1.7. CONTOH-CONTOH
Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus
segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh tersebut diambil dengan
jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau
pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan-bahan atau cara pengerjaan yang
dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
1.8. SUBSTITUSI
1. Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesories yang disebutkan nama pabriknya dalam
RKS, Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkan dalam Spesifikasi
Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang setara, disertai data-data
yaang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
pemesanan.
2. Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, akserories dan produk-produk yang tidak
disebutkan nama pabriknya di dalam Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus
mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang menghasilkannya,
katalog dan selanjutnya menguraikan data yang menunjukkan secara benar
bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi Teknis
dan kondisi proyek untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik/ Pengawas.
1.9. MATERIAL DAN TENAGA KERJA
Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru, dan
material harus tahan terhadap iklim tropik.
Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap Pekerja
harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi Pekerja
sangat diperlukan dan Kontraktor harus melaksanakannya.
Kontraktor harus melengkapi Surat Sertifikat yang sah untuk setiap personil ahli yang
menyatakan bahwa personal tersebut telah mengikuti latihan-latihan khusus ataupun
mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian masing-masing.
1.14. I K L A N
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan
(batas) site atau di tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.
*****
Pasal 2
Pekerjaan Persiapan
2.1. Pemberitahuan.
Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, pelaksana pekerjaan harus
memberitahukan kepada pemberi tugas dan tembusan kepada pemilik bangunan
beserta konsultan pengawas guna pemeriksaan awal dan izin pelaksanaan pekerjaan.
2.4 Pengamanan Barang-barang Milik Mesjid/ peralatan lainnya dalam tempat kerja.
Pelaksanaan pekerjaan wajib mengamankan/ melindungi peralatan milik masjid yang
ada di dalam ruang dari kerusakan atau cacat lainnya, akibat pekerjaan
pembongkaran. Jika hal tersebut diatas terjadi, maka segala perbaikan / penggantian
menjadi tanggung yang jawab pelaksana pekerjaan. Karena sifat bangunan
dilindungi, maka dalam melakukan pemasangan batas-batas perlindungan sementara
untuk melakukan pekerjaan konstruksi harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Pasal 3
Pekerjaan Pembongkaran
3.3. Pembongkaran
Kontraktor wajib melakukan pembongkaran pagar dan objek lainnya yang akan
direhab/ diperbaiki.
3.5. Perapihan.
Perapihan dan pembersihan barang-barang akibat bongkaran harus dilaksanakan
oleh kontraktor. Untuk jenis bongkaran yang tidak berharga dan tidak digunakan lagi
harus segera dikeluarkan dari lokasi, sedangkan pada waktu jalannya proyek sampai
selesainya proyek tidak ada bekas maupun tumpukan puing akibat bongkaran
dilokasi proyek.
Pasal 4
Pekerjaan Paving Block
5.1. GALIAN
a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi :
Semua panggalian penimbunan kembali, pengurugan dibawah lantai, pekerjaan tanah
kasar dan alur pipa-pipa sub drainage serta pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan
dengan itu, sesuai dengan gambar-gambar dan persyaratan teknis. Penggalian dan
penimbunan kembali untuk pekerjaan mekanikal elektrikal termasuk dalam bab ini.
a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman-
kedalaman yang diperlukan untuk pondasi, lantai dan lain-lain yang di persyaratkan
atau diperlihatkan maupun diindikasikan pada gambar-gambar dengan cara
sedemikianrupa sehingga pekerjaan ini dapat selesai dengan baik sesuai dengan
spesifikasi ini.
b. Penggalian tanah mencakup pemindahan tanah serta batu-batuan lain yang di jumpai
dalam pekerjaan.
c. Penggalian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk pembangunan
maupun memindahkan rangka/bekesting yang diperlukan, dan juga untuk mengadakan
pembersihan.
d. Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai
kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar, maka kelebihan dari pada
galian harus di urug kembali dengan pasir. Biaya akibat pekerjaan tersebut ditanggung
oleh Kontraktor.
e. Lapisan atau hasil galian daerah pembangunan yang dipakai kembali, ditimbun
ditempat yang ditunjuk dan atas persetujuan Pengawas untuk digunakan dalam
pekerjaan lanscaping.
f. Kalau dijumpai akar-akar/bahan yang bisa melapuk pada keadaan yang diperlihatkan
dalam gambar-gambar maka-akar.bahan tersebut harus diangkat dan di urug kembali
dengan pasir selanjutnya dilembabkan dan dipadatkan.
g. Galian pondasi dipadatkan hingga mencapai 90% dari kepadatan tanah asal.
