PEKERJAAN STRUKTUR
3.1.1. Lingkup
1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh
bagian Pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan.
1.2. Persyaratan Teknis Umum ini membentuk suatu kesatuan dengan Persyaratan
Teknis Khusus, dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis
bagi seluruh Bagian Pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih
dari dokumen-dokumen berikut ini :
Gambar-gambar Pelelangan/Pelaksanaan.
Persyaratan Teknis Umum/Khusus.
Perincian Volume Pekerjaan/Perincian Penawaran.
Dokumen-dokumen Pelelangan/Pelaksanaan yang lain.
1.3. Dalam hal dimana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada satu dokumen pun dari pasal 1.2 di atas maka bagian dari
Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.
3.1.2. Referensi
2.1. Atas seluruh Bagian Pekerjaan dalam Perjanjian Kerja ini, kecuali secara khusus
dipersyaratkan lain dalam satu atau lebih dokumen dari Dokumen
Pelelangan/Pelaksanaan, berlaku :
Undang-undang/Keputusan Presiden.
Peraturan/Surat Keputusan dari Departemen/Instansi yang berwenang.
Peraturan Daerah.
Standard/Norma/Pedoman
yang berlaku di Indonesia untuk Bagian Pekerjaan yang bersangkutan
2.2. Dalam hal dimana ada Bagian Pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam Persyaratan Teknis Umum/Khusus maupun salah satu dari ketentuan yang
disebutkan dalam Pasal 2.1 di atas, maka untuk Bagian Pekerjaan tersebut.
Pemborong harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut ini
guna disepakati oleh Pengawas untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :
Standar/Norma/Kode/Pedoman yang bisa diterapkan pada Bagian Pekerjaan
bersangkutan, yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Asosiasi Profesi/Asosiasi
Produsen/Lembaga Pengujian ataupun Badan-badan yang bersifat internasional
ataupun nasional dari negara lain, sejauh bahwa atas hal tersebut diperoleh
kesepakatan dari Pengawas.
Brosur Teknis dari Produsen yang didukung oleh Sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional.
7. Penyimpanan Bahan
Persetujuan atas sesuatu Bahan/Produk harus dimengerti sebagai perizinan
untuk memasukkan Bahan/Produk tersebut ke dalam Lapangan; dan
3.1.4. Pelaksanaan
1. Rencana Pelaksanaan
Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya SPK oleh kedua belah pihak,
Pemborong harus menyerahkan kepada Pengawas :
a) Program kerja yang terdiri dari :
- Jadwal Pelaksanaan yang terinci dalam bentuk Network Planning &
Barchat.
- Jadwal Pengadaan Bahan.
- Jadwal Ketenagaan.
- Jadwal Peralatan.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 51
b) Metoda pelaksanaan yang terinci.
c) Tabel Sub Paket & Milestone (kalau ada).
d) Tabel/Daftar Pay Item (kalau ada).
e) Kelengkapan administrasi lainnya yang akan ditentukan kemudian oleh
Pengawas.
Pengawas akan memeriksa Rencana Kerja Pemborong tersebut di atas dan
memberikan tanggapan atas itu dalam waktu paling lama 1 (satu) minggu.
Pemborong harus memasukkan kembali perbaikan atas Rencana Kerja kalau
Pengawas meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atas Rencana Kerja
tadi; paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu Pelaksanaan.
5. Kwalitas
Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis
pekerjaan bersangkutan.
Hanya tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis pekerjaan diizinkan untuk
melaksanakan pekerjaan bersangkutan.
Kwalitas pengerjaan ataupun kwalitas hasil pekerjaan yang kurang memenuhi
syarat akan ditolak atau harus diperbaiki. Tenaga kerja yang kurang memenuhi
syarat akan ditolak dan dilarang meneruskan kegiatannya.
Hasil dari Pengujian Ulang harus dianggap final, kecuali bilamana kedua
belah pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.
Dokumen-dokumen resmi (seperti surat izin pembayaran, surat fiskal pajak dll).
Segala macam surat jaminan berupa guarantee/waaranty sesuai yang
dipersyaratkan.
