Anda di halaman 1dari 35

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

RENCANA KERJA DAN


SYARAT-SYARAT TEKNIS
(RKS)
PEKERJAAN :
PEMELIHARAAN DAN/ATAU PERAWATAN
MESJID MIFTAHUL IHSAN KOTA BANARMASIN
Pasal 1
Syarat Umum

1.1. LINGKUP PEKERJAAN


Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi dan memelihara bahan-
bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung
sehingga seluruh pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.
.
1.2. SARANA KERJA
Kontraktor wajib memasukkan jadwal kerja.
Kontraktor juga wajib memasukkan identifikasi dari tempat kerja, nama, jabatan dan
keahlian masing-masing anggota pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi peralatan
yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini. Kontraktor wajib menyediakan
tempat penyimpanan bahan/material ditapak yang aman dari segala kerusakan,
kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana yang
digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi persyaratan kerja, sehingga kelan-
caran dan memudahkan kerja di tapak dapat tercapai.

1.3. GAMBAR-GAMBAR DOKUMEN


1. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang
ada dalam Buku Uraian Pekerjaan ini, maupun perbedaan yang terjadi akibat
keadaan ditapak, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada
Perencana/Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan
di tapak.
Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan.
2. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.
3. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, Kontraktor diwajibkan
memperhatikan dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum
seperti peil-peil, ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya
sebelum memulai pekerjaan.
Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum
dicantumkan dalam gambar Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut secara
tertulis kepada Pengawas dan Pengawas memberikan keputusan ukuran mana
yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
4. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum di dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Pengawas.
Bila hal tersebut terjadi, segala akibat yang akan ada menjadi tanggung jawab
Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
5. Kontraktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua
salinan, segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, addenda, berita-berita
perubahan dan gambar-gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat
pekerjaan.
Dokumen-dokumen ini haruss dapat dilihat Konsultan Pengawas dan Direksi
setiap saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu,
dokumen-dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.
1.4. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH-CONTOH

1. Gambar-gambar pelaksana (shop drawing) adalah gambar-gambar, diagram,


ilustrasi, jadwal, brosur atau data yang disiapkan Kontraktor atau Sub Kontraktor,
Supplier atau Produsen yang menjelaskan bahan-bahan atau sebagian pekerjaan.
2. Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk
menunjukkan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh
Konsultan Pengawas untuk menilai pekerjaan.
3. Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan
dengan segera semua gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang
disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Konsultan Pengawas.
Gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh harus diberi tanda-tanda
sebagaimana ditentukan Konsultan Pengawas dengan Dokumen Kontrak jika ada
hal-hal demikian.
4. Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-
contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap gambar atau
contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
5. Konsultan Pengawas akan memeriksa dan menolak atau menyetujui gambar-
gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya,
sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan mempertimbangkan
syarat-syarat dalam Dokumen Kontrak dan syarat-syarat keindahan.
6. Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta Konsultan
Pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar pelaksanaan dan
contoh-contoh sampai disetujui.
7. Persetujuan Konsultan Pengawas terhadap gambar-gambar pelaksanaan dan
contoh-contoh, tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas
perbedaan dengan Dokumen Kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak
diberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas.
8. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-
contoh yang harus disetujui Konsultan Pengawas, tidak boleh dilaksanakan
sebelum ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
9. Gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh harus dikirimkan kepada
Konsultan Perencana dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan memeriksa
dan mencantumkan tanda-tanda “Telah Diperiksa Tanpa Perubahan” atau “Telah
Diperiksa Dengan Perubahan” atau “Ditolak”.
Satu salinan ditahan oleh Konsultan Perencana untuk arsip, sedangkan yang
kedua dikembalikan kepada Kontraktor untuk dibagikan atau diperlihatkan kepada
Sub Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya.
10. Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut
Konsultan Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu diubah.
Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-
masing jenis dan diperlukan sama seperti butir di atas.
11. Contoh-contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis harus dikirimkan kepada
Konsultan Pengawas.
12. Biaya pengiriman gambar-gambar pelaksanaan, contoh-contoh, katalog-katalog
kepada Konsultan Pengawas menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.5. JAMINAN KUALITAS
Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua
bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan
lain, serta Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik,
bebas dari cacat teknis dan estetis serta sesuai dengan Dokumen Kontrak.
Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai hal-hal tersebut
pada butir ini.
Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, bahwa pekerjaan telah
diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.

1.6. NAMA PABRIK/MEREK YANG DITENTUKAN


Apabila pada Spesifikasi Teknis ini disebutkan nama pabrik/merek dari satu jenis
bahan/komponen, maka Kontraktor menawarkan dan memasang sesuai dengan yang
ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi Kontraktor pada waktu pemasangan menyatakan
barang tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran ataupun sukar didapat dipasaran.
Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang,
Kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada agennya di Indonesia.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanan
bahan/merek tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana akan menentukan sendiri
alternatif merek lain dengan spesifikasi minimum yang sama. Setelah 1 (satu) bulan
menunjukkan pemenang, Kontraktor harus memberikan kepada Pemberi Tugas
fotocopy dari pemesanan material yang diimport pada agen ataupun Importir lainnya,
yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order import).

1.7. CONTOH-CONTOH
Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus
segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh tersebut diambil dengan
jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau
pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan-bahan atau cara pengerjaan yang
dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

1.8. SUBSTITUSI
1. Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesories yang disebutkan nama pabriknya dalam
RKS, Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkan dalam Spesifikasi
Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang setara, disertai data-data
yaang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
pemesanan.
2. Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, akserories dan produk-produk yang tidak
disebutkan nama pabriknya di dalam Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus
mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang menghasilkannya,
katalog dan selanjutnya menguraikan data yang menunjukkan secara benar
bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi Teknis
dan kondisi proyek untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik/ Pengawas.
1.9. MATERIAL DAN TENAGA KERJA
Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru, dan
material harus tahan terhadap iklim tropik.
Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap Pekerja
harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi Pekerja
sangat diperlukan dan Kontraktor harus melaksanakannya.
Kontraktor harus melengkapi Surat Sertifikat yang sah untuk setiap personil ahli yang
menyatakan bahwa personal tersebut telah mengikuti latihan-latihan khusus ataupun
mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian masing-masing.

1.10. KLAUSUL DISEBUTKAN KEMBALI


Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausul-klausul yang disebutkan kembali pada
butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan
pengertian lebih menegaskan masalahnya.
Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi
Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan/atau
yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari patent dan lain-lain untuk segala “claim” atau tuntutan
terhadap hak-hak khusus seperti patent dan lain-lain.

