Anda di halaman 1dari 34

BAB IV

PENDEKATAN DAN METODELOGI

4.1 PENDEKATAN PERENCANAAN


Pendekatan perencanaan dalam penyusunan Rencana Penyusunan Grand Design
Sport Center Kabupaten Keerom ini adalah upaya penataan pemanfaatan ruang untuk
memfungsikan kawasan perencanaan sebagai kawasan olahraga yang refresentatif,
lengkap, multi fungsi, nyaman, asri, terpadu dan berwawasan lingkungan .
Penjabaran dari pendekatan perencanaan tersebut tercermin dalam tahapan-tahapan
kegiatan sebagai berikut :
 Identifikasi kondisi lapangan dengan melakukan pengumpulan data primer dan sekunder
melalui survey instansional maupun pengamatan lapangan.
 Tabulasi dan kompilasi data yang didapat dari hasil identifikasi lapangan sehingga data
tersusun secara sistematis dan terstruktur dalam bentuk diskriptip, tabulatif, grafis dan
diagramatis agar mudah untuk dipahami dan fungsional untuk bahan analisis dan
perumusan rencana.
 Analisis pengembangan kawasan yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
perencanaan yang sesuai dengan karakter wilayah perencanaan dan standart/ketentuan
perencanaan yang berlaku, sehingga dapat digunakan sebagai dasar daam penyusunan
rumusan rencana.
 Penyusunan rumusan rencana yang memberikan beberapa alternatif pengembangan
kawasan dengan berbagai keuntungan dan kekurangannya, yang akan ditawarkan pada
instansi terkait pada forum seminar.
 Penetapan rencana terpilih berdasarkan masukan dan koreksi dari forum seminar

4.2 METODE SURVEY


Metode survey yang digunakan pada dasarnya untuk mendapatkan selengkap dan
IV-34

seakurat mungkin data primer dan sekunder sesuai yang dibutuhkan. Kegiatan survey
dilakukan dalam 3 bentuk, yaitu :
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
1. Survey Instansional
Merupakan survey yang diakukan pada instansi pemerintah/swasta untuk mendapatkan
data sekunder, dengan menggunakan metode :
Metode Statistik
Untuk mentabulasikan data mentah yang didapat baik secara kuaitatif maupun
kuantitatif untuk memudahkan penggunaannya. Untuk menyetarakan satuan
data yang bersifat kualitatif dapat digunakan angka indeks atau tabulasi distribusi
frekuensi.
Metode Kuesioner
Untuk mendapatkan data kualitatif dari responden melalui daftar isian. Pada
prinsipnya metode ini mendasarkan pada laporan diri sendiri (self reports)
dengan pertimbangan :
 Responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
 Apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneiti adalah benar dan dapat
dipercaya.
 Interpretasi responden terhadap pertanyaan yang diajukan padanya adaah
sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti.
Selain kedua metode di atas, juga dilakukan pengumpulan data berupa peta yang
berisikan informasi tentang kondisi topografi, daya dukung tanah, rencana tata ruang
kawasan perencanaan serta sekitarnya. Selain itu semua informasi yang berkaitan
tentang fasilitas, sarana dan prasarana olah raga masing-masing cabang olah raga yang
ada di Provinsi Papua. Data ini di ambil dari instansi, masing-masing dari: Badan
Pertanahan Nasional, Dinas Pertanian (Balitra), Bappeda, dan KONI.
2. Survey Lapangan
Survey untuk mendapatkan data primer dengan pengamatan langsung dilapangan,
yang dilakukan menggunakan metode :
Metode Pengukuran Lapangan
Untuk membuat peta dasar berupa peta garis berskala 1 : 1.000 sampai dengan
1 : 10.000 yang dilakukan dengan pengukuran poligon maupun waterpass.
Metode Pengamatan Lapangan
Dengan mengamati secara langsung kondisi fisik lapangan, meliputi kondisi fisik
IV-34

lahan, pola pemanfaatan, kondisi bangunan, jaringan jalan, utilitas serta estetika
kota. Hasil pengamatan dituangkan pada lembaran peta hasil pengukuran.
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
3. Survey Wawancara
Dilakukan jika data dari dua survey diatas kurang mencukupi, atau perlu adanya
konfirmasi data lebih lanjut karena kurang akurat. Metode survey yang digunakan
adalah :
Metode Interview
Dengan jalan melakukan tanya papuab sepihak (surveyor lebih dominan dalam
pembicaraan) yang dilakukan secara sistematik dan berlandaskan tujuan
pengamatan.
Metode Non Formal
Untuk menentukan derajat dampak lingkungan dari suatu kegiatan, khususnya
pada saat kurangnya data untuk menggunakan metode matematis dan metode
lainnya atau tidak adanya metode yang representatif yang dapat
menggambarkan dinamika sistem yang ditelliti.

IV-34
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA GRAND DESIGN SPORT CENTER KABUPATEN KEEROM
P
E
R
LATAR BELAKANG S
KEBIJAKSANAAN I
A
P
IDENTIFIKASI RUTRK A
KEBUTUHAN RDTRK N
PENYUSUNAN Rencana/Studi Lainnya S
U
RENCANA TAPAK R
V
KAWASAN
E
Y

P
RONA KAWASAN E
N
Penggunaan Lahan POTENSI G
POTENSI // MASALAH
MASALAH &
& FUNGSI
FUNGSI O
Fisik Dasar /PERANAN PENGEMBANGAN
/PERANAN PENGEMBANGAN L
Kependudukan KAWASAN A
KAWASAN
Sarana & Prasarana H
Sos-Ek-Bud Masyarakat A
Aspek Bangunan & Lingk. N

D
A
T
A

ANALISIS ANALISIS
ANALISIS INTERNAL
INTERNAL KAWASAN
KAWASAN
ANALISIS EKSTERNAL
EKSTERNAL &
KAWASAN
KAWASAN DASAR
DASAR
Analisis
Analisis Fungsi
Fungsi && Peranan
Peranan kawasan
kawasan Analisis
Analisis Pola
Pola Peruntukan
Peruntukan Tapak
Tapak A
PERTIMBANGAN
PERTIMBANGAN Analisis N
Analsa
Analsa Sistem
Sistem Transportasi
Transportasi Regional
Regional Analisis Kesesuaian
Kesesuaian Tapak
Tapak
Analisa
Analisa Sistem
Sistem Pusat
Pusat Pelayanan
Pelayanan Analisis
Analisis Sistem
Sistem Hubungan
Hubungan A
Analisis
Analisis Tata
Tata Hijau
Hijau L
Analisis
Analisis Tata
Tata Bangunan
Bangunan && Lingkungan
Lingkungan I
Analisis
Analisis Kebutuhan
Kebutuhan Prasarana
Prasarana && Sarana
Sarana S
Analisis
Analisis Sistem
Sistem Penanda
Penanda && Wajah
Wajah Jalan
Jalan A
Analisis
Analisis Struktur
Struktur Ruang
Ruang Kawasan
Kawasan

KONSEP PANDUAN
PANDUAN DESAIN
DESAIN P
PENGEMBANGAN (DESIGN
(DESIGN GUIDELINES)
GUIDELINES) E
R
TAPAK KAWASAN U
Guidelines
Guidelines Bangunan
Bangunan M
Guidelines
Guidelines Lingkungan
Lingkungan U
S
RENCANA
RENCANA TAPAK
TAPAK KAWASAN
KAWASAN A
N
Rencana
Rencana Pengembangan
Pengembangan Bangunan
Bangunan DETAIL
DETAIL DESAIN
DESAIN JALAN
JALAN R
Rencana
Rencana Peruntukan Lahan
Peruntukan Lahan UTAMA
Rencana UTAMA KAWASAN
KAWASAN E
Rencana Tata
Tata Letak
Letak Bangunan
Bangunan N
Rencana
Rencana Sistem Pergerakan
Sistem Pergerakan C
Rencana
Rencana Penataan
Penataan Bangunan
Bangunan A
IV-34

Rencana N
Rencana Ruang
Ruang Terbuka
Terbuka INDIKASI
INDIKASI PROGRAM
PROGRAM A
Rencana
Rencana Utilitas
Utilitas Lingkungan
Lingkungan
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Pendekatan yang digunakan dengan mengumpulan pendapat para ahli
berdasarkan analogi.

