Anda di halaman 1dari 107

Dasar-Dasar Sistem

Pengelolaan Sampah
Disampaikan oleh:
Endang Setyaningrum
Pejabat Fungsional TPL

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
PENANGANAN SAMPAH SAAT INI
3
Latar Belakang
1. Timbulan sampah terus meningkat (2 – 4) %/tahun), tetapi tidak
sebanding dengan :
• Peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah
• Upaya pengurangan sampah/ penerapan konsep 3R
2. Timbulan sampah :
• Di kota besar /metro diperkirakan rata-rata > 500 ton/hari
• Di kota sedang/kecil dengan penduduk < 500 jiwa/ha,
memproduksi sampah rata-rata (100 ton/hari – 300 ton/hari)
3. Ada kesenjangan pelayanan persampahan (target universal access)
4. Kelembagaan : peran operator/regulator yang tidak jelas
4. Pembiayaan : dana investasi terbatas, O&M kurang, tipping fee
rendah
5. Penerapan PERDA masih lemah
6. Kondisi TPA sampah :
• Mayoritas open dumping dan gas metan yang dihasilkan terlepas ke udara
7. Masalah TPA
• Kesalahan pemilihan lokasi
• Keterbatasan lokasi dan prasarana/sarana operasi
• Pencemaran lindi dan gas metan
• Kecelakaan dan keselamatan manusia
8. Keterbatasan lahan TPA (kota besar dan metropolitan) memicu
kebutuhan pengelolaan TPA bersama secara regional.
Kendala : masalah kerjasama antar kota/daerah.
9. UU Sampah : rehabilitasi TPA open dumping menjadi controlled
landfill /sanitary landfill dalam waktu 5 tahun (2013) 
2016……………???

TPA masih merupakan pilihan utama pengelolaan sampah


diIndonesia  pengolahan antara belum maksimal
SILAHKAN MEMILIH
SAMPAH SEBAGAI LIMBAH?
SAMPAH SEBAGAI SUMBER
DAYA?
Amanat UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah yang bertujuan antara lain:
 Agar pengelolaan ini dapat memberikan manfaat secara
ekonomi (sampah sebagai sumber daya), sehat bagi
masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah
perilaku masyarakat
 Agar mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
sampah terhadap kesehatan dan lingkungan
 Agar pengelolaan sampah dapat berjalan secara
proporsional, efektif, dan efisien.
PP 81/2012
Permen PU 03/2013
Berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga, pemerintah kabupaten/kota dapat
menyediakan fasilitas pengolahan sampah pada wilayah
permukiman yang berupa:
TPS 3R
Stasiun peralihan antara
TPA, dan/atau
TPST

(Pasal 21 Ayat 4)
Pengertian Sampah
 Sejumlah literatur mendefinisikan sampah sebagai semua jenis
limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia
dan hewan, dan dibuang karena tidak bermanfaat atau
tidak diinginkan lagi kehadirannya.
 Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 disebutkan definisi
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan Sampah
 Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan terkait dengan
pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan
transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan
sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan
lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-
faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons
masyarakat.

 Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah


didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah.
Kegiatan Penanganan dan Pengurangan
Kegiatan pengurangan meliputi:
 Pembatasan timbulan sampah
 Pendauran ulang sampah
 Pemanfaatan kembali sampah
Kegiatan penanganan meliputi:
 Pemilahan

 Pengumpulan

 Pengangkutan

 Pengolahan

 Pemrosesan akhir sampah


Prinsip Pengelolaan Sampah
 Mengedepankan terlebih dahulu proses pengurangan dan pemanfaatan
sampah.
 Pengurangan dan pemanfaatan sebaiknya dilakukan di semua tahap yang
memungkinkan baik sejak di sumber, TPS, Instalasi Pengolahan, dan
TPA.
 Pengurangan dan pemanfaatan sampah sejak di sumber
 Komposisi sampah dengan kandungan organik tinggi (60-80%)
merupakan potensi sumber bahan baku kompos yang dapat melibatkan
peran serta masyarakat.
 Daur ulang oleh sektor informal perlu diupayakan menjadi bagian dari
sistem pengelolaan sampah perkotaan.
 Tempat Pemrosesan Akhir merupakan tahap terakhir penanganan
sampah.
 Insinerator merupakan pilihan teknologi terakhir untuk pengolahan
sampah kota di Indonesia
ASPEK- ASPEK PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
ASPEK TEKNIS OPERASIONAL
POLA BARU

