Anda di halaman 1dari 34

BAB IV

RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS

Pasal 1
Lingkup

1. Persyaratan teknis umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan yang mana persyaratan ini bisa
diterapkan.
2. Persyaratan teknis umum ini merupakan satu kesatuan dengan persyaratan teknis
khusus, dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi
seluruh bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari
dokumen berikut ini :
a. Gambar-gambar Pelelangan / Pelaksanaan.
b. Persyaratan Teknis Umum / Khusus
c. Perincian volume pekerjaan / Perincian penawaran
d. Dokumen-dokumen Pelelangan / Pelaksanaan yang lain
3. Dalam hal dimana ada bagian dari persyaratan teknis umum ini, tidak ada
satupun bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam pasal 1.2 diatas bisa
diterapkan, maka bagian dari persyaratan teknis umum tersebut secara sendirinya
dianggap tidak berlaku.

Pasal 2
Referensi / Standar

1. Peraturan Teknis
1.1. Atas seluruh bagian pekerjaan dalam Perjanjian Kerja ini, kecuali secara khusus
dipersyaratkan lain dalam satu atau lebih dokumen dari Dokumen pelelangan /
Pelaksanaan, berlaku :
 Undang-undang/Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 2000.
 Peraturan / Surat keputusan dari Departemen/ Instansi yang berwenang.
 Ketentuan dari Badan Koordinasi Pekerjaan Jaringan Sistem dibawah tanah
(BKJS).
 Peraturan Daerah
 Standard / Norma / Pedoman
1.2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang dipersyaratkan teknisnya tidak
diatur dalam persyaratan teknis umum / khusus maupun salah satu dari
ketentuan yang disebutkan dalam pasal 2.1. diatas, maka atas bagian pekerjaan
tersebut, Penyedia harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan
berikut ini guna disepakati oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas untuk
dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :
 Standard/ Norma/ Kode/ Pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan
bersangkutan, yang diterbitkan oleh Instansi / Institusi / Asosiasi Profesi /
Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian ataupun badan-badan lain yang
berwenang / berkepentingan, atau badan-badan yang bersifat Internasional
ataupun Nasional dari Negara lain, sejauh mana atas hal tersebut diperoleh
kesepakatan dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .
 Brosur Teknis dari produsen yang didukung oleh sertifikat dari lembaga
pengujian yang diakui secara Nasional / Internasional.
1.3. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan
Normalisasi Indonesia (NI), Standard Industri Indonesia (SII) dan peraturan-
peraturan Nasional maupun peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku
atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
Peraturan dan standar yang digunakan dalam perencanaan struktur ini adalah :
 SK SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung;

IV-1
 SK SNI 2847:2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung;
 SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
untuk Bangunan Gedung;
 SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung;
 SKBI 1.3.53.1987 Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah & Gedung;
 SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000), dan Amandemennya SNI 04-0225-2000/Amd1-2006;
 NI – 3 (1970) : Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan
diIndonesia;
 NI – 8 : Peratuiran semen Portland Indonesia;
 NI – 5 : Peraturan Konstruksi Indonesia;
 SII – 0297 – 80 : Baja Karbon Cor Mutu dan Cara Uji;
 SII – 0192 – 78 : Kawat Las Mutu dan cara uji;
 SNI 07-2052-2002 : Baja Tulang Beton;
1.4. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang
tersebut diatas, maupun standar-standar nasional lainnya, maka diberlakukan
standard-standard internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut
atau setidak-tidaknya berlaku persyaratan Teknis dari negara-negara asal bahan
dengan disertai referensi.

2. Merk-merk Dagang
2.1. Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merk-merk dagang dari bahan
yang disebutkan dalam persyaratan teknis ini ditujukan untuk maksud-maksud
perbandingan terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya
dan hendaknya tidak diartikan sebagai persyaratan (merek) yang mengikat.
2.2. Penyedia boleh mengusulkan merk-merk dagang lain yang setara dalam mutu,
model, bentuk, jenis dan sebagainya setelah mendapat persetujuan Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas.
2.3. Bilamana Penyedia mengusulkan bahan dengan merk lain, maka Penyedia harus
membuktikan bahwa bahan dengan merk yang diusulkan adalah setaraf atau
lebih baik, melalui data teknis dan refrensi serta pengujian bahan dari lembaga
penguji yang disetujui Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .
2.4. Penyedia harus dapat membuktikan keaslian dari setiap bahan/ peralatan yang
akan digunakan dengan menyerahkan “Certificate of Origin” dari barang yang
dimaksud kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .
2.5. Penggunaan produksi dalam negri akan sangat diperhatikan/ diutamakan selama
barang tersebut memenuhi syarat minimum yang ditetapkan. Dalam hal dimana
disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis bahan / pekerjaan yang
sama, maka Penyedia diharuskan dapat menyediakan salah satu dari padanya
sesuai dengan persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.

3. Data-data Umum Lapangan.


3.1. Titik-titik ukur
Seluruh titik ukur pekerjaan ini didasarkan pada ukuran setempat, yaitu titik-titik
ukur yang ada dilapangan kegiatan seperti yang direncanakan dalam gambar-
gambar dan yang disetujui Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .
3.2. Data Fisik
Sehubungan dengan data ketinggian-ketinggian tanah yang ada, tinggi air tanah
dan lain-lain yang diterapkan pada gambar-gambar dimaksudkan sebagai
informasi dan titik tolak untuk pelaksanaan pekerjaan.

4. Pengukuran Lapangan dan pematokan

IV-2
4.1. Penyedia harus memulai pekerjaan-pekerjaannya dengan referensi peil yang ada
dilapangan, yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dan
bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran yang dibuatnya.
4.2. Penyedia harus menyediakan semua bahan, peralatan yang dibutuhkan dalam
pengukuran dan pematokan untuk setiap bagian pekerjaan yang
memerlukannya.
4.3. Penyedia diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta tugu-tugu ukur utama
selama masa pembangunan.

Pasal 3
Bahan

1. Baru
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan
dalam / untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru,

2. Tanda Pengenal
2.1. Dalam hal dimana Pabrik / Produsen bahan mengeluarkan Tanda Pengenal untuk
Produk / Bahan yang dihasilkan, baik berupa cap / merk dagang pengenal
pabrik / produsen, ataupun sebagai pengenal kwalitas / kelas / kapasitas ; maka
semua bahan dari pabrik / produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam
pekerjaan ini harus mengandung tanda pengenal tersebut.
2.2. Khususnya untuk bahan bagi pekerjaan instalasi (Daya, Penerangan, Komunikasi,
Alarm, Plumbing dan lain-lain), kecuali ditetapkan lain oleh Direksi Lapangan/
Konsultan Pengawas , bahan sejenis dengan fungsi yang berbeda harus diberi
tanda pengenal untuk membedakan satu bahan dari bahan yang lain. Tanda
pengenal ini bisa berupa warna atau tanda-tanda lain, yang mana harus sesuai
dengan refrensi pada pasal 2 persyaratan teknis umum ini kalau ada diatur
disana atau dalam hal dimana tidak/ belum ada pengaturan yang jelas mengenai
itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk dari Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas.

3. Merk Dagang dan Kesetaraan


3.1. Penyebutan sesuatu merk dagang dari suatu bahan/ produk didalam Persyaratan
Teknis, secara umum harus dimengerti sebagai persyaratan kesetaraan kwalitas
penampilan (performance) dari bahan/ produk tersebut, yang mana dinyatakan
dengan kata-kata “atau yang setara”.
3.2. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan / produk
lain yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setara dengan
bahan/ produk yang memakai merk dagang yang disebut, dapat diperoleh
persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atas Kesetaraan
tersebut.
3.3. Penggunaan bahan/produk yang disetujui sebagai “setara” tidak dianggap
sebagai perubahan pekerjaan, dan karenanya perbedaan harga dengan bahan/
produk yang disebutkan merk dagangnya akan diabaikan.

4. Penggantian (Subsstitusi)
4.1. Penyedia / Supplyer bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu
bahan / produk dengan suatu bahan atau produk lain dengan penampilan yang
tidak sepenuhnya sama / setara dengan yang dipersyaratkan.

4.2. Dalam persetujuan atas sesuatu penggantian (subtitusi), perbedaan harga yang
ada dengan bahan / produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan sebagai
perubahan pekerjaan, dengan ketentuan sebagai berikut :
 Dalam hal dimana penggantiannya disebabkan karena kegagalan Penyedia /
Supplier untuk mendapatkan bahan/ produk seperti yang dipersyaratkan,
maka perubahan pekerjaan yang bersifat kerja tambah dianggap TIDAK ADA.

IV-3
 Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi Lapangan/
Konsultan Pengawasdan Pemberi Tugas sebagai masukan (input) baru yang
menyangkut nilai-nilai tambah, maka perubahan pekerjaan berupa kerja
tambah dapat diperkenankan.

5. Persetujuan Bahan
5.1. Untuk menghindarkan penolakan bahan dilapangan, dianjurkan dengan sangat
agar sebelum sesuatu bahan/ produk akan dibeli / dipesan/ diproduksi, terlebih
dahulu dimintakan persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atas
kesesuaiakan dari bahan / produk tersebut pada persyaratan teknis, akan
diberikan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan contoh / brosur dari bahan /
produk yang bersangkutan untuk diserahkan pada Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas di Lapangan.
5.2. Penolakan bahan dilapangan karena diabaikan prosedur diatas sepenuhnya
merupakan tanggung jawab Penyedia / Supplyer, atas nama tidak dapat
diberikan pertimbangan keringanan apapun.
5.3. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh / brosur seperti tersebut
diatas tidal melepaskan tanggung jawab Penyedia / Supplyer dari kewajibannya
dalam perjanjian kerja ini untuk mengadakan bahan / produk yang sesuai
dengan persyaratan, serta tidak merupakan jaminan akan diterima / disetujuinya
seluruh bahan / produk tersebut dilapangan, sejauh tidak dapat dibuktikan
bahwa seluruh bahan / produk tersebut adalah sesuai dengan contoh / brosur
yang telah disetujui.

6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan/produk, kepada Direksi Lapangan/
Konsultan Pengawas harus diserahkan contoh dari bahan atau produk tersebut,
dengan ketentuan sebagai berikut :
6.1. Jumlah contoh :
6.1.1. Untuk bahan / produk, atas nama tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat
Pengujian yang dapat disetujui / diterima oleh Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas, sehingga oleh karenanya perlu diadakan
pengujian, sehingga oleh karena perlu diadakan pengujian, kepada
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas harus diserahkan sejumlah bahan /
produk sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam standard procedure
pengujian, untuk dijadikan benda uji guna diserahkan pada badan /
lembaga penguji yang ditunjuk oleh Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas.
6.1.2. Untuk bahan/ produk, atas dapat ditunjukkan sertifikat pengujian yang
dapat disetujui / diterima oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas,
kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas harus diserahkan 2 (dua)
buah contoh, yang masing-masing disertai dengan salinan sertifikat
pengujian yang bersangkutan.
6.2. Contoh yang disetujui
6.2.1. Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas, atas contoh yang telah memperoleh persetujuan, oleh Direksi
Lapangan/ Konsultan Pengawas harus dibuat suatu keterangan tertulis
mengenai persetujuannya dan disamping itu oleh Direksi Lapangan/
Konsultan Pengawas harus dipasangkan tanda pengenal persetujuan
pada 2 (dua) buah contoh, yang semuanya akan dipegang oleh Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas.
6.2.2. Bila dikehendaki, Penyedia/ Supplyer dapat memintakan sejumlah set
tambahan dari contoh berikut tanda pengenal persetujuan dan surat
keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasinya sendiri.
Dalam hal yang demikian jumlah contoh yang harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas harus ditambah seperlunya sesuai
dengan kebutuhan tambahan tersebut.
6.2.3. Pada waktu Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas sudah tidak lagi
membutuhkan contoh yang disetujui tersebut untuk pemeriksaan bahan /

