TEKNIS UMUM
A. LINGKUP
1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang
secara umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan di mana persyaratan
ini bisa diterapkan untuk Pelaksanaan Pemeliharaan Jalan Lingkungan
Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Tahun 2023
Pemeliharaan Jalan Lingkungan Kampus Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda yang akan dikerjakan meliputi :
No Jenis Pekerjaan
4. Dalam hal adanya bagian dari persyaratan teknis umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan ayat 3 diatas,
maka bagian dari Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya
dianggap tidak berlaku.
B. REFERENSI
AASHTO
➢ AASHTO M20-70 (2004) : Penetration Graded Asphalt Cement
➢ AASHTO M140-03 : Emulsified Asphalt
➢ AASHTO T44-03 : Solubility of Bituminious Materials
➢ AASHTO T59-01 (2005) : Testing Emulsified Asphalts
2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak
diatur dalam Persyaratan Teknis Umum/khususnya maupun salah satu dari
ketentuan yang disebutkan dalam ayat 1 diatas, maka atas bagian pekerjaan
tersebut Kontraktor harus mengajukan salah satu dari persyaratan-
persyaratan berikut ini guna disepakati oleh Direksi untuk dipakai sebagai
patokan persyaratan teknis :
a. Standart/norma/kode/pedoman yang bisa diterapkan pada bagian
pekerjaan bersangkutan yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Asosiasi
Profesi/Asosiasi Produsen/Lembaga Pengujian atau Badan-badan lain
yang berwenang/berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat
Internasional ataupun Nasional dari Negara lain, sejauh bahwa atau hal
tersebut diperoleh persetujuan dari Direksi/Pengawas.
b. Brosur teknis dari Produsen yang didukung oleh sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional.
C. BAHAN BANGUNAN
1. Baru/Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang
dipergunakan dalam/untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru,
penggunaan bahan bekas dalam komponen kecil maupun besar sama sekali
tidak diperbolehkan/dilarang disamakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
2. Tanda Pengenal
a. Dalam hal dimana pabrik/produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal
untuk produk bahan yang dihasilkan, baik berupa cap/merk dagang
pengenal pabrik/produsen ataupun sebagai pengenal
kualitas/kelas/kapasitas, maka semua bahan dari pabrik/produsen
bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
mengandung tanda pengenal tersebut.
b. Khusus untuk bahan bagi pekerjaan instalasi (penerangan, plumbing, dll)
kecuali ditetapkan lain oleh Direksi/Pengawas, bahan sejenis dengan
fungsi yang sama harus diberi tanda pengenal untuk membedakan satu
bahan dan bahan yang lain. Tanda pengenal ini bisa berupa warna atau
tanda-tanda lain yang mana harus sesuai dengan referensi RKS tersebut
diatas atau dalam hal dimana tidak/belum ada pengaturan yang jelas
mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk dari
Direksi/Pengawas.
3. Merk Dagang
a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan/produk didalam
persyaratan teknis umum, secara umum harus diartikan sebagai
persyaratan kesetaraan kualitas penampilan (Performance) dari
bahan/produk tersebut, untuk itu dinyatakan dengan kata-kata “atau yang
setaraf”.
b. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan
bahan/produk lain yang dapat dibuktikan mempunyai kualitas
penampilan yang setaraf dengan bahan/produk yang memakai merk
dagang yang disebutkan, dapat diterima sejauh bahwa untuk itu
sebelumnya telah diperoleh persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas
atau kesetarafan tersebut.
c. Penggunaan bahan/produk yang disetujui sebagai “setaraf” tidak
dianggap sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan harga
dengan bahan produk yang disebutkan merk dagangnya akan diabaikan.
d. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan
produksi dalam negeri lebih diutamakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
4. Pengganti (Substitusi)
a. Kontraktor/Supplier dalam keadaan terpaksa karena kelangkaan
dipasaran, bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu bahan
produk dengan sesuatu bahan/produk lain dengan penampilan yang
setaraf dengan yang dipersyaratkan.
b. Dalam persetujuan atau sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan
harga yang ada dengan bahan/produk yang dipersyaratkan akan
diperhitungkan sebagai perubahan pekerjaan dengan ketentuan sebagai
berikut :
1.) Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan
Kontraktor/Supplier untuk mendapatkan bahan/produk seperti yang
dipersyaratkan, maka perubahan pekerjaan yang bersifat biaya
tambah dianggap tidak ada.
