar Tanaman padat dan sisa Galian

Jika di bawah dasar galian dijumpai akar tanaman atau tanah organis, maka dasar
galian tersebut harus dibersihkan dari hal tersebut di atas, dan bekas galian
tersebut harus diisi dengan material urugan yang memenuhi syarat.

2.3.2. PERSYARATAN BAHAN


1. Bahan urugan Pasir Padat

Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras,
bebas dari lumpur, tanah lempung dan organis. Bahan ini harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

2. Air Kerja

24
Air yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan
bahan organis lainnya, serta dapat diminum. Sebelum digunakan air harus
diperiksa dilaboratorium pemeriksaan bahan yang sah. Jika hasil uji ternyata tidak
memenuhi syarat, maka kontraktor wajib mencari air kerja yang memenuhi

syarat.

2.3.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


1. Tebal Pasir urug
Jika tidak tercantum dalam gambar kerja, maka di bawah lantai kerja harus diberi

lapisan pasir urug tebal 10 cm padat atau sesuai dengan gambar kerja.
Pemadatan harus dilaksanakan sehingga dapat menerima beban yang bekerja.
2. Cara Pemadatan

Pemadatan dilakukan dengan disiram air dan selanjutnya dipadat dengan alat
pemadat yang disetujui konsultan Pengawas. Pemadatan dilakukan hingga
mencapai tidak kurang dari 98% dari kepadatan optimum Laboratorium.

Pemadatan harus dilakukan pada kondisi galian yang memadai agar dapat hasil
kepadatan yang baik. Kondisi galian tersebut harus dipertahankan sampai
pekerjaan pemadatan selesai dilakukan. Pemadatan harus diulang kembali jika

keadaan tersebut di atas tidak memenuhi.


3. Air Pada Lokasi Pemadatan

Jika air tanah ternyata menggenangi lokasi pemadatan, maka Kontraktor wajib
menyediakan Pompa dan dasar galian harus kering sebelum pasir urug
diletakkan. Kontraktor harus membuat rencana yang benar, agar air tanah dapat
dialirkan kelokasi yang lebih rendah dari dasar galian, misalnya dengan membuat
sumpit pada tempat tertentu.
4. Tanah di sekitar pasir urug

Kontraktor harus menjaga agar tanah disekitar lokasi tedak tercampur dengan
Pasir Urug. Jika pasir urug tersebut tercampur dengan tanah lainnya, maka
Kontraktor wajib mengganti pasir urug tesebut dengan bahan lainnya yang

bersih.

5. Persetujuan

25
Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan, bilamana pekerjaan urugan tersebut
sudah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

2.4. PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN

2.4.1. LINGKUP PEKERJAAN


1. Tenaga Kerja, Bahan, dan Alat
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga Kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu
yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan Pekerjaan ini dengan
baik dan Sesuai dengan Spesifikasi.

2. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini pada Lokasi seperti yang tercantum pada gambar rencana, dengan
elevasi seperti tertera pada di dalam peta kontur.

3. Pembersihan akar tanaman dan Sisa Galian


Jika Dijumpai akar tanaman atau tanah organis, maka lokasi tersebut harus
dibersihkan dari hal tersebut di atas, dan bekas galian tersebut harus diisi dengan

material urugan yang memenuhi syarat.

2.4.2. PERSYARATAN BAHAN

1. Bahan Bekas Galian di Dalam Lokasi Proyek


Tanah bekas Galian dapat dipertimbangkan untuk digunakan jika memenuhi

syarat untuk digunakan. Tanah Tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan
organis lainnya.
2. Bahan Urugan Dari Luar Lokasi Proyek
Jika tanah urug didatangkan dari luar, maka tanah urug tersebut harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. memiliki koefisien permeabilitas dari 10-7 cm / detik

b. Mengandung minimal 20% partikel lanau dan lempung dan bebas tanah
organis, kotoran dan batuan berukuran lebih dari 50 mm dan mengandung
kurang dari 10% partikel gravel.

c. Mempunyai Indeks Plastis (PI) lebih dari 10%. Bahan yang mempunyai PI lebih
dari 10% akan sulit dipadatkan.

26
d. Gumpalan gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus
dalam kondisi lepas agar mudah dipadatkan.
e. Secara umum bahan tersebut berupa sirtu / pasir batu yang sebelum
mendatangkan harus sudah mendapat persetujuan konsultan Pengawas.

3. Bahan Urugan Yang tidak memenuhi Syarat


Semua bahan urugan yang tidak memadai harus dikeluarkan dari lokasi proyek
dan diganti dengan bahan yang memenuhi Syarat.

2.4.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. Cara Pengurugan dan Pemadatan


Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan 20 cm dan
pemadatan dilakukan sampai mencapai kepadatan Maximum pada kadar air

optimum yang ditentukan di dalam gambar rencana. Pemadatan urugan


dilakukan dengan memakai alat pemadat yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Jika tidak tercantum dalam gambar rencana, maka pemadatan harus

dilakukan sampai mencapai derajat kepadatan 98%.


2. Pemasangan Patok
Pada lokasi urugan harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan

ketinggian rencana. Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat


patok dengan warna tertentu pula.

3. System Drainase
Pada daerah yang basah, kontraktor harus membuat saluran sementara
sedemikian rupa sehingga lokasi tersebut dapat dikeringkan. Pengeringan
dilakukan dengan bantuan pompa air. Sistem drainase yang direncanakan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Dan sistem drainase tersebut harus selalu
dijaga selama pekerjaan berlangsung agar dapat berfungsi secara efektif untuk

menaggulangi air yang ada.


4. Kotoran dan Lumpur dan Bahan Organik
Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan

material sejenis. Pengurugan tidak dapat dilakukan jika kotoran tersebut belum
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

27
5. Uji kepadatan optimum di Laboratorium
Uji kepadatan optimum harus mengikuti ketentuan ASTM. D-1557 atau AASHTO.
Hasil uji ini digunakan untuk menentukan cara pemadatan lapangan. Uji yang
dilakukan antara lain :

a. “Density of Soil inplace by Sand Cone method ASSHTO T.191”


b. “Density of Soil inplace by Driven Cylinder Method“ ASSTO T-.204.
c. “Density of Soil inplace by Rubber Ballon” ASSHTO T-205.
6. Kepadatan Lapisan dan Uji Lapangan
Untuk bahan yang sama, setiap lapis tanah yang sudah dipadatkan harus diuji di

lapangan, yaitu 1 (satu) buah test untuk setiap 500 m2, yaitu dengan system Field
Density Test. Jika urugan cukup tebal maka dengan hasil kepadatannya harus
memenuhi ketentuan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk lapisan yang letaknya lebih dalam 50 cm dari permukaan rencana,


maka berat jenis kering tanah padat lapangan harus mencapai minimal 95%
dari berat jenis kering laboratorium yang dihitung dengan Standart Proctor

Test.
b. Untuk Lapisan 50 cm dari permukaan rencana kepadatannya harus minimal
98% dari Standart Proctor test

7. Toleransi Kerataan
Toleransi Pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan ±

50 mm terhadap Kerataan yang ditentukan.


8. Level akhir
Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh Konsultan Pengawas.
Semua hasil-hasil pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok
referensi untuk mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah
tersebut.

9. Perlindungan Hasil Pemadatan.


Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan
dilindungi agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air

hujan, panas matahari dan sebagainya perlindungan dapat dilakukan dengan


menutupi permukaan plastik. Pekerjaan pengadaan dianggap cukup, setelah hasil

28
test memenuhi syarat dan mendapat persetujuan tertulis dari konsultan
pengawas.
10. Pemadatan kembali.
Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai deangan kepadatan yang dibutuhkan dan

diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum memulai lapisan


berikutnya, bilamana bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang
dikehendaki, lapisan tersebut harus diulangi perkerjaanya atau diganti, dengan
cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna mendapatkan kepadatan
yang telah dibutuhkan, jadual pengujian harus diajukan oleh kontraktor kepada

konsultan pengawas.

29
PASAL 3
PEKERJAAN STRUKTUR

3.1. PEKERJAAN BETON BERTULANG

3.1.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan serta
pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan yang

tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton, seperti
acuan, besi, beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam lingkup pekerjaan ini
adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar sehingga pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar dan aman.

3.1.2 PERATURAN-PERATURAN
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :

a. Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK-SNI T-15 –
1991-03)
b. Pedomen Beton 1989 (SKBI – 1.4.53.1988)
c. Peraturan Perencanaan tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983
d. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
tembok Bertulang untuk Gedung 1983

e. Persyaratan umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1082)-NI-3


f. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 / NI-8
g. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)
h. Mutu dan Cara Uji Semen Beton (SII 0052-80)
i. ASTM C-33 Standart Specification for Concrete Agregates.

j. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)


k. Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
l. American Society for Testing Material ( ASTM )

m. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat


n. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.5.3.1987 UDC : 699.81 : 624.04)
30
3.1.3 KEAHLIAN DAN PERTUKANGAN
Kontraktor harus membuat beton dengan kualitas sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang diisyaratkan, antara lain, mutu dan penggunaannya selama
pelaksanaan. Semua pekerjaan beton harus dilakukan oleh tenaga ahli yang

berpengalaman, termasuk tenaga ahli untuk acuan / bekisting sehingga dapat


mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Selain itu Kontraktor wajib
menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga sudah paham dengan
pekerjaan yang sedang dilaksanakannya terutama pada saat dan setelah
pengecoran berlangsung. Semua tenaga ahli dan tukang tersebut harus mengawasi

pekerjaan sampai pekerjaan perawatan beton selesai dilakukan. Untuk itu paling
lambat 10 hari sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengusulkan metode
kerja dan harus disetujui Konsultan Pengawas. Jika dipandang perlu, maka

Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli diluar yang ditunjuk
Kontraktor untuk membantu mengevaluasi semua usulan Kontraktor dan semua
biaya yang timbul menjadi beban Kontraktor.

3.1.4 Persyaratan Bahan


a. Semen

Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen
yang telah ditentukan dalam SII 0013-81 dan harus memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan dalam standart tersebut. Semua yang akan dipakai harus
dari satu merk yang sama dan dalam keadaan baru. Semen yang dikirim harus
terlindung dari hujan dan air. Semen harus terbungkus dalam sak (kantong) asli
dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat. Semen harus disimpan di
gudang dengan ventilasi yang baik, tidak lembab dan diletakkan pada tempat
yang tinggi, sehingga aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen

tersebut tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 sak. System penyimpanan semen
harus diatur sedemikian rupa, sehingga semen tersebut tidak tersimpan terlalu
lama. Semen yang diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan,

seperti membatu, tidak diijinkan untuk dipakai. Bahan yang telah ditolak harus
segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas
biaya Kontraktor.

31
b. Agregat
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu agregat
kasar / batu pecah dan agregat halus / pasir beton. Kedua jenis agregat ini
diisyaratkan sebagai berikut :

1) Agregat Kasar, ukuran besar ukuran nominal maksimum agregat kasar


harus tidak melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan,
atau 1/3 dari tebal pelat. Atau ¾ jarak bersih minimum antar baja tulangan,
berkas baja tulangan atau tendon pratekan atao 30 mm. Gradasi Agregat
tersebut secara keseluruhan harus sesuai dengan yang diisyaratkan oleh

ASTM agar tidak terjadi adanya sarang kerikil atau rongga dengan
ketentuan sebagai berikut:

Sisa di atas ( % Berat )

Ayakan 31.50 mm 0

Ayakan 4.00 mm 90-98

Selisih antar 2 ayakan berikutnuya 01-10

2) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas
dari bahan bahan organik, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar Lumpur harus
lebih kecil dari 4% berat. Agregat halus terdiri dari butir-butir beraneka

ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sb :

Sisa di atas ( % berat )

Ayakan 4.00 mm ≥ 0.2

Ayakan 1.00 mm ≥ 10

Ayakan 0.25 mm 80-95

Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam

spesifikasi ini. Jika sumber agregat berubah karena suatu hal, maka
Kontraktor wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas. Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras
permukaanya dan harus dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan
tanah.

32
c. Air Untuk Campuran beton
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang
dapat merusak beton atau besi beton. Air tawar yang dapat diminum umumnya

dapat digunakan. Air tersebut harus diperiksa pada laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat
untuk digunakan, maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.
d. Besi Beton
Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk

tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain dalam gambar. Agar
diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus memenuhi syarat-
syarat :

1. Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak cacat.
2. Mutu sesuai dengan yang ditentukan
3. Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.

4. Besi standart SNI


Pemakaian besi beton jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

e. Admixtures Material Tambahan


Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk

memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, Jumlah bahan yang


ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan harus dapat dibuktikan
melalui hasil uji. Hasil uji ini dengan menggunakan bahan semen dan agregat
yang akan dipakai pada proyek ini. Bahan campuran tambahan yang berfungsi
untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau mempercepat
pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi “Specification for

Chemical Admixtures for Concrete“ (ASTM C494) atau memenuhi standart


Umum Bahan Bangunan Indonesia.
f. Kualitas Beton

1. Kualitas beton yang digunakan tercantum dalam gambar rencana yang


harus dibuktikan dengan pengujian seperti diisyaratkan dalam spesifikasi
teknis ini.

33
2. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai, Kontraktor
harus melakukan percobaan sesuai dengan yang disyaratkan oleh peraturan
yang berlaku dengan mengadakan trial mix di laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

3. Jika tidak ditentukan secara khusus, maka untuk lantai kerja K-100, kolom
praktis, ring balk dan beton non struktur lainnya harus menggunakan beton
Mutu K-175
4. Beton dengan mutu K-350 untuk pekerjaan structural untuk bangunan
gedung seperti pondasi beton sloof, footplate, kolom-kolom, balok-balok,

dan plat lantai.


g. Desain Adukan Beton.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang

dihasilkan memberikan kelecakan (Workability) dan konsistensi yang baik,


sehingga beton mudah dituangkan ke dalam acuan dan sekitar besi beton,
tanpa menimbulkan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara

berlebihan. Campuran beton harus dirancang sesuai dengan mutu beton


yang ingin dicapai, dengan batasan di bawah ini :
U
MUTU BETON K225 K250 K275 K300
n
Kuat tekan minimum 7 hari ( kg/cm2 ) 158 175 192 210
t
Jumlah Semen minimum ( kg/m3 ) 300 300 300 325
u
Jumlah Semen Maksimum ( kg/m3 ) 550 550 550 550
k
W / C faktor, maksimum 0.55 0.55 0.55 0.55

Beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka harus
menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya. Khusus untuk beton kedap air, maka

jumlah semen minimum harus sesuai dengan yang diisyaratkan oleh


pemasok waterproofing.

34
3.1.5 PENGUJIAN BAHAN
a. Umum
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala
pengujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah

sesuai dengan yang diisyaratkan. Kontraktor harus menyerahkan hasil


pengujiannya setelah hasil uji diperoleh untuk persetujuan oleh konsultan
pengawas.
2. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor
harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan

selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil


yang diinginkan.
3. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai

dengan pengarahan Konsultan Pengawas.


4. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan,
Kontraktor harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari Pabrik,

dimana pengujian dilakukan secara berkala, dengan cara sesuai dengan


spesifikasi ini.
b. Laboratorium Penguji

1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan suatu


laboratorium penguji material yang akan digunakan pada proyek ini.

Laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan semua pengujian


dengan spesifikasi ini.
2. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan penguji di
lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga ahli yang menguasai
bidangnya.
3. Alat Penguji agregat kasar dan agregat halus.

- Alat Pengukur kadar air (moisture content) dari agregat


- Alat Pengukur kelecakan beton (slump)
- Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpanan untuk merawat

benda uji pada temperatur yang normal dan terhindar dari sengatan
matahari.

35
4. Jika menggunakan beton Ready Mix, maka peralatan yang disebut (a) dan
(b) di atas harus dipersiapkan pada pabrik beton ready mix.
c. Pengujian Agregat
1. Pengujian Pendahuluan Agregat

Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat sebagai


berikut:
- Sieve analysis
- Pengujian Kadar lumpur dan Kotoran lain.
- Pengujian Unsur Organis

- Pengujian kadar clorida dan Sulfat.


Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan (a) dan (b) dengan pengujian kadar air dari

tiap jenis agregat harus dilakukan terhadap contoh untuk setiap Trial Mix.
d. Pengujian Beton
1. Benda Uji Beton

Benda Uji harus diberi kode / tanda yang menunjukan tanggal pengecoran,
lokasi pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan. Benda uji harus
diambil sebelum beton dituang ke lokasi penggocoran sesuai dengan yang

disaratkan oleh konsultan pengawas.


2. Test beton

a. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat benda uji. Benda uji tersebut
ditentukan secara acak oleh konsultan pengawas dan harus dirawat
sesuai dengan persyaratan.
b. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka konsultan pengawas
dapat meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di
atas. Dengan beban biaya ditangung oleh kontrator.

3. Laporan Hasil Uji Beton


Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas uji beton dari laboratorium
penguji untuk disahkan oleh Konsultan Pengawas. Laporan tersebut harus

dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton Karakteristik.

36
4. Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton
a. Deviasi Standart – S
Deviasi Standart produksi neton ditetapkan berdasarkan jumlah 30 buah
hasil tes kubus atau silinder. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh

kubus yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan faktor pengali
seperti tercantum dalam tabel berikut :

  fc  fcr 
2

S
N 1

Jumlah Benda Uji ( N ) buah Faktor Pengali ( S )

≤ 15 1.16

20 1.08

25 1.03

≥ 30 1.00

b. Kuat Tekan Rata-rata ( fcr )


Target fcr yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan proporsi

campuran beton harus diambil sebagai nilai yang terbesar dari Formula
berikut ini :
fcr = fc’ + 1.64 atau fcr = fc’ + 2.64 S – 40 kg/cm2

c. Kuat Tekan sesungguhnya


Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai dengan memuaskan,
jika kedua syarat berikut dipenuhi :
- Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing masing
terdiri dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang (fc’ + 0.82 N)
- Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji)

mempunyai nilai di bawah 0.85 fc.


Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan

berikutnya atas rekomendasi KP.