RESIDU

ANGKUT

BUANG / PROSES
Pemilihan
Opsi
Teknologi
Sumber Sampah
Sumber sampah menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 :
Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik.
Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud berasal
dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

Sampah spesifik meliputi:


Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun
Sampah yang timbul akibat bencana
Bongkaran bangungan
Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah
Sampah yang timbul secara tidak periodik.
Timbulan Sampah

Satuan berat: kilogram per orang perhari (Kg/o/h)


atau kilogram per meter-persegi bangunan perhari
(Kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur perhari
(Kg/bed/h), dsb
Satuan volume: liter/orang/hari (L/o/h), liter per
meter-persegi bangunan per hari (L/m2/h), liter per
tempat tidur perhari (L/bed/h), dsb. Kota-kota di
Indonesia umumnya menggunakan satuan volume.
Metode Pengukuran Timbulan Sampah
4. Material Balance Analysis

Jumlah timbulan Laju masuk Laju masuk Timbulan/


sampah dalam bahan ke bahan ke luar tertahan di
sistem dalam sistem dalam sistem
sistem

Formula : dM/dt = Min – Mout + rw


Dimana,
dM/dt : laju perubahan berat bahan dalam sistem (lb/d)
Mout : jumlah bahan yang keluar dari system (lb/d)
rw : laju timbulan sampah (lb/d)
t : waktu (d)
Metode Pengukuran Timbulan Sampah
Contoh perhitungan Load Count Analysis :
Tentukan berat sampah yang dihasilkan per minggu dari 1200 rumah.
Dengan sistem pengumpulan sebagai berikut:
Jumlah truk compactor : 9 buah
Volume truk compactor : 20 m3
Jumlah dump truk : 7 buah
Volume truk : 8 m3
Jumlah pick-up : 10
Ukuran pick-up : 2 m3
 
Jawab :
Truk kompaktor : 9 x 20 m3 = 180 m3
Dump truk : 7 x 8 m3 = 56 m3
Pick up : 10 x 2 m3 = 20 m3
Total sampah : 256 m3/minggu
Volume sampah yang dihasilkan setiap rumah :
256 m3/1200 rumah = 0,2133 m3/rumah/minggu
Timbulan Sampah
Menurut Komponen Sumber Sampah (SNI)

No Sumber Sampah Satuan Volume (l) Berat


(kg)
1 Rumah Permanen Per orang/hari 2,25 -2,50 0,350-0,400
2 Rumah Semi Permanen Per orang/hari 2,00 - 2,25 0,300-0,350
3 Rumah non Permanen Per orang/hari 1,75 – 2,00 0,250-0,300
4 Kantor Per pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,025-0,100
5 Toko/Ruko Per petugas/hari 2,50 – 3,00 0,150-0,350
6 Sekolah Per murid/hari 0,10 – 0,15 0,010-0,020
7 Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,02 – 0,10 0,020-0,100

8 Jalan kolektor Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,010-0,050


9 Jalan lokal Per meter/hari 0,05 – 0,10 0,005-0,025
10 Pasar Per meter2/hari 0,20 – 0,60 0,10 – 0,30
Timbulan Sampah
Menurut Klasifikasi Kota (SNI)

No Klasifikasi Kota Volume Berat


(l/org/hari) (kg/org/hari)
1 Kota Besar 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
(500.000 – 1.000.000)
2 Kota Sedang 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
(100.000 – 500.000)
3 Kota Kecil 2,50 – 2,75 0,625 – 0,70
(20.000 – 100.000)
Faktor yang Mempengaruhi Timbulan
Sampah
 Reduksi di sumber sampah
 Recycling

