Anda di halaman 1dari 44

BAB III

PEKERJAAN STRUKTUR

3.1. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

3.1.1. Lingkup
1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh
bagian Pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan.
1.2. Persyaratan Teknis Umum ini membentuk suatu kesatuan dengan Persyaratan
Teknis Khusus, dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis
bagi seluruh Bagian Pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih
dari dokumen-dokumen berikut ini :
 Gambar-gambar Pelelangan/Pelaksanaan.
 Persyaratan Teknis Umum/Khusus.
 Perincian Volume Pekerjaan/Perincian Penawaran.
 Dokumen-dokumen Pelelangan/Pelaksanaan yang lain.
1.3. Dalam hal dimana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada satu dokumen pun dari pasal 1.2 di atas maka bagian dari
Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.
3.1.2. Referensi
2.1. Atas seluruh Bagian Pekerjaan dalam Perjanjian Kerja ini, kecuali secara khusus
dipersyaratkan lain dalam satu atau lebih dokumen dari Dokumen
Pelelangan/Pelaksanaan, berlaku :
 Undang-undang/Keputusan Presiden.
 Peraturan/Surat Keputusan dari Departemen/Instansi yang berwenang.
 Peraturan Daerah.
 Standard/Norma/Pedoman
yang berlaku di Indonesia untuk Bagian Pekerjaan yang bersangkutan
2.2. Dalam hal dimana ada Bagian Pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam Persyaratan Teknis Umum/Khusus maupun salah satu dari ketentuan yang
disebutkan dalam Pasal 2.1 di atas, maka untuk Bagian Pekerjaan tersebut.
Pemborong harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut ini
guna disepakati oleh Pengawas untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :
 Standar/Norma/Kode/Pedoman yang bisa diterapkan pada Bagian Pekerjaan
bersangkutan, yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Asosiasi Profesi/Asosiasi
Produsen/Lembaga Pengujian ataupun Badan-badan yang bersifat internasional
ataupun nasional dari negara lain, sejauh bahwa atas hal tersebut diperoleh
kesepakatan dari Pengawas.
 Brosur Teknis dari Produsen yang didukung oleh Sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 47


3.1.3. B a h a n
1. Baru / Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua Bahan yang dipergunakan
dalam/untuk Pekerjaan ini harus merupakan Bahan yang baru, penggunaan Bahan
bekas hanya bisa diperkenankan dengan izin tertulis dari Pengawas atas persetujuan
Pemberi Tugas.
2. Tanda Pengenal
Dalam hal dimana Pabrik/Produsen Bahan mengeluarkan Tanda Pengenal untuk
Produk/Bahan yang dihasilkannya, ataupun sebagai pengenal kwalitas/kelas/
kapasitas; maka semua Bahan dari Pabrik/Produsen bersangkutan yang
dipergunakan dalam Pekerjaan ini harus mengandung Tanda Pengenal tersebut.
Kecuali ditetapkan lain oleh Pengawas, Bahan sejenis dengan fungsi yang berbeda
harus diberi Tanda Pengenal untuk membedakan satu Bahan dari Bahan yang lain.
Tanda Pengenal ini bisa berupa warna atau tanda-tanda lain yang mana harus sesuai
dengan Referensi pada Pasal 2 Persyaratan Teknis Umum ini kalau ada diatur disana;
atau dalam hal dimana tidak/belum ada pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini
harus dilaksanakan sesuai petunjuk dari Pengawas.
3. Merk Dagang dan Kesetarafan
 Penyebutan sesuatu Merk Dagang bagi suatu Bahan/Produk di dalam
Persyaratan Teknis, secara umum harus dimengerti sebagai persyaratan
kesetarafan kwalitas penampilan (performance) dari Bahan/Produk tersebut,
yang mana dinyatakan dengan kata-kata : "atau yang setaraf".
 Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan Bahan/Produk lain
yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setaraf dengan
Bahan/Produk yang memakai Merk Dagang yang disebutkan, dapat diterima
sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh Persetujuan tertulis dari
Pengawas atas kesetarafan tersebut.
 Penggunaan Bahan/Produk yang disetujui sebagai "setaraf" tidak dianggap
sebagai Perubahan Pekerjaan, dan karenanya perbedaan Harga dengan
Bahan/Produk yang disebutkan Merk Dagangnya akan diabaikan.
4. Penggantian (Substitusi)
 Atas Persetujuan Pengawas dan Perencana, Pemborong/supplier bisa
mengajukan usulan untuk penggantian sesuatu Bahan/Produk dengan sesuatu
Bahan/Produk lain dengan penampilan yang berbeda dengan yang
dipersyaratkan, tetapi dengan taraf yang bersamaan.
 Dalam persetujuan atas sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga yang
ada dengan Bahan/Produk yang dipersyaratkan, akan diperhitungkan sebagai
Perubahan Pekerjaan, dengan ketentuan sebagai berikut :
 Kecuali dapat dibuktikan bahwa Pemborong tidak bersalah/lalai, maka dalam
hal dimana Penggantian disebabkan karena kegagalan Pemborong/supplier
untuk mendapatkan Bahan/Produk seperti yang dipersyaratkan, maka
Perubahan Pekerjaan yang bersifat Kerja Tambah dianggap tidak ada.
 Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Pengawas, Perencana
dan Pemberi Tugas sebagai masukan (input) baru yang menyangkut nilai-

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 48


nilai tambah, maka Perubahan Pekerjaan berupa Kerja Tambah dapat
diperkenankan.
5. Persetujuan Bahan
 Untuk menghindarkan penolakan Bahan di lapangan, dianjurkan dengan sangat
agar sebelum sesuatu Bahan/Produk akan dibeli/dipesan/diprodusir, terlebih
dahulu dimintakan Persetujuan dari Pengawas atas kesesuaian dari
Bahan/Produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan
dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada Contoh/Brosur dari Bahan/Produk
yang bersangkutan untuk diserahkan pada Pengawas di lapangan.
 Penolakan Bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas sepenuhnya
merupakan tanggung jawab Pemborong/Supplier atas mana tidak dapat
diberikan pertimbangan keringanan apapun.
 Adanya Persetujuan tertulis dengan disertai contoh Brosur seperti tersebut di
atas tidak melepaskan tanggung jawab Pemborong/Supplier dari kewajibannya
dalam Perjanjian Kerja ini untuk mengadakan Bahan/Produk yang sesuai dengan
persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan diterima/disetujuinya
seluruh Bahan/Produk tersebut di lapangan, sejauh tidak dapat dibuktikan
bahwa seluruh Bahan/Produk tersebut adalah sesuai dengan Contoh/Brosur
yang telah disetujui.
6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas Bahan/Produk, kepada Pengawas harus
diserahkan Contoh dari Bahan/Produk tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut :
 Jumlah Contoh :
 Untuk Bahan/Produk, atas mana tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat
Pengujian, kepada Pengawas harus diserahkan sejumlah Bahan/Produk
sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Produsen Pengujian,
untuk dijadikan Benda Uji guna diserahkan pada Badan/Lembaga Penguji
yang ditunjuk oleh Pengawas.

 Untuk Bahan/Produk, atas mana dapat ditunjukkan Sertifikat Pengujian yang


dapat disetujui/diterima oleh Pengawas, kepada Pengawas harus diserahkan
2 (dua) buah contoh, yang masing-masing disertai dengan salinan Sertifikat
Pengujian yang bersangkutan.

 Contoh yang disetujui :


 Dari contoh yang diserahkan kepada Pengawas, atas contoh yang telah
memperoleh persetujuan, oleh Pengawas harus dibuat suatu keterangan
tertulis mengenai persetujuannya; dan disamping itu oleh Pengawas harus
dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 2 (dua) buah contoh, yang
semuanya akan dipegang oleh Pengawas.
Bila dikehendaki, Pemborong/Supplier dapat memintakan sejumlah set
tambahan dari Contoh berikut Tanda Pengenal Persetujuan dan surat
keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasinya sendiri.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 49


Dalam hal yang demikian, jumlah Contoh yang harus diserahkan kepada
Pengawas harus ditambah seperlunya sesuai dengan kebutuhan tambahan
tersebut.
 Pada waktu Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan Contoh yang disetujui
tersebut untuk pemeriksaan Bahan/Produk bagi Pekerjaan, Pemborong
berhak meminta kembali Contoh tersebut untuk dipasangkan pada
Pekerjaan.

 Waktu persetujuan Contoh :


 Adalah tanggung jawab dari Pemborong/supplier untuk mengajukan Contoh
pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atas Contoh
tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada Jadwal Pengadaan
Bahan.
 Untuk Bahan/Produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan
kesetarafan pada sesuatu Merk Dagang tertentu, keputusan atas contoh
akan diberikan oleh Pengawas dalam waktu tidak lebih dari 5 (lima) hari
kerja.
Dalam hal dimana Persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan
tambahan di luar Persyaratan Teknis (seperti penentuan model, warna, dll.),
maka keseluruhan keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 10
(sepuluh satu) hari kerja.
 Untuk Bahan/Produk yang bersifat Pengganti (substitusi), keputusan
Persetujuan akan diberikan oleh Pengawas dalam jangka waktu 12
(duabelas) hari sejak diterimanya dengan lengkap seluruh bahan-bahan
pertimbangan.
 Untuk Bahan/Produk yang bersifat Peralatan/Perlengkapan ataupun Produk
lain yang karena sifat/jumlah/harga pengadaannya tidak memungkinkan
untuk diberikan Contoh dalam bentuk Bahan/Produk jadi; permintaan
Persetujuan bisa diajukan berdasarkan Brosur dari Produk tersebut, yang
mana harus dilengkapi dengan :

 Spesifikasi Teknis lengkap yang dikeluarkan oleh Pabrik/Produsen.


 Surat-surat seperlunya dari Agen/Importir, sesuai petunjuk Pengawas,
seperti a.l :
- Surat Keagenan, Surat Jaminan Suku Cadang dan Jasa Purna
Penjualan (After Sales Service) dll.
- Katalog untuk Warna, Pekerjaan Penyelesaian (Finishing) dll.
- Sertifikat-sertifikat Pengujian/Penetapan Kelas dll, dan dokumen-
dokumen lain sesuai petunjuk Pengawas.

 Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan di atas, keputusan atas


Contoh dari Bahan/Produk yang diajukan belum diperoleh tanpa
pemberitahuan tertulis apapun dari Pengawas maka dengan sendirinya
dianggap bahwa Contoh yang diajukan telah disetujui oleh Pengawas.