37
5. Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Test)
Jika hasil Evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak
dapat dipenuhi, maka jika diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor
harus melaksanakan pengujian beban dan lain-lain. Semua biaya pengujian

ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. Lokasi dan banyaknya pengujian


akan ditentukan secara khusus dengan melihat kasus perkasus.
e. Pengujian Besi Beton
- Benda Uji Besi Beton
a. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil benda uji

besi beton masing-masing 2 buah dengan ukuran panjang 100 cm


sesuai dengan diameter dan mutu yang akan digunakan. Selanjutnya
benda uji besi beton harus diambil dengan disaksikan oleh Konsultan

Pengawas untuk masing masing diameter besi beton. Uji besi beton
terdiri dari uji tarik dan uji lentur.
b. Pengujian mutu besi juga akan dilakukan setiap saat bilamana

dipandang perlu oleh Konsultan Pengawas. Contoh besi beton yang


diambil untuk pengujian tanpa disaksikan Konsultan Pengawas tidak
diperkenankan dan hasil uji dianggap tidak sah. Semua biaya uji

tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.


c. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang menunjukkan tanggal

pengiriman, lokasi terpasang bagian struktur yang bersangkutan dan


lain-lain data yang perlu dicatat.
d. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan, maka
Konsultan Pengawas berhak untuk meminta pengambilan contoh benda
uji lebih besar dari yang ditentukan di atas, dengan beban biaya
ditanggung oleh kontraktor.

- Laporan Hasil Uji Besi Beton


Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi beton dari
laboratorium penguji untuk diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan

laporan tersebut harus dilengkapi dengan kesimpulan apakah kualitas besi


beton tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan.

38
3.1.6 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Slump
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak ditentukan
secara khusus adalah antara 10 – 14 cm untuk beton umumnya, sedang tiang

bor slump sebagai berikut, Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam


cetakan beton (begisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas
permukaan yang rata. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk
sampai dengan satu lapisan di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera

cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.


b. Persetujuan Konsultan Pengawas
Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan, Kontraktor harus

mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Laporan harus


diberikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan
dilaksanakan. Hal-hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara

semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus


dicatat secara baik dan jelas sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat
data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.

c. Persiapan dan Pemeriksaan


Kontraktor tidak diijinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa ijin tertulis

dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada konsultan


Pengawas tentang kesiapannya untuk melakukan pengecoran dan laporan
tersebut harus disampaikan beberapa hari sebelum waktu pengecoran, sesuai
dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Konsultan Pengawas
melakukan Pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan. Kontraktor harus
menyediakan fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang

dibutuhkan agar Konsultan Pengawas dapat memeriksa pekerjaan secara aman


dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut, Kontraktor tidak akan diizinkan untuk
melakukan pengecoran. Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan

tersebut harus segera diperbaiki dalam waktu 1 x 24 jam dan selanjutnya


kontraktor 1 x 24 jam selanjutnya kontraktor harus mengajukan ijin lagi untuk
dapat melaksanakan pengecoran. Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu

39
akibat koreksi yang timbul, kecuali ditentukan oleh pemberi tugas / Konsultan
Pengawas, Persetujuan untuk melakukan pengecoran tidak berarti
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas
ketidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran

dilakukan harus dipastikan bahwa semua peralatan yang akan tertanam di


dalam beton sudah terletak pada tempatnya dan semua kotoran sudah
dibersihkan dari lokasi pengecoran. Demikian pula untuk siar pelaksanaan
harus dilakukan sesuai dengan persyaratan.
d. Siar Pelaksanaan

Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya.


Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan
struktur dapat dikurangi. Siar pelaksanaan tidak dijinkan untuk melalui daerah

yang diperkirakan sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll. Jika tidak
ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus terletak pada daerah
dimana gaya geser adalah minimal, umumnya terletak pada sepertiga bentang

tengah dari panjang efektif struktur. Pada pengecoran beton yang tebal dan
volume yang besar, lokasi siar pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian
rupa, sehingga tidak menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada

beton yang tersebut, yang berakibat retaknya beton, disamping adanya


tegangan residu yang tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat dibuat secara

horizontal dan pengecoran dapat dibagi menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar


pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor
harus mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal yang
berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti erstop, perekat beton, dowel
dsb, maupun pembersih permukaan beton agar dapat dijamin lekatan antara
beton lama dan baru. Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan

bekas beton yang tidak melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran
dilanjutkan, harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi
terlihat tetapi tetap melekat dengan baik.

40
e. Pengangkutan dan Pengecoran Beton
Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba
dilokasi proyek dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi teknis. Jika
lokasi pembuatan cukup jauh dari proyek, maka harus digunakan admixtures

yang dapat memperlambat proses pengerasan dari beton. Pada saat beton
diangkut ke lokasi pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak terjadi
pemisahan antara bahan-bahan dasar pembuat beton. Pada saat pengecoran
tinggi jauh dari beton segar harus kurang dari 1.50 meter. Hal ini sangat
penting agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat dengan

pasta beton sehingga dapat mengakibatkan kwalitas beton menjadi menurun.


Untuk itu harus disiapkan alat bantu seperti piuap tremi sehingga syarat ini
dapat dipenuhi. Sebelum pengecoran beton harus dijaga agar tetap dalam

kondisi plastis dalam waktu yang cukup, sehingga pengecoran beton dapat
dilakukan dengan baik. Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan personil
yang akan mendukung pengecoran beton, yang dianalisa berdasarkan besarnya

volume pengecoran yang akan dilakukan. Sebagai gambaran setiap alat


pemadam maupun memadatkan sekitar 5 – 8 m3 beton segar per jam. Beton
segar dicampurkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi akhir,

sehingga masalah segregasi dan pengerasan beton dapat dihindarkan dan


selama pemadatan beton masih bersifat plastis.

3.1.7 PEMADATAN BETON


a. Alat Pemadat Beton
Beton yang akan dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat (vibrator)
dengan tipe yang disetujui oleh Konsultan Pengawas Pemadatan tersebut
bertujuan untuk mengurangi udara pada beton yang akan mengurangi kualitas

pada beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability)


beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat, sehingga
slump yang rendah-rendah biasanya merupakan masalah. Untuk itu harus

disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan besarnya


pengecoran yang akan dilakukan. Minimum harus dipersiapkan satu vebriator
cadangan yang akan dipakai, jika ada vebriator cadangan yang akan dipakai,

41
jika ada vebriator yang rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung. Alat
pemadat harus di tempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh besi
beton.
b. Lokasi Pemadatan yang Sulit

Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada pertemuan
balok kolom, dinding beton yang tipis dan pada lokasi pembersihan yang rapat
dan rumit, maka kontraktor harus mempersiapkan metode khusus untuk
pemadatan beton yang disampaikan kepada Konsultan Pengawas paling
lambat 3 hari sebelum pengecoran dilaksanakan, agar tidak terjadi keropos

pada beton, sehingga secara kualitas tidak akan disetujui.


c. Pemadatan Kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka

beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan rekomondasi


Konsultan Pengawas agar retak tersebut dapat dihilangkan.
d. Metode Pemadatan Lain

Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan lain yang
dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara
permukaan dan inti beton. Hal ini dapat menyebabkan keretakan struktur dan

terjadinya tegangan menetap pada beton, tanpa adanya beban yang bekerja.

3.1.8 TEMPERATUR BETON SEGAR


Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang mempunyai
skala 5 s/d 100o C, harus dimasukkan ke dalam contoh tersebut sedalam 100 mm.
Jika temperatur sudah stabil selama 1 menit, maka temperatur tersebut harus
dicatat dengan ketelitian 1o C.

3.1.9 PERAWATAN BETON


a. Tujuan Perawatan
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi

kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi dan mencegah
penguapan air dari beton pada umur beton awal dan juga mencegah
penguapan air dari beton pada umur beton awal dan juga mencegah

42
perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan terjadinya
keretakan dan penurunan kualitas beton. Perawatan beton harus dilakukan
begitu pekerjaan pemadatan beton selesai dilakukan. Untuk itu harus dilakukan
perawatan beton sedemikian sehingga tidak terjadi penguapan yang cepat

terutama pada permukaan beton yang baru dipadatkan.


b. Lama Perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus dibasahi
dengan air bersih selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran selesai.
Untuk elemen vertikal seperti kolom dan dinding beton, maka beton tersebut

harus diselimuti dengan karung yang dibasahi terus menerus selama 7 hari.
c. Perlindungan Beton Tebal
Untuk pengecoran beton dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka

permukaan beton harus dilindungi dengan material (antara lain stereo foam)
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, agar dapat memantulkan radiasi
akibat panas. Material tersebut harus dibuat kedap, agar kelembaban

permukaan beton dapat dipertahankan.


d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis,

harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan. Acuan tersebut


dihindari dari terik matahari langsung, karena sifatnya yang mudah menyerap

dan mengantarkan panas. Perlakuan yang kurang baik akan menyebabkan


retak-retak yang parah pada permukaan beton.
e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing
compound. Jenis dan type curing compound yang digunakan harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan

temperatur yang cepat pada permukaan beton sehingga dapat menyebabkan


keretakan pada permukaan beton.

43
3.1.10 CARA UNTUK MENGHINDARI KERETAKAN BETON
a. Alat monitoring
Untuk pekerjaan beton dengan tebal lebih dari 600 mm, Kontraktor harus
menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur dan memonitor

segala kejadian yang mungkin terjadi selama pekerjaan beton berlangsung.


Monitoring dilakukan minimal selama 7 hari sejak pengecoran selesai.
Kontraktor wajib menyediakan alat pengukur temperatur yang akan diletakkan
pada dasar beton, di dalam beton, dan dipermukaan beton dengan jarak
vertikal antara alat ditetapkan maksimal 50 cm. Sedangkan jarak horizontal

antara titik satu dengan lainnya maksimal 10 meter. Lokasi alat pengukur dan
metode pengukur suhu tersebut harus diusulkan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.

b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton harus didinginkan secara mendadak, yang
terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar (>20oC)

antara permukaan dan inti beton dan beton harus dihindarkan dari sinar
matahari langsung ataupun tiupan angin.
c. Material Bantu

Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang mungkin dapat


dicampur ke dalam beton maupun yang akan digunakan pada saat perawatan

beton untuk mencegah terjadinya penguapan yang terlalu cepat.


d. Lebar Retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan, dan lebar retak yang
diijinkan maksimal sebesar 0,004 kali tebal selimut beton.
e. Antisipasi Perbedaan Temperatur
Kontraktor harus menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk mengatasi jika

perbedaan temperatur menjadi lebih dari 20 derajat C, misalnya dengan


mempertebal isolasi yang sudah digunakan atau membuat isolasi menjadi
benar-benar kedap terhadap angin dan udara. Hal ini harus segera dilakukan

agar perbedaan temperatur tidak menjadi besar. Untuk itu harus disiapkan
material isolasi lebih dari kebutuhan sebelum pengecoran dilakukan.

44
f. Hal – Hal Lain
Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun sesudah
pengecoran beton adalah :
1. Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam kondisi

terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat
pencampuran dimulai.
2. Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan mengganti
sebagian air dengan es, sehingga temperatur menjadi lebih besar.
3. Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah.

4. Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran beton.


5. Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi maksimal
2 jam.

6. Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan membuat


siar pelaksanaan secara horizontal pada beton yang tebal, sehingga tebal
satu lapis pengecoran menjadi kurang lebih 1 meter dan perbedaan

temperatur dapat dikontrol.


7. Jika mungkin diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana
temperatur lapangan sudah lebih rendah dari dibandingkan dari siang hari.

8. Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada pada seluruh permukaan
beton yang terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar

temperatur tidak terlalu berbeda pada seluruh penampang beton.


9. Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai dan harus
diteruskan sampai system isolasi terpasang seluruhnya.
10. Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar
matahari dan angin. Hal ini dapat dilakukan membuat dinding pada
sekeliling daerah pengecoran dengan plastik atau material sejenis, demikian

juga pada bagian atasnya.


g. Retak di Luar Batas yang Disyaratkan.
Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan diluar batas yang

diijinkan, maka Kontraktor harus melaporkan hal tersebut secara tertulis yang
berisi antara lain metode kerja dan peralatan yang digunakan berikut komposisi
campuran yang digunakan kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi lebih

45
lanjut. Kontraktor tidak diijinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut
sebelum mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

3.1.11 ADUKAN BETON YANG DIBUAT DITEMPAT (Site Mixing)

Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka untuk beton yang dibuat di
lapangan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Semen diukur menurut berat
b. Agregat kasar diukur menurut berat
c. Pasir diukur menurut berat

d. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete


batching plant)
e. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin beton

f. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada
dalam mesin pengaduk
g. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih

dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai

3.1.12 BESI BETON

a. Pengajuan besi beton


Sebelum pemesanan dilakukan, maka Kontraktor harus mengajukan contoh

besi beton dilengkapi dengan brosur dan data teknis dari pabrik yang akan
digunakan untuk disetujui Konsultan Pengawas
b. Penyimpanan
Besi beton disimpan pada tempat yang bersih dan tumpu secara baik tidak
merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus cukup terlindung sehingga
kemungkinan karat dapat dihindarkan

c. Gambar Kerja dan Bending Schedule


Pembengkokan besi beton harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan
berdasarkan standar detail yang ada. Pembengkokan tersebut harus dilakukan

dengan menggunakan alat-alat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak


menimbulkan cacat, patah, retak-retak dan sebagainya. Semua pembengkokan
harus dilakukan dalam keadaan dingin dan pemotongan harus dengan bar

46
cutter. Pemotongan dan pembengkokan dengan sistem panas sama sekali
tidak diijinkan. Untuk itu Kontraktor harus membuat gambar kerja
pembengkokan (bending schedule) dan diajukan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.

d. Bebas karat
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan evaluasi yang sesuai dengan gambar
dan harus sudah diperhitungkan toleransi penurunannya. Sebelum besi beton
dipasang, permukaan besi beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain
yang dapat mengurangi lekatan besi beton.

e. Selimut Beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan gambar
standart detail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama tarik /

tekan penampang beton harus dipasang sejauh mungkin dari garis tengah
penampang, sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan-
ketentuan tersebut di atas harus mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas.
f. Penjangkaran
Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang penjangkaran,

penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar


standar yang terdapat dalam gambar rencana. Apabila ada keraguan tentang

ini maka Kontraktor harus meminta klarifikasi kepada Konsultan Pengawas.


g. Kawat Beton dan Penunjang
Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada
kedudukan yang kokoh untuk menghindari pemindahan tempat, dengan
menggunakan kawat yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip yang
sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan beton

tahu atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung seperti yang
ditunjukkan pada gambar standar atau dicantumkan pada spesifikasi ini.
Penunjang-penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan acuan. Ikatan

dari kawat harus dimasukkan ke dalam penampang beton, sehingga tidak


menonjol permukaan beton.

47
h. Sengkang-sengkang
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan rencana, maka
sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan
gambar. Akhiran / kait sengkang harus dibuat seperti yang disyaratkan di

dalam gambar standar agar sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan.
Demikian juga untuk besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan
utama.
i. Beton Tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan,

dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan
dicor. Jarak antara beton tahu ditentukan maksimal 100 cm.
j. Penggantian Besi

1. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai


dengan apa yang tertera pada gambar
2. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau

pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu


penyempurnaan pembesian yang ada maka Kontraktor dapat menambah
ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam

gambar.
3. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai

dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran


diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
- Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksud adalah jumlah luas). Khusus untuk balok portal, jumlah luas

penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari
pembesian aslinya.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian

di tempat tersebut atau di daerah overlap yang dapat menyulitkan


pengecoran.
- Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.

48
k. Toleransi Besi

Diameter Besi (mm) Toleransi dia (mm) Toleransi Berat (%)

610 0.4 7

1016 0.4 5

1628 0.5 4

28 0.6 2

3.1.13 TOLERANSI DIMENSI ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR


Dimensi elemen stuktur seperti (pelat, balok, kolom, dinding) harus memenuhi

toleransi sbb :

Dimensi Elemen Toleransi Terhadap B Toleransi Selimut Beton


Struktur (mm) (mm)

(mm)

B  200  9.0  5.0

B  200  12.0  9.0

Dimana B adalah dimensi elemen stuktur baik untuk lebar maupun tinggi.
Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh
konsultan pengawas, untuk selanjutnya diputuskan. Semua akibat kesalahan
tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor

3.1.14 PEMASANGAN ALAT-ALAT DIDALAM BETON / Sparing

a. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara tepat lokasi
sparing yang akan terdapat pada elemen struktur. Kontraktor wajib
mempelajari gambar M & E dan mendiskusikan dengan pihak terkait jika

terdapat keraguan tentang gambar tersebut. Kebutuhan sparing yang terjadi


akibat perubahan desain harus diinformasikan segera kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan pemecahannya. Pekerjaan membobok,
membuat lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi harus
dihindarkan dan jika diperlukan harus mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan

Pengawas.

49
b. Ukuran lubang, pasangan alat-alat di dalam beton, pemasangan dan
sebagainya, harus sesuai dengan gambar struktur maupun gambar lain yang
terkait atau menurut petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas.
c. Perkuatan pada lubang-lubang beton untuk keperluan pekerjaan M / E harus

mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam gambar standar. Jika tidak / belum
tertera di dalam gambar maka Kontraktor wajib menginformasikan hal tersebut
kepada KP / Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaiannya.

3.1.15 BETON KEDAP AIR

a. Beton kedap air adalah beton yang dibuat agar tidak tembus air untuk jangka
waktu lama. Untuk itu Kontraktor wajib mengikuti segala ketentuan yang
disyaratkan oleh Pemasok bahan kedap air / water proofing, termasuk cara

pembuatan beton tersebut.


b. Pada siar pelaksanaan harus dipasang waterstop sesuai dengan spesifikasi
pabrik. Waterstop tersebut harus ditunjukkan di dalam gambar kerja / shop

drawing, sehingga rencana pengecoran harus direncanakan dengan baik. Biaya


waterstop tersebut sudah termasuk di dalam penawaran yang diajukan oleh
Kontraktor.

c. Apabila terjadi kebocoran selama masa garansi, maka kontraktor harus


mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor. Prosedur

perbaikan tersebut harus diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui oleh


Konsultan Pengawas, sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian-bagian
lain yang sudah selesai.

3.1.16 ACUAN / BEKISTING


a. Umum

1. Kontraktor harus membuat acuan yang dapat dipertanggungjawabkan


secara struktur baik kekuatan, stabilitas maupun kekakuannya serta layak
untuk digunakan. Acuan merupakan suatu bagian pekerjaan struktur yang

berguna untuk membentuk struktur beton agar sesuai gambar kerja


rencana.