IV-4
produk bagi pekerjaan, Penyedia berhak meminta kembali contoh
tersebut untuk dipasangkan pada pekerjaan.
6.3. Waktu Persetujuan contoh
6.3.1. Adalah tanggung jawab dari Penyedia / Supplyer untuk mengajukan
contoh pada waktunya, demikian sehingga pemberian persetujuan atas
contoh tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal
pengadaan bahan.
6.3.2. Untuk bahan/ produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan
kesetaraan pada sesuatu merk dagang tertentu, keputusan atas contoh
akan diberikan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dalam waktu
tidak lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja. Dalam hal dimana persetujuan
tersebut akan melibatkan keputusan tambahan diluar persyaratan teknis
(seperti penentuan model, warna dan lain-lain), maka keseluruhan
keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh
satu) hari kerja.
6.3.3. Untuk bahan / produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya
dengan suatu merk dagang yang disebutkan, keputusan atas contoh
akan diberikan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dalam waktu
21 (dua puluh satu) hari kerja sejak dilengkapinya pembuktian
kesetarafannya.
6.3.4. Untuk bahan / produk yang bersifat pengganti (subsitusi), keputusan
persetujuan akan diberikan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh ) hari sejak diterimanya dengan
lengkap seluruh bahan-bahan pertimbangan.
6.3.5. Untuk bahan / produk yang bersifat peralatan / perlengkapan ataupun
produk lain yang karena sifat / jumlah / harga pengadaannya tidak
memungkinkan untuk diberikan conoth dalam bentuk bahan / produk jadi,
permintaan persetujuan bisa diajukan berdasarkan brosur tersebut, yang
mana harus dilengkapi dengan :
 Spesifikasi teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik / produsen.
 Surat-surat seperlunya dari agen / importir, sesuai petunjuk Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas , seperti antara lain :
 Surat ke-agen-an, surat jaminan suku cadang dan jasa purna penjualan
(after sales service), dan lain-lain.
 Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain.
 Sertifikat-sertifikat pengujian/ penetapan kelas dan lain-lain dan
dokumen-dokumen lain sesuai petunjuk Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas .

7. Penyimpanan bahan.
7.1. Persetujuan atas sesuatu bahan/ produk harus dimengerti sebagai perizinan
untuk memasukkan bahan/ produk tersebut kedalam lapangan dan penggunaan
bahan / produk tersebut dalam pekerjaan sejauh bahwa keadaannya tidak
berubah dari kondisi waktu persetujuan diberikan.
7.2. Bahan/ produk yang telah dimasukkan ke lapangan harus segera disimpan :
 Ditempat
 Dengan cara / peralatan
 Dalam susunan / tumpukan dan dengan pengkondisian lingkungan
 Dan dengan accessibilities
Yang baik, sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing bahan/ produk dalam
persyaratan yang ditetapkan atau dalam hal dimana persyaratan ini tidak jelas,
sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .
7.3. Penyedia yang akan memakai bahan / produk, bertanggung jawab bahwa selama
dalam penyimpanan, bahan/ produk tersebut tetap berada dalam kondisi layak
untuk dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa bahan / produk menjadi
tidak lagi layak untuk dipakai dalam pekerjaan, Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas berhak untuk memerintahkan agar :
 Bahan-bahan tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak
untuk dipakai atau

IV-5
 Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin, supaya bahan /produk
tersebut segera dikeluarkan dari lapangan untuk diganti dengan yang
memenuhi persyaratan.
7.4. Untuk bahan/produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu,
penyimpanannya harus dikelompokkan menurut umur pemakaian tersebut, yang
mana harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Tanda pengenal terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak
selama penggunaannya.
 Ukuran minimal 40 cm dan 60 cm.
 Huruf berukuran minimal setinggi 10 cm dengan warna merah.
 Diletakkan ditempat yang mudah terlihat.
7.5. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa,
sehingga bahan yang terlebih dahulu masuk akan pula terlebih dahulu
dikeluarkan untuk dipakai dalam pekerjaan.

Pasal 4
Pelaksanaan

1. Rencana Pelaksanaan
Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Kontrak oleh kedua belah pihak,
Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas berupa:
1.1. Sebuah “Network Planning” mengenai seluruh kegiatan yang perlu dilakukan
untuk melaksanakan pekerjaan ini, dalam diagram dinyatakan pula urutan logis
serta kaitan / hubungan antara seluruh kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk :
 Kegiatan-kegiatan Penyedia untuk / selama masa keadaan/pembelian
serta waktu pengiriman/pengangkutan dari “bahan, elemen, komponen dari
pekerjaan maupun pekerjaan persiapan/pembantu, peralatand an
perlengkapan untuk pekerjaan”
 Kegiatan-kegiatan Penyedia untuk/selama waktu fabrikasi,
pemasangan dan pembangunan.
 Pembuatan gambar-gambar kerja
 Permintaan persetujuan atas bahan serta gambar kerja maupun
rencana kerja.
 Kesinambungan pekerjaan dengan pekerjaan dari Penyedia lain (jika
ada)
1.2. Daftar / Tabel mengenai :
 Tenaga Kerja dari berbagai jenis dan tingkat untuk seluruh kegiatan-kegiatan
tersebut, lengkap dengan penjelasan mengenai rencana penggunaan tenaga
kerja tersebut dalam pengertian penggunaan waktu kerja normal/lembur
serta penjadwalan.
 Harga borongan dari masing-masing kegiatan tersebut.
 Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas akan memeriksa Rencana Kerja Penyedia,
dan memberi tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.
1.3. Penyedia harus memasukkan kembali perbaikan atas Rencana Kerja jika Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas meminta diadakan perbaikan/penyempurnaan
atas Rencana Kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu
pelaksanaan.
1.4. Penyedia tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan atas pekerjaan
sebelum adanya persetujuan dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atas
Rencana Kerja ini, maka kegagalan Penyedia untuk memulai pekerjaan
sehubungan dengan belum adanya Rencana Kerja yang disetujui Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari
Penyedia bersangkutan. Kecuali dapat dibuktikan bahwa Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk memeriksa
Rencana Kerja Penyedia pada waktunya.

IV-6
2. Gambar Kerja (“Shop Drawing”)
2.1. Untuk bagian-bagian pekerjaan, dimana gambar pelaksanaan (Construction
Drawing) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai
keadaan terlaksana, Penyedia wajib mempersiapkan gambar kerja yang
terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut.
2.2. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .
2.3. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya untuk gambar-gambar tersebut harus
diserahkan dalam rangkap 2 (dua).

3. Rencana Mingguan dan Bulanan


3.1. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan
pekerjaan berlangsung, Penyedia wajib untuk menyerahkan kepada Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas suatu Rencana Mingguan yang berisi Rencana
Pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam
minggu berikutnya.
3.2. Selambat-lambatnya pada Minggu Terakhir dari setiap bulan, Penyedia wajib
menyerahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas suatu Rencana
Bulanan yang menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai Rencana
Pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk
dilaksanakan dalam bulan berikutnya.
3.3. Kelalaian Penyedia untuk menyusun dan menyerahkan rencana Mingguan
maupun Bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan perintah
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan.
3.4. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Penyedia diwajibkan untuk
memberitahukan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas mengenai hal tersebut
paling lambat 2 x 24 jam sebelumnya.

4. Kualitas Pengerjaan
4.1. Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis
pekerjaan bersangkutan.
4.2. Pekerjaan dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat teknis maupun estetis dan
sesuai dengan Dokumen Kontrak.

5. Pengujian Hasil Pekerjaan


5.1. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusu, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan Tolok Ukur Pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang
ditetapkan dalam Persyaratan Teknis Umum ini.
5.2. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan
melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas pada Lembaga/ Badan Penguji milik Pemerintah atau yang diakui oleh
pemerintah atau badan lain yang oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas
dianggap memiliki obyektifitas dan integritas yang meyakinkan.
5.3. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi
tanggung jawab Penyedia.
5.4. Dalam hal dimana Penyedia tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari Badan
Penguji yang ditunjuk oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas, Penyedia
berhak mengadakan pengujian tambahan pada Lembaga/Badan lain yang
memenuhi persyaratan Badan penguji seperti tersebut diatas, untuk mana
seluruh pembiayaan ditanggung oleh Penyedia.
5.5. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
5.5.1. Memilih Badan/Lembaga Penguji ketiga atas kesepakatan bersama.
5.5.2. Melakukan pengujian ulang pada badan/lembaga penguji pertama atau
kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :
 Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi Lapangan/
Konsultan Pengawas dan Penyedia/Supplier ataupun wakil-wakilnya.

IV-7
 Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan peneraan dari alat-alat
penguji.
5.5.3. Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final, kecuali bila mana kedua
belah pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.
5.5.4. Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil
pengujian yang pertama, maka semua akibat langsung maupun tidak
langsung dari adanya semua pengulangan pengujian menjadi tanggung
jawab Penyedia/Supplier.
5.5.5. Apabila hasil pengujian ulang menunjukkan ketidak tepatan kesimpulan
dari hasil pengujian yang pertama dan membenarkan kesimpulan dari
hasil pengujian kedua, maka :
 2 (dua) dari 3 (tiga) pengujian yang bersangkutan, atau pilihan
Penyedia/ Supplier akan diperlakukan sebagai Pekerjaan Tambah.
 Atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya penambahan /
pengulangan pengujian akan diberikan tambahan waktu pelaksanaan
pada bagian pekerjaan bersangkutan dan bagian-bagian lain yang
terkena akibatnya, penambahan mana besarnya adanya sesuai
dengan penundaan yang terjadi.

6. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan


6.1. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dengan bagian pekerjaan yang
lainnya, dimana secara visual menghalangi Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas untuk memeriksa bagian pekerjaan yang terdahulu, Penyedia wajib
melaporkan secara tertulis kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas
mengenai rencananya untuk melaksanakan bagian pekerjaan yang akan
menutupi bagian pekerjaan yang pertama tersebut, sedemikian rupa sehingga
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas berkesempatan secara wajar melakukan
pemeriksaan pada bagian yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan
pekerjaannya.
6.2. Kelalaian Penyedia untuk menyampaikan laporan di atas, memberikan hak
kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas untuk dibelakang hari menuntut
pembongkaran kembali Bagian Pekerjaan yang menutupi tersebut, guna
memeriksa hasil Pekerjaan yang terdahulu, akibat dari pembongkaran tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia.
6.3. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan, dan Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas tidak mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan
yang dimaksudkan, maka setelah lewat dari 2 (dua) hari kerja sejak laporan
disampaikan, Pemorong berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan
menganggap bahwa Direksi Lapangan/Konsultan Pengawastelah menyetujui
bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.
6.4. Pemeriksaan dan persetujuan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atau
suatu pekerjaan tidak melepaskan Penyedia dari kewajibannya untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian (Kontrak).
6.5. Walaupun telah diperiksa dan disetujui, kepada Penyedia masih dapat
diperintahkan untuk membongkar kembali bagian pekerjaan yang menutupi
bagian pekerjaan yang lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang tertutupi.
Apabila hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya bagian dari pekerjaan yang
tidak memenuhi persyaratan dalam perjanjian kerja, maka seluruh biaya
pembongkaran sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia. Apabila hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa bagian pekerjaan yang bersangkutan ternyata
memenuhi semua persyaratan , maka :
a. Semua biaya pembongkaran akan diperhitungkan sebagai pekerjaan
tambah.
b. Atas bagian pekerjaan yang tertunda pengerjaannya sebagai akibat
pembongkaran tersebut, akan diberikan perpanjangan waktu pelaksanaan
yang jumlahnya sesuai dengan penundaan tersebut.