7. Penyimpanan Bahan
 Persetujuan atas sesuatu Bahan/Produk harus dimengerti sebagai perizinan
untuk memasukkan Bahan/Produk tersebut ke dalam Lapangan; dan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 50


penggunaan Bahan/Produk tersebut dalam Pekerjaan sejauh bahwa
keadaannya tidak berubah dari kondisi waktu Persetujuan diberikan.
 Bahan/Produk yang telah dimasukkan ke Lapangan harus segera disimpan :
 di tempat,
 dengan cara/peralatan,
 dalam susunan/tumpukan dan dengan pengkondisian lingkungan,
 dengan pengamanan,
 dan dengan accesibilitas yang baik, sesuai dengan ketetapan untuk masing-
masing Bahan/Produk dalam Persyaratan ini tidak jelas, sesuai dengan
petunjuk Pengawas.
 Pemborong yang akan memakai Bahan/Produk, bertanggung jawab bahwa
selama dalam penyimpangan, Bahan/Produk tersebut tetap berada dalam
kondisi layak untuk dipakai dalam pekerjaan, Pengawas berhak untuk
memerintahkan agar :
 Bahan/Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak
untuk dipakai; atau
 Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin, supaya Bahan/Produk
tersebut segera dikeluarkan dari Lapangan untuk diganti dengan yang
memenuhi Persyaratan.

 Untuk Bahan/Produk yang mempunyai Umur Pemakaian yang tertentu,


penyimpanannya harus dikelompokkan menurut Umur Pemakaian tersebut,
yang mana harus dinyatakan dengan Tanda Pengenal dengan ketentuan sbb :
 Terbuat dari kaleng atau kertas yang tidak akan rusak selama penggunaan
ini.
 Berukuran minimal 40 cm x 60 cm.
 Huruf berukuran minimum setinggi 10 cm, dengan warna merah.
 Diletakkan di tempat yang mudah terlihat.
Penyusunan Bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa,
sehingga Bahan yang terlebih dulu masuk akan pula terlebih dulu dikeluarkan
untuk dipakai dalam Pekerjaan.

3.1.4. Pelaksanaan
1. Rencana Pelaksanaan
 Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya SPK oleh kedua belah pihak,
Pemborong harus menyerahkan kepada Pengawas :
a) Program kerja yang terdiri dari :
- Jadwal Pelaksanaan yang terinci dalam bentuk Network Planning &
Barchat.
- Jadwal Pengadaan Bahan.
- Jadwal Ketenagaan.
- Jadwal Peralatan.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 51
b) Metoda pelaksanaan yang terinci.
c) Tabel Sub Paket & Milestone (kalau ada).
d) Tabel/Daftar Pay Item (kalau ada).
e) Kelengkapan administrasi lainnya yang akan ditentukan kemudian oleh
Pengawas.
Pengawas akan memeriksa Rencana Kerja Pemborong tersebut di atas dan
memberikan tanggapan atas itu dalam waktu paling lama 1 (satu) minggu.
 Pemborong harus memasukkan kembali perbaikan atas Rencana Kerja kalau
Pengawas meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atas Rencana Kerja
tadi; paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu Pelaksanaan.

 Pemborong tidak dibenarkan memulai sesuatu Pelaksanaan Pekerjaan sebelum


adanya Persetujuan dari Pengawas atas Rencana Kerja ini.
Kecuali dapat dibuktikan bahwa Pengawas telah melalaikan kewajibannya
untuk memeriksa Rencana Kerja Pemborong pada waktunya, maka kegagalan
Pemborong untuk memulai Pekerjaan sehubungan dengan belum adanya
Rencana Kerja yang disetujui Pengawas sepenuhnya merupakan tanggung
jawab dari Pemborong bersangkutan.

2. Gambar Kerja (Shop Drawings)


 Untuk bagian-bagian Pekerjaan, dimana Gambar Pelaksanaan (Construction
drawings) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai
keadaan terlaksana, Pemborong berkewajiban mempersiapkan Gambar Kerja
yang secara terperinci akan memperlihatkan Cara Pelaksanaan tersebut.
 Format dari Gambar Kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Pengawas.
 Gambar Kerja harus diajukan kepada Pengawas untuk mendapatkan
persetujuannya untuk mana gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam
rangkap 2 (dua).

3. Rencana Harian, Mingguan dan Bulanan


 Selambat-lambatnya setiap sore hari, Pemborong harus menyerahkan Rencana
Kerja Harian, yang berisi Rencana Pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan
yang akan dilaksanakan pada keesokan harinya.
- Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana
pelaksanaan Pekerjaan berlangsung, Pemborong berkewajiban untuk
menyerahkan kepada Pengawas suatu Rencana Mingguan yang berisi
Rencana Pelaksanaan dari berbagai pekerjaan yang akan dilaksanakan
dalam minggu berikutnya.
 Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Pemborong
berkewajiban menyerahkan kepada Pengawas suatu Rencana Bulanan yang
menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai Rencana Pelaksanaan dari
berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan
berikutnya.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 52


 Kelalaian Pemborong untuk menyusun dan menyerahkan Rencana Harian,
Mingguan maupun Bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan
perintah Pengawas dalam Persyaratan Administrasi Umum.
 Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Pemborong diwajibkan
untuk memberitahu Pengawas mengenai hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam
sebelumnya, dengan format ijin yang akan ditentukan oleh Pengawas.

4. Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan


 Selambat-lambatnya pada setiap sore hari, Pemborong harus menyerahkan
Laporan Harian, yang berisikan uraian lengkap dan terinci tentang pekerjaan-
pekerjaan yang telah dilaksanakan pada hari itu.
 Selambat-lambatnya pada setiap hari Senin, Pemborong harus menyerahkan
Laporan Mingguan, yang berisikan uraian tentang pekerjaan-pekerjaan yang
telah dilaksanakan pada Minggu sebelumnya, lengkap dengan prestasi & bobot
masing-masing item pekerjaan.
 Selambat-lambatnya pada akhir Minggu pertama bulan berikutnya Pemborong
harus menyerahkan Laporan Bulanan, yang berisikan uraian tentang pekerjaan-
pekerjaan yang telah dilaksanakan pada satu bulan sebelumnya, lengkap
dengan kumulatif prestasi & bobot, serta dilengkapi pula dengan foto-foto
dokumentasi.
 Kelalaian Pemborong dalam membuat Laporan Harian, Mingguan maupun
Bulanan, dinilai sama dengan kelalaian Pemborong dalam melaksanakan
instruksi Pengawas seperti diatur pada butir 9.1. & 9.2. Persyaratan Administrasi
Umum.

5. Kwalitas
 Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis
pekerjaan bersangkutan.
Hanya tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis pekerjaan diizinkan untuk
melaksanakan pekerjaan bersangkutan.
Kwalitas pengerjaan ataupun kwalitas hasil pekerjaan yang kurang memenuhi
syarat akan ditolak atau harus diperbaiki. Tenaga kerja yang kurang memenuhi
syarat akan ditolak dan dilarang meneruskan kegiatannya.

6. Pengujian Hasil Pekerjaan


 Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolak ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang
ditetapkan dalam Pasal 2 dari Persyaratan Teknis Umum ini.
 Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan
melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Pengawas dari Lembaga/Badan
Pengujian milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah, atau Badan lain yang
oleh Pengawas dianggap memiliki obyektivitas dan integritas yang meyakinkan.
Atas hal yang terakhir ini, Pemborong/Supplier tidak berhak mengajukan
sanggahan.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 53


 Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi
beban Pemborong.
 Dalam hal dimana salah satu pihak tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari
Badan Penguji yang disetujui oleh Pengawas pihak tersebut berhak mengadakan
pengujian tambahan pada Lembaga/Badan lain yang memenuhi persyaratan
badan penguji seperti tersebut di atas.
 Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang sama, maka semua biaya untuk pengujian
tambahan menjadi beban pihak yang mengusulkannya.
 Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
 Memilih Badan/Lembaga Penguji ketiga atas kesepakatan bersama.

 Melakukan Pengujian Ulang pada Badan/Lembaga Penguji pertama atau


kedua dengan ketentuan tambahan berikut :
- Pelaksanaan Pengujian Ulang harus disaksikan oleh Pengawas dan
Pemborong/Supplier ataupun wakil-wakilnya.
- Pada Penguji Ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat-alat
penguji.

 Hasil dari Pengujian Ulang harus dianggap final, kecuali bilamana kedua
belah pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.

 Apabila hasil Pengujian Ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil


pengujian yang pertama, maka semua biaya untuk semua pengulangan
pengujian menjadi tanggungan pihak yang mengusulkan diadakannya
pengujian tambahan.

 Apabila hasil Pengujian Ulang menunjukkan ketidaktepatan kesimpulan dari


hasil pengujian yang pertama dan membenarkan kesimpulan dari hasil
pengujian tambahan maka biaya untuk semua pengulangan pengujian bukan
menjadi tanggungan pihak yang mengusulkan diadakannya pengujian
tambahan.

 Bilamana ternyata pihak Pengawas yang mempunyai pendapat salah, maka


atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya penambahan/pengulangan
pengujian akan diberikan tambahan waktu pelaksanaan pada bagian
pekerjaan bersangkutan dan bagian-bagian lain yang terkena akibatnya,
penambahan mana besarnya adalah sesuai dengan penundaan yang terjadi.

7. Penutup Hasil Pelaksanaan Pekerjaan


 Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dengan bagian pekerjaan yang lain,
yang mana akan secara visual menghalangi Pengawas untuk memeriksa bagian
pekerjaan yang terdahulu, Pemborong wajib melaporkan secara tertulis kepada
Pengawas mengenai rencana untuk melaksanakan bagian pekerjaan yang akan
menutupi bagian pekerjaan yang pertama tersebut, sedemikian rupa sehingga
Pengawas berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada bagian
yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pengerjaannya.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 54


 Kelalaian Pemborong untuk menyampaikan laporan di atas, memberikan hak
kepada Pengawas untuk di belakang hari memerintahkan pembongkaran
kembali bagian pekerjaan yang menutupi tersebut, untuk memeriksa hasil
pekerjaan yang terdahulu, yang mana akibat sepenuhnya akan ditanggung
oleh Pemborong.
 Pemeriksaan dan persetujuan oleh Pengawas atas suatu pekerjaan tidak
melepaskan Pemborong dari kewajibannya untuk melaksanakan seluruh
pekerjaan sesuai dengan Perjanjian Kerja.
 Walaupun telah diperiksa dan disetujui, kepada Pemborong masih dapat
diperhitungkan untuk membongkar kembali bagian pekerjaan yang
menutupi bagian pekerjaan yang lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan
yang tertutupi.
 Apabila hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya bagian dari pekerjaan yang
tidak memenuhi persyaratan dalam perjanjian kerja, maka seluruh biaya
pembongkaran sepenuhnya ditanggung oleh Pemborong.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bagian pekerjaan yang
bersangkutan ternyata memenuhi semua persyaratan, maka :
 Semua biaya pembongkaran akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah.
 Atas bagian pekerjaan yang tertunda pengerjaannya sebagai akibat
pembongkaran tersebut, akan diberikan perpanjangan waktu pelaksanaan
yang jumlahnya sesuai dengan penundaan tersebut.

