Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan Persiapan.
b. Pekerjaan Tanah dan Galian.
c. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran.
d. Pekerjaan Beton.
e. Pekerjaan Lantai.
f. Pekerjaan Pintu dan Jendela.
g. Pekerjaan Atap.
h. Pekerjaan Plafon.
i. Pekerjaan Alat Penggantung/Pengunci dan Kunci.
j. Pekerjaan Pengecatan.
k. Pekerjaan Sanitair.
Pasal 2
TENAGA KERJA DAN PERALATAN
2.2.1. Umum
2
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Guna kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/mesin
harap disiapkan tenaga operator yang mampu memperbaiki
apabila mengalami ganggguan operasional.
Pasal 3
MUTU BAHAN DAN PEKERJAAN
3
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Pelaksana dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk dagang
secara tertulis apabila ternyata merk dagang tersebut tidak tersedia di
pasaran, sepanjang Pelaksana dapat membuktikan kesetaraan kualitas
dan ciri-ciri fisik yang dituntut RKS dan untuk menggunakanya harus
ada persetujuan tertulis dari Pengawas dan/atau Pengelola Proyek.
4
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
3.4. MUTU PEKERJAAN
Pasal 4
PERATURAN TEKNIS YANG DIPERGUNAKAN
4.1. UMUM
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemilik dan Pelaksana harus ditaati
selama pelaksanaan proyek sesuai Surat Perjanjian Pekerjaan (SPK).
Disamping itu teknis pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti peraturan
sebagai berikut:
a. SK SNI T-15-1991-03 Tata cara Perhitungan struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
b. Peraturan Umum Pemeriksaaan Bahan Bangunan SNI-03.
c. N.I 5 – Peraturan Konstrusi Kayu Indonesia (PKKI) 1961.
d. N.I 18 – Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI) 1983.
5
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987.
f. Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI).
g. Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
h. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat
yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.
4.2. KHUSUS
Pasal 5
PENJELASAN PEDOMAN PELAKSANAAN DAN GAMBAR
6
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis
Pengawas.
e. Didalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.
f. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran,
sedang dalam Pedoman tidak disebutkan, maka gambar yang harus
dilaksanakan.
Pasal 6
PEKERJAAN PERSIAPAN
7
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Mengadakan atau membangun direksi keet, gudang dan barak kerja.
d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyimpan bahan.
e. Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan
guna menjamin kelancaran pekerjaan.
f. Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan
ukuran-ukuran lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan
ini serta memasang bouwplank.
g. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya.
h. Jalan masuk ke lokasi proyek.
i. Ijin Mendirikan Bangunan.
8
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pasal 7
DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA
9
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
h. Alat-alat pengaman terhadap kebakaran dan keamanaan kerja
lainnya.
i. Perlengkapan PPPK.
Pasal 8
PEMBAGIAN LOKASI PEKERJAAN
10
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pasal 9
PEKERJAAN PENGUKURAN, PASANG BOUWPLANG DAN STRIPING
TANAH
11
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
harus diberi tanda dengan cat dan tampak jelas, serta tidak mudah
berubah-ubah.
f. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan dengan
permukaan tanah yang merupakan elevasi + 0.00 m bangunan.
g. Hasil pengukuran bouwplank harus dibuat Berita Acara Pengukuran
yang disetujui oleh Pengawas.
h. Pada bagian dalam bouwplank, dimana bangunan didirikan, tidak
diijinkan untuk menumpuk tanah, batu kali atau bahan lainnya.
Pasal 10
RENCANA KERJA
a. Rencana kerja dibuat oleh Pelaksana berupa bar chart (diagram balok)
secara terinci setiap jenis pekerjaan, dilengkapi dengan kurva S, yang
memuat prestasi rencana kerja dalam prosen, dengan persetujuan dari
Pemberi Tugas dan Pengawas.
b. Pelaksana wajib menggandakannnya sebanyak 3 (tiga) copy yang
masing-masing diserahkan kepada Pemberi Tugas, Pengawas dan
sebuah ditempel di bangsal kerja.
c. Selanjutnya Pelaksana harus berusaha mengikuti Rencana Kerja
tersebut yang menjadi dasar bagi Pemberi Tugas menilai prestasi
Pelaksana dan segala sesuatu persoalan yang berhubungan dengan
kelambatan pekerjaan.
d. Pelaksana diharuskan membuat Rencana Kerja Mingguan pada setiap
tahap pekerjaan, paling tidak 3 hari sebelum dimulainya pelaksanaan
pekerjaan tersebut pada Pemberi Tugas/Pengawas.
