Anda di halaman 1dari 30

BAB XI

SPESIFIKASI TEKNIS
PPK . IRIGASI DAN RAWA 2020

PASAL 1 : URAIAN UMUM

Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan Peningkatan Jaringan Irigasi DI Tukad


Saba di Kab. Buleleng (DI. Puluran) yang terdiri dari pekerjaan tanah,
pasangan batu kali, plesteran, siaran dan pekerjaan beton serta pekerjaan
penunjang lainnya agar diselenggarakan secara hati-hati dan efisien, serta
pelaksanaannya disesuaikan dengan petunjuk – petunjuk Konsultan Supervisi
dan Direksi.

PASAL 2 : PEKERJAAN TANAH

2.1. Galian tanah / pasir / batu / lumpur :


a. Sebelum pekerjaan galian tanah dimulai, Rekanan wajib mengadakan
check bersama Konsultan Supervisi dan Pengawas pekerjaan atas duga
tinggi / peil awal permukaan tanah, sehingga apabila terdapat kelainan /
perbedaan yang menjolok dengan gambar rencana dapat segera
diketahui secara dini, dan melaporkannya kepada Konsultan Supervisi
dan Direksi. Pengajuan claim atas perbedaan / kelainan setelah rekanan
melakukan pekerjaan galian, tidak dapat diterima dan apabila terjadi
tebang pohon di tanggung penyedia jasa.
b. Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan gambar pelaksanaan, kecuali
ditetapkan lain oleh Konsultan Supervisi dan Direksi pekerjaan
sehubungan dengan situasi dan keadaan setempat.
c. Galian yang diperlukan untuk pondasi konstruksi dibuat dengan ukuran
yang sesuai untuk keperluan pengerjaannya.
d. Kemiringan galian dibuat secukupnya sehingga aman terhadap
longsoran. Bila terpaksa dibuat tegak harus diadakan tindakan
pengamanannya.
e. Dalam hal galian tanah tertimbun kembali sebagai akibat dari adanya:

1
- Longsoran tebing galian dan sejenisnya,
- Adanya rembesan,
- Kistdam yang kurang sempurna,untuk pengerjaan kembali tidak
dapat diperhitungkan sebagai tambahan pekerjaan / volume
pekerjaan.
f. Teknis pelaksanaan galian yang dilakukan dengan maksud untuk
memperbesar volume pekerjaan tanah tidak dapat dibenarkan. Tambahan
volume pekerjaan tanah oleh hal tersebut di atas, tidak dapat
diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah. Galian yang telah sampai pada
kedalaman yang ditentukan harus segera dilaporkan kepada Konsultan
Supervisi dan Pengawas untuk diadakan pemeriksaan. Sebelum ada
persetujuan Direksi pekerjaan atas kebenaran kedalaman galian tersebut.
Penyedia jasa tidak dibenarkan memulai pekerjaan pasangan pondasi.
Untuk daerah yang rawan banjir pemeriksaan agar dilakukan
sekurang - kurangnya satu hari sekali.
g. Tanah yang digali itu bilamana nantinya dapat dipergunakan untuk
meninggikan atau menimbun daerah lain, maka tanah galian tersebut
harus disingkirkan dari tempat pekerjaan menurut petunjuk Konsultan
Supervisi dan Direksi.
h. Bahan-bahan yang dikeluarkan dari penggalian agar dibuang di daerah
–daerah yang telah disediakan sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar-gambar atau ditentukan oleh Konsultan supervisi dan Direksi
pekerjaan. Semua dinding tepi yang terjadi harus dibentuk sedemikian
rupa dengan permukaan yang agak teratur dan rata sesuai dengan
petunjuk Konsultan Supervisi dan Direksi. Biaya pengangkutan ke suatu
jarak tertentu dan hasil galian dari pada bahan tersebut akan ditanggung
oleh penyedia jasa sendiri.
i. Daerah Galian yaitu khusus penggalian untuk saluran, agar dilaksanakan
perbagian demi bagian, maksudnya, bahwa sebelum memulai bagian
yang baru, sebaiknya diselesaikan bagian terdahulu.
j. Penggalian dan pembuangan dimana tanah galian dari saluran-saluran
pengairan atau pembuangan harus ditempatkan disepanjang tanggul atau
jika terdapat kelebihan galian, dan jika tidak disebutkan lain harus
diletakkan ditanggul lain yang memerlukan tambahan timbunan.
2
k. Pekerjaan Tanah Jalan Inspeksi dikerjakan sama dengan untuk pekerjaan
saluran. Tubuh jalan dibentuk dengan kemiringan 1:40 keluar saluran.
Apabila konstruksi jalan tidak dikerjakan sesudah pekerjaan tanah
selesai, maka muka tanah harus digaruk dan dipadatkan kembali
selekasnya sebelum kontruksi jalan dipasang.
2.2. Timbunan Tanah
a. Material tanah yang dimanfaatkan untuk penimbunan harus sesuai kondisi
/ keadaan tanah di tempat pekerjaan. Bahan timbunan yang diperlukan
untuk pekerjaan yang diambil dari daerah lain harus dapat persetujuan
Konsultan Supervisi dan Direksi.
b. Bentuk dan metode penimbunan tanah harus sesuai dengan gambar
rencana atau petunjuk Konsultan Supervisi dan Direksi.
c. Pemadatan dengan tenaga manusia :
1. Tanah yang memenuhi syarat untuk ditimbun dihampar setebal 10 cm
merata.
2. Sesuai dengan keadaan yang diperlukan untuk pemadatan maka
hamparan tanah tersebut disiram air.
3. Setelah disiram, baru dimulai pemadatannya dengan menimbris lapis
demi lapisan sampai tebal sesuai dengan gambar rencana.
4. Setelah padat betul baru dihampar dengan lapisan tanah berikutnya
setebal 20 cm, disiram air dipadatkan begitu seterusnya sampai selesai
dan mendapat persetujuan Konsultan Supervisi dan Direksi.
d. Tambahan untuk penurunan tanah rekanan harus memperhitungkan
tambahan pengisian untuk pemadatan sendiri dan penurunan dari tanggul,
baik disebutkan atau tidak, maka tinggi lebar dan ukuran permukaan yang
telah selesai, pada akhir masa pemeliharaan sesuai dengan gambar (As
Built Drawing).
2.3. Tanah Mendatangkan
a. Material tanah yang digunakan untuk bahan timbunan yang didatangkan
dari luar lokasi pekerjaan tidak boleh mengandung sampah organik dan
non organik lebih dari 5% dan,
b. Tanah yang didatangkan harus mempunyai butiran lebih kasar dari
lempung/lanau serta mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi dan
Direksi.
3
c. Pemadatan dengan tenaga manusia :
1. Tanah yang memenuhi syarat untuk ditimbun dan dihampar setebal 10
cm merata.
2. Sesuai dengan keadaan yang diperlukan untuk pemadatan maka
hamparan tanah tersebut disiram air.
3. Setelah disiram, baru dimulai pemadatannya dengan menimbris lapis –
demi lapisan timbunan tanah sampai tebal sesuai dengan gambar
rencana.
4. Setelah padat betul baru dihampar dengan lapisan tanah berikutnya
setebal 20 cm, disiram air dipadatkan begitu seterusnya sampai selesai
dan mendapat persetujuan Konsultan Supervisi dan Direksi.
d. Tambahan untuk penurunan tanah rekanan harus memperhitungkan
tambahan pengisian untuk pemadatan sendiri dan penurunan dari tanggul,
baik disebutkan atau tidak, maka tinggi lebar dan ukuran permukaan yang
telah selesai, pada akhir masa pemeliharaan sesuai dengan gambar. (As
Built Drawing).