Pengetesan tanah galian dilakukan Pengawas dengan menggunakan alat yang
memadahi.
2) Toleransi Dimensi
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih
rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis
profil yang ditentukan.
d) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm
atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
*****
Pasal 6
Pekerjaan Adukan dan Pasangan
6.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Adukan untuk pasangan bata.
b. Pasangan bata untuk dinding exterior dan partisi interior.
c. Pasangan untuk arsitektur interior (built in).
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Batu bata.
b. Waterproofing.
3. Standard.
a. NI-3, Standard untuk pasir.
b. NI-8, Standard untuk P-C.
c. NI-10, Standard untuk Pasangan bata.
d. PUBI-9 Standard untuk air agregate.
e. ASTM : C144, Agregate for masonry mortar.
C150, Portland cement
C270, Mortar for unit masonry.
6.2. BAHAN/PRODUK
a. Portland Cement : ASTM C150 type V dan NI-8 jenis semen dari merk Tiga Roda
atau Semen Gresik.
b. Agregates : Standard type pasangan, ASTM C144 bersih, kering dan terlindung dari
minyak dan noda.
c. Air bersih, bebas dari minyak, alkali organik.
6.3. PELAKSANAAN
1. Dimana diperlukan, menurut Pengawas, pemborong harus membuat shop
drawing untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan pasangan.
2. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang diperlukan.
Adukan dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk Pengawas.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar arsitektur, terutama gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal / tinggi / peil dan bentuk profilnya.
4. Untuk bidang kedap air, pasangan dinding batu bata yang berhubungan dengan
udara luar dan semua pasangan batu bata dari bawah permukaan tanah sampai
ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 160 cm dari permukaan lantai untuk
toilet, ruang saji/pantry dan daerah basah lainnya dipakai adukan plesteran 1 pc :
2 pasir (trasraam).
5. Untuk adukan kedap air harus ditambah Daily bond, dengan perbandingan 1 pc : 1
Daily Bond.
6. Material untuk adukan harus diukur yang sebenarnya dan menggunakan kotak
(boxes) pengukuran yang akurat.
7. Penggunaan bahan additive harus disetujui oleh perencana dan digunakan sesuai
dengan ketentuan dari pabrik.
8. Pekerjaan bata yang sudah selesai harus dilindungi dengan lembaran penutup
untuk mencegah adukan menjadi cepat kering.
9. Pasangan dinding bata pada sudut ruangan harus dilindungi dengan papan
untuk melindungi dari kerusakan. Jika ada pekerjaan pasangan yang
memperlihatkan sambungan yang rusak atau tidak beres maka pasangan itu harus
dibongkar dan diganti yang baru.
10. Berikan angkur sesuai dengan gambar atau jika tidak ditunjukkan gunakan
ukuran/jarak type standard.
11. Tempatkan angkur pada bubungan pasangan bata dengan struktur kolom
praktis atau balok sesuai petunjuk gambar tapi tidak lebih dari 60 cm pada jarak
vertikal dan 90 cm pada jarak horizontal.
*****
Pasal 7
Pekerjaan Pasangan Batu Gunung
7.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkandalam melaksanakan pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
b. Pekerjaan pondasi batu kali ini meliputi seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar.
3. Standard
a. PUBI : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI-3)
b. Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8).
c. PBN - Peraturan Bangunan Nasional 1978
d. ASTM : C 150 - Portland Cement.
e. Standar Beton 1991.
4. Contoh bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material : batu kali, pasir untuk mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
b. Contoh contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim
oleh Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah
disetujui di Bangsal Konsultan Pengawas.
7.3. PELAKSANAAN
1. Batu kali yang digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras, tidak porous.
2. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu
pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
pondasi.
3. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimum 10 cm,
disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya mencapai 80%
compacted.
4. Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 3 Pasir pasang.
Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air campuran 1 PC : 2 Pasir
setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan atas pondasi ke bawah.
Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat.
5. Untuk Balok Sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm
tiap 1 m' dengan diameter besi minimum 10 mm.
Pasal 8
Pekerjaan Plesteran
8.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan plester dinding ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam
dan luar serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar detail
yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
*****
Pasal 9
Pekerjaan Bekisting Beton
9.1. U M U M
1. Lingkup Pekerjaan
a. Kayu dan baja untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan perkuatan
dan pengangkuran-pengangkuran yang diperlukan.
b. Penyediaan bukaan/sparing dan sleeve untuk pekerjaan-pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal.
c. Penyediaan Waterstops.
d. Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.
3. Standard.
a. Standard Indonesia :
1) Peraturan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI) - 1982, NI - 3.
2) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) - 1961, NI - 5.
3) Peraturan Standaar Beton 1991 (SK-SNI –2003-1726-2002)
b. ACI : American Concrete Institute, USA.
1) 303 - Guide to Cast-In-Place Architectural Concrete practice.
2) 318 - Building Code Reguirements for Reinforced Concrete.
3) 347 - Recommended Practice for Concrete Form Work.
4) SP4, Special publication 34 - Form Work for Concrete.
4. Shop Drawing.
a. Dimana diperlukan, menurut Direksi Lapangan atau Perencana, harus dibuat
Shop Drawing.
b. Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap rancangan bekisting yang berbeda;
yang memperlihatkan :
- dimensi
- metoda konstruksi
- bahan
- hubungan dan ikatan-ikatan (ties).
9.2 B A H A N
1. Bekisting Beton Biasa (Non Ekspose)
a. Plywood t = 12 mm.
b. Paku, angkur dan sekrup-sekrup; ukuran sesuai dengan keperluan dan cukup
kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengecoran.
2. Bekisting Beton Ekspose
a. Plywood; untuk dinding, balok dan kolom persegi, tebal 18 mm.
b. Baja lembaran, tebal minimal 1,2 mm, untuk kolom- kolom bundar.
c. Form ties; baja yang mudah dilepas (snap-off metal). Panjang fixed atau
adjustable, dapat terkunci dengan baik dan tidak berubah saat pengecoran.
Lubang yang terjadi pada permukaan beton setelah form ties dibuka tidak
boleh lebih dari 1 inch (25 mm).
d. Form Release Agent; minyak mineral yang tidak berwarna, yang tidak
menimbulkan karat pada permukaan beton dan tidak mempengaruhi rekatan
maupun warna bahan finishing permukaan beton.
Produk : CALSTRIPS, buatan Cement Aids, Australia.
e. Chamfer Strips, terbuat dari jenis kayu klas II, dibentuk menurut rencana
beton pada gambar.
3. Water Stops
Dipergunakan Type RX Polymer Volclay.
9.3. PELAKSANAAN
1. Pemasangan Bekisting.
a. Tentukan jarak, level dan pusat (lingkaran) sebelum memulai pekerjaan.
Pastikan ukuran-ukuran ini sudah sesuai dengan gambar.
b. Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai dengan
design dan standard yang telah ditentukan; sehingga bisa dipastikan akan
menghasilkan beton yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan akan bentuk,
kelurusan dan dimensi.
c. Rancangan bekisting harus memudahkan pembukaannya sehingga tidak
merusakkan permukaan beton.
d. Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan harus dibuat
kedap air, untuk mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi
bentuk beton.
Hubungan-hubungan ini harus diusahakan seminimal mungkin.
e. Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang pada kedua
sisinya.
Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin Konsultan
Pengawas.
Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus
dibuang.
f. Perkuatan-perkuatan pada bukaan-bukaan dibagian-bagian yang struktural
yang tidak diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
g. Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pinggulan-pinggulan
(chamfer strips) pada sudut-sudut luar (vertikal dan horizontal) dari balok,
kolom dan dinding.
h. Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :
1) Deviasi garis vertikal dan horizontal :
- 6 mm, pada jarak 3000 mm.
- 10 mm, pada jarak 6000 mm.
- 20 mm, pada jarak 12000 mm, atau lebih.
