Anda di halaman 1dari 132

SPESIFIKASI TEKNIS

REHABILITASI PELABUHAN PENYEBERANGAN LIANG BUNYU SEBATIK KABUPATEN NUNUKAN

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN


UNIT ESELON II :
PENYEBERANGAN
INFRASTRUKTUR KONEKTIVITAS TRANSPORTASI
PROGRAM :
DARAT

HASIL (OUTCOME) : PELABUHAN PENYEBERANGAN DIREHABILITASI

REHABILITASI PELABUHAN PENYEBERANGAN LIANG


KEGIATAN :
BUNYU SEBATIK KABUPATEN NUNUKAN
TERLAKSANANYA PEKERJAAN REHABILITASI
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN : PELABUHAN PENYEBERANGAN LIANG BUNYU
SEBATIK KABUPATEN NUNUKAN

JENIS KELUARAN (OUTPUT) : SPESIFIKASI TEKNIS PELAKSANAAN

VOLUME KELUARAN (OUTPUT) : 1 (SATU)

SATUAN UKURAN KELUARAN


: PAKET
(OUTPUT)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT WILAYAH XVII
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
TAHUN ANGGARAN 2021
SPESIFIKASI TEKNIS

OUTLINE

BAB I. SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN 2

BAB II. SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN 12

BAB III. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 23

BAB IV. SPESIFIKASI JABATAN KERJA KONSTRUKSI 124

BAB V. SPESIFIKASI PERALATAN KERJA KONSTRUKSI 126

BAB VI. RENCANA KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI 127

BAB VII. PENUTUP 131

1
SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I
SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN

1. SPESIFIKASI UMUM TEKNIS


1.1. URAIAN UMUM
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-sama dengan
gambar-gambar yang keduanya menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah
pekerjaan mencakup suplai dari instalasi seluruh peralatan dan material yang harus
dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen-dokumen
kontrak, serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan
peralatan dan material tersebut. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan
dan material yang harus disepakati, harus diterapkan baik pada bagian dimana
spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana
pekerjaan atau material tersebut dijumpai.

1.2. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah REHABILITASI PELABUHAN PENYEBERANGAN
LIANG BUNYU SEBATIK KABUPATEN NUNUKAN Tahun Anggaran 2021.

1.3. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu penyelesaian pekerjaan : 150 (seratus lima puluh) hari kalender, masa
pemeliharaan berlaku selama : 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.

1.4. SITUASI
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pemborong harus mempelajari dengan benar dan
berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang tertulis pada gambar-gambar kerja
dan Spektek ini beserta lampirannya.
b. Pemborong diwajibkan melapor kepada Direksi/Konsultan Pengawas/MK setiap akan
melakukan kegiatan pekerjaan dilapangan.
c. Apabila terdapat perbedaan ukuran, kelainan-kelainan antara Gambar Kerja dan
Spektek serta kesesuaiannya di lapangan maka pemborong diharuskan melapor
kepada Direksi/ Konsultan Pengawas/MK/Konsultan Perencana untuk segera
mendapatkan keputusan. Pemborong tidak dibenarkan memperbaiki sendiri
perbedaan dan kelainan tersebut. Akibat dari kelalain pemborong dalam hal ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
d. Daerah Kerja (Construction Area) akan diserahkan kepada pemborong selamawaktu
pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan seperti pada saat penjelasan pekerjaan
(Aanwijzing) dan dianggap bahwa pemborong telah benar-benar mengetahui tentang
:
- Letak Bangunan yang akan didirikan.
- Batas Persil/Lahan maupun Kondisi pada saat itu.
- Keadaan permukaan tanah/Kontur tanah.
e. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) set lengkap Gambar-
gambarKerjadanSpektekditempatpelaksanaanpekerjaanuntuk dapat dipergunakan
setiap saat oleh Direksi/Konsultan Pengawas/MK.

2
SPESIFIKASI TEKNIS

f. Atas perintah Direksi/Konsultan Pengawas/MK, Pemborong diminta untuk membuat


gambar-gambar penjelasan (Shop Drawing) berikut perincian bagian-bagian khusus
(Detail) yang biaya pembuatan gambarnya menjaditanggung jawab pemborong.
Gambar tersebut setelah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas/MK secara tertulis
akhirnya menjadi gambar pelengkap dari Gambar-gambar Kerja yang ada.

1.5. PERSYARATAN TEKNIS DAN PERATURAN


a. Persyaratan Teknis
1) Penawaran didalam metode teknis pelaksanaan pekerjaan harus mencakup
sebagai berikut :
a) Metode teknis yang menggambarkan penguasaan teknis dalam
menyelesaikan pekerjaan dari awal sampai akhir pekerjaan, meyakinkan
untuk diselesaikan dalam jadwal waktu yang sudah disepakati. Metode yang
dijelaskan mencakup item pekerjaan secara detail. Dilengkapi oleh ilustrasi/
contoh gambar kerja;
b) Menjelaskan jobdesk/peran dan tanggung jawab personil yang ada;
c) Memberikan flowchart detail untuk item pekerjaan yang ada secara jelas;
d) Kurva s;
e) Barchar;
f) Gantt chart;
g) Task usage bahan dan material;
h) Task usage personil dan tenaga kerja;
i) Task usage peralatan kerja;
j) Jadwal alat kerja;
k) Jadwal bahan dan material;
l) Jadwal personil & tenaga kerja;
m) Jadwal sumber daya;
n) Bagan network planning;
o) Analisa cash flow;
p) Metode keselamatan K3;
q) Metode kendala & solusi 1 minggu;
r) Metode kendala & solusi 2 minggu;
s) Metode kendala & solusi 3 minggu.
2) Kualifikasi Penyedia Jasa :
Persyaratan Kualifikasi yang harus dipenuhi penyedia Jasa :
a) Peserta berbadan usaha harus memiliki Surat Ijin Usaha Konstruksi (SIUJK)
yang masih berlaku kualifikasi Menengah;
b) Peserta berbadan usaha harus memiliki Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi
(SIUJK) Bidang Usaha Jasa Pelaksana Spesialis, Kualifikasi Menengah sesuai
dengan Sertifikat Badan Usaha (SBU), dengan Sub Bidang : Jasa Pelaksana
Konstruksi Bangunan Komersial (BG004) dan Jasa Pelaksana Spesialis
Pekerjaan Baja dan Pemasangannya, Termasuk Pengelasan (SP011);
c) Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan (SPT Tahunan)
tahun pajak 2019;
d) Memiliki akta pendirian perusahaan dan akta perubahan perusahaan (apabila
ada perubahan);
e) Laporan Keuangan Tahun 2019 yang sudah diaudit oleh Auditor Independent
(Kantor Akuntan Publik);

3
SPESIFIKASI TEKNIS

f) Tidak masuk dalam Daftar Hitam, keikutsertaannya tidak menimbulkan


pertentangan kepentingan pihak yang terkait, tidak dalam pengawasan
pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau
yang bertindak untuk dan atas nama Badan Usaha tidak sedang dalam
menjalani sanksi pidana, dan pengurus/pegawai tidak berstatus Aparatur
Sipil Negara, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan
Negara;
g) Pengalaman paling kurang 1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 4 (empat)
tahun terakhir pada pekerjaan sejenis, baik di lingkungan pemerintah
maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, yang dibuktikan dengan
kontrak, PHO atau FHO kecuali bagi pelaku usaha yang baru berdiri kurang
dari 3 (tiga) tahun;
h) Memenuhi Sisa Kemampuan Paket (SKP) dengan perhitungan :
SKP = 5 – P, dimana P adalah Paket pekerjaan yang sedang dikerjakan
(hanya untuk pekerjaan yang diperuntukkan bagi Kualifikasi Usaha
Menengah);
i) Memiliki Sisa Kemampuan Nyata (SKN) dengan nilai paling kurang sama
dengan 10% (sepuluh perseratus) dari nilai total HPS, yang disertai dengan
laporan keuangan (untuk pekerjaan yang diperuntukkan bagi Usaha
Menengah dan Besar. Khusus untuk Usaha Besar, laporan keuangan wajib
telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik);
j) Memenuhi syarat syarat lainnya yang ditentukan Pokja dalam Dokumen
Pengadaan.
3) Penyedia Jasa wajib mengisi data kualifikasi melalui form isian elektronik data
kualifikasi dalam aplikasi SPSE dan/atau diunggah (upload) pada fasilitas
pengunggahan lain yang tersedia pada aplikasi SPSE.
b. Peraturan
Semua dalam kontrak ini harus di laksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Standar Normalisasi Indonesia
(SNI ), Standar Industri Indonesia (SII ), Peraturan Nasioanal maupun peraturan
setempat yang berlaku atas jenis bahan tersebut, peraturan tersebut antara lain :
 Perpres No. 70 tahun 2010 dengan lampiran- lampirannya.
 Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau
Algemene Voorwarden Voor Deuitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werken
(AV) 1941.
 Keputusan – keputusan dari Majel is Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Badan
Arbitrasi Nasional Indonesia (BANI )
 SNI 03-2445-1991 / SK SNI S-05-1990-F, Spesifikasi kayu gergajian untuk
bangunan rumah dan gedung.
 SNI 03-2353-1987 / SNI 4.3-53.1987/UDC, Spesifikasi kayu awet untuk
perumahan dan gedung.
 SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi bahan bangunan A (Bahan bangunan bukan
logam).
 SK SNI S-05-1989, Spesifikasi bahan bangunan bagian B (Bahan bangunan dari
besi /baja).
 SK SNI -06-1989-F, Spesifikasi bahan bangunan bagian C (Bahan bangunan dari
logam bukan besi ).
 SNI 03-2408-1991 / SK SNI T-09-1990-F, Tata cara pengecatan logam.

4
SPESIFIKASI TEKNIS

 SNI 03-2495-1991, Spesi f ikasi bahan tambahan untuk beton.


 SK SNI 03-1994-03, Spesifikasi peralatan pemasangan dinding bata dan
plesteran.
 SNI 03-1726-1989 / SK SNI 1-03-53-1987, Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk rumah dan gedung.
 SNI 03-2410-1991 / SK SNI T-11-1990-F, Tata cara pengecatan dinding tembok
dengan cat emulsi.
 SNI 03-2835-1992 / SK SNI T-01-1991-03, Tata cara perhitungan harga satuan
persiapan dan tanah untuk bangunan sederhana.
 SNI 03-2i836-1992 / SK SNI T-01-1991-03, Tata cara perhitungan harga satuan
pondasi batu belah untuk bangunan sederhana.
 SNI 03-2837-1992 / SK SNI T-05-1991-03, Tata cara perhitungan harga satuan
dinding tembok dan plesteran untuk bangunan sederhana.
 SK SNI S-03-1994-03, Spesifikasi peralatan pemasangan dinding bata dan
plesteran.
 SNI 03-3434-1994 / SK SNI T-11-1992-03, Tata cara perhitungan harga satuan
kayu untuk bangunan sederhana.
 SNI 03-3435-1994 / SK SNI T-11-1992-03, Tata cara perhitungan harga satuan
penutup langit - langit untuk bangunan sederhana.
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971/1984 (PBI 1971/1984).
 Peraturan Konstruksi Baja yang berlaku Indonesia
 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia NI -3 1970.
 Peraturan Konst ruksi Kayu Indonesia, NI -5 1961.
 Peraturan Semen Portland Indonesia, NI -8.
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
 Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat, dalam hal permasalahan bangunan.
Untuk bahan dan yang belum termasuk dalam standar tersebut diatas, maupun
standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar Indonesia atau persyaratan
teknis/produsen bahan yang bersangkutan.

1.6. PERIJINAN
Setelah penyedia barang/jasa ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi
lain yang berwenang, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan harus
menyelesaikan perijinan tersebut. Direksi, dalam batas-batas kewenangannya, akan
membantu untuk menyiapkan surat-surat resminya, tetapi segala biaya yang diperlukan
untuk perijinan tersebut merupakan tanggung jawab penyedia barang/jasa. Pekerjaan di
lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perijinan yang diperlukan belum diperoleh.
Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material yang
menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material tersebut akan
memerlukan perijinan dan biaya tambahan, maka hal tersebut terlebih dahulu harus
didiskusikan dengan direksi untuk mencari jalan keluarnya.

5
SPESIFIKASI TEKNIS

2. PROSES/KEGIATAN
2.1. JADWAL PELAKSANAAN/RENCANA KERJA
a. Sebelum memulai pelaksanaan dilapangan, Penyedia jasa/Kontraktor harus
terlebih dahulu menyusun rencana kerja (time schedule) yang kemudian dimintakan
pengesahan kepada direksi;
b. Rencana Kerja harus sudah diajukan kepada direksi pada saat Rapat Persiapan
Penunjukan Penyedia Jasa (SPPBJ) dilaksanakan, minimal memuat :
- Jadwal Waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara rinci yang digambarkansecara
Diagram Panah (Network Planning) dan Diagram Balok (Barchart)
- Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja
- Jadwal Pengadaan Bahan/Material Bangunan
- Jadwal Pengadaan dan Pemakaian Peralatan
- Diagram Cash-Flow (Arus Tunai)
c. Bagan/Diagram tersebut diatas harus mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas/MK sebagai dasar/pedoman pemborong dalammelaksanakan pekerjaanya
dan pemborong wajib mematuhi dan menepatinya.
d. Dalam rencana kerja harus sudah tercantum garis prestasi dan garis termin
rencana;
e. Pekerjaan/tugasnya, termasuk kompetensi melaksanakan prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja yang sesuai pada jenis pekerjaan/tugasnya tersebut.

2.2. GAMBAR-GAMBAR KERJA


Yang dimaksud dengan Gambar-gambar Kerja adalah :
a. Gambar-gambar meliputi Gambar Arsitektur dan Gambar Struktur, serta gambar
perubahannya yang yang telah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas/MK.
Gambar-gambar ini selain dari gambar- gambar yang dibuat Konsultan Perencana
juga gambar-gambar yang dibuat oleh pemborong(ShopDrawing) yang telah disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas/MK dan Konsultan Perencana.
b. Apabila terdapat perbedaan ukuran dan penjelasan atau ketidaksesuaian antara
gambar yang berlainan jenis dan lingkupnya maka dapat dipakai pedoman sebagai
berikut :
- Secara fungsi yang dipakai pedoman adalah Gambar Arsitektur
- Secara jenis dan kualitas yang menyangkut bahan dan perhitungan yangdipakai
sebagai pedoman adalah gambar yang sesuai jenis/lingkupnya diantaranya
adalah : Gambar Struktur dan gambar lain dengan spesifikasi sesuai jenisnya.
c. Gambar pelaksanaan (Shop Drawing) harus dibuat oleh pemborong dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Pembuatannya berdasar kepada Gambar Kerja dan disampaikan
kepadaDireksi/Konsultan Pengawas/MK, untuk mendapat persetujuan.
- Pekerjaa Pelaksanaan belum dapat dimulai sebelum Gambar pelaksanaan
tersebut disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas/MK
- Persetujuan terhadap Gambar Pelaksanaan bukan berarti
menghilangkantanggung jawab pemborong terhadap pelaksanaan pekerjaan
tersebut.Keterlambatan atas proses pembuatan Shop Drawing ini tidak berarti
pemborong mendapat perpanjangan waktu pelaksanaan
- Shop Drawing tersebut harus dibuat rangkap 3 (tiga) berikut aslinya dan semua
biaya menjadi tanggung jawab pemborong

6
SPESIFIKASI TEKNIS

d. Perubahan Gambar Kerja/Perencanaan hanya dapat dilakukan atas dasar perintah


tertulis Direksiberdasarkan pertimbangan Konsultan Pengawas/ MK dan konsultan
Perencana dengan ketentuan sebagai berikut :
- Perubahan rancangan ini harus digambar sesuai dengan yang diperintahkan
Direksi dengan pengarahan Konsultan Perencana dan jelas
memperlihatkanperbedaanantaraGambarPelaksanaandanGambar Perubahan
Rencananya,
- Gambar Perubahan dibuat oleh pemborong atas Pengarahan Konsultan
Perencana dan disetujui oleh Kuasa pengguna anggaran kemudian dilampirkan
dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.
e. Gambar Sesuai Terlaksana (As Build Drawing), harus dibuat oleh pemborong dengan
ketentuan berikut :
- Gambar Sesuai Terlaksana dibuat dan diserahkan pada akhir pekerjaan dan harus
sesuai dengan hasil pekerjaan terpasang,
- Gambar Sesuai Terlaksana harus disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas/MK,
dan diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut aslinya dengan biaya keseluruhan
ditanggung oleh pemborong.

2.3. PETUNJUK - PETUNJUK/ INSTRUKSI DIREKSI/ KONSULTAN PENGAWAS/ MK


a. Semua instruksi dari Direksi/Konsultan/MK harus dilaksanakan secara baikoleh
pemborong, jika pemborong keberatan menerima petunjuk/instruksi Direksi/ Konsultan
Pengawas/ MK tersebut,maka harus mengajukansecaratertulis kepada
Direksi/Konsultan Pengawas/MK dalam waktu 7 (tujuh) hari,
b. Apabila dalam batas waktu tersebut diatas pemborong tidak mengajukan keberatan
maka dianggap telah menyetujui dan menerima petunjuk Direksi/Konsultan
Pengawas/MK untuk segera dilaksanakan. Pemborong diharuskan merekam atau
dalam kata lain mencatat setiap petunjuk/instruksiDireksi/Konsultan
Pengawas/MKdalam buku harian lapangan/pelaksanaan dan memintakan tanda tangan
atau sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas/MK.
2.4. HASIL PEKERJAAN
Untuk menjamin mutu/kualitas hasil pekerjaan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
maka pemborong diharuskan menyediakan :
a. Pelaksana atau tenaga ahli yang mengerti dan berpengalaman tentang gambar kerja
dan cara-cara pelaksanaan,
b. Alat bantu kerja, pompa air untuk kerja, alat pemadat tanah, alat ukur waterpas,
penyekat tegak dan alat bantu pekerjaan lainya,
c. Biladiperlukan,sesuaidengankondisilapangan/situasitempatkerja, makasebelum
melakukan pekerjaan pembersihan, pemborong diwajibkan memasang alat-alat
pengaman.

2.5. PENETAPAN UKURAN


a. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan ini dan tidak
boleh menambah ukuran tanpa seijin Direksi/KonsultanMK. Setiap adaperbedaan
dengan ukuran-ukuran yang ada harus segera memberitahukankepada
Direksi/Konsultan MK untuk segera ditetapkan sebagaimana mestinya,
b. Sebelum memulai pekerjaan, pemborong wajib memberitahu Direksi/Konsultan
Pengawas/MK, bagian pekerjaan yang akan dimulai untuk diperiksa terlebih dahulu
ketepatan ukuran-ukurannya,

7
SPESIFIKASI TEKNIS

c. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran satu dengan yanglain dalam


setiap bagian pekerjaan dan segera melapor kepada Direksi/Konsultan Pengawas/MK
setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran untuk diberikan keputusan pembetulannya,
d. Mengingat setiap kesalahan ukuran selalu mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan
yang lainya, maka ketetapan akan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-
sungguh. Kelalaian pemborong terhadap hal ini tidakdapat diterima dan
Direksi/Konsultan Pengawas/MK berhak untuk membongkar pekerjaan dan
memerintahkan untuk menepati ukuran sesuai ketentuan.
e. Kerugian terhadap kesalahan pengukuran oleh pemborong sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pemborong.

2.6. BUKU HARIAN LAPANGAN


a. Pemborong diwajibkan menyediakan dan mengisi Buku Harian Lapanganyang berisi
laporan tentang jumlah tenaga/pekerja, bahan bangunan danpekerjaan yang
dilaksanakan, keadaan cuaca, peralatan yang dipakai serta lain-lain hal yang dianggap
perlu atas petunjuk dan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas/MK.
b. Buku Harian Lapangan harus disediakan oleh pemborong sesuai jangkawaktu
pelaksanaan pekerjaan dan harus selalu berada ditempat pekerjaan, diisi oleh
pemborong dan diketahui Direksi/Konsultan Pengawas/ MK,
c. Konsultan Pengawas/MK mencatat instruksi-instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang
dianggap perlu pada Buku Harian Lapangan dan merupakan petunjuk yang harus
diperhatikan pemborong,
d. Buku Harian Lapangan dibuat masing-masing 3 (tiga) rangkap.

2.7. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN


a. Selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan berlangsung, pemborong harus
memelihara kebersihan lokasi pembangunan maupun lingkungannya terutama jalan-
jalan disekitar lokasi proyek, Direksi Keet, Gudang, Los kerja,dan bagian dalam
bangunan yang akan dikerjakan harus bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan
lain-lain,
b. Untuk kebersihan lingkungan terutama jalan-jalan disekitar lokasi proyek yang harus
dibersihkan adalah kotoran yang diakibatkan oleh keluar masuknya kendaraan proyek.
Kelalaian dalam hal ini dapat membuat kuasa pengguna anggaran memberi perintah
penghentian pekerjaan yang segala akibatnya menjadi tanggung jawab pemborong,
c. Penimbunan bahan/material yang ada dalam gudang maupun dihalaman luargudang
harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan
umum serta untuk memudahkan penelitian yang dilakukan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas/MK,
d. Pada saat penyerahan pekerjaan pertama, kondisi bangunan harus bersih dari sisa-sisa
kotoran kerja.

2.8. AIR KERJA


a. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan effisien seperti : beton molen dan alat-
alat lain sesuai dengan kegunaanya,
b. Bila sekiranya pekerjaan atau bagian pekerjaan telah selesai dan tidak lagi
memerlukan peralatan yang dimaksud, pemborong diwajibkan untuk menyingkirkan

8
SPESIFIKASI TEKNIS

alat-alat tersebut dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh


pemakaian peralatan tersebut serta membersihkan bekas-bekasnya,
c. Disamping menyediakan alat-alat seperti tersebut diatas, pemborong haruspula
menyediakan alat bantu yang diperlukan agar dalam situasi dan kondisi apapun
pekerjaan tidak terganggu.

2.9. KECELAKAAN DAN KESEHATAN


a. Kecelakaan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan menimpa pekerja maupun
orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab pemborong,
b. Pemborong diharuskan untuk menyediakan alat kesehatan/kotak P3K yang terisi
penuh dengan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan, lengkapdengan seorang
petugas yang mengerti dalam soal-soal penyelamatan pertama dan kesehatan,
c. Pemborong diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran jenis ABC (untuk
segala jenis api), pasir dalam bak, galah-galah dan alat-alat penyelamat kebakaran
yang lain,
d. Sejauh tidak disebutkan dalam SPEKTEK ini, maka pemborong harus mengikuti semua
ketentuan umum yang berlaku dan dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah terutama
tentang Undang-undang Keselamtan Kerja termasuk segala kelengkapan dan
perubahannya.

2.10. KEAMANAN
a. Pemborong bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada dan terjadi di
daerah kerjanya terutama mengenai :
- Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan baikdisegaja
ataupun tidak disegaja.
- Penggunaan sesuatu bahan yang keliru/salah/Kehilangan-kehilangan
bahan,peralatan kerja.
- Perkelahian antar pekerja maupun dengan pihak lainya.
b. Terhadap semua kejadian sebagaimana tersebut diatas, pemborong harus melaporkan
kepada Direksi/Konsultan Pengawas/MK dalam waktu paling lambat 24 jam untuk
diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut,
c. Untuk mencegah kejadian-kejadian seperti tersebut diatas, pemborong harus
menyediakan pengamanan antara lain Penjagaan, Penerangan yang cukupdiwaktu
malam hari, pemagaran sementara di lokasi kerja dan lain sebagainya.

2.11. PENYEDIAAN MATERIAL/BAHAN BANGUNAN


a. Bila dalam SPEKTEKini disebutkan nama dan pabrik pebuat bahan/material, maka hal
ini dimaksudkan menunjukan standard minimal mutu/kualitas bahan yang digunakan
dalam pekerjaan ini,
b. Setiap bahan/material yang akan digunakan harus disampaikan kepada
Direksi/Konsultan Pengawas/MK untuk mendapat persetujuan. Waktu penyampaian
contoh bahan harus sedemikian rupa sehingga Direksi/Konsultan Pengawas/ MK dapat
menilainya,
c. Contoh Bahan/Material yang akan digunakan harus diadakan atas tanggunan
pemborong, setelah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas/MK maka
bahan/material tersebut harus ditandai dan diadakan untuk dipakai dalam pekerjaan
nantinya,

9
SPESIFIKASI TEKNIS

d. Contoh bahan/material tersebut selanjutnya disimpan oleh Direksi/Konsultan


Pengawas/ MK untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan/material yang
dipakai tidak sesuai dengan contoh,
e. Dalam pengajuan harga penawaran, pemborong harus menyertakan sejauhkeperluan
biaya untuk pengujian berbagai bahan/material. Tanpa mengingatjumlah tersebut,
pemborong tetap bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan/material yang
tidak memenuhi syarat atas perintah Direksi/Konsultan Pengawas/MK,
f. Apabila ternyata jenis dan macam bahan/material yang tercantum dalam SPEKTEK ini
atau melalui contoh yang telah diberikan ternyata dalam pengadaannya tidak
mencukupi dalam jumlahnya (persediaan terbatas) maka penggantian bahan/material
hanya dapat diberikan dengan ijin dari Direksi/Konsultan Pengawas/MK,
g. Apabila pemborong dalam penggunaan bahan/material tidak sesuai denganketentuan
tanpa persetujuan Direksi/KonsultanMK maka Direksi/Konsultan Pengawas/MK berhak
untuk meminta mengganti/membongkar bagian pekerjaan yang menggunakan
bahan/material tersebut untuk diganti denganyang sesuai ketentuan kecuali terdapat
alasan tertentu yang diketahui dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas/MK.

2.12. SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN


Pada akhir pekerjaan menjelang Penyerahan Hasil Pekerjaan tahap pertama :
a. Semua bangunan sementara harus dibongkar dan dibersihkan bekas- bekasnya.
b. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih, utuh, tanpa cacat dan
berfungsi sebagaimana mestinya.
c. Pemborong diwajibkan menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas/MK berupa :
- 3 (tiga) set Gambar Sesuai Terlaksana (Asbuild Drawing) dari seluruh pekerjaan
yang dilaksanakannya termasuk gambar perubahanya.
- 3(tiga) set Album Photo Proyek.
d. Pemborong harus membersihkan dan membuang sisa-sisa bahan/mterial,sampah,
kotoran bekas kerja dan barang lain yang tidak berguna akibat pekerjaan.

2.13. PHOTO DAN VODEO PROYEK


a. Photo Proyek harus dibuat oleh pemborong sesuai pengarahan dari Direksi/Konsultan
Pengawas/MK dengan ketentuan sebagai berikut :
- Tahap I pada saat bobot pekerjaan 0% - 25% (Papan Nama Proyek, Kondisi
Lokasi Pekerjaan, Persiapan dan Pondasi/Pemancangan).
- Tahap II pada saat bobot pekerjaan 25% - 50% (Pekerjaan Struktur).
- Tahap III pada saat bobot pekerjaan 50% - 100% (Pekerjaan Arsitektur, Utilitas
dan Detail yang penting).
b. Photo Proyek pada setiap tahap tersebut dibuat sebanyak 3 (tiga) set dilampirkan
bersama dengan laporan bulanan sesuai pencapaian bobot pekerjaan dan penagihan
termin.
c. Pengambilan titik pandang harus diusahakan tetap dari setiap tahap dan sesuai
dengan pengarahan dari Direksi/Konsultan Pengawas/MK dilapangan.
d. Photo setiap tahap ditempelkan pada album/map dengan keterangan singkatdan
penempatan dalam album harus disetujui kuasa pengguna anggaranserta teknis
penempelannya dalam album ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas/MK.
e. Untuk photo kondisi force majeure diambil sebanyak 3 (tiga) kali.

10
SPESIFIKASI TEKNIS

f. Video Proyek yang menggambarkan kompilasi progress seluruh pekerjaan diambil dari
satu titik pandang tetap mulai dari awal pekerjaan sampai berakhirnya pekerjaan (0%
s.d. 100%).

2.14. PENEMUAN BENDA-BENDA DI LAPANGAN


a. Penemuan benda dilapangan pekerjaan, seperti fosil, barang kuno, tulang belulang
dan benda berharga lainnya harus dilaporkan pada Direksi/Konsultan Pengawas/MK
dan menjadi milik kuasa pengguna anggaran.
b. Pada waktu menemukan benda-benda tersebut, pemborong wajib segeramengambil
tindakan sebagai berikut :
- Berusaha agar tidak mengganggu benda-benda tersebut, penggalianatau
pemindahan lebih lanjut harus dihindarkan/dicegah sampai ada keputusan dari
Direksi/Konsultan Pengawas/MK.
- Mengambil langkah yang perlu untuk melindungi benda tersebut dalam keadaan
dan posisi seperti waktu ditemukan pertama kali.
- Melaporkan penemuan tersebut kepada kuasa pengguna anggaransecara tertulis
dengan menjelaskan secara tepat lokasi penemuan tersebut.
c. Kuasa pengguna anggaran dengan segera akan mengeluarkan perintah tentang apa
yang harus dilakukan mengenai benda-benda tersebut kepada pemborong.

11
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II
SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN

Pasal 1
U M U M

Sedapat mungkin harus dipakai bahan-bahan dalam negeri untuk keperluan konstruksi.

1.1. Spesifikasi standar

Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas


secara tertulis semua bahan-bahan atau barang barang harus sesuai dengan terbitan
terbaru dari J.I.S. yang dapat digunakan atau British Standard (selanjutnya disebut B.S.)
dan Normalisasi Indonesia (selanjutnya disebut N.I.), atau Standard Industri Indonesia
(SII).

Bahan-bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana tidak
ada dalam JIS, BS atau NI, harus disetujui secara khusus oleh
Direksi/Engineer/Pengawas.

1.2. Pemeriksaan dan pengujian

1.2.1. Semua bahan-bahan dan barang-barang/benda-benda yang disarankan oleh


Kontraktor untuk dipakai didalam pekerjaan proyek harus dapat/boleh diperiksa,
diuji dan dianalisa sewaktu-waktu, jika dan bila diminta oleh
Direksi/Engineer/Pengawas.

Jika Direksi/Engineer/Pengawas menganggap perlu, maka Kontraktor atas biayanya


sendiri harus dapat memberikan test sertifikat dari pabrik.

Atas biayanya sendiri, Kontraktor harus menyediakan dan mempersiapkan bahan-


bahan yang ditest dan contoh-contoh dari bermacam-macam bahan yang sewaktu-
waktu akan diminta atau disyaratkan.

Semua ongkos dari peninjauan dan ujian menjadi tanggungan Kontraktor.

Setiap test bahan atau pekerjaan yang telah selesai harus dilaksanakan dengan
disaksikan Direksi/Engineer/Pengawas dan harus dilaksanakan sedemikian
memenuhi persyaratan yang diminta.

1.2.2. Semua bahan-bahan yang dipakai dalam proyek/pekerjaan, harus mendapat


persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas sebelum dipakai/dipasang, meskipun bahan-
bahan tersebut telah dinyatakan dapat diterima pada waktu didatangkan di site.

Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh tidak disetujuinya bahan-
bahan tersebut oleh Direksi/Engineer/Pengawas menjadi tanggungan Kontraktor.

Direksi/Engineer/Pengawas mempunyai kebebasan untuk menolak salah satu atau


semua bahan-bahan dan metoda pelaksanaan yang tidak sama kwalitasnya dan
sifatnya seperti contoh-contoh yang telah disetujui dan Kontraktor harus segera
memindahkan bahan-bahan atau membongkar pekerjaan - pekerjaan yang
dimaksud atas tanggungannya.

12
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 2
BAJA

2.3. Plat dan Profil baja

Plat baja yang akan dipakai untuk pelaksanaan dalam kontrak ini harus mengikuti : Kelas
2 SS-41 JIS G 3444 dan JIS A 5525. Komposisi kimia dan sifat-sifat mekanisnya harus
sesuai dengan standar-standar tersebut dibawah ini :

Komposisi kimia

C : 0,30 % max. ; Si = 0,35 max.

P : 0,04 % max. ; Mn = 0,30 - 1,00

S : 0,04 % max.

Sifat-sifat mekanis

Kekuatan tarik : 40 kg/mm2 atau lebih/KHI: Grade X - 46

Yield point : 32 kg/mm2 atau lebih

Perpanjangan : 15 % atau lebih

Toleransi pada bentuk dan dimensi dari profil baja

a. Dimensi penampangToleransi

Ujung-ujung batang + 0,5 %

Bagian tengah + 1,0 %

b. Tebal + tidak terbatas

- 0,7 mm

c. Panjang + tidak terbatas

-0

d. Lenturan Maximum 0,1 % dari panjang tiang

Jika dianggap perlu olehnya, Direksi/Engineer/Pengawas dapat mengirim sample sample


dari baja tersebut ke laboratorium yang diakui untuk analisa mekanis dan kimiawi.

2.4. Pengangkutan dan penyimpanan profil baja

Dalam pengangkutan profil baja harus diambil langkah-langkah yang tepat untuk
melindungi profil baja menjadi bengkok, cacat cacat permanen.

Pada waktu pemuatan dan pembongkaran profil baja, semua profil baja harus diperlakukan
sedemikian sehingga tidak terjadi pelengkungan-pelengkungan yang besar.

Profil baja tidak boleh ditumpuk lebih dari 3,5 m dan balok- balok penumpunya
ditempatkan diantara lapisan dengan jarak antara sebesar 4,0 m. Ukuran standar balok,

13
SPESIFIKASI TEKNIS

kayu penumpu adalah 10x10 cm2. Dimana ada kemungkinan profil baja melendut, maka
harus segera dilakukan penumpukan/ pengaturan kembali.

Kontraktor harus mendapatkan sertifikat dari pabrik baja yang memprodusirnya dan
sertifikat tersebut harus dapat disetujui Direksi/Engineer/Pengawas.