50
2. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi ini.
Kontraktor dapat mengusulkan alternatif acuan dengan catatan bahwa
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Di dalam penawarannya
Kontraktor wajib menawarkan sesuai dengan yang ditentukan di dalam

spesifikasi.
3. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Tidak dibenarkan adanya bagian acuan
yang tertanam di dalam struktur beton.
4. Pada struktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan pada

acuan dan bukan pada acuan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga
bukaan tersebut harus dapat ditutup dengan sempurna, sehingga bukaan
tersebut harus dapat ditutup dengan sempurna, sehingga bebas dari

kebocoran. Semua pengikat acuan (ties) harus dilengkapi dengan material


tertentu seperti water haffles, sehingga pada saat dicor akan menyatu
dengan struktur beton.

b. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan seperti

release agent, pengangkutan dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua


pekerjaan acuan sebagai cetakan beton sesuai dengan gambar-gambar

konstuksi dan gambar-gambar disiplin lain yang berhubungan seperti


diuraikan dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaan, secara aman dan
benar.
2. Detail-detail Khusus
Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus termasuk yang
ditawarkan di dalam penawaran Kontraktor. Termasuk juga jika

menggunakan material acuan yang khusus untuk menghasilkan detail


khusus.
c. Persyaratan Bahan.

1. Acuan dan Penyanggah


Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja, pasangan
bata yang diplester, kayu atau material lain yang dapat dipertanggung

51
jawabkan kualitasnya. Penggunaan acuan siap pakai produksi pabrik
tertentu diijinkan untuk dipergunakan, selama dapat disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Acuan yang terbuat dari multiplek yang dilapisi
dengan sejenis kertas film yang khusus yang digunakan untuk acuan sangat

dianjurkan dengan tebal multiplek minimal 12 mm. Pengaku harus dibuat


dengan benar agar tidak terjadi perubahan bentuk / ukuran dari elemen
beton yang dibuat. Penyanggah yang terbuat dari baja lebih disukai, walau
penggunaan material penyanggah dari kayu dapat diterima. Bahan dan
ukuran kayu yang digunakan harus mendapatkan persetujuan Konsultan

Pengawas. Untuk pekerjaan beton yang langsung berhubungan dengan


tanah, maka sebagai lantai kerja harus dibuat dari beton K-175. Sebagai
acuan samping dari beton tersebut dapat menggunakan pasangan batu

kali, batu bata atau material lain yang disetujui Konsultan Pengawas. Untuk
elemen beton tertentu seperti kolom bulat disarankan menggunakan acuan
baja.

d. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Struktur Acuan
Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa sedemikian rupa,

sehingga mampu memikul beban kesemua arah yang mungkin terjadi


(kuat), tanpa mengalami deformasi yang berlebihan (kaku) dan harus

memenuhi syarat stabilitas. Deformasi dibatasi tidak lebih dari 1/360


bentang. Peninjauan terhadap kemungkinan beban diluar beban beton juga
harus dipertimbangkan, seperti kemungkinan beban konstruksi, angin,
hujan dan lain-lain. Semua analisa dan perhitungan acuan berikut elemen
pendukungnya harus diserahkan kepada konsultan pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya, sebelum pekerjaan dilakukan.

2. Dimensi Acuan
Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar srtuktur adalah
ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plester / finishing.

Tambahan elemen tertentu seperti bentuk / profil khusus yang tercantum di


dalam gambar arsitektur juga harus dipertimbangkan baik sebagai beban
maupun dalam analisa biaya.

52
3. Gambar Kerja
Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan berdasarkan analisa
yang dilakukannya. Gambar kerja tersebut harus lengkap disertai ukuran
dan detail-detail sambungan yang benar dan selanjutnya diserahkan

kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuannya. Tanpa persetujuan


tersebut Kontraktor tidak diperkenankan untuk memulai pembuatan acuan
di lapangan.
4. Tanggung Jawab
Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas, tanggung jawab

sepenuhnya atas kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan sepenuhnya


menjadi tanggung jawab Kontraktor. Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai
dengan perkiraan ataupun kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya biaya

tambahan, maka semua biaya tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.


Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat di dalam gambar kerja.
Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja harus segera

dibongkar.
5. Stabilitas Acuan
Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga kemungkinan

bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari.


Konsultan Pengawas berhak untuk meminta Kontraktor untuk memperbaiki

acuan yang dianggap tidak / kurang sempurna dengan beban biaya


Kontraktor.
6. Inspeksi Konsultan Pengawas
Semua acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh
Konsultan Pengawas.

7. Detail Acuan
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang

bersangkutan.

53
8. Akurasi
Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran kerataan /
kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.
Toleransi ukuran dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum dalam

spesifikasi ini.
9. Sistem Pengaliran Air
Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran.
Harus dipersiapkan sistem pengaliran air sedemikian, sehingga pada saat
dibasahkan, air dapat mengalir ke tempat yang diinginkan dan acuan tidak

tergenang oleh air. Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga akan
terjadi kebocoran atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus
(tidak berubah bentuk) dan tidak tergoyang.

10. Ikatan Acuan di Dalam Beton


Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas baut-
baut dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus

diatur sedemikian, sehingga bila acuan dibongkar kembali, tidak akan


merusak beton yang sudah dibuat.
11. Acuan Beton Exposed

Jika ada harus dilapisi dengan menggunakan release agent pada


permukaan acuan yang menempel pada permukaan beton. Berhubung

release agent berpengaruh pula pada warna permukaan beton, maka


pemilihan jenis dan penggunaannya harus dilakukan dengan seksama. Cara
pengecoran beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga siar-siar
pelaksanaan tidak merusak penampilan beton exposed tersebut. Merk dan
jenis release agent yang telah disetujui bersama, tidak boleh diganti dengan
merk jenis lain. Untuk itu Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu

nama pedangang dari release agent tersebut, data bahan-bahan


bersangkutan, nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah utamanya,
cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan lain yang dianggap

perlu untuk memperoleh persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

54
12. Bukaan Untuk Pembersihan
Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari acuan kolom
atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan
pembersihan.

13. Scaffolding
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan steger besi
(scaffolding). Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan diatur
agar mudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
14. Persetujuan Konsultan Pengawas.

Setelah pekerjaan di atas selesai, Kontraktor harus meminta persetujuan


dari Konsultan Pengawas dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran.
Kontraktor harus mengajukan permohonan tertulis untuk izin pengecoran

kepada Konsultan Pengawas.


15. Anti Lendut (Cambers)
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, maka semua acuan untuk balok dan

plat, harus dipersiapkan dengan memakai anti lendut dengan besar sbb :

Lokasi % Terhadap Bentang

Ditengah bentang balok 0.3

Diujung balok kantilever 0.5

e. Pembongkaran Acuan
1. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, dimana bagian konstruksi
yng dibongkar acuannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaannya.

2. Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai waktu sbb :

Elemen Struktur Waktu Minimum

Sisi-sisi balok kolom dan dinding 3 hari

Balok dan plat beton (tiang penyanggah tidak 21 hari

dilepas)

Tiang-tiang penyanggah plat 21 hari

Tiang-tiang penyanggah balok-balok 21 hari

55
Waktu pembongkaran tersebut hanya merupakan kondisi normal dan harus
dipertimbangkan secara khusus jika pada lantai-lantai tersebut bekerja
beban dan mengusulkan metode dan perhitungan yang akan digunakan,
dan usulan tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas. Tidak ada biaya tambah untuk biaya tersebut. Semua akibat
yang timbul akibat usulan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran acuan harus diajukan terlebih
dahulu secara tertulis untuk disetujui Konsultan Pengawas.

56
PASAL 4
PEKERJAAN ARSITEKTUR

4.1. UMUM

4.1.1. KETENTUAN UMUM


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu serta cara kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan

sempurna.
2. Pada spesifikasi teknis ini diatur seluruh pekerjaan berdasarkan peraturan
dan ketentuan yang berlaku, baik yang bersifat daerah, nasional, maupun

internasional, serta berdasarkan jenis bahan / material, cara pelaksanaan


(metode) dan sistem yang dibutuhkan.
3. Seluruh pekerjaan akan dikelola (manage) oleh konsultan pengawas, yaitu

dalam hal Koordinasi dan Pengawasan, mencakup mutu hasil kerja (kualitas),
Waktu pelaksanaan (Schedule) dan Pembiayaan.
4. Seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan estetika, penentuan warnanya

harus terlebih dahulu dikonsultasikan dengan Konsultan Perencana serta


mendapat persetujuan dari (Owner).

b. Peraturan-peraturan yang dipakai


− Peraturan-peraturan / standar setempat yang biasa dipakai.
− Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ; NI-2.
− Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 ; NI-5
− Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 ; NI-8
− Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat

− Ketentuan-ketentuan umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan


Umum (A.V.) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara
No. 14571.

− Petunjuk-petunjuk dan Peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang


diberikan Konsultan pengawas.
− Standart Normalisasi Jerman (D.I.N.).

57
− American Society for Testing and Material (A.S.T.M.).
− American Concrete Institute (A.C.I.).
− Semen Portland harus memenuhi NI-8, SII 0013-81 dan ASTM C 1500-78A
− Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 pasal 11 dan SII 0404-

80.
− Kerikil / split harus memenuhi PUBI 82 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-
75/0075-75.
− Air harus memenuhi persyaratan dalam PUBI 82 pasal 9, AVGNOR P18-303
dan NZS-3121/1974.

− Pengendalian seluruh pekerjaan beton ini harus sesuai dengan persyaratan :


PBI 1971 (NI-2) PUBI 1982 dan (NI-8).
− Standar dari bahan waterproofing mengikuti prosedur yang ditentukan oleh

pabrik dan standar-standar lainnya seperti :NI.3, ASTM 828, ASTME, TAPP I
803 dan 407.
− Pengendalian pekerjaan keramik harus sesuai dengan peraturan ASTM, NI-

129, PUBI 1982 pasal 31 dan SII-0023-81.


− Pengendalian seluruh pekerjaan karpet harus sesusi dengan peraturan-
peraturan ASTM – E-648 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari pabrik.

− Syarat bahan glass block sesuai dengan standar pabrik, tanpa cacat serta
memenuhi dalam PUBI 1982 pasal 63 dan SII 0189/78.

− Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai dengan persyaratan dalam NI-5
(PKKI tahun 1961), PUBI 82 pasal 37 dan memenuhi persyaratan dalam SII
0458-81.
− Pengendalian seluruh pekerjaan cat, harus memenuhi ketentuan-ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982
pasal 54 dan NI-4.

− Bahan cat yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan


dalam PUBI 1982 pasal 53, BS No. 3900 : 1970/1971, AS.K-41 dan NI.4, serta
mengikuti ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.

− Persyaratan bahan marmer harus konsisten terhadap PUBI pasal 26 dan SII
0015-76.

58
c. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Semua jenis pekerjaan harus dibuatkan shop drawing dan diajukan kepada
Konsultan pengawas untuk diperiksa yang selanjutnya dimintakan
persetujuan kepada Konsultan Perencana.

2. Semua bahan material, terutama finishing utama sebelum dikerjakan,


Kontraktor harus mengajukan 2 atau 3 buah contoh produk kepada
Konsultan pengawas untuk diserahkan kepada Perencana, selanjutnya
Perencana mengajukan bahan material tersebut kepada pemberi tugas untuk
mendapatkan persetujuannya.

3. Hal-hal yang bertalian erat dengan estetika seperti : warna cat,keramik, batu
temple, politur dan sebagainya harus mendapat persetujuan dari Perencana
(Arsitek) terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Material yang tidak disetujui

harus diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan persyaratan
tanpa biaya tambahan.
4. Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan

teknis operatif dari pabrik material yang bersangkutan termasuk mengajukan


cara perawatan / maintenance seluruh bahan / material bangunan sebagai
informasi bagi Konsultan pengawas dan untuk dapat digunakan kelak oleh

Pemilik Bangunan.
5. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi dibutuhkan agar

dapat melakukan penyelesaian / penggantian dalam suatu pekerjaan, harus


baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Konsultan pengawas.
6. Semua material yang dikirim ke site / lapangan harus dalam keadaan
tertutup atau dalam kantong / kaleng yang masih disegel dan berlabel
pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak
ada cacat.

7. Bahan harus disimpan di tempat yang kering, berventilasi baik, terlindung,


bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan
bahan, dan dilindungi sesuai dengan jenisnya seperti yang disyaratkan dari

pabrik.

59
8. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site /
lapangan yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk
dimulainya pekerjaan.
9. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya

Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan pengawas. Kontraktor


tidak diperkenankan melakukan pekerjaan di tempat tersebut sebelum
kelainan / perbedaan diselesaikan.
10. Setiap produk yang diajukan oleh Main / Sub Kontraktor harus dilengkapi
dengan cara perawatan / maintenance dari produk tersebut yang :

− Sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik yang bersangkutan ;


− Sesuai dengan persyaratan / peraturan setempat ;
− Disetujui oleh konsultan pengawas.

11. Untuk setiap pekerjaan cat, maka Kontraktor atau aplikator :


− Harus kepada pabrik cat sesuai dengan jumlah kebutuhan proyek ;
memberikan surat penunjukkan dari pabrik cat yang bersangkutan /

rekomendasi sebagai applicator ;


− Harus melakukan pengecatan secara full system ;
− Harus mengajukan sistem pengecatan dan jenis cat ;

− Harus mengajukan urutan kerja ;


− Harus mengajukan bukti pesanan ;

− Harus memberikan surat jaminan supply dari pabrik cat sampai proyek
selesai ;
− Harus memberikan surat jaminan mutu berbentuk sertifikat garansi yang
dikeluarkan oleh pabrik cat (produsen) yang ditandatangani Direktur
Perusahaan, dengan dilampiri surat Pengantar dari Main Kontraktor.

4.1.2. PEKERJAAN PENDAHULUAN


a. Pengukuran
1. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan

berikut ahli ukur yang berpengalaman. Setiap kali dianggap perlu, harus siap
untuk mengadakan.

60
2. Untuk menetukan koordinat bangunan, Kontraktor diwajibkan mengadakan
pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan
dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah untuk
menentukan elevasi  0,00, letak pohon yang perlu dipertahankan (apabila

ada), letak batas-batas site dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
3. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya, harus segera dilaporkan kepada Konsultan pengawas
untuk diminta keputusannya, setelah berkonsultasi dengan Perencana.
4. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat

Waterpass / Theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.


5. Kontraktor harus menyediakan Theodolith / Waterpass beserta petugas yang
cakap melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Konsultan pengawas

selama pelaksanaan proyek.


6. Pengukuran sudut siku-siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh

Konsultan pengawas.
7. Segala pekerjaan pengukuran persiapan menjadi tanggung jawab kontraktor.
b. Tugu Patokan Dasar & Titik Pinjaman / Referensi

1. Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Konsultan pengawas,


sebanyak 2 (dua) buah pada dua sisi yang berlainan.

2. Tugu patokan dasar dibuat dari beton penampang sekurang-kurangnya


200 x 200 mm, tertancap kuat di dalam tanah.
3. Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang
jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Konsultan
pengawas untuk membongkarnya. Selain itu Kontraktor diharuskan membuat
titik Penjamin / Referensi yang akurat dari waktu ke waktu sepanjang masa

pelaksanaan, mendahului kemajuan pekerjaan.


4. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan tugu patokan dasar termasuk
tanggung jawab Kontraktor.

5. Pada waktu pematokan (penentuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak


(perpindahan) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing dahulu sesuai
keadaan lapangan.

61
c. Papan Dasar Pelaksanaan (Bouwplank)
1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu meranti ukuran (50/70
mm) atau kayu dolken, diameter 80-100 mm, yang tertancap dalam tanah
sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah berjarak maksimum

1.500 mm satu dengan lainnya.


2. Papan dasar pelaksanaan(Bouwplank) dibuat dari kayu meranti, ukuran tebal
30 mm, lebar 200mm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
Pemasangan harus kuat dan menggunakan sifat dasar (waterpass).
3. Papan dasar pelaksanaan (Bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang

mennyatakan as-as dan level / peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak
mudah hilang bila terkena air hujan.
4. Tinggi sisi atas papan patok ukuran harus sama satu dengan lainnya, kecuali

dikehendaki lain oleh Konsultan pengawas.


5. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 1.000 mm dari sisi luar galian
tanah pondasi.

6. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan Kontraktor harus


melapor kepada Konsultan pengawas.
7. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan

termasuk tanggungan Kontraktor.

4.2. SPESIFIKASI UMUM


4.2.1. PEKERJAAN PASANGAN
a. Penjelasan Umum
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan masing-masing
pekerjaan sehingga mendapatkan hasil yang baik dan sempurna.

2. Penggunaan masing-masing jenis pasangan dapat dilihat pada gambar


rencana ataupun petunjuk / perintah Direksi / Pengawas Lapangan.

62
3. Pengendalian Pekerjaan :
Persyaratan-persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada :
- PUBI - 1982
- NI-3 - 1970

- NI-10 - 1973
b. Pasangan Batu Kali
1. Lingkup Pekerjaan
Pasangan batu kali belah dilaksanakan untuk pondasi bangunan atau
konstruksi lain yang ditunjuk pada gambar rencana.

2. Bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh
material : batu kali, pasir untuk mendapat persetujuan dari Direksi /

Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi / Pengawas akan dipakai
standar / pedoman untuk memeriksa / menerima material yang dikirim

oleh Kontraktor ke site.


c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui di Bangsal Direksi / Pengawas.

d. Batu kali yang digunakan adalah batu kali belah, bersudut runcing,
berwarna abu-abu hitam keras dan tidak porous.

3. Pelaksanaan
a. Galian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 10 cm dan dipadatkan
dengan alat pemadat / stamper.
b. Sebelum dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari bambu
atau kayu pada setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya sesuai
dengan penampang yang dimaksud dalam gambar rencana.

c. Kecuali disebut lain pada gambar rencana maka seluruh pasangan batu
kali belah dipasang dengan perekat 1 pc : 5 ps, dan diberapen dengan
perekat yang sama pada seluruh bidang sisinya.

d. Celah-celah besar pada aanstampeng / pasangan batu kali kosongan


dapat diisi dengan batu pecahan supaya betul-betul padat sedang

63
pasangan batu kali belah selain aanstampeng tidak dikehendaki bertindih
(bersinggungan) tanpa adanya perekat dicelah-celahnya.
e. Untuk pengikatan sloof maka pada bagian atau pondasi batu kali dibuat
stek-stek sedalam 30 cm tiap 1,00 m1 dengan diameter besi 10 mm.

f. Dimensi / besaran penampang pasangan batu kali belah tersebut dapat


dilihat pada gambar rencana.
g. Urugan lubang pasangan batu kali belah yang berfungsi sebagai pondasi
dapat dilaksanakan bila Direksi mengganggu bahwa bagian pondasi
sudah cukup kuat / mengeras.

c. Pekerjaan Pasangan Batu Bata


1. Lingkup Pekerjaan
Pasangan batu bata dilaksanakan untuk dinding / tembok gedung, pondasi

ringan, saluran, bak-bak bunga, ataupun pasangan batu bata lainnya yang
ditunjuk pada gambar rencana. Pasangan Batu Bata harus melalui uji test
laboratorium.

