BAB 1
Syarat-Syarat Umum
1.1 Umum
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti yang akan diuraikan
di dalam Spesifikasi Teknis ini.
Bila terdapat ketidakjelasan dan atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini,
Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Direksi Pekerjaan dan
Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian.
1.8 Contoh-Contoh
Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus
segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh tersebut diambil dengan
jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau
pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau
wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan tidak sesuai dengan contoh, baik
kualitas maupun sifatnya.
Kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari material
yang akan dipakai atau dipasang, untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.
Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti atau
sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang atau material-material
tersebut.
Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui
pemesanan), maka Kontraktor diwajibkan menyerahkan Brosur, katalog, gambar
kerja atau shop drawing, dan sample, yang dianggap perlu oleh Perencana atau
Pengawas dan harus mendapatkan persetujuan Perencana atau Pengawas.
1.9 Subsitusi
Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya dalam
Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang setara, disertai
data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum
pemesanan.
Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk-produk yang tidak disebutkan
nama pabriknya di dalam Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus mengajukan secara
tertulis nama negara dari pabrik yang menghasilkannya, katalog dan selanjutnya
menguraikan data yang menunjukkan secara benar bahwa produk-produk yang
dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan kondisi proyek untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
1.15 Iklan
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan
(batas) site atau ditanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.
3.5 Pelaksanaan
Batu kali digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras, tidak porous. Sebelum pasangan batu
dipasang, terlebih dahulu dibuat profil-profil pasangan batu dari kayu pada
setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
pasangan batu. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug
setebal minimum 10 cm, disiram dan diratakan.
Pasangan batu menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 3 pasir
pasang.
4.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini mencakup penyediaan baik batu maupun armour stone untuk
pencegahan erosi sungai. Pemasangan dilakukan pada tebing sungai, lereng
timbungan, lereng galian, dan permukaan lain yang terdiri dari bahan yang
mudah tererosi dimana perlindungan terhadap erosi dikehendaki.
2. Gambar kerja
Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyiapkan dan
menyerahkan Gambar Kerja detail pelaksanaan pasangan batu kosong dan
armour stone untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
3. Pengajuan kesiapan kerja
a. Dua contoh batu untuk pasangan batu kosong dengan lampiran hasil
pengujian seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
b. Sertifikasi dari pabrik terhadap armour stone yang digunakan.
4.2 Bahan
1. Batu
Batu untuk pasangan batu kosong harus terdiri dari batu yang keras dan awet
dengan sifat sebagai berikut:
a. Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 40%.
b. Berat jenis kering lebih besar dari 2,3.
c. Penyerapan air tidak lebih besar dari 4%.
d. Berat batu antara 50 kg sampai 200 kg (setara diameter batu 40 cm sampai
60 cm, ukuran tersebut harus dipehitungkan kembali menyesuaikan dengan
berat jenis batu yang digunakan).
2. Armour stone
Armour stone dapat menggunakan batu alam maupun concrete block (quadripod,
tetrapod, dolos, dan lain-lain). Persyaratan berat untuk armour stone adalah 500
kg per unit. Dalam hal armour stone menggunakan batu alam, sifat batu harus
keras dan memiliki keausan agregat dengan mesin los angeles harus kurang dari
40%. Untuk armour stone terbuat dari beton (concrete block), kuat tekan
karakteristik pada umur 28 hari minimal sebesar 29 MPa (setara K350).
3. Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous atau dapat menggunakan
geotextile.
4.3 Pelaksanaan
1. Persiapan
Lokasi untuk peletakan batu kosong dan armour stone harus sudah disiapkan
sesuai dengan gambar. Landasan harus sudah terpasang sesuai dengan
spesifikasi. Seluruh permukaan yang disiapkan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebelum penempatan pasangan batu kosong dan armour stone.
2. Penempatan batu kosong dan armour block
Tahapan pertama dalam penyusunan pasangan batu kosong sebagai pengendali
erosi adalah dengan memasang toe protector. Toe protector menggunakan armour
stone yang disusun pada bagian paling ujung bawah dari struktur penahan erosi.
Armour stone harus dipastikan kuat dan tidak mudah bergerak. Armour stone
dengan concrete block harus disusun agar saling mengikat satu dengan lainnya.
Umumnya armour stone disusun menyerupai trapesium dengan kemiringan
sesuai desain.
Batu kosong ditempatkan dibelakang armour stone yang telah dipasang sebagai
toe protector. Penempatan batu kosong sedapat mungkin diatur agar padat dan
stabil. Peletakkan batu kosong dilakukan bertahap sesuai dengan bidang dan
kemiringan yang direncanakan. Pada bagian terluar dari batu kosong diletakkan
armour stone dan harus dipastikan bahwa armour stone dapat berdiri stabil.
5.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan soil nailing bertujuan untuk memberikan proteksi pada lereng. Soil
nailing dilakukan dengan memberikan perkuatan terhadap tanah dengan
element/material penguat yang dipasang dengan jarak tertentu dan bekerja
terhadap gaya Tarik. Umumnya soil nailing terdiri atas material baja yang
dimasukkan kedalam lubang yang telah dibor terlebih dahulu dan digrouting.
Dalam pekerjaan ini, soil nailing dipadukan dengan jaring kawat (wire mesh) dan
matras perkuatan sebagai penahan runtuhan.
Matras perkuatan terbuat dari bahan organic atau polimer yang dikombinasikan
dengan tanaman untuk perlindungan lereng jangka panjang. Matras perkuatan
dihamparkan pada permukaan lereng yang telah disiapkan dan diangkur pada
tanah untuk menahan matras perkuatan pada tempatnya.
5.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah bahan yang baru dan tidak bercacat. Semua
bahan yang cacat harus dikeluarkan dari lokasi proyek tanpa biaya tambah.
Bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan soil nailing meliputi:
1) Angkur
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan angkur terdiri dari:
a. Angkur sling (wire rope anchor)
Angkur sling berupa sling yang digunakan untuk menggantung jaring
kawat pada metode aktif maupun metode pasif.