 Kebiasaan masyarakat mempengaruhi penanganan sampah


mulai dari sumber sampah.
 Peraturan terkait dengan kebijakan pemerintah misalkan
peraturan untuk mengurangi penggunaan kemasan yang tidak
ramah lingkungan.
 Kondisi fisik dan geografi (musim, iklim, dataran tinggi)
Komposisi Sampah
 Komposisi sampah adalah setiap komponen sampah yang membentuk
suatu kesatuan, dalam persentase (%).
 Komposisi sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah,
karakteristik perilaku masyarakat serta kondisi ekonomi yang berbeda
dan proses penanganan sampah di sumber sampah.
 Contoh perbandingan komposisi sampah beberapa negara :
ANALISA KOMPOSISI SAMPAH
SNI M-36-1991-03 Metode Pengambilan
dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan
◦ Pengambilan contoh langsung dari rumah
tangga  100 kg  pilah  timbang (%)
◦ Pengambilan contoh langsung dari TPS dari
alat pengumpul sampah – homogen  100 kg
 pilah  timbang  (%)
Karakteristik Sampah
1. Karakteristik fisik, terdiri atas:
 Kandungan kadar air, yang dapat ditentukan dengan rumus berikut
ini:
M = {(w-d)/w}x100%
Dimana,
w : jumlah berat sampel, kg
d : berat sampel setelah dikeringkan 105°C, kg
 Spesific Weight / Berat Jenis (berat/volume; kg/liter, lb/ft3)
 Ukuran partikel dan distribusi partikel
 Field Capacity, didefinisikan sebagai jumlah total air yang dapat
ditahan oleh sampah secara gravitasi
 Permeabilitas sampah
Karakteristik Sampah
2. Karakteristik kimiawi, yang dapat diketahui melalui:
 Proximate Analysis

Analisis terhadap kelembaban sampah, kandungan volatile di dalam


sampah, fixed carbon, dan ash di dalam sampah.
 Fusing point of ash

Temperatur dimana samapah menjadi terbakar menjadi abu (clinker),


yaitu pada suhu diatas 1000 0C
 Ultimate Analysis

Analisis terhadap unsur-unsur kimia penyusun sampah. Sampah


mengandung komponen Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur,
dan Ash. Analisis ini sangat menentukan sistem pengolahan sampah yang
efektif digunakan untuk memusnahkan sampah.
 Energy content (Btu/lb)

Analisis kandungan energi dalam sampah


Karakteristik Sampah
Karakteristik Biologi, yaitu:
 Biodegradability adalah kemampuan sampah untuk diuraikan dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Karakteristik ini dapat
ditentukan dengan:
BF = 0.83 – 0.028 LC
Dimana,
BF : Biodegradable Fraction (fraksi bahan organik yang mudah terurai)
LC : Lignin Content (kandungan lignin)
Komposisi dan karakteristik sampah merupakan hal yang terpenting dalam
memilih teknologi pengolahan sampah. Komposisi sampah rata-rata di
Indonesia mayoritas adalah organik dengan komposisi 73,98%, selanjutnya
diikuti oleh bahan anorganik 26,48%.

Tabel 1.1 Komposisi dan karakteristik sampah rata – rata


Kadar Air N. Kalor
No. Komponen %
(%) (kkal/kg)

1 Organik 73.98 47.08 674.57


2 Kertas 10.18 4.97 235.55
3 Kaca 1.75
4 Plastik 7.86 2.28 555.46
5 Logam 2.04
6 Kayu 0.98 0.32 38.28
7 Kain 1.57 0.63 42.64
8 Karet 0.55 0.02 7.46
9 Baterai 0.29
10 Lain – lain 0.86
Total 100 55.3 1553.96