4.3 METODE PERENCANAAN


Metode perencanaan yang akan digunakan sebagai metode pemecahan masalah
pada dasarnya berpijak dari prinsip-prinsip dasar perencanaan serta untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang diharapkan, yang meliputi pendekatan sebagai berikut :
4.3.1 Kajian Arah dan Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan
Kajian terhadap berbagai kebijaksanaan pembangunan dalam lingkup kota dan
kabupaten, meliputi kebijaksanaan spasial (tata ruang) dan sektoral, yang berkaitan dengan
pengembangan kawasan. Kajian kebijaksanaan spasial meliputi RTRW Kabupaten Keerom,
dan beberapa kebijakan sektoral. Untuk kebijaksanaan sektoral menyangkut kebijaksanaan
pengembangan dari instansi/badan usaha yang berkaitan dengan wilayah perencanaan,
termasuk kebijaksanaan pola dasar pembangunan dan Renstra.
4.3.2 Kajian Makro Kawasan
Memberikan penilaian terhadap kebijaksanaan wilayah, dengan tujuan untuk
memantapkan fungsi dan peranan kawasan perencanaan. Analisis juga dilakukan terhadap
sistem transportasi regional, yang diduga akan berpengaruh terhadap pengembangan
kawasan nantinya, aspek-aspek yang dianalisis antara lain :
 Fungsi jaringan jalan regional
 Pola pergerakan regional (orang, barang dan jasa)
 Indikasi dampak jaringan regional terhadap pergeseran pemanfaatan ruang.
 Analisis kebutuhan pengamanan kawasan lindung di sekitarnya

4.3.3 Kajian Kesesuaian Lahan untuk Kegiatan


Bertujuan untuk mengetahui potensi sumberdaya dan keterbatasan lahan bagi
pengembangan kawasan, metode yang digunakan adalah ”Metode Super Impose“
yaitu analisa peta secara tumpang tindih dari beberapa peta variabel untuk mendapatkan
hasil akhir yang terpadu. Variabel yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian lokasi
kegiatan :
1. Kecenderungan Perkembangan Lokasi
IV-34

Asumsi : Tingkat perkembangan suatu lokasi (aktivitas dan land use)


mengindikasikan fungsi lokasi dan potensi kegiatan yang sesuai untuk
Halaman

dialokasikan.

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Parameter yang digunakan adalah :
a. Aksesibilitas Lokasi
untuk mengetahui besarnya keterjangkauan suatu lokasi dalam pencapaiannya,
dengan indikator penilaian terdiri dari :
Ketersediaan dan daya jangkau terhadap sarana transportasi (terminal,
angkutan umum, pelabuhan, lapangan udara)
Ketersediaan dan daya jangkau terhadap prasarana transportasi (kelas, kondisi
dan perkerasan jalan)
Sistem pusat pelayanan (pusat kota, BWK, unit lingkungan, kecamatan,
kawasan fungsional dll)
b. Intensitas Penggunaan Lahan (IPL) wilayah sekitar
semakin tinggi IPL suatu lokasi menunjukan tingginya aktifitas dan produktivitas
kegiatan persatuan lahan dilokasi tersebut, dengan indikator penilaian :
Intensitas kegiatan
Kerapatan bangunan
c. Arah Trend Pergeseran Lahan kawasan sekitarnya
trend pergeseran lokasi mengikuti pola sebagai berikut :
Menuju lahan kosong (perumahan, sosial dan pemerintahan)
Menuju kemudahan proses produksi dan distribusi (kegiatan industri)
Menuju akses konsumen/pasar (kegiatan jasa, retail, perdagangan)

2. Daya Dukung Ruang


Asumsi : Kemampuan lahan yang menyangkut kelayakan dan limitasi akan
menentukan dan membatasi jenis, volume dan intensitas kegiatan yang
sesuai untuk dialokasikan, dengan tujuan keamanan dan optimalisasi
kegiatan diatasnya.
Parameter yang digunakan adalah :
a. Ketersediaan Ruang
Alokasi jenis dan volume kegiatan bergantung pada ketersediaan ruang yaitu :
 Tersedianya lahan kosong
 Alih fungsi bangunan pada lahan terbangun
IV-34

 Redevelopment
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
b. Status dan Nilai Lahan
Status dan nilai lahan menentukan alokasi kegiatan dan implementasi rencana
dilapangan meliputi, seperti tanah negara relatif menunjang bagi pelaksanaan
pembangunan fasilitas sosial dan umum, karena proses alih fungsi lahan relatif
lebih mudah dilakukan dibandingkan tanah hak milik pribadi.
c. Kelayakan Lahan
Merupakan gambaran layak tidaknya suatu kegiatan dialokasikan berdasarkan
batasan dan karakter fisik lahannya, dengan indikator :
 Sempadan sungai, mata air dan pantai
 Daerah tergenang dan daerah resapan air (catchment area)
 Kemampuan lahan (topografi, geologi, hidrologi, jenis tanah dll)
 Sawah beririgasi teknis
 Kawasan lindung (suaka alam, cagar budaya, lindung setempat dll)

3. Karakter dan Jenis Kegiatan


Asumsi : Suatu kegiatan akan optimal jika dialokasikan pada lokasi yang sesuai
dengan karakter dan jenis kegiatannya serta keterkaitannya dengan alokasi
kegiatan lainnya.
Dengan demikian dari hasil analisis kecenderungan perkembangan dan daya dukung
ruang akan didapatkan rekomendasi tentang kegiatan yang memungkinkan dialokasikan
pada ruang kawasan sesuai dengan karakter dan jenis kegiatannya.

4.3.4 Kajian Penataan Tapak Kawasan


A. Konsep Dasar Perancangan Kawasan
a. Citra kawasan, citra kawasan menurut Kevin Lynch terbagi menjadi 5 kelompok,
yaitu :
Pathway (jalur sirkulasi)
Pathways merupakan penghubung (chanel) dimana
seseorang biasanya melalui jalur tersebut. Pathways ini
dapat merupakan jalan, tempat pejalan kaki, kanal,
jalan kereta api, dll. Kesan ini umumnya diperoleh
IV-34

ketika seseorang melakukan suatu perjalanan.


