BAB I
PEKERJAAN STRUKTUR
PASAL 1
URAIAN PEKERJAAN
1. Umum
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini
kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan seperti yang diuraikan didalam
buku ini. Bila terdapat ketidakjelasan dan atau perbedaan dalam gambar dan uraian
ini kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada perencana untuk
mendapatkan penyelesaian.
2. Lingkup Pekerjaan
Penyelesaian tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi dan memelihara bahan-
bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung
sehingga seluruh pekerjaan-pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.
3. Sarana Kerja
Kontraktor wajib memasukan jadwal kerja kontraktor juga wajib memasukan identiikasi
dari tempat kerja, nama, jabatan, dan keahlian masing-masing anggota pelaksanaan
pekerjaan, serta iventarisasi peralatan yang digunakan melaksanakan pekerjaan ini.
Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan-bahan/material dilokasi
yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu
pekerjaan lain. Semua sarana persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan
memudahkan kerja dilokasi dapat tercapai.
4. Gambar-gambar Dokumen
a. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau petentangan dalam gambar-gambar yang
ada (arsitektur, struktur dan mekanikal dan elektrikal) dalam buku uraian pekerjaan
ini maupun pekerjaan yang terjadi akibat kecelakaan dilokasi, kontraktor diwajibkan
melaporkan hal tersebutkepada perencanaan/ konsultan pengawasan. Secara
tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan dilokasi setelah konsultan
pengawas berunding terlebih dahulu dengan perencana. Ketentuan tersebut di
atas tidak dapat dijadikan alasan oleh kontraktor untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan.
b. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.
c. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, kontraktor diwajibkan
memperhatikan dan meneliti dahulu semua ukuran yang tercantum seperti peil-peil,
6. Jaminan Kualitas
a. Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua
bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali
ditentukan lain, serta kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan
dengan baik, bebas dari cacat teknis dan estetis serta sesuai dengan dokumen
kontrak.
b. Apabila diminta. Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai hal-hal
tersebut pada butir-butir ini, sebelum mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas, bahwa pekerjaan telah dikerjakan dengan sempurna, semua pekerjaan
tetap menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
7. Contoh-contoh Bahan/Material
a. Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh pemberi tugas atau wakilnya harus
segera disediakan atas biaya kontraktor dan contoh-contoh tersebut diambil
dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan
atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pekerjaan nanti. Contoh-
contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh pemberi tugas atau wakilnya untuk
b. Dijadikan dasar penolakan tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun
sifatnya.
c. Kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari material
yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapatkan persetujuan konsultan
pengawas.
d. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti
sertifikasi pengujian dan spesifikasi teknis dari barangbarang/material-material
tersebut.
Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru. Seluruh
peralatan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap pekerja harus
mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi pekerja sangat
diperlukan dan kontraktor harus melaksanakannya.
Apabila dalam dokumen tender ini klausal-klausal yang disebutkan kembali pada butir
lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan pengertian
lebih menegaskan masalah. Jika terjadi hal-hal yang sering bertentangan antara
gambar atau terhadap spesifikasi teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari hak patent dan lain-lain untuk segala “claim” atau
tuntutan terhadap hak-hak asasi manusia.
a. Untuk kelancaran pekerjaan ini, garus disediakan koordinasi dari seluruh bagian
yang terlibat didalam kegiatan proyek ini. Seluruh aktifitas yang menyangkut dalam
proyek ini harus dikoordinir terlebih dahulu agar gangguan dan konflik satu dengan
yang laian dapat dihindarkan. Melokalisasi/merinci setiap pekerjaan sampai
dengan detail untuk menghindari gangguan dan konflik serta harus persetujuan dari
konsultan perencana/ pengawas.
b. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat-syarat
pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi tertulis dari konsultan pengawas.
c. Konsultan pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor
pada setiap waktu. Bagaimanapun juga kelalaian konsultan pengawas dalam
pengontrolan terhadap kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor. Tidak berarti kontraktor bebas dari tanggung jawab.
d. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan(spesifikasi)
atau instruksi tertulis dari konsultan pengawas harus diperbaiki atau dibongkar.
Semua biaya diperlukan untuk itu menjadi tanggung jawab kontraktor.
PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN
1. Bahan
Semua bahan bangunan harus berkualitas baik dan sesuai dengan syarat- syarat
yang tercantum dalam PUBI 1982, PBI 1971, SKSNI – T15 – 1991 – 03, SNI 03-1729-2002,
AV, PTC, AUWI, AVE dan PKKI-05-2002.
a. Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan merupakan produk dalam
negeri, dan mengacu Pera turan Daerah yang berlaku, kecuali ditentukan lain.
b. Penyedia jasa harus membuat gambar-gambar detail pelaksanaan (shop
drawing), pengiriman kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan contoh
bahan bangunan termasuk warna dan bentuk yang akan dipakai sebelum
pelaksanaan pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui.
c. Penyedia jasa harus menyerahkan hasil tes laboratorium jika diperlukan, yang
berkaitan dengan mutu bahan yang akan digunakan.
d. Bila terdapat perbedaan pendapat mengenai mutu bahan, maka Pemborong
berkewajiban memeriksakan bahan tersebut kelaboratorium Balai Penelitian
Bahan Bangunan dengan semua biaya menjadi tanggungan Pemborong,
begitu pula waktu yang tersita dapat untuk alasan perpanjangan waktu
pelaksanaan.
e. Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan berhak untuk meminta keterangan
selengkap-lengkapnya tentang bahan tersebut.
f. Contoh-contoh harus sesuai dengan macam dan kualitas keadaan barang-
barang yang dipakai (dimaksud).
g. Jika diperlukan pekerjaan yang memerlukan tempat kerja selain tempat kerja
yang ada dilapangan/ Basecamp, maka Penyedia Jasa wajib memberitahu
kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan, agar kualitas bahan maupun
kualitas pekerjaan sebelum dikirimkan ke lapangan bisa direkomendasi oleh
Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan apakah layak untuk dikirim/dipasang.
h. Ukuran/dimensi yang dimaksud dalam gambar untuk bahan adalah bersih
(ukuran jadi).
2. Air
Air untuk pembangunan haruslah digunakan air tawar yang bersih dan bebas
mineral zat organik tanah lumpur, larutan alkalin dan lain-lain.
Jika air dari saluran air minum atau sumber air yang ada tidak mencukupi maka
penyedia jasa harus mengadakan air untuk tujuan pembangunan ini dengan
mendatangkan atau mengadakan sumber air sendiri yang memenuhi syarat.
3. Semen Portland
a. Portland Cemen (PC) yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah semen
sekualitas Tiga Roda Kualitas I harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum
dalam NI-8 Bab 3.2, PBI 1971 dan PUBI – 1982, warna abu-abu kehijauan.
b. Semen yang digunakan dalam pekerjaan harus sama dengan semen yang
dipakai pada waktu menentukan campuran beton.
c. Untuk pekerjaan beton plat, menggunakan semen portland type II yang tahan
sulfat.
6. Batu Belah
a. Jenis batu yang digunakan harus keras dan tidak boleh berupa batu blondos
(harus dibelah).
b. Untuk pekerjaan pasangan batu ukuran batu yang digunakan antara 10 cm
sampai dengan 20 cm, sedapat mungkin berbentuk persegi.
7. Besi
a. Semua besi beton yang dipakai harus sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
b. Semua baja tulangan yang akan dipakai harus berasal dari produksi pabrik yang
telah disetujui Pengawas Kegiatan.
c. Baja tulangan harus dari baja polos atau diprofilkan dengan tegangan leleh
minimal 2400 kg/cm2, Baja tulangan harus dari baja Ulir atau diprofilkan dengan
tegangan leleh minimal 3900 kg/cm2 untuk besi beton Ø < 19 mm dan dengan
tegangan leleh 4000 kg/cm2 untuk besi beton Ø > 12 mm, untuk tulangan
dengan Ø > 16 mm digunakan baja diprofilkan, yang dalam segala hal harus
memenuhi ketentuan-kelentuan SKSNI T-15-1991-03.
d. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan di udara terbuka untuk jangka lama. Cara pembengkokan besi
tulangan harus menurut SKSNI T-15-1991 - 03.
e. Anyaman besi harus kokoh sehingga tidak berubah tempat selama
pengecoran. Selimut beton dibuat dengan beton decking (tahu beton) dari
semen pasir campuran 1 : 2 dengan ukuran 4 x 4 x 3 cm untuk elemen struktur
(balok, kolom) dan 4 x 4 x 2 cm untuk elemen pelat. Besi tulangan harus
disatukan satu sama lain dengan kawat bendrat.
f. Sebelum pengecoran baja tulangan harus bebas dari minyak, kotoran, cat,
karat atau bahan lain yang merusak hubungan besi dan beton.
g. Untuk besi tulangan tidak boleh mempergunakan besi bekas pakai.