2. Bahan
a. Batu bata yang dikehendaki adalah batu bata lokal yang berkualitas baik
yaitu dengan hasil pembakaran yang matang berukuran sama kira-kira 6 x

12 x 20 cm tidak boleh terdapat pecah-pecah (melebihi 20%) dan tidak


diperbolehkan memasang bata yang pernah dipakai.

b. Sebagai Semen dan Pasir untuk pasangan batu bata ini harus sama
dengan kualitas seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
c. Kecuali ditentukan lain semua pasangan batu bata dipasang dengan
perekat dengan campuran 1pc : 6ps. Sedangkan pasangan bata yang
kemungkinan lebih sering berhubungan dengan air (pas. Bata transram)
digunakan perekat dengan campuran 1 pc : 3 ps.

d. Untuk perekat Batu Bata disesuaikan dengan spesifikasi pemasangan Batu


Bata.

64
3. Pelaksanaan
a. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan pasangan.
b. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang

diperlukan.
Adukan dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk Perencana / Direksi.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan

mengenai ukuran tebal / tinggi / peil dan bentuk profilnya.


d. Pasangan batu bata harus dipasang tegak lurus, siku, rata, dan tidak boleh
terdapat retak-retak, dipasang dengan fungsi, ukuran ketebalan dan

ketinggian yang ditentukan dalam gambar rencana.


e. Mencampur Perekat
Perekat harus dicampur dalam alat pencampur yang telah disetujui atau

dicampur dengan tangan pada permukaan yang keras, dilarang memakai


perekat yang sudah mulai mengeras untuk dipakai lagi.
f. Sebelum dimulai pemasangan batu bata harus direndam lebih dahulu

dengan air dan permukaan yang akan dipasang harus basah juga dan
untuk semua sambungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar

penyelesaian dinding / plesteran dapat melekat dengan baik, sedang


dimana ada pertemuan kusen kayu dengan tembok harus diberi nat
selebar 1cm dan dalam 1 cm.
g. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum setinggi 1,00
m untuk setiap harinya.
h. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah sama

sekali tidak diperkenankan.


i. Pasangan batu bata 1pc : 3ps sebagai pasangan di bawah permukaan
tanah / lantai harus diberapen dengan adukan 1pc : 6 ps.

65
j. Syarat-syarat penerimaan :
- Pasangan batu bata dapat diterima / diserahkan apabila deviasi bidang
pada arah diagonal dinding seluas 12 m2 tidak lebih dari 0,5 cm
(sebelum diaci / diplester).

- Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum diaci /


diplester).
k. Pasangan batu bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding
finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapid an benar-benar tegak lurus.

4.2.2. PEKERJAAN PLESTERAN SEMEN


a. Lingkup pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,


peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan

sempurna.
2. Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran dinding batu bata pada
kedua sisi bidangnya (dalam dan luar), plesteran dinding beton, pengisi dan

perekat pada pemasangan bahan finishing, serta seluruh detail yang


ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan Bahan
1. Campuran pasir (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar
bersih dan bebas dari segala macam kotoran, serta harus melalui ayakan #
1,6 – 2,0 mm.
2. Untuk area yang tidak memakai finishing bahan lain, dipakai campuran sesuai
dengan petunjuk direksi.

3. Pada pemasangan aduk / spesi agar menggunakan :


Pada setiap pertemuan 2 (dua) bahan yang berbeda, seperti : pertemuan
kolom dinding bata, plat beton dinding bata, kolom baja yang difinish plaster

dan sebagainya untuk menghindarkan retak rambut, diberi nat dengan lebar
nat 5mm dan dalamnya 5 mm.

66
4. Pada area tempat terjadi pertemuan bahan yang berbeda (misalnya : kolom
beton-bata atau balok beton–bata) dipasang kawat ayam dengan overlap
yang cukup untuk mencegah keretakan.
5. Finishing plesteran menggunakan cat sesuai gambar, seperti dinyatakan

dalam RKS Pekerjaan Pengecatan.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Seluruh plesteran dinding batu bata dengan aduk campuran 1 PC : 5 pasir,
kecuali pada dinding batu bata semen raam / rapat air.

2. Pada dinding batu bata semen raam / rapat air diplester dengan aduk
campuran 1 pc : 4 ps (yang dilakukan pada sekeliling dinding ruang toilet,
dinding eksterior, dan bagian-bagian yang ditentukan / disyaratkan dalam

detail gambar.
3. Pasir pasang yang digunakan harus bersih, bebas dari Lumpur serta material
tidak terpakai lainnya, diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan d 3 mm

seperti yang dipersyaratkan.


4. Material lain yang terdapat dalam persyaratan di atas tetapi dibutuhkan
untuk menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus

bermutu baik dari jenisnya dan disetujui konsultan pengawas.


5. Semen portland yang dikirim ke site / lapangan harus dalam keadaan

tertutup atau dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya,
bertuliskan tipe dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada cacat.
6. Bahan harus disimpan di tempat kering, berventilasi baik, terlindung, bersih,
tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan bahan,
dilindungi sesuai dengan jenisnya yang disyaratkan dari pabrik.
7. Semua bahan yang sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada konsultan

pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan /


persyaratan dari pabrik yang bersangkutan, material yang tidak disetujui
harus diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan persyaratan

tanpa biaya tambahan.

67
8. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor diharuskan memeriksa site /
lapangan yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk
mulainya pekerjaan.
9. Bila kelainan dalam hal apapun antara gambar, sepesifikasi dan lainnya

kontraktor harus segera melaporkan kepada manajemen kotruksi. Kontraktor


tidak diperkenankan melakukan pekerjaan di tempat tersebut sebelum
kelainan / perbedaan diselesaikan.
10. Tebal plesteran 15 mm dengan hasil ketebalan dinding finish 150 mm atau
sesuai yang ditunjukan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang

melebihi 22 mm harus diberi kawat untuk membantu dan memperkuat daya


lekat pelsteran, pada bagian pekerjaan yang diijinkan konsultan pengawas.
11. Pertemuan plesteran dengan jenis pekerjaan lain, seperti kusen dan

pekerjaan lainnya, harus dibuat naat (tali air) dengan lebar minimal 5 mm
dan dalam 5 mm, kecuali bila ditentukan lain.
12. Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai mendapatkan

campuran homogen, acian dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari


(kering betul), sehingga siap untuk di cat atau finish wall paper.
13. Kelembaban plesteran harus dijaga, sehingga pengeringan wajar tidak terlalu

tiba-tiba, dengan membasahi plesteran setiap kali terlihat kering dan


melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang

bisa mencegah penguapan air secara tetap.


14. Kontraktor wajib memperbaiki / mengulang / mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa garansi), atas biaya
kontrator selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik /
pemakai.
15. Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester, maka :

 Seluruh permukaan beton yang akan di plester harus di buat kasar dengan
cara dipahat halus.
 Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton yang akan

diplester, dibersihkan dari kotoran, debu dan minyak serta disiram /


dibasahi dengan air semen.

68
 Plesteran beton dilakukan dengan aduk kedap air campuran 1 PC : 3 Ps.
 Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata
ayakan seperti yang disyaratkan.

4.3. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING


4.3.1. PEKERJAAN SUB LANTAI
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,

sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan sub lantai ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai yang
berlangsung di atas tanah (lantai dasar yang tidak memakai plat beton) serta

sesuai detail yang disebutkan / ditunjukkan pada gambar.


b. Persyaratan Bahan
1. Semen portland harus memenuhi NI – 8, 0013-81 dan ASTM C 1500-78A.

2. Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 pasal 11 dan SII 0404-
80.
3. Kerikil / split harus memenuhi PUBI 82 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-

75/0075-75.
4. Air harus memenuhi persyaratan PUBI 82 pasal 9, AFNOR P 18 -303 dan NZS

– 3121/1974.
5. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI
1971 (NI – 2) PUBI 1982 dan (NI - 8).
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya, untuk mendapatkan persetujuan konsultan

pengawas.
2. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi
dibutuhkan untuk peyelesaian / penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru,

kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui konsultan pengawas.


3. Pekerjaan sub lantai dikakukan langsung di atas tanah, maka sebelum
pasangan sub lantai dilaksanakan terlebih dahulu, lapisan urug di bawahnya

69
harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai
persyaratan), rata permukaanya dan telah mempunyai daya dukung
maksimum.
4. Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara pc, pasir beton dan kerikil

atau split dengan perbandingan 1 : 3 : 5.


5. Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 50 mm atau sesuai yang disebutkan /
disyaratkan dalam detail gambar.
6. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata / waterpass, kecuali pada lantai
ruangan-ruangan yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu perlu

diperhatikan mengenai kemiringan lantai agar sesuai yang ditunjukan dalam


gambar dan sesuai petunjuk konsultan pengawas.

4.3.2. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK, DINDING KERAMIK.


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,

peralatan dan alat bantu lainya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga


dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
2. Pekerjaan lantai keramik. Plint keramik ini dilakukan pada seluruh finishing

lantai sesuai yang disebutkan / ditunjukan dalam detail gambar.


b. Persyaratan Bahan

1. Bahan yang digunakan


a. Lantai Keramik
 Keramik Homogenius Tile bermutu baik, ukuran 60 x 60 cm atau
sesuai gambar.
 Keramik Keramik Tile bermutu baik, ukuran 60 x 60 cm tekture atau
sesuai gambar.

 Keramik dinding Homogenius Tile bermutu baik, ukuran 20 x 40 cm


atau sesuai gambar.
 Keramik Tile bermutu baik, ukuran 40 x 40 cm Texture.

 Keramik-keramik tersebut di atas sebelum dipasang harus mendapat


persetujuaan dari konsultan pengawas setelah berkonsultasi dengan
perencana dan pemilik proyek.

70
2. Warna akan ditentukan kemudian. Masing-masing warna harus seragam,
warna tidak seragam akan ditolak.
3. Tebal minimal 8 mm atau sesuai dengan standart pabrik, dan mutu tingkat
1 (grade)

4. Bahan pengisi nat keramik sewarna dengan keramik.


5. Warna akan ditentukan kemudian.
6. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-
peraturan ASTM, peraturan keramik Indonesia (NI – 19) dan dari distributor
bahan pengisi siar serta bahan perekat harus memberikan supervisi dan

garansi pemasangan selama 5 tahun.


7. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan

pengawas setelah berkonsultasi dengan perencana dan pemilik.


8. Kontrator harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan
teknis operatif dari pabrik sebagai informasi bagi konsultan pengawas.

9. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi dibutuhkan
untuk menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus
benar-benar, berkualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui konsultan

pengawas.
10. Toleransi terhadap panjang = 0.50% toleransi terhadap tebal.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Pemasangan lantai dan plint dilakukan setelah alas dari lantai keramik
sudah selesai dengan baik dan sempurna serta disetujui konsultan
pengawas (antara lain lantai screed, kering dari lantai screed = min 7 hari,
waterproofing dan lain-lain) baru pemasangan keramik dilaksanakan.
Kering sempurna dari lantai beton adalah minimum berusia 28 hari.

2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat
dan tidak bernoda.
3. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.

4. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar siar-siar),


harus sama lebar serapat mungkin atau maksimum 3 mm dan kedalaman
maksimum 2 mm atau sesuai detail gambar serta sesuai petunjuk konsultan

71
pengawas. Siar-siar harus membentuk garis-garis sejajar lurus dan sama
lebar dan sama dalamnya untuk siar-siar yang berpotongan harus
membentuk siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
5. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar sesuai kententuan dalam

persyaratan bahan dengan warna bahan pengisi sesuai dengan warna


bahan yang dipasanganya.
6. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong khusus
(mesin elektrik) sesuai persyaratan dari pabrik bersangkutan.
7. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda

yang terjadi pada permukaan hingga betul-betul bersih.


8. Diperhatikan adanya pola tali air yang dijumpai pada permukaan pasang
atau hal-hal seperti yang ditunjukkan.

9. Pinggulan pasangan bila terjadi, harus dilakukan dengan gurinda, sehingga


diperoleh hasil pengerjaan yang rapi, siku, lurus dengan tepian yang
sempurna.

10. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain
selama 3x24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaan.
11. Rencana pemasangan keramik dengan memperhatikan :

a. Tetapkan data level lantai yang tepat.


b. Kontrol level finish lantai melalui beberapa spot level.

c. Untuk menghindari atau mengurangi pemotongan keramik.


d. Untuk memastikan unit keramik yang terpotong menyajikan penampilan
yang seimbang ketika dipasang dan terpasang sebesar mungkin.
e. Untuk memastikan lokasi naat dan pola lantai sesuai dengan
persetujuan.
f. Bila tidak ada ketentuan lain dalam gambar, keramik akan dipasang

mulai dengan plint adalah rata / lurus.


12. Grouting
a. Keramik diberi grunt ketika keramik sudah terpasang dengan tepat,

setelah naat dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan


menggunakan compresor (ditiup)

72
b. Bersihkan grount yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang
diinginkan.
c. Ketika grount sudah mengeras, basahi keramik dengan air. Dan akhirnya
poles dengan kain

4.4. PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA


4.4.1. PEKERJAAN KUSEN DAN LOURVE ALUMUNIUM

a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan

ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, jendela dan lourve aluminium,

seperti yang dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.


3. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan Pekerjaan kusen, pintu dan
jendela, pekerjaan kaca dan cermin.

b. Persyaratan bahan
1. Terbuat dari bahan aluminium Framing System, dari produk dalam negeri

ALEXINDO warna Coklat. Bentuk profil sesuai yang ditunjukkan dalam


gambar, dengan terlebih dahulu dibuatkan gambar detail rinci dalam shop
drawing yang disetujui Konsultan pengawas dan Perencana.
2. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna
profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu
fabrikasi unit-unit jendela, pintu, partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi

lagi warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sama.
3. Bahan yang akan melalui proses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu
dengan seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan,

kesikuan, kelengkungan, pewarnaan, yang disyaratkan Konsultan pengawas.

73
4. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi Rencana Kerja dan
Syarat-syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-
ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
5. Konstruksi kusen dan lourve aluminium yang dikerjakan seperti yang

ditunjukkan dalam detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.


6. Khusus untuk kusen aluminium eksterior (Mullion dan Transome), bentuk
dan ukuran profil aluminium sesuai yang ditunjukkan dalam gambar,
dengan terlebih dahulu dibuatkan perhitungan struktur rangka serta
pembuatan gambar detail rinci dalam shop drawing yang disetujui

Konsultan pengawas dan Perencana.


7. Kusen aluminium eksterior memiliki ketahanan terhadap tekanan angin 120
kg/m2, untuk setiap type dan harus disertai hasil test.

8. Kusen aluminium eksterior memiliki ketahanan terhadap air / kebocoran air,


tidak terlihat kebocoran signifikan (air masuk ke dalam interior bangunan
sampai tekanan 137 Pa (positip) dalam jangka waktu 15 menit, dengan

jumlah air minimum 3,4 lt/m2 min.


9. Nilai deformasi diijinkan maksimum 2 mm.
10. Pekerjaan mesin potong, mesin punch, drill, dan lain-lain harus sedemikian

rupa sehingga diperoleh hasil rakitan untuk unit-unit jendela, pintu dan
partisi yang mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :

a. untuk tinggi dan lebar 1 mm


b. untuk diagonal 2 mm
11. Accessories
a. Sekrup dari galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus
ditutup caulking dan sealant.

b. Sealant yang dipergunakan adalah ex. Dow Corning type 795 atau yang
setara.
c. Angkur-angkur untuk rangka / kusen aluminium terbuat dari steel plate

tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron sehingga
tidak dapat bergerak / bergeser.
12. Bahan finishing

74
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya
harus diberi lapisan finish dari lacquer yang jernih.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-


gambar dan kondisi di lapangan, terutama ukuran dan peil lubang bukaan
dinding. Kontraktor diwajibkan membuat contoh jadi (mock-up) untuk
semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan
sistem konstruksi bahan lain dan dimintakan persetujuan dari Konsultan

pengawas dan Perencana.


2. Proses fabrikasi harus sudah berjalan dan siap lebih dulu sebelum pekerjaan
lapangan dimulai. Proses ini sudah didahului dengan pembuatan shop

drawing atas petunjuk Perencana, meliputi gambar denah, lokasi, merk,


kualitas, bentuk, ukuran. Kontraktor juga diwajibkan untuk membuat
perhitungan-perhitungan yang mendasari sistem dan dimensi profil

aluminium terpasang, sehingga memenuhi persyaratan yang diminta /


berlaku. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kehandalan pekerjaan
ini.

3. Semua frame / kusen baik untuk jendela, pintu dan dinding partisi,
dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi

lapangan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.


4. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan
untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah

bagian dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata. Pengelasan


harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan
gambar.

6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup,
rivet, stap dan harus cocok.

75
7. Angkur-angkur untuk rangka / kusen aluminium terbuat dari steel plate
setebal 2-3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap

air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000 kg/cm2.
Celah antara kaca dan sistem kusen aluminium harus ditutup oleh sealant.
9. Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kusen
aluminium akan bertemu dengan besi, tembaga atau lainnya maka
permukaan metal yang bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk

menghindari timbulnya korosi.


10. Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10-25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan / grout.

11. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada


ruang yang dikondisikan, hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu
dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.

Penggunaan ini dilakukan pada swing door dan double door.


12. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan suara.

13. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan
air hujan.

14. Engsel untuk jendela yang bisa dibuka diletakkan sejarak jangkauan tangan.
15. Profil aluminium yang akan dipilih harus diajukan secepatnya untuk
memperoleh persetujuan Perencana.

4.4.2. PEKERJAAN DAUN PINTU DAN JENDELA


a. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,


peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan
sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

2. Pekerjaan pembuatan daun jendela dan pintu kaca dipasang diseluruh


detail yang dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.