3.1.5. Penyelesaian dan Penyerahan


1. Penyerahan
 Untuk berbagai macam kunci :
 Semua kunci orisinil, disertai "construction key" (kalau ada).
 Minimum 1 (satu) set kunci duplikat.

 Dokumen-dokumen resmi (seperti surat izin pembayaran, surat fiskal pajak dll).
 Segala macam surat jaminan berupa guarantee/waaranty sesuai yang
dipersyaratkan.
 Surat Pernyataan Pelunasan sesuai petunjuk Pengawas.

3.2. PEKERJAN TANAH


3.2.1. U M U M

a) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “Pekerjaan tanah” seperti tertera
pada gambar rencana dan spesifikasi ini, termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-
hal sebagai berikut :
a) Pembersihan lahan.
b) Pengurugan dan pemadatan.
c) Pembuatan Bouwplank.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 55


d) Pengukuran dan penggambaran kembali.

b) Pekerjaan yang berhubungan


a) Jalan dan Parkir
b) Pertamanan
c) Drainase Tapak.
d) Pekerjaan Pondasi

3.2.2. BAHAN / MATERIAL


Untuk pemasangan bouwplank menggunakan bahan :
a) Kayu jenis meranti atau setaraf, tebal 3 cm.
b) Kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8 - 10 cm.

3.2.3. PELAKSANAAN
1. Pembersihan persiapan daerah yang akan dikerjaakan

a) Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan.


Sampah yang tertanam dan material lain yang tidak diinginkan berada dalam
daerah yang akan dikerjakan, harus dihilangkan, atau dibuang dengan cara-
cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput dan sebagainya,
harus dihilangkan sampai kedalaman 0,500 m dibawah tanah
dasar/permukaan.

b) Semua daerah urugan, harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun
terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa
tumbuhan atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan pelapukan dikemudian
hari.

c) Pembuatan dan pemasangan patok dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk


pekerjaan Kontraktor dan harus dibuat dari kayu jenis Meranti atau setaraf
dengan tebal 3 cm dengan tiang dari kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8-10
cm dengan jarak 2 meter satu sama lain. Pemasangan harus kuat dan
permukaan atasnya rata dan sifat datar (waterpass).

d) Segala pekerjaan pengukuran, persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.

e) Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan


berikut ahli ukur yang berpengalaman.
 Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan
mengenai peil tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah
ditera kebenarannya oleh Konsultan Pengawas/Perencana.
 Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas untuk dimintakan keputusannya.
 Penentuan titik ketinggiaan dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan
alat-alat waterpass/theodolith.
 Kontraktor harus menyediakan theodolith/waterpass beserta petugas
yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Konsultan Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 56


 Pengukur sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah
diisetujui oleh Konsultan Pengawas.

f) Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang


menyatakan as-as dan atau level/peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak
mudah hilang jika terkena air/hujan.

2. Pekerjaan Galian

a) Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat


yang ditentukan menurut keperluan.
b) Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada dasar setiap galian
masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus
digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan
dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpass.
c) Terhadap kemungkinan adanya air didasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau
pompa lumpur jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk
menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
d) Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian
agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang cukup.
e) Juga kepada Kontraktor diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan
terhadap bangunan lain yang berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu
dengan memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga
dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
f) Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap
saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
g) Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah dan
memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug.
Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbrisan lubang-lubang
galian yang terletak di dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir
urug yang diratakan dan diairi secara dipadatkan sampai mencapai 95 %
kepadatan maksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium.
h) Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah. Kecuali ditunjukkan untuk
dipindahkan, seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui
dilapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila sampai menderita
kerusakan harus direparasi/diganti oleh Kontraktor atas tanggungannya
sendiri. Bila suatu alat pelayanan dinas yang sedang bekerja ditemui
dilapangan dan hal tersebut tidak tertera pada gambar atau dengan cara lain
yang dapat diketahui oleh Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
mengambil setiap langkah apapun untuk menjamin bahwa pekerjaan yang
sedang berlangsung tersebut tidak terganggu.
i) Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan
Kontraktor, Kontraktor harus segera mengganti kerugian yang terjadi yang
dapat berupa perbaikan dari barang yang rusak akibat pekerjaan Kontraktor.
Sarana yang sudah tidak bekerja lagi yang mungkin ditemukan dibawah tanah
dan terletak di dalam lapangan pekerjaan harus dipindahkan ke luar lapangan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 57


ketempat yang disetujui oleh Konsultan Pengawas atas tanggungan
Kontraktor.

3. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan


Yang dimaksudkan disini adalah pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah
dengan syarat khusus dimana tanah hasil urugan ini akan dipergunakan sebagai
pemikul beban.
a) Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan dan
penimbunan kembali, juga seluruh sisa-sisa, puing-puing, sampah-sampah
harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah
tanggung jawab Kontraktor.
b) Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis sedemikian,
sehingga dicapai suatu lapisan setebal 15 cm dalam keadaan padat. Tiap lapis
harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya di urug.
c) Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat
pemadat/compactor “vibrator type” yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan 80%-90%
dari kepadatan maksimum hasil laboratorium.
d) Kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum dari percobaan Proctor :
Kontraktor harus melaksanakan penelitian kepadatan maksimum terhadap
kadar air optimum minimal satu kali untuk jenis tanah yang dijumpai di
lapangan.
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk
bukti penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh,
kepadatan kering maksimum dan kadar air optimumnya.
Penelitian/pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan tanah supaya
daerah yang dikerjakan terjamin pengaliran airnya.
e) Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu
yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan
batu-batu kecil dan tanah yang dipadatkan.
f) Kelebihan material galian harus dibuang oleh Kontraktor ketempat
pembuangan yang ditentukan oleh Konsultan pengawas.
g) Jika material galian tidak cukup, material tambahan harus didatangkan dari
tempat lain, tanpa tambahan biaya.

4. Pengujian Mutu Pekerjaan


a) Konsultan pengawas harus diberitahu bila penelitian di lapangan sudah dapat
dilaksanakan untuk menentukan kepadatan relatif yang sebenarnya di
lapangan.
b) Jika kepadatan dilapangan kurang dari 80% dari kepadatan maksimum, maka
Kontraktor harus memadatkan kembali tanpa biaya tambahan sampai
memenuhi syarat kepadatan, yaitu tidak kurang dari 80 % dari kepadatan
maksimum di laboratorium.
Penelitian kepadatan dilapangan harus mengikuti prosedur ASTM d1556-700
atau prosedur lainnya yang disetujui Konsultan Pengawas.
Penunjukkan laboratorium harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas
dan semua biaya yang timbul untuk keperluan ini menjadi beban Kontraktor.
c) Penelitian kepadatan dilapangan tersebut dilaksanakan setiap 500 meter
persegi dari daerah yang dipadatkan atau ditentukan lain oleh Konsultan
pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 58


d) Penentuan kepadatan dilapangan dapat dipergunakan salah satu dari
cara/prosedur dibawah ini :
 ”Density of soil inplace by sand-cone method” AASHT.T191.
 ”Density of soil inplace by driven cylinder method” AASHTO.T.204.
 ”Density of soil implace by the rubber ballon method” AASHTO.T.205.
Atau cara-cara lain yang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas.

3.3. PEKERJAAN JALAN DAN PERKERASAN


3.3.1. UMUM
Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus melakukan pengukuran
dan pematokan bagian-bagian yang akan dipasangi paving block sesuai dengan gambar
rencana kerja yang ada, dan disetujui Pengawas. Penyedia Jasa Konstruksi harus
menentukan "Bench Mark" terlebih dulu, sebagai pedoman peil ketinggian jalan dan
Penyedia Jasa Konstruksi harus meneliti kemiringan jalan sesuai gambar rencana dan
meminta persetujuan Konsultan pengawas sebelum memulai pekerjaan.
3.3.2. BAHAN/MATERIAL
Paving block, tebal 8 cm, natural, untuk jalan/sirkulasi kendaraan.
Type : segi empat, segi enam (sesuai gambar)
Kuat tekan minimal : 250 kg/cm2.

3.4. PEKERJAN BEKISTING BETON


3.4.1. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan
a) Kayu dan baja untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan
perkuatan dan pengangkuran-pengangkuran yang diperlukan.
b) Penyediaan bukaan/sparing dan sleeve untuk pekerjaan-pekerjaan
Mekanikal dan Elektrikal.
c) Penyediaan Waterstops.
d) Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan.

a) Pondasi Beton Bertulang


b) Pasangan Bata
c) Pekerjaan Mekanikal
d) Pekerjaan Elektrikal.

3. Standard.

a. Standard Indonesia :
1. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) - 1982, NI -
3.
2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) - 1961, NI - 5.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 59


3. Peraturan Standaar Beton 1991 (SK.SNI T-15-1991-03)

b. ACI : American Concrete Institute, USA.


1. 303 - Guide to Cast-In-Place Architectural Concrete practice.
2. 318 - Building Code Reguirements for Reinforced Concrete.
3. 347 - Recommended Practice for Concrete Form Work.
4. SP4, Special publication 34 - Form Work for Concrete.

4. Shop Drawing.

a) Dimana diperlukan, menurut Direksi Lapangan atau Perencana, harus


dibuat Shop Drawing.
b) Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan bekisting yang berbeda;
yang memperlihatkan :
 dimensi
 metoda konstruksi
 bahan
 hubungan dan ikatan-ikatan (ties).

3.4.2. BAHAN

1. Bekisting Beton Biasa (Non Ekspose)


a. Plywood t = 12 mm.
b. Paku, angkur dan sekrup-sekrup; ukuran sesuai dengan keperluan dan
cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengecoran.

2. Bekisting Beton Ekspose


a. Plywood; untuk dinding, balok dan kolom persegi, tebal 18 mm.
b. Baja lembaran, tebal minimal 1,2 mm, untuk kolom- kolom bundar.
c. Form ties; baja yang mudah dilepas (snap-off metal). Panjang fixed atau
adjustable, dapat terkunci dengan baik dan tidak berubah saat
pengecoran. Lubang yang terjadi pada permukaan beton setelah form ties
dibuka tidak boleh lebih dari 1 inch (25 mm).
d. Form Release Agent; minyak mineral yang tidak berwarna, yang tidak
menimbulkan karat pada permukaan beton dan tidak mempengaruhi
rekatan maupun warna bahan finishing permukaan beton.
Produk : CALSTRIPS, buatan Cement Aids, Australia.
e. Chamfer Strips, terbuat dari jenis kayu klas II, dibentuk menurut rencana
beton pada gambar.

3. Syarat-syarat Umum Bekisting


a. Tidak mengalami deformasi. Bekisting harus cukup tebal dan terikat
kuat.
b. Kedap air; dengan menutup semua celah dengan tape.
c. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.