Surat Pernyataan Pelunasan sesuai petunjuk Pengawas.
a) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “Pekerjaan tanah” seperti tertera
pada gambar rencana dan spesifikasi ini, termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-
hal sebagai berikut :
a) Pembersihan lahan.
b) Pengurugan dan pemadatan.
c) Pembuatan Bouwplank.
3.2.3. PELAKSANAAN
1. Pembersihan persiapan daerah yang akan dikerjaakan
b) Semua daerah urugan, harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun
terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa
tumbuhan atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan pelapukan dikemudian
hari.
2. Pekerjaan Galian
1. Lingkup Pekerjaan
a) Kayu dan baja untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan
perkuatan dan pengangkuran-pengangkuran yang diperlukan.
b) Penyediaan bukaan/sparing dan sleeve untuk pekerjaan-pekerjaan
Mekanikal dan Elektrikal.
c) Penyediaan Waterstops.
d) Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.
3. Standard.
a. Standard Indonesia :
1. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) - 1982, NI -
3.
2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) - 1961, NI - 5.
4. Shop Drawing.
3.4.2. BAHAN
3.4.3. PELAKSANAAN
1. Pemasangan Bekisting.
3. Kontrol Kualitas.
a. Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk
beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatanya guna memastikan
bahwa pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekistings, wedged, ties,
dan bagian-bagian lainnya aman.
b. Informasikan pada Konsultan Pengawas jika bekisting telah dilaksanakan,
dan telah dibersihkan, guna pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan
persetujuan Konsultan Pengawas terhadap bekisting yang telah
dilaksanakan sebelum dilaksanakan pengecoran beton.
c. Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2
kali tidak diperkenankan.
Penambalan pada bekisting, juga tidak diperkenankan, kecuali pada bukaan-
bukaan sementara yang diperlukan.
d. Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Konsultan Pengawas.
4. Pembersihan
a. Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang
tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian
dalam bekisting. Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna
membuang benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan
puing-puing tersebut telah mengalir keluar melalui lubang pembersih
yang disediakan.
b. Buka bekisting secara kontinu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau ketidak seimbangan
beban yang terjadi pada struktur.
c. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-
peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.
d. Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka
harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terhadap
permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.
e. Dimana diperlukan berikan perkuatan-perkuatan pada komponen-
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pembesian.
Tulangan besi, lengkap dengan kawat pengikatnya.
Beton decking(support chairs), bolster, speacer for reinforcing.
b. Pengecoran Beton.
Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding pondasi dan
slabs pendukung.
Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.
Finishing permukaan beton pada dinding, pelat, balok dan kolom.
3. Standard.
a. Standard Indonesia.
PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI - 3)
SK.SNI T-15-1991-03 : Standar Beton 1991.
Peraturan Portland Cement Indonesia 1973, NI - 8.
PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.
b. ASTM, USA.
C 33 - Concrete Aggregates.
C 150 - Portland Cement.
c. ACI : American Concrete Institute, USA.
211 - Recommended Practice for selecting proportions for Normal and
Heavy Weight Concrete.
212 - Guide for use of Admixtures in Concrete.
214 - Recommended Practicefor Evaluation of Compression Test Results
of Field Concrete.
3.5.2. BAHAN/PRODUK
1. Portland Cement.
a. Portland cement jenis II, menurut NI - 8 atau type I, menurut ASTM dan
memenuhi S.400, menurut Standard Portland Cement yang ditentukan
Asosiasi Semen Indonesia.
b. Untuk pemukaan beton expose, harus dipakai 1 merk semen saja.
c. Kekuatan tes kubus semen minimal 350 kg per cm persegi.
2. Aggregates.
a. Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat SK.SNI-1991.
Aggregates kasar harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous).
Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 5 % berat kering.
b. Dimensi maksimum dari aggregates kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan
tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.
c. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
3. Air:
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
dapat mengurangi mutu pekerjaan.
b. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 p.p.m. dan komposisi sulfat
(SO3) tidak boleh melebihi 1000 p.p.m. Apabila dipandang perlu,
Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang
dipakai diperiksa di laboratorium pemerik-saan bahan yang resmi dan
sah atas biaya Kontraktor.