PASAL 3 : PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI 1 Pc : 4 Psr

3.1. Bahan untuk spesi harus ditakar dengan menggunakan ukuran takaran
yang sama dengan dicampur dalam keadaan kering dengan Molen
sebelum ditambahkan air.
3.2. Pencampuran bahan sesuai dengan perbandingan campuran 1 PC dan 4
Pasir serta harus diaduk sampai homogen.
3.3. Adukan dengan montar (spesi) harus sudah digunakan selambat-
lambatnya satu jam setelah dicampur dengan air
3.4. Spesi yang sudah dicampur lebih dari satu jam dan atau telah pernah
mengering tidak boleh digunakan kembali.
3.5. Pemasangan diusahakan terlindung dari hujan atau air, demikian pula
pasangan yang masih baru / belum mengeras diusahakan dilindungi dari
hujan / air.
3.6. Batu kali yang digunakan harus batu keras dan padat, permukaannya
kasar tanpa ada bagian yang tipis atau retak, mempunyai dimensi lebih

4
besar dari 10 cm, sesuai dengan kondisi lapangan dan sesuai dengan
petunjuk Konsultan Supervisi dan Direksi.
3.7. Spesi yang berlebihan pada pasangan harus dirapikan sebelum mulai
mengeras, agar memudahkan pada saat melakukan pekerjaan siaran.
3.8. Pelaksanaan pasangan harus padat, di antara batu satu dengan batu
lainnya harus berisi spesi.
3.9. Permukaan / bidang muka pasangan harus rata mengikuti garis profil.
3.10. Pekerjaan pasangan harus memberikan bentuk akhir sebagaimana
gambar konstruksi yang ditetapkan dan arahan dari Konsultan Supervisi
dan Direksi.
3.11. Dalam pemasangan batu kali supaya dibuatkan profil yang sesuai dengan
bentuk konstruksi dan untuk pekerjaan saluran dipasang setiap 10 m atau
sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
3.12. Untuk dinding penahan tanah (DPT) setiap jarak 5 m dipasang celah
delatasi / delatasi voeg dengan kertas di bagian belakang dan papan
ukuran 2/20 kayu kelas 3 atau mengikuti petunjuk Konsultan Supervisi
dan Direksi pekerjaan serta dipasang draenase terbuat dari bambu diisi
ijuk setiap jarak 2m mendatar, 1 m vertikal dipasang selang seling kecuali
ada saluran pada dinding penahan tanah yang tidak dipasang deletasi
mencegah terjadinya kebocoran.
3.13. Pemasangan batu kali dipasang rapi disteak dan dibentuk persegi empat /
bulat.

PASAL 4 : PEKERJAAN SIARAN DAN PLESTERAN (UNTUK PASANGAN BATU


KALI)

4.1 Pekerjaan Siaran ;


1) Siaran dikerjakan dengan spesi 1 PC : 2 PS dengan siaran tenggelam.
2) Siaran dilakukan pada setiap celah batu satu dengan lainnya pada
bidang muka pasangan.
3) Sebelum disiar, bidang muka pasangan harus dibasahi dan
dibersihkan dari kotoran yang melekat pada bidang yang akan di
siar.
4) Siaran yang dilakukan tidak menutupi bahu muka pasangan.

5
4.2 Pekerjaan Plesteran ;
1) Plesteran yang dikerjakan dengan spesi 1Pc:3Ps dengan tebal
plesteran 1,5cm.
2) Pekerjaan plesteran harus menggunakan benang spat 3sisi yaitu sisi
depan 2 dan 1 disisi belakang untuk mendapatkan lebar 30cm.
3) Sebelum diplester bidang permukaan plesteran harus dibersihkan dan
dibasahi dengan air.
4) Permukaan plesteran harus padat, rata dan benangan sudut harus lurus
sehingga memberikan hasil yang rapi.
5) Plesteran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan dan air
yang mengalir dengan menutup plesteran menggunakan kertas semen
atau daun pisang.

PASAL 5 : PEKERJAAN BETON

5.1. Pekerjaan beton dipakai mutu beton K.175 dengan menggunkan molen
sesuai dengan BOQ atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Supervisi dan
Direksi.
5.2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton khusus volume pekerjaan beton
diatas 5 m3 harus melampirkan Job Mix Design dan dilakukan pada lab
yang telah terakreditasi sesuai dengan Konsultan Supervisi dan Direksi.
5.3. Pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti aturan yang telah
ditetapkan.
5.4. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement yang
sesuai dengan persyaratan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
5.5. Bahan Bahan
a. Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penambahan
bahan lain seperti pasir dari batu pecah boleh diijinkan, apabila
menurut petunjuk Konsultan Supervisi dan Direksi, apabila pasir
yang ada tidak memenuhi gradasinya. Kandungan maksimum
terhadap lempung, lanau dan debu tidak boleh lebih dari 5%.

6
b. Bahan Batuan (krikil) harus bergradasi baik dengan diameter
maksimum tergantung kelas betonnya. Kerikil harus dari batu
pecahan.
• Agregat harus dari sumber yang telah disetujui. Agregat berasal
dari alami(natural) atau batu pecah.
• Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian halus,
tipis atau panjang, bersih dari alkali,bahan organis, atau substansi
yang rusak dalam jumlah yang merugikan.
• Besarnya prosentasi dari semua subtansi yang merusak dalam
jumlah berapapun tidak boleh mencapai 3% dari beratnya.
• Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, awet, dan tidak
berpori-pori.
• Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada
antara 5mm sampai 70mm.
c. Pasir dan kerikil, harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat,
gumpalan kecil dan lunak dari tanah karang, alkali, bahan-bahan
organik dan hal-hal yang merugikan atau yang merusak. Apabila
kelas dari beton menghendaki perlawanan abrasi yang baik, maka
bahan batuan harus diambil dari lokasi setempat yang menurut
pendapatan Konsultan Supervisi dan Direksi adalah terbaik. Rekanan
harus mengirim contoh material sesuai kontrak atau apabila
dibutuhkan oleh Direksi pekerjaan. rekanan harus membuat
percobaan dari contoh material secara rutin dan dengan frekuensi
yang disetujui Direksi pekerjaan serta mengirimkan kepada Direksi
setiap copy laporan test. Apabila test abrasi dibutuhkan oleh Direksi
, maka rekanan harus melakukan test untuk membandingkan dengan
data-data dari beberapa lokasi.
5.6 Air yang dipakai untuk membuat dan merawat beton dan membuat
adukan harus dari sumber yang disetujui Konsultan Supervisi dan Direksi
dan pada waktu pemakaian harus terhindar dari bahan-bahan yang biasa
mengotorkan air dalam jumlah apapun antara lain ;