2.5. Tulangan baja dan bindraad

Batang-batang besi untuk tulangan beton harus sesuai dengan persyaratan JIS tersebut
dibawah ini atau Standar Industri Indonesia (selanjutnya disebut SII) dan NI - 2.

Baja-baja deformed JIS G 3112 Hot rolled deformed bar NI-2 SD-30 U- >
13 mm

Baja bulat JIS G 3112 Hot rolled bar, SR-24 U -

Bindraad JIS G 3532 SWM - A diameter 0,9 m atau lebih

Sertifikat pabrik harus diberikan untuk deformed bars, round bars dan bindraad.

2.6. Penyimpanan tulangan baja

Baja untuk tulangan tidak boleh ditempatkan langsung diatas tanah, tapi harus diatas
ganjel-ganjel atau rak rak dan harus dibawah atap untuk melindungi terhadap hujan.

Tulangan baja disimpan terpisah-pisah menurut diameter dan panjangnya.

2.7. Baut-baut, paku-paku dan mur-mur

Kecuali ditentukan lain pada gambar, maka baut-baut (termasuk baut angker dalam beton)
dan paku-paku harus mengikuti persyaratan dalam JIS G 3101, JIS B 1181 atau BS 4190.

Pasal 3
SEMEN

3.1. U m u m

Semen yang dipakai untuk beton harus dari merek/pabrik yang disetujui dan harus
Portland Cement tahan sulfate atau Portland Cement Type I ditambah bahan Additive yang
sesuai dengan JIS R 5210, ASTM C 150 dan atau SII-0013-81, terkecuali jika
ditentukan lain.

Jika Kontraktor menginginkan, maka P.C. yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai
pengganti P.C. tahan sulfat asal mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/
Engineer/Pengawas.

3.2. Sertifikat pengujian dan lain-lain

Setiap pengiriman semen harus disertai dengan pengiriman sertifikat dari pabrik yang
menunjukkan bahwa semen tersebut telah diuji dan dianalisa mengenai komposisi kimianya
dan bahwa coba uji dan analisa tersebut dalam segala-galanya sesuai dengan persyaratan -
persyaratan yang relevan dengan JIS, BS atau N I.

14
SPESIFIKASI TEKNIS

Setiap pengiriman semen, yang dikirim ke site harus diuji dan dianalisa menurut
persyaratan yang relevan dengan JIS, BS atau N I.

Sample akan dikumpulkan sebagaimana ditentukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan


pengujian harus dilaksanakan pada laboratorium yang telah disetujuinya. Semen yang
telah dipakai untuk sample - sample tidak boleh dipakai pada pekerjaan apapun sebelum
coba ujinya dan analisanya telah selesai dan hasilnya telah diterima dengan baik oleh
Direksi/Engineer/Pengawas.

Sebagai tambahan dari test- test dan analisa-analisa tersebut diatas


Direksi/Engineer/Pengawas dapat menguji semen yang telah disimpan di Site sebelum
dipakai untuk menentukan apakah semen yang didatangkan telah rusak selama
pengangkutan atau selama disimpan. Tidak boleh ada semen yang dipakai sebelum
diterima dan dinyatakan baik oleh Direksi/Engineer/Pengawas. Banyaknya semen untuk
test tidak ditentukan dan ongkos pengujiannya harus dimasukkan dalam bill of quantity
untuk masing-masing pekerjaan.

Direksi/Engineer/Pengawas dapat menolak semen yang didatangkan/yang ada,


berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, meskipun semen itu telah mendapat
sertifikat pabrik.

Semua semen yang telah ditolak harus segera dipindahkan dari Site, atas biaya Kontraktor.

3.3. Pengangkutan dan penyimpanan semen

Umur semen pada waktu dilever dilapangan tidak boleh lebih dari 2 (buah) bulan dan
semen harus dipakai dalam waktu 3 bulan setelah datang di Site.

Semen harus diangkut ke Site dalam kendaraan yang tertutup, terlindung dengan baik
terhadap cuaca dan harus disimpan dengan baik didalam gudang-gudang yang mempunyai
cukup ventilasi, tahan terhadap cuaca dan tahan air untuk mencegah kerusakan karena
lembab. Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu setinggi paling sedikit 30 cm diatas
tanah dan diberi ventilasi.

Setiap pengiriman semen harus dipisah-pisahkan agar dapat dengan mudah diidentifikasi,
diperiksa, ditest dan dicatat tanggal pengeluarannya. Semen yang disimpan dalam
kantong/zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 13 zak.

Semen yang didatangkan di Site harus segera ditempatkan didalam gudang-gudang


tersebut diatas dan dipakai pada pelaksanaan sesuai urutan datangnya.

Penggunaan semen dalam jumlah yang besar tidak dilarang. Biar bagaimanapun juga,
pengang-kutan, penyimpanan dan penggunaan harus mendapat persetujuan
Direksi/Engineer/Pengawas terlebih dahulu.

Kontraktor harus menyampaikan laporan mingguan kepada Direksi/Engineer/Pengawas


mengenai pengiriman semen, penyimpanannya dan menjelaskan berapa banyaknya yang
diterima dan dikeluarkan selama minggu tersebut, dari siapa/darimana dibeli dan
dibagian-bagian pekerjaan apa saja semen telah dipergunakan.

15
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 4
AGREGAT UNTUK BETON

4.1. U m u m

Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan memenuhi
syarat-syarat dalam NI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standard lain yang disetujui Direksi/
Engineer/Pengawas.

Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari contoh-contoh
yang telah disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut diatas, maka sumber ini
dapat ditolak.

Suatu jumlah stock agregat yang telah disetujui Direksi/Engineer/Pengawas harus selalu
ada dilapangan untuk memungkinkan pembuatan beton secara kontinu untuk suatu jangka
waktu 2 minggu tanpa terhenti.

4.2. Agregat kasar

Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan
dengan ukuran butir maximum tidak melebihi daftar dibawah ini.

Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang
ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm - 5 mm, 20 mm -
5 mm ukuran nominal atau syarat dalam N I atau dalam tabel berikut ini dari JIS.

Prosentase terhadap berat yang lolos saringan

(JIS A 1002 sieve)

Ukuran Ukuran Saringan ( mm )


Agregat
50 40 30 25 20 15 10 5 2,5

40-50 % 100 95- 35-70 10- 0-5


100 30
25-5 % 100 95- 30- 0-10 0-5
100 70
Apabila dari analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempe-ngaruhi kerapatan beton, Direksi/Engineer/Pengawas dapat memberi petunjuk
kepada Kontraktor untuk menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut diatas.

Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas setelah


dilakukan pengetesan dilapangan. Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak lapuk,
bersih dan tidak mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah
untuk mendapat ukuran yang disyaratkan dengan jenis crusher yang disetujui. Bubuk atau
partikel halus lolos saringan 5 mm harus dipisahkan dan kalau dikehendaki
Direksi/Engineer/ Pengawas harus dicuci secara seksama.

4.3. Agregat halus

16
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik, dan harus
mempunyai gradasi sedemikian apabila dicampur dengan agregat kasar, akan
menghasilkan beton dengan kerapatan maximum.

Gradasi dari agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198 -
1200 atau dalam N I atau dalam tabel berikut ini dari JIS.

Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1102 sieve)

Ukuran saringan (mm)

10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15


% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-10
Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir
dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai hanya
atas persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.

4.4. Pengambilan contoh dan testing untuk agregat

Direksi/Engineer/Pengawas dapat memerintahkan kepada Kontraktor pada setiap saat


untuk mengambil contoh agregat dari lapangan atau sumber agregat untuk dilakukan
testing menurut cara yang diuraikan dalam BS 812, JIS A 1102 atau N I.

Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai test lebih
lanjut untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan untuk dipakai. Semua biaya
yang dikeluar-kan untuk dipenuhinya persyaratan ini menjadi tanggungan Kontraktor.

4.5. Penyimpanan agregat

Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau lantai papan
yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat tertentu
atau tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda-beda, dan menghindarkan
tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat organik atau bahan-bahan pencemar
lainnya.

Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh
Direksi/ Engineer/Pengawas.

Pasal 5
A I R

Air yang akan digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari zat-zat
organik atau inorganic yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah yang dapat
mengurangi kekuatan atau keawetan beton.

Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila dari sumber lain harus
mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.

Hanya air dengan kwalitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pembuatan beton,
penyemprotan dan membasahi acuan (form work) atau pengeringan beton.

17
SPESIFIKASI TEKNIS

Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk memperoleh atau penyimpanan yang cukup
dilapangan untuk mengaduk dan mengeringkan beton dan menyemprot dan membasahi acuan.

Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumber sumur dalam di lokasi proyek. Apabila
Kontraktor menggunakan sumber ini, maka seluruh biaya pengadaan, pemeliharaan, sumber
tenaga listrik dan biaya lain-lainnya untuk memperoleh air ini, seluruh biayanya harus
ditanggung Kontraktor sendiri.

Pasal 6
BATU

Batu yang akan digunakan dalam semua pekerjaan batu harus dari kwalitas terbaik. Batu harus
keras, tahan lama, liat, tahan terhadap goresan dan cuaca, serta bebas dari tanah atau sampah-
sampah lain. Batu pecah tidak boleh mengandung lempung, bagian-bagian yang pipih atau
pancang atau cadas yang lapuk. Batu untuk keperluan breakwater dan talud pelindung lereng
harus mempunyai berat per unit sesuai dengan yang tertera pada gambar rencana dan
merupakan batu pecah/belah dan bukan batu dengan bentuk bulat dan memiliki paling sedikit 3
bidang muka.Sumber tempat pengambilan batu harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
Pemborong harus mengatur sedemikian rupa sehingga persediaan batu yang disyaratkan untuk
pekerjaan dapat terjamin.

Pengambilan material batu dari quarry harus sepenuhnya dengan ijin dari Pemerintah Daerah
setempat, dan Pemborong wajib memenuhi segala Paraturan Daerah.

Pasal 7
GEOTEXTILE

Geotextile harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

a. Permiability :
b. Maksimum opening : 0,5 mm
c. UV Resistance : UV Stabilized
d. Tensile Strength (ASTM D - 1682 ) : 0,375 KN/cm’ (Warp)
: 0,424 KN/cm’ (Weft)
e. Elongation at break (ATM D - 1682) : 21,3 %’ (Warp)
: 16,5 % (Weft)
f. Factory Guaranty : 20 tahun
g. Fabric Width : > 3,5 m
h. Fabric Thickness : 0,686 mm
I. Effect of soil alkalinity : nil
j. Effect of soil acidity : nil
k. Effect of Bacteria : nil

18
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 8
MATERIAL TIMBUNAN

1.Sumber Bahan-Bahan

Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.

2.Timbunan Biasa

Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan terdiri dari tanah atau bahan-
bahan pasir atau batuan yang dikeruk atau digali dan disetujui oleh
Direksi/Engineer/Pengawas sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan
dalam pekerjaan permanen.

Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mungkin, tidak termasuk penggunaan tanah liat
yang sangat plastis, diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145 atau sebagai CH
pada Unified or Cassagrande Soil Classification System.

Dimana penggunaan tanah-tanah plastis berkadar tinggi tidak dapat dihindari secara layak,
maka bahan-bahan tersebut hanya akan digunakan di bagian dasar timbunan atau dalam
urugan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi.

Tidak ada tanah plastis berkadar tinggi yang akan digunakan sama sekali pada lapisan
bahan-bahan 400 mm di bawah setiap tanah dasar perkerasan atau bahu jalan. Sebagai
tambahan, maka timbunan dalam daerah ini bilamana diuji sesuai dengan AASHTO T 193
harus mempunyai suatu nilai CBR tidak kurang daripada 6 % setelah terendam empat hari
bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sebagaimana ditentukan sesuai
AASHTO T99.

Tanah yang mempunyai sifat mengembang (meretak) sangat tinggi yang mempunyai suatu
nilai aktivitas lebih besar daripada 1,25 atau suatu derajat pengembangan yang digolongkan
oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks Plastisitas (PI) (AASHTO T90)
Presentase Ukurang Tanah Liat (AASHTO T88). Bahan-bahan bantuan tidak boleh
digunakan sebagai bahan-bahan timbunan kembali di sekeliling pipa juga tidak pada lapisan
300 mm langsung dibawah tanah dasar perkerasan atau bahu jalan dan tidak ada batu
dengan suatu ukuran yang melebihi 100 mm akan termasuk dalam timbunan demikian.

3.Timbunan dengan bahan-bahan terpilih

Timbunan hanya akan digolongkan sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih jika
digunakan pada lokasi atau untuk tujuan timbunan dengan bahan-bahan terpilih telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas. Semua timbunan lainnya yang
digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa atau drainase porous.

Timbunan yang diklasifikasi sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari
bahan-bahan tanah atau batuan yang memenuhi semua persyaratan bahan diatas untuk
timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu lainnya yang
disyaratkan, tergantung pada penggunaannya yang dimaksudkan, sebagaimana diarahkan
atau disetujui oleh Pengawas.

19
SPESIFIKASI TEKNIS

Dalam semua hal, maka semua timbunan dengan bahan-bahan terpilih, bila diuji dengan
AASHTO T193 harus mempunyai suatu nilai CBR sekurang-kurangnya 10 % setelah 4 hari
direndam bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sebagai mana
ditentukan sesuai dengan AASHTO T99. Bila digunakan dalam situasi pemadatan dengan
kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindari, maka timbunan dengan bahan-bahan
terpilih harus terdiri dari pasir atau kerikil atau bahan-bahan butiran bersih lainnya dengan
suatu indeks plastisitas maksimum 6%.

Bila digunakan pada pekerjaan stabilisasi timbunan atau lereng atau dalam situasi lainnya
dimana kekuatan geser adalah penting, tetapi berlaku kondisi pemadatan normal, maka
timbunan dengan bahan-bahan terpilih dapat merupakan timbunan batuan atau kerikil
berlempung yang bergradasi baik atau tanah liat berpasir atau tanah liat yang memiliki
plastisitas rendah. Jenis bahan-bahan yang dipilih dan disetujui oleh
Direksi/Engineer/Pengawas akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun atau pada tekanan tanah yang harus dipikul.

Pasal 9
MATERIAL UNTUK LAPISAN PERKERASAN JALAN/LAPANGAN PARKIR

1. Umum

Pemborong selambat-lambatnya 15 hari sebelum memulai pekerjaan harus sudah


mengajukan kepada Direksi/Engineer mengenai tempat asal dan komposisi dari material
yang akan digunakan dan sifat-sifat material tersebut harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam spesifikasi ini.

Sebelum dimulai pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan hasil pemeriksaan


laboratorium yang diakui oleh Direksi/Engineer mengenai sifat-sifat material tersebut.

Pengambilan contoh untuk pemeriksaan harus disaksikan oleh Direksi/Engineer. Apabila


gradasi atau sifat-sifat material tidak sesuai dengan yang disyaratkan, Direksi/Engineer
berhak menolak dan Pemborong harus segera menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
Pemborong harus menempatkan material sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
lalulintas serta menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.

2. Sub base

Material subbase harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Analisis saringan

Saringan Prosentase Berat Bahan yang lolos saringan


3“ 100
1 1/2 “ 60 - 90
1“ 46 - 78
3/4 “ 40 - 70
3/8 “ 24 - 56
No. 4 13 - 45
No. 8 6 - 36
No. 30 2 - 22

20
SPESIFIKASI TEKNIS

No. 40 2 - 18
No. 200 0 – 10

Semua bahan harus homogen, bersih dari kotoran-kotoran, bahan-bahan organik,


gumpulan-gumpalan lempung dan bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.

b. Sand Equivalent (AASHTO T - 176) min 25

c. Kehilangan berat akibat abrasi dari partikel yang tertinggal

pada pada ayakan ASTM No.12 (AASHTO T - 96) max 40

Bila menggunakan kerikil pecah, tidak kurang dari 50% berat partikel yang tertinggal pada
ayakan No.4 harus mempunyai paling tidak satu bidang pecah.

3. Base Course

Material untuk base course (pondasi atas) dari jenis batu pecah mesin ukuran 5/7 cm.
Bentuk batuan yang boleh dipakai adalah bentuk kubus (tidak pipih,gepeng atau
memanjang), paling sedikit mempunyai 3 permukaan datar, harus bebas dari kotoran-
kotoran atau unsur organik lainnya.

Agregate base course harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.

Persyaratan Nilai

Kekerasan (Thoughness ASTM D3) min 6

Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat (AASHO T - 104) max 10 %

Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfat soudness max12 %


(AASHO T - 104)

Kehilangan berat abrasi sesudah 100 putaran(AASHO T - 96) max 10 %

Partikel-partikel tipis/memanjang (partikel lebih besar dari 1 “ dengan Max5 %


ketebalan kurang dari 1/5 panjang), prosentase berat

Bagian batuan yang lunak (ASTM C - 235) 13 - 45

Gumpalan - gumpalan lempung (AASHO T - 12) max 0,25 %

Gradasi batu pecah untuk base course harus memenuhi standar persyaratan menurut
analisis saringan sebagai berikut :

ASTM standard sieve Prosentase Berat Bahan yang lolos


saringan
2 1/2 “ 100
2“ 90 - 100
1 1/5 “ 35 - 70
1“ 0 -15
1/2 “ 0-5

21
SPESIFIKASI TEKNIS

Untuk material campuran/binder harus bersih dari bahan-bahan organis, kotoran-kotoran,


gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi
persyaratan gradasi sebagai berikut :

ASTM standard sieve Prosentase Berat Bahan

yang lolos saringan

3/8 “ 100
No. 4 85 - 100

No. 100 10 - 30

Index plastis (AASHO T - 91) min 30


Kadar Lempung (AASHO T -176) max 6

No. 4 13 - 45

No. 8 6 - 36

No. 30 2 - 22

No. 40 2 - 18
4. Asphalt Penetrasi untuk Lapisan Permukaan

Lapisan perkerasan jalan digunakan jenis penetrasi asphalt yang merupakan campuran
antara agregate kasar, agregate halus, filler dan asphalt pada asphalt mixing palt (A.M.P).

Bagian-bagian tersebut harus diperhatikan :


 Ukurannya
 Gradasinya
 Prosentase campuran dari setiap bahan yang dipakai dalam suatu angka perbandingan
tertentu sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, yaitu :
Untuk 1 m3 asphalt penetrasi harus terdiri atas :
100 kg asphalt ; 0,6 m3 agregate kasar ; 0,3 m3 agregate halus dan 0,15 m3 filler

Semua material yang digunakan harus mempunyai suatu sifat sedemikian sehingga
sesudah dicampur dengan rumus campuran tertentu akan mempunyai kekuatan paling
sedikit 70 % bila diuji dengan AASHO T-165.

Material campuran harus mempunyai gradasi campuran yang merata.

22
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. PEKERJAAN SIPIL UMUM

Pasal 1
B E T O N

1. Perbandingan campuran dan kekuatan.


Campuran beton harus mengikuti persyaratan dari tabel campuran beton yang diberikan.

Test pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas
beton yang direncanakan dan harus mengikuti NI - 2 (PBI 71) bagian 3, bab 4 untuk
menentukan perbandingan semen, agregat dan air yang akan digunakan.

Test pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan pengerjaan


(work ability) yang diinginkan, dengan kekuatan yang diperoleh kira-kira 30 % - 40 %
lebih tinggi dari kekuatan yang direncanakan.

Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Direksi/Engineer/Pengawas


adalah untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil test karena keadaan mesin-mesin
pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu dan terjadinya deviasi mutu beton.

Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari test pendahuluan akan tetap dipertahankan
selama pekerjaan berlangsung, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas,
perubahan mana dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-hasil
test.

Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi dermaga ini adalah :

- K.350 untuk komponen strukturil seperti :plat, balok , pile cap, dolphin, tiang railling,
beton pengisi tiang, beton selimut tiang, kansteen,

- K.175 untuk beton tumbuk di trotoir

Tabel campuran beton

KELAS I II III
MUTU B.0 B.1 K.125 K.175 K.225 > K.225
Dipakai untuk Non Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil
pekerjaan Strukturil
Kekuatan beton - - 125 175 225 > 225
karateristik (kg/cm2)
Kekuatan kubus - - 200 250 300 > 300
target rata-rata
(kg/cm2)
Agregat kasar 31,5 31,5 31,5 16 8 8
(ukuran mm)
Penggunan semen 130 200 250 275 - 325 325 - 375 > 375
(kg/m3)
SPESIFIKASI TEKNIS

Water cement ratio - - Lihat tabel 4.34 PBI.71


( % mak )
Slump ( cm ) - - Lihat tabel 4.41 PBI.71

2. Test pendahuluan untuk menentukan perbandingan campuran beton


Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan-bahan penambah
yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan seperti yang
tersebut dalam tabel campuran beton harus ditentukan oleh Kontraktor dari sejumlah
campuran-campuran percobaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk beton yang
akan dipakai dalam pekerjaan.

Campuran-campuran percobaan tersebut diatas harus dibuat paling sedikit 42 hari sebelum
pengecoran beton dimulai dan harus cukup variasi perbandingan campurannya agar dapat
dipilih perbandingan campuran yang memenuhi keinginan Direksi/Engineer/Pengawas.

Campuran percobaan tersebut akan menjadi pedoman bagi Kontraktor untuk membuat
campuran sebenarnya dilapangan dengan memperhatikan kondisi lapangan, peralatan yang
tersedia serta methoda pengecoran. Meskipun sudah dilakukan pembuatan campuran
percobaan dan disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas, tetapi Kontraktor tetap
bertanggung jawab sepenuhnya akan mutu beton yang dihasilkan pada waktu
pencampuran dilapangan.

Kekuatan beton rencana 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan) hari harus ditentukan.

Kekuatan campuran percobaan dalam laboratorium ditentukan sebagai nilai karakteristik


dari 20 contoh percobaan dan hanya 1 (satu) buah contoh saja yang harganya lebih kecil
dari yang ditentukan.

Persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas mengenai campuran percobaan termasuk kekuatan


28 (dua puluh delapan) hari harus didapat secara tertulis sebelum beton diizinkan untuk di
cor.

3. Bahan-bahan penambah (admixture)


Penggunaan admixture dapat digunakan setelah diijinkan Direksi/Engineer/Pengawas.
Dimana penggunaan admixture diijinkan, maka bahan ini harus ditambahkan pada beton
dalam tempat pengadukannya dengan mempergunakan alat pengukur otomatis, dan
petunjuk-petunjuk pabrik mengenai penggunaannya.

Istilah-istilah kimia, rumus-rumus dan jumlah bahan-bahan yang aktip; ukuran yang
harus dipakai dan effek mengenai bertambahnya atau berkurangnya penggunaan dosis
bahan-bahan secara terus menerus pada sifat-sifat physik dan kimia beton basah dan yang
sudah mengeras dan akan diserahkan kepada Direksi/Engineer/Pengawas untuk
persetujuannya.

Kontraktor harus menyediakan sample-sample dan melaksanakan percobaan-percobaan


tersebut sebagaimana diperintahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebelum ijin
penggunaan admixture diijinkan dipakai pada pelaksanaan.

Seluruh pengambilan sample dan pelaksanaan test menjadi tanggungan Kontraktor.

4. Tempat adukan

24
SPESIFIKASI TEKNIS

Pengadukan dari semua semen, agregat kasar dan halus harus dilakukan dalam mesin
pengaduk beton yang disetujui dan yang mempunyai alat pengatur/penunjuk berat.

Air yang dimasukkan kedalam mesin pengaduk ini harus disalurkan dari tangki yang
mempunyai pengukur sehingga pemberian air dapat dilakukan dengan tepat.

Kadar kelembaban dari agregat harus diperhitungkan sehingga banyaknya air yang akan
dimasukkan dapat ditentukan dengan tepat. Kadar kelembaban setiap agregat biasanya
ditentukan dua kali sehari yaitu sekali diwaktu pagi dan sekali diwaktu siang atau pada
waktu-waktu lain yang dianggap perlu oleh Direksi/Engineer/ Pengawas.Toleransi untuk
pengadukan harus dalam batas 2 % untuk semen dan 3 % untuk agregat.

5. Pengujian beton
Semua kubus percobaan harus diuji berdasarkan JIS A 1108, BS 1881 atau PBI 1971.

Untuk pengujian diperlukan 10 buah kubus yang diambil dari contoh dari setiap 50 m3
beton selama pengecoran.

Setiap kubus harus diberi tanda dengan tanggal pengecoran, nomor urut dan petunjuk-
petunjuk lain yang diperlukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dalam waktu 24 jam
setelah kubus tersebut dicor.Kubus percobaan harus diuji sampai hancur karena tekanan
dan harus dilakukan dibawah penga-wasan (supervisi) Direksi/Engineer/Pengawas.

Lima dari setiap sepuluh buah kubus percobaan harus diukur berat dan kekuatan
tekannya setelah tujuh (7) hari dan harus dilakukan dengan disaksikan
Direksi/Engineer/Pengawas dan sisanya dilakukan setelah 28 hari atau sesuai dengan
perintah Direksi/Engineer/Pengawas.

Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data-data lain seperti
grade dan jumlah semen yang dipakai dan hasil analisa ayakan dari agregat, dan
perbandingan adukan dari bermacam-macam kelas harus disampaikan kepada
Direksi/Engineer/Pengawas dalam waktu 24 jam setelah penyelesaian pengujian.

Setiap kubus percobaan harus dibuat dari sample yang diambil dari salah satu adukan
beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Direksi/Engineer/Pengawas.

a. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80 % dari kekuatan standard rencana
(design standard) yang dapat dilihat pada tabel campuran beton yang telah
diberikan dan dengan probabilitas lebih dari 1/20.
b. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standard rencana (design
standard) dengan probabilitas 1/4.
6. Pemotongan contoh beton untuk pengujian
Dalam hal mutu beton yang telah selesai dicor dianggap meragukan dan dalam hal-
hal lain dimana kubus-kubus percobaan tidak memenuhi syarat pengujian seperti telah
diutarakan di atas, maka harus dilakukan pengambilan contoh dari beton yang telah
mengeras yang berbentuk cylinder yang mempunyai diameter luar 100 mm untuk diuji.

Peralatan dan cara pemotongan/pengambilan contoh harus disampaikan kepada


Direksi/Engineer/ Pengawas sebelum pelaksanaannya dan persiapan-persiapan dan
pengujiannya harus dilakukan sesuai dengan JIS A 1108.Jika kekuatan contoh cylinder
yang diambil dari beton yang telah mengeras ini lebih rendah dari persyaratan kekuatan

25
SPESIFIKASI TEKNIS

yang diminta dan beton tidak memenuhi persyaratan-persyaratan lain yang seharusnya
dipenuhi, maka pekerjaan beton untuk bagian ini dianggap tidak memenuhi persyaratan.

7. Hasil pengujian yang tidak memenuhi syarat


Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Kontraktor harus mengambil langkah-
langkah untuk perbaikan seperti yang mungkin ditunjukkan oleh
Direksi/Engineer/Pengawas dan sebelum pelak-sanaannya.

Kontraktor harus menyampaikan detail pelaksanaan kepada Direksi/Engineer/Pengawas


untuk mendapat persetujuannya dan harus menjamin bahwa beton yang akan dicor
memenuhi persyaratan.Seluruh biaya mengenai pekerjaan perbaikan ini termasuk
pengujian, peralatan pemotongan dan peralatan lain-lain, menjadi tanggungan
Kontraktor.

8. S p e s i
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang disetujui dan
harus diaduk dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan perbandingan
campuran 400 kg semen dalam satu meter kubik spesi (perbandingan semen pasir satu
banding dua).

Semen Portland yang mengeras dengan cepat, dipakai pada pekerjaan spesi untuk
perlindungan tiang terhadap karat.

Banyaknya air yang dipakai dalam campuran harus disetujui oleh


Direksi/Engineer/Pengawas dan merupakan kebutuhan minimum untuk suatu
pekerjaan/maksud tertentu.

9. Peralatan pengaduk beton (plant)


Peralatan pengaduk beton harus sesuai baik type maupun kapasitasnya yang
direncanakan khusus untuk tujuan tersebut. Kemampuan peralatan pembuat beton ini
harus memenuhi persyaratan Direksi/Engineer/Pengawas.

Waktu pengadukan harus lebih dari 1,5 menit dalam hal penggunaan pengaduk yang
dapat dimiringkan (tilting mixer) dan lebih dari satu menit dalam penggunaan forced
mixer.

Jika waktu pengoperasian yang ditentukan telah diperpanjang lebih dari 3 kali, maka
pengoperasian mixer harus segera di hentikan. Tidak boleh dilakukan penambahan bahan
lagi kedalam mixer sampai seluruh beton dikeluarkan dan dibersihkan.

Jika Kontraktor menganggap lebih cocok untuk menggunakan mixer yang lebih kecil untuk
pekerjaan khusus atau bagian-bagian pekerjaan yang jauh letaknya, maka hal ini dapat
disetujui oleh Direksi/ Engineer/Pengawas asal mixer yang lebih kecil ini juga dilengkapi
dengan alat timbangan.Dalam keadaan biasa pengadukan beton dengan
mempergunakan tangan tidak diijinkan. Tapi bila jumlah beton yang dicor sedikit atau
pada bagian pekerjaan yang dianggap kurang penting, pengadukan dapat dilakukan
dengan tangan, hal mana sepenuhnya tergantung kepada pertim-bangan
Direksi/Engineer/Pengawas.

10. Pengangkutan

26
SPESIFIKASI TEKNIS

Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat mungkin dari
mixer agar dijamin bahwa tidak akan terjadi blending atau segregasi dari campuran agregat
dan slump akan sesuai dengan harga-harga yang ditentukan.

Jika dipergunakan kereta dorong atau trolley maka harus dibuat tempat jalannya yang rata
agar beton tidak bersegregasi selama diangkut.

Pemompaan beton dapat diijinkan jika Direksi/Engineer/Pengawas menyetujuinya. Setiap


perubahan perbandingan untuk campuran yang dianggapnya perlu dilakukan agar beton
dapat dipompa harus dilaksanakan oleh Kontraktor dan sepenuhnya menjadi
tanggungannya.

Tempat pengadukan yang terapung (floating) atau Truk pengaduk akan dipakai untuk
pengangkutan beton yang dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan maritim dan cara
pengangkutannya harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas.

11. Penempatan dan pemadatan


Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang-barang lain yang harus berada
didalam beton, harus dibersihkan dari semua macam kotoran.

Semua cetakan dan pengatur jarak harus diperiksa dengan teliti dan ruang yang yang akan
diisi beton harus betul-betul dibersihkan.

Pekerjaan pengecoran dibagian manapun dari pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum
persiapan - persiapannya disetujui dan ijin pengecoran diberikan oleh Direksi/Engineer/
Pengawas.

Pengecoran beton selalu harus diawasi langsung oleh mandor (foreman) yang
berpengalaman. Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi/Engineer/Pengawas bila
akan mengecor.

Beton harus dicor sedemikian sehingga didalam satu bagian pekerjaan, permukaannya
rata. Penempatan didalam lapisan-lapisan horizontal tidak boleh melebihi tebal 40 cm
(setelah dipadat-kan), kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas.

Pengecoran beton harus dilakukan terus menerus antara tempat sambungan yang
direncanakan atau disetujui tanpa terhenti termasuk waktu makan.

Jika dipakai corong-corong untuk mengalirkan beton, maka kemiringan harus sedemikian
sehingga tidak terjadi segregasi dan harus disediakan selang-selang penyemprot atau
pelat-pelat peluncur agar tidak terjadi segregasi selama pengecoran.

Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m.

Kecepatan pengecoran harus sedemikian sehingga tebal beton tidak kurang dari 0,5 m
per jam dan tidak lebih dari 1,5 m, kecuali disetujui lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas
untuk tiang-tiang pancang yang dicor setempat.Semua beton harus dipadatkan dengan
mempergunakan vibrator tipe yang digerakkan dengan tenaga listrik (immersion type
vibrator) yang baik type maupun cara kerjanya disetujui Direksi/ Engineer/Pengawas.

Vibrator yang disediakan harus cukup jumlah, ukuran dan kapasitasnya dan sesuai dengan
banyaknya dengan beton yang dicor, ukuran-ukuran beton dan penulangannya.

27
SPESIFIKASI TEKNIS

Vibrator ini harus dapat bekerja dengan baik didalam acuan dan sekeliling penulangan
dan barang-barang lain yang diletakkan didalamnya tanpa harus memindahkannya.

Penggetaran yang berlebihan (overvibration) yang menyebab kan segregasi, permukaan


yang keropos atau kebocoran melalui acuan harus dihindarkan.

12. Siar deletasi


Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar deletasi; letak dan pengaturannya
ditunjukkan dalam gambar-gambar atau seperti yang disetujui Direksi/Engineer/Pengawas.

Apabila siar deletasi harus dibuat diluar yang ditunjukkan oleh gambar, karena
kerusakan mesin pengaduk beton atau keadaan yang tidak terduga, harus dibuat bulk-
head sedemikian sehingga arahnya tegak lurus arah tegangan-tegangan utama.

Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi lain yang dianggap Direksi/
Engineer/ Pengawas tidak dikehendaki, maka pengecoran harus dihentikan dan beton
baru tersebut harus dibongkar sampai tempat yang dianggap baik.

Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah mengeras, maka
permukaan beton tersebut harus dikasarkan. Kemudian permukaan tersebut harus
dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas dan kotoran-kotoran lainnya, disemprot dengan
air dan beton baru dikerjakan, yang harus dipadatkan secara baik pada bidang
pertemuan tersebut.

Sebelum pengecoran, permukaan beton lama harus dilapis dengan adukan semen dengan
kwalitas yang sama dengan adukan beton.

13. Pengisi sambungan beton (concrete joint fillers)


Apabila digunakan pengisi sambungan beton maka harus di ikuti rekomendasi pabrik
pembuatnya pada lokasi siar deletasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

14. Selimut beton


Tebal selimut beton minimal untuk setiap jenis struktur adalah sebagai berikut :

- Struktur Beton yang tidak berhubungan dengan air dan tanah : 3,0 cm
- Struktur Beton yang berhubungan langsung dengan air laut dan tanah :
* Balok, Pile cap, Abutment, Dolphin : 8,0 cm
* Plat, dinding : 5,0 cm

15. Pengeringan beton


Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh panas matahari
yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang kering.

Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan metoda yang
dianggap praktis, dari beberapa metoda-metoda dibawah ini.

a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan sejenis,
atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari untuk beton
dengan portland semen biasa.

b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan kertas
kedap air yang disetujui atau membran plastik yang harus tetap pada beton selama
10 hari untuk beton dengan portland semen biasa.

28
SPESIFIKASI TEKNIS

c. Kecuali untuk pengeringan permukaan-permukaan beton dimana pengecoran


selanjutnya tersambung melalui lekatan pengeringan beton harus menggunakan
lapisan membran pengering yang disetujui.

Aplikasinya menggunakan semprotan dengan tekanan rendah sesuai dengan


rekomendasi pabrik pembuatnya. Membran pengering digunakan pada permukaan-
permukaan yang horizontal segera setelah pengecoran beton dan pada permukaan-
permukaan vertikal segera setelah pelepasan acuan. Lapisan pengering ini dipasang dua
lapis tanpa lubang-lubang pengikat.

Metoda c ini digunakan juga untuk pengeringan sisi bawah balok dan pelat.
Direksi/Engineer/ Pengawas dapat menyaratkan penggunaan membran ini untuk
permukaan yang vertikal atau miring.

Biaya untuk proses pengeringan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan
pekerjaan beton.

Dalam cuaca yang luar biasa atau pada kondisi khusus, lamanya pengeringan dapat
diubah oleh Direksi/Engineer/Pengawas tanpa pembayaran tambahan kepada
Kontraktor.

Air yang digunakan untuk tujuan pengeringan harus dari kwalitas yang sama dengan air
untuk adukan beton dan tidak boleh meninggalkan bekas/warna pada permukaan beton.

Pasal 2
ACUAN DAN PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON

1. Perencanaan konstruksi acuan


Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan kepada
Direksi/Engineer/Pengawas untuk memperoleh persetujuannya sebelum pelulusan
pembuatan beton diberikan.

Meskipun persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas untuk rencana konstruksi acuan tersebut


telah diberikan, Kontraktor tetap bertanggung jawab terhadap pekerjan perancah dan
acuan.

Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang
bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah, getaran-getaran, tanpa mengalami
distorsi.

Acuan harus direncanakan sekaligus untuk memperoleh bentuk penyelesaian permukaan


dengan memasang "camber" misalnya, dan harus diperhitungkan untuk mencapai elevasi-
elevasi permukaan beton.

Acuan dibawah muka air tinggi, harus kedap air dan dapat menahan beban-
beban akibat pengaruh pasang surut dan gelombang.

2. Bahan bangunan untuk acuan


Semua bahan bangunan untuk acuan, termasuk oli atau coating yang lain harus mendapat
persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.

29
SPESIFIKASI TEKNIS

Acuan kelas A :

Harus menggunakan sambungan alur dan lidah, kayu yang cukup tebal dan kering
udara atau ply-wood dengan permukaan yang keras, baja, plastik kaku atau bahan-
bahan lain yang disetujui.

Permukaan bahan-bahan acuan tersebut harus rata dan bebas dari cacat-cacat pada sisi
yang akan berhubungan dengan beton.

Acuan ini digunakan untuk permukaan beton dengan penyelesaian permukaan yang
"exposed". Kayu untuk acuan kelas A, tidak dapat digunakan lebih dari 3 kali.

Acuan kelas B :

Harus menggunakan kayu gergajian yang kering udara dengan baik atau bahan lain
yang disetujui. Acuan ini digunakan untuk permukaan yang tidak "exposed". Acuan ini
tidak dapat digunakan lebih dari 5 kali.

Bahan bangunan lain untuk acuan dan pelaksanaannya akan menjadi tanggung jawab
Kontraktor, yang harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.

Klem untuk acuan harus dari produksi pabrik yang dikenal dan batang baja
pengikat yang kwalitasnya memadai. Kawat pengikat dan pipa PVC atau pipa plastik tidak
diijinkan untuk digunakan.

3. Cara-cara pelaksanaan acuan


Sebelum pembuatan acuan Kontraktor harus membuktikan bahwa rencana acuan telah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta sesuai dengan rencana pengecorannya
termasuk jenis atau produksi batang-batang pengikat atau klem yang akan digunakan.

Panil-panil acuan atau papan-papan penutup beton "exposed" untuk dipasang dengan pola
yang teratur yang dapat disetujui Direksi/Engineer/Pengawas.

Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan
terbentuknya bekas sambungan dan sarang- sarang agregat pada permukaan beton.

Lubang untuk inspeksi bagian dalam acuan dan membuang air yang digunakan untuk
pembersih harus dengan mudah ditutup kembali sebelum pengecoran.

Batang baja yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan sebagai tie rod atau sebagai
alat pengatur jarak (internal spacer) yang telah disetujui, harus ditempatkan pada tempat
tempat yang telah ditetapkan dan demikian rupa sehingga mudah diangkat baik
seluruhnya maupun sebagian, jika acuan dibuka dan lubang-lubang yang ada harus diisi
dengan spesi dan harus dicocok dengan baik. Tidak boleh mempergunakan spacer
plastik.

Bagian-bagian dari metal pengikat dan spacer yang akan tinggal didalam beton jaraknya
tidak boleh kurang dari 5 cm dari permukaan beton.

Acuan untuk balok dan plat harus dibuat sedemikian sehingga acuan pada sisi balok dan
penyangga acuan plat dapat dilepas tanpa mengganggu penyangga acuan baloknya.

Seluruh pipa-pipa, baut-baut, pekerjaan-pekerjaan besi dan hal-hal lain yang harus
ditanamkan didalam beton atau menembus beton, harus ditempatkan dengan teliti

30
SPESIFIKASI TEKNIS

didalam acuan, harus dipotong dengan baik dan disesuaikan dengan sambungan-
sambungan dan harus dibuat kedap air dimana perlu untuk mencegat keluarnya adukan.

Demikian pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat lubang,


kantong, alur-alur dan lain-lain) harus ditempatkan pada acuan sebelum beton yang basah
mencapai tempatnya.

Bagian dalam dari acuan harus dibuat atau dikerjakan sedemikian rupa sehingga
mengurangi melekatnya beton.

Jika dipakai minyak atau bahan-bahan serupa, maka harus diusahakan agar tidak mengenai
tulangan. Jika tidak mempergunakan kayu yang telah direndam air, maka acuan harus
dibasahi seluruhnya sebelum dimulai pengecoran.

Sebelum pengecoran beton dimulai, semua acuan harus disemprot dengan udara sampai
bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran, serutan-serutan, kotoran-kotoran gergaji
dan sampah-sampah lain dan semua acuan harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Engineer/Pengawas, sebelum beton dicor.

Udara yang dipompakan harus bebas dari minyak atau apa saja dan harus diyakinkan
kemurniannya dalam kehadiran Direksi/Engineer/Pengawas sebelum pelaksanaan
pengecoran.

4. Pembukaan Acuan
Acuan tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, tapi ijin ini
tidak berarti bahwa Kontraktor dibebaskan dari tanggung jawab terhadap kekuatan dan
keamanan konstruksi.

Pembukaan acuan harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan


pada beton. Sebelum penyangga acuan dilepas beton akan diperiksa dengan membuka
acuan sisi atau dengan salah satu cara lain seperti yang diminta oleh
Direksi/Engineer/Pengawas. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa beton telah
mengeras.

Acuan-acuan yang tidak menahan beban, dapat dibuka setelah 24 jam, asal betonnya
sudah cukup kuat dan tidak rusak dan persiapan-persiapan yang telah cukup telah
dilakukan untuk pengeringan. Acuan-acuan yang menahan beban dapat dibuka jika contoh
beton yang dikeringkan ditempat pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan
sebenarnya, mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang harus
dipikul selama atau setelah acuan dibongkar dan bila Direksi/Engineer/Pengawas telah
menganggap bahwa syarat-syarat yang diminta yang dinyatakan dalam pasal-pasal yang
berhubungan dengan ini telah dipenuhi.

Pembukaan acuan dan konstruksi pembantunya harus dilaksanakan bertahap tanpa


menimbulkan gangguan pada beton. Pelaksanaannya harus diawasi oleh Pengawas
(Supervisor) yang kompeten.

Beton yang memikul beban dianggap sudah cukup kuat sehingga acuannya dapat dibuka
ialah bila contoh beton yang dibuat dari beton yang dimaksud dan dikeringkan ditempat
pekerjaan, telah mencapai kekuatan tekan hancur yang besarnya lebih besar dari
setengah kekuatan beton rencana 28 hari.

31
SPESIFIKASI TEKNIS

Waktu untuk pembukaan acuan yang diberikan dalam tabel dibawah ini adalah waktu
minimum yang diperlukan untuk beberapa kasus, tapi harus diingat bahwa tabel ini hanya
diberikan sebagai gambaran saja, sedangkan waktu pembukaan acuan yang dibutuhkan,
dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan lain-lain.

Waktu pembukaan acuan ( minimum ) :

Dinding balok-balok 7 hari


Penyangga pelat 14 hari
Penunjang balok (penyangga) 28 hari
Props to soffits (props left) 14 hari

Waktu pembongkaran acuan minimum untuk beton yang menggunakan semen Portland
yang mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis
dalam tabel diatas. Dalam hal penggunaan semen seperti tersebut diatas mendapat
persetujuan Direksi/Engineer/ Pengawas.Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau
tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi/Engineer/ Pengawas.

Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi/Engineer/Pengawas setelah acuan dibuka dan


sebelum dilakukan perbaikan-perbaikan atas pekeraan tersebut.

5. Tolerensi dan cacat pada beton


Toleransi yang diijinkan untuk pekeraan yang rata tidak boleh melebihi batas-batas
yang disebut dalam tabel. Meskipun didalam tabel dinyatakan batas-batas toleransi
secara terperinci lebih diutamakan penggunaan toleransi yang dinyatakan secara khusus
didalam gambar. Jika perlu Direksi/Engineer/Pengawas dapat memaksakan pemakaian
toleransi yang lebih kecil.

Jika menurut pandangan Direksi/Engineer/Pengawas acuan pecah berlubang, bengkok,


menekuk, tidak rata atau rusak sehingga dapat merusak penampilan beton atau merusak
kekokohan atau lurusnya acuan, maka acuan ini akan ditolak.

Contoh-contoh toleransi yang diijinkan

Macam Toleransi Nilai Toleransi


- Perbedaan dalam ukuran potongan melintang + 6 mm
pada bagian-bagian strukturil
- Penyimpangan dari alignment seperti tertera + 10 mm
pada gambar (ujung ke ujung)
- Penyimpangan dari level permukaan puncak + 10 mm
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung)
- Penyimpangan dari level permukaan sebelah + 10 mm
bawah seperti tertera pada gambar
(ujung ke ujung)
- Perbedaan-perbedaan ukuran dari yang tertera + 3 mm
pada gambar yang diukur dari sebuah template
(patok ukur)

32
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 3
PENULANGAN

1. Gambar kerja
Gambar - gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar penempatan
tulangan harus disiapkan oleh Kontraktor dan disampaikan sebelum pelaksanaan
pekerjaan kepada Direksi/ Engineer/Pengawas untuk mendapat persetujuannya.

Detail-detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan dari BS 4466, S.S.C. (J.S.C.E.)
138 dan PBI N I - 2 1971.

Persetujuan yang telah diberikan oleh Direksi/Engineer/Pengawas tidak membebaskan


Kontraktor dari tanggung jawabnya mengenai ketelitian dan/atau kelengkapan pekerjaan
detail.

2. Teknik Pelaksanaan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, S.S.C.(J.S.C.E.) 138 atau PBI NI -
2 1971 kecuali ditentukan lain.

Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan dipekerjaan, meskipun tulangan
tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali ditentukan lain
oleh Direksi/ Engineer/Pengawas.

Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan ganjel-ganjel dan dudukan-
dudukan yang diikat erat kepadanya.

Batang-batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat dengan binding wire
sebagaimana ditentukan.

Macam dari ganjal-ganjal dan dudukan-dudukan yang dipakai harus mendapat persetujuan
Direksi/ Engineer/Pengawas dan setiap bagian dari ganjel-ganjel metal atau dudukan-
dudukan harus sedikitnya mempunyai beton dekking (cover) yang sama dengan tulangan.

Ganjel-ganjel dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor. Binding
wire tidak boleh keluar dari beton.

Tulangan hanya boleh disambung pada tempat-tempat yang telah ditentukan dalam
gambar atau pada tempat-tempat yang disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas.

Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau S.S.C. (J.S.C.E.)
20 atau PBI N I 1971 kecuali ditentukan lain dalam gambar.

Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan dan diperiksa mengenai ketepatan


penempatan dan kebersihannya dan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak boleh dicor
sebelum penulangan diperiksa dan izin pengecoran diberikan Direksi/Engineer/Pengawas.

Tulangan-tulangan yang menonjol dan pekerjaan sedang berlangsung atau selesai


dikerjakan tidak boleh dibengkokkan tanpa persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas,
dan harus dijaga agar tidak bengkok atau rusak dengan jalan mengikatnya pada
penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.

Tulangan yang menonjol dalam arah horizontal pada siar-siar konstruksi harus ditumpu
dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan penyangga yang

33
SPESIFIKASI TEKNIS

cukup dan bagian-bagian pembuat jarak pada mana tulangan akan diikatkan dan
ditahan ditempatnya.

Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang
diizinkan adalah + 4 mm.

Pasal 4
REKLAMASI/TIMBUNAN
1. Umum
Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan tanah
atau bahan-bahan butiran yang disetujui untuk timbunan, sebagaimana diperlukan
menurut garis, kelandaian, dan ketinggian dari penampangan melintang yang ditentukan
atau disetujui pada reklamasi pantai.

Segala penyimpangan dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis kepada
tenaga Direksi/Engineer/Pengawas dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
tenaga Direksi/ Engineer/Pengawas untuk awal pekerjaan.

Timbunan yang tercakup oleh ketentuan ini merupakan timbunan dengan bahan-bahan
terpilih yang akan digunakan pada daerah reklamasi/perluasan.

Selain yang dijinkan oleh tenaga Pengawas, seluruh material berdasarkan gambar kerja
dapat dipakai sebagai material untuk timbunan reklamasi kecuali ada revisi pemakaian
bahan material.

2. Kondisi Tanah dan Material Timbunan


Pemborong harus mengetahui dan dianggap mengetahui kondisi material dan substansi
yang digali dan diurug. Pemborong dianggap telah memperhitungkan dalam schedule rate
faktor-faktor yang mungkin timbul selama atau dalam kaitannya dengan penggalian,
transportasi dan reklamasi tanah.

3. Survey
Sebelum pekerjaan reklamasi dimulai, harus dilakukan survei topografi dan hidrografi.
Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh Direksi/Engineer/Pengawas
dan Pemborong.

Pemborong harus membuat hasil survey dalam bentuk gambar tampak dan penampang
dengan skala yang disetujui oleh Pengawas. Gambar penampang harus pada interval 10
m. Direksi/ Engineer/Pengawas harus memverifikasi dan memeriksa gambar tampak dan
penampang.

4. Peralatan
Pemborong harus mengajukan metoda kerja termasuk output kerja harian, jumlah, tipe
dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada tenaga Pengawas.

Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.

5. Toleransi Dimensi
Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan melebihi tinggi
10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.

34
SPESIFIKASI TEKNIS

Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup luas dan rata serta
mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari air permukaan.

Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil yang
ditentukan dengan melebihi 100 mm dari ketebalan yang dipadatkan.

Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang dipadatkan melebihi 200
mm.

6. Standar Rujukan
Pemborong harus menyelesaikan semua uji di bawah pengawasan
Direksi/Engineer/Pengawas dan harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu
setelah masing-masing dilaksanakan.

Pengujian mencakup :

Analisa Saringan : AASHTO T 88 - 78


Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 - 74
Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 - 68
Penetapan Batas Plastic dan
Indeks Plastisitas Tanah : AASHTO T 90 - 70
CBR : AASHTO T 193- 72

7. Pengajuan
Pemborong harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan Pangawas sebelum suatu
persetujuan untuk memulai pekerjaan dapat diberikan oleh Pengawas.

(i). Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan yang dipersiapkan
bagi timbunan yang akan ditempatkan.

(ii).Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil pemadatan yang baik dari
permukaan yang dipersiapkan dimana timbunan itu akan ditempatkan.

Pemborong harus mengajukan hal berikut ini pada Direksi/Engineer/Pengawas sekurang-


kurangnya 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan dari penggunaan bahan-bahan yang
diajukan untuk digunakan sebagai timbunan.

(i). Dua contoh masing-masing seberat 20 kg dari bahan-bahan salah satu akan ditahan
oleh tenaga Direksi/Engineer/Pengawas untuk rujukan selama perioda kontrak.

(ii).Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang diusulkan untuk
digunakan sebagai timbunan bersama dengan data pengujian laboratorium yang
membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi sifat yang ditentukan dalam
pasal.

Pemborong harus mengajukan hal berikut secara tertulis kepada


Direksi/Engineer/Pengawas segera setelah penyelesaian setiap bagian pekerjaan dan
sebelum setiap persetujuan diberikan untuk penempatan bahan-bahan lain di atas
timbunan.

(i).Hasil pengujian kepadatan sebagaimana telah ditentukan.

(ii).Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran membuktikan bahwa


permukaan berada dalam toleransi yang telah ditentukan.

35
SPESIFIKASI TEKNIS

8. Kondisi Tempat Kerja


Pemborong harus menjamin lahan pekerjaan selalu kering sebelum dan selama pekerjaan
pemadatan. Timbunan harus mempunyai kemiringan yang cukup untuk menunjang sistem
drainase dari aliran air hujan dan pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase yang
baik. Air dari tempat kerja harus dikeluarkan ke dalam sistem drainase permanen.

Pemborong harus menjamin pada tempat kerja suatu persediaan air yang cukup untuk
pengendalian kelembaban timbunan selama operasi pemadatan.

9. Pembetulan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat


Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan atau
disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan, harus diperbaiki dengan
menggaru permukaan tersebut dan membuang atau menambah bahan-bahan
sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan pemadatan kembali.

Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam batas kadar air yang ditentukan,
atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas harus dikoreksi dengan
menggaru bahan-bahan disusul dengan penyiraman dengan jumlah air secukupnya dan
mencampur secara keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader) atau peralatan lain
yang disetujui.

Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, dalam batas kadar air yang ditetapkan,
atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas harus dikoreksi dengan
menggaru bahan-bahan disusul dengan pengerjaan dengan mesin perata berulang-ulang
atau peralatan lainnya yang disetujui, dengan selang istirahat antara pekerjaan, di bawah
kondisi cuaca kering. Kalau tidak atau bila pengeringan yang cukup tak dapat dicapai
dengan pengerjaan dan membiarkan bahan terlepas, maka Direksi/Engineer/Pengawas
dapat memerintahkan agar bahan-bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti
dengan bahan-bahan kering yang memadai.

Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya setelah
dipadatkan secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak akan
memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan permukaan
masih memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini. Perbaikan timbunan yang tidak
memenuhi persyaratan sifat atau kepadatan bahan-bahan dari spesifikasi ini harus
sebagaimana diarahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan dapat meliputi pemadatan
tambahan, penggaruan kemudian disusul dengan pengaturan kadar air dan pemadatan
kembali atau pembuangan dan penggantian bahan-bahan.

Perbaikan timbunan yang rusak oleh erosi banjir atau menjadi lunak setelah pekerjaan
diselesaikan dan diterima oleh Direksi/Engineer/Pengawas harus sebagaimana ditentukan
dalam pasal RKS ini.

10. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau lainnya
harus ditimbun kembali oleh Pemborong tanpa penundaan dan dipadatkan sampai
persyaratan toleransi permukaan dan kepadatan dari spesifikasi ini.

11. Pembatasan Cuaca

36
SPESIFIKASI TEKNIS

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun, dan
tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar air
bahan-bahan berada di luar batas yang ditentukan.

12. Penempatan dan Pemadatan Timbunan


(1). Persiapan Tempat Kerja

(a). Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi
pembersihan dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal
pada waktu pembongkaran akar pohon harus telah diselesaikan dan bahan-bahan
yang tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan sebagaimana telah
diperintahkan oleh Pengawas. Seluruh areal harus diratakan secukupnya sebelum
penimbunan dimulai.

(b). Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka daerah
pondasi timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggaruan
dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan atas 150 mm
dari tanah memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk timbunan
yang akan ditempatkan di atasnya.

(c). Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan pada
timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk
membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung
peralatan pemadatan sewaktu timbunan ditempatkan dalam lapisan horisontal.

(2).Penempatan Timbunan

(a). Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan
merata serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang
diberikan. Dimana lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan, maka lapisan
tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.

(b). Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan ke
permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah
timbunan tidak akan diizinkan selama musin hujan, dan pada waktu lainnya hanya
dengan izin tertulis dari Pengawas.

(c). Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-bahan
drainase porous lainnya, maka harus diperhatikan untuk menghindari
pencampuran adukan dari kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan
drainase vertikal, maka suatu suatu pemisah yang luas antara kedua bahan
tersebut harus dijamin dengan menggunakan acuan sementara dari lembaran
timbunan dan bahan drainase porous dilaksanakan.

(d). Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus sesuai dengan
yang disyaratkan.

(e). Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus
dipersiapkan dengan mengeluarkan semua tumbuhan permukaan dan harus
dibuat terasering sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang baru terikat
pada timbunan yang ada hingga memuaskan Pengawas. Timbunan yang
diperlebar kemudian harus dibangun dalam lapisan horisontal sampai pada

37
SPESIFIKASI TEKNIS

ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan sepraktis dan secepat
mungkin dengan lapisan pondasi bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang
ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan permukaan.

(f). Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan tumbuhan harus
dibuang dari permukaan atas di mana timbunan tersebut ditempatkan dan
permukaan yang sudah dibersihkan dihancurkan dengan pembajakan atau
pengupasan sampai kedalaman minimum 20 cm. Area ini selanjutnya akan
dipadatkan kembali, sesuai dengan jenis pemadatan yang ditentukan untuk
timbunan jalan raya selanjutnya. Jika permukaan asli di atas mana timbunan yang
akan ditempatkan adalah jalan lama, permukaan tersebut harus dibajak, dikupas
atau dihancurkan tanpa menghiraukan tinggi dari timbunan yang akan
ditempatkannya.

Dalam tiap-tiap kasus tidak ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk
pekerjaan ini sebagaimana hal tersebut dipertimbangkan sebagai tambahan pada
item lain-lain di dalam bill of quantities.

(3). Pemadatan

(a). Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan
harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak
serta disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas sampai suatu kepadatan yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(b). Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan
berada dalam batas antara 3% kurang daripada kadar air optimum. Kadar air
optimum tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di mana kepadatan kering
maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T99.

(c). Semua timbunan batuan harus ditutup dengan sebuah lapisan atau lapisan dengan
tebal 200 mm dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak
lebih besar dari 50 mm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas timbunan
batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk
timbunan tanah.

(d). Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana


ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Direksi/Engineer/Pengawas
sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.

(e). Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah sumbu
jalan dengan suatu cara yang sedemikian sehingga setiap bagian menerima jumlah
pemadatan yang sama. Dimana mungkin lalu lintas alat konstruksi harus
dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan jalur yang digunakan diubah terus
menerus untuk menyebar pengaruh pemadatan dari lalu lintas.

(f). Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat biasa,
harus ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-bahan lepas tidak lebih dari
150 mm tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat
tangan mekanis (mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian khusus harus
diberikan guna menjamin pemadatan yang memuaskan di bawah dan di tepi pipa

38
SPESIFIKASI TEKNIS

untuk menghindari rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa ditunjang


sepenuhnya.

13. Jaminan Kualitas


(1). Pengawasan Kualitas Bahan

Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan oleh Pengawas, tetapi harus
termasuk semua pengujian yang relevan yang telah ditentukan., sekurang-kurangnya
tiga contoh yang mewakili sumber bahan-bahan yang diajukan yang terpilih untuk
mewakili serangkaian kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber
tersebut.

Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang diajukan, maka


pengujian kualitas bahan-bahan tersebut harus diulangi lagi atas kebijaksanaan
tenaga Pengawas, dalam hal mengenai perubahan yang diamati pada bahan-bahan
tersebut atau pada sumbernya.

Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus dilaksanakan


untuk mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa ke tempa proyek.
Jangkauan pengujian tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh
Direksi/Engineer/Pengawas tetapi untuk setiap 1000 meter kubik timbunan yang
diperoleh dari setiap sumber.

(2). Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah

Lapisan yang lebih dari 300 mm di bawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan
samai 95 % dari standar maksimum kepadatan kering yang ditentukan sesuai dengan
AASHTO T99. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10% bahan-bahan yang
tertahan pada ayakan 3/4 inch, kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus
disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih besar sebagaimana diarahkan
oleh tenaga Pengawas.

Lapisan 300 mm atau kurang di bawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan
sampai 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan AASHTO T99.

Pengujian kepadatan harus dibuat pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan
AASHTO T191 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa kepadatan kurang
dari kepadatan yang disyaratkan maka Pemborong harus membetulkan pekerjaan
tersebut sesuai dengan pasal di atas. Pengujian harus dibuat sampai kedalaman
lapisan sepenuhnya pada lokasi yang diarahkan oleh Pengawas, tetapi satu dengan
yang lainnya tidak terpisah lebih dari 50 m. Untuk urugan kembali di sekeliling
struktur atau pada parit gorong-gorong, sekurang-kurangnya satu pengujian untuk
satu lapisan urugan kembali yang ditempatkan harus dilaksanakan. Pada timbunan,
sekurang-kurangnya satu pengujian harus dilaksanakan pada setiap 150 meter kubik
timbunan yang ditempatkan.

(3). Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batuan

Penempatan dan pemadatan timbunan batuan harus dilaksanakan dengan


menggunakan mesin gilas atau mesin pemadat bergetar atau sebuah traktor beroda
rantai yang berbobot sekurang-kurangnya 20 ton atau peralatan konstruksi berat

39
SPESIFIKASI TEKNIS

yang serupa. Pemadatan harus dikerjakan dalam arah memanjang sepanjang


timbunan, dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan menjuju ke arah sumbu dan harus
diteruskan sampai tak ada gerakan yang nampak di bawah peralatan tersebut. Setiap
lapisan harus terdiri dari batuan bergraasi yang cukup baik dan semua rongga
permukaan harus terisi dengan pecahan kecil sebelum lapisan berikutnya
ditempatkan.

Batuan tidak boleh digunakan pada 150 mm lapisan atas timbunan dan tidak ada batu
dengan suatu ukuran melebihi 100 mm boleh dimasukkan ke dalam lapisan atas ini.

(4). Percobaan Pemadatan

Pemborong harus bertanggungjawab untuk pemilihan peralatan dan metoda untuk


mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa Pemborong tidak
mampu untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka pemadatan berikutnya
menyusul.

Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat pemadat
dan kadar air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan tercapai
sehingga memuaskan Pengawas. Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus
digunakan untuk menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat
dan kadar air untuk semua pemadatan yang selanjutnya.

Pasal 5
REVERTMENT PELINDUNG LERENG

1. Umum
Spesifikasi ini mencakup kebutuhan minimal untuk pekerjaan tanggul dan pelindung lereng.
Perbedaan-perbedaan atau variasi-variasi dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara
tertulis kepada Direksi/Engineer/Pengawas dan harus disetujui oleh
Direksi/Engineer/Pengawas sebelum memulai pekerjaan.

Pemborong harus memenuhi dan dianggap mengetahui sumber-sumber, jumlah, kualitas


dan transportasi material batuan, level dan kemiringan revetment dan dinding penahan,
karakteristik tanah lokasi dan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan.

Pemborong harus memperoleh persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas untuk program kerja


revetment dan dinding penahan dalam hubungannya dengan pekerjaan reklamasi, dredging
dan pemancangan; tidak satupun pekerjaan dimulai tanpa persetujuan Pengawas.
Rangkaian pekerjaan yang berhubungan harus dibuat untuk menghasilkan kecakapan kerja
yang tepat bagi pekerjaan tersebut.

Jika diminta oleh Direksi/Engineer/Pengawas, Pemborong harus menyertakan perhitungan


slope stability yang mungkin dipertanyakan sehubungan dengan program kerja yang
diusulkan oleh Pemborong.

Seluruh peralatan yang akan digunakan untuk pekerjaan ini termasuk, perlengkapan selam,
harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas . Pemborong harus menyerahkan
deskripsi detail dan gambar setiap peralatan dan metoda konstruksi sebelum memulai

40
SPESIFIKASI TEKNIS

pekerjaan. Pemborong juga harus menyerahkan data pendukung dan/atau perhitungan


untuk mencapai hasil harian yang diinginkan, termasuk pengangkutan material batuan.

2. Survey
Pemborong, dengan persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, harus membuat tampak atas
dan penampang-penampang yang menunjukkan seabed yang ada dan/atau level tanah di
mana pekerjaan dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut harus dibuat sesuai dengan hasil
survei. Pemborong harus mengadakan survei tambahan dan/atau sounding bila diperlukan
atau bila diarahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas .

Penampang melintang harus dibuat pada interval 20 m maksimum , dan jika disetujui di
atas level, Direksi/Engineer/Pengawas dan Pemborong harus menandainya. Gambar yang
telah ditandai harus menjadi dasar untuk perhitungan jumlah material yang akan
dimasukkan dalam pekerjaan.

3. Pemasangan batu.
Pemasangan batu dapat dilaksanakan setelah pemasangan geotextile dibawah batu telah
diperiksa dan disetuju oleh Direksi/Engineer. Penempatan batu harus dilakukan secara hati-
hati terutama pada bagian yang berhubungan langsung dengan geotextile. Pasangan batu
harus sedemikian kokoh sehingga tidak terlepas/bergulir dari tumpukan talud.

Ukuran talud batu kosong dan kemiringan talud harus sesuai dengan gambar kerja.

Pasal 6
PEMASANGAN GEOTEXTILE

1. Umum
Lingkup dari pekerjaan ini meliputi semua penyediaan tenaga, peralatan dan bahan
sehubungan dengan pekerjaan pemasangan geotextile.

2. Persyaratan bahan
Geotextile yang digunakan harus dari kwalitas seperti diuraiakan pada Bab B pasal 12 dan
dalam kondisi yang baik. Pemasangan geotextile harus sesuai dengan gambar kerja serta
memperhatikan agar geotextile yang telah terhampar tidak merosot, terlipat atau sobek
pada saat ditimbuni material lain diatasnya. Geotextile yang telah sobek/ tercabik tidak
boleh digunakan/dipasang.

3. Penyambungan
Apbila perlu diadakan penyambungan Geotextile, maka sambungan tersebut harus
disambung dengan stitcher sedemikian rupa sehingga tidak ada kemungkinan lolosnya
butiran yang terletak di kedua sisi geotextile. Apabila untuk penyambungan tersebut
Pemborong harus melakukan overlapping dari geotextile yang disambung, maka overlaping
tersebut harus menjamin kekuatan yang paling sedikit sama dengan geotextile utuh. Tidak
ada pembayaran tambahan untuk overlaping disambungan.

41
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 7
PEKERJAAN PAVEMENT

1. Umum
Sebelum dilakukan pembuatan jalan, pada lokasi yang telah ditentukan, trace lapangan
terlebih dahulu harus dibersihkan dari :

- akar-akar pohon

- galian lumpur

- puing - puing

Material hasil pembersihan harus segera diangkut dan dibuang jauh keluar lokasi proyek.

Lapisan subgrade harus memenuhi persyaratan CBR minimum 6%.

2. Subgrade (Tanah Dasar)


a. Subgrade pada tanah galian.

Bila subgrade terletak pada tanah galian, maka harus diperhatikan bentuk melintang
dan memanjang, piel akhir ketinggian subgrade setelah dipadatkan dan sifat-sifat galian
tanah tersebut. Subgrade harus dipadatkan dengan alat pemadat yang sesuai dengan
petunjuk Direksi/Engineer sampai mencapai kepadatan 98% dari maksimum kepadatan
(kering) yang didapat dari percobaan AASHTO T-99.

b. Subgrade pada tanah timbunan.

Material subgrade harus dipadatkan sampai dengan 100% dari maksimum kepadatan
kering yang didapat dari percobaan AASHTO T-99. Sedangkan pada kedalaman lebih
dari 30 cm, material subgrade harus dipadatkan sampai dengan 95% maksimum
kepadatan (kering) (AASHTO T-99).

Tebal lapisan padat material (tanah) yang dipadatkan pada setiap tahap pemadatan
tidak boleh melebihi 15 cm. Peralatan pemadatan harus sesuai dengan petunjuk dari
Direksi/ Engineer.

Setiap pekerjaan subgrade yang telah selesai harus dilindungi agar tidak mengering,
pecah-pecah atau tersiram air hujan.

3. Subbase (Pondasi Bawah)


Penghamparan material subbase dapat dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan lapisan
sesuai gambar (padat). Hamparan harus rata, stabil (tidak goyang) dan retak-retak
(setelah dipadatkan).

Pemadatan dilakukan dengan mesin gilas sehingga mencapai kepadatan 98% dari
maksimum kepadatan (kering) menurut AASHTO T-180 serta mencapai CBR 60%.

4. Base course (Pondasi Atas)


Penghamparan material harus dilaksanakan setelah subbase diterima baik oleh
Direksi/Engineer dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.Batu pecah harus digelar
sedemikian rupa hingga menghasilkan suatu lapisan yang merata (uniform). Pemadatan
dilakukan dengan mesin gilas sampai mendapat permukaan yang rata dan padat,

42
SPESIFIKASI TEKNIS

kepadatan yang harus dicapai adalah 98% dari kepadatan maksimum (kering) menurut
AASHTO T-180 serta mencapai nilai CBR 80%. Sesudah batu pecah selesai dipadatkan dan
digilas dengan baik, maka binder material dapat disebarkan diatasnya. Material binder ini
harus disebar dalam lapisan-lapisan tipis dan tiap-tiap lapisan harus digilas kering. Proses
ini dilakukan sampai material ini tidak masuk lagi kedalam rongga - rongga.