12
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Apabila tanpa pemberitahuan, Pelaksana melakukan kerja lembur, maka
Pengawas akan memberikan teguran secara tertulis dan melaksanakan
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur
termaksud.
Pasal 11
PENJAGAAN
2. Untuk maksud ini apabila perlu, maka disekeliling pekerjaan pada tempat-
tempat tertentu dibuatkan pos penjagaan.
Pasal 12
PEKERJAAN TIDAK BAIK
2. Ongkos perbaikan dan atau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung jawab
pelaksana.
3. Tidak ada hak Pelaksana untuk minta perpanjangan waktu karena melakukan
pekerjaan tersebut dalam ayat 1, pasal ini.
13
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pasal 13
PEKERJAAN TANAH
13.2. BAHAN-BAHAN
b
13.2.1.Umum
Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa sirtu atau
pasir sebelum digunakan harus seijin Pengawas
14
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
13.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
15
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
13.3.2. Pekerjaan Urugan / Timbunan
Pasal 14
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
16
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
- bak peresapan air hujan dan septictank.
b. Plesteran dan benangan sudut beton dengan campuran
1PC : 3 Pasir dilaksanakan pada semua pekerjaan beton yang
nampak.
c. Plesteran dinding bata dengan campuran 1 PC : 5 Pasir
dilaksanakan pada semua dinding batu merah yang tidak
disebutkan pada ayat a.1. dan a.2. diatas.
d. Benangan sudut, dengan campuran bagian campuran 1 PC :
3Pasir.
e. Acian dengan menggunakan PC, setelah agak kering,
permukaan acian digosok dengan kertas semen.
14.2. BAHAN-BAHAN
14.2.1.Batu Kali/gunung
Batu kali yang dipakai untuk pondasi adalah batu belah dengan
ukuran 15/20 cm, utuh, dan tidak porous.
17
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Kuat tekan minimal 30 kg/cm2, hasil pembakaran kayu.
d. Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan
ujungnyan pada rusuk yang panjang pada bidang yang keras
dan kasar sepanjang 1 meter, maka panjangnya berkurang
akibat aus maksimum 1 cm.
18
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan
air secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna.
f. Untuk patokan bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang
profil-profil dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada
pemasangan memanjang lebih besar dari 8 meter, sehingga
tarikan benang untuk patokan memanjang tidak melendut
yang berakibat pasangan tidak rata.
g. Pasangan pondasi yang tampak di luar tanah, permukaan
pondasi harus difinishing.
19
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan
instalasi air/listrik sudah terpasang.
c. Seluruh permukaan dinding tembok yang akan diplester harus
dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata. Serta
dinding yang diplester harus selalu dibasahi sekurang-kurangnya
dalam 7 (tujuh) hari. Hal ini dilaksanakan untuk mencegah
pengeringan plesteran sebelum waktunya.
d. Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran
dinding tembok harus rata, harus merupakan satu bidang tegak lurus
dan siku, pekerjaan plesteran yang telah selesai harus bebas dari
retak-retak/noda-noda dan cacat lainnya.
e. Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi lain yang
terletak dibawah plesteran.
f. Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian akhir
sesudah diaci, dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan
kertas semen.
Pasal 15
PEKERJAAN BETON
20
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti lantai kerja
untuk pondasi beton, beton rabat dan beton tumbuk,
digunakan campuran 1 PC : 3 Pasir : 5 Kerikil.
b. Untuk pekerjaan beton non struktural seperti kolom praktis,
balok lantai dibuat dari campuran beton dengan
perbandingan 1PC : 3PS : 5 krikil
15.2. BAHAN-BAHAN
15.2.1. Umum
a. Jenis PC
21
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Gresik atau merk lain dengan persetujuan tertulis
Pengawas/Supervisor.
2. Satu tidak boleh dikerjakan dengan lebih dari satu merk
semen. Untuk maksud penggunaan merk yang berbeda
dengan yang sudah dilaksanakan harus diadakan test
ulang sesuai dengan prosedur untuk itu.
b. Penyimpanan PC
15.2.4.Agregat Kasar.