Angkur sling dipasang sesuai gambar atau persetujuan Direksi Pekerjaan.
Panjang minimum yang ter-grouting (bonded length) yang tertanam adalah
3,0 m. Diameter minimal lubang bor adalah 6,35 cm (setara 2,5 inci).
Penyedia Jasa harus membuat borlog untuk setiap lubang yang dibor.
Borlog harus mencakup dan tidak terbatas pada: lokasi lubang bor,
diameter lubang bor, panjang lubang bor, sudut terhadap bidang
horizontal, tanggal atau waktu pengeboran, alat bor yang digunakan,
kondisi bawah permukaan yang ditemui (muka air tanah, kekar, rongga,
tanah atau batuan lapuk, dan lain-lain). Penyedia Jasa harus
menyampaikan borlog pada Pengguna Jasa setiap hari.
b. Angkur pin (pinned anchor)
Angkur pin berupa batangan baja tulangan sirip (threaded bar pada ujung
luar dari angkur) ata baja prategang yang digunakan untuk menahan
tanah/batuan dan jaring kawat dan hanya digunakan untuk metode aktif.
Batang baja sirip atau batang baja prategang harus menerus tanpa
sambungan atau las, baru, lurus, dan tidak rusak.
Tabel 2 Persyaratan Material Angkur
Sifat Angkur Sling Angkur Pin
Mutu Baja Grade 150 Baja Grade 150
baja (sesuai ASTM A722/A722M (sesuai ASTM A722/A722M – 15)
– 15) untuk baja sirip atau BjTS 50
untuk baja sirip
Kuat 1.034 MPa (setara 150 Ksi) 1.034 MPa (setara 150 Ksi)
tarik untuk grade 150 untuk grade 150
minimum atau 620 MPa untuk BjTS 50
2) Centralizers
Dibuat dengan menggunkan bahan PVC atau bahan sintetik lainnya.
Centralizers harus dipilih dan dipasang sedemikian rupa sehingga pipa grout
dapat masuk sampai dasar lubang dan material grout memenuhi seluruh
lubang sampai atas.
3) Grout
Material grout digunakan untuk mengisi celah lubang yang dibuat pada
angkur (angkur sling dan angkur pin) dan juga untuk mengisi celah-celah
rekahan batuan. Material grout memiliki kuat tekan minimal umur 28 hari
sebesar 21 MPa dengan faktor air semen 0,4 sampai 0,5. Campuran grout
terdiri dari semen, air, agregat halus dan bahan tambah
4) Bahan tambah (admixture)
Bahan tambah dapat digunakan untuk mengontrol bleeding, meningkatkan
flowability, mengurangi kadar air, memperlama waktu setting beton, dan
memperbaiki workability pada campuran grout.
a. Penggunaan bahan tambah untuk mempercepat (accelerator) harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Bahan tambah untuk
mempercepat (accelerator) yang mengandung calcium chloride harus
dihindari karena dapat meningkatkan laju erosi di sekitar batang angkur.
b. Bahan tambah yang berjenis plasticizers dapat digunakan untuk
meningkatkan workability dari campuran grout untuk pekerjaan yang
berada pada lokasi yang memiliki temperatur yang tinggi atau pada
pekerjaan yang mengharuskan material grout harus dipompa pada jarak
yang jauh.
c. Penggunaan bahan tambah berjenis air-entrained harus dihindari karena
dapat meningkatkan laju korosi pada batang angkur. Jika bahan tambah
ini akan digunakan, maka batang angkur harus dilapisi bahan anti korosi.
Penggunaan bahan tambah ini harus diuji sebelum digunakan untuk
mengetahui dampak negatif pada lekatan grout dan tingkat korosi yang
dapat mempengaruhi kinerja batang angkur secara keseluruhan.
5) Semen
Sesuai ketentuan ASTM C150, tipe I, II, III atau V. semen disimpan agar tidak
mengalami hidrasi parsial atau kelembaban. Semen yang telah mengeras
atau membongkah tidak boleh digunakan. Agregat disimpan agar tidak
tercampur dengan bahan lain.
6) Agregat Halus
Sesuai keterangan ASTM C33.
7) Baja Tulangan
Baja tulangan harus dilettakan pada tumpuan dan tidak boleh diletakkan
langsung menyentuh permukaan tanah. Kerusakan pada baja tulangan
akibat abrasi, terpotong, tergores, terkena las, dapat menjadi alsan tidak
boleh dipasang atau tidak dapat digunkannya material tersebut. Baja
tulangan harus dilindungai terhadap kotoran, karat, dan cairan kimia
tertentu sebelum dipasang. Kondisi berkarat yang parah sehingga batang
baja terkikis dapat menjadi alasan penolakan, namun bila karta ringan yang
tidak menyebabkan baja terkikis dapat diterima.
8) Jaring Kawat
Jaring kawat terbuat dari kawat baja tunggal dengan diameter tertentu.
Jaring kawat ini memiliki berbagai bentuk tergantung dari kekuatan dari
sistem jaring kawat. Berdasarkan bentuknya, jaring kawat dapat berbentuk
jaring untai (chain link), heksagonal, atau bentuk lain.
a. Jaring kawat untai (chain link)
Jaring kawat untai merupakan jaring kawat baja dimana kedua kawat
saling menguntai satu kali dan membentuk pola zig-zag sehingga masing-
masing kawat berkait dengan kawat lainnya di sisi lain membentuk
isometrik.
b. Jaring kawat heksagonal
Jaring kawat heksagonal merupakan jaring kawat baja yang tersusun oleh
dua batang kawat yang digabungkan dengan cara memutar dan
membentuk pilinan antar kawat yang satu dengan lainnya.