2.) Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh
Direksi/Pengawas dan Pemberi Tugas sebagai masukan (input)
baru yang menyangkut nilai-nilai tambah, maka perubahan
pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat diperkenankan.
5. Persetujuan Bahan
a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan
sangat agar sebelum sesuatu bahan/produk akan
dibeli/dipesan/diprodusir, terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari
Direksi/Pengawas atau kesesuaian dari bahan/produk tersebut pada
Persyaratan Teknis yang harus diberikan dalam bentuk tertulis yang
dilampirkan pada contoh/brosur dari bahan/produk yang bersangkutan
untuk diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur diatas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor/Supplier, untuk itu
tidak dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.
c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/brosur seperti
tersebut diatas tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor/Supplier
dari kewajibannya dalam Perjanjian Kerja ini untuk mengadakan
bahan/produk yang sesuai dengan persyaratannya, serta tidak
merupakan jaminan akan diterima/disetujuinya seluruh bahan/produk
tersebut di lapangan, sejauh dapat dibuktikan bahwa tidak seluruh
RENCANA KERJA DAN SYARAT
6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atau bahan/produk kepada
Direksi/Pengawas harus disertakan contoh dari bahan/produk tersebut
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jumlah contoh
1.) Untuk bahan/produk bila tidak dapat diberikan sesuatu sertifikat
pengujian yang dapat disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas
sehingga oleh karenanya perlu diadakan pengujian kepada
Direksi/Pengawas harus diserahkan sejumlah bahan produk sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan dalam standart prosedur
pengujian, untuk dijadikan benda uji guna diserahkan pada
Badan/Lembaga Penguji yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas.
2.) Untuk bahan/produk atau mana dapat ditunjukkan sertifikat
pengujian yang dapat disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas,
kepada Direksi/Pengawas harus diserahkan 3 (tiga) buah contoh
yang masing-masing disertai dengan salinan sertifikat pengujian
yang bersangkutan.
7. Penyimpanan Bahan
a. Persetujuan atau sesuatu bahan/produk harus diartikan sebagai perijinan
untuk memasukkan bahan/produk tersebut dengan tetap berada dalam
kondisi layak untuk dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa
bahan/produk menjadi tidak lagi layak untuk dipakai dalam pekerjaan,
Direksi/Pengawas berhak untuk memerintahkan agar :
1.) Bahan/produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi
layak untuk dipakai.
2.) Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin supaya
bahan/produk tersebut segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
selama 2 x 24 jam untuk diganti dengan yang memenuhi
persyaratan.
D. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Rencana Pelaksanaan
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Kontrak oleh kedua
belah pihak, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Pengawas
sebuah “Network Planing” mengenai seluruh kegiatan yang perlu
dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram yang
dinyatakan pula urutan logis serta kaitan/hubungan antara seluruh
kegiatan-kegiatan tersebut.
b. Kegiatan-kegiatan Kontraktor untuk/selama masa pengadaan/pembelian
serta waktu pengiriman/pengangkutan dari :
1.) Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan
persiapan/pembantu.
2.) Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan.
c. Kegiatan-kegiatan Kontraktor untuk/selama waktu fabrikasi, pemasangan
dan pembangunan.
d. Pembuatan gambar-gambar kerja.
e. Permintaan persetujuan atau bahan serta gambar kerja maupun rencana
kerja.
f. Harga borongan dari masing-masing kegiatan tersebut.
g. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
h. Direksi/Pengawas akan memeriksa rencana kerja Kontraktor dan
memberikan tanggapan untuk itu dalam waktu 2 (dua) minggu.
i. Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan atau rencana kerja
kalau Direksi/Pengawas meminta diadakannya
perbaikan/penyempurnaan atau rencana kerja tadi paling lambat 4
(empat) hari sebelum dimulainya waktu pelaksanaan.
j. Kontraktor tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan atau
pekerjaan sebelum adanya persetujuan dari Direksi/Pengawas atau
rencana kerja ini. Kecuali dapat dibuktikan bahwa Direksi/Pengawas
RENCANA KERJA DAN SYARAT
3. Ijin Pelaksanaan
Ijin pelaksanaan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan
tersebut, Kontraktor diwajibkan untuk mengajukan ijin pelaksanaan secara
tertulis kepada Direksi/Pengawas dengan dilampiri gambar kerja yang sudah
disetujui.