22
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan lumpur
maximum 1%, bila melebihi maka agregat kasar harus dicuci.
e. Selain tak boleh mengandung lumpur juga tak boleh
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat
reaktif alkali.
f. Gradasi agregat kasar disyaratkan memenuhi syarat SK SNI
-03
g. Ukuran butir agregat maximum tidak boleh lebih dari pada
seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang sepanjang dari
cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak
bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan.
15.2.5. Air.
Air untuk pembuatan dan perawatan beton-beton harus air bersih
(yang dapat minimum) dan tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkohol, garam-garam dan bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton/tulangan baja.
23
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
3. Untuk balok anak dan plat semua tulangan menggunakan
baja polos sedangkan balok induk dan kolom (struktur
portal) menggunakan baja ulir.
24
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan
dikuranginya volume semen dalam adukan.
15.2.8. Bekisting.
a. Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat dalam SK
SNI-03.
b. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang
cukup kering dilapisi dengan tripleks tebal 3 mm.
c. Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7
sebagai penyokong, penyangga maupun pengikat, sehingga
mampu mendukung tekanan beton pada saat pengecoran
sampai selesai proses pengikatan.
d. Penyangga struktur lantai (balok, lantai dll)dapat digunakan
kayu dengan ukuran minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum
50 cm dengan dialasi dengan papan kelas III antara tanah dan
penyangga (perancah).
e. Sebagai perancah dapat digunakan scafolding baja.
25
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
15.3.2. Penulangan.
c. Tulangan Susut.
26
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
15.3.3. Bekisting.
a. Umum.
b. Kolom.
27
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
5. Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan
menerima beban lebih berat akibat menumpuknya adukan
beton yang dituang dari concrete pump unit, maka
konstruksi penunjang bekisting harus lebih kuat.
6. Untuk menghindari ini, pelaksana membuat lokasi
penuangan menurut zone-zone yang ditetapkan diluar
bagian yang dicor, sehingga dalam waktu istirahat dapat
memindahkan slang concrete pump unit ke lokasi
penuangan yang dimaksud.
28
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Dimensi beton adalah ukuran beton sendiri, tanpa adanya
plesteran, yang merupakan ukuran dalam (rong) bekisting.
a. Pengecoran.
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan
perawatan beton, harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
didalam SNI T-03.
29
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Penggunaan ready mix.
Pada pengecoran yang telah ditentukan diatas, maka pelaksana
wajib memperhitungkan kemampuan tenaga dan peralatan
penunjang, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan
pengecoran beton.
30
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dalam bekisting. Ini memungkinkan pemindahan dari lokasi
penuangan ke bagian dicor dengan tenaga manusia.
a. Pencegahan Rongga
Untuk mencegah timbulnya rongga dan sarang kerikil, adukan
beton yang dituangkan pada cetakan harus dipadatkan dan
merata dengan menggunakan mesin penggetar (vibrator).
c. Pemadatan Plat/Balok.
- Alat penggetar pada pengecoran plat/balok harus
digunakan berdiri 90 derajat, hanya dalam keadaan khusus
dipergunakan bersudut 45 derajat, dan tidak
diperkenankan menyentuh tulangan.
Ujung penggetar harus diangkat dari dalam adukan apabila
adukan terlihat mulai mengkilap sekitar ujung penggetar
atau kurang lebih 30 detik.
31
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Pengujian slump, sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pada
pasal-pasal dalam SK SNI -03 yang masih berlaku disesuaikan
dengan kondisi bahan di lapangan.
c. Apabila takaran air telah ditentukan, berdasarkan pengujian
slump, maka alat penakar tersebut harus digunakan selama
pelaksanaan pengecoran.
d. Apabila takaran air adalah ember, maka pada muka air yang
telah ditentukan, dibuat lubang, sehingga tinggi air tetap
seperti yang dikehendaki.
e. Peralatan pengujian slump harus tersedia di lapangan dimana
sewaktu-waktu Pengawas Lapangan dapat melakukan
pengujian slump sesuai dengan hasil pencampuran bahan yang
ada di lapangan.
f. Beton adukan yang tidak memenuhi syarat slump tersebut tak
boleh dicor kedalam cetakan.
g. Nilai slum berkisar 8-12 cm.