Tebal lapisan base course adalah sesuai dengan gambar kerja ( tebal padat).

5. Lapisan Asphalt Penetrasi/Lapisan Permukaan/Lapisan Penutup


Campuran hanya boleh dihampar bila permukaan benar-benar dalam keadaan kering,
temperatur pada tempat terlindung diatas 5o C tendensi naik dan diatas 10o C bila ada
tendensi turun, cuaca tidak hujan. dan permukaan base course sudah memenuhi
persyaratan yang ditentukan.

Tebal hamparan disesuaikan dengan tebal rencana padat. Campuran harus dihampar pada
temperatur minimum 115o C.

43
SPESIFIKASI TEKNIS

B. PEKERJAAN SIPIL STRUKTUR

PASAL 1
PEMBERSIHAN LAPANGAN

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penebangan pohon hingga bersih sampai ke akar akarnya,
pembersihan semak-semak, pekerjaan tanah/pengupasan tanah lapisan atas (tanah
humus), berikut penyediaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan yang memadai
sehingga dapat dicapai hasil yang memuaskan.
b. Apabila dalam pekerjaan persiapan ini terdapat kerusakan milik pemberi tugas, maka
pemborong bertanggungjawab mengganti kerugian yang ditimbulkannya.

2. Pekerjaan Pembersihan Tanaman/Pohon


a. Pemborong wajib meninjau lokasi site, dan pohon yang tumbuh di lokasi site dan
mengganggu dalam setting-out agar ditebang dan dibersihkan sampai ke akar-akarnya,
hingga tidak ada yang tersisa dan masih terpendam di dalam tanah.
b. Jika dalam penebangan pohon tersebut diperlukan peralatan khusus, maka pemborong
perlu menyediakan peralatan tersebut.
c. Pohon yang tumbuhnya tidak berada pada lokasi/denah bangunan agar tetap dibiarkan
tumbuh/dipertahankan apa adanya, sepanjang tidak mengganggu kegiatan.

3. Pengupasan Tanah Lapisan Atas


a. Pekerjaan tanah meliputi penggalian dan pemindahan dari tanah bagian permukaan,
tanah liat, tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda yang tidak diperlukan.
b. Penggalian sampai pada permukaan-permukaan yang dikehendaki sesuai dengan yang
tertera pada gambar-gambar kerja.
c. Pengurugan dengan bahan-bahan yang telah disetujui sampai kepada ketinggian yang
direncanakan.
d. Tanah lapisan atas / lapisan tanah rabuk adalah bagian lapisan dari tanah pada
permukaan yang ada yang terdiri atau ditandai oleh akar-akar tanaman, atau organisme
lainnya yang mana menurut pendapat Menejemen Konstruksi dapat mengakibatkan
gangguan pada stabilitas konstruksi yang akan dilaksanakan, harus dibuang sedalam
rata-rata 20 cm dan harus diurug sebagai lapisan permukaan.
e. Bilamana ditemukan lapisan tanah rabuk lebih dari 20 cm maka penggalian harus
sedalam lapisan tersebut, dan kemudian dilaksanakan pengurugannya sebagai lapisan
permukaan, dengan ketentuan dari Menejemen Konstruksi, dan biaya akibat kelebihan
penggalian ini merupakan tanggungan Pemborong dan bukan termasuk dalam
pekerjaan tambah.
f. Sesudah pembersihan site, permukaan tanah, tanah liat, tanaman-tanaman lainnya,
maka dapat dimulai pekerjaan galian.
g. Tanah rabuk yang tidak berguna harus disingkirkan dan diangkut keluar dari halaman.
Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung jawab Pemborong.
h. Setiap biaya yang diakibatkan oleh pekerjaan di atas ini harus dimasukkan harga
borongan.

44
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Pemagaran Proyek
Kontraktor wajib membuat pagar keliling dari seng yang masih baru, dengan kerangka
kayu, dicat dengan warna yang ditentukan kemudian. Biaya pembuatan pagar ini menjadi
tanggungan Kontraktor.

PASAL 2
PENGUKURAN, PEMASANGAN BOUWPLANK DAN PENENTUAN PEIL

1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Menejemen Konstruksi bersama dengan Perencana.
2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang, berpenampang 20 x 20 cm2, tertancap kuat ke
dalam tanah sedalam 1 m dengan bagian yang muncul di atas muka tanah secukupnya untuk
memudahkan pengukuran selanjutnya, tugu dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi
tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Menejemen
Konstruksi untuk membongkarnya.
3. Papan untuk bouwplank adalah kayu meranti ukuran 2/20 diserut halus bagian atas,
dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
4. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap di tanah sehingga tidak bisa
digerak-gerakkan atau dirubah.
5. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu sama yang lain, kecuali dikehendaki lain
oleh Manajer Konstruksi
6. Setelah selesai pemasangan papan ukur, Pemborong harus melaporkan kepada Menejemen
Konstruksi untuk dimintakan persetujuannya, serta harus menjaga dan memelihara keutuhan
serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas
persetujuan Konsultan Menejemen Konstruksi .
7. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan bouwplank/setting
out pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian dan benchmarks yang diberikan Menejemen
Konstruksi secara tertulis, serta bertanggung jawab atas level, posisi, dimensi serta
kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja yang perlu
untuk itu.
8. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal
tersebut di atas, merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan
tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis
dari Konsultan Menejemen Konstruksi .
9. Pengecekan setting-out atau lainnya oleh Manajer Konstruksi atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung jawab Pemborong menjadi berkurang. Pemborong wajib melindungi
semua bench-marks dll. hal yang perlu pada setting out pekerjaan ini.
10. Sebelum memulai pekerjaan galian Pemborong harus memastikan peil-peil dari halaman
dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik atau garis-garis contour yang
ditentukan di dalam gambar kerja.
11. Bila ditemukan hal-hal yang menyangsikan dari peil-peil ini, maka Pemborong harus
memberikan laporan tertulis kepada Konsultan Menejemen Konstruksi

45
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 3
PEKERJAAN TANAH (GALIAN DAN URUGAN DAN ANTI RAYAP)

1. Pekerjaan Galian.
a. Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam, pemiringan dan
lengkungan sesuai dengan kebutuhan konstruksinya atau sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar.
b. Bilamana tanah yang digali ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan permukaan atau
pembatas maka tanah ini perlu diamankan dahulu untuk penggunaan tersebut di atas.
c. Tanah/galian yang tidak berguna harus disingkirkan dan diangkut ke luar dari halaman.
Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung jawab Pemborong atau
bilamana perlu memindahkan tanah-tanah atau bahan yang tidak dipakai atau kelebihan-
kelebihan tanah yang digunakan untuk urugan atau sebagaimana yang diinstruksikan oleh
Konsultan Menejemen Konstruksi

2. Persiapan Untuk Urugan


a. Permukaan tanah yang sudah diambil lapisan atasnya, harus digilas sehingga kepadatannya
mencapai 90% dari kepadatan maksimum sampai kedalaman 15 cm.
b. Di atas permukaan tanah yang telah dipadatkan tersebut, baru dapat dilakukan pengurugan
tanah.

3. Pengurugan
a. Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kembali dengan sirtu
harus dengan persetujuan Konsultan Menejemen Konstruksi .
b. Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki, sebagaimana
dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.

4. Pemadatan
a. Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan dan
harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-besarnya 20 cm.
b. Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sedapat-dapatnya dilakukan dengan mesin
giling (tumbuk) atau stamper dengan menambahkan air dan disetujui Konsultan
Menejemen Konstruksi.

5. Pemiringan tanah
Pemborong diharuskan memelihara segala tanggul-tanggul dan pemiringan-pemiringan tanah
yang ada dan bertanggung jawab atas segala stabilitas dari tanggul-tanggul ini sampai batas
periode kestabilan dan harus mempersiapkan segala sesuatunya atas tanggungan sendiri untuk
menjaga terhadap hal tersebut di atas.

6. Pemeriksaan Penggalian dan Pengurugan


a. Galian dan urugan harus terlebih dahulu diperiksa oleh Manajer Konstruksi sebelum
memulai dengan tahap selanjutnya. Dalam hal pengurugan, Manajer Konstruksi akan
segera menunjukkan bagian-bagian tanah mana yang dipadatkan yang harus siap
dilaksanakan pengujian pemadatannya.
b. Pengurugan bagi pondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau tersembunyi oleh tanah
tidak boleh dilaksanakan sebelum diadakan pemeriksaan oleh Konsultan Menejemen
Konstruksi .

46
SPESIFIKASI TEKNIS

7. Pengendalian hama dan Rayap


Sebelum dilakukan pengurgan kembali pekerjaan galian, seluruh galian sekeliling tepi luar
bangunan, harus dilakukan penyemprotan anti rayap hingga rata. Penyemprotan dengan
menggunakan setara LENTREK 400 EC, Basilium 500+ dengan pengencer minyak.
Penyemprotan harus dilakukan oleh perusahaan khusus dengan jaminan sekurang kurangnya 5
tahun.

PASAL 4
PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain
sehubungan dengan pekerjaan kolom praktis dan bagian lain sesuai dengan gambar-gambar
dan persyaratan teknis ini.

2. Ketentuan Umum
a. Persyaratan-persyaratan Konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan
teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus
sesuai dengan standard-standard yang berlaku, yaitu :
1. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
2. Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding (SNI 03-3430-1994).
3. Tata Cara Perhitungan Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SNI 03-
1727-1989).
4. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-
2002).
5. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
b. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar rencana, dan
atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Pengawas.
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material yang
kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di dalam pekerjaan ini.
e. Seluruh material yang oleh Pengawas dinyatakan tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan menggunakan kembali.

3. Lingkup Pekerjaan Beton


Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan
beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana.

a. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di


dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan-bantu yang berhubungan
dengan pekerjaan tersebut.

47
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Pengadaan, detil, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforcement) dan


bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
c. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton (bekisting), penyelesaian dan
perawatan beton dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan beton.

4. Material
a. Semen

Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil produksi dalam
negeri satu merk. Semen barus disimpan sedemikian rupa hingga mencegah terjadinya
kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus dilakukan di
dalam gudang tertutup, sedemikian rupa sehingga semen terhindar dari basah atau
kemungkinan lembab, terjamin tidak tercampur dengan bahan lain. Urutan penggunaan
semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen tersebut di lokasi pekerjaan.

b. Agregat Kasar

Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :

1. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari “Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalamnya, maka agregat tersebut harus
memenuhi ketentuan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-
2847-2002).
2. Atas persetujuan Pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir a., dapat
digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan atau pemakaian
nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang kekuatan, keawetan, dan
ketahanannya memenuhi syarat.
3. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus tidak
melebihi syarat-syarat berikut :
 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
 1/3dari tebal plat.
 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang
tulangan.
4. Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian Tenaga Ahli,
kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian hingga dijamin
tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.

c. Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan berikut ini :

1. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya
menurut tujuan pemakaiannya.
2. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya,
yang dapat dilihat secara visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/ltr.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/ltr. Kandungan
clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai S03) tidak
lebih dari 100 ppm.

48
SPESIFIKASI TEKNIS

5. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak lebih
dari 10%.

6. Beton dan Adukan Beton Struktur


a. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus membuat trial mix desain
dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan kuat tekan
target beton seperti yang disyaratkan.
b. Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini (fc’) tidak boleh kurang
dari 24.9 MPa sekualitas K 300. Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan sertifikat
pengujian dari Laboratorium Bahan Bangunan yang telah disetujui Pengawas.
c. Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan kuat tekan rata-rata
(fc’r) minimal sebesar fc’r = fc’ + 1,64 Sr, dengan Sr adalah standar deviasi rencana dari
benda uji yang nilainya setara dengan nilai standar deviasi statistik dikalikan dengan
faktor berikut :
Jumlah Benda Uji Faktor Pengkali

< 15 dikonsultasikan dengan Pengawas

15 1.16

20 1.08

25 1.03

> 30 1

d. Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm, yang untuk setiap 10 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah
benda uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang
terdapat di dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium (SK SNI M-62-1990-03).
e. Jika hasil uji kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat tekan target beton yang
dihasilkan tidak memenuhi syarat, maka proporsi campuran adukan beton tersebut tidak
dapat digunakan, dan Kontraktor (dengan persetujuan Pengawas) harus membuat
proporsi campuran yang baru, sedemikian hingga kuat tekan target beton yang
disyaratkan dapat dicapai.
f. Jika hasil pengujian kuat desak beton menunjukkan gejala tidak memenuhi f’c yang
disyaratkan, maka harus dilakukan pengujian dengan Rebound Hammer Test.
g. Jika hasil pengujian pada butir f tersebut menunjukkan gejala tidak memenuhi
persyaratan, maka harus dilakukan pengujian kuat desak beton dengan boor ( core drill).
h. Benda uji tersebut harus diperiksakan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik dengan
biaya sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor.
i. Setiap ada perubahan jenis bahan yang digunakan, Pelaksana wajib meiakukan trial mix
desain dengan bahan-bahan tersebut, dan melakukan pengujian laboratorium untuk
memastikan bahwa kuat tekan beton yang di hasilkan memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan.
j. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut :

49
SPESIFIKASI TEKNIS

Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)


a. Plat Pondasi/Poer 75- 120
b. Kolom Struktur 100-120
c. Balok-balok 100-120
d. Plat Atap/Lantai 100- 120

Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana harus
mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-2847-2002).

Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini :
a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak, gelombang-
gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.
b. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .
c. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform (BJTD
40), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70% diameter
nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5% diameter nominalnya.
d. Tulangan dengan Ø < 13 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan dengan Ø ≥
13 mm memakai BJTD 40 (deform) bentuk ulir.
e. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus dibuktikan
dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat -
leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan dimaksud.
f. Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan harus ditentukan
dari sertifikat pengujian tersebut dan harus ditentukan dari rumus :
d = 4.029  B , atau d = 12.47 G

dimana :

d = diameter nominal dalam mm


B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (kg/m)

g. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini sebagai berikut :
“D” Tulangan Tulangan Toleransi Berat
Baja Tulangan yang Diizinkan
< 10 mm ±7%
10 mm <<16 mm ±6%
16 mm << 28 mm ±5%
> 28 mm ±4%

h. Pembesian
1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)

Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan haras disertai
surat keterangan Percobaan dari pabrik.

50
SPESIFIKASI TEKNIS

Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja-tulangam harus diadakan pengujian periodik


minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk
uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.

Semua pengujian tersehatan di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan
di laboratorium lembaga Uji Konstruksi atau laboratorium lainya direkomendasi oleh
Direksi Lapangan dan minimal sesuai dengan salah satu standard uji yang dapat
dipakai. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor. Segala
macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap
kekuatan rekatan harus dibersihkan.

Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan
kawat.dari baja. lunak.

Sambungan mekanis harus ditest. dengan percobaan tarik.

Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian,


termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang
penjangkaran dari penulangan baja oleh Direksi Lapangan.

Sertifikat :

Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari
Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

2. Produk

a. Tulangan

Tulangan yang digunakan berulir mutu BJTD-39 (400 Mpa) dan tulangan polos mutu
BJTP-24 seperti dinyatakan pada gambar-gambar rencana. Tulangan polos dengan
diameter ≤ 12 mm harus baja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm 2. Tulangan
ulir dengan diameter ≥ 12 mm harus baja tegangan tarik tinggi, batang berulir
dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa

b. Tulangan Anyaman (Wire mesh)

Tulangan anyaman, menggunakan type M8.

c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)

Dudukan tulangan haruslah tahu beton, yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang
ditanam atau batang kursi tinggi plat sendiri (Individual High Chairs).

d. Bolstern, kursi spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur jarak.


 Gunakan besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali
diperlihatkan lain pada gambar rencana.
 Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang ridak direkomendasi.
 Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau horizontal
rumers dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi (chairs
legs). Atau pakai lantai kerja yang rata.

51
SPESIFIKASI TEKNIS

 Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang


langsungberhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis hot-
dip-galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik.
 Kawat Pengikat dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
3. Jaminan Mutu

Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan. Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan
untuk semua tulangan yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan
hasil-hasil dan semua komposisi kimia dan sifat-sifat fisik.

4. Persiapan Pekerjaan/Peralatan Tulangan

Pembengkokan dan pembentukan

Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari
tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
tempat selama pengecoran berlangsung.

Pembuatan dan pemasangan tulangan toleransi pembuatan disesuai dengan peratuaran


yang disyaratkan.

5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya

Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label


yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.

Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di alas


tanah harus kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur,
kotoran, karat dsb.

6. Pelaksanaan Pemasangan Tulangan, Pembengkokan dan Pemotongan

1. Persiapan

a. Pembersihan

Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat lepas,
serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan
pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.

b. Pemilihan/seleksi

Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.

2. Pemasangan Tulangan

a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar rencana dan koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan untuk
mengindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-
lubang (openings)/bukaan.

52
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Pemasangan

Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga sebelum
dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.

1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi yang benar
dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh lokasi
yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi penunjang dan
penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregai (seperti pasir,
kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton
yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu
paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat
berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak
minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus
tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada
tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan
bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu
dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang
harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan

1. Terhadap selimut beton (selimut beton)  6 mm.


2. Jarak terkecil pemisah antara batang  6 mm.
3. Tulangan atas pada plat dan balok :
 Balok dengan tinggi sama atau < 200 mm adalah  6 mm.
 Balok dengan tinggi > 200 mm tapi < 600 mm adalah  12 mm.
 Balok dengan tinggi > 600 mm adalah  12 mm
 Panjang batang  50 mm.
4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai SNI 2002.

d. Pembengkokan Tulangan, sesuai dengan SNI 2002.

1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara yang merusak
tulangan itu.
2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh
dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkokkan atau
diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana
atau disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin,
kecuali apabila petnanasan dilajutkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diizinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau diprofilkan)
dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu
lebih dari 85OC.

53
SPESIFIKASI TEKNIS

6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin dalam
pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 1000C yang bukan pada waktu las,
maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja hams diambil kekuatan
baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diizinkan oleh
perencana.
8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan
jalan disiram dengan air.
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 x diameter
batang dari setiap bagian dari bengkokan.

e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.

1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang ditunjukkan dalang
gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh perencana.
Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan pembengkokan
tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran dan terhadap
panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar  25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4). Terhadap
panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi
sebesar > 50 mm dan < 25 mm.
3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar  6
mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar  12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi
sebesar  6 mm.

f. Panjang Penjangkaran dan panjang penyaluran.

1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)


Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait

Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait

2. Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)


Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait

Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait

3. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan terbesar.
Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus diadakan di tengah
bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan harus ditunjang dimana
memungkinkan.

4. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui perbandingan 1


terhadap 10.

5. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91 (Tata Cara Penghitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung), kecuali ditentukan lain.

6. Pemasangan Wire Mesh

54
SPESIFIKASI TEKNIS

Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan Jangan melakukan


penghentian/pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan balok atau tepat diatas
balok dari struktur menerus.

Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan untuk
mencegah lewatan yang menerus.

Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.

7. Las

Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan SNI 04-
3891-1995 (Standar Mutu Pengelasan Indonesia). Pengelasan tidak boleh dilakukan
pada pembengkakan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus
diizinkan kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi Lapangan dan harus
dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las.

8. Sambungan Mekanik

Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom dengan
menggunakan  32 mm, sambungan mekanik untuk tulangan (pada kolom) harus
disediakan dan dipakai.

7. Pengadukan dan Alat Aduk


a. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memiliki ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran masing-masing bahan
beton. Seluruh peralatan, perlengkapan dan tata cara pengadukan harus
mendapatkan persetujuan Pengawas.
b. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus mendapatkan
persetujuan Pengawas. Seluruh operasi harus dikontrol/diawasi secara kontiniu oleh
Pengawas.
c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (hatch mixer atau portable
continous mixer). Sebelum digunakan, mesin aduk ini harus benar-benar kosong,
dan harus dicuci terlebih dahulu bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
d. Selain ketentuan tersebut di dalam butir 1.7.c di atas, maka pengadukan beton di
lapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini :
1. Harus dilakukan di dalam suatu mesin aduk dari tipe yang telah disetujui
Pengawas.
2. Mesin-aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat mesin aduk tersebut.
3. Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1.5 menit setelah semua material
dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan/ditunjukkan
bahwa dengan waktu pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini masih
dapat dihasilkan beton yang memenuhi syarat.

8. Pengangkutan Adukan
a. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ke tempat penyimpanan akhir
(sebelum di tuang), harus sedemikian hingga tercegah terjadinya pemisahan
(segregasi) atau kehilangan material.

55
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat


penyimpanan akhir dengan lancar, tanpa mengakibatkan pemisahan bahan yang
telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya
plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan.

9. Penempatan beton yang akan dituang


a. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan akhir
untuk mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran
adukan.
b. Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan
penuangan sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat
mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian dan atau telah dikotori oleh material asing,
tidak boleh dituang ke dalam cetakan.
d. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali
setelah mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan kembali.
e. Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna dan
harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar
tulangan dan barang yang tertanam dan ke daerah pojok acuan.

10. Perawatan Beton


a. Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton tersebut harus
dipertahankan di dalam kondisi lembab paling sedikit 72 jam, kecuali jika dilakukan
perawatan yang dipercepat.
b. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton harus
dipertahankan dalam kondisi lembab paling sedikit 168 jam setelah penuangan,
kecuali jika dilakukan perawatan dipercepat sebagaimana disebutkan di dalam Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-2847-2002).

11. Cetakan Beton


a. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus direncanakan
sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa penyangga dan cetakan tersebut
mampu menerima gaya-gaya yang diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan
adukan beton.
b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil
beton yang direncanakan, serta tidak bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
c. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus
dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal; terutama untuk permukaan beton
yang tidak difinish (expossed concrete).
d. Kecuali beton pondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimal 12
mm.
e. Kontraktor harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga penyerapan air
adukan oleh cetakan dapat dicegah.
f. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau
perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari

56
SPESIFIKASI TEKNIS

tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban-beban yang ada di atasnya selama pelaksanaan.
g. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatannya, dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat
beton dituang, permukaan cetakan harus bersih terhadap segala kotoran, dan diberi
oli untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari lekatnya oli
pada baja tulangan, maka pemberian olipada cetakan harus dilakukan sebelum
tulangan terpasang.
h. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Pengawas, atau
jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
 Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % fc)
 Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 % fc)
 Balok dengan beban konstruksi 14 hari (setara dengan 85 % fc)
 Plat lantai/atap/tangga 14 hari (setara dengan 85 % fc)
Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus dicabut
sebelum pengurugan dilakukan.

12. Pengangkutan dan Pengecoran


a. Perletakan pengadukan dan pengecoran harus diatur sedemikian rupa hingga
memudahkan dalam pelaksanaan pengecoran.
b. Waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak boleh lebih dari 1 jam. Pengecoran
harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya pemisahan material
dan perubahan letak tulangan.
c. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.5 m, cara
penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute, dan sebagainya harus
mendapat persetujuan Pengawas.
d. Pelaksana harus memberitahukan Pengawas selambat-lambatnya 2 hari sebelum
pengecoran beton dilaksanakan.

13. Pemadatan Beton


a. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar mekanis/mechanical vibrator
dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk
mengalirkan beton.
b. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang dihasilkan
merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos.
c. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar
yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan
yang baik.
Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada tulangan yang
telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.

57
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 5
PEKERJAAN PONDASI MENERUS DAN CEROCOK

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pondasi adalah pekerjaan pondasi pile beton bertulang dan pembuatan beton
poer di atasnya dan pemakaian cerocok kayu.

2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan Pembesian
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas, yang disertai
gambar shop drawing.
2. Kuat desak beton rencana 20 Mpa sekualitas K225.
3. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat diameter besi,
jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang akan dicor.
4. Pasang besi beton slab, sesuai desain.
5. Panjang sambungan besi minimum 40 x diameter tulangan rencana.
6. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
7. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang mengurangi
lekatan (bonding) antara besi dan beton.
8. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.

b. Pekerjaan Bekisting
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan bekisting meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Bahan bekisting perancah/stiger adalah cetakan/bekisting sesuai kontak.
3. Panel bekisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa sesuai
dengan shop drawing.
4. Sambungan panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
5. Bekisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot dan
tarikan benang.
6. Level bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.

3. Pelaksanaan Cor Beton


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Kuat desak beton rencana 20 Mpa sekualitas K225.

58
SPESIFIKASI TEKNIS

c. Sebelum di cor, bekisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau
kotoran-kotoran.
d. Material bekisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold oil/sika
form oil (ekspose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka, untuk
bekisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
e. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya dan batas ketinggian
cor harus ditandai dengan jelas.
f. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat pengangkutan
adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya.
g. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan
yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
h. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk untuk mendapatkan beton yang
homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari
campuran.
i. Pengadukan beton, untuk beton struktur menggunakan campuran beton dari ready
mix dan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
j. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang monolit.
Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak berubah
posisi, kevertikalan bekisting harus selalu periksa selama pengecoran.
k. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi segregasi, jarak
jatuh maximal 1.5 m.
l. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm.
Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh bekisting dan atau tulangan.
Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
m. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur kelencakan
atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal 12.5 cm minimal
5 cm.
n. Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.
Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah
pengadukan selesai. Pengambilan dilakukukan di beberapa titik dan dicampurkan.
Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih
dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk.
o. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
PPTK dan Konsultan Pengawas.
p. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.

5. Pembongkaran Bekisting dan Perawatan Beton


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pembongkaran bekisting dan perawatan meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
b. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

59
SPESIFIKASI TEKNIS

c. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut pada


struktur, alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
d. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
e. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

6. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur
dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10% berat. Jika
ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, maka
jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut diberi
tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen dalam
kantong di penyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.

b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat, dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya
tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan dengan
cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.

c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.

d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik
lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0.5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

60
SPESIFIKASI TEKNIS

e. Besi beton
1. Tulangan menggunakan besi ≥ Ø 13 mm dengan fy = 400 Mpa, begel
menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240 MPa.
2. Semua besi harus di ujikan di laboratorium yang di setujui Konsultan Pengawas,
masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.

f. Cerocok
1. Kayu yang digunakan adalah jenis kayu cerocok.
2. Dengan standarisasi diameter ≥ 15 cm dan kedalaman cerocok ≥ 4 m.

PASAL 6
PASANGAN PONDASI BATU BATA

1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan pemasangan semua pondasi
batu bata sesuai dengan gambar perencanaan serta persyaratan-persyaratan teknis ini.

2. Material
1. Bata
Bata harus baru, terbakar keras, terbuat dari tanah liat yang terpilih. Bilamana tidak
terdapat bahan-bahan yang sesuai standar tersebut di atas, maka
Pengawas/Pelaksana menentukan jenis-jenis lain yang ada di pasaran lokal dengan
persyaratan yang ditentukan.

2. Pasir
Galian di bawah pondasi harus diurug dengan pasir pasang dengan standar
ketebalan sesuai gambar rencana. Pemadatan tanah dilakukan dengan
menambahkan air secukupnya dan dipadatkan dengan alat timbris tangan terbuat
dari logam atau stamper.

3. Adukan
Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1pc : 6ps serta sesuai dengan gambar
rencana.

4. Pemasangan
Pondasi Batu Bata

Pekerjaan pasangan bata dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang
ditunjukan dalam gambar. Tiap-tiap bata harus dipasang penuh dengan adukan sehingga
semua hubungan bata melekat satu sama lain dengan sempurna. Setiap batu harus
dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ketempatnya hingga teguh. Adukan harus
dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ketempatnya hingga teguh. Adukan harus
mengisi penuh rongga-rongga antara bata untuk mendapatkan massa yang kuat dan
integral, dan di beberapa sisi luar dan dalam.

a. Pekerjaan pemasangan bata dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.

61
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga semua hubungan
batu melekat satu sama lain dengan sempurna. Spesi yang digunakan adalah 1pc :
6ps.
c. Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ketempatnya hingga
teguh.

PASAL 7
PEKERJAAN MOVEABLE BRIDGE

1. U m um

Pekerjaan movable bridge (MB) meliputi pembuatan konstruksi baja untuk MB,
pengangkutan dari workshop, erection, uji coba dan pengadaan kelengkapan MB sesuai
dengangambar.

2. Konstruksi Movable Bridge (MB).

a. Komponen MovableBridge

Movable Bridge terbuat dari konstruksi baja yang terdiri dari komponen- komponen sebagai
berikut:

Komponen Struktur Mutu/Jenis Material Finishing Keterangan


1. Gelagar utama baja SS-41 galvanized & cat warna kuning
2. Gelagar melintang & - idem - cat -
- idem cat warna kuning
balok angkat
3. Balok Stringer - idem - - idem - cat warna kuning
4. Lantai Jembatan - idem - Galvanized -
5. Dudukan Engsel & Engsel - idem - galvanized & cat warna kuning
MB
6. Portal Penggantung - idem - cat
dicat cat warna kuning
7. Sistem Penggantung Diam - idem - dicat cat warna kuning
8. Sistem Pengangkat lihat persyaratan kap = 80 ton/unit
Hydrolic khusus
9. Panel Kontrol lihat persyaratan
khusus
10. Baut dan Mur galvanized
11. Lampu sorot ( 4 buah ) 1000 watt/unit
12. Guide roll karet atau sejenis
13. Safety Guard galvanized Standard
Bina Marga

b. Pembuatan Konstruksi Movable Bridge

62
SPESIFIKASI TEKNIS

Konstruksi baja MB harus dibuat di workshop baja yang berpengalaman dalam


pembuatan MB minimal 5 tahun yang dibuktikan dengan sertifikat. Sebelum
memulai pembuatan MB, Kontraktor wajib menyerahkan shop drawing lengkap
kepada Pengawas untuk mendapatkanpersetujuannya.

Konstruksi baja harus dibuat dengan ketelitian yang cukup baik, sehingga tidak
terjadi lenturan,puntiran, tarikan, tekanan yang dipaksakan pada saat perakitan
nanti sehingga menimbulkan tegangan sekunder. Sudut-sudut atau ujung-ujung
batang bekas pemotongan harus dibuat sehalus mungkin.

Kontraktor wajib melakukan pengukuran ulang dilapangan terutama mengenai


posisi engsel di dudukan MB, jarak as engsel MB ke as dudukan hidrolik agar
konstruksi MB dapat disesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya dilapangan.
Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan yang cukup besar pada
pengukuran kondisi reel terhadap gambar rencana, harus segera dilaporkan
kepada Pengawas, apakah diperlukan perkuatan/modifikasi konstruksi MB atau
tidak. Segala perkuatan/modifikasi yang diperlukan sehubungan dengan kondisi
tersebut diatas, sepenuhnya menjadi tanggung jawabKontraktor.

c. Trial Erection

Sebelum komponen-komponen Movable Bridge dikirim ke lapangan, terlebih


dahulu harus dilakukan trial erection di workshop, untuk mengetahui ketelitian,
kelengkapan dari MB. Trial erection tersebut harus diketahui dan diawasi oleh
Pengawas. Persetujuan dari Pengawas akan diberikan apabila dari hasil
pemeriksaan tidak terdapat hal-hal yang tidak diperkenankan seperti:

- profil melengkung atauterpuntir.


- ukuran dan bentuk tidak sesuai dengan yangdirencanakan.
- terdapat kekurangan komponenstruktur.
- terdapat cacat-cacat pada pengelasan, lobangbaut.

Setelah persetujuan dari Pengawas diberikan konstruksi MB dapat dibongkar


kembali dan komponen-komponen yang harus digalvanisir dapat segera
digalvanisir.

d. Pengangkutan dan Penyimpanan di Lapangan

Pengangkutan komponen-komponen struktur dari workshop ke site harus


dilakukan secara seksama. Selama pengangkutan, komponen-komponen
tersebut harus dijaga dari benturan yang mengakibatkan cacat pada lapisan
galvanisir, bentuk profil, lenturan, puntiran baik sebagian maupun keseluruhan
panjang komponen. Apabila sesampainya di site ternyata terjadi cacat-cacat
seperti tersebut diatas, maka Kontraktor wajib memperbaiki/mengganti
komponen yang rusak tersebut secepatnya. Perbaikan hanya dapat dilakukan
dengan seijin dari Pengawas dan harus dilakukan di workshop kecuali
ditentukanlain.

Sangat dianjurkan untuk melakukan packing terhadap material/komponen yang


sensitif terhadap benturan selama pengangkutan.

63
SPESIFIKASI TEKNIS

Penyimpanan material movable bridge dilapangan harus ditempat yang


disetuhui oleh Pengawas. Selama material disimpan dilapangan harus dijaga
terhadap kemungkinan pencurian, kerusakan. Akibat hilangnya atau rusaknya
suatu komponen movable bridge tidak dapat dijadikan alasan untuk menunda
jadwal erection di lapangan

e. Erection Movable Bridge

Selama pelaksanaan perakitan/erection MB di lapangan harus dijaga agar


semua komponen-komponen struktur dipasang dengan tepat sesuai posisinya,
dan dijaga agar tidak mengalami cacat seperti bengkok, retak,
tidakdiperkenankan melakukan lenturan, puntiran, tarikan maupun tekanan
yang mengakibatkan terjadinya tegangan residual atau tegangan tambahan.

f. Peralatan Sistem Hydrolic Pengangkat Movable Bridge

a) Sistem Hydrolic Pengangkat Movable Bridge yang digunakan harus


mampu menahan beban minimum 80 ton /unit dengan motor penggerak
berkekuatan 12 HP, putaran minimal 10.000r/min.
Kontraktor harus menyerahkan terlebih dahulu spesifikasi teknis dari
sistem hydrolic pengangkat MB kepada Direksi/Engineer/Engineer untuk
mendapatkan persetujuaannya.
b) FasilitasElectricalterdiriatas.

b.1. Acuan.
Fasiltas elektrikal harus mengacu pada gambar kerja yang
memperlihatkan lokasi, detail dan methode, pemasangan kabel dan
kawat dan peralatan serta fasilitas sejenis.
b.2. Panel kontrol diletakkan pada rumahkontrol.
b.3. Alarm balancer, harus mampu mendeteksi kemiringan movable
bridge dalam arah melintang sebesar sebesar 5 cm perbedaan antara
penggantung hidrolis kiri dan kanan, apabila kemiringan melintang
movable bridge melebihi yang disyaratkan tersebut diatas, alarm
balancer akan memberi tanda dan gerekan hidrolis dapat segera
dihentikan.
c) Pentanahan/Earthing
c.1. Masing-masing dan setiap peralatan elektrikal harus dihubungkan
dengan main earthingconductor.
c.2. Main earthing conductor harus dari cable PVC dengan warnahijau.
c.3. Electrode untuk pentanahan harus dari plat tembaga dengan ukuran
tidak kurang dari 900x900mm2 dan tebal 3 mm, dan harus dipasang
dibawah tanah dengan kedalaman sesuai peraturan PLN dan disetujui
olehPengawas.
c.4. Tahanan dari masing-masing elektroda tanah tidak boleh kurang
dari 1ohm.