76
3. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan (Pekerjaan alat penggantung
dan kunci) serta (pekerjaan kaca).
b. Persyaratan bahan
1. Rangka dari bahan Aluminium Fin. Powder Coating Brown, yang mutu dan

persyaratan bahannya sama dengan bahan yang digunakan untuk kusen


aluminium, yaitu produk dalam negeri ex. ALEXINDO warna coklat.
2. Ukuran daun pintu dan jendela aluminium sesuai yang ditunjukkan dalam
detail gambar. Lebar profil minimal 100 mm, sehingga seluruh persyaratan
bahan dalam bab 6 dapat terpenuhi.

3. Untuk panel jendela digunakan bahan kaca sebagaimana dimaksud dalam


bab 7, dengan tebal sesuai dengan perhitungan, mutu AA, yang memenuhi
persyaratan PUBI 82 pasal 63 dan SII 0189-78. Warna kaca akan ditentukan

kemudian.
4. Gunakan sealant yang elastis dengan kualitas tinggi dari dow corning type
793 atau setara. Jangan memakai karet / gaskets, karena akan menyulitkan

pengaturan kerataan antar permukaan dan untuk menghindari distorsi.


5. Pergunakan foam yang lembut untuk back-up material seperti
polyurethane foam

6. Pergunakan neoprene rubber dengan kekerasan 90 atau lebih untuk bahan


setting blocks dengan ukuran :

a. Panjang : (25 x luas kaca dalam m2) mm


b. Lebar : (tebal kaca  5) mm
c. Tebal : 6 sampai dengan 12 mm
c. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-

lubang), termasuk mempelajari bentuk, pola, lay-out / penempatan, cara


pemasangan / mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
2. Sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari

semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini kepada Konsultan


pengawas minimal 3 (tiga) produk dari berbagai merk / pabrik lengkap
dengan brosur / spesifikasi dari masing-masing pabrik yang bersangkutan.

77
3. Kontraktor wajib membuat shop drawing yang mencantumkan semua data
produk, ukuran dan cara pemasangan dari pekerjaan tersebut. Gambar
shop drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh Konsultan
pengawas.

4. Penimbunan bahan-bahan pintu di lokasi pekerjaan harus ditempatkan


pada ruang / tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan terlindungi dari kerusakan dan kelembaban.
5. Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka pintu / jendela
dan penguat lain serta pemasangan kaca, agar tetap terjamin kekuatannya

dengan memperhatikan / menjaga kerapihan, tidak boleh terjadi noda-


noda atau cacat bekas penyetelan.
6. Bentuk / pola dan ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.

7. Jika diperlukan, harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan


Konsultan pengawas, tanpa meninggalkan bekas / cacat pada permukaan
rangka pintu / jendela kaca yang tampak.

8. Untuk daun pintu / jendela kaca setelah dipasang harus rata, tidak
bergelombang, tidak melincang dan semua peralatan dapat berfungsi
dengan baik.

4.5. PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

4.5.1 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Meliputi pengadaan, pemasangan, pengamanan dan perawatan dari

seluruh alat-alat yang dipasang pada daun pintu dan pada daun jendela
serta seluruh detail yang disebutkan / ditentukan dalam gambar
3. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan pekerjaan bab 5 (pekerjaan

kusen, pintu dan jendela.


b. Persiapan Bahan

78
1. Semua hardware dalam pekerjaan ini, dari produk yang bermutu baik,
seragam dalam pemilihan warnanya serta dari bahan-bahan yang telah
disetujui Konsultan pengawas
2. Mekanisme kerja dari semua peralatan harus sesuai dengan ketentuan

gambar
3. Perlengkapan untuk pengunci yaitu produk dalam negeri merk Union
a. Pintu Kaca Alumunium :
- Handle : SES dan Handle alumunium
- Lock case : SES

- Hinges : SES
- Friction stay : SES
- Flush Bolt : SES

b. Seluruh kunci pintu yang akan dipasang harus direncanakan dan diatur
mengikuti sistem penguncian (locking System) Great grand Master key,
emergency Master dan Contruction Key dari pabrik yang bersangkutan.

Setiap kunci pintu dilengkapi 3 (tiga) buah anak kunci, demikian pula
anak kunci Master / Grand Master / Great Grand Master / Emergency
Master Key disediakan sebanyak 3 (tiga) buah. Untuk Construction Key

disediakan 5 (lima) buah.


c. Kunci tanam, harus dipasang kuat pada rangka daun pintu

d. Setelah kunci terpasang, noda-noda bekas cat atau bahan finish lainnya
yang menempel pada kunci harus dibersihkan dan dihilangkan sama
sekali
e. Pemasangan door closer pada rangka kusen dan daun pintu, diatur
sedemikian rupa hingga pintu selalu menutup rapat pada kusen pintu,
serta dapat berfungsi dengan baik

f. Untuk seluruh pintu yang dapat membentur dinding bila dibuka, diberi
door stop dari merk dan type seperti yang telah diisyaratkan, dipasang
dengan baik pada dinding atau pada lantai (sesuai dengan kondisi yang

memungkinkan) dengan menggunakan sekrup dan nylon plug.


c. Syarat-syarat Pelaksanaan

79
1. Semua peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini, sebelum
dipasang terlebih dahulu diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan
pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Pengajuan / penyerahan harus
disertai brosur / spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan

2. Apabila dianggap perlu, Konsultan pengawas dapat meminta untuk


mengadakan test-test laboratorium yang dilakukan terhadap contoh-
contoh bahan yang diajukan sebagai dasar persetujuan. Seluruh biaya test
laboratorium menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya
3. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari sisi atas pintu ke

bawah.
4. Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari permukaan lantai ke
atas.

5. Engsel tengah dipasang pada jarak 20 cm (as) di bawah engsel atas


6. Untuk pintu toilet, jarak tersebut diambil dari sisi atas dan sisi bawah daun
pintu dengan jarak yang sama

7. Penarik pintu (handle) dipasang 100 cm (as) dari permukaan lantai


setempat
8. Posisi ‘lock’ dan ‘latch’ harus diajukan oleh Kontraktor kepada Managemen

Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan


9. Engsel sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan karat

4.6. PEKERJAAN KACA


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna

2. Pekerjaan ini meliputi kaca daun pintu, kaca daun jendela, kaca mati, cermin
3. Pekerjaan ini berkaitan dengan Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela serta
Pekerjaan Curtain Wall.

b. Persyaratan Bahan
1. Umum

80
Kaca adalah benda yang terbuat dari bahan glass yang pipih pada
umumnya mempunyai ketebalan yang sama mempunyai sifat yang tembus
cahaya, diperoleh dari proses pengambangan (Float Glass). Kedua
permukaannya rata, licin dan bening.

2. Khusus
Digunakan lembaran kaca bening (clear float glass), yang bermutu baik
atau yang setara. Kaca tebal minimun 5 mm, atau sesuai perhitungan,
digunakan untuk pemasangan dinding kaca daerah Interior dan seluruh
pintu kaca Frame, kecuali hal khusus lain seperti dinyatakan dalam

gambar.
3. Toleransi
a. Panjang-Lebar : ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui

toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik, yaitu toleransi panjang dan
lebar kira-kira 2 mm
b. Kebersihan, kaca lembaran berbentuk segi empat harus mempunyai

sudut siku-siku serta tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi
kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1.5 mm per meter
panjang

c. Ketebalan : ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh


melampaui toleransi yang ditentukan oleh pabrik, yaitu maksimum 0.3

mm
4. Ketebalan semua kaca terpasang harus mengikuti standart perhitungan dari
pabrik bersangkutan, yang antara lain mempertimbangkan penggunaannya
pada bangunan, luas / ukuran bidang kaca (cutting size), maupun tekanan
positif dan negatif yang akan bekerja pada bidang kaca. Perhitungan ini
harus disetujui Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana

5. Cacat-cacat yang diperbolehkan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik


a. Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang
berisi gas yang terdapat pada kaca)

b. Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan.

81
c. Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik
sebagian ataupun seluruh tebal kaca
d. Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan
lebar ke arah luar / masuk

e. Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave); benang adalah
cacat garis timbul yang tembus pandang, sedang gelombang adalah
permukaan kaca yang terobah dan mengganggu pandangan
f. Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch)
g. Bebas awan (permukaan kaca yang mengalami kelainan kebeningan)

h. Bebas goresan (luka garis pada permukaan kaca)


i. Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok)
6. Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA (AA Grade Quality)

7. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat


persetujuaan Konsultan pengawas sesuai pengarahan dan saran Perencana
8. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan,

harus digurinda / dihaluskan.


c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua gambar dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian

dan syarat-syarat pekerjaan dalam buku ini, serta ketentuan yang digariskan
/ disyaratkan oleh pabrik bersangkutan

2. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian


3. Semua bahan yang akan dipasang harus disetujui oleh konsultan pengawas
4. Bahan yang terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan
diberi tanda agar mudah diketahui
5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, serta diharuskan menggunakan
alat-alat pemotong kaca khusus, menjadi lembaran kaca dengan ukuran

tertentu (cutting size)


6. Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka kayu pada pintu panil sesuai
dengan persyaratan, digunakan lis-lis kayu. Pemasangan kaca-kaca dalam

pintu kaca rangka aluminium harus sesuai dengan persyaratan


7. Tepi kaca pada sambungan dan antara kaca dengan kayu diberi sealant
untuk menutupi rongga-rongga yang terjadi. Sealant yang digunakan

82
adalah sesuai dengan persyaratan pabrik. Tidak diperkenankan sealant
mengenai kaca terpasang lebih dari 0.5 cm dari batas garis sambungan
dengan kaca
8. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak

diperkenankan retak dan pecah pada sealant / tepinya, bebas dari segala
noda dan bekas goresan
4.7. PEKERJAAN SANITAIR
4.7.1. PEKERJAAN PERALATAN DAN PERLENGKAPAN SANITAIR
a. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya


peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan

sempurna
2. Pekerjaan, peralatan dan perlengkapan sanitair ini sesuai dengan yang
dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar-gambar, uraian dan syarat-syarat

dalam buku ini.


b. Persyaratan Bahan
1. Perlengkapan Sanitair yang digunakan yaitu merek TOTO, American

Standard, Wasser.
2. Semua material harus memenuhi ukuran standart dan mudah didapatkan

dipasaran kecuali bila ditentukan lain


3. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya,
sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik
4. Barang yang dipakai adalah produk yang telah diisyaratkan dalam uraian
dan syarat-syarat dalam buku ini
c. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Semua barang sebelum terpasang harus ditunjukkan kepada Konsultan


pengawas beserta persyaratan / ketentuan pabrik untuk mendapatkan
persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan

2. Jika setelah dipasang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka


bahan pengganti harus disetujui Konsultan pengawas terlebih dahulu
berdasarkan contoh yang diajukan Kontraktor

83
3. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar
yang ada dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola,
penempatan, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar
4. Bila ada kelainan dalam hal apapun antar gambar dengan gambar, gambar

dengan spesifikasi dan sebagainya, maka kontraktor harus segera


melaporkannya kepada Manajemen Konstruksi
5. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan
6. Selama pelaksanaan selalu diadakan pengujian / pemeriksaan untuk

kesempurnaan hasil pekerjaan


7. Kontraktor wajib memperbaiki / mengulangi / mengganti bila ada
kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas

biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkab oleh tidakan Pemilik


/ Pemakaian / Pemberi Tugas.

4.8. PEKERJAAN PENGECATAN (Emulsi & Weathershield)


4.8.1. PEKERJAAN PENGECATAN DINDING DAN PLAFOND
a. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya


peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekejaan

ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
2. Pengecatan dinding dan plafond dilakukan pada bagian luar dan dalam
serta pada seluruh detail yang disebutkan dalam gambar.
b. Syarat-syarat Bahan
1. Bahan cat yang digunakan adalah Cat yang bermutu baik, dengan proses

sebagai berikut :
Plamir Luar : Plamir Tembok yang bermutu baik interval 2 jam
Plamir Dalam : Plamir Tembok yang bermutu baik interval 2 jam

Cat Akhir dinding dan Plafond


Luar / Eksterior : 3 lapis KEMSTONE, DULUX, MOWILEX , sehingga dicapai
permukaan yang merata dan sama tebal

84
Dalam / interior : 2 lapis, CATYLAC, MOWILEX Interior mutu baik, sehingga
dicapai permukaan yang merata dan sama tebal
Plafond : 2 lapis CATYLAC, MOWILEX, SPEKTRUM mutu baik
2. Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan

dari pabrik yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982
pasal 54 dan NI-4
3. Type dan warnanya akan ditentukan kemudian.
c. Syarat- syarat Pelaksanaan
1. Semua bidang Pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat

(retak, lubang dan pecah-pecah)


2. Pengecatan tidak dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada
bidang pengecatan

3. Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu,
lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau
mengurangi mutu pengecatan

4. Seluruh Bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapis dengan cat


dasar, bahan plamur dari produk yang sama dengan cat yang digunakan
5. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan

pengawas serta seluruh pekerjaan instalasi didalamnya telah selesai dengan


sempurna

6. Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan


/ mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk kepada
Konsultan pengawas. Selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna
yang akan digunakan. Konsultan pengawas akan mengintruksikan kepada
Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh
bahan diserahkan

7. Contoh bahan yang telah disetujui, akan dipakai sebagai standart untuk
pemeriksaan / penerimaan setiap bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke
tempat pekerjaan

8. Contoh bahan yang telah disetujui, akan dipakai sebagi standat untuk
pemeriksaan / penerimaan setiap bahan yang dikirim oleh Kontrktor ke
tempat pekerjaan

85
9. Sebelum pekerjaan dapat dimulai atau dilakukan, percobaan-percobaan
bahan dan warna harus dilakukan oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan Perencana dan Konsultan pengawas. Pengerjaan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan oleh pabrik yang

bersangkutan
10. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola texture merata, tidak terdapat
noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya
kerusakan akibat dari pekerjaan-pekerjaan lain
11. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam

pengerjaan, perawatan dan keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan


pekerjaan
12. Bila terjadi ketidak-sempurnaan atau kerusakan dalam pengerjaan,

kontraktor harus memperbaiki / mengganti dengan bahan yang sama


mutunya tanpa adanya tambahan biaya
13. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil /

berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut,


sehingga dapat tercapainya mutu pekerjaan yang baik dan sempurna
4.8.2. PEKERJAAN PENGECATAN BESI

a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,

peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan


ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Pekerjaan pengecatan ini dilakukan meliputi pengecatan permukaan besi /
baja yang nampak serta pada seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan
dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan pengawas
b. Persyaratan Pekerjaan

1. Semua bahan cat yang digunakan adalah Cat Produk dalam negeri yang
bermutu baik, ex AVIAN
Untuk mendapatkan hasil solid, pengecatan dilakukan dengan sistem spray.

2. Pengecatan dilakukan sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata dan


sama tebalnya

86
3. Bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PUBI 1982 pasal 53, BS No. 3900 ; 1970 / 1971, AS. K – 41 dan NI – 4,
serta mengikuti ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan
4. Warna dan typenya akan ditentukan kemudian

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat
(retak, lubang dan pecah-pecah)
2. Bidang permukaan pengecatan harus dibuat rata dan halus dengan bahan
amplas besi. Setelah memenuhi persyaratannya barulah siap untuk dimulai

pekerjaan pengecatan dengan persetujuan Konsultan pengawas


3. Pengecatan tidak dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada
bidang pengecatan.

4. Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu,
lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau
mengurangi mutu pengecatan

5. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari konsultan


pengawas serta jika seluruh pekerjaan pengelasan dan penyambungan
setelah selesai dan sempurna

6. Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan


/ mengirimkan contoh bahan dari 3 (tiga) macam hasil produk kepada

Konsultan pengawas selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna


yang akan digunakan, dan akan menginstruksikan kepada Kontraktor
selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan
diserahkan
7. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik
pembuatnya

8. Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standart untuk


pemeriksaan / penerimaan bahan yang dikirim oleh kontraktor ke tempat
pekerjaan

9. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh kontraktor


untuk mendapatkan persetujuan Konsultan pengawas sebelum pekerjaan

87
dimulai / dilakukan, serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan
10. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola texture merata, tidak terdapat
noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya,

kerusakan akibat dari pekerjaan-pekerjaan lain


11. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan
dan perawatan / keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan.
12. Bila terjadi ketidaksempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan,
kontraktor harus memperbaiki / mengganti dengan bahan yang sama

mutunya tanpa adanya tambahan biaya.


13. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil /
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut,

sehingga dapat tercapainya mutu pekerjaan yang baik dan sempurna.


14. Permukaan pengecatan setelah diamplas, setelah memperoleh permukaan
yang halus, rata dan bersih juga harus bebas dari karat.

15. Aduk dengan sempurna sebelum pemakaian, sampai jenuh.


16. Lakukan pekerjaan persiapan dari produk sesuai jenis yang disyaratkan di
atas atau sesuai persyaratan yang ditentukan oleh pabrik yang

bersangkutan.
17. Selanjutnya setelah pekerjaan persiapan dilakukan dengan baik, cat dasar

dilapiskan sampai rata dan sama tebal. Selanjutnya undercoat dilakukan


dengan persaratan sesuai yang ditentukan dari pabrik yang bersangkutan.
18. Cat akhir dapat dilakukan bila undercoat telah kering sempurna serta telah
mendapat persetujuan Konsultan pengawas.
19. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan kuas yang bermutu baik atau
dengan spray.