Halaman

Landmark (tanda kota)

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Landmarks merupakan titik referensi dimana pengamat
meninjau secara eksternal. Landmarks ini dapat
berupa; bangunan, tanda tertentu, gunung dan
lain-lain. Skala landmarks dapat berskala kota ataupun
lingkungan. Landmarks ini juga merupakan suatu
petunjuk terhadap kawasan tertentu.
Nodes (pusat aktivitas)
Nodes merupakan titik atau lokasi yang strategis
dimana pengamat dapat memasuki kegiatan tersebut.
Lokasi ini umumnya mempunyai intensitas kegiatan
yang tinggi, ataupun dapat juga merupakan konsentrasi
kegiatan dalam skala tertentu, misalnya sudut jalan.
Node ini umumnya merupakan pusat dari satu district.

Edges (perbatasan wilayah)


Edges merupakan suatu pembatas antar kegiatan atau
antar jenis penggunaan. Edges ini dapat berupa pantai,
antar bangunan dengan ruang terbuka, atau antar
kegiatan yang sangat terlihat perbedaan jenisnya.
Edges ini dapat berupa pembatas, atau kegiatan yang
dapat terpenetrasi.
Distrik (kawasan yang berbeda bentuk dan besarnya dibandingkan
dengan kawasan lain)
Distrik merupakan kawasan yang memiliki kesamaan
karakter dan pengamat umumnya meninjau secara
kedalam. Distrik ini juga sering digunakan untuk
referensi eksterior.

b. Konsep Ruang Luar, konsep ruang luar menurut Yoshinobu Ashihara terbagi
atas :
1. Fungsi ruang luar
Ruang luar harus direncanakan sesuai dengan fungsi yang diberikan apakah
IV-34

sebagai ruang diam (statis) ataukah ruang bergerak (dinamis).


2. Skala ruang luar
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Untuk menghindari kebosanan dalam penataan ruang luar, perlu dilakukan
perubahan kualitas ruang pada setiap jarak 21-24 meter. Modul tersebut
merupakan skala ruang luar.
3. Hirarki ruang luar
Ruang luar mempunyai hirarki mulai dari tingkatan public sampai private atau
sebaliknya. Hirarki ruang membawa konsekuensi pada besaran ruang luar
dan penyediaan perabot ruang luar.
4. Pelingkupan (enclose) ruang luar
Ruang luar dapat terbentuk karena adanya pelingkupan atau enclose ruang
luar yang dibentuk oleh elemen-elemen ruang luar. Agar dapat melingkupi
dengan baik, elemen ruang luar tersebut setidak-tidaknya harus dapat
memutus pandangan mata manusia atau dengan ketinggian lebih dari tinggi
mata manusia (lebih dari 160 cm).
c. Unsur Penting Perancangan Kota, unsur penting dalam perancangan kota
menurut Hamid Shirvani, adalah :
1. Acces
Adalah kriteria yang menekankan kemudahan, kenyamanan, keamanan untuk
mencapai tujuan.
2. Compability
Adalah kesesuaian tata letak ditinjau dari segi estetika terhadap tapak,
kepadatan, skala, bentuk masa, warna.
3. Views
Adalah kriteria yang berkaitan dengan kejelasan struktur fisik untuk
kepentiangan orientasi.
4. Identity
Adalah identitas yang menonjolkan nilai arsitektural, nilai estetika, kegiatan
dan nilai lain yang menjadikan kota bisa dipahami secara visual.
5. Sense
Adalah kriteria yang menekankan pada ciri fisik lingkungan yang dibentuk
oleh nilai budaya yang ada.
IV-34
Halaman

6. Livability

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Adalah kenyamanan untuk tinggal, kriteria ini sangat sulit didefinisikan lebih
lanjut karena menyangkut kebutuhan maupun keinginan berbagai pihak yang
sangat bervariasi.
d. Unsur Utama Perancangan Kawasan, menurut Kenzo Tange, yaitu :
1. City Gate merupakan kelompok bangunan-bangunan yang lokasinya berada
pada pertemuan jalur transportasi utama dengan pusat distrik perkantoran
dan bisnis yang dihubungkan dengan jalan raya dan jalur kereta api.
2. City Wall, merupakan deretan bangunan-bangunan berlantai banyak yang
ditempatkan disepanjang as-as utama wilayah perencanaan. City wall
digunakan untuk melingkupi (men-enclose) ruang luar yang diinginkan,
antara lain ruang luar yang dibentuk oleh pertemuan as-as utama.
3. Public Space, merupakan ruang luar yang sangat diperlukan bagi kehidupan
kota, selain untuk menunjang kegiatan waktu senggang.

B. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi tidak begitu saja terjadi secara kebetulan, sistem sirkulasi dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu:
Sistem Grid
Sistem Grid biasanya terjadi karena adanya
perpotongan jalan yang sama tegak lurus satu sama lain
dengan lebar jalan yang rata-rata sama. Sistem Grid ini
mudah diikuti karena orientasinya mudah, sehingga
dapat digunakan untuk mendistribusikan arus lalu lintas
yang kompleks apabila hirarkhi jalan telah ditetapkan.
Sistem Radial
Suatu sistem radial mengarahkan arus lalu lintas
menuju suatu pusat umum yang padat dengan berbagai
aktivitas, namun pusat tersebut dapat tumbuh
sedemikian rupa sehingga sulit diatur. Karena pusat itu
bersifat tetap dan kaku sehingga sulit diubah, maka
sistem ini tidak seluwes Sistem Grid.
IV-34

Sistem Linier
Pada dasarnya Sistem Linier merupakan pola garis lurus
Halaman

yang menghubungkan dua titik penting, misalnya jalur

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
rel kereta api, kanal atau terusan, jalan raya antar kota,
dan sebagainya. Mengingat sifatnya, sistem ini
cenderung mudah mengalami kepadatan atau
kemacetan lalu lintas. Untuk mengatasinya diadakan
suatu penyaluran yang dikenal dengan sistem loop,
suatu jalan “melambung” yang keluar dari jalur utama
disuatu titik untuk kemudian kembali lagi masuk ke
jalur utama tadi di titik yang lain.
Sistem Kurva linier
Sistem Kurva linier merupakan gabungan dari pola garis
lurus dan garis lengkung yang memanfaatkan topografi,
dengan cara mengikuti bentuk lahan sedekat mungkin.
Pada sistem kurva linier jalan-jalan tembusnya lebih
sedikit dibanding dengan sistem Grid. Cul - de - sac
atau jalan buntu yang mempunyai panjang maksimum
150 meter, yang sering digunakan. Dengan sistem
kurva linier, suasana jalan menjadi lebih menarik
karena bervariasinya pemandangan, jenis serta panjang
jalan dan mudahnya penyesuaian terhadap perubahan
topografi.
Modifikasi Grid
Pola ini pada dasarnya dari pola grid yang dimodifikasi
dengan sistem loop ditengahnya atau pada kedua sisi.
Pada bagian loop selain memungkinkan untuk kawasan
terbangun dan juga dapat digunakan sebagai ruang
terbuka hijau.

Cul De Sac
Pola ini dibuat dengan membuat pengelompokan pada
satu pola jaringan jalan secara tertutup. Pola ini akan
efisien bila jaraknya kurang 150 meter.
Loop
Pola ini dibuat dengan membuat sistem melingkar pada
IV-34

satu ruas jalan. Seperti halnya dengan pola grid yang


dimodifikasi, maka sistem loop ini pada bagian
tengahnya selain dapat digunakan sebagai kawasan
Halaman

terbangun juga dapat digunakan untuk ruang terbuka

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
hijau.