Berdasarkan kekuatannya, jaring kawat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
− Jaring kawat standar (standard wire mesh);
− Jaring kawat kuat tarik tinggi (high tensil wire mesh).
a. Jaring kawat standar (standard wire mesh)
Jaring kawat standar harus dibuat dari material stainless steel atau
terbuat dari bahan kawat baja soft tempered dilapisi dengan bahan
pelindung dari korosi yaitu Zn-Al dan dapat ditambahkan lapisan PVC
sesuai ASTM A975 – 11 atau BS EN 10245-2:2012.
b. Jaring kawat kuat tarik tinggi (high tensil wire mesh)
Jaring kawat menggunakan material kawat kuat tarik tinggi. Material
kawat harus dilapisi dengan bahan perlindungan dari korosi Zn-Al dan
dapat ditambahkan lapisan PVC. Jaring kawat juga dapat dibuat dengan
material baja tahan karat (stainless steel).
Kabel batas luar (seaming rope / wire rope) yang digunakan sebagai
bingkai dari seluruh bidang jaring kawat kuat tarik tinggi harus
mempunyai diameter minimum 8 mm (setara dengan 5/16 inci).
Pemasangan seaming rope dengan sistem lain harus mengikuti
rekomendasi dari pabrik dan mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
Jaring kawat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah jenis jaring kawat
kuat tarik tinggi (high tensile wire mesh).
Tabel 3 Persyaratan Jaring Kawat Kekuatan Tinggi
Sifat Persyaratan Jaring Kawat Kekuatan Tinggi
Diameter kawat ≥ 3 mm
Kuat tarik jaring kawat Minimum 145 kN/m
Untuk perlindungan tingkat korosi minimum, jaring kawat (selain dengan
material stainless steel) perlu diberi lapisan zinc/aluminium kelas B
berdasarkan BS EN 10224-2:2009. Persyaratan dari tingkat korosi harus
ditingkatkan sesuai dengan kondisi lapangan yang semakin agresif. Bila
tingkat proteksi tingkat tinggi diperlukan, proteksi korosi harus diberikan
dengan pelapisan zinc/aluminium kelas A berdasarkan BS EN 10224-2:2009.
Pada lingkungan dengan sifat korosi tinggi seperti di daerah pantai, dimana
tingkat salinitas tinggi, lapisan PVC setebal 0,5 mm harus ditambahkan di
atas lapisan zinc/aluminium atau kawat harus terbuat dari bahan anti karat
terhadap korosi air laut (stainless steel).
9) Pipa grouting
Pipa grouting harus terbuat dari bahan plastic berjenis heavy duty plastic.
10) Matras perkuatan
Dalam pekerjaan ini digunakan matras perkuatan (Tipe III). Matras perkuatan
tersusun dari serat sintesis, filamen, jaring, jaring kawat, yang diproses
menjadi suatu matriks tiga dimensi yang permanen yang dapat dilengkapi
dengan komponen biodegradable. Matras perkuatan digunakan untuk
mencegah erosi lereng secara permanen dan vegetasi yang tumbuh diantara
lapisan matras perkuatan yang tidak bisa memberikan perlindungan erosi
yang cukup tanpa bantuan matras perkuatan.
Tabel 4 Spesifikasi Standar dan Persyaratan Sertifikasi Pengendali Erosi
Lereng
Jenis Produk Kuat Geser Kuat Tarik Massa Ketebalan
Pengendali ASTM D Material* Material Minimum
Erosi 6460 ASTM D ASTM D
6566-18 6525-17
(Pa) (gr/m2) (mm)
III ≥ 96 ≥ 21,9 ≥ 271 6,35
* BS EN 10223-6:2012 untuk Jaring Kawat Chain Link atau BS EN 10223-3:2013 untuk Jaring Kawat Heksagonal
11) Vegetasi (tanaman)
Untuk menutupi matras perkuatan, vegetasi yang digunakan dapat berupa
vegetasi yang sudah tumbuh atau dalam bentuk biji.
Tabel 5 Persyaratan Jenis, Bentuk, Jumlah dan Daya Kecambah Bibit Vegetasi
Metode Jenis Bentuk Jumlah Bibit Daya
Penanaman Vegetasi Bibit Kecambah
Vegetasi Minimum
Hydroseeding Rumput Biji Rumput 70%
atau atau legume 20 – 25 gr/m2
Taplok cover crops LCC
(LCC) 40 – 50 gr/m2
Bahan lain yang digunakan pada masing-masing metode atau teknik tersebut
dapat berupa: mulsa serutan kayu, jerami atau bahan sejenis lainnya; pupuk
(organik dan anorganik); kompos; air dan perekat PAM jika diperlukan dapat
digunakan biostimulan.
a. Pupuk
Pupuk yang digunakan terdiri atas pupuk organic (seperti: kotoran hewan
atau disebut juga rabuk) dan pupuk anorganik (pupuk kimia yang pada
umumnya diproduksi skala pabrikan disebut juga pupuk buatan).
a) Rabuk
Bahan rabuk merupakan dari kotoran hewan, yang umum digunakan
adalah kotoran kambing atau sapi. Rabuk yang digunakan harus yang
sudah matang dan siap pakai, yaitu tidak lagi berbau tajam (bau
amoniak), terasa dingin jika dipegang, berwarna gelap, kering, dan
gembur jika diremas.
b) Pupuk buatan
Pupuk buatan yang digunakan harus dari campuran yang disyaratkan
sebagai nutrisi tanaman. Pupuk tersebut harus pupuk yang bebas
diperdagangkan dan dapat dipasok. Pupuk buatan ini dapat
merupakan pupuk tunggal (hanya mengandung satu unsur utama: N,
P atau K saja) dan pupuk majemuk (mengandung dua atau tiga unsur
utama).
b. Mulsa (mulching)
Mulsa yang digunakan untuk mengisi material hydroseeding dapat
berupa: serutan kayu kasar, kertas, jerami, serutan kayu halus, dan lain-
lain. Mulsa serutan kayu kasar memiliki ukuran diameter antara 0,3 cm
– 0,5 cm. Sedangkan serutan kayu halus memiliki ukuran diameter
dibawah 0,3 cm.
c. Perekat
Perekat yang digunakan untuk bahan campuran hyroseeding berbahan
dasar polyacrylamide (PAM). PAM membutuhkan waktu pengadukan
tertentu sampai membentuk cairan kental (viscous) yang masih bisa
disemprotkan dengan menggunakan pompa bertekanan.
d. Air
Air digunakan untuk campuran material hydroseeding, penyiraman sema
masa penanaman dan menjaga masa pertumbuhan rumput harus
memenuhi persyaratan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
yaitu klasifikasi mutu air kelas dua, kelas tiga dan kelas empat untuk
tanaman pertanian.
e. Angkur
Angkur berbahan baja bentuk U atau J atau T dengan diameter minimal
0,8 cm dengan panjang terjangkar minimal 300 mm atau yang
disesuaikan dengan rekomendasi pabrikan atau ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Angkur harus memiliki kemampuan untuk menembus lapisan
tanah dan tahan terhadap cabut.