1.11 KOORDINASI PEKERJAAN


Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian yang
terlibat didalam kegiatan proyek ini.
Seluruh aktivitas yang menyangkut dalam proyek ini, harus dikoordinir lebih dahulu
agar gangguan dan konflik satu dengan lainnya dapat dihindarkan.
Melokalisasi/memerinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari
gangguan dan konflik, serta harus mendapat persetujuan dari Pengawas.

1.12. PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG, HARTA BENDA DAN PEKERJAAN


1. Perlindungan terhadap milik umum :
Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat-alat
mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran
lalulintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
2. Orang-orang yang tidak berkepentingan :
Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki tempat
pekerjaan dan dengan tegas memberikan perintah kepada ahli tekniknya yang
bertugas dan para penjaga.
3. Perlindungan terhadap bangunan yang ada :
Selama masa-masa pelaksanaan Kontrak, Kontraktor bertanggung jawab penuh
atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran
pembuangan dan sebagainya di tempat pekerjaan, dan kerusakan-kerusakan
sejenis yang disebabkan operasi-operasi Kontraktor, dalam arti kata yang luas. Itu
semua harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga dapat diterima Pemberi Tugas.
4. Penjagaan dan perlindungan pekerjaan :
Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama pelaksanaan Kontrak, siang
dan malam.
Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab terhadap Kontraktor dan Sub Kontraktor,
atas kehilangan atau kerusakan bahan-bahan bangunan atau peralatan atau
pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
5. Kesejahteraan, Keamanan dan Pertolongan Pertama :
Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan
tindakan pengamanan yang layak untuk melindungi para pekerja dan tamu yang
datang ke lokasi.
Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini disyaratkan harus memuaskan
Pemberi Tugas dan juga harus menurut (memenuhi) ketentuan Undang-undang
yang berlaku pada waktu itu.
Di lokasi pekerjaan, Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang cukup
untuk pertolongan pertama, yang mudah dicapai. Sebagai tambahan hendaknya
ditiap site ditempatkan paling sedikit seorang petugas yang telah dilatih dalam
soal-soal mengenai pertolongan pertama.
6. Gangguan pada tetangga :
Segala pekerjaan yang menurut Pemberi Tugas mungkin akan menyebabkan
adanya gangguan pada penduduk yang berdekatan, hendaknya dilaksanakan
pada waktu-waktu sebagaimana Pemberi Tugas akan menentukannya dan tidak
akan ada tambahan pengganti uang yang akan diberikan kepada Kontraktor
sebagai tambahan, yang mungkin ia keluarkan.

1.13. PERATURAN HAK PATENT


Kontraktor harus melindungi Pemilik (Owner) terhadap semua “claim” atau tuntutan,
biaya atau kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan merek dagang
atau nama produksi, hak cipta pada semua material dan peralatan yang dipergunakan
dalam proyek ini.

1.14. I K L A N
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan
(batas) site atau di tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.

1.15. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAAN YANG DIGUNAKAN


1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah
ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau
Algemene Voorwaarden voor de Uitvoering bij Aaneming van Openbare
Werken (AV) 1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari
Dewan Teknik Pembangunan Indonesia ( DTPI ).
c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI-1971).
d. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
e. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979k dan PLN
setempat.
f. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Air Minum serta Instalassi
Pembuangan dan Perusahaan Air Minum.
g. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1961).
h. Peraturan Semen Portland Indonesia NI-08.
i. Peraturan Bata Merah sebagai bahan bangunan.
j. Peraturan Muatan Indonesia.
k. Peraturan dan Ketentuan laain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi
Pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan
mengikat pula :
a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh
Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Berita Acara Penunjukkan.
e. Surat Keputusan Pemimpin Proyek tentang Penunjukan Kontraktor.
f. Surat Perintah Kerja (SPK).
g. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
h. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
i. Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan.

*****
Pasal 2
Pekerjaan Persiapan

2.1. Pemberitahuan.
Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, pelaksana pekerjaan harus
memberitahukan kepada pemberi tugas dan tembusan kepada pemilik bangunan
beserta konsultan pengawas guna pemeriksaan awal dan izin pelaksanaan pekerjaan.

2.2. Pemeriksaan tempat kerja.


Pelaksanaan pembongkaran sebelumnya harus yakin akan kesiapan dan segala akibat
yang mungkin dapat timbul dalam proses pelaksanaan pekerjaan pembongkaran,
persetujuan izin mulai pelaksanaan pekerjaan setelah pemeriksaan kondisi lokasi
bersama-sama dengan konsultan pengawas dan pelaksanaan pekerjaan. Perizinan
menjadi tanggung jawab dari Kontraktor.

2.3. Pengamanan/ pemutusan jalur-jalur instalasi.


Amankan jalur-jalur air, atau instalasi lain yang dapat menutup jalur dengan izin
konsultan pengawas, pemilik bangunan dan pihak-pihak lainyang berkepentingan.

2.4 Pengamanan Barang-barang Milik Mesjid/ peralatan lainnya dalam tempat kerja.
Pelaksanaan pekerjaan wajib mengamankan/ melindungi peralatan milik masjid yang
ada di dalam ruang dari kerusakan atau cacat lainnya, akibat pekerjaan
pembongkaran. Jika hal tersebut diatas terjadi, maka segala perbaikan / penggantian
menjadi tanggung yang jawab pelaksana pekerjaan. Karena sifat bangunan
dilindungi, maka dalam melakukan pemasangan batas-batas perlindungan sementara
untuk melakukan pekerjaan konstruksi harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Pasal 3
Pekerjaan Pembongkaran

3.1. Pemutusan jalur-jalur instalasi.


Amankan jalur-jalur instalasi air, listrik,dan instalasi lain di lapangan, sebelum
pekerjaan pembongkaran dimulai. Cara memutus aliran dan menutup jalur dengan
izin Konsultan Pengawas, Penguasa setempat dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.

3.2. Pengamanan Peralatan.


Pelaksanaan pekerjaan wajib mengamankan/melindungi peralatan kantor yang ada di
dalam ruang dari kerusakan atau cacat lainnya, akibat pekerjaan pembongkaran. Jika
hal tersebut diatas terjadi, maka segala perbaikan/penggantian menjadi tanggung
jawab pelaksana pekerjaan.

3.3. Pembongkaran
Kontraktor wajib melakukan pembongkaran pagar dan objek lainnya yang akan
direhab/ diperbaiki.

3.4. Pemindahan Barang-barang.


Pemindahan barang-barang diruangan harus disetujui dan disaksikan oleh orang-
orang yang ditunjuk dan Konsultan Pengawas. Apabila barang-barang berhubungan
dengan penarikan/ pencopotan kabel-kabel harus dilaksanakan oleh orang-orang
yang diberi wewenang.

