Anda di halaman 1dari 99

Bab VI

Spesifikasi Teknis

BAB VI
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 1. PERSIAPAN TEKNIS PELAKSANAAN

1.1. LINGKUP
1.1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum
berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan untuk
pelaksanaan Pekerjaan “PEMBANGUNAN GEDUNG MAHA’D PUTRA MAN 2 KOTA MALANG ”
yang meliputi :
A. Pekerjaan Sipil.
B. Pekerjaan Arsitektur.
C. Pekerjaan Mekanikal.
D. Pekerjaan Elektrikal.
Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan / dilihat dan
tercantum pada Bill Of Quantity (BQ).
1.1.2. Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut, lingkup
pekerjaan yang ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pengadaan tenaga kerja .
b. Pengadaan Bahan / Material.
c. Pengadaan peralatan & alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan yang
ditugaskan.
d. Koordinasi dengan Pemborong / pekerja lain yang berhubungan dengan pekerjaan
pada bagian pekerjan yang ditugaskan.
e. Penjagaan kebersihan, kerapian, dan keamanan kerja.
f. Pembuatan As Built drawing (Gambar terlaksana).
1.1.3. Persyaratan Teknis Umum menjadi satu kesatuan dangan persyaratan teknis pelaksanaan
pekerjaan dan secara bersama – sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi
seluruh pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari dokumen-
dokumen berikut ini :
a. Gambar-gambar pelelangan / pelaksanaan.
b. Persyaratan Teknis Umum / pelaksanaan pekerjaan / bahan.
c. Rincian Volume Pekerjaan / Rincian Penawaran.
d. Dokumen-dokumen pelelangan / pelaksanaan yang lain.
1.1.4. Dalam hal mana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan di atas, maka bagian dari
persyaratan teknis umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.

1
Bab VI
Spesifikasi Teknis

1.2. REFERENSI
1.2.1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-
persyaratan teknis yang tertera dalam Normalisasi Indonesia (NI), Standar Industri
Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan Nasional maupun Peraturan-peraturan setempat
lainnya yang berlaku atau jenis - jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
 NI - 2 (1971) PERATURAN BETON BERTULANG INDONESIA.
 NI - (1983) PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA INDONESIA
(SKBI.1.3.55.1987).
 NI - 3 (1970) PERATURAN UMUM UNTUK BAHAN BANGUNAN DI INDONESIA.
 NI - 5 PERATURAN KONSTRUKSI KAYU INDONESIA.
 NI - 8 PERATURAN SEMEN PORTLAND INDONESIA.
 NI - 10 BATA MERAH SEBAGAI BAHAN BANGUNAN.
 PERATURAN PLUMBING INDONESIA.
 PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK.
 STANDART INDUSTRI INDONESIA.
 ASTM, JJ dan lain sebagianya yang dianggap berhubungan dengan bagian pekerjaan
ini.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standart-standart yang tersebut
di atas, maupun standart-standart nasional lainnya, maka diberlakukan standart-standart
Internasional yang berlaku atau pekerjaan pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standart-standart Persyaratan Teknis dari Negara-negara asall bahan / pekerjaan
yang bersangkutan dan dari produk yang ditentukan pabrik pembuatnya.
1.2.2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam
persyaratan teknis umum / khususnya maupun salah satu dari ketentuan yang disebutkan
di atas, maka atas bagian pekerjaan tersebut pemborong harus mengajukan salah satu
dari persyaratan-persyaratan berikut guna disepakati direksi untuk dipakai sebagai
patokan persyaratan teknis :
a. Standart / norma / kode / pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjan
bersangkutan yang diterbitkan oleh Instansi / Institusi / Asosiasi Profesi / Asosiasi
Produsen / Lembaga Pengujian atau Badan-badan lain yang berwewenang /
berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat Internasional ataupun Nasional dari
Negara lain, sejauh bahwa atau hal tersebut diperoleh persetujuan dari Direksi /
Pengawas.
b. Brosur teknis dari produsen yang didukung oleh sertifikat dari Lembaga pengujian
yang diakui secara Nasional / Internasional.

2
Bab VI
Spesifikasi Teknis

1.3. BAHAN
1.3.1. Baru / Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan barang bekas dalam
komponen kecil maupun besar sama sekali tidak diperbolehkan.
1.3.2. Tanda Pengenal
a. Dalam hal dimana pabrik / produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk produk
bahan yang dihasilkan, baik berupa cap / merk dagang pengenal pabrik / produsen
bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus mengandung tanda
pengenal tersebut.
b. Khusus untuk bahan bagi pekerjaan instalasi (penerangan, plumbing, dll) kecuali
ditetapkan oleh Direksi / Pengawas, bahan sejenis dengan fungsi yang sama harus
diberi tanda pengenal untuk membedakan satu bahan dari bahan lainnya. Tanda
pengenal ini bisa berupa warna atau tanda-tanda lain yang mana harus sesuai dengan
referensi pada I.2. tersebut di atas atau dalam hal dimana tidak / belum ada
pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk direksi
/ Pengawas.
1.3.3. Merk Dagang dan Kesetaraan.
a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan / produk di dalam Persyaratan
Teknis Umum, secara umum harus diartikan sebagai persyaratan kesetaraan kwalitas
penampilan (Performance) dari bahan / produk tersebut, yang mana dinyatakan dengan
kata-kata “atau yang setara“.
b. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan / produk lain yang
dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setara dengan bahan / produk
yang memakai merk dagang yang
c. disebutkan, dapat diterima sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh
persetujuan tertulis dari Direksi / Pengawas atas Kesetaraan tersebut.
d. Penggunaan Bahan / Produk yang disetujui sebagai “setara” tidak dianggap sebagai
perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan harga dengan bahan produk yang
disebutkan merk dagangnya atau diabaikan.
e. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan produksi dalam
negeri lebih diutamakan.
1.3.4. Penggantian (Substitusi)
a. Pemborong / supplier bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu bahan /
produk lain dengan penampilan yang setara dengan yang dipersyaratkan.
b. Dalam persetujuan atau sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga yang ada
dengan bahan / produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan sebagai perubahan
pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :

3
Bab VI
Spesifikasi Teknis

1. Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan pemborong / suplier


seperti dipersyaratkan, maka perubahan pekerjaan yang bersifat biaya tambah
dianggap tidak ada.
2. Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi / Pengawas dan
pemberi Tugas sebagai masukan (Input) baru yang menyangkut nilai tambah, maka
perubahan pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat diperkenankan.

1.3.5. Persetujuan Bahan


a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan sangat agar
sebelum sesuatu bahan / produk akan dibeli / dipesan / diproduksi, terlebih dahulu
dimintakan persetujuan dari Direksi / Pengawas atau kesesuaian dari bahan / Produk
tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan dalam bentuk tertulis
yang dilampirkan pada contoh / brosur dari bahan / produk yang bersangkutan untuk
diserahkan kepada Direksi / Pengawas Lapangan.
b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas sepenuhnya
merupakan tanggung jawab pemborong / suplier, yang mana tidak dapat diberikan
pertimbangan keringanan apapun.
c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh / brosur seperti tersebut di atas
tidak melepaskan tanggung jawab Pemborong / Supplier dari kewajibannya dalam
Perjanjian Kerja ini mengadakan bahan / Produk yang sesuai dengan persyaratannya,
serta tidak merupakan jaminan akan diterima / disetujuinya seluruh bahan / produk
yang digunakan sesuai dengan contoh brosur yang telah disetujui.

1.3.6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan / produk kepada Direksi / Pengawas harus
disertakan contoh dari bahan / produk tesebut dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah Contoh
1. Untuk bahan / produk bila tidak dapat diberikan sesuai sertifikat pengujian yang
dapat disetujui / diterima oleh Direksi / Pengawas sehingga oleh karenanya perlu
diadakan pengujian kepada Direksi / Pengawas harus diserahkan sejumlah bahan
produk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam standart prosedur
pengujian, untuk dijadikan benda uji guna diserahkan pada Badan / Lembaga
Penguji yang ditunjuk oleh Direksi / Pengawas.
2. Untuk Bahan / produk atau mana dapat ditunjukan sertifikat pengujian yang dapat
disetujui / diterima oleh Direksi / Pengawas, kepada Direksi / Pengawas harus
diserahkan 3 (tiga) buah contoh yang masing masing disertai dengan salinan
sertifikat pengujian yang bersangkutan.
b. Contoh yang Disetujui
1. Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi / Pengawas atau contoh yang telah
memperoleh persetujuan dari Direksi / Pengawas harus dibuat suatu keterangan
tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu, oleh Direksi / pengawas harus

4
Bab VI
Spesifikasi Teknis

dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 3 (tiga) buah contoh yang


semuanya akan dipegang oleh Direksi / Pengawas. Bila dikehendaki, Pemborong /
Supplier dapat meminta sejumlah set tambahan dari contoh berikut tanda pengenal
persetujuan dan surat keterangan persetujuan untuk kepentingan Dokumentasi
sendiri. Dengan demikian jumlah contoh yang harus diserahkan kepada Direksi /
Pengawas harus ditambah seperlunya sesuai dengan kebutuhan tambahan tersebut.
2. Pada waktu Direksi / Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan contoh yang
disetujui tersebut untuk pemeriksaan bahan produk bagi pekerjaan, Pemborong
berhak meminta kembali contoh tersebut untuk dipasangkan pada pekerjaan.
c. Waktu Persetujuan Contoh
1. Adalah tanggung jawab dari pemborong / supllier untuk mengajukan contoh pada
waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atau contoh tersebut tidak
akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal pengadaan bahan.
2. Untuk bahan / produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan kesetaraan pada
suatu merk dagang tertentu, keputusan atau contoh akan diberikan oleh Direksi /
Pengawas dalam waktu tidak lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja. Dalam hal dimana
persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan tambahan diluar persyaratan
teknis (seperti penentuan model, warna, dll), maka keseluruhan keputusan akan
diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari kerja.
3. Untuk bahan / produk yang masih harus dibuktikan kesetaraannya dengan suatu
merk dagang yang disebutkan, keputusan atau contoh akan diberikan oleh Direksi /
Pengawas dalam waktu 21 (duapuluh satu) hari kerja sejak dilengkapinya
pembuktian kesetaraan.
4. Untuk bahan / Produk yang bersifat pengganti / substitusi, keputusan persetujuan
akan diberikan oleh Direksi / Pengawas dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya dengan lengkap seluruh bahan pertimbangan.
5. Untuk bahan / produk yang bersifat peralatan / perlengkapan atau pun produk
yang lain karena sifat / jumlah / harga pengadaanya tidak memungkinkan untuk
diberikan contoh dalam bentuk bahan / produk jadi permintaan persetujuan bisa
diajukan berdasarkan Brosur dari produk tersebut, yang mana harus dilengkapi
dengan :
 Spesifikasi Teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik / produsen.
 Surat surat seperlunya dari agen / importer, sesuai keagenan, surat jaminan
suku cadang dan jasa purna (after sales service) dan lain-lain.
 Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain.
 Sertifikat pengujian, penetapan, kelas, dan dokumen-dokumen lain sesuai
petunjuk Direksi / Pengawas.
6. Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan di atas, keputusan, keputusan
atau contoh dari bahan / Produk yang diajukan belum diperoleh tanpa
pemberitahuan tertulis apapun dari Direksi / Pengawas, maka dengan sendirinya
dianggap bahwa contoh yang diajukan telah disetujui oleh Direksi / Pengawas.

5
Bab VI
Spesifikasi Teknis

1.3.7. Penyimpanan Bahan


a. Persetujuan atas suatu bahan / produk harus diartikan sebagai perijinan untuk
memasukan bahan produk tersebut dengan tetap berada dalam kondisi layak untuk
dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa bahan / produk tidak layak untuk
dipakai dalam pekerjaan, Direksi / Pengawas berhak memerintahkan agar :
1. Bahan atau Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak
untuk dipakai.
2. Dalam hal mana perbaikan tidak lagi mungkin, supaya bahan / produk tersebut
segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selama 2 x 24 jam untuk diganti dengan
yang memenuhi persyaratan.
b. Untuk bahan / produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu
penyimpanannya harus dikelompokan menurut umur pemakaian tersebut yang mana
harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama penggunaan
ini.
2. Berukuran minimal 40 x 60 cm.
3. Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah.
4. Diletakkan di tempat yang mudah terlihat.
c. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga
bahan yang terlebih dahulu masuk akan lebih dulu pula dikeluarkan untuk dipakai
dalam pekerjaan.

1.4. PELAKSANAAN
1.4.1. Rencana Pelaksanaan
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Surat Perintah Kerja (SPK) oleh
kedua belah pihak, pemborong harus menyerahkan kepada Direksi / Pengawas sebuah
“Network Planning” mengenai seluruh kegiatan
b. yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram mana
dinyatakan pula urutan serta kaitan / hubungan antara seluruh kegiatan-kegiaan
tersebut.
c. Kegiatan kegiatan Pemborong untuk / selama masa pengadaan / pembelian serta waktu
pengiriman / pengangkutan dari :
1. Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan persiapan /
pembantu.
2. Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan
d. Kegiatan kegiatan Pemborong untuk / selama waktu fabrikasi, pemasangan dan
pembangunan.
e. Pembuatan gambar-gambar kerja.

6
Bab VI
Spesifikasi Teknis

f. Permintaaan persetujuan atau bahan serta gambar kerja maupun rencana kerja.
g. Harga borongan dari masing masing kegiatan tersebut.
h. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
i. Direksi / Pengawas akan memeriksa rencana kerja Pemborong dan memberikan
tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.
j. Pemborong harus memasukkan kembali perbaikan / penyempurnaan atau rencana kerja
kepada Direksi / Pengawas dan meminta diadakannya perbaikan / penyempurnaan
atau rencana kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya pelaksanaan.
k. Pemborong tidak dibenarkan memulai suatu pelaksanaan atau pekerjaan sebelum
adanya persetujuan dari Direksi / Pengawas atau rencana kerja ini. Kecuali dapat
dibuktikan bahwa Direksi / Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk memeriksa
rencana kerja Pemborong pada waktunya, maka kegagalan Pemborong untuk memulai
pekerjaan sehubungan dengan belum adanya rencana kerja yang memulai pekerjaan
yang disetujui Direksi, sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari pemborong
bersangkutan.
1.4.2. Gambar Kerja (Shop Drawing)
a. Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (Construction Drawings)
belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai keadaan terlaksana,
Pemborong wajib untuk mempersiapkan gambar kerja yang secara terperinci akan
memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut.
b. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direksi /
Pegawas.
c. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi / Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan untuk mana gambar-gambar tersebut di atas harus diserahkan dalam
rangkap 3 (tiga).
d. Pengajuan gambar kerja tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
pemesanan bahan atau Pelaksanaan pekerjaan dimulai.
1.4.3. Ijin Pelaksanaan
Ijin pelaksanaan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan tersebut,
Pemborong diwajibkan untuk mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis kepada Direksi /
Pengawas dengan dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui. Ijin pelaksanaan yang
disetujui sebagai pegangan Pemborong untuk melaksanakan pada bagian pekerjaan
tersebut.
1.4.4. Contoh Pekerjaan ( Mock Up).
Bila pekerjaan dikehendaki oleh Direksi / Pengawas, Pemborong wajib menyediakan
sebelum pekerjaan dimulai.
1.4.5. Rencana Mingguan dan Bulanan.
a. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan pekerjaan
berlangsung, Pemborong wajib untuk menyerahkan kepada direksi / pengawas suatu
rencana mingguan yang berisi rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan
yang akan dilaksanakan dalam minggu berikutnya.

7
Bab VI
Spesifikasi Teknis

b. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari tiap bulan, Pemborong wajib


menyerahkan kepada Direksi / Pengawas suatu rencana bulanan yang menggambarkan
dalam garis besarnya, berbagai rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan
yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan berikutnya.
c. Kelalaian Pemborong untuk menyusun dan menyerahkan rencanan mingguan maupun
bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan perintah Direksi /
Pengawas dalam melaksanakan pekerjaan.
d. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, pemborong diwajibkan untuk
memberitahu Direksi / Pengawas mengenai hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam
sebelumnya.
1.4.6. Kwalitas Pekerjaan
Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis pekerjaan
bersangkutan.
1.4.7. Pengujian Hasil Pekerjaan
a. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji dengan
cara dan tolak ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang ditetapkan
dalam pada Pasal I.2. dari Persyaratan Teknis Umum ini.
b. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan / Lembaga yang akan
melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Direksi / Pengawas dari Lembaga / Badan
Penguji milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah atau Badan lain yang oleh
Direksi / Pengawas dianggap memiliki obyektifitas dan Integritas yang meyakinkan.
Atau hal yang terakhir ini Pemborong / Supplier tidak berhak mengajukan sanggahan.
c. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban
Pemborong.
d. Dalam hal dimana Pemborong tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari bahan
penguji yang ditunjuk oleh Direksi, Pemborong berhak mengadakan pengujian
tambahan pada lembaga / Badan lain yang memenuhi persyaratan Badan Penguji
seperti tersebut di atas untuk mana seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri oleh
pemborong.
e. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut memberikan
kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
1. Memilih Badan / Lembaga Penguji ketiga atau kesepakatan bersama.
2. Melakukan pengujian ulang pada bahan / lembaga Penguji pertama atau kedua
dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :
- Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi / Pengawas dan
Pemborong / supplier maupun wakil-wakilnya.
- Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat alat penguji.
3. Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final, kecuali bilamana kedua belah pihak
sepakat untuk menganggapnya demikian.

8
Bab VI
Spesifikasi Teknis

4. Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil pengujian


yang pertama, maka semua akibat langsung maupun tidak langsung dari adanya
semua pengulangan pengujian menjadi tanggung jawab pemborong / supplier.
5. Apabila hasil pengujian ulang menunjukan ketidaktepatan kesimpulan dari hasil
pengujian yang kedua, maka:
- 2 (dua) dari 3 (tiga) penguji yang bersangkutan, atas pilihan Pemborong /
Supplier akan diperlakukan sebagai pekerjaan tambah.
- Atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya penambahan / pengulangan
pengujian akan diberikan tambahan waktu pelaksanaan pada bagian pekerjaan
bersangkutan dan bagian bagian lain yang terkena
- akibatnya, penambahan mana besarnya adalah sesuai dengan penundaan yang
terjadi
1.4.8. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dangan bagian pekerjaan yang lain yang
mana akan secara visual menghalangi Direksi / Pengawas untuk memeriksa bagian
pekerjaan yang terdahulu, pemborong wajib melaporkan secara tertulis kepada Direksi
/ Pengawas mengenai rencananya untuk melaksanakan bagian pekerjaan yang akan
menutupi bagian pekerjaan tersebut, sedemikian rupa sehingga Direksi / Pengawas
berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada bagian yang bersangkutan
untuk dapat disetujui kelanjutan pengerjaannya.
b. Kelalaian Pemborong untuk menyampaikan laporan di atas, memberikan hak kepada
Direksi / Pengawas untuk dibelakang hari menuntut pembongkaran yang menutupi
tersebut, guna memeriksa hasil pekerjaan yang terdahulu yang mana akibatnya
sepenuhnya akan ditanggung oleh Pemborong.
c. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan dan Direksi tidak mengambil langkah-
langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksudkan di atas, maka setelah
lewat 2 (dua) hari sejak laporan disampaikan, pemborong berhak melanjutkan
pelaksanaan pekerjaan dan menganggap bahwa Direksi telah menyetujui bagian
pekerjaan yang ditutup tersebut.
d. Pemeriksaan dan Persetujuan oleh Direksi / Pengawas atas suatu pekerjaan tidak
melepaskan Pemborong dari kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan Surat Perjanjian Pemborong (SPP).
e. Walaupun telah diperiksa dan disetujui kepada Pemborong masih dapat diperintahkan
untuk membongkar bagian pekerjaan yang menutupi bagian pekerjaan lain guna
pemeriksaan bagian pekerjaan yang ditutupi.
1.4.9. Kebersihan dan Keamanan
a. Pemborong bertanggung jawab untuk menjaga agar area kerja senantiasa berada dalam
keadaan rapi dan bersih.
b. Pemborong bertanggung jawab atas keamanan diarea kerja, termasuk apabila
diperlukan tenaga, peralatan, atau tanda-tanda Khusus.

9
Bab VI
Spesifikasi Teknis

1.5. PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN


1.5.1. Dokumen Terlaksana (As Build Documents)
a. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan Pemborong wajib menyusun Dokumen
Terlaksana yang terdiri dari :
1. Gambar-gambar terlaksana (as built drawing)
2. Persyaratan teknis terlaksana dari pekerjaan, sebagaimana yang telah
dilaksanakan.
b. Dikecualikan dari kewajiban di atas adalah Pemborong untuk pekerjaan:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Supply bahan, perlengkapan / peralatan kerja
c. Dokumen terlaksana bisa diukur dari :
1. Dokumen pelaksanaan
2. Gambar-gambar perubahan
3. Perubahan Persyaratan Teknis
4. Brosur teknis yang diberi tanda pengenal khusus berupa cap sesuai petunjuk Direksi
/ Pengawas.
d. Dokumen terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi / Pengawas
e. Khusus untuk pekerjaan kunci, sarana komunikasi bersaluran banyak, utilitas dan
pekerjaan pekerjaan lain dengan sistem jaringan bersaluran banyak secara operasional
membutuhkan identifikasi yang bersifat lokatif, dokumen terlaksana ini harus
dilengkapi dengan daftar pesawat / instalasi / peralatan / perlengkapan yang
mengidentifikasi lokasi dari masing-masing barang tersebut.
f. Kecuali dengan ijin khusus dari Direksi / Pengawas dan Pemberi Tugas, Pemborong
harus membuat dokumen terlaksana hanya untuk diserahkan kepada Pemberi Tugas.
Pemborong tidak dibenarkan membuat / menyimpan salinan ataupun copy dari
dokumen terlaksana tanpa ijin khusus tersebut.

1.5.2. Penyerahan
Pada waktu penyerahan pekerjaan, Pemborong wajib menyerahkan kepada Pemberi Tugas :
a. 2 (dua) dokumen terlaksana
b. Untuk peralatan / perlengkapan:
- 2 (dua) set pedoman operasi (operational manual)
- suku cadang sesuai yang dipersyaratkan
c. Untuk berbagai macam :
- Semua kunci orisinil disertai “Construction Key” bila ada
- Minimum 1 (satu) set kunci duplikat
d. Dokumen dokumen resmi (seperti surat ijin, tanda pembayaran cukai, surat fiskal
pajak, dan lain-lain)

10
Bab VI
Spesifikasi Teknis

e. Segala macam surat jaminan berupa Guarantee / Warranty sesuai uang yang
dipersyaratkan.
f. Surat pernyataan pelunasan sesuai petunjuk Direksi / Pengawas
g. Bahan finishing cat minimal 3 (tiga) galon (masing-masing warna)
h. Bahan finishing lantai / dinding & atau masing masing minimal 2 m2

2. Keamanan Penjagaan
1.6.1. Untuk keamanan Pemborong diwajibkan mengadakan penjagaan, bukan saja terhadap
pekerjaannya, tetapi juga bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan bangunan-
bangunan, jalan-jalan, pagar, pohon-pohon dan taman-taman yang telah ada.
1.6.2. Pemborong berkewajiban menyelamatkan bangunan yang telah ada, apabila bangunan
yang telah terjadi kerusakan alibat pekerjaan ini, maka pemborong berkewajiban untuk
memperbaiki / membetulkan sebagaimana mestinya.
1.6.3. Pemborong harus menyediakan penerangan yang cukup di lapangan, terutama pada
waktu lembur, jika Pemborong menggunakan aliran listrik dari bangunan / komplek,
diwajibkan bagi pemborong untuk memasang meter sendiri untuk menetapkan sewa
listrik yang dipakai.
1.6.4. Pemborong harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran debu agar tidak mengurangi
kebersihan dan keindahan bangunan-bangunan yang sudah ada.
1.6.5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk Pembangunan
pekerjaan sementara sesuai dengan ketentuan kontrak harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
ketentraman penduduk atau jalan-jalan yang harus digunakan baik jalan perorangan atau
umum, milik pemberi tugas atau milik pihak lain. Pemborong harus membebaskan
Pemberi Tugas dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal tersebut di atas.
1.6.6. Pemborong harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan pada jalan raya atau
jembatan yang menghubungkan proyek sebagai akibat dari lalu lalang peralatan ataupun
kendaraan yang dipergunakan untuk mengangkut bahan bahan / material guna keperluan
proyek.
1.6.7. Apabila Pemborong memindahkan alat-alat pelaksanaan, mesin-mesin berat atau unit-
unit alat berat lainnya dari bagian pekerjaan, melalui jalan raya atau jembatan yang
mungkin akan mengakibatkan kerusakan dan seandainya pemborong akan membuat
perkuatan-perkuatan di atasnya, maka hal tersebut harus diberitahukan terlebih dahulu
kepada Pemberi Tugas dan Instansi Yang berwewenang. Biaya untuk perkuatan tersebut
menjadi tanggungan Pemborong.

11
Bab VI
Spesifikasi Teknis

PASAL 2. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN LAPANGAN

2.1. PEKERJAAN PERSIAPAN


2.1.1. Direksi Keet
a. Bangunan sementara
Sebelum pemborong memulai pelaksanaan pekerjaan ini diharuskan menyediakan
dan mendirikan Direksi Keet berupa bangunan sementara yang berukuran minimal
4.00 x 10.00 m2 serta rumah jaga dengan ukuran minimal 3.00 x 3.00 m2.
Bangunan sementara ini harus dilengkapi dengan toilet / WC dan kamar mandi yang
khusus dimanfaatkan oleh Direksi / Pengawas. Selain dilengkapi dengan bak air,
closet, maka harus pila dilengkapi dengan septictank & sumur resapan.
b. Kelengkapan direksi keet
Sebagai kelengkapan direksi keet guna penyelesaian administrasi di lapangan, maka
sebelum pelaksanaan pekerjaan ini dimulai pemborong harus terlebih dahulu
melengkapi peralatan antara lain :
- Soft board menempel di dinding 2x1,2x2,4
- (Satu) buah meja rapat (sederhana) ukuran 1,2 x 4,8 m2
- (Dua belas) buah kursi duduk ruang rapat
- (Satu) White Board (1,2 x 2,4) dan peralatannya
- (Satu) rak / almari buku sederhana
- (satu) set kelengkapan PPPK ( P3K)
- AC dalam ruangan
- (Lima) buah Helm
Selesai pelaksanaan proyek ini (Serah terima ke II) semua peralatan / kelengkapan
tersebut dalam ayat ini menjadi milik kontraktor, dengan demikian pembiayaannya
dianggap sewa.
c. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia di Proyek untuk setiap saat dapat
digunakan oleh direksi Lapangan adalah :
- (satu) buah kamera
- (satu) buah alat ukur Schuitmaat.
- (satu) buah alat ukur optik (theodolit / waterpass)
- (satu) buah personal komputer dan printer
- (satu) buah mesin tik standart 18”

2.1.2. Kantor Dan Gudang Kontraktor


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor dapat membuat Kantor Kontraktor, barak-
barak untuk pekerja atau gudang tempat penyimpanan bahan (Boukeet), yang

12
Bab VI
Spesifikasi Teknis

sebelumnya telah dapat persetujuan dari pihak Direksi / Pengawas berkenaan dengan
konstruksi atau penempatannya.
Semua Boekeet perlengkapan Pemborong dan sebagainya, pada waktu pekerjaan
berakhir (serah terima) harus dibongkar.
2.1.3. Sarana Pekerja
a. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja bagi semua pekerjaan yang
dilakukan di luar lapangan sebelum pemasangan peralatan yang dimiliki serta
jadwal kerja.
b. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan kerja di lapangan
c. Penyediaan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan harus aman dari
segala kerusakan hilang dan hal hal dasar yang mengganggu pekerjaan lain yang
sedang berjalan.