7
• Mempengaruhi waktu permulaan pengerasan dari semen yang
melebihi dari 30 menit atau mengurangi kekuatan dari percobaan
kubus lebih dari 20%.
• Mencegah tercapainya kekuatan dari percobaan kubus yang ditentukan
dalam 28 hari untuk beton klas tertentu.
• Menghasilkan perubahan warna atau kembang garam diatas
permukaan semen yang sedang mengeras.
• Memperburuk atau memulai reaksi alkali bahan batuan.
Air harus bebas dari hidrokarbon dan larutan bubuk dari bahan organik
tidak boleh lebih dari 500 bagian untuk tiap juta dalam ukuran berat.
Rekanan harus mengadakan percobaan untuk air yg diusulkannya untuk
dipakai dan harus menyerahkan catatan-catatan mengenai percobaan
tersebut pada Konsultan Supervisi dan Direksi sebelum melaksanakan
pekerjaan beton Rekanan harus membuat percobaan-percobaan yang
teratur dari air beton atau adukan dalam suatu pola dan ulangan yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi dan harus memberi
kepada Konsultan Supervisi dan Direksi salinan dari hasil tiap percobaan.
5.7 Zat Tambahan
Beton dan adukan harus dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air
sebagaimana ditentukan. Tidak boleh ada campuran bahan-bahan lain
pada beton atau adukan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan
Direksi. Rekanan boleh memakai bahan tambahan (additive) untuk
mempermudah pembuatan sambungan-sambungan cor, atau untuk
mempercepat proses pengerasan. Susunan bahan tambahan dan cara
pemakaiannya harus mendapatkan persetujuan Konsultan Supervisi dan
Direksi .
5.8 Tulangan
Tulangan baja untuk beton harus batang baja mengacu / sesuai SNI yang
bulat dan polos, tulangan anyaman baja, seperti ditunjukkan dalam
gambar-gambar. Untuk tiap-tiap pengiriman batang baja lunak yang
diserahkan ketempat pekerjaan, rekanan harus menyerahkan kepada
Konsultan Supervisi dan Direksi satu kutipan yang diakui dari catatan-
catatan pemeriksaan dan pengujian yang berhubungan dengan pemuatan-

8
pemuatan dari mana kiriman itu dibuat. Rekanan harus menyediakan
contoh tulangan dari gudang dilapangan, jika dibutuhkan oleh Konsultan
Supervisi dan Direksi. Tulangan pada waktu pengecoran harus bebas
bersih dan bebas dari kerusakan, sisik gilingan yang lepas, karat yang
lepas, dan minyak. Batang-batang baja yang telah menjadi bengkok, tidak
boleh diluruskan, atau dibengkokkan lagi untuk dipakai dipekerjakan
tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Direksi .

PASAL 6 : PEKERJAAN SALURAN DENGAN BETON PRACETAK (L-SHAPE)


DAN BETON COR DI TEMPAT

6.1 Kriteria Pengadaan Beton Pracetak (L-Shape) ;


6.1.1 Saluran yang menggunakan beton pracetak (L-Shape) dengan mutu
beton K 300 mengacu pada PBI 1971.
6.1.2 Tulangan beton pracetak (L-shape) harus menggunakan tulangan D6 U
50 sesuai gambar dan petunjuk Konsultan Supervisi serta Direksi.
6.1.3 Setelah memulai konstruksi rekanan wajib membuat JMF (Job Mix
Formula) sesuai dengan mutu yang dipersyaratkan.
6.1.4 Gambar/profil beton pracetak ( L-Shape) harus mengikuti gambar
rencana.
6.1.5 Untuk lantai saluran dilakukan dengan beton cor ditempat,
menggunakan molen dengan mutu beton K 225 tulangan Wire Mesh
M6 U50 1 layer, dengan tebal lantai 8 cm diatas, timbunan pasir
dibawah lantai ± 5 cm mengikuti kondisi lapangan sesuai petunjuk
Konsultan Supervisi dan Direksi pekerjaan.
6.1.6 Pada setiap sambungan antara sigmen L-Shape harus menggunakan
pasta semen (setara semen MU), sehingga sambungan antara segmen
L- Shape menyatu dengan baik dan mencegah rembesan / bocor.
6.1.7 Untuk menjaga kualitas beton precast dan kapasitas produksi sesuai
dengan target waktu yang ditentukan maka penawaran rekanan wajib
melampirkan dukungan pabrik. Pabrik yang melampirkan dukungan
wajib mempunyai sertifikat manajemen mutu dan sertifikat manajemen
K3.

9
6.1.8 Dalam surat dukungan pabrik, minimal tercantum bahwa pabrik yang
bersangkutan sanggup menjamin mutu / kualitas sesuai dengan
spesifikasi teknis, kapasitas produksi mengacu dengan target waktu
yang telah ditentukan.
6.1.9 Sebelum pengiriman ke lokasi pekerjaan dan pemasangan beton
pracetak (L-Shape), rekanan wajib menyampaikan kepada Konsultan
Supervisi dan Direksi untuk dapat dilakukan pengecekan terhadap
beton pracetak (L-Shape) tersebut, sehingga dapat diyakini memenuhi
spesifikasi teknis termasuk pencegahan cacat secara fisik.
6.1.10 Bila saluran pada daerah tikungan, kondisi/bentuk beton pracetak (L-
Shape) harus disesuaikan dengan gambar rencana pada daerah tikungan
sesuai petunjuk Konsultan Supervisi dan Direksi.
6.1.11 Terhadap kualitas, pengujian saat pelaksanaan rekanan harus
melakukan dan menyampaikan hasil tes/uji beton sesuai kebutuhan
dalam PBI 1971 seperti :
- Tes kuat tekan setiap volume 5m3 beberapa kubus/silinder beton.
- Slump test
- JMF (Job Mix Formula).
6.2 Prosedur Pemasangan Beton Pracetak (L-Shape) ;
6.2.1 Sebelum dilakukannya pekerjaan galian saluran beton pracetak (L-
Shape), rekanan wajib melakukan pengukuran dilapangan terkait dengan
pengukuran panjang saluran dan elevasi saluran yang akan dilaksanakan.
6.2.2 Setelah pengukuran selesai dilakukan dan telah dapat persetujuan
Konsultan Supervisi dan Direksi, maka dilanjutkan dengan pekerjaan
pemasangan Bowplank dan profil pasangan. Dalam pelaksanaan beton
pracetak (L-shape) rekanan wajib membuat profil melintang dan
memanjang saluran yang akan bertujuan untuk menentukan elevasi
pasangan beton (L-Shape).
6.2.3 Pekerjaan setelah bowplank dan profil pasangan disetujui Konsultan
Supervisi dan Direksi, maka dilanjutkan dengan pekerjaan galian tanah.
6.2.4 Material bekas galian tanah dapat digunakan sebagai bahan timbunan
tanah kembali belakang pasangan beton pracetak (L-Shape), dan apabila
ada kelebihan material bekas galian harus dibuang kelokasi lain. Biaya

10
yang timbul dari kegiatan tersebut menjadi tanggung jawab rekanan
sesuai petunjuk Konsultan Supervisi dan Direksi pekerjaan.
6.2.5 Setelah galian pasangan beton pracetak (L-Shape) peil, mencapai tanah
dasar dan tanah keras dengan kemiringan dasar rencana, maka
dilanjutkan dengan penghamparan timbunan pasir di bawah lantai ± 5cm
atau sesuai petunjuk Konsultan Supervisi dan Direksi.
6.2.6 Material precast yang telah berada dilapangan (Material On Site) dapat
dibayarkan setinggi - tingginya akan dihitung paling tinggi 70% dari nilai
material yang di kirim kelapangan, sesuai dengan petunjuk Konsultan
Supervisi dan Direksi.
6.2.7 Analisa harga satuan pekerjaan pemasangan beton pracetak (L-Shape)
adalah termasuk L-Shape,tutup, ongkos pasang, lansiran dan overhead.