64
SPESIFIKASI TEKNIS

g. Pekerjaan Penyelesaian

a. Pelatihan.
Kontraktor wajib melaksanakan pelatihan mengoperasikan movable
bridge di lapangan minimum untuk 2 orang selama 1 bulan setelah serah
terima.

b. Petunjuk pengoperasian danpemiliharaan.


Kontraktor harus menyerahkan 6 (enam) buku petunjuk yang jelas
mengenai penoperasian dan pemeliharaan/perawatan kepada Pengawas
paling lambat 14 hari sebelum serah terima.
c. Uji cobaakhir.
Kontraktor wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis 14 hari
sebelumnya mengenai kesiapan untuk melaksanakan uji coba
akhir.Apabiladisetujui, uji coba harus dilaksanakan selama 10 hari dan selama
pengujian akan dilakukan evaluasi terhadap keseluruhan sistem movable bridge.
Selama uji coba harus diawasi/dihadiri oleh Pengawas. Macam dan methoda uji
coba harus seperti yang diinstruksikan oleh Pengawas. Sebelum melakukan uji
coba, Kontraktor harus menyetel semua peralatan agar terjamin pengoperasian
yang benar dan Kontraktor bertanggung jawab terhadap ketelitian tersebut.
Pengawas akan mengeluarkan sertifikat uji coba kepada Kontraktor setelah
menyetujui hasil uji coba tersebut. Pengawas dapat menunda pengeluaran
sertifikat sampai Kontraktor menyerahkan asbuild drawing, manual, peralatan dan
lain-lainnya yang harus diserahkan pada saat penyelesaianpekerjaan.

h. Jaminan

Kontraktor wajib memberikan jaminan/garansi tertulis mengenai konstruksi


movable bridge dan kelengkapannya selama minimal 1 tahun dari tanggal
pengeluaran sertifikat serah terima pekerjaan. Jaminan tersebut meliputi:
perbaikan, penggantian bagian atau material yang rusak, dimana biaya dan
pelaksanaanya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Jaminan tersebut tidak termasuk kerusakan yang diakibatkan oleh pihak lain,
misalnya tertabrak kapal, kesalahan prosedur pengoperasian, akibat bencana
alam.

i. Suku Cadang

Kontraktor harus menyediakan suku cadang dan peralatan dalam kotak


pemeliharaan pada setiap site dan harus dilengkapi spesifikasi yang
menyatakan merk dari suku cadang maupun peralatan tersebut diatas.
Suku cadang yang harus disediakan oleh Kontraktor adalah :
- Satu set komplit peralatan untuk pemeliharaan harian, dengan kotak alat
untuk movable bridge dan peralatanhidrolik.
- Suku cadang untuk peralatan listrik yang terdiri:
satu set lampu pilot untuk peralatan elektrikal
satu set sekering untuk semuatipe

65
SPESIFIKASI TEKNIS

- Dry chemical fire extinguisher for multi purpose (6,5kg)


- Kotak peralatan yang terbuat dari baja, tipe padlock
ukuran L800xB600xH500.

Spesifikasi khusus untuk Moveable bridge yang akan digunakan:

Double Acting Hydraulic Cylinder


System performance

Hydraulic Movable Bridge


Movable Bridge Capacity : 50 ton
Rated Pressure : 91 bar
Safety Pressure : 150 bar
Movable Bridge Speed : 0.40 m/min (using main system)
: 0.35 m/min (using emergency system)
Load at rated pressure : 50 ton
Load at safety : 82 ton

Movable Bridge Hydraulic Cylinder


Inside Bore Diameter : 265 mm
Outside Bore Diameter : 315 mm
Piston Rod Diameter : 120 mm
Stroke : 2500 mm
Rod material (Ni + Cr) : S45C
Cylinder Tube : STKM 13A

Power Unit I (Main System)


Model : MB-400/10/V18
Vane pump Displ. : 18 cc/rev
Electric motor : 7.5 KW/415 V/3 Phase/4P/50HZ/1P-55
Capacity : 400 liter
Type : Mild-steel epoxy coated

Power Unit II (Emergency System)


Model : MB-400/10/V16,9
Vane pump Displ. : 16,9 cc/rev
Engine motor : 7,5 KW
Capacity : 400 liter
Type : Mild-steel epoxy coated

HYDRAULIC MOVABLE BRIDGE


Movable Bridge Hydraulic System (50 ton)
Hydraulic equipment and controls for above system comprises of the following
- One set of Smart System 400-liter customized mild steel HPU, treated with epoxy
paint, which consist of:
 Main System

66
SPESIFIKASI TEKNIS

 One unit 18 cc/rev & 180 bar Vickers vane pump


 One unit 22 kW (or 30 HP) / 380 Volt / 50 Hz / 3 Phase / 4 Poles TEFC, Class F, IP55
Electric motor
 One set of foot bracket & drive coupling to suit pump and electric motor
 One unit suction stainer

 Emergency System
 One unit 16,9 cc/rev & 180 bar Vickers vane pump
 One unit 7.5 kW (or 10 HP) Engine Motor Yanmar L100AE completed with electric starter
motor
 One set of bell housing & drive coupling to suit pump and electric motor
 One unit suction strainer

- One set of tank accessories: such as: cleaning cover, filler breather filter, level & temp
gauge, pressure gauge & shut-off valve
- One unit return line filter
- Twelve units angel check valve
- Six units flow control valve
- Three units adjustable pressure relief valve
- Two units solenoid directional controlled pilot operated valve
- One units shuttle valve
- Two units pilot check valve
- One units Smart System MB2500 Hydraulic Cylinder (Movable Bridge).

Cylinder specification:
- Stroke : 2500 mm
- Bore Diameter : 265 mm
- Speed : 0.4 m/min (main system)
: 0.35 m/min (emergency system)
- Rated / Safety : 91/150 bar
pressure
- Rated load : 50 ton
- Safety load : 82 ton

- One lot of connecting materials for connection from power unit to cylinder.

Movable Bridge Hydraulic System use two driver, first main system use electric motor and
secondly emergency system using engine motor moment of no supply electrics.
Safety factor proposed is 1,64 x.
Actual requirement is 50-ton load, proposed is 82-ton load

Calculation would be based on the following parameters:


- Movable bridge
- Bored Cylinder : 265 mm
- Stroke Cylinder : 2500 mm

67
SPESIFIKASI TEKNIS

- Volume Cylinder : 137.82 liter


- Cylinder rated load : 50 ton
- Cylinder speed : 0.40 m/min (main system)
: 0.35 m/min (emergency system)

System performance:
Movable Bridge
- Capacity 50 ton (dead weight)
- Theoretical load 50,000 kgf
- Safety factor 1.64 x
- Proposed load 50,000 kgf
- Minimum pressure required 15 bar
- Working pressure 91 bar
- Output load @ working pressure 50,000 kgf
- Max system pressure 150 bar
- Max output load 82,000 kgf

- Main System
- Flow required to Hyd Cylinder 26 lpm
- Min pump displacement required 17,93 cc/rev
- Pump selected 18 cc/rev
- Max pump flow 26.1 lpm
- Hydraulic power required 4.6 kW
- Nearest 7.5 kW
- Theoretical cylinder output speed 0.4 m/min

- Emergency System
- Flow required to Hyd Cylinder 23 lpm
- Min pump displacement required 15.86 cc/rev
- Pump selected 16.90 cc/rev
- Max pump flow 24.6 lpm
- Hydraulic power required 4.3 kW
- Nearest 7.5 kW
- Theoretical cylinder output speed 0.35 m/min

68
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 8
PEKERJAAN SLOOF

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan sloof adalah semua pekerjan pembuatan sloof sesuai dalam gambar rencana.

2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan Pembesian
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas, yang disertai
gambar shop drawing.
2. Kuat desak beton rencana 20 Mpa sekualitas K225.
3. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat diameter besi,
jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang akan
dicor.
4. Pasang besi beton slab, sesuai desain.
5. Cor beton slab.
6. Panjang sambungan besi minimum 40 x diameter tulangan rencana.
7. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
8. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
9. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.
b. Pekerjaan Bekisting
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan bekisting meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Pengawas.
2. Bahan bekisting perancah/stiger adalah cetakan/bekisting sesuai kontak.
3. Panel bekisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa sesuai
dengan shop drawing.
4. Sambungan panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
5. Bekisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot dan
tarikan benang.
6. Level bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.

3. Pelaksanaan Cor Beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton sloof meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Kuat desak beton rencana 20 Mpa sekualitas K225.

69
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Sebelum di cor, bekisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau
kotoran-kotoran.
4. Material bekisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold oil/sika
form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka, untuk
bekisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
5. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan batas ketinggian
cor harus ditandai dengan jelas.
6. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat pengangkutan
adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya.
7. Bila dilakukan pencoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan yang
cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
8. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton yang
homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari
campuran.
9. Pengadukan beton, untuk beton struktur menggunakan campuran beton ready mix
dan harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
10. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang monolit.
Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak berubah
posisi, kevertikalan bekisting harus selalu periksa selama pengecoran.
11. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi segregasi, jarak
jatuh maximal 1.5 m.
12. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm.
Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh bekisting dan atau tulangan.
Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
13. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur kelencakan
atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal 12.5 cm minimal
5 cm.
14. Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.
Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah
pengadukan selesai. Pengambilan dilakukukan di beberapa titik dan dicampurkan.
Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih
dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk.
15. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
PPTK dan Konsultan Pengawas.
16. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.

4. Pembongkaran bekisting dan perawatan beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pembongkaran bekisting dan perawatan meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut pada
struktur, alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh merusak
permukaan beton.

70
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
5. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

5. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut
diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen dalam
kantong di penyimpanan lokal lebih dari 3 bulan perlu diuji sebelum digunakan,
jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat, dengan tekstur permukaan kasar, butir-
butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan dengan
cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organik, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik
lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
e. Besi beton
1. Tulangan Pokok menggunakan besi ≥ Ø 13 mm dengan fy = 400 Mpa, begel
menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240 MPa.

71
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Semua besi harus di ujikan di laboraturium yang di setujui Konsultan Pengawas


dan PPTK, masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.

PASAL 9
PEKERJAAN BETON KOLOM

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Beton Kolom adalah pekerjan pembuatan beton kolom beton bertulang sesuai
gambar rencana.

2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan Pembesian
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas, yang disertai
gambar shop drawing.
2. Kuat desak beton rencana 20 Mpa sekualitas K225.
3. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat diameter besi,
jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang akan
dicor.
4. Pasang besi beton sesuai desain dan dicor beton.
5. Panjang sambungan besi minimum 40 x diameter tulangan rencana.
6. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
7. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
8. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.
9. Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan tinggi
maksimum 1/5 h balok.
b. Pekerjaan Bekisting
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan bekisting meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Bahan Bekisting perancah/stiger adalah cetakan/bekisting sesuai kontrak.
3. Panel bekisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa sesuai
dengan shop drawing.
4. Sambungan panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
5. Bekisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot dan
tarikan benang.
6. Level bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.

72
SPESIFIKASI TEKNIS

7. Untuk kebutuhan instalasi M/E luas total sleeve/pipa maksimum 4% dari luas
penampang kolom.

3. Pelaksanaan Cor Beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton Beton Kolom meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,
serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Kuat desak beton rencana adalah 20 Mpa sekualitas K225.
3. Sebelum di cor, bekisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau
kotoran-kotoran.
4. Material bekisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold oil/sika
form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka, untuk
bekisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
5. Stek untuk penulangan lantai diatasnya, panjang stek di atas lantai minimal 40 x
diameter tulangan rencana.
6. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
7. Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus terpasang
sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi selama pengecoran.
8. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat pengangkutan
adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya.
9. Bila dilakukan pencoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan yang
cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
10. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton yang
homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidaka ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari
campuran.
11. Pengadukan beton, untuk beton struktur harus menggunakan campuran beton dari
ready mix, dan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas dan
PPTK.
12. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang
monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak
berubah posisi, kevertikalan bekisting harus selalu periksa selama pengecoran.
13. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi segregasi,
jarak jatuh maximal 1.5 m.
14. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm.
Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh bekisting dan atau tulangan.
Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
15. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur kelencakan
atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal 12.5 cm minimal
5 cm.
16. Untuk keperluan tes kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.
Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah

73
SPESIFIKASI TEKNIS

pengadukan selesai. Pengambilan dilakukukan di beberapa titik dan dicampurkan.


Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih
dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk.
17. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
PPTK dan Konsultan Pengawas.
18. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.

4. Pembongkaran bekisting dan perawatan beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pembongkaran bekisting dan perawatan meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut pada
struktur, alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
4. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
5. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

5. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut
diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen dalam
kantong di penyimpanan lokal lebih dari 3 bulan perlu diuji sebelum digunakan,
jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya
tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan dengan
cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organik, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.

74
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik
lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
e. Besi beton
1. Tulangan menggunakan besi diameter ≥ Ø 13 mm dengan fy =
400 Mpa, begel menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240
Mpa.
2. Semua besi harus di ujikan di laboraturium yang di setujui Konsultan Pengawas
dan PPTK, masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.

PASAL 10
PEKERJAAN BETON PLAT ATAP

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Beton balok lantai dan pelat adalah pekerjaan pembuatan beton balok dan
plat beton bertulang, untuk plat yang akan dikerjakan hanya untuk plat atap sesuai
gambar rencana, baik dimensi balok dan plat atap maupun pembesiannya.

2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan Pembesian
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Kuat desak beton rencana 20 Mpa sekualitas K225.
3. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat diameter besi,
jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang akan
dicor.
4. Pasang besi beton slab, sesuai desain.
5. Cor beton slab.
6. Panjang sambungan minimum 40 x diameter tulangan rencana.
7. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.

75
SPESIFIKASI TEKNIS

8. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
9. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.
10. Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan tinggi
maksimum 1/5 h balok.

b. Pekerjaan bekisting
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan bekisting meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Bahan Bekisting perancah/steger adalah cetakan/bekisting sesuai kontrak.
3. Pelaksanaan pekerjaan
 Panel bekisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa sesuai
dengan shop drawing.
 Sambungan panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
 Bekisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot dan
tarikan benang.
 Level bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.

4. Pelaksanaan Cor Beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Kuat desak beton rencana adalah 20 Mpa sekualitas K225.
3. Sebelum di cor, bekisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau
kotoran-kotoran.
4. Material bekisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold oil/sika
form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka, untuk
bekisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
5. Bila diperlukan stek untuk penulangan minimal 40 x diameter tulangan rencana.
6. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya dan batas ketinggian
cor harus ditandai dengan jelas.
7. Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus terpasang
sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi selama pengecoran.
8. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material dan alat pengangkutan
adukan beton harus dalam kondisi siap pakai juga telah disiapkan cadangannya.
9. Bila dilakukan pencoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan yang
cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
10. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton yang
homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari
campuran.

76
SPESIFIKASI TEKNIS

11. Pengadukan beton, untuk beton struktur harus menggunakan campuran beton dari
ready mix dan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas dan PPTK.
12. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang monolit.
Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak berubah
posisi, kevertikalan bekisting harus selalu periksa selama pengecoran.
13. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi segregasi, jarak
jatuh maximal 1.5 m.
14. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm.
Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh bekisting dan atau tulangan.
Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
15. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur kelencakan
atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal 12.5 cm minimal
5 cm.
16. Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.
Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah
pengadukan selesai. Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk.
17. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
PPTK dan Konsultan Pengawas.
18. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.

5. Pembongkaran bekisting dan perawatan beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pembongkaran bekisting dan perawatan meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut pada
struktur, alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
4. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
5. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

6. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut
diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.

77
SPESIFIKASI TEKNIS

5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen dalam
kantong di penyimpanan lokal lebih dari 3 bulan perlu diuji sebelum digunakan,
jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat, dengan tekstur permukaan kasar, butir-
butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan dengan
cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organik, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik
lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
e. Besi Beton
1. Tulangan Atas dan tulangan bawah menggunakan besi ≥ Ø 13 mm dengan fy =
400 Mpa, begel menggunakan besi ≤ Ø 10 mm.
2. Plat tebal 12 cm dengan dimensi besi ≥ Ø 10 mm dan tulangan susut ≤ Ø 10
mm dengan fy = 240 Mpa.
3. Semua besi tulangan harus dibuktikan dengan sertifikat uji tarik baja minimal 3
buah benda uji dari laboratorium yang disetujui PPTK dan Konsultan
Pengawas.
4. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.

PASAL 11
PEKERJAAN BETON KONSTRUKSI

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan
beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana :

78
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di


dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan-bantu yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
b. Pengadaan, detil, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforcement) dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.

c. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan


perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan beton.

2. Material
a. S e m e n
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil produksi
dalam negeri satu merk. Semen harus disimpan sedemikian rupa hingga mencegah
terjadinya kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen
harus dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa sehingga semen
terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, terjamin tidak tercampur dengan
bahan lain.
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen tersebut
di lokasi pekerjan.
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
1. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari "Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalamnya, maka agregat
tersebut harus memenuhi ketentuan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal (SNI 03-2847-2002).
2. Atas persetujuan Pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir a.,
dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan
atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang
kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.

3. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus
tidak melebihi syarat-syarat berikut :

• 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.


• 1/3 dari tebal plat.
• 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang
tulangan.

Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian Tenaga Ahli,
kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian hingga
dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.

c. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan-
ketentuanberikut ini :
1. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya
menurut tujuan pemakaiannya.
2. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya,
yang dapat dilihat secara visual.

79
SPESIFIKASI TEKNIS

3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/ltr.


4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/ltr. Kandungan
clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak
lebih dari 100 ppm.
5. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak lebih
dari 10%.

PASAL 12
PEKERJAAN BETON PRAKTIS

1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain
sehubungan dengan pekerjaan kolom praktis dan bagian lain sesuai dengan gambar
rencana dan persyaratan teknis ini.

2. Standarisasi
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-
ketentuan seperti tertera dalam : SNI Beton-91 dan SNI 03-2847-1992.

3. Material
Bahan-bahan yang digunakan berupa agregat kasar, agregat halus, PC, dan sebagainya
sesuai dengan yang dipakai pada beton konstruksi. Demikian juga mengenai cara
penyimpanan.

4. Pekerjaan
Semua pekerjaan yang tertera pada gambar rencana, seperti :
 Kolom praktis
 Balok latei
Untuk penjelasan lebih detil, dapat dilihat pada bab rencana kerja beton struktur atau
beton konstruksi.

PASAL 13
PEMASANGAN PIPA DAN LAIN-LAIN DALAM BETON

1. Penempatan saluran / pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kekuatan
struktur dengan memperhatikan persyaratan SK SNI T-15-1991-03.
2. Apabila tidak ditentukan secara detil atau ditunjukkan dalam gambar, tidak diperkenankan
untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian struktur beton.
3. Bila tidak ditentukan secara detil atau ditunjukkan dalam gambar, tidak dibenarkan untuk
menanam saluran listrik dalam struktur beton.

80
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam dalam beton
dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka Pemborong harus
mengkonsultasikan hal ini dengan Pengawas.
5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser atau memindahkan baja tulangan
tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa
ijin tertulis dari Pengawas.
6. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan
pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah dipasang sebelum
pencoran dilaksanakan.
7. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan
diusahakan agar tidak bergeser selama pencoran beton dilakukan.
8. Pemborong utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada pihak lain untuk
memasang bagian/peralatan tersebut sebelum pencoran beton dilaksanakan.
9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda atau
peralatan yang akan ditanam dalam beton, yang mana rongga tersebut harus tidak terisi beton,
harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pencoran
beton.

PASAL 14
INJEKSI DINDING BATA DAN BETON STRUKTURAL

Persiapan
Bagian yang akan diinjeksi harus dibersihkan terlebih dahulu, bebas dari debu dan
kering (bebas air).

Bahan injeksi

Bahan tanpa solven, jenis low viscosity, jenis Sikadur 752 atau setara, dan memenuhi standar
A.S.T.M. C 881-78 Type I, Grade 1, Class B + C. Pencampuran komponen mengikuti petunjuk
dari produsen.

Aplikasi/pelaksanaan

Pembuatan notched dan jarak-jaraknya mengikuti spesifikasi produsen. Pelaksanaan injeksi


dapat secara gravitasi atau dengan tekanan.

Batasan

Cara perbaikan dengan injeksi dilakukan pada dinding pasangan bata maupun elemen
struktur beton dengan lebar retak minimum 0,2 mm s/d maksimum 5mm. Untuk lebar retak
lebih dari 5 mm perbaikan dilakukan dengan grouting.

APLIKASI WATER PROOFING TYPE MEMBRAN SHEET DAN INTEGRAL /


CAMPURAN DENGAN BETON

A. Metode Kerja Waterproofing Membrane


1. Membuat Pingulan pada bagian pertemuan lantai dengan dinding serta diplester bagian
dinding yang naik +/- 20 Cm .

81
SPESIFIKASI TEKNIS

+ 2 Cm

Plesteran + aci + 2 cm

Harus Rata

Pingulan

Wp.Membrane variatif +/- 20 - 90Cm


atau 20 cm diatas MT asli

Lantai

2. Menutupi bagian yang berlubang dan membuat langsam pada bagian yang tidak sama
tinggi
3. Apabila dinyatakan belum siap dan sesuai yang disyaratkan oleh Pengawas maka tidak
boleh dilaksanakan pekerjaan mengingat perapihan dan pingulan tersebut sangat
penting/harus, kalau belum siap dipaksakan akan mengakibatkan kebocoran pada lokasi
tersebut.
4. Setelah bersih dan kering lalu Aplikasikan plemer menggunakan roll.
5. Tentukan arah pemasangan dari arah bawah ke atas atau sesuai arah pembuangan air.
6. Sesudah plemer kering langsung dipasang dengan system torching/bakar dilekatkan ke
lantai serta ditekan – tekan sehingga membrane betul – betul menempel pada lantai beton.
7. Berikutnya dengan cara menempelkan overlaping + 7-10 Cm. Dilakukan dengan cara yang
sama sehingga semua sambungan tertutup.
8. Di tunggu dan di amati minimal 3 x 24 jam untuk mengetahui bocor atau ada rembesan air.
9. Setelah di amati selama 3 x 24 jam tidak terdapat kebocoran dan telah mendapat
persetujuan pengawas langsung di proteksi dengan screed supaya tidak kena benda lainnya
dan panas yang bisa mengakibatkan waterproofing sobek dan menggelembung. (Proteksi
Scredd dipasang Pihak Kontraktor)
10. Setelah pekerjaan selesai diminta agar pada lokasi yang telah di Waterproofing untuk tidak
boleh dipaku /dibobok.

A. Metode Pelaksanaan Integral Waterproofing.


1. Waktu pelaksanaan diupayakan agar dikerjakan pada lokasi proyek, apabila batching plant
berada di luar proyek.
2. Untuk mendapatkan hasil pengecoran yang baik disarankan setiap pengecoran harus
menggunakan pompa beton.
3. Penggunaan additive integral waterproofing maksimum 2 liter / M3
4. Tidak boleh ada penambahan air ke dalam beton oleh pihak manapun sejak truck mixer
keluar dari batching plant sampai tiba di lokasi proyek.
5. Selama pengecoran integral waterproofing belum berakhir seluruh system dewatering harus
terus menerus berlangsung.

82
SPESIFIKASI TEKNIS

6. Pelaksanaan pengecoran secara baik termasuk mechanical vibrator, bekisting yang tidak
bocor, tebal selimut beton yang cukup, masa pemeliharaan (curing beton) yang cukup
harus selalu dikerjakan setipa saat.
7. Pada saat truck mixer sampai di lokasi diadakan pengambilan slump beton dimana slump
yang disyaratkan 6-10 cm, apabila memenuhi persyaratan dapat ditambahkan additive
integral waterprofingke dalam truck mixer, diaduk selama ± 5 menit hingga merata dan
homogen dengan campuran beton yang ada. Lalu dicorkan pada area yang akan dikerjakan.
Apabila slump tidak memenuhi syarat, truck mixer hendaknya ditolak.
8. Syarat integral waterproofing adalah:
 Tidak mengandung chloride, sehingga tidak menyebabkan korosi di dalam
 beton.
 Membuat beton menjadi kedap air. Dibuktikan dengan pengujian laboratorium
berdasarkan Standart Pengujian Beton Kedap Air : DIN 1048 dimana beton diuji
dengan tekanan air mencapai 7 atm (setara tekanan air pada kedalaman 70m)
 Menambah kekuatan compressive strength beton dibandingkan beton biasa
 pada kondisi workability yang sama.
 Pelaksanaa pengecoran beton menjadi lebih mudah dan praktis karena
 campuran beton bersifat lebih plastis.
 Bersifat integral, bukan membrane, coating, ataupun lapisan film. Jadi beton
 secara keseluruan bersifat waterproof.

Persyaratan teknis

1. Kandungan semen dalam beton minimum 350 kg/ M3.


2. Menggunakan pasir
3. Menggunakan batu pecah dengan diameter 10-20 mm.
4. Watercement (W/C) ratio < 0.45.
5. Slump beton pada saat tiba di proyek 6-10 cm.
6. Slump setelah ditambah additive integral waterproofing adalah 16-20 cm.
7. Apabila terjadi penurunan slump menjadi < 14 cm, dapat ditambahkan lagi additive
integral waterproofing sehingga tercapai slump 16-20 cm kembali.

PASAL 15
INJEKSI EPOXY BETON

Umum
a. Sebelum dilakukan pekerjaan epoxy beton, maka harus ada foto dan data baik panjang
retakan, besarnya retakan. Data ini harus ditanda tangani oleh Pengawas.
b. Bagian-bagian yang tergenang air harus dilakukan dewatering dan mendapat
persetujuan konsultan pengawas tentang derajat atau tingkat kekeringan, sebelum
dilakukan epoxy.
c. Pekerjaan epoxy harus dilakukan pada area tertentu dan dinyatakan selesai sebelum
pindah ke bagian lain.

83
SPESIFIKASI TEKNIS

d. Sebelum pekerjaan epoxy dilakukan, Pelaksana harus melakukan presentasi dihadapan


pengawas dan Pejabat Pelaksana kegiatan, tentang metode dan bahan yang akan
dipakai.
Material
ii. Resin epoxy
iii. Nepel
iv. Selang 3/16

Aplikasi / Pelaksanaan
a. Lakukan pembersihan pada area yang retak sampai bersih.
b. Pasang nepel pada area tersebut dengan radius + 30 cm dengan bahan Nitobond EC.
c. Pasang seal di antara nepel 1 ke nepel 2.
d. Tunggu nepel-nepel tersebut kering + 6 jam.
e. Aplikasikan material injeksi resin yang telah dicampur dari dua campuran dan aduk
sampai homogen.
f. Masukkan Epoxy yang sudah tercampur kedalam wadah (tabung).
g. Tekan dengan tekanan compressor + 3 bar.
h. Injeksikan pada titik nepel yang sudah disiapkan sampai penuh dan berisi.
i. Tunggu epoxy mengering lalu potong selang tersebut.

PASAL 16
CACAT-CACAT PEKERJAAN

1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan setiap
bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam persyaratan
teknis, maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai dengan yang
dikehendaki oleh Pengawas.
3. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta semua
biaya yang timbul akibat hal itu seluruhnya menjadi beban Pemborong.

PASAL 17
EVALUASI DAN PENERIMAAN BETON

1. Beton harus diuji dengan ketentuan pada SNI 03-2847-2002 pengujian lapangan yang
memenuhi kualifikasi harus melakukan pengujian beton segar dilokasi konstruksi, menyiapkan
contoh-contoh uji silinder yang diperlukan dan mencatat suhu beton segar pada saat
menyiapkan contoh uji untuk pengujian kuat tekan.

2. Frekuensi Pengujian
a. Pengujian kekuatan masing-masingmutu beton yang dicor tiap harinya haruslah dari satu
contoh uji perhari, atau tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 120 m3 beton atau
tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 500 m2 luasan permukaan lantai atau
dinding.

84
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total adalah sedemikian hingga frekuensi
pengujian yang disyaratkan oleh (2(a)) hanya akan menghasilkan jumlah uji kekuatan
beton berkurang dari 5 untuk suatu mutu beton, maka contoh uji harus diambil dari paling
sedikit 5 adukan yang pilih secara acak atau dari masing-masing adukan bilamana jumlah
adukan yang digunakan adalah kurang dari lima.
c. Jika volume total dari suatu mutu beton yang digunakan kurang dari 40 m 3, maka
pengujian kuat tekan tidak perlu dilakukan bila bukti terpenuhinya kuat tekan diserahkan
dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
d. Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari dua contoh uji silinder
yang berasal dari adukan beton yang sama dan uji pada umur beton 28 hari.

3. Benda uji yang dirawat di laboratorium


a. Contoh untuk uji kuat tekan harus diambil menurut SNI 03-2458-1991, Metode Pengujian
dan Pengambilan Contoh untuk campuran beton segar.
b. Benda uji silinder yang digunakan untuk uji tekan harus dibentuk dan dirawat
dilaboratorium menurut SNI 03-4810-1998, metode pembuatan dan perawatan benda uji
di lapanagan dan diuji menurut SNI 03-1974-1990, metode pengujian kuat tekan beton.
c. Kuat tekan suatu mutu beton dapat dikategorikan memenuhi syarat jika dua hal berikut
dipenuhi :
d. Setiap nilai rata-rata dari tiga uji kuat tekan yang berurutan mempunyai nilai yang
sama.
e. Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rat-rata dari dua hasil uji f’c
melebihi dari 3.5 Mpa (kuat tekan = 41.17 kg/cm2), contoh silinder mempunyai
nilai dibawah f’c.
f. Jika salah satu persyaratan pada (3(c)) tidak terpenuhi, maka harus diambil langkah-
langkah untuk meningkatkan hasil uji kuat tekan rata-rata pada pengecoran beton
berikutnya.
4. Perawatan benda uji di lapangan
a. Jika diminta oleh Pengawas Lapangan, maka hasil uji kuat tekan benda uji silinder yang
dirawat di lapangan harus disiapkan.
b. Pearawatan benda uji di lapangan harus mengikuti SNI 03-4810-1998, metode perawatan
dan pembuatan benda uji di lapangan.
c. Benda-benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicor pada waktu yang
bersamaan dan diambil dari contoh adukan beton yang sama dengan yang digunakan
untuk uji dilaboratorium.
d. Prosedur untuk perlindungan beton harus diperketat jika kuat tekan f’c yang kurang
dari 85% kuat tekan beton yang dirawat di lapangan menghasilkan nilai f’c beton
pembanding yang dirawat di laboratorium. Batas 85% tidak berlaku jika f’c sebesar kuat
tekan beton yang dirawat di lapangan menghasilkan nilai f’c minimal 3.5 Mpa (kuat tekan
= 41.18 kg/m2).
5. Penyelidikan untuk hasil uji kuat tekan beton yang rendah
a. Jika suatu uji kuat tekan benda silinder yang dirawat di laboratorium f sebesar minimal 3.5
Mpa (kuat tekan = 41.18 kg/m2) atau bila uji kuat menghasilkan nilai di bawah f’c tekan
benda uji yang dirawat di lapangan menunjukkan kurangnya perlindungan dan perawatan
pada benda uji (4(d)), maka harus dilakukan analisis untuk menjamin bahwa tahanan
struktur dalam memikul beban masih dalam batas yang aman.

85
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Jika nilai kepastian kuat tekan beton yang rendah telah diketahui dan hasil perhitungan
menunjukkan bahwa tahanan struktur dalam memikul beban berkurang secara signifikan,
maka harus dilakukan uji contoh beton uji yang diambil dari daerah yang dipermasalahkan
sesuai SNI 03-2492-1991, metode pengambilan benda uji beton inti dan SNI 03-3403-
1994, metode pengujian kuat tekan beton inti. Pada contoh beton inti tersebut harus
diambil paling sedikit tiga benda uji untuk setiap uji kuat tekan yang mempunyai nilai 3.5
Mpa (kuat tekan = 41.18 kg/m2) di f, bawah nilai persyaratan.
c. Bila beton pada struktur benda dalam kondisi kering selama masa layan, maka benda uji
beton inti harus dibuat kering udara (pada temperatur 15oC – 25oC, kelembaban relatif
kurang dari 60%) selama 7 hari sebelum pengujian dan harus diuji dalam kondisi kering.
Bila beton pada struktur berada pada keadaan sangat basah selama masa layan, maka
beton inti harus direndam dalam air sekurang-kurangnya 40 jam dan harus diuji dalam
kondisi basah.
d. Beton pada daerah yang diwakili oleh uji beton inti harus dianggap cukup secara struktur.