4. Baja Tulangan :
Baja tulangan yang digunakan adalah batang-batang baja lunak dengan tegangan
leleh 240 Mpa dan tegangan maksimum 360 Mpa untuk mutu baja U 24, bagi baja
dia < 12 mm, tegangan leleh 400 Mpa dan tegangan maksimum 400 Mpa untuk
mutu baja U 40 bagi baja ulir dia. > 12 mm Kontraktor harus membuktikan
kepada Pengawas bahwa segala penulangan memenuhi spesifikasi dan
memperlihatkan surat-surat keterangan dari lab. Pengujian Mutu Baja yang
disetujui oleh Pengawas. Bila syarat spesifikasi ini tidak terpenuhi, maka
kontraktor harus membayar untuk pengujian-pengujian, baja tulangan yang tidak
memenuhi syarat harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.
Kontraktor hanya diperkenankan mengganti dengan diameter lain apabila luas
penampang tulangan karena penggantian ini tidak menjadi berkurang,
Penyimpanan
a. Penyimpanan baja tulangan harus sedemikian rupa sehingga tidak
berhubungan dengan tanah lembab.
b. Penyimpangan harus sedemikian rupa sehingga dengan mudah dilihat
ukurannya dengan jalan mengkelompokkan sesuai dengan ukurannya.
Pemasangan Tulangan
Pemasangan tulangan harus sesuai dengan gambar.
Pemasangan harus sesuai sedemikian rupa sehingga didapat jaminan
bahwa kedudukan tulangan tidak berubah pada saat beton dicor.
5. Admixture :
a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat
tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture.
3.5.3. PELAKSANAAN
1. Kualitas Beton.
a. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus membuat trial
mix design dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang
menghasilkan kuat tekan target beton seperti yang disyaratkan.
b. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah untuk pile
cap dan tie beam fc’ = 25 Mpa, balok dan kolom, ground watertank fc’ = 25
Mpa (tegangan tekan hancur karakteristik untuk cilinder beton ukuran 15 x 30
cm pada usia 28 hari). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam standar beton 1991. Mutu beton
fc’ = 15 MPa digunakan pada umumnya untuk kolom-kolom praktis dan
bagian-bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan lain.
c. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain
tempat atau dengan mengadakan trial-mixes dilaboratorium yang ditunjuk
oleh Konsultan Pengawas.
d. Test selama pekerjaan :
Buat 3 silinder 15 cm x 30 cm dari setiap 75 m3 atau sebagian dari pada
itu, atau dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan, dari
setiap mutu beton yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran
yang di cor. Buat dan simpan silinder-silinder menurut ASTM C 31. Test
satu silinder pada hari ke 7 dan satu kubus pada hari ke 28 menurut
ASTM C 39. Simpan satu silinder sebagai cadangan untuk test pada hari
ke 56 jika test pada hari ke 28 gagal. Jika test silinder pada hari ke 28
berhasil, test silinder cadangan untuk menghasilkan kekuatan rata-rata
dari kedua silinder pada hari 28. Sediakan fasilitas pada lokasi proyek
untuk menyimpan contoh-contoh yang diperlukan oleh badan penguji.
Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas dan laporan
tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan
laboratorium harus dengan pertsetujuan Konsultan Pengawas.
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 5 cm dan
maksimum 13 cm. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
Contoh : beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan
beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas
kayu rata atau palat baja. Cetakan di isi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16
mm panjang 60 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusakan harus masuk dalam satu
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 67
lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka dibiarkan 1/2
menit lalu cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya
(nilai slumpnya). Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton
harus dibuat pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:
e. Jumlah semen minimum 325 kg per m3 beton. Khusus pada atap, luifel, pada
daerah kamar-mandi dan WC, daerah talang beton, jumlah minimum tersebut
dinaikan menjadi 360 kg/m3 beton. Untuk beton atap, WC faktor maksimum
0,50 dengan catatan tidak boleh lebih rendah daripada mutu beton
karakteristik yang disyaratkan.
f. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
g. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan silinder percobaan
untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh
kurang dari 65 % kekuatan yang diminta pada 28 hari, tanpa additives. Jika
hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang
diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara
seperti yang ditetapkan dalam SB. SNI-1991 dengan tidak menambah beban
biaya bagi Pemberi Tugas.
h. Pengadukan dan Alat-aduk
Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memiliki
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran
masing-masing bahan beton. Seluruh peralatan, perlengkapan dan tata
cara pengadukan harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas
Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas Seluruh operasi harus
dikontrol/diawasi secara kontinyu oleh Konsultan Pengawas
Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch mixer atau
portable continous mixer). Sebelum digunakan, mesin aduk ini harus
benar-benar kosong, dan harus dicuci terlebih dahulu bila tidak digunakan
lebih dari 30 menit.
Selain ketentuan tersebut di dalam butir 5.c. di atas, maka pengadukan
beton di lapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini :
Harus dilakukan di dalam suatu mesin-aduk dari tipe yang telah disetujui
Konsultan Pengawas
Mesin-aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat mesin-aduk tersebut.
Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1,5 menit setelah semua material
dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan/ditunjukkan
bahwa dengan waktu pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini
masih dapat dihasilkan beton yang memenuhi syarat..
Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus
d. Toleransi Besi.
10 mm sampai 16 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 16 mm) +/- 5 % +/- 0.4 mm
10 mm sampai 28 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 28 mm) +/- 4 % +/- 0.5 mm
a. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton
bertulang.
b. Diperhatikan juga tempat kelos-kelos untuk kusen atau instalasi.
9. Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun.
Pembersihan harus dilakukan secara baik dan teratur.
3.6.3. PELAKSANAAN
1. Mutu Beton :
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah fc’ = 15 Mpa
(K 175) dan untu rabat non struktural adalah fc’= 10 Mpa dan harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam SK.SNI-1991.
2. Pembesian :
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus
sesuai SK.SNII-1991.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton, harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan
atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan
ketentuan dalam SK.SNI-1991.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Perencana/Konsultan Pengawas.
3. Cara Pengadukan :
4. Pengecoran Beton :
5. Pekerjaan Acuan/Bekisting :
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya
selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya,
sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa
merusak permukaan beton.
d. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split,
pasir dan Semen Portland) kepada Perencana/Konsultan Pengawas, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap
terjamin sesuai persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat2 yang
ditentukan dalam SK.SNI-1991.
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan meliputi penyediaan semua tenaga kerja, peralatan, bahan,
pengangkutan dan pelayanan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan ini.
b. Pekerjaan pondasi beton ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
3. Standard
a. Standard Indonesia
PUBI : Peraturan Umum Bangunan Indonesia 1982 (NI-3) SK.SNI-1991.
Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8)
PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.
b. ASTM, USA
4. Shop Drawing
Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan pondasi beton bertulang
yang berbeda; yang memperhatikan
- dimensi
- metoda konstruksi
- bahan.
3.7.2. BAHAN/PRODUK
1. Beton yang digunakan : mutu fc’ = 22.5 MPa, atau seperti yang tertera pada
gambar.
2. Baja tulangan yang digunakan : mutu TP30 dia. =< 12 mm atau dan TD40 dia. >
13 mm seperti ditentukan pada gambar rencana, kecuali ditentukan lain.
3. Tanah urugan harus dipadatkan sampai mencapai 80 % dari kepadatan
maksimum menurut standard AASHTO T.180-74 atau ASTM D 1557-70.
4. Air untuk campuran beton harus bebas dari unsur-unsur asing, minyak-minyak,
asam, zat nabati/organis yang dapat merugikan dan mempengaruhi pengikatan
awal atau kekuatan beton. Pada umumnya air yang memenuhi persyaratan
untuk air minum dapat dipakai.
5. Semen yang dipergunakan dari satu merk saja. Kekuatan tes kubus semen
minimal 350 kg per cm persegi.
6. Agregat : halus dan kasar untuk beton harus bersih, keras, kuat, awet dan
bebas dari lumpur atau lempung dan unsur-unsur asing lainnya.