C. Elemen-elemen Pembentuk Estetika Kawasan


View
Yaitu amatan terhadap pemilihan sudut pandang yang dianggap paling baik dan
mempunyai nilai estetika khusus untuk penempatan suatu bangunan.
Intensitas Bangunan
Aspek yang terkait dengan intensitas bangunan ini adalah Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Tinggi Lantai Bangunan (TLB)
dan Garis Sempadan Bangunan (GSB).
Perabot Jalan
Yaitu amatan terhadap kebutuhan elemen-elemen penunjang kegiatan tertentu
yang penempatannya pada jalan. Contoh perabot jalan ini adalah : halte, lampu
penerangan, tempat sampah, telpon umum, papan reklame, rambu lalu lintas,
tanda-tanda (signage), dsb.
Penunjang Kegiatan
Yaitu amatan terhadap elemen kota yang mendukung dua atau lebih pusat
kegiatan umum di kawasan pusat kota yang mempunyai konsentrasi pelayanan
cukup besar. Elemen kota yang merupakan penunjang kota ini dapat berupa
sarana umum seperti taman, PKL, dsb.
Linkage System
Yaitu amatan terhadap adanya suatu hubungan dari pergerakan (aktivitas) yang
terjadi pada beberapa zona makro maupun mikro, dengan atau tanpa
keragaman fungsi, yang berkaitan dengan aspek-aspek fisik, historis,
ekonomi, sosial, budaya dan politik. Aspek-aspek yang terkait dalam
terbentuknya linkage system: pedestrian, sistem transportasi dan parkir.

Preservasi dan Konservasi


Preservasi adalah suatu upaya untuk melindungi bangunan, monumen dan
lingkungan dari kerusakan dan mencegah proses kerusakan yang terjadi.
IV-34

Konservasi adalah semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa


sehingga mempertahankan nilai kulturalnya. Konservasi ini mencakup kegiatan
Halaman

preservasi, restorasi, rekontruksi dan adaptasi.

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Ruang Terbuka Hijau
Merupakan penilaian terhadap seluruh bidang tanah yang tidak ditempati
bangunan. Pemilihan jenis tanaman dalam suatu perencanaan adalah suatu seni
dan juga ilmu pengetahuan, seni, karena menyangkut elemen desain seperti
warna, bentuk, tekstur dan kualitas desain yang berubah karena tanaman
dipengaruhi iklim, usia dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya.
1. Pemilihan jenis tanaman tergantung pada:
 Fungsi tanaman, disesuaikan dengan tujuan
perencanaan.
 Peletakan tanaman, juga disesuaikan dengan
tujuan dan fungsi tanaman.
2. Fungsi tanaman:
Tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja, tapi juga
berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan. Adapun fungsi dari tanaman
adalah Visual Control / Kontrol pandangan, Physical Barriers / Pembatas fisik,
Climate Control / Pengendali iklim, Erosion Control / Pencegah erosi, Wildlife
Habitats / Habitat binatang dan Aesthetic Values / Nilai estetis.
1. Visual Control
a. Menahan silau yang ditimbulkan matahari, lampu dan pantulan sinar:
Jalan Raya
` Dengan peletakan tanaman di sisi jalan atau di jalur
tengah jalan. Sebaiknya dipilih atau pohon perdu
padat.

Bangunan
Peletakan pohon, perdu, semak, groundcover dan
rumput dapat menahan pantulan sinar dari
perkerasan, air dan menahan jatuhnya sinar ke
daerah yang membutuhkan keteduhan

b. Ruang Luar
` Tanaman dapat dipakai sebagai dinding, atap, dan
IV-34

lantai. Dinding dapat dibentuk oleh border. Atap


dibentuk oleh pohon yang membentuk canopy atau
Halaman

oleh tanaman merambat pada pergola. Sebagai

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
lantai dapat digunakan rumput atau groundcover.
c. Privacy
` Tanaman dapat digunakan untuk membentuk kesan
“Privacy” yang dibutuhkan manusia.

d. Green Screen
` Dapat pula digunakan sebagi penghalang pandangan
terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk
dilihat seperti: sampah, galian, pembangunan dan
sebagainya

2. Physical Barriers
Pengendali pergerakan manusia dan binatang.
Tanaman dapat dipakai sebagai penghalang gerak manusia dan hewan, selain
itu dapat juga berfungsi untuk mengarahkan.
3. Climate Control
a. Kontrol radiasi matahari dan suhu.
` Vegetasi menyerap panas dari pancaran sinar
matahari dan memantulkannya sehingga
menimbulkan suhu dan mikroklimat.
b. Pengendali angin.
` Tanaman berguna sebagai penahan,
penyerap dan mengalirkan angin sehingga
menimbulkan iklim mikro. Jenis tanaman
yang dipakai harus diperhatikan tinggi,
bentuk, jenis, kepadatan / lebar.

c. Pengendali kelembaban.
Pengendali suara.
Tanaman dapat menyerap suara kebisingan bagi daerah yang
IV-34

membutuhkan ketenangan. Pemilihan jenis tergantung pada: tinggi, lebar


dan komposisi tanaman (kombinasi lebih dari satu jenis akan lebih efektif
Halaman

menyerap suara).

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Tanaman sebagai filter.
Tanaman sebagai filter / penyaring bau, debu, dan memberikan udara
segar.

4. Erosion Control
Kegiatan manusia dalam menggunakan lahan, selain menimbulkan efek negatif
terhadap kondisi tanah. Misalnya pembangunan bangunan, konstruksi,
pengolahan tanah dan sebagainya.
Kondisi tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi oleh karena pengaruh air hujan
dan hembusan angin yang kencang. Akar tanaman akan mengikat tanah sehingga
tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap pukulan air hujan dan tiupan angin.
Juga akan menahan air hujan yang jatuh secara tidak langsung ke atas tanah.
5. Wildlife Habitats
` Tanaman sebagai sumber makanan bagi
hewan dan sebagai tempat perlindungan nya.
Sehingga secara tidak langsung tanaman
membantu kelestarian binatang-binatang
tersebut.

6. Esthetic Values
Tanaman dapat memberikan nilai estetis dan menambah kualitas lingkungan
dari:
Warna : Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual tergantung
IV-34

pada refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Warna tanaman
dapat menarik perhatian manusia, binatang dan mempengaruhi emosi yang
Halaman

melihatnya.

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Bentuk : Bentuk tanaman dapat digunakan untuk menunjukkan bentuk 2 atau
3 dimensi, juga memberi kesan dinamis, indah, sebagai aksen, kesan lebar /
luas dan sebagainya.
Tekstur : Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh : cabang batang, ranting,
daun, tunas dan jarak pandang terhadap tanaman tersebut. Tekstur juga
mempengaruhi psikis dan fisik yang memandangnya.

Skala : Skala / proporsi tanaman adalah perbandingan tanaman dengan


tanaman lain atau perbandingan tanaman dengan lingkungan sekitarnya.

Nilai estetis didapat dari tanaman tidak hanya satu jenis saja, tapi dapat pula
dari kombinasi tanaman atau kombinasi tanaman dengan elemen lansekap
lainnya.