3.5. Perapihan.
Perapihan dan pembersihan barang-barang akibat bongkaran harus dilaksanakan
oleh kontraktor. Untuk jenis bongkaran yang tidak berharga dan tidak digunakan lagi
harus segera dikeluarkan dari lokasi, sedangkan pada waktu jalannya proyek sampai
selesainya proyek tidak ada bekas maupun tumpukan puing akibat bongkaran
dilokasi proyek.
Pasal 4
Pekerjaan Paving Block

4.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab ini meliputi kelengkapan peralatan konstruksi
tenaga kerja, alat-alat, bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan pekerjaan pemasangan Paving Block pada area yang tertuang
dalam gambar rencana.

4.2. Pekerjaan Pasang Paving Block


a. Paving block harus buatan pabrik dengan mutu K225, tebal 8 cm – rectangular
dan warna abu-abu.
b. Bidang Paving Block yang terpasang harus benar-benar rata dengan
memperhatikan muka tanah sesuai gambar.
c. Pola pemasangan Paving Block harus sesuai dengan gambar detail atau petunjuk
konsultan pengawas.
d. Lebar siar-siar harus sama, membentuk garis lurus, sesuai dengan gambar atau
sesuai petunjuk konsultan pengawas.

4.3. Pengambilan Benda Uji / Sampling


Pada saat pelaksanaan dilakukan sampling terhadap Paving Block, setiap 500 m2
diambil sample sebanyak 30 buah Paving dan dilakukan Uji Lab.
Jika terdapat Paving Block yang tidak sesuai Spesifikasi maka harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, dan sebagai konsekwensinya Kontraktor harus
menggantinya sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.

4.4. Pekerjaan Lapis Pasir untuk Paving Block


a. Penyimpanan
Bedding sand harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur dengan
tanah/ kotoran di sekitarnya. Tempat penimbunan harus mempunyai dainase
yang baik dan harus terlindung dari hujan sehingga air tetap merata.
b. Penghamparan pasir/ bedding sand :
Pasir harus dihamparkan dengan rata di atas lapisan dasar (base coarse) sampai
ketebalan yang ditetapkan dalam RAB padat dengan memperhatikan kadar air
dan karakteristik gradasinya`Permukaan yang dihasilkan harus rata. Bila paving
block telah selesai dipasang dan terlihat permukaan yang tidak rata maka paving
block tersebut hrus diangkat kembali, pasir diratakan lagi sampai diperoleh hasil
yang rata. Bedding sand ini harus mempunyai kepadatan dan ketebalan yang
sama sehingga pemampatan akibat pemadatan merata. Lapisan yang lepas /
belum dipadatkan biasanya mempunyai ketebalan 5 sampai 15 mm lebih tebal
dari ketebalan padat yang disyaratkan. Selama penghamparan kadar air harus
uniform dan pasir yang belum dipadatkan tersebut harus dilindungi terhadap
segala bentuk pemadatan dan lalu lintas, sampai paving block selesai dipasang
dan bersama-sama. Bila ada bagian lapisan pasir yang tidak sengaja terkompaksi
sebelum paving tergaruk dan diratakan. Waktu penghamparan harus
diperhitungkan dengan baik sehingga tidak terdapat lapisan pasir lepas yang
tidak sempat ditutup dengan paving block pada hari yang sama.

4.5. Pekerjaan Lapis Permukaan untuk Paving Block


a. Paving Block harus diletakan berhimpitan satu dengan lainnya dengan pola sesuai
dengan gambar lansekap di atas bedding sand yang belum dipadatkan tapi sudah
selesai diratakan. Lebar celah antar block tidak boleh lebih dari 4 mm, celah ini
harus merupakan garis lurus dan saling tegak lurus, untuk itu diperlukan
pemasangan snar pada 2 arah yang saling tegak lurus untuk mengontrol letak
dan ikatan antar block.
b. Cara meletakkan block dan pengisian celah antara :
Dalam memasang block harus diusahakan agar untuk pengisian celah antar block
dengan elemen-elemen lain seperti pinggiran saluran, bingkai jalan, baik kontrol
dan lain-lain, dipergunakan block dengan ukuran 25% dari ukuran utuh. Ruang
antara yang masih tersisa harus diisi setelah pemadatan awal dari paving block.
Untuk celah lebih besar dari 25 mm tetapi kurang dari 50 mm, dipergunakan
aggregate halus dengan ukuran 10 mm dan mortar kering untuk celah yang lebih
kecil. Untuk bagian-bagian jalan yang menanjak, menurun, pemasangan block
harus dilakukan dari bagian terendah kebagian yang lebih tinggi. Pola
pemasangan dan warna agar dibuat sesuai gambar. Kontraktor wajib membuat
gambar kerja untuk pola di daerah-daerah khusus.
c. Pemadatan Awal
Alat kompaksi untuk keperluan ini harus merupakan mechanical flat plate vibrator
dengan karakteristik sebagai berikut :
 Plat dasar mempunyai luas : 0,25 – 0,50 m2
 Gaya Pemadatan yang dapat diberikan sebesar 1,5 ton sampai 2,0 ton
 Frekuensi getaran : 75 – 100 Hz.
Paving block harus terletak dengan mantap di atas bedding sand. Pemadatan
harus dilakukan segera setelah pemasangan paving block dengan minimal 2
passes. Jarak antara bagian yang dipadatkan sampai bagian dimana sedang
dilakukan pemasangan block tidak boleh kurang dari 1,5 mtr. Adalah sangat
penting untuk memadatkan bedding sand segera setelah pemasangan block
sehingga dapat dihindari berpindahnya pasir yang masih dalam keadaan lepas
karena bergeraknya block yang tidak diletakkan dengan baik atau adanya air
yang mengalir ketempat tersebut. Pemadatan harus diulangi pada daerah selebar
1 mtr diukur dari akhir pemasangan / pemadatan yang dilkukan pada hari
sebelumnya melanjutkan dengan pekerjaan selanjutnya. Semua block yang
rusak selama pemadatan dan selama masa pemeliharaan harus segera diganti
dengan yang baru tanpa adanya biaya tambahan.
d. Pasir Pengisi (Joint Filling)
Pasir yang dipergunakan untuk mengisi celah antar block harus mempunyai
gradasi sedemikian rupa sehingga 90% dari berat lolos dri tapis 1,18 mm (BS-
410).
Pasir ini harus cukup kering sehingga dapat mengisi celah-celah dengan baik.
Bahan ini harus bebas dari garam dan zat lain yang dapat merusak material
paving block.
Segera setelah pemadatan awal dan pengisian akhiran-akhiran, pasir pangisi
harus segera dihamparkan dan diratakan dengan sapu sepanjang permukaan
jalan dan dimasukan kedalam celah-celah antara dengan bantuan kompactor.
Celah harus benar-benar terisi oleh pasir kasar.
Kompaktor dari jenis lain boleh digunakan setelah mendapat persetujuan
konsultan pengawas
Sebagai langkah pemadatan terakhir, permukaan jalan harus diadatkan dengan
mechanikal flat plate vibrator, sehingga diperoleh permukaan yang padat dan
rata dengan kemiringan terhadap kedua arah tepi jalan sebesar 2%
e. Toleransi :
Toleransi ukuran bahan :
Bahan harus mempunyai panjang dan lebar yang seragam dengan toleransi
maksimum tidak lebih dari 3 mm terhadap tebal nominalnnya
Toleransi kerataan permukaan akhir level block harus 10 mm dari permukaan
yang tercantum dalm gambar, sehubungan dengan peil permukaan saluran air
dan lain-lain.
Pasal 5