IV-8
Pasal 5
Penyelesaian & Penyerahan

1. Dokumen Terlaksana (As-built Drawing)


1.1. Pada penyelesaian setiap pekerjaan, Penyedia wajib menyusun Dokumen
Terlaksana yang terdiri dari :
a. Gambar-gambar terlaksana (as-built drawing)
b. Persyaratan Teknis Khusus Terlaksana dari pekerjaan sebagaimana yang telah
dilaksanakan.
1.2. Dokumen Terlaksana bisa disusun dari :
a. Dokumen Pelaksanaan
b. Gambar-gambar perubahan
c. Perubahan Persyaratan Teknis Khusus
d. Brosur Teknis
Yang diberi tanda pengenal khusus berupa cap sesuai petunjuk Direksi Lapangan/
Konsultan Pengawas .
1.3. Dokumen Terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas .
1.4. Biaya Pembuatan Dokumen Terlaksana ditangggung oleh Penyedia
1.5. Kecuali dengan izin khusus dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dan
Pemberi Tugas, Penyedia harus membuat Dokumen Terlaksana hanya untuk
diserahkan kepada Pemberi Tugas. Penyedia tidak dibenarkan membuat /
menyimpan salinan ataupun copy dari Dokumen Terlaksana tanpa izin khusus
tersebut.

2. Penyerahan
Pada waktu penyerahan pekerjaan, Penyedia wajib menyerahkan kepada Pemberi Tugas
berupa :
1. 4 (empat) set Dokumen Terlaksana;
2. Untuk Peralatan / Perlengkapan :
 2 (dua) set Pedoman Operasi (Operational Manual)
 Suku cadang sesuai yang disyaratkan
3. Untuk berbagai macam kunci :
 Semua kunci orisinil. Disertai “Construction Key” (jika ada)
 Minimun 1 (satu) set kunci duplikat
Dokumen-dokumen resmi (seperti Surat Izin, Tanda Pembayaran Cukai, Surat
Fiskal Pajak dan lain-lain)
4. Segala macam Surat Jaminan berupa Guarantee/Waranty sesuai yang disyaratkan;
5. Surat pernyataan pelunasan sesuai petunjuk Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.

SUB BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 1
Peralatan Kerja dan Mobilisasi

1. Penyedia harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan


kerja dan peralatan bantu yang akan digunakan di lokasi kegiatan sesuai dengan
lingkup pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya pengangkutannya.

IV-9
2. Penyedia harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan
alat-alat berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu lintas.
3. Pengawasan atau Pemberian Tugas berhak memerintahkan untuk
menambah peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi
persyaratan.
4. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia diwajibkan untuk segera
menyingkirkan alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan
membersihkan bekas-bekasnya.
5. Di samping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti
dimaksudkan pada ayat (1), Penyedia harus menyediakan alat-alat bantu seperti ;
tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi
luar bangunan atau tempat lain yang memerlukan, serta peralatan lainnya.

Pasal 2
Pengukuran

1. Penyedia harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau


penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan (bouwplank), termasuk
penyediaan “Bench Mark” atau “Line Offset Mark” pada masing-masing lantai
bangunan.
2. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Pengawas agar dapat
ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.

Pasal 3
Papan Nama Kegiatan

Papan nama kegiatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga terbaca dari luar batas
daerah kerja atau bentuknya/penempatannya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Pengeluaran biaya untuk pembuatan papan nama kegiatan adalah tanggung jawab
Penyedia. Pemasangan, bentuk dan isi harus sesuai dengan persyaratan Pemerintah
Daerah setempat dan mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

Pasal 4
Sarana Air Kerja dan Penerangan

1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama kegiatan berlangsung,


Penyedia harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air
kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi/WC.
2. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air,
serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan
pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Direksi Keet, Kantor Penyedia, Kamar
mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
3. Penyedia juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan Direksi Keet dan penerangan Kegiatan pada
malam hari sebagai keamanan selama kegiatan berlangsung selama 24 jam penuh
dalam sehari.
4. Pengadaan Penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan
Generator Set; dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab Penyedia.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan
instalasi dan armatur, stop kontak serta sakelar/panel.

Pasal 5
Keamanan Kegiatan

IV-10
1. Penyedia harus menjamin keamanan kegiatan untuk barang-barang milik
Penyedia, Pengawas atau Pengelola Kegiatan, serta menjaga keutuhan bangunan-
bangunan yang ada dari gangguan para pekerja Penyedia ataupun kerusakan akibat
pelaksanaan pekerjaan.
2. Penyedia harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh
setiap hari, yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan
pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan. Petugas-petugas
keamanan ini harus mendapatkan surat resmi yang sah dari kepolisian sebagai
Satuan Pengaman Unit Kegiatan dan berseragam (uniform).
3. Untuk mengawasi dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja
Penyedia diharuskan menggunakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada
bagian badan yang mudah terlihat oleh petugas keamanan.
4. Pekerja Penyedia tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan
yang sedang bertugas pada malam hari.

Pasal 6
Kantor Kegiatan, Gudang dan Los Kerja

1. Penyedia harus membuat kantor kegiatan tempat bagi pelaksana dan Direksi
Teknis/Lapangan bekerja, dengan luas yang memadai (minimal 10 m2) dan dilengkapi
dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
2. Penyedia juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari
gangguan cuaca dan pencurian.
3. Penempatan kantor dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar mudah
dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
4. Penyedia harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat (bedeng)
dan tempat ibadah bagi pekerja penyedia.
5. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja
bagi tukang/pekerja Penyedia dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung
dari pengaruh cuaca yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
6. Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.

Pasal 7
Penyediaan Fasilitas Kegiatan

Penyedia juga sudah harus memperhitungkan biaya konsumsi untuk rapat-rapat /


pertemuan dengan Pemberi Tugas/ Konsultan Perencana atau wakilnya dan atau tamu-
tamu Pemberi Tugas/ Konsultan Perencana yang berkepentingan dengan kegiatan.

Pasal 8
Pemadam Kebakaran

1. Selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia harus menyediakan alat pemadam


kebakaran berupa tabung pemadam kebakaran yang dapat digunakan untuk
memadamkan api akibat listrik, minyak dan gas dengan kapasitas 7 kg.
2. Unit tabung pedamam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan
dengan radius kurang lebih 50 m, bangunan Direksi Keet dan tempat-tempat lain
yang memerlukan.

Pasal 9
Keselamatan Kerja

IV-11
1. Penyedia harus menjamin keselamatan para pekerja (K3) sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang
diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.
2. Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).

Pasal 10
Ijin-Ijin

1. Penyedia harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan ijin-ijin


yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain :
Ijin Pengeringan, Ijin Pengambilan Material, Ijin Pembuangan, Ijin Pengurugan, Ijin
Trayek dan Pemakaian Jalan, Ijin Penggunaan Bangunan serta ijin-ijin lain yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan dengan peraturan daerah setempat.
2. Biaya Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Penyambungan Listrik, Air, Telepon menjadi
tanggung jawab Pemilik Kegiatan, dengan pengurusannya dibantu oleh Konsultan
Perencana dan Pengawas serta Penyedia.
3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam
ayat 1 di atas menjadi tanggung jawab Penyedia.

Pasal 11
Dokumentasi

1. Penyedia harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta


pengirimannya kepada Pemberi Tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan oleh
karena itu perlu disediakan alat dokumentasi.
2. Dokumentasi pemotretan dilakukan oleh Penyedia minimal 1 kali setiap perubahan
progress pekerjaan harian sejak dimulainya kegiatan sampai selesai kegiatan. Foto-
foto harus berwarna dan berukuran post card dan Penyedia harus menyediakan biaya
untuk keperluan foto copy, laporan-laporan selama kegiatan berlangsung.
3. Foto Dokumentasi dibuat selengkap mungkin untuk setiap tahapan pelaksanaan
pekerjaan.
4. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi ialah :
Foto-foto kegiatan, berwarna minimal ukuran postcard untuk keperluan Laporan
Bulanan yang dibuat oleh Konsultan Pengawas, dan 4 (empat) set album yang harus
diserahkan pada Serah Terima Pekerjaan untuk pertama kalinya.

SUB BAB III


PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1
Pekerjaan Beton Struktur

1. Umum
a. Lingkup pekerjaan meliputi semua tenaga, peralatan dan bahan-bahan untuk
menyelesaikan pekerjaan beton sesuai dengan Gambar Kerja dan RKS.
b. Untuk semua campuran beton konstruksi dibuat Trial Mix atau dengan Manual
dengan catatan mutu beton yang dihasilkan tidak boleh kurang dari K-250 dan
harus dilakukan uji mutu betondan mendapatkan persetujuan dari pengawas.
c. Kontraktor bertanggungjawab penuh atas kualitas konstruksi dengan ketentuan
dalam pasal berikut dan sesuai dengan Gambar Kerja dan konstruksi yang
diberikan.

IV-12
d. Kehadiran Direksi/pengawasan selaku wakil Pemberi Tugas atau Perencana yang
sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasehat tidaklah
mengurangi tanggung jawab penuh tersebut diatas.

2. Bahan – Bahan Campuran


a. Semen
- Semen yang dipakai adalah Semen PCC atau Type 1, yang memenuhi
syarat- syarat menurut standar semen Indonesia ( NI-8-1972 ) dan standar
Industri Indonesia ( SII 0013-81 ) mutu dan cara uji semen PCC.
- Seluruh pekerjaan beton harus digunakan semen dari merk yang sama,
kecuali adanya stock dipasaran, dapat dipakai merk yang lain tanpa
meninggalkan syarat yang ditentukan. Pemakaian semen merk lain harus
seizin Direksi/ pengawas secara tertulis.
- Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya dan robek-robek, tidak
diperkenankan untuk digunakan.
- Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong, sama sekali tidak
diperbolehkan untuk dipergunakan.
- Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi/ pengawas tentang
konsinyasi semen yang menyatakan nama pabrik semen tersebut, type dan
jumlah semen yang akan dikirim, bersama sertifikat telah diadakan testing
sesuai dengan segala sesuatu yang telah disebutkan tertutup rapat.
- Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan . Harus diterima
dalam kantong asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
- Harus disimpan dalam gudang yang mempunyai ventilasi yang cukup dan
tidak kena air, diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm
dari permukaan lantai. Tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m,
dan setiap pengiriman baru harus dipisahkan diberi tanda dengan maksud
agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
b. Agregat Halus
- Harus sesuai dengan PBI 1971 ( NI – 2 ) atau ASTM
- Kualisifikasi pasir diisyaratkan sebagai berikut :

Ukuran Ayakan ( US Standar Lolos


Sieve )
No. 4 100 %
No. 8 92 % – 100 %
No. 16 65 % - 85 %
No. 30 35 % - 55 %
No. 50 15 % - 30 %
No. 100 0 % - 12 %
No. 200 1 %

- Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap


berat kering) dan yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm, atau ayakan No. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM
C 117. Apabila kadar lumpur lebih dari 5 % maka agregat halus harus berupa di
cuci.
- Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran, baik bahan
organik, lumpur, tanah, karang, garam dan sebagainya. Pasir laut tidak boleh
dipergunakan. Harus berupa “ crused “ yang mempunyai susunan gradasi
yang baik, cukup syarat kekerasannya, padat dan tidak porous.
- Kontraktor harus mengajukan contoh agregat halus yang dipergunakan
untuk mendapatkan persetujuan Direksi/ Pengawas.
Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh diatas berupa :
 Test Gradasi sesuai ASTM C 136
 Test Abrous–horde ( larutan NaOH )
 Test lainnya bila memang dianggap perlu oleh Direksi/
Pengawas

IV-13
- Pasir harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya
dan dicegah supaya tidak terjadi pengotoran dan percampuran satu sama lain.
- Persyaratan-persyaratan agregat halus diatas berlaku juga untuk beton
Ready Mix.
c. Agegat Kasar ( Kerikil atau Koral )
- Sesuai dengan persyaratan pada PBI 1971 atau ASTM
- Klasifikasi dan Gradasi agregat kasar sebagai berikut :

Agregat Kasar Type A1 : Besar % Lolos


Ukuran Ayakan ( Us Standart
Sieve )
1,00 Inch 100 %
0,75 Inch 90 % – 98 %
0,50 Inch 30 % – 45 %
No. 4 0 % – 10 %
No.8 0% –5%
Type A2 : Medium
0, 50 Inch 100 %
0,375 Inch 85 % – 100 %
No. 4 10 % – 100 %
No. 8 0% –5%

- Harus terdiri dari butir–butir yang keras tidak berpori, tidak pecah dan tidak
terpengaruh oleh cuaca.
- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ditentukan terhadap berat
kering juga tidak boleh mengandung zat yang rusak beton.