Tabel 6 Persyaratan Kuantitas Bahan Pendukung Vegetasi
Metode / Kuantitas
Teknik Mulsa Pupuk Air Perekat
Penanaman PAM
Hydroseeding 70% dari
250-300 450-550 volume 2,75-3,25
gr/m2 gr/m2 tangki gr/m2
Taplok
5.3 Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Persiapan bahan dan alat
i. Bahan-bahan jaring kawat untuk penanganan longsor yang telah
memenuhi persyaratan disediakan di lapangan sebelum pekerjaan
dilakukan;
ii. Jaringa kawat, angkur, kabel sling, kawat pengikat, dan ring baja
galvanis harus ditandai dengan nomor dan diberi label untuk
keperluan identifikasi sebelum diangkut ke tempat kerja;
iii. Peralatan yang diperlukan untuk pemasangan jaring kawat dan
peralatan grouting disiapkan, diperiksa, dan berfungsi dalam kondisi
baik.
b) Penyiapan kondisi lereng, penempatan jaring, dan angkur
i. Tumbuhan, terutama pohon dan semak berukuran besar di daerah
yang akan dilindungi jaring, yang mengganggu efektifitas dan
integritas jaring harus dibuang atau sebagaimana ditentukan oleh
Direksi Pekerjaan;
ii. Tumbuhan di atas area sistem angkur harus dibuang. Pembersihan
tumbuhan ini hanya di area yang dibutuhkan untuk pemasangan
sistem angkur dan dengan jarak ke arah atas dari sistem angkur
paling jauh 6 m atau ditentukan oleh Direksi Pekerjaan;
iii. Pembersihan blok batuan yang berpotensi merusak jaring atau
bagian lainnya harus dilakukan sebelum pemasangan jaring kawat;
iv. Pembersihan dengan cara mekanik dapat dilakukan dengan
menggunakan excavator. Untuk membuang batu yang sangat besar
dapat digunakan alat breaker hydraulic yang disisipkan ke dalam
celah-celah batuan yang terbuka. Pelandaian kemiringan lereng
dapat dilakukan secara manual atau dengan alat excavator yang
disesuaikan dengan situasi di lapangan;
v. Penyedia Jasa harus melakukan verifikasi lokasi pemasangan jaring
kawat dan lokasi setiap angkur.
2) Pemasangan angkur
a) Umum
i. Jaring kawat harus diangkurkan pada posisi bagian atas lereng
dengan angkur sling. Angkur sling ini dimasukkan sesuai panjang
yang ditunjukkan oleh gambar atau ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan;
ii. Lokasi titik lubang bor angkur sling dan angkur pin yang akan di
pasang angkur disesuaikan dengan gambar atau yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan.
b) Pengeboran
i. Lubang bor harus dibuat pada lokasi yang telah ditentukan dengan
kemiringan dan kedalaman sebagaimana ditunjukkan oleh gambar
dan telah disetujui Direksi Pekerjaan;
ii. Lubang bor untuk batang angkur dapat menggunakan beberapa
metode yang umum digunakan, antara lain: rotary, auger, dan rotary
percussion drilling. Pemilihan metode pengeboran juga harus
mempertimbangkan ketersediaan alat bor pada lokasi pekerjaan dan
kondisi jenis tanah atau batuan yang akan dibor pemilihan alat bor
juga harus mempertimbangkan dampak dari penurunan tanah yang
terjadi akibat aktifitas pengeboran. Salah satu dampak yang mungkin
terjadi akibat aktivitas pengeboran adalah terjadinya heaving atau
amblas pada bagian permukaan tanah. Untuk mengurangi dampak
ini, dapat digunakan casing selama proses pengeboran.
iii. Pada saat pengeboran, penggunaan cairan lumpur seperti bentonite
tidak diperbolehkan. Bila dinding lubang bor berpotensi runtuh,
pengeboran harus dilakukan menggunakan casing. Pengeboran yang
digunakan adalah pengeboran kering (dry coring). Setelah pengeboran
selesai dan sebelum angkur dimasukkan, lubang bor dibersihkan dari
semua kotoran atau dengan memperdalam lubang bor untuk
menampung sisa kotoran pengeboran. Jika diperlukan air untuk
proses pengeboran dan pembersihan kotoran, maka proses
pengeboran perlu mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Untuk
lubang bor yang sudah selesai dan berpotensi runtuh tetapi belum
akan segera di-grout, maka lubang bor tersebut harus dipasang
casing.
iv. Dalam segala kondisi, diperlukan perancah yang kuat untuk
dudukan mesin bor untuk keamanan dan keselamatan kerja tim
pengeboran. Bila diperlukan, mesin bor diikatkan dengan tali yang
dihubungkan pada patok yang berada di atas alat tersebut. Segera
lakukan penghentian sementara dan modifikasi metode pengeboran
bila dijumpai adanya amblasan tanah atau runtuhan. Bila terjadi
kerusakan pada lereng dengan perkuatan yang telah terpasang,
segera lakukan usaha untuk menstabilkan dan perbaikan tanpa
biaya tambah.
v. Setelah kedalaman pengeboran sesuai dengan gambar, selanjutnya
angkur ditempatkan di tengah lubang dengan menggunakan bantuan
centralizers sedemikian rupa sehingga angkur tidak melengkung dan
tidak menggangu pipa grout mencapai dasar lubang dan beton dapat
mengalir dengan baik sampai ke atas. Untuk menempatkan kabel
sling dan angkur pin terletak di tengah lubang bor maka dipasang
centralizer dengan jarak minimum antar centralizer 0,60 m. Posisi
batang dapat bergeser dengan toleransi 25 mm dari tengah lubang.