2.1.4. Pengaturan Jam Kerja Dan Pengerahan Tenaga Kerja


a. Pemborong harus dapat mengatur sedemikian rupa dalam hal pengerahan tenaga
kerja pengaturan jam kerja maupun penempatan bahan hendaknya dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan pengawas lapangan. Khususnya dalam pengerahan tenaga
kerja dan pengaturan jam kerja dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan
peraturan perburuhan yang berlaku.
b. Kecuali ditentukan lain, Pemborong harus menyediakan akomodasi dan fasilitas-
fasilitas lain yang dianggap perlu misalnya (air minum, toilet yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan dan fasilitas kesehatan lainya seperti penyediaan
perlengkapan PPPK yang cukup serta pencegahan penyakit menular)
c. Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar tempat pekerjaan tidak
melanggar wilayah bangunan-bangunan lain yang berdekatan, dan pemborong harus
melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki tempat pekerjaan

2.1.5. Perlindungan Terhadap Bangunan / Sarana Yang Ada


a. Segala kerusakan yang timbul pada bangunan / konstruksi sekitarnya menjadi
tanggung jawab Pemborong untuk memperbaikinya, bila kerusakan tersebut jelas
akibat pelaksanaan pekejaan.
b. Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus selalu menjaga kondisi jalan
sekitarnya dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kerusakan-kerusakan yang
terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan ini.
c. Kontraktor wajib mengamankan sekaligus melaporkan / menyerahkan kepada pihak
yang berwenang bila nantinya menemukan benda-benda bersejarah.

2.1.6. Pembongkaran Bangunan Eksisting, Pembersihan Dan Penebangan Pohon-Pohonan


Eksisting

13
Bab VI
Spesifikasi Teknis

a. Karena pada lahan eksisting masih terdapat bangunan lama, maka pemborong
wajib membongkar terlebih dahulu setelah diadakannya kordinasi terlebih dahulu
dengan Direksi & Pengawas. Pemborong tidak punya hak memiliki atas material
bekas bongkaran. Bekas bongkaran sepenuhnya milik User/Owner. Pemborong juga
berkewajiban mencatat jumlah bongkaran yang ada dan seterusnya dilaporkan
kepada pengawas & direksi. Sesuai petunjuk pengawas & direksi, bongkaran yang
tidak dipakai wajib dibuang ke luar lokasi proyek. Sedangkan bongkaran yang masih
dapat dipakai, pemborong wajib menyimpan dengan rapi di tempat yang aman
sesuai petunjuk pengawas & direksi.
b. Lapangan terlebih dahulu juga harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar
pohon.
c. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih dan
rata.
d. Pemborong tidak boleh membasahi, menebang atau merusak pohon-pohon atau
pagar, kecuali bila telah ditentukan lain atau sebelumnya diberi tanda pada
gambar-gambar yang menandakan bahwa pohon-pohon dan pagar harus
disingkirkan. Jika ada sesuatu hal yang mengharuskan Pemborong untuk melakukan
penebangan, maka ia harus mendapat ijin dari Pemberi tugas.

2.1.7. Penjagaan, Pemagaran Sementara, Dan Papan Nama


a. Pemborong bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaannya yang dianggap peting selama pelaksanaan, dan sekaligus
menempatkan petugas keamanan untuk mengatur sirkulasi / arus kendaraan keluar
/ masuk proyek.
b. Sebelum kontraktor mulai melaksanakan pekerjaannya, maka terlebih dahulu
memberi pagar pengaman pada sekeliling site pekerjaan yang dilakukan
c. Pembuatan pagar pengaman dibuat jauh dari lokasi pekerjaan, sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilakukan, serta tempat
penimbunan bahan bahan.
d. Dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat bertahan / kuat sampai pekerjaan selesai
dan tampak dari luar dapat menunjang estetika atas kawasan yang ada.
e. Syarat pagar pengamanan :
- Pagar dari seng gelombang finish cat berpola sesuai dengan pengarahan pemberi
tugas dengan ketinggian 180 cm.
- Tiang Dolken minimum berdiameter 10 cm, jarak pemasangan minimal 180 cm,
bagian yang masuk pondasi minimum 40 cm.
- Rangka kayu meranti berukuran 4 x 6 cm, dengan pemasangan 4 jalur menurut
tinggi pagar.
- Pondasi cor beton setempat minimum penampang diameter 30 cm, dalam 50 cm
dari permukaan tanah setempat. Beton dengan adukan 1 : 3 : 5.
- Lengkap pembuatan pintu masuk dari bahan sama.

14
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Selesai proyek semua bahan pagar adalah milik Pemborong, untuk hal tersebut di
atas didalam susunan penawaran hendaknya telah diper-timbangkan.
f. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus memasang papan nama proyek
yang dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.

2.1.8. Pekerjaan Penyediaan Air Dan Daya Listrik Untuk Bekerja


a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak proyek atau disulai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu, bebas dari
lumpur, minyak dan bahn-bahan kimia lainnya
b. yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
rencana.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan, atau penggunaan diesel
untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara
atas persetujuan pengawas. Daya listrik juga disediakan untuk mensuplai kantor
Direksi Lapangan.
d. Segala Biaya atas pemakaian daya dan air di atas adalah beban Kontraktor.

2.1.9. Drainase Tapak


a. Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak,
kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk pembuangan air
yang ada.
b. Arah aliran air ditujukan ke daerah / permukaan yang terendah yang ada di tapak
atau ke saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembuangan.
c. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dangan petunjuk dan persetujuan
Direksi / Pengawas.

2.1.10. Mengadakan Pengukuran Dan Pemasangan Bowplank


a. Pengukuran Tapak kembali.
1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil
ketinggian tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera
kebenarannya.
2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas / Direksi untuk
diminta keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass / Theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung- jawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan Theodolith / waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Pengawas / Direksi selama
pelaksanaan Proyek.

15
Bab VI
Spesifikasi Teknis

5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujuii oleh
Direksi.
6. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.

b. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan


Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan letak /
kedudukan bangunan terhadap titik patok / pedoman yang telah ditentukan, siku
bangunan maupun datar (water Pass) dan tegak lurus bangunan harus ditentukan
dengan memakai alat water pass instrument / Theodolith. Hal tersebut
dilaksanakan untuk mendapatkan tegel, langit-langit dan sebagainnya dengan hasil
yang baik dan siku.
Untuk mendapatkan titik Peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi yang
tercantum pada gambar rencana (Lay Out), dan bila terjadi penyimpangan atau
tidak sesuainya antara kondisi lapangan dengan Lay Out, Pemborong harus melapor
pada Pengawas / Perencana.
c. Pemasangan BouwPlank
1. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan
Bowplank / pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian, dan
bench mark yang diberikan konsultan pengawas secara tertulis serta
bertanggung jawab atas ketinggian, posisi, dimensi, serta kelurusan seluruh
bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja yang diperlukan.
2. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan
dalam hal tersebut di atas, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya,
kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
3. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Konsultan Pengawas atau wakilnya
tidak menyebabkan tanggung-jawab Pemborong menjadi berkurang.
4. Pemborong wajib melindungi semua bench mark, dan lain-lain atau seluruh
refferensi dan realisasi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini.
5. Bahan dan Pelaksanaan.
- Tiang Bowplank menggunakan kayu Meranti ukuran 5/7 dipasang setiap jarak
2.00 m1, sedangkan papan bowplank ukuran 2/20 dari kayu Meranti dipasang
datar Water Pass.
- Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m1 dari
as tepi bangunan dengan patok patok yang kuat, bowplank tidak boleh
dilepas / dibongkar dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya sehingga
dapat dimanfaatkan hingga pekerjaan mencapai tahapan trasraam tembok
bawah.

16
Bab VI
Spesifikasi Teknis

2.2. Pekerjaan Tanah Untuk Lahan Bangunan


2.2.1. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat- alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik dan
sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Galian Tanah Pondasi
Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk Pondasi strouss, Foot Plate, balok pondasi
dan struktur lainnya yan terletak dadalam atau di atas tanah, seperti tercantum di
dalam gambar rencana atau sesuai dengan kebutuhan Kontraktor agar pekerjaannya
dapat dilaksanakan dengan lancar, benar dan aman.

2.2.2. Syarat-Syarat Pelaksanaan


1. Level Galian
Galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan level yang tercantum di dalam gambar
rencana. Kontraktor harus mengetahui dengan pasti hubungan antara level bangunan
terhadap level muka tanah asli dan jika hal tersebut belum jelas harus segera
didiskusikan hal ini dengan Konsultan Pengawas sebelum galian dilaksanakan. Kesalahan
yang dilakukan akibat hal ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2. Jaringan Utilitas
Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain-lain,
maka Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan penyelesaian. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan
akibat kelalaiannya dalam mengamankan jaringan utilitas ini. Jaringan utilitas aktif
yang ditemukan di bawah tanah dan terletak di dalam lokasi pekerjaan harus
dipindahkan ke suatu tempat yang disetujui oleh Konsultan Pengawas atas tanggungan
Kontraktor.
3. Galian yang Tidak Sesuai
Jika galian dilakukan melebihi ke dalaman yang ditentukan, maka kontraktor harus
mengisi / mengurug kembali galian tersebut dengan bahan urugan yang memenuhi
syarat dan harus dipadatkan dengan cara yang memenuhi syarat, atau galian tersebut
dapat diisi dengan material lain seperti adukan beton.
4. Urugan Kembali
Pengurugan Kembali bekas galian harus dilakukan sesuai dengan yang diisyaratkan pada
bab mengenai urugan dan pemadatan. Pekerjaan pengisian kembali ini hanya boleh

17
Bab VI
Spesifikasi Teknis

dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan tertulis dari


Konsultan Pengawas.
5. Pemadatan Dasar Galian
Dasar galian harus rata / water pas dan bebas dari akar-akar tanaman atau bahan-
bahan organis lainnya. Selanjutnya dasar galian harus dipadatkan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
6. Air Pada Galian
Kontraktor wajib mengantisipasi air yang terdapat pada dasar galian dan wajib
menyediakan pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai untuk
menghindari genangan air dan lumpur pada dasar galian. Kontraktor harus
merencanakan secara benar, kemana air tanah harus dialirkan, sehingga tidak terjadi
genangan air / banjir pada lokasi disekitar proyek. Di dalam lokasi galian harus dibuat
drainase yang baik agar aliran air dapat dikendalikan selama pekerjaan berlangsung.
7. Struktur Pengaman Galian dan Pelindung Galian
Jika galian yang harus dibuat ternyata cukup dalam, maka kontraktor harus membuat
pengaman galian sedemikian rupa hingga tidak terjadi kelongsoran pada tepi galian.
Galian terbuka hanya diijinkan jika diperoleh kemiringan lebih besar 1:2 (Vertikal :
Horisontal). Sisi galian harus dilindungi dengan adukan beton terpasang, maka galian
tersebut harus dilindungi dengan material kedap air seperti lembaran terpal / kanvas
sehingga sisi galian tersebut selalu terlindung dari hujan maupun sinar matahari.
8. Perlindungan Benda Yang Dijumpai
Kontraktor harus melindungi atau menyelamatkan benda-benda yang dilindungi selama
pekerjaan galian terpasang. Kecuali disetujui untuk dipindahkan, benda-benda tersebut
harus tetap pada tempatnya dan kerusakan yang terjadi akibat kelalaian kontraktor
harus diperbaiki / diganti oleh kontraktor.
9. Urutan Galian Pada Level Berbeda
Jika ke dalaman galian berbeda satu dengan lainnya, maka galian harus dimulai dari
bagian yang lebih dalam dahulu dan seterusnya.

18
Bab VI
Spesifikasi Teknis

PASAL 3. PEKERJAAN STRUKTUR

3.1. PEKERJAAN 1.1. Lingkup Pekerjaan


BETON Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan
BERTULANG serta pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai
dengan yang tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang
berhubungan dengan beton, seperti acuan, besi, beton dan admixtures.
Juga termasuk didalam lingkup pekerjaan ini adalah pengamanan baik
pekerja maupun fasilitas lain disekitar sehingga pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar dan aman. Untuk pekerjaan beton struktur menggunakan
beton ready mix, dan pekerjaan beton non struktur menggunakan bisa
menggunakan ready mix atau site mix.
1.2. Peraturan Peraturan.
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai
dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
a. Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK-
SNI T-15 – 1991-03 )
b. Pedomen Beton 1989 ( SKBI – 1.4.53.1988 )
c. Peraturan Perencanaan tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983
d. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
Struktur tembok Bertulang untuk Gedung 1983
e. Persyaratan umum Bahan Bangunan di Indonesia ( PUBI-1082)-NI-3
f. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/ NI-8
g. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)
h. Mutu dan Cara Uji Semen Beton (SII 0052-80)
i. ASTM C-33 Standart Specification for Concrete Agregates.
j. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)
k. Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
l. American Society for Testing Material ( ASTM )
m. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
n. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.5.3.1987
UDC : 699.81 : 624.04)
1.3. Keahlian dan Pertukangan
Kontraktor harus membuat beton dengan kualitas sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan, antara lain, mutu dan
penggunaannya selama pelaksanaan. Semua pekerjaan beton harus
dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman, termasuk tenaga ahli
untuk acuan/bekisting sehingga dapat mengantisipasi segala
kemungkinan yang terjadi. Selain itu Kontraktor wajib menggunakan
tukang yang berpengalaman, sehingga sudah paham dengan pekerjaan
yang sedang dilaksanakannya terutama pada saat dan setelah
pengecoran berlangsung. Semua tenaga ahli dan tukang tersebut harus
mengawasi pekerjaan sampai pekerjaan perawatan beton selesai
dilakukan. Untuk itu paling lambat 10 hari sebelum pekerjaan dimulai
Kontraktor harus mengusulkan metode kerja dan harus disetujui
Konsultan Pengawas( Kontruksi ). Jika dipandang perlu, maka Konsultan
Pengawas( Kontruksi ) berhak untuk menunjuk tenaga ahli diluar yang
ditunjuk Kontraktor untuk membantu mengevaluasi semua usulan
Kontraktor dan semua biaya yang timbul menjadi beban Kontraktor.

19
Bab VI
Spesifikasi Teknis

1.4. Persyaratan Bahan


a. Semen
Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari
jenis semen yang telah ditentukan dalam SII 0013-81 dan harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standart
tersebut. Semua yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama
dan dalam keadaan baru. Semen yang dikirim harus terlindung dari
hujan dan air. Semen harus terbungkus dalam sak (kantong) asli
dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat. Semen harus
disimpan digudang dengan ventilasi yang baik, tidak lembab dan
diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga aman dari
kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen tersebut tidak boleh
ditumpuk lebih dari 10 sak. System penyimpanan semen harus
diatur sedemikian rupa, sehingga semen tersebut tidak tersimpan
terlalu lama. Semen yang diragukan mutunya dan rusak akibat salah
penyimpanan, seperti membatu, tidak diijinkan untuk dipakai.
Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan
paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya Kontraktor.
b. Agregat
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan,
yaitu agregat kasar/batu pecah dan agregat halus/pasir beton.
Kedua jenis agregat ini diisyaratkan sebagai berikut :
1) Agregat Kasar, ukuran besar ukuran nominal maksimum agregat
kasar harus tidak melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang
samping dari cetakan, atau 1/3 dari tebal pelat. Atau ¾ jarak
bersih minimum antar baja tulangan, berkas baja tulangan atau
tendon pratekan atao 30 mm. Gradasi Agregat tersebut secara
keseluruhan harus sesuai dengan yang diisyaratkan oleh ASTM
agar tidak terjadi adanya sarang kerikil atau rongga dengan
ketentuan sebagai berikut :

Sisa diatas ( % Berat )


Ayakan 31.50 mm 0
Ayakan 4.00 mm 90-98
Selisih antar 2 ayakan berikutnuya 01-10

2) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam


dan bebas dari bahan bahan organik, lumpur dan kotoran
lainnya. Kadar Lumpur harus lebih kecil dari 4% berat. Agregat
halus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi syarat sb :

Sisa diatas ( % berat )


Ayakan 4.00 mm ≥ 0.2
Ayakan 1.00 mm ≥ 10
Ayakan 0.25 mm 80-95

Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan


persyaratan dalam spesifikasi ini. Jika sumber agregat berubah
karena suatu hal, maka Kontraktor wajib untuk memberitahukan
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas( Kontruksi ).
Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
permukaanya dan harus dicegah supaya tidak terjadi
pencampuran dengan tanah.
c. Air Untuk Campuran beton
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan
lain yang dapat merusak beton atau besi beton. Air tawar yang

20
Bab VI
Spesifikasi Teknis

dapat diminum umumnya dapat digunakan. Air tersebut harus


diperiksa pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas( Kontruksi ). Jika air pada lokasi pekerjaan tidak
memenuhi syarat untuk digunakan, maka Kontraktor Harus mencari
air yang memadai untuk itu.

d. Besi Beton
Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed
bars) untuk tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain
dalam gambar. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi
beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak cacat.
2. Mutu sesuai dengan yang ditentukan
3. Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan
toleransi.
4. Merk Krakatau Steel atau Budi Dharma atau setara
Pemakaian besi beton jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan
diatas, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas(
Kontruksi ). Besi Beton harus berasal dari satu pabrik
(manufactures). Tidak dibenarkan untuk menggunakan merk
besi beton yang berlainan dengan untuk pekerjaan ini. Besi
beton harus dilengkapi dengan mill certificate/sertifikat pabrik
yang membuat label dan nomor pengecoran serta tanggal
pembuatan besi beton tersebut.
e. Admixtures Material Tambahan
Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan
untuk memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, Jumlah bahan
yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan harus
dapat dibuktikan melalui hasil uji. Hasil uji ini dengan menggunakan
bahan semen dan agregat yang akan dipakai pada proyek ini. Bahan
campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur, memperlambat atau mempercepat pengikatan dan atau
pengerasan beton harus memenuhi “Specification for Chemical
Admixtures for Concrete“ (ASTM C494) atau memenuhi standart
Umum Bahan Bangunan Indonesia.
f. Kualitas Beton
1. Kualitas beton yang digunakan tercantum dalam gambar
rencana yang harus dibuktikan dengan pengujian seperti
diisyaratkan dalam spesifikasi teknis ini.
2. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai,
Kontraktor harus melakukan percobaan sesuai dengan yang
diisyaratkan oleh peraturan yang berlaku dengan mengadakan
trial mix di laboratorium yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas( Kontruksi ).
3. Untuk beton struktural ditentukan dengan mutu K-250 kesuali
mutu beton pada plat tangga ditentukan dengan mutu K-275
atau sesuai dengan gambar rencana dan harus dilakukan
pengujian laboratorium pada saat akan dilakukan pengecoran.
Saat beton telah mencapai umur rencana, maka pemborong
wajib melaksanakan tes beton (Hammer Test) dengan menunjuk
laboratorium yang disetujui Konsultan Pengawas(Kontruksi)
atau direksi.
4. Jika tidak ditentukan secara khusus, maka untuk lantai kerja,
kolom praktis, ring balk, lantai kerja dan beton non struktur
lainnya harus menggunakan beton Mutu K-175
5. Desain Adukan Beton.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar
beton yang dihasilkan memberikan kelecakan (Workability) dan
konsistensi yang baik, sehingga beton mudah dituangkan

21
Bab VI
Spesifikasi Teknis

kedalam acuan dan sekitar besi beton, tanpa menimbulkan


segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara
berlebihan. Campuran beton harus dirancang sesuai dengan
mutu beton yang ingin dicapai, dengan batasan dibawah ini :

MUTU BETON K225 K250 K275 K300 K350 k400


Kuat tekan minimum 7 hari U( kg/cm2 ) 158 175 192 210 245 280
n 3)
Jumlah Semen minimum ( kg/m 300 300 300 325 350 375
t
Jumlah Semen Maksimum ( kg/m3 ) 550 550 550 550 550 550
u
W / C faktor, maksimum k 0.55 0.55 0.55 0.55 0.5 0.5
Beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka
harus menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada Konsultan
Pengawas(Kontruksi) untuk mendapatkan persetujuannya. Khusus
untuk beton kedap air, maka jumlah semen minimum harus sesuai
dengan yang diisyaratkan oleh pemasok waterproofing.
1.5. Pengujian Bahan
a. Umum
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan
segala pengujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji
dengan jumlah sesuai dengan yang diisyaratkan. Kontraktor
harus menyerahkan hasil pengujiannya setelah hasil uji
diperoleh untuk persetujuan oleh Konsultan Pengawas(
Kontruksi ).
2. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka
Kontraktor harus melaksanakan pengujian ulang dengan
campuran yang lain dan selanjutnya mengevaluasi kembali hasil
uji tersebut hingga diperoleh hasil yang diinginkan.
3. Semua pengujian dan pemeriksaan dilapangan harus dilakukan
sesuai dengan pengarahan Konsultan Pengawas( Kontruksi ).
4. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke
lapangan, Kontraktor harus mendapatkan salina sertifikat
pengujian dari Pabrik, dimana pengujian dilakukan secara
berkala, dengan cara sesuai dengan spesifikasi ini.
b. Laboratorium Penguji
1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib
mengusulkan suatu laboratorium penguji material yang akan
digunakan pada proyek ini. Laboratorium bertanggung jawab
untuk melakukan semua pengujian dengan spesifikasi ini.
2. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan
penguji di lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga
ahli yang menguasai bidangnya.
3. Alat Penguji agregat kasar dan agregat halus.
a. Alat Pengukur kadar air (moisture content) dari agregat
b. Alat Pengukur kelecakan beton (slump)
c. Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpanan untuk
merawat benda uji pada temperatur yang normal dan
terhindar dari sengatan matahari.
4. Jika menggunakan beton Ready Mix, maka peralatan yang
disebut (a) dan (b) diatas harus dipersiapkan pada pabrik beton
ready mix.
c. Pengujian Agregat
1. Pengujian Pendahuluan Agregat
Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat
sebagai berikut:
a. Sieve analysis
b. Pengujian Kadar lumpur dan Kotoran lain.
c. Pengujian Unsur Organis
d. Pengujian kadar clorida dan Sulfat.

22
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan


Pengawas( Kontruksi ) untuk mendapatkan persetujuan (a) dan
(b) dengan pengujian kadar air dari tiap jenis agregat harus
dilakukan terhadap contoh untuk setiap Trial Mix.
2. Benda Uji Agregat
Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat yang
akan digunakan untuk menghasilkan beton seperti yang
disyaratkan. Jumlah minimum untuk pengujian agregatyang
dipakai untuk pekerjaan beton adalah sebagai berikut :

Type Pengujian Minimum Satu Contoh


Sieve Analysis Setiap Minggu
Moisture Content Setiap Minggu
Clay, Silt, dan Kotoran Setiap Hari
Kadar Organis Setiap Minggu
Kadar Klorida dan Setiap 500 m3 Beton
Sulfat

Jika hasil pembuatan beton yang dilakukan oleh kontraktor tidak


memuaskan, maka Konsultan Pengawas( Kontruksi ) berhak
untuk meminta pengujian tambahan dengan beban biaya
Kontraktor. Dan sebaliknya mungkin jumlah pengujian dapat
dikurangi jika hasil yang diperoleh ternyata memuaskan.
d. Pengujian Beton
1. Benda Uji Beton
Benda Uji harus diberi kode/tanda yang menunjukan tanggal
pengecoran, lokasi pengecoran dari bagian struktur yang
bersangkutan. Benda uji harus diambil sebelum beton dituang
kelokasi penggocoran sesuai dengan yang diisyaratkan oleh
Konsultan Pengawas( Kontruksi ).