4. Beton Bertulang
a. Kekuatan dan Penggunaan Beton.
Kecuali ditentukan lain pada gambar, kekuatan dan penggunaan beton adalah
sebagai berikut :
- Beton Struktur Utama
 Beton f’c 21,7 Mpa (K-250), Untuk Pondasi, Sloof, Kolom, Balok, Plat
Lantai, Plat Tangga dan Beton Anak Tangga.
 Untuk Beton f’c 14,75 MPa (K 175) Meliputi : Sloof Praktis, Kolom
praktis dan lain-lain seperti tertera pada gambar
 Untuk mencapai mutu beton tersebut, Kontraktor wajib mengunakan Ready
Mix atau membuat Trial Mix dan selanjutnya kontraktor membuat adukan
sesuai dengan proporsi trial mix yang disetujui oleh Direksi/ Pengawas
- Beton Non Struktur
 Beton K-100
Meliputi : Beton lantai kerja, tidak dicor ke dalam cetakan.
Rabat beton, sesuai dengan gambar Kerja
 Beton dengan adukan 1 Pc + 2 PS + 3 Krl
Meliputi : Kolom atau beton bertulang yang mempunyai kozen kayu, pengisi
lobang angkur dan sudut-sudut beton dan lain-lain.
Kekuatan tekan beton diperoleh dari keadaan tegangan tekan hancur
karakteristik untuk kubus beton ( 15 x 15 x 15 ) cm pada usia 21 hari .
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam PBI-1971.

5. Pekerjaan Pengecoran Beton


a. Persiapan
- Proporsi semen, pasir, dan kerikil disesuaikan dengan trial mix yang telah
disetujui.

IV-14
- Sebelum adukan beton cor, kayu-kayu bekisting dan lantai kerja harus
bersih dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta
harus dibasahi secukupnya. Perlu diadakan tindakan-tindakan untuk
menghindarkan mengumpulnya air pembasah tersebut pada sisi bawah.
- Pekerjaan pengecoran beton baru dilaksanakan sesudah Direksi/ pengawas
memeriksa dan menyetujui bekisting, tulangan, stek-stek dan lain-lain dimana
beton tulangan tersebut akan diletakan. Jika tidak ada pemberitahuan yang
semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Direksi/ pengawas,
kontraktor diperintahkan untuk menyikirkan beton yang baru dicor atas biaya-
biaya Kontraktor.
b. Pelaksanaan
- Proses pengadukan bahan campuran beton yang sudah di tuang di dalam
mixer minimal 2 menit.
- Untuk menjaga agar ikatan beton tetap terjamin, maka adukan siap
dipakai dalam tempo 40 menit harus sudah dituang pada acuan yang sudah
disiapkan.
- Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih besar dari 1,50 m,
untuk kolom yang tinggi jendela-jendela harus dibuat pada cetakan, ini harus
dikerjakan untuk menghindari agresi dan menjamin satu pengecoran yang
tidak terputus.
- Pengecoran beton dilakukan dalam suatu operasi yang terus menerus
atau tercapai pada construction joint, beton tidak boleh dituang diatas lapisan
beton yang cukup keras.
- Jika pada bagaimana pengecoran terjadi pemberhentian harus ditentukan
letaknya dan dibuat seperti yang disetujui oleh Direksi/pengawas.
- Beton cetakan atau penulangan tidak boleh diganggu sampai 24 jam
setelah beton dicor, semua pengecoran dilakukan pada siang hari dan
pengecoran beton dari suatu bagian pekerjaan jangan dimulai bila tidak dapat
diselesaikan pada siang hari, kecuali yang izin Pemberi Tugas,
Direksi/pengawas boleh dikerjakan malam hari.
- Tidak boleh mengecor beton waktu hujan, kecuali jika kontraktor
mengambil tindakan- tindakan pencegahan kerusakan yang telah disetujui
Direksi/ pengawas.
- Dalam rencana kerja/ barchart, pekerjaan struktur dilaksanakan maksimal
5 (lima) hari.
Campuran Beton yang dilakukan di Lapangan
- Dalam melakukan pencampuran beton, baik semen, aggregat, maupun air
harus dicampur dengan perbandingan berat. Apabila akan dilakukan dengan
perbandingan volume. Pemborong harus mengajukan metoda dan alat penakar
kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
- Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin
( Molen ), type dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Metoda pengadukan, kecepatan pengadukan harus disesuaikan
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin
pengaduk tidak boleh dilampaui.
Beton Ready Mix
- Pemakai beton ready mix harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas, demikian halnya dengan nama dan alamat supplier tersebut.
- Pemborong harus bertanggung jawab terhadap adukan yang disupply
tersebut dan harus memenuhi spesifikasi ini, termasuk kontrol kualitas,
kesinambungan pengiriman dan pengecoran. Apabila akan digunakan bacthing
Plan, Pemborong harus mendapat persetujuan tentang letak dan kapasitasnya.
- Catatan penggunaan semen, aggregat dan air harus disampaikan kepada
Konsultan Pengawas setiap hari. Untuk mengontrol kadar air dari aggregat, test
secara periodik dapat dimintakan kepada Konsultan Pengawas , dan atas biaya
Pemborong.
- Hal - hal lain yang perlu dicatat adalah :
 Waktu kedatangan truk
 Waktu dari pengadukan dan penambahan air
IV-15
 Nomor registrasi truk dan depotnya
 Waktu pengecoran
 Kekuatan karakteristik beton
 Ukuran aggregat maksimum
 Bagian struktur yang dicor
 Identifikasi kubus beton yang diambil dari pengiriman tersebut
 Nilai slump
 Admixture yang digunakan.
- Beton harus dicor, dipadatkan dan dibiarkan mengeras pada tempat semestinya
dalam waktu tidak lebih dari 1 jam sejak semen dimasukkan ke dalam mixer,
kecuali bila dipakai bahan tambahan ( retarder )
- Bahan tambahan ini harus diajukan oleh Pemborong untuk disetujui oleh
Konsultan Pengawas

Mix Design dan Trial Mix


- Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu memberikan Mix Design
dan melaksanakan Trial Mix dengan bahan - bahan yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
- Trial Mix yang dilaksanakan harus berhasil, dalam arti memenuhi kriteria kekuatan
tekan beton karakteristik, slump serta syarat-syarat lainnya. Biaya dari trial mix
serta pengetesannya adalah merupakan sepenuhnya tanggung jawab Pemborong.
- Beton dari hasil trial mix ini mula-mula harus diperiksa terhadap kekentalannya,
kohesi dan gradesinya. Jika hasil-hasil tersebut memenuhi syarat, kemudian
dilakukan test kubus sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971.
- Apabila ternyata hasil trial test dilaksanakan oleh Pemborong tersebut tidak
memenuhi syarat, Pemborong harus melakukan trail test kembali dengan
mengubah komposisi dari adukan bahan yang dipakai.
- Hal-hal yang perlu dicatat dan diserahkann oleh Pemborong kepada Konsultan
Pengawas adalah :
 Type gradasi dari aggregat
 Sumber aggregat dan test laboratorium
 Sumber air dan test laboratorium
 Type dan merk semen yang akan dipakai dan hasil test
laboratoriumnya.
 Berat masing-masing komponen yang akan digunakan dalam trial mix /
mix design.
 Mutu beton yang akan dicapai dan karakteristik lainnya.
 Hasil test secara keseluruhan
 Admixture yang akan digunakan
Transport Beton.
- Pengangkutan beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak
mempengaruhi kekuatan serta sifat-sifat fisik beton tersebut, serta misalnya
pemisahan beton, kekentalan beton dan lain sebagainya.

IV-16
- Pengangkutan beton harus kontiniu, direncanakan juga tempat pengecoran yang
akan memungkinkan dan metoda pengangkutan beton dilapangan (terutama
untuk pengecoran yang dilakukan di ketinggian )
- Ketinggian jatuh dari adukan beton perlu diperhatikan, tempat jatuhan beton
tersebut harus bersih dari segala macam kotoran.
- Apabila pemisahan adukan beton terjadi, beton harus diaduk kembali (remixed)
sebelum dilakukan pengecoran, Beton yang sudah tercemar bahan-bahan lain
tidak diperkenankan untuk dipakai.
- Apabila Pemborong bermaksud menggunakan pompa beton (concrete pump) atau
alat-alat lain, Pemborong harus mengajukan data-data sebagai berikut untuk
disetujui Konsultan Pengawas.
- Type peralatan
 Susunan serat support dari pipa pompa
 Prosedure pengisian dan penggosongan kembali pipa
 Prosedure pengopersian pompa
 Prosedure apabila ada penundaan pengadaan adukan beton
 Diameter dalam dari pipa tidak boleh kecil dari 3 x diameter aggregat
maksimum yang digunakan. Pipa aluminium tidak diperkenankan untuk
digunakan.
- Hal - hal lain yang perlu dicatat adalah :
 Waktu kedatangan truk
 Waktu dari pengadukan dan penambahan air
 Nomor registrasi truk dan depotnya
 Waktu pengecoran
 Kekuatan karakteristik beton
 Ukuran aggregat maksimum
 Bagian struktur yang dicor
 Identifikasi kubus beton yang diambil dari pengiriman tersebut
 Nilai slump
 Admixture yang digunakan.
 Beton harus dicor, dipadatkan dan dibiarkan mengeras pada tempat
semestinya dalam waktu tidak lebih dari 1 jam sejak semen dimasukkan ke
dalam mixer, kecuali bila dipakai bahan tambahan ( retarder )
 Bahan tambahan ini harus diajukan oleh Pemborong untuk disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

6. Pengujian
a. Kontraktor harus membuat benda uji menurut ketentuan dalam PBI
1971 pasal 4.7 b dan pasal 4.9 tanpa menggunakan penggetar. Saat pengecoran
pertama harus dibuat minimal 1 (satu) benda uji ukuran (15 x 15x15) cm
dilakukan setiap 1,5 m3 beton, sampai di dapat 20 ( dua puluh ) benda uji untuk
yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
b. Termasuk dalam pengujian ini adalah pengujian susut (slump) sebesar
< 10 cm serta pengujian tekanan.
c. Jika beton tidak memenuhi syarat pengujian slump, maka kelompok
adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan.
d. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan
dengan mengikuti prosedur PBI 1971.
e. Pengambilan contoh untuk pengujian jumlahnya disesuaikan dengan
keadaan konstruksi dan harus diambil langsung dari lapangan lokasi pengecoran,
atas petunjuk dan persetujuan Direksi/ Pengawas.

IV-17
f. Kontraktor harus membuat bak air untuk tempat perawatan/
penyimpanan benda uji sebelum dilakukan test pengujian laboratorium bak air
harus terlindung dari curah hujan dan panas matahari.
Temperatur maksimal airnya 26 C. Pembuatan bak air harus disetujui oleh
Direksi/Pengawas serta biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
disyahkan oleh Direksi/Pengawas.

8. Cacat Pada Beton


Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, Pemberi Tugas mempunyai
wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti sebagai berikut :
a. Konstruksi Beton yang Sangat Keropos
b. Konstruksi Beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak sesuai dengan Gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain

9. Pipa–pipa
a. Pipa dan bagian-bagiannya yang terbuat dari aluminium tidak boleh tertanam di
dalam beton, kecualai bila ditutup dengan lapisan yang efektif dapat mencegah
reaksi kimia antara aluminium dengan baja.
b. Pipa yang ditanam dalam beton tidak boleh mempunyai diameter yang lebih
besar dari pada 1/3 tebal beton tempat pipa tersebut tertanam.
c. Pipa yang menembus beton harus menpunyai ukuran dan letak yang tidak
mengurangi kekuatan-kekuatan konstruksi .