Tidak diperbolehkan menekan angkur bila dialami kesulitan pada
saat memasukkan ke dalam lubang bor.
c) Angkur sling
i. Deviasi yang diizinkan untuk penempatan angkur sling adalah 200
mm ke semua arah. Kemiringan angkur, deviasi yang diizinkan ±3
derajat. Toleransi tersebut hanya berlaku untuk setiap angkur dan
tidak berlaku secara akumulatif di seluruh area atau area tertentu.
ii. Angkur di pasang pada lubang bor yang sudah disiapkan. Bila
pengeboran mengalami kesulitan yang tidak terduga, titik pengeboran
dapat dipindahkan dengan memenuhi persyaratan deviasi atau
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Lubang bor
semula harus ditutup kembali dengan grout. Pemindahan dan
penutupan kembali dengan bahan grout pada lubang lama tidak
diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
iii. Angkur sling yang tidak memenuhi syarat deviasi penempatan angkur
dan persyaratan kuat cabut yang disebabkan karena metode
pemasangan yang digunakan oleh Penyedia Jasa, harus diganti tanpa
biaya tambah.
d) Angkur pin
i. Pelat untuk angkur pin yang di-grout harus menempel pada
permukaan lereng dengan cara mengencangkan baut.
ii. Penempatan angkur pin, bilamana memungkinkan ditempatkan di
titik permukaan terendah sehingga celah atau jarak antara jaring dan
permukaan lereng dapat diminimalkan.
iii. Angkur pin tambahan perlu dipasang jika ada rongga yang cukup
besar yang dapat mengganggu kontak antara jaring dan permukaan
lereng sesuai dengan yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Angkur pin dapat diberi gaya prategang sesuai dengan gambar atau
sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan.
3) Grouting
a) Rancangan campuran (mix design)
Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran (mix design)
untuk masing-masing mutu grouting yang akan digunakan sebelum
pekerjaan grouting dimulai, lengkap dengan hasil pengujian bahan dan
hasil pengujian percobaan campuran grouting di laboratorium
berdasarkan kuat tekan grouting secara umum untuk umur 7 dan 28 hari,
kecuali ditentukan untuk umur beton yang lain oleh Direksi Pekerjaan.
Kecuali ditentukan lain, rancangan campuran harus memiliki standar
deviasi rencana (Sr) antara 2,5 MPa sampai 8,5 MPa. Proporsi bahan dan
berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi kriteria teknis
utama, yaitu kelecakan (workability), kekuatan (strength), dan keawetan
(durability). Penyedia Jasa wajib menyerahkan data tersebut kepada
Direksi Pekerjaan.
b) Campuran percobaan
Sebelum dilakukan grouting, Penyedia Jasa harus membuat campuran
percobaan menggunakan proporsi campuran hasil rancangan campuran
serta bahan yang diusulkan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan,
yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang
akan digunakan untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan waktu
pengangkutan dan lain-lain). Pengujian kuat tekan grouting umur 7 hari
dari hasil campuran percobaan harus mencapai kekuatan minimum 90%
dari nilai kuat tekan grouting karakteristik yang ditargetkan dalam
racangan campuran grouting (mix design) umur 7 hari. Bilamana hasil
pengujian grouting berumur 7 hari dari campuran percobaan tidak
menghasilkan kuat tekan grouting yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa
harus melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab
ketidaksesuaian tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang
kompeten di bidang beton untuk kemudian melakukan percobaan
campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan grouting di lapangan
yang sesuai dengan persyaratan. Bilamana percobaan campuran grouting
telah sesuai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa
boleh melakukan pekerjaan grouting sesuai dengan formula campuran
kerja (job mix formula, JMF) hasil percobaan campuran.
c) Peralatan grouting
Peralatan grouting harus dapat menghasilkan campuran grouting yang
seragam, tidak menggumpal, dan dapat mengaduk terus menerus. Pompa
yang digunakan harus dilengkapi dengan pengukur tekanan grouting yang
diinginkan.
d) Metode grouting
i. Setelah batang angkur diletakkan ke dalam lubang bor, selanjutnya
dilakukan pengisian material grouting dengan menggunakan pipa
grout. Pipa untuk memasukkan material grouting dimasukkan ke
dasar lubang bor dan dilakukan pengisian material grouting sampai
lubang bor terisi penuh.
ii. Proses pemasukan material grouting dapat dilakukan dengan metode
gravitasi atau dengan tekanan, dimulai dari dasar lubang dengan
menggunakan selang atau pipa. Ujung selang atau pipa tersebut
harus dipertahankan posisinya ada di dalam material grout sambal
ditarik, untuk mencegah timbulnya pori-pori. Material grouting dapat
di pompa ke lubang bor setelah 60 menit pencampuran atau dalam
waktu yang direkomendasikan oleh pembuat admixture.
iii. Setiap lubang yang telah diisi angkur harus dipenuhi dengan material
grout dalam sekali pelaksanaan, penyambungan pengisian grouting
tidak diperbolehkan. Apabila digunakan casing, pada saat casing
dicabut, ketinggian grouting di dalam lubang harus dijaga untuk
menghindari keruntuhan dinding lubang bor.
iv. Untuk metode grouting yang menggunakan tekanan, lakukan
pencatatan tekanan grouting pada angkur yang terpasang dengan
menggunakan teknik tekanan grouting. Lakukan pengaturan tekanan
grouting untuk menghindari kerusakan struktur tanah yang
berlebihan atau menimbulkan rekahan.