7. Zat Tambah ('admixture') tidak boleh digunakan tanpa adanya persetujuan
tertulis dari Perencana.
8. Bahan bekisting : kayu, logam,Multiplex atau lainnya yang disetujui yang mana
tidak memberikan hasil yang kurang baik pada permukaan beton.
3.7.3. PELAKSANAAN
3.8.1. UMUM
Yang termasuk dalam pekerjaan pondasi ini adalah :
a. Pemesanan pondasi dari fabrikan sesuai dengan gambar kerja, mobilisasi sampai ke
lokasi pekerjaan.
b. Pemancangan pondasi dengan alat pancang yang telah mendapatkan rekomendasi
dari Konsultan Pengawas atau sudah mndapatkan persetujuan dari Owner.
c. Pemotongan kepala tiang pancang sebagai sambungan dengan konstruksi diatasnya.
d. Pondasi poer dimensi dan penulangannya disesuaikan dengan gambar.
e. Balok Sloof sebagai balok ikat antar poer pondasi
3.8.3. PELAKSANAAN
1. Pemancangan
a. Tenaga ahli Konsultan Pengawas, Penyedia barang dan jasa harus mengajukan
daftar nama tenaga ahli yang akan ditempatkan di lapangan. Tenaga ahli tersebut
harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas dan
tenaga ahli tersebut harus kontinyu berada di lapangan untuk Pengawasan.
b. Methode pemancangan yang di gunakan adalah hydraulic jaked piling system
c. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pengukuran untuk menetapkan lokasi
dan elevasi pemancangan sesui dengan gambar kerja, hasil pengukuran harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya.
d. Pergeseran As pondasi yang direncanakan maksimum 5 cm ke segala arah, atau
deviasi maksimum 5 cm.
e. pemancangan harus dikerjakan secara terus menerus sampai mencapai elevasi
yang dipersyaratkan dan harus mendapat persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh Konsultan Pengawas.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pengukuran untuk menentukan lokasi
dan elevasi pemancangan sesuai dengan gambar kerja, hasil pengukuran ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pemancangan secara terus menerus
sampai kedalaman yang dipersyaratkan oleh Perencana yang sesuai dengan hasil
penyelidikan tanah. Penghentian pemancangan harus mendapat persetujuan
tertulis dan ditandatangi oleh Konsultan Pengawas.
c. Dasar pondasi tiang pancang yang direncanakan harus masuk kedalaman tanah
keras, atau jika ada ketentuan lain yang telah disyaratkan dan telah mendapatkan
persetujuan dari owner maupun Konsultan Pengawas.
d. Pembobokan kepala tiang sampai besi dari tiang terlihat untuk stek sambungan
dengan struktur diatasnya.
5. Baja Tulangan
a. Mutu baja yang digunakan adalah BJTD 40 untuk diameter > 13 mm dan BJTP 24
untuk diameter < 13mm.
b. Untuk setiap pengiriman tiang pancang dan baja dilakukan pengujian diameter
dan mutu dengan hasil yang ditandatangani oleh Konsultan Pengawas sebagai
dasar penerimaan material.
c. Pemasangan dan pengikatan dari baja dilakukan pada keadaan normal.
d. Pemotongan dan pengikatan sesuai dengan kondisi yang ada pada gambar.
e. Penyedia barang dan jasa harus membuat detail shop drawing dengan skala
untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas dalam pelaksanaannya.
f. Semua baja pada pekerjaan beton ini permukaannya harus bersih dari larutan-
larutan, bahan-bahan atau material yang dapat memberikan akibat
pengurangan ikatan antara beton dan baja.
g. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama dan sebelum
pengecoran tulangan baja tidak berubah tempat.
h. Penahan-penahan jarak pembentuk balok-balok persegi atau gelang-gelang
untuk menjaga ketebalan tebal penutup (selimut) beton harus dipasang
sebanyak minimum 4 buah tiap m2 cetakan atau lantai kerja.
i. Jumlah luas, jenis/tipe maupun mutu dari baja tulangan harus sesuai dengan
gambar rencana.