20. Bidang pengecatan harus rata dan sama warnanya.

4.9. PEKERJAAN PAVING DAN KANSTEEN

PERSYARATAN BAHAN
1. Paving Block dan Kansteen
Paving Block
- Terbuat dari beton cetak yang memenuhi persyaratan mutu SII No. 0819 – 83
- Kuat tekan : 300 Kg/cm²
88
- Ketahanan aus : 0,090 mm/menit
- Penyerapan air : 3%
- Tebal : 6 cm
- Standar kualitas : Produksi Muntilan atau Magelang
- Tipe : True Pave (abu-abu)
Kansteen Trotoar
- Terbuat dari beton cetak yang memenuhi persyaratan mutu SII No. 0819 – 83
- Kuat tekan : 300 Kg/cm²
- Ketahanan aus : 0,090 mm/menit
- Penyerapan air : 3%
- Ukuran : 20/40.30.25 cm
- Standar kualitas : Produksi Muntilan atau Magelang
- Tipe : True Pave (abu-abu)
Kansteen Taman / Paving
- Terbuat dari beton cetak yang memenuhi persyaratan mutu SII No. 0819 – 83
- Kuat tekan : 300 Kg/cm²
- Ketahanan aus : 0,090 mm/menit
- Penyerapan air : 3%
- Ukuran : 40x20x10 cm
- Standar kualitas : Produksi Muntilan atau Magelang
- Tipe : True Pave (abu-abu)
2. Sand Bedding (Pasir di bawah pasangan paving block)
- Pasir untuk laying course harus merupakan pasir yang tajam dan bersih.
- Kadar tanah atau sillt tidak lebih dari 3% (berat) dan tidak lebih dari 10% yang
tertahan pada sieve 5 mm, atau yang dikenal dengan “Pasir Extra Beton”.
- Pasir yang digunakan pada waktu pemasangan paving block harus benar-benar
kering.
- Tebal lapisan sand bedding di bawah paving block minimal adalah 10 cm.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
- Diatas lapisan sub-base dipasang lapisan pasir (pasir extra beton). Profil dari
permukaan pasir yang belum dipadatkan harus sama dengan profil permukaan
yang dikehendaki (kemiringan 21/2%).
- Paving Block dipasang di atas permukaan pasir yang belum dipadatkan, tetapi
telah diratakan.
Perataan permukaan pasir harus menggunakan papan yang diserut rata (screed
board).
- Pasangan paving block kemudian dipadatkan dengan menggunakan vibrator
plate compactor sebanyak 3 kali jalan sebelum pasir yang mengisi celah/naat
ditebarkan. Alat pemadat (Vibrator Plate Compactor) yang digunakan
mempunyai ukuran plat pemadat 0,35 – 0,5 m² dengan centrifugal force 1,6 – 2
ton.
- Pada jarak 1 meter dari tempat-tempat yang belum diberi tahanan atau kanstin
(beton tepi) tidak dipadatkan terlebih dahulu.
- Pasir bersih dengan ukuran partikel maksimum 1 mm kemudian disapukan di
atas permukaan paving block dan kemudian terakhir dipadatkan lagi dengan
vibrator 3 kali jalan sampai celah-celah antara pving block menjadi padat.
- Untuk mendapatkan permukaan jalan paving block yang rata, perlu dibantu
dengan menjalankan mesin giling yang 4 – 6 ton yang dijalankan beberapa kali
89
sesuai dengan kemiringan yang ada.
- Bagian-bagian paving block yang telah dipasang harus segera dipadatkan.
Untuk bagian-bagian yang belum dipadatkan, mutlak tidak boleh dilalui oleh
orang maupun kendaraan. Hal ini untuk menghindarkan penurunan yang tidak
merata setelah pemadatan.

90
PASAL 5

PEKERJAAN PLUMBING
1. UMUM
1. Syarat-Syarat Pekerjaan Plumbing
a. Pada saat akan melaksanakan pekerjaan, pemborong wajib menyerahkan terlebih
dahulu gambar kerja (shop drawing) guna mendapatkan persetujuan dari direksi.
Gambar-gambar kerja tersebut diserahkan minimal 1 minggu sebelum pekerjaan
dimulai.
b. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus membuat rencana kerja dengan
jadwal disesuaikan dengan kontraktor yang lain. Apabila terjadi suatu perubahan,
kontraktor wajib memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada pengawas dan
mengajukan saran-saran perubahan/perbaikan.
c. Apabila terjadi suatu keadaan dimana pemborong tidak mungkin menghasilkan
suatu pekerjaan dengan kualitas baik, maka kontraktor wajib memberikan saran-
saran secara tertulis kepada pengawas untuk mengadakan perubahan-perubahan
perbaikan. Apabila hal ini tidak dilakukan, maka kontraktor tetap bertanggung jawab
terhadap kerugian yang mungkin ditimbulkan.
d. Selama pelaksanaan, kontraktor wajib memberikan tanda berupa tinta merah
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan di dalam shop drawing.
e. Kontraktor harus menyerahkan kepada direksi gambar-gambar instalasi
sesungguhnya sebagaimana yang terpasang dalam bangunan (as built drawing) yang
memuat lengkap terhadap segala perubahan. Terdiri dari satu set di atas kertas
kalkir dan dua set gambar copy.
f. Kontraktor harus membuat dan melaksanakan program pelatihan (training) bagi
operator yang ditunjuk oleh pemilik, baik mengenai cara penggunaan maupun
pemeliharaan sistem secara keseluruhan.
g. Kontraktor harus menyerahkan kepada direksi buku petunjuk (manual) mengenai
cara pengoperasian dan pemeliharaan system secara keseluruhan. Buku ini harus
diserahkan rangkap tiga.
h. Pemasangan peralatan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat peralatan
tersebut. Oleh karena itu, kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar-
gambar rencana instalasi secara rinci sebelum melaksanakan pekerjaan.

95
i. Syarat-syarat untuk penerimaan bahan-bahan, peralatan-peralatan, cara-cara
pemasangan dan kualitas pengerjaan harus sesuai dengan satu atau beberapa
standar di bawah ini :
- Standar Nasional Indonesia (SNI) - NEPA
- ASTM - ANSI
- JSI
2. PEKERJAAN PIPA AIR BERSIH, PIPA AIR KOTOR DAN PIPA AIR BEKAS
1. Lingkup Pekerjaan
a. System pemipaan air bersih didalam bangunan seperti ditunjukan dalam gambar
plumbing lengkap dengan katup penyetop, elbow, sambungan –T, fitting dan
perlengkapan lain yang diperlukan.
b. Semua alat plambing (fixture) yang direncanakan dipasang di dalam bangunan,
termasuk fitting, kran dan alat-alat lain yang diperlukan.
c. System pemipaan air kotor dan bekas dari setiap fixture di dalam bangunan hingga
ke jaringan pembuangan air kotor, lengkap dengan pipa ven beserta penunjangnya
seperti ditunjukan dalam gambar plumbing.

2. Bahan Dan Peralatan


a. Pipa air bersih
Pipa distribusi yang ditanam di dalam tanah dalam shaff dan langit-langit, maupun
pipa cabang untuk distribusi air bersih ke setiap alat plambing (fixture) harus ada
kode abjad AB (Air Bersih). pipa yang tertanam di dalam tanah harus dilapisi tar
coating di sebelah luar. Pipa bukan di dalam tanah diberi cat pelapis meni
(Zinchromate) rangkap dua dan dicat finis dengan cat khusus warna biru.
b. Pipa air kotor
Pipa air kotor dari setiap alat plambing (fixture) ke pipa tegak yang terletak di shaft
terbuat dari pipa PVC dengan tekanan kerja 7,5 Kg/cm2. Pipa air kotor untuk
distribusi air kotor ke setiap alat plambing (fixture) harus ada kode abjad Ak (Air
Kotor)
c. Pipa air bekas
Pipa air bekas dari setiap alat plambing (fixture) ke pipa tegak yang terletak di shaft
terbuat dari pipa PVC D dengan tekanan kerja 7,5 Kg/cm2. Pipa air bekas untuk
distribusi air bekas ke setiap alat plambing (fixture) harus ada kode abjad ABK (Air
Kotor)

96
d. Pipa venting
Pipa venting dari setiap alat plambing air kotor dan air bekas yang terletak di shaft
terbuat dari pipa PVC klas D tekanan kerja 5 Kg/cm2.
e. Pipa air hujan
Pipa untuk air hujan terbuat dari pipa PVC klas D tekanan kerja 5 Kg/cm2
f. Semua pipa, fixture, dan fitting yang berada di luar dinding dan kelihatan, harus
terbuat dari bahan stainless stell.
g. Setiap bahan pipa, fitting, alat plambing dan peralatan-peralatan yang akan dipasang
pada instalasi harus memiliki merk yang jelas dari pabrik pembuatnya.

3. Pemasangan
a. Pelaksanaan pemasangan harus direncanakan dengan baik, dan semua
pembongkaran bagian-bagian bangunan lainya hanya boleh dilaksanakan setelah
mendapatkan ijin tertulis dari konsultan pengawas. Gambar-gambar pemasangan
harus dibuat secara rinci oleh kontraktor. Hal ini agar dapat diketahui dengan tepat
letak/ukuran lubang-lubang pada dinding yang diperlukan untuk jalur-jalur pipa.
Kontraktor bertanggung jawab atas ukuran (dimensi) dan lokasi lubang-lubang
tersebut. Apabila diperlukan, dilakukan pembobokan/penambalan tanpa tambahan
biaya.
b. Kontraktor bertanggung jawab atas penyediaan lokasi pemasangan yang tepat.
Pemasangan pada lokasi bangunan yang dicor dengan beton dilakukan oleh
kontraktor struktur, atas petunjuk kontraktor plambing.
c. Selama pemasangan berlangsung, kontraktor harus menutup ujung pipa yang
terbuka untuk mencegah tanah, debu, dan kotoran lain masuk ke dalam pipa.
d. Semua sambungan-sambungan yang menghubungkan pipa dengan ukuran yang
berbeda harus menggunakan reducing fitting. Sedapat mungkin dilaksanakan
belokan-belokan dengan jenis long radius. Belokan-belokan short radius hanya boleh
digunakan apabila kondisi setempat tidak memungkinkan memakai long radius, dan
kontraktor harus memberitahukan hal ini kepada pengawas. Fiting dan alat –alat yang
menimbulkan tahanan aliran yang tidak wajar tidak boleh digunakan.
e. Penggantung atau penumpu pipa harus terikat secara kuat pada bangunan dengan
menggunakan Dynabolt atau fischer dilengkapi dengan kontruksi baja bila memang
diperlukan.
f. Setiap pipa cabang utama yang masuk ke lantai harus dilengkapi dengan katup
penyetop (Gate Valve).

97
g. Semua peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam pekerjaan ini harus
disediakan dan dilaksanakan oleh kontraktor tanpa menuntut biaya tambahan.

4. Pengujian
a. Setelah pipa dipasang, seluruh jaringan pipa air bersih harus diuji dengan tekanan uji
sebesar 2 (dua) kali tekanan kerja (Working Pressure) selama paling kurang 12
(duabelas) jam tanpa mengalami kebocoran.
b. Apabila suatu bagian dari pipa akan ditutup oleh tembok atau kontruksi bangunan
lainya, maka bagian tersebut harus diuji dengan cara yang sama seperti yang tertulis
diatas sebelum ditutup dengan tembok atau konstruksi bangunan lainya.
c. Kontraktor harus menguji semua motor yang telah terpasang pada beban normal
dan menyerahkan hasil pengujian kepada direksi untuk arsip pemberi tugas.
d. Kontraktor harus melakukan penyetelan yang perlu pada semua alat-alat pengaturan
otomatis.
e. Apabila pada waktu pemeriksaan atau pengujian ada kerusakan maka kontraktor
harus mengganti bagian yang rusak tersebut dan pengujian diulang sampai hasil
pengujianya diterima oleh pengawas.
f. Penggantian bagian yang rusak tersebut harus dengan yang baru. Penambalan
dengan bahan apapun tidak diperkenankan.

5. Persetujuan Bahan Dan Peralatan


a. Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kontraktor memperoleh kontrak
pekerjaan, kontraktor harus mengajukan daftar yang lengkap dari pabrik-pabrik atau
perusahaan-perusahaan yang membuat atau memproduksi alat atau bahan yang
akan dipasang untuk memperoleh persetujuan dari Pemberi Tugas.
b. Setelah daftar tersebut disetujui, kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari
alat/bahan yang akan dipakai untuk mendapatkan persetujuan dari pengawas.
c. Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pembiayaan yang perlu karena
timbulnya perubahan-perubahan dari contoh bahan-bahan yang akan dipasang dan
atau brosur-brosur untuk mendapatkan persetujuan dari pengawas.

98
6. Sleeves & Support
a. Umum
1. Kontraktor plumbing bertanggung jawab atas penyediaan bahan dan lokasi
pemasangan yang tepat. Pemasangan pada konstruksi bangunan yang dicor dengan
beton dilaksanakan oleh Kontraktor Umum.
2. Pipa-pipa tidak boleh menembus kolom, kepala kolom ataupun balok, tanpa
mendapatkan ijin tertulis dari KP.
b. Sleeves untuk pipa-pipa
1. Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus konstruksi beton.
2. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran kira-
kira 5 mm di luar pipa ataupun isolasi.
3. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang baja atau pipa GIP.
4. Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan
kedap air (water proofing) harus dari jenis “Flashing sleeves”.
5. Rongga antara pipa dan sleeves harus dibuat kedap air dengan gasket atau caulk
atau timah pakal.

c. Support untuk fixtures dan alat-alat


1. Semua fixtures dan alat-alat sanitair harus ditumpu (supported) dan ditetapkan
ditempatnya dengan baik dan kuat.
2. Insert (tempat penyekrupan) harus tertanam dengan baik dan dalam dinding atau
lantai dan rata dengan permukaan akhir (finish) dari dinding atau lantai tersebut, dan
setelah alat-alat tersebut terpasang insert harus tidak kelihatan.
3. Apabila digunakan baut tembus (trought bolt) harus dipasang plot penahan pada sisi
yang lain dari dinding atau lantai tersebut.
4. Semua baut, mur dan sekrup yang kelihatan (exposed) harus dibuat dengan lapis
chromium atau nikel, demikian pula cincin (washer) untuk pemasangannya.

7. Penumpu/Penggantung Pipa
a. Semua pipa harus digantung/ditumpu dengan penggantung atau angker yang cukup
kokoh (rigid). Pipa-pipa tersebut ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah
tempatnya agar inklinasinya tetap, untuk mencegah timbulnya getaran, pemasangan
harus sedemikian hingga masih memungkinkan konstruksi dan expansi pipa oleh
perubahan temperatur.

99
b. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur (adjustable)
dengan jarak antara tidak lebih dari 2 meter.
c. Pemborong harus mengajukan konstruksi dari penggantungnya, untuk disetujui oleh
Direksi atau ahlinya. Penggantung dari kawat, rantai, besi strip, ataupun perforated
strip tidak boleh digunakan.
d. Penggantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada konstruksi
bangunan dengan insert yang dipasang pada waktu pengecoran beton, atau dengan
baut tembok (ramset belt), atau pengeboran dengan memakai dina bolt.
e. Pipa vertical harus ditumpu dengan klem (clamp atau collar) minimum 3 klem jarak
antara 1 lantai (tingkat), dan sesuai gambar.

8. Pipa-Pipa Dalam Tanah


a. Galian-galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman dan kemiringan
yang tepat.
b. Dasar galian lubang harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa
terletak/tertumpu dengan baik, untuk di bawah pipa ada lapisan pasir 15 cm dan di
atas pipa  20 cm.
c. Pipa-pipa air bersih dan pipa pembuangan air kotor tidak boleh diletakkan pada
lubang galian yang sama.
d. Setelah pipa dipasang ke dalam lubang galian dan setelah diperiksa oleh pemilik
atau wakilnya yang ditunjuk, semua kotoran harus dibuang dari lubang galian dan
lubang galian ditimbun dengan baik dengan tanah bekas galian tersebut atau
dengan bahan lain yang disetujui.
e. Penimbunan lubang galian harus sedemikian tidak mengganggu/merubah letak pipa.

9. Pengujian Dan Disinfeksi


1. Pengujian
a. Pengujian pipa air bersih
Setelah semua pipa selesai dipasang, maka perlu diadakan pengujian kebocoran atas
seluruh bagian dari instalasi ini, sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik.
Sistem pemipaan diuji dengan tekanan hydrostatis 6 kg/cm2 selama 2 jam, terus
menerus dengan penurunan maksimal sebesar 5% dari harga tersebut di atas.
Kerusakan/kebocoran yang timbul harus diperbaiki oleh Pemborong ini tanpa
tambahan biaya.

100
b. Pengujian pipa-pipa sanitasi
Setelah semua pemipaan selesai dipasang, maka perlu diadakan pengujian
kebocoran atas seluruh bagian dari instalasi ini, sehingga sistem dapat berfungsi
dengan baik.
Sistem pemipaan diuji dengan tekanan hydrostatic 2 kg/cm2, selama 2 jam, terus
menerus dengan penurunan maximal sebesar 5% dari harga tersebut di atas.
Kebocoran/kerusakan yang timbul harus diperbaiki oleh Pemborong ini tanpa
tambahan biaya.
c. Pembilasan
Setelah seluruh pengujian kebocoran telah selesai maka perlu diadakan pembilasan
atas seluruh jaringan pipa dengan cara menjalankan sistem distribusi dan
mengeluarkan air dari tiap titik air masing-masing selama 5 menit.
d. Pengujian pemakaian
Setelah pengujian kebocoran dilakukan dan pembilasan selesai, maka semua sistem
harus diuji terhadap pemakaian dengan cara menjalankan sistem sekaligus, tanpa
mengalami kerusakan atau gangguan.
e. Semua peralatan dan kerusakan yang timbul akibat proses pengetesan dibebankan
kepada Pemborong pekerjaan plumbing.

2. Disinfeksi
a. Pemborong harus melaksanakan pembilasan dan disinfeksi dari seluruh instalasi air
sebelum diserahkan kepada pemilik.
b. Disinfeksi dilakukan dengan pemasukan larutan “Clorine” ke dalam sistem pipa,
dengan cara/metode yang disetujui oleh KP. Dosis clorine adalah sebesar 50 p.p.m.
(part per million).
c. Setelah 16 jam seluruh istem pipa tersebut harus dibilas dengan air bersih sehingga
kadar clorine menjadi tidak lebih dari 0,2 p.p.m.
d. Semua katup dalam sistem pipa yang sedang mengalami proses disinfeksi tersebut
harus dibuka dan ditutup beberapa kali selama jangka waktu 16 jam tersebut di atas.
e. Pekerjaan baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan bukti-bukti hasil
pemeriksaan baik (goed keuring) yang ditanda tangani bersama oleh Instalatir yang
melaksanakan pekerjaan tersebut dan Direksi serta jika perlu disyahkan juga oleh
Jawatan Keselamatan Kerja.
f. Jika dalam masa pemeliharaan tersebut, Pemborong pekerjaan instalasi ini tidak
melaksanakan teguran-teguran atas perbaikan / penggantian / kekurangan selama

101
masa pemeliharaan maka Direksi berhak menyerahkan pekerjaan
perbaikan/kekurangan tersebut kepada pihak lain atas biaya Pemborong pekerjaan
instalasi tersebut.
g. Selama masa pemeliharaan pekerjaan, Pemborong harus mendidik/melatih
karyawan/petugas dari pemilik sehingga mengenali sistem instalasi dan dapat
menjalankan serta melaksanakan pemeliharaannya.
10. Pencatatan Dan Labeling
a. Semua pipa yang dipasang harus dicat dan diberi tanda arah dan sejenis air yang ada
dalam pipa tersebut.
1. Air bersih cat warna biru panah putih (AB).
2. Air pemadam kebakaran cat merah, arah panah putih (AH).
3. Air bekas PVC cat warna hijau arah panah kuning (ABk).
4. Air kotor/hijau PVC cat warna orange arah panah kuning (AK).
b. Cara Pencatatan
1. Untuk GIP sebelah dicat terlebih dahulu dilakukan pelapisan baru diberi
tanda panah.
2. Untuk PVC setelah pipa dibersihkan kemudian dicat 2 lapis dengan cat
besi, lalu diberi panah.