2. Jumlah benda uji beton


a. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji
per 1,50 m3 beton hingga cepat dapat diperoleh 30 benda
uji yang pertama benda uji harus berbentuk kubus
berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. benda uji bentuk lainya
dapat digunakan bentuk lainya dapat digunakan bila
disetujui oleh Konsultan Pengawas( Kontruksi ). Selanjutnya
pengambilan benda uji sebanyak 2 (dua) buah dilakukan
setiap 5 m3 beton. Benda uji tersebut ditentukan secara
acak oleh Konsultan Pengawas( Kontruksi ) dan harus
dirawat sesuai dengan persyaratan.
b. Jumlah uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap tekan dari
setiap mutu beton mutu yang dituang padasuatu hari harus
diambil minimal satu kali. Pada setiap satu kali pengambilan
contoh beton harus dibuat dua buah spesimen kubus. Satu
data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan
dua nspesimen ini yang diuji pada umur yang ditentukan,
yaitu umur 7 hari dan 28 hari.
c. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka Konsultan
Pengawas( Kontruksi ) dapat meminta jumlah benda uji
yang lebih besar dari ketentuan diatas. Dengan beban biaya
ditangung oleh kontrator.
d. Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk
setiap mutu beton adalah :

J e n is s tru k tu r ju m la h m in im u m w a k tu p e ra w a ta n ( h a ri )
b e n d a u ji 3 7 28
b e to n b e rtu la n g 4 - 2 2
b e to n p ra te k a n 6 2 2 2
23
Bab VI
Spesifikasi Teknis

3. Laporan Hasil Uji Beton


Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas uji beton dari
Lapboratorium penguji untuk disahkan oleh Konsultan
Pengawas( Kontruksi ). Laporan tersebut harus dilengkapi
dengan perhitungan tekana beton Karakteristik.
4. Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton
a. Deviasi Standart – S
Deviasi Standart produksi neton ditetapkan berdasarkan
jumlah 30 buah hasil tes kubus atau silinder. Deviasi yang
dihitung dari jumlah contoh kubus yang kurang dari 30 buah
harus dikoraksi dengan faktor pengali seperti tercantum
dalam tabel berikut :

S
  fc  fcr 2

N 1

Jumlah Benda Uji ( N )


Faktor Pengali ( S )
buah
≤ 15 1.16
20 1.08
25 1.03
≥ 30 1.00

b. Kuat Tekan Rata-rata ( fcr )


Target fcr yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan
proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai yang
terbesar dari Formula berikut ini :
fcr = fc’ + 1.64 atau fcr = fc’ + 2.64 S – 40 kg/cm2
c. Kuat Tekan sesungguhnya
Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai dengan
memuaskan, jika kedua syarat berikut
dipenuhi :
d. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing
masing terdiri dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang (fc’ +
0.82 N)
e. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji)
mempunyai nilai dibawah 0.85 fc.
Bila salah satu dari kedua syarat diatas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji
kuat tekan berikutnya atas rekomendasi KP.
5. Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Test)
Jika hasil Evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan
ternyata tidak dapat dipenuhi, maka jika diminta oleh Konsultan
Pengawas( Kontruksi ), Kontraktor harus melaksanakan
pengujian beban dan lain-lain. Semua biaya pengujian ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Lokasi dan banyaknya
pengujian akan ditentukan secara khusus dengan melihat kasus
perkasus.
e. Pengujian Besi Beton
1. Benda Uji Besi Uji Beton
a. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil
benda uji besi beton masing-masing 2 buah dengan ukuran
panjang 100 cm sesuai dengan diameter dan mutu yang

24
Bab VI
Spesifikasi Teknis

akan digunakan. Selanjutnya benda uji besi beton harus


diambil dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas(
Kontruksi ) sebanyak
2 buah untuk setiap 20 ton untuk masing masing diameter
besi beton. Uji besi beton terdiri dari uji tarik dan uji lentur.
Dalam hal ini digunakan mutu besi beton U32 untuk besi
ulir, dan digunakan mutu besi U24 untuk besi polos.
b. Pengujian mutu besi juga akan dilakukan setiap saat
bilamana dipandang perlu oleh Manajemen Konsultan
( Kontruksi ). Contoh besi beton yang diambil untuk
pengujian tanpa disaksikan Manajemen Konsultan
( Kontruksi ) tidak diperkenankan dan hasil uji dianggap
tidak sah. Semua biaya uji tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
c. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang
menunjukkan tanggal pengiriman, lokasi terpasang bagian
struktur yang bersangkutan dan lain-lain data yang perlu
dicatat.
d. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang
memuaskan, maka Konsultan Pengawas(Kontruksi) berhak
untuk meminta pengambilan contoh benda uji lebih besar
dari yang ditentukan diatas, dengan beban biaya ditanggung
oleh kontraktor.

b. Laporan Hasil Uji Besi Beton


Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi
beton dari laboratorium penguji untuk diserahkan kepada
Konsultan Pengawas( Kontruksi ) dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan kesimpulan apakah kualitas besi beton
tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan.
1.6. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Slump
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak
ditentukan secara khusus adalah antara 5 – 12 cm untuk beton
umumnya, sedang tiang bor slump sebagai berikut, Beton diambil
sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (begisting). Cetakan
slump dibasahkan dan ditempatkan diatas permukaan yang rata.
Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian beton
tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk
sampai dengan satu lapisan dibawahnya. Setelah bagian atas
diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur
penurunannya.
b. Persetujuan Konsultan Pengawas( Kontruksi )
Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan,
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas( Kontruksi ). Laporan harus diberikan kepada Konsultan
Pengawas( Kontruksi ) paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan
dilaksanakan. Hal-hal khusus akan didiskusikan secara lebih
mendalam antara semua pihak yang berkepentingan. Semua
tahapan pelaksanaan tersebut harus dicatat secara baik dan jelas
sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data tersebut
dibutuhkan untuk pemeriksaan.
c. Persiapan dan Pemeriksaan
Kontraktor tidak diijinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa
ijin tertulis dari Konsultan Pengawas( Kontruksi ). Kontraktor harus
melaporkan kepada Konsultan Pengawas( Kontruksi ) tentang
kesiapannya untuk melakukan pengecoran dan laporan tersebut

25
Bab VI
Spesifikasi Teknis

harus disampaikan beberapa hari sebelum waktu pengecoran, sesuai


dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Konsultan
Pengawas( Kontruksi ) melakukan Pemeriksaan sebelum pengecoran
dilaksanakan. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang memadai
seperti tangga ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar
Konsultan Pengawas( Kontruksi ) dapat memeriksa pekerjaan secara
aman dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut, Kontraktor tidak akan
diizinkan untuk melakukan pengecoran. Semua koreksi yang terjadi
akibat pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki dalam waktu 1
x 24 jam dan selanjutnya kontraktor 1 x 24 jam selanjutnya
kontraktor harus mengajukan ijin lagi untuk dapat melaksanakan
pengecoran. Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat
koreksi yang timbul,kecuali ditentukan oleh pemberi tugas/Konsultan
Pengawas, Persetujuan untuk melakukan pengecoran tidak berarti
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas
ketidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul. Sebelum
pengecoran dilakukan harus dipastikan bahwa semua peralatan yang
akan tertanam didalam beton sudah terletak pada tempatnya dan
semua kotoran sudah dibersihkan dari lokasi pengecoran. Demikian
pula untuk siar pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan
persyaratan.

d. Siar Pelaksanaan
Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam
gambar kerjanya. Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum
mungkin, agar perlemahan struktur dapat dikurangi. Siar
pelaksanaan tidak dijinkan untuk melalui daerah yang diperkirakan
sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll. Jika tidak
ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus terletak pada
daerah dimana gaya geser adalah minimal, umumnya terletak pada
sepertiga bentang tengah dari panjang efektif struktur. Pada
pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar
pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak
menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada beton yang
tersebut, yang berakibat retaknya beton, disamping adanya
tegangan residu yang tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat
dibuat secara horizontal dan pengecoran dapat dibagi menjadi
berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas(Kontruksi). Kontraktor harus
mempertimbangkan didalam penawaranya, segala hal yang
berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti erstop, perekat beton,
dowel dsb, maupun pembersih permukaan beton agar dapat dijamin
lekatan antara beton lama dan baru. Siar pelaksanaan harus bersih
dari semua kotoran dan bekas beton yang tidak melekat dengan
baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan, harus dikasarkan
sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi terlihat tetapi tetap
melekat dengan baik.
e. Pengangkutan dan Pengecoran Beton
Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat
tiba dilokasi proyek dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi
teknis. Jika lokasi pembuatan cukup jauh dari proyek, maka harus
digunakan admixtures yang dapat memperlambat proses pengerasan
dari beton. Pada saat beton diangkut ke lokasi pengecoran juga
harus diperhatikan, agar tidak terjadi pemisahan antara bahan-
bahan dasar pembuat beton. Pada saat pengecoran tinggi jauh dari
beton segar harus kurang dari 1.50 meter. Hal ini sangat penting
agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat dengan
pasta beton sehingga dapat mengakibatkan kwalitas beton menjadi
menurun. Untuk itu harus disiapkan alat bantu seperti piuap tremi

26
Bab VI
Spesifikasi Teknis

sehingga syarat ini dapat dipenuhi. Sebelum pengecoran beton


harus dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam waktu yang
cukup, sehingga pengecoran beton dapat dilakukan dengan baik.
Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan personil yang akan
mendukung pengecoran beton, yang dianalisa berdasarkan besarnya
volume pengecoran yang akan dilakukan. Sebagai gambaran setiap
alat pemadam maupun memadatkan sekitar 5 – 8 m3 beton segar
perjam. Beton segar dicampurkan harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan lokasi akhir, sehingga masalah segregasi dan
pengerasan beton dapat dihindarkan dan selam pemadatan beton
masih bersifat plastis.
1.7. Pemadatan Beton
a. Alat Pemadat Beton
Beton yang akan dicor harus segera dipadatkan dengan alat
pemadat (vibrator) dengan tipe yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas( Kontruksi ) Pemadatan tersebut bertujuan untuk
mengurangi udara pada beton yang akan mengurangi kualitas pada
beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability)
beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat,
sehingga slump yang rendah-rendah biasanya merupakan masalah.
Untuk itu harus disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai,
sesuai dengan besarnya pengecoran yang akan dilakukan. Minimum
harus dipersiapkan satu vebriator cadangan yang akan dipakai, jika
ada vibriator cadangan yang akan dipakai, jika ada vibriator yang
rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung. Alat pemadat
harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh besi
beton.
b. Lokasi Pemadatan yang Sulit
Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada
pertemuan balok kolom, dinding beton yang tipis dan pada lokasi
pembersihan yang rapat dan rumit, maka kontraktor harus
mempersiapkan metode khusus untuk pemadatan beton yang
disampaikan kepada Konsultan Pengawas( Kontruksi ) paling lambat
3 hari sebelum pengecoran dilaksanakan, agar tidak terjadi keropos
pada beton, sehingga secara kualitas tidak akan disetujui.
c. Pemadatan Kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih
plastis, maka beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai
dengan rekomondasi Konsultan Pengawas(Kontruksi) agar retak
tersebut dapat dihilangkan.
d. Metode Pemadatan Lain
Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan
lain yang dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur
yang besar antara permukaan dan inti beton. Hal ini dapat
menyebabkan keretakan struktur dan terjadinya tegangan menetap
pada beton, tanpa adanya beban yang bekerja.
1.8. Temperatur Beton Segar
Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang
mempunyai skala 5 s/d 100o C, harus dimasukkan kedalam contoh
tersebut sedalam 100 mm. Jika temperatur sudah stabil selama 1 menit,
maka temperatur tersebut harus dicatat dengan ketelitian 1 o C.
1.9. Perawatan Beton
a. Tujuan Perawatan
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak
terjadi kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi dan
mencegah penguapan air dari beton pada umur beton awal dan juga
mencegah penguapan air dari beton pada umur beton awal dan juga
mencegah perbedaan temperatur dalam beton yang dapat
menyebabkan terjadinya keretakan dan penurunan kualitas beton.

27
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Perawatan beton harus dilakukan begitu pekerjaan pemadatan beton


selesai dilakukan. Untuk itu harus dilakukan perawatan beton
sedemikian sehingga tidak terjadi penguapan yang cepat terutama
pada permukaan beton yang baru dipadatkan.
b. Lama Perawatan
Permukaan betob harus dirawat secara baik dan terus menerus
dibasahi dengan air bersih selama minimal 7 hari segera setelah
pengecoran selesai. Untuk elemen vertikal seperti kolom dan dinding
beton, maka beton tersebut harus diselimuti dengan karung yang
dibasahi terus menerus selama 7 hari.
c. Perlindungan Beton Tebal
Untuk pengecoran beton dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka
permukaan beton harus dilindungi dengan material (antara lain
stirofoam) yang disetujui oleh Konsultan Pengawas( Kontruksi ),
agar dapat memantulkan radiasi akibat panas. Material tersebut
harus dibuat kedap, agar kelembaban permukaan beton dapat
dipertahankan.
d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain
yang sejenis, harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran
dilakukan. Acuan tersebut dihindari dari terik matahari langsung,
karena sifatnya yang mudah menyerap dan mengantarkan panas.
Perlakuan yang kurang baik akan menyebabkan retak-retak yang
parah pada permukaan beton.
e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan
menggunakan curing compound. Jenis dan type curing compound
yang digunakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas(
Kontruksi ). Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan
temperatur yang cepat pada permukaan beton sehingga dapat
menyebabkan keretakan pada permukaan beton.
1.10. Cara Untuk Menghindari Keretakan Pada Beton
a. Alat monitoring
Untuk pekerjaan beton dengan tebal lebih dari 600 mm, Kontraktor
harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur dan
memonitor segala kejadian yang mungkin terjadi selama pekerjaan
beton berlangsung. Monitoring dilakukan minimal selama 7 hari
sejak pengecoran selesai. Kontraktor wajib menyediakan alat
pengukur temperatur yang akan diletakkan pada dasar beton,
didalam beton, dan dipermukaan beton dengan jarak vertikal antara
alat ditetapkan maksimal 50 cm. Sedangkan jarak horizontal antara
titik satu dengan lainnya maksimal 10 meter. Lokasi alt pengukur
dan metode pengukur suhu tersebut harus diusulkan kepada
Konsultan Pengawas( Kontruksi ) untuk mendapatkan persetujuan.
b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton harus didinginkan secara mendadak,
yang terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang
besar (>20oC) antara permukaan dan inti beton dan beton harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun tiupan angin.
c. Material Bantu
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang
mungkin dapat dicampur kedalam beton maupun yang akan
digunakan pada saat perawatan beton untuk mencegah terjadinya
penguapan yang terlalu cepat.
d. Lebar Retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan, dan lebar
retak yang diijinkan maksimal sebesar 0,004 kali tebal selimut beton.
e. Antisipasi Perbedaan Temperatur

28
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Kontraktor harus menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk


mengatasi jika perbedaan temperatur menjadi lebih dari 20 derajat
C, misalnya dengan mempertebal isolasi yang sudah digunakan atau
membuat isolasi menjadi benar-benar kedap terhadap angin dan
udara. Hal ini harus segera dilakukan agar perbedaan temperatur
tidak menjadi besar. Untuk itu harus disiapkan material isolasi lebih
dari kebutuhan sebelum pengecoran dilakukan.
f. Hal-Hal Lain
Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun
sesudah pengecoran beton adalah :
1. Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap
dalam kondisi terlindung dari sinar matahari, sehingga
temperatur tidak tinggi pada saat pencampuran dimulai.
2. Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan
mengganti sebagian air dengan es, sehingga temperatur
menjadi lebih besar.
3. Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah.
4. Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair kedalam campuran
beton.
5. Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi
maksimal 2 jam.
6. Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya
dengan membuat siar pelaksanaan secara horizontal pada beton
yang tebal, sehingga tebal satu lapis pengecoran menjadi
kurang lebih 1 meter dan perbedaan temperatur dapat dikontrol.
7. Jika mungkin diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari
dimana temperatur lapangan sudah lebih rendah dari
dibandingkan dari siang hari.
8. Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada pada seluruh
permukaan beton yang terbuka untuk mencegah tiupan angin
dan menjaga agar temperatur tidak terlalu berbeda pada seluruh
penampang beton.
9. Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai dan
harus diteruskan sampai system isolasi terpasang seluruhnya.
10. Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari
sinar matahari dan angin. Hal ini dapat dilakukan membuat
dinding pada sekeliling daerah pengecoran dengan plastik atau
material sejenis, demikian juga pada bagian atasnya.
g. Retak di Luar Batas yang Disyaratkan.
Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan diluar batas
yang diijinkan, maka Kontraktor harus melaporkan hal tersebut
secara tertulis yang berisi antara lain metode kerja dan peralatan
yang digunakan berikut komposisi campuran yang digunakan kepada
Konsultan Pengawas( Kontruksi ) untuk dievaluasi lebih lanjut.
Kontraktor tidak diijinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut
sebelum mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas( Kontruksi ).
1.11. Adukan Beton yang Dibuat Ditempat (Site Mixing)
Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka untuk beton yang
dibuat dilapangan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Semen diukur menurut berat.
b. Agregat kasar diukur menurut berat.
c. Pasir diukur menurut berat.
d. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin
(concrete batching plant).
e. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin beton.
f. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan
berada dalam mesin pengaduk.

29
Bab VI
Spesifikasi Teknis

g. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus


dibersihkan lebih dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
1.12. Besi Beton
a. Merk besi beton
Sebelum pemesanan dilakukan, maka Kontraktor harus mengusulkan
merk besi beton dilengkapi dengan brosur dan data teknis dari
pabrik yang akan digunakan untuk disetujui Konsultan Pengawas(
Kontruksi ).
b. Penyimpanan
Besi beton disimpan pada tempat yang bersih dan tumpu secara baik
tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus cukup
terlindung sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan.
c. Gambar Kerja dan Bending Schedule
dan berdasarkan standar detail yang ada. Pembengkokan tersebut
harus dilakukan dengan menggunakan alat-alat (bar bender)
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah, retak-
retak dan sebagainya. Semua pembengkokan harus dilakukan dalam
keadaan dingin dan pemotongan harus dengan bar cutter.
Pemotongan dan pembengkokan dengan sistem panas sama sekali
tidak diijinkan. Untuk itu Kontraktor harus membuat gambar kerja
pembengkokan (bending schedule) dan diajukan kepada Konsultan
Pengawas( Kontruksi ) untuk mendapatkan persetujuan.
d. Bebas karat
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan evaluasi yang sesuai
dengan gambar dan harus sudah diperhitungkan toleransi
penurunannya. Sebelum besi beton dipasang, permukaan besi beton
harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain yang dapat mengurangi
lekatan besi beton.
e. Selimut Beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan
gambar standart detail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-
tulangan utama tarik/tekan penampang beton harus dipasang sejauh
mungkin dari garis tengah penampang, sehingga pemakaian selimut
beton yang melebihi ketentuan-ketentuan tersebut diatas harus
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas( Kontruksi
).
f. Penjangkaran
Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang
penjangkaran, penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus
sesuai dengan gambar standar yang terdapat dalam gambar
rencana. Apabila ada keraguan tentang ini maka Kontraktor harus
meminta klarifikasi kepada Konsultan Pengawas( Kontruksi ).
g. Kawat Beton dan Penunjang
Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada
kedudukan yang kokoh untuk menghindari pemindahan tempat,
dengan menggunakan kawat yang berukuran tidak kurang dari 16
gauge atau klipyang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembesian
harus ditunjang dengan beton tahu atau penunjang besi, spacers
atau besi penggantung seperti yang ditunjukkan pada gambar
standar atau dicantumkan pada spesifikasi ini. Penunjang-penunjang
metal tidak boleh diletakkan berhubungan acuan. Ikatan dari kawat
harus dimasukkan kedalam penampang beton, sehingga tidak
menonjol permukaan beton.
h. Sengkang-sengkang
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan
rencana, maka sengkang harus diikat pada tulangan utama dan
jaraknya harus sesuai dengan gambar. Akhiran/kait sengkang harus
dibuat seperti yang disyaratkan didalam gambar standar agar

30
Bab VI
Spesifikasi Teknis

sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan. Demikian juga


untuk besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan utama.
i. Beton Tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada
tulangan, dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama
dengan beton yang akan dicor. Jarak antara beton tahu ditentukan
maksimal 100 cm.
j. Penggantian Besi
1. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang
adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar
2. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka Kontraktor dapat
menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian
yang tertera dalam gambar.
3. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang
terdekat dengan catatan :
k. Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas( Kontruksi )
l. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini
yang dimaksud adalah jumlah luas). Khusus untuk balok portal,
jumlah luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih
besar jauh dari pembesian aslinya.
a. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlap yang dapat
menyulitkan pengecoran.
b. Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.
c. Toleransi Besi

Diameter Besi Toleransi dia Toleransi Berat


(mm) (mm) (%)
610 0.4 7
1016 0.4 5
1628 0.5 4
28 0.6 2

1.13. Toleransi Dimensi Elemen-elemen Srtuktur


Dimensi elemen stuktur seperti (pelat, balok, kolom, dinding) harus
memenuhi toleransi sbb :

Dimensi Elemen Toleransi Toleransi Selimut


Struktur Terhadap B Beton
(mm) (mm) (mm)
B  200  9.0  5.0
B  200  12.0  9.0

Dimana B adalah dimensi elemen stuktur baik untuk lebar maupun


tinggi. Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan
dievaluasi oleh Konsultan Pengawas( Kontruksi ), untuk selanjutnya
diputuskan. Semua akibat kesalahan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
1.14. Pemasangan alat-alat di Dalam Beton / Sparing
a. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara
tepat lokasi sparing yang akan terdapat pada elemen struktur.
Kontraktor wajib mempelajari gambar M & E dan mendiskusikan
dengan pihak terkait jika terdapat keraguan tentang gambar

31
Bab VI
Spesifikasi Teknis

tersebut. Kebutuhan sparing yang terjadi akibat perubahan desain


harus diinformasikan segera kepada Konsultan Pengawas( Kontruksi
) untuk mendapatkan pemecahannya. Pekerjaan membobok,
membuat lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi
harus dihindarkan dan jika diperlukan harus mendapatkan ijin
tertulis dari Konsultan Pengawas( Kontruksi ).
b. Ukuran lubang, pesangan alat-alat didalam beton, pemasangan dan
sebagainya, harus sesuai dengan gambar struktur maupun gambar
lain yang terkait atau menurut petunjuk-petunjuk Konsultan
Pengawas( Kontruksi ).
c. Perkuatan pada lubang-lubang beton untuk keperluan pekerjaan M &
E harus mengikuti ketentuan yang terdapat didalam gambar standar.
Jika tidak / belum tertera didalam gambar maka Kontraktor wajib
menginformasikan hal tersebut kepada KP/ Konsultan Pengawas(
Kontruksi ) untuk mendapatkan penyelesaiannya.
1.15. Beton Kedap Air
a. Beton kedap air adalah beton yang dibuat agar tidak tembus air
untuk jangka waktu lama. Untuk itu Kontraktor wajib mengikuti
segala ketentuan yang disyaratkan oleh Pemasok bahan kedap
air/water proofing, termasuk cara pembuatan beton tersebut.
b. Pada siar pelaksanaan harus dipasang waterstop sesuai dengan
spesifikasi pabrik. Waterstop tersebut harus ditunjukkan di dalam
gambar kerja/shop drawing, sehingga rencana pengecoran harus
direncanakan dengan baik. Biaya waterstop tersebut sudah termasuk
didalam penawaran yang diajukan oleh Kontraktor.
c. Apabila terjadi kebocoran selama masa garansi, maka kontraktor
harus mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor.
Prosedur perbaikan tersebut harus diusulkan oleh Kontraktor dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas( Kontruksi ), sedemikian rupa
sehingga tidak merusak bagian-bagian lain yang sudah selesai.
1.16. Acuan / Begisting
a. Umum
1. Kontraktor harus membuat acuan yang dapat
dipertanggungjawabkan sedara struktur baik kekuatan, stabilitas
maupun kekakuannya serta layak untuk digunakan. Acuan
merupakan suatu bagian pekerjaan struktur yang berguna untuk
membentuk struktur beton agar sesuai gambar kerja rencana.
2. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan didalam
spesifikasi ini. Kontraktor dapat mengusulkan alternatif acuan
dengan catatan bahwa harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas( Kontruksi ). Didalam penawarannya Kontraktor wajib
menawarkan sesuai dengan yang ditentukan didalam spesifikasi.
3. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus
dibongkar dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Tidak
dibenarkan adanya bagian acuan yang tertanam didalam
struktur beton.
4. Pada sruktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan
bukaan pada acuan dan bukan pada acuan harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut harus dapat ditutup
dengan sempurna, sehingga bukaan tersebut harus dapat
ditutup dengan sempurna, sehingga bebas dari kebocoran.
Semua pengikat acuan (tee) harus dilengkapi dengan material
tertentu seperti water haffles, sehingga pada saat dicor akan
menyatu dengan struktur beton.
b. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan
seperti release agent, pengangkutan dan pelaksanaan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan beton

32
Bab VI
Spesifikasi Teknis

sesuai dengan gambar-gambar konstuksi dan gambar-gambar


disiplin lain yang berhubungan seperti diuraikan dalam uraian
dan syarat-syarat pelaksanaan, secara aman dan benar.
2. Detail-detail Khusus
Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus
termasuk yang ditawarkan didalam penawaran Kontraktor.
Termasuk juga jika menggunakan material acuan yang khusus
untuk menghasilkan detail khusus.
c. Persyaratan Bahan.
1. Acuan dan Penyanggah
Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja,
pasangan bata yang diplester, kayu atau material lain yang
dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya. Penggunaan acuan
siap pakai produksi pabrik tertentu diijinkan untuk dipergunakan,
selama dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas( Kontruksi ).
Pengaku harus dibuat dengan benar agar tidak terjadi
perubahan bentuk/ukuran dari elemen beton yang dibuat.
Penyanggah yang terbuat dari baja lebih disukai, walau
penggunaan material penyanggah dari kayu dapat diterima.
Bahan dan ukuran kayu yang digunakan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas( Kontruksi ). Untuk pekerjaan
beton yang langsung berhubungan dengan tanah, maka sebagai
lantai kerja harus dibuat dari beton K-175. Sebagai acuan
samping dari beton tersebut dapat menggunakan pasangan batu
kali, batu bata atau material lain yang disetujui Konsultan
Pengawas( Kontruksi ). Untuk elemen beton tertentu seperti
kolom bulat disarankan menggunakan acuan baja.
2. Release Agent
Release agent harus merupakan material yang memenuhi
ketentuan berikut ini :
a. Cream emulsion.
b. Neat oil dengan ditambahkan surfactant.
c. Release agent kimiawi yang tidak merusak beton.
Release agent disimpan dan digunakan sesuai dengan
ketentuan pabrik pembuatnya. Kontraktor harus memastikan
bahwa release agent yang digunakan cocok dengan bahan
finish yang akan digunakan. Dan jika permukaan beton
merupakan finishing atau umum disebut beton exposed
maka Kontraktor harus memastikan bahwa permukaan
beton yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan KP.
Kontraktor harus memastikan bahwa release agent tersebut
tidak akan bersentuhan langsung dengan isi beton.
d. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Struktur Acuan
Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa
sedemikian rupa, sehingga mampu memikul beban
kesemua arah yang mungkin terjadi (kuat), tanpa
mengalami deformasi yang berlebihan (kaku) dan harus
memenuhi syarat stabilitas. Deformasi dibatasi tidak
lebih dari 1/360 bentang. Peninjauan terhadap
kemungkinan beban diluar beban beton juga harus
dipertimbangkan, seperti kemungkinan beban
konstruksi, angin, hujan dan lain-lain. Semua analisa
dan perhitungan acuan berikut elemen pendukungnya
harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas(
Kontruksi ) untuk mendapatkan persetujuannya,
sebelum pekerjaan dilakukan.
2. Dimensi Acuan

