Anda di halaman 1dari 64

SYARAT-SYARAT TEKNIS

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. PEKERJAAN YANG AKAN DILAKSANAKAN

Pembangunan Gedung Auditorium Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang


terdiri dari Bangunan 2 (dua) lantai dengan perincian luas lantai I 852.5 M2. , luas
lantai II 782 M2.

1.2. PEKERJAAN SIPIL

a. Pekerjaan Persiapan.
b. Pekerjaan Tanah dan Galian.
c. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran.
d. Pekerjaan Beton.
e. Pekerjaan Lantai.
f. Pekerjaan Pintu dan Jendela.
g. Pekerjaan Atap.
h. Pekerjaan Plafon.
i. Pekerjaan Alat Penggantung/Pengunci dan Kunci.
j. Pekerjaan Pengecatan.
k. Pekerjaan Sanitair.

1.3. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

a. Pemasangan instalasi listrik dan alat penerangan (lighting fixture) dalam


gedung.
b. Pemasangan panel-panel penerangan dan panel daya.
c. Penyambungan instalasi dari panel induk ke gardu induk di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

1.4. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH

a. Pemasangan perpipaan air bersih dan alat plumbing pada gedung.


b. Penyambungan instalasi air bersih dari saluran air minum PDAM yang
ada di sekitar lokasi bangunan.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


1.5. PEKERJAAN INSTALASI AIR KOTOR

a. Pemasangan perpipaan air kotor dan alat plumbing pada gedung.


b. Pembuatan sistem sanitasi berupa septictank dan peresapannya.

Pasal 2
TENAGA KERJA DAN PERALATAN

2.1. TENAGA KERJA

a. Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus sesuai dengan


jenis pekerjaan dalam artian tingkat keahlian, pengalaman serta tidak
melanggar ketentuan-ketentuan perburuhan yang berlaku di Indonesia.
b. Pelaksana harus menggunakan tenaga yang ahli dalam pelaksanaan
(skilled labour), baik tenaga pelaksana, mandor maupun tukang.
c. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Kepala Pelaksana yang
bertanggung jawab pada pekerjaan di lapangan.
d. Tenaga-tenaga Sub Pelaksana harus dipilih yang sudah berpengalaman
dan mampu menangani pekerjaan aluminium/ instalasi yang aman,
kuat dan rapi.
e. Hubungan Pelaksana dan Sub Pelaksana dalam hal menyangkut secara
keseluruhan pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana.
f. Klasifikasi Kepala Pelaksana adalah sebagai berikut :
1. Sarjana Teknik Sipil/Arsitek dengan pengalaman kerja pada bidang
yang sesuai minimum 3 tahun.
2. Sarjana Muda Teknik/Diploma III Sipil/Arsitek dengan pengalaman
kerja pada bidang yang sesuai minimum 7.50 tahun.
3. SLA/STM Bangunan dengan pengalaman kerja pada bidang yang
sesuai minimum 15 tahun.

2.2. PERALATAN KERJA

2.2.1. Umum

a. Alat-alat untuk melaksanakan harus disediakan oleh Pelaksana


dalam keadaan baik dan siap dipakai.

2
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Guna kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/mesin
harap disiapkan tenaga operator yang mampu memperbaiki
apabila mengalami ganggguan operasional.

2.2.2. Pekerjaan Pengukuran

Untuk keperluan menentukan dan memeriksa letak bangunan,


Pelaksana harus menyediakan alat theodolith, dan alat sipat datar
(laveling) termasuk perlengkapannya dalam keadaan baik dan dapat
dipakai sewaktu-waktu.

2.2.3. Pekerjaan Beton

Peralatan pekerjaan beton, minimal berupa :


a. Beton mollen 2 unit.
b. Vibrator 2 unit.
c. Slump test lengkap 1 buah.
d. Cetakan silinder beton 5 buah.

2.2.4. Pekerjaan Keramik

a. Pekerjaan memotong keramik harus menggunakan mesin


pemotong agar mendapatkan hasil pemotongan yang halus.
b. Alat pemasang keramik (cetok dll) harus tersedia dalam keadaan
baik dan cukup jumlahnya.

Pasal 3
MUTU BAHAN DAN PEKERJAAN

3.1. PEMAKAIAN MERK DAGANG DAN PERIJINAN

a. Penggunaan merk dagang maupun jenis bahan diutamakan produksi


dalam negeri seperti diatur dalam Keppres 16 Tahun 1994.
b. Apabila dalam pedoman ini hanya disebutkan satu merk bahan, bukan
berarti hanya dapat dipakai merk tersebut, melainkan dapat dipakai
merk lain dengan standar mutu dan ciri-ciri fisik yang sama.

3
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Pelaksana dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk dagang
secara tertulis apabila ternyata merk dagang tersebut tidak tersedia di
pasaran, sepanjang Pelaksana dapat membuktikan kesetaraan kualitas
dan ciri-ciri fisik yang dituntut RKS dan untuk menggunakanya harus
ada persetujuan tertulis dari Pengawas dan/atau Pengelola Proyek.

3.2. PROSEDUR PENGADAAN BAHAN BANGUNAN

a. Secepatnya Pelaksana melalui Kepala Pelaksana mengajukan contoh


bahan yang akan didatangkan disesuaikan dengan spesifikasi dalam
pedoman ini, pada saat rapat lapangan yang pertama kali.
b. Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam
Pengawas/Supervisor keet sebagai pedoman mutu bahan.
c. Apabila tanpa mengajukan contoh atau mengajukan contoh bersamaan
dengan datangnya bahan tersebut, maka Pengawas/Supervisor berhak
menolak dan mengeluarkan dari lokasi pekerjaan.

3.3. PEMERIKSAAN BAHAN

a. Secara umum Pengawas/Supervisor berhak memeriksa semua jenis


bahan bangunan yang dipergunakan Pelaksana dan menolaknya apabila
nyata-nyata tidak memenuhi persyaratan untuk itu.
b. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Pelaksana di lapangan,
tetapi ditolak dipergunakan oleh Pengawas/Supervisor, harus segera
dikeluarkan dari lapangan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam
terhitung dari jam penolakan
c. Apabila Pengawas/Supervisor merasa perlu untuk memeriksakan bahan
banguan yang dipergunakan spesifikasinya, maka Pengawas berhak
mengirimkannya kepadan Balai Penelitian Bahan Bahan Bangunan atau
lembaga lain yang ditetapkan bersama Pengelola Proyek untuk diteliti.
Semua biaya untuk hal ini menjadi tanggungan pelaksana , apapun
hasil penelitian tersebut.
d. Semua bahan bangunan yang digunakan, selain harus memenuhi
syarat-syarat dalam pedoman ini juga memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam AV dan SNI.
e. Pengawas/Supervisor berwenang minta keterangan mengenai asal bahan
dan Pelaksana harus memberitahukannya.

4
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
3.4. MUTU PEKERJAAN

a. Disarankan kepada Pelaksana sebelum pelaksanaan pekerjaan secara


masal, dapat meminta persetujuan hasil pekerjaan kepada Pengawas/
Supervisor.
b. Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar
rencana yang tidak jelas, maka Pelaksana diwajibkan menanyakan
kepada Pengawas/Supervisor untuk menyamakan pendapat, atau
apabila perlu dapat meminta Perencana untuk mendapat jawaban yang
pasti tentang perencanaanya.
c. Pada pekerjaan-pekerjaan yang bersifat khusus, maka sebelum
melaksanakan pekerjaan, Pelaksana diwajibkan membuat Surat Ijin
Pelaksanaan Pekerjaan, antara lain :
1. Pengecoran Pondasi, Balok dan Lantai.
2. Pekerjaan Rangka Atap Baja.
3. Pekerjaan-pekerjaan lain yang bersifat struktural dan perlu perlakuan
khusus.
d. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dimulai tetapi masih digunakan
bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas/Supervisor atau tanpa ijin
harus dihentikan. Selanjutnya pekerjaan ini harus dibongkar.

Pasal 4
PERATURAN TEKNIS YANG DIPERGUNAKAN

4.1. UMUM

Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemilik dan Pelaksana harus ditaati
selama pelaksanaan proyek sesuai Surat Perjanjian Pekerjaan (SPK).
Disamping itu teknis pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti peraturan
sebagai berikut:
a. SK SNI T-15-1991-03 Tata cara Perhitungan struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
b. Peraturan Umum Pemeriksaaan Bahan Bangunan SNI-03.
c. N.I 5 – Peraturan Konstrusi Kayu Indonesia (PKKI) 1961.
d. N.I 18 – Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI) 1983.

5
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987.
f. Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI).
g. Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
h. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat
yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.

4.2. KHUSUS

Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam Pasal 1, maka


dibuat :
a. Gambar Bestek.
b. Pedoman Pelaksanaan (RKS) beserta lampiran-lampirannya.
c. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya ( jika ada ).
d. Shop Drawing yang diajukan Pelaksana yang disetujui Pengawas dan
/atau Supervisor Proyek untuk dilaksanakan.
e. Time Schedule yang diajukan oleh Pelaksana yang disetujui oleh
Pengawas/Supervisor.

Pasal 5
PENJELASAN PEDOMAN PELAKSANAAN DAN GAMBAR

5.1. PENJELASAN GAMBAR

a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail


maka yang harus diikuti adalah gambar detail.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar
berbeda, maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c. Bila Pelaksana meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada,
baik konstruksi maupun ukurannya, maka Pelaksana berkewajiban
untuk menanyakan kepada Pengawas secara tertulis.
d. Dalam hal terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan
keadaan di lapangan, Pelaksana dapat mengajukan gambar kerja
(shop-drawing) yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan

6
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis
Pengawas.
e. Didalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.
f. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran,
sedang dalam Pedoman tidak disebutkan, maka gambar yang harus
dilaksanakan.

5.2. PENJELASAN PEDOMAN PELAKSANAAN

a. Pada Pedoman Pelaksanaan tentang Syarat-Syarat Teknis termuat


lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan yang digunakan dan syarat-syarat
pelaksanaan.
b. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan
jumlah sedangkan dalam Pedoman Pelaksanaan pada lingkup pekerjaan
tercantum, maka Pelaksana terikat untuk melaksanakannya.

5.3. BERITA ACARA RAPAT PENJELASAN PEKERJAAN ( AANWIJZING )

a. Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) merupakan


catatan perubahan/penambahan/pengurangan/penetapan dari gambar
kerja dan Pedoman Pelaksanaan.
b. Apabila perubahan/penambahan/pengurangan/penetapan Pedoman
Pelaksanaan dan gambar tidak ada dan tidak disebutkan pada Berita
Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), maka Pelaksana dapat
mengajukan penjelasan pada saat rapat lapangan.
c. Berita Acara Rapat Lapangan yang memberikan penjelasan maupun
segala keputusan rapat mengikat untuk dilaksanakan.

Pasal 6
PEKERJAAN PERSIAPAN

6.1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Mengadakan pengaman lokasi dari segala gangguan.


b. Mengadakan komunikasi dengan instansi yang terkait dalam rencana
pembangunan ini.

7
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Mengadakan atau membangun direksi keet, gudang dan barak kerja.
d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyimpan bahan.
e. Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan
guna menjamin kelancaran pekerjaan.
f. Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan
ukuran-ukuran lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan
ini serta memasang bouwplank.
g. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya.
h. Jalan masuk ke lokasi proyek.
i. Ijin Mendirikan Bangunan.

6.2. PEKERJAAN PERSIAPAN

6.2.1. Pembuatan Pagar Pengaman

a. Pagar pengaman terbuat dari bahan gedeg guling (sesek) .


b. Pagar Pengaman dipasang menutup lokasi pekerjaan dan
memberikan ruang gerak yang cukup bagi pelaksanan pekerjaan
dan kegiatan rutin.
c. Pagar pengaman harus terpasang kuat dan rapi sampai
pekerjaan selesai.

6.2.2. Koordinasi dan Administrasi

a. Sebelum pekerjaan dimulai, maka Pelaksana mengadakan


persiapan ijin dan berkoordinasi dengan pihak Pemberi Tugas
dan Pengawas
b. Sebelum dipasang bouwplank, Pelaksana harus membuat foto dari
4 (empat) sisi pengambilan. Dan setelah dipasang bouwplank
Pelaksana juga harus membuat foto dari 4 (empat) sisi.
c. Ijin bangunan secara administratip akan diurus oleh pihak
Pemberi Tugas, biaya ijin bangunan tersebut menjadi beban
Pelaksana.
d. Pelaksana tidak diperkenankan menempatkan papan reklame
penggunaan bahan dalam bentuk apapun di lingkungan proyek
ini.