Sumber : Studi Komposisi Dan Karakteristik BPPT,


1994
Densitas Sampah
 Densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan
kilogram dibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut
(kg/m3).
 Densitassampah sangat penting dalam menentukan jumlah timbulan
sampah dan menentukan luas lahan TPA yang diperlukan.
 Penentuandensitas sampah berdasarkan SNI M-36-1991-03 dilakukan
dengan cara menimbang sampah yang disampling dalam 1/5-1 m3
volume sampah.
Sampah Rumah Tangga B3

Komposisi Sampah B3 Rumah


Tangga (US EPA,2011)

Sampah domestik B3 menurut SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah


Pemukiman didefinisikan sebagai sampah yang berasal dari aktivitas rumah
tangga, mengandung bahan dan atau bekas kemasan suatu jenis bahan
berbahaya dan atau beracun, yang karena sifat atau konsentarsinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan
atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan
manusia.
PENANGANAN SAMPAH
PEMISAHAN, PENYIMPANAN DAN PEMROSESAN DI
TEMPAT

 Wadah sampah individual (di sumber) disediakan oleh setiap


penghasil sampah sendiri sedangkan wadah komunal dan
pejalan kaki disediakan oleh pengelola dan atau swasta.
 Spesifikasi wadah harus dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan operasionalnya, tidak permanen dan higienis.
Akan lebih baik apabila ada pemisahan wadah untuk sampah
basah dan sampah kering.
 Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling
lama 2 hari sekali sedangkan untuk wadah komunal harus
dilakukan setiap hari.
Pemilahan Sampah
Pola Pemilahan
 Skala Individu,
Pemilahan Skala Kawasan/Kota

TPS
Kompos (Sampah Organik)

Kompos skala individu


Pengumpulan
 Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara
langsung dengan alat angkut (untuk sumber sampah besar atau
daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak
langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah teratur)
dan secara komunal oleh masyarakat sendiri (untuk daerah tidak
teratur).
 Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas
jalan protokol, pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain.
Pemindahan

 Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat


angkut (truk) dilakukan di trasnfer depo atau container untuk
meningkatkan efisiensi pengangkutan.
 Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau
radius 500 m.
 Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak
ke lokasi TPA lebih besar dari 25 km.
Contoh Pemindahan dari titik pengumpul
(TPS atau TPS 3R) ke alat pengangkut (truk)
Pengangkutan
 Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada
daerah pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau
pada daerah pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan
maupun estetika dengan memperhitungkan besarnya biaya operasi yang
harus dibayar oleh pengguna jasa.
 Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil
survey time motion study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien.
 Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki
kemampuan membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat.
 Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus
mempertimbangkan kemampuan pemeliharaan.
CONTOH ANGKUTAN SAMPAH
Pengangkutan

Pengangkutan material daur


ulang (sampah terpilah)
Compactor Sampah
Terpilah (contoh)
go
Pemisahan, Pemrosesan, dan Transformasi
 Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume
sampah yang harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan.
 Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan
kompos, pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx
dan dioxin), pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah.
 Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal
(kawasan), skala kota dan skala regional.
 Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek
lingkungan, dana, SDM dan kemudahan operasional.
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
SAMPAH
(teknologi daur ulang sampah,
pengomposan sampah, pengeringan
sampah (RDF), biogas dan pembakaran
sampah -insinerator/gasifikasi).

pengurangan sampah

pengelolaan sampah berkualitas


Teknologi Daur Ulang

A. Sampah Kertas

No. Jenis Kertas Bekas Sumber Produk Recycling


Kertas komputer dan Perkantoran, percetakan dan Kertas komputer, kertas
1.
kertas tulis sekolah tulis dan art paper
2. Kantong kraft Pabrik, pasar dan pertokoan Kertas kraft dan art paper
3. Karton dan box Pabrik, pertokoan dan pasar Karton dan art paper
Perkantoran, pasar dan rumah
4. Koran, majalah dan buku Kertas koran dan art paper
tangga
Kertas tissue, kertas tulis
Rumah tangga, perkantoran, dan
5. Kertas bekas campuran kualitas rendah dan art
pertokoan
paper
Kertas pembungkus Pertokoan, rumah tangga dan
6. Tidak dapat di daur ulang
makanan perkantoran
Kertas tissue (tetapi sangat
Rumah tangga, perkantoran,
7. Kertas tissue jarang yang dapat didaur
rumah makan dan pertokoan
ulang kembali)
Daur Ulang Sampah Non Organik
Sejak dari Sumbernya