33
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar


srtuktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak
termasuk plester/finishing. Tambahan elemen tertentu
seperti bentuk/profil khusus yang tercantum didalam
gambar arsitektur juga harus dipertimbangkan baik
sebagai beban maupun dalam analisa biaya.
3. Gambar Kerja
Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan
berdasarkan analisa yang dilakukannya. Gambar kerja
tersebut harus lengkap disertai ukuran dan detail-detail
sambungan yang benar dan selanjutnya diserahkan
kepada Konsultan Pengawas( Kontruksi ) untuk
persetujuannya. Tanpa persetujuan tersebut Kontraktor
tidak diperkenankan untuk memulai pembuatan acuan di
lapangan.
4. Tanggung Jawab
Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas(
Kontruksi ), tanggung jawab sepenuhnya atas kekuatan,
kekakuan dan stabilitas acuan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Jika terjadi hal-hal yang
tidak sesuai dengan perkiraan ataupun kekeliruan yang
mengakibatkan timbulnya biaya tambahan, maka semua
biaya tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat didalam
gambar kerja. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
gambar kerja harus segera dibongkar.
5. Atabilitas Acuan
Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang
sehingga kemungkinan bergeraknya acuan selama
pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari. Konsultan
Pengawas( Kontruksi ) berhak untuk meminta
Kontraktor untuk memperbaiki acuan yang dianggap
tidak/kurang sempurna dengan beban biaya Kontraktor.
6. Inspeksi Konsultan Pengawas( Kontruksi )
Semua acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukannya
inspeksi dengan mudah oleh Konsultan Pengawas(
Kontruksi ).
7. Ditail Acuan
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada
waktu pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan
pada bagian beton yang bersangkutan.
8. Jumlah Pemakaian
Acuan hanya diperbolehkan dipakai maksimum 3 (tiga)
kali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas(
Kontruksi ). Acuan yang akan digunakan berulang harus
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat dijamin
permukaan aduan tetap rapi dan bersih.
9. Akurasi
Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang
ukuran kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai
dengan gambar-gambar konstruksi. Toleransi ukuran
dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum dalam
spesifikasi ini.
10. Sistem Pengaliran Air
Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu
sebelum pengecoran. Harus dipersiapkan sistem
pengaliran air sedemikian, sehingga pada saat
dibasahkan, air dapat mengalir ke tempat yang

34
Bab VI
Spesifikasi Teknis

diinginkan dan acuan tidak tergenang oleh air. Acuan


harus dipasang sedemikian rupa sehingga akan terjadi
kebocoran atau hilangnya air semen selama
pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan
tidak tergoyang.
11. Ikatan Acuan di Dalam Beton
Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas( Kontruksi ) baut-baut dan tie rod
yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus
di atur sedemikian, sehingga bila acuan dibongkar
kembali, tidak akan merusak beton yang sudah dibuat.
12. Acuan Beton Exposed
Jika ada harus dilapisi dengan menggunakan release
agent pada permukaan acuan yang menempel pada
permukaan beton. Berhubung release agent
berpengaruh pula pada warna permukaan beton, maka
pemilihan jenis dan penggunaannya harus dilakukan
dengan seksama. Cara pengecoran beton harus
diperhitungkan sedemikian rupa sehingga siar-siar
pelaksanaan tidak merusak penampilan beton exposed
tersebut. Merk dan jenis release agent yang telah
disetujui bersama, tidak boleh diganti dengan merk jenis
lain. Untuk itu Kontraktor harus memberitahukan
terlebih dahulu nama perdangan dari release agent
tersebut, data bahan-bahan bersangkutan, nama
produsennya, jenis bahan-bahan mentah utamanya,
cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan
lain yang dianggap perlu untuk memperoleh persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas( Kontruksi ).
13. Bukaan Untuk Pembersihan
Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran)
dari acuan kolom atau dinding harus ada bagian yang
mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
14. Scaffolding
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus
menggunakan steger besi (scaffolding). Scaffolding
tersebut harus cukup kuat dan kaku dan diatur agar
mudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas( Kontruksi ).
15. Persetujuan Konsultan Pengawas( Kontruksi ).
Setelah pekerjaan diatas selesai, Kontraktor harus
meminta persetujuan dari Konsultan Pengawas(
Kontruksi ) dan minimum 3 (tiga) hari sebelum
pengecoran. Kontraktor harus mengajukan permohonan
tertulis untuk izin pengecoran kepada Konsultan
Pengawas( Kontruksi ).
16. Anti Lendut (Cambers)
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, maka semua
acuan untuk balok dan plat, harus dipersiapkan dengan
memakai anti lendut dengan besar sbb :

Lokasi % Terhadap Bentang

Ditengah bentang
0.3
balok

Diujung balok 0.5

35
Bab VI
Spesifikasi Teknis

kantilever

e. Pembongkaran Acuan
1. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati,
dimana bagian konstruksi yang dibongkar acuannya
harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaannya.
2. Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai
waktu sbb :

Elemen Struktur Waktu


Minimum
Sisi-sisi balok kolom dan dinding 3 hari
Balok dan plat beton (tiang 21 hari
penyanggah tidak dilepas)
Tiang-tiang penyanggah plat 21 hari
Tiang-tiang penyanggah balok- 21 hari
balok
Waktu pembongkaran tersebut hanya merupakan
kondisi normal dan harus dipertimbangkan secara
khusus jika pada lantai-lantai tersebut bekerja beban
dan mengusulkan metode dan perhitungan yang akan
digunakan, dan usulan tersebut harus mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas( Kontruksi
). Tidak ada biaya tambah untuk biaya tersebut. Semua
akibat yang timbul akibat usulan tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
3. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran acuan harus
diajukan terlebih dahulu secara tertulis untuk disetujui
Konsultan Pengawas(Kontruksi).

3.2. PEKERJAAN PONDASI

PEKERJAAN PONDASI
1. Konstruksi pondasi bangunan terdiri dari :
- Pondasi yang digunakan dalam pekerjaan Pondasi Strouss . Adapun dimensi sesuai dengan
gambar perencanaan.
2. Pondasi Strauss
Ketentuan tentang pondasi harus sesuai dengan gambar bestek yang terdiri dari :
1. Pondasi strauss dengan diameter  30 cm dan kedalaman L = 5 meter dari muka tanah
asli.
2. Mutu beton strauss. Kuat tekan beton ( concrete compression strength ) = 225
Kg/Cm². L total = 5 m.
3. Baja tulangan dengan mutu U 24 dan U40 (sesuai dengan gambar perencanaan)

Pelaksanaan.
1. Pemborong harus menyediakan alat bor lengkap dan cukup jumlahnya yang dapat
menjamin pelaksanaan pengeboran pada posisi yang tepat, baik vertikal maupun jaraknya
dari as ke as tiang. Alat bor harus pada kondisi baik.Disamping itu perlu juga disiapkan alat
pompa air.

36
Bab VI
Spesifikasi Teknis

2. Dipergunakan alat bor manual dengan diameter 30 cm, dalam mengecek diameter
digunakan alat bantu berupa lingkaran dari multiplek dengan ukuran Diameter 30 cm yang
dipasang pada ujung kayu usuk 5/7 panjang 3.00 meter.
3. Setelah kedalaman dan diameter dicapai segera dimasukan penulangan yang sudah
difabrikasi termasuk beton decking yang sudah diikatkan pada tulangan dan segera
dilakukan pengecoran, saat pengecoran dijaga dan dipastikan tidak ada tanah yang runtuh
tercampur dengan beton Strauss
4. Pada waktu pengecoran / penuangan beton ke dalam lubang strauss menggunakan media
pipa PVC. Hal ini dilakukan untuk menghindari penguraian pada aggregate beton.
5. Di dalam setiap tiang strauss kesalahan koordinat titik tiang yang diperkenankan ialah
pergeseran maksimum sebesar 75 mm (tujuh puluh lima milimeter).
6. Bila lebih dari batas ini, maka harus diadakan perhitungan kontrol dengan segala akibatnya
dengan persetujuan perencana dan semua biaya menjadi beban Pemborong.

37
Bab VI
Spesifikasi Teknis

PASAL 4. PEKERJAAN ARSITEKTUR

4.1. UMUM
4.1.1. Ketentuan Umum
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu serta cara kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga
dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pada spesifikasi teknis ini diatur seluruh pekerjaan berdasarkan peraturan dan
ketentuan yang berlaku, baik yang bersifat daerah, nasional, maupun
internasional, serta berdasarkan jenis bahan / material, cara pelaksanaan
(metode) dan sistem yang dibutuhkan.
3. Seluruh pekerjaan akan dikelola (manage) oleh konsultan pengawas, yaitu dalam
hal Koordinasi dan Pengawasan, mencakup mutu hasil kerja (kualitas), Waktu
pelaksanaan (Schedule) dan Pembiayaan.
4. Seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan estetika, penentuan warnanya harus
terlebih dahulu dikonsultasikan dengan Konsultan Perencana serta mendapat
persetujuan dari (Owner).

b. Peraturan-peraturan yang dipakai


 Peraturan-peraturan / standar setempat yang biasa dipakai.
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ; NI-2.
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 ; NI-5
 Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 ; NI-8
 Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat
 Ketentuan-ketentuan umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum (A.V.)
No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 14571.
 Petunjuk-petunjuk dan Peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
Konsultan pengawas.
 Standart Normalisasi Jerman (D.I.N.).
 American Society for Testing and Material (A.S.T.M.).
 American Concrete Institute (A.C.I.).
 Semen Portland harus memenuhi NI-8, SII 0013-81 dan ASTM C 1500-78A
 Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 pasal 11 dan SII 0404-80.
 Kerikil / split harus memenuhi PUBI 82 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-75/0075-75.
 Air harus memenuhi persyaratan dalam PUBI 82 pasal 9, AVGNOR P18-303 dan NZS-
3121/1974.
 Pengendalian seluruh pekerjaan beton ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI
1971 (NI-2) PUBI 1982 dan (NI-8).
 Standar dari bahan waterproofing mengikuti prosedur yang ditentukan oleh pabrik
dan standar-standar lainnya seperti :NI.3, ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 dan 407.

38
Bab VI
Spesifikasi Teknis

 Pengendalian pekerjaan keramik harus sesuai dengan peraturan ASTM, NI-129, PUBI
1982 pasal 31 dan SII-0023-81.
 Pengendalian seluruh pekerjaan karpet harus sesusi dengan peraturan-peraturan
ASTM – E-648 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari pabrik.
 Syarat bahan glass block sesuai dengan standar pabrik, tanpa cacat serta
memenuhi dalam PUBI 1982 pasal 63 dan SII 0189/78.
 Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai dengan persyaratan dalam NI-5
(PKKI tahun 1961), PUBI 82 pasal 37 dan memenuhi persyaratan dalam SII 0458-81.
 Pengendalian seluruh pekerjaan cat, harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982 pasal 54 dan
NI-4.
 Bahan cat yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
PUBI 1982 pasal 53, BS No. 3900 : 1970/1971, AS.K-41 dan NI.4, serta mengikuti
ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
 Persyaratan bahan marmer harus konsisten terhadap PUBI pasal 26 dan SII 0015-
76.

c. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Semua jenis pekerjaan harus dibuatkan shop drawing dan diajukan kepada
Konsultan pengawas untuk diperiksa yang selanjutnya dimintakan persetujuan
kepada Konsultan Perencana.
2. Semua bahan material, terutama finishing utama sebelum dikerjakan, Kontraktor
harus mengajukan 2 atau 3 buah contoh produk yang setara kepada Konsultan
pengawas untuk diserahkan kepada
3. Perencana, selanjutnya Perencana mengajukan bahan material tersebut kepada
pemberi tugas untuk mendapatkan persetujuannya.
4. Hal-hal yang bertalian erat dengan estetika seperti : warna cat,keramik, batu
temple, politur dan sebagainya harus mendapat persetujuan dari Perencana
(Arsitek) terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Material yang tidak disetujui harus
diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan persyaratan tanpa biaya
tambahan.
5. Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis
operatif dari pabrik material yang bersangkutan termasuk mengajukan cara
perawatan / maintenance seluruh bahan / material bangunan sebagai informasi
bagi Konsultan pengawas dan untuk dapat digunakan kelak oleh Pemilik Bangunan.
6. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi dibutuhkan agar dapat
melakukan penyelesaian / penggantian dalam suatu pekerjaan, harus baru,
kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Konsultan pengawas.
7. Semua material yang dikirim ke site / lapangan harus dalam keadaan tertutup atau
dalam kantong / kaleng yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan
type dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada cacat.

39
Bab VI
Spesifikasi Teknis

8. Bahan harus disimpan di tempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, bersih.
Tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan bahan, dan
dilindungi sesuai dengan jenisnya seperti yang disyaratkan dari pabrik.
9. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site / lapangan
yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk dimulainya
pekerjaan.
10. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya
Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan pengawas. Kontraktor tidak
diperkenankan melakukan pekerjaan di tempat tersebut sebelum kelainan /
perbedaan diselesaikan.
11. Setiap produk yang diajukan oleh Main / Sub Kontraktor harus dilengkapi
dengan cara perawatan / maintenance dari produk tersebut yang :
 Sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik yang bersangkutan ;
 Sesuai dengan persyaratan / peraturan setempat ;
 Disetujui oleh konsultan pengawas.
12. Untuk setiap pekerjaan cat, maka Kontraktor atau aplikator :
 Harus kepada pabrik cat sesuai dengan jumlah kebutuhan proyek ; memberikan
surat penunjukkan dari pabrik cat yang bersangkutan / rekomendasi sebagai
applicator ;
 Harus melakukan pengecatan secara full system ;
 Harus mengajukan sistem pengecatan dan jenis cat ;
 Harus mengajukan urutan kerja ;
 Harus mengajukan bukti pesanan ;
 Harus memberikan surat jaminan supply dari pabrik cat sampai proyek selesai
Harus memberikan surat jaminan mutu berbentuk sertifikat garansi yang
dikeluarkan oleh pabrik cat (produsen) yang ditandatangani Direktur
Perusahaan, dengan dilampiri surat Pengantar dari Main Kontraktor.

4.1.2. Pekerjaan Pendahuluan


a. Pengukuran
1. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan berikut
ahli ukur yang berpengalaman. Setiap kali dianggap perlu, harus siap untuk
mengadakan.
2. Untuk menentukan koordinat bangunan, Kontraktor diwajibkan mengadakan
pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi
keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah untuk menentukan elevasi
 0,00, letak pohon yang perlu dipertahankan (apabila ada), letak batas-batas site
dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
3. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya, harus segera dilaporkan kepada Konsultan pengawas untuk diminta
keputusannya, setelah berkonsultasi dengan Perencana.

40
Bab VI
Spesifikasi Teknis

4. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat


Waterpass / Theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
5. Kontraktor harus menyediakan Theodolith / Waterpass beserta petugas yang cakap
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Konsultan pengawas selama
pelaksanaan proyek.
6. Pengukuran sudut siku-siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Konsultan pengawas.
7. Segala pekerjaan pengukuran persiapan menjadi tanggung jawab kontraktor.

b. Tugu Patokan Dasar & Titik Pinjaman / Referensi


1. Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Konsultan pengawas, sebanyak 2
(dua) buah pada dua sisi yang berlainan.
2. Tugu patokan dasar dibuat dari beton penampang sekurang-kurangnya 200 x
200 mm, tertancap kuat di dalam tanah.
3. Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas
dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Konsultan pengawas
untuk membongkarnya. Selain itu Kontraktor diharuskan membuat titik Penjamin /
Referensi yang akurat dari waktu ke waktu sepanjang masa pelaksanaan,
mendahului kemajuan pekerjaan.
4. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan tugu patokan dasar termasuk
tanggung jawab Kontraktor.
5. Pada waktu pematokan (penentuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak
(perpindahan) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing dahulu sesuai keadaan
lapangan.

c. Papan Dasar Pelaksanaan (Bouwplank)


1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu semutu meranti ukuran (50/70
mm) atau kayu dolken, diameter 80-100 mm, yang tertancap dalam tanah sehingga
tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah berjarak maksimum 1.500 mm satu
dengan lainnya.
2. Papan dasar pelaksanaan
3. (Bouwplank) dibuat dari kayu meranti, ukuran tebal 30 mm, lebar 200mm, lurus
dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya. Pemasangan harus kuat dan
menggunakan sifat dasar (waterpass).
4. Papan dasar pelaksanaan (Bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang mennyatakan
as-as dan level / peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak mudah hilang bila
terkena air hujan.
5. Tinggi sisi atas papan patok ukuran harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Konsultan pengawas.
6. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 1.000 mm dari sisi luar galian tanah
pondasi.

41
Bab VI
Spesifikasi Teknis

7. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan Kontraktor harus melapor


kepada Konsultan pengawas.
8. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan termasuk
tanggungan Kontraktor.

4.2. SPESIFIKASI UMUM


4.2.1. PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Meliputi pekerjaan beton praktis, seperti: sloof, kolom, ring balok, neut kusen,
angkur beton setempat, plat meja, serta seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar.
b. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk dan atas
persetujuan dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian /
seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Tempat penyimpanan harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air
dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen.
2. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari Bahan-bahan organis,
lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
dicantumkan dalam PBI 1971.
3. Koral Beton / Split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta gradasi kekerasan
seseuai dengan syarat syarat PBI 1971. Penyimpanan / penimbunan pasir dan
koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua
bahan tersebut tidak bercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton
yang tepat.
4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan bahan organis / bahan lainnya yang dapat merusak beton
dan harus memenuhi NI – 3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Konsultan pengawas
dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
5. Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak / lemak dan bebas dari
cacat seperti serpih-serpih dan sebagainya. Penampang besi adalah bulat dan

42
Bab VI
Spesifikasi Teknis

memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Kontraktor diwajibkan, bila dipandang perlu


untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi
dan sah atas biaya Kontraktor.
6. Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
a. Peraturan-peraturan / standar setempat yang biasa dipakai.
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ; NI-2
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 ; NI-5
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 ; NI-8
e. Peraturan Pembangunan Daerah Setempat.
f. Ketentuan-Ketentuan umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum
(AV) No.9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No 14571.
g. Petunjuk-petunjuk dan Peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan Konsultan pengawas.
h. Standar Normalisasi Jerman (D.I.N.).
i. American Society for Testing and Material (A.S.T.M).
j. American Concrete Institue (A.C.I).
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah : K-175 dan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan lain sesuai dengan PBI-1971
2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada PBI-
1971.
b. Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat decking sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan
pengawas.
3. Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
b. Takaran untuk semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu
oleh Konsultan pengawas dan tercapai mutu pekerjaan seperti yang ditentukan
dalam uraian dan syarat-syarat. Selama pengadukan kekentalan adukan beton
harus diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru.
Pengujian slump minimum 30 mm dan maksimum 75 mm.
4. Pengecoran Beton
a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran, ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan
jarak.

43
Bab VI
Spesifikasi Teknis

b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan


pengawas.
c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral / split yang dapat
memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan hari berikutnya maka
tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Konsultan pengawas.
5. Pekerjaan Acuan / Bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan seperti dalam gambar. Dari papan jenis kayu yang memenuhi
persyaratan dalam NI-2 pasal 5.1.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan sehingga
cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan
selama pengecoran.
c. Acuan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran
seperti tahi gergaji, potongan-potonngan kayu, tanah dan sebagainya sebelum
pengecoran dilakukan serta harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan
beton.
d. Tiang-tiang acuan harus di atas papan atau baja untuk memudahkan
pemindahan perletakan. Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu.
Tiang-tiang yang digunakan dari kayu dolken diameter 80-100 mm atau meranti
50/70 mm.
e. Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan / balok
secara cross.
f. Pembukaan acuan baru harus dibuka setelah memenuhi syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PBI-1971.
g. Kayu yang dipakai adalah papan atau multiplex dengan tebal 25 mm.
h. Penggunaan bekisting (Formwork) harus sesuai dengan petunjuk / spesifikasi
pabrik.

6. Kawat Pengikat
Kawat pengikat besi beton / rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat
besi beton / rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI
–1971).
7. Pekerjaan pembongkaran Acuan / Bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan ijin
tertulis dari Konsultan pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan
mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan tertulis
dari Konsultan pengawas.

44
Bab VI
Spesifikasi Teknis

8. Pelaksana / Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya


sampai dengan saat-saat penyerahan (selesai).
9. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian dan
syarat-syarat apapun yang tercantum dalam gambar-gambar atau peraturan yang
berlaku baik dalam negeri maupun luar negeri.
10. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material : besi, koral, pasir, pc untuk mendapat persetujuan dari Konsultan
pengawas.
11. Kontraktor harus melakukan pengujian atas besi / kubus beton di laboratorium
yang akan ditunjuk kemudian.
12. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil benda
uji berupa kubus / silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat / ketentuan
dalam PBI-1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh Konsultan pengawas dan
diperiksa di laboratorium konstruksi beton yang ditunjuk Konsultan pengawas.
Jumlah dan frekuensi pembuatan kubus serta ketentuan-ketentuan lainnya sesuai
dengan PBI-1971.
13. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24
jam setelah pengecoran.
14. Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain.
15. Bila terjadi kerusakan Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
16. Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu
dibasahi dengan air terus-menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih dan apabila
menggunakan curing agent pemeliharaannya sesuai standar produk (sesuai dengan
ketentuan dalam PBI-1971).
17. Bagian-bagian yang tertanam dalam beton :
a. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.
b. Diperhatikan juga tempat untuk sparing atau instalasi.
18. Sparing Conduit dan pipa-pipa :
a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar dan minta
persetujuan pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor
harus mengusulkan dari Konsultan pengawas.
c. Bilamana sparing-sparing (pipa, conduit dan lain-lain) berpotongan dengan
tulangan besi, maka besi tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa
persetujuan dari Konsultan pengawas.
d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

45
Bab VI
Spesifikasi Teknis

e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu


pengecoran.

19. Hal-hal lain (Miscellaneous Items)


a. Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang harus dibeton sebagai bekas jalan
kerja sewaktu pembetonan. Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan
dengan penghalusan permukaannya.
b. Untuk pekerjaan lantai beton, harus diratakan sehingga diperoleh permukaan
lantai yang betul-betul rata. Sesudah selesai ditrowel, jika ada permukaan
lantai beton yang akan dicat, maka lantai beton harus betul-betul kering
sempurna dan memenuhi syarat untuk dilakukan pengecatan.
c. Untuk pekerjaan dinding / kolom lepas cetak yang harus dicat, dilakukan
dengan dengan pengecatan cat emulsi pada saat beton sudah kering sempurna
dan memenuhi syarat untuk dicat.

4.2.2. PEKERJAAN BAJA / BESI NON STRUKTURAL


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi antara lain :
a. Pengadaan dan pemasangan beugel-beugel talang, klem-klem down pipe, plat
klem-klem sambungan rangka, dari bahan galvanized steel.
b. Railling tangga carbon steel, dengan ukuran sesuai pekerjaan 10.2.
c. Pemegang aluminium voil dengan Fine Mesh produk BRC (Galvanized) atau yang
setara.
d. Dan lain-lain komponen yang ditunjukkan pada gambar.
b. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Fabrikasi
a. Pemeriksanaan dan lain-lain.
Seluruh pekerjaan di pabrik harus merupakan pekerjaan yang berkualitas tinggi.
Seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa, sehingga
semua komponen dapat dipasang dengan tepat di lapangan.
b. Konsultan pengawas mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan di lapangan
pada saat yang dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim ke
lapangan sebelum diperiksa dan disetujui Konsultan pengawas.
c. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau
spesifikasi ini akan ditolak, dan bila demikian harus diperbaiki dengan segera
tanpa tambahan biaya.
d. Gambar Kerja

46
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Sebelum pekerjaan di pabrik dimukai, Kontraktor harus menyiapkan gambar


kerja yang menunjukkan detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang
serta ukuran las, jumlah, ukuran dan posisi baut-baut serta detail-detail lain
yang lazim diperlukan untuk fabrikasi.
e. Ukuran-ukuran
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua
ukuran yang tercantum pada gambar kerja.

2. Sambungan
Untuk sambungan komponen konstruksi baja yang tidak dapat dihindarkan
berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Hanya diperkenankan satu sambungan.
b. Semua penyambung profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul (full
penetration butt weld).
c. Pemasangan percobaan (Trial Erection)
Bila dipandang perlu Konsultan pengawas, Kontraktor wajib melaksanakan
pemasangan percobaan dari sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi. Komponen
yang tidak cocok atau yang tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi dapat ditolak
oleh Konsultan pengawas. Pemasangan percobaan tidak boleh dibongkar tanpa
persetujuan Konsultan pengawas.
d. Pengecatan
1. Semua bahan konstruksi baja harus dicat. Semua permukaan baja harus bersih dari
kotoran-kotoran atau minyak-minyak. Pembersihan harus dilakukan dengan sikat
besi mekanis (mechanical wire brush).
2. Cat dasar adalah cat zinc chromate. Pengecatan dilakukan satu kali di tempat
pabrikasi dan satu kali di lapangan. Baja yang akan ditanam di dalam beton tidak
boleh dicat.
3. Cat akhir adalah cat zinc chromate. Pengecatan dilakukan satu kali atau lebih di
lapangan sampai menutup sempurna.
e. Pemasangan akhir (Final Erection)
1. Alat-alat untuk pemasangan harus sesuai untuk pekerjaannya dan harus dalam
keadaan baik. Bagian-bagian dimana tidak dapat dipasang atau
2. ditempatkan sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari kesalahan fabrikasi atau
perubahan bentuk karena kesalah penanganan atau pengangkutan, maka keadaan
itu harus segera dilaporkan kepada Konsultan pengawas, Untuk mendapatkan
persetujuan cara perbaikan dan pemecahannya yang dapat dilakukan di lapangan
atau di work shop. Meluruskan plat dan besi siku atau bentuk lainnya harus
dilaksanakan dengan cara disetujui. Segala biaya sebagai akibat dari hal ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

47
Bab VI
Spesifikasi Teknis

3. Pekerjaan baja harus kering sebagaimana mestinya. Kantong air pada konstruksi
yang tidak terlindung dari cuaca harus diisi dengan bahan Waterproofing yang
telah disetujui.
4. Setiap komponen harus diberi kode (marking) yang sesuai dengan gambar
pemasangan. Komponen harus diberi kode sedemikian rupa sehingga memudahkan
pemasangan.
5. Baut-baut, baut angker, baut hitam dan lain-lain harus disediakan dan harus
dipasang sesuai dengan gambar detail.

4.2.3. PEKERJAAN PASANGAN


a. PENJELASAN UMUM
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan masing-masing pekerjaan sehingga
mendapatkan hasil yang baik dan sempurna.
2. Penggunaan masing-masing jenis pasangan dapat dilihat pada gambar rencana
ataupun petunjuk / perintah Direksi / Pengawas Lapangan.
3. Pengendalian Pekerjaan :
Persyaratan-persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada :
- PUBI - 1982
- NI-3 - 1970
- NI-10 - 1973
- SII-0021 - 1978

b. PASANGAN BATU KALI BELAH


1. Lingkup Pekerjaan
Pasangan batu kali belah dilaksanakan untuk pondasi bangunan atau konstruksi lain
yang ditunjuk pada gambar rencana.
2. Bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh material
: batu kali, pasir untuk mendapat persetujuan dari Direksi / Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi / Pengawas akan dipakai
standar / pedoman untuk memeriksa / menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah
disetujui di Bangsal Direksi / Pengawas.
d. Batu kali yang digunakan adalah batu kali belah, bersudut runcing, berwarna
abu-abu hitam keras dan tidak porous.
3. Pelaksanaan
a. Galian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 10 cm dan dipadatkan dengan
alat pemadat / stamper.