4) Pemasangan matras perkuatan
Pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik atau sesuai
persetujuan pengawas pekerjaa, secara umum adalah:
a) Pemasangan tahap awal dilakukan pada bagaian atas lereng, yaitu
pemasangan angkur pada parit untuk jangkar awal segera setelah parit
selesai.
b) Pemasangan tahap awal dilakukan pada bagian atas lereng, jepit Selimut
Pengendali Erosi atau Matras Perkuatan pada parit untuk jangkar awal
segera setelah parit selesai.
c) Lepaskan gulungan Selimut Pengendali Erosi atau Matras Perkuatan ke
bawah lereng dengan arah pelepasan searah aliran air.
d) Untuk Selimut Pengedali Erosi, tumpang-tindihkan (overlap) secara
vertikal minimal 30 cm dan tautkan dengan Angkur atau yang
disesuaikan dengan rekomendasi pabrikan atau ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan.
e) Ketika Selimut Pengendali Erosi Lereng atau Matras Perkuatan
memerlukan sambungan horizontal, tempatkan ujung Selimut Pengendali
Erosi atau Matras Perkuatan di atas Selimut Pengendali Erosi Lereng atau
Matras Perkuatan berikutnya (tipe sirap) dengan tumpang tindih minimal
30 cm. Tautkan/lekatkan area yang tumpang tindih menggunakan
Angkur besi atau yang disesuaikan dengan rekomendasi pabrik atau
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Hamparkan Selimut Pengendali Erosi atau Matras Perkuatan tanpa
dikencangkan/ditarik untuk menjaga kontak antara Selimut Pengendali
Erosi atau Matras Perkuatan dengan tanah.
g) Tautkan/lekatkan Selimut Pengendali Erosi atau Matras Perkuatan
menggunakan Angkur pada angkur Selimut Pengendali Erosi atau Matras
Perkuatan untuk mempertahankan kontak dengan tanah. Angkur
dipasang dari atas kebawah lereng pada bagian tengah lembaran dan
diatur berselingan dengan Angkur yang dipasang pada sudut atau ujung
lembaran. Jumlah kebutuhan Angkur minimal dengan interval 1 m atau
disesuaikan dengan kondisi lapangan untuk menjaga kestabilan pada
saat pelaksanaan.
h) Apabila terdapat muka air tanah yang membahayakan stabilitas lereng,
maka diperlukan penanganan yang terpisah.
i) Semua Selimut Pengendali Erosi dan Matras Perkuatan yang telah
terpasang harus diinspeksi secara berkala setelah pemasangan untuk
menjamin tidak terjadi kerusakan.
j) Jika terjadi curah hujan tinggi pada saat atau setelah pemasangan, perlu
dilakukan pengecekan terhadap erosi dan kerusakan. Setiap kerusakan
yang terjadi harus segera diperbaiki. Timbun dengan tanah dengan tetap
menampakkan bagian atas jaring Selimut Pengendali Erosi atau Matras
Perkuatan.
k) Selama pelaksanaan pemasangan Selimut Pengendali Erosi atau Matras
Perkuatan tidak diperkenankan untuk dilintasi kendaraan.
l) Apabila kerusakan terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan, penggantian
Selimut Pengendali Erosi atau Matras Perkuatan dan Angkur dilakukan
secara menerus dengan melakukan penyambungan menggunakan metode
yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
5) Penghamparan
a) Pekerjaan penghamparan jaring kawat atau jaring kabel dapat dilakukan
setelah kekuatan grouting sudah mencapai kuat tekan beton yang mampu
menahan beban jaring kawat atau kabel atau menggunakan metode lain
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Baigan atas jaring kawat harus dipasang dengan kabel sling horizontal
dengan diameter dan kuat putus minimum sama dengan angkur sling.
Gunakan cincin baja (shackles) untuk menghubungkan angkur sling
dengan kabel sling horizontal.
c) Kabel sling horizontal diikatkan dengan kabel sling vertical sesuai gambar.
Jaring kawat dilipat minimum 0,3 m di atas kabel sling horizontal, diikat
dengan cincin baja atau klip atai dianyam dengan kabel sling.
d) Jaring kawal harus dipasang dalam bentuk panel-panel vertical dan
menutupi lereng secara menerus tanpa adanya celah. Sambungan antar
panel jaring kawat dapat menggunakan klip atau kawat pengikat (lacing
wire) dengan kekuatan sama atau lebih besar dari jaring kawat.
e) Sambungan horizontal tidak diizinkan tanpa persetujuan Direksi
Pekerjaan dan hanya digunakan untuk kondisi khusus. Jika sambungan
horizontal disetujui, sambungan harus diikatkan dengan klip (fastener)
dan kawat pengikat. Panel sambungan bagian bawah diletakkan di atas
panel bagian atas dengan tumpang tindih minimum 0,3 m.
f) Jika digunakan jaring kawat dikombinasikan dengan jaring kabel, jaring
kawat harus ditempatkan di antara jaring kabel dan permukaan lereng,
serta dikencangkan pada setiap panel jaring kabel. Kabel pengikat atau
connector harus berjarak maksimal 0,3 m dalam arah vertikal dan
horizontal. Jaring kawat dan jaring kabel harus sejajar tanpa adanya celah
lebih dari 10 cm. Jaring kabel dan jaring kawat harus diikatkan sebelum
dihampar pada permukaan lereng.
g) Untuk metode aktif, jaring harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
jaring mengikuti kontur lereng dan meminimalkan celah atau jarak yang
besar antara jaring dan permukaan lereng.
h) Untuk jaring kabel standar dan jaring kabel kekuatan tinggi, jika
sambungan antar panel menggunakan kabel sling maka diameter kabel
sling minimum 8 mm (setara 5/16 inci) dengan kuat tarik minimum 41
kN (atau setara dengan9,200 lbs), jika sambungan antar panel
menggunakan metode lain maka harus mengikuti rekomendasi pabrik
dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
i) Sebelum dan sesudah pemasangan, jaring kawat harus diperiksa untuk
memastikan tidak mengalami kerusakan (misalnya putus atau
terkelupas). Jika Direksi Pekerjaan menemukan jaring kawat yang rusak
maka Penyedia Jasa harus segera menggantinya tanpa ada tambahan
biaya.