11. SPESIFIKASI BAHAN PIPA


a. Pipa air bersih : PVC Type AW
b. Pipa air kotor : PVC Type D
c. Pipa air bekas : PVC Type D
d. Pipa air hujan : PVC Type D
e. Pipa venting : PVC Type D
f. Merek Pipa : Wavin, Maspion, Rucika

102
PASAL 6

MEKANIKAL ELEKTRIKAL

1. PEKERJAAN KABEL LISTRIK PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan semua tenaga pekerja, bahan dan peralatan,
pemasangan, pemyambungan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, untuk
pekerjaan listrik tegangan rendah
Adapun lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan meliputi:
a. Pengadaan dan pemasangan kabel baik kabel feeder (power) ataupun kabel instalasi
penerangan.
b. Untuk kabel Feeder (power) menggunakan jenis kabel NYFGbY atau NYY sedangkan
untuk kabel instalasi menggunakan kabel NYA, NYM dengan diameter kabel
disesuaikan dengan gambar rencana.
c. Untuk jenis kabel NYFGbY pemasangan harus ditanam didalam tanah dengan
kedalan minimal 50 cm dengan pelindung minimal batu bata diatas kabel.
Sedangkan kabel NYY bisa di tanam ataupun di letakkan bebas diudara.
d. Untuk jenis kabel NYA pemasangan kabel harus didalam pipa PVC dengan diameter
minimal pipa 5/8 inchi. Sedangkan untuk kabel NYM pemasangan bisa didalam pipa
maupun bebas diudara, asalkan pemasangan terlihat rapi dan kuat dari tarikan.
e. Untuk kabel tegangan tinggi menggunakan kabel tanah berpelindung baja
(NYFGbY), atau tanpa pelindung baja (NYY) dengan posisi ditanam, yang
menghubungkan dari panel ruang Genset ke tiap tiap unit bangunan. Sedangkan
besarnya penampang disesuaikan dengan kebutuhan daya bangunan tersebut. Merk
yang dapat diterima adalah supreme, focus, eterna atau setara.
f. Untuk kabel tegangan rendah menggunakan kabel NYA atau NYM. Untuk kabel NYA
pemasangan dalam pipa PVC 5/8 inchi, sedangkan kabel NYM bisa dipasang dalam
pipa maupun di udara bebas. Kabel tegangan rendah di gunakan untuk instalasi
penerangan dan instalasi kotak kontak dengan diameter minimal kabel 3 x 2.5 mm2.
Merk yang dapat diterima adalah supreme, focus, eterna atau setara.
2. Gambar-Gambar Rencana
Gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan-
peralatan seperti : panel, jalur kabel, lampu dan lain-lain. Penyesuaian harus dilakukan di
lapangan karena keadaan sebenarnya dari lokasi, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan
oleh kondisi lapangan.

103
a. Gambar-gambar kerja (shop drawing)
Pemborong harus membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) yang
menunjukkan jalur pemasangan kabel yang lengkap dan diameter kabel yang
digunakan
b. Gambar-gambar kerja dan juga catalog, brosur dan tipe dari bahan kabel yang akan
dipasang harus diserahkan kepada konsultan pengawas untuk diperiksa.Shop
drawing harus sudah diserahkan kepada pengawas 14 hari sebelum pemasangan.

3. Gambar-Gambar Sesuai Pelaksanaan (Asbuilt Drawing)


Pemborong harus membuat catatan yang cermat dari penyesuaian-penyesuaian
pelaksanaan pekerjaan penarikan maupun instalasi kabel di lapangan.
Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)
dan tiga set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as built
drawing). As built drawing harus diserahkan kepada direksi segera setelah pekerjaan selesai.
a. Standart dan Peraturan
Seluruh pekerjaan instalasi elektrikal harus dilaksanakan mengikuti standart
dalam PUIL terbitan terakhir (2011), SPLN, SII atau standart-standart internasiaonal
yang tidak bertentangan dangan PUIL.
Disamping itu peraturan/hukum daerah setempat yang ada hubungannya
dengan pekerjaan ini harus ditaati pula. Surat ijin bekerja sebagai instalatir dari
kelas yang sesuai dengan pekerjaan ini harus dimiliki secara sah oleh pemborong,
satu copy surat ijin tersebut harus diserahkan kepada direksi segera setelah
pekerjaan selesai.
b. Pemotongan Dan Pembobokan (Cutting & Patching)
Pemborong bertanggung jawab atas penyelesaian/penyempurnaan kembali
semua pemotongan dan pembobokan dari setiap konstruksi bangunan yang
diperlukan untuk pekerjaan pemasangan instalasi elektrikal ini.
Kecuali hanya apabila dinyatakan lain pada gambar, maka setiap pemotongan
atau pemasangan harus mendapat persetujuan tertulis dari pengawas.
Untuk sejauh mungkin menghindari adanya cutting, semua pekerjaan
pemasangan insert, sleeves, raceway atau lubang-lubang harus dilaksanakan
selama tahap konstruksi.

104
c. Sleeves dan insert
Semua sleeves melalui lantai beton dan pada yang perlu untuk pemasangan
instalasi elektrikal harus dilaksanakan oleh pemborong. Sleeves cadangan harus
dibungkus dan ditimbun dengan memakai grout.
Semua insert beton yang diperlukan untuk pemasangan instalasi peralatan
listrik, termasuk inserts untuk conduits, hunger dan support harus dilaksanakan
oleh pemborong.
d. Proteksi
Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus
dilindungi terhadap cuaca dan harus dijaga selalu dalam keadaan bersih, semua
ujung-ujung conduit dan bagian-bagian peralatan yang tetap tidak dihubungkan
harus disumbat atau ditutup untuk mencegah masuknya kotoran.
e. Pembersihan Site
Pemborong harus mengusahakan daerah kerja mereka selalu dalam keadaan
bersih dan rapi selama pemasangan instalasi elektrikal ini. Pada saat pelaksanaan
pekerjaan instalasi ini selesai pemborong harus memeriksa kembali keseluruhan
pekerjaan dalam keadaan rapi, bersih dan siap pakai.
f. Material Bahan dan Peralatan Yang Digunakan
Bahan-bahan dan peralatan yang akan dipasang harus 100% baru, dalam
keadaan baik dan sesuai dengan yang dimaksud. Cotoh bahan, brosur dan gambar
kerja (shop drawings) harus diserahkan kepada pengawas 14 hari sebelum
pemasangan.
Pemborong harus menempatkan secara tugas penuh (full time) seorang
koordinator yang ahli dalam bidangnya, berpengalaman dalam pekerjaan serupa
dan dapat sepenuhnya mewakili pemborong dengan predikat baik. Tenaga
pelaksana harus menangani pekerjaan-pekerjaan ini secara aman, kuat dan rapih.
a. Material
1. Kabel daya tegangan rendah
a. Kabel tanah TR berpelindung pita baja.
- Type : NYFGbY
- Standart : PUIL 2011 (amandemen 1)
SII 0211-78
SPLN 43-2, 1981

105
- Konstruksi
Berinti tiga, empat atau lima, konduktor dari bahan tembaga solid
atau standart, bentuk bulat atau sektorial, insulasi PVC, selubung sebelah
dalam dari PVC, lapisan pelindung dari galvanized flat steel wire, dan
lapisan terluar adalah PVC sheathead warna hitam. Warna insulasi PVC
masing-masing inti harus mengikuti kode dalam PUIL 2000 sebagai
berikut :
+ phasa : merah, kuning, dan hitam
+ netral : biru
+ ground : hijau kuning

- Tanda Pengenal
Pada sheath dari kabel harus ada tanda pengenal yang tidak dapat
dihapus sebagai berikut :
a. Nominal voltage.
b. Type
c. Ukuran nominal
d. Tahun pembuatan
e. Nama pabrik pembuat / merk dagang

- Pemeriksaan dan Pengujiaan


Pemeriksaan dan pengujiaan terhadap kabel yang akan dipasang
meliputi:
a. Pemeriksaan secara visual (appearance inspection)
b. Pengujiaan tahanan dari penghantar.
c. Pengujiaan tahanan insulasi
d. Kabel harus buatan pabrik dalam negeri seperti supreme, kabel
metal, kabelindo, tranka atau setara.

b. Kabel TR tanpa pelindung baja.


- Type : NYY
- Standart : PUIL 2011 (amandemen 1)
SII 0211-78
SILN 43-1,1981

106
- Konstruksi
Berinti tiga, empat atau lima, konduktor dari bahan tembaga solid
atau standart, bentuk bulat atau sektoral, insulasi PVC, selubung sebelah
dalam dari PVC, selubung sebelah dalam dari PVC, dan selubung terluar
dari PVC warna hitam, warna insulasi PVC masing-masing inti harus
mengikuti kode warna dalam PUIL 2000 sebagai berikut :
+ Phasa : merah, kuning, dan hitam.
+ Netral : biru.
+ Ground : hijau kuning.

- Tanda Pengenal
Pada sheat dari kabel harus diberi tanda pengenal yang tidak dapat
dihapus sebagai berikut :
a. Nominal voltage
b. Type
c. Ukuran nominal penghantar.
d. Tahun pembuatan
e. Nama pembuat/merk dagang

- Pemeriksaan dan pengujian.


Pemerikasaan dan pengujian terhadap kabel yang akan dipasang
meliputi :
a. Pemeriksaan secara visual (appearance inspenction)
b. Pengujian tahanan dari penghantar
c. Pengujian tahanan insulasi.
d. Kabel harus buatan pabrik dalam negeri seperti supreme, kabel
metal, kabelindo atau tranka atau setara.

c. Kabel TR dengan pelindung PVC


- Type : NYA
- Standart : PUIL 2011 (amandemen 1)
SII 0211-78
SILN 43-1,1981

107
- Konstruksi
Berinti tunggal dari bahan tembaga solid atau standart, bentuk bulat,
insulasi PVC, warna insulasi PVC terdiri dari merah, kuning, hitam, biru
serta kombinasi kuning hijau.
- Tanda Pengenal
Pada sheat dari kabel harus diberi tanda pengenal yang tidak dapat
dihapus sebagai berikut :
a. Nominal voltage.
b. Type.
c. Ukuran nominal penghantar.
d. Tahun pembuatan.
e. Nama pembuat/merk dagang.

- Pemeriksaan dan pengujian.


Pemerikasaan dan pengujian terhadap kabel yang akan dipasang
meliputi :
a. Pemeriksaan secara visual (appearance inspenction).
b. Pengujian tahanan dari penghantar.
c. Pengujian tahanan insulasi.
d. Kabel harus buatan pabrik dalam negeri seperti supreme, kabel
metal, kabelindo atau tranka atau setara.
d. Kabel TR dengan pelindung PVC
- Type : NYM
- Standart : PUIL 2011 (amandemen 1)
SII 0211-78
SILN 43-1,1981
- Konstruksi
Berinti dua, tiga, atau empat, konduktor dari bahan tembaga solid
atau standart, bentuk bulat, insulasi PVC, selubung sebelah dalam dari
PVC, dan selubung terluar dari PVC warna putih, warna insulasi PVC
masing-masing inti harus mengikuti kode warna dalam PUIL 2000 sebagai
berikut :
+ Phasa : merah, kuning, dan hitam.
+ Netral : biru.
+ Ground : hijau kuning.

108
- Tanda Pengenal
Pada sheat dari kabel harus diberi tanda pengenal yang tidak dapat
dihapus sebagai berikut :
a. Nominal voltage
b. Type
c. Ukuran nominal penghantar.
d. Tahun pembuatan
e. Nama pembuat/merk dagang
- Pemeriksaan dan pengujian.
Pemerikasaan dan pengujian terhadap kabel yang akan dipasang
meliputi :
a. Pemeriksaan secara visual (appearance inspenction).
b. Pengujian tahanan dari penghantar.
c. Pengujian tahanan insulasi.
d. Kabel harus buatan pabrik dalam negeri seperti supreme, kabel
metal, kabelindo atau tranka atau setara.

4. Spesifikasi bahan instalasi kabel


Dalam proyek pembangunan ini untuk semua jenis kabel yang digunakan
menggunakan spesifikasi seperti dibawah ini:
a. Pekarjaan kabel Feeder
1. Kabel NYFGbY : Supreme, Eterna.
2. Kabel NYY : Supreme, Eterna

b. Pekerjaan kabel instalasi penerangan dan tenaga


1. Kabel NYA : Supreme, Eterna
2. Kabel NYM : Supreme, Eterna

2. PEKERJAAN PANEL LISTRIK


1. Lingkungan Kerja
Dalam pekerjaan panel listrik terdapat beberapa hal yang harus di kerjakan agar
panel listrik dapat digunakan sesuai fungsinya. Pekerjaan ini meliputi pengadaan,
pemasangan, penyambungan (wiring instalasi) serta perbaikan (bila diperlukan) selama
masa pemeliharaan. Penambahan peralatan dan material yang tidak disebutkan dalam
spesifikasi ini maupun pengadaaan dan pemasangan dari material yang kebetulan tidak

109
disebutkan, akan tetapi akan secara umum diperlukan agar dapat diperoleh sistem panel
listrik yang baik dan handal, maka peralatan atau bahan tersebut dapat ditambahkan.
Untuk lebih jelasnya maka berikut ini lingkup pekerjaan panel listrik yang harus di
kerjakan diantaranya:
a. Pengadaan dan pemasangan panel listrik .
b. Pengadaan panel meliputi panel LVMDP, Panel SDP gedung, Panel Lampu, Panel AC
c. Pengadaan dan pemasangan komponen instalasi panel listrik.
d. Mengadakan uji coba instalasi panel-panel yang berfungsi sebagai panel kontrol.

2. Standart panel tegangan rendah


a. Type
Metal enclosed, air insulating medium, fixed type, manually operated,
mechanically interlocked. Panel dan komponen-komponennya harus difinish untuk
penggunaan di daerah tropis ( panas dan lembab, pasangan dalam/indoor use)
b. Standart
Panel switchgear harus dibuat sesuai dengan standart IEC atau standar-standar
lainya (NFC, VDE/DIN, NEMA , BS, JIS)
c. Konstruksi
- Panel switchgear TR akan dioperasikan pada tegangan 380/220 V, 3 phase, 4 kawat,
50 Hz dan solidly grounded.
- Switchgear harus dapat dioperasikan dengan aman oleh petugas, misalnya
pengoperasian sakeler-sakelar daya, pemutus tenaga, pemasangan kembali
indicator-indicator gangguan, pengecekan tegangan, dan sebagainya.
- Switchgear terdiri dari lemari-lemari yang akan digunakan untuk pemasangan
peralatan-peralatan dan penyambungan. Lemari-lemari panel hanya mempunyai
bukaan dari sisi sebelah depan.
- Lemari untuk “panel board” harus mempunyai ukuran yang proporsional seperti
dipersyaratkan untuk “panel board” dan sesuai kebutuhan, sehingga untuk
sejumlah komponen panel maupun untuk sejumlah kabel yang dipakai tidak
menjadi terlalu sesak.
- Kabinet panel terbuat dari bahan pelat baja dengan ketebalan minimum 2 mm.
Panel-panel floor mounting / free standing harus diberi penguat rangka dari baja
siku atau kanan dengan ketebalan 3 mm, mempunyai ukuran standar sehingga
dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah.

110
- Pintu panel dilengkapi dengan engsel type terbenam, handle (catch) dan kunci
(lock). Kunci panel-panel listrik harus memakai kunci jenis masterkey.
- Finishing panel harus dilaksanakan sebagai berikut semua mur dan baut harus
tahan karat. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandblasted setelah
pengelasan, kemudian secepatnya dilindungi terhadap karat dengan cara
galvanisasi atau chromium plating atau dengan zinc chromate primer. Pengecatan
finishing dilakukan dengan dua lapis cat oven warna abu-abu atau warna lain yang
disetujui oleh pengawas.
d. Komponen-komponen panel
1. Busbar
Main bus harus dipasang horizontal disebelah atas. Main dan tap busbar
harus dari bahan tembaga dengan konduktifitas tinggi (98% atau lebih besar),
dan harus mempunyai kuat hantar arus kontinu yang standart dan sesuai
dengan yang dimaksud pada gambar. Busbar harus dicat sesuai dengan kode
warna dalam PUIL sebagai berikut :
+ phasa : merah, kuning dan hitam.
+ netral : biru
+ ground : hijau, kuning
Busbar pentanahan terletak disebelah bawah, dimana akan diadakan
penyambungan dengan penghantar pentanahan terhadap lemari panel,
rangka dan badan peralatan dari metal, conduits dan lain-lain.

2. Circuit Breaker (CB)


CB kapasitas sampai dengan 100A adalah type mini circuit breaker (MCB)
untuk kapasitas lebih besar dari 100A hingga 300A harus dari type adjusted
case (MCCB) dan fixed/bolt-on. Handel pengoperasian CB harus dapat secara
jelas menunjukkan apakah CB pada posisi on, off atau “ triped “.
CB harus mempunyai besaran-besaran ampere frame (AF) dan ampere
trip (AT) pada temperatur keliling 40oC, 600V ratings dan kemampuan
pemutusan arus hubungan singkat minimum pada 380V (RMS symmetrical)
sesuai seperti yang tercantum dalam gambar.
Main CB yang harus dilengkapi dengan pengaman terhadap gangguan ke
tanah (ground fault protection). Produk yang dapat diterima adalah merk MG ,
AEG atau setara.

111
Untuk menjaga originalitas produk, maka semua CB harus disertai
sertifikat keaslian barang dari produsen atau agen resmi yang ditunjuk.