48
Bab VI
Spesifikasi Teknis

b. Sebelum dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari bambu atau
kayu pada setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan
penampang yang dimaksud dalam gambar rencana.
c. Kecuali disebut lain pada gambar rencana maka seluruh pasangan batu kali
belah dipasang dengan perekat 1 pc : 4 ps atau 1 pc : 6 ps, dan diberapen
dengan perekat yang sama pada seluruh bidang sisinya.
d. Celah-celah besar pada aanstampeng / pasangan batu kali kosongan dapat diisi
dengan batu pecahan supaya betul-betul padat sedang pasangan batu kali belah
selain aanstampeng tidak dikehendaki bertindih (bersinggungan) tanpa adanya
perekat dicelah-celahnya.
e. Untuk pengikatan sloof maka pada bagian atau pondasi batu kali dibuat stek-
stek sedalam 30 cm tiap 1,00 m1 dengan diameter besi 10 mm.
f. Dimensi / besaran penampang pasangan batu kali belah tersebut dapat dilihat
pada gambar rencana.
g. Urugan lubang pasangan batu kali belah yang berfungsi sebagai pondasi dapat
dilaksanakan bila Direksi mengganggu bahwa bagian pondasi sudah cukup kuat /
mengeras.

c. PASANGAN BATU BATA


1. Lingkup Pekerjaan
Pasangan batu bata dilaksanakan untuk dinding / tembok gedung, pondasi ringan,
saluran, bak-bak bunga, ataupun pasangan batu bata lainnya yang ditunjuk pada
gambar rencana.
2. Bahan
a. Batu bata yang dikehendaki adalah batu bata lokal yang berkualitas baik yaitu
dengan hasil pembakaran yang matang berukuran sama kira-kira 6 x 12 x 20 cm
tidak boleh terdapat pecah-pecah (melebihi 20%) dan tidak diperbolehkan
memasang bata yang pernah dipakai.
b. Sebagai Semen dan Pasir untuk pasangan batu bata ini harus sama dengan
kualitas seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
c. Kecuali ditentukan lain semua pasangan batu bata dipasang dengan perekat
dengan campuran 1pc : 6ps untuk daerah kering dan 1pc : 3ps untuk daerah
basah.
3. Pelaksanaan
a. Dimana diperlukan menurut direksi, pemborong harus membuat shop drawing
untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan pasangan.
b. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang diperlukan.
Adukan dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai
dengan petunjuk Perencana / Direksi.

49
Bab VI
Spesifikasi Teknis

c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam


gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal / tinggi / peil dan bentuk profilnya.
d. Pasangan batu bata harus dipasang tegak lurus, siku, rata, dan tidak boleh
terdapat retak-retak, dipasang dengan fungsi, ukuran ketebalan dan ketinggian
yang ditentukan dalam gambar rencana.
e. Mencampur Perekat
Perekat harus dicampur dalam alat pencampur yang telah disetujui atau
dicampur dengan tangan pada permukaan yang keras, dilarang memakai
perekat yang sudah mulai mengeras untuk dipakai lagi.
f. Sebelum dimulai pemasangan batu bata harus direndam lebih dahulu dengan air
dan permukaan yang akan dipasang harus basah juga dan untuk semua
sambungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar penyelesaian dinding /
plesteran dapat melekat dengan baik, sedang dimana ada pertemuan kusen
kayu dengan tembok harus diberi nat selebar 1cm dan dalam 1 cm.
g. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum setinggi 1,00 m
untuk setiap harinya.
h. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah sama sekali
tidak diperkenankan.
i. Pasangan tembok dipasang seluas 12,00 m2, bila lebih harus dipasang beton
praktis ukuran penampang 15 x 15 cm dengan tulangan sesuai pada gambar .
j. Pasangan batu bata 1pc : 3ps sebagai pasangan di bawah permukaan tanah /
lantai harus diberapen dengan adukan 1pc : 3 ps.
k. Syarat-syarat penerimaan :
- Pasangan batu bata dapat diterima / diserahkan apabila deviasi bidang pada
arah diagonal dinding seluas 12 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci /
diplester).
- Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum diaci /
diplester).
l. Pasangan batu bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

4.2.4. PEKERJAAN PLESTERAN SEMEN


a. Lingkup pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran dinding batu bata pada kedua sisi
bidangnya (dalam dan luar), plesteran dinding beton, pengisi dan perekat pada
pemasangan bahan finishing, serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar.

50
Bab VI
Spesifikasi Teknis

b. Persyaratan Bahan
1. Campuran pasir (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih
dan bebas dari segala macam kotoran, serta harus melalui ayakan # 1,6 – 2,0 mm.
2. Untuk area yang tidak memakai finishing bahan lain, dipakai campuran DURACOAT
ex. Durabuilt atau yang setara dengan pemakaian sesuai dengan standar pabrik
yang bersangkutan, agar dapat diperoleh sifat tahan / kedap air (watertight).
3. Pada pemasangan aduk / spesi agar menggunakan :
Pada setiap pertemuan 2 (dua) bahan yang berbeda, seperti : pertemuan kolom
dinding bata, plat beton dinding bata, kolom baja yang difinish plaster dan
sebagainya untuk menghindarkan retak rambut, diberi nat dengan lebar nat 5mm
dan dalamnya 5 mm.
4. Pada area tempat terjadi pertemuan bahan yang berbeda (misalnya : kolom beton-
bata atau balok beton–bata) dipasang kawat ayam dengan overlap yang cukup
untuk mencegah keretakan.
5. Finishing plesteran menggunakan cat sesuai gambar, seperti dinyatakan dalam RKS
Pekerjaan Pengecatan.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Seluruh plesteran dinding batu bata dengan aduk campuran 1 PC : 6 pasir, kecuali
pada dinding batu bata semen raam / rapat air.
2. Pada dinding batu bata semen raam / rapat air diplester dengan aduk campuran 1
pc : 3 ps (yang dilakukan pada sekeliling dinding ruang toilet, dinding eksterior,
dan bagian-bagian yang ditentukan / disyaratkan dalam detail gambar.
3. Pasir pasang yang digunakan harus bersih, bebas dari Lumpur serta material tidak
terpakai lainnya, diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan d 3 mm seperti yang
dipersyaratkan.
4. Material lain yang terdapat dalam persyaratan di atas tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari
jenisnya dan disetujui konsultan pengawas.
5. Sement porlant yang dikirim ke site / lapangan harus dalam keadaan tertutup atau
dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan tipe dan
tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada cacat.
6. Bahan harus disimpan di tempat kering, berventilasi baik, terlindung, bersih,
tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan bahan, dilindungi
sesuai dengan jenisnya yang disyaratkan dari pabrik.
7. Semua bahan yang sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada konsultan
pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan /
persyaratan dari pabrik yang bersangkutan, material yang tidak disetujui harus
diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan persyaratan tanpa biaya
tambahan.

51
Bab VI
Spesifikasi Teknis

8. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor diharuskan memeriksa site / lapangan


yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk mulainya
pekerjaan.
9. Bila kelainan dalam hal apapun antara gambar, sepesifikasi dan lainnya kontraktor
harus segera melaporkan kepada manajemen kotruksi. Kontraktor tidak
diperkenankan melakukan pekerjaan di tempat tersebut sebelum kelainan /
perbedaan diselesaikan.
10. Tebal plesteran 15 mm dengan hasil ketebalan dinding finish 150 mm atau
sesuai yang ditunjukan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang melebihi 22
mm harus diberi kawat untuk membantu dan memperkuat daya lekat pelsteran,
pada bagian pekerjaan yang diijinkan konsultan pengawas.
11. Pertemuan plesteran dengan jenis pekerjaan lain, seperti kusen dan pekerjaan
lainnya, harus dibut naat (tali air) dengan lebar minimal 5 mm dan dalam 5 mm,
kecuali bila ditentukan lain.
12. Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran homogen, acian dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering
betul), sehingga siap untuk di cat atau finish wall paper.
13. Kelembaban plesteran harus dijaga, sehingga pengeringan wajar tidak terlalu
tiba-tiba, dengan membasahi plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi
dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan air secara tetap.
14. Kontraktor wajib memperbaiki / mengulang / mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa garansi), atas biaya kontrator
selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik / pemakai.
15. Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester, maka :
 Seluruh permukaan beton yang akan di plester harus di buat kasar dengan cara
dipahat halus.
 Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton yang akan diplester,
dibersihkan dari kotoran, debu dan minyak serta disiram / dibasahi dengan air
semen.
 Plesteran beton dilakukan dengan aduk kedap air campuran 1 PC : 3 Ps.
 Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan
seperti yang disyaratkan.

52
Bab VI
Spesifikasi Teknis

4.3. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING


4.3.1. PEKERJAAN SUB LANTAI / RABATAN/ LANTAI KERJA
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan sub lantai ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai yang
berlangsung di atas tanah (lantai dasar yang tidak memakai plat beton) serta
sesuai detail yang disebutkan / ditunjukkan pada gambar.

b. Persyaratan Bahan
1. Semen portland harus memenuhi NI – 8, 0013-81 dan ASTM C 1500-78A.
2. Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 pasal 11 dan SII 0404-80.
3. Kerikil / split harus memenuhi PUBI 82 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-75/0075-75.
4. Air harus memenuhi persyaratan PUBI 82 pasal 9, AFNOR P 18 -303 dan NZS –
3121/1974.
5. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI 1971 (NI
– 2) PUBI 1982 dan (NI - 8).

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya, untuk mendapatkan persetujuan konsultan pengawas.
2. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan
untuk peyelesaian / penggantian dalam pekerjaan ini,
harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui konsultan pengawas.
3. Pekerjaan sub lantai dikakukan langsung di atas tanah, maka sebelum pasangan
sub lantai dilaksanakan terlebih dahulu, lapisan urug di bawahnya harus sudah
dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata
permukaanya dan telah mempunyai daya dukung maksimum.
4. Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara pc, pasir beton dan kerikil atau
split dengan perbandingan 1 : 3 : 6.
5. Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 50 mm atau sesuai yang disebutkan /
disyaratkan dalam detail gambar.
6. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata / waterpass, kecuali pada lantai ruangan-
ruangan yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu perlu diperhatikan mengenai
kemiringan lantai agar sesuai yang ditunjukan dalam gambar dan sesuai petunjuk
konsultan pengawas.

53
Bab VI
Spesifikasi Teknis

4.3.2. PEKERJAAN WATERPROOFING


a. Lingkup Pekerjaan
1. Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar
memenuhi uraian syarat di bawah ini serta memenuhi spesifikasi dari pabrik yang
bersangkutan.
2. Bagian yang diberi lapisan waterproofing ialah Pada area plat atap dan pada area
plat lantai toilet, plat kanopi, serta bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.
b. Persyaratan Bahan
1. Persyaratan Standar Mutu Bahan dan prosedur mengikuti yang ditentukan oleh
pabrik dan standard-standard lainnya seperti : NI.3, ASTM 828, ASTME, TAPP 1 803
dan 407. Kontraktor tidak dibenarkan merubah standard dengan cara apapun tanpa
ijin dari Konsultan pengawas.
2. Bahan
Untuk lapisan kedap air digunakan Product Aquaproof atau merk lain yang setara
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Dilapis 1 kali dengan tebal minimum 3 mm, reinforcement 180 gr/m2 non
woven polyester fabric dengan karakteristik fisik dan kimiawi dan kepadatan
yang merata dan konstan
b. Bahan liquid dipakai TAR.P.U.YXT 12 atau yang setara dan untuk semua pruduk
harus mengikuti full system sesuai dengan persyaratan dari pabrik.
c. Dilapis 2 kali dengan bahan liquid (minimum) dengan urutan pekerjaan sesuai
dengan pelapisan yang disyaratkan oleh pabrik.
d. Kedap air dan uap, termasuk juga pada bagian overlapping. Overlapping antar
sambungan adalah 100mm, tekukan vertikal adalah 200mm, pada lubang masuk
50mm.
e. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
f. Perilaku material pada 100oC harus tetap stabil.
g. Berwarna hitam atau ditentukan kemudian.
h. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
c. Pengujian
1. Bila diperlukan wajib mengadakan test bahan tersebut pada labolatorium yang
ditunjuk Konsultan pengawas, baik mengenai komposisi, konsentrasi dan hasil yang
ditimbulkannya.untuk ini kontraktor / supplier harus menunjukkan surat
rekomendasi hasil pengetesan dari lembaga resmi yang ditunjuk tersebut sebelum
memulai pekerjaan.
2. Pada waktu penyerahan, Kontraktor harus memberikan jaminan atas produk yang
digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10
(sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang

54
Bab VI
Spesifikasi Teknis

terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu
material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pemasangan.
3. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan-percobaan dengan cara memberi air
di atas permukaan pekerjaan baru setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
pengawas.
d. Pengiriman dan penyimpanan bahan
1. Bahan harus didatangkan ketempat perkerjaan keadan baik dan tidak bercacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel pabriknya.
2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup tidak lembab, kering
dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
3. Tempat penyimpanan harus cukup bahan di tempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya, kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang
disimpan baik dan sebelum atau selama pelaksanaan, dan wajib menggantinya jika
terdapat kerusakan yang bukan tindakan pemilik.
e. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Semua bahan yang belum dikerjakan harus ditunjukkan kepada konsultan pengawas
untuk mendapatkan persetujuan, lengkap persetujuan / persyaratan pabrik yang
bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
2 Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka bahan-bahan
pengganti harus disetujui konsultan pengawas berdasarkan contoh yang diajukan
oleh kontraktor
3. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian dan
syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambar-gambar, instruction manual
dan manufacture dan standart-standart yang disyaratkan.
4. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan, dan atas petunjuk konsultan pengawas.
5. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar gambar, spesifikasi dan lainya,
kontraktor harus segera melaporkan kepada konsultan pengawas sebelum
pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu
tempat dalam hal ada kelainan / perbedaaan di tempat itu, sebelum kelainan
tersebut diselesaikan.
f. Gambar Detail Pelaksanaan
1. Kontrator harus membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
pada gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
2. Kontraktor harus membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dengan gambar kerja / dokumen kontrak.
3. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus yang belum
tercakup secara lengkap di dalam gambar kerja / dokumen kontrak sesuai dengan
spesifikasi pabrik.

55
Bab VI
Spesifikasi Teknis

4. Shop drawing sebelum dilaksanakan harus mendapatkan persetujuan terlebih


dahulu dari konsultan pengawas.
g. Contoh
1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan
jaminan pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek.
2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan pada konsultan pengawas sebanyak
minimal 2 (dua) produk yang setara dari berbagai merk pembuat atau kecuali
ditentukan lain oleh konsultan pengawas.
3. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur, dan merk yang memenuhi spesifikasi akan
diambil oleh konsultan pengawas dan akan diinformasikan kepada kontraktor
selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh
bahan tersebut.
4. Bilamana diinginkan, kontrator wajib memuat mock-up sebelum pekerjaan dimulai.
h. Cara pelaksanaan
1. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli dari
pihak pemberi garansi pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan metode
pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas.
2. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang di tempat yang berhubungan
langsung dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra
violet atau apabila disyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau spesifikasi
arsitektur, maka dibagian atas dari lembar waterproofing ini harus diberi lapisan
pelindung sesuai gambar pelaksanaan, dimana lapisan ini dapat berupa lantai
screed maupun material finishing.
i. Pengujian mutu pekerjaan
1. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan-percobaan / pengetesan
terhadap hasil pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara memberi siraman
di atas permukaan yang telah diberi lapisan kedap air.
2. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas.
3. Pada waktu penyerahan maka kontraktor harus memberikan jaminan atas semua
pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya,
akibat kegagalan dari bahan maupun hasil pekerjaan yang berlaku, selama 10
(sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang
terjadi.
j. Syarat pengamanan perkerjaan
1. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah
dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan
lainnya.
2. Kalau terhadap kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik atau
pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan / dilaksanakan maka kontraktor

56
Bab VI
Spesifikasi Teknis

harus memperbaiki / mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh konsultan


pengawas. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung
jawab kontraktor.

4.3.3. Pekerjaan Lantai Keramik


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan
dan alat bantu lainya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik.
2. Pekerjaan lantai keramik. Plint keramik ini dilakukan pada seluruh finishing
lantai sesuai yang disebutkan / ditunjukan dalam detail gambar.

b. Persyaratan Bahan
1. Bahan yang digunakan
a. Lantai keramik
 Untuk keramik ukuran 40 x 40 polos menggunakan merk Platinum, Milan
atau produk yang lain yang setara yang bermutu baik.
 Untuk keramik ukuran 40 x 40 tekstur menggunakan merk platinium atau
produk yang lain yang setara yang bermutu baik.
 Untuk Keramik ukuran 25 x 40 cm, untuk kamar mandi menggunakan merk
Platinum, KIA, atau produk lain yang setara.
 Nosing tangga menggunakan keramik lebar 10 cm, atau sesuai gambar.
 Keramik-kermaik tersebut di atas sebelum dipasang harus mendapat
persetujuaan dari konsultan pengawas setelah berkonsultasi dengan
pemilik proyek.
b. Plint
 Digunakan plint keramik homogeneous & keramik standart pada seluruh
area yang ditunjuk pada gambar
2. Warna harus sesuai dengan gambar. Masing-masing warna harus seragam, warna
tidak seragam akan ditolak.
3. Tebal minimal 8 mm atau sesuai dengan standart pabrik, dengan kekuatan lentur
250 kg/cm2 dan mutu tingkat 1 (grade 1)
4. Bahan pengisi siar AM 50 atau produk lain yang setara, sewarna dengan keramik.
Untuk daerah basah ditambahkan liquid groud additive AM 54 sebagai pengganti
air, dengan ketentuan sesuai pabrik.
5. Bahan perekat menggunakan perekat AM 40, untuk daerah basah menggunakan
AM 30 atau setara dengan persyaratan sesuai standart pabrik.
6. Warna ditentukan sesuai gambar
7. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan
ASTM, peraturan keramik Indonesia (NI – 19) dan dari distributor bahan pengisi

57
Bab VI
Spesifikasi Teknis

siar serta bahan perekat harus memberikan supervisi dan garansi pemasangan
selama 5 tahun.
8. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas setelah
berkonsultasi dengan perencana dan pemilik.
9. Kontrator harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis
operatif dari pabrik sebagai informasi bagi konsultan pengawas.
10. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus benar-benar,
berkualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui konsultan pengawas.
11. Toleransi terhadap panjang = 0.50% toleransi terhadap tebal.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Pemasangan lantai dan plint dilakukan setelah alas dari lantai keramik sudah
selesai dengan baik dan sempurna serta disetujui konsultan pengawas (antara
lain lantai screed, kering dari lantai screed = min 7 hari, waterproofing dan lain-
lain) baru pemasangan keramik dilaksanakan. Kering sempurna dari lantai beton
adalah minimum berusia 28 hari.
2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan
tidak bernoda.
3. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.
4. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar siar-siar),
harus sama lebar serapat mungkin atau maksimum 3 mm dan kedalaman
maksimum 2 mm atau sesuai detail gambar serta sesuai petunjuk konsultan
pengawas. Siar-siar harus membentuk garis-garis sejajar lurus dan sama lebar dan
sama dalamnya untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk siku dan
saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
5. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar sesuai kententuan dalam persyaratan
bahan dengan warna bahan pengisi sesuai dengan warna bahan yang
dipasanganya.
6. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong khusus (mesin
elektrik) sesuai persyaratan dari pabrik bersangkutan.
7. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda yang
terjadi pada permukaan hingga betul-betul bersih.
8. Diperhatikan adanya pola tali air yang dijumpai pada permukaan pasang atau hal-
hal seperti yang ditunjukkan.
9. Pinggulan pasangan bila terjadi, harus dilakukan dengan gurinda, sehingga
diperoleh hasil pengerjaan yang rapi, siku, lurus dengan tepian yang sempurna.
10. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain selama 3
x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaan.
11. Rencana pemasangan keramik dengan memperhatikan :

58
Bab VI
Spesifikasi Teknis

a. Tetapkan data level lantai yang tepat.


b. Kontrol level finish lantai melalui beberapa spot level.
c. Untuk menghindari atau mengurangi pemotongan keramik.
d. Untuk memastikan unit keramik yang terpotong menyajikan penampilan yang
seimbang ketika dipasang dan terpasang sebesar mungkin.
e. Untuk memastikan lokasi naat dan pola lantai sesuai dengan persetujuan.
f. Bila tidak ada ketentuan lain dalam gambar, keramik akan dipasang mulai
dengan plint adalah rata / lurus.
12. Grouting
a. Keramik diberi grunt ketika keramik sudah terpasang dengan tepat, setelah
naat dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan menggunakan compresor
(ditiup)
b. Bersihkan grount yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.
c. Ketika grount sudah mengeras, basahi keramik dengan air. Dan akhirnya poles
dengan kain

4.4. PEKERJAAN PLAFOND


4.5.1. PEKERJAAN PLAFOND GYPSUM DAN KALSIBOARD
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan pemasangan plafond dan list plafond gypsum Board dan kalsiboard
Area sesuai dengan yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai
dengan petunjuk Konsultan pengawas.

b. Persyaratan Bahan
1. Bahan Rangka
Sebagai rangka langit – langit gypsum digunakan rangka besi Holow galvanis
dengan kualitas baik sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
2. Penutup langit-langit
Digunakan gypsum board yang bermutu baik produk Jayaboard, Ex.Gresik atau
produk lain yang setara dan telah disetujui oleh Direksi / konsultan pengawas,
tebal = 9 mm dan yang disetujui dalam arti ketebalan, mutu, jenis dan produk
dari bahan tersebut. Jenis yang digunakan adalah Type water resistant.
Sedangkan penutup kalsiboard digunakan produk Eternit Gresik atau setara
dengan tebal 3.5 mm atau sesuai gambar.
3. List penutup langit-langit

59
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Digunakan gypsum Board yang bermutu baik, dari produk yang sama dengan
plafond dan yang telah disetujui oleh Konsultan pengawas dalam arti ketebalan,
mutu, jenis dan produk dari bahan tersebut. Jenis yang digunakan adalah Type
water resistant.
4. Bahan finishing penutup plafond
Finishing penutup langit-langit yang digunakan cat dari bahan dasar cat yang
bermutu baik produk yang telah disetujui Konsultan pengawas. Sebelum
pengecatan semua sambungan / pertemuan harus rata dan halus (ditreatment).
Plafond dan list plafond gypsum ini difinish dengan cat emulsi. Warna dan corak
sesuai gambar / ditentukan kemudian.

c. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh pemborong yang berpengalaman dan dengan
tenaga-tenaga ahli.
2. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuuk membuat shop
drawing dan meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran
dan peil), termasuk mempelajari bentuk, pola lay-out / penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
3. Rangka langit-langit dipasang sisi bagian bawah diratakan, pemasangan sesuai
dengan pola yang ditunjukkan / disebutkan dalam gambar dengan
memperhatikan modul pemasangan penutup langit-langit yang dipasangnya.
4. Bidang pemasangan bagian rangka langit-langit harus rata, tidak cembung, kaku
dan kuat, kecuali bila dinyatakan lain, misal : permukaan merupakan bidang
miring / tegak sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
5. Setelah seluruh rangka langit terpasang, seluruh permukaan rangka harus rata,
lurus dan waterpas, tidak ada bagian yang bergelombang, dan batang-batang
rangka harus saling tegak lurus.
6. Bahan penutup langit-langit adalah gypsum dengan mutu bahan seperti yang
telah dipersyaratkan dengan pola pemasangan sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar.
7. Pertemuan antara bidang langit-langit dan dinding, digunakan bahan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
8. Hasil pemasangan penutup langit-langit harus rata tidak melendut.
9. Seluruh pertemuan antara permukaan langit-langit dan dinding dipasang list
profil dari gypsum dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar.
10. Gypsum board yang dipasang adalah gypsum board yang telah dipilih dengan
baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak,
gompal atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan
pengawas.
11. Gypsum board dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan gambar untuk itu
dan setelah gypsum board terpasang, bidang permukaan langit-langit harus rata,

60
Bab VI
Spesifikasi Teknis

lurus, waterpas dan tidak bergelombang, dan sambungan antar unit-unit gypsum
board tidak terlihat.
12. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole / access panel di langit-
langit yang bisa dibuka, tanpa merusak gypsum board di sekelilingnya, untuk
keperluan pemeriksaan / pemeliharaan M  E.
4.5. PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA
4.6.1. Pekerjaan Kusen dan Lourve Aluminium
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, jendela dan lourve aluminium,
seperti yang dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.
3. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan Pekerjaan kusen, pintu dan
jendela, pekerjaan kaca dan cermin.

b. Persyaratan bahan
1. Terbuat dari bahan aluminium Framing System, dari produk dalam negeri ex.
Alexindo atau produk lain yang setara yang memenuhi Aluminium extrusi sesuai
SII extrusi sesuai extrusi 0695-82, 0649-8
2. Bentuk profil sesuai yang ditunjukkan dalam gambar, dengan terlebih dahulu
dibuatkan gambar detail rinci dalam shop drawing yang disetujui Konsultan
pengawas dan Perencana.
3. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-
profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit
jendela, pintu, partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga
dalam tiap unit didapatkan warna yang sama.
4. Bahan yang akan melalui proses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu dengan
seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan,
kelengkungan, pewarnaan, yang disyaratkan Konsultan pengawas.
5. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi Rencana Kerja dan Syarat-
syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan.
6. Konstruksi kusen dan lourve aluminium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan
dalam detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
7. Khusus untuk kusen aluminium eksterior (Mullion dan Transome), bentuk dan
ukuran profil aluminium sesuai yang ditunjukkan dalam gambar, dengan terlebih
dahulu dibuatkan perhitungan struktur rangka serta pembuatan gambar detail
rinci dalam shop drawing yang disetujui Konsultan pengawas dan Perencana.
8. Kusen aluminium eksterior memiliki ketahanan terhadap tekanan angin 120
kg/m2, untuk setiap type dan harus disertai hasil test.