6) Vegetasi
Penanaman vegetasi dapat dilakukan secara mandiri atau sesudah
penghamparan material pengendali erosi lereng dengan mempertimbangkan
kondisi lapangan dan kondisi kondisi tertentu. Penanaman dapat
dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a) Penanaman biji vegetasi dengan teknik hydroseeding
• Tahap awal penanaman dengan cara teknik hydroseeding adalah
dengan membuat campuran yang terdiri dari biji vegetasi, mulsa
serutan kayu, perekat PAM, pupuk kandang dan pupuk buatan
(anorganik) beserta air dalam suatu tangki pencampur yang dilengkapi
dengan alat pengaduk (agitator), mesin penyemprot, pompa, selang
penyemprot dan nozzle. Proses pencampuran minimal membutuhkan
waktu selama 30 menit. Ukuran dan kebutuhan biji tanaman, mulsa
serutan kayu, perekat PAM, pupuk dan air dapat dilihat pada Tabel 6.
• Penyemprotan campuran hydroseeding pada permukaan lereng yang
sudah dipasang Selimut Pengendali Erosi atau Matras Perkuatan
dilakukan dari arah atas ke bawah atau arah menyamping secara
horizontal dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya.
• Laju penyemprotan berkisar dari 1,5 -1,8 m2/det.
• Penyemprotan harus dilakukan pada lereng sesuai dengan Gambar.
• Penyemprotan material hydroseeding sebaiknya dilakukan pada awal
musim hujan namun tidak diperkenankan selama hujan lebat, cuaca
panas atau kondisi angin kering yang panas.
• Lakukan penyiraman pada lereng yang sudah ditanami dengan teknik
hydroseeding tersebut setiap 2 hari sekali sampai masa pekerjaan
konstruksi berakhir. Bilamana terjadi hujan, penyiraman dihentikan.
b) Penanaman biji vegetasi dengan teknik Taplok
• Tahap awal penanaman dengan cara teknik taplok adalah dengan
membuat campuran yang terdari biji vegetasi, mulsa serutan kayu,
perekat PAM, pupuk kandang dan pupuk buatan (anorganik) beserta
air dalam suatu tangki pencampur yang dilengkapi dengan alat
pengaduk (agitator) atau diaduk secara manual. Proses pencampuran
minimal membutuhkan waktu selama 30 menit. Kebutuhan biji
tanaman, mulsa serutan kayu, perekat PAM, pupuk dan air dapat
dilihat pada Tabel 6.
• Taplok-kan campuran tersebut pada permukaan lereng yang sudah
dipasang Selimut Pengendali Erosi atau Matras Perkuatan dengan
jarak horizontal dan vertikal masksimum 20 cm antara mulsa atau
sesuai dengan Gambar.
• Lakukan penyiraman pada lereng yang sudah ditanami dengan teknik
taplok tersebut setiap 2 hari sekali sampai masa pekerjaan konstruksi
berakhir. Bilamana terjadi hujan, penyiraman dihentikan.
b) Pengujian grouting
Selama melakukan pekerjaan, Penyedia Jasa harus melakukan satu
pengetesan grouting sesuai dengan ASTM C109/C109M – 16a. Pengujian
kuat tekan untuk 7 hari dan 28 hari dilakukan minimal sebanyak 3% dari
jumlah total pin atau minimal 5 (lima) set pengujian, ambil yang terbesar.
Hasil pengetesan harus diserahkan paling lambat 24 jam setelah
dilakukan pengetesan.
c) Pengujian material angkur
Materil angkur harus diambil contohnya dan diuji di laboratorium yang
terakreditasi dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan untuk memastikan
kesesuaiannya dengan spesifikasi ini. Untuk setiap lot harus diambil tiga
sampel sebagai benda uji untuk dilakukan pengujian seperti tercantum
dalam Tabel 8. Lot adalah jumlah material dengan ukuran jenis dan
kualitas yang sama yang dikirimkan dalam bentuk kemasan tertentu.
Tabel 8 Persyaratan Pengujian Kesesuaian Angkur
No Jenis Pengujian Metode Uji
1 Mutu baja
2 Uji diameter tulangan beton sirip SNI 2052:2014
3 Kuat putus minimum (breaking strength) (untuk BjTS 50)
4 Kuat tarik minimum
6.1 Umum
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pemasokan dan pemasangan bahan
geotekstil filter, separator dan stabilisator. Persyaratan kuat tari geotekstil
dalam spesifikasi ini dipertimbangkan berdasarkan daya bertahan
(survivability) geotekstil terhadap tegangan yang terjadi pada saat
pemasangan.
6.2 Bahan
Sifat-sifat fisik geotekstil
1) Geotekstil harus dari jenis yang tidak dianyam (nonwoven), terdiri dari
serabut menerus (serat pendek/staple fiber tidak dapat diterima) dengan
bahan polimer polypropylene yang diproduksi dengan teknik needle
punched (sistem penyatuan dengan panas/heat bonded tidak dapat
diterima). Kualitas dari polimer yang dipakai harus bersertifikasi dari
pabrik, tahan terhadap asam, alkali dan zat kimia di dalam rentang pH 2
- 13, dan tidak mengalami hidrolisis pada kondisi iklim tropis.
2) Geotekstil harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh kontak langsung
dengan zat kimia yang umumnya ada di dalam tanah dan air limbah serta
memiliki daya tahan terhadap pengaruh mikro biologis lainnya.
3) Geotekstil harus mempunyai kualitas filtrasi yang memadai dan
permeabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan drainasi pada tanah
berbutir halus dengan tingkat kejenuhan yang tinggi.