Ijin pelaksanaan yang sudah disetujui sebagai pegangan Kontraktor untuk
melaksanakan pada bagian pekerjaan tersebut.
6. Kualitas Pekerjaan
Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaan yang terbaik untuk
jenis pekerjaan bersangkutan.
2. Penyerahan
a. 2 (dua) set dokumen terlaksana
b. Untuk peralatan/perlengkapan
• 2 (dua) set pedoman operasi (operation manual).0
• Suku cadang sesuai yang dipersyaratkan
RENCANA KERJA DAN SYARAT
F. KEAMANAN/PENJAGAAN
1. Untuk keamanan Kontraktor diwajibkan mengadakan penjagaan, bukan saja
terhadap pekerjaannya, tetapi juga bertanggung jawab atas keamanan,
kebersihan bangunan-bangunan, jalan-jalan, pagar, pohon-pohon dan
taman-taman yang telah ada.
2. Kontraktor berkewajiban menyelamatkan bangunan yang telah ada, apabila
bangunan yang telah ada terjadi kerusakan akibat pekerjaan ini, maka
Kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki/membetulkan sebagaimana
mestinya.
3. Kontraktor harus menyediakan penerangan yang cukup di lapangan
terutama pada waktu lembur, jika Kontraktor menggunakan aliran listrik dari
bangunan/komplek, diwajibkan bagi Kontraktor untuk memasang meter
sendiri untuk menetapkan sewa listrik yang dipakai.
4. Kontraktor harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran debu agar tidak
mengurangi kebersihan dan keindahan bangunan-bangunan yang telah ada.
5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk
pembangunan pekerjaan sementara sesuai dengan ketentuan kontrak harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan
terhadap ketentraman penduduk atau jalan-jalan yang harus digunakan jalan
perorangan atau umum milik Pemberi Tugas ataupun milik pihak lain.
Kontraktor harus membebaskan Pemberi Tugas dari segala tuntutan ganti
rugi sehubungan dengan hal tersebut diatas.
6. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan pada jalan
raya atau turap yang menghubungkan proyek sebagai akibat dari lalu lalang
RENCANA KERJA DAN SYARAT
SPESIFIKASI TEKNIS
A. PEKERJAAN PENDAHULUAN
RENCANA KERJA DAN SYARAT
2. Pembersihan Lapangan
a. Sebelum pekerjaan konstruksi dilakukan, kondisi jalan dibersihkan dari
kotoran yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
b. Bila dalam batas rencana jalan atau lainnya terdapat bangunan
instansi lain, Kontraktor tidak diperkenankan
membongkar/memindahkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi.
B. PEKERJAAN INTI
LAPIS RESAP PENGIKAT & LAPIS PEREKAT
I. BAHAN
1.) Bahan Lapis Resap Pengikat
a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari
berikut ini :
• Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat
(slow Setting) yang memenuhu SNI 03-4798-1998. Umumnya
hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang
baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal
emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi
(aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai
penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100. Direksi pekerjaan dapat
mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan
perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian emulsi dengan
RENCANA KERJA DAN SYARAT
3) Pelaksanaan Penyemprotan
a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis
RENCANA KERJA DAN SYARAT
BC) dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing –
masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. setiap jenis campuran
AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan
Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut masing – masing sebagai AC-WC
Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.
I. BAHAN
1. Agregat Kasar
a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan no. ¾” yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras,
awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam tabel dibawah.
b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan
seperti ditunjukkan pada tabel.
c) Angularitas agregat kasar di definisikan sebagai persen terhadap berat
agregat yang lebih besar dari agregat yang tertahan pada ayakan no.