8
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pasal 7
DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA

7.1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Pelaksana diwajibkan membuat gudang tertutup yang dapat dikunci


dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk
menempatkan seperti P.C. dan alat-alat penting dan sebagainya.
b. Pelaksana juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja yang
melaksanakan pekerjaan kayu dan lain-lain yang tidak langsung
dikerjakan di lapangan, supaya terhindar dari hujan dan panas.

7.2. BAHAN DAN PERLENGKAPAN DIREKSI KEET

7.2.1. Bahan Direksi Keet

a. Bahan dinding dan pintu dari triplek tebal 4 mm.


b. Rangka bangunan dari kayu meranti 5/7.
c. Lantai dari semen
d. Jendela naco 8 daun.
e. Penutup atap seng BJLS 31.
f. Kunci pintu kuda terbang.

7.2.2. Perlengkapan Direksi Keet

a. Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang


bisa dikunci.
b. Satu buah kursi untuk meja tulis.
c. Satu stel meja kursi duduk untuk tamu.
d. Satu papan tulis white board ukuran 90 x 190 cm lengkap
dengan alat tulis dan penghapusnya.
e. Satu buah meja ukuran 90 x 120 cm untuk keperluan rapat.
f. Enam buah kursi untuk meja rapat.
g. Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.

9
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
h. Alat-alat pengaman terhadap kebakaran dan keamanaan kerja
lainnya.
i. Perlengkapan PPPK.

7.3. SYARAT PEMBUATAN DIREKSI KEET

a. Pekerjaan direksi keet didalam pagar lokasi proyek yang dikerjakan.


b. Letak direksi keet didekat pintu masuk, guna lebih mudah dijangkau
oleh tamu maupun pengawasan kedatangan bahan.
c. Tinggi direksi keet minimal adalah 3 meter dengan ventilasi dan
penerangan yang cukup pada siang hari. Untuk malam hari harus
dipasang lampu secukupnya.
d. Lantai direksi keet adalah semen, sehingga ruang tidak lembab.
e. Segala biaya pembuatan direksi keet, Gudang dan Bangsal kerja menjadi
tanggung jawab dan beban Pelaksana.
f. Pemanfaatan bangsal Pengawas setelah pekerjaan ini selesai ditentukan
kemudian oleh Pelaksana.

Pasal 8
PEMBAGIAN LOKASI PEKERJAAN

PEMBAGIAN HALAMAN UNTUK BEKERJA DAN JALAN MASUK

a. Apabila Pelaksana mendirikan bangunan sementara (Direksi Keet dan


Gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka Pelaksana harus
merundingkan terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas/Pengawas tentang
penggunaan halaman ini.
b. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah
pekerjaan, serta akomodasi tambahan diluar daerah Kerja, menjadi
tanggungan Pelaksana.
c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau
bangunan lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini Pelaksana
berkewajiban untuk memperbaiki kembali.

10
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pasal 9
PEKERJAAN PENGUKURAN, PASANG BOUWPLANG DAN STRIPING
TANAH

9.1. PEKERJAAN PEMBERSIHAN

Lokasi perletakan bangunan harus bersih dari tanaman/tumbuhan,


apabila belum bersih, maka Pelaksana wajib untuk membersihkan, dengan
menebang pohon-pohon maupun semak-semak yang ada pada lokasi
tersebut.

9.2. PEKERJAAN STRIPING TANAH

a. Pekerjaan striping adalah mengupas permukaan atas tanah/topsoil dari


humus atau lapisan lunak lainnya hingga bersih.
b. Luas pekerjaan striping adalah ( P+6 ) x ( L+6 ) m dengan kedalaman 15-
20 cm dari muka tanah yang terendah, dimana P dan L masing-masing
adalah panjang dan lebar bangunan.

9.3. PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PASANG BOUWPLANG

a. Unsur-unsur yang terkait untuk pengukuran dan pasang bouwplang


adalah: Pihak Pemberi Tugas, Supervisor, Pengawas dan Pelaksana.
b. Dasar untuk pengukuran dan lay out bangunan adalah gambar lay out
dari Perencana.
c. Alat ukur yang digunakan adalah theodolith atau prisma ukur untuk
menentukan letak sudut-sudut bangunan dan pita ukur 30 meter untuk
mengukur panjang dan as-as bangunan.
d. Bahan-bahan bouwplank :
- Papan meranti 2/20 cm.
- Kayu meranti 5/7 cm untuk tiap bouwplank.
- Paku-paku.
- Cat/meni untuk tanda perletakan as-as.
e. Pemasangan bouwplank harus kuat, dengan mempergunakan papan
meranti 2/20 cm dan tiang meranti 5/7 yang dipancang kuat–kuat pada
tanah. Semua titik as (sumbu–sumbu) dinding tembok dan sebagainya

11
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
harus diberi tanda dengan cat dan tampak jelas, serta tidak mudah
berubah-ubah.
f. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan dengan
permukaan tanah yang merupakan elevasi + 0.00 m bangunan.
g. Hasil pengukuran bouwplank harus dibuat Berita Acara Pengukuran
yang disetujui oleh Pengawas.
h. Pada bagian dalam bouwplank, dimana bangunan didirikan, tidak
diijinkan untuk menumpuk tanah, batu kali atau bahan lainnya.

Pasal 10
RENCANA KERJA

10.1. RENCANA KERJA ( TIME SCHEDULE )

a. Rencana kerja dibuat oleh Pelaksana berupa bar chart (diagram balok)
secara terinci setiap jenis pekerjaan, dilengkapi dengan kurva S, yang
memuat prestasi rencana kerja dalam prosen, dengan persetujuan dari
Pemberi Tugas dan Pengawas.
b. Pelaksana wajib menggandakannnya sebanyak 3 (tiga) copy yang
masing-masing diserahkan kepada Pemberi Tugas, Pengawas dan
sebuah ditempel di bangsal kerja.
c. Selanjutnya Pelaksana harus berusaha mengikuti Rencana Kerja
tersebut yang menjadi dasar bagi Pemberi Tugas menilai prestasi
Pelaksana dan segala sesuatu persoalan yang berhubungan dengan
kelambatan pekerjaan.
d. Pelaksana diharuskan membuat Rencana Kerja Mingguan pada setiap
tahap pekerjaan, paling tidak 3 hari sebelum dimulainya pelaksanaan
pekerjaan tersebut pada Pemberi Tugas/Pengawas.

10.2. PEKERJAAN LEMBUR

a. Apabila Pelaksana bekerja diluar jam kerja (lembur) diharuskan


membuat Surat Pemberitahuan kepada Pengawas, maximum 1 hari
sebelum pekerjaan lembur.

12
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Apabila tanpa pemberitahuan, Pelaksana melakukan kerja lembur, maka
Pengawas akan memberikan teguran secara tertulis dan melaksanakan
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur
termaksud.

Pasal 11
PENJAGAAN

1. Pelaksana harus melakukan pengamanan barang-barang diseluruh halaman


pekerjaan bangunan baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan
pekerjaan. Hal ini berlaku pula bagi barang-barang pihak ketiga dan pihak
Pengawas.

2. Untuk maksud ini apabila perlu, maka disekeliling pekerjaan pada tempat-
tempat tertentu dibuatkan pos penjagaan.

3. Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum


maupun yang sudah dipasang tetap menjadi tanggungan pelaksana dan tidak
diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.

4. Pelaksana diharuskan melaporkan personil yang tinggal di lokasi pembangunan


diluar jam kerja pada petugas keamanan setempat.

Pasal 12
PEKERJAAN TIDAK BAIK

1. Dalam waktu yang telah ditentukan oleh Pengawas, Pelaksana diharuskan


memperbaiki dan atau membuat baru semua pekerjaan yang dinyatakan
kurang/tidak baik.

2. Ongkos perbaikan dan atau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung jawab
pelaksana.

3. Tidak ada hak Pelaksana untuk minta perpanjangan waktu karena melakukan
pekerjaan tersebut dalam ayat 1, pasal ini.

13
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pasal 13
PEKERJAAN TANAH

13.1. LINGKUP PEKERJAAN

13.1.1. Pekerjaan Galian dan Pengeboran

a. Galian tanah pondasi, bak-bak kontrol, saluran-saluran,


instalasi air/listrik, sumur, septictank dan peresapan serta
bagian-bagian yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Galian tanah untuk pondasi telapak dan pondasi sumuran.

13.1.2. Pekerjaan Urugan Pada Bangunan

a. Urugan tanah bekas lubang galian pondasi.


b. Urugan sirtu di bawah lantai.

13.2. BAHAN-BAHAN
b
13.2.1.Umum
Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa sirtu atau
pasir sebelum digunakan harus seijin Pengawas

13.2.2. Urugan Tanah

a. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran,


humus dan organisme lainnya yang dapat mengakibatkan
penyusutan atau perubahan kepadatan urugan itu sendiri.
b. Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian bila kondisi
baik dan atas persetujuan pengawas.

13.2.3. Pasir Urug

Pasir harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.

14
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
13.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

13.3.1. Pekerjaan Galian

a. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar.


b. Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (a) belum
mendapatkan tanah keras, maka pelaksana harus menghentikan
pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Pengawas dan
Perencana untuk mendapatkan pemecahan sebaik-baiknya, dan
perhitungan volume pekerjaan galian disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
c. Apabila kedalaman galian sudah mencapai tanah keras sebelum
mencapai kedalaman seperti pada gambar, maka pelaksana
dapat menghentikan pekerjaan galian atas persetujuan
pengawas/supervisor. Dan volume pekerjaan dihitung ulang
sesuai kondisi lapangan.
d. Apabila dalam melaksanakan penggalian kedalaman galian pada
tanah keras lebih dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman
yang sesuai dengan kedalaman yang dimaksud dalam gambar,
penyesuaian kedalaman dilakukan dengan menggunakan beton
tumbuk tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
e. Pada galian tanah yang mudah longsor, Pelaksana harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang penahan
atau cara lain yang disetujui Pengawas/Supervisor.
f. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga
bekas-bekas akar pokok kayu, longsoran atau benda-benda
yang dapat mengganggu konstruksi pondasi.
g. Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan
pekerjaan lain didalam galian harus dihindarkan dari genangan
air. Untuk itu Pelaksana harus menyediakan pompa air dengan
jumlah yang cukup unutk menunjang kelancaran pekerjaan
tersebut.
h. Apabila ada perubahan yang tidak sesuai dengan gambar akan
diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah kurang atas
persetujuan pengawas/supervisor

15
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
13.3.2. Pekerjaan Urugan / Timbunan

a. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap


lapis dengan ketebalan tiap-tiap lapisan  25 cm dan dipadatkan
dengan stamper dan disiram air
b. Tanah yang akan diurugan harus dalam keadaan terurai, bukan
merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah
dipadatkan.
c. Tanah bongkahan tidak diijinkan dipakai untuk mengurug,
disebabkan apabila terkena air tanah dan terurai akan terjadi
penurunan lantai.
d. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir di bawah lantai,
Pelaksana harus memperhatikan tingkat kepadataannya,
sehingga tidak akan terjadi penurunan lantai akibat konsolidasi
urugan.

Pasal 14
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

14.1. LINGKUP PEKERJAAN

14.1.1. Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu kali

a. Pasangan aanstamping dibawah pondasi batu kali sebagai


landasan pondasi.
b. Pasangan pondasi dan umpak batu kali dengan campuran
perekat 1 PC : 5 Pasir.

14.1.2. Pekerjaan Plesteran

a. Plesteran transram dan benangan sudut, dengan campuran


1PC : 3 Pasir antara lain :
- dinding bangunan setinggi 30 cm di atas dan di bawah lantai
- dinding kamar mandi/WC setinggi 150 cm.
- plesteran plint/kol.

16
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
- bak peresapan air hujan dan septictank.
b. Plesteran dan benangan sudut beton dengan campuran
1PC : 3 Pasir dilaksanakan pada semua pekerjaan beton yang
nampak.
c. Plesteran dinding bata dengan campuran 1 PC : 5 Pasir
dilaksanakan pada semua dinding batu merah yang tidak
disebutkan pada ayat a.1. dan a.2. diatas.
d. Benangan sudut, dengan campuran bagian campuran 1 PC :
3Pasir.
e. Acian dengan menggunakan PC, setelah agak kering,
permukaan acian digosok dengan kertas semen.

14.1.3. Pekerjaan Glasbloc dan Logo

Glasblock dipasang pada dinding luar bangunan dan disekitar papan


nama/logo, sesuai gambar.