32
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Jumlah benda uji, berdasar pada volume total yang dikerjakan,
beropedoman pada volume total rencana yang diajukan oleh
Pelaksana.
f. Pada pelaksanaan dengan volume beton lebih besar dari 60
m3 minimal harus dibuat 2 benda uji untuk setiap volume 5
m3, dengan maksud dalam waktu yang singkat dapat
terkumpul 24 benda uji.
g. Kalau volume beton kurang dari 60 m3, maka Pengawas
Lapangan dapat menentukan jumlah pengambilan benda uji
sesuai dengan kondisi lapangan asal mewakili pondasi, plat,
balok induk, balok anak dan tangga yang dicor pada saat yang
bersamaan.
h. Pengambilan benda-benda uji harus diambil adukan yang
diperkirakan akan mewakili bagian yang dicor.
i. Pengisian campuran kedalam cetakan dilakukan menjadi 3
(tiga) lapisan dengan tebal yang sama. Pada tiap lapisan
dipadatkan dengan besi diameter 16 mm sebanyak 10
tusukan dengan merata.
j. Setiap benda uji diberi tanda bagian yang dicor dan tanggal
pembuatan.
k. Apabila konstruksi yang telah dicor tidak dilakukan
perendaman maka benda uji tersebut tidak boleh direndam.
l. Benda uji yang baru dibuat harus disimpan pada tempat yang
aman dan harus disimpan pada tempat yang aman dan harus
terhindar dari getaran-getaran.
m. Untuk mendapatkan gambaran tentang mutu beton yang
dilaksanakan, benda-benda uji tersebut dapat dilakukan test di
Laboratorium pada umur relatif muda, setidak-tidaknya 4
(empat) hari setelah dicetak, dengan memperhatikan SK
SNI T-15-1991-03 dan hasil test tersebut dapat dijadikan dasar
mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan dalam
campuran beton.
15.3.11 Evaluasi.
33
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Evaluasi kekuatan beton akan dilakukan secepat mungkin,
agar bila terjadi mutu beton yang jelek, segera dilakukan
langkah-langkah perbaikan.
b. Bila jumlah benda uji kurang dari 20 buah, evaluasi dapat
dilakukan dengan rumus-rumus statistik/dengan berpedoman
pada SK SNI T-03.
c. Apabila mengalami kesulitan didalam menentukan standart
deviasi rencana (Sr) seperti tercantum dalam Pasal 4.5.
Ayat 3, maka hasil standart deviasi dan percobaan
pendahuluan bisa dipergunakan, dengan menggunakan angka
yang lebih besar dari data yang ada.
15.3.12.Penghentian Pengecoran.
34
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Cara seperti ini adalah untuk mendapatkan hubungan beton yang
lama dan yang baru yang baik.
Pasal 16.
PEKERJAAN LANTAI/PELAPIS DINDING.
16.2.1. Umum.
35
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Sebelum mendatangkan bahan Pelaksana harus mengajukan
contoh bahan terlebih dahulu kepada Pengawas/Supervisor
untuk mendapatkan persetujuan.
b. Warna yang belum ditentukan dalam Pedoman atau mendapat
perubahan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas.
c. Segala persetujuan Pemberi Tugas adalah secara tertulis.
16.3.1. Umum.
a. Pengecoran nat dilakukan setelah pemasangan keramik
berlangsung 3 (tiga) hari atau setelah pasangan lantai keramik
kokoh dan spesi di bawah keramik kering, atau dengan
persetujuan Pengawas.
b. Naat lantai keramik atau harus lurus dan bersilangan saling
tegak lurus.
c. Warna cor naat disesuaikan dengan warna keramik/marmer.
d. Pada daerah tepi yang memerlukan potongan-potongan, maka
pemotongan harus digunakan mesin pemotong, kemudian tepi
yang terpotong harus dihaluskan.
e. Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air sampai
jenuh.
36
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Seluruh lantai keramik/marmer dipasang dengan perekat 1 PC :
3 Pasir.
b. Kecuali pada kamar mandi/WC pemasangan lantai keramik
dapat dilakukan sesuai dengan Ayat 16.3.1.
a. Lantai Bawah.
1. Tanah dasar dari lantai keramik harus padat dan diatas
tanah dasar harus diberi pasir urug padat sebelum
pemasangan patlah bata.
2. Patlah bata sebagai dasar lantai keramik diberi spesi dari PC
dengan campuran 1pc : 5ps..