3/4” dengan muka bidang pecah satu atau lebih.
d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
e) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampuran aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi
gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.
f)
RENCANA KERJA DAN SYARAT
2. Agregat Halus
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No. 4 (4,75 mm).
b) Fraksi agregat halus mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
c) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas
yang tidak melampaui 15 % terhadap berat total campuran.
d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya.apabila fraksi
agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(Primary Crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir,
maka fraksi agregat harus dipisahkan dengan scalping screen sebelum
masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) atau harus
diperoleh melalui proses pencucian secara mekanis.
e) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampuran aspal dengan menggunakan
pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sehingga
fgradasi gabungan dan presentase pasir di dalam campuran dapat
dikendalikan dengan baik.
f) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan
pada tabel berikut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
II. CAMPURAN
a) Komposisi Umum Campuran
Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif
dan aspal.
b) Kadar Aspal dalam Campuran
Persentase aspal yang actual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan
berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang
dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan
agregat yang digunakan.
c) Prosedur Rancangan Campuran
• Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal
dalam pekerjaan, penyedia jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua
usulan metoda kerja, agregat, aspal dan campuran yang memadai
dengan membuat dan menguji campuran percobaan di laboratorium
dan juga dengan penghamparan campuran percobaan yang dibuat di
instalasi pencampuran aspal.
• Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan, berat jenis dan
penyerapan air dan semua jenis pengujian lainnya sebagaimana yang
dipersyaratkan untuk semua agregat yang digunakan. Pengujian pada
campuran beraspal percobaan akan meliputi penentuan Berat Jenis
maksimum campuran beraspal (SNI 03-6893-2002), pengujian sifat –
sifat Marshall (SNI 06-2489-1990) dan Kepadatan Membal (Refusal
Density) campuran rancangan.
• Contoh agregat untuk rancangan campuran harus diambil dari pemasok
dingin (cold bin) dan dari penampung panas (hot bin). Rumusan
campuran kerja yang ditentukan dari campuran di laboratorium harus
dianggap berlaku sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan
pada instalasi pencampuran aspal dan percobaan penghamparan dan
pemadatan lapangan.
• Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan harus
dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini :
RENCANA KERJA DAN SYARAT
diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau lapis resap pengikat (Prime
coat) harus diterapkan sesuai dari spesifikasi ini.
2.) Acuan Tepi
Untuk menjamin sambungan memanjang vertical maka harus digunakan
besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana
dan dipaku pada perkerasan dibawahnya.
3.) Penghamparan dan Pembentukan
a) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar
harus dipanaskan.campuran beraspal harus dihampar dan diratakan
sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang
melintang yang disyaratkan.
b) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari
satu lajur.
c) Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
d) Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa
campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperature yang
disyaratkan.
e) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang
tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan atau bentuk
ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan
harus disetujui oleh direksi pekerjaan dan ditaati.
f) Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka
alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi
sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
g) Proses perbaikan lubang – lubang yang timbul karena terlalu kasar
atau bahan yang tersegregasi karena penaburan material yang halus
sedapat mungkin harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang
kasar tidak boleh dilebarkan diatas permukaan yang telah padat dan
bergradasi rapat.
h) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin
pada tepi – tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
i) Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya
satu lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan
RENCANA KERJA DAN SYARAT
4.) Pemadatan
a) Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan,
permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan
yang terjadi harus diperbaiki. Temperature campuran beraspal yang
terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan
harus dimulai dalam rentang viskositas aspal.
b) Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang
terpisah berikut ini :
• Pemadatan awal
• Pemadatan antara
• Pemadatan akhir
c) Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik
dengan alat pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan
dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik
perkerasan harus menerima minimum dua lintasan penggilasan awal.
RENCANA KERJA DAN SYARAT
akhir dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan
sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
5.) Sambungan
a) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang
berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis
satu tidak terletak segaris yang lainnya. Sambungan memanjang harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas berada di
pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
b) Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran
beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya
telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus atau dipanaskan
dengan menggunakan lidah api (dengan menggunakan alat burner).
Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertical sambungan
harus lapis perekat.