IV-34
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Tanaman dapat menimbulkan pola bayangan pada dinding, lantai dan
sebagainya, yang akan berubah-ubah bentuknya dan dipengaruhi oleh angin
dan waktu (jam), dan hal ini akan menciptakan suatu pemandangan yang
sangat menarik.
Tanaman yang diletakkan di sisi/di sekeliling danau atau kolam, dicerminkan
oleh permukaan air (refleksi) ,dan mengakibatkan suatu pemandangan yang
menarik. Pemilihan jenis tanaman untuk sekitar areal ini sebaiknya hanya
beberapa jenis tanaman saja, dan penempatannya dikelompokkan sesuai
dengan jenisnya masing-masing. Hal ini akan mempertinggi kualitas
lingkungan.
7. Peletakan Tanaman
Peletakan Tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan perencanaan tanpa
melupakan fungsi daripada tanaman yang dipilih.
Pada tahap peletakan ini harus pula dipertimbangkan “Kesatuan dalam desain”
(unity), yaitu:
Variasi / Variety.
Penekanan / Accent.
Keseimbangan / Balance.
Kesederhanaan / Simplicacity.
Urutan / Sequensce.

D. Konsep Dasar Estetika Kawasan


1. Keterpaduan (unity)
Pengertian unity adalah keterpaduan yang berarti tersusunnya beberapa unsur
menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi. Keterpaduan ini dapat tercapaii
IV-34

dengan bentuk geometris, sub ordinasi, dominasi dan bentuk-bentuk harmonis.


a. Bentuk Geometris
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Jenis keterpaduan yang pertama dan termudah adalah dari bentuk geometris
seperti piramida, kubus, bola, kerucut, silinder.

b. Sub Ordinasi
Jenis keterpaduan ini dilakukan dengan menimbulkan subordinasi dan
membuat penonjolan untuk unsur yang lebih penting. Untuk mencapai sub
ordinasi ini, maka dapat dicapai dengan membuat; mengorientasikan semua
unsur pada unsur utama, dengan perbedaan ukuran besarnya dan dengan
perbedaan tinggi.
c. Dominasi
Dominasi merupakan kebalikan dari sub ordinasi, yakni dilakukan dengan
memperbesar atau menonjolkan unsur-unsur yang lebih besar atau lebih
penting.

d. Bentuk Harmonis
Dicapai melalui bentuk-bentuk yang sama untuk mencapai keterpaduan yang
serasi.

2. Keseimbangan
Keseimbangan adalah suatu nilai yang ada pada setiap obyek yang daya tarik
visualnya di kedua sisi pusat keseimbangan atau pusat daya tarik adalah seimbang.
Bentuk keseimbangan ada dua macam yaitu :
a. Bentuk Keseimbangan Simetris
Merupakan keseimbangan dengan pusat keseimbangan di bagian tengah.
Keseimbangan ini mempunyai kemudahan untuk diatur tetapi bentuknya
IV-34

cenderung sederhana dan statis.


Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
b. Bentuk Keseimbangan Asimetris
Bentuk keseimbangan ini tercapai kalau ada daya tarik keindahan pada setiap
sisi pusat keseimbangan, meskipun bentuknya tidak sama.

3. Proporsi
Pada dasarnya proporsi ini menunjukkan adanya perbandingan. Proporsi meliputi
proporsi modular, dan berdasarkan fungsi.
a. Proporsi modular
Proporsi ini dicapai melalui perbandingan yang sama dalam semua bagian.
Pengulangan dari ukuran yang sama atau angka perkalian sederhana seringkali
memudahkan perbandingan proporsi yang harmonis.
Proporsi pola bujursangkar dan empat persegi panjang

Proporsi pola segitiga dalam bujursangkar dengan segi


lima dan bintang lima

Proporsi dicapai dengan aturan matematika dan garis-


garis tengah
IV-34
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
b. Proporsi berdasarkan fungsi
Proporsi dalam bangunan digunakan untuk menentukan ukuran luas dan tinggi
ruang. Proporsi menurut Violet-le-Duc menyatakan bahwa proporsi
menunjukkan hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya hubungan
yang logis, penting dan karakteristiknya sedemikian rupa sehingga juga
memuaskan akal dan mata.
4. Skala
Pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu skala heroik, skala natural, dan
skala intim.
a. Skala Heroik
` Skala heroik bertujuan untuk membuat
bangunan nampak sebesar-besarnya untuk
membangkitkan semangat dan kekuatan serta
kekaguman bagi mereka yang melihatnya.

b. Skala Natural
` Merupakan upaya penampakan agar
bangunan nampak sebagaimana adanya,
menurut ukuran yang sebenarnya. Skala
natural dapat diperoleh dengan pemecahan
masalah fungsional secara wajar.
c. Skala Intim
` Merupakan penciptaan skala agar bangunan
atau ruang kelihatan kecil dari ukuran
sebenarnya, tetapi bukan berarti memperkecil
semua ukuran.

5. Irama
Irama adalah nilai yang dicari manusia yang letaknya di antara menjemukan dan
IV-34

mengacaukan, antara kesepian dan keributan antara monoton dan rumit.


a. Irama progesif
Halaman

` Irama progesif merupakan pengulangan tetapi


tidak ada bentuk yang sama atau jarak yang

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
sama yang diulang. Semua berubah tetapi
perubahannya yang teratur sehingga bentuk
yang satu mirip dengan bentuk yang lain.
b. Irama terbuka dan tertutup
` Irama terbuka adalah pengulangan bentuk
yang sama dengan jarak yang sama tanpa
menentukan suatu permulaan atau
pengakhiran.

Irama tertutup adalah pengulangan bentuk


dan jarak yang sama dan dengan pemberian
awalan dan akhiran yang lain bentuknya atau
ukurannya lain atau jaraknya lain.
c. Klimak
` Irama yang panjang disamping memerlukan
pembukaan dan penutupan, juga memerlukan
klimak.

6. Urut-Urutan (Sequence)
` Urut-urutan adalah suatu peralihan atau
perubahan pengalaman. Peralihan atau
perubahan pengalaman dari segi keindahan,
fungsi, dan bentuk struktur. Tujuan
merancang urutan-urutan adalah untuk
membimbing pengunjung ke tempat yang
dikehendaki dengan mempersiapkan bagi
klimaks yang dihadapi. Urutan-urutan
pengalaman menghendaki adanya persiapan,
pengalaman utama, dan pengakhiran.
7. Karakter
Dalam karakter dapat menceritakan tentang suasana, kesan, ekspresi fungsi,
IV-34

ekspresi struktur. Faktor-faktor yang mempengaruhi faktor bangunan adalah:


a. Berdasarkan ingatan.
Halaman

b. Berdasarkan reaksi emosi (kesan).


c. Berdasarkan penyajian fungsional.

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Salah satu cara untuk mendapatkan karakter pada suatu bangunan
adalah dengan menggunakan garis lurus, garis lengkung untuk
memberikan ekspresi yang diinginkan seperti santai, tenang, intim,
tegang, selamat datang, gembira dan lain-lain:
` .a Ga
ris-garis horisontal mengesankan kesantaian, istirahat,
ketenangan dan kepuasan.

.b Ga
ris-garis vertikal mengesankan keagungan, dramatis,
menimbulkan inspirasi.