2) Deviasi pada potongan melintang dari dimensi kolom atau balok, atau
ketebalan plat : 6 mm.
i. Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
Aplikasi harus dilaksanakan sebelum pemasangan besi beton, angkur-angkur
dan bahan-bahan tempelan (embedded item) lainnya.
Bahan yang dipakai dan cara aplikasinya tidak boleh menimbulkan karat
atau mempengaruhi warna permukaan beton.
j. Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena
bahan pelepas acuan; bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai.
Untuk itu, dalam hal bahan pelepas acuan tidak dipakai, sisi dalam
bekisting harus dibasahi dengan air bersih.
Dan permukaan ini harus dijaga selalu basah sebelum pengecoran beton.
3. Kontrol Kualitas.
a. Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk
beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatanya guna memastikan bahwa
pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekistings, wedged, ties, dan
bagian-bagian lainnya aman.
b. Informasikan pada Konsultan Pengawas jika bekisting telah dilaksanakan,
dan telah dibersihkan, guna pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan persetujuan
Konsultan Pengawas terhadap bekisting yang telah dilaksanakan sebelum
dilaksanakan pengecoran beton.
c. Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2 kali
tidak diperkenankan.
Penambalan pada bekisting, juga tidak diperkenankan, kecuali pada bukaan-
bukaan sementara yang diperlukan.
d. Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Konsultan Pengawas.
4. Pembersihan
a. Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang
tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian
dalam bekisting. Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna
membuang benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan
puing-puing tersebut telah mengalir keluar melalui lubang pembersih yang
disediakan.
b. Buka bekisting secara kontinu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau ketidak seimbangan
beban yang terjadi pada struktur.
c. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-
peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.
d. Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka
harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terhadap
permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.
e. Dimana diperlukan berikan perkuatan-perkuatan pada komponen-komponen
struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat pembebanan dan
konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan konstruksi dilantai-lantai diatasnya
bisa dilanjutkan.
Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan setelah beton
mempunyai 75 % dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength)
yang diperlukan.
f. Bekisting-bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton, tidak
boleh dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh Pengawas.
*****
Pasal 10
Pekerjaan Beton Bertulang
10.1 UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pembesian.
- Tulangan besi, lengkap dengan kawat pengikatnya.
- Beton decking(support chairs), bolster, speacer for reinforcing.
b. Pengecoran Beton.
- Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding pondasi dan
slabs pendukung.
- Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.
- Finishing permukaan beton pada dinding, pelat, balok dan kolom.
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Bekisting Beton.
b. Finishing Beton.
c. Pondasi Beton Bertulang.
d. Pasangan Bata
e. Struktur Baja
f. Waterproofing.
g. Bagian2 pekerjaan Mekanikal yang harus dicor dalam beton.
h. Bagian2 pekerjaan Elektrikal yang harus dicor dalam beton.
3. Standard.
a. Standard Indonesia.
- PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI - 3)
- SK-SNI T-2003-1726-2003 : Standar Beton 1991.
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1973, NI - 8.
- PBN : Peraturan Bangunan Nasional 1978.
b. ASTM, USA.
- C 33 - Concrete Aggregates.
- C 150 - Portland Cement.
c. ACI : American Concrete Institute, USA.
- 211 - Recommended Practice for selecting proportions for Normal and
Heavy Weight Concrete.
- 212 - Guide for use of Admixtures in Concrete.
- 214 - Recommended Practicefor Evaluation of Compression Test
Results of Field Concrete.
4. Penyimpanan :
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah
diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari
tanah. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
Jika ada bagian yang mulai megeras, bagian tersebut masih harus dapat
ditekan hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih
dari 10 % berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan
tangan bebas, maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5 % berat dan
kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang
sama. Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus
tetap terjamin.
c. Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya
(misalnya minyak dan lain-lain). Jenis semen dari merk Tiga Roda atau
Semen Gresik dan selanjutnya jenis merk semen yang digunakan adalah
mengikat seluruh pekerjaan.
d. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah
menurut jenis dan gradasinya cukup terpisah menurut jenis dan gradasinya
serta harus beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari
tercampurnya dengan tanah.