Pekerjaan Galian Tanah

5.1. GALIAN

a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi :
Semua panggalian penimbunan kembali, pengurugan dibawah lantai, pekerjaan tanah
kasar dan alur pipa-pipa sub drainage serta pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan
dengan itu, sesuai dengan gambar-gambar dan persyaratan teknis. Penggalian dan
penimbunan kembali untuk pekerjaan mekanikal elektrikal termasuk dalam bab ini.

5.2. SYARAT-SYARAT PENGGALIAN

a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman-
kedalaman yang diperlukan untuk pondasi, lantai dan lain-lain yang di persyaratkan
atau diperlihatkan maupun diindikasikan pada gambar-gambar dengan cara
sedemikianrupa sehingga pekerjaan ini dapat selesai dengan baik sesuai dengan
spesifikasi ini.
b. Penggalian tanah mencakup pemindahan tanah serta batu-batuan lain yang di jumpai
dalam pekerjaan.
c. Penggalian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk pembangunan
maupun memindahkan rangka/bekesting yang diperlukan, dan juga untuk mengadakan
pembersihan.
d. Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai
kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar, maka kelebihan dari pada
galian harus di urug kembali dengan pasir. Biaya akibat pekerjaan tersebut ditanggung
oleh Kontraktor.
e. Lapisan atau hasil galian daerah pembangunan yang dipakai kembali, ditimbun
ditempat yang ditunjuk dan atas persetujuan Pengawas untuk digunakan dalam
pekerjaan lanscaping.
f. Kalau dijumpai akar-akar/bahan yang bisa melapuk pada keadaan yang diperlihatkan
dalam gambar-gambar maka-akar.bahan tersebut harus diangkat dan di urug kembali
dengan pasir selanjutnya dilembabkan dan dipadatkan.
g. Galian pondasi dipadatkan hingga mencapai 90% dari kepadatan tanah asal.
Pengetesan tanah galian dilakukan Pengawas dengan menggunakan alat yang
memadahi.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran
I.(1) Galian Biasa Meter Kubik
I.(2) Galian Batu Meter Kubik
I.(3) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik
I.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik
I.(5) Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik
I.(6) Cofferdam, Penyokong, Pengaku dan Lump Sum
Peker-jaan yang Berkaitan
5.3. TIMBUNAN
1) Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian,
dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah
rawa.
Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air
dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik.
Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan
pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan
ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan
adalah faktor yang kritis.
Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah
yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan cara yang diatur dalam
Spesifikasi ini.
c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang sebagai
landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous yang
dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya partikel
halus tanah akibat proses penyaringan.
d) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan batu dengan manual atau dengan derek,
dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

2) Toleransi Dimensi
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih
rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis
profil yang ditentukan.
d) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm
atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari Spesifikasi
ini, Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi
Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan :
i) Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang telah
dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;
ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada
permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar cukup
memadai.
b) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan paling
lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya
sebagai bahan timbunan :
i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh harus
disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama Periode Kontrak;
ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk
bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium yang
menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran
II.(1) Timbunan Biasa Dari Selain Galian Sumber Meter Kubik
Bahan
II.(2) Timbunan Pilihan Meter Kubik
II.(3) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa Meter Kubik
(diukur di atas bak truk)

*****
Pasal 6
Pekerjaan Adukan dan Pasangan

6.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Adukan untuk pasangan bata.
b. Pasangan bata untuk dinding exterior dan partisi interior.
c. Pasangan untuk arsitektur interior (built in).
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Batu bata.
b. Waterproofing.
3. Standard.
a. NI-3, Standard untuk pasir.
b. NI-8, Standard untuk P-C.
c. NI-10, Standard untuk Pasangan bata.
d. PUBI-9 Standard untuk air agregate.
e. ASTM : C144, Agregate for masonry mortar.
C150, Portland cement
C270, Mortar for unit masonry.

6.2. BAHAN/PRODUK
a. Portland Cement : ASTM C150 type V dan NI-8 jenis semen dari merk Tiga Roda
atau Semen Gresik.
b. Agregates : Standard type pasangan, ASTM C144 bersih, kering dan terlindung dari
minyak dan noda.
c. Air bersih, bebas dari minyak, alkali organik.

6.3. PELAKSANAAN
1. Dimana diperlukan, menurut Pengawas, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan pasangan.
2. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang diperlukan.
Adukan dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk Pengawas.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar arsitektur, terutama gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal / tinggi / peil dan bentuk profilnya.
4. Untuk bidang kedap air, pasangan dinding batu bata yang berhubungan dengan
udara luar dan semua pasangan batu bata dari bawah permukaan tanah sampai
ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 160 cm dari permukaan lantai untuk
toilet, ruang saji/pantry dan daerah basah lainnya dipakai adukan plesteran 1 pc :
2 pasir (trasraam).
5. Untuk adukan kedap air harus ditambah Daily bond, dengan perbandingan 1 pc : 1
Daily Bond.
6. Material untuk adukan harus diukur yang sebenarnya dan menggunakan kotak
(boxes) pengukuran yang akurat.
7. Penggunaan bahan additive harus disetujui oleh perencana dan digunakan sesuai
dengan ketentuan dari pabrik.
8. Pekerjaan bata yang sudah selesai harus dilindungi dengan lembaran penutup
untuk mencegah adukan menjadi cepat kering.
9. Pasangan dinding bata pada sudut ruangan harus dilindungi dengan papan
untuk melindungi dari kerusakan. Jika ada pekerjaan pasangan yang
memperlihatkan sambungan yang rusak atau tidak beres maka pasangan itu harus
dibongkar dan diganti yang baru.
10. Berikan angkur sesuai dengan gambar atau jika tidak ditunjukkan gunakan
ukuran/jarak type standard.
11. Tempatkan angkur pada bubungan pasangan bata dengan struktur kolom
praktis atau balok sesuai petunjuk gambar tapi tidak lebih dari 60 cm pada jarak
vertikal dan 90 cm pada jarak horizontal.