.c Ek
spresi struktur; pola ini diperoleh dengan menonjolkan
struktur bangunan pada seluruh bangunan.

8. Warna
Warna sangat berperan untuk memperkuat bentuk, sehingga apabila
penggunaannya kurang berhati-hati justru akan merusak bentuk itu sendiri. Warna
akan memberikan ekspresi kepada jiwa atau pikiran manusia yang melihatnya.
Oleh karena itu warna sedikit banyak menentukan karakter.
a. Kontras Yang Serempak
Setiap warna mempengaruhi dan dipengaruhi oleh warna lainnya menurut
kadar nada, nilai, dan intensitasnya masing-masing.
b. Bayangan Warna Sesudahnya
Mata yang lelah karena melihat yang terpusat pada satu warna maka tingkat
kelelahan ini akan proporsional dengan intensitas warna yang bersangkutan.
1. Gaya
Gaya pada umumnya menunjuk pada : sejarah, bahan iklim, detail dan
kepribadian.
Menurut Sejarah
Gaya ini menganut pada masa atau zaman dari suatu karya, sebagai
IV-34

pengarah gaya berdasarkan sejarah ternyata banyak perubahan pada


satu periode sejarah sehingga sukar diidentifikasi gaya sebelumnya.
Halaman

Menurut Bahan

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Gaya dapat timbul dari memilih dan cara mengolah bahan bangunan
melalui disiplin dan kejujuran yang keras serta daya khayal yang peka
dapat dicapai gaya. Gaya dalam pemakaian bahan meliputi pencarian
cara mengolah bahan seekspresif mungkin sehingga sifat-sifat bahan
dapat ditonjolkan.
Menurut Iklim
Gaya ini lebih ditentukan oleh faktor iklim, seperti : angin, cahaya,
hujan dan matahari. Sebagai contoh daerah yang dingin menggunakan
tembok tebal dan hampir tidak ada overstek atap untuk masuknya sinar
matahari, sedangkan daerah tropis menggunakan overstek yang lebar
untuk menolak matahari dan beratap miring untuk aliran air hujan,
dinding yang tipis dll.
Menurut Detail
Adanya hubungan konsep antara bangunan dengan rancangan bagian
detail menciptakan gaya menurut detail. Apa yang ada dalam konsep
untuk seluruh bangunan harus terdapat pada setiap bagian bangunan
yang terkecil.
Menurut Kepribadian
Pada dasarnya gaya bangunan terutama datang dari kepribadian
perencana. Gaya ini didasarkan pada pemeliharaan dari berbagai cara
pemecahan yang akhirnya menunjukkan kepribadian perancang dalam
menampilkan gaya.
2. Bahan,
Pengetahuan tentang bahan ini diperoleh dengan mengetahui sifat,
kegunaan dan cara pemakaiannya sehingga dapat digunakan secara efektif
dan efisien.

a. Pemakaian Menurut Sifat


1. Bahan harus dipakai dengan cara
sedemikian rupa sehingga sifat-sifatnya yang asli tetap terjaga,
bukan dengan cara meniru bahan lain.
IV-34

2. Bahan harus digunakan dengan cara


yang ekonomis.
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
3. Bahan harus digunakan dengan cara
sedemikian rupa sehingga menonjolkan keistimewaannya, baik
keistimewaan struktural maupun visual.
4. Bahan harus digunakan sedemikian rupa
sehingga menjelaskan sejelas mungkin fungsinya.
b. Pemakaian Menurut Fungsi
1. Bahan yang dipilih harus yang sesuai
sifatnya dengan tujuan rancangan.
2. Bahan harus dipakai sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
E. Parkir
Kebutuhan akan lokasi parkir bagi pengguna kendaraan pribadi adalah cenderung
sedekat mungkin dengan tujuannya, sehingga suatu kawasan sangat perlu
menyediakan tempat parkir. Dalam mengatur perparkiran bukan kepentingan teknis
semata yang menjadi perhatian, melainkan juga menyangkut masalah keindahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu tempat parkir adalah :
Luas tempat parkir serta ukuran-ukurannya.
Sudut parkir, 90, 60 dan 45.
Arah arus lalu lintas ke tapak.
Tipe parkir untuk sendirian atau bersama-
sama dengan kendaraan
Lebar tempat parkir : 2,6 meter, 2,85 meter
dan 3 meter.
Lebar jalan masuk.
Pengaturan sirkulasi dalam daerah parkir baik
untuk kendaraan maupun untuk pedestrian.
Faktor-faktor estetika.
Drainase daerah parkir.
Jarak capai jalan kaki maksimum dari tempat
parkir.
Pemisahan antara tempat parkir khusus dan
IV-34

parkir umum.
Untuk kebutuhan tempat parkir pada kawasan permukiman, pada umumnya tidak
Halaman

menggunakan lahan parkir khusus atau lahan parkir yang digunakan untuk bersama,

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
namun hanya diperlukan lahan parkir untuk perorangan yaitu di depan rumah masing-
masing. Sedangkan jenis parkir yang dipergunakan adalah jenis paralel.
Untuk kebutuhan tempat parkir pada kawasan permukiman, pada umumnya tidak
menggunakan lahan parkir khusus atau lahan parkir yang digunakan untuk bersama,
namun hanya diperlukan lahan parkir untuk perorangan yaitu di depan rumah masing-
masing. Sedangkan jenis parkir yang dipergunakan adalah jenis paralel. Di bawah ini
beberapa gambar jenis parkir.

Parkir 90° Parkir 45° Parkir 60°

F. Pedestrian
Salah satu unsur lagi yang sangat penting dalam merancang pola pergerakan pada
kawasan adalah perancangan untuk pejalan kaki, pentingnya perancangan ini bukan
hanya terkait pada penyediaan dan keindahan saja tetapi terkait dengan semua sistem
secara keseluruhan. Karakter dari pejalan kaki adalah :
 Pejalan kaki biasanya berjalan pada sisi
kanan.
 Proporsi terbesar pejalan kaki adalah
masyarakat berjalan secara berkelompok 3 orang atau lebih.
 Kesulitan terbesar untuk mengikuti pejalan
kaki yang berkelompok ini adalah mereka yang berjalan secara tidak tertentu
dengan berjalan secara bersebelahan.
 Laki-laki umumnya berjalan lebih cepat dari
perempuan.
 Kelompok usia muda biasanya berjalan lebih
cepat dari kelompok usia tua.
 Pejalan kaki yang berkelompok akan berjalan
lebih pelan dibandingkan bila berjalan sendirian.
IV-34

 Pejalan kaki yang membawa tas akan berjalan


secepat pejalan kaki yang lainnya.
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
 Pejalan kaki yang berjalan tanjakan landai
akan berjalan secepat jalan datar.
 Pejalan kaki biasanya mengambil jalan pintas
terdekat.
 Pejalan kaki membentuk kelompok besar akan
bergerak dalam kelompoknya untuk satu blok atau lebih.
 Pejalan kaki akan bergerak lebih efisien pada
jam puncak.

4.3.5 Analisa Tingkat Ketersediaan dan Pelayanan Fasilitas


Analisa untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan pelayanan fasilitas merupakan
analisa kualitatif, melalui pendekatan jenis dan jumlah fasilitas untuk kemudian dapat
diketahui skala pelayanan dari fasilitas yang tersedia (eksisting).