10. Perawatan Perlindungan Beton


a. Tidak diperbolehkan mengecor pada waktu turun hujan lebat.
b. Persiapan perlindungan kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan
supaya jangan sampai adukan yang belum mengikat menjadi rusak oleh air.
c. Semua beton harus selalu dalam keadaan basah selama paling sedikit 7 (tujuh)
hari ditutup dengan karung basah.
d. Acuan kayu dibiarkan tinggal agar beton tetap basah selama masa perawatan
untuk mencegah retak pada sambungan dan pengeringan beton yang terlalu
cepat.
e. Air yang digunakan untuk perawatan harus bersih dan bebas dari unsur–unsur
kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna pada beton.
f. Khusus harus diperhatikan pada permukaan plat lantai, pembasahan terus
menerus harus dilakukan dengan menutupinya dengan karung -karung basah
atau mencegah pengeringan dengan yang sesuai.
Dilarang menaruh/ meletakkan beban atau sesuatu barang diatas lantai yang
menurut pendapat Direksi/ Pengawas belum cukup mengeras atau
mempergunakan lantai tersebut sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan.

11. Membongkar Acuan


a. Waktu minimal dari saat selesainnya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran acuan dari bagian-bagian struktur harus ditentukan dari
percobaan-percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimal
seperti tercantum pada daftar sebagai berikut:

Bagian – bagian Struktur Waktu Minimal


Pembongkaran Acuan

Sisi Balok dan Dinding 3 Hari


Penyambungan Plat Lantai dan Atap 21 Hari
Penyangga Balok 21 Hari

IV-18
b. Setelah acuan dibuka, sisi sudut yang tajam agar dilindungi dari
benturan/pengrusakan dengan pertolongan bambu/papan dan sebagainya.
c. Lajur-lajur tulangan (stek) yang belum dicor pada bagian konstruksi akan bekerja
beban -beban yang lebih tinggi dari rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar
selama keadaan tersebut tetap berlangsung.
d. Bila mana akibat pembongkaran cetakan pada bagian-bagian konstruksi akan
bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.
e. Perlu ditekankan bahwa tanggungjawab atas keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada kontraktor.
f. Kontraktor harus memberitahukan Direksi/Pengawas bilamana ia bermaksud
membongkar cetakan pada bagian konstruksi utama dan minta persetujuannya,
walaupun begitu bukan berarti lepas tanggung jawabnya.
g. Pada dasarnya pembongkaran acuan harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan PBI 1971 NI.2.

12. Cacat Pada Beton


Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, Pemberi Tugas mempunyai
wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti sebagai berikut :
a. Konstruksi Beton yang Sangat Keropos
b. Konstruksi Beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan Gambar
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain

SUB BAB IV
PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1
Pekerjaan Pasangan

1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan bahan-bahan, tenaga, peralatan dan
pemasangan dari dinding batu bata yang melekat langsung pada gedung dan
pasangan batu kali pondasi. Termasuk juga dalam pekerjaan ini adalah pembentukan
lubang-lubang untuk pintu, jendela, saluran dinding-dinding dan semua kolom serta
balok praktis yang dibutuhkan sesuai persyaratan yang tertera dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan Batu Bata


Semua batu bata yang digunakan harus dari jenis bata press (pabrik) dan memenuhi
syarat kekerasan, terbakar matang, rata dan memiliki bentuk yang sama, bebas
keretakan, dan cacat-cacat lainnya dan setara contoh yang disampaikan Penyedia
dan telah disetujui oleh Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.
Batu bata dengan daya serap air lebih dari 20 % berat sendiri setelah pembenaman
dalam air selama 24 jam tidak dapat dipakai. Ukuran batu bata nominal yang
digunakan adalah panjang 17 x 8 x 4 cm dengan toleransi ± 5 mm. Pembongkaran
batu bata dari kendaraan pada saat pemasukan barang harus dilakukan dengan
tangan dan ditumpuk dengan rapi di tempat yang telah ditentukan oleh Direksi
Lapangan / Konsultan Pengawas.

3. Pengetesan Batu Bata


Bila diperlukan pengetesan batu bata, maka akan ditunjuk Badan pengetesan yang
disetujui oleh Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.

IV-19
4. Semen PCC, Pasir dan Air
Semen PCC yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membatu dan
dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI - 8. Hanya satu merk dari 1
(satu) jenis semen yang boleh digunakan.
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau
campuran-campuran lain, sesuai dengan : NI - 3 Pasal 14 dan NI - 2 Bab. 3.3
Air harus bersih, segar dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti minyak,
asam, dan unsur orgailik lainnya, kecuali ditunjuk lain (lihat air untuk pekerjaan
beton).

5. Persyaratan Pelaksanaan
a. Adukan (Mortar)
Bahan untuk pembuatan adukan harus diukur secara benar dengan kotak-kotak
pengukur yang akurat. Penggunaan plasticizer diperbolehkan asal digunakan
sesuai dengan petunjuk produsen yang bersangkutan.
Pencampuran adukan secara normal harus dilakukan dengan mesin pengaduk
dari jenis dan ukuran yang dapat disetujui Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas
.
Dalam keadaan khusus dimana diperlukan adukan dalam jumlah kecil sesuai
kebutuhan-kebutuhan, maka atas persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas, bahan dapat diaduk secara manual diatas kotak-kotak adukan yang
kering dan bersih.
b. Perbandingan Adukan
Adukan harus terdiri dari bahan-bahan sesuai dengan perbandingan volume
sebagai berikut:

Jenis Adukan Semen Pasir


Adukan Semen Kedap Air 1 bagian 2 bagian
Adukan Semen Biasa 1 bagian 4 bagian

c. Penggunaan Jenis Adukan


Penggunaan jenis adukan perekat pasangan dinding batu bata disesuaikan
dengan kode-kode pada gambar, dengan ketentuan umum sebagal berikut :
 Adukan semen kedap air dipakai pada pas. dinding ruang toilet setinggi
1,50 m.
 Adukan semen biasa dipakai pada semua pasangan dinding batu bata
selain yang disebutkan diatas.
d. Sebelum dipasang, batu bata harus dibersihkan dan dibasahi terlebih dabulu,
direndam dalam air hingga jenuh.
e. Pemasangan dinding batu bata harus dilakukan tegak lurus, datar dengan siar-
siar batu bata yang lurus dan berjarak sama tidak lebih dari 1 cm.
f. Batu bata yang patah / tidak utuh dengan panjang kurang dari 10 cm tidak boleh
dipergunakan, kecuali pada akhiran-akhiran atau penyambungan dengan kolom.
g. Perancah untuk tempat berpijak tukang / pekerja tidak boleh menembus dinding.

6. Hal-hal Khusus
a. Penyambungan dinding ke kolom beton harus dilakukan dengan menyediakan
besi beton Ø 10 mm sepanjang 40 cm sebagai angkur yang dipasang pada bagian
beton pada waktu pengecoran pada jarak vertikal 30 cm (sumbu) dan menonjol
23 cm dari permukaan beton.
b. Penyambungan dinding ke bagian bawah balok beton.
Puncak semua dinding batu bata yang tersambung langsung ke bagian bawah
balok beton dan sebagainya, harus tersambung dengan adukan semen secara
padat dan rapat apabila siar terakhir ini tidak melebihi 2,5 cm. Bila siar terakhir
melebihi 2,5 cm harus ditambahkan ubin-ubin beton pracetak yang khusus dibuat
untuk itu, dengan ketebalan dan bentuk yang sesuai dan direkatkan secara padat
dengan adukan semen. Untuk dinding batu bata dengan ketebalan ½ batu dan

IV-20
ketinggian lebih dari 3,6 m, pada baglan puncak dinding harus disambung ke
beton dengan angkur besi beton Ø 6 mm seperti pada sambungan ke dinding dan
kolom beton.
c. Dinding batu bata harus diperkuat dengan kolom pengaku dari beton bertulang
jarak horizontal maksimum diantara kolom pengaku adalah 3,00 m dan jarak
vertikal maksimum adalah 2,50 m. Ukuran penampang kolom pengaku adalah
12,5 cm x lebar batu bata. Kolom ini harus diperkuat dengan tulangan beton Ø 8
dan 10 mm,sengkang Ø 6 mm, jarak 10 cm.
d. Pada daerah sambungan dengan dinding batu bata yang sudah ada harus
diadakan pembersihan dan dinding dibasahi. Batu bata yang sudah ada
dibongkar secukupnya untuk menjamin perlekatan yang cukup kuat dengan
dinding batu bata yang baru.
e. Semua bagian dalam lubang atau saluran untuk perpipaan (shaft) harus dibuat
dengan permukaan yang rapi (fair faced) dengan siar-siar sambungan diratakan,
(kecuali disyaratkan lain dalam gambar).
f. Sumuran, lubang tekukan dan sebagainya untuk keperluan pemasangan
kerangka, ducting, pipa air hujan dan pipa-pipa lainnya harus dibentuk dengan
rapi sesuai gambar atau permintaan.

Pasal 2
Pekerjaan Plesteran

1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat-alat angkut yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan plesteran dinding, sehingga dapat dicapai hasil
plesteran yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding pasangan beton
blok ringan aerated dan dinding beton bagian dalam serta seluruh detail yang
disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan
a. Semen PCC harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu pabrik untuk seluruh
pekerjaan).
b. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
c. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.
d. Penggunaan jenis adukan plesteran
 Adukan 1 pc : 2 pasir, dipakai untuk plesteran kedap air.
 Adukan 1 pc : 4 pasir, dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
 Seluruh permukaan plesteran difinish acian (plesteran halus) dari bahan PCC
dengan air.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan
dengan petunjuk dan persetujuan Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas, dan
persyaratan tertulis dalam uraian dan RKS ini.
b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan pasangan bata
maupun bidang beton telah selesai dan telah disetujui oleh Direksi Lapangan /
Konsultan Pengawas, sesuai syarat pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
c. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk bangunan tersebut.
d. Untuk bidang / dinding beton bertulang yang akan diplester dan akan dilapis
cat dipakai plesteran halus (acian). Sebelumnya permukaannya harus

IV-21
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih
dahulu, dan semua lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup
adukan plester.
e. Campuran adukan plesteran yang dimaksud dalam pasal 2.2. adalah
campuran dalam volume, cara pembuatannya menggunakan mixer (alat
pengaduk) selama 3 (tiga) menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding bata yang berhubungan
dengan udara luar, dan semua pasangan bata di bawah permukaan tanah
sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150 cm dari permukaan
lantai untuk toilet / WC, Kamar Mandi / Ruang Wudhu dan daerah basah
lainnya dipakai adukan plesteran 1 pc : 2 pasir.
 Untuk plesteran / adukan kedap air, harus ditambah dengan bahan khusus
kedap air dengan perbandingan 1 pc : 1 bahan khusus kedap air.
 Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 pc : 4 pasir.
 Plesteran halus (acian) dipakai campuran Semen PCC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah
plesteran berumur 14 hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing /
dilapis bahan lain (Keramik dan lain-lain), harus ditambah dengan additive
plamix dengan dosis 200 - 250 gr plamix untuk adukan kedap air.
 Semua jenis adukan / plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian
rupa, sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering.
Diusahakan agar jarak waktu pencampuran adukan plesteran tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
f. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diplester dengan memakai spesi
kedap air.
g. Semua bidang yang akan dilapis (finishing) bahan lain pada permukaannya
diberi alur-alur garis, horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang
lebih baik terhadap bahan finishingnya kecuali untuk yang menerima cat.
h. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping kayu setebal 9 mm untuk patokan kerataan bidang.
i. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/ kolom
yang dinyatakan dalain gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta dalam gambar.
Tebal plesteran minimal 2 cm, jika ketebalan melebihi dari 3 cm harus diberi
tambahan kawat (Wiremesh) setara dengan BRM5. Untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan
Direksi Pengawas.
j. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,5 - 0,7 cm
dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
k. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyal toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setlap jarak 2 m. Jika melebihi,
Penyedia berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Penyedia.
l. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar
tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan baban penutup
yang mencegah penguapan air secara cepat.
m. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Direksi Pengawas dengan biaya atas tanggungan Penyedia. Selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai Penyedia harus selalu menyiram dengan air, sampai
jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
n. Selama pemasangan dinding bata / Beton Bertulang belum difinish, Penyedia
wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan
pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab
Penyedia dan wajib diperbaiki.
o. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

IV-22
Pasal 3
Pekerjaan Pelapisan Lantai

1. Umum
1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan peralatan dan semua pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian lantai sesuai dengan gambar
kerja dan RKS.
1.2. Penyedia diharuskan memberikan contoh-contoh bahan lantai yang dipasang,
khususnya untuk diseleksi kwalitas, warna, tekstur, bahan lantai untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.
1.3. Penyedia harus menyediakan jaminan tertulis dari produsen/Sub-kontrktor
kepada Pemilik Kegiatan untuk setiap masing-masing penggunkan bahan lantai
dengan jangka jaminan minimum 5 (lima) tahun.
1.4 Pekerjaan lantai yang akan dilaksanakan adalah pekerjaan lantai Keramik.