3. Pemasangan patlah dibawah keramik dilaksanakan setelah
pengurugan dengan pasir urug benar telah rata dan padat.
4. Setelah patlah cukup kuat, maka pelaksanaan pemasangan
lantai keramik dapat dilakukan sesuai dengan Ayat 16.1.
b. Lantai Atas.
1. Pada lantai atas, pemasangan lantai keramik dilapis pasir
tipis diatas beton yang ada.
2. Pemasangan lantai keramik sesuai dengan prosedur Ayat
16.3.1.
16.3.4. Pasang Keramik Dinding.
a. Sebelum keramik dipasang, dindingnya harus diplester tipis
dahulu dengan campuran yang sama dengan perekat.
b. Prosedur pemasangan berdasarkan pada Ayat 16.3.1.
c. Pemasangan keramik dinding harus tegak lurus lantai.
d. Bahan perekat padat, apabila keramik diketuk dengan jari akan
terdengar suara yang nyaring dan sama.
Pasal 17.
PEKERJAAN PINTU/JENDELA
37
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
17.1.1. Pekerjaan Kayu & Alumunium.
17.2. BAHAN-BAHAN
38
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Pemasangan semua kusen kayu harus dipasang ditengah-tengah
tebal tembok sehingga mendapatkan benangan luar dan dalam.
b. Untuk mendapatkan ikatan yang kuat dengan tembok/beton,
Pasal 18
PEKERJAAN RANGKA ATAP
39
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
g. Pemasangan usuk ke gording dan reng ke usuk dengan
menggunakan krup atau dengan cara lain atas persetujuan
direksi.
h. Pekerjan baja harus dikerjakan dengan baik dan rapi sehingga
mendapatkan bidang atap yang rata dan rapat serta tidak bocor.
i. Pada kaki kuda-kuda dipasang plat landas dari baja dengan
2x30x60 dengan tebal 10mm.
j. Untuk mendapatkan kedudukan yang terikat antara kuda-kuda
dan beton kolom, harus dipasang baut angker 16 mm panjang
60 cm dan bagian ujung diberi kait.
k. Pelaksana tidak boleh memasang atap dan langit-langit (plafon
hanger) sebelum seluruhnya kelengkapan kap selesai
dilaksanakan dengan baik dan sempurna.
Pasal 19
PEKERJAAN PLAFON
40
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Plafon lantai 1 menggunakan tripleks tebal 4 mm ukuran
sesuai gambar.
b. Plafon lantai 2 menggunakan bahan multiplek dengan
ketebalan 9 mm dan dibentuk sesuai gambar.
19.2. BAHAN-BAHAN
41
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Rangka plafon dipasang dengan baik dan telah diperiksa dan
disetujui pengawas, maka pemasangan penutup plafon dapat
dilaksanakan.
b. Pemasangan plafon diberi naat 2 mm.
c. Guna mendapatkan nat yang lurus dan rata, maka apabila
terdapat ujung yang tidak rata harus diratakan terlebih dahulu.
Pasal 20
ALAT PENGGANTUNG/PENGUNCI, BESI DAN KACA
42
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
20.1.2. Pekerjaan Jendela.
20.2.1. Umum.
a. Sebelum Pelaksana mendapatkan bahan supaya mengajukan
contoh bahan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
dari Pengawas
b. Persetujuan Pengawas berupa kwalitas, mutu, merk berlaku,
sesuai brosur atau sesuai persetujuan Pengawas berdasarkan
Pedoman.
43
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
20.2.3. Pekerjaan Jendela.
a. Hak angin untuk jendela mutu baik.
b. Kaca jendela menggunakan kaca riben 5 mm.
Pasal 21
PEKERJAAN PENGECATAN
44
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
21.2. BAHAN –BAHAN.
21.2.1. Umum.
Warna untuk setiap pengecatan ditentukan kemudian oleh
Pengawas/Supervisor.
45
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus
utuh, rata dan tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara.
Bidang cat dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
46
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus
utuh, rata dan tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara.