61
Bab VI
Spesifikasi Teknis

9. Kusen aluminium eksterior memiliki ketahanan terhadap air / kebocoran air,


tidak terlihat kebocoran signifikan (air masuk ke dalam interior bangunan sampai
tekanan 137 Pa (positip) dalam jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air
minimum 3,4 lt/m2 min.
10. Nilai deformasi diijinkan maksimum 2 mm.
11. Pekerjaan mesin potong, mesin punch, drill, dan lain-lain harus sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil rakitan untuk unit-unit jendela, pintu dan partisi yang
mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
a. untuk tinggi dan lebar 1 mm
b. untuk diagonal 2 mm
12. Accessories
a. Sekrup dari galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat
alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup caulking
dan sealant.
b. Sealant yang dipergunakan adalah ex. Dow Corning type 795 atau yang setara.
c. Angkur-angkur untuk rangka / kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal
2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron sehingga tidak dapat
bergerak / bergeser.
13. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang bersentuhan dengan
bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi
lapisan finish dari lacquer yang jernih.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar
dan kondisi di lapangan, terutama ukuran dan peil lubang bukaan dinding.
Kontraktor diwajibkan membuat contoh jadi (mock-up) untuk semua detail
sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan sistem konstruksi
bahan lain dan dimintakan persetujuan dari Konsultan pengawas dan Perencana.
2. Proses fabrikasi harus sudah berjalan dan siap lebih dulu sebelum pekerjaan
lapangan dimulai. Proses ini sudah didahului dengan pembuatan shop drawing
atas petunjuk Perencana, meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk,
ukuran. Kontraktor juga diwajibkan untuk membuat perhitungan-perhitungan
yang mendasari sistem dan dimensi profil aluminium terpasang, sehingga
memenuhi persyaratan yang diminta / berlaku. Kontraktor bertanggung jawab
penuh atas kehandalan pekerjaan ini.
3. Semua frame / kusen baik untuk jendela, pintu dan dinding partisi, dikerjakan
secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
4. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan untuk

62
Bab VI
Spesifikasi Teknis

mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan


kerusakan pada permukaannya.
5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah bagian
dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata. Pengelasan harus rapi untuk
memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet,
stap dan harus cocok.
7. Angkur-angkur untuk rangka / kusen aluminium terbuat dari steel plate setebal 2-
3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat,
sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air dan
memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000 kg/cm2. Celah antara kaca
dan sistem kusen aluminium harus ditutup oleh sealant.
9. Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kusen aluminium
akan bertemu dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk menghindari timbulnya korosi.
10. Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10-25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan / grout.
11. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang
yang dikondisikan, hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat
digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin. Penggunaan ini
dilakukan pada swing door dan double door.
12. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant
supaya kedap air dan suara.
13. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.
14. Engsel untuk jendela yang bisa dibuka diletakkan sejarak jangkauan tangan.
15. Profil aluminium yang akan dipilih harus diajukan secepatnya untuk memperoleh
persetujuan Pegawas & Direksi.

4.6.2. Pekerjaan Daun Pintu Dan Jendela


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan
dan alat-alat bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pekerjaan pembuatan daun jendela dan pintu kaca dipasang diseluruh detail yang
dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.
3. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan (Pekerjaan alat penggantung dan
kunci) serta (pekerjaan kaca).

63
Bab VI
Spesifikasi Teknis

b. Persyaratan bahan
1. Rangka dari bahan aluminium Framing System, yang mutu dan persyaratan
bahannya sama dengan bahan yang digunakan untuk kusen aluminium, yaitu
produk dalam negeri ex. Alexindo atau produk lain yang setara.
2. Ukuran daun pintu dan jendela aluminium sesuai yang ditunjukkan dalam detail
gambar, sehingga seluruh persyaratan bahan dalam bab 6 dapat terpenuhi.
3. Untuk panel jendela digunakan bahan kaca sebagaimana dimaksud dalam bab 7,
dengan tebal sesuai dengan perhitungan, mutu AA, yang memenuhi persyaratan
PUBI 82 pasal 63 dan SII 0189-78. Warna kaca akan ditentukan kemudian.
4. Gunakan sealant yang elastis dengan kualitas tinggi dari dow corning type 793
atau setara. Jangan memakai karet / gaskets, karena akan menyulitkan
pengaturan kerataan antar permukaan dan untuk menghindari distorsi.
5. Pergunakan foam yang lembut untuk back-up material seperti polyurethane foam
6. Pergunakan neoprene rubber dengan kekerasan 90 atau lebih untuk bahan setting
blocks dengan ukuran :
a. Panjang : (25 x luas kaca dalam m2) mm
b. Lebar : (tebal kaca  5) mm
c. Tebal : 6 sampai dengan 12 mm

c. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-
gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk
mempelajari bentuk, pola, lay-out / penempatan, cara pemasangan / mekanisme
dan detail-detail sesuai gambar.
2. Sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua
bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini kepada Konsultan pengawas minimal 3
(tiga) produk yang setara dari berbagai merk / pabrik lengkap dengan brosur /
spesifikasi dari masing-masing pabrik yang bersangkutan.
3. Kontraktor wajib membuat shop drawing yang mencantumkan semua data
produk, ukuran dan cara pemasangan dari pekerjaan tersebut. Gambar shop
drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh Konsultan pengawas.
4. Penimbunan bahan-bahan pintu di lokasi pekerjaan harus ditempatkan pada
ruang / tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung
dan terlindungi dari kerusakan dan kelembaban.
5. Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka pintu / jendela dan
penguat lain serta pemasangan kaca, agar tetap terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan / menjaga kerapihan, tidak boleh terjadi noda-noda atau cacat
bekas penyetelan.
6. Bentuk / pola dan ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.

64
Bab VI
Spesifikasi Teknis

7. Jika diperlukan, harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan


Konsultan pengawas, tanpa meninggalkan bekas / cacat pada permukaan rangka
pintu / jendela kaca yang tampak.
8. Untuk daun pintu / jendela kaca setelah dipasang harus rata, tidak
bergelombang, tidak melincang dan semua peralatan dapat berfungsi dengan
baik.

4.6. PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


5.7.1. Pekerjaan Alat Penggantung Dan Pengunci
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Meliputi pengadaan, pemasangan, pengamanan dan perawatan dari seluruh alat-
alat yang dipasang pada daun pintu dan pada daun jendela serta seluruh detail
yang disebutkan / ditentukan dalam gambar
3. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan pekerjaan bab 5 (pekerjaan
kusen, pintu dan jendela)

b. Persiapan Bahan
1. Semua hardware dalam pekerjaan ini, dari produk yang bermutu baik, seragam
dalam pemilihan warnanya serta dari bahan-bahan yang telah disetujui Konsultan
pengawas
2. Mekanisme kerja dari semua peralatan harus sesuai dengan ketentuan gambar
3. Perlengkapan untuk pengunci yaitu
a. Pintu Kaca Frameless :
- Floor Hinge : Bermutu Baik
- Patch Fitting : Bermutu Baik
- Patch Lock : Bermutu Baik
- Cylinder : Bermutu Baik
- Pull Handle : Bermutu Baik
b. Pintu Kaca Alumunium :
- Handle : Bermutu Baik
- Lock case : Bermutu Baik
- Hinges : Bermutu Baik
- Door closer : Bermutu Baik
- Flush Bolt : Bermutu Baik
c. Seluruh kunci pintu yang akan dipasang harus direncanakan dan diatur
mengikuti sistem penguncian (locking System) Great grand Master key,
emergency Master dan Contruction Key dari pabrik yang bersangkutan. Setiap

65
Bab VI
Spesifikasi Teknis

kunci pintu dilengkapi 3 (tiga) buah anak kunci, demikian pula anak kunci
Master / Grand Master / Great Grand Master / Emergency Master Key
disediakan sebanyak 3 (tiga) buah. Untuk Construction Key disediakan 5 (lima)
buah.
d. Kunci tanam, harus dipasang kuat pada rangka daun pintu
e. Setelah kunci terpasang, noda-noda bekas cat atau bahan finish lainnya yang
menempel pada kunci harus dibersihkan dan dihilangkan sama sekali
f. Pemasangan door closer pada rangka kusen dan daun pintu, diatur sedemikian
rupa hingga pintu selalu menutup rapat pada kusen pintu, serta dapat
berfungsi dengan baik
g. Untuk seluruh pintu yang dapat membentur dinding bila dibuka, diberi door
stop dari merk dan type seperti yang telah diisyaratkan, dipasang dengan baik
pada dinding atau pada lantai (sesuai dengan kondisi yang memungkinkan)
dengan menggunakan sekrup dan nylon plug

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini, sebelum dipasang
terlebih dahulu diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan pengawas untuk
mendapatkan persetujuan. Pengajuan / penyerahan harus disertai brosur /
spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan
2. Apabila dianggap perlu, Konsultan pengawas dapat meminta untuk mengadakan
test-test laboratorium yang dilakukan terhadap contoh-contoh bahan yang
diajukan sebagai dasar persetujuan. Seluruh biaya test laboratorium menjadi
tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya
3. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari sisi atas pintu ke bawah.
4. Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari permukaan lantai ke atas.
5. Engsel tengah dipasang pada jarak 20 cm (as) di bawah engsel atas
6. Untuk pintu toilet, jarak tersebut diambil dari sisi atas dan sisi bawah daun pintu
dengan jarak yang sama
7. Penarik pintu (handle) dipasang 100 cm (as) dari permukaan lantai setempat
8. Posisi „lock‟ dan „latch‟ harus diajukan oleh Kontraktor kepada Managemen
Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan
9. Engsel sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan karat

4.7. PEKERJAAN KACA DAN CERMIN


4.8.1. Pekerjaan Kaca
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Pekerjaan ini meliputi kaca daun pintu, kaca daun jendela, kaca mati

66
Bab VI
Spesifikasi Teknis

3. Pekerjaan ini berkaitan dengan Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela serta
Pekerjaan Curtain Wall
b. Persyaratan Bahan
1. Umum
Kaca adalah benda yang terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mempunyai ketebalan yang sama mempunyai sifat yang tembus cahaya,
diperoleh dari proses pengambangan (Float Glass). Kedua permukaannya rata,
licin dan bening
2. Toleransi
a. Panjang-Lebar : ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi
seperti yang ditentukan oleh pabrik, yaitu toleransi panjang dan lebar kira-
kira 2 mm
b. Kebersihan, kaca lembaran berbentuk segi empat harus mempunyai sudut
siku-siku serta tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan
maksimum yang diperkenankan adalah 1.5 mm per meter panjang
c. Ketebalan : ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui
toleransi yang ditentukan oleh pabrik, yaitu maksimum 0.3 mm
3. Ketebalan semua kaca terpasang harus mengikuti standart perhitungan dari
pabrik bersangkutan, yang antara lain mempertimbangkan penggunaannya pada
bangunan, luas / ukuran bidang kaca (cutting size), maupun tekanan positif dan
negatif yang akan bekerja pada bidang kaca. Perhitungan ini harus disetujui
Konsultan pengawas dan Konsultan Perencana

4. Cacat-cacat yang diperbolehkan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik :


a. Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas
yang terdapat pada kaca)
b. Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan.
c. Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik sebagian
ataupun seluruh tebal kaca
d. Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar ke
arah luar / masuk
e. Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (weve) ; benang adalah cacat
garis timbul yang tembus pandang, sedang gelombang adalah permukaan kaca
yang terobah dan mengganggu pandangan
f. Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch)
g. Bebas awan (permukaan kaca yang mengalami kelainan kebeningan)
h. Bebas goresan (luka garis pada permukaan kaca)
i. Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok)
5. Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA (AA Grade Quality)

67
Bab VI
Spesifikasi Teknis

6. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuaan
Konsultan pengawas sesuai pengarahan dan saran Perencana
7. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus
digurinda / dihaluskan.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua gambar dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat-syarat pekerjaan dalam buku ini, serta ketentuan yang digariskan /
disyaratkan oleh pabrik bersangkutan
2. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian
3. Semua bahan yang akan dipasang harus disetujui oleh konsultan pengawas
4. Bahan yang terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi
tanda agar mudah diketahui
5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, serta diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus, menjadi lembaran kaca dengan ukuran tertentu (cutting
size)
6. Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka kayu pada pintu panil sesuai dengan
persyaratan, digunakan lis-lis kayu. Pemasangan kaca-kaca dalam pintu kaca
rangka aluminium harus sesuai dengan persyaratan
7. Tepi kaca pada sambungan dan antara kaca dengan kayu diberi sealant untuk
menutupi rongga-rongga yang terjadi. Sealant yang digunakan adalah sesuai
dengan persyaratan pabrik. Tidak diperkenankan sealant mengenai kaca
terpasang lebih dari 0.5 cm dari batas garis sambungan dengan kaca
8. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan
retak dan pecah pada sealant / tepinya, bebas dari segala noda dan bekas
goresan

4.8.2. Pekerjaan Cermin


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan, biaya peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan keperjaan ini, hingga dapat
tercapai hasl pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Pekerjaan cermin ini meliputi pemasangan cermin pada toilet-toilet dan daerah
lain yang ditentukan dalam gambar yang ditentukan atau sesuai dengan petunjuk
Konsultan pengawas
b. Persyaratan Bahan
1. Harus memenuhi persyaratan bahan pekerjaan kaca
2. Bahan cermin harus sesuai dengan NI-3 dan syarat tertulis lainnya dalam buku ini.
Disyaratkan dari jenis float clear glass produk dalam negeri dengan kwalitas yang
dapat disetujui Direksi / Pengawas, dengan mengajukan contoh terlebih dahulu.
3. Sisi-sisi cermin yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan,
harus digurinda / dihaluskan

68
Bab VI
Spesifikasi Teknis

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat-syarat pekerjaan dalam buku ini
2. Kalau bidang yang tertutup cermin lebih besar dari modul cermin, maka
pebagiannya harus diakhiri dengan pinggulan sesuai dengan standart dari pabrik
tersebut
3. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian
4. Semua bahan yang dipasang harus sudah disetujui oleh Konsultan pengawas
setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana dan Pemilik proyek
5. Bahan yang telah dipasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan
diberi tanda untuk mudah diketahui
6. Cermin harus dipasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, diharuskan
menggunakan alat-alat pemotong kaca khusus, tidak diperkenankan retak dan
pecah pada sealant / tepinya, bebas dari segala noda dan bekas goresan
7. Pemotongan cermin harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat pemotong
kaca khusus
8. Rangka kayu memakai bahan kamper, ukuran dan cara pemasangan ke dinding
sesuai petunjuk gambar yang diskrupkan dengan fisher plastik ke dalam dinding.
Permukaan rangka kayu yang akan menerima cermin harus di serut halus dan
waterpas
9. Sebagai pinggiran cermin digunakan profiled list Stainless Steel yang dipasang
rapih dan kuat
10. Cermin yang terpasang untuk bentuk dan ukurannya harus disesuaikan dengan
gambar

4.8. PEKERJAAN SANITAIR


4.9.1. Pekerjaan Peralatan Dan Perlengkapan Sanitair
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Pekerjaan, peralatan dan perlengkapan sanitair ini sesuai dengan yang
dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar-gambar, uraian dan syarat-syarat dalam
buku ini

b. Persyaratan Bahan
1. Perlengkapan Sanitair yang digunakan yaitu produk dalam negeri ex. TOTO, INA
atau produk lain yang setara yang mempunyai kualitas sama baik.
2. Semua material harus memenuhi ukuran standart dan mudah didapatkan
dipasaran kecuali bila ditentukan lain

69
Bab VI
Spesifikasi Teknis

3. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai


dengan yang telah disediakan oleh pabrik
4. Barang yang dipakai adalah produk yang telah diisyaratkan dalam uraian dan
syarat-syarat dalam buku ini

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua barang sebelum terpasang harus ditunjukkan kepada Konsultan pengawas
beserta persyaratan / ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan
yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan
2. Jika setelah dipasang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka bahan
pengganti harus disetujui Konsultan pengawas terlebih dahulu berdasarkan
contoh yang diajukan Kontraktor
3. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang
ada dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar
4. Bila ada kelainan dalam hal apapun antar gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka kontraktor harus segera melaporkannya
kepada Manajemen Konsttruksi
5. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan
6. Selama pelaksanaan selalu diadakan pengujian / pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan
7. Kontraktor wajib memperbaiki / mengulangi / mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor,
selama kerusakan bukan disebabkab oleh tidakan Pemilik / Pemakaian / Pemberi
Tugas

4.9. PEKERJAAN PENGECATAN (Emulsi & Weathershield)


4.9.1. Pekerjaan Pengecatan Dinding Dan Plafond
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekejaan ini, sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Pengecatan dinding dan plafond dilakukan pada bagian luar dan dalam serta pada
seluruh detail yang disebutkan dalam gambar

70
Bab VI
Spesifikasi Teknis

b. Syarat-syarat Bahan
1. Semua bahan cat yang digunakan adalah Cat Produk Dulux ICI Paint, Jotun atau
setara, dengan proses sebagai berikut :
 Pengecatan Luar (Eksterior) :
Primer : 1 Lapis Dulux Alkali Resisting Primer, A 931 – 1050 atau setara,
interval 2 jam.
Plamir : 1 Lapis Plamir dengan bahan semen putih, sehingga dicapai
permukaan yang merata dan sama tebal.
Cat Dasar : 1 Lapis Cat Dasar interval 2 jam, sehingga dicapai permukaan
yang merata dan sama tebal.
Cat Penutup : 2 lapis Weathershield atau setara setebal untuk 2 x 30 micron,
interval 2 jam, sehingga dicapai permukaan yang merata dan
sama tebal.

 Pengecatan Dalam (Interior) :


Primer : 1 Lapis Plamir, interval 2 jam sedemikian rupa sehingga
permukaan bidang merata, halus dan sama tebal.
Cat Dasar : 1 Lapis Cat Dasar interval 2 jam, sehingga dicapai permukaan
yang merata dan sama tebal.
Cat Penutup : 2 lapis cat halus ex.Catylac interior atau setara setebal untuk 2
x 30 micron, interval 2 jam, sehingga dicapai permukaan yang
merata dan sama tebal.
2. Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982 pasal 54
dan NI-4
3. Type dan warnanya akan ditentukan kemudian

c. Syarat- syarat Pelaksanaan


1. Semua bidang Pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak,
lubang dan pecah-pecah)
2. Pengecatan tidak dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada
bidang pengecatan
3. Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu, lemak,
minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu
pengecatan
4. Seluruh Bidang pengecatan diplamir dahulu sebelum dilapis dengan cat dasar,
bahan plamir dari produk yang sama dengan cat yang digunakan
5. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas
serta seluruh pekerjaan instalasi didalamnya telah selesai dengan sempurna
6. Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan /
mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk kepada Konsultan

71
Bab VI
Spesifikasi Teknis

pengawas. Selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna yang akan
digunakan. Konsultan pengawas akan mengintruksikan kepada Kontraktor selama
tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan
7. Contoh bahan yang telah disetujui, akan dipakai sebagai standart untuk
pemeriksaan / penerimaan setiap bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke tempat
pekerjaan
8. Contoh bahan yang telah disetujui, akan dipakai sebagi standart untuk
pemeriksaan / penerimaan setiap bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke tempat
pekerjaan
9. Sebelum pekerjaan dapat dimulai atau dilakukan, percobaan-percobaan bahan
dan warna harus dilakukan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan
Perencana dan Konsultan pengawas. Pengerjaan harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan
10. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola texture merata, tidak terdapat
noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan
akibat dari pekerjaan-pekerjaan lain
11. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan,
perawatan dan keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan
12. Bila terjadi ketidak-sempurnaan atau kerusakan dalam pengerjaan, kontraktor
harus memperbaiki / mengganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya
tambahan biaya
1. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil / berpengalaman
dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga dapat tercapainya
mutu pekerjaan yang baik dan sempurna.

4.9.2. Pekerjaan Pengecatan Besi


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna
2. Pekerjaan pengecatan ini dilakukan meliputi pengecatan permukaan besi / baja
yang nampak serta pada seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam
gambar dan sesuai petunjuk Konsultan pengawas

b. Persyaratan Pekerjaan
1. Semua bahan cat yang digunakan adalah Cat Produk Patna Surabaya, Mataram
Surabaya (EMCO), Cat Utama atau produk lain yang setara.
2. Untuk mendapatkan hasil solid, pengecatan dilakukan dengan sistem spray.
3. Pengecatan dilakukan sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata dan sama
tebalnya

72
Bab VI
Spesifikasi Teknis

4. Bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PUBI
1982 pasal 53, BS No. 3900 ; 1970 / 1971, AS. K – 41 dan NI – 4, serta mengikuti
ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan
5. Warna dan typenya akan ditentukan kemudian.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak,
lubang dan pecah-pecah)
2. Bidang permukaan pengecatan harus dibuat rata dan halus dengan bahan amplas
besi. Setelah memenuhi persyaratannya barulah siap untuk dimulai pekerjaan
pengecatan dengan persetujuan Konsultan pengawas
3. Pengecatan tidak dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada
bidang pengecatan.
4. Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu, lemak,
minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu
pengecatan
5. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas
serta jika seluruh pekerjaan pengelasan dan penyambungan setelah selesai dan
sempurna
6. Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan /
mengirimkan contoh bahan dari 3 (tiga) macam hasil produk kepada Konsultan
pengawas selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna yang akan
digunakan, dan akan menginstruksikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari
7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan
7. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik pembuatnya
8. Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standart untuk pemeriksaan /
penerimaan bahan yang dikirim oleh kontraktor ke tempat pekerjaan
9. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh kontraktor untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai /
dilakukan, serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan
10. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola texture merata, tidak terdapat
noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya, kerusakan
akibat dari pekerjaan-pekerjaan lain
11. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan dan
perawatan / keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan.
12. Bila terjadi ketidaksempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan, kontraktor
harus memperbaiki / mengganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya
tambahan biaya.

73
Bab VI
Spesifikasi Teknis

13. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil / berpengalaman


dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga dapat tercapainya
mutu pekerjaan yang baik dan sempurna.
14. Permukaan pengecatan setelah diamplas, setelah memperoleh permukaan yang
halus, rata dan bersih juga harus bebas dari karat.
15. Aduk dengan sempurna sebelum pemakaian, sampai jenuh.
16. Lakukan pekerjaan persiapan dari produk sesuai jenis yang disyaratkan di atas
atau sesuai persyaratan yang ditentukan oleh pabrik yang bersangkutan.
17. Selanjutnya setelah pekerjaan persiapan dilakukan dengan baik, cat dasar
dilapiskan sampai rata dan sama tebal. Selanjutnya undercoat dilakukan dengan
persaratan sesuai yang ditentukan dari pabrik yang bersangkutan.
18. Cat akhir dapat dilakukan bila undercoat telah kering sempurna serta telah
mendapat persetujuan Konsultan pengawas.
19. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan kuas yang bermutu baik atau dengan
spray.
20. Bidang pengecatan harus rata dan sama warnanya.

4.10. PEKERJAAN GRILL CUTTING PLAT

Untuk laser cutting plat besi, YANG DIGUNAKAN ketebalan 22 mm dengan hasil potong laser yang
sangat rapi dan sesuai desain.. Untuk Laser Cutting Façade menggunakan bahan plat besi sampai
dengan 2mm.
hasil laser cutting plat besi diwarnai dengan cat powder coating atau cat duco. Finishing cat
powder coating khusus untuk outdoor, karena anti karat. untuk pilihan warna finishing cat powder
coating tdapat dikonsultasikan dengan konsultan perencana dan Owner, dikarenakan pilihan warna di
aplikator hanya sekitar 20 pilihan warna saja

4.11. PEKERJAAN ALUMUNIUM COMPOSITE PANEL

A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pelapisan pemasangan ACP pada sisi luar fasad bangunan sesuai
ditetapkan dalam gambar. Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan standar-standar yang diterapkan
dalam ketentuan pemasangan dari pabrik.

Persyaratan umum:
a. Pekerjaan instalasi ACP baru boleh dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan pemasangan plesteran
dinding/lantai selesai dikerjakan.
b. Sebelum pekerjaan ini dilakukan. Kontraktor/Pelaksana diwajibkan mengadakan pengecekan
dinding terhadap kelurusan dan kemiringannya.
c. Pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga/tukang yang ahli atau oleh sub-Kontraktor
khusus yang berpengalaman dan mempunyai reputasi hasil pekerjaan yang baik.
d. Permukaan yang akan dipasang ACP harus bersih dan bebas dari kontaminasi material yang
mengandung bahan kimia.

74
Bab VI
Spesifikasi Teknis

e. Material harus disimpan sesuai petunjuk dari pabrik.


f. Teknis pemasangan harus menggunakan peralatan-peralatan khusus yang disyaratkan dari
pabrik wall paper.
g. Sebelum pemasangan kontraktor harus mengajukan dulu contoh bahan yang akan dipasang
untuk mendapat persetujuan Perencana.

B. Bahan-Bahan
1. Pelapis ACP yang dipasang setara dengan merk SEVEN, ALUCOBOND, ALUCOSITE dipasang
pada daerah-daerah seperti tertera dalam gambar. Warna dan pola akan ditentukan oleh
Perencana.
2. Contoh bahan: Pelaksana harus mengadakan dan menyerahkan contoh-contoh ACP yang akan
dipakainya kepada Pengelola Teknis/Perencana untuk mendapat persetujuannya.
3. Bahan harus memiliki lapisan PVDF (Poly Vynil De Floride).
4. Perekat/ Sealant dengan menggunakan lem khusus ACP sesuai dengan rekomendasi produsen.

C. Pemasangan
1. Persetujuan. Sebelum mulai pemasangan, kontraktor/pelaksana harus membuat contoh
pemasangan (mock up) yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasangan, perekatannya.
2. Kontraktor harus menyediakan brosur untuk pemilihan ACP yang dipakai.
3. Dinding atau partisi yang akan dipasang harus sudah cukup kering dan rata betul, dibersihkan
dari tonjolan-tonjolan adukan, dan bahan-bahan lain yang melekat.
4. Pemasangan lem harus rata dan tidak bergelombang.
5. Sambungan horizontal dan vertikal harus serapat mungkin dan harus benar-benar lurus.

Pelaksana harus melindungi ACP yang telah dipasang, ada kemungkinan rusak karena pekerjaan
lain dan harus menggant i atas biaya sendiri setiap kerusakan yang terjadi, penyerahan pekerjaan
dilakukan dalam keadaan bersih.

75
Bab VI
Spesifikasi Teknis

PASAL 5.
PEKERJAAN MEKANIKAL

6.1. PEKERJAAN INSTALASI SISTEM PLUMBING


6.1.1. PENJELASAN UMUM
a. Pemborong harus melaksanakan semua pekerjaan yang tertera dalam gambar-gambar
yang berupa jaringan dalam dan luar bangunan, pengadaan/ pemasangan fiktures
masing-masing sistem sebagaimana jenis pekerjaan tersebut pada RKS ini, dan segala
sesuatu yang diperlukan sehingga seluruh system dapat berfungsi dengan sempurna.
b. Bila dalam uraian berikut tidak secara lengkap menguraikan persyaratan-persaratan
atas pekerjaan-pekerjaan seperti tersebut pada butir-butir berikut, maka persyaratan
teknisnya dianggap telah diuraikan pada pasal-pasal sebelumnya.
c. Pelaksanaan pekerjaan mekanikal yang dilaksanakan adalah pekerjaan instalasi
system plumbing dan sanitair.