Contoh Kegiatan pemilahan


sampah (Sukunan DIY)
Sampah Plastik
Pada umumnya sampah plastik sebagian besar dapat diolah menjadi:
1.Produk baru: alat rumah tangga seperti ember, bak tali plastik.
2.Digunakan kembali seperti pembungkus, pot tanaman, tempat bumbu.
3.Sebagai bahan industri daur ulang seperti pellet, biji plastik.

Logam
Logam yang dihasilkan dari sampah kota dapat dimanfaatkan antara lain:
1.Digunakan kembali seperti kaleng susu.
2.Dijadikan produk baru, seperti tutup botol kecap, mainan.
3.Sebagai bahan tambahan atau bahan baku industri seperti industri logam.

Bahan lain
Bahan lain seperti, gelas, karet mempunyai prosentase yang cukup kecil
dalam komponen sampah.
Daur Ulang

Contoh Daur Ulang


Kertas, kaleng
Contoh Daur Ulang
Stereofoam
Super Depo Surabaya
Pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar (RDF) untuk kiln
semen

Teknologi Pengeringan Sampah sampai 3000 k.cal/kg sampah (sebagai


bahan bakar). Uji coba akan dilakukan di Cilacap (Holcim,Pemda dan
DANIDA)
Teknologi Pengomposan Sampah

Pengomposan merupakan salah cara dalam mengolah bahan organik untuk


menjadi kompos (sampah organik 60 – 70 %).
• Pengomposan dengan cara aerobik,
• Pengomposan dengan cara semi aerobik,
• Pengomposan dengan reaktor cacing, dan
• Pengomposan dengan menggunakan additive.

Manfaat
• Menguatkan struktur lahan kritis;
• Menggemburkan kembali tanah pertanian;
• Menggemburkan kembali lahan pertamanan;
• Sebagai bahan penutup sampah di TPA;
• Reklamasi pantai, pasca penambangan ;
• Sebagai media tanaman, mengurangi pupuk kimia.
Kompos (Sampah Organik)

Kompos skala individu


Komposting Skala
Kawasan
Kab. Pemalang, Jawa
Tengah

TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya


kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang,
dan pengolahan skala kawasan
Kriteria Teknis:
Luas ≥ 200 m2
Kab. Malang, Jawa Timur
Cakupan pelayanan minimal 200 KK
atau ± 3 m3/hari
TPS 3R dilengkapi dengan ruang
pemilah, pengomposan sampah organik,
gudang, zona penyangga (buffer zone)
dan tidak mengganggu estetika serta lalu
lintas
Keterlibatan aktif masyarakat dalam
mengurangi dan memilah sampah Kab. Poso, Sulawesi Tengah
TPS 3R MULYOAGUNG – KAB. MALANG

Proses Komposting Pengomposan Open Windrow Kompos Hasil TPS 3R


Pengolahan
di TPS 3R
Contoh
Composting Plant
(500 t/hari)
SIKIPAS
(Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik Sampah)

Lokasi:
Cijantun
g
Alur Proses
unit pembangkit
20 hari dalam proses anaerobik, listrik GAS BIO
unit
dilanjutkan dengan
asidogenesis-
20 hari proses aerobik
metanogenesis
air lindi
unit
hidrolisis unit kompor
sampah

unit resirkulasi unit pengukur


KOMPOS PADATunit pengumpul pH disesuaikan
air lindi menjadi 6,5-7,5 air lindi gas bio