10.2. BAHAN/PRODUK
1. Portland Cement.
a. Portland cement jenis II, menurut NI - 8 atau type I, menurut ASTM dan
memenuhi S.400, menurut Standard Portland Cement yang ditentukan
Asosiasi Semen Indonesia.
b. Untuk pemukaan beton expose, harus dipakai 1 merk semen saja.
c. Kekuatan tes kubus semen minimal 350 kg per cm persegi.
2. Aggregates.
a. Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat SK-SNI-2003-1726-2002.
Aggregates kasar harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous).
Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 5 % berat kering.
b. Dimensi maksimum dari aggregates kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan
tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.
c. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
3. Air:
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
dapat mengurangi mutu pekerjaan.
b. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 p.p.m. dan komposisi sulfat
(SO3) tidak boleh melebihi 1000 p.p.m. Apabila dipandang perlu,
Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang
dipakai diperiksa di laboratorium pemerik-saan bahan yang resmi dan
sah atas biaya Kontraktor.
4. Besi Beton :
a. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi mutu TP24 dia. < 10
mm dan TD40 dia. 10 mm.
b. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk
mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada
tempatnya.
c. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat
dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik
minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stresstrain) dan
pelengkungan untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada
laboratorium yang disetujui Konsultan Pengawas.
5. Admixture :
a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat
tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture.
b. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Kontraktor diminta
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
mengenai hal tersebut. Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan
nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai
tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu.
10.3. PELAKSANAAN
1. Kualitas Beton.
a. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain
tempat atau dengan mengadakan trial-mixes dilaboratorium yang ditunjuk
oleh Konsultan Pengawas.
b. Test selama pekerjaan :
Buat 3 silinder 15 cm x 30 cm dari setiap 75 m3 atau sebagian dari pada
itu, atau dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan, dari
setiap mutu beton yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran
yang di cor. Buat dan simpan silinder-silinder menurut ASTM C 31. Test satu
silinder pada hari ke 7 dan satu kubus pada hari ke 28 menurut ASTM C 39.
Simpan satu silinder sebagai cadangan untuk test pada hari ke 56 jika test
pada hari ke 28 gagal. Jika test silinder pada hari ke 28 berhasil, test
silinder cadangan untuk menghasilkan kekuatan rata-rata dari kedua
silinder pada hari 28. Sediakan fasilitas pada lokasi proyek untuk menyimpan
contoh-contoh yang diperlukan oleh badan penguji.
c. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas dan laporan
tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan
laboratorium harus dengan pertsetujuan Konsultan Pengawas.
d. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 5 cm dan
maksimum 13 cm. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
e. Contoh : beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan
beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu
rata atau palat baja. Cetakan di isi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16
mm panjang 60 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusakan harus masuk dalam satu
lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka dibiarkan 1/2
menit lalu cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai
slumpnya).
f. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
g. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan silinder percobaan
untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh
kurang dari 65 % kekuatan yang diminta pada 28 hari, tanpa additives. Jika
hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang
diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-
cara seperti yang ditetapkan dalam SB. SNI-1991 dengan tidak menambah
beban biaya bagi Pemberi Tugas.
h. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung
setelah seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer.
i. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen beton.
j. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
3. Penggantian Besi.
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada, maka :
1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar; Secepatnya hal ini
diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai
pekerjaan lebih, maka penambahan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari
Perencana Konstruksi.
3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
Perencana Konstruksi.
Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga
keharusan dari Kontraktor.
c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
1. Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Perencana.
2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas).
3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan
penampang berkurang.
4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang
dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.
d. Toleransi Besi.
Diameter, ukuran sisi Variasi dalam Toleransi
(atau jarak antara berat yang di- diameter
dua permukaan yang perbolehkan.
berlawanan.
Dibawah 10 mm +/- 7 % +/- 0.4 mm
10 mm sampai 16 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 16 mm) +/- 5 % +/- 0.4 mm
10 mm sampai 28 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 28 mm) +/- 4 % +/- 0.5 mm
4. Perawatan Beton.
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.
d. Khusus elemen vertical harus dipakai curing compound.
7. Pembersihan
a. Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun.
Pembersihan harus dilakukan secara baik dan teratur.
11.3. Bahan-bahan
1) Spesifikasi Bahan
Railing Pagar seperti yang ditunjukkan dalam gambar menggunakan stainless
steel dengan ketebalan minimum 2,5 mm.