8. Lain-lain
a. Penggunaan bahan yang belum tertuang dalam pasal ini agar menyesuaikan
penggunaannya dan sesuai gambar dan dapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan.
b. Semua bahan-bahan perlengkapan yang akan dipergunakan pada bangunan
ini sebelumnya harus setelah diperiksa dan diterima oleh Direksi Pekerjaan/
Pengawas Kegiatan.
c. Penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat bahan tersebut
akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah Pengawas Kegiatan setelah 2x24
jam dengan segala resiko oleh Penyedia jasa.
d. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium atas bahan maka biaya
pemeriksaan ditanggung oleh Penyedia jasa.
e. Persyaratan bahan-bahan yang belum tertuang didalam RKS dan ada dalam
gambar, sebelum bahan tersebut didatangkan di lokasi kegiatan agar terlebih
dahulu dikoordinasikan dengan Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan.
PASAL 3
PEKERJAAN TANAH
1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk pekerjaan galian tanah adalah semua pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan tanah meliputi :
• Penggalian, perataan, pengurugan kembali jika diperlukan.
• Pemadatan Tanah
b. Pemadatan Tanah
• Pemadatan dilakukan pada peil yang ditentukan sesuai Gambar Kerja.
• Sebelum pemadatan, harus dibersihkan dari semua kotoran, humus dan akar
tanaman serta bekas bongkaran.
• Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis, tiap lapisan tidak boleh
lebih dari 20 cm tebal sebelum dipadatkan atau 15 cm setelah dipadatkan.
• Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan
blade graders / stemper atau lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas. Sebelumnya tanah harus digaru dengan sheep foot rollers.
• Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan
kadar air dari fill material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil test
c. Penyelesaian
• Pemborong harus membersihkan kembali daerah yang telah selesai dikerjakan
terhadap segala kotoran, sampah bekas adukan, bobokan, tulangan dan lain-
lain.
• Kelebihan tanah bekas galian pondasi dan bobokan maupun material yang tidak
diperlukan lagi harus dibawa keluar proyek atau ke tempat lain dengan
persetujuan Pengawas.
• Pemborong harus tetap menjamin susunan tanah pada daerah di sekitar pondasi
terhadap kepadatannya maupun terhadap peil semula.
• Pada pelaksanaan pembersihan, Pemborong harus berhati- hati untuk tidak
mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa- pipa atau tanda-tanda
lainnya.
PASAL 4
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang terbaik.
b. Pekerjaan beton bertulang meliputi seluruh pekerjaan beton bertulang seperti
yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi dan
Pengawas Lapangan.
2. Persyaratan Umum
a. Konstruksi-konstruksi harus menggunakan peraturan peraturan/normalisasi yang
berlaku di Indonesia seperti PBI’71/SKSNI – T15 – 1991-03, PMI, PKKI dan lain-lain.
b.
b. Peraturan beton
• Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat yang ada pada PBI ’71
/ SKSNI – T15 – 1991-03.
• Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton PBI ‘71 NI-2 pasal 3.1
sampai 3.9 atau seperti yang tertera dalam SKSNI – T15 – 1991-03.
• Syarat pelaksanaan pekerjaan beton PBI ‘71 NI-2 bagian 3 bab 4,5,6 berlaku
seluruh pasal.
• Syarat-syarat pekerjaan tulangan PBI ‘71 NI-2 bab 5 pasal 5.3 sampai 5.8.
• Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang berdasarkan PBI ’71/SKSNI –
T15 – 1991-03.
• Perhitungan muatan pada bangunan (PMI).
• Peraturan-peraturan/standart setempat yang biasa dipakai.
• Peraturan konstruksi kayu Indonesia 1961, NI-5
• Peraturan semen portland Indonesaia 1972, NI-8
• Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
3. Persyaratan Bahan
a. Semen portland
Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Direksi
dan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah
mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga
bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan
tumpukan sesuai dengan syarat penumpukan semen.
b. Pasir beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang berisi dan bebas dari bahan- bahan
organis, lumpur dan sebagainya; dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
c. Batu ciping/split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan/
penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dari yang lain hingga kedua
bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang
tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton
dan harus memenuhi NI-3 Pasal 10.
e. Besi beton
Besi beton menggunakan besi beton ulir dan besi beton polos yang digunakan
mutu U39 dan U24 yang terdiri dari besi ulir D22, D19, D18, D16 dan D13, untuk
besi beton polos 10 mm dan 8 mm dengan penggunaan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar rencana. Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak
dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan NI-2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu kontraktor
diwajibkan untuk memeriksa mutu beton dilaboratorium pemeriksaan bahan
yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.