3.4.3. PELAKSANAAN

1. Pemasangan Bekisting.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 60


a. Tentukan jarak, level dan pusat (lingkaran) sebelum memulai pekerjaan.
Pastikan ukuran-ukuran ini sudah sesuai dengan gambar.
b. Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai
dengan design dan standard yang telah ditentukan; sehingga bisa
dipastikan akan menghasilkan beton yang sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan akan bentuk, kelurusan dan dimensi.
c. Rancangan bekisting harus memudahkan pembukaannya sehingga tidak
merusakkan permukaan beton.
d. Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan harus dibuat
kedap air, untuk mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi
bentuk beton.
Hubungan-hubungan ini harus diusahakan seminimal mungkin.
e. Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang pada kedua
sisinya.
Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin
Konsultan Pengawas.
Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus
dibuang.
f. Perkuatan-perkuatan pada bukaan-bukaan dibagian-bagian yang struktural
yang tidak diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
g. Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pinggulan-pinggulan
(chamfer strips) pada sudut-sudut luar (vertikal dan horizontal) dari balok,
kolom dan dinding.

h. Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :


1. Deviasi garis vertikal dan horizontal :
- 6 mm, pada jarak 3000 mm.
- 10 mm, pada jarak 6000 mm.
- 20 mm, pada jarak 12000 mm, atau lebih.
2. Deviasi pada potongan melintang dari dimensi kolom atau balok, atau
ketebalan plat : 6 mm.
i. Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
Aplikasi harus dilaksanakan sebelum pemasangan besi beton, angkur-
angkur dan bahan-bahan tempelan (embedded item) lainnya.
Bahan yang dipakai dan cara aplikasinya tidak boleh menimbulkan karat
atau mempengaruhi warna permukaan beton.
j. Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena
bahan pelepas acuan; bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai.
Untuk itu, dalam hal bahan pelepas acuan tidak dipakai, sisi dalam
bekisting harus dibasahi dengan air bersih.
Dan permukaan ini harus dijaga selalu basah sebelum pengecoran beton.

2. Sisipan (insert), Rekatan (embedded) dan Bukaan (Opening)

a. Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits,

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 61


sleeves dan pekerjaan lain yang akan merekat pada, atau melalui/merembes
beton.
b. Pasang langsung pada bekisting alat-alat atau bagian pekerjaan lain yang
akan di cor langsung pada beton.
c. Koordinasikan bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika
membentuk / menyediakan bukaan, slots, recessed, sleeves, bolts, angkur
dan sisipan-sisipan lainnya. Jangan laksanakan pekerjaan diatas jika tidak
secara jelas/khusus ditunjukkan pada gambar yang berhubungan.
d. Pemasangan water stops harus kontinu (tidak terputus) dan tidak mengubah
letak besi beton.
e. Sediakan bukaan sementara pada beton dimana diperlukan guna
pembersihan dan inspeksi.
Tempatkan bukaan dibagian bawah bekisting guna memungkinkan air
pembersih keluar dari bekisting.
Penutup bukaan sementara ini harus dengan bahan yang memungkinkan
merekat rapat, rata dengan permukaan dalam bekisting, sehingga
sambungannya tidak akan tampak pada permukaan beton ekspose.

3. Kontrol Kualitas.

a. Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk
beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatanya guna memastikan
bahwa pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekistings, wedged, ties,
dan bagian-bagian lainnya aman.
b. Informasikan pada Konsultan Pengawas jika bekisting telah dilaksanakan,
dan telah dibersihkan, guna pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan
persetujuan Konsultan Pengawas terhadap bekisting yang telah
dilaksanakan sebelum dilaksanakan pengecoran beton.
c. Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2
kali tidak diperkenankan.
Penambalan pada bekisting, juga tidak diperkenankan, kecuali pada bukaan-
bukaan sementara yang diperlukan.
d. Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Konsultan Pengawas.

4. Pembersihan
a. Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang
tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian
dalam bekisting. Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna
membuang benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan
puing-puing tersebut telah mengalir keluar melalui lubang pembersih
yang disediakan.
b. Buka bekisting secara kontinu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau ketidak seimbangan
beban yang terjadi pada struktur.
c. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-
peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.
d. Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka
harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terhadap
permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.
e. Dimana diperlukan berikan perkuatan-perkuatan pada komponen-

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 62


komponen struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat
pembebanan dan konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan konstruksi
dilantai-lantai diatasnya bisa dilanjutkan.
Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan setelah beton
mempunyai 75 % dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength)
yang diperlukan.
f. Bekisting-bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton, tidak
boleh dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh Konsultan Pengawas.

3.5. PEKERJAN BETON BERTULANG


3.5.1. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pembesian.
 Tulangan besi, lengkap dengan kawat pengikatnya.
 Beton decking(support chairs), bolster, speacer for reinforcing.
b. Pengecoran Beton.
 Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding pondasi dan
slabs pendukung.
 Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.
 Finishing permukaan beton pada dinding, pelat, balok dan kolom.

2. Pekerjaan yang berhubungan


a. Bekisting Beton.
b. Finishing Beton.
c. Pondasi Beton Bertulang.
d. Pasangan Bata
e. Struktur Baja
f. Miscellaneous Metals ( yang harus dicor dalam beton).
g. Waterproofing.
h. Kusen dan Pintu Aluminium
i. pekerjaan Mekanikal yang harus dicor dalam beton.
j. pekerjaan Elektrikal yang harus dicor dalam beton.

3. Standard.
a. Standard Indonesia.
 PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI - 3)
 SK.SNI T-15-1991-03 : Standar Beton 1991.
 Peraturan Portland Cement Indonesia 1973, NI - 8.
 PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.
b. ASTM, USA.
 C 33 - Concrete Aggregates.
 C 150 - Portland Cement.
c. ACI : American Concrete Institute, USA.
 211 - Recommended Practice for selecting proportions for Normal and
Heavy Weight Concrete.
 212 - Guide for use of Admixtures in Concrete.
 214 - Recommended Practicefor Evaluation of Compression Test Results
of Field Concrete.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 63


4. Penyimpanan :
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah
diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah.
Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai megeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10 %
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan
bebas, maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5 % berat dan kepada
campuran tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus tetap
terjamin.
c. Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya
(misalnya minyak dan lain-lain). Jenis semen dari merk Tiga Roda, Gresik
atau Cibinong dan jenis merk semen yang digunakan adalah mengikat
seluruh pekerjaan.
d. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut
jenis dan gradasinya cukup terpisah menurut jenis dan gradasinya serta
harus beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya
dengan tanah.

3.5.2. BAHAN/PRODUK

1. Portland Cement.
a. Portland cement jenis II, menurut NI - 8 atau type I, menurut ASTM dan
memenuhi S.400, menurut Standard Portland Cement yang ditentukan
Asosiasi Semen Indonesia.
b. Untuk pemukaan beton expose, harus dipakai 1 merk semen saja.
c. Kekuatan tes kubus semen minimal 350 kg per cm persegi.
2. Aggregates.
a. Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat SK.SNI-1991.
Aggregates kasar harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous).
Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 5 % berat kering.
b. Dimensi maksimum dari aggregates kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan
tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.

Grading limit for K 225 – K250


no ASTM Size Square Openings Precenter Passing
Of designation In mm By weight
1 5/8” 15.9 100
2 ½” 12.7 93 – 100
3 3/8” 9.52 80 – 90
4 ¼” 6.35 62 – 76
5 No. 4 4.76 53 - 67
6 No. 8 2.38 36 – 50

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 64


7 No. 16 1.19 24 – 36
8 No. 30 0.59 15 – 25
9 No. 50 0.297 9 – 16
10 No.100 0.149 4–8
11 No.200 0.075 0 – 2.4

Grading limit for K 300


no ASTM Size Square Openings Precenter Passing
Of designation In mm By weight
1 1” 25.4 100
2 ¾” 19.1 93 – 100
3 5/8” 15.9 84 – 94
4 ½” 12.7 75 – 86
5 3/8” 9.52 65 – 77
6 ¼” 6.35 52 – 66
7 No. 4 4.76 45 – 58
8 No. 8 2.38 32 – 43
9 No. 16 1.19 21 – 31
10 No. 30 0.59 14 – 21
11 No. 50 0.297 8 - 13
12 No.100 0.149 4–7
13 No.200 0.075 0–4

c. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

3. Air:
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
dapat mengurangi mutu pekerjaan.
b. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 p.p.m. dan komposisi sulfat
(SO3) tidak boleh melebihi 1000 p.p.m. Apabila dipandang perlu,
Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang
dipakai diperiksa di laboratorium pemerik-saan bahan yang resmi dan
sah atas biaya Kontraktor.

4. Baja Tulangan :

Baja tulangan yang digunakan adalah batang-batang baja lunak dengan tegangan
leleh 240 Mpa dan tegangan maksimum 360 Mpa untuk mutu baja U 24, bagi baja
dia < 12 mm, tegangan leleh 400 Mpa dan tegangan maksimum 400 Mpa untuk
mutu baja U 40 bagi baja ulir dia. > 12 mm Kontraktor harus membuktikan
kepada Pengawas bahwa segala penulangan memenuhi spesifikasi dan
memperlihatkan surat-surat keterangan dari lab. Pengujian Mutu Baja yang
disetujui oleh Pengawas. Bila syarat spesifikasi ini tidak terpenuhi, maka
kontraktor harus membayar untuk pengujian-pengujian, baja tulangan yang tidak
memenuhi syarat harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.
Kontraktor hanya diperkenankan mengganti dengan diameter lain apabila luas
penampang tulangan karena penggantian ini tidak menjadi berkurang,

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 65


penggantian harus disetujui Pengawas.
Bila terjadi tambahan biaya akibat penggantian penulangan tersebut diatas maka
tambahan tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

Penyimpanan
a. Penyimpanan baja tulangan harus sedemikian rupa sehingga tidak
berhubungan dengan tanah lembab.
b. Penyimpangan harus sedemikian rupa sehingga dengan mudah dilihat
ukurannya dengan jalan mengkelompokkan sesuai dengan ukurannya.

c. Bila baja tulangan didapat dari sumber-sumber yang berbeda hendaknya


penyimpanan diatur sesuai dengan asal baja tulangan.

Pemasangan Tulangan
Pemasangan tulangan harus sesuai dengan gambar.
Pemasangan harus sesuai sedemikian rupa sehingga didapat jaminan
bahwa kedudukan tulangan tidak berubah pada saat beton dicor.

Blok-blok penyangga tulangan harus sesuai dengan tebal penutup beton,


dan paling sedikit sasma kuatnya dengan beton yang dituangkan
berdekatan, yang harus dirancang dan ditempatkan sedemikian sehingga
blok-blok penyangga itu tidak menyebabkan noda-noda pada permukaan-
permukaan yang terbuka.