6.2.8 Sebelum pabrikasi beton pracetak, wajib dilakukan inspeksi/ kunjungan


pabrik bersama konsultan supervisi dan direksi dengan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh rekanan. Inspeksi/ kunjungan pabrik dilakukan kembali
jika dipandang perlu.
6.2.9 Sambungan Lantai Beton:
a. Sebelum pelaksanaan lantai beton penyambung dinding beton pracetak
(L- Shape), harus dilakukan pembersihan site dari bahan-bahan
organik dan sampah –sampah.
b. Berikutnya dilanjutkan dengan pengurugan pasir di bawah lantai ±
5cm, diratakan sesuai elevasi rencana dengan petunjuk Konsultan
Supervisi dan Direksi.
c. Setelah pekerjaan pengurugan pasir di bawah lantai peil dilanjutka
penyiraman dengan air sampai padat dan dilanjutkan dengan
pemasangan tulangan Wire Mesh M6 U50 sesuai dengan gambar
rencana.
d. Setelah pekerjaan pemasangan tulang lantai Wire Mesh M6 U50 dan
beton decking dicek serta disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Direksi, dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran beton lantai mutu
K225.
e. Agar mutu beton dapat terjaga sesuai rencana, maka rekanan wajib
memperhatikan campuran material termasuk faktor air semen (fas) saat

11
pengecoran di lapangan sesuai dengan Job Mix Formula (JMF) yang
telah ditentukan.
6.3 Pelaksanaan Lining Saluran Beton Pracetak;
6.3.1 Ketentuan Umum Peralatan.
Peralatan pencampuran harus direncanakan, dipasang, dioperasikan, dan
sesuai dengan kapasitasnya agar dapat menghasilkan campuran adukan
beton yang homogen, dengan kekentalan yang diperlukan untuk pengecoran
dan pemadatan. Apabila instalasi pencampur (batching plan) digunakan,
harus dilengkapi dengan alat pengukur berat, tepat sesuai dengan rancangan
campuran.
6.3.2 Cetakan Beton Precast L – Shape.
a. Cetakan untuk mencetak beton precast L-shape harus kaku dan terbuat
dari besi / plat baja dengan tebal (minimum 5mm) agar tidak terjadi
deformasi serta mempunyai tinggi sesuai dengan tebal L-shape yang
direncanakan.
b. Cetakan harus dibuat datar, rata, halus serta harus cukup untuk
mencegah terjadinya kebocoran mortar.
c. Dinding cetakan harus memiliki lebar dasar flens (flange braces) yang
cukup untuk menjaga kestabilan
d. Bagian atas cetakan harus lurus dan rata, acuan ini harus dilengkapi
dengan pengunci di ujung-ujung bagian yang bersambungan.
e. Bagian ujung cetakan harus terkunci sehingga kaku, untuk mencegah
agar cetakan tidak bergerak ketika beton segar dihamparkan.
f. Beton yang dicor dalam cetakan yang kaku dan mampu menjaga
toleransi dimensi yang ditentukan dengan gambar.
g. Cetakan untuk beton pracetak harus kuat terhadap pendistribusian beton
segar ke seluruh bagian cetakan sehingga tulangan dan angkur tidak
bergeser atau lepas.
h. Semua cetakan yang rusak yang menyebabkan penyimpangan atau
kerusakan pada beton pracetak akibat pemindahan cetakan atau hal
lainnya harus diperbaiki atau diganti sebelum digunakan kembali.
i. Cetakan harus dikontrol setiap akan pembongkaran cetakan,
mengeluarkan hasil beton pracetak dari cetakan.