4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Cetakan begisting
1) Acuan harus dibuat dan direncanakan begitu rupa sehingga beton dapat
dengan baik ditempatkan dan dipadatkan, tidak terjadi perubahan bentuk
acuan selama pembetonan dilaksanakan maupun terhadap pengerasan
beton.
2) Acuan harus juga cermat dalam kedudukan dan datar, untuk jenis acuan-
acuan tertentu, terlebih dahulu Pemborong harus menyerahkan
perencanaan gambar acuan tersebut kepada Direksi, bila perlu harus
dilengkapi perhitungan dan detail-detail yang jelas. Bilamana hal tersebut
telah mendapatkan persetujuan dari Direksi, rencana acuan tersebut dapat
dilaksanakan.
3) Sesuai dengan persyaratan betonnya acuan dapat menggunakan papan-
papan atau kayu lapis/multipleks 18mm dengan penguat dari balok 6/8, 5/7
atau konstruksi form work yang lazim digunakan.
4) Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab keamanan konstruksi terletak
pada Pemborong, Pemborong harus meminta ijin Direksi dan Pengawas
Lapangan bilamana ia bermaksud akan membongkar pada bagian-bagian
konstruksi utama.
5) Cetakan halus
Khusus pembuatan begisting untuk permukaan beton yang tidak perlu
dilapisi plesteran (dinding graving dock), maka dapat dibuat cetakan harus
dengan syarat sebagai berikut :
• Cetakan dapat digunakan secara berulang dengan catatan hanya
cetakan yang bermutu baik boleh dipakai yang telah disetujui oleh
Direksi/ Pengawas.
• Permukaan cetakan harus dibasahi dengan minyak (form oil/mould
release agent) yang bermaksud untuk menghasilkan permukaan beton
yang bersih, halus dan bebas kotoran dan kemudahan pada saat
pembukaan/pembongkaran bidang- bidang begisting.
b. Pengujian
Pengujian dilakukan sebagai berikut :
• Beton dengan mutu Bo untuk pekerjaan non struktural seperti lantai kerja
(work floor).
• Beton dengan mutu K-275 untuk pekerjaan-pekerjaan struktur seperti; sloof,
kolom & balok dan mutu K-175 untuk pekerjaan beton praktis lainnya.
• Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan
additive beton.
e. Pembesian
1) Semua besi beton yang digunakan harus memebuhi syarat-syarat:
a) Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971).
b) Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak-minyak, karat dan tidak
cacat (retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
c) Dari jenis baja mutu U-24 untuk Diameter Kurang dari 12 mm dan U- 40
untuk lebih besar 12 mm (ulir) bahan tersebut dalam segala hal harus
memenuhi ketentuan-ketentuan PBI-1971.
d) Mempunyai penampang yang sama rata.
e) Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan- ketentuan
diatas, harus mendapat persetujuan perencana/konsultan pengawas.
3) Besi beton harus disuplay dari satu sumber (manufacture) dan tidak
diperkenankan untuk mencampurkan bermacam-macam besi beton
tersebut untuk pekerjaan konstruksi. Setiap pengiriman ke site harus
disertakan Mil Certaificate.
4) Kontraktor bilamana diminta harus pengujian mutu besi yang akan dipakai,
sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas. Percobaan mutu besi beton
juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh konsultan
pengawas.
5) Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-gambar atau
mendapat persetujuan konsultan pengawas. Hubungan antara besi beton
dilakukan sesuai dengan yang lain harus menggunakan kawat
6) Besi beton yang tidak memenuhi syarat karena ukuran maupun kwalitas
tidak sesuai dengan spesifikasi (RKS) diatas, harus segera dikeluarkan dari site
setelah penerimaan instruksi tertulis dari konsultan pengawas dalam waktu
2x24 jam.
7) Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton bertulang harus
dilakukan dalam keadaan dingin. Batang tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai dengan gambar kerja. Bila tidak tercantum dalam
gambar kerja, harus dimintakan persetujuan direksi terlebih dahulu.
8) Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat, serta bahan- bahan
lain yang mengurangi daya rekat.
9) Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempat.
10) Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan cetakan atau
tumpuan lain. Untuk itu harus dibuat beton tahu (beton decking) dengan
tebal dan pemasangan sesuai dengan PBI ’71 / SKSNI – T15 – 1991-03
11) Untuk mengatur jarak tulangan tarik dan tulangan tekan pada pelat
digunakan cakar ayam, yang sebelumnya telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas / Direksi.
12) Pertemuan dengan tulangan Plat / balok / kolom / pondasi yang sudah
dicor harus distek dengan overlapping sesuai dengan PBI ‘71.
f. Cara pengadukan
1) Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
2) Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi/ Pengawas Lapangan.