5. Admixture :
a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat
tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture.

b. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Kontraktor diminta


terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
mengenai hal tersebut. Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan
nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai
tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu.

3.5.3. PELAKSANAAN

1. Kualitas Beton.
a. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus membuat trial
mix design dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang
menghasilkan kuat tekan target beton seperti yang disyaratkan.

Tipe Beton K 300 K250


Ukuran maksimum agregat 20 12.5
(D) Dalam mm
Minimum semen PC 330 310
(kg/m3 beton)
Maksimun semen PC 350 330

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 66


(kg/m3 beton)
Water cement ratio 0.45 – 0.5 0.4 – 0.45
(SSD – agregat)
Slum (cm) 3–5 5 – 10
Suhu maksimum 35 c 35 c
campuran betan
(kelembaban minimum 60
%, kecepatan angin max 15
km/jam)
Tekanan minimum benda 300 250
uji 15 x 15x15 (kg/cm2)
Kekuatan lentur minimum 45 -
Jenis mixer Ready mix Ready mix

b. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah untuk pile
cap dan tie beam fc’ = 25 Mpa, balok dan kolom, ground watertank fc’ = 25
Mpa (tegangan tekan hancur karakteristik untuk cilinder beton ukuran 15 x 30
cm pada usia 28 hari). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam standar beton 1991. Mutu beton
fc’ = 15 MPa digunakan pada umumnya untuk kolom-kolom praktis dan
bagian-bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan lain.
c. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain
tempat atau dengan mengadakan trial-mixes dilaboratorium yang ditunjuk
oleh Konsultan Pengawas.
d. Test selama pekerjaan :
 Buat 3 silinder 15 cm x 30 cm dari setiap 75 m3 atau sebagian dari pada
itu, atau dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan, dari
setiap mutu beton yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran
yang di cor. Buat dan simpan silinder-silinder menurut ASTM C 31. Test
satu silinder pada hari ke 7 dan satu kubus pada hari ke 28 menurut
ASTM C 39. Simpan satu silinder sebagai cadangan untuk test pada hari
ke 56 jika test pada hari ke 28 gagal. Jika test silinder pada hari ke 28
berhasil, test silinder cadangan untuk menghasilkan kekuatan rata-rata
dari kedua silinder pada hari 28. Sediakan fasilitas pada lokasi proyek
untuk menyimpan contoh-contoh yang diperlukan oleh badan penguji.
 Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas dan laporan
tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan
laboratorium harus dengan pertsetujuan Konsultan Pengawas.
 Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 5 cm dan
maksimum 13 cm. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
 Contoh : beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan
beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas
kayu rata atau palat baja. Cetakan di isi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16
mm panjang 60 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusakan harus masuk dalam satu
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 67
lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka dibiarkan 1/2
menit lalu cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya
(nilai slumpnya). Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton
harus dibuat pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bagian Konstruksi  Nilai Slump


(mm)
b. a. Pelat Fondasi/Poer  50 - 125
c. b. Kolom Struktur  75 - 150
d. c. Balok-balok  75 - 150
e. d. Pelat Lantai  75 - 150

e. Jumlah semen minimum 325 kg per m3 beton. Khusus pada atap, luifel, pada
daerah kamar-mandi dan WC, daerah talang beton, jumlah minimum tersebut
dinaikan menjadi 360 kg/m3 beton. Untuk beton atap, WC faktor maksimum
0,50 dengan catatan tidak boleh lebih rendah daripada mutu beton
karakteristik yang disyaratkan.
f. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
g. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan silinder percobaan
untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh
kurang dari 65 % kekuatan yang diminta pada 28 hari, tanpa additives. Jika
hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang
diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara
seperti yang ditetapkan dalam SB. SNI-1991 dengan tidak menambah beban
biaya bagi Pemberi Tugas.
h. Pengadukan dan Alat-aduk
 Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memiliki
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran
masing-masing bahan beton. Seluruh peralatan, perlengkapan dan tata
cara pengadukan harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas
 Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas Seluruh operasi harus
dikontrol/diawasi secara kontinyu oleh Konsultan Pengawas
 Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch mixer atau
portable continous mixer). Sebelum digunakan, mesin aduk ini harus
benar-benar kosong, dan harus dicuci terlebih dahulu bila tidak digunakan
lebih dari 30 menit.
 Selain ketentuan tersebut di dalam butir 5.c. di atas, maka pengadukan
beton di lapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini :
 Harus dilakukan di dalam suatu mesin-aduk dari tipe yang telah disetujui
Konsultan Pengawas
 Mesin-aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat mesin-aduk tersebut.
 Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1,5 menit setelah semua material
dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan/ditunjukkan
bahwa dengan waktu pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini
masih dapat dihasilkan beton yang memenuhi syarat..
 Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 68


dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen beton.
 Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
i. Pengangkutan Adukan
 Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ke tempat penyimpanan
akhir (sebelum di tuang), harus sedemikian hingga tercegah terjadinya
pemisahan (segregasi) atau kehilangan material.
 Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat
penyimpanan akhir dengan lancar, tanpa mengakibatkan pemisahan bahan
yang telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan
hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan .
 Penempatan beton yang akan dituang
 Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan
akhir untuk mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali
atau pengaliran adukan.
 Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan
penuangan sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan plastis dan
dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.
 Beton yang telah mengeras sebagian dan/atau telah dikotori oleh material
asing, tidak boleh dituang ke dalam cetakan.
 Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk
kembali setelah mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan kembali.
 Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara
sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi
sepenuhnya daerah sekitar tulangan dan barang yang tertanam dan ke
daerah pojok acuan.
 Perawatan Beton
 Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton tersebut
harus dipertahankan di dalam kondisi lembab paling sedikit 72 jam, kecuali
jika dilakukan perawatan yang dipercepat.
 Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton
harus dipertahankan dalam kondisi lembab paling sedikit 168 jam setelah
penuangan, kecuali jika dilakukan perawatan dipercepat sebagaimana
disebutkan di dalam pasal 5., Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
j. Cetakan Beton
 Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus
direncanakan sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa penyangga
dan cetakan tersebut mampu menerima gaya-gaya yang diakibatkan oleh
penuangan dan pemadatan adukan beton.
 Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari
hasil beton yang direncanakan, serta tidak bocor dan harus cukup kaku
untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari
penyangga.
 Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada
lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan
diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal;
terutama untuk permukaan beton yang tidak difinish (expossed concrete).
 Kecuali beton fondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan ketebalan
minimal 12 mm.
 Kontraktor harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga penyerapan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 69
air adukan oleh cetakan dapat dicegah.
 Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress"
atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani.
Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang
berat sendiri dan beban-beban yang ada di atasnya selama pelaksanaan.
 Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituang, permukaan cetakan harus bersih
terhadap segala kotoran, dan diberi form oil unuk mencegah lekatnya
beton pada cetakan. Untuk menghindari lekatnya form oil pada
bajatulangan, maka pemberian form oil pada cetakan harus dilakukan
sebelum tulangan terpasang.
 Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
 Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % f’c)
 Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 % f’c)
 Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95 % f’c)
 Pelat lantai/atap/tangga 21 hari (setara dengan 95 % f’c)
 Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus dicabut
sebelum pengurugan dilakukan.
 Pengangkutan dan Pengecoran
 Perletakan pengadukan dan pengecoran harus diatur sedemikian rupa
hingga memudahkan dalam pelaksanaan pengecoran .
 Waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak boleh lebih dari 1 jam.
Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
pemisahan material dan perubahan letak tulangan.
 Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5
m, cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute, dan
sebagainya harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
 Pelaksana harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-
lambatnya 2 hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
 Pemadatan Beton
 Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar mekanis/mechanical
vibrator dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud
untuk mengalirkan beton.
 Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang
dihasilkan merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang,
segregasi atau keropos
 Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian
beton dan pemadatan yang baik.
 Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada
tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.
 Beton Siap Pakai (Ready Mix Concrete)
 Penyedia Jasa boleh menggunakan beton siap pakai (ready mix concrete)
dengan ketentuan sebagai berikut:
 Volume penggunaan ready mix concrete harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas dengan senantiasa berpedoman pada ketentuan teknis yang
diberlakukan bagi pekerjaan beton.
 Apabila di dalam ready mix concrete tersebut diberikan zat tambah
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 70
(additive) maka selain harus mengikuti ketentuan di dalam Spesifikasi
Bahan Tambahan untuk Beton SK SNI S-18-1990-03, pabrik pembuatnya
harus menyertakan sertifikat/surat keterangan yang menyatakan jenis dan
konsentrasi bahan tambah tersebut per m3 adukan beton. Selain itu, di
dalam hal penggunaan bahan tambah ini, harus disebutkan pula di dalam
sertifikat tersebut batas waktu toleransi beton tersebut masih dapat
digunakan, dan ketentuan ini mengikat bagi Kontraktor dan Konsultan
Pengawas, khususnya di dalam penentuan boleh atau tidaknya ready mix
concrete tersebut digunakan.
 Kecuali jika disebutkan secara khusus di dalam RKS ini, maka terhadap
ready mix concrete harus selalu diadakan pengujian kualitas, yaitu:
 c.1 Pengujian kekentalan adukan (slump), yang dilakukan 3 kali setiap 5 m3
adukan, yaitu: di awal kedatangan, di tengah-tengah, dan di akhir
penuangan. Nilai slump yang digunakan untuk evaluasi adalah nilai slump
rata-ratanya. Jika nilai slump yang diperoleh tidak sesuai dengan ketentuan
yang terdapat di dalam butir 4.e., maka adukan yang digunakan dianggap
tidak memenuhi syarat, dan tidak boleh digunakan.
 c.2 Pengujian kuat tekan beton, yang dilakukan secara acak dengan
ketentuan sebagai berikut:
 c.2.1 Untuk setiap 10 m3 adukan beton, minimal harus dibuat 2 buah
benda uji berupa silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm, seperti ketentuan yang tercantum di dalam butir 4.d.
 Di dalam segala hal, pembuatan benda uji ini harus dilakukan dengan
sepengetahuan Konsultan Pengawas.
 c.2.2 Terhadap kedua benda uji tersebut harus dilakukan pengujian
kuat tekan. Jadi, untuk setiap 10 m3 adukan beton harus diwakili oleh satu
nilai kuat tekan beton yang diperoleh dari kuat tekan rata-rata kedua
benda uji tersebut di dalam butir c.2.1., setelah dikonversikan
kekuatannya ke kuat tekan beton umur 28 hari.
 c.2.3 Konsultan Pengawas harus selalu melakukan evaluasi statistik
secara periodik terhadap kuat tekan beton ini, berdasarkan ketentuan yang
berlaku di dalam Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
(SK SNI T-15-1990-03).
 c.2.4 Jika hasil evaluasi statistik tersebut di dalam pasal c.2.3.
memperlihatkan kuat tekan beton yang lebih rendah dari yang disyaratkan,
maka Konsultan Pengawas harus menghentikan pekerjaan beton yang
sedang dilaksanakan. Di dalam hal ini Konsultan Pengawas harus segera
melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait.
k. Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi site mix concrete seperti: tata cara
evaluasi kuat tekan beton, pengangkutan adukan, perawatan beton, cetakan
beton, pengecoran, pemadatan beton, dan sambungan konstruksi, tetap
berlaku untuk penggunaan ready mix concrete.

2. Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Bekisting.

a. Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak


ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti SK. SNI-1991. Siar-siar
tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum
pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 71


3. Penggantian Besi.

a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai


dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada, maka :
1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar; Secepatnya hal ini
diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai
pekerjaan lebih, maka penambahan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari
Perencana Konstruksi.
3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
Perencana Konstruksi.
Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga
keharusan dari Kontraktor.
c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
1. Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Perencana.
2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas).
3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan
penampang berkurang.
4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang dapat
menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.

d. Toleransi Besi.

Diameter, ukuran sisi Variasi dalam Toleransi


(atau jarak antara berat yang di- diameter
dua permukaan yang perbolehkan.
berlawanan.

Dibawah 10 mm +/- 7 % +/- 0.4 mm

10 mm sampai 16 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 16 mm) +/- 5 % +/- 0.4 mm

10 mm sampai 28 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 28 mm) +/- 4 % +/- 0.5 mm

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 72


4. Perawatan Beton.

a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi


penguapan cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.
d. Khusus elemen vertical harus dipakai curing compound.

5. Tanggung Jawab Kontraktor

a. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai


dengan ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar2 konstruksi
yang diberikan.
Adanya atau kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas
atau Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau
memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut
diatas.

6. Perbaikan Permukaan Beton

a. Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, kropos dengan campuran


adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan acuan, hanya boleh
dilakukan setelah mendapat persetujuan dan sepengetahuan Konsultan
Pengawas. Jika ketidak-sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk
menghasilkan permukaan yang diharapkan dan diterima oleh Konsultan
Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan
kembali atas beban biaya kontraktor. Ketidak-sempurnaan yang
dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah/retak, ada gelombang
udara, kropos, berlubang, tonjolan dan yang lain yang tidak sesuai dengan
bentuk yang diharapkan/diinginkan.

7. Bagian-bagian yang tertanam dalam beton.

a. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton
bertulang.
b. Diperhatikan juga tempat kelos-kelos untuk kusen atau instalasi.

8. Hal-hal lain ("Miscellaneous item")

a. Isi ubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal dibeton bekas jalan


kerja sewaktu pembetonan.
Jika dianggap perlu dibuat bantalan beton untuk pondasi alat-alat
mekanik dan elektronik yang ukuran, rencana dan tempatnya
berdasarkan gambar-gambar rencana mekanikal dan elektrikal.
Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan penghalusan
permukaannya.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 73


b. Pegangan plafond dari besi beton diameter 6 mm dengan jarak x dan y :
150 cm. Dipasang pada saat sebelum pengecoran beton dan penggantung
harus dikaitkan pada tulangan pelat atau balok.

9. Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun.
Pembersihan harus dilakukan secara baik dan teratur.

10. Contoh yang harus disediakan

a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh


material : split, pasir, besi beton, PC untuk mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Contoh2 yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor kelapangan.
c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui dibangsal Konsultan Pengawas.

11. Sparing Conduit dan Pipa-pipa

a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.


b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka pemborong harus
mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas.
c. Bilamana sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran
dan diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.

3.6. PEKERJAN BETON SEKUNDER


3.6.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar,
dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi beton kolom praktis, beton ring balok untuk bangunan
yang dimaksudkan termasuk pekerjaan besi beton dan pekerjaan
bekisting/acuan, dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur, sesuai
yang ditunjukkan di dalam gambar.
2. Standard.
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
a. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 74
b. Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI - 2.
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI - 5.
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI - 8.
e. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
f. Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara
No. 1457.
g. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan Perencana/Konsultan Pengawas.
h. Standar Normalisasi Jerman (DIN).
i. American Society for Testing and Material (ASTM).
j. American Concrete Institute (ACI).

3.6.2. BAHAN / PRODUKSI


1. Persyaratan Bahan
a. Semen Portland :
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk
dan atas persetujuan Perencana/Konsultan Pengawas dan harus memenuhi
NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan
untuk digunakan. Penyimpanan Semen Portland harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan
lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan
semen.
b. Pasir Beton :
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
c. Koral Beton/Split :
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971.
Penyimpanan/Penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan
yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk
mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
d. Air :
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat
merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang
perlu Perencana/Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
e. Besi Beton :
Digunakan mutu TP 30, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan
bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta
memenuhi persyaratan NI-2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu Kontraktor
diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-
contoh material misalnya : besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan
persetujuan dari Perencana/Konsultan Pengawas.
g. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Perencana/Konsultan Pengawas,

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 75


akan dipakai sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/menerima
material yang dikirim oleh Kontraktor ke site.

2. Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan


tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam
kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan.
Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban Kontraktor.

3.6.3. PELAKSANAAN

1. Mutu Beton :
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah fc’ = 15 Mpa
(K 175) dan untu rabat non struktural adalah fc’= 10 Mpa dan harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam SK.SNI-1991.

2. Pembesian :
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus
sesuai SK.SNII-1991.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton, harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan
atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan
ketentuan dalam SK.SNI-1991.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Perencana/Konsultan Pengawas.

3. Cara Pengadukan :

a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.


b. Takaran untuk Semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih
dahulu oleh Perencana/Konsultan Pengawas.
c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan
jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump,
minimum 5 cm dan maksimum 10 cm.

4. Pengecoran Beton :

a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 76


membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
Perencana / Konsultan Pengawas.
c. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan
harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan
sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh
Perencana/Konsultan Pengawas.

5. Pekerjaan Acuan/Bekisting :

a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya
selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya,
sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa
merusak permukaan beton.
d. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split,
pasir dan Semen Portland) kepada Perencana/Konsultan Pengawas, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap
terjamin sesuai persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat2 yang
ditentukan dalam SK.SNI-1991.
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.

6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting :

Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari


Perencana/Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan
mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari
Perencana/Konsultan Pengawas.

7. Pengujian Mutu Pekerjaan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 77


a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk
memberikan pada Perencana/Konsultan Pengawas "Certificate Test" bahan
besi dari produsen/pabrik.
b. Bila tidak ada "Certificat Test" maka Kontraktor harus melakukan
pengujian atas besi/silinder di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian.
c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil
benda uji berupa silinder yang ukurannya sesuai dengan
syarat-syarat/ketentuan dalam SK.SNI-1991. Pembuatannya harus
disaksikan oleh Perencana/Konsultan Pengawas dan diperiksa di
laboratorium konstruksi beton yang ditunjuk Perencana/Konsultan
Pengawas.
d. Kontraktor diwajibkan membuat "Trial Mix" terlebih dahulu, sebelum
memulai pekerjaan beton.
e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Perencana/Konsultan
Pengawas secepatnya.
f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

8. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan


a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x
24 jam setelah pengecoran.
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya
dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih.

3.7. PEKERJAN PONDASI BETON


3.7.1. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan meliputi penyediaan semua tenaga kerja, peralatan, bahan,
pengangkutan dan pelayanan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan ini.
b. Pekerjaan pondasi beton ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

2. Pekerjaan yang berhubungan.


a. Pasal 0301 Bekisting Beton
b. Pasal 0201 Pekerjaan Tanah untuk Lahan Bangunan
C. Pasal 0302 Beton Bertulang

3. Standard
a. Standard Indonesia
PUBI : Peraturan Umum Bangunan Indonesia 1982 (NI-3) SK.SNI-1991.
Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8)
PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.
b. ASTM, USA

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 78


C 33 - Concrete Aggregates.
C 150 - Portland Cement.
c. ACI, USA
211 - Recommended Practice for selecting proportions for Normal and Heavy
Weight Concrete.
212 - Guide for use of Admixtures in Concrete.
d. PKKI 1961 (NI-5)

4. Shop Drawing
Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan pondasi beton bertulang
yang berbeda; yang memperhatikan
- dimensi
- metoda konstruksi
- bahan.

5. Contoh yang harus disediakan

a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh


material : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-
contoh yang telah disetujui di Bangsal Konsultan Pengawas.
d. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan
tidak cacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kemasan aslinya
yang masih bersegel dan berlebel pabriknya.
e. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan persyaratan pabrik.
f. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan
ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.
g. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan.

6. Pengujian mutu Pekerjaan


a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan
kepada Konsultan Pengawas "Certificate Test" besi beton, PC dari
produsen/pabrik.
b. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan Pengawas
secepatnya.

c. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut,


menjadi tanggung jawab Kontraktor.

7. Syarat-syarat pengamanan pekerjaan


a. Pondasi beton yang telah terpasang dihindarkan dari jamahan
orang/benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
b. Pondasi beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan
dari pekerjaan-pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 79


dengan tidak mengurangi mutu pekerjaannya.

3.7.2. BAHAN/PRODUK

1. Beton yang digunakan : mutu fc’ = 22.5 MPa, atau seperti yang tertera pada
gambar.
2. Baja tulangan yang digunakan : mutu TP30 dia. =< 12 mm atau dan TD40 dia. >
13 mm seperti ditentukan pada gambar rencana, kecuali ditentukan lain.
3. Tanah urugan harus dipadatkan sampai mencapai 80 % dari kepadatan
maksimum menurut standard AASHTO T.180-74 atau ASTM D 1557-70.
4. Air untuk campuran beton harus bebas dari unsur-unsur asing, minyak-minyak,
asam, zat nabati/organis yang dapat merugikan dan mempengaruhi pengikatan
awal atau kekuatan beton. Pada umumnya air yang memenuhi persyaratan
untuk air minum dapat dipakai.
5. Semen yang dipergunakan dari satu merk saja. Kekuatan tes kubus semen
minimal 350 kg per cm persegi.
6. Agregat : halus dan kasar untuk beton harus bersih, keras, kuat, awet dan
bebas dari lumpur atau lempung dan unsur-unsur asing lainnya.
7. Zat Tambah ('admixture') tidak boleh digunakan tanpa adanya persetujuan
tertulis dari Perencana.
8. Bahan bekisting : kayu, logam,Multiplex atau lainnya yang disetujui yang mana
tidak memberikan hasil yang kurang baik pada permukaan beton.