Bidang cat dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
Pasal 22
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
22.1.1. Umum.
a. Pengadaan bahan-bahan dan alat-alat sampai ditempat lokasi.
b. Pemasangan bahan dan alat tersebut sampai bisa beroperasi
dengan sempurna, sampai mendapat persetujuan Pengawas.
c. Pengujian-pengujian dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan
selama dalam masa pemeliharaan.
d. Penyambungan kabel dari gardu induk ke gedung dengan
menggunakan tiang.
e. Diatas papan nama dipasang lampu 3 buah lampu spot (150
watt/lampu) yang menempel pada plat canopy.
47
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
22.2. BAHAN-BAHAN
a. Pipa kabel digunakan pipa PVC dengan ukuran yang sesuai atau
minimal diameter 5/8 “ , dan tidak boleh ada sambungan kabel
didalamnya. Khususnya untuk kabel tertentu (kabel Pembagi)
didekat panel digunakan pipa besi yang digalvanished.
b. Persilangan pipa disambung dengan T doos dengan dop dengan
bahan PVC dilengkapi dengan tutupnya.
c. Sambungan kabel pada persilangan terbuka ditutup dengan dop
bahan keramik atau PVC.
48
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Untuk stop kontak yang berada dibawah merk Broco. dilengkapi
dengan penutup putar.
c. Stop kontak dengan beban 16 Amper atau lebih merk Broco.
dilengkapi dengan steker kontaknya.
d. Doos digunakan type inbouw (tertanam dalam dinding) dengan
bahan logam yang khusus untuk itu, yaitu hubungan doos
dengan saklar disekrup (system kuku atau cakar yang
mengembang tidak diperbolehkan).
49
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
22.3.1. Persyaratan Utama
a. Gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari
peralatan yaitu panel dll. Penyesuaian harus dilakukan
dilapangan, jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi
dilapangan.
b. Gambar untuk pengajuan ke PLN dan Gambar jaringan
terpasang, dibuat oleh Pelaksana berdasarkan gambar rencana.
c. Gambar pelaksanaannya yang dibuat oleh Instalatir harus
diserahkan kepada Pelaksana setelah pekerjaan selesai, dengan
segala catatannya.
d. Perubahan atas gambar rencana harus melalui persetujuan
Pelaksana, setelah ada pengajuan tertulis dari Pelaksana.
e. Pembagian group diatur kemudian dan atas persetujuan
pengawas.
50
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Ujung-unjung kabel berkas (standart) harus mempunyai sepatu
kabel (lug) type compression yang sesuai, dan ujung-ujung kabel
harus masuk semua ke sepatu kabel.
d. Penyambungan kabel dari jaringan listrik kompleks ke panel
induk menggunakan kabel tanah type NYFGBY dan tidak boleh
menggunakan sambungan. Apabila terpaksa dengan
sambungan, maka harus seijin dengan Pengawas Ahli Listrik.
51
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
22.3.4.Stop Kontak ( kotak kontak ).
a. Seluruh stop kontak 1 phase atau 3 phase harus memiliki
terminal fasa netral dan pentanahan (grounding), yang
semuanya dihubungkan dengan kabel-kabel yang sesuai ukuran
dan warnanya sesuai PUIL 1987.
b. Pemasangan stop kontak tertanam dalam dinding (model
inbouw).
c. Penanaman box stop kontak dalam dinding harus kokoh
sehingga tidak mudah tercabut, selanjutnya panel stop kontak
disekrupkan pada kotak tersebut.
d. Semua kontak-kontak daya 1 phase dan 3 phase type splash
proof/dust roof dipasang 1,50 meter dari lantai.
e. Apabila dipasang dibawah + 125 cm harus mempergunakan
tutup/kunci pengaman (W.D.).
f. Semua kontak-kontak daya 1 phase harus mempunyai rating 10
A / 16 A-250 V / 380 V.
g. Semua kontak-kontak (stop kontak) daya harus menggunakan
bushing.
22.3.5. Sakelar
a. Pemasangan dan penempatan jenis skakelar tunggal dan sakelar
ganda serta sakelar tiga sesuai gambar.
b. Pemasangan sakelar tertanam didalam dinding (model inbouw).
h. Penanaman box sakelar dalam dinding harus kokoh sehingga
tidak mudah tercabut , selanjutnya panel sakelar disekrupkan
pada kotak tersebut.
c. Tinggi pemasangan kontak-kontak adalah 150 cm dari muka
lantai.
d. Sakelar harus terpasang kuat pada doos sakelar yang khusus
untuk itu.