12
6.3.3 Baja Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak, bahan-bahan
organik lainnya, karat, kerak atau gabungannya yang mempengaruhi ukuran
dan sifat fisik harus dibersihkan.
6.3.4 Pencampuran Dengan Batching Plan
Alat pencampuran dilapangan yang digunakan untuk membuat beton
pracetak (L-Shape), harus menggunakan unit penakaran (batching plan)
yang terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk setiap fraksi
agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak penimbang
(weighting hoppers), timbangan dan pengontrol takaran (batching controls).
6.3.5 Kapasitas Alat Pencampur
Kapasitas alat pencampur harus sesuai dengan kapasitas alat pengecor beton
pracetak agar tidak terjadi keterlambatan dan tidak terjadi waktu tunggu di
tempat pengecoran melebihi 30 menit.
6.3.6 Persyaratan Sifat Campuran Beton Pracetak (L-Shape)
Beton pracetak harus mempunyai kuat tekan karakteristik minimum
mengacu pada standar-standar resmi yang berlaku seperti PBI 1971 / SNI
1972 tentang cara uji slump beton / SNI 1974 tentang cara uji kuat tekan
beton dengan silinder/kubus yang dicetak.
6.3.7 Campuran Percobaan (Trial Mix)
a. Sebelum melakukan pengecoran harus dibuat campuran percobaan
(trial mix) sesuai dengan rancangan campuran yang dihasilkan oleh
laboratorium;
b. Apabila hasil kuat tekan beton pracetak pada umur 7 hari menghasilkan
kuat tekan lebih kecil dari 85% terhadap nilai kuat tekan yang
disyaratkan maka harus dilakukan penyesuaian campuran dan dicari
penyebab ketidaksesuaian tersebut.
6.3.8 Bahan tambahan campuran (admixtures) untuk beton.
a. Hanya dilakukan untuk tujuan kemudahan pengerjaan, pengikatan
beton pracetak lebih cepat atau lebih lambat.
b. Penggunaan bahan tambahan harus didasarkan pada hasil uji dalam
masa 24 jam pertama setelah pengecoran beton pracetak. Hal ini
dikarenakan bahan tambahan tertentu dapat memperlambat setting dan
perkembangan kekuatan campuran beton pracetak.
13
c. Bahan tambah yang mengandung kalsium klorida tidak boleh
dipergunakan.
6.3.9 Pengecoran Beton Pracetak (L-Shape)
a. Beton harus dicampur dibawah penerangan yang memadai, baik
penerangan alami maupun buatan.
b. Bahan tambahan yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air
sebelum dituangkan ke dalam mesin pengaduk.
c. Mengencerkan kembali beton dengan manambah air atau dengan cara
lain tidak diperkenankan.
d. Beton harus dicorkan sekaligus dan disebarkan sehingga seluruh
cetakan terisi merata.
6.3.10 Pemadat Beton.
a. Vibrator yang dioprasikan dengan tangan atau yang dikenal dengan
vibrator spud adalah batang panjang yang bergetar dan dioperasikan
oleh kompresor udara atau motor listrik dengan daya sesuai dengan
yang kebutuhan.
b. Penempa bergetar (screed vibrator) adalah peralatan seperti rangka
batang bergetar yang akan menggetarkan beton segar yang sudah
dituangkan dalam cetakan. Getaran biasanya diopersikan dengan tenaga
mekanis atau komprsor udara.
c. Vibrator tidak boleh digunakan untuk memindah beton ke dalam
cetakan.
d. Pemampatan atau pemadatan penyelesaian beton pracetak harus
memperhatikan kerataan permukaan, kerataan tepi dan tebal desain L-
Shape.
6.3.11 Pengukur Kerataan
a. Alat pengukur kerataan permukaan beton L-Shape pada saat pembuatan
dapat menggunakan benang, kawat yang direntangkan.
b. Kerataan (leveling) permukaan L-Shape dihaluskan dengan mistar
perata (straightedge) yang berukuran panjang yang sesuai untuk
mengetahui bagian agregat yang menonjol.
6.3.12 Pembongkar Cetakan
Untuk beton pracetak yang menggunakan cetakan permanen, cetakan tidak
boleh dibongkar dan diangkat sebelum beton mengeras dan harus
14
dibongkar secara hati-hati untuk menghindari kerusakan pada beton.
Peralatan untuk membongkar cetakan adalah yang tidak merusak
permukaan beton pracetak (L-Shape).
6.3.13 Pengangkat Beton Pracetak (L-Shape)
Kapasitas alat pengangkat beton pracetak (L-Shape) harus sesuai dan lebih
besar sekitar 1,5 kali beban L-Shape yang akan diangkat. Pengangkatan
beton L-Shape dapat dilengkapi dengan pin yang sesuai yang dapat
dikaitkan atau dihubungkan dengan kait pengangkat yang telah disiapkan
pada lubang yang tersedia.
6.3.14 Pekerjaan Penyelesaian Akhir
a. Sebelum dilakukan pekerjaan penyelesaian akhir, pada waktu beton
dalam cetakan masih plastis harus dilakukan pemeriksaan terhadap
kerapian tepi, kerataan dan tebal desain L-Shape. Bila tidak memenuhi
persyaratan maka harus diperbaiki.
b. Semua permukaan beton harus bebas dari penyimpangan dan warnanya
harus seragam.
c. Permukaan bawah, samping dan atas harus halus.
d. Produsen beton pracetak harus membuat minimal dua contoh beton
pracetak (L-Shape) masing-masing tipe yang identik dan akan disimpan
untuk jaminan mutu seluruh proses produksi.
6.3.15 Cacat Permukaan
a. Perbaikan kerusakan beton pracetak (L-Shape) selama produksi dan
mobilisasi harus ditangani khusus per kasus.
b. Kerusakan dalam batas yang dapat diterima harus diperbaiki.
c. Kerusakan yang berulang-ulang akan menyebabkan penghentian
operasi produksi sampai penyebab kerusakan dapat diperbaiki
6.3.16 Perawatan Beton Pracetak (L-Shape)
Perawatan permukaan beton mulai dilakukan segera setelah perapihan
selesai dengan cara :
a. Beton pracetak (L-Shape) harus dilindungi dari sinar matahari
langsung, kondisi angin yang dapat mengeringkan beton pracetak
selama perawatan, baik didalam ruangan atau dibawah atap.
b. Ditutup dengan karung goni atau geotextile yang dibasahi agar kadar
air beton dibawah tidak menguap.
15
c. Perawatan dimulai setelah beton cukup mengeras untuk mencegah
kerusakan permukaan oleh penutup yang lembab.
d. Bahan penutup harus terjaga tetap dalam keadaan lembab paling tidak
70% dari kekuatan beton yang disyaratkan tercapai.
6.3.17 Penandaan (Marking)
Setiap buah beton precast L-shape harus diberi tanda disisi beton L-Shape
dengan label yang jelas menunjukan :
a. Identitas/logo pabrik.
b. Semua tanda –tanda lain jika dipandang diperlukan dengan
memperhatikan posisi L- shape yang dipasang dilapangan.
c. Bahan yang digunakan untuk membuatn penandaan (marking) pada
beton pracetak (L-Shape) dapat menggunakan material sebagai
berikut : cat berwarna mencolok yang kuat, kuas atau bila
menggunakan cat semprot harus menggunakan cetakan huruf atau
angka yang jelas.
d. Batang besi berdiameter 8 mm, menuliskan identitas dilakukan saat
beton belum mengeras atau kondisi plastis.
6.3.18 Pengangkutan Beton Pracetak (L-Shape)
Setelah pemindahan dan sebelum beton pracetak dikirim ke lokasi
pekerjaan produsen beton pracetak harus memeriksa bentuk, volume dan
mutu beton pracetak sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang
disyaratkan. Pengangkutan beton pracetak (L-Shape) harus menggunakan
truk flatbed berukuran panjang yang sesuai dengan dimensi beton. Beton
pracetak yang diambil dari tumpukan dapat dipindahkan dengan bantuan
alat pengangkat manual atau mekanis (crane atau fork lift).
6.3.19 Peralatan Lainnya
Peralatan-peralatan lainnya yang termasuk dalam daftar berikut ini harus
disediakan dalam jumlah yang cukup, seperti :
a. Gergaji beton;
b. Bor beton;
c. Gerinda untuk meratakan perbedaan tinggi beton pada sambungan;
d. Tangki air;
e. Alat perata dengan tangan;
f. Penghalus permukaan dari kayu;
16
g. Peralatan manual lainnya.
6.4 Pengendalian Mutu Beton Pracetak;
6.4.1 Pengujian Kekuatan
Pengujian kekuatan dilaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kekuatan
untuk per 5 m3 sesuai dengan aturan PBI 1971 atau sebagian dari beton yang
dicor. Pengujian dilakukan masing-masing pada saat benda uji berumur 7
hari, 14 hari, dan 28 hari dengan masing-masing umur di uji sebanyak 3
(tiga) benda uji.
6.4.2 Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Perbaikan dan penggantian komponen yang rusak atau hal-hal lainnya yang
tidak sempurna harus dilakukan.
6.4.3 Toleransi Kesalahan dalam Pengiriman
Toleransi kesalahan dalam pengiriman yang dapat diterima dilapangan
maksimal 2% dari jumlah setiap pengiriman material L-Shape, diharapkan
agar pabrik produsen Beton L-Shape dapat bekerja lebih teliti dalam
mengontrol kualitas material Beton L-Shape yang diproduksi mengacu pada
gambar dan spesifikasi teknis.
6.4.3 Dukungan Pabrik Beton
a. Untuk kelancaraan pelaksanaan pekerjaan dilapangan penyedia wajib
mengajukan dukungan pabrik beton L-shape minimal 2 vendor pabrik
pendukung awal;
b. Masing-masing Surat Dukungan Pabrik Beton Precast L-Shape minimal
berisikan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Nama paket pekerjaan dan perusahaan yang diberikan dukungan,
2. Identitas pabrik dan cap perusahaan yang jelas,
3. Nama dan tanda tangan penanggung jawab dari pihak pabrik,
4. Type dan harga satuan material beton.
c. Pabrik pendukung awal wajib memiliki ketersediaan stock material
minimal 20% dari jumlah kebutuhan penyedia jasa konstruksi yang
didukung disertai dengan hasil test kuat tekan beton dan test besi
tulangan yang dipersyaratkan.

17
PASAL 7 : PEMBESIAN

Besi beton harus bersih dari karat dan ukurannya disesuaikan dengan gambar
atau arahan Konsultan Supervisi dan Direksi serta kualitas besi harus
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

PASAL 8 : PEKERJAAN BEGESTING

Pekerjaan begisting memakai kayu yang kuat dan mampu menyokong struktur
yang dibentuk.