3. Magnetic Contactor
Magnetic contactor harus dapat bekerja tanpa getaran atau dengung.
Kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 volts, 50 Hz dan tahan
bekerja continue pada 10% tegangan lebih tinggi dan harus dapat pula
menutup dengan sempurna pada 85% tegangan nominal.
Contraktor harus type heavy-duty, kemampuan minimal making current
sebesar 15% arus nominal, dan kemampuan electrical operation sebanyak
2.000.000 kali.

4. Selektor Switch
Selector switcher harus mempunyai rating 10 A pada 300 V, type heavy
duty dan kedap minyak.

5. Lampu Indikator / Pilot lamp


Lampu indikator harus type full voltage, heavy duty dan kedap minyak.
Lampu indikator harus dilapisi nickel dengan lensa dari gelas prismatic,
pemasangan secara ulir dengan diameter ± 2.5 mm persegi empat, lampu
harus type long life.

6. Terminal Block
Terminal block untuk kabel-kabel control harus diberikan batas
penghalang diantaranya, dengan rating 600 volts minimum.
Terminal block harus disediakan sesuai kebutuhan ditambah 20% terminals
untuk cadangan.

7. Name Plate
Name plate harus terbuat dari plastic gravis berlaminasi, putih bagian
dalam dan bagian hitam pada bagian permukaan.
Huruf-huruf harus huruf block dengan ukuran minimum 4 mm.

112
8. Kabel Kontrol
Control circuit conductor harus jenis kabel fleksibel dengan penampang
konduktor tidak kurang dari 2.5 mm2, rating tegangan 600 V .
Kabel kontrol harus buatan pabrik kabel dalam negeri seperti supreme, kabel
metal, kabelindo dan tranka.

e. Pengawatan (Internal Wiring )


Pengawatan harus dilakukan di pabrik pembuat panel secara sistematik
dan rapih. Semua hubungan kawat harus dilakukan melalui penghubung /
terminal khusus.Ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel (Scun) dan
hubungan keduanya diperkuat dengan cara dipres.
Hubungan antara sepatu kabel dan terminal harus dengan mur dan baut
serta dilengkapi dengan ring yang bergerigi tepinya untuk menghindari
kemungkinan hubungan menjadi longgar. Pengawatan dari peralatan-peralatan
yang dipasang pada pintu panel yang menuju pada satu kompartemen harus
digabung dalam satu bendel yang fleksibel dan diikat kuat-kuat pada pintu dan
rangka panel untuk menghindari gejala pemutaran pada terminal kabel control.
Interwiring harus kontinu dari terminal ke terminal tanpa sambungan, dan setiap
kabel control harus diberikan label bernomor yang harus dicantumkan pada
gambar-gambar kerja (shop drawing).

f. Pemeriksaan dan Pengujiaan


Pemeriksaan dan pengujiaan meliputi :
1. Pemeriksaan secara visual ( apperence inspection ) terhadap kelengkapan
peralatan apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud.
2. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handle.
3. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
4. Pengujian tahanan insulasi.
5. Pengujian kontinuitas rangkaian.
6. Pengujian dengan tegangan.

113
3. PEKERJAAN LAMPU DAN KOTAK KONTAK
1. Lingkup Pekerjaan.
Dalam pekerjaan instalasi lampu dan kotak kontak terdapat beberapa hal yang harus
di kerjakan agar sistim penerangan dan kotak kontak dapat digunakan sesuai fungsinya.
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan, penyambungan (wiring instalasi) instalasi
lampu dan kotak kontak serta perbaikan (bila diperlukan) selama masa pemeliharaan.
Penambahan peralatan dan material yang tidak disebutkan dalam spesifikasi ini maupun
pengadaaan dan pemasangan dari material yang kebetulan tidak disebutkan, akan tetapi
akan secara umum diperlukan agar dapat diperoleh kondisi lampu yang baik, maka
peralatan atau bahan tersebut dapat ditambahkan.
Untuk lebih jelasnya maka berikut ini lingkup pekerjaan lampu dan kotak kontak yang
harus di kerjakan diantaranya:
a. Pengadaan dan pemasangan lampu serta kotak kontak .
b. Pengadaan dan pemasangan bahan penunjang instalasi listrik antara lain kabel,
pipa PVC, T dos, lasdop, isolasi, ebow, dan lain lain.
2. Spesifikasi Lampu Penerangan Dan Stop Kontak
a. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang
dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.Semua armatur lampu yang terbuat
dari metal harus mempunyai terminal penahan (grounding). Berikut ini adalah
lampu lampu yang digunakan dalam pekerjaan ini :
1. Lampu RMI LED 2X18 W (60 cm) Grill Alm
2. Lampu Down Light SL BOHLAM LED 10,5 WATT RD 150
3. Lampu Down Light SL BOHLAM LED 7 WATT RD 100
4. Lampu Sorot Logo LED 60 watt outdoor Netral white
5. Lampu Baret Square LED 10 watt
6. Stop Kontak

Semua lampu flourescent dan lampu discharge lainnya harus dikompensasi


dengan “power factor corection capassitor” yang cukup untuk mencapai p.f.
85%-95%.
Kapasitor harus dipasang paralel dan dilengkapi dengan sekring kecil
untuk menghindari bahaya kebocoran kapasitor.
Reflector harus mempunyai lapisan pemantul cahaya berwarna putih atau
mengkilap dengan derajat pemantul yang tinggi.

114
Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal bok harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
menggangu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu itu sendiri.
Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna.
Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atap klem-klem tersendiri
sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor. Box terbuat dari pelat baja
tebal minimum 0.7 mm dicat dasar tahan karat, kemudian cat akhir dengan cat
oven warna putih.
Ballast harus dari jenis yang baik, tidak menimbulkan panas yang tinggi,
komponen pengisinya tidak meleleh, dan memiliki power factor yang tinggi.
Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu, tetapi mudah
dibuka untuk diperiksa atau diangkat.
Yang harus dipergunakan adalah single lamp ballast (satu ballast untuk
satu tabung lampu flourescent).
Tabung fluorescent harus dari merk Philips TLD atau setara, dengan warna
cahaya cool daylight.
Lampu TL harus sudah lengkap dengan kap reflector dibuat dari pelat baja
dengan bentuk seperti gambar rencana. Untuk lampu yang terbenam memakai
type RM 300 ACR dengan reflektor mengkilap dan grille mengkilap.

3. Spesifikasi Sakelar dan Kotak Kontak Biasa.


a. Sakelar
Sakelar yang digunakan harus dari type untuk pemasangan rata dinding,
mempunyai rating 250 Volts 10 Amp dari jenis single gang atau double gang
atau multiple gangs (grid switches). Kecuali tercatat atau ada persyaratan lain,
maka tinggi pemasangan kotak sakelar dinding, harus 150 cm dari lantai.
Bila ada lebih dari lima sekelar dinding atau stop kontak ditunjuk pada
tempat yang sama, maka dua deret kotak tunggal, ganda atau “multigang”
sesuai dengan kebutuhan harus dipasang satu diatas yang lain, dan titik tengah
deretan-deretan tersebut harus berada 1.50 m diatas permukaan lantai.
Kotak kontak outlet dekat pintu atau jendela harus dipasang ± 20 cm dari
pinggir kusen pada sisi kunci seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar
arsitektur, kecuali ditunjukkan lain oleh pengawas.

115
b. Kotak-Kontak Biasa (KKB)
Kotak-kontak biasa yang dipakai adalah kotak kontak satu fasa. Semua
kotak kontak harus memiliki terminal fasa, netral dan pentanahan. Kotak-kontak
harus dari satu type, untuk pemasangan rata dinding, dengan rating 250 Volts 10
Amp. Semua stop kontak dinding dipasang max 30 cm dari lantai. Atau dipasang
sesuai keperluan pemakaian dan kondisi di lapangan.

c. Kotak untuk sakelar dan kotak kontak.


Kotak harus dari PVC/Plastik atau metal dengan kedalaman 35 mm. Kotak
dari metal harus mempunyai terminal pentanahan. Sakelar atau kotak kontak
terpasang pada kotak (box) dengan menggunakan baut.

d. Kabel Instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak
harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA atau
NYM)
Kabel harus mempunyai penampang minimum 2.5 mm2. Dengan kode
warna kabel harus mengikuti ketentuan dalam PUIL 2000. Sebagai berikut :
- fasa : R : merah
- fasa : S : kuning
- fasa : T : hitam
- netral : N : biru
- tanah (ground) : 0 : hijau dan kuning

4. Pemeriksaan dan pengujian


Pemeriksaan dan pengujiaan seluruh instalasi system penerangan dan kotak
kontak diselenggarakan setelah seluruh pekerjaan selesai.
Pemeriksaan dan pengujian tersebut terdiri dari :
a. Pemeriksaan secara visual (apperence inspection) terhadap kelengkapan peralatan
apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud.
b.Pemeriksaan fungsi kerja dan kekuatan mekanis dari peralatan.\
c. Pengujian sambungan-sambungan.
d.Pengujian tahan insulasi.
e. Pengujian pentanahan.
f. Pengujian pemberian tegangan.

116
Paling lambat dua (2) minggu sebelum pengujian dilaksanakan, pemborong harus
sudah mengajukan jadwal dan prosedur pengujian kepada pengawas untuk
mendapatkan persetujuan. Pengujian harus disaksikan oleh pengawas.
Pemborong harus membuat catatan (record) mengenai hasil pengujian, dan 2
copy diserahkan oleh pengawas. Seluruh pengujian diselenggarakan oleh pemborong,
dan segala biaya untuk itu ditanggung oleh pemborong.

5. Pipa instalasi pelindung kabel


Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah pipa conduit khusus untuk
instalasi listrik, pipa, elbow, socket junction box dan accessories lainya yaitu pipa
flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara junction box dan armatur
lampu. Semua instalasi kabel yang ada berada dalam pipa pelindung.
a. Pemasangan
Pemasangan lampu-lampu dan kotak kontak.
- Semua fikture penerangan dan kotak kontak beserta perlengkapan-
perlengkapannya harus dipasang oleh tukang-tukang yang berpengalaman
dengan cara yang benar dan disetujui pengawas seperti yang ditunjukkan
dalam gambar.
- Pada daerah yang tidak memakai ceiling pemasangan lampu menempel
pada kanal yang dipasang lengkap dengan penggantungnya.
- Pada waktu pemeriksaan akhir semua “fixture” dan perlengkapan harus
sudah siap menyala. Bebas dari cacat. Semua fixtures dan perlengkapan
harus bersih bebas dari debu, plastes dan lain lain. Semua reflector, kaca,
panel pinggir atau bagian-bagian lain yang rusak sebelum pemeriksaan akhir
harus diganti oleh pemborong tanpa biaya tambahan.

b. Spesifikasi Teknis bahan dan alat.


1. Spesifikasi bahan dan alat yang digunakan untuk semua jenis pekerjaan
lampu dan kotak kontak dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
a. Lampu : Philips, Panasonic, Meval, Starks
b. Armatur : Phillips, Panasonic, Artolite.
c. Sakelar, stop kontak : Panasonic
d. Kabel instalasi : NYA, NYM ukuran 3 x 2.5 mm2 merk Supreme,
Eterna
e. Pipa instalasi : PVC 5/8 inchi Maspion, wavin, rucika

117
PASAL 7

LATASIR (SAND SHEET)


UMUM
(1) Latasir (Sand Sheet) adalah campuran aspal panas dengan pasir, tebal padat dalam, kisaran 1 – 2
cm.
(2) Pekerjaan ini meliputi penyiapan material, penghamparan, pemadatan di atas permukaan jalan
yang telah disisipkan sesuai dengan Gambar Rencana atau perintah Penggunaan Barang/Jasa.

MATERIAL
1) Agregat Kasar
a) Agregat harus terdiri dari batu pecah atau batu kerikil pecah hasil produksi mesin pemecah
batu dengan gradasi sebagai berikut :
Ukuran Saringan (ASTM) Prosentase yang lolos
Latasir
(mm)

20 ¾ 100

12.7 ½ 95 – 100

9.5 3/8 50 – 100

4.75 #4 0 – 50

0.0075 #200 0–5

b) Harus bersih, keras dan bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki.
c) Harus mempunyai prosentase keausan kurang dari 40% pada putaran bila dilakukan
dengan peralatan Los Angeles seperti ditetapkan oleh AASHTO T – 96.
d) Harus mempunyai prosentase keausan kurang dari 12% bila dilakukan pengujian keausan
dengan Sodium Sulfat menurut AASHTO T 104.
e) Harus mempunyai luas yang teselaput tidak kurang dari 95% bila dilakukan pengujian
penyelaputan dan pengelupasan (Coating and Stripping Test) menurut AASHTO 182.

2) Agregat halus
a) Agregat halus terdiri dari abu batu hasil produksi mesin pemecah batu atau pasir alam atau
kombinasi dari keduanya dengan gradasi sebagai berikut :
Ukuran Saringan (ASTM) Prosentase yang lolos Latasir

(mm)

9.5 3/8 100

4.75 #4 98 – 100

2.36 #8 95 – 100

118
0.60 #30 76 – 100

0.70 #200 0–8

b) Pasir alam yang di gunakan harus bersih,keras,tajam,bebas dari lempung atau material yang
tidak di kehendaki.
3) Aspal
Aspal yang dipakai adalah aspal semen penetrasi 60/70 yang memenuhi persyaratan
sebagaimana ditetapkan menurut AASHTO M226-78.

PERSYARATAN CAMPURAN
1) Di dalam melaksanakan perencanaan campuran aspal dilakukan dalam tahapan,yaitu :
a) Membuat campuran mortar (Agregat halus=aspal) sesuai dengan standar bina marga No.
12/PT/B/83 dan bila dilakukan pemeriksaan menurut PC. 0201-76 memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
- Stabilitas marshall pada 2x50 tumbukan 450 – 850 kg
- Rongga dalam campuran 4 – 8%
- Marshal quotient 150 – 300 kg/mm
- Kadar aspal (terhadap berat total) 8 – 10%.
b) Mencampur agregat kasar dengan campuran mortar yang sudah memenuhi syarat dan
bila dilakukan pemeriksaan menurut PC. 0201-76 memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Agregat kasar dalam total campuran 0 – 10%
2) Agregat aspal di dalam campuran sangat tergantung dari aspal optimum mortar dan
prosentase agregat kasar yang di pergunakan.hal ini dapat di hitung dengan rumus
empiris sebagai berikut :

A (100 – S) 1,3 . S
K = -------------- X -------------
100 100
Dimana : K= Kadar aspal campuran total
A= Kadar aspal optimum mortar
S= Prosentase agregat kasar

PERALATAN
Peralatan yang dipakai pada umumnya terdiri dari :
- 1 unit Peralatan Mixing
- 1 unit Stone Crusher
- 1 unit Alat Penghampar
- 1 unit Pemadat Roda Besi
- 1 unit Pemadat Roda Karet
- 1 unit Asphalt Sprayer
- 1 unit Kompresor

PELAKSANAAN
1) Pelaksanaan Campuran Aspal Panas
a) Agregat dan aspal dicampur di dalam Peralatan Mixing dalam keadaan panas.
Temperatur yang diijinkan adalah sebagai berikut :
 Suhu Agregat 154 – 174 ºC

119
 Suhu Aspal 140 – 160 ºC
 Suhu Campuran < 165 ºC
b) Di lokasi penghamparan campuran aspal, permukaan jalan yang akan dilapisi dengan
diberi lapis perekat (tack coat) terlebih dahulu.
c) Penghamparan campuran aspal panas di atas permukaan perkerasan dengan
temperatur antara 120 – 150 ºC.
d) Pemadatan pertama dengan pemadatan roda besi dilaksanakan pada saat
temperatur sempurna aspal panas antara 110 – 120ºC.
e) Pemadatan kedua dan seterusnya dengan alat pemadatan roda karet dilaksanakan
pada temperatur campuran aspal panas antara 95 - 110 ºC
f) Pemadatan beakhir dilaksanakan pada saat temperatur campuran aspal panas
antara 80 – 95 ºC.

PENGENDALIAN MUTU
1) Di lokasi Pencampuran Aspal Panas
a) Pengontrolan gradasi agregat halus dan kasar dilakukan pada setiap tumpkan
material yang baru.
b) Pengontrolan Sand Equivalent dilakukan pada setiap tumpukan pasir sumber
material (querry) baru, atau sesuai dengan perintah Pengguna Barang/Jasa.
c) Pengontrolsn properties dari campuran aspal panas dilakukan dengan metode
Marshall dengan waktu sesuai perintah Pengguna Barang/Jasa.
d) Pengontrolan kadar aspal dalam campuran aspal panas dilakukan dengan cara
melakukan ekstrasi sesuai perintah Pengguna Barang/Jasa.
2) Di Lokasi Penghamparan
a) Permukaan harus sudah diberi lapis perekat yang merata sesuai dengan ketentuan.
b) Pengontrolan ketebalan penghamparan dilakukan penghamparan dan pada saat
pemadatan.
c) Pengontrolan ketebalan penghamparan dilakukan denagn menggunakan peralatan
yang disetujui Pengguna Barang/Jasa.

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran Pekerjaan
a) Pengukuran pekerjaan Latasir (Sand Sheet) dihitung dari perkalian panjang dan lebar
penghamparan yang diterima yang dibayar dengan mata pembayaran 6.3.(1) seperti
tersebut dibawah ini.
b) Lapis perekat yang dipergunakan diukur dan dibayar tersendiri dengan mata
pembayaran 6.1.(2).

NOMOR MATA URAIAN SATUAN PENGUKURAN


PEMBAYARAN

W.6.a Latasir ( Sand Sheet ) Meter Persegi

120
PENUTUP

1. Apabila dalam rencana kerja dan syarat–syarat pekerjaan (RKS) ini untuk menguraikan bahan –
bahan dan pekerjaan tidak disebutkan perkataan atau kalimat “diadakan oleh pemborong atau
diselenggarakan pemborong”, maka hal ini dianggap seperti betul – betul disebutkan, jika
ternyata uraian tersebut masuk dalam pekerjaan.
2. Guna mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka bagian–bagian yang betul–betul
termasuk dalam pekerjaan ini tetapi tidak atau belum disebut dalam rencana kerja dan syarat–
syarat pekerjaan (RKS) ini harus diselenggarakan oleh pemborong dan dianggap seperti benar
– benar disebutkan.
3. Segala sesuatu yang tidak disebut secara nyata, tetapi lazim dan mutlak adanya maka tetap
diadakan / dikerjakan pemborong.
4. Hal – hal yang belum tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh pihak
pemberi tugas, unsur teknis, konsultan pengawas dan konsultan perencana.

121

Anda mungkin juga menyukai