*****
Pasal 7
Pekerjaan Pasangan Batu Gunung

7.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkandalam melaksanakan pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
b. Pekerjaan pondasi batu kali ini meliputi seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar.

2. Pekerjaan yang berhubungan


a. Pekerjaan Tanah untuk Lahan Bangunan
b. Bekisting Beton
c. Pekerjaan Pondasi Beton Bertulang

3. Standard
a. PUBI : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI-3)
b. Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8).
c. PBN - Peraturan Bangunan Nasional 1978
d. ASTM : C 150 - Portland Cement.
e. Standar Beton 1991.

4. Contoh bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material : batu kali, pasir untuk mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
b. Contoh contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim
oleh Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah
disetujui di Bangsal Konsultan Pengawas.

5. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan


a. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih.
b. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan ditempatkan
dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.
c. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan.

6. Syarat Pengamanan Pekerjaan


a. Untuk keperluan proses pengerasan pasangan, maka selama minimum 3 hari
setelah pelaksanaan pekerjaan, pondasi harus dilindungi dari benturan keras
dan tidak dibebani.
b. Kontraktor diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari kerusakan yang
diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lainnya.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan. Segala biaya perbaikan menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
7.2. BAHAN/PRODUK
1. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk
dagang atau atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk
digunakan.
2. P a s i r
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
3. Batu Kali
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam SK-SNI-2003-1726-2002.
Ukuran batu kali max. 20 cm.
4. A i r
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan.
Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium Pemeriksaan bahan yang resmi
dan legal atas biaya Kontraktor.

7.3. PELAKSANAAN
1. Batu kali yang digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras, tidak porous.
2. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu
pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
pondasi.
3. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimum 10 cm,
disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya mencapai 80%
compacted.
4. Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 3 Pasir pasang.
Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air campuran 1 PC : 2 Pasir
setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan atas pondasi ke bawah.
Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat.
5. Untuk Balok Sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm
tiap 1 m' dengan diameter besi minimum 10 mm.
Pasal 8
Pekerjaan Plesteran

8.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan plester dinding ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam
dan luar serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar detail
yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

8.2. PERSYARATAN BAHAN


1. Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh
pekerjaan).
2. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
3. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.
4. Penggunaan adukan plesteran :
a. Adukan 1 pc : 3 pasir dipakai untuk plesteran rapat air.
b. Adukan 1 pc : 5 pasir dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
c. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.

8.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai
dengan petunjuk dan persetujuan Pengawas, dan persyaratan tertulis dalam
Uraian dan Syarat Pekerjaan ini.
2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau
pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Pengawas sesuai Uraian dan
Syarat Pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal/tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
4. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatan-nya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di bawah
permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150 cm
dari permukaan lantai toilet dan daerah basah lainnya dipakai adukan
plesteran 1pc : 3 pasir.
b. Untuk aduk kedap air, harus sitambah dengan Daily bond, dengan
perbandingan 1 bagian PC : 1 bagian Daily Bond.
c. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC : 5 pasir.
d. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur
8 hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus ditambah
dengan addivite plamix dengan dosis 200-250 gram plamix untuk setiap 40 Kg
semen.
e. Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering.
Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
5. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
6. Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-
sisa bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-
lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.
7. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan
difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan
plesterannya).
8. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi
kedap air.
9. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur-alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang
lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.
10. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan
bidang.
11. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal
plesteran minimum 2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat
ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian
pekerjaan yang diizinkan Pengawas.
12. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu
bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5
cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
13. Untuk pemukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung
bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, Kontraktor
berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
14. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan-bahan penutup
yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
15. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus
dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Pengawas dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
16. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum finish, Kontraktor
wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan
wajib diperbaiki.
17. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

*****
Pasal 9
Pekerjaan Bekisting Beton

9.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Kayu dan baja untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan perkuatan
dan pengangkuran-pengangkuran yang diperlukan.
b. Penyediaan bukaan/sparing dan sleeve untuk pekerjaan-pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal.
c. Penyediaan Waterstops.
d. Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.

2. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan.


a. Pondasi Beton Bertulang
b. Pasangan Bata

3. Standard.
a. Standard Indonesia :
1) Peraturan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI) - 1982, NI - 3.
2) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) - 1961, NI - 5.
3) Peraturan Standaar Beton 1991 (SK-SNI –2003-1726-2002)
b. ACI : American Concrete Institute, USA.
1) 303 - Guide to Cast-In-Place Architectural Concrete practice.
2) 318 - Building Code Reguirements for Reinforced Concrete.
3) 347 - Recommended Practice for Concrete Form Work.
4) SP4, Special publication 34 - Form Work for Concrete.

4. Shop Drawing.
a. Dimana diperlukan, menurut Direksi Lapangan atau Perencana, harus dibuat
Shop Drawing.
b. Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan bekisting yang berbeda;
yang memperlihatkan :
- dimensi
- metoda konstruksi
- bahan
- hubungan dan ikatan-ikatan (ties).

9.2 B A H A N
1. Bekisting Beton Biasa (Non Ekspose)
a. Plywood t = 12 mm.
b. Paku, angkur dan sekrup-sekrup; ukuran sesuai dengan keperluan dan cukup
kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengecoran.
2. Bekisting Beton Ekspose
a. Plywood; untuk dinding, balok dan kolom persegi, tebal 18 mm.
b. Baja lembaran, tebal minimal 1,2 mm, untuk kolom- kolom bundar.
c. Form ties; baja yang mudah dilepas (snap-off metal). Panjang fixed atau
adjustable, dapat terkunci dengan baik dan tidak berubah saat pengecoran.
Lubang yang terjadi pada permukaan beton setelah form ties dibuka tidak
boleh lebih dari 1 inch (25 mm).
d. Form Release Agent; minyak mineral yang tidak berwarna, yang tidak
menimbulkan karat pada permukaan beton dan tidak mempengaruhi rekatan
maupun warna bahan finishing permukaan beton.
Produk : CALSTRIPS, buatan Cement Aids, Australia.
e. Chamfer Strips, terbuat dari jenis kayu klas II, dibentuk menurut rencana
beton pada gambar.

3. Water Stops
Dipergunakan Type RX Polymer Volclay.

4. Syarat-syarat Umum Bekisting


a. Tidak mengalami deformasi. Bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat.
b. Kedap air; dengan menutup semua celah dengan tape.
c. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.