PASAL 9 : PEKERJAAN PENYELESAIAN

9.1. Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian adalah :


Perbaikan-perbaikan kecil terhadap bagian dari bangunan yang kurang
sempurna dengan nilai pekerjaan setinggi-tingginya 1 % harga sejenis
pekerjaannya dan bukan pekerjaan pokok.
Rekanan wajib melakukan pembersihan kembali lapangan kerja dari sisa-
sisa bahan bangunan serta meratakan timbunan-timbunan/sisa-sisa tanah
menjadi rata dan mengembalikan kembali fasilitas umum apabila terjadi
kerusakan akibat dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
9.2. Selama masa pemeliharaan, Rekanan diwajibkan untuk :
a. Membongkar barak kerja/gudang bahan dan membersihkannya.
b. Memperbaiki bangunan-bangunan setempat yang rusak sehubungan
dengan pelaksanaan/kegiatan pekerjaan. Termasuk lining jembatan,
duiker/gorong-gorong yang rusak akibat kendaraan-kendaraan
Rekanan selama pelaksanaan pekerjaan.
9.3. Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan/diperbantukan
dikembalikan setelah service/diperbaiki sebagaimana keadaan pada
waktu penyerahan dari Proyek.

PASAL 10 : SYARAT – SYARAT BAHAN

Semua bahan yang digunakan untuk pelaksanaan harus hasil/produksi Dalan


Negeri, demikian juga perlengkapan kerja. Apabila produksi Dalam Negeri

18
tidak ada maka digunakan barang yang sebesar mungkin komponennya adalah
produksi Dalam Negeri.
10.1. Portland Cemen (PC) :
a. PC digunakan adalan keluaran pabrik semen dalam Negeri
b. Dalam keadaan sangat terpaksa, PC berlainan merk dapat digunakan
dengan syarat mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Supervisi
dan Direksi. PC yang dipakai untuk beton harus memenuhi ketentuan-
ketentuan dalam syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI.
10.2. Pasir
Untuk Pasir tidak boleh mengandung lumpur atau garam >5%. Bila
dipandang perlu, digunakan sepenuhnya persyaratan PBI 1971. Pasir laut
tidak diijinkan untuk pekerjaan Pasangan dan Beton Untuk pekerjaan
siaran dan plesteran pasir harus diayak dengan saringan kawat.
10.3. Batu Kali :
a. Untuk pekerjaan pasangan harus mengunakan batu belah, keras dan
padat kecuali ditetapkan lain
b. Batu berongga / berpori tidak boleh digunakan.
c. Ukuran batu harus memenuhi syarat, untuk pasangan sekurang-
kurangnya diameter 15cm.
10.4. Kerikil :
a. Kerikil yang digunakan harus diperoleh dari hasil ayakan dan tidak
berlumpur.
b. Kerikil kropos / berpori tidak boleh digunakan.
c. Penempatan kerikil (berbeda ukuran) dilakukan secara terpisah dan
pada pencampurannya menggunakan ukuran takaran yang sama.
10.5. Air :
a. Untuk pekerjaan pasangan dan beton harus menggunakan air yang
memenuhi syarat
b. Rekanan wajib menyediakan air yang sehat untuk keperluan harian bagi
karyawan / pekerjanya.

19
PASAL 11 : VOLUME PEKERJAAN

11.1. Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai pengurangan apabila :


a. Atas instruksi tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi ,
mengingat pertimbangan teknis / konstruksi, bagian pekerjaan /
jenis pekerjaan tidak perlu dikerjakan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang menyebabkan / diperlukan
penyesuaian / perubahan konstruksi sehingga menimbulkan
pengurangan volume pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
persetujuan tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi dan
Rawa.
11.2. Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai penambahan apabila :
a. Atas instruksi dari Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi secara
tertulis, mengingat pertimbangan tehnis / konstruksi dipandang
perlu dilaksanakan suatu tambahan pekerjaan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang memerlukan penyesuaian /
perubahan konstruksi dan akan menimbulkan penambahan biaya,
dengan instruksi tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi
dan Rawa
11.3. Terhadap hal tersebut di atas akan diperhitungkan sebagai biaya kurang
/ tambah perhitungan biayanya didasarkan pada Harga Satuan yang
tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya Penawaran atau Rencana
Anggaran Biaya Negosiasi yang ada.
11.4. Di dalam hal Pekerjaan tambah kurang pada penjelasan yang
merupakan mata pembayaran utama lebih dari 10 % dari kwantitas
kontrak awal, maka harga satuan perubahan tersebut disesuaikan
dengan negosiasi harga.
11.5. Untuk pekerjaan tambah yang merupakan harga satuan timpang yaitu
yang melebihi 10% dari HPS atau yang ditetapkan oleh panitia lelang
dilakukan negosiasi harga satuan yang melebihi volume kontrak awal.
11.6. Sehubungan dengan adanya banjir besar, ada kemungkinan terjadi
- Galian tertimbun kembali, bahan hanyut.
- Pekerjaan pasangan rusak.
- Peralatan hanyut atau tertimbun.

20
11.7. Segala biaya yang muncul akibat kerusakan tersebut ditanggung oleh
rekanan
11.8. Nilai pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% dari harga kontrak
awal.

PASAL 12 : PEKERJAAN KURANG SEMPURNA

Pekerjaan yang kurang sempurna berdasarkan pemeriksaan Direksi / Tim


Pemeriksa Proyek, Rekanan harus memperbaiki ataupun mengulangi pekerjaan
tersebut hingga memenuhi syarat. Biaya perbaikan / pengulangan pekerjaan ini
menjadi tanggungan rekanan.

PASAL 13 : PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN

Pekerjaan yang akan dilaksanakan dan diselesaikan adalah yang terdiri dari
pasangan batu dan beton dengan bentuk, ukuran dimensi sebagaimana gambar
pelaksanaan (gambar bestek) terlampir meliputi kegiatan-kegiatan :
13.1. Pekerjaan Persiapan :
a. Pembersihan tempat/daerah kerja.
b. Pembuatan barak kerja dan gudang.
c. Uitzet, pembuatan propil, bouwplank, pasang patok-patok As
bangunan.
d. Penyiapan daerah kerja.
13.2. Pekerjaan Tanah :
Pekerjaan berupa timbunan tanah dipadatkan seperti tergambar pada
gambar pelaksanaan.
13.3. Pekerjaan Pasangan :
Pekerjaan terdiri dari pasangan batu kali, plesteran dan siaran seperti
gambar pelaksanaan.
13.4. Pekerjaan Beton :
Pekerjaan terdiri dari beton cor bertulang untuk plat pelayanan dan
rumah pintu.
13.5. Pekerjaan Pengeringan
Kistdam adalah Konstruksi penunjang diperlukan untuk melindungi
tempat kegiatan, disamping untuk mengarahkan aliran sungai.

21
Pekerjaan pengeringan dilakukan untuk menjamin tempat kerja yang
memenuhi syarat teknis untuk pengerjaan pasangan batu kali, dapat
dilakukan dengan cara pemompaan. Tidak ada biaya khusus untuk
kistdam dan pengeringan kecuali disebutkan dalam daftar kualitas dan
harga.
13.6. Pekerjaan Penunjang
Mencakup seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menunjang
terlaksananya kelancaran kegiatan fisik antara lain :
a. Administratif.
b. Dokumentasi.
c. Penjagaan dan pengamanan lainnya.
d. Mobilisasi.
e. Untuk kelancaran pelaksanaan dilapangan penyedia jasa wajib
menyediakan 1(satu) unit kendaraan roda 4(empat) dan 2(dua) unit
kendaraan roda 2(dua) siap pakai.
f. Rekanan wajib menyediakan lahan untuk stok file beton Precast
untuk masing-masing lokasi.
g. Semua pekerjaan penunjang tersebut diatas, merupakan tanggungan
rekanan.