86
SPESIFIKASI TEKNIS

C. PEKERJAAN ARSITEKTUR

PASAL 1
PEKERJAAN PASANGAN

1.1. PASANGAN BATA


1.1.1 Lingkup pekerjaan

Bagian ini meliputi hal-hal mengenai pengadaan bahan-bahan dan pemasangan semua
pekerjaan pasangan bata seperti yang tertera pada gambar-gambar. Pelaksanaan
pemasangan harus benar-benar mengikuti garis-garis ketinggian, bentuk-bentuk seperti
yang terlihat dalam gambar-gambar dan persyaratan disini.
1.1.2 Material

1. Bata harus baru, terbakar keras, terbuat dari tanah liat yang terpilih. Bilamana tidak
terdapat bahan-bahan yang sesuai standar tersebut di atas, maka Konsultan
Pengawas menentukan jenis-jenis lain yang ada di pasaran lokal dengan persyaratan
yang ditentukan.

2. Adukan/spesi untuk seluruh dinding bata harus berupa campuran 1pc : 6ps.
Spesi khusus berupa “trassraam” dengan campuran 1pc : 3ps, digunakan :
 Mulai permukaan beton sloof sampai setinggi 30 cm di atas permukaan lantai.
 Dinding toilet setinggi 150 cm di atas lantai,
3. Contoh Bahan

Contoh-contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada


Konsultan Pengawas. Persetujuan atas bahan-bahan tersebut harus sudah didapat
sebelum bahan yang dimaksud dibawa ke lapangan kerja untuk dipasang.

Pengambilan contoh atas bahan-bahan yang telah berada di lapangan akan dilakuan
sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Konsultan Pengawas guna keperluan
pengujian. Bahan yang tidak sesuai dengan Pasal IV 4.1.3 di atas akan ditolak dan
harus segera diganti sesuai Persetujuan Konsultan Pengawas.

1.1.3 Pengerjaan dan Penyimpanan

Bahan-bahan untuk pekerjaan harus disimpan dengan cara-cara yang disetujui Konsultan
Pengawas untuk menghindarkan dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan
terhadap bahan tersebut.

1.1.4 Pelaksanaan

1 Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus


menyiapkan rencana kerja pekerjaan kayu, pintu, jendela dan boven meliputi volume
pekerjaan, tinggi dan lebar bukaan untuk pintu dan jendela, jumlah tenaga kerja dan
alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan
Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing.

87
SPESIFIKASI TEKNIS

2 Kontraktor harus memeriksa detil-detil denah, ketinggian dinding, dikoordinasikan


dengan gambar rencana M/E.
3 Pasangan batu bata yang dilaksanakan harus rata, tegak dan lajur penaikannya
diukur tepat dan apabila tidak diperlihatkan dalam gambar rencana maka setiap lajur
naik bata harus putus sambungan dengan lajur di bawahnya.
4 Batu bata sebelum dipasang harus direndam dulu dengan air hingga jenuh (tidak
muncul gelembung-gelembung udara lagi). Batu bata di pasang rata tengah dengan
jarak antara bata yang satu dengan lainnya minimal 1 cm.
5 Rangka pengaku berupa kolom praktis ukuran 15/20 cm dari beton bertulang
campuran 1pc : 2ps : 3kr dipasang untuk setiap luas dinding maksimum 12 m2.
6 Kolom praktis dipasang di setiap kuda-kuda dengan jarak 3 m dan pada pertemuan
di sudut, meskipun tidak terlihat pada gambar.
7 Pada setiap jendela dan pintu dengan bentangan lebih dari 1.2 m harus dipasang
balok lantai, meskipun tidak tertera dalam gambar.
8 Setiap selesai pemasangan batu bata, dinding harus dibersihkan dari spesi yang
keluar kesamping kanan-kirinya agar nampak bersih dan rapi.

1.1.5 Perlindungan

Seusai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata yang belum selesai, harus ditutup
(dilindungi) dengan kertas semen, atau dengan cara-cara lain yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

PASAL 2
PEKERJAAN PLESTERAN DAN SPONENGAN

2.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan plesteran adalah semua pekerjaan plesteran pada semua permukaan bata dan
beton atau yang ditunjukkan pada gambar termasuk sponengan dan tali air hingga
terbentuk sponengan yang siap difinshing lebih lanjut.

2.2 Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang
membatu dalam zak yang tertutup seperti disyaratan dalam NI-8.Hanya sebuah
merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan. Disarankan
menggunakan semen Tonasa kantong 50 kg.
3. Gunakan 1 (satu) jenis semen untuk seluruh pekerjaan.
4. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
5. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur
dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10 % berat. Jika
ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, maka

88
SPESIFIKASI TEKNIS

jumlahnya tidak boleh melebihi 5 % berat dan kepada campuran tersebut diberi
tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
6. Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu semen,
dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan tetutup rapat.
7. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen dalam
kantong di penyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu diuji sebelum
digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Pasir
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah
kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.

3. Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih, dan bebas dari tanah liat, lumpur,
dan tidak lebih dari 3%, tidak terlalu banyak batu yang pipih.

c. Air.
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak,
asam, dan unsur organik lainnya.

JENIS KOMPOSISI PENGGUNAAN


Pasangan 1 pc : 3ps Untuk pasangan pasangan kedap
air/transraam
1 pc : 5ps Untuk pasangan dinding bata
Plesteran 1 pc : 3 ps Untuk plesteran dinding kedap
1pc : 5 Ps air/transraam
Untuk plesteran dinding

2.3 Pelaksanaan
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2. Sebelum memulai pekerjaan plester, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal dan
elektrikal harus sudah selesai.
3. Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam sehingga
tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4. Campuran/bahan plester dibuat menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang berhubungan
dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di bawah permukaan tanah
sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150 cm dari permukaan
lantai toilet dan daerah basah lainnya dipakai adukan plesteran 1pc : 2ps
dengan tebal 15 mm.
b. Untuk lainnya diperlukan plesteran dinding campuran 1pc : 4ps tebal 15 mm.
c. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8

89
SPESIFIKASI TEKNIS

hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus ditambah dengan
addivite plamix dengan dosis 200-250 gram plamix untuk setiap 40 kg semen.
d. Semua jenis adukan perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering, diusahakan agar
jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan pemasangannya tidak
melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
e. Plesteran pada sambungan antara beton dan bata harus diberi kawat ayam.
f. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan
bidang, pelaksanaan plesteran tidak boleh melebihi 2 hari setelah dibuat
kepalaan.
g. Untuk beton sebelum diplester permukannya harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting dan kemudian dikretek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-
lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.
h. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal
plesteran minimum 1.5 cm, jika ketebalan melebihi 1.5 cm harus diberi kawat
ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada
bagian pekerjaan yang diizinkan.
i. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi,
Kontraktor berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan
Kontraktor.
j. Tidak diperbolehkan adanya pertemuan antar dinding atau dengan lantai yang
membentuk sudut.
k. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur-alur garis horizontal atau dikretek (scrath) untuk memberi ikatan
yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk menerima cat.
l. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0.7 cm
dalamnya 0.5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
m. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan
bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
n. Plesteran harus mendapatkan curring minimal 1x sehari selama 3 hari.
o. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan
difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan
plesterannya).
p. Plesteran harus sudah berumur 3 hari sebelum diaci.
q. Acian harus rata/tidak bergelombang dengan ketebalan acian 2 mm atau 3 mm.
r. Acian harus di curring minimal 1x sehari selama 7 hari.
s. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas dengan biaya atas tanggungan Kontraktor. Selama 7
(tujuh) hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air sampai jenuh sekurang-kurangnya 2x setiap hari.

90
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 3
PEKERJAAN CAT

3.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga dan pekerjaan
pengecatan pada seluruh permukaan dinding, logam, kayu, gypsum dan pipa-pipa serta
permukaan-permukaan lain sesuai dengan gambar rencana serta yang ditunjukan
Konsultan Pengawas.

Sebelum pengecatan yang dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan
dijadikan contoh pilihan warna, teksture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang
yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Jika
masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, bidang-bidang
ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.

3.2. Material

Cat serta pelapis-pelapis lain yang akan digunakan disini, adalah kualitas I dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

1. Cat Besi
Besi yang akan dicat harus dibersihkan dari karat, minyak dan kerak dengan cara
menggosok, menyikat dengan sikat baja kemudian harus segera ditutup dengan cat
meni, cat dasar dan cat akhir dengan lapisan sebagai berikut :

 2 lapis Quick Drying Metal Primer Red Lead sampai rata.


 1 lapis Undercoat.
 1 lapis Weather Resistant Alumunium Paint sampai rata, dan didapat warna
yang sama.
Warna untuk tiap lapisan primer, under coat dan finish harus dibedakan.

2. Cat Tembok
Cat tembok bagian dalam (interior) dipakai merek Sekualitas jOTUN dan cat tembok
bagian luar (ekterior) dipakai setara cat merek Jotun

Setelah plesteran tembok kering maka pengecatan tembok baru dapat dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut :

 1 lapis alkali resisting primer


 Acrylic Wall Filler untuk meratakan permukaan tembok (plamur)
 2 Lapis Crylic Emulsion untuk dinding dalam dan
 2 lapis Weathershield Acrylic Emulsion untuk dinding luar.
Untuk cat tembok dalam maupun luar agar dilakukan pengecatan sampai merata
dan didapat warna akhir yang sama.

Setelah plesteran tembok kering maka pengecatan tembok baru dapat dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut :
 1 lapis alkali resisting primer.
 1 lapis Rylic Wall Filler untuk meratakan permukaan tembok (plamur).

91
SPESIFIKASI TEKNIS

 2 Lapis Crylic Emulsion untuk dinding dalam.


 2 lapis Weathershield Rylic Emulsion untuk dinding luar.

Untuk cat tembok dalam maupun luar agar dilakukan pengecatan sampai merata dan
didapat warna akhir yang sama.

a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran
bangunan dan atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar rencana.

b. Material
Cat dinding menggunakan cat kualitas I, warna ditentukan Pemimpin Kegiatan,
setelah mengadakan percobaan pengecatan (mock up).

c. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan pengecatan meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Sebelum pengecatan dimulai plesteran telah berumur 14 hari, dinding harus
diamplas halus, bersih dari debu, lubang-lubang yang mungkin ada sudah
diisi, celah dan retak sudah diperbaiki.
3. Permukaan dinding harus kering (periksa dengan higrometer, kelembaban
maksimal 15 %), kadar alkali harus rendah (periksa dengan kertas lakmus
setelah  10 menit berubah menjadi hijau).
4. Plamur digunakan untuk bekas bobokan, retak pada dinding.
5. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan
lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
6. Untuk warna-warna yang sejenis, Kontraktor diharuskan menggunakan
kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch number) yang sama.
7. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh,
rata, licin, tidak ada bagian yang belang.

3. Cat Langit-langit
a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan cat langit-langit, plat beton atau bagian-bagian lain
yang ditentukan gambar.
b. Material
1. Cat yang digunakan dengan Kualitas I, warna ditentukan Pemberi Tugas
setelah melakukan percobaan pengecatan (mock up)
2. Plamur yang digunakan adalah plamur kualitas I.
c. Pelaksanaan Pekerjaan
Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan dinding dalam
kecuali tidak diigunakannya lapis alkali resistance sealer pada pengecatan
langit-langit.

4. Cat Kayu
a. Lingkup Pekerjaan

92
SPESIFIKASI TEKNIS

Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh permukaan panel yang
akan dicat, rangka langit, rangka-rangka pintu dan atau bagian-bagian lain
yang ditentukan gambar.
b. Material
Menie yang digunakan adalah menie kayu kualitas I, warna ditentukan
Pemimpin Kegiatan, dan cat kayu kualitas I.
c. Pelaksanaan Pekerjaan
Biarkan permukaan yang akan dicat mengering, bersihkan permukaan kayu dari
kotoran, debu, minyak, gemuk, dsb.

Amplas permukaannya, kemudian dilap bersih setelah dilakukan :

 1 (satu) lapis cat primer.


 1 (satu) lapis under coat.
 2 (dua) lapis cat final.
Cat primer dan under coat harus satu merk dengan cat final.

1. Semua kayu hanya boleh dimenie dan di cat di lokasi proyek dan mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
2. Sebelum pekerjaan menie dan cat dillakukan, bidang kayu kasar harus
diamplas dengan amplas kayu kasar dan dilanjutkan dengan amplas kayu
halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
3. Pekerjaan menie dan cat dilakukan dengan menggunakan kuwas, dilakukan
berlapis sehingga bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan menie
dan cat.
d. Pengecatan kayu dipakai cat solid color ex. Emco dan natural colour dengan
melamin siap pakai (water based_wheather restant). Biarkan permukaan yang
akan dicat mengering, bersihkan permukaan kayu dari kotoran, debu, minyak,
gemuk, dsb.

3.3 Pelaksanaan Secara Umum

1. Laksanakan pengecatan atas semua permukaan sesuai dengan aturan pakai yang
dijelaskan oleh pabrik pembuat cat.
2. Lapisan pengecatan jenis xnyl synthetic emulsion dan polyurethan harus mencapai
minimal 2 (dua) kali.
3. Pelaksana harus membersihkan bagian dari baja yang akan dicat anti karat dengan
cara melakukan sand-blasting yang sesuai dengan SA.21/2, BS.4232 second quality,
SSPC-SP-10.
4. Khusus pelaksanaan pekerjaan cat dengan cat tahan karat harus menggunakan
airless spray.
5. Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas aturan pemakaian cat
dari pabrik pembuatnya yang disetujui.

3.4 Persetujuan Konsultan Pengawas

1. Semua cat yang akan digunakan harus mendapatkan persetujuan Konsultan


Pengawas sebelum boleh dipakai di dalam pekerjaan.
2. Cat didatangkan ke lapangan pekerjaan harus dalam kaleng-kaleng asli dari pabrik,
lengkap dengan label perusahaan, merk dan sebagainya.

93
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 4
PEKERJAAN WATER PROOFING

4.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan waterproofing meliputi pekerjaan kedap air pada lantai toilet, dinding toilet
setinggi 150 cm dari lantai dan plat atap (deck beton).

4.2. Pelaksanaan pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan waterproofing meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Permukaan bidang yang akan di waterproofing harus bersih dari material lain dan
sisa-sisa adukan, dan telah dilakukan uji genangan air selama 24 jam.
c. Semua lubang, sambungan dan retak telah di-grouting.
d. Pada bagian tepi, sudut dan sambungan dibuat fillet dengan lebar 30 m susut 45o.
e. Semua permukaan dilapisi dengan primecoating secara merata dengan roll atau
kuas, pemasangan membran dilakukan setelah 1 jam primecoating selesai,
ketentuan pemasangan membran diatur pada manual produk waterproofing.
f. Pekerjaan waterproofing untuk bagian luar tidak boleh dilakukan pada saat
gerimis/hujan.

PASAL 5
PEKERJAAN KERAMIK

5.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan Keramik meliputi pekerjaan pemasangan keramik pada lantai toilet sesuai
dengan gambar rencana.

Keramik yang digunakan dengan ukuran 60 x 60 cm, 30 x 30 cm dan 20 x 20 cm, untuk


pemasangannya harus sesuai dengan yang ada di gambar rencana. Keramik yang
dipakai adalah KW I.

1. Lantai Keramik: Lantai keramik ukuran 20x20cm texture untuk lantai KM/WC, setara
kwalitas produk “ROMAN”, dipasang pada daerah-daerah seperti petunjuk dalam
gambar kerja. Warna akan ditentukan oleh MK kemudian.
2. Dinding keramik menggunakan ukuran 20x25, kwalitas setara produksi ROMAN
3. Border keramik dinding 10x20 motif sesuai dan sewarna dengan keramik dinding,
kwalitas setara ROMAN dengan tali air 5mm pada sisi atas.
4. Pada setiap sudut pertemuan dinding dan lantai keramik harus dipasang plin ukuran
10cm tinggi dan lebar menyesuaikan dengan lebar keramik dasar atau sesuai dengan
petunjuk pada gambar kerja dengan produk setara “ROMAN”.
5. Pada trap tangga harus dipasang Step nosing 7x30 cm atau 10x20 cm, dan
seterusnya menyesuaikan dengan dengan ukuran keramik lantai daerah disekitarnya.
6. Pelaksana harus menyerahkan, kepada pemilik proyek, tegel keramik seperti yang
terpasang sebanyak minimal 3 box (3m2).

94
SPESIFIKASI TEKNIS

7. Bahan Perekat Bahan Perekat untuk lantai keramik yang dipergunakan untuk
pemasangan pada dinding dan lantai adalah acian Portland Cement biasa yang
disetujui MK.
8. Contoh Bahan: Pelaksana harus mengadakan dan menyerahkan contoh-contoh ubin
keramik yang akan dipakainya kepada MK untuk mendapat persetujuannya.

5.2. Persyaratan Umum

1. Pekerjaan finishing lantai baru boleh dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan plafond
dan seluruh pemasangan lapisan-lapisan pada dinding selesai dikerjakan.
2. Sebelum pekerjaan ini dilakukan. Kontraktor diwajiban mengadakan pengecekkan
terhadap peil lantai dan kemiringannya.
3. Pada lantai kamar mandi, dan ruangan yang terdapat genangan air harus sudah
dipasang lapisan waterproofing pada lantai terus naik ke dinding setinggi 30 cm dari
lantai sekelilingnya, Untuk Bak mandi, bak cuci, dan ground water tank seluruh
dindingnya dipasang water proofing.
4. Pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga/tukang yang ahli atau oleh sub
kontraktor khusus yang berpengalaman dan mempunyai reputasi hasil pekerjaan
yang baik.
5. Permukaan yang akan dipasang keramik harus bersih dan bebas dari kontaminasi
material yang mengandung bahan kimia.
6. Material harus disimpan sesuai petunjuk dari pabrik.
7. Sebelum pemasangan kontraktor harus mengajukan dahulu contoh bahan yang akan
dipasang untuk mendapat persetujuan Direksi/Perencana.
8. Kontraktor harus mengusulkan shopdrawing pemasangan keramik secara detil,
sebelum pemasangan.

5.3. Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material
yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas disertai
gambar shop drawing.
b. Persetujuan, Sebelum mulai sebelum pemasangan, kontraktor harus membuat
contoh pemasangan (mock up) yang memperlihatkan dengan jelas pola
pemasangan, warna, dan groutingnya (kolotannya)
c. Keramik yang masuk ke site harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan
warna yang telah ditentukan. Dus keramik harus dalam keadaan tersegel dengan
spesifikasi yang ditentukan. Warna, ukuran, tekstur, dan bentuk harus seragam.
Keramik yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak boleh dipasang.
d. Pemasangan keramik boleh dilakukan bila Instalasi M/E pada lantai sudah selesai.
e. Adukan semen untuk screeding dibuat dengan pebandingan 1pc : 3ps. Adukan
perekat dengan perbandingan 4.5 kg addesive dengan 1 liter air.
f. Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar maupun yang
ditentukan mempunyai kemiringan.
g. Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet.

95
SPESIFIKASI TEKNIS

h. Pemotongan keramik harus menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan hasil
potongan yang rata, tidak bergerigi.
i. Keramik harus dilindungi dari pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan
dengan menempatkan rambu atau tanda.
j. Pasangan keramik harus diperiksa jarak dan kelurusan naat-nya, tidak kosong
aciannya, tidak retak dan gores, beda tinggi keramik (plint) maksimal 1 mm.
k. Keramik boleh di-grouting setelah berumur 24 jam. Warna grouting harus seragam,
halus dan tanpa celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk meratakan grouting.
Tepi dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa grouting untuk ruang muai-
susut.
l. Kontraktor harus melindungi keramik yang telah dipasang maupun adukan perata
dan harus mengganti, ats biaya sendiri setiap kerusakan yang terjadi, penyerahan
pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
m. Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat, kain
lap, dan sebagainya. Tetapi jika area yang kotor tidak bisa dibersihkan hanya
dengan air maka boleh menggunakan campuran air dengan hidrochloric acid
perbandingan 30:1. Setelah dibersihkan dengan asam ini, dibersihkan dengan air
biasa hingga tidak ada campuran asam yang tersisa.

PASAL 6
PEKERJAAN PLAFOND

6.1. PEKERJAAN PLAFOND

6.1.1 Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan serta pemasangan langit-langit
calciboard, gypsumboarddengan rangka-rangka besi hollow dan pekerjaan-pekerjaan lain
yang berhubungan dengan pemasangan seperti yang tertera dalam gambar dan
petunjuk Perencana.

6.1.2 Bahan-bahan

1. Persyaratan Bahan
a. Kalsiboard 9 mm setara produk Jayaboard, untuk area basah dan area luar
(teritis, km/wc, teras luar)
b. Gypsum board tebal 9 mm setara produk Jayaboard, khususnya untuk area
interior.
c. Rangka untuk calciboard maupun gypsumboard menggunakan besi hollow
40x40x0,5mm dipasang modular 60x120cm. teknik pemasangan ,mengacu
pada Pasal 5 pekerjaan Logam ayat 5A tentang besi hollow.
d. Pemasangan hollow frame dengan screw repeat tanpa di las.

96
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Contoh Bahan
Pelaksana harus menyerahkan sekurang-kurangnya 2 (dua) lembar bahan langit-
langit dalam ukuran penuh kepada Manajemen Konstruksi/Perencana untuk
mendapatkan persetujuannya.

3. Penyimpanan
Bahan langit-langit disimpan/ditumpuk dengan lantai terangkat, dan harus bebas
dari genangan air, dan diusahakan agar mudah untuk diadakan pemeriksaan dan
pengamatan. Tinggi tumpukan tidak boleh lebih dari 2 (dua) meter dan diusahakan
terlindung dari cuaca dan diusahakan udara masih tetap berhembus.

6.1.3 Pelaksanaan

1. Sebelum pemasangan plafond harus dipastikan dengan pasti bahwa rangka


sudah benar-benar rata, tidak bergelombang smua rata dalam satu elevasi
(tidak ada beda tinggi permukaan frame).
2. Pelaksana harus menyediakan steger-steger agar pada waktu pemasangan
langit-langit tidak merusak lantai ataupun pekerjaan-pekerjaan lain yang telah
selesai. Langit-langit hanya boleh dipasang setelah semua pekerjaan yang akan
ditutup selesai terpasang.
3. Perhatikan pemasangan langit-langit, yang berhubungan dengan lampu-lampu,
KM/WC, diffuser-diffuser, AC, Pinggiran-pinggiran, dan sebagainya. Langit-langit
yang terpasang, akan tetapi harus dibuka kembali untuk memperbaiki
pekerjaan-pekerjaan yang berada di atasnya (mekanikal, elektrikal, atau
memperbaiki pekerjaan) maka harus dipasang kembali serta mendapatkan
persetujuan dari Manajemen Konstruksi/Perencana.
4. Pelaksana harus membuat lubang manhole sesuai kebutuhan dengan lokasi-
lokasi yang sudah mendapat persetujuan Manajemen Konstruksi/Perencana.
5. Rangka harus benar-benar dipasang kuat dengan jarak penggantung sesuai
dengan standar pabrik.
6. Sambungan antar gypsum harus disambung dengan kain kasa lebar minimal 5
cm (joint tape), dan dicompound dengan serbuk gypsum dicampur dengan
alkasit.
7. Compound harus dikerjakan dengan rata, sehingga tidak nampak adanya
sambungan.
8. Bagian tepi dipasang list profil gypsum, type list sesuai gambar, pemasangan
list harus menggunakan fischer setiap jarak 60 cm maximal.
9. Sambungan antar list harus benar-benar rata sehingga tidak nampak
sambungannya.

6.1.4 Lingkup Pekerjaan


a. Meliputi tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan
Plafond sesuai gambar.
b. Pemborong harus memberikan contoh-contoh yang akan dipasang. Untuk akan
ditentukan kemudian oleh Manajemen Konstruksi .
Langit-langit harus terpasang dengan baik, permukaan harus rata, garis vertikal dan
horizontalnya harus saling tegak lurus membentuk sudut 900 (sembilan puluh)
derajat atau sesuai disain. Jika terjadi lendutan atau kekurangan-kekurangan lain,

97
SPESIFIKASI TEKNIS

Pemborong wajib memperbaiki, jika Manajemen Konstruksi memerintahkan


dibongkar, Pemborong harus melaksanakannya atas biaya Pemborong.

PASAL 7
PEKERJAAN KAYU

7.1. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan perlengkapan serta
pemasangan dari semua pekerjaan kayu pada bangunan gazebo dan pada bagian-bagian
lain sesuai yang ada ditunjukkan pada gambar rencana.

Bahan harus baru, bersifat baik dan sehat dengan ketentuan bahwa segala sifat dan
kekurangan-kekurangan yang berhubung dengan pemakaiannya tidak akan merusak
atau mengurangi nilai konstruksi, terbuat dari kayu standar mutu B.

Kayu mutu B atau kelas II harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Kadar lengas kayu < 30%.


b. Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari
5 cm.
c. Balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi balok.
d. Miring arah serat tg α tidak boleh lebih besar dari 1/7.
e. Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu, dan retak-retak
menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi dari 1/4 tebal kayu.

Bilamana tidak terdapat bahan-bahan yang sesuai standar tersebut di atas atau ada
kesangsian mengenai jenis kayu, maka Konsultan Pengawas menentukan jenis-jenis lain
yang ada di pasaran lokal dan tahan terhadap iklim tropis setempat dengan persyaratan
yang ditentukan dan tegangan yang diperhitungkan berdasarkan berat jenis kayu kering
udara.

7.2. Pekerjaan

Kayu bermutu B, dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam gambar rencana.
Rangka-rangka kayu dalam konstruksi rangka batang (vakwerk) harus mempunyai
ukuran ≥ 4 cm, sedang luas tampangnya ≥ 32 cm2 .

Kayu yang sudah dipotong lalu disambung dengan sistem sambungan kayu sesuai
kebutuhan. Setelah itu dilakukan penyetelan terhadap sambungan kayu. Sebelumnya
pastikan kadar air kayu terkontrol sesuai standar bahan dan tidak boleh melebihi yang
telah ditetapkan. Semua alat-alat hendaknya dalam keadaan baik. Alat-alat pemotong
hendaknya dapat melakukan potongan-potongan yang bersih dan ukuran-ukuran yang
tepat. Bidang-bidang dalam sambungan kayu hendaknya rata dan tepat. Semua
sambungan sebaiknya dipasang rapat. Penyetelan hendaknya dilakukan pada lantai yang
kuat (stabil). Konstruksi yang sudah selesai distel baiknya disimpan agar tidak terjadi
deformasi. Apabila ada bagian yang rusak, misal pada penempatan lubang pengeboran,
pecah-pecah dan sebagainya, maka bagian tersebut wajib diganti.

98
SPESIFIKASI TEKNIS

Bagian-bagian konstruksi atau sambungan hendaknya jangan sampai rusak atau


melampui batas tegangan selama masa pemasangan. Selama pemasangan wajib
menggunakan penguat sementara apabila terjadi angin yang kuat selama
pemasangan/mendirikan.

PASAL 8
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

8.1.Umum.

a. Lingkup Pekerjaan.
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk pekerjaan pemasangan kunci dan
penggantung pintu dan jendela dari kayu maupun aluminium. Untuk pintu, digunakan jenis
penggantung serta model handel sama dengan jenis pintu yang menjadi contoh. Jika tidak
dimungkinkan, harus dicari model yang sesuai dan mendapatkan persetujuan dari
perencana dan Tim Pengawas.

b. Pekerjaan Sehubungan yang diuraikan terpisah :


 Persyaratan Teknis Pelaksanaan pekerjaan kusen pintu dan jendela dari kayu.
 Penyerahan. Sebelum memulai pekerjaan ini, pelaksana pekerjaan harus menyerahkan
kepada Tim Pengawas contoh dari catalog dari produk yang telah disetujui oleh Konsultan
Perencana.

8.2. Persyaratan Bahan

a. Kunci dengan pegangan berupa tangkai, dapat dari produk/merk GRIFF / setara atau
merk lain yang disetujui oleh Perencana/ Tim Pengawas.
c. Satu set kunci harus dilengkapi dengan 3 anak kunci
d. Warna dan tekstur akan ditentukan ke mudian berdasarkan contoh dan catalog yang
direkomendasikan
e. Engsel-engsel pintu / jendela adalah merk GRIFF, atau lainnya yang setara
f. Windhaak setara stainless
g. Handle jendela stainless
h. Grendel jendela stainless

8.3. Persyaratan Pelaksanaan.

a. Sebelum pekerjaan dimulai pelaksana pekerjaan harus memberikan contoh pemasangan


yang benar untuk disetujui pemasangannya oleh tim teknis pemberi tugas. Teknis dan tata
cara pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik pembuatnya.
b. Hasil pemasangan kunci serta peralatan penggantung harus berfungsi sesuai ketentuan
yang dikeluarkan pabrik.
c. Letak atau posisi penggantung dan kunci pada rangka atau frame daun pintu, pemasangan
tersebut adalah 100 cm dari lantai setempat. Engsel di atas dipasang ± 28 cm (as) dari
permukaan atas pintu, engsel bawah dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu
d. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan keadaan lapangan. Di dalam Shop

99
SPESIFIKASI TEKNIS

Drawing harus jelas dicantumkan data yang diperlukan termasuk produk secara lengkap di
dalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standar spesifik pabrik
e. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan tim teknis
pemberi tugas.
f. Penarik jendela (window pull/handle) dipasang di tengah-tengah ram jendela bawah
g. Pemasangan lock case, handle dan backplate harus rapih, lurus dan sesuai dengan letak
posisi yang telah ditentukan tim teknis pemberi tugas apabila hal tersebut tidak tercapai,
Kotraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
h. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian
secara kasar dan halus.
i. Shop drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh tim teknis pemberi tugas.

PASAL 9
PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN KACA

9.1. PINTU, JENDELA DAN KUSEN


9.1.1 Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan, termasuk seluruh pekerjaan
yang berhubungan dengan pekerjaan kusen, pintu dan jendela seperti ditunjukkan dalam
gambar termasuk perlengkapan dan bahan penutup dan atau pengisi (s ealant) seperti
tertera pada gambar rencana.

9.1.2 Material
1. Persyaratan Bahan
a. UPVC merupakan kependekan dari Unplasticized Poly Vinyl Chloride.
b. Material ini merupakan turunan dari plastik yang mengalami proses tertentu
sehingga sifat lentur/plastisnya dihilangkan.
c. Hasil akhir material ini menjadi keras dan kemudian diaplikasikan ke berbagai
macam bidang industri, yang salah satunya sebagai building material khususnya
pintu dan jendela.
d. Kusen UPVC (Unplastized Polivinyl Chloride) sebenarnya memiliki bentuk
dan kegunaan seperti kusen pintu/jendela pada umumnya. Yang membedakan
adalah bahan dasar kusen ini, yaitu Polivinil Chloride yang diperkuat dengan
Unplastized, sehingga proses yang dinamakan hasil akhirnya menjadi bahan
yang lebih kuat/rigid daripada PVC.
e. Material UPVC selalu diperkuat dengan besi (steel reinforcement).
f. Warna ditentukan oleh perencana dan finishing vernish.
2. Pengujian Bahan
Pelaksana harus menyerahkan sertifikat pengujian kayu tersebut kepada Konsultan
Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pekerjaan.
3. Contoh Bahan
Pelaksana harus menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan, dan
setiap bahan yang diserahkan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
diuji/diperiksa dan telah mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

100
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Penyimpanan
Penyimpanan harus di ruang yang beratap, bersih, kering, serta dijaga agar tidak
terjadi kerusakan dan dijauhkan dari tempat-tempat pembakaran.

9.1.3 Pelaksanaan

1. Gambar Kerja
Pelaksana (spesialis) harus membuat gambar kerja (shop drawings) yang
menunjukan jenis tipe profil, ukuran, besaran, ketebalan dan detil-detil tertentu
dengan skala 1 : 10 selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan
dilaksanakan untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2. Contoh Bahan (mock-up)


Ajukan contoh bahan/mock-up pengerjaan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya, sebelum memproduksi dalam jumlah yang banyak.

3. Pengerjaan
Lakukan pengukuran seteliti mungkin di tempat pemasangan.

Semua pertemuan harus runcing, halus dan rata, bersih dari segala goresan dan cat-
cat lain yang mempengaruhi permukaan kayu. Sambungan harus dibuat dengan
toleransi kecil, hingga menghasilkan sambungan yang rapat dan baik.

4. Pemasangan daun-daun pintu


a. Kerenggangan daun pintu tunggal terhadap kusen sisi engsel 1.5 mm – 2
mm, sisi kunci 1.5 mm – 2 mm sedangkan ambang atas dan ambang bawah
masing-masing 1.5 mm dan 2.5 mm.
b. Pasangkan kusen kayu rata dengan permukaan dinding, disyaratkan tali air,
maka tali air harus rapi, dan sejajar dengan permukaan kusen.
c. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari atas pintu, engsel bawah
dipasang tidak lebih dari 35 cm (as) dari permukaan lantai, dan ditengah,
semuanya berjumlah 3 (tiga) masing-masingnya.
d. Handle pintu dipasang setinggi  100 cm (as) dari atas permukaan lantai.
e. Pemasangan daun-daun pintu harus rapih, bersih, dan tidak menimbulkan
getaran apabila diketuk dengan tangan atau benda-benda ringan.
f. Untuk pekerjaan jendela mati dengan penutup kaca harus dibuat sesuai dengan
ukuran gambar kerja.

9.2. PEKERJAAN KACA


9.2.1 Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga dan pemasangan kaca pintu,
jendela dan kaca bovenlight seperti yang tertera dalam gambar rencana.

9.2.2 Material

1. Persyaratan Bahan
a. Digunakan kaca jenis clear float glass tebal 3 – 10 mm, dengan toleransi
ketebalan maksimum 3% kualitas I, sesuai gambar rencana.
b. Untuk Jendela-jendela toilet dipakai kaca buram (kaca es) dengan ketebalan 5
mm.