9.3. PELAKSANAAN
1. Pemasangan Bekisting.
a. Tentukan jarak, level dan pusat (lingkaran) sebelum memulai pekerjaan.
Pastikan ukuran-ukuran ini sudah sesuai dengan gambar.
b. Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai dengan
design dan standard yang telah ditentukan; sehingga bisa dipastikan akan
menghasilkan beton yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan akan bentuk,
kelurusan dan dimensi.
c. Rancangan bekisting harus memudahkan pembukaannya sehingga tidak
merusakkan permukaan beton.
d. Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan harus dibuat
kedap air, untuk mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi
bentuk beton.
Hubungan-hubungan ini harus diusahakan seminimal mungkin.
e. Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang pada kedua
sisinya.
Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin Konsultan
Pengawas.
Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus
dibuang.
f. Perkuatan-perkuatan pada bukaan-bukaan dibagian-bagian yang struktural
yang tidak diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
g. Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pinggulan-pinggulan
(chamfer strips) pada sudut-sudut luar (vertikal dan horizontal) dari balok,
kolom dan dinding.
h. Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :
1) Deviasi garis vertikal dan horizontal :
- 6 mm, pada jarak 3000 mm.
- 10 mm, pada jarak 6000 mm.
- 20 mm, pada jarak 12000 mm, atau lebih.
2) Deviasi pada potongan melintang dari dimensi kolom atau balok, atau
ketebalan plat : 6 mm.
i. Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
Aplikasi harus dilaksanakan sebelum pemasangan besi beton, angkur-angkur
dan bahan-bahan tempelan (embedded item) lainnya.
Bahan yang dipakai dan cara aplikasinya tidak boleh menimbulkan karat
atau mempengaruhi warna permukaan beton.
j. Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena
bahan pelepas acuan; bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai.
Untuk itu, dalam hal bahan pelepas acuan tidak dipakai, sisi dalam
bekisting harus dibasahi dengan air bersih.
Dan permukaan ini harus dijaga selalu basah sebelum pengecoran beton.

2. Sisipan (insert), Rekatan (embedded) dan Bukaan (Opening)


a. Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits,
sleeves dan pekerjaan lain yang akan merekat pada, atau melalui/merembes
beton.
b. Pasang langsung pada bekisting alat-alat atau bagian pekerjaan lain yang
akan di cor langsung pada beton.
c. Koordinasikan bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika membentuk /
menyediakan bukaan, slots, recessed, sleeves, bolts, angkur dan sisipan-
sisipan lainnya. Jangan laksanakan pekerjaan diatas jika tidak secara
jelas/khusus ditunjukkan pada gambar yang berhubungan.
d. Pemasangan water stops harus kontinu (tidak terputus) dan tidak mengubah
letak besi beton.
e. Sediakan bukaan sementara pada beton dimana diperlukan guna
pembersihan dan inspeksi.
Tempatkan bukaan dibagian bawah bekisting guna memungkinkan air
pembersih keluar dari bekisting.
Penutup bukaan sementara ini harus dengan bahan yang memungkinkan
merekat rapat, rata dengan permukaan dalam bekisting, sehingga
sambungannya tidak akan tampak pada permukaan beton ekspose.

3. Kontrol Kualitas.
a. Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk
beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatanya guna memastikan bahwa
pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekistings, wedged, ties, dan
bagian-bagian lainnya aman.
b. Informasikan pada Konsultan Pengawas jika bekisting telah dilaksanakan,
dan telah dibersihkan, guna pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan persetujuan
Konsultan Pengawas terhadap bekisting yang telah dilaksanakan sebelum
dilaksanakan pengecoran beton.
c. Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2 kali
tidak diperkenankan.
Penambalan pada bekisting, juga tidak diperkenankan, kecuali pada bukaan-
bukaan sementara yang diperlukan.
d. Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Konsultan Pengawas.

4. Pembersihan
a. Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang
tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian
dalam bekisting. Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna
membuang benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan
puing-puing tersebut telah mengalir keluar melalui lubang pembersih yang
disediakan.
b. Buka bekisting secara kontinu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau ketidak seimbangan
beban yang terjadi pada struktur.
c. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-
peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.
d. Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka
harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terhadap
permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.
e. Dimana diperlukan berikan perkuatan-perkuatan pada komponen-komponen
struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat pembebanan dan
konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan konstruksi dilantai-lantai diatasnya
bisa dilanjutkan.
Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan setelah beton
mempunyai 75 % dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength)
yang diperlukan.
f. Bekisting-bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton, tidak
boleh dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh Pengawas.
*****
Pasal 10
Pekerjaan Beton Bertulang

10.1 UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pembesian.
- Tulangan besi, lengkap dengan kawat pengikatnya.
- Beton decking(support chairs), bolster, speacer for reinforcing.
b. Pengecoran Beton.
- Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding pondasi dan
slabs pendukung.
- Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.
- Finishing permukaan beton pada dinding, pelat, balok dan kolom.
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Bekisting Beton.
b. Finishing Beton.
c. Pondasi Beton Bertulang.
d. Pasangan Bata
e. Struktur Baja
f. Waterproofing.
g. Bagian2 pekerjaan Mekanikal yang harus dicor dalam beton.
h. Bagian2 pekerjaan Elektrikal yang harus dicor dalam beton.
3. Standard.
a. Standard Indonesia.
- PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI - 3)
- SK-SNI T-2003-1726-2003 : Standar Beton 1991.
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1973, NI - 8.
- PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.
b. ASTM, USA.
- C 33 - Concrete Aggregates.
- C 150 - Portland Cement.
c. ACI : American Concrete Institute, USA.
- 211 - Recommended Practice for selecting proportions for Normal and
Heavy Weight Concrete.
- 212 - Guide for use of Admixtures in Concrete.
- 214 - Recommended Practicefor Evaluation of Compression Test
Results of Field Concrete.

4. Penyimpanan :
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah
diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari
tanah. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
Jika ada bagian yang mulai megeras, bagian tersebut masih harus dapat
ditekan hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih
dari 10 % berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan
tangan bebas, maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5 % berat dan
kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang
sama. Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus
tetap terjamin.
c. Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya
(misalnya minyak dan lain-lain). Jenis semen dari merk Tiga Roda atau
Semen Gresik dan selanjutnya jenis merk semen yang digunakan adalah
mengikat seluruh pekerjaan.
d. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah
menurut jenis dan gradasinya cukup terpisah menurut jenis dan gradasinya
serta harus beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari
tercampurnya dengan tanah.