KOMPOS CAIR
TPA-COMPOSTING
Temesi - GIANYAR

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1,443 3,362 5,393 7,100 8,538 9,750 10,773 11,639 12,372 10,829
CO2-e
1,443 4,805 10,198 17,298 25,836 35,586 46,359 57,998 70,370 81,199
Jumlah
Sampah B3
Terpilah
Teknologi Pembakaran Sampah
•Teknologi pembakaran sampah dalam skala besar/skala kota dilakukan di
instalasi pembakaran yang disebut juga dengan insinerator.
•Dengan teknologi ini, pengurangan sampah dapat mencapai 80 % dari
sampah yang masuk, sehingga hanya sekitar 20% yang merupakan sisa
pembakaran yang harus dibuang ke TPA. Sisa pembakaran ini relatif stabil dan
tidak dapat membusuk lagi, sehingga lebih mudah penanganannya.
Keberhasilan penerapan teknologi pembakaran sampah sangat tergantung
dari sifat fisik dan kimia sampah serta kemampuan dana maupun
manajemen dari Pemerintah Daerah.
•Nilai kalor sampah campuran antara 950 – 2.100 kkal/kg,
•Kadar air antara 35 – 55 % dan
•Kadar abu antara 10 – 30 %.

Pemanfaatan sisa abu hasil pembakaran ini dapat digunakan antara lain:
•Sebagai pengganti tanah penutup lahan TPA, pasca penambangan.
•Sebagai tanah urug.
•Sebagai campuran bahan konstruksi (batako, paving block, dsb).
•Sebagai campuran kompos.
Insinerator di Mabes TNI AL
Cilangkap
Stasiun Peralihan Antara (SPA)
Analisis Kelayakan SPA Skala
Kawasan
TIDAK Beban pelayanan di suatu
kawasan mencapai 20 ton/hari

YA

TIDAK Ritasi Pengangkutan ke TPA ≥


2 ritasi/hari

YA

TIDAK Jarak TPA dari pusat


pelayanan ≥ 25 Km

YA
Terdapat lahan milik
TIDAK pemerintah untuk dibangun
SPA

YA
PEMBANGUNAN SPA Analisis biaya membuktikan
TIDAK biaya op ≤ reduksi biaya
DIREKOMENDASIKAN angkut
TIDAK

YA

PEMBANGUNAN
SPA
SPA Skala Kawasan
Sampah siap
dikompaksi

SPA Pengaturan
sampah
Sampah Masuk

Pengangkutan Kompaksi Sampah

Sampah dikompaksi
TPA
Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST)
Definisi: tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan
akhir (Permen PU 03/2013)

Syarat Teknis:
 luas TPST, lebih besar dari 20.000 m2;
 penempatan lokasi TPST dapat di dalam kota dan atau di TPA;
 jarak TPST ke permukiman terdekat paling sedikit 500 m;
 pengolahan sampah di TPST dapat menggunakan teknologi
pengolahan sampah secara fisik, biologi, dan kimia termal
 fasilitas TPST dilengkapi dengan ruang pemilah, instalasi
pengolahan sampah, pengendalian pencemaran lingkungan,
penanganan residu, dan fasilitas penunjang serta zona penyangga.
Contoh TPST

ITF Kota Aceh ITF Kota Aceh

ITF Kota Tangerang ITF Kota Tangerang ITF Kota Bima


Selatan Selatan
Pemrosesan Akhir
(TPA)
Pemrosesan Akhir
 Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA.
 Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan controlled
landfill (untuk kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (untuk
kota besar dan metropolitan) dengan “sistem sel”.
 Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan masuk,
drainase keliling dan pagar pengaman (dapat berfungsi sebagai buffer
zone).
 Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan.
 Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat (buldozer,
excavator, loader dan atau landfill compactor) dan stok tanah penutup.
 Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal secara
berkala dengan ketebalan 20-30 cm.
Pemrosesan Akhir
 Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan
sampah tidak dapat dilakukan secara harian.
 Penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai dengan
peruntukan lahan bekas TPA.
 Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan
meskipun TPA telah ditutup.
 Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat
dan membutuhkan tenaga terdidik yang memadai.
 Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai
lahan untuk berbagai keperluan seperti taman, lapangan
olahraga, dan lain-lain.
Penampang Pembagian Zona
di Kawasan Sekitar TPA