3.7.3. PELAKSANAAN

1. Pembuatan pondasi beton harus sedemikian rupa sesuai dengan gambar


rencana.
2. Penulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan yang tertera
pada gambar. Selama pengecoran penulangan harus tetap pada tempatnya dan
tidak berpindah atau tergeser karena penggetar selama pengecoran, baik yang
dilakukan dengan vibrator atau alat penggetar lainnya.
3. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan beton dengan
ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan dan penyelesaiannya,
memperbaiki beton yang tidak mencukupi syarat-syarat seperti yang
diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas.
4. Kontraktor harus melindungi senua pekerjaan beton yang telah selesai.
5. Untuk pengecoran beton, sesuai dengan pekerjaan beton bertulang pada Bab
"Pekerjaan beton Bertulang" dalam spesifikasi ini.

3.8. PONDASI TIANG PANCANG

3.8.1. UMUM
Yang termasuk dalam pekerjaan pondasi ini adalah :
a. Pemesanan pondasi dari fabrikan sesuai dengan gambar kerja, mobilisasi sampai ke
lokasi pekerjaan.
b. Pemancangan pondasi dengan alat pancang yang telah mendapatkan rekomendasi
dari Konsultan Pengawas atau sudah mndapatkan persetujuan dari Owner.
c. Pemotongan kepala tiang pancang sebagai sambungan dengan konstruksi diatasnya.
d. Pondasi poer dimensi dan penulangannya disesuaikan dengan gambar.
e. Balok Sloof sebagai balok ikat antar poer pondasi

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 80


3.8.2. BAHAN
a. Semua bahan-bahan yang dipergunakan harus memenuhi peraturan-peraturan
atau normalisasi-normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PUBB, PBI, PMI, SK
SNI Beton 1991 dan lain-lain.
b. Tiang pancang haus sesuai dengan persyaratan yang telah disyaratkan oleh
pabrikan yang mengeluarkan.

3.8.3. PELAKSANAAN
1. Pemancangan
a. Tenaga ahli Konsultan Pengawas, Penyedia barang dan jasa harus mengajukan
daftar nama tenaga ahli yang akan ditempatkan di lapangan. Tenaga ahli tersebut
harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas dan
tenaga ahli tersebut harus kontinyu berada di lapangan untuk Pengawasan.
b. Methode pemancangan yang di gunakan adalah hydraulic jaked piling system
c. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pengukuran untuk menetapkan lokasi
dan elevasi pemancangan sesui dengan gambar kerja, hasil pengukuran harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya.
d. Pergeseran As pondasi yang direncanakan maksimum 5 cm ke segala arah, atau
deviasi maksimum 5 cm.
e. pemancangan harus dikerjakan secara terus menerus sampai mencapai elevasi
yang dipersyaratkan dan harus mendapat persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh Konsultan Pengawas.

2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pengukuran untuk menentukan lokasi
dan elevasi pemancangan sesuai dengan gambar kerja, hasil pengukuran ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pemancangan secara terus menerus
sampai kedalaman yang dipersyaratkan oleh Perencana yang sesuai dengan hasil
penyelidikan tanah. Penghentian pemancangan harus mendapat persetujuan
tertulis dan ditandatangi oleh Konsultan Pengawas.
c. Dasar pondasi tiang pancang yang direncanakan harus masuk kedalaman tanah
keras, atau jika ada ketentuan lain yang telah disyaratkan dan telah mendapatkan
persetujuan dari owner maupun Konsultan Pengawas.
d. Pembobokan kepala tiang sampai besi dari tiang terlihat untuk stek sambungan
dengan struktur diatasnya.

3. Persyaratan-persyaratan pekerjaan poer dan plat


a. Semua pekerjaan beton tumbuk antara lain untuk lantai kerja.
b. Semua pekerjaan beton bertulang yang menurut sifat konstruksinya merupakan
struktur utama antara lain: poer, plat, dan tie beam.
c. Semua pekerjan yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah penggalian yaitu
pekerjaan:
- pembuatan cetakan,
- persiapan dan pemasangan penulangan/stek-stek
- pengecoran
- pemeliharaan & pembukaan cetakan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 81


4. Pengecoran
a. pengecoran baru boleh dimulai setelah ada persetujuan tertulis dan
ditandatangani oleh Konsultan Pengawas.
b. Campuran beton harus diaduk dengan mesin pengaduk (beton mollen)
sekurang-kurangnya 5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan ke dalam
drum pengaduk. Setelah pengadukan selesai, adukan beton harus
memperlihatkan susunan dan warna seragam.
c. Perbandingan campuran harus sesuai dengan yang diperlukan untuk
menghasilkan mutu beton yang dipersyaratkan.
d. Angka dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang ditakar
dalam keadaan kering tanpa digetarkan.
e. Kapasitas mesin pengaduk dan material yang tersedia di lokasi pekerjaan harus
cukup untuk dapat melaksanakan pengecoran terus menerus untuk satu lubang
pondasi.
f. Penuangan adukan beton ke dalam lubang, di mana terdapat muka air tanah
yang cukup tinggi, maka air tersebut harus dipompa keluar hingga kering.
Setelah itu dilakukan pengecoran melalui corong (tremie pipe) secara terus
menerus sambil menjaga agar ujung corong selalu berada di dalam beton.
g. Campuran beton selalu dibuat untuk memenuhi sifat-sifat yang minimum
compressive strength untuk poer dan sloof mutu beton K 300.
h. Penyedia barang dan jasa harus selalu menjaga agar pengecoran dapat
dilakukan terus menerus dan mengisi seluruh rongga yang ada dengan padat
sehingga menjamin keutuhan bentuk dari pondasi sumuran tersebut.
i. Persyaratan-persyaratan lainnya untuk penggalian harus mengikuti persyaratan
pengecoran.

5. Baja Tulangan
a. Mutu baja yang digunakan adalah BJTD 40 untuk diameter > 13 mm dan BJTP 24
untuk diameter < 13mm.
b. Untuk setiap pengiriman tiang pancang dan baja dilakukan pengujian diameter
dan mutu dengan hasil yang ditandatangani oleh Konsultan Pengawas sebagai
dasar penerimaan material.
c. Pemasangan dan pengikatan dari baja dilakukan pada keadaan normal.
d. Pemotongan dan pengikatan sesuai dengan kondisi yang ada pada gambar.
e. Penyedia barang dan jasa harus membuat detail shop drawing dengan skala
untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas dalam pelaksanaannya.
f. Semua baja pada pekerjaan beton ini permukaannya harus bersih dari larutan-
larutan, bahan-bahan atau material yang dapat memberikan akibat
pengurangan ikatan antara beton dan baja.
g. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama dan sebelum
pengecoran tulangan baja tidak berubah tempat.
h. Penahan-penahan jarak pembentuk balok-balok persegi atau gelang-gelang
untuk menjaga ketebalan tebal penutup (selimut) beton harus dipasang
sebanyak minimum 4 buah tiap m2 cetakan atau lantai kerja.
i. Jumlah luas, jenis/tipe maupun mutu dari baja tulangan harus sesuai dengan
gambar rencana.

6. Penyelesaian.
a. Penyedia barang dan jasa harus membersihkan kembali daerah yang telah
selesai dikerjakan terhadap segala kotoran, sampah bekas adukan, bobokan,
tulangan dan lain-lain.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 82


b. Kelebihan tanah bekas galian poer/pile cap dan bobokan maupun material yang
tidak diperlukan lagi harus dibawa ke luar proyek atau ke tempat lain dengan
persetujuan Pengawas.
c. Penyedia barang dan jasa harus tetap menjamin susunan tanah pada daerah
sekitar pondasi terhadap kepadatannya maupun terhadap peil semula.
d. Pada pelaksanaan pembersihan, Penyedia barang dan jasa harus berhati-hati
untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-
tanda lainnya.

3.9. PEKERJAN PONDASI DANGKAL BETON BERTULANG

3.9.1. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan meliputi penyediaan semua tenaga kerja, peralatan, bahan,
pengangkutan dan pelayanan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
ini.
b. Pekerjaan pondasi beton ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

2. Pekerjaan yang berhubungan.


a. Pasal 0301 Bekisting Beton
b. Pasal 0201 Pekerjaan Tanah untuk Lahan Bangunan
C. Pasal 0302 Beton Bertulang

3. Standard
a. Standard Indonesia
PUBI : Peraturan Umum Bangunan Indonesia 1982 (NI-3) SK.SNI-1991.
Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8)
PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.

b. ASTM, USA
C 33 - Concrete Aggregates.
C 150 - Portland Cement.

c. ACI, USA
211 - Recommended Practice for selecting proportions for Normal and
Heavy Weight Concrete.
212 - Guide for use of Admixtures in Concrete.

d. PKKI 1961 (NI-5)

4. Shop Drawing
Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan pondasi beton bertulang yang
berbeda; yang memperhatikan
- dimensi

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 83


- metoda konstruksi
- bahan.

5. Contoh yang harus disediakan

a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh


material : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim
oleh Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui di Bangsal Konsultan Pengawas.
d. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kemasan aslinya yang
masih bersegel dan berlebel pabriknya.
e. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan persyaratan pabrik.
f. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan
ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.
g. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan.

6. Pengujian mutu Pekerjaan


a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan
kepada Konsultan Pengawas "Certificate Test" besi beton, PC dari
produsen/pabrik.
b. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan Pengawas
secepatnya.
c. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
7. Syarat-syarat pengamanan pekerjaan
a. Pondasi beton yang telah terpasang dihindarkan dari jamahan orang/benturan
benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
b. Pondasi beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaannya.

3.9.2. BAHAN/PRODUK

1. Beton yang digunakan : mutu fc’ = 22.5 MPa, atau seperti yang tertera pada
gambar.
2. Baja tulangan yang digunakan : mutu TP30 dia. =< 12 mm atau dan TD40 dia. >
13 mm seperti ditentukan pada gambar rencana, kecuali ditentukan lain.
3. Tanah urugan harus dipadatkan sampai mencapai 80 % dari kepadatan
maksimum menurut standard AASHTO T.180-74 atau ASTM D 1557-70.
4. Air untuk campuran beton harus bebas dari unsur-unsur asing, minyak-minyak,
asam, zat nabati/organis yang dapat merugikan dan mempengaruhi pengikatan
awal atau kekuatan beton. Pada umumnya air yang memenuhi persyaratan
untuk air minum dapat dipakai.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 84


5. Semen yang dipergunakan dari satu merk saja. Kekuatan tes kubus semen
minimal 350 kg per cm persegi.
6. Agregat : halus dan kasar untuk beton harus bersih, keras, kuat, awet dan
bebas dari lumpur atau lempung dan unsur-unsur asing lainnya.
7. Zat Tambah ('admixture') tidak boleh digunakan tanpa adanya persetujuan
tertulis dari Perencana.
8. Bahan bekisting : kayu, logam,Multiplex atau lainnya yang disetujui yang mana
tidak memberikan hasil yang kurang baik pada permukaan beton.