6. Penyelesaian.
a. Penyedia barang dan jasa harus membersihkan kembali daerah yang telah
selesai dikerjakan terhadap segala kotoran, sampah bekas adukan, bobokan,
tulangan dan lain-lain.
3.9.1. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan meliputi penyediaan semua tenaga kerja, peralatan, bahan,
pengangkutan dan pelayanan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
ini.
b. Pekerjaan pondasi beton ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
3. Standard
a. Standard Indonesia
PUBI : Peraturan Umum Bangunan Indonesia 1982 (NI-3) SK.SNI-1991.
Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8)
PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.
b. ASTM, USA
C 33 - Concrete Aggregates.
C 150 - Portland Cement.
c. ACI, USA
211 - Recommended Practice for selecting proportions for Normal and
Heavy Weight Concrete.
212 - Guide for use of Admixtures in Concrete.
4. Shop Drawing
Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan pondasi beton bertulang yang
berbeda; yang memperhatikan
- dimensi
3.9.2. BAHAN/PRODUK
1. Beton yang digunakan : mutu fc’ = 22.5 MPa, atau seperti yang tertera pada
gambar.
2. Baja tulangan yang digunakan : mutu TP30 dia. =< 12 mm atau dan TD40 dia. >
13 mm seperti ditentukan pada gambar rencana, kecuali ditentukan lain.
3. Tanah urugan harus dipadatkan sampai mencapai 80 % dari kepadatan
maksimum menurut standard AASHTO T.180-74 atau ASTM D 1557-70.
4. Air untuk campuran beton harus bebas dari unsur-unsur asing, minyak-minyak,
asam, zat nabati/organis yang dapat merugikan dan mempengaruhi pengikatan
awal atau kekuatan beton. Pada umumnya air yang memenuhi persyaratan
untuk air minum dapat dipakai.
3.9.3. PELAKSANAAN
3. Standard
a. PUBI : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI-3)
b. Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8).
c. PBN - Peraturan Bangunan Nasional 1978
d. ASTM : C 150 - Portland Cement.
e. Standar Beton 1991.
4. Contoh bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-
contoh material : batu kali, pasir untuk mendapat persetujuan dari
a. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih.
b. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan
ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.
c. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman
dan penyimpanan.
3.10.2. BAHAN/PRODUK
1. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk
dagang atau atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk
digunakan.
2. Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
3. Batu Kali
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam SK. SNI 1991.
Ukuran batu kali max. 20 cm.
4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan.
Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
3.10.3. PELAKSANAAN
1. Batu kali yang digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras, tidak porous.
2. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu
pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
pondasi.
3. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimum 10
cm, disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya mencapai
80% conpacted.
4. Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 5 Pasir pasang.
Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air campuran 1 PC : 2 Pasir
setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan atas pondasi ke bawah.
Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga
tidak ada bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat.
5. Untuk sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm tiap
1 m' dengan diameter besi minimum 10 mm.
1. Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkandalam melaksanakan pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
b) Pekerjaan Atap Kayu ini meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan
dalam gambar.
c) Bagian pekerjaan adalah pekerjaan kuda – kuda kayu, gording, kasau, reng dan
rangka atap.
Bahan konstruksi rangka penutup atap dan penutup atapnya sendiri ditahan oleh
rangka atap (kuda-kuda). Konstruksi rangka penutup atap terdiri dari balok tembok
(blandar), gording, nok (bubungan), listplank, papas riter, usuk (kasau), dan reng.
Semua komponen konstruksi rangka penutup atap ini selanjutnya yang bekerja secara
bersama-sama penahan beban penutup atap yang merupakan bagian teratas dari
konstruksi bangunan. Penutup atap Ijuk atau sirap.
Bubungan, gording dan blandar terdapat pada pembuatan tap yang berbentuk atap
lasenar, pelana, perisai, dan atap gergaji. Namun bubungan tidak terdapat pada jenis
atap kemah. Pada atap kemah atau tenda hanya akan terdapat blandar, gording, dan
jurai. Untuk ukuran atap yang besar, balndar, gording, dan bubungan perlu dilakukan
penyambungan agar panjangnya mencukupi. Tempat penyambungannya yaitu terletak
pada titik momennya sama dengan 0 (nol).