14.1.4. Pekerjaan Batu Hias

Batu hias dipasang pada :


a. Dinding luar sekeliling bangunan, sesuai gambar.
b. Pada pilar entrin/teras.

14.2. BAHAN-BAHAN

14.2.1.Batu Kali/gunung

Batu kali yang dipakai untuk pondasi adalah batu belah dengan
ukuran 15/20 cm, utuh, dan tidak porous.

14.2.2. Batu Bata

a. Batu merah harus berkwalitas baik, ukuran minimal 5 x 10,5


x 22 cm.
b. Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya
datar, padat dan tidak menunjukkan retak-retak.

17
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Kuat tekan minimal 30 kg/cm2, hasil pembakaran kayu.
d. Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan
ujungnyan pada rusuk yang panjang pada bidang yang keras
dan kasar sepanjang 1 meter, maka panjangnya berkurang
akibat aus maksimum 1 cm.

14.2.3. Semen Portland ( PC )

Semen portland harus mempergunakan Semen Gresik atau merk


lain yang sekwalitas dan yang digunakan harus satu jenis merk
pabrik juga untuk pekerjaan beton bertulang.

14.2.4. Roster, Logo dan Tralis besi

a. Roster menggunakan bahan untuk lubang angin menggunakan


bahan beton dengan mutu baik.
b. Glassblock dengan kwalitas baik dipasang pada sekitar logo.
c. Logo dibuat dari kaca tebal 10 mm bergrafir.
d. Tralis dari besi plat stip ukuran lebar 3 cm dengan tebal 3 mm.
14.2.5. Batu Hias
Batu hias terbuat lempeng batu kali dengan teksur baik.

14.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

14.3.1. Pasangan Pondasi Batu Kali

a. Setelah pasir urugan diatas tanah galian harus disiram hingga


padat, dan tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka
dapat dipasang aanstamping.
b. Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali,
sehingga merupakan landasan pondasi yang utuh dan padat.
c. Kemudian rongga-rongga antara batu pada aanstamping diisi
pasir urug dan diberi air hingga padat.
d. Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk
dan ukuran sesuai gambar.

18
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan
air secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna.
f. Untuk patokan bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang
profil-profil dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada
pemasangan memanjang lebih besar dari 8 meter, sehingga
tarikan benang untuk patokan memanjang tidak melendut
yang berakibat pasangan tidak rata.
g. Pasangan pondasi yang tampak di luar tanah, permukaan
pondasi harus difinishing.

14.3.2. Pasangan Bata

a. Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh


melebihi 20 % dari jumlah batu merah yang utuh.
b. Pasangan tembok batu merah harus dipasang dengan
hubungan (verband) yang baik tegak lurus siku dan rata. Tinggi
pasangan tembok ½ batu hanya diperbolehkan maksimum
tinggi 1 meter untuk setiap hari kerja.
c. Semua voeg/siar diantara pasangan batu pada hari
pemasangan harus dikeruk yang rapi.
d. Sebelum dipasang bata harus dibasahi dengan air secukupnya
sehingga dapat melekat dengan sempurna.
e. Untuk patokan bentuk pasangan batu merah harus dipasang
profil-profil dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada
pemasangan memanjang lebih besar dari 8 meter, sehingga
tarikan benang untuk patokan memanjang tidak melendut
yang berakibat pasang tidak rata.
f. Untuk pasangan setengah batu yang luasnya lebih besar dari
12 meter2 harus dipasang kolom praktis dari beton bertulang.

14.3.3. Pekerjaan Plesteran

a. Untuk plesteran beton, sebelum pekerjaan plesteran dilaksanakan


maka permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar
terlebih dahulu (dilukai) dengan betel dan kemudian dibersihkan dan
disaput dengan air semen.

19
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan
instalasi air/listrik sudah terpasang.
c. Seluruh permukaan dinding tembok yang akan diplester harus
dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata. Serta
dinding yang diplester harus selalu dibasahi sekurang-kurangnya
dalam 7 (tujuh) hari. Hal ini dilaksanakan untuk mencegah
pengeringan plesteran sebelum waktunya.
d. Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran
dinding tembok harus rata, harus merupakan satu bidang tegak lurus
dan siku, pekerjaan plesteran yang telah selesai harus bebas dari
retak-retak/noda-noda dan cacat lainnya.
e. Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi lain yang
terletak dibawah plesteran.
f. Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian akhir
sesudah diaci, dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan
kertas semen.

14.3.4. Pekerjaan Roster dan Logo


a. Pemasangan roster harus rapi rata luar.
b. Logo dibuat seperti gambar dengan bahan dari kaca tebal 10 mm
berglasur.
c.
14.3.5. Pekerjaan Batu Hias
Pemasangan batu hias harus rapi dan diberi lapisan anti jamur

Pasal 15
PEKERJAAN BETON

15.1. LINGKUP PEKERJAAN

15.1.1. Pekerjaan Beton tak bertulang dan non struktur.

20
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti lantai kerja
untuk pondasi beton, beton rabat dan beton tumbuk,
digunakan campuran 1 PC : 3 Pasir : 5 Kerikil.
b. Untuk pekerjaan beton non struktural seperti kolom praktis,
balok lantai dibuat dari campuran beton dengan
perbandingan 1PC : 3PS : 5 krikil

15.1.2. Pekerjaan Struktural

a. Pekerjaan beton struktural terdiri dari : pondasi, kolom-kolom


konstruksi, balok-balok anak, ring, latei, portal, tangga, konsol,
plat lantai listplank beton dan lain-lain yang tercantum dalam
gambar.
b. Mutu beton struktural adalah K-250 untuk pekerjaan
konstruksi yang harus mengikuti persyaratan-persyaratan yang
tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03 dengan pengawasan
yang ketat terhadap mutu dengan keharusan untuk memeriksa
kekuatan tekan beton secara kontinyu berupa pemeriksaan
benda-benda uji melalui laboratorium yang ditunjuk atas biaya
Pelaksana.

15.2. BAHAN-BAHAN

15.2.1. Umum

Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus/kasar,


Pelaksana harus mengajukan lebih dahulu contoh-contoh yang
memenuhi syarat-syarat dari berbagai sumber (tempat
pengambilan).

15.2.2. Semen Portland (PC)

a. Jenis PC

1. Semen portland yang dipakai harus dari jenis 1 menurut


Peraturan Semen Portland Indonesia SNI-03 yaitu Semen

21
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Gresik atau merk lain dengan persetujuan tertulis
Pengawas/Supervisor.
2. Satu tidak boleh dikerjakan dengan lebih dari satu merk
semen. Untuk maksud penggunaan merk yang berbeda
dengan yang sudah dilaksanakan harus diadakan test
ulang sesuai dengan prosedur untuk itu.

b. Penyimpanan PC

1. Semen harus sampai di tempat pekerjaan


2. Agar kualitas tidak berubah, semen harus disimpan dalam
gudang yang kedap air, diatas kaki setinggi 30 cm dan
berventilasi cukup.
3. Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari
sepuluh lapis, penyimpanan dari pengiriman tiap hari
hendaknya terpisah agar semen yang datang lebih dulu,
akan dipergunakan lebih dahulu.

15.2.3. Agregat halus (Pasir).

a. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir atau batuan


yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal memenuhi SK
SNI T-03
b. Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung
lumpur lebih 5% (terhadap berat kering) serta memenuhi
gradasi yang baik.
c. Pasir laut tidak boleh dipergunakan.

15.2.4.Agregat Kasar.

a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu


pecah, yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal
memenuhi SNI -03
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan
tidak berpori serta bersifat kekal.
c. Bila mengandung butir-butir yang keras dan tidak boleh
melampaui 20 %.

22
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan lumpur
maximum 1%, bila melebihi maka agregat kasar harus dicuci.
e. Selain tak boleh mengandung lumpur juga tak boleh
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat
reaktif alkali.
f. Gradasi agregat kasar disyaratkan memenuhi syarat SK SNI
-03
g. Ukuran butir agregat maximum tidak boleh lebih dari pada
seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang sepanjang dari
cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak
bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan.

15.2.5. Air.
Air untuk pembuatan dan perawatan beton-beton harus air bersih
(yang dapat minimum) dan tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkohol, garam-garam dan bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton/tulangan baja.

15.2.6. Baja Tulangan.

a. Mutu baja tulangan.

1. Baja tulangan yang dipakai harus dari baja mutu U-24(baja


polos) untuk tulangan sengkang, plat, kolom praktis, balok
anak serta balok latai dan mutu U-32 untuk balok induk
dan kolom (struktur portal) sesuai dengan SK SNI T-15-
1991-03.
2. Apabila baja tulangan ukuran dan kwalitasnya diragukan
oleh Pengawas, maka Pelaksana harus memeriksakan ke
lembaga pemeriksaan bahan yang diakui atas biaya
Pelaksana.

23
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
3. Untuk balok anak dan plat semua tulangan menggunakan
baja polos sedangkan balok induk dan kolom (struktur
portal) menggunakan baja ulir.

b. Dimensi Besi Tulangan.

1. Ukuran baja tulangan harus seperti dalam gambar.


2. Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan
atas persetujuan tertulis oleh Pengawas/Supervisi.
3. Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang
yang diperlukan tidak boleh kurang dari tulangan yang
tersebut dalam gambar atau perhitungan.
4. Segala biaya yang ditambah oleh pengganti tulangan
terhadap yang digambar, sejauh bukan kesalahan gambar
adalah tanggungan Pelaksana.

c. Penyimpan Besi Tulangan.

Semua baja tulangan harus disimpan yang bebas lembab,


dipisahkan sesuai dengan diameter serta asal pembelian,
semua baja tulangan harus dilindungi terhadap segala macam
kotoran dan minyak serta sejauh mungkin dihindarkan
terhadap pengaruh garam kuat.
15.2.7. Bahan Pembantu (Bahan Kimia).

a. Pemakaian bahan kimia pembantu kecuali yang disebut dalam


gambar atau syarat harus seizin tertulis dari
Pengawas/Supervisor.
b. Apabila Pelaksana akan menggunakan bahan kimia, maka
Pelaksana harus mengajukan permohonan tertulis lebih dahulu
dengan disertai alasan dan bukti-bukti manfaat yang telah
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Laboratorium dengan
hasil percobaannya.
c. Penggunaannya harus sesuai dengan petunjuk teknis dari
pabrik dan selama bahan-bahan pembantu ini digunakan,
maka harus diadakan pengawasan yang cermat.

24
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan
dikuranginya volume semen dalam adukan.

15.2.8. Bekisting.
a. Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat dalam SK
SNI-03.
b. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang
cukup kering dilapisi dengan tripleks tebal 3 mm.
c. Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7
sebagai penyokong, penyangga maupun pengikat, sehingga
mampu mendukung tekanan beton pada saat pengecoran
sampai selesai proses pengikatan.
d. Penyangga struktur lantai (balok, lantai dll)dapat digunakan
kayu dengan ukuran minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum
50 cm dengan dialasi dengan papan kelas III antara tanah dan
penyangga (perancah).
e. Sebagai perancah dapat digunakan scafolding baja.

15.2.9. Spesi Beton.


a. Pada pengecoran pondasi, kolom struktur, plat dan balok lantai
II sebaiknya menggunakan ready mix, sedang untuk pekerjaan
yang bersifat praktis atau non struktur, Pelaksana diijinkan
menggunakan campuran yang dibuat sendiri, dengan tuntutan
mutu beton seperti yang disyaratkan.

15.3. SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN.

15.3.1.Lapisan Penutup Beton.

a. Tebalnya lapisan beton harus mendapat persetujuan


Pengawas/Supervisor dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan
menurut SK SNI T-15-1991-03.
b. Untuk mendapatkan ketebalan lapis penutup beton yang
seragam maka harus dibuat beton ganjal tulangan/beton blok
persegi yang dapat diikat terhadap baja tulangan dengan mutu
perekat yang sama dengan suatu batas yang dicor.

25
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
15.3.2. Penulangan.

a. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan.

1. Pelaksana diharuskan membuat gambar detail pemotongan


baja tulangan dengan berpedoman kepada gambar-gambar
beton yang ada sesuai dengan ketentuan.
2. Gambar-gambar detail setelah disetujui Pengawas mengikat
untuk dilaksanakan.
3. Baja tulangan dibengkok atau diluruskan dalam kedaan
dingin, kecuali apabila pemasangan diizinkan oleh
Pengawas.
4. Pembengkokan atau melurusi tulang tidak boleh dengan
cara-cara yang merusak tulangan.

b. Pemasangan baja tulangan.