3.9.3. PELAKSANAAN

1. Pembuatan pondasi beton harus sedemikian rupa sesuai dengan gambar


rencana.
2. Penulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan yang tertera
pada gambar. Selama pengecoran penulangan harus tetap pada tempatnya dan
tidak berpindah atau tergeser karena penggetar selama pengecoran, baik yang
dilakukan dengan vibrator atau alat penggetar lainnya.
3. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan beton dengan ketentuan-
ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan dan penyelesaiannya,
memperbaiki beton yang tidak mencukupi syarat-syarat seperti yang diinstruksikan
oleh Konsultan Pengawas.
4. Kontraktor harus melindungi senua pekerjaan beton yang telah selesai.
5. Untuk pengecoran beton, sesuai dengan pekerjaan beton bertulang pada Bab
"Pekerjaan beton Bertulang" dalam spesifikasi ini.

3.10. PEKERJAN PONDASI BATU KALI


3.10.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkandalam melaksanakan pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan pondasi batu kali ini meliputi seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar.

2. Pekerjaan yang berhubungan


a. Pekerjaan Tanah untuk Lahan Bangunan
b. Bekisting Beton
c. Pekerjaan Pondasi Beton Bertulang

3. Standard
a. PUBI : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI-3)
b. Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8).
c. PBN - Peraturan Bangunan Nasional 1978
d. ASTM : C 150 - Portland Cement.
e. Standar Beton 1991.

4. Contoh bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-
contoh material : batu kali, pasir untuk mendapat persetujuan dari

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 85


Konsultan Pengawas.
b. Contoh2 yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui di Bangsal Konsultan Pengawas.

5. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

a. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih.
b. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan
ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.
c. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman
dan penyimpanan.

6. Syarat Pengamanan Pekerjaan


a. Untuk keperluan proses pengerasan pasangan, maka selama minimum 3 hari
setelah pelaksanaan pekerjaan, pondasi harus dilindungi dari benturan
keras dan tidak dibebani.

b. Kontraktor diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari kerusakan yang


diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lainnya.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan. Segala biaya perbaikan menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

3.10.2. BAHAN/PRODUK
1. Semen Portland

Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk
dagang atau atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk
digunakan.

2. Pasir

Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

3. Batu Kali

Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam SK. SNI 1991.
Ukuran batu kali max. 20 cm.

4. Air

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan.
Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 86


supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium Pemeriksaan bahan yang resmi
dan sah atas biaya Kontraktor.

3.10.3. PELAKSANAAN

1. Batu kali yang digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras, tidak porous.
2. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu
pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
pondasi.
3. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimum 10
cm, disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya mencapai
80% conpacted.
4. Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 5 Pasir pasang.
Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air campuran 1 PC : 2 Pasir
setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan atas pondasi ke bawah.
Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga
tidak ada bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat.
5. Untuk sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm tiap
1 m' dengan diameter besi minimum 10 mm.

3.11. PEKERJAN ATAP KUDA – KUDA KAYU


3.11.1. U M U M

1. Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkandalam melaksanakan pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
b) Pekerjaan Atap Kayu ini meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan
dalam gambar.
c) Bagian pekerjaan adalah pekerjaan kuda – kuda kayu, gording, kasau, reng dan
rangka atap.
Bahan konstruksi rangka penutup atap dan penutup atapnya sendiri ditahan oleh
rangka atap (kuda-kuda). Konstruksi rangka penutup atap terdiri dari balok tembok
(blandar), gording, nok (bubungan), listplank, papas riter, usuk (kasau), dan reng.
Semua komponen konstruksi rangka penutup atap ini selanjutnya yang bekerja secara
bersama-sama penahan beban penutup atap yang merupakan bagian teratas dari
konstruksi bangunan. Penutup atap Ijuk atau sirap.
Bubungan, gording dan blandar terdapat pada pembuatan tap yang berbentuk atap
lasenar, pelana, perisai, dan atap gergaji. Namun bubungan tidak terdapat pada jenis
atap kemah. Pada atap kemah atau tenda hanya akan terdapat blandar, gording, dan
jurai. Untuk ukuran atap yang besar, balndar, gording, dan bubungan perlu dilakukan
penyambungan agar panjangnya mencukupi. Tempat penyambungannya yaitu terletak
pada titik momennya sama dengan 0 (nol).

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 87


Kemiringan penutup atap ini sangat bergantung pada jenis bahan Penutup atap yang
akan digunakan. Begitu juga sudut kemiringan rangka atapnya. Penutup atap dari bahan
asbes dan seng pada pada umumnya mempunyai kemiringan yang jauh lebih landai jika
dibandingkan dengan bahan penutup atap dari bahan ijuk dan sirap.

2. Contoh Bahan

a. Untuk bahan rangka kuda – kuda termasuk gording menggunakan kayu kelas II
yang berbahan kayu belian/kayu kelas kuat.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk pemeriksaan/penerimaan material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
material yang telah disetujui di bengkel Pengawas.

3. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
bercacat.
b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih.
c. Tempat penyimpanan bahan harus cukup dan bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai jenisnya.
d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan.
Bila ada kerusakan Kontraktor wajib mengganti atas beban Kontraktor.

4. Perencanaan dan Pengawasan

a. Gambar kerja.
Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar
kerja yang menunjukkan detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang
serta ukuran, jumlah, serta detail-detail lain yang lazimnya diperlukan untuk
fabrikasi.
b. Ukuran-ukuran.
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap
semua ukuran yang tercantum pada gambar kerja.
c. Kelurusan.
Toleransi dari keseluruhan tidak lebih dari L/1000 untuk semua komponen.
d. Pemeriksaan dan lain-lain.
Seluruh pekerjaan harus merupakan pekerjaan yang berkualitas tinggi, seluruh
pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa sehingga
semua komponen dapat dipasang dengan tepat di lapangan. pengawas

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 88


mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan pada saat yang dikehendaki, dan
tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim ke lapangan sebelum diperiksa dan
disetujui pengawas.
Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau
spesifikasi ini akan ditolak dan bila terjadi demikian, harus diperbaiki dengan
segera.

3.11.2. PELAKSANAAN
1. Langkah Kerja
a) Semua kayu kuda – kuda, gording diawetkan dengan residu, pengecatan dengan
residu sebanyak 2x.
b) Sambungan kayu harus rapi, presisi dengan memperhatikan peraturan
SNI.7973.
c) Konstruksi sambungan kuda-kuda harus di lengkapi baut dan besi strip 4 x 0,4
cm
d) Siapkan semuan bahan dan peralatan yang akan digunakan.
e) Rangkailah konstruksi kuda-kuda penuh dengan sebaik- baiknya, semua
sambungan diperkuat dengan nagel.
f) Sambunglah kuda-kuda kayu tersebut dengan tiang kayu yang diperkuat dengan
nagel pula.
g) Dirikan rangkaian kuda-kuda kayu dengan tiang kayu tersebut di atas pondasi
yang telah dibuat sebelumnya. Setel setegak mungkin dengan cara dikontrol
memakai unting-unting dan perkuatlah kedudukan posisinya memakai skor-skor
kayu atati bambu.
h) Setel dua buah setengah kuda-kuda lainnya, perkuat semua
sambungannya memakai nagel.
i) Pasanglah masing-masing setengah kuda-kuda tiang kayu yang diperkuat
dengan nagel pula.
j) Dirikan kedua setengah kuda-kuda tersebut menempel pada kuda-kuda penuh.
Perkuat pertemuan setengah kuda-kuda dengan kuda-kuda penuh memakai
baut berdiameter 12 mm.
k) Kontrol ketegak lurusan tiang memakai unting unting dan perkokoh
kedudukan semua tiang kayu dengan cara dipasang, skor-skor
penyokong mcmakai bambu atau kayu.
l) Pasanglah empat tiang penahan jurai yang diperkokoh dengan balok induk
lantai dan balok kerangka dindig kayu bagian atas.
m) Pasanglah ke empat jurai dan perkuat sambungannya dengan memakai paku.
n) Pasanglah semua gording yang ujung-ujungnya diperkuat dengan cara dipaku.
o) Pasanglah papan riter di atas semua gording selurus mungkin dengan cara
dibantu dengan tarikan benang.
p) Pasanglah semua usuk dengan jarak 40 cm antara satu dan lainnya. Perkuatan
pertemuan usuk dengan gording dan jurai dilakukan dengan cara dipaku.
q) Pasanglah reng dengan jarak sesuai dengan panjang genting yang akan
dipasang. Perkuat kedudukannya dengan cara dipaku pada usuk-usuk yang
berada di bawahnya. Reng paling bawah posisinya dibuat miring yang berbeda
dengan yang di atasnya.
r) Ukurlah panjang tritisan yaitu 0,80 cm: dan potonglah semua gording dan usuk
yang berada di luar jarak tersebut. Bantulah kelurusannya dengan menarik
benang.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 89


s) Pasanglah genting sebagai penutup atap serapi mungkin (lurus arah ke bawah
dan ke samping). Genting-genting yang berada di atas jurai dipotong
seperlunya menggunakan kaka tua atau alat lainnya.
t) Pasanglah genting bubungan dengan menggunakan campuran 1 semen : 10
pasir yang dicampur dengan pecahan genting untuk menjaga penyusutan
pasangan.
u) Pasanglah papan lisplank pada ujung usuk-usuk yang telah dipotong
sebelumnya.
v) Rapikan lingkungan pekerjaan dari kotoran dan benda-benda lain yang tidak
berguna seperti kondisi semula.

2. Pemasangan Penutup Atap


Penutup atap untuk bangunan yang mempunyai beratap datar pada umumnya
dari beton bertulang, sedangkan atap runcing (walaupun mempunyai sudut atap
relatif kecil), penutup atap dapat terdiri dari (a) genteng, (b) asbes gelombang, (c)
seng gelombang atau seng datar, (d) sirap dan (e) rumbia setts (f) ijuk.
Ada bangunan tersebut memakai ijuk
Sudut atap tergantung bahan penutup atap, seperti tersebut di bawah ini
No Bahan penutup atap Sudut miring
1 Genteng 22° - 30°
2 Asbes gelombang 15° - 25°
3 Seng 20° – 25°
4 Sirap 25° – 40°
5 Beton 10 - 3°
Untuk bangunan dengan atap rumbia atau atap ijuk, bahan bangunan tersebut
harus disusun/dirangkai terlebih dahulu, hingga rnernpunyal ketebalan yang cukup
(antara 10 – 20 cm), agar air hujan tidak masuk ke dalam bangunan

5. Pengecatan
Semua bahan konstruksi kayu harus di cat anti rayap.

8. Syarat-Syarat Pengamanan Pekerjaan

a. Bahan-bahan baja profil dihindarkan/dilindungi dari hujan dan lain-lain.


b. Baja yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat/rusak yang diakibatkan
oleh pekerjaan-pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan.
Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis III - 90

Anda mungkin juga menyukai