2) Umum
a. Mutu baja yang digunakan adalah mild steel yang memenuhi persyaratan
ASTM A-36. Stainless steel harus anti karat (jenis ST 304).
b. Bahan-bahan pelengkap harus dari jenis yang sama dengan barang yang
dipasangkan dan harus dari jenis yang paling cocok untuk maksud tersebut.
c. Semua kelengkapan atau barang-barang/pekerjaan lain yang perlu demi
kesempurnaan pemasangan, walau tidak secara khusus diperlihatkan dalam
gambar-gambar atau Persyaratan Teknis, harus diadakan.
3) Jaminan
Bahan baja yang dipakai harus disertai jaminan mutu dari pabrik yang sudah
dikenal disertai Sertifikat Pengujian dari Lembaga Pengujian Bahan yang
disetujui Pengawas.
4) Contoh-contoh
a. Untuk benda-benda ini sebelum pemakaiannya harus diperlihatkan kepada
Pengawas berupa contoh untuk disetujui.
b. Pengajuan contoh-contoh untuk persetujuan Pengawas harus diserahkan
secepat mungkin sesuai dengan jadwal pekerjaan yang telah disetujui.
Contoh tersebut harus memperlihatkan kualitas penyambungan dan
penghalusan untuk standard dalam pekerjaan tersebut.
c. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai pedoman atau
standar bagi Pengawas untuk memeriksa atau menerima bahan-bahan
yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.
11.4. Pelaksanaan
1) Pengerjaan
a. Finish stainless steel yang telah terpasang harus benar-benar dan tidak
kelihatan bergelombang.
b. Penyambungan harus diusahakan agar tidak kelihatan mencolok.
c. Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat, sehingga dalam
pemasangan tidak memerlukan pengisi.
2) Toleransi
Pemasangan baru dengan toleransi yang diijinkan/tertera dalam standar yang
telah disetujui. Bila toleransi yang dimaksud tidak tercantum dalam standar,
maka toleransi akan diberikan oleh Pengawas. Pemasangan baja dengan
toleransi yang tidak disetujui akan ditolak.
3) Pemotongan dan Penyambungan
a. Pengelasan
Semua pengelasan, kecuali ditunjukkan lain, harus memakai las listrik. Yang
dimaksud dengan pengelasan disini adalah “Electric Arc Welding” AWS E 70
S - X. Pengelasan harus mengikuti cara-cara mutakhir sesuai dengan
standar AWS. Tenaga yang melakukan pekerjaan ini, harus mempunyai
“Sertifikat Keahlian Las” yang dikeluarkan oleh Lembaga-Lembaga
Pemerintah atau Swasta yang diakui. Seluruh pekerjaan las harus
dikerjakan di bengkel (workshop). Penyimpangan dari persetujuan ini harus
seijin Pengawas.
Semua bahan yang akan tampak, bila memakai las, harus diratakan dan
difinish sehingga sama dengan permukaan sekitarnya, bila memakai
pengikat-pengikat lain seperti “clip keling” dan lain-lain yang tampak, harus
sama dalam “finish” dan “warna” dengan bahan yang diikatnya.
b. Baut
Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang
sesuai dengan maksudnya, termasuk perlengkapan-perlengkapannya. Baut
yang digunakan ASTM A - 307 (Black Blolt/Unfinished Bolts) adalah jenis
low carbon steel yang memenuhi persyaratan, dengan finishing chrome
nickel atau powder coating. Lubang-lubang untuk baut dan sekrup harus
dibor atau di “punch”.
c. Tambatan dan Angker
Tambatan dan angker dimana perlu untuk mengikat bagian-bagian di
tempatnya, termasuk pemakaian ramset untuk beton atas persetujuan
Pengawas harus disediakan. Kontraktor harus menyerahkan contoh timbal
(tebal 30 cm) yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari
Pengawas.
4) Perlindungan
Semua pekerjaan baja, mur, baut dan alat penghubung untuk pekerjaan
stainless steel, harus terlindung secara dicelup panas (hot dip coated) atau
terdiri dari bahan bebas karat yang disetujui Pengawas.
5) Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain; jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka
Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.
Pekerjaan Lighting
Spesifikasi Elektrikal
IP rating : IP 66