4) Geotekstil harus mempunyai jaringan serabut yang stabil sehingga
memiliki ketahanan terhadap kerusakan saat pelaksanaan.
5) Geotekstil yang dihasilkan dari potongan-potongan bahan fiber, limbah
fiber, atau hasil daur ulang tidak dapat diterima, pihak pabrik pembuat
menjamin hal ini.
6) Setiap rol geotekstil yang dikirimkan ke lapangan, harus mempunyai
tanda produksi dan pernyataan tipe yang tertera jelas pada pembungkus
luar maupun sepanjang lembaran dengan panjang interval tertentu untuk
maksud pemeriksaan visual.
7.1 Umum
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan
yang dibutuhkan unuk menyelesaikan semua “Pekerjaan Tanah” seperti tertera
pada gambar rencana dan spesifikasi ini, termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-
hal sebagai berikut :
a. Pembersihan lahan.
b. Pengurugan dan Pemadatan
c. Pembuatan Bouwplank
d. Pengukuran dan Penggambaran kembali
7.3 Pelaksanaan
a. Pekerjaan Persiapan
Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan. Sampah yang
tertanam dan material lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah yang
akan dikerjakan, harus dihilangkan, atau dibuang dengan cara-cara yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan Pengawas. Seluruh tanah bagian yang
mengandung humus pada daerah yang akan dibangun harus dibuang atau
dikupas.
Semua daerah urugan harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada
maupun terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-
sisa tumbuhan atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan pelapukan
dikemudian hari.
Pengupasan dilakukan per blok, untuk mempermudah pengecekan
kedalaman bagian yang akan dikupas. Pekerjaan pengupasan di lapangan
supaya memperhatikan patok-patok yang telah ada. Tidak diperbolehkan
untuk melakukan pekerjaan berikutnya di atas seluruh atau sebagian daerah
yang strippingnya belum selesai. Pekerjaan ini dianggap sudah selesai setelah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan Pengawas.
Pembuatan dan pemasangan patok dasar pelaksanaan (bouwpank) termasuk
pekerjaan Kontrakor dan harus dibuat dari kayu dengan tebal 3 cm dengan
tiang dari kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8 – 10 cm dengan jarak 2 meter
satu sama lain. Pemasangan harus kuat dan permukaan atasnya rata dan
sifat datar (waterpass).
Jika tidak ditentukan lain dalam kontrak, bahan-bahan bekas galian dan
strippingnya tidak boleh digunakan sebagai material timbunan, tetapi
dipindahkan ke kaveling sebelah area proyek atau tempat yang akan
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, dimana tanah bekas galian-galian tersebut
harus dirapikan dan dipadatkan.
Segala pekerjaan pengukuran, persiapan termasuk tanggung jawab
Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan
berikut ahli ukur yang berpengalaman.
Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan melengkapi keterangan-keterangan mengenai
peil tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah diterima
kebenarannya oleh Direksi Pekerjaan dan Pengawas.
Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi anatara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan
dan Pengawas untuk dimintakan keputusannya.
Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang
menyatakan as-as dan atau level/peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak
mudah hilang jika terkena air atau hujan.
Material timbunan didatangkan dari hasil galian yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan Pengawas. Bahan urugan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
− Tanah harus dibersihkan dan tidak mengandung akar, kotoran dan bahan
organis lainnya.
− Terlebih dahulu diadakan test dan hasilnya harus tertulis serta diketahui
oleh Project Management.
− Penimbunan tanah dilakukan sampai peil yang ditentukan pada gambar
rencana.
Penimbunan baru dilaksanakan setelah tanah yang dikupas dipadatkan
sesuai kontrak atau atas persetujuan Direksi Pekerjaan dan Pengawas.
Tanah yang digunakan untuk penimbunan adalah tanah yang gradasinya
bagus serta bebas dari humus/akar-akaran.
Pengukuran dan pemasangan bouwplank titik duga (peil + 0) ditentukan
bersama-sama Direksi Pekerjaan dan Pengawas. Patok-patok berukuran
minimal 5/7 cm dan papan bouwplank 3/20 dengan panjang ukuran lebih
dari 4 m dan terbuat dari kayu kualitas baik. Papan patok harus keras dan
tidak berubah posisinya, tanda-tanda dan sumbu harus teliti dan jelas, dicat
dengan cat.
Kontraktor harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen
(BM) pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan
perancangan kembali, pengukuran sipat datar dari perkerasan atau
penentuan titik dari pekerjaan yang akan dilakukan. Patok monumen yang
permanen harus dibangun di atas tanah yang tidak akan terganggu/di
pindahkan.
b. Pekerjaan Galian
Seluruh lapangan pekerjaan harus diratakan atau digali dan semua sisa-sisa
tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput dan sebagainya, harus
dihilangkan.
Pekerjaan penggalian tanah, perataan tanah, harus dikerjakan lebih dahulu
sebelum kontraktor memulai pekerjaan. Pekerjaan galian tersebut
disesuaikan dengan kebutuhannya sesuai dengan peil-peil (level), pada lokasi
yang telah ditentukan di dalam gambar, dan mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan dan Pengawas.
Daerah yang akan digali harus dibersihkan dari semua benda penghambat
seperti, sampah-sampah, tonggak bekas-bekas lubang dan sumur, lumpur,
pohon dan semak-semak. Bekas-bekas lubang dan sumur, harus dikuras
airnya dan diambil Lumpur atau tanahnya yang lembek, yang ada
didalamnya. Pohon yang ada, hanya boleh disingkirkan setelah mendapat
persetujuan pengawas. Tunggak-tunggak pepohonan dan jalinan-jalinan akar
harus dibersihkan dan disingkirkan. Segala sisa dan kotoran yang
disebabkan oleh pekerjaan tersebut, harus disingkirkan dari daerah
pembangunan oleh kontraktor, sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
dan Pengawas.
Kontraktor berkewajiban mengembalikan material galian dan dipadatkan
dalam hal bidang yang digali melebihi ukuran yang telah ditentukan di
lapangan/gambar/spesifikasi.