2. Contoh Bahan
a. Untuk bahan rangka kuda – kuda termasuk gording menggunakan kayu kelas II
yang berbahan kayu belian/kayu kelas kuat.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk pemeriksaan/penerimaan material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
material yang telah disetujui di bengkel Pengawas.
a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
bercacat.
b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih.
c. Tempat penyimpanan bahan harus cukup dan bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai jenisnya.
d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan.
Bila ada kerusakan Kontraktor wajib mengganti atas beban Kontraktor.
a. Gambar kerja.
Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar
kerja yang menunjukkan detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang
serta ukuran, jumlah, serta detail-detail lain yang lazimnya diperlukan untuk
fabrikasi.
b. Ukuran-ukuran.
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap
semua ukuran yang tercantum pada gambar kerja.
c. Kelurusan.
Toleransi dari keseluruhan tidak lebih dari L/1000 untuk semua komponen.
d. Pemeriksaan dan lain-lain.
Seluruh pekerjaan harus merupakan pekerjaan yang berkualitas tinggi, seluruh
pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa sehingga
semua komponen dapat dipasang dengan tepat di lapangan. pengawas
3.11.2. PELAKSANAAN
1. Langkah Kerja
a) Semua kayu kuda – kuda, gording diawetkan dengan residu, pengecatan dengan
residu sebanyak 2x.
b) Sambungan kayu harus rapi, presisi dengan memperhatikan peraturan
SNI.7973.
c) Konstruksi sambungan kuda-kuda harus di lengkapi baut dan besi strip 4 x 0,4
cm
d) Siapkan semuan bahan dan peralatan yang akan digunakan.
e) Rangkailah konstruksi kuda-kuda penuh dengan sebaik- baiknya, semua
sambungan diperkuat dengan nagel.
f) Sambunglah kuda-kuda kayu tersebut dengan tiang kayu yang diperkuat dengan
nagel pula.
g) Dirikan rangkaian kuda-kuda kayu dengan tiang kayu tersebut di atas pondasi
yang telah dibuat sebelumnya. Setel setegak mungkin dengan cara dikontrol
memakai unting-unting dan perkuatlah kedudukan posisinya memakai skor-skor
kayu atati bambu.
h) Setel dua buah setengah kuda-kuda lainnya, perkuat semua
sambungannya memakai nagel.
i) Pasanglah masing-masing setengah kuda-kuda tiang kayu yang diperkuat
dengan nagel pula.
j) Dirikan kedua setengah kuda-kuda tersebut menempel pada kuda-kuda penuh.
Perkuat pertemuan setengah kuda-kuda dengan kuda-kuda penuh memakai
baut berdiameter 12 mm.
k) Kontrol ketegak lurusan tiang memakai unting unting dan perkokoh
kedudukan semua tiang kayu dengan cara dipasang, skor-skor
penyokong mcmakai bambu atau kayu.
l) Pasanglah empat tiang penahan jurai yang diperkokoh dengan balok induk
lantai dan balok kerangka dindig kayu bagian atas.
m) Pasanglah ke empat jurai dan perkuat sambungannya dengan memakai paku.
n) Pasanglah semua gording yang ujung-ujungnya diperkuat dengan cara dipaku.
o) Pasanglah papan riter di atas semua gording selurus mungkin dengan cara
dibantu dengan tarikan benang.
p) Pasanglah semua usuk dengan jarak 40 cm antara satu dan lainnya. Perkuatan
pertemuan usuk dengan gording dan jurai dilakukan dengan cara dipaku.
q) Pasanglah reng dengan jarak sesuai dengan panjang genting yang akan
dipasang. Perkuat kedudukannya dengan cara dipaku pada usuk-usuk yang
berada di bawahnya. Reng paling bawah posisinya dibuat miring yang berbeda
dengan yang di atasnya.
r) Ukurlah panjang tritisan yaitu 0,80 cm: dan potonglah semua gording dan usuk
yang berada di luar jarak tersebut. Bantulah kelurusannya dengan menarik
benang.
5. Pengecatan
Semua bahan konstruksi kayu harus di cat anti rayap.