4.3.6 Analisa Utilitas


Analisa utilitas untuk penyusunan Rencana Penyusunan Grand Design Sport Center
Kabupaten Keerom ini meliputi :
Jaringan Listrik
Sistem analisa pelayanan listrik ini terdiri dari ; (1) analisa distribusi, (2) analisa
penempatan gardu, (3) analisa penempatan travo dan (4) analisa penempatan tiang
(jarak antar tiang).
Jaringan Air Minum
Sistem analisa pelayanan air minum ini terdiri dari ; (1) analisa sistem pendistribusian
(sistem lop dan sistem los), (2) analisa penempatan hidran dan (3) analisa
penempatan kran umum.
Jaringan Telepon
Untuk jaringan telepon standar yang digunakan didasarkan atas jumlah fasilitas
yang ada, dimana masing-masing fasilitas 1 sambungan. Sistem analisa pelayanan
telepon terdiri dari ; (1) analisa kebutuhan, (2) analisa pendistribusian, (3) analisa STO
(stasiun otomatis) dan (4) analisa jarak antar tiang.
Sistem Drainase
IV-34

Untuk sistem analisa drainase ini terdiri dari ; (1) analisa daerah tangkapan air, (2)
analisa limpasan air, (3) analisa daya serap air dan (4) analisa kapasitas air hujan.
Halaman

Sistem Pembuangan Sampah

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Untuk sistem pembuangan sampah standar yang digunakan sama halnya dengan
sistem pembuangan limbah yaitu didasarkan atas besar buangan yang dihasilkan.
Sistem utilitas sampah manggunakan analisa yang terdiri dari ; (1) analisa
kapasitas/jumlah sampah, (2) cara pembuangan sampah, (3) analisa pendistribusian,
dan (4) analisa penempatan TPS/ tranfet depo.

4.3.7 Analisa Transportasi


Sistem transportasi yang ada di darat dalam kelancarannya adalah menggunakan
prasarana yang ada, dimana definisi dari jalan itu sendiri adalah kesatuan sistem jaringan
yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pengembangan dengan wilayah yang ada
pengaruhnya dalam suatu hubungan hierarki. Adapun perencanaan ataupun penataan yang
dilakukan terhadap jalan tersebut didasarkan atas komponen berikut :
1. Analisa Pola Jaringan Jalan
Merupakan dasar dalam menganalisa pengembangan jaringan jalan di wilayah
perencanaan. Sebelum menentukan kebutuhan pengembangan jaringan jalan harus
ditetapkan pola jaringan jalan apa yang akan diterapkan di wilayah perencanaan sesuai
dengan kondisi dan permasalahan yang terkait dengan pengembangan jaringan jalan
tersebut, misalnya: jaringan jalan eksisting, kondisi topografi wilayah, dsb. Adapun pola-
pola jaringan jalan ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu:
 Pola Grid
 Pola Radial
 Pola Linier
 Pola Kurva linier
 Modifikasi Grid
 Cul De Sac
 Loop

2. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah jarak pencapaian dari suatu daerah ke daerah lainnya, dimana
semakin tinggi aksebilitas suatu daerah dengan daerah lainnya maka akan semakin
cepat pula proses perkembangannya begitu pula sebaliknya. Adapun indikator yang
IV-34

menunjukkan tingkat aksesibilitas pada satu kawasan yaitu kondisi dan jenis perkerasan
jalan yang ada, sedangkan untuk indikator penunjang yaitu arah perkembangan atau
Halaman

pergerakan penduduk.

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
KFT
Ai 
d

Keterangan :
Ai : Nilai aksebilitas
K : Kondisi jalan aspal (aspal, perkerasan dan tanah)
F : Fungsi jalan (arteri, kolektor dan lokal)
T : Fungsi dari jenis pergerakan (regional, lokal) dan trayek pergerakan yang
melayaninya.
d : Jarak
(Nilai F, K dan T diberi bobot)
Untuk mengukur indeks aksebilitas menggunakan rumus matematis sebagai berikut :

Ej
Ai 
(dij ) b

Keterangan :
Ai : Nilai aksebilitas
Ej : Ukuran aktivitas (dapat menggunakan ukuran antara lain jumlah penduduk usia
kerja)
Dij : Jarak tempuh (waktu/uang)
B : Parameter
Perhitungan parameter b menggunakan grafik regresi linier, yang diperoleh berdasarkan
perhitungan :

K T P

Keterangan :
K : Kondisi jalan
T : Total individu trip
IV-34

P : Jumlah penduduk suatu daerah


Halaman

Tij  ( Pipj ) p

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Keterangan :
Tij : Hipotheticaltrip volume
Pipj : Jumlah penduduk didaerah i dan j
p : Jumlah penduduk diseluruh daerah
3. Hierarkhi Jalan
Hierarkhi jalan adalah tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang
ada pada suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang ada
di sekitar kawasan.
4. Penataan Transportasi
Penataan transportasi ini sangat menunjang sistem transportasi yang akan
direncanakan, yakni meliputi: sistem sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki), sistem
parkir dan perabot jalan (tempat sampah, halte, penerangan, telpon umum, dsb).

4.3.8 Analisa Intensitas Bangunan


Merupakan analisa terhadap kepadatan bangunan pada satu kawasan. Kondisi
intensitas bangunan ini akan membentuk kualitas lingkungan di kawasan tersebut, yang
secara keseluruhan akan membentuk wujud kawasan perkotaan yang harmonis dan serasi.
Dalam menganalisa intensitas bangunan ini ada beberapa aspek yang dibahas yaitu:
KDB (Koefisien Dasar Bangunan), yaitu merupakan angka perbandingan luas
lahan yang tertutup bangunan dan bangunan-bangunan dalam tiap petak peruntukan
dibanding dengan luas petak peruntukan.

KDB = luas bangunan/luas lahan x 100 %

Yang harus diperhatikan dalam pengembangan KDB, adalah:


 Pergerakan,
 Ruang terbuka hijau (RTH),
 Pencahayaan dan arah angin,
 Kenyamanan pengguna (masyarakat).
Variabel-variabel yang diperlukan dalam menganlisa KDB ini adalah:
 Lebar jalan,
IV-34

 GSB,
 Envelop bangunan,
Halaman

 Tinggi bangunan.

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
KLB (Koefisien Lantai Bangunan), adalah jumlah luas lantai
bangunan dibanding luas kapling rumah. Variabel-variabel yang perlu dianalisa adalah:
 KDB,
 Jarak antar bangunan,
 Tinggi bangunan,
 Envelop bangunan.
Nilai KLB diperoleh dari:
 untuk 1 lantai = (luas bangunan x 1) / luas x 100 %
 untuk 2 lantai = (luas bangunan x 2) / luas x 100 %
 untuk 3 lantai = (luas bangunan x 3) / luas x 100 %
 untuk 4 lantai = (luas bangunan x 4) / luas x 100 %
Tinggi Bangunan, Penentuan tinggi bangunan didasarkan pada
envelop bangunan (D/H). Berdasarkan standar, kenyamanan diantara ruang adalah
D/H = 1 – 2.

D/H = 1

19 M

15 M
D/H = 2

Keterangan : Kalau 4 lt (19 M) jarak antar bangunan minimal adalah 19 M.