6.1.2. PERSYARATAN TEKNIS UMUM


a. Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi sistem plumbing adalah pekerjaan instalasi
air bersih, air kotor dan air bekas.
b. Semua pekerjaan instalasi plumbing dan sanitary tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan uraian teknisnya dan memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan oleh
instansi yang berwenang, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum setempat
c. Pemasangan instalasi plumbing harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
dan semua peraturan yang berlaku di Indonesia.
d. Kontraktor harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat
mengetahui hal yang akan mengganggu / mempengaruhi pekerjaan lainnya, dan
apabila timbul persoalan pemborong wajib mengajukan saran penyelesaiannya paling
lambat 1 minggu sebelum bagian pekerjaan ini diselesaikan.
e. Persyaratan teknis dan gambar-gambar yang menyertainya dimaksudkan untuk
menjelaskan dan menegaskan tentang segala pekerjaan, bahan-bahan, peralatan-
peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan, pengujian dan penyetelan (adjusting)
dari seluruh system, agar lengkap dan siap untuk bekerja dengan baik.
f. Pemborong harus mempunyai tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani
instalasi plumbing dan sanitary beserta pengadaan peralatan-peralatan yang akan
digunakan.
g. Semua pekerjaan plumbing tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan
spesifikasi teknisnya dan memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan oleh
instansi yang berwenang.

76
Bab VI
Spesifikasi Teknis

h. Pengadaan dan pemasangan perlengkapan-perlengkapan lainnya agar instalasi bekerja


dengan baik, benar, aman walaupun pada gambar dan spesifikasi tekniknya tidak
dicantumkan secara jelas, misalnya fitting-fitting dan accesoriesnya.
i. Pemborong wajib mengirimkan contoh bahan atau brosur dari alat-alat tersebut dan
menunggu persetujuan pengawas sebelum bahan atau alat tersebut dipasang.
j. Penawaran peralatan/material harus disertakan dengan brosur lengkap performance
curve dan pemilihan ditandai dengan jelas.
k. Sebelum pelaksanaan dilaksanakan, pelaksana wajib menunjukan gambar-gambar
rencana (shop drawing) kepada Direksi / Konsultan Pengawas.
l. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan walaupun tidak digambarkan atau
disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh pelaksana

6.1.3. LINGKUP PEKERJAAN


Termasuk dalam linkup pekerjaan ini adalah :
a. Pekerjaan air bersih.
Pengadaan dan pemasangan secara sempurna unit-unit peralatan yang diperlukan
dalam sistim penyediaan air bersih berupa bak air, Pemasangan pipa distribusi
kesetiap peralatan sanitary seperti halnya closet, wasthafel urinal, faucet-faucet dll.
b.Pembuangan air kotor, bekas.
Pengadaan dan pemasangan system pemipaan beserta perlengkapan yang diperlukan
dalam system pembuangan air kotor dan air bekas.
Pemasangan pemipaan pada peralatan sanitary seperti halnya closet, wasthafel,
urinoir, floor drain dan sebagainya.
c. Pengujiaan/pengetesan terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hydrolik per
bagian, dan selanjutnya pengujian keseluruhan jaringan yang ada pada bangunan.
d.Pengujian (test run) sistem plumbing secara keseluruhan dan mengurus izin-izin yang
diperlukan dari dinas-dinas terkait ( PDAM / Dinas Pekerjaan Umum dan lain-lain )

6.1.4. PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS


a. Pemipaan dan fixture
Semua pekerjaan pemipaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan seperti di
bawah ini:
1. Pipa-pipa air harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak ada hawa busuk yang
keluar dari pipa tersebut, tidak ada rongga-rongga udara, letaknya lurus dan rata.
2. Pipa-pipa panjang tak bersambung harus dipakai pada konstruksi saluran-saluran
pipa (sesuai dengan panjang pipa normalisasi), kecuali jika panjang yang
dibutuhkan tidak membutuhkan seluruh panjang
3. Pipa-pipa harus dipasang sedemikian rupa hingga tidak banyak dilakukan tekanan-
tekanan

77
Bab VI
Spesifikasi Teknis

4. Sambungan-sambungan harus halus dan di dalamnya tidak tersumbat apapun.


Pemotongan pipa dilakukan dengan alat cutter khusus pipa untuk menghasilkan
pemasangan yang rapih.
5. Ditempat-tempat dimana pipa menembus tembok beton/perkerasan jalan harus
dilengkapi dengan pembungkus (sleeve) dari pipa besi yang mempunyai diameter
lebih besar dari pipa yang dibungkus/dilindungi.
6. Pipa vertical harus ditumpui dengan klem dan dibuat dengan jarak yang tidak lebih
dari 2,5 m. Pipa yang tidak ditanam didalam tanah/tembok/lantai, dan tempat-
tempat diatas plafond yaitu untuk pipa mendatar dan pipa tegak harus
menggunakan penggantung (hunger) atau penyanggah (support) untuk mencegah
timbulnya getaran.
Dimana jarak penggantung / penyangga yang satu dengan yang lainya maksimal 2.5
m dan jarak antara support / hunger disesuaikan agar memudahkan pemasangan
terhadap dinding dan pembongkaran / disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
7. Saluran pipa dan sambungan-sambungan harus dibuat dengan cermat hingga
menjamin bahwa air mengalir dengan lancar dan memungkinkan drainase total dan
pengontrolan sistemnya.
8. Ujung-ujung pipa dan lubang-lubang harus ditutup selama pemasangan, untuk
mencegah kotoran memasuki pipa.
9. Pengujian pekerjaan instalasi seperti diuraikan dalam ayat-ayat berikut harus
dilaksanakan sebelum pekerjaan finishing dimulai.
a. pengujian (dalam hal ini pengujian berlaku untuk pemipaan air bersih dan air
kotor)
b. Pengujian jaringan air bersih:
1. Semua pipa-pipa serta saluran-saluran utama harus diuji hingga tekanan
hidroliknya 10 kg/cm2 atau 2 kali tekanan biasa untuk pipa air bersih tanpa
mengalami kebocoran. Air harus dipaksa memasuki saluran-saluran utama
dengan pompa dan dibiarkan mengalir dengan tekanan yang ditentukan
selama (empat) jam tanpa mengalami perubahan tekanan. Pada prinsipnya
pengujian dilakukan bagian demi bagian dari panjang maksimum 100 m.
Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah tanggung jawab
pemborong / kontraktor.
2. Tidak boleh menutup bagian pipa atau fittingnya atau parit-parit galian
sebelum disetujui oleh pengawas.

c. Pengujian jaringan air kotor :


1. Saluran jaringan air kotor dan air hujan (system sanitasi) harus diuji pada
waktu penyelesaian, dengan mengadakan pengujian yang disetujui oleh
pengawas, dan pemborong harus memberikan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan untuk mengadakan pengujian seperti itu.

78
Bab VI
Spesifikasi Teknis

2. Sistem jaringan air kotor harus melakukan uji hydrostatik sebesar 3 kg/cm2
tanpa mengalami kebocoran selama 4 (jam)
3. Segala cacat yang ada harus diperbaiki oleh pemborong atas biaya sendiri,
sampai disetujui pemberi tugas / pengawas. Peralatan dan fasilitas untuk
pengujian harus disediakan oleh pelaksana.
d. Pengujian harus disaksikan oleh Direksi / Konsultan Pengawas dengan diketahui
oleh pimpro atau yang mewakili.
e. Pengujian dilakukan dengan menjalankan seluruh system atau peralatan yang
dipakai dalam system yang dimaksud.
f. Pemborong / kontraktor harus membuat berita acara pengujian.
10. Pipa yang dipasang dan ditanam di bawah / didalam harus mempunyai kedalaman
kurang lebih 60 cm diukur dari pipa bagian atas sampai permukaan tanah.
11. Agar fitting-fitting tidak bergerak jika beban tekanan diberikan, maka pipa
disekitar fitting harus dipasang block dari beton khususnya pada tempat-tempat
belokan pipa.
12. Penyambungan pipa
a. Penyambungan pipa PVC menggunakan lem khusus untuk pipa PVC. Bagian yang
akan disambung harus dibersihkan dan diampelas lebih dahulu untuk lebih
menguatkan daya rekat lem pipa, kemudian setelah kedua bagian pipa
disambung, harus diberikan tekanan sampai lem benar-benar kering.
b. Sambungan antar Pipa harus menggunakan shock, tidak dibenarkan dengan cara
pembakaran.
13. Kode-kode pipa
Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda warna / cat
pada pipa induk ataupun pipa cabang, begitu pula pada pipa shaft dimana terletak
pintu pemeriksaan. Dipilih warna sesuai dengan patokan sebagai berikut :
- Untuk jaringan air bersih dipakai warna biru muda
- Untuk jaringan air kotor dipakai warna asli PVC
Dan untuk pipa-pipa yang tampak (terexpose) digunakan warna cat yang sama
dengan warna tembok dimana pipa-pipa tersebut berada atau dicat dengan warna
sesuai dengan saran pemilik / pengawas.
14. Desinfektan
a. Kontraktor harus melaksanakan pembilasan desinfektan dari seluruh instalasi air
sebelum diserahkan kepada pemberi tugas.
b. Desinfektan dilakukan dengan memasukan larutan chlorine sekurang-kurangnya
50 mg/ltr kedalam system pipa, dengan cara / metode yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
c. Setelah 24 jam, sisa chlorine diperiksa kembali untuk kemudian dilakukan
pembilasan system pipa dengan air bersih.

79
Bab VI
Spesifikasi Teknis

d. Semua katup dalam sistem pipa yang sedang mengalami proses desinfektan
tersebut harus dibuka dan ditutup beberapa kali selama jangka waktu 24 jam
tersebut diatas.
e. Selama pelaksanaan instalasi ini berjalan, kontraktor harus memberi tanda-
tanda dengan pensil / tinta merah pada dua set gambar plumbing, atas segala
perubahan, penghapusan, atau penambahan pada rencana instalasi tersebut.
Gambar tersebut akan diserahkan kepada pengelola proyek/ konsultan
pengawas.
f. Kontraktor harus menyerahkan kepada pengelola proyek / konsultan pengawas,
gambar instalasi sesugguhnya, sebagaimana yang terpasang pada bangunan (as
build drawing) yang memuat lengkap semua perubahan yang telah dilakukan.
Gambar-gambar tersebut dibuat dengan tinta diatas kalkir.
g. Kontraktor harus memberikan garansi tertulis kepada pemberi tugas, bahwa
seluruh instalasi distribusi air bersih akan bekerja dengan memuaskan, dan
bahwa kontraktor akan menanggung semua biaya atas kerusakan /penggantian
yang diperlukan selama jangka waktu masa pemeliharaan.
15. Jenis dan kualitas bahan
a. Pipa-Pipa PVC
- pipa air kotor, air buangan / air bekas, air bangunan ( jaringan pembuangan
air hujan) digunakan pipa PVC, untuk Pipa air bersih digunakan pipa komposit
dan pipa temabaga untuk pada instalasi gas medik.
- Pipa tersebut harus pipa PVC yang tidak berplastik, pipa untuk jaringan air
kotor / air bekas, air hujan minimum kualitas D. Untuk bahan sambungan
seperti socket, elbow, tee dll. harus digunakan bahan yang sama.
- Pipa-pipa PVC tersebut hasil produksi Wavin, Maspion, atau merk lain yang
sudah mendapat klasifikasi SII. Fitting-fittingnya harus standart, dikeluarkan
oleh pabrik yang disetujui dan harus disambungkan dengan memakai
lem/solvent cement khusus atau cara lain sesuai instruksi pabrik.
b. Valve-valve
Untuk instalasi air bersih berlaku ketentuan sebagai berikut:
- Water valve dengan diameter sampai dengan 2” adalah jenis screw bronse
body.
- Water valve dengan diameter antara 2” - 3” adalah jenis flange bronze body.
- Water valve dengan diameter lebih besar dari 3” adalah jenis flange steel
body
Tekanan kerja dari valve-valve harus disesuaikan dengan fungsinya, untuk
pekerjaan air bersih sanitary digunakan tekan kerja 125 psi.

b. Pembuatan Pengadaan Bak Air Bersih Dan Kelengkapanya


1. Ketentuan Umum

80
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Pekerjaan pembuatan/pengadaan reservoir ini terkait dengan system


pendistribusian air bersih dipasang lengkap dengan peralatan-peralatan yang
diperlukan sehingga seluruh system dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
Pemasangan dan penempatan reservoir ini sehingga dapat pada gambar rencana.
Pekerjaan pembuatan/pengadaan reservoir ini pada garis besarnya meliputi:
a. Pengadaan tandon stainlesstell atas kapasitas 2000 L
b. System kontrol berupa pelampung dan Water Level Control (WLC)
2. Pembuka bak air atas
Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi penyediaan bahan-bahan, peralatan dan tenaga untuk
pembuatan reservoir ini sehingga dapat difungsikan berikut seluruh pekerjaan
lainnya yang berkaitan sesuai dengan gambar-gambar.

81
Bab VI
Spesifikasi Teknis

PASAL 6
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

7.1. PEKERJAAN LISTRIK SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH


7.1.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan semua tenaga pekerja, bahan dan peralatan,
pemasangan, pemyambungan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, untuk
pekerjaan listrik tegangan rendah pada pekerjaan PEMBANGUNAN GEDUNG MAHA‟D PUTRA
MAN 2 KOTA MALANG
Adapun lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan meliputi:
1. Pengadaan dan pemasangan kabel baik kabel feeder (power) ataupun kabel instalasi
penerangan.
2. Untuk kabel Feeder (power) menggunakan jenis kabel NYFGbY atau NYY sedangkan
untuk kabel instalasi menggunakan kabel NYA, NYM dengan diameter kabel
disesuaikan dengan gambar rencana.
3. Untuk jenis kabel NYFGbY, uk. 4 x 185 mm2, pemasangan harus ditanam didalam
tanah dengan kedalan minimal 50 cm dengan pelindung minimal batu bata diatas
kabel. Sedangkan kabel NYY, uk 4 x 185 mm2 bisa di tanam ataupun di letakkan
bebas diudara.
4. Untuk jenis kabel NYA pemasangan kabel harus didalam pipa PVC dengan diameter
minimal pipa 5/8 inchi. Sedangkan untuk kabel NYM pemasangan bisa didalam pipa
maupun bebas diudara, asalkan pemasangan terlihat rapi dan kuat dari tarikan.
5. Untuk kabel tegangan tinggi menggunakan kabel tanah berpelindung baja (NYFGbY),
atau tanpa pelindung baja (NYY) dengan posisi ditanam, yang menghubungkan dari
panel ruang Genset ke tiap tiap unit bangunan. Sedangkan besarnya penampang
disesuaikan dengan kebutuhan daya bangunan tersebut. Merk yang dapat diterima
adalah Supreme, Focus, Eterna atau setara.
6. Untuk kabel tegangan rendah menggunakan kabel NYA atau NYM. Untuk kabel NYA
pemasangan dalam pipa PVC 5/8 inchi, sedangkan kabel NYM bisa dipasang dalam
pipa maupun di udara bebas. Kabel tegangan rendah di gunakan untuk instalasi
penerangan dan instalasi kotak kontak dengan diameter minimal kabel 3 x 2.5 mm2.
Merk yang dapat diterima adalah supreme, focus, eterna atau setara.

7.1.2. GAMBAR-GAMBAR RENCANA


Gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan-peralatan
seperti : panel, jalur kabel, lampu dan lain-lain. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan
karena keadaan sebenarnya dari lokasi, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi
lapangan.

82
Bab VI
Spesifikasi Teknis

a. Gambar-gambar kerja (shop drawing)


Pemborong harus membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) yang menunjukkan
tata letak pemasangan yang lengkap, dimensi-dimensi dari peralatan, detail-detail
dan sebagainya.
b. Gambar-gambar kerja dan juga catalog, brosur dan tipe peralataan yang akan
dipasang harus diserahkan kepada konsultan pengawas untuk diperiksa.
Shop drawing harus sudah diserahkan kepada pengawas 14 hari sebelum pemasangan.

7.1.3. GAMBAR-GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (Asbuilt Drawing)


Pemborong harus membuat catatan yang cermat dari penyesuaian-penyesuaian
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir) dan
tiga set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as built drawing).
As built drawing harus diserahkan kepada direksi segera setelah pekerjaan selesai.

7.1.4. STANDART DAN PERATURAN


Seluruh pekerjaan instalasi elektrikal harus dilaksanakan mengikuti standart dalam PUIL
terbitan terakhir (2000), SPLN, SII atau standart-standart internasiaonal yang tidak
bertentangan dangan PUIL.
Disamping itu peraturan/hukum daerah setempat yang ada hubungannya dengan
pekerjaan ini harus ditaati pula. Surat ijin bekerja sebagai instalatir dari kelas yang sesuai
dengan pekerjaan ini harus dimiliki secara sah oleh pemborong, satu copy surat ijin
tersebut harus diserahkan kepada direksi segera setelah pekerjaan selesai.

7.1.5. PEMOTONGAN DAN PEMBOBOKAN (Cutting & Patching)


Pemborong bertanggung jawab atas penyelesaian/penyempurnaan kembali semua
pemotongan dan pembobokan dari setiap konstruksi bangunan yang diperlukan untuk
pekerjaan pemasangan instalasi elektrikal ini.
Kecuali hanya apabila dinyatakan lain pada gambar, maka setiap pemotongan atau
pemasangan harus mendapat persetujuan tertulis dari pengawas.
Untuk sejauh mungkin menghindari adanya cutting, semua pekerjaan pemasangan insert,
sleeves, raceway atau lubang-lubang harus dilaksanakan selama tahap konstruksi.

7.1.6. SLEEVES DAN INSERT


Semua sleeves melalui lantai beton dan pada yang perlu untuk pemasangan instalasi
elektrikal harus dilaksanakan oleh pemborong.
Sleeves cadangan harus dibungkus dan ditimbun dengan memakai grout.
Semua insert beton yang diperlukan untuk pemasangan instalasi peralatan listrik,
termasuk inserts untuk conduits, hunger dan support harus dilaksanakan oleh pemborong.

83
Bab VI
Spesifikasi Teknis

7.1.7. PROTEKSI
Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilindungi terhadap
cuaca dan harus dijaga selalu dalam keadaan bersih, semua ujung-ujung conduit dan
bagian-bagian peralatan yang tetap tidak dihubungkan harus disumbat atau ditutup untuk
mencegah masuknya kotoran.

7.1.8. PEMBERSIHAN SITE


Pemborong harus mengusahakan daerah kerja mereka selalu dalam keadaan bersih dan
rapi selama pemasangan instalasi elektrikal ini. Pada saat pelaksanaan pekerjaan instalasi
ini selesai pemborong harus memeriksa kembali keseluruhan pekerjaan dalam keadaan
rapi, bersih dan siap pakai.

7.1.9. PENGECATAN
Semua bahan dan peralatan yang dicat yang menjadi lecet karena pengangkutan atau
pemasangan harus segera ditutup dengan cat warna yang sesuai sehingga nampak seperti
baru kembali.

7.1.10. BAHAN, PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA


Bahan-bahan dan peralatan yang akan dipasang harus 100% baru, dalam keadaan baik dan
sesuai dengan yang dimaksud. Cotoh bahan, brosur dan gambar kerja (shop drawings)
harus diserahkan kepada pengawas 14 hari sebelum pemasangan.
Pemborong harus menempatkan secara tugas penuh (full time) seorang koordinator yang
ahli dalam bidangnya, berpengalaman dalam pekerjaan serupa dan dapat sepenuhnya
mewakili pemborong dengan predikat baik. Tenaga pelaksana harus menangani pekerjaan-
pekerjaan ini secara aman, kuat dan rapih.
a. Material
1. Kabel daya tegangan rendah
a. Kabel tanah TR berpelindung pita baja.
- Type : NYFGBY
- Standart : SII 0211-78
SPLN 43-2, 1981
- Konstruksi
Berinti tiga, empat atau lima, konduktor dari bahan tembaga solid atau
standart, bentuk bulat atau sektorial, insulasi PVC, selubung sebelah dalam
dari PVC, lapisan pelindung dari galvanized flat steel wire, dan lapisan
terluas adalah PVC sheathead warna hitam. Warna insulasi PVC masing-
masing inti harus mengikuti kode dalam PUIL 87 sebagai berikut :
+ phasa : merah, kuning, dan hitam
+ netral : biru
+ ground : hijau kuning

84
Bab VI
Spesifikasi Teknis

- Tanda Pengenal
Pada sheath dari kabel harus ada tanda pengenal yang tidak dapat dihapus
sebagai berikut :
a. Nominal voltage.
b. Type
c. Ukuran nominal
d. Tahun pembuatan
e. Nama pabrik pembuat / merk dagang
- Pemeriksaan dan Pengujiaan
Pemeriksaan dan pengujiaan terhadap kabel yang akan dipasang meliputi :
a. Pemeriksaan secara visual (appearance inspection)
b. Pengujiaan tahanan dari penghantar.
c. Pengujiaan tahanan insulasi
d. Kabel harus buatan pabrik dalam negeri seperti supreme, kabel metal,
kabelindo atau tranka.
b. Kabel TR tanpa pelindung.
a. Type : NYY
b. Standart : SII 0211-78
SILN 43-1,1981
c. Konstruksi
Berinti tiga, empat atau lima, konduktor dari bahan tembaga solid atau
standart, bentuk bulat atau sektoral, insulasi PVC, selubung sebelah dalam
dari PVC, selubung sebelah dalam dari PVC, dan selubung terluas dari PVC
warna hitam, warna insulasi PVC masing-masing inti harus mengikuti kode
warna dalam PUIL 87 sebagai berikut :
+ Phasa : merah, kuning, dan hitam.
+ Netral : biru.
+ Ground : hijau kuning.
d. Pemeriksaan dan pengujian.
Pemerikasaan dan pengujian terhadap kabel yang akan dipasang meliputi :
- Pemeriksaan secara visual (appearance inspenction)
- Pengujian tahanan dari penghantar
- Pengujian tahanan insulasi.
- Kabel harus buatan pabrik dalam negeri seperti supreme, kabel metal,
kabelindo atau tranka.

2. Panel switchgear tegangan rendah


a. Type
Metal enclosed, air insulating medium, fixed type, manually operated,
mechanically interlocked. Panel dan komponen-komponennya harus difinish

85
Bab VI
Spesifikasi Teknis

untuk penggunaan di daerah tropis ( panas dan lembab, pasangan


dalam/indoor use)
b. Standart
Panel switchgear harus dibuat sesuai dengan standart iec atau standart-
standart lainya (NFC, VDE/DIN, NEMA , BS, JIS)
c. Konstruksi
- Panel switchgear TR akan dioperasikan pada tegangan 380/220 V, 3 phase,
4 kawat, 50 Hz dan solidly grounded.
- Switchgear harus dapat dioperasikan dengan aman oleh petugas, misalnya
pengoperasian sakeler-sakelar daya, pemutus tenaga, pemasangan kembali
indicator-indicator gangguan, pengecekan tegangan, dan sebagainya.
- Switchgear terdiri dari lemari-lemari yang akan digunakan untuk
pemasangan peralatan-peralatan dan penyambungan. Lemari-lemari panel
hanya mempunyai bukaan dari sisi sebelah depan.
- Lemari untuk “panel board” harus mempunyai ukuran yang proporsional
seperti dipersyaratkan untuk “panel board” dan sesuai kebutuhan,
sehingga untuk sejumlah komponen panel maupun untuk sejumlah kabel
yang dipakai tidak menjadi terlalu sesak.
- Kabinet panel terbuat dari bahan pelat baja dengan ketebalan minimum 2
mm. Panel-panel floor mounting / free standing harus diberi pengukat
rangka dari baja siku atau kanan dengan ketebalan 3.00mm, mempunyai
ukuran standart sehingga dapat dipertukarkan dan diperluas dengan
mudah.
- Pintu panel dilengkapi dengan engsel type terbenam, handle (catch) dan
kunci (lock). Kunci panel-panel listrik harus memakai kunci jenis
masterkey.
- Finishing panel harus dilaksanakan sebagai berikut semua mur dan baut
harus tahan karat. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandblasted
setelah pengelasan, kemudian secepatnya dilindungi terhadap karat
dengan cara galvanisasi atau chromium plating atau dengan zinc chromate
primer. Pengecatan finishing dilakukan dengan dua lapis cat oven warna
abu-abu atau warna lain yang disetujui oleh pengawas.

d. Komponen-komponen panel
- Busbar
Main bus harus dipasang horizontal disebelah atas.
Main dan tap busbar harus dari bahan tembaga dengan konduktifitas tinggi
(98% atau lebih besar), dan harus mempunyai kuat hantar arus kontinu yang
standart dan sesuai dengan yang dimaksud pada gambar.
Busbar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL sebagai berikut :
+ phasa : merah, kuning dan hitam.