PASAL 14 : URAIAN PEKERJAAN

14.1. Spesifikasi Teknis :


Untuk pekerjaan ini jenis kegiatan / pekerjaan terdiri atas :
a. Galian Biasa
b. Timbunan Tanah Kembali
c. Timbunan Tanah Mendatangkan
d. Timbunan Pasir Bawah Lantai t = 5 cm
e. Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Psr
f. Siaran 1 PC : 2 Psr
g. Plesteran 1 Pc : 3 Psr
h. Beton K175
i. Beton K225
j. Pembesian dengan Tulangan Polos

22
k. Pembesian dengan Tulangan Wire mesh M6 U50
l. Begesting
m. Beton L-Shape 63.30.33.8 dan Pemasangan
n. Beton L-Shape 83.30.33.8 dan Pemasangan
o. Beton L-Shape 103.30.33.8 dan Pemasangan
p. Biaya Keselamatan K3 dan Keselamatan Kontruksi
Untuk kejelasan dapat dilihat pada gambar konstruksi.
14.2. Volume Pekerjaan :
Volume pekerjaan yang akan dilaksanakan seperti daftar kuantitas dan
harga.
14.3. Peil / ketinggian konstruksi yang akan diselesaikan selengkapnya
adalah sebagaimana gambar pelaksanaan terlampir.

PASAL 15 : DIREKSI KEET, BARAK KERJA, GUDANG dan PAPAN NAMA


PROYEK

15.1. Rekanan sebelum mulai kegiatan fisik harus sudah menyiapkan tempat bagi
tenaga kerja.
15.2. Kantor Lapangan Rekanan (Direksi Keet)
Rekanan sebelum mulai kegiatan fisik harus sudah menyiapkan kantor
pelaksana dan gudang.
15.3. Kelengkapan Kantor Lapangan.
a. Gambar konstruksi pekerjaan.
b. Gambar tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan.
c. Time Schedule, barchart lengkap dengan kurve S.
d. Data pekerja, hujan dan lain-lain.
e. Meja tulis 2 buah dengan kursi seperlunya.
f. Alat tulis dan alat-alat gambar.
g. Papan tulis dan papan tempel gambar-gambar pelaksanaan dan grafik-
grafik.
h. Buku Direksi, buku tamu, buku harian pelaksanaan.
i. Meja/kursi tamu 1 set.
j. Pembuatan papan nama pekerjaan.

23
PASAL 16 : ALAT – ALAT PENYANGGA ( SUPPORT) UNTUK TEROWONGAN

16.1 Penunjang Terowongan yang cocok harus dibuat dan dirawat oleh
rekanan jika diperlukan.Perbaikan-perbaikan atau penggantian support
yang disebabkan oleh kelalaian-kelalaian rekanan harus ditanggung
atas biaya sendiri dari rekanan. Jika dipandang perlu rekanan harus
mebuat penyangga sementara dengan biaya sendiri dan rekanan harus
bertanggungjawab penuh terhadap keselamatan penggalian, manusia,
harta benda, dan hak milik.
16.2 Penyangga (Support) Sementara
rekanan dapat mengajukan gambar rencana dari pada penyangga
sementara untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi akan
menyetujui type-type yang diusulkan dan menginstruksikan secara
tertulis untuk melaksanakan pembuatan penunjang sesuai dengan
gambar rencana yang telah disetujui. Menjadi tanggung jawab rekanan
untuk memberitahukan kepada Konsultan Supervisi dan Direksi secara
tertulis mengenai Lokasi-Lokasi dimana rekanan memandang perlu
membuat penunjang sementara.
Akibat –akibat yang terjadi karena kegagalan untuk mengerjakannya
adalah menjadi resiko rekanan. Cara pelaksanaannya, besar penunjang,
ukuran-ukuran dan jarak dari pada penyangga sementara itu dan lain-
lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Direksi.
Rekanan bertanggung jawab dalam menyediakan penunjang-
penunjang yang cukup dan setiap saat.

PASAL 17 : PENERANGAN DAN VENTILASI UNTUK TEROWONGAN

Penerangan serta ventilasi terowongan selama masa konstruksi dan


pembersihan sisa-sisa tanah / pasir disediakan dimana perlu. Untuk ventilasi
maka system calung akan dipergunakan. Rekanan harus menyediakan semua
bahan-bahan yang diperlukan. Peralatan dan pemasangan penerangan atau
ventilasi akan merawat instalasi –instalasi tersebut selama masa konstruksi.
Biaya semua pekerjaan instalasi penerangan dan peralatan yang dianggap perlu
termasuk dalam harga-harga untuk pembuatan terowongan di dalam Bill of
Quantities.

24
PASAL 18 : KESELAMATAN KERJA

Rekanan harus selalu memperhatikan kesehatan keselamatan kerja sesuai


dengan standar dan peraturan yang berlaku. Perkiraan biaya penyelenggaraan
keamanan dan kesehatan kerja serta keselamatan konstruksi minimal mencakup
penyiapan RKK, sosialisasi dan promosi K3, alat pelindung diri, personil K3,
fasilitas prasarana kesehatan, rambu-rambu yang diperlukan dan lain-lain
terkait pengendalian resiko K3 dan kesehatan konstruksi.
Minimal rincian biaya penyelenggaraan K3 terdiri dari:

BIAYA PENYELENGGARAAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA KESELAMATAN KONSTRUKSI


TAHUN ANGGARAN 2020

HARGA
NO URAIAN SAT VOLUME WAKTU TOTAL HARGA
SATUAN
1 Penyiapan RK3K Terdiri Atas : -
a Pembuatan Manual, Prosedur, Intruksi Kerja,
Set 1.00 - -
Ijin Kerja

2 Sosialisasi Dan Promosi K3 Terdiri Atas : -


a Spanduk Baner; Lb 1.00 - -

3 Alat Pelindung Diri Terdiri Atas : -


a Topi Pelindung (Safety Helmet) Bh 30.00 - -
b Pelindung Pernapasan dan Mulut (Masker) Bh 30.00 - -
c Sarung Tangan (Safety Gloves) Psg 30.00 - -
Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes Psg 30.00 - -
d
and Toe Cap)

4 Asuransi dan Perijinan Terdiri Atas : -


a BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan Kerja Ls 1.00 - -

5 Personil K3 Terdiri Atas : -


a Petugas K 3 Ob 1.00 2.00 -

6 Fasilitas Sarana Kesehatan : -


a Peralatan P3K(Kotak P3K, Obat Luka, Perban
dll) Ls 1.00 - -

7 Rambu - Rambu Terdiri Atas : -


a Rambu Peringatan (Sesuai Kebutuhan) Bh 10.00 - -

Konsultasi dengan Ahli terkait


8 Keselamatan Konstruksi -
a Ahli Lingkungan Ob - - -

Lain - Lain Terkait Pengendalian Resiko


9 Keselamatan kontruksi -
a Bendera K3 Bh - - -

Total =(1+2+3+4+5+6+7) -

TOTAL DIBULATKAN -

25
PASAL 19 : PEKERJAAN PINTU AIR

Jenis pintu yang dipakai sesuai dengan gambar memakai bahan baja dan
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
a. Ukuran /Dimensi pintu dan jenis pintu sesuai dengan gambar.
b. Menggunakan bahan baja memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
c. Kusen dan dudukan stang pintu menggunakan baja [ (kanal) dan I (i).
d. Pada stang pintu menggunakan drat ulir dan bahan kuningan sesuai dengan
gambar rencana.
e. Pada daun pintu harus diisi karet riber sesuai dengan gambar rencana.