101
SPESIFIKASI TEKNIS

c. Digunakan cermin dari “Float Glass” tebal 5 mm dengan permukaan dilapis :


 Lapisan perak terpasang secara kimiawi di permukaan yang tercermin tidak
boleh cat bebas dari sulfida atau noda-noda lain
 Dua lapis vernis bening atau cat untuk melindungi lapisan di atas setebal 40
mikron.

2. Pengujian Bahan
Kaca yang akan digunakan untuk pekerjaan harus sudah lulus test/pengujian dari
pabrik pembuatnya berdasarkan standar yang berlaku.

3. Contoh Bahan
a. Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan untuk pekerjaan kaca, berukuran
20/20 cm untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Contoh bahan harus sesuai dengan contoh yang telah diuji/diperkirakan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Penyimpanan
Kaca disimpan di tempat yang disediakan lepas dari tanah dan kelembapan serta
ditumpuk sampai setinggi tiang lebih dari 1.00 m.

Tempat penyimpanan harus terlindung dari cuaca akan tetapi tetap mendapatkan
aliran udara secukupnya.

9.3. ALAT PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA


9.3.1 Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua alat-alat penggantung dan
kunci-kunci yang dipakai dalam pekerjaan ini.

9.3.2 Material

1. Persyaratan Bahan
a. Perangkat untuk kunci :
- Pintu Ruang Toilet terbuat dari kayu
- Pintu untuk WC terbuat dari fiber
b. Engsel-engsel pintu digunakan kualitas I, jenis stainless steel 4” setiap daun 3
unit.
2. Pengujian bahan
Pelaksana harus menyampaikan secara tertulis bahwa bahan-bahan yang akan
digunakan sudah melalui test yang diadakan di pabrik dengan disertai sertifikat
pengujian.
3. Contoh Bahan
Pelaksana harus menyerahkan contoh-contoh kunci, alat penggantung dan
perlengkapan lainnya yang akan digunakan. Setiap bahan yang diserahkan harus
sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

4. Penyimpanan
Alat perlengkapan pintu dan jendela harus disimpan di tempat yang telah disediakan
dan harus bebas dari genangan-genangan air dan diusahakan agar mudah untuk
diadakan pemeriksaan dan pengamatan.

102
SPESIFIKASI TEKNIS

9.3.3 Pelaksanaan

1. Pengerjaan

a. Semua pemasangan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik yang


pengerjaannya telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Untuk pemasangan engsel-engsel pintu adalah sebagai berikut :
 Engsel atas dipasang 20 cm (as) dari permukaan atas pintu.
 Engsel bawah dipasang 20 cm (as) dari permukaan lantai.
 Engsel tengah dipasang jarak 20 cm (as) dibawah engsel atas.
 Apabila tidak ditentukan lain, kunci-kunci dan handle pintu dipasang setinggi
 90 cm (as) dari permukan lantai.
c. Penarik pintu dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai.
d. Pemasangan perangkat kunci harus rapi, lurus, dan sesuai dengan letak posisi
yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
e. Door stoper di pasang pada lantai, letaknya di atur sedemikian rupa agar handle
dan kunci tidak membentur tembok.
f. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik.
g. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya

103
SPESIFIKASI TEKNIS

D. PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

PASAL 1
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

1.1. Syarat-syarat Umum


Syarat-syarat umum instalasi mekanikal/elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas
atau menambahkan hal-hal yang tercantum dalam buku syarat-syarat administrasi.Dalam
hal ini buku syarat-syarat administrasi saling melengkapi dangan syatar-syarat umum
teknis mekanikal/elektrikal.
1.2. Persyaratan Pelaksanaan
a. Instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi harus dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta
tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dari jawatan keselamatan kerja.
b. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan
telah ditetapkan sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh badan yang
berwenang dalam hal ini, bila tidak ada petunjuk dari direksi/pengawas.
c. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam instalasi
mekanikal/elektrikal, untuk dapat dipertanggungjawabkan .
d. Tenaga ahli harus ditempatkan dilapangan oleh kontraktor sehingga dapat
berdiskusi dengan direksi/ pengawas pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
e. Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan tes penuh dibawah persyaratan
operasionil. Testing harus dilaksanakan dihadapan direksi/pengawas.
f. Penggantian material yang kurang baik atas pemasangan adalah tanggung jawab
kontraktor dan kontraktor harus mengganti/memperbaiki hal tersebut di atas.
g. Semua biaya dan pengurusan perijin, lisensi, pengujian adalah tanggung jawab
kontrator.
h. Semua syarat-syarat penerimaan bahan-bahan, peralatan cara-cara pemasangan,
kualitas pekerjaan dan lain-lain, untuk sistem instalasi mekanikal/elektrikal ini harus
sesuai dengan standar-standar sebagai berikut :
 Peraturan umum listrik th. 2000 atau yang terbaru.
 Peraturan yang telah ditetapkan oleh PLN.
 Peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh pemda setempat.
 Pedoman plumbing Indonesia yang berlaku
 Pedoman pengawasan instalasi listrik, departemen tenaga kerja yang berlaku.
 Pedoman dan petunjuk keselamatan kerja PLN No. 48
 Peraturan pokok teknik penyehatan mengenai air minum dan air buangan,
rancangan 1968 Dirjen Cipta Karya, Direktorat teknik Penyehatan.
 Peraturan-peraturan dan standar nasional Indonesia tentang Spesifikasi Unit
Instalasi Listrik.
 Peraturan-peraturan yang ditentukan dalam spesifikasi ini maupun yang terdapat
dalam gambar-gambar.
 Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.
Semua peralatan yang dipasang untuk sistem mekanikal/elektrikal ini selain dari
persyaratan-tersebut diatas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

104
SPESIFIKASI TEKNIS

i. Pekerjaan dianggap selesai apabila


 Telah memdapat surat peryataan bahwa instalasi baik dari direksi/Pengawas
 Semua persoalan mengenai kontrak dengan pemilik telah dipenuhi sehingga
pemilik dapat membenarkan.
 Seluruh instalasi terpasang telah dites bersama sama dengan direksi/Pengawas,
KonsultanPerencana dan pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spasifikasi
teknis.
j. Kontraktor
 Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli sesuai kelasnya untuk pekerjaan
instalasi listrik dan pekerjaan Plumbing dan kebakaran (pemipaan) sebagai
penanggung jawab dibidang masing-masing.
 Kontaraktor bertanggungjawab. Atas pelaksanaan instalasi mekanikal/elektrikal
dalam proyek ini dan menempatkan seorang tenaga ahli yang setiap saat dapat
berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan administrasi
dilapangan.
 Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan dilapangan yang
ditentukan oleh Direksi/Pengawas.
 Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang,
peraturan-peraturan, persyaratan umum, maupun suplemennya, persyaratan
standar internasinal, persyaratan pabrik pembuat unit-unit peralatan, buku-buku
pelelangan, bundel gambar-gambar serta segala petunjuk tertulis yang telah
dikeluarkan.
 Kontraktor dapat minta penjelasan pada Direksi/Pengawas atau pihak lain yang
ditunjuk bilamana menurut pendapatnya pada dokumen pelelangan, gambar-
gambar atau lainnya terdapat hal-hal kurang jelas.
 Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan-pekerjaan
pelaksanaan dari pihak-pihak kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini
apabila pekerjaan pihak lain dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaan. Bila
mana sampai terjadi gangguan, maka kontraktor wajib mengerjakan saran-saran
perbaikan untuk segenap pihak, apabila hal ini dilakukan, kontraktor tetap
bertanggung jawab atas segala kerugian yang ditimbulkan.
k. Koordinasi dengan Pihak Lain
 Untuk kelancaran pekerjaan, kontraktor harus mengadakan
koordinasi/penyesuaian pelaksanaan pekerjaanya dengan seluruh disiplin
pekerjaan lain atas petunjuk ahli sebelum pengerjaan dimulai maupun pada
waktu pelakasanaan. Gangguan dan konflik diantara kontraktor harus dihindari.
Keterlambatan pekerjaan akibat tidak adanya kooordinasi menjadi tanggung
jawab kontraktor.
 Kontraktor wajib bekerja sama dengan pihak-pihak lain, demi kelancaran proyek
ini, terutama koordinasi dengan pihak kontraktor sipil maupun arsitektur.
 Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lain, agar sedapat mungkin
digunakan peralatan yang seragam dan merk yang sama untuk seluruh proyek ini
agar mudah perawaannya.
 Untuk semua peralan dan mesin yang disediakan, atau diselesaiakan dari pihak
lain atau yang dibeli dari pihak lain yang termasuk dalm instalasi sistem ini,
kontraktor bertanggungjawab penuh atas segala peralatan dan pekerjaan ini.

105
SPESIFIKASI TEKNIS

 Kontraktor harus mengijinkan atau mengawasi, dan memberikan petunjuk pada


kontraktor lain untuk melakukan penyambungan kabel-kabel, pemasangan
peralatan kontrol, peletakan peralatan/instalasi, pembuatan sparing dan lain-lain
pada dan untuk peralatan mekanikal/elektrikal agar sistem mekanikal/elektrikal
keseluruhan dapat berjalan dengan sempurna. Dalam hal ini kontraktor masih
bertanggung jawab penuh atas peralatan-peralatan tersebut.

l. Penolakan Pekerjaan Sistem Mekanikal/Elektrikal


Apabila sistem pekerjaan ini tidak lengkap atau ada bagian yang cacat, gagal, atau
tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi dan gambar, teryata kontraktor gagal
dalam melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang cukup menurut
Direksi/Pengawas serta pihak yang berwenang, maka keseluruhan atau sebagian
dari sistem ini sebagaimana kenyataan, dapat ditolak dan diganti. Dalam hal ini
direksi/pengawas dapat menunjuk pihak ketiga untuk melasanakan pekerjaan
tersebut di atas dengan baik atas biaya dan tanggung jawab kontraktor.

m. Pengawasan Instalasi
 Shop Drawing
 Sebelum mengerjakan pekerjaan, kontraktor harus membuat gambar
kerja/shop drawing rangkap 4 (empat). Gambar kerja tersebut haruslah gambar
yang telah dikoordinasikan dengan semua disiplin pekerjaan pada proyek ini
dan disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada. Pekerjaan baru dapat
dimulai apabila gambar kerja telah diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
 Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang akan digunakannya
pada Direksi/Pengawas atau pihak yang ditunjuk untuk dimintai persetujuan
secara tertulis untuk dapat dipasang. Seluruh contoh harus sudah diserahkan
dalam jangka waktu 1 (satu) minggu sesudah kontraktor mendapat SPK.
 Kontraktor harus membuat jadwal/schedule tenaga kerja, schedule pengadaan
peralatan, dan net-work planing yang terinci untuk setiap pekerjaan dan
diserahkan pada Direksi/Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk untuk
mendapatkan persetujaannya. Schedule dan net-work planing harus diserahkan
dalam waktu 14 hari kalender sesudah menerima SPK.
 Kontraktor harus mengadakan :
a. Laporan pekerjaan harian
b. Laporan prestasi pekerjaan dan pengadaan material mingguan
c. Laporan prestasi pekerjaan bulanan beserta foto-foto dokumentasi.
 Untuk setiap tahapan pekerjaan mekanikal dan elektikal yang telah selesai
dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak
Direksi/Pengawas atau pihak yang ditunjuk yang menerangkan bahwa tahapan
pekerjaan mekanikal dan elektrikal telah selesai dikerjakan sesuai dengan
persyaratan yang ada. Tahap tahap pekerjaan ini ditentukan kemudian,
berdasarkan pada jadwal perincian waktu yang diserahkan oleh kontraktor.
 Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan “trial run” pekerjaan mekanikal dan
elektrikal ini harus dihadiri oleh pihak Direksi/Pengawas, Konsultan, ahli teknik
atau pihak-pihak lain yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas. Untuk itu harus
dibuat berita acaranya bersama pemegang merek peralatan yang diuji dan dari

106
SPESIFIKASI TEKNIS

kontraktor yang bersangkutan. Peralatan untuk pengujian harus berkualitas baik


dan sudah ditera. Semua biaya pada pengetesan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
 Kontraktor wajib melaporkan pada Direksi/Pengawas atau tenaga ahli yang
ditugaskan apabila terjadi kesulitan atau gangguan yang mungkin terjadi pada
saat melaksanakan pekerjaan.
 Untuk pekerjaan diluar jam kerja, biaya yang dikeluarkan direksi/pengawas
untuk pengarahan dan pengawasan ditanggung oleh kontraktor.
n. Material
 Kontraktor harus menyerahkan pada waktu tender, brosur teknis asli peralatan
utama mekanikal/elektrikal juga brosur asli pipa, kabel, pipa konduit, katup-
katup, detektor, sensor, dan lainya beserta data-data teknis dan mengisi daftar
skedul dari peralatan tersebut. Pada brosur peralatan/bahan yang diberikan
tanda dengan warna yang jelas.
 Apabila ada data-data serta bahan yang diajukan menyimpang dari bahan
tersebut dalam gambar-gambar dan spesifikasinya maka nilai evaluasi
penawaran kontraktor tersebut akan dikurangi dan kontrktor tetap
menggantinya sesuai dengan gambar dan spesifikasinya.
 Semua instalasi yang berbeda dengan spesifikasi dan gambar rencana, tanpa
persetujuan tertulis dari pihak berwenang harus diperbaiki dan diubah sesuai
dengan spesifikasi dan gambar yang telah disepakati bersama, atas tanggungan
biaya kontraktor.
 Semua bahan yang digunakan dalam instalasi harus baru, dalam keadaan baik,
tidak cacat atau rusak sesuai dengan spasifikasi dan gambar. Kontraktor harus
menjaga kebersihan serta melindungi semua bahan-bahan yang digunakan
dalam instalasi ini sebelum dipasang.
 Bilamana ternyata dipakai/digunakan bahan/peralatan lama/bekas
dipergunakan, bercacat atau rusak, Kontraktor harus menggantinya dengan
bahan-bahan atau peralatan yang baru dan tetap sesuai dengan spesifikasi dan
gambar, atas biaya tanggungan kontraktor.
 Tidak diperkenankan mendatangkan bahan/peralatan masuk ke site sebelum
contoh atau brosurnya disetujui oleh direksi/pengawas .semua bahan yang
telah masuk ke site dan menyimpang dari ketentuan dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui maka bahan atau
peralatan tersebut harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1x24 jam sejak
diketahui penyimpangan itu oleh direksi/pengawas. bila hal ini belum dilakukan
maka bahan tersebut segera akan dimusnahkan.

PASAL 2
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN MEKANIKAL

2.1. Syarat-Syarat Umum

1. Syarat-syarat umum merupakan bagian dari Persyaratan Teknis. Apabila ada


beberapa klausul dari syarat-syarat Umum yang dituliskan dalam Persyaratan

107
SPESIFIKASI TEKNIS

Teknis, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan
berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum. Klausul-
klausul dari syarat-syarat umum hanya dianggap tidak berlaku apabila dinyatakan
secara tegas dalam Persyaratan Teknis.
2. Persyaratan Teknis dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan segala
pekerjaan, bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk
pemasangan, pengujian dan penyetelan (adjusting) dari seluruh sistem, agar
lengkap dan dapat bekerja dengan baik.
3. Persyaratan Teknis merupakan satu kesatuan dengan Gambar-Gambar Teknis yang
menyertainya. Bila ada suatu bagian pekerjaan yang hanya disebutkan didalam
salah satu dari kedua dokumen tersebut, maka pemborong wajib melaksanakannya
dengan baik dan lengkap.
4. Gambar-Gambar Teknis tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua fitting,
katup, sambungan dan fixture secara terinci. Semua bagian bagian tersebut
walaupun tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan
dipasang oleh pemborong.
5. Pemborong harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya, agar
dapat memberikan jaminan hasil kerja yang baik dan rapi.
6. Pemborong bertanggung jawab dalam pengawasan yang ketat terhadap jadwal atau
urutan pekerjaan, sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek secara
keseluruhan pada waktu yang telah ditetapkan.
7. Pemborong harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan-bahan dan peralatan-
peralatan yang diserahkan oleh pemborong harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan, dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan cara yang wajar dan
terbaik. Dan bahwa instalasi yang dilakukan adalah lengkap dan dapat bekerja
dengan baik dalam kondisi yang terjelek sekalipun, tanpa mengurangi atau
menghilangkan bahan-bahan/ peralatan-peralatan yang seharusnya disediakan,
walaupun tidak disebutkan secara nyata dalam Persyaratan Teknis ataupun tidak
dinyatakan secara tegas dalam gambar-gambar Teknis.
8. Pada dasarnya, pemborong harus menyerahkan brosur/katalog teknis, diagram dan
kurva dari setiap barang/bahan yang ditawarkan (seperti: pompa, pipa, pilar hidran,
alat-alat kontrol, peralatan tambahan/penunjang, dan lain-lain), serta memberi
tanda dengan jelas nomor/tipe dari bahan-bahan yang ditawarkan.
9. Semua peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dan diserahkan untuk
menyelesaikan pekerjaan harus dalam keadaan baru dan dari kualitas terbaik.
10. Pemborong harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat
mengetahui hal-hal yang akan mengganggu/mempengaruhi pekerjaan. Apabila
timbul persoalan, Pemborong wajib mengajukan saran penyelesaian kepada
Pengawas, paling lambat satu minggu sebelum bagian pekerjaan ini seharusnya
dilaksanakan.
11. Pemborong harus memeriksa dengan teliti ruangan-ruangan dan syarat-syarat yang
diperlukan dengan pemborong lainnya, sehingga peralatan-peralatan mekanikal
dapat dipasang pada tempat dan ruang yang telah disediakan.
12. Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus memeriksa dan memahami
pekerjaan pelaksanaan dari pihak lain yang ikut melaksanakan proyek ini, apabila
pekerjaan pelaksanaan dari pihak lain tersebut dapat mempengaruhi kualitas
pekerjaan Pemborong itu sendiri.

108
SPESIFIKASI TEKNIS

13. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus membuat Rencana Kerja dengan
jadwal yang disesuaikan dengan Pemborong yang lain. Apabila terjadi sesuatu
perubahan, Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengawas dan
mengajukan saran-saran perubahan/perbaikan.
14. Pada waktu akan memulai pelaksanaan, pemborong wajib menyerahkan Gambar-
Gambar Kerja (Shop Drawing) terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan dari
Direksi. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Direksi minimal dalam
waktu 2 (dua) minggu sebelum instalasi dilaksanakan.
15. Pemasangan peralatan harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat peralatan tersebut. Untuk itu, pemborong hasus membuat dan
menyertakan gambar-gambar rencana instalasi secara rinci sebelum melaksanakan
pekerjaan.
16. Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana Pemborong tidak mungkin menghasilkan
kualitas pekerjaan yang terbaik, maka Pemborong wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan/perbaikan.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Pemborong tetap bertanggung jawab atas kerugian-
kerugian yang mungkin ditimbulkannya.
17. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, Pemborong harus memberi tanda-tanda
(misalnya: dengan pensil atau tinta merah) pada dua set gambar pelaksanaan, atas
segala perubahan pada rancangan instalasi semula.

2.2. Peraturan-peraturan, Izin-izin dan Standarisasi

1. Instalasi yang dinyatakan dalam persyaratan Teknis harus sesuai dengan peraturan-
peraturan dan undang-undang yang berlaku serta tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan dari Departemen Tenaga Kerja.
2. Pemborong harus memperoleh izin-izin yang mungkin diperlukan untuk menjalankan
instalasi yang dinyatakan dalam Persyaratan Teknis atas tanggungan sendiri.
3. Pemborong harus menyediakan peralatan, alat-alat pengatur dan alat-alat
pengaman tambahan yang diwajibkan oleh ketentuan-ketentuan dan peraturan-
peraturan yang berlaku di Indonesia.
4. Semua pekerjaan yang dinyatakan dalam Persyaratan ini harus dilaksanakan sesuai
dengan syarat-syarat pelaksanaan atau peraturan peraturan pelaksanaan dari Badan
Pemerintah yang berwenang. Pemborong harus menanggung biaya-biaya untuk
memperoleh izin, pemeriksaan, pengujian dan lain-lain, dan pemborong harus
menyerahkan semua izin-izin atau keterangan-keterangan resmi lainnya tentang
instalasi ini kepada Direksi.
5. Syarat-syarat penerimaan untuk bahan-bahan, peralatan-peralatan, cara-cara
pemasangan dan kualitas pekerjaan harus sesuai dengan satu atau beberapa
standar dibawah ini, seperti:
 Standar Nasional Indonesia (SNI)
 SNI 04-0225-2000 (Standar Nasional Tentang Spesifikasi Unit Instalasi Listrik).
Atau sesuai dengan standar-standar Internasional yang lain. Peraturan Daerah,
Ketetapan Gubernur, Keputusan Menteri, yang berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan
yang tercakup didalam Persyaratan Teknis.

109
SPESIFIKASI TEKNIS

2.3. Gambar-gambar Kerja

a. Selama pelaksanaan pemasangan sistem Mekanikal berlangsung pemborong harus


memberi tanda-tanda dalam gambar Kerja (shop drawing) segala perubahan pada
rancangan sistem semula.
b. Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi gambar-gambar instalasi
sesungguhnya sebagaimana yang terpasang pada bangunan (as built drawing) yang
memuat lengkap segala perubahan yang telah dilakukan. Gambar-gambar yang
harus diserahkan tersebut terdiri dari satu set gambar asli diatas kertas kalkir
ditambah tiga set gambar copy.

PASAL 3
PEKERJAAN PLUMBING

3.1. Lingkup Pekerjaan

1. Sistem pemipaan air bersih di dalam bangunan gedung (seperti ditunjukkan pada
gambar Mekanikal), lengkap dengan katup penyetop (stop valve), elbow,
sambungan – T, fitting dan perlengkapan lain yang diperlukan.
2. Semua peralatan panel kontrol dan panel listrik yang diperlukan untuk menjalankan
sistem distribusi air bersih.
3. Semua alat plumbing(fixture) yang direncanakan dipasang didalam bangunan,
termasuk fitting, kran dan alat-alat lain yang diperlukan.
4. Sistem pemipaan air kotor dari setiap fixture di dalam bangunan hingga ke jaringan
pembuangan air kotor, lengkap dengan pipa ven dan sistem penunjangnya.
5. Sistem pemipaan air hujan yang ada didalam bangunan hingga ke jaringan
pembuangan di sekitar gedung, lengkap dengan peralatan yang dibutuhkan.

3.2. Material dan Peralatan


1. Pipa Air Bersih
Pipa distribusi air bersih yang ditanam di dalam tanah, dalam shaft dan di langit-
langit, maupun pipa cabang untuk distribusi air kesetiap alat plumbing(fixture),
terbuat dari PVC. Pipa yang tertanam dibawah tanah harus dilapisi dengan tar
sebelah luar (tar coating). Pipa bukan dibawah tanah diberi cat pelapis meni
rangkap dua, dan diakhiri dengan cat khusus.

2. Pipa Air Kotor


Pipa air kotor dari setiap alat plumbing(fixture) hingga ke pipa tegak yang terletak
didalam shaft harus terbuat dari PVC kelas AW.

3. Semua pipa, fixture dan fitting yang berada di luar dinding dan kelihatan, harus
terbuat dari kuningan dan dilapisi dengan cromium atau nickel.
4. Floor Drain
Semua lubang buangan dilantai (floor Drain) terbuat dari plat stainless
steelberlubang-lubang, dilengkapi dengan water trap

5. Clean Out
Semua clean out terbuat dari plat stainless steel dan dilengkapi dengan “slot”

110
SPESIFIKASI TEKNIS

6. Setiap bahan pipa (satu panjang utuh), fitting, alat plumbing(fixture), dan peralatan-
peralatan yang akan dipasang pada instalasi, harus mempunyai tanda (merek) yang
jelas dari pabrik pembuatnya. Pipa, fitting, dan fixture yang tidak mempunyai
(merek) tersebut harus diganti atas tanggung jawab Pemborong.
7. Kemiringan/ slope saluran air bekas dan air kotor tidak boleh kurang dari 1%, untuk
saluran air hujan tidak boleh kurang dari 0.05%.

3.3. Perancangan
Air bersih disuplai dari sumur bor jenis Deep Well samapai mencapai kedalaman air
bersih sesuai standarisasi air yang layak pakai dengan syarat tidak merusak dan tidak
berbau.Suplai air tersebut dipompakan melalui pompa dengan kapasitas 50
liter/menitmenuju tandon air (rooftank) dengan kapasitas masing-masing tangki  500
liter terdiri dari 2 (dua) unit yang terbuat dari bahan stainless, kemudian didistribusikan
secara gravitasi ke setiap alat plumbing yang membutuhkan suplai air bersih.

Dan 1 (satu) pompa dengan standar kapasitas 25 liter/menit untuk pendestribusian air
dari rooftank menuju plumbing taman untuk mengcover air bagi penyiraman tanaman.

3.4. Pemasangan
1. Pelaksanaan pemasangan harus direncanakan dengan baik dan semua
pembongkaran bagian-bagian bangunan lainnya hanya boleh dilakukan setelah ada
ijin tertulis dari pengawas. Gambar-gambar pemasangan harus dibuat secara rinci
oleh pemborong pada saat penyambungan struktur bangunan dilaksanakan. Hal ini
agar dapat diketahui dengan tepat letak/ukuran lubang-lubang pada dinding yang
diperlukan untuk jalur-jalur pipa. Pemborong bertanggung jawab atas
ukuran/dimensi dan lokasi lubang-lubang tersebut dan apabila perlu harus
melakukan pembobokan/penambahan tanpa tambahan biaya.
2. Pemborong bertanggung jawab atas penyediaan lokasi pemasangan yang tepat.
Pemasangan pada konstruksi bangunan yang dicor dengan beton dilaksanakan oleh
pemborong struktur atas petunjuk pemborong Mekanikal.
3. Selama pemasangan berlangsung, pemborong harus menutup setiap ujung pipa
yang terbuka untuk mencegah tanah, debu, kotoran dan lain-lain masuk kedalam
pipa.
4. Semua sambungan yang berhubungan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda
harus menggunakan reducing fitting. Sedapat mungkin digunakan belokan-belokan
jenis long radius. Belokan-belokan jenis short radius hanya boleh digunakan apabila
kondisi setempat tidak memungkinkan penggunaan belokan jenis long radius, dan
pemborong harus memberitahukan hal ini kepada pengawas. Fitting atau alat-alat
lain yang akan menimbulkan tekanan aliran yang tidak wajar tidak boleh
digunakan.
5. Penggantung/penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada konstruksi bangunan
yang kuat dan kokoh, dilengkapi dengan konstruksi baja bila memang diperlukan.
6. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan
tertutup oleh tembok atau bagian bangunan lainnya, harus dilapisi terlebih dahulu
dengan cat menie atau cat penahan karat.
7. Setiap cabang utama yang masuk ke setiap lantai harus dilengkapi dengan katup
penyetop (stop valve/gate valve) yang diletakkan sedemikian rupa hingga mudah
dioperasikan.

111
SPESIFIKASI TEKNIS

8. Apabila ada peralatan-peralatan yang disediakan atau pekerjaan-pekerjaan yang


diselesaikan oleh pihak lain, yang termasuk dalam penyelesaian instalasi sistem
plumbing, maka pemborong sistem plumbing bertanggung jawab atas peralatan-
peralatan dan pekerjaan tersebut.
9. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dan tidak disediakan oleh pemberi
tugas atau pemborong lainnya, harus disediakan dan dilaksanakan oleh Pemborong
sistem plumbing. Dalam hal ini, pemborong harus meneliti lingkup pemborong harus
meneliti lingkup pekerjaan Pemborong lainnya.

3.5. Persetujuan Bahan-bahan dan Alat-alat


1. Dalam waktu yang paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah Pemborong memperoleh
kontrak pekerjaan, Pemborong harus mengajukan daftar yang lengkap (rangkap
lima) dari pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan yang membuat atau
memproduksi bahan-bahan dan alat-alat yang akan dipasang dalam instalasi ini,
untuk memperoleh persetujuan dari pemberi tugas.
2. Setelah daftar tersebut disetujui dan sebelum melakukan pembelian atas bahan-
bahan dan alat-alat. Pemborong harus menyerahkan kepada Pengawas daftar yang
lengkap dari peralatan-peralatan dan bahan-bahan yang akan dipasang dalam
instalasi ini untuk memperoleh persetujuan dari Pemberi tugas.
3. Pemborong bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pembiayaan yang perlu
karena timbulnya perubahan-perubahan dari contoh barang-barang yang akan
dipasang dan atau brosur-brosur untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas.

PASAL 4
PEKERJAAN TOILET UMUM
4.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan toilet yang ada baik untuk umum maupun untuk Difabel.

4.2. Material
a. Closet Jongkok
b. Closet duduk
c. Kran air
d. Besi Grill 30.30.2
e. Handrall

4.3. Pelaksanaan pekerjaan


a. Selambat-lambatnya 4 hari penyedia barang dan jasa harus mengajukan ijin
pekerjaan dengan meliputi spesifikasi material, volume dan tenaga kerja yang akan
dilibatkan, sebelum pekerjaan di mulai.
b. Sebelum memulai penyedia barang dan jasa harus mengajukan sampel material dan
bentuk untuk dimintakan persetujuan kepada Konsultan Pengawasdan PPTK.
c. Setelah sampel di setujui olek pihak Konsultan pengawas dan PPTK, penyedia
barang dan jasa segera, melaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah diajukan.

Apabila terjadi perbedaan antara gambar tampak dan gambar detail maka penyedia
barang dan jasa wajib mengkoordinasikan pada pihak KonsultanPerencana, Konsultan

112
SPESIFIKASI TEKNIS

Pengawasdan PPTK, untuk dimintakan kepastian gambar yang akan diacu sehingga
pekerjaan siap untuk dilaksanakan.

PASAL 5
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

5.1. Persyaratan Umum

1. Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik


dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-
bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada
spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau
peralatan yang dipakai dengan spesifikasi yang dipakai pada bab ini, merupakan
kewajiban Pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga
sesuai dengan ketentuan pada BAB ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
2. Pada dasarnya semua bahan dan peralatan harus sesuai dengan ketentuan yang
tertera pada peraturan-peraturan seperti :
 Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan.
 Peraturan Umum Instalasi Listrik.
 SNI 04-0225-2000 (Standar Nasional Tentang Spesifikasi Unit Instalasi Listrik).
 Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti
Perumtel, Dit.Jen.Bina Lindung, PLN dan Pemerintah Daerah.
3. Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki surat ijin
instalasi dari instalasi yang berwenang dan telah biasa mengerjakannya dan suatu
daftar referensi pemasangan harus dilampirkan dalam surat penawaran.

5.2. Persyaratan Teknis


1. Gambar-gambar
a. Gambar-gambar rencana dan spesifikasi (persyaratan) ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya
b. Gambar-gambar sistim ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedang pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada.
c. Gambar-gambar arsitek dan struktur/sipil harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan dan detail "finishing" instalasi.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan
detail kepada Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu.
Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Pemborong dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi yang berhubungan dengan instalasi ini.
e. Pemborong instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang
disertai dengan dokumen asli operating and Maintenance Instruction, technical
instruction, spare part instruction dan harus diserahkan kepada Pengawas pada
saat penyerahaan pertama dalam rangkap 5 (lima) (Construction detail,
electrical wiring diagram, control diagram dll).

113
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Koordinasi
a. Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pemborong instalasi
lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
b. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi yang lain.
c. Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab pemborong.

3. Pelaksanaan Pemasangan
a. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, pemborong harus
menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Pengawas dalam rangkap 4
(empat) untuk disetujui.
b. Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang, apabila ada sesuatu yang diragukan,
pemborong harus segera menghubungi Direksi. Pengambilan ukuran dan atau
pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab
pemborong.

4. Testing and Commissioning


a. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi
dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang ada.
b. Testing/pengujian meliputi : Uji Isolasi Minimal 2  (Ohm) dan Uji Beban Penuh
c. Test elektrikal beban penuh selama 3 x 24 jam, harus disaksikan oleh
Direksi/Pengawas dan bila terjadi kerusakan atau kesalahan harus diperbaiki atas
tanggungjawab Pemborong.
d. Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan testing
tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong.
Hasil Pengujian dituangkan dalam Berita Acara sebagai Syarat Penyerahan Pertama.

5. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan


a. Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
b. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama enam bulan terhitung sejak
saat penyerahaan pertama.
c. Selama masa pemeliharaan, Pemborong instalasi ini diwajibkan mengatasi dan
mengganti segala kerusakan yang terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
d. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan
masih merupakan tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
e. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini tidak
melaksanakan teguran dari Pengawasatas perbaikan/penggantian/penyetelan
yang diperlukan,maka Pengawas berhak menyerahkan
perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya
Pemborong instalasi ini.

114
SPESIFIKASI TEKNIS

f. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus melatih petugas-
petugas yang ditunjuk oleh pemilik sehingga dapat mengenali sistem instalasi
dan dapat melaksanakan pemeliharaannya.
g. Serah terima pertama dari instalasi ini harus dapat dilaksanakan setelah ada
bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda tangani oleh Pemborong
dan Pengawas serta dilampir Surat Ijin Pemakaian dari Jawatan Keselamatan
Kerja.
h. Apabila diperlukan oleh Pemberi Tugas, Pemborong harus bersedia datang ke
lokasi Proyek untuk mengatasi dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
terjadi. Petugas yang ditunjuk oleh Pemborong harus sudah hadir paling lambat
3 jam setelah dihubungi oleh Pemberi Tugas.

6. Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi
a. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan, harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pihak Direksi.
b. Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada
kepada pihak Pengawas dalam rangkap 3 (tiga).
c. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pemborong kepada
Pengawas secara tertulis. Pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang ada harus
disetujui oleh Pengawas secara tertulis.

7. I z i n - I z i n
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh
biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Pemborong.

8. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan
instalasi ini serta mengembalikan seperti kondisi semula, menjadi lingkup kerja instalasi ini.
b. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan
dari pihak Pengawas secara tertulis.