86
Bab VI
Spesifikasi Teknis

+ netral : biru
+ ground : hijau, kuning
Busbar pentanahan terletak disebelah bawah, dimana akan diadakan
penyambungan dengan penghantar pentanahan terhadap lemari panel,
rangka dan badan peralatan dari metal, conduits dan lain-lain.
- Circuit Breaker (CB)
CB kapasitas sampai dengan 100A adalah type mini circuit breaker (MCB)
untuk kapasitas lebih besar dari 100A hingga 300A harus dari type adjusted
case (MCCB) dan fixed/bolt-on. Handel pengoperasian CB harus dapat secara
jelas menunjukkan apakah CB pada posisi on, off atau “ triped “.
CB harus mempunyai besaran-besaran ampere frame (AF) dan ampere trip
(AT) pada temperatur keliling 40oC, 600V ratings dan kemampuan pemutusan
arus hubungan singkat minimum pada 380V (RMS symmetrical) sesuai seperti
yang tercantum dalam gambar.
Main CB yang harus dilengkapi dengan pengaman terhadap gangguan ke
tanah (ground fault protection). Produk yang dapat diterima adalah merk MG
, AEG atau setara.
Untuk menjaga originalitas produk, maka semua CB harus disertai sertifikat
keaslian barang dari produsen atau agen resmi yang ditunjuk.
- Magnetic Contactor
Magnetic contactor harus dapat bekerja tanpa getaran atau dengung.
Kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 volts, 50 Hz dan tahan
bekerja continue pada 10% tegangan lebih tinggi dan harus dapat pula
menutup dengan sempurna pada 85% tegangan nominal.
Contraktor harus type heavy-duty, kemampuan minimal making current
sebesar 15% arus nominal, dan kemampuan electrical operation sebanyak
2.000.000 kali.
- Selektor Switch
Selector switcher harus mempunyai rating 10 A pada 300 V, type heavy duty
dan kedap minyak.
- Lampu Indikator / Pilot lamp
Lampu indikator harus type full voltage, heavy duty dan kedap minyak.
Lampu indikator harus dilapisi nickel dengan lensa dari gelas prismatic,
pemasangan secara ulir dengan diameter ± 2.5 mm persegi empat, lampu
harus type long life.
- Terminal Block
Terminal block untuk kabel-kabel control harus diberikan batas penghalang
diantaranya, dengan rating 600 volts minimum.
Terminal block harus disediakan sesuai kebutuhan ditambah 20% terminals
untuk cadangan.
- Name Plate

87
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Name plate harus terbuat dari plastic gravis berlaminasi, putih bagian dalam
dan bagian hitam pada bagian permukaan.
Huruf-huruf harus huruf block dengan ukuran minimum 4 mm.
- Kabel Kontrol
Control circuit conductor harus jenis kabel fleksibel dengan penampang
konduktor tidak kurang dari 2.5 mm2, rating tegangan 600 V .
Kabel kontrol harus buatan pabrik kabel dalam negeri seperti supreme,
kabel metal, kabelindo dan tranka.

e. Pengawatan (Internal Wiring )


Pengawatan harus dilakukan di pabrik pembuat panel secara sistematik dan
rapih. Semua hubungan kawat harus dilakukan melalui penghubung / terminal
khusus.
Ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel dan hubungan keduanya
diperkuat dengan cara dipres.
Hubungan antara sepatu kabel dan terminal harus dengan mur dan baut serta
dilengkapi dengan ring yang bergerigi tepinya untuk menghindari kemungkinan
hubungan menjadi longgar. Pengawatan dari peralatan-peralatan yang
dipasang pada pintu panel yang menuju pada satu kompartemen harus
digabung dalam satu bendel yang fleksibel dan diikat kuat-kuat pada pintu
dan rangka panel untuk menghindari gejala pemutaran pada terminal kabel
control. Interwiring harus kontinu dari terminal ke terminal tanpa sambungan,
dan setiap kabel control harus diberikan label bernomor yang harus
dicantumkan pada gambar-gambar kerja (shop drawing).
f. Pemeriksaan dan Pengujiaan
Pemeriksaan dan pengujiaan meliputi :
1. Pemeriksaan secara visual ( apperence inspection ) terhadap kelengkapan
peralatan apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud.
2. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handle.
3. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
4. Pengujian tahanan insulasi.
5. Pengujian kontinuitas rangkaian.
6. Pengujian dengan tegangan.

3. Lampu penerangan dan kotak kontak.


a. Konstruksi
1. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti
yang dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.
Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
penahan (grounding).
2. Lampu flourescent (TL)

88
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Semua lampu flourescent dan lampu discharge lainnya harus dikompensasi


dengan “power factor corection capassitor” yang cukup untuk mencapai
p.f. 85%-95%.
Kapasitor harus dipasang paralel dan dilengkapi dengan sekring kecil untuk
menghindari bahaya kebocoran kapasitor.
Reflector harus mempunyai lapisan pemantul cahaya berwarna putih atau
mengkilap dengan derajat pemantul yang tinggi.
Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal bok harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan
tidak menggangu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu itu
sendiri.
Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna
Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atap klem-klem tersendiri
sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor. Box terbuat dari
pelat baja tebal minimum 0.7mm dicat dasar tahan karat, kemudian cat
akhir dengan cat oven warna putih.
Ballast harus dari jenis yang baik, tidak menimbulkan panas yang tinggi,
komponen pengisinya tidak meleleh, dan memiliki power factor yang
tinggi. Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu,
tetapi mudah dibuka untuk diperiksa atau diangkat.
Yang harus dipergunakan adalah single lamp ballast (satu ballast untuk satu
tabung lampu flourescent) merk Philips atau setaraf.
Tabung fluorescent harus dari merk Philips TLD, dengan warna cahaya cool
daylight.
Lampu TL harus sudah lengkap dengan kap reflector dibuat dari pelat baja
dengan bentuk seperti gambar rencana. Untuk lampu yang terbenam
dengan reflektor mengkilap dan grille mengkilap merk Centralite atau
setaraf.
3. Lampu Down Light Recessed Mounted
Houssing : stell body satil alluminium reflector,
Polymide cover, lampu bowl reflektor
Jenis-jenis lampu lain disesuaikan dengan gambar/ RAB.
4. Kotak-Kontak Biasa (KKB)
Kotak-kontak biasa yang dipakai adalah kotak kontak satu fasa. Semua
kotak kontak harus memiliki terminal fasa, netral dan pentanahan. Kotak-
kontak harus dari satu type, untuk pemasangan rata dinding, dengan rating
250 Volts 10 Amp. Merk yang dipakai adalah Vimar, atau setara. Semua
stop kontak dinding dipasang max 30 cm dari lantai.

89
Bab VI
Spesifikasi Teknis

5. Sakelar dinding
Sakelar biasa harus dari type untuk pemasangan rata dinding, mempunyai
rating 250 Volts 10 Amp dari jenis single gang atau double gang atau
multiple gangs (grid switches) merk yang dipakai, Vimar atau setara.
6. Kotak untuk sakelar dan kotak kontak.
Kotak harus dari baja dengan kedalaman 35 mm. Kotak dari metal harus
mempunyai terminal pentanahan. Sakelar atau kotak kontak terpasang
pada kotak (box) dengan menggunakan baut.
Pemasangan dengan cakar yang mengembang tidak diperbolehkan.
7. Kabel instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA atau
NYM)
Kabel harus mempunyai penampang minimum 2.5 mm2.
Kode warna kabel harus mengikuti ketentuan dalam PUIL. Sebagai berikut :
- fasa : 1 : merah
- fasa : 2 : kuning
- fasa : 3 : hitam
- netral : biru
- tanah (ground) : hijau dan kuning
Kabel merupakan produk, Supreme, Kabelindo, Kabel Metal, Tranka.
b. Konstruksi
1. Sakelar dan stop kontak
Kecuali tercatat atau dipersyaratkan lain, tinggi pemasangan kotak sekelar
dinding, harus 150 cm.
Dimana ada lebih dari lima sekelar dinding atau stop kontak ditunjuk pada
tempat yang sama, maka dua deret kotak tunggal, ganda atau “multigang”
sesuai dengan kebutuhan harus dipasang satu diatas yang lain, dan titik
tengah deretan-deretan tersebut harus berada 1.50 m diatas permukaan
lantai.
Kotak kontak outlet dekat pintu atau jendela harus dipasang ± 20 cm dari
pinggir kusen pada sisi kunci seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar
arsitektur, kecuali ditunjukkan lain oleh pengawas.
2. Pemeriksaan dan pengujian
Pemeriksaan dan pengujiaan seluruh instalasi system penerangan dan kotak
kontak diselenggarakan setelah seluruh pekerjaan selesai.
Pemeriksaan dan pengujian tersebut terdiri dari :
a. Pemeriksaan secara visual (apperence inspection) terhadap kelengkapan
peralatan apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud.
b. Pemeriksaan fungsi kerja dan kekuatan mekanis dari peralatan.
c. Pengujian sambungan-sambungan.

90
Bab VI
Spesifikasi Teknis

d. Pengujian tahan insulasi.


e. Pengujian pentanahan.
f. Pengujian pemberian tegangan.
Paling lambat dua (2) minggu sebelum pengujian dilaksanakan, pemborong
harus sudah mengajukan jadwal dan prosedur pengujian kepada pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
Pengujian harus disaksikan oleh pengawas.
Pemborong harus membuat catatan (record) mengenai hasil pengujian, dan
2 copy diserahkan oleh pengawas.
Seluruh pengujian diselenggarakan oleh pemborong, dan segala biaya
untuk itu ditanggung oleh pemborong.
3. Pipa instalasi pelindung kabel
Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah pipa conduit khusus
untuk instalasi listrik, pipa, elbow, socket junction box dan accessories
lainya yaitu pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara
junction box dan armatur lampu.
Semua instalasi kabel yang ada berada dalam pipa pelindung.

c. Pemasangan
Pemasangan lampu-lampu
 Semua fikture penerangan dan perlengkapan-perlengkapan harus dipasang
oleh tukang-tukang yang berpengalaman dengan cara yang benar dan
disetujui pengawas seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
 Pada daerah yang tidak memakai ceiling pemasangan lampu menempel
pada kanal yang dipasang lengkap dengan penggantungnya.
 Pada waktu pemeriksaan akhir semua “fixture” dan perlengkapan harus
sudah siap menyala. Bebas dari cacat. Semua fixtures dan perlengkapan
harus bersih bebas dari debu, plastes dan lain lain. Semua reflector, kaca,
panel pinggir atau bagian-bagian lain yang rusak sebelum pemeriksaan
akhir harus diganti oleh pemborong tanpa biaya tambahan.

7.2. PEKERJAAN PANEL LISTRIK


LINGKUP PEKERJAAN
Dalam pekerjaan panel listrik terdapat beberapa hal yang harus di kerjakan agar panel
listrik dapat digunakan sesuai fungsinya. Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan,
penyambungan (wiring instalasi) serta perbaikan (bila diperlukan) selama masa
pemeliharaan. Penambahan peralatan dan material yang tidak disebutkan dalam spesifikasi
ini maupun pengadaaan dan pemasangan dari material yang kebetulan tidak disebutkan,
akan tetapi akan secara umum diperlukan agar dapat diperoleh sistem panel listrik yang
baik dan handal, maka peralatan atau bahan tersebut dapat ditambahkan.

91
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Untuk lebih jelasnya maka berikut ini lingkup pekerjaan panel listrik yang harus di
kerjakan diantaranya:
a. Pengadaan dan pemasangan panel listrik .
b. Pengadaan panel meliputi panel LVMDP, panel MDP, SDP dan panel PJU.
c. Pengadaan dan pemasangan komponen instalasi panel listrik.
d. Mengadakan uji coba instalasi panel-panel yang berfungsi sebagai panel kontrol.

Standart panel tegangan rendah


1. Type
Metal enclosed, air insulating medium, fixed type, manually operated, mechanically
interlocked. Panel dan komponen-komponennya harus difinish untuk penggunaan di
daerah tropis ( panas dan lembab, pasangan dalam/indoor use)
2. Standart
Panel switchgear harus dibuat sesuai dengan standart IEC atau standar-standar lainya
(NFC, VDE/DIN, NEMA , BS, JIS)
3. Konstruksi
 Panel switchgear TR akan dioperasikan pada tegangan 380/220 V, 3 phase, 4
kawat, 50 Hz dan solidly grounded.
 Switchgear harus dapat dioperasikan dengan aman oleh petugas, misalnya
pengoperasian sakeler-sakelar daya, pemutus tenaga, pemasangan kembali
indicator-indicator gangguan, pengecekan tegangan, dan sebagainya.
 Switchgear terdiri dari lemari-lemari yang akan digunakan untuk pemasangan
peralatan-peralatan dan penyambungan. Lemari-lemari panel hanya mempunyai
bukaan dari sisi sebelah depan.
 Lemari untuk “panel board” harus mempunyai ukuran yang proporsional seperti
dipersyaratkan untuk “panel board” dan sesuai kebutuhan, sehingga untuk
sejumlah komponen panel maupun untuk sejumlah kabel yang dipakai tidak
menjadi terlalu sesak.
 Kabinet panel terbuat dari bahan pelat baja dengan ketebalan minimum 2 mm.
Panel-panel floor mounting / free standing harus diberi penguat rangka dari baja
siku atau kanan dengan ketebalan 3 mm, mempunyai ukuran standar sehingga
dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah.
 Pintu panel dilengkapi dengan engsel type terbenam, handle (catch) dan kunci
(lock). Kunci panel-panel listrik harus memakai kunci jenis masterkey.
 Finishing panel harus dilaksanakan sebagai berikut semua mur dan baut harus tahan
karat. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandblasted setelah pengelasan,
kemudian secepatnya dilindungi terhadap karat dengan cara galvanisasi atau
chromium plating atau dengan zinc chromate primer. Pengecatan finishing
dilakukan dengan dua lapis cat oven warna abu-abu atau warna lain yang disetujui
oleh pengawas.

92
Bab VI
Spesifikasi Teknis

2. Komponen-komponen panel
- Busbar
Main bus harus dipasang horizontal disebelah atas.
Main dan tap busbar harus dari bahan tembaga dengan konduktifitas tinggi (98% atau
lebih besar), dan harus mempunyai kuat hantar arus kontinu yang standart dan sesuai
dengan yang dimaksud pada gambar.
Busbar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL sebagai berikut :
+ phasa : merah, kuning dan hitam.
+ netral : biru
+ ground : hijau, kuning
Busbar pentanahan terletak disebelah bawah, dimana akan diadakan
penyambungan dengan penghantar pentanahan terhadap lemari panel, rangka dan
badan peralatan dari metal, conduits dan lain-lain.
- Circuit Breaker (CB)
CB kapasitas sampai dengan 100A adalah type mini circuit breaker (MCB) untuk
kapasitas lebih besar dari 100A hingga 300A harus dari type adjusted case (MCCB)
dan fixed/bolt-on. Handel pengoperasian CB harus dapat secara jelas menunjukkan
apakah CB pada posisi on, off atau “ triped “.
CB harus mempunyai besaran-besaran ampere frame (AF) dan ampere trip (AT)
pada temperatur keliling 40oC, 600V ratings dan kemampuan pemutusan arus
hubungan singkat minimum pada 380V (RMS symmetrical) sesuai seperti yang
tercantum dalam gambar.
Main CB yang harus dilengkapi dengan pengaman terhadap gangguan ke tanah
(ground fault protection). Produk yang dapat diterima adalah merk MG , Mitsubishi
atau setara.
Untuk menjaga originalitas produk, maka semua CB harus disertai sertifikat
keaslian barang dari produsen atau agen resmi yang ditunjuk.
- Magnetic Contactor
Magnetic contactor harus dapat bekerja tanpa getaran atau dengung. Kumparan
contactor harus sesuai untuk tegangan 220 volts, 50 Hz dan tahan bekerja continue
pada 10% tegangan lebih tinggi dan harus dapat pula menutup dengan sempurna
pada 85% tegangan nominal.
Contraktor harus type heavy-duty, kemampuan minimal making current sebesar
15% arus nominal, dan kemampuan electrical operation sebanyak 2.000.000 kali.
- Selektor Switch
Selector switcher harus mempunyai rating 10 A pada 300 V, type heavy duty dan
kedap minyak.
- Lampu Indikator / Pilot lamp
Lampu indikator harus type full voltage, heavy duty dan kedap minyak.

93
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Lampu indikator harus dilapisi nickel dengan lensa dari gelas prismatic,
pemasangan secara ulir dengan diameter ± 2.5 mm persegi empat, lampu harus
type long life.
- Terminal Block
Terminal block untuk kabel-kabel control harus diberikan batas penghalang
diantaranya, dengan rating 600 volts minimum.
Terminal block harus disediakan sesuai kebutuhan ditambah 20% terminals untuk
cadangan.
- Name Plate
Name plate harus terbuat dari plastic gravis berlaminasi, putih bagian dalam dan
bagian hitam pada bagian permukaan.
Huruf-huruf harus huruf block dengan ukuran minimum 4 mm.
- Kabel Kontrol
Control circuit conductor harus jenis kabel fleksibel dengan penampang konduktor
tidak kurang dari 2.5 mm2, rating tegangan 600 V .
Kabel kontrol harus buatan pabrik kabel dalam negeri seperti supreme, kabel
metal, kabelindo dan tranka.
3. Pengawatan (Internal Wiring )
Pengawatan harus dilakukan di pabrik pembuat panel secara sistematik dan
rapih. Semua hubungan kawat harus dilakukan melalui penghubung / terminal
khusus.
Ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel (Scun) dan hubungan
keduanya diperkuat dengan cara dipres.
Hubungan antara sepatu kabel dan terminal harus dengan mur dan baut serta
dilengkapi dengan ring yang bergerigi tepinya untuk menghindari kemungkinan
hubungan menjadi longgar. Pengawatan dari peralatan-peralatan yang dipasang pada
pintu panel yang menuju pada satu kompartemen harus digabung dalam satu bendel
yang fleksibel dan diikat kuat-kuat pada pintu dan rangka panel untuk menghindari
gejala pemutaran pada terminal kabel control. Interwiring harus kontinu dari
terminal ke terminal tanpa sambungan, dan setiap kabel control harus diberikan
label bernomor yang harus dicantumkan pada gambar-gambar kerja (shop drawing).
4. Pemeriksaan dan Pengujiaan
Pemeriksaan dan pengujiaan meliputi :
1.Pemeriksaan secara visual ( apperence inspection ) terhadap kelengkapan
peralatan apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud.
2.Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handle.
3.Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
4.Pengujian tahanan insulasi.
5.Pengujian kontinuitas rangkaian.
6.Pengujian dengan tegangan.

94
Bab VI
Spesifikasi Teknis

7.3. PEKERJAAN LAMPU DAN KOTAK KONTAK


a. Lingkup Pekerjaan.
Dalam pekerjaan instalasi lampu dan kotak kontak terdapat beberapa hal yang harus di
kerjakan agar sistim penerangan dan kotak kontak dapat digunakan sesuai fungsinya.
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan, penyambungan (wiring instalasi) instalasi
lampu dan kotak kontak serta perbaikan (bila diperlukan) selama masa pemeliharaan.
Penambahan peralatan dan material yang tidak disebutkan dalam spesifikasi ini maupun
pengadaaan dan pemasangan dari material yang kebetulan tidak disebutkan, akan tetapi
akan secara umum diperlukan agar dapat diperoleh kondisi lampu yang baik, maka
peralatan atau bahan tersebut dapat ditambahkan.
Untuk lebih jelasnya maka berikut ini lingkup pekerjaan lampu dan kotak kontak yang
harus di kerjakan diantaranya:
a . Pengadaan dan pemasangan lampu serta kotak kontak .
b. Pengadaan dan pemasangan bahan penunjang instalasi listrik antara lain kabel, pipa
PVC, T dos, lasdop, isolasi, elbow, dan lain lain.

b. Spesifikasi Lampu Penerangan


Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan
dalam gambar-gambar elektrikal.
Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal penahan
(grounding).
Semua lampu flourescent dan lampu discharge lainnya harus dikompensasi dengan
“power factor corection capassitor” yang cukup untuk mencapai p.f. 85%-95%.
Kapasitor harus dipasang paralel dan dilengkapi dengan sekring kecil untuk menghindari
bahaya kebocoran kapasitor.
Reflector harus mempunyai lapisan pemantul cahaya berwarna putih atau mengkilap
dengan derajat pemantul yang tinggi.
Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal bok harus cukup besar dan
dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak menggangu kelangsungan
kerja dan umur teknis komponen lampu itu sendiri.
Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna
Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atap klem-klem tersendiri sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum
0.5mm dicat dasar tahan karat, kemudian cat akhir dengan cat oven warna putih.
Ballast harus dari jenis yang baik, tidak menimbulkan panas yang tinggi, komponen
pengisinya tidak meleleh, dan memiliki power factor yang tinggi. Ballast harus
mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu, tetapi mudah dibuka untuk diperiksa
atau diangkat.
Yang harus dipergunakan adalah single lamp ballast (satu ballast untuk satu tabung lampu
flourescent) merk Philips atau setara.

95
Bab VI
Spesifikasi Teknis

Tabung fluorescent harus dari merk Philips TLD atau setara, dengan warna cahaya cool
daylight.
Lampu TL harus sudah lengkap dengan kap reflector dibuat dari pelat baja dengan bentuk
seperti gambar rencana. Untuk lampu yang terbenam dengan reflektor mengkilap dan
grille mengkilap merk Centralite, Artolite atau setara.

c. Spesifikasi Sakelar dan Kotak Kontak Biasa.


a. Sakelar
Sakelar yang digunakan harus dari type untuk pemasangan rata dinding,
mempunyai rating 250 Volts 10 Amp dari jenis single gang atau double gang atau
multiple gangs (grid switches) merk yang dipakai Broco, Legran, Vimar atau setara.
Kecuali tercatat atau ada persyaratan lain, maka tinggi pemasangan kotak
sakelar dinding, harus 150 cm dari lantai.
Bila ada lebih dari lima sekelar dinding atau stop kontak ditunjuk pada
tempat yang sama, maka dua deret kotak tunggal, ganda atau “multigang” sesuai
dengan kebutuhan harus dipasang satu diatas yang lain, dan titik tengah deretan-
deretan tersebut harus berada 1.50 m diatas permukaan lantai.
Kotak kontak outlet dekat pintu atau jendela harus dipasang ± 20 cm dari
pinggir kusen pada sisi kunci seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar arsitektur,
kecuali ditunjukkan lain oleh pengawas.
b. Kotak-Kontak Biasa (KKB) pemasangan Dinding.
Kotak-kontak biasa yang dipakai adalah kotak kontak satu fasa. Semua kotak
kontak harus memiliki terminal fasa, netral dan pentanahan. Kotak-kontak harus
dari satu type, untuk pemasangan rata dinding, dengan rating 250 Volts 10 Amp.
Merk yang dipakai adalah Legran, Vimar, Broco atau setara. Semua stop kontak
dinding dipasang max 30 cm dari lantai. Atau dipasang sesuai keperluan pemakaian.
c. Kotak-Kontak Biasa (KKB) pemasangan Lantai.
Kotak-kontak biasa yang dipasang pada lantai adalah kotak kontak satu fasa.
Semua kotak kontak harus memiliki terminal fasa, netral dan pentanahan. Kotak-
kontak harus dari satu type, untuk pemasangan rata lantai, dengan rating 250 Volts
10 Amp. Merk yang dipakai adalah Legran, Vimar, Broco atau setara. Semua stop
kontak dinding dipasang rata dengan lantai.
d. Kotak untuk sakelar dan kotak kontak.
Kotak harus dari baja dengan kedalaman 35 mm. Kotak dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan. Sakelar atau kotak kontak terpasang pada kotak (box) dengan
menggunakan baut. Pemasangan dengan cakar yang mengembang tidak diperbolehkan.
e. Kabel Instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak harus kabel inti
tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA atau NYM)
Kabel harus mempunyai penampang minimum 2.5 mm2. Dengan kode warna kabel harus
mengikuti ketentuan dalam PUIL 2000. Sebagai berikut :

96
Bab VI
Spesifikasi Teknis

- fasa : R : merah
- fasa : S : kuning
- fasa : T : hitam
- netral : N : biru
- tanah (ground) : 0 : hijau dan kuning
Kabel merupakan produk, Supreme, Focus, Eterna, Kabelindo, Kabel Metal,
Tranka atau setara.

f. Pemeriksaan dan pengujian


Pemeriksaan dan pengujiaan seluruh instalasi system penerangan dan kotak kontak
diselenggarakan setelah seluruh pekerjaan selesai.
Pemeriksaan dan pengujian tersebut terdiri dari :
a. Pemeriksaan secara visual (apperence inspection) terhadap kelengkapan peralatan
apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud.
b. Pemeriksaan fungsi kerja dan kekuatan mekanis dari peralatan.
c. Pengujian sambungan-sambungan.
d. Pengujian tahan insulasi.
e. Pengujian pentanahan.
f. Pengujian pemberian tegangan.
Paling lambat dua (2) minggu sebelum pengujian dilaksanakan, pemborong harus
sudah mengajukan jadwal dan prosedur pengujian kepada pengawas untuk
mendapatkan persetujuan. Pengujian harus disaksikan oleh pengawas.
Pemborong harus membuat catatan (record) mengenai hasil pengujian, dan 2 copy
diserahkan oleh pengawas. Seluruh pengujian diselenggarakan oleh pemborong, dan
segala biaya untuk itu ditanggung oleh pemborong.
g. Pipa instalasi pelindung kabel
Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah pipa conduit khusus untuk instalasi
listrik, pipa, elbow, socket junction box dan accessories lainya yaitu pipa flexible harus
dipasang untuk melindungi kabel antara junction box dan armatur lampu.
Semua instalasi kabel yang ada berada dalam pipa pelindung.
h. Pemasangan
Pemasangan lampu-lampu dan kotak kontak.
 Semua fikture penerangan dan kotak kontak beserta perlengkapan-perlengkapannya
harus dipasang oleh tukang-tukang yang berpengalaman dengan cara yang benar dan
disetujui pengawas seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
 Pada daerah yang tidak memakai ceiling pemasangan lampu menempel pada kanal yang
dipasang lengkap dengan penggantungnya.
 Pada waktu pemeriksaan akhir semua “fixture” dan perlengkapan harus sudah siap
menyala. Bebas dari cacat. Semua fixtures dan perlengkapan harus bersih bebas dari
debu, plastes dan lain lain. Semua reflector, kaca, panel pinggir atau bagian-bagian

97
Bab VI
Spesifikasi Teknis

lain yang rusak sebelum pemeriksaan akhir harus diganti oleh pemborong tanpa biaya
tambahan.
i. Spesifikasi Teknis bahan dan alat.
a . Spesifikasi bahan dan alat yang digunakan untuk semua jenis pekerjaan lampu dan
kotak kontak dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Lampu : Philips, Osram atau setara.
2. Armatur : Panasonic, Philips, atau setara.
3. Sakelar : Vimar atau setara
4. Kotak Kontak Dinding : Vimar, Broco atau setara
5. Kotak kontak Lantai : Vimar, Broco atau setara
6. Kabel instalasi : NYA, NYM ukuran 3 x 2.5 mm2 merk
Supreme, Kabelindo, atau setara.
7. Pipa instalasi : PVC 5

98
Bab VI
Spesifikasi Teknis

PENUTUP

1. Apabila dalam rencana kerja dan syarat–syarat pekerjaan (rks) ini untuk menguraikan bahan –
bahan dan pekerjaan tidak disebutkan perkataan atau kalimat “diadakan oleh pemborong atau
diselenggarakan pemborong”, maka hal ini dianggap seperti betul – betul disebutkan, jika ternyata
uraian tersebut masuk dalam pekerjaan.
2. Guna mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka bagian–bagian yang betul–betul termasuk
dalam pekerjaan ini tetapi tidak atau belum disebut dalam rencana kerja dan syarat–syarat
pekerjaan (rks) ini harus diselenggarakan oleh pemborong dan dianggap seperti benar – benar
disebutkan.
3. Segala sesuatu yang tidak disebut secara nyata, tetapi lazim dan mutlak adanya maka tetap
diadakan / dikerjakan pemborong.
4. Hal – hal yang belum tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh pihak
pemberi tugas, unsur teknis, konsultan pengawas dan konsultan perencana.

99

Anda mungkin juga menyukai