1. Tulangan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan jarak-


jarak yang terdapat pada gambar beton, sedemikian rupa
hingga sebelum dan selama pengecoran dan letaknya tidak
berubah.
2. Sehubungan dengan ketapatan tebal penutup beton, maka
selain dipasang beton-beton ganjal bila perlu dipasang
penahan jarak dari baja tulangan (korset) dengan jumlah
minimum 4 buah tiap-tiap m2 cetakan atau lantai kerja.

c. Tulangan Susut.

Untuk seluruh plat beton ditambahkan tulangan susut seperti


tercantum pada gambar, apabila dalam gambar tidak
tercantum, maka harus memasang tulangan susut dengan besi
beton diameter 8 mm jarak 200 mm.
Untuk balok dengan ketinggian lebih dari 60 cm harus
dipasang tulangan susut kiri/kanan ditengah tinggi balok
dengan diameter 12 mm.

26
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
15.3.3. Bekisting.

a. Umum.

1. Ukuran dalam bekisting adalah ukuran jadi beton sesuai


dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar.
2. Bekisting harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak
bocor/pecah pada saat mendapat tekanan spesi.
3. Sebelum pengecoran, bekisting harus dibersihkan dari
kotoran, serbuk gergaji, kawat ikat, kemudian bekisting
dibasahi air sampai jenuh.

b. Kolom.

1. Bekisting kolom harus dapat dibuat utuh untuk satu


kolom, atau dengan cara pengecoran bertahap.
2. Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan
pemeriksaan menggunakan unting-unting atau theodolith.
3. Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian
diikat dengan kaso 5/7 antara sesama bekisting.
4. Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan
terluar dipasang pengganjal yang diikat pada tulangan
tersebut, agar tulangan tidak melekat pada bekisting.

c. Balok dan Plat.

1. Perancah untuk balok/plat dipasang pada tanah landasan


yang telah dipadatkan, agar pada saat dibebani pada saat
pelaksanaan pengecoran tidak terjadi penurunan.
2. Kaki perancah dilandasi dengan papan klas III, sehingga
menjadikan beban merata pada tanah dasar perancah.
3. Perancah diikat satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau
bambu.
4. Setelah perancah kuat, maka pemasangan bekisting
balok/plat dapat dilaksanakan.

27
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
5. Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan
menerima beban lebih berat akibat menumpuknya adukan
beton yang dituang dari concrete pump unit, maka
konstruksi penunjang bekisting harus lebih kuat.
6. Untuk menghindari ini, pelaksana membuat lokasi
penuangan menurut zone-zone yang ditetapkan diluar
bagian yang dicor, sehingga dalam waktu istirahat dapat
memindahkan slang concrete pump unit ke lokasi
penuangan yang dimaksud.

15.3.4. Peralatan Kerja dan Pengujian.

a. Yang disebut dengan peralatan kerja adalah :


- Mesin pengaduk (beton molen) apabila membuat campuran
sendiri.
- Mesin penggetar (vibrator).
- Takaran-takaran bahan-bahan beton.
- Alat pengangkut adukan.

b. Yang disebut dengan peralatan pengujian, adalah :


- Slump test (kerucut Abrams).
- Cetakan cetak silinder beton yang terbuat dari besi, yang
kesemua alat tersebut dalam keadaan bisa bekerja dengan
baik.

c. Jalan kerja, yaitu jalan diatas tulangan, agar dalam


pelaksanaan pengecoran tidak terjadi kerusakan tulangan,
terutama tulangan plat, tempat berdiri orang atau jalan bagi
gerobak pengaduk adukan beton. Jalan kerja terbuat dari
papan meranti 2/20, dibuat sedemikian rupa tidak menempel
tulangan, sehingga tulangan yang terpasang tidak rusak
terinjak.
d.
15.3.5. Dimensi Beton.

28
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Dimensi beton adalah ukuran beton sendiri, tanpa adanya
plesteran, yang merupakan ukuran dalam (rong) bekisting.

15.3.6. Pelaksanaan Pengecoran dengan Cara Manual.

a. Pengecoran.
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan
perawatan beton, harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
didalam SNI T-03.

b. Takaran campuran beton.


Pelaksanaan penakaran campuran beton, harus dengan kotak-
kotak takaran yang sama volumenya, yang merupakan volume
yang sama dengan atau kelipatan satu sak semen. Hal ini akan
diatur oleh Pengawas.

c. Pengadukan campuran beton.


Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan
mesin pengaduk beton (beton molen) yang bekerja baik.
Pemberhentian pengadukan dilakukan bila adukan sudah
rata/homogen.
d. Pengangkutan campuran beton.
Pengangkutan beton dari molen sampai tempat cetakan harus
hati-hati, dapat dipergunakan ember, talang atau kereta
dorong, sedemikian rupa sehingga adukan yang sudah
homogen tidak berubah/terjadi pemisahan bahan.

e. Penuangan adukan pada bekisting.


- Penuangan adukan pada plat atau balok diusahakan tidak
terjadi segregasi.
- Penuangan pada pengecoran kolom maksimal 2,00 meter,
sehingga terjadi penguraian campuran.
-
15.3.7. Ready Mix.

29
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Penggunaan ready mix.
Pada pengecoran yang telah ditentukan diatas, maka pelaksana
wajib memperhitungkan kemampuan tenaga dan peralatan
penunjang, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan
pengecoran beton.

b. Transportasi Kendaraan Pengangkut.


Sarana transportasi adukan beton adalah truck dengan bobot >
10 Ton, maka pelaksana harus memperhatikan kemampuan
jalan masuk ke lokasi pengecoran agar tidak terjadi kemacetan
akibat terperosoknya truck pengangkut, apabila perlu
dilakukan perbaikan kemampuan dukung jalan.
c. Peletakan concrete pump unit.
- Pelaksana dapat meletakkan concrete pump unit (unit
pompa beton) pada tempat yang mudah dicapai oleh truck
pengangkut.
- Juga harus diperhatikan lokasi truck pengangkut untuk
menunggu penuangan adukan kedalam concrete pump unit,
agar tidak terjadi kemacetan di jalan umum.
d. Waktu Pelaksanaan.
Jadwal pelaksanaan harus diperhitungkan secara pasti,
apakah dengan menggunakan waktu kerja dengan
memperhitungkan lokasi pemutusan pengecoran. Atau
pengecoran diselesaikan secara keseluruhan dengan
memperhitungkan :
- Jumlah tenaga kerja setiap shift.
- Peralatan penerangan untuk kerja malam hari.
- Peralatan penunjang pengecoran.
- Kontinuitas datang adukan beton dari pabrik.

e. Pengeringan Adukan Beton.


Mengingat belum terbiasanya menggunakan ready mix, maka
untuk waktu pengeringan direncanakan dalam waktu relatif
panjang, setidak-tidaknya 6 jam setelah penuangan adukan ke

30
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dalam bekisting. Ini memungkinkan pemindahan dari lokasi
penuangan ke bagian dicor dengan tenaga manusia.

15.3.8. Pendataan dan Penggunaan Alat Penggetar (Vibrator).

a. Pencegahan Rongga
Untuk mencegah timbulnya rongga dan sarang kerikil, adukan
beton yang dituangkan pada cetakan harus dipadatkan dan
merata dengan menggunakan mesin penggetar (vibrator).

b. Pemadatan pada kolom.


- Pada pengecoran kolom yang tinggi, maka setiap hari
pengecoran tidak boleh lebih tinggi dari 2 meter, sehingga
mudah digunakan vibrator. Apabila tidak dapat digunakan
vibrator biasa dapat digunakan moulding vibrator, dengan
tetap menjaga sumbu tegak kolom tetap vertikal.
- Apabila dalam keadaan khusus, kolom tinggi sulit
dilakukan pemadatan dengan vibrator, maka bekisting
kolom yang dicor, dipadatkan dengan memukul-mukul
bekisting dengan palu kayu sampai terdengar seluruh
bagian yang dicor terisi penuh dan padat.

c. Pemadatan Plat/Balok.
- Alat penggetar pada pengecoran plat/balok harus
digunakan berdiri 90 derajat, hanya dalam keadaan khusus
dipergunakan bersudut 45 derajat, dan tidak
diperkenankan menyentuh tulangan.
Ujung penggetar harus diangkat dari dalam adukan apabila
adukan terlihat mulai mengkilap sekitar ujung penggetar
atau kurang lebih 30 detik.

15.3.9. Pengujian Slump.

a. Pengujian slump dilakukan sebelum pengecoran dan


sepengetahuan pengawas/supervisor.

31
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Pengujian slump, sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pada
pasal-pasal dalam SK SNI -03 yang masih berlaku disesuaikan
dengan kondisi bahan di lapangan.
c. Apabila takaran air telah ditentukan, berdasarkan pengujian
slump, maka alat penakar tersebut harus digunakan selama
pelaksanaan pengecoran.
d. Apabila takaran air adalah ember, maka pada muka air yang
telah ditentukan, dibuat lubang, sehingga tinggi air tetap
seperti yang dikehendaki.
e. Peralatan pengujian slump harus tersedia di lapangan dimana
sewaktu-waktu Pengawas Lapangan dapat melakukan
pengujian slump sesuai dengan hasil pencampuran bahan yang
ada di lapangan.
f. Beton adukan yang tidak memenuhi syarat slump tersebut tak
boleh dicor kedalam cetakan.
g. Nilai slum berkisar 8-12 cm.

15.3.10. Pembuatan Benda Uji.

a. Selama pelaksanaan pengecoran berlangsung, Pelaksana


diwajibkan membuat benda uji silinder diameter 15 tinggi 30
cm atau dengan cetakan benda uji yang lain sesuai dengan
yang dimaksud dalam SK SNI -03, terbuat dari bahan plat besi
dengan tebal yang cukup, sehingga waktu dipadatkan tidak
berubah bentuknya.
b. Pelaksanaan pembuatan benda uji, hendaknya dilakukan oleh
Pelaksana Ahli atau dalam hal ini Pelaksana dapat
menghubungi pihak Laboratorium Konstruksi Beton, dalam hal
pengambilan beton untuk pembuatan benda uji.
c. Pengambilan untuk benda uji harus dilakukan secara acak
dengan persetujuan Pengawas/Supervisor sehingga lantai yang
di test dapat mewakili mutu konstruksi beton yang dimaksud.
d. Benda-benda uji, berdasar pada volume total yang dikerjakan,
berpedoman pada pekerjaan yang bersifat struktural, antara
lain: pondasi, balok induk, balok anak, kolom, plat dan bagian
lain yang dinyatakan dalam gambar.

32
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Jumlah benda uji, berdasar pada volume total yang dikerjakan,
beropedoman pada volume total rencana yang diajukan oleh
Pelaksana.
f. Pada pelaksanaan dengan volume beton lebih besar dari 60
m3 minimal harus dibuat 2 benda uji untuk setiap volume 5
m3, dengan maksud dalam waktu yang singkat dapat
terkumpul 24 benda uji.
g. Kalau volume beton kurang dari 60 m3, maka Pengawas
Lapangan dapat menentukan jumlah pengambilan benda uji
sesuai dengan kondisi lapangan asal mewakili pondasi, plat,
balok induk, balok anak dan tangga yang dicor pada saat yang
bersamaan.
h. Pengambilan benda-benda uji harus diambil adukan yang
diperkirakan akan mewakili bagian yang dicor.
i. Pengisian campuran kedalam cetakan dilakukan menjadi 3
(tiga) lapisan dengan tebal yang sama. Pada tiap lapisan
dipadatkan dengan besi diameter 16 mm sebanyak 10
tusukan dengan merata.
j. Setiap benda uji diberi tanda bagian yang dicor dan tanggal
pembuatan.
k. Apabila konstruksi yang telah dicor tidak dilakukan
perendaman maka benda uji tersebut tidak boleh direndam.
l. Benda uji yang baru dibuat harus disimpan pada tempat yang
aman dan harus disimpan pada tempat yang aman dan harus
terhindar dari getaran-getaran.
m. Untuk mendapatkan gambaran tentang mutu beton yang
dilaksanakan, benda-benda uji tersebut dapat dilakukan test di
Laboratorium pada umur relatif muda, setidak-tidaknya 4
(empat) hari setelah dicetak, dengan memperhatikan SK
SNI T-15-1991-03 dan hasil test tersebut dapat dijadikan dasar
mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan dalam
campuran beton.