10.2. BAHAN/PRODUK
1. Portland Cement.
a. Portland cement jenis II, menurut NI - 8 atau type I, menurut ASTM dan
memenuhi S.400, menurut Standard Portland Cement yang ditentukan
Asosiasi Semen Indonesia.
b. Untuk pemukaan beton expose, harus dipakai 1 merk semen saja.
c. Kekuatan tes kubus semen minimal 350 kg per cm persegi.
2. Aggregates.
a. Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat SK-SNI-2003-1726-2002.
Aggregates kasar harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous).
Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 5 % berat kering.
b. Dimensi maksimum dari aggregates kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan
tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.
c. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
3. Air:
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
dapat mengurangi mutu pekerjaan.
b. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 p.p.m. dan komposisi sulfat
(SO3) tidak boleh melebihi 1000 p.p.m. Apabila dipandang perlu,
Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang
dipakai diperiksa di laboratorium pemerik-saan bahan yang resmi dan
sah atas biaya Kontraktor.
4. Besi Beton :
a. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi mutu TP24 dia. < 10
mm dan TD40 dia.  10 mm.
b. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk
mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada
tempatnya.
c. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat
dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik
minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stresstrain) dan
pelengkungan untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada
laboratorium yang disetujui Konsultan Pengawas.
5. Admixture :
a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat
tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture.
b. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Kontraktor diminta
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
mengenai hal tersebut. Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan
nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai
tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu.

10.3. PELAKSANAAN
1. Kualitas Beton.
a. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain
tempat atau dengan mengadakan trial-mixes dilaboratorium yang ditunjuk
oleh Konsultan Pengawas.
b. Test selama pekerjaan :
Buat 3 silinder 15 cm x 30 cm dari setiap 75 m3 atau sebagian dari pada
itu, atau dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan, dari
setiap mutu beton yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran
yang di cor. Buat dan simpan silinder-silinder menurut ASTM C 31. Test satu
silinder pada hari ke 7 dan satu kubus pada hari ke 28 menurut ASTM C 39.
Simpan satu silinder sebagai cadangan untuk test pada hari ke 56 jika test
pada hari ke 28 gagal. Jika test silinder pada hari ke 28 berhasil, test
silinder cadangan untuk menghasilkan kekuatan rata-rata dari kedua
silinder pada hari 28. Sediakan fasilitas pada lokasi proyek untuk menyimpan
contoh-contoh yang diperlukan oleh badan penguji.
c. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas dan laporan
tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan
laboratorium harus dengan pertsetujuan Konsultan Pengawas.
d. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 5 cm dan
maksimum 13 cm. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
e. Contoh : beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan
beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu
rata atau palat baja. Cetakan di isi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16
mm panjang 60 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusakan harus masuk dalam satu
lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka dibiarkan 1/2
menit lalu cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai
slumpnya).
f. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
g. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan silinder percobaan
untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh
kurang dari 65 % kekuatan yang diminta pada 28 hari, tanpa additives. Jika
hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang
diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-
cara seperti yang ditetapkan dalam SB. SNI-1991 dengan tidak menambah
beban biaya bagi Pemberi Tugas.
h. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung
setelah seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer.
i. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen beton.
j. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.

2. Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Bekisting.


Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti SK-SNI-2003-1726-2002. Siar-
siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum
pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

3. Penggantian Besi.
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada, maka :
1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar; Secepatnya hal ini
diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai
pekerjaan lebih, maka penambahan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari
Perencana Konstruksi.
3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
Perencana Konstruksi.
Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga
keharusan dari Kontraktor.
c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
1. Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Perencana.
2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas).
3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan
penampang berkurang.
4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang
dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.
d. Toleransi Besi.
Diameter, ukuran sisi Variasi dalam Toleransi
(atau jarak antara berat yang di- diameter
dua permukaan yang perbolehkan.
berlawanan.
Dibawah 10 mm +/- 7 % +/- 0.4 mm
10 mm sampai 16 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 16 mm) +/- 5 % +/- 0.4 mm
10 mm sampai 28 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 28 mm) +/- 4 % +/- 0.5 mm

4. Perawatan Beton.
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.
d. Khusus elemen vertical harus dipakai curing compound.

5. Tanggung Jawab Kontraktor


a. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai
dengan ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar2
konstruksi yang diberikan.
Adanya atau kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas
atau Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau
memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut
diatas.

6. Perbaikan Permukaan Beton


Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, kropos dengan campuran
adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan acuan, hanya boleh
dilakukan setelah mendapat persetujuan dan sepengetahuan Konsultan
Pengawas. Jika ketidak-sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk
menghasilkan permukaan yang diharapkan dan diterima oleh Konsultan
Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali
atas beban biaya kontraktor. Ketidak-sempurnaan yang dimaksud adalah
susunan yang tidak teratur, pecah/retak, ada gelombang udara, kropos,
berlubang, tonjolan dan yang lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang
diharapkan/diinginkan.

7. Pembersihan
a. Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun.
Pembersihan harus dilakukan secara baik dan teratur.

8. Contoh yang harus disediakan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh
material : split, pasir, besi beton, PC untuk mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor kelapangan.
c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui dibangsal Konsultan Pengawas.

9. Sparing Conduit dan Pipa-pipa


a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka pemborong harus
mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas.
c. Bilamana sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum
pengecoran dan diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat
pengecoran beton.
e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.

10.4. MUTU BETON


1. Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat PBI-1971, kecuali ditentukan lain
pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton f’c 19,3 Mpa.

2. Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan ( trial mix ) untuk mengontol


kekuatan beton karakteristik dan daya kerja/durability sehingga mudah diratakan
dan tidak terjadi Segregasi dan Agregat.
3. Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mix) tersebut diatas harus sudah
dilakukan dan dilaporkan hasil test kubusnya sebelum pekerjaan beton yang
dimaksudkan dimulai.

10.5. TEST SILINDER


1. Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Kontraktor untuk membuat silinder
coba dari adukan beton yang dibuat.
2. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji. Setiap 5 m3
adukan beton dibuat 1 buah benda uji. Pengambilan benda uji memakai aturan
dari PBI 1971 atau ACI.
3. Ukuran silinder coba atau benda uji adalah 15 cm (dia) x 30 cm (tinggi).
Pengambilan adukan beton, pencetakan silinder coba dan curingnya harus
dibawah pengawasan. Prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI
1971.
4. Untuk identifikasi, silinder coba harus ditanda dengan suatu kode yang dapat
menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang bersangkutan
dan lain-lain yang perlu dicatat.
5. Pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.7. termasuk juga pengujian-
pengujian slump dan pengujian-pengujian tekanan.
Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka kelompok
adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai dan Kontraktor harus
menyingkirkannya dari tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal, maka
perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur perbaikan dalam PBI 1971.
6. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan silinder coba menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
7. Semua silinder coba harus ditest pada laboratorium yang berwenang dan disetujui
Pengawas. Test silinder coba dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari, 21 hari
dan 28 hari dengan perbandingan jumlah masing-masing 50 % dari silinder coba
yang tersedia. Namun apabila diperlukan MK/Pengawas dapat meminta Kontraktor
untuk melakukan test silinder coba yang berumur 3 hari dengan jumlah yang
ditentukan oleh MK/Pengawas.
8. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada Pengawas segera sesudah
percobaan, paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah pengecoran, dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran
adukan, berat kubus benda uji dan data-data lain yang diperlukan.
9. Apabila dalam pelaksanaan terdapat mutu beton yang tidak memenuhi spesifikasi,
maka Pengawas berhak meminta Kontraktor agar mengadakan percobaan non
destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan dengan mengambil
sampel dengan core drill pada elemen struktur yang mutu betonnya tidak
memenuhi spesifikasi.
Percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1971. Apabila gagal,
maka bagian tersebut harus dibongkar dan dibangun kembali sesuai dengan
petunjuk Pengawas. Semua biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
10. Kontraktor diharuskan mengadakan slump test menurut syarat-syarat dalam PBI
1971. Slump beton berkisar antara 8 – 12 cm.
*****
Pasal 11
Pekerjaan Pagar Stainlessteel