PASAL 20 : PEKERJAAN PIPA

Diameter dan asesoris yang dipakai sesuai dengan gambar dan memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI).

PASAL 21 : PEKERJAAN UTAMA

Pekerjaan Utama adalah sebagai berikut :


a. Galian Tanah Biasa
b. Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Psr
c. Beton K225
d. Pekerjaan Pembesian Dengan Wiremesh M6 U50
e. Beton L-Shape 63.30.33.8 dan Pemasangan
f. Beton L-Shape 83.30.33.8 dan Pemasangan
g. Beton L-Shape 103.30.33.8 dan Pemasangan

26
PASAL 22 : PERSONEL MANAJERIAL

Personel Manajerial terdiri dari :

Jabatan dalam Pengalaman


Sertifikat
Tingkat pekerjaan yang Kerja Kebutuhan
No Kompetens
Pendidikan/Ijazah akan Profesional Orang
i Kerja
dilaksanakan (Tahun)

Minimal SKT
STM/SMK Sipil Pelaksana
1 Site Manager 8 1
Bangunan/D3 Saluran
Teknik Sipil Irigasi

Minimal SKT
STM/SMK Sipil Pelaksana Pelaksana
2 5 1
Bangunan/D3 Teknik Saluran
Teknik Sipil Irigasi

Minimal SKT
STM/SMK Sipil Pelaksana
3 Pelaksana Mutu 5 1
Bangunan/D3 Saluran
Teknik Sipil Irigasi

Minimal
Minimal
Pelaksana K3 Sertifikat
4 SMA/STM/SMK 3 1
Konstruksi Pelatihan
Teknik
K3

PASAL 23 : PERALATAN UTAMA

Peralatan Utama terdiri dari :


No Nama Peralatan Sepesifikasi Jumlah Keterangan

Milik
1 Truck Engkel 3,5 ton - 4 ton 5
Sendiri/Sewa/Sewa Beli

Milik
2 Molen 0,35 m3 5
Sendiri/Sewa/Sewa Beli

Tripod Kaki Tiga dan Milik


3 1 – 1,5 ton 3
Katrol Sendiri/Sewa/Sewa Beli

Milik
4 Pompa Air Minimal 3” 4
Sendiri/Sewa/Sewa Beli

27
PASAL 24: IDENTIFIKASI BAHAYA
Identifikasi Bahaya terdiri dari :
Jenis/Tipe Identifikasi Jenis
Pekerjaan Bahaya & Risiko K3
1 Galian Tanah - Tertimbun tanah / longsor saat
Menggali.
- Tertimpa benda pada saat
menggali.
- Kaki tertusuk benda tajam.
- Terkena peralatan untuk menggali,
seperti: cangkul dll.
2 Pas. Batu kali 1Pc : 4Ps -Terkena / tergores permukaan
batu saat memasang /
memegang batu.
- Terkena pecahan batu saat
membelah
batu untuk dikecilkan.
- Terkena pemuter mesin molen
(engkol).
- Tergencet batu saat memilih
batu
untuk dipasang.
3 Plesteran Campuran 1Pc -Terkena mata saat memelester
: 3Ps - Terkena debu semen saat
mengaduk.
- Terkena pemuter mesin molen
(engkol) saat
menghidupkan mesin molen
(kenek).
4 Siaran 1Pc : 2Ps -Terkena mata saat monggorek siaran.
- Terkena debu semen saat
mengaduk.
5 Pemasangan Beton L- - Tertimpa jatuhan beton L-Shape
Shape saat pengangkutan dan pemasangan
- Cidera otot, cidera punggung saat
pengangkutan L-Shape
- Terkena besi sambungan L- Shape
- Kaki tertusuk benda tajam.
- Terkena sengatan binatang
berbisa
(Kelabang, Ular dan sejenisnya).
6 Beton (Beton K225 dan - Terkena pemutar mesin molen
Beton K175) - Tertusuk paku
- Terkena besi tulangan beton
- Mata terkena campuran beton

28
PASAL 25 : KETENTUAN TAMBAHAN

Ketentuan tambahan yang harus diperhitungkan dalam menyusun


penawaran, antara lain:
a. Biaya sosialisasi pelaksanaan pekerjaan yang meliputi sosialisasi
sebelum pelaksanaan, selama pelaksanaan dan sesudah pelaksanaan;
b. Biaya sewa tanah untuk jalan masuk, barak kerja dan lain –lain, serta
biaya rekondisi untuk mengembalikan ke kondisi semula jalan akses
dan sarana prasarana lainnya yang terkena dampak akibat dari
pelaksanaan pekerjaan, kontraktor pelaksana wajib melakukan
koordinasi secara rutin dengan pihak subak dan pengguna air lainnya
di dalam pelaksanaan pekerjaan yang mengakibatkan terganggunya
suplai air irigasi.
c. Sehubungan dengan pekerjaan dilapangan tidak adanya biaya ganti
rugi tanah, maka terhadap pohon-pohon yang berada dan mengganggu
lokasi pekerjaan harus ditebang, biaya penebangan beserta ganti nyawa
pohon sudah termasuk dalam harga penawaran;
d. Biaya upacara sebelum, selama, dan sesudah selesainya pekerjaan;
e. Pada tahap awal setelah SPMK, rekanan wajib melakukan pengukuran
secara mendetail;
f. Untuk kelancaran pelaksanaan dilapangan penyedia wajib
menyediakan 1 (satu) unit kendaraan roda 4 (empat) dan 2 (dua) unit
kendaraan roda 2 (dua) siap pakai;
g. Untuk kelancaraan pelaksanaan pekerjaan dilapangan penyedia wajib
mengajukan dukungan pabrik beton L-shape minimal 2 vendor pabrik
pendukung awal;
h. Sehubungan dengan lokasi pekerjaan sebagian besar berada dilokasi
yang sulit dijangkau kendaraan, maka penyedia Wajib
Memperhitungkan dengan Cermat BIAYA LANSIRAN
MATERIAL didalam penyusunan AHSP dan wajib mengikuti proses
Aanjwizing kantor dan Aanjwizing lapangan;
i. Biaya – biaya diatas dihitung dengan cermat dan sudah dimasukkan di
dalam penawaran harga;
j. Saat dilaksanakannya Pre Award Meeting, calon pemenang wajib

29
menyampaikan bukti perjanjian antara pabrik suplier beton L-Shape
dengan rekanan untuk menjamin ketersediaan L-Shape sesuai dengan
kuantitas dan kualitas yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis.

Denpasar, November 2019


Ditetapkan Oleh
Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi dan Rawa
SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air
Bali – Penida

Gede Lanang Sunu Perbawa, ST., MPSDA.


NIP : 19830426 201012 1 005

30

Anda mungkin juga menyukai