15.3.11 Evaluasi.

33
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Evaluasi kekuatan beton akan dilakukan secepat mungkin,
agar bila terjadi mutu beton yang jelek, segera dilakukan
langkah-langkah perbaikan.
b. Bila jumlah benda uji kurang dari 20 buah, evaluasi dapat
dilakukan dengan rumus-rumus statistik/dengan berpedoman
pada SK SNI T-03.
c. Apabila mengalami kesulitan didalam menentukan standart
deviasi rencana (Sr) seperti tercantum dalam Pasal 4.5.
Ayat 3, maka hasil standart deviasi dan percobaan
pendahuluan bisa dipergunakan, dengan menggunakan angka
yang lebih besar dari data yang ada.

15.3.12.Penghentian Pengecoran.

Penghentian pengecoran dilakukan pada tempat-tempat yang telah


disetujui oleh Pengawas/Supervisor didalam pola rencana
pengecoran.

15.3.13.Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan


tenda-tenda/plastik secukupnya sehingga jalannya pengecoran
tetap lancar.

15.3.14 Perawatan Beton.


a. Pada konstruksi beton yang baru dicor harus dijaga terhadap
pengaruh-pengaruh getaran dsb, yang akan dapat
mempengaruhi proses pengikatan beton.
b. Permukaan beton harus dilandasi dari pengeringan yang terlalu
cepat dan/tidak merata, dengan cara disiram air atau ditutup
karung goni yang dibasahi selama 14 (empat belas) hari.

15.3.15. Penyambungan Dengan Beton Lama/Tembok.


Bidang-bidang beton lama yang akan dihubungkan dengan adukan
beton baru yang merupakan sisa pelaksanaan harus dikeraskan
dulu, dibersihkan dengan susunan seperti adukan beton (tanpa
agregat kasar) barulah kemudian dicor adukan beton yang baru.

34
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Cara seperti ini adalah untuk mendapatkan hubungan beton yang
lama dan yang baru yang baik.

15.3.16. Pembongkaran Bekisting.


Bekisting hanya dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut telah
mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan
beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Pembongkaran
tersebut harus mendapat persetujuan dari pengawas ahli. Setelah
ia memeriksa hasil-hasil pemeriksaan benda uji dan perhitungan
tersebut . Bagaian-bagian konstruksi dimana terjadi barang-barang
kerikil harus diperbaiki dengan penuh keahlian.
Waktu pembongkaran begisting plat dilakukan setelah beton
berumur 14 hari, sedangkan untuk begisting balok setelah beton
berumur 21 hari dan kolom setelah 3 hari.

Pasal 16.
PEKERJAAN LANTAI/PELAPIS DINDING.

16.1. LINGKUP PEKERJAAN.

16.1.1. Pasang Lantai.


a. Pemasangan keramik 30 X 30 cm untuk seluruh bangunan
dalam/luar gedung yang tidak disebutkan lain dan tangga.
b. Pemasangan pelapisan keramik 20 X 20 cm pada bagian
KM/WC.
c. Pemasangan keramik 40 X 40 cm untuk bangunan lantai 1
d. Pemasangan lantai keramik 30 x 30 cm pada lantai tribun.

16.1.2. Pelapis Dinding.

a. Pemasangan keramik pelapis dinding pada kamar


mandi/WC ukuran 20 X 25 cm, warna ditentukan kemudian.

16.2. BAHAN – BAHAN.

16.2.1. Umum.

35
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Sebelum mendatangkan bahan Pelaksana harus mengajukan
contoh bahan terlebih dahulu kepada Pengawas/Supervisor
untuk mendapatkan persetujuan.
b. Warna yang belum ditentukan dalam Pedoman atau mendapat
perubahan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas.
c. Segala persetujuan Pemberi Tugas adalah secara tertulis.

16.2.2. Lantai Keramik.

a. Untuk semua bahan lantai keramik ukuran 30 X 30 cm, 40 X 40


cm, menggunakan kualitas 1 dengan merk sekualitas
Romand /Asia.
b. Lantai kamar mandi/WC menggunakan keramik ukuran 20 X20
cm kualitas 1, merk sekualitas Romand/Asia.
c. Pelapis dinding kamar mandi/WC menggunakan keramik
ukuran 20 X 25 cm kualitas 1, merk sekualitas Romand/Asia.

16.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAA.

16.3.1. Umum.
a. Pengecoran nat dilakukan setelah pemasangan keramik
berlangsung 3 (tiga) hari atau setelah pasangan lantai keramik
kokoh dan spesi di bawah keramik kering, atau dengan
persetujuan Pengawas.
b. Naat lantai keramik atau harus lurus dan bersilangan saling
tegak lurus.
c. Warna cor naat disesuaikan dengan warna keramik/marmer.
d. Pada daerah tepi yang memerlukan potongan-potongan, maka
pemotongan harus digunakan mesin pemotong, kemudian tepi
yang terpotong harus dihaluskan.
e. Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air sampai
jenuh.

16.3.2. Spesi Pemasangan.

36
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Seluruh lantai keramik/marmer dipasang dengan perekat 1 PC :
3 Pasir.
b. Kecuali pada kamar mandi/WC pemasangan lantai keramik
dapat dilakukan sesuai dengan Ayat 16.3.1.

16.3.3. Pemasangan Lantai Keramik.

a. Lantai Bawah.
1. Tanah dasar dari lantai keramik harus padat dan diatas
tanah dasar harus diberi pasir urug padat sebelum
pemasangan patlah bata.
2. Patlah bata sebagai dasar lantai keramik diberi spesi dari PC
dengan campuran 1pc : 5ps..
3. Pemasangan patlah dibawah keramik dilaksanakan setelah
pengurugan dengan pasir urug benar telah rata dan padat.
4. Setelah patlah cukup kuat, maka pelaksanaan pemasangan
lantai keramik dapat dilakukan sesuai dengan Ayat 16.1.

b. Lantai Atas.
1. Pada lantai atas, pemasangan lantai keramik dilapis pasir
tipis diatas beton yang ada.
2. Pemasangan lantai keramik sesuai dengan prosedur Ayat
16.3.1.
16.3.4. Pasang Keramik Dinding.
a. Sebelum keramik dipasang, dindingnya harus diplester tipis
dahulu dengan campuran yang sama dengan perekat.
b. Prosedur pemasangan berdasarkan pada Ayat 16.3.1.
c. Pemasangan keramik dinding harus tegak lurus lantai.
d. Bahan perekat padat, apabila keramik diketuk dengan jari akan
terdengar suara yang nyaring dan sama.

Pasal 17.
PEKERJAAN PINTU/JENDELA

17.1. LINGKUP PEKERJAAN.

37
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
17.1.1. Pekerjaan Kayu & Alumunium.

a. Pembuatan dan pemasangan kusen pintu/jendela kayu dalam


berbagai bentuk serta ukuran pada bagian main entrance sesuai
gambar.
b. Pembuatan dan pemasangan kusen pintu/jendela alumunium
dalam berbagai bentuk dan pada bagian dinding bangunan
lengkung yang sesuai gambar.
c. Pembuatan dan pemasangan daun jendela dan daun pintu.
d. Pembuatan dan pasang daun pintu panil kayu untuk daun pintu
bagian main entrance gedung dan daun pintu alumunium
dengan penyekat melanine dibagian luar dan tripek berlapis
alumunium dibagian dalam untuk kamar mandi/wc.
e. Pembuatan dan pemasangan daun pintu alumunium untuk
semua ruangan dengan penyekat dari kaca reyben.

17.2. BAHAN-BAHAN

17.2.1. Bahan Kayu.


a. Panil kayu untuk daun pintu entrance .
Panil daun pintu bahan kayu jati tebal minimum 3,5 cm.
b. Untuk kusen kayu digunakan kayu jati ukuran 6 x 15 cm.
c. Ukiran kayu diatas dan disamping kusen dari kayu jati dengan
tebal 3 cm.
d. Kayu jati untuk kusen, daun pintu panil dan ukiran harus
bermutu baik dan jumlah mata kayu tidak boleh lebih dari 3
mata kayu pada setiap batangnya atau dengan persetujuan
pengawas.

17.2.1. Bahan Alumunium.


a. Daun jendela bahan alumunium merk INDALUM dengan ukuran
standart warna coklat.

17.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

17.3.1. Pekerjaan Kusen Kayu.

38
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Pemasangan semua kusen kayu harus dipasang ditengah-tengah
tebal tembok sehingga mendapatkan benangan luar dan dalam.
b. Untuk mendapatkan ikatan yang kuat dengan tembok/beton,

kusen dipasang angker 2 dan dok dari besi  12 mm sebanyak


yang diperlukan.
c. Pada agker dan dok tersebut dicor dengan campuran
perekat 1 Pc : 3 Ps yang dicor secara padat dan halus.

17.3.2. Pekerjaan Kusen Alumunium.


a. Pemasangan kusen alumunium harus dipasang rapi.
b. Dipasang angker sebagai penguat.
c. Pada pertemuan alumunium dengan kaca atau melamine.
dipasang lis dari karet dengan mutu baik.
d. Pemasangan lis kaca atau melamine harus rapat.

Pasal 18
PEKERJAAN RANGKA ATAP

18.1. LINGKUP PEKERJAAN

18.1.1. Pekerjaan Rangka.


a. Kuda-kuda profil WF 16 x 7 Inchi atau WF 400x200x7x11 dan
Gording profil light channel C 125x50x20x3.2 digunakan Baja
kualitas baik dan penempatan sesuai gambar.
b. Tiga baris gording dari gording paling bawah atap dipasang dobel
dari profil light channel 2xC 125x50x20x3.2.
c. Semua jenis sambungan baja menggunakan kombinasi
sambungan baut dan las.
d. Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh hubungan gording
dan kuda-kuda dapat dilihat gambar detail.
e. Pada bagian tengah bentang gording dipasang penggantung
gording dengan besi diameter 10 mm, lihat gambar.
f. Usuk dan reng dari bahan galvalum. Ukuran usuk dan reng
galvalum yang akan dipasang harus mendapat persetujuan dari
direrksi atau pengawas

39
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
g. Pemasangan usuk ke gording dan reng ke usuk dengan
menggunakan krup atau dengan cara lain atas persetujuan
direksi.
h. Pekerjan baja harus dikerjakan dengan baik dan rapi sehingga
mendapatkan bidang atap yang rata dan rapat serta tidak bocor.
i. Pada kaki kuda-kuda dipasang plat landas dari baja dengan
2x30x60 dengan tebal 10mm.
j. Untuk mendapatkan kedudukan yang terikat antara kuda-kuda
dan beton kolom, harus dipasang baut angker  16 mm panjang
60 cm dan bagian ujung diberi kait.
k. Pelaksana tidak boleh memasang atap dan langit-langit (plafon
hanger) sebelum seluruhnya kelengkapan kap selesai
dilaksanakan dengan baik dan sempurna.

18.1.2. Pekerjaan Penutup Atap

Penutup atap yang digunakan adalah dari genteng keramik


berglasur, ukuran harus sama dan sebelumnya Pelaksana harus
mengajukan contoh terlebih dahulu kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.

Pasal 19
PEKERJAAN PLAFON

19.1. LINGKUP PEKERJAAN

19.1.1. Rangka Plafon.


Pemasangan penggantung langit-langit sesuai dengan ukuran
plafon yang direncanakan sesuai gambar.

19.1.2. Penutup Langit-langit.

40
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Plafon lantai 1 menggunakan tripleks tebal 4 mm ukuran
sesuai gambar.
b. Plafon lantai 2 menggunakan bahan multiplek dengan
ketebalan 9 mm dan dibentuk sesuai gambar.

19.2. BAHAN-BAHAN

19.2.1. Bahan Penggantung Plafon.


a. Semua penggantung langit-langit dari baja tulangan diameter 8
mm.
b. Pada plafon dengan bentang baik panjang maupun lebarnya
lebih dari 9m2 harus dipasang balok penggantung rangka
plafon dari kayu meranti 6/10 cm atau dengan cara lain
dengan persetujuan dirksi/pengawas.
c. Balok rangka plafon ukuran 5/7 cm untuk bentang panjang
dan ukuran 4/6 untuk bagian yang terpotong-potong.
d. Klos kayu meranti 2/3 cm.

19.2.2. Bahan Plafon.

a. Triplek dengan ukuran sesuai gambar


b. List plafond keliling menggunakan kayu ukuran tebal 1 cm dan
lebar 5 cm berpriofil gergaji mesin.