2. Pekerjaan Lantai Keramik


2.1. Pekerjaan lantai Keramik 40 x 40 cm dilaksanakan untuk lantai luar ruangan.
2.2. Data teknis bahan :
Bahan : Keramik
Produk : Setara Asia Tile, Masterina, Roman
Ukuran : Keramik 40 x 40 cm, 30 x 30 cm, 25 x 25 cm dan disesuaikan
dgn ukuran dalam gambar perencanaan
Warna : Harus sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik
Kegiatan.
2.3. Keramik dan Keramik yang akan dipasang adalah yang telah diseleksi dengan
baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang
gompal, retak maupun cacat.
2.4. Pekerjaan pemasangan lantai Keramik dan Keramik bisa dimulai dan
dilaksanakan apabila Penyedia telah membawa contoh-contoh Keramik dan
telah disetujui.
2.5. Pemotongan Keramik dan Keramik harus dilakukan dengan menggunakan mesin
potong, bekas potongan harus digerinda dan diampelas sampat halus dan rata.
Perlu dihindari pemotongan Keramik yang < 1/2 x lebar/panjang ukuran
standard.
2.6. Sebelum memulai memasang Keramik dan Keramik terlebih dahulu lantai diurug
dengan pasir tebal 10 cm dan membuat lantai kerja dengan Mutu K-100, setiap
Keramik perlu diulas bagian bawahnya akan dipasang dengan adukan 1 semen:
3 pasir yang telah dicampur dengan bahan kedap air vandex.
2.7. Setelah Keramik dan Keramik terpasang seluruhnya, selanjutnya disapu dengan
acian semen/Semen PCC putih dengan diberi warna sesuai ubin yang dipasang.
Masing jarak unit Keramik harus membentuk garis lurus setebal naad (atau
disebut lain sesuai gambar).
2.8. Apabila hasil pemasangan Keramik dan Keramik tidak rapih, tidak membentuk
garis lurus, retak dan hasilnya bergelombang, Penyedia harus mengganti/
mengulangi pekerjaan tersebut, dengan biaya yang ditanggung sendiri oleh
Penyedia.

Pasal 4
Pekerjaan Pelapis Dinding

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, peralatan dan pekerja yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai Gambar Kerja dan
RKS.
1.2. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh bahan pelapis dinding yang akan
dipasang, khususnya untuk menentukan warna tekstur yang akan di tentukan
kemudian oleh Pemberi Tugas.

IV-23
1.3. Kontraktor harus memberikan jaminan tertulis dari produsen/ Sub Kontraktor
kepada Pemilik Proyek untuk setiap penggunaan bahan dinding dan jangka
waktu jaminan minimum 5 tahun.
1.4. Pekerjaan dinding bagian dalam bangunan (interior) meliputi pekerjaan dinding
kamar mandi dilapisi keramik.

2. Pekerjaan Pelapis Dinding Keramik


2.1. Bahan keramik yang dimaksud untuk digunakan pada dinding ruang toilet
bersama, pantry, janitor atau sesuai dengan gambar. Pemilihan warna
ditentukan kemudian oleh Pemilik Proyek atau oleh Direksi Lapangan / Konsultan
Pengawas.
2.2. Bahan yang digunakan harus sudah dapat persetujuan dari Direksi. Lapangan,
setelah diseleksi mengenai kwaalitas bahan, warna, tekstur, dan bahan tidak
boleh retak, maupun cacat.
2.2. Data teknis bahan :
Bahan : Keramik
Ukuran : 25 x 40 cm Toleransi ukuran < 1% dan penyerapan air tidak lebih
dari 1%.
Produk : Setara Asia Tile, Masterina, Roman
Warna : Sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik proyek.
2.4. Pelaksanaan
a. Persiapan
 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat shop
drawing mengenai pola keramik.
 Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.
 Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat,
ataupun bernoda
 Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong keramik
khusus sesuai persyaratan pabrik.

b. Pemasangan Dinding Keramik


 Adukan pasangan/pengikat dengan Produk dari AM yaitu AM 40 untuk
area dalam ditambah bahan perekat seperti yang dipersyaratkan.
 Hasil pemasangan dinding keramik harus merupakan bidang permukaan
yang benar-benar rata dan tidak bergelombang.
 Pemasangan keramik untuk dinding ini harus memperhatikan perletakan
features sanitair yang ada seperti diperlihatkan dalam gambar.
 Pola, arah, dan awal pemasangan dinding keramik harus sesuai gambar
detail atau sesuai petunjuk Pengawas.
 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar),
harus sama lebarnya, maksimum 5 mm yang berbentuk garis-garis sejajar
dan lurus yang sama lebarnya sama dalamnya untuk siar-siar yang
berpotongan harus berbentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak
lurus sesamanya.
 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi dengan warna yang hampir sama
dengan warna keramik.
 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam
noda pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih.
 Dinding dengan pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6
mm.
c. Perlindungan dan Pemeliharaan
Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban lain selama
1 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.
Pasal 5
Pekerjaan Rangka dan Plafond

1. Batasan dan Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan Plafond ini meliputi:

IV-24
- Pasang Rangka Besi Hollow 4/2 cm
- Pasang Plafond Gypsum tebal 9 mm
- Pasang Plafond GRC tebal 4 mm
- Pasang List Profil Gypsum

2. Material
a. Material Untuk Langit – langit
Material/ bahan yang dimaksud untuk pekerjaan langit-langit adalah dari bahan
Gypsum 9 mm dan GRC tebal 4 mm seperti yang tertera dalam Gambar Rencana.
Bahan yang digunakan harus yang berkualitas baik, Sek.“Elephant”, mempunyai
suatu bidang datar yang halus, seragam ukurannya, sisi tepinya lurus dan tidak
cacat, tidak melengkung dan cukup keras. Rangka Plafond memakai Besi Hollow.
Kontraktor harus menunjukan contoh bahan yang akan digunakan untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
b. List Profil Gypsum
Material/ bahan yang dimaksud untuk List Profil Gypsum adalah dari Profil
Gypsum 10 cm seperti yang tertera dalam Gambar Rencana.

3 Pelaksanaan
Kontraktorharusmembuat Shop Drawing untuk persetujuan perencanaan yang dibuat
berdasarkan Gambar Rencana yang tersedia. Shop Drawing menggambarkan detail
hubungan-hubungan dan sambungan-sambungan, pengangkeran konsruksi dan
pemasangan semua komponen lengkap dengan ukuran-ukurannya.

4. Pekerjaan Langit-langit
a. Pekerjaan Rangka langit-langit
Rangka untuk plafond semua digunakan rangka dari bahan besi hollow 4/2 cm,
digantung dengan root kerangka atap/ dak beton (sesuai kondisi lapangan).
Rangka plafond yang menempel pada dinding harus memakai alur/ sponing agar
sebelum dilakukan pemasangan terlebih dahulu supaya dibuat sponing dengan
ukuran sesuai dengan Gambar Rencana atau petunjuk Pengawas. Setelah rangka
tepi plafond/ rangka yang menempel pada dinding atau rangka utama sudah
terpasang seluruhnya, tentunya kedudukan dan elevasi disesuaikan dengan
Gambar Rencana dan disetujui Pengawas, selanjutnya dilakukan pembagian untuk
pemasangan rangka pembagi dengan modulas ke as 60 cm (sesuai dengan
Gambar Rencana).
b. Penyelesaian Langit-langit dengan Gypsum
Pemasangan plafond Gypsum dan GRC hanya dapat dilakukan bilamana rangka
plafond telah selesai dan sesuai dengan Gambar Rencana serta telah disetujui
Pengawas. Lembaran Gypsum yang dipergunakan untuk plafond adalah dengan
ukuran tebal 9 mm dan GRC tebal 4 mm, atau disesuakan dengan Gambar
Rencana dan petunjuk Pengawas. Pemotongan Gypsum harus dilakukan dengan
gergaji halus atau alat lainnya yang disetujui Pengawas serta diampelas yang
tidak terlalu kasar pada bekas pemotongannya sehingga halus dan rata.
Pemasangan plafond Gypsum dapat dilakukan dengan cara dibout dan disetujui
Pengawas. Setelah pemasangan plafond keseluruhannya sesuai dan diterima/
disetujui Pengawas, yang selanjutnya dilakukan pekerjaan finishing dengan
material yang telah ditentukan.

Pasal 6
Pekerjaan Kusen, Daun Pintu dan Jendela Alumunium

1. Kusen Pintu dan Jendela Alumunium


1.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan kusen alumunium, penyetelan kusen alumunium sesuai
dengan gambar rencana pemasangan, kaca pada kusen alumunium, serta

IV-25
pemasangan kusen alumunium pada dinding-dinding atau tempat yang sesuai
dengan gambar rencana dan meliputi pembuatan shop drawing.
1.2. Bahan-bahan
Alumunium
 Extruder : PT. YKK, Alexindo atau setara dan sesuai SII extrusi 0695-
82
 Kadar Campuran : Alloy- 6063 T5 / Billet yang digunakan harus aslinya,tidak
terbuat dari bahan-bahan scrap / sisa
 Anodsizing : Ketebalan lapisan diseluruh permukaan
alumuniumcoating
 Jenis extrusi Profil: Depth 70 mm
 Profil : Standard produksi PT. Jaya Alumunium atausetara.
 Sistim Profil : Jaya Sash.
1.3. Caulking dan Sealant
Bahan yang digunakan dari jenis poly sulfide yang setara dengan “Sadofose
Rubber Seal 1 K ” atau “Expandite Thioflex.One”, atau “ABC Thiocaulk” dan
bahan-bahan tambahan sebagai berikut :
a. Back up material (bahan pengisi) dari polyethylene foam atau bahan lain yang
sejenis yang disetujui Pengawas Lapangan.
b. Dempul, Bestial dengan NI-3 Pasal 42. Bahan pembersih yang digunakan
untuk pemasangan caulking dan sealant antara lain adalah-xylpl, xylene dan
toluene.
1.4. Gambar Rencana Pembuatan
a. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan gambar kerja dengan ukuran-
ukuran yang disesuaikan dilapangan.
b. Kontraktor diharuskan untuk merencanakan sistim pemasangan dengan
memperhitungkan keamanan terhadap defleksi yang bisa terjadi akibat
bentangan, tekanan angin dan sebagainya, dengan rekomendasi pabrik
pembuatnya dan peraturan-peraturan muatan yang berlaku.
1.5 Pekerjaan Fabrikasi
Bahan yang dipakai sebelum diproses fabrikasi harus diseleksi dahulu sesuai
dengan bentuk, toleransi, ukuran, ketebalan yang dipersyaratkan, kesikuan,
kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan, kemudian dikerjakan secara
maksimal dengan mesin potong, mesin punch, edrill, sehingga hasil yang telah
dirangkai mempunyai toleransi ukuran.
1.6. Pemasangan
a. Pekerjaan pembuatan / penyetelan dan pemasangan kusen aluminium beserta
kaca harus dilaksanakan oleh sub Kontraktor aluminium ahli yang mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.
b. Ketika dibawa ke lapangan, samoa aluminium harus dilindungi dengan
"eacquer Film" atau bahan.lain yang disetujui oleh Direksi Lapangan /
Konsultan Pengawas.
c. Ketika plesteran dilaksanakan, tepi-tepi kusen harus dilindungi dengan plastic
tape atau zinc chromate frimer (pemis-transparant). Bagian-bagian lain dapat
tetap dilindungi dengan "Lacquer Film" sampai pekerjaan selesai.
d. Penggunaan pcmis pada permukaan yang caulking atau sealant tidak
dibenarkan diberikan
e. Pemasangan kusen harus dilengkapi dengan weather seal" (backing strip),
didalam dan diluar sebagai lapisan pengisi, sebelum sealant dipasang.
f. Untuk mendapatkan ukuran-ukuran yang tepat, sub Kontraktor aluminium
harus datang kelapangan dan. melakukan pengukuran-pengukuran.
g. Pemasangan kusen aluminium ke tembok / kolom / balok harus menggunakan
anker yang kuat.
h. Antara tembok / kolom / kolom dan kusen harus diisi dengan"seal" yang
elastis, untuk jendela-jendela luar.
i. Pemasangan kaca-kaca terhadap kusen aluminium juga harus menggunakan
"seal" yang berupa, alur karet.
j. Sambungan-sambungan vertikal maupun, horizontal sambungan sudut
maupun silang demikian juga pengkombinasian profil-profil alumunium harus