5.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Elektrikal


Prinsip Penyediaan Daya Listrik
Sumber daya listrik diperoleh dari jaringan listrik eksisting dan rumah genset dengan
kapasitas 1.5 MW yang terletak pada kawasan Stadion Renang.Sebagaimana tertera
dalam gambar-gambar rencana, Pemborong pekerjaan instalasi listrik ini harus
melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan
siap untuk dipergunakan. Garis besar scope pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Pengadaan dan pemasangan panel-panel listrik tegangan rendah pada bangunan.
b. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan stop kontak bangunan.

5.4. Persyaratan Teknis, Bahandan Pelaksanaan Instalasi Listrik


1. Panel-Panel
a. Kabinet
 Konstruksi dalam panel serta tata letak komponen dan piranti lainnya harus
diatur sedemikian rupa, bila perlu diadakan perbaikan sehingga

115
SPESIFIKASI TEKNIS

penyambungan pada komponen/piranti dapat mudah dilaksanakan dan tidak


sesak.
 Frame/rangka panel harus digrounding/ditanahkan.
 Kabinet dengan kabel kabel “Trought Feeder“ harus diatur sedemikian rupa,
sehingga ada saluran yang lebarnya sesuai persyaratan untuk “ Branch
Circuit Panel Board “
 Semua kabinet harus dicat dengan warna ditentukan kemudian.
 Semua kabinet harus dibuat tahan karat, selain itu harus dilapisi bahan anti
karat pada:
- Bagian dalam Box dari pintu
- Bagian luar Box dicat bakar.
- Untuk satu kabinet harus disediakan 2 (dua) anak kunci, dengan sistem
Master Key.

b. Pemasangan Panel
Panel dipasang sedemikian rupa sehingga setiap peralatan/komponen dalam
panel masih mudah dijangkau.Tergantung pada macam/tipe panel, bila
dibutuhkan alas/pondasi/penumpu/penggantung, maka pemborong harus
menyediakan dan memasangnya walaupun tidak tertera pada gambar.

c. Cadangan
Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan maka panel tsb harus
dilengkapi terminal pemasangan, pendukung dan sebagainya untuk mentisipasi
pemasangan peralatan dikemudian hari. Peralatan dapat berupa Equipment
busbar, switch, Circuit Breaker dan lain-lain.

d. Terminal dan Mur Baut


Semua terminal cabang harus diberi lapis tembaga (Vertin) dan disekrup
menggunakan mur baut ring dari bahan tembaga atau yang diberi Nikel
(stainless).

e. Circuit Breaker
 Circuit Breaker yang digunakan adalah MCB (Miniatur Circuit Breaker), NFB
(No Fuse Breaker) dan MCCB (Moulded Case Circuit Breaker), ACB yang
sesuai tertera pada gambar rencana.
 Circuit Breaker harus tipe Automatic Trip dengan kombinasi thermal dan
Instantaneous Magnetic.

2. Kabel Penerangan dan Conduit


Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi kabel
tegengan rendah, kabel kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan barang-barang
lain yang diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta
operasi dari semua sistem dan peralatan.

Syarat kabel instalasi tegangan rendah (sampai 600 V) :

116
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan SNI


untuk penggunaan sebagai kabel instalasi dan peralatan (mesin) kecuali untuk
perelatan khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
b. Semua kabel dengan luas penampang 6 mm ke atas harus berurat banyak dan
dipilin (stranded). Ukuran kabel daya/instalasi terkecil yang diijinkan adalah 2.5
mm, kecuali untuk pemakain kontrol pada remote cotrol yang kurang dari 30
meter panjangnya bisa menggunakan 1.5 mm.
c. Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus dari jenis NYFGbY dan kabel instalasi
didalam bangunan dari jenis NYY, NYM, NYA, dan NYMHY (untuk kabel kontrol).
d. Semua kabel dalam bangunan harus berada didalam konduit (tubing) atau
dipasang diatas cable tray/cable rack dan diklem/diikat dengan pengikat kabel
sesuai dengan kebutuhan.
e. Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di dalam
bangunan harus diadakan secara lengkap. Faktor pengisian konduit oleh kabel-
kabel maksimum adalah sebesar 40%.

3. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak


Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk extension dan daya
harus diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke saklar
dan titik cahaya serta stop kontak, sebagaimana ditunjukan dalam gambar. Kabel
yang digunakan dalam kabel instalasi penerangan dan stop kontak harus dari jenis
NYM dan diletakan di dalam konduit PVC (tubing white conduit). Luas penampang
kabel NYM yang digunakan minimum 2.5 mm (kapasitas hantar minimum 20A).

4. Splice/ percabangan
Tidak diperkenankan adanya percabangan (splice) ataupun sambungan didalam pipa
konduit.Sambungan atau percabangan harus dilakukan didalam kotak-kotak cabang
atau kotak sambung, yang mudah dicapai serta kotak saklar dan stop kontak.
Sambungan pada panel harus dibuat secara mekanis dan harus kuat secara elektrik
dengan solderless connector jenis tekan, jenis compression atau soldered. Dalam
membuat percabangan atau sambungan konektor harus dihubungkan dengan
konduktor-konduktor dengan baik sedemikian sehingga semua konduktor
tersambung dan tidak ada konduktor telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas
oleh getaran.Setiap kabel turun menuju armatur harus malalui kotak sambung/doos.
Penyambuangan antara kabel catu dengan kabel dari armatur dilakukan melalui blok
terminal yang ditempatkan didalam kotak tersebut.

5. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
varnished cambric dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan,
lokasi, tegangan kerja, dan lain-lain yang tertentu dan harus dipasang dengan cara
yang disetujui, menurut aturan yang berlaku atau pabrik pembuatnya.

6. Pemasangan Kabel
a. Pemasangan mendatar (horizotal)
Kabel instalasi daya dan penerangan didalam bangunan. Semua kabel harus
dipasang dalam koduit, dengan ketentuan-ketentuan pemasangan konduit
sebagai berikut :

117
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Dipasang dipermuakaan plat beton langit-langit untuk ruang dengan langit-


langit (plafond).
2. Dipasang tertanam didalam plat beton langit-langit untuk ruang yang tidak
berplafond (exposed ceilling). Untuk pemasangan pipa konduit dipermukaan
plat beton, konduit harus dilengkapi pendukung-pendukung yang dicat anti
karat.
3. Semua kabel harus dipasang lurus/sejajar dengan rapi dan teratur.
Pembelokan kabel harus delakukan dengan jari-jari lengkung tidak boleh
kurang dari syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali diameter kabel).
b. Pemasangan di Dalam Dinding (vertikal)
Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang vertikal tertanam
didalam dinding harus diletakan didalam konduit sesuai yang disyaratkan dengan
ukuran minimum 20mm.

c. Pemasangan Menembus Dinding


Setiap penembusan kabel dalam konduit pada dinding harus melalui sparing
kabel yang terbuat dari pipa PVC dengan ukuran yang cukup terhadap
penampang pipa konduit.

 Untuk penerangan dan stop kontak biasa, kabel yang dapat dipergunakan
adalah kelas III besar, penampang kabel minimum yang dapat dipakai
adalah 2.5 mm². Kabel-kabel ini harus dipasang di dalam pipa PVC  3/8",
atau disesuaikan dengan kabel yang dipakai.
 Untuk penerangan dan stop kontak biasa yang dipasang pada dak Beton,
kabel yang dipergunakan adalah kelas III besar, penampang kabel minimum
yang dapat dipakai adalah 2.5 mm². Kabel-kabel ini harus dipasang di dalam
pipa PVC  3/8" atau disesuaikan dengan kabel yang dipakai.
 Kabel-kabel yang turun dari plafond ke stop kontak dan saklar melalui
dinding dapat memakai pipa PVC. Diameter pipa yang dipergunakan
disesuaikan dengan kabel yang dipakai.
 Untuk penyambungan kabel-kabel harus menggunakan terminal box (dura
doos, tee doos) dari PVC. Terminal box tersebut tutupnya harus dapat
dilepas dan dipasang kembali dengan mudah, dengan memakai skrup.
Sedang untuk penyambungan di dalam beton harus memakai terminal box
metal.
 Pemasangan pipa kabel-kabel di atas plafon harus disusun rapih dan harus
diklem/ diikat dengan kawat pada rak-rak kabel (trunking) dan pada
prinsipnya kabel-kabel tidak diperkenankan langsung diklem pada konstruksi
bangunan.
 Kabel-kabel yang terpasang di dalam dak beton kolom beton, dinding beton
harus menggunakan pipa PVC.
 Penyambungan kabel-kabel penerangan dan stop kontak di dalam doos
harus memakai las dop yang terbuat dari bakelit berwarna (buatan Legrand,
3M atau equivalent yang dapat disetujui oleh Direksi). Las dop dari bahan
poselin tidak diperkenankan untuk dipergunakan.
 Saluran cadangan (stop kontak dan penerangan) harus dipasang sampai di
atas plafond, dilengkapi kotak sambung.

118
SPESIFIKASI TEKNIS

 Semua instalasi pengabelan harus dipasang didalam conduit, baik yang


dipasang rak kabel (trunking) maupun yang menuju ke titik-titik lampu dan
stop kontak.
 Kode warna isolasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL :
1. Fasa 1 : Merah
2. Netral : Biru
3. Grounding : Hijau - Kuning.

7. Persyaratan Bahan/Material
 Semua material yang disuplai dan dipasang oleh Pemborong harus baru dan
cocok untuk dipasang di daerah tropis.
 Material harus dari produk dengan kualitas baik dari produksi baru.
 Daftar Material untuk semua material yang ditawarkan, pemborong wajib
mengisi daftar material yang menyebutkan: Merk, Tipe, dan Kelas. Juga
dilengkapi dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.

8. Penyebutan Merk/Produk Pabrik


Apabila pada spesifikasi teknis atau pada gambar rencana disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mutu dari material/ komponen tertentu, maka pemborong
wajib melaksanakan/menawar material yang dalam taraf mutu yang disebutkan.
Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi tidak dapat diadakan material yang
disebutkan dalam tabel Material, karena disebabkan oleh sesuatu alasan kuat dan
dapat diterima pemilik, Pengawas dan Perencana, maka dapat dipikirkan
penggantinya merk/tipe dengan suatu sanksi tertentu kepada pemborong.

9. Produk Material
a. Kabel TR : kelas 3 (tiga) besar.
b. Panel TR : kelas 3 (tiga) besar.
c. Komponen Panel : kelas 3 (tiga) besar.
d. Peralatan Meter : kelas 3 (tiga) besar.
e. Saklar dan stop kontak : kelas 3 (tiga) besar.

10. G r o u n d i n g
a. Semua panel, ligthting fixtures, stop kontak, cable trunking , cable ladder dan
bagian-bagian metal lainnya yang berhubungan dengan instalasi listrik harus
digrounding.
b. Kawat grounding dapat dipergunakan kawat telanjang (BCC = Bare Copper
Conductor) atau kawat yang terisolasi yang diberi warna kuning strip hijau.
c. Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal berpenampang sama
dengan penampang kabel masuk (incoming feeder).
d. Nilai tahanan grounding sistem untuk panel-panel harus lebih kecil dari 5 Ohm,
diukur setelah tidak hujan selama 2 hari.
e. Elektrode pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanis yang ujungnya
dipasang copper rod sepanjang 0.5 m, atau elektroda tipe lain yang memenuhi
standar teknis.
f. Elektrode pentanahan yang dipantek hingga mencapai permukaan air atau
minimal sedalam 12 meter.

119
SPESIFIKASI TEKNIS

g. Semua sambungan pada sistem grounding harus menggunakan baut dengan


bahan campuran Tembaga.
h. Pembumian peralatan elektronik; dilakukan secara terpisah, dengan
menyambungkan terminal pembumian khusus arus lemah.

5.5. Pengujian Instalasi Listrik


1. Pengujian meliputi
a. Uji isolasi minimal 2 Ω (Ohm)
b. Uji beban penuh
2. Pada uji benan penuh, harus disaksikan oleh Direksi/Pengawasa dan bila terjadi
kerusakan atau kesalahan harus diperbaiki atas tanggung jawab Pemborong.
Hasil pengujian dituangkan dalam Berita Acara sebagai syarat serah terima pertama.

PASAL 6
PEKERJAAN SANITAIR

6.1 Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, tenaga kerja dan jasa-jasa lainnya, sehubungan
dengan pemasangan perlengkapan toilet, bak cuci dapur kantin, dan pantry sesuai dengan yang
tertera pada gambar-gambar.
6.2 Pengendalian Pekerjaan

Sesuai dengan rekomenasi dari pabrik yang memproduksi.


6.3 Bahan-bahan

1. Sanitair (Sanitary ware)

a. WC duduk tipe CW 420 J /S 516 ESS ex American Standard


b. Urinal tipe Wall hung Moslem Type U 57 atau ex American Standard
c. Wastafel tipe LW 861 CJ ex lengkap Warna putih., ( Ficture: kran TX 101 LB
Singgle lever lavatory faucet w/1” pop up waste, stop valve : TL 340 C5 , P- Trap
:THX 1A-5)
d. Fixtures toilet sesuai Specs
e. Apabila dipilih ex semua fixtures toilet harus disamakan
f. Kran air untuk toilet, KM/WC dipakai type Bolt Faucet merk type: T23 BQ 13 N
(lever Handle sink trap).
2. Dapur

a. Kran (Faucet) untuk Bak cuci alat dapur menggunakan jenis Laboratory faucet
setara : Y922 untuk jenis 2 kran, Y923 untuk jenis 3 kran.
b. Floor strainer menggunakan menggunakan setara merk SAN-EI H-51.
c. Bak Cuci dapur kantin menggunakan bak cuci keramik setara produk INA type
S200. atau produk American standard type BROMO KAK 4A0Dxx , deck mounted,
fitting, drain, siphon trap.
d. Fixture dan sanitary ware dan perlengkapan lainnya setara.
3. Pengujian Bahan:

120
SPESIFIKASI TEKNIS

Pelaksana harus menyampaikan secara tertulis bahwa bahan-bahan yang akan


digunakan sudah melalui test yang diadakan di pabrik dengan disertai Sertifikat
Pengujian.
4. Contoh Bahan
Pelaksana harus menyerahkan brosur dan contoh bahan/peralatan toilet yang akan
digunakan.

5. Penyimpanan

Perlengkapan toilet harus disimpan di tempat penyimpanan yang telah disediakan


dan harus bebas dari genangan-genangan air dan diusahakan agar mudah untuk
diadakan pemeriksaan dan pengamatan.

6.4 Pelaksanaan

1. Pengerjaan
a. Pelaksana harus meminta ijin kepada Manajemen Konstruksi tentang cara,
waktu dan letak perlengkapan toilet.
b. Pemasangan harus kuat, rapi, bersih dan dikerjakan oleh tukang-tukang khusus
dan terbaik.
2. Jaminan Pekerjaan/Bahan Pelaksana harus memberikan jaminan secara tertulis,
bahwa semua pekerjaan harus baik dan berfungsi secara sempurna dan dengan
mengadakan test aliran air dan mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen
Konstruksi.
3. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar gambar yang ada
dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detil detil sesuai gambar.
4. Bila ada perbedaan/ kelainan harus melaporkan pada Konsultan Manajemen
Konstruksi, dan tidak dibenarkan memulainya jika terdapat kelainan/perbedaan di
tempat itu.
5. Selama pelaksanaan harus selalu dilakukan pemeriksaan dan pengujian untuk
kesempurnaan hasil.
6. Kontraktore wajib memperbaiki/mengulangi/menganti jika terdapat kerusakan
selama masa pelaksanan dan masa garansi atas biaya kontraktor, selama rusak
bukan disebabkan pemilik.
7. Pekerjaan Wastafel/Kloset/Sink/Tempat sabun
a. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala peralatannya sesuai
dengan yang telah disediakan oleh pabrik untuk masing masing tipe yang dipilih.
b. Peralatan dan perlengkapannya yang dipasang adalh yang diseleksi baik, tidak
ada bagianyng gompal, retak atau cacat lainnya dan telah disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
c. Ketinggian konstruksi pemasangan harus disesuaikan gambar untuk itu serta
petunjuk-petunjuk dari produsennya dalam katalog/brosur. Pemasangan harus
baik, rapi, waterpass dan dibersihkan dari semua kotoran dan noda dan
penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada kebocoran.
d. Untuk dudukan dasar kloset dipakai papan jati tua tebal 3 cm dan telah dicelup
dengn larutan pengawet tahan air dibentuk seperti dasar kloset, kloset disekrup
pada papan tersebut dengan sekrup kuningan.

121
SPESIFIKASI TEKNIS

8. Pekerjaan Kran.
a. Semua kran yang dipakai adalah setara Merk Toto dan SAN-EI semua verchroom
finish, Lihat tabel bahan di atas. Kran taman /halaman harus memiliki ulir. Pipa
bak cuci harus dimungkinkan disambung diperpanjang dengan pipa flexible.
b. Stop kran yang dapat digunakan setara merk SAN EI jenis ball valve setara tipe
V61, V63,
c. Stop kran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gmbar.

9. Pekerjaan Floordrain dan Clean Out


a. Floordrain dan Clean-out yang digunakan adalah metal verchroom, lubang
diameter 2” dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor drain
dan dopvercrhroom dengan draad untuk clean-out.
b. Floor drain dipasang di tempat-tempat sesuai gambar
c. Floordrain dan CO yang dipasang harus sudah diseleksi baik dan disetujui MK
d. Pada tempat tempat yang akan dipasang floordrain, penutup lantai harus
dilobangi dengan rapih.
e. Hubungan pipa dengan beton/ lantai menggunakan perekant beton kedap air
Embeco ex MTC
f. Setelah Floor drain dan clean-out terpasang, pasangan harus rapih waterpass,
dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.

10. Pekerjaan Metal Sink (Bak Cuci)


a. Sink yang digunakan adalah Satailess steel untuk dapur dan pantry untuk ,
lubang diameter 2” dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor
drain dan dopvercrhroom dengan draad untuk clean-out.
b. Sinkdipasang di tempat-tempat sesuai gambar
c. Sink yang dipasang harus sudah diseleksi baik dan disetujui MK
d. Pada tempat tempat yang akan dipasang Sink, meja harus dilobangi dengan
rapih.
e. Hubungan pipa dengan beton/ lantai menggunakan perekant beton kedap air
Embeco ex MTC
f. Setelah Sink terpasang, pasangan harus rapih waterpass, dibersihkan dari noda-
noda semen dan tidak ada kebocoran.

122
SPESIFIKASI TEKNIS

E. PEKERJAAN PENYELESAIANDAN PEMBERSIHAN AKHIR

Pasal 1
Kontraktor wajib meneliti kembali pekerjaan pekerjaan yang telah diselesaikan serta
mengerjakan pembetulan pembetulan kekurangan, perbaikan perbaikan dan lain lain yang
masih harus disempurnakan.

Pasal 2
Setelah selesai seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan daerah kerja antara lain
mem-bongkar konstruksi konstruksi penolong, perlengkapan perlengkapan pembantu, bahan
bahan bekas tak terpakai sampai bersih seluruhnya sesuai petunjuk Direksi/Engineer/
Pengawas.

Pasal 3
Sisa sisa bahan bangunan, peralatan dan bangunan yang dibeli dengan biaya dari Proyek
adalah menjadi milik Proyek/Pemberi Tugas.

123
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB IV
SPESIFIKASI JABATAN KERJA KONSTRUKSI

1. TENAGA AHLI TERAMPIL/TENAGA UTAMA

a. Setiap kegiatan/pekerjaan perancangan, perencanaan, perhitungan dan gambar-gambar


konstruksi, penetapan spesifikasi dan prosedur teknis serta metode
pelaksanaan/konstruksi/kerja harus dilakukan oleh tenaga ahli yang mempunyai
kompetensi yang dipersyaratkan, baik pekerjaan arsitektur, struktur/sipil, mekanikal,
elektrikal, plumbing dan penataan lingkungan maupun interior dan jenis pekerjaan lain
yang terkait antara lain :

Tingkat Pendidikan/Ijazah Pengalaman kerja Keahlian (SKA)


No Jabatan minimal sejenis minimal
SKA Ahli Teknik Dermaga
1. Manajer Proyek S1 Teknik Sipil 4 tahun Muda Kode 208
SKA Ahli Teknik Bangunan
2. Manajer Teknik S1 Teknik Sipil 3 tahun Gedung Muda Kode 201

Manajer S1 Ekonomi/ Akuntansi


3. 2 tahun -
Keuangan

Pelaksana K3 SKA Ahli K3 Konstruksi


4. Konstruksi S1 Teknik Sipil 3 tahun Muda Kode 603

b. Setiap tenaga ahli tersebut pada butir 1. di atas harus mempunyai kemampuan untuk
melakukan proses manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian risiko) yang terkait dengan disiplin ilmu dan pengalaman profesionalnya,
dan dapat memastikan bahwa semua potensi bahaya dan risiko yang terkait pada bentuk
rancangan, spesifikasi teknis dan metode kerja/konstruksi tersebut telah diidentifikasi
dan telah dikendalikan pada tingkat yang dapat diterima sesuai dengan standar teknik
dan standar K3 yang berlaku;
c. Setiap kegiatan/pekerjaan pelaksanaan, pemasangan, pembongkaran,
pemindahan, pengangkutan, pengangkatan, penyimpanan, perletakan, pengambilan,
pembuangan, pembongkaran dsb., harus dilakukan oleh tenaga ahli dan tenaga terampil
yang berkompeten berdasarkan gambar gambar, spesifikasi teknis, manual, pedoman
dan standar serta rujukan yang benar dan sah atau telah disetujui oleh tenaga ahli yang
terkait;
d. Setiap tenaga ahli dan tenaga terampil dibidang K3 Konstruksi di atas harus melakukan
analisis keselamatan pekerjaan (job safety analysis) setiap sebelum memulai
pekerjaannya, untuk memastikan bahwa potensi bahaya dan risiko telah diidentifikasi
dan diberikan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan kerja dan/atau penyakit di
tempat kerja.

124
SPESIFIKASI TEKNIS

2. TENAGA PENUNJANG

Susunan personel penunjang yang dipersyaratkan adalah :

Tingkat
No Jabatan Pengalaman Keahlian
Pendidikan/Ijazah
kerja sejenis
minimal
SKA Ahli Teknik Mekanikal
1. Pelaksana Mekanikal S1 Teknik Mesin 2 tahun Madya Kode 301

2. Pelaksana Elektrikal S1 Teknik Elektro 2 tahun SKA Ahli Elektrikal Madya

3. Estimator SMA/SMK/STM 2 tahun SKT Juru Hitung Kuantitas

SKT Juru
4. Drafter SMA/SMK/STM 2 tahun Gambar/Draftman sipil
SKT Juru Ukur/Teknik
5. Juru Ukur SMA/SMK/STM 2 tahun Survey Pemetaan
Kode TS 004

6. Logistik SMA/SMK/STM 1 tahun -

125
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN KERJA KONSTRUKSI

1. Penyedia Jasa wajib menyediakan peralatan yang dibutuhkan pada pelaksanaan pekerjaan
sesuai yang di tawarkan pada pelelangan;
2. Penyedia Jasa wajib memobilisasi peralatan yang dibutuhkan pada pelaksanaan pekerjaan
sesuai yang di tawarkan sesuai dengan jadwal mobilisasi peralatan yang disepakati;
3. Kebutuhan Peralatan dalam pekerjaan adalah :

No Jenis Kapasitas (Min) Jumlah


1 Excavator PC200-8 0,97 m3 1 Unit

2 Stamper Menyesuaikan 2 Unit

3 Dump Truck 4 m3 3 Unit

4 Baby Roller 1,1 Ton 1 Unit

5 Concrete Vibrator 10 HP 2 Unit

6 Diesel/Genset 80 KVA 1 Unit

Dengan Ketentuan :
a. Alat yang merupakan milik sendiri agar menyampaikan bukti kepemilikan berupa
nota/kuitansi pembelian/bukti pembelian/KIR/STNK/BPKB, sedangkan untuk alat yang
merupakan sewa harus menyampaikan bukti berupa MOU atau Surat Perjanjian Sewa
Menyewa dengan pihak pemilik peralatan yang akan disewa. Bukti kepemilikan alat
yang disewa tersebut harus disampaikan dan harus atas nama
perusahaan/perseorangan yang menyewakan;
b. Semua peralatan harus dilampiri dengan foto yang menunjukkan jenis/merk/type yang
sama dengan yang disampaikan oleh penyedia. Apabila foto yang disampaikan
meragukan, maka akan diklarifikasi dan dilakukan pengecekan langsung;
c. Menyebutkan lokasi peralatan per kelurahan/ kecamatan dalam rangka pembuktian
peralatan lapangan;
d. Semua peralatan laik operasi dan berfungsi dengan baik;
e. Peralatan/fasilitas sebagaimana tercantum pada Tabel Peralatan di atas adalah
peralatan/fasilitas minimal yang wajib ditawarkan/diajukan/ disediakan oleh peserta
lelang dalam melakukan penawaran untuk pekerjaan ini. Apabila dokumen penawaran
tidak disertai dengan bukti kepemilikan/sewa peralatan maka dinyatakan tidak
memenuhi persyaratan (gugur teknis).

126
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB VI
RENCANA KESELEMATAN KERJA KONSTRUKSI

1. Rencana Keselamatan Kerja Konstruksi (RK3) memenuhi persyaratan sebagaimana


tercantum dalam LDP, yang memuat manajemen risiko dan rencana tindakan (minimal
sesuai identifikasi bahaya yang ditentukan PPK), meliputi :
2. Penjelasan manajemen risiko meliputi mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko, dan
mengendalikan tingkat risiko;
3. Penjelasan rencana tindakan meliputi sasaran umum, sasaran khusus, dan Program K3;

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA &


NO URAIAN PEKERJAAN
RISIKO K3

A PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi Kecelakaan pada saat lalulintas pekerjaan,
Terpapar panas dan debu, Tertimpa alat
1.2 Pembuatan Direksi Keet
kerja, Terkena Benda Tajam.
Terpapar panas dan debu, Tertimpa alat
1.3 Pembuatan Gudang Kerja
kerja, Terkena Benda Tajam.
Terpapar panas dan debu, Tertimpa alat
1.4 Pembuatan Barak Pekerja
kerja, Terkena Benda Tajam.
Kecelakaan pada saat lalulintas pekerjaan,
1.5 Pek. Pagar Proyek Terjatuh ke lubang, Terpapar debu, Tertimpa
alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terpapar debu, Tertimpa alat kerja, Terkena
1.6 Pek. Papan Nama Proyek
Benda Tajam.
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam,
1.7 Pek. Pengadaan Air & Listrik kerja
Terkena arus listrik.
Kecelakaan pada saat lalulintas pekerjaan,
1.8 Dokumentasi Proyek Terjatuh ke lubang, Tertabrak alat kerja,
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
1.9 Pek. Shop Drawing & Asbuilt Drawing Terkena benda tajam
Kecelakaan pada saat lalulintas pekerjaan,
1.10 Pek. Pembersihan Lapangan Terjatuh ke lubang, Tertabrak alat kerja,
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
B PEKERJAAN MOVEABLE BRIDGE

2 PEKERJAAN MB (MOVEABLE BRIDGE


Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.1 Pekerjaan Konstruksi Baja dan Aksesorisnya
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Penggantung Hidrolik silinder termasuk
2.2 Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
angkurnya, handralling dan tangga
Kecelakaan pada saat lalulintas pekerjaan,
Gelagar Utama (Main Beam) (1.100 x 300 x
2.3 Terjatuh ke lubang, Alat Kerja Terguling,
16 x 30 ) Jembatan Termasuk Cuntilever
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.4 Balok Pengangkat, Bushing
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Balok Melintang (Cross Beam) (WF 500 x Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.5
200 x 10 x 16), Termasuk Plat Pengaku Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.

127
SPESIFIKASI TEKNIS

Balok Melintang Bagian Depan (Front Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.6
Beam) Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Balok Melintang Bagian Belakang (End Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.7
Beam) Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Balok Memanjang Longitudinal (Stangger Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.8
Beam) (WF 300 x 150 x 6,5 x 9) Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Balok Pengangkat (Lifting Beam) (900 x Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.9
300 x 16 x 30) Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam,
2.10 Grating Lantai Mb (Hot Dip. Galvanis)
Terkena arus listrik.
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.11 Chekered Plate, Hot Dip. Galvanis
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.12 Dudukan Engsel Movable Bridge
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Roda Penuntun (Guide Roller) dan Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.13
assesoriesnya Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Landasan Roda Penuntun Plate , Termasuk Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.14
Angkurnya Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Guard Rail, Accessories dan Post pipa di Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.15
Galvanis Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.16 Sackle dan Shaftnya Komplit
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Joint Plate Penghubung Hidrolik silinder Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.17
dengan Lifting bracket termasuk Shaftnya Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Hook penggantung MB t=70 mm termasuk Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.18
shaft dan Accesories Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Joint Plate Penghubung Lifting Beam Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.19
dengan Hook Penggantung Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Joint Plate Penghubung Lifting Beam Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.20
dengan Hidraulik Silinder Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Shaft Engsel MB, Dilapisi Hard Croom Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.21
material S45C dengan Greas Nipple Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.22 Engsel Movable Bridge
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.23 Erection Kontruksi MB
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
2.24 Finis galvanis
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
3 Pek. Mekanikal dan Elektrikal (Pengadaan Material, Pabrikasi dan Pemasangan)
Hidraulik Silinder Rod dia. 120 mm, stroke Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
3.1
2500 mm Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Hidraulik Power Unit, Elektrik Motor 7.5
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
3.2 KW, Emergensi Engine 10 Hp (term. Oli
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
hidr.)
Pipa oli hidraulik silinder secara lengkap Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
3.3
dia. 3/4" dan dia. 1/2" stainless steel Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
schedule 40, joint flange, elbow, flexible
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
3.4 joint, support dan material lainnya
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
(termasuk test pressure dan oil flushing)
Kontrol desk, panel distribusi, kabel dan
Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
3.5 konduitnya baik jaringan didalam rumah
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
mesin

128
SPESIFIKASI TEKNIS

Power supply, Genarator Kapasitas 40


Terjepit Material, Tertabrak alat kerja,
3.6 KVA, sylent type termasuk panel dan
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
kelengkapan lainnya
Lampu Sorot 400 watt lengkap dengan Tersengat arus Listrik dari instalasi Kabel
3.7
Instalasi dari Ruang kontrol ke Tiang Portal Listrik
C PEKERJAAN BANGUNAN
4 PEKERJAAN PENDAHULUAN
Kecelakaan pada saat lalulintas pekerjaan,
4.1 Pekerjaan Pembersihan Lapangan Terjatuh ke lubang, Terpapar debu, Tertimpa
alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Kecelakaan pada saat lalulintas pekerjaan,
4.2 Pekerjaan Pasangan Bauwplank Terjatuh ke lubang, Terpapar debu, Tertimpa
alat kerja, Terkena Benda Tajam.
5 PEKERJAAN PONDASI
Terjatuh ke Lubang, Tertabrak alat kerja,
5.1 Pekerjaan Pondasi Utama
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjatuh ke Lubang, Tertabrak alat kerja,
5.2 Pekerjaan Pondasi Tangga
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
6 PEKERJAAN BAJA DAN BETON
Terpapar Debu, Tertusuk benda tajam,
6.1 Pekerjaan Sloof Beton Bertulang Terkena Campuran beton, Tertimpa alat
kerja, Terkena Benda Tajam.
Terpapar Debu, Tertusuk benda tajam,
6.2 Pekerjaan Kolom Baja Terkena Campuran beton, Tertimpa alat
kerja, Terkena Benda Tajam.
Terpapar Debu, Tertusuk benda tajam,
6.3 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Terkena Campuran beton, Tertimpa alat
kerja, Terkena Benda Tajam.
7 PEKERJAAN PASANGAN DAN PLASTERAN/ACIAN
Terjepit Material, Terjatuh, Terpapar debu,
7.1 Pasangan Dinding Lantai 1
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
8 PEKERJAAN KOSEN, PINTU, JENDELA & VENTILASI
Terjepit Material, Terjatuh, Tertimpa alat
8.1 Kusen Pintu dan jendela
kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Terjatuh, Tertimpa alat
8.2 Daun Pintu
kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Terjatuh, Tertimpa alat
8.3 Daun Jendela
kerja, Terkena Benda Tajam.
9 PEKERJAAN LANTAI
Kecelakaan pada saat lalulintas pekerjaan,
Terjatuh ke lubang, Tertabrak alat kerja,
9.1 Timbunan Tanah
Terpapar debu, Tertimpa alat kerja, Terkena
Benda Tajam.
Terjatuh ke lubang, Terpapar debu,
9.2 Urugan Pasir Bawah Lantai
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Terjatuh, Terpapar debu,
9.3 Wiremesh
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Terjatuh, Terpapar debu,
9.4 Lantai Beton Cor
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Terjatuh, Terpapar debu,
9.5 Keramik Lantai
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.

129
SPESIFIKASI TEKNIS

Terjepit Material, Terjatuh, Terpapar debu,


9.6 Keramik Dinding
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
10 PEKERJAAN FINISHING
10.1 Pengecatan Terjatuh, Terpapar bau, Tertimpa alat kerja.
Terjatuh, Terpapar debu, Tertimpa alat
10.2 Waterproofing
kerja.
11 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
Terjepit Material, Terjatuh, Tersetrum,
11.1 Instalasi Kabel
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Terjatuh, Tersetrum,
11.2 Lampu
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Terjatuh, Tersetrum,
11.3 Saklar
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
Terjepit Material, Terjatuh, Tersetrum,
11.4 Stop Kontak
Tertimpa alat kerja, Terkena Benda Tajam.
12 PEKERJAAN LAIN LAIN
Terjatuh ke laut, Tertimpa alat kerja, Terjepit
12.1 Pekerjaan Railing Alat kerja, Terpapar panas dan debu.

Terjatuh ke lubang, Tertimpa alat kerja,


12.2 Pembersihan Akhir Terjepit Alat kerja, Terpapar panas dan
debu.

130

Anda mungkin juga menyukai