19.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

19.3.1. Penggantung Plafon.


a. Untuk mendapatkan bidang langit yang rapi dan rata, maka
bidang kayu bagian bawah rangka plafon harus diserut
(dipasrah) hingga rata.
b. Apabila pada gambar tidak tercantum, maka pada arah sisi
pendek setiap ruangan, setiap luasan 9 m2 dipasang balok
penggantung kayu meranti merah ukuran 6/10 cm.

19.3.2. Pemasangan Plafon.

41
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Rangka plafon dipasang dengan baik dan telah diperiksa dan
disetujui pengawas, maka pemasangan penutup plafon dapat
dilaksanakan.
b. Pemasangan plafon diberi naat 2 mm.
c. Guna mendapatkan nat yang lurus dan rata, maka apabila
terdapat ujung yang tidak rata harus diratakan terlebih dahulu.

19.3.3. Pemasangan List Plafon.

a. List plafon dipasang pada tepi plafon yang menempel dinding.


b. Pemasangan list plafon harus lurus, baik yang menempel
dinding maupun permukaannya.
c. Agar mendapatkan pemasangan yang lurus pada tepi dinding,
maka plesteran dinding harus rata terutama pada bagian yang
akan ditempeli list.
d. Cara penyambungan list juga menggunakan cara yang benar.

Pasal 20
ALAT PENGGANTUNG/PENGUNCI, BESI DAN KACA

20.1. LINGKUP PEKERJAAN.

20.1.1. Pekerjaan Pintu.

a. Setiap daun pintu panil dipasang 3 (tiga) buah engsel.


b. Setiap daun pintu panil dipasang pegangan pintu dibagian luar
dan dalamnya serta diberi kunci tanam.
c. Setiap pintu ruangan maupun pintu utama dipasang kunci
d. Pada pintu KM/WC dipasang grendel dibagian dalamnya dan
penganagan pintu dibagian luarnya.
e. Pada setiap pintu alumunium untuk ruang dipasang
penganagan pintu dibagian luar dan dalamnya dan dipasang
kunci tanam.
f. Pada pintu berdaun ganda, salah satu daun pintu dipasang
kunci tanam dan pegangan pintu dibagian luar dan dalamnya.
g. Daun pintu dari aluminium menggunakan engsel dengan mutu
baik.

42
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
20.1.2. Pekerjaan Jendela.

a. Daun jendela merupakan sliding window/sikutan.


b. Setiap daun jendela dipasang 1 buah pengunci/grendel dengan
mutu baik.

20.1.3. Pekerjaan Kaca.


a. Pemasangan kaca pada daun pintu Alumunium maupun jendela
kaca.
b. Semua kaca ukurannya sesuai gambar detail, kaca yang
digunakan harus bersih tidak cacat dan tidak bergelombang.
Kaca reyben tebal 5 mm

20.2. BAHAN –BAHAN

20.2.1. Umum.
a. Sebelum Pelaksana mendapatkan bahan supaya mengajukan
contoh bahan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
dari Pengawas
b. Persetujuan Pengawas berupa kwalitas, mutu, merk berlaku,
sesuai brosur atau sesuai persetujuan Pengawas berdasarkan
Pedoman.

20.2.2. Pekerjaan Daun Pintu.


a. Engsel berkwalitas baik menggunakn merk ARCH untuk pintu
alumunium
b. Pintu panil utama menggunakan sliding door dua arah (kiri-
kanan)
c. Pintu panil samping menggunakan engsel dengan mutu baik
yang disetujui oleh direksi/pengawas.
d. Kunci tanam memakai merk SES type 204 double slag.
e. Grendel tanam berkwalitas baik tidak cacat memakai merk
Alpha asli.
f. Kunci tanam pintu alumunium memakai merk Alpha.
g. Pegangan pintu pada pintu panil dari mutu yang baik dan atas
persetujuan direksi/pengawas.

43
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
20.2.3. Pekerjaan Jendela.
a. Hak angin untuk jendela mutu baik.
b. Kaca jendela menggunakan kaca riben 5 mm.

20.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN.

20.3.1. Daun Pintu Panil.


a. Semua pemasangan engsel harus rapi sehingga pintu secara
fungsional dapat ditutup dan dibuka dengan mudah dan ringan.
b. Pemasangan kunci/vrybezet/grendel tanam harus rapi dan
muidah dioperasikan.
c. Sekrup-sekrup engsel, kunci dan lain-lain harus rata pada
permukaan pintu.

20.3.2. Daun JendelaKaca.


a. Pemasangan kaca pada jendela alumunium menggunakan list
PVC/karet yang khusus.

Pasal 21
PEKERJAAN PENGECATAN

21.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan pengecatan ini mencakup semua pekerjaan pengecatan bangunan
ini antara lain :

21.1.1. Pengecatan dinding


Pengecatan dinding tembok untuk seluruh dinding

21.1.2. Pengecatan langit-langit


Pengecatan langit-langit lantai 1 dan 2 menggunakan cat plafon
warna terang atau atas persetujuan pengawas.

21.1.3. Pengecatan Daun Pintu Panil


Pengecatan Daun Pintu Panil dan kusen menggunakan sending
warna terang.

21.1.4. Pengecatan Talang Tegak.

44
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
21.2. BAHAN –BAHAN.

21.2.1. Umum.
Warna untuk setiap pengecatan ditentukan kemudian oleh
Pengawas/Supervisor.

21.2.2. Cat Kayu.


- Cat penutup merk EMCO.
- Plamuur kayu merk PEDANG.
- Meni kayu produksi PEDANG.

21.2.3. Cat Tembok.


- Cat penutup dalam merk chatylax.
- Plamir tembok buatan sendiri.

21.2.4. Cat/Meni Besi.


a. Cat penutup merk amco.
b. Meni produksi PEDANG.

21.2.4. Sanding dan pelapis melanine


Sanding dan pelapis melamine dop mutu baik.

21.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

21.3.1. Pengecatan kayu.


a. Setelah pekerjaan kayu yang akan dicat diberi dasaran cat meni
maka semua celah retak dan lubang harus dibersihkan
diplamur rata dan halus baru diberi cat penutup/warna.
b. Setelah plamuuran kering betul, maka bidang yang dicat
diamplas dengan amplas besi halus dan rata, kemudian
dibersihkan dari debu dan terakhir dicat 3 (tiga) kali dengan
kuas sampai rata.

45
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus
utuh, rata dan tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara.
Bidang cat dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

21.3.2. Pengecatan Tembok/Plafon.


a. Pengecatan dapat dilaksanakan setelah bidang plesteran tembok
benar-benar sudah kering.
b. Permukaan-permukaan tembok yang cacat atau tidak rata harus
diperbaiki terlebih dahulu dengan bahan yang telah disetujui
oleh Pengawas sampai rata dan halus.
c. Setelah plamuuran betul-betul kering, maka plamuuran
diamplas sampai halus dandibersihkan dari debu yang
menempel.
d. Setelah percobaan warna disetujui oleh Pengawas/Supervisor,
maka dilakukan pengecatan dengan roller setidak-tidaknya 3
(tiga) kali pengecatan.
e. Untuk warna-warna sejenis, Pelaksana diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor pencampuran yang
sama dari pabrik.
f. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus
utuh, rata dan tidak ada bagian-bagian yang belang dan bidang
cat dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
g. Proses pengecatan plafon sama dengan proses pengecatan
dinding.

21.3.3. Pengecatan Besi.

a. PVC yang akan dimeni harus dibersihkan dulu dengan amplas


yang halus, kemudian dilap agar bekas amplas dan minyak yang
melekat dihilangkan.
b. Setelah permukaan besi bersih, maka bidang yang akan dicat
ditutup dengan meni sampai merata.
c. Setelah meni kering, kemudian dicat 3 (tiga) kali.

46
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus
utuh, rata dan tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara.
Bidang cat dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

21.3.4. Pekerjaan sending


a. Permukaan harus digosok sampai halus.
b. Sending dilakukan 3 kali

Pasal 22
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

22.1. LINGKUP PEKERJAAN.

22.1.1. Umum.
a. Pengadaan bahan-bahan dan alat-alat sampai ditempat lokasi.
b. Pemasangan bahan dan alat tersebut sampai bisa beroperasi
dengan sempurna, sampai mendapat persetujuan Pengawas.
c. Pengujian-pengujian dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan
selama dalam masa pemeliharaan.
d. Penyambungan kabel dari gardu induk ke gedung dengan
menggunakan tiang.
e. Diatas papan nama dipasang lampu 3 buah lampu spot (150
watt/lampu) yang menempel pada plat canopy.

22.1.2. Pemasangan Sistem Distribusi Daya Listrik.


a. Pemasangan panel distribusi tegangan rendah.
b. Pemasangan panel-panel penerangan dan panel-panel tenaga
seperti tertera pada gambar rencana.
c. Dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang nyata harus dipasang
menurut yang dinyatakan dalam gambar dan Pedoman.
d. Pemasangan penyambungan listrik sampai nyala.

22.1.3. Pemasangan Instalasi Penerangan Dan Tenaga.


a. Pemasangan instalasi penerangan dari jenis, type dan ukuran
serta cara pemasangan yang dinyatakan dalam gambar.

47
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
22.2. BAHAN-BAHAN

22.2.1. Persyaratan Umum


a. Semua bahan peralatan harus baru, dan sesuai dengan syarat-
syarat yang dimaksud dalam gambar, dan Pedoman.
b. Sebelum mendatangkan bahan/material terlebih dahulu
diajukan contoh-contoh atau brosur-brosur dan gambar
kerjanya.

22.2.2 Bahan dan Peralatan Untuk Distribusi Daya Listrik.


a. Panel dan sub pelat baja minimal tebal 2 mm, dicat dasar tahan
karat bagian luar dan dalam sebelum dicat oven warna abu-abu.
b. Saklar pemusatan aliran induk.

22.2.3. Kabel Tegangan Menengah/Rendah.


a. Kabel-kabel instalasi dari kwalitas terbaik produksi dalam
negeri.
b. Merk kabel yang bersitifikat LMK dan telah disetujui oleh
Pengawas.
c. Jenis dan ukuran sesuai yang dinyatakan dalam gambar untuk
itu.

22.2.4. Pipa-pipa Instalasi dan Persilangan.

a. Pipa kabel digunakan pipa PVC dengan ukuran yang sesuai atau
minimal diameter 5/8 “ , dan tidak boleh ada sambungan kabel
didalamnya. Khususnya untuk kabel tertentu (kabel Pembagi)
didekat panel digunakan pipa besi yang digalvanished.
b. Persilangan pipa disambung dengan T doos dengan dop dengan
bahan PVC dilengkapi dengan tutupnya.
c. Sambungan kabel pada persilangan terbuka ditutup dengan dop
bahan keramik atau PVC.

22.2.5. Saklar dan Stop Kontak


a. Armateur saklar dan stop kontak, merk Broco.

48
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Untuk stop kontak yang berada dibawah merk Broco. dilengkapi
dengan penutup putar.
c. Stop kontak dengan beban 16 Amper atau lebih merk Broco.
dilengkapi dengan steker kontaknya.
d. Doos digunakan type inbouw (tertanam dalam dinding) dengan
bahan logam yang khusus untuk itu, yaitu hubungan doos
dengan saklar disekrup (system kuku atau cakar yang
mengembang tidak diperbolehkan).

22.2.6. TL (Tube Lamp/Lampu Tabung)


a. Armateur lampu TL produksi dalam negeri dan telah mendapat
persetujuan Pengawas, macam, jenis dan ukuran daya sesuai
yang dinyatakan dalam gambar.
b. Kotak lampu, terbuat dari plat seng BJLS 44 (yang berada di
pasaran) dicat dasar tahan karat, kemudian di cat dengan warna
putih.
c. Tabung Lampu 2x20 watt, type cool white nomor 54 ex atau
CHIYODA.
d. Ballast, merk PHILIPS atau SINAR.
e. Kondensator merk SANYO, TOSHIBA atau sekwalitas dilengkapi
sekering kecil 1 A.

22.2.7. Lampu Pijar.


a. Fitting, produksi dalam negeri kwalitas baik, terbuat dari bahan
ebonit.
b. Untuk kamar mandi/WC atau daerah berair digunakan type WD
yang terbuat dari dari bahan keramik.
c. Lampu pijar, merk PHILIPS atau CHIYODA.

22.2.8. Lampu SL.


a. Armatur lampu SL berupa armatur tanam dalam plafon dengan
mutu baik.
b. Lampu SL, merk PHILIPS atau CHIYODA
c. Lampu ditanam pada plafon.

22.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN.