4.3.9 Analisa Sosial Budaya


Untuk analisa terhadap sosial budaya didasarkan atas gejala-gejala persepsi manusia
terhadap lingkungannya dan bagaimana respon manusia tersebut terhadap persepsi itu.
Adapun salah satu hal yang dipersepsi manusia tentang lingkungannya adalah ruang
IV-34

(Space) yang ada disekitarnya, pengertian ruang itu termasuk persepsi tentang jarak jauh–
dekat, luas–sempit, longgar–sesak, ataupun kurang nyaman. Dan konsep yang dibicarakan
Halaman

dalam hal ini adalah :

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
1. Personal Space
Suatu batas maya yang mengelilingi diri kita dan yang tak boleh dilalui oleh orang
lain. Macam-macam jarak personal space adalah sebagai berikut :
a) Jarak Intim (0 – 18 inchi/0 – 0,5 meter),
b) Jarak Personal (18 inchi – 4 kaki/0,45 – 1,3 meter),
c) Jarak Sosial (4 – 12 kaki/1,3 – 4 meter),
d) Jarak Publik (12 – 25 kaki/4 – 8,3 meter).
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal space :
Jenis kelamin.
Faktor usia.
Tipe kepribadian.
Tipe ekstrovert (keterbukaan).
Latar belakang suatu bangsa dan kebudayaan.
Keadaan lingkungan.

2. Privacy
Keinginan untuk kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu
kesendiriannya, Adapun jenis-jenis privacy adalah sebagai berikut :
a) Golongan pertama adalah keinginan untuk diganggu secara fisik.
b) Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri.
c)Teritoriality adalah suatu tingkah laku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau
hak seseorang atau sekelompok orang atau sebuah tempat atau suatu lokasi geografis
dimana pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap
gangguan dari luar.
Penggolongan terhadap teritoriality adalah sebagai berikut :
1. Teori Primer.
2. Teori Sekunder.
3. Teori Publik.
4. Kesesakan dan Kepadatan.
5. Peta Mental.
Peta Mental adalah proses yang memungkinkan kita untuk mengumpulkan,
IV-34

mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil serta menguraikan kembali


informasi tentang lokasi relatif dan tanda-tanda tentang lingkungan geografis kita.
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Fungsi Peta Mental adalah untuk mengatasi masalah lokasi dan jarak juga bisa untuk
tujuan komunikasi, bahkan untuk menunjukkan identitas diri.
Faktor-faktor yang membedakan Peta Mental adalah sebagai berikut :
1. Gaya hidup.
2. Keakraban dengan kondisi lingkungan.
3. Keakraban sosial.
4. Kelas sosial.
5. Perbedaan Seksual.
Suatu obyek Peta Mental bisa lebih dikenal atau kurang dikenal bergantung pada
formula berikut :

R = F (C x D)

Dimana :
R : Keterkenalan suatu obyek lingkungan
F : Fungsi
C : Berapa jauh posisi obyek itu dari pusat arus lalu lintas penduduk
D : Berapa jauh kadar perbedaan secara arsitektural atau pusat secara sosial

3. Strees
Beban mental yang oleh individu bersangkutan akan dikurangi atau dihilangkan,
dimana untuk mengurangi atau menghilangkan strees dengan melakukan tingkah laku
penyesuaian (Coping behavior).
Persepsi rangsang dari lingkungannya, akan terjadi dua kemungkinan antara lain:
Kemungkinan pertama, rangsangan itu dipersepsikan berada dalam batas ambang
toleransi individu bersangkutan yang menyebabkan individu berada dalam keadaan
Homeo Statis.
Kemungkinan kedua, rangsangan itu dipersepsikan di luar ambang toleransi yang
menimbulkan strees pada individu.

4.3.10 Analisa Zoning Kawasan


IV-34

` Menentukan zoning dari kawasan berdasarkan


Halaman

analisa tapak yang sudah dilakukan, seperti

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
kebisingan, arah sinar matahari, dsb. Kawasan
biasanya dibagi dalam zona-zona privat, semi
private, semipublic, publik, servis.
Penzoningan juga tergantung pada bangunan
yang akan dibangun nantinya.

4.3.11 Konsep Desain Pembangunan Sarana dan Prasarana Olah Raga


Penyusunan Rencana Penyusunan Grand Design Sport Center Kabupaten Keerom ini
ditekankan kepada penerapan arsitektur kontekstual, yakni mempertimbangkan/memadukan
konteks tradisi/setempat dan ekologi serta juga mempertimbangkan perkembangan aktual
arsitektur yang sedang diminati masyarakat. Konteks tradisi memperhatikan pemahaman
arsitektur tradisional papua dan rancangan harus dapat mewadahi konteks tradisi yang ada.
Konteks ekologi harus mempertimbangkan kondisi iklim tropis dan alam rawa. Berikut ini
akan dibahas prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perancangan.
A. Konteks Tradisional
1. Arsitektur Tradisional Papua
Arsitektur yang bernilai estetis dan mengandung historis perlu dilestarikan agar
dapat diwarisi generasi berikutnya. Khususnya arsitektur tradisional papua, baik
secara fisik maupun ragam hiasnya mengandung banyak filsafat kehidupan orang
papua, antara lain yang berkaitan dengan kepribadian, perilaku, historis maupun
aspek religius.
2. Ornamen
Ornamen sebagai ragam hias ditemukan pada rumah-rumah tradisional, gapura,
kesenian khas papua.
B. Konteks Ekologi
Konteks ekologi pada gaya arsitektur sering disebut eko-arsitektur. Gaya ini
berorientasi pada konsep lingkungan binaan yang menghasilkan gaya hidup sehat. Gaya
eko-arsitektur dipengaruhi oleh perkembangan budaya, ragam, dan gaya arsitektur.
Menurut Koestomo, secara fisik arsitektur ekologis dapat dikenali sebagai berikut :
Bentuk keseluruhan bangunan dan alasan mengapa dibentuk semacam
itu.
IV-34

Teknik yang dipakai saat pengerjaan bangunan.


Bahan bangunan yang dipilih dan diseleksi sesuai aturan yang populer
Halaman

saat itu.

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM
Bentuk, warna, serta arti dekorasi pada bangunan.
Bentuk, teknik pembuatan dan penataan perabot sesuai dengan
jamannya.
Gaya arsitektur yang mempertimbangkan konteks ekologis seperti yang dijelaskan di
atas pada dasarnya harus memperhatikan tempat dan lingkungan binaan yang
ditempatinya. Jadi penyusunan Rencana Penyusunan Grand Design Sport Center Kabupaten
Keerom ini dirancang harus memperhatikan kondisi lingkungan eksisting dan kondisi iklim
tropis sehingga ciri fisik yang ditampilkan dapat mencerminkan ciri ekologis setempat.

4.3.12 Perumusan Perangkat Implementasi Rencana


Agar produk rencana yang telah disusun dapat diimplementasikan seoptimal
mungkin, perlu dirumuskan beberapa perangkat sebagai berikut
 Program dan proyek Pembangunan 5 (lima) tahunan
 Aspek kelembagaan
 Mekanisme Pengendalian Program dan Proyek serta Pembiayaan Program

IV-34
Halaman

PENYUSUNAN GRAND DESIGN SPORT CENTRE


KABUPATEN KEEROM

Anda mungkin juga menyukai