52
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Fasa Warna
R Merah
S Kuning
T Hitam
Netral / O Biru
Pentanahan Kuning strip hijau
53
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Semua pengujian diselenggarakan atas biaya Pelaksana.
c. Biaya perbaikan atau kerusakan yang terjadi akibat pengujian
menjadi tanggung jawab Pelaksana.
d. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat-syarat spesifikasi
dan gambar-gambar harus segera diganti, tanpa membebankan
ongkos tambahan kepada Pemberi Tugas.
e. Pengujian berikut harus dilakukan untuk kabel instansi, sebelum
dan sesudah dipasang : test insulasi, test kontinuitas, dengan
disaksikan oleh Pengawas dan dicatat hasilnya.
f. Sebelum pengujian diadakan antara lain pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang
dimaksud.
2. Pemeriksaan kekuatan mekanis.
3. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.
Pasal 23
PEKERJAAN PERPIPAAN AIR BERSIH DAN KOTOR
54
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Yang dimaksud dengan peralatan adalah sambungan, tikungan
serta peralatan pelengkap lainnya dalam perpipaan air kotor dan
kotoran.
23.2. BAHAN-BAHAN
55
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Ukuran pipa dan sambungan disesuaikan dengan yang telah
direncanakan.
b. Lem PVC dipergunakan Isarplast, Super Glue atau yang
sekwalitas.
c. Pipa PVC type AW sekwalitas WAVIN.
56
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Pada saluran air kotor/kotoran mendatar didalam gedung setiap
panjang 6 meter, ditikungan atau pada pertemuan dipasang
clean out dari GIP ditutup dengan dop dan tertanam dibawah
lantai.
d. Lantai yang menutup clean out harus dapat dibuka dengan
mudah.
e. Pipa saluran air kotor/kotoran yang tegak melewati shaft harus
dipasang pipa ventilasi menembus sampai keatas plafon, dengan
diameter sesuai dengan rencana/spesifikasi.
f. Perpipaan air kotor kotoran pada tikungan harus menggunakan
long elbow, sedang pada pertemuan 2 pipa atau clean outharus
menggunakan TY 45.
g. Pada pemasangan pipa pembuangan dari lantai atas yang
menembus beton yang berhubungan dengan alat
plumbing/sanitasi diatas lantai digunakan pipa GIP dengan
diameter sama dengan pipa PVC.
h. GIP yang akan dipasang menembus beton diberi plat baja tebal 6
mm dilas dengan pipanya.
Jarak tepi plat dengan tepi pipa yang paling pendek minimal 5
cm.
i. Pipa GIP yang dilengkapi plat dicor bersama waktu pelaksanaan
pengecoran lantai dengan plat tertanam dalam beton, sehingga
pada saat terjadi penyusutan beton, hubungan beton dengan
pipa tidak terjadi kebocoran.
j. Penyambungan dan pemasangan fitting PVC digunakan lem PVC.
k. Pelaksanaan pengeleman setelah ujung-ujung yang akan
dipasang alat sambung/fitting dibersihkan dari kotoran dan
minyak setelah dikasarkan permukaannya dengan ampelas.
l. Setelah bersih, dilem dioleskan pada fitting dan bagian yang
akan disambung, kemudian dipasangkan sampai lem mengeras.
23.3.3. Pengujian
a. Umum
1. Setelah pemasangan perpipaan dan alat plumbing selesai,
maka sistem perpipaan harus dilakukan uji coba untuk
57
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
mengetahui kelayakan operasi dan tidak bocornya
perpipaan.
2. Pengujian perpipaan yang ditempel di dinding maupun
dibawah lantai sebaiknya dilaksanakan sebelum ditutup
dengan plester, tegel dan urugan.
3. Pengujian dilaksanakan oleh Pelaksana Ahli, dan disaksikan
oleh pihak Proyek, Pengawas/Supervisor dan pihak yang
berwenang.
4. Hasil pengujian dibuat Berita Acara Pengujian Perpipaan
sebagai kelengkapan Penyerahan Pekerjaan yang pertama.
58
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
7. Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan instalasi
perpipaan yang terbuka untuk melihat pipa yang bocor
secara fisik.
8. Atau dengan mendeteksi nyala mati dari automatic switch.
Apabila selama waktu pengujian automatic switch menyala
setidak-tidaknya satu kali, maka dapat diperkirakan adanya
kebocoran pada instalasi perpipaan.