49
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
22.3.1. Persyaratan Utama
a. Gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari
peralatan yaitu panel dll. Penyesuaian harus dilakukan
dilapangan, jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi
dilapangan.
b. Gambar untuk pengajuan ke PLN dan Gambar jaringan
terpasang, dibuat oleh Pelaksana berdasarkan gambar rencana.
c. Gambar pelaksanaannya yang dibuat oleh Instalatir harus
diserahkan kepada Pelaksana setelah pekerjaan selesai, dengan
segala catatannya.
d. Perubahan atas gambar rencana harus melalui persetujuan
Pelaksana, setelah ada pengajuan tertulis dari Pelaksana.
e. Pembagian group diatur kemudian dan atas persetujuan
pengawas.

22.3.2. Panel Utama Tegangan Rendah Dan Sub Panel


a. Konstruksi panel induk dan sub panel harus kokoh, mempunyai
pintu yang dapat dibuka dengan mudah, dikunci, dilengkapi
dengan :
- Pilot lamp. Warna merah, kuning dan hijau untuk fase R, S,
T dan dilengkapi zekering kecil untuk masaing-masing
lampu.
- Saklar untuk memutuskan arus dari distribusi induk.
- Untuk panel induk setidak-tidaknya dipasang meter
penunjuk Amper dan Voltase.
b. Busbar harus dipasang dengan kokoh dengan bahan isolator,
didalam panel dengan ketentuan sbb :
- Busbar netral dan busbar pentanahan dipasang pada posisi
berseberangan (atas dan bawah/kiri dan kanan)
- Busbar diberi tanda untuk phase R, S, T, nol dan
pentanahan.
- Busbar pentanahan (ground) dihubungkan dengan bagian-
bagian yang harus tidak bertegangan, antara lain : kotak
panel atau benda-benda konduktif.
- Busbar yang menghantarkan arus listrik harus dilapisi
dengan bahan yang mencegah oksidasi antara lain “ Silver
Plated “.

50
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Ujung-unjung kabel berkas (standart) harus mempunyai sepatu
kabel (lug) type compression yang sesuai, dan ujung-ujung kabel
harus masuk semua ke sepatu kabel.
d. Penyambungan kabel dari jaringan listrik kompleks ke panel
induk menggunakan kabel tanah type NYFGBY dan tidak boleh
menggunakan sambungan. Apabila terpaksa dengan
sambungan, maka harus seijin dengan Pengawas Ahli Listrik.

22.3.3. TL, SL dan armaturenya.


a. Semua armature TL yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pertanahan (grounding) dan ditanamkan dengan kabel
warna kuning strip hijau (PUIL 1987, Pasal 720 B.I. ).
b. Semua lampu fluorrecent dan lampu discharge lainnya harus
dikompensasi dengan “Power Factor Correction Capasitor“ yang
cukup untuk mencapai power factor sekitar 80 % - 85 %.
c. Kapasitor/Kondensator harus dipasang paralel dan dilengkapi
dengan zekering kecil untuk menghindarkan adanya bahaya
kebocoran kapasitor (kondensator).
d. Satu TL menggunakan satu kondensator dan satu ballast.
e. Box tempat ballast, kapasitor (kondensator), dudukan starter
dan terminal blok harus cukup besar dan dibuat sedemikian
rupa sehingga panas yang ditimbulkannya tidak mengganggu
kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu itu
sendiri.
f. Kabel-kabel dalam box harus diberikan aluran atau klem-klem
tersendiri sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor
(kondensator).
g. Penyambungan kabel dalam box harus menggunakan Terminal
kabel.

22.3.3. Lampu Pijar


Pemasangan fitting lampu pijar harus kokoh menempel pada
penggantung plafon.
Apabila terletak ditengah plafon, maka harus dibuat perletakan yang
dipakukan pada penggantung plafon.

51
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
22.3.4.Stop Kontak ( kotak kontak ).
a. Seluruh stop kontak 1 phase atau 3 phase harus memiliki
terminal fasa netral dan pentanahan (grounding), yang
semuanya dihubungkan dengan kabel-kabel yang sesuai ukuran
dan warnanya sesuai PUIL 1987.
b. Pemasangan stop kontak tertanam dalam dinding (model
inbouw).
c. Penanaman box stop kontak dalam dinding harus kokoh
sehingga tidak mudah tercabut, selanjutnya panel stop kontak
disekrupkan pada kotak tersebut.
d. Semua kontak-kontak daya 1 phase dan 3 phase type splash
proof/dust roof dipasang 1,50 meter dari lantai.
e. Apabila dipasang dibawah + 125 cm harus mempergunakan
tutup/kunci pengaman (W.D.).
f. Semua kontak-kontak daya 1 phase harus mempunyai rating 10
A / 16 A-250 V / 380 V.
g. Semua kontak-kontak (stop kontak) daya harus menggunakan
bushing.

22.3.5. Sakelar
a. Pemasangan dan penempatan jenis skakelar tunggal dan sakelar
ganda serta sakelar tiga sesuai gambar.
b. Pemasangan sakelar tertanam didalam dinding (model inbouw).
h. Penanaman box sakelar dalam dinding harus kokoh sehingga
tidak mudah tercabut , selanjutnya panel sakelar disekrupkan
pada kotak tersebut.
c. Tinggi pemasangan kontak-kontak adalah 150 cm dari muka
lantai.
d. Sakelar harus terpasang kuat pada doos sakelar yang khusus
untuk itu.

22.3.6. Jaringan Kabel


a. Kabel-kabel yang dipergunakan sesuai ukuran, jenis yang
dinyatakan dalam gambar.
b. Kabel-kabel instalasi menggunakan warna-warna sesuai PUIL
1987 Pasal 720 E.I. :

52
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Fasa Warna
R Merah
S Kuning
T Hitam
Netral / O Biru
Pentanahan Kuning strip hijau

c. Pemasangan jaringan kabel didalam dinding beton atau dinding


harus dilewatkan dalam pipa dengan pertemuan sambungan pada
T doos yang dapat dibuka.
d. Penanaman pipa dilaksanakan sebelum beton dicor, atau sebelum
dinding diplester.
e. Tidak diijinkan adanya sambungan kabel didalam pipa.
f. Pipa yang ditanam pada beton diusahakan sewaktu proses
pengecoran beton tidak terjadi kebocoran, sehingga adukan beton
cair masuk kedalam pipa atau kerusakan lainnya akibat
pelaksanaan pengecoran.
g. Pipa yang ditanam pada dinding harus diklem, dan kuat selama
pelaksanaan pekerjaan plesteran.
h. Pemasangan jaringan terbuka, pada setiap jarak maksimal 1,00
m harus dipasang pengikat dari porselein, dan diikatkan dengan
kencang serta kabel harus tegang.
i. Kabel-kabel daya yang menuju kontak-kontak (stop kontak)/
sakelar dari bawah lantai/kabel trench harus dilindungi
galvanized steel conduct pipe (pipa baja khusus intalasi listrik
yang digalvanis) dan diklem.

22.3.7. Pengujian dan Instalasi


a. Pelaksana harus mempersiapkan peralatan, tenaga ahli dan
fasilitas lainnya untuk menyelenggarakan serangkaian pengujian
terhadap material equipment, serta intalasinya, untuk
memperlihatkan bahwa seluruh pekerjaan sudah dilaksanakan
dengan baik, memenuhi segala persyaratan dan apa-apa yang
dimaksudkan.

53
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Semua pengujian diselenggarakan atas biaya Pelaksana.
c. Biaya perbaikan atau kerusakan yang terjadi akibat pengujian
menjadi tanggung jawab Pelaksana.
d. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat-syarat spesifikasi
dan gambar-gambar harus segera diganti, tanpa membebankan
ongkos tambahan kepada Pemberi Tugas.
e. Pengujian berikut harus dilakukan untuk kabel instansi, sebelum
dan sesudah dipasang : test insulasi, test kontinuitas, dengan
disaksikan oleh Pengawas dan dicatat hasilnya.
f. Sebelum pengujian diadakan antara lain pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang
dimaksud.
2. Pemeriksaan kekuatan mekanis.
3. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.

Pasal 23
PEKERJAAN PERPIPAAN AIR BERSIH DAN KOTOR

23.1. LINGKUP PEKERJAAN

23.1.1. Instalasi Perpipaan Air Bersih


a. Pengadaan bahan, peralatan dan memasang semua sistem
distribusi air bersih dari pipa distribusi lingkungan dalam
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO atau sumur gali
yang dibuat oleh pelaksana menuju ground tank.
b. Menyambung Pipa distribusi dari ground tank. menuju pipa
distribusi air bersih didalam gedung.
c. Yang dimaksud dengan peralatan adalah stop kran, sambungan,
tikungan serta peralatan pelengkap lainnya dalam perpipaan air
bersih.

23.1.2. Instalasi Perpipaan Air Kotor


a. Pengadaan bahan, peralatan dan memasang semua sistem
perpipaan air kotor dan kotoran.

54
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Yang dimaksud dengan peralatan adalah sambungan, tikungan
serta peralatan pelengkap lainnya dalam perpipaan air kotor dan
kotoran.

23.2. BAHAN-BAHAN

23.2.1. Syarat umum


a. Bahan perpipaan, dan perlengkapannya harus dalam kondisi
baru dengan identitas yang jelas.
b. Bahan dan peralatan sambungan harus dari mutu yang baik,
kwalitas dan produksi sama dengan pipa yang digunakan.
c. Sebelum mendatangkan bahan perpipaan dan perlengkapannya
maksimal 3 (tiga) hari sebelumnya Pelaksana harus memberikan
contoh guna mendapat persetujuan dari Pengawas.
d. Bahan atau peralatan perpipaan yang tidak disebutkan dalam
spesifikasi ini Pelaksana harus mengajukan contoh kepada
Pengawas untuk disetujui secara tertulis.
e. Sanksi atas penyimpangan kwalitas perpipaan, maka Pengawas
akan menolak bahan yang didatangkan. Bahan yang ditolak oleh
Pengawas, dalam waktu 2 x 24 jam harus sudah tidak berada di
lokasi pekerjaan dengan disertai ijin pengeluaran barang oleh
Pengawas. Kerugian akibat ini menjadi tanggung jawab
Pelaksana.
f. Pembiayaan yang timbul akibat kerusakan atau kehilangan dan
biaya pengujian menjadi tanggung jawab Pelaksana.

23.2.2. Instalasi Perpipaan Air Bersih


a. Ukuran pipa dan sambungan disesuaikan dengandata
perencanaan.
b. Bahan perpipaan air bersih digunakan pipa galvanis kelas
medium merk : Bakrie Tube Maker, Imatsu dan Bumi Jaya atau
yang sekwalitas untuk diluar bangunan dan PVC pipa air bersih
untuk dalam bangunan.

23.2.3. Instalasi Perpipaan Air Kotor

55
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Ukuran pipa dan sambungan disesuaikan dengan yang telah
direncanakan.
b. Lem PVC dipergunakan Isarplast, Super Glue atau yang
sekwalitas.
c. Pipa PVC type AW sekwalitas WAVIN.

23.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

23.3.1. Pedoman dan dokumen pelaksanaan


a. Pelaksana harus mempelajari dokumen pelaksanaan guna
mendapat rincian pekerjaan yang harus dilaksanakan dan
segera melakukan konsultasi kepada Pengawas/Supervisor atas
segala kekurangan detail dari perencanaan.
b. Apabila dalam proses penelitian pelaksanaan Pelaksana
mendapatkan perkiraan kendala, selambat-lambatnya seminggu
sebelum pelaksanaan harus melaporkan kepada
Pengawas/Supervisor guna dikoordinasikan dengan pihak-pihak
yang berwenang.
c. Diusahakan dalam pemasangan instalasi perpipaan dihindari
dengan banyak tikungan.
d. Stop kran dari ground tank menuju pipa distribusi didalam
gedung dipasang pada bak kontrol yang ditutup dengan plat
beton.
e. Pemasangan perpipaan pada air bersih pada ground tank dan
sumur dipasang juga pompa air.
f. Pada input ground tank dipasang katup dengan pelampung.
g. Pipa-pipa input, output dan overflow ground tank diberi tanda
dengan cat sesuai dengan fungsinya.

23.3.2. Instalasi Perpipaan Air Kotor / Kotoran


a. Kemiringan perpipaan air kotor/kotoran diusahakan agar air
lancay dalam proses pembuangan, minimal kemiringan 1%.
b. Pada saluran air kotor/kotoran mendatar diluar gedung setiap
panjang 6 meter, ditikungan atau pada pertemuan dipasang bak
kontrol yang ditutup dengan plat beton.