11.1 Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan perlengkapan lain serta
pemasangan semua pekerjaan stainless steel seperti yang tercantum dalam gambar
dan sesuai petunjuk Pengawas. Pekerjaan ini meliputi Pekerjaan railing pada tangga
utama.

11.2. Pengendalian Pekerjaan


Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan :
1) SII - 0161 - 1981 – ASTM
2) SII - 0183 - 1978 - AISC edisi terbaru
3) SII - 0163 - 1979 - BS - 1387 - STEEL TUBES

11.3. Bahan-bahan
1) Spesifikasi Bahan
Railing Pagar seperti yang ditunjukkan dalam gambar menggunakan stainless
steel dengan ketebalan minimum 2,5 mm.
2) Umum
a. Mutu baja yang digunakan adalah mild steel yang memenuhi persyaratan
ASTM A-36. Stainless steel harus anti karat (jenis ST 304).
b. Bahan-bahan pelengkap harus dari jenis yang sama dengan barang yang
dipasangkan dan harus dari jenis yang paling cocok untuk maksud tersebut.
c. Semua kelengkapan atau barang-barang/pekerjaan lain yang perlu demi
kesempurnaan pemasangan, walau tidak secara khusus diperlihatkan dalam
gambar-gambar atau Persyaratan Teknis, harus diadakan.
3) Jaminan
Bahan baja yang dipakai harus disertai jaminan mutu dari pabrik yang sudah
dikenal disertai Sertifikat Pengujian dari Lembaga Pengujian Bahan yang
disetujui Pengawas.
4) Contoh-contoh
a. Untuk benda-benda ini sebelum pemakaiannya harus diperlihatkan kepada
Pengawas berupa contoh untuk disetujui.
b. Pengajuan contoh-contoh untuk persetujuan Pengawas harus diserahkan
secepat mungkin sesuai dengan jadwal pekerjaan yang telah disetujui.
Contoh tersebut harus memperlihatkan kualitas penyambungan dan
penghalusan untuk standard dalam pekerjaan tersebut.
c. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai pedoman atau
standar bagi Pengawas untuk memeriksa atau menerima bahan-bahan
yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.

11.4. Pelaksanaan
1) Pengerjaan
a. Finish stainless steel yang telah terpasang harus benar-benar dan tidak
kelihatan bergelombang.
b. Penyambungan harus diusahakan agar tidak kelihatan mencolok.
c. Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat, sehingga dalam
pemasangan tidak memerlukan pengisi.
2) Toleransi
Pemasangan baru dengan toleransi yang diijinkan/tertera dalam standar yang
telah disetujui. Bila toleransi yang dimaksud tidak tercantum dalam standar,
maka toleransi akan diberikan oleh Pengawas. Pemasangan baja dengan
toleransi yang tidak disetujui akan ditolak.
3) Pemotongan dan Penyambungan
a. Pengelasan
Semua pengelasan, kecuali ditunjukkan lain, harus memakai las listrik. Yang
dimaksud dengan pengelasan disini adalah “Electric Arc Welding” AWS E 70
S - X. Pengelasan harus mengikuti cara-cara mutakhir sesuai dengan
standar AWS. Tenaga yang melakukan pekerjaan ini, harus mempunyai
“Sertifikat Keahlian Las” yang dikeluarkan oleh Lembaga-Lembaga
Pemerintah atau Swasta yang diakui. Seluruh pekerjaan las harus
dikerjakan di bengkel (workshop). Penyimpangan dari persetujuan ini harus
seijin Pengawas.
Semua bahan yang akan tampak, bila memakai las, harus diratakan dan
difinish sehingga sama dengan permukaan sekitarnya, bila memakai
pengikat-pengikat lain seperti “clip keling” dan lain-lain yang tampak, harus
sama dalam “finish” dan “warna” dengan bahan yang diikatnya.
b. Baut
Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang
sesuai dengan maksudnya, termasuk perlengkapan-perlengkapannya. Baut
yang digunakan ASTM A - 307 (Black Blolt/Unfinished Bolts) adalah jenis
low carbon steel yang memenuhi persyaratan, dengan finishing chrome
nickel atau powder coating. Lubang-lubang untuk baut dan sekrup harus
dibor atau di “punch”.
c. Tambatan dan Angker
Tambatan dan angker dimana perlu untuk mengikat bagian-bagian di
tempatnya, termasuk pemakaian ramset untuk beton atas persetujuan
Pengawas harus disediakan. Kontraktor harus menyerahkan contoh timbal
(tebal 30 cm) yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari
Pengawas.
4) Perlindungan
Semua pekerjaan baja, mur, baut dan alat penghubung untuk pekerjaan
stainless steel, harus terlindung secara dicelup panas (hot dip coated) atau
terdiri dari bahan bebas karat yang disetujui Pengawas.
5) Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain; jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka
Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.

11.5. Pengujian Mutu Pekerjaan


1) Bahan-bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji baik pada pembuatan
maupun pengerjaan di lapangan oleh Pengawas. Peninjauan dan pengujian
dilaksanakan oleh Kontraktor tanpa adanya tambahan biaya.
2) Peninjauan ini tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap
penyediaan bahan yang tidak memenuhi syarat.
Pasal 12

Pekerjaan Lighting

Pekerjaan Lighting dilaksanakan pada Menara Mesjid

 Spesifikasi Elektrikal

Power : minimal 100 W dan minimal 30 W

Power Voltage : 100 – 240 V atau 100 – 277 V

IP rating : IP 66

Beam angle : 30˚

LED Quantity : minimal 16 pcs led chip

Color : Red, Green, Blue, White (RGBW)

Power Factor (min) : 0,9

Life Time : 50.000 h

Anda mungkin juga menyukai