3) Selama pengadukan, kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimum 5
cm dan maksimum 10 cm.
4) Apabila memakai beton ready mix, maka cara pengadukannya mengikuti
prosedur beton ready mix dengan memperhatikan mutu beton yang akan
dicapai.
h. Pengecoran beton
1) Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
2) Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi dan
Pengawas Lapangan.
3) Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split
yang dapat memperlemah konstruksi.
4) Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
i. Pemadatan beton
j. Pengeringan Beton
1) Beton harus dilindungi selama proses pengerasan dari pengaruh panas
matahari yang merusak, hujan dan air yang mengalir atau angin yang
kering.
2) Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan
cara sebagai berikut :
• Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, atau bahan
sejenis atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10
hari.
• Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan
lapisan air yang disetujui.
memotong konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin
Konsultan Pengawas. Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat
didalam beton, pemasangan sparing dan sebagainya harus menurut petunjuk
Konsultan Pengawas.
PASAL 5
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan
yang diperlukan untuk melaksanakan dan membuat konstruksi baja.
b. Spesifikasi ini meliputi syarat-syarat perencanaan, fabrikasi dan pemasangan
tentang konstruksi baja untuk atap, penyokong (support), dan sebagainya,
sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar kerja.
2. Standar
a. Bahan Struktur atau Konstruksi
1) Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil, pelat dan kisi-kisi untuk
tujuan semua konstruksi dibaut atau dilas harus baja karbon yang
memenuhi persyaratan A.S.T.M. A36 atau yang setara dan harus mendapat
persetujuan MK.
2) Kecuali kalau diatur secara tersendiri pipa-pipa untuk konstruksi dengan las
harus dari baja karbon yang memenuhi A.S.T.M. A56 type E atau S.
3) Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi
spesifikasi “American Institute of Steel Construction (AISC)” dan PPBBI Mei
1984.
d. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu
bahan yang belum pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan
harus disertai sertifikat dari pabrik.
RKS (RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS (RKS)
REHABILITASI AULA SPN POLDA KALSEL
a. Semua material baja harus baru dan disetujui pengawas walaupun kontraktor
telah menggunakan bahan yang telah disetujui, pasal berikut ini tetap
mengikat kontraktor untuk tetap bertanggung jawab.
b. Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan
merupakan "Hot Rolled Structural Steel" dan memenuhi mutu baja BJ 37 (PPBBI-
83) atau ASTM A36 atau SS41 (JIS.U 3101 - 1970).
c. Seluruh pekerjaan fabrikasi harus dilakukan di workshop, kecuali hal-hal yang
tidak dapat dilakukan di workshop dan dapat dikerjakan di lapangan setelah
mendapat persetujuan Pengawas.
d. Semua bagian baja sebelum dan setelah difabrikasi harus lurus dan tidak ada
tekukan dan ukuran disesuaikan dengan gambar. Sebelum semua pekerjaan
fabrikasi dimulai pelat-pelat baja harus rata dan tidak boleh tertekuk dan
bengkok.
e. Semua pekerjaan baja harus disimpan rapi dan ditaruh diatas alas papan.
Seluruh pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat
dengan sikat baja dan dicat zincromate 2 (dua) kali.
f. Kekurang tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan,
diperbaiki atau diganti dengan yang baru atas biaya Kontraktor.
g. Pengawas dan Konsultan berhak meninjau bengkel dan memeriksa pekerjaan
fabrikasi Kontraktor yaitu baja dengan tegangan leleh minimum
y = 2.400 kg/cm2.
h. Semua baja yang digunakan harus sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya
serta bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk dan puntir, dengan
berat sesuai gambar rencana.
i. Semua fabrikasi yang dilakukan Pemborong harus mengajukan gambar kerja
(Shop Drawing) sesuai dengan gambar rencana untuk disetujui oleh Konsultan
Pengawas, dan Pemborong tidak diperkenankan memulai pekerjaan sebelum
gambar kerja tersebut disetujui.
Gambar kerja harus menunjukkan detail pelaksanaan secara jelas, untuk hal-
hal berikut :
• Dimensi layout dalam metrik.
• Type dan lokasi sambungan.
• Dimensi bagian-bagian konstruksi bentuk, detail dan berat setiap unit
konstruksi.
Permukaan yang akan disambung harus rata satu sama lain, digurinda dahulu
sebelum dilakukan penyambungan dan tidak boleh bergeser selama
pengelasan dilakukan. Sisa-sisa atau material las yang berlebih atau kerak-
kerak las harus dibersihkan.
4. Contoh Bahan