56
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Pada saluran air kotor/kotoran mendatar didalam gedung setiap
panjang 6 meter, ditikungan atau pada pertemuan dipasang
clean out dari GIP ditutup dengan dop dan tertanam dibawah
lantai.
d. Lantai yang menutup clean out harus dapat dibuka dengan
mudah.
e. Pipa saluran air kotor/kotoran yang tegak melewati shaft harus
dipasang pipa ventilasi menembus sampai keatas plafon, dengan
diameter sesuai dengan rencana/spesifikasi.
f. Perpipaan air kotor kotoran pada tikungan harus menggunakan
long elbow, sedang pada pertemuan 2 pipa atau clean outharus
menggunakan TY 45.
g. Pada pemasangan pipa pembuangan dari lantai atas yang
menembus beton yang berhubungan dengan alat
plumbing/sanitasi diatas lantai digunakan pipa GIP dengan
diameter sama dengan pipa PVC.
h. GIP yang akan dipasang menembus beton diberi plat baja tebal 6
mm dilas dengan pipanya.
Jarak tepi plat dengan tepi pipa yang paling pendek minimal 5
cm.
i. Pipa GIP yang dilengkapi plat dicor bersama waktu pelaksanaan
pengecoran lantai dengan plat tertanam dalam beton, sehingga
pada saat terjadi penyusutan beton, hubungan beton dengan
pipa tidak terjadi kebocoran.
j. Penyambungan dan pemasangan fitting PVC digunakan lem PVC.
k. Pelaksanaan pengeleman setelah ujung-ujung yang akan
dipasang alat sambung/fitting dibersihkan dari kotoran dan
minyak setelah dikasarkan permukaannya dengan ampelas.
l. Setelah bersih, dilem dioleskan pada fitting dan bagian yang
akan disambung, kemudian dipasangkan sampai lem mengeras.

23.3.3. Pengujian

a. Umum
1. Setelah pemasangan perpipaan dan alat plumbing selesai,
maka sistem perpipaan harus dilakukan uji coba untuk

57
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
mengetahui kelayakan operasi dan tidak bocornya
perpipaan.
2. Pengujian perpipaan yang ditempel di dinding maupun
dibawah lantai sebaiknya dilaksanakan sebelum ditutup
dengan plester, tegel dan urugan.
3. Pengujian dilaksanakan oleh Pelaksana Ahli, dan disaksikan
oleh pihak Proyek, Pengawas/Supervisor dan pihak yang
berwenang.
4. Hasil pengujian dibuat Berita Acara Pengujian Perpipaan
sebagai kelengkapan Penyerahan Pekerjaan yang pertama.

b. Pengujian Instalasi Perpipaan Air Bersih


1. Instalasi perpipaan sebelum dilakukan pengujian, semua
lubang-lubang yang berhubungan dengan titik instalasi
berupa kran, stop kran dll ditutup sampai rapat.
2. Pengujian dilakukan dengan pompa tekan dengan tekanan
1,50 kali tekanan kerja selama 6 jam tanpa adanya
penurunan tekanan pada manometer pengukur tekanan.
3. Apabila selama waktu pengujian terjadi penurunan tekanan
pada manometer pengukur tekanan, maka jaringan pipa
yang diuji terdapat kebocoran.
4. Apabila instalasi perpipaan masih dalam keadaan terbuka
(belum tertutup plester, lantai dan tanah), maka dapat
dilakukan pengujian dengan pompa air listrik yang biasa
untuk menaikan air dari sumur.
5. Pengujian dengan pompa adalah setelah semua titik kran
dan stop kran ditutup dan satu ujungnya disambung dengan
output pompa listrik yang untuk menguji dan pipa input
dihubungkan dengan sumber air.
6. Setelah dilakukan penekanan dengan menyalurkan air
kedalam instalasi perpipaan oleh pompa, maka apabila
dalam instalasi perpipaan penuh dengan air pompa otomatis
akan mati. Berarti tekanan didalam instalasi perpipaan
sangat tinggi dan akan mematikan automatic switch.

58
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
7. Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan instalasi
perpipaan yang terbuka untuk melihat pipa yang bocor
secara fisik.
8. Atau dengan mendeteksi nyala mati dari automatic switch.
Apabila selama waktu pengujian automatic switch menyala
setidak-tidaknya satu kali, maka dapat diperkirakan adanya
kebocoran pada instalasi perpipaan.
Hal ini dengan menyalanya automatic switch disebabkan
karena menurunnya tekanan pada intalasi perpipaan.

c. Pengujian Instalasi Perpipaan Air Kotor


1. Pengujian dilakukan setelah semua alat plumbing/ sanitasi
terpasang, kemudian dioperasikan dengan mengisi dengan
air.
2. Apabila air tidak mengalir, maka ditandai dengan air pada
alat plumbing/sanitasi tidak bergerak atau tetap pada
keadaan semula.
3. Apabila air terhambat, maka ditandai dengan air pada alat
plumbing/sanitasi lamban gerak pengurasannya.
4. Instalasi perpipaan bocor apabila dalam pengoperasiannya
akan keluar air pada tempat-tempat dimana air keluar.

d. Kegagalan Pengujian
1. Kegagalan pengujian secara umum adalah terjadi bocor
atau/dan sumbatan pada instalasi perpipaan yang diuji.
2. Kegagalan pengujian, harus dilakukan pengujian ulang
setelah penyebab kegagalan diperbaiki, sampai hasil
pengujian dinyatakan layak.
3. Kerusakan sebelum dan sesudah pengujian, biaya untuk
perbaikannya menjadi beban untuk Pelaksana.
4. Kebocoran pada instalasi perpipaan tidak boleh ditambal
dengan bahan apapun.

Pasal 24
PEKERJAAN SANITAIR DAN ALAT PLAMBING

59
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
24.1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Memasang closet jongkok.


b. Memasang wastafel.
c. Memasang floordrain.
d. Memasang saluran air hujan dengan bak kontrol.
e. Membuat septic tank dan peresapan
f. Membuat tandon bawah

24.2. BAHAN-BAHAN

24.2.1. Kran
a. Kamar mandi/WC, merk San Ei.
b. Semua kran berdiameter 0,50 ” dilapisi dengan verchrome.
c. Penggunaan extention (penyambung berupa leher bebek)
disesuaikan dengan gambar apabila diperlukan.

24.2.2. Closet Jongkok


a. Merk setara TOTO.
b. Warna closet adalah putih atau krem.

24.2.3. Wastafel
a. Merk setara TOTO type L-237-VIB.
b. Warna ditentukan kemudian oleh pihak Pemberi Tugas.
c. Perlengkapan berupa :
- Stop kran merk San Ei, type A.4300.D12.
- Fleksible pipa untuk menyambung dengan saluran
perpipaan.
- Kran merk San Ei, type Y.51.C.
- Siphon San Ei, type A.8100.
- Cermin wastafel tebal 5 mm ukuran 44 x 44 cm.
- Tempat handuk dan tempat sabun verchrome.
-
24.2.4. Floordrain
Merk San Ei ex Jpan, Metal verchrome diameter 2 “ lengkap dengan
siphon.

60
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
24.2.4. Saluran air hujan
Saluran air hujan di baut keliling bangunan sesuai gambar, dan
dibuang kesaluran pembuangan yang ada.

24.2.4. Pembuatan septic tank dan peresapan

24.3. SYARAT PELAKSANAAN


a. Sebelum memulai pekerjaan, Pelaksana diwajibkan untuk meneliti
dokumen pelaksanaan (Gambar kerja, Pedoman dan Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan) dan lokasi pemasangan alat plumbing dan
sanitasi.
b. Apabila menemui kejanggalan dari dokumen pelaksanaan atau lokasi
pemasangan alat plumbing dan sanitasi, maka Pelaksana segera
mengajukan permasalahannya kepada Pengawas untuk mendapat
pemecahan.
c. Kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan plumbing dan sanitasi, biaya
perbaikannya menjadi tanggung jawab Pelaksana.
d. Pemasangan alat plumbing/sanitasi harus terpasang dengan kokoh
pada dinding dengan tumpuan yang sesuai (bracket/cleat/plate anchor)
e. Pemasangan alat plumbing/sanitasi harus tepat pada kedudukannya
sesuai dengan gambar perencanaan.
f. Semua baut, mur, ring-ring baut dan alat tumpuan (bracket/cleat/plate
anchor) harus tertanam dalam dinding. Apabila harus tampak, harus
terbuat dari bahan yang dilapis dengan verchrome atau nikkel.
g. Setelah alat plumbing/sanitasi terpasang, maka Pelaksana wajib
melakukan pembersihan dan alat plumbing/sanitasi dalam keadaan baik
dan tidak cacat.
h. Alat plumbing/sanitasi yang akan dipasang harus dalam keadaan utuh
dan tidak cacat.

24.3.1. Closet duduk


a. Closet duduk yang akan dipasang, diperiksa perlengkapannya
sesuai dengan daftar dalam kemasan dan spesifikasi serta dalam
keadaan utuh.

61
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Agar kedudukan closet stabil dan waterpass, sebelum
perletakannya dimatikan, kedudukan harus diperiksa dengan
waterpas.
c. Hubungan closet dengan saluran pembuang tidak diijinkan
adanya kebocoran.
d. Pembuangan air harus lancar dan tidak bocor.

24.3.2. Wastafel
a. Pemasangan wastafel pada ketinggian sesuai dengan gambar
rencana, atau setidak-tidaknya dapat digunakan dengan
nyaman.
b. Diatas wastafel dipasang tegel keramik setinggi 44 cm (2 tegel
keramik 10/20).
c. Pemasangan wastafel dengan angker baut sehingga perletakkan
kokoh.
d. Perletakan wastafel berupa tempat sabun, tempat sisir,
gantungan handuk, dipasang sesuai dengan tempatnya.
e. Pemasangan kaca setinggi normal orang Indonesial sehingga
berfungsi dengan baik.
f. Penyambungan kran dengan istalasi perpipaan air bersih dengan
menggunakan fleksible drain.
g. Pemasangan siphon dengan saluran pembuangan dikerjakan
sedemikian rupa sehingga tidak bocor.

24.3.3. Floor Drain

a. Floor drain dipasang pada pipa pembuangan air kotor pada


kamar mandi/WC.
b. Setelah kedudukan siphon floor drain kuat, maka saringan
dipasang.
c. Permukaan saringan harus rata denga permukaan lantai kamar
mandi/WC.
d. Floor drain harus segera dapat membuang air kotor dalam kamar
mandi/WC.

62
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e.
24.3.4. Kran
a. Penyambungan kran dengan instalasi perpipaan, ulir kran
dipasang scaling tape agar tidak mudah bocor.
b. Pada tempat-tempat yang ditentukan, apabila perlu dipasang
kran dengan extention (sambungan berupa leher bebek)
c. Perletakan kran adalah pada ketinggian yang ditentukan dalam
gambar rencana atau setidaknya berfungsi dengan nyaman.

24.3.5. Mutu dan Hasil Pekerjaan


a. Mutu hasil pekerjaan alat plumbing/sanitasi setelah diadakan uji
coba dengan instalasi perpipaan air bersih, harus berfungsi
dengan baik, tidak bocor, bersih dan rapi.
b. Pelaksana harus memberikan garansi tertulis tentang instalasi
perpipaan yang dipasang kepada Pemberi Tugas yang berlaku
selama masa pemeliharaan.

24.3.6. Saluran Air Hujan


a. Saluran dipasang dengan kemiringan tertentu sehingga air bisa
mengalir dengan lancar.
b. Disetiap sudut bangunan/dibelokan dipasang bak kontrol sesuai
gambar.

24.3.6. Septic Tank dan Resapan


a. Septic tank dibuat dengan pasangan kedap air sesuai gambar.
b. Resapan dibuat dengan pasangan bata dengan ukuran sesuai
gambar.

Pasal 25
PENUTUP

25.1. Apabila baik dalam gambar maupun dalam Pedoman Pelaksanaan ini belum
disebutkan suatu detail komponen bangunan, tetapi dari segi fungsi
maupun konstruksi hal itu harus ada, maka hal ini menjadi kewajiban
Pelaksana untuk menyelenggarakannya.

63
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
25.2. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam peraturan dan syarat-syarat ini,
akan diatur kemudian secara musyawarah berdasar peraturan-peraturan
yang lazim dipergunakan sepanjang tidak bertentangan dengan Pedoman
Pelaksanaan ini.

64
Rencana Kerja dan Syarat-syarat

Anda mungkin juga menyukai