IV-26
dipasang sempurna, dengan sekrup-sekrup pengaku. Sekrup-sekrup tidak
boleh kelihatan.
k. Dalam keadaan ditutup atau dibuka, kaca-kaca tidak boleh bergetar yang
menandakan kurang sempurnanya pemasangan seal keliling.
l. Selain tidak, bergetar, pemasangan seal harus menjamin bahwa tidak akan
terjadi kebocoran yang diakibatkan oleh air hujan maupun udara basah dari
luar.
m.Pemasangan kaca I panel kaca harus dilakukan dari arah dalam bangunan
untuk memudahkan penggantian.
n. Kontraktor wajib menjaga kusen-kusen aluminium dan bidang-bidang kaca
yang sudah terpasang dari kotoran-kotoran seperti air semen, cat plesteran
dan lain-lain serta mengamankannya dari benturan-benturan.

2. Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela Kaca Rangka Alumunium


2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca seperti
yang ditunjukkan dalam gambar.
2.2. Persyaratan Bahan
2.2.1. Bahan Rangka
a. Dari bahan alumunium framing system dari produk dalam negeri ex.
YKK atau setara, disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.
b. Bentuk dan ukuran profil disesuaikan terhadap shop drawing yang telah
disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.
c. Warna profil alumunium framing colour anodized (contoh warna
diajukan oleh Kontraktor untuk disetujui Konsultan Perencana).
d. Warna powder coating ditentukan kemudian, tebal bahan minimal 1,8
mm.
e. Nilai batas deformasi yang diijinkan adalah 2 mm. Bahan yang diproses
pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu dengan seksama sesuai dengan
bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan,
pewarnaan yang disyaratkan oleh Konsultan Perencana, Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas.
f. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-
syarat dari pekerjaan alumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan.
g. Daun pintu dengan konstruksi panel kaca rangka alumunium, seperti
yang ditunjukkan dalam gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
2.2.2. Penjepit kaca digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik
dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dari pabrik, pemasangan
disyaratkan hanya 1 (satu) sambungan serta harus kedap air dan bersifat
structural seal.
2.2.3. Bahan panil kaca daun pintu, jendela, partisi menggunakan jenis kaca
sesuai dengan tercantum dalam pasal 15 spesifikasi ini (Pekerjaan Kaca).
Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas dari noda dan cacat,
bebas sulfida maupun bercak-bercak lainnya dari produksi Asahimas atau
setara.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan
2.3.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang-
lubang), termasuk mempelajari bentuk, pola, layout penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
2.3.2. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat
pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara
yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.

IV-27
2.3.3. Harus diperhatikan sema sambungan siku untuk rangka alumunium dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak
tidak boleh ada cacat bekas penyetelan.
2.3.4. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
2.3.5. Daun pintu, jika diperkukan harus menggunakan sekrup galvanized atas
persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas tanpa meninggalkan
bekas cacat pada permukaan yang tampak. Untuk daun pintu panel kaca
setelah dipasang harus rata dan tidak bergelombang dan tidak melintir.
2.3.6. Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan yang terkoordinasi antara
bagian-bagian yang terkait dengan pekerjaan kusen tersebut, seperti :
pekerjaan dinding, plafond dan variasinya, lantai dan plint, dan lain
sebagainya untuk memperoleh hasil yang baik. Untuk itu kontraktor harus
mampu mengkoordinasikan dengan baik semua pekerjaan yang terkait
tersebut. Kesalahan, cacat, kurang memenuhi persyaratan pekerjaan yang
timbul sebagia akibat tidak adanya atau kurangnya koordinasi, harus
diperbaiki/diganti dan seluruh biayanya ditanggun oleh kontraktor.

Pasal 7
Pekerjaan Kaca

1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan kaca yang lengkap dan sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam Dokumen Kontrak.
b. Pekerjaan lain yang terkait :
 Pekerjaan komponen pintu/ jendela.
 Pekerjaan sanitair untuk kaca cermin.
 Pekerjaan lain yang mengikuti spesifikasi ini
1.2 Standar dan Persyaratan Bahan
a. ANSI (American National Standard Institute). 297.1-1975-Safety Material
Used in Building
b. ASTM (American Society for Testing and Materials). E6-P3 Proposed
Specification for Sealed Insulating Glass Units.
1.3 Persyaratan Bahan
a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
memiliki ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat
diperoleh dari proses tarik tembus cahaya, gilas, dan pengembangan (Float
Glass)
b. Toleransi lebar dan panjang; ukuran panjang dan lebar tidak boleh
melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik.
c. Kesikuan; kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai
sudut serta tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum
yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
d. Cacat-cacat,
 Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai
ketentuan dari pabrik
 Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang yang terisi
gas yang terdapat pada kaca)
 Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan
 Kaca harus bebas dari keretakan (garis pecah pada kaca baik sebagian
atau seluruh tebal kaca)
 Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (benjolan pada sisi panjang dan
lebar ke arah luar/masuk)
 Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave). Benang adalah
cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah
permukaan kaca yang berubah dan mengganggu pandangan

IV-28
 Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud), dan goresan
(scratch)

2. Submittals
2.1 Shop Drawing
a. Gambar kerja yang lengkap dan jelas menunjukkan :
Detail dalam skala besar untuk setiap jenis profile sistem sambungan,
sistem pemasangan setiap jenis kaca dan komponen lain yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaan yang sempurna. Perubahan dimungkinkan
hanya karena hasil review dan evaluasi atas test mock-up yang harus
diadakan, perubahan harus disetujui Pengawas lapangan.
b. Sistem pemasangan.
Gambar kerja dan pelaksanaan yang menunjukkan :
 Sistem konstruksi penyangga kaca dan penempatannya terhadap
kusen ataupun panel pintu.
 Jenis kaca dan tebal kaca.
2.2 Data Produk
Spesifikasi teknis dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
2.3 Contoh Bahan
3 (tiga) buah untuk setiap jenis dan tipe yang dipersyaratkan ukuran 30 x 30
cm2.
2.4 Petunjuk Pemeliharaan
Memuat petunjuk terinci mengenai :
a. Pemeriksaan berkala
b. Perawatan seluruh bagian dinding kaca.
2.5 Garansi dan Jaminan
Bahwa pekerjaan tersebut telah watertight (kedap air) dan bebas dari cacat
bahan dan kerusakan akibat pengerjaan dimana jaminan berlaku selama 5
(lima) tahun.
2.6 Penanganan Bahan
a. Pengiriman.
Hasil fabrikasi dan komponennya dikirim ke site dalam keadaan sudah diberi
pengenal/identifikasi sesuai dengan identifikasi gambar Shop
Drawing/Erection Drawing. Bahan dikirim tanpa cacat dan harus diperiksa,
disetujui, dan diterima oleh Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas
Lapangan.
b. Penyimpanan.
Tidak diperkenankan disimpan dalam site.
c. Perlindungan.
Bahan dilindungi selama pengiriman pemasangan dari pengaruh cuaca.
Bahan/hasil pekerjaan yang rusak/cacat tidak dapat diterima.
2.7 Penjadwalan
Koordinasi pekerjaan dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait dengan
pekerjaan dinding kaca untuk pekerjaan yang sempurna, dan tidak menghambat
jadwal pekerjaan lain. Beri tanda pada bidang/ tempat kerja dari setiap
pekerjaan yang terkait (bila perlu)
a. Pekerjaan Mock-up
b. Pekerjaan Komponen dinding kaca

3. Bahan
3.1 Spesifikasi Bahan.
a. Bahan kaca & cermin harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982
b. Bahan harus bebas cacat dan noda, bebas sulfida, maupun bercak lainnya
c. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus
mendapat persetujuan dari Pengawas.
d. Sisi kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digerinda/dihaluskan hingga tidak tajam dan berbahaya.

IV-29
Bahan 1
- Jenis : Kaca
- Type finishing permukaan : -
- Produksi : Asahimas atau setara
- Ketebalan : 5 mm dan 10 mm /ditentukan lain
- Bahan pengisi siar :-
- Type : Riben dan Polos
- Ukuran : Gambar Shop Drawing
- Posisi : Ventilasi, Jendela, dan Pintu
3.2 Fabrikasi
a. Kaca.
Dimensi dalam gambar rencana harus diperiksa dan disesuaikan pada Shop
Drawing berdasarkan hasil pengukuran di lapangan.
b. Cutting/Pemotongan.
Sesuai dengan peraturan pabrik pembuat dan tidak dilakukan di lapangan.

4. Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian, dan
syarat pekerjaan dalam buku ini
b. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian
c. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Pengawas
d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan
diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur
namun menggunakan potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem
aci
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus
f. Pemotongan kaca harus disesuaikan dengan rangka/kusen, minimal 10 mm
masuk ke dalam alur kaca pada kusen
g. Pembersih akhir kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca setara merk Windex
h. Cermin dan kaca harus terpasang dengan rapi serta sisi tepi harus lurus dan rata,
bebas dari noda, dan bekas goresan.

Pasal 8
Pekerjaan Kunci dan Alat Penggantung

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan, perlengkapan
daun pintu / daun jendela seperti kunci, engsel dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
1.2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu kaca, daun pintu kayu, daun pintu aluminium dan
daun jendela aluminium seperti yang ditunjukkan / disyaratkan dalam detail
gambar.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Semua "hardware" yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian "hardware" akibat dari pemilihan merek, Kontraktor wajib melapor-
kan hal tersebut kepada Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
2.2. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari pelat
aluminium berukuran 3 x 6 cm dengan tebal 1 mm. Tanda pengenal ini
dihubungkan dengan cincin nikel kesetiap anak kunci.

IV-30
2.3 Harus disediakan lemari penyimpanan anak kunci dengan "Backed Enamel
Finish" yang dilengkapi dengan kait- kaitan untuk anak kunci lengkap dengan
nomor pengenalnya. Lemari berukuran lebar x tinggi adalah 40x50 cm, dengan
tebal 15 cm berdaun pintu tunggal memakai engsel piano dan handle
aluminium.