SUBZONA SUBZONA
BUDI DAYA SUBZONA INTI BUDI DAYA
TERBATAS TERBATAS

ZONA TPA SAMPAH

Penyangga Lahan Urug Penyangga


Jarak Subzona di Kawasan Sekitar TPA Lay Out TPA Bukit Tagar (1)
Sampah dengan Sistem LUT
Ketentuan Umum
Tapak sel pelupusan Advance Cell

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Nomor 19/PRT/M/2012
tentang
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah
Zona penampang 500m
sekeliling tapak

Sel Fasa 1

Fasa pembangunan
sel pelupusan

Jarak subzona di Kawasan Sekitar TPA


Sampah dengan Sistem LUS
Lay Out TPA Bukit Tagar (2)
Pejabat operasi
Pejabat operasi
(masa depan)
(sementara)

Jambatan timbang
Advance Cell

Tambak kecemasan
leachate

Tapak treler
Trailer Park

Kolam takungan leachate

Loji rawatan leachate

Sel Fasa 1
Kawasan saliran air
Untuk Controlled
Landfill

Untuk Sanitary
Landfill
Pemasangan Lapisan Kedap Air
pada Lapisan Dasar TPA

Sampah di timbun, dipadatkan


dan ditutup pada sel sampah
yang dilengkapi pelapis
mencegah lindi merembes ke
tanah
Jalan operasi ke sel sampah
Air lindi dialirkan ke
Instalasi
Pengolahan lindi
untuk diolah sesuai
dengan ketentuan
yang berlaku

Kolam
Kolamlindi
lindi

Nina file data1

Nina.climate chang data/tayangan CH


Sel
Sellandfill
landfilldan
danpipa
pipapengumpul
pengumpulgas
gas

Nina.climate chang data/tayangan CH


Sistem Penanganan Gas
Sistem Penanganan Gas

Sumber: I Made Wahyu, 2010


Sistem Penanganan Gas
Sistem Penanganan Gas
PENGENDALIAN TPA
Sumur Uji
 Lokasi pada areal pos jaga
 Kedalaman 20-25 m
 Luas 1 m2
Sumur Pantau TPA
Penutupan TPA
Kontrol Pencemaran Air
 Diharus pemantauan dan pengontrolan kualitas air secara
berkala 6 bln sekali dalam 20 tahun (UU 18/2008, ps 9).
 Pengujian dilakukan untuk air tanah (10 – 20 m) dan air
permukaan/sungai (< 200 m) dari TPA
 Sumur pantau dari buis beton Ø 100 cm dan ketebalan
buis 15 cm. Kedalaman disesuaikan muka air tanah.
 Lubang buis yg di bawah tanah Ø 5 cm dgn jarak
masing-masing lubang 50 cm, dikelilingi ijuk.
 Hamparan batu kerikil didasar sumur setebal 20cm.
Pasca TPA (lahan terbuka hijau)
foto
Pipa
gas jepang
Sumur monitoring
Aspek Kelembagaan
Memisahkan peran regulator dan operator pengelola
sampah, misalnya membentuk UPTD atau kerjasama
dengan swasta sebagai operator (UPTD dapat
dikembangkan menjadi PPK BLUD)
Peningkatan kualitas SDM melalui training dan
rekruitmen SDM untuk jangka panjang sesuai dengan
kualifikasi bidang keahlian persampahan/manajemen
karena struktur organisasi mencerminkan tugas dan
tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan-kegiatan
penanganan sampah yang harus senantiasa ditunjang
dengan kapasitas serta kualitas SDM yang memadai
Aspek Pembiayaan
 Investasiyang lebih memadai (didasarkan pada kebutuhan dan
peningkatan P/S, kapasitas SDM, kampanye dan edukasi)
 Biaya