Hal ini dengan menyalanya automatic switch disebabkan
karena menurunnya tekanan pada intalasi perpipaan.
d. Kegagalan Pengujian
1. Kegagalan pengujian secara umum adalah terjadi bocor
atau/dan sumbatan pada instalasi perpipaan yang diuji.
2. Kegagalan pengujian, harus dilakukan pengujian ulang
setelah penyebab kegagalan diperbaiki, sampai hasil
pengujian dinyatakan layak.
3. Kerusakan sebelum dan sesudah pengujian, biaya untuk
perbaikannya menjadi beban untuk Pelaksana.
4. Kebocoran pada instalasi perpipaan tidak boleh ditambal
dengan bahan apapun.
Pasal 24
PEKERJAAN SANITAIR DAN ALAT PLAMBING
59
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
24.1. LINGKUP PEKERJAAN
24.2. BAHAN-BAHAN
24.2.1. Kran
a. Kamar mandi/WC, merk San Ei.
b. Semua kran berdiameter 0,50 ” dilapisi dengan verchrome.
c. Penggunaan extention (penyambung berupa leher bebek)
disesuaikan dengan gambar apabila diperlukan.
24.2.3. Wastafel
a. Merk setara TOTO type L-237-VIB.
b. Warna ditentukan kemudian oleh pihak Pemberi Tugas.
c. Perlengkapan berupa :
- Stop kran merk San Ei, type A.4300.D12.
- Fleksible pipa untuk menyambung dengan saluran
perpipaan.
- Kran merk San Ei, type Y.51.C.
- Siphon San Ei, type A.8100.
- Cermin wastafel tebal 5 mm ukuran 44 x 44 cm.
- Tempat handuk dan tempat sabun verchrome.
-
24.2.4. Floordrain
Merk San Ei ex Jpan, Metal verchrome diameter 2 “ lengkap dengan
siphon.
60
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
24.2.4. Saluran air hujan
Saluran air hujan di baut keliling bangunan sesuai gambar, dan
dibuang kesaluran pembuangan yang ada.
61
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Agar kedudukan closet stabil dan waterpass, sebelum
perletakannya dimatikan, kedudukan harus diperiksa dengan
waterpas.
c. Hubungan closet dengan saluran pembuang tidak diijinkan
adanya kebocoran.
d. Pembuangan air harus lancar dan tidak bocor.
24.3.2. Wastafel
a. Pemasangan wastafel pada ketinggian sesuai dengan gambar
rencana, atau setidak-tidaknya dapat digunakan dengan
nyaman.
b. Diatas wastafel dipasang tegel keramik setinggi 44 cm (2 tegel
keramik 10/20).
c. Pemasangan wastafel dengan angker baut sehingga perletakkan
kokoh.
d. Perletakan wastafel berupa tempat sabun, tempat sisir,
gantungan handuk, dipasang sesuai dengan tempatnya.
e. Pemasangan kaca setinggi normal orang Indonesial sehingga
berfungsi dengan baik.
f. Penyambungan kran dengan istalasi perpipaan air bersih dengan
menggunakan fleksible drain.
g. Pemasangan siphon dengan saluran pembuangan dikerjakan
sedemikian rupa sehingga tidak bocor.
62
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e.
24.3.4. Kran
a. Penyambungan kran dengan instalasi perpipaan, ulir kran
dipasang scaling tape agar tidak mudah bocor.
b. Pada tempat-tempat yang ditentukan, apabila perlu dipasang
kran dengan extention (sambungan berupa leher bebek)
c. Perletakan kran adalah pada ketinggian yang ditentukan dalam
gambar rencana atau setidaknya berfungsi dengan nyaman.
Pasal 25
PENUTUP
25.1. Apabila baik dalam gambar maupun dalam Pedoman Pelaksanaan ini belum
disebutkan suatu detail komponen bangunan, tetapi dari segi fungsi
maupun konstruksi hal itu harus ada, maka hal ini menjadi kewajiban
Pelaksana untuk menyelenggarakannya.
63
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
25.2. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam peraturan dan syarat-syarat ini,
akan diatur kemudian secara musyawarah berdasar peraturan-peraturan
yang lazim dipergunakan sepanjang tidak bertentangan dengan Pedoman
Pelaksanaan ini.
64
Rencana Kerja dan Syarat-syarat