3. Perlengkapan Pintu Dan Jendela


3.1. Pekerjaan Kunci dan Pegangan Pintu
a. Semua pintu menggunakan peralatan kunci sebagai berikut :
 Lockcase : GUARD
 Cylinder : GUARD
 Handle : GUARD
 Back Plat : GUARD
 Engsel (Butt Hinges) : GUARD
 Engsel Lantai (Floor Hinges) : Dekson, Dorma atau Setara
b. Untuk pintu-pintu aluminium dan pintu-pintu besi yang dipakai adalah kunci
"mortise cylinder dead lock" merk, dua kali putar, warna Silver. Pada pintu
masuk utama yang terdiri dari pintu otomatis dipasangi kunci tersebut.
Untuk pintu sorong yang dipakai merk.
c. Untuk panel-panel listrik, pintu shaft dan lain-lain, kunci yang dipakai merk
Yale.
d. Untuk almari-almari selang dan tabung pemadam kebakaran dipakai Catch
lock, begitu pula untuk almari-almari yang tidak menggunakan kunci silinder.
e. Seluruh rangkaian kunci-kunci yang disebutkan dalam butir (a) dan (b)
diatas harus tercakup dalam satu sistim general Masterkey, begitu pula
untuk butir (c) dan (d) juga satu sistim Masterkey tersendiri.
f. Untuk daun jendela kaca dipakai handle pengunci setara merk Witcho seri
22 Handle warna Silver.
g. Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang setinggi 90 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan /
Konsultan Pengawas.
h. Untuk pintu-pintu pagar besi digunakan gerendel besi dengan kunci gembok
merk Kend yang tercakup dalam sistim Masterkey.
i. Pegangan pintu masuk utama dipakai handle setara merk KEND, type
tubular handle
3.2 Pekerjaan Engsel
a. Untuk pintu-pintu aluminium serta pintu panil menggunakan engsel lantai
(floor hinge) double action, merk setara Stanley, Dorma atau Setara
dipasang dengan baik pada lantai sehingga terjamin kekuatan dan
kerapihannya, dipasang sesuai dengan gambar untuk itu. Untuk jendela
digunakan engsel setara Simon Werk.
b. Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan engsel merk Simon Werk disetel
pada posisi single action.
c. Untuk pintu-pintu besi dipakai engsel kupu-kupu dibuat khusus untuk
keperluan masing-masing pintu.
d. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan
Perancang.

4. Persyaratan Pelaksanaan
a. Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah
dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu. Engsel tengah dipasang
ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
b. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm dari permukaan
pintu, engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
c. Penarik pintu (door pull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai.
d. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
e. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.

IV-31
f. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
di lapangan. Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang
diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail
khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam Gambar Dokumen Kontrak,
sesuai dengan Standar Spesifikasi pabrik.
g. Shop drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh Direksi Lapangan
/ Konsultan Pengawas / Perancang.
Pasal 9
Pekerjaan Pengecatan Dinding & Plafond

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Meliputi pekerja, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan pengecatan sesuai dengan RKS serta Gambar Kerja.
1.2. Dinding yang tidak dilapisi dengan bahan pelapis apapun, penyelesaiannya
dengan menggunakan cat tembok.
1.3. Jika sesuatu bagian atau permukaan tidak disebutkan dalam spesifikasi ini
pelapis catnya sama dengan pelapis yang dipakai untuk area dinding plafond
dengan material yang sejenis dan atau menyerupai, atau sesuai petunjuk dari
Perancang / Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.
1.4. Pekerjaan ini meliputi pemeliharaan setelah pekerjaan pengecatan selesai.
Barang atau bagian pekerjaan lain yang rusak atau kotor diakibatkan oleh
pekerjaan pengecatan menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk member-
sihkannya maupun penggantian kerusakan jika diperlukan.

2. Persyaratan Pekerjaan dan Bahan


2.1. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan standar SNI 03-2410-1994.
2.2. Bahan cat, berkualitas baik yaitu setara dengan produksi Ex.Dulux, warna
sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik Proyek
2.3. Sifat Umum
 Tahan terhadap pengaruh cuaca
 Mengurangi pori-pori
 Daya tutup tinggi
2.4. Aplikasi dengan rol atau kuas (untuk bidang kecil).
 Pengencer : gunakan air bersih setara air minum
 Jumlah :0-5%
2.5. Cat yang digunakan berada dalam kaleng yang masih disegel dalam kemasan,
tidak pecah atau bocor dan mendapat persetujuan Pemilik Proyek dan Direksi
Lapangan / Konsultan Pengawas.
2.6. Pengiriman cat, harus disertakan sertifikat dari agen / distributor yang
dinyatakan bahwa cat yang dikirim dijamin keasliannya. Kontraktor
bertanggungjawab, bahwa warna dan bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai
dengan RKS.
2.7. Warna
a. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan pengecatan,
Kontraktor harus mengajukan daftar bahan pengecatan kepada Direksi
Lapangan / Konsultan Pengawas.
b. Perancang / Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas menentukan warna pili-
hannya, Kontraktor menyiapkan bahan dan bidang pengecatan untuk
dijadikan contoh, atas biaya Kontraktor.

3. Pekerjaan Persiapan
3.1. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, pekerjaan langit-langit dan lantai
telah selesai dikerjakan.
3.2. Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut :
a. Dinding atau bagian yang akan dicat selesai dan telah disetujui oleh Direksi
Lapangan / Konsultan Pengawas untuk dimulai pelaksanaannya.

IV-32
b. Bagian yang retak-retak, pecah atau kotoran-kotoran yang menempel harus
dibersihkan.
c. Menunggu keringnya dinding atau bagian yang akan dicat karena masih
basah dan lembab.
d. Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna.
3.4. Kontraktor harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat
urutan-urutan yang tepat mulai dari pekerjaan dasar sampai dengan
pengecatan akhir.
3.5. Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat cat
tersebut.

4. Pekerjaan Pengecatan Dasar Plesteran (Cat Tembok)


4.1. Cat Tembok Dalam
a. Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering.
Setelah permukaan tembok kering, maka persiapan dilakukan dengan
membersihkan permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan /
pengapuran (efflorescene) yang biasanya terdapat pada tembok baru,
dengan amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar bersih.
b. Selanjutnya dilapis tipis dengan plamir.
c. Pada bagian-bagian dinding yang bisa bereaksi dengan alkali dan rembesan
air harus diberi lapisan wall sealer.
d. Setelah kering permukaan tersebut diamplas lagi sampai halus.
e. Kemudian dicat dengan lapisan pertama (cat dasar) yang terdiri dari 1(satu)
lapis Alkali Resistance sealer yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis Acrilic
Emulsion dengan ketentuan cat sebagai berikut :
 Lapis I encer (tambahkan 20 % air)
 lapis II kental
 Lapis III kental
f. Bagian-bagian yang masih kurang baik, diberi plamur lagi dan diamplas halus
setelah kering.
4.2. Cat Tembok Luar
a. Seperti halnya cat dalam luar sama pelaksanaannya dengan cat tembok
dalam butir 4.1
b. Pekerjaan pengecatan dilakukan dengan "Roller" atau semprot pada bagian
yang sulit dijangkau

Pasal 10
Pekerjaan Finishing Melamic

1. Lingkup Pekerjaan.
Digunakan pada semua finishing kayu pintu/jendela, panel-panel atau pada bagian-
bagiansesuai yang ditunjukkan pada gambar kerja untuk pelaksanaan.

2. Persyaratan Bahan.
a. Wood Filler, Stain, Base Coat dan Top Coat : ex IMPRA atau produk lain yang
setara.
b. Thinner dengan kualitas no. 1
c. Warna dari melamic adalah ditentukan dalam Tabel/Skema Material yang
ditunjukkanoleh Perencana.
d. Tingkat kilap dari melamic adalah SEMI GLOSS (tidak terlalu mengkilap).
e. Kontraktor wajib membuat contoh/sample melamic di atas material yang akan
dipakaidalam proyek ini dan diajukan dan disetujui Konsultan Pengawas,
Perencana danPemberi Tugas.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Melamic harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang trampil dalam pekerjaan ini
danpekerjaan ini harus dipimpin oleh seorang mandor yang betul-betul ahli
danberpengalaman.

IV-33
b. Sebelum pekerjaan finishing mellamic / polyurethane dimulai harus dipastikan
bahwatersedia ventilasi / sirkulasi udara bersih dalam ruangan yang akan dicat.
c. Permukaan kayu yang retak-retak, lubang-lubang atau bercelah harus digosok
denganamplas kayu, dicat dasar di dempul kemudian diamplas kembali sehingga
benar-benarhalus permukaannya.
d. Permukaan Teakwood sebaiknya diamplas secukupnya agar serat kayu
padalembaran tidak habis dan serat masih terlihat baik.
e. Setiap mata kayu yang besarnya lebih dari 1 cm harus dipotong dan diganti
dengan kayuyang mulus, atau permukaannya diperbaiki dengan potongan kayu.
f. Mata kayu yang besarnya kurang dari 1 cm cukup diberi 2 lapis plamir yang tipis.
g. Setiap lubang paku dan lubang-lubang atau cacat-cacat lainnya harus didempul.
h. Semua permukaan kayu/Teakwood yang hendak di-melamic dibersihkan dari debu
minyakdan kotoran yang mungkin melekat disitu.
i. Sesudah betul-betul bersih, digosok dengan amplas kayu, agar supaya seluruh
permukaankayu rata dan licin, tidak lagi terdapat serat kayu yang tidak rata pada
permukaan kayutersebut.
j. Apabila seluruh permukaan kayu/ Teakwood sudah licin, pori-pori kayu harus
ditutup denganwood filler secukupnya dengan menggunakan kape, sampai pori-
pori tertutup sempurna.
k. Permukaan kayu/ Teakwood yang telah diplamur dengan wood filler tersebut,
setelah keringdihaluskan dengan amplas duco yang halus, kemudian debu bekas
amplas tersebutdibersihkan.
l. Setelah bersih permukaan kayu/ Teakwood diberi Stain (pewarna), dengan
menggunakanSpray gun atau kuas, dan diratakan dengan kain bal setelah kurang
lebih 30 detikmengering. Warna akan ditentukan kemudian oleh perencana.
m. Setelah itu diberi Base Coat/Cat Dasar atau sanding sealer. Dibutuhkan minimal 2
lapis catdasar setiap lapisan, dan setiap lapisan harus diamplas sempurna
sehingga diperolehpermukaan yang halus dan rata.
n. Lapis pertama Top-Coat/Cat diulaskan dengan rata sampai sempurna dan
diamplassempurna, kemudian ulaskan top coat lapis ke 2 dan yang terakhir lapis
3 adalah lapisanfinished tidak perlu diamplas.
o. Hasil pekerjaan melamic ini harus merupakan suatu hasil pekerjaan yang rata dan
jelasmenunjukkan serat kayunya serta tidak cacat.
p. Setelah pekerjaan melamic kayu selesai harus dijaga terhadap kemungkinan
kerusakanterkena benda lain atau noda-noda dan sebagainya.
q. Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau material lain yang dekat dengan
pekerjaanini seperti fitting-fitting, kosen-kosen dan sebagainya dengan cara
menutup / melindungibagian tersebut selama pekerjaan pengecatan berlangsung.

Pasal 4
Penutup

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini tidak menguraikan selengkapnya


mengenai uraian pekerjaan, bahan, kualitas, cara pengerjaan, dan apa yang harus
dilakukan oleh pemborong, sejauh tidak menyimpang dari aturan, standart dan AV
serta sesuai dengan pekerjaan tambah, dan tawaran ini bersifat lum sump.
Bangunan ini harus siap dikerjakan sesuai dengan penawaran pemborong, serah
terima pekerjaan pertama adalah saat pekerjaan bangunan dapat dimanfaatkan,
serah terimanya dibuatkan berita acaranya.
Setelah pekerjaan diserah terimakan kedua kalinya atau setelah masa pemeliharaan
pemborong harus membersihkan lagi bagian luar gedung dari bekas bangunan
sementara.
Apabila masih terdapat perbedaan antara gambar dan RAB, maka harus
diiformasikan kembali kepada konsultan perencana, supaya dicarikan solusi/
kesepakatan.

IV-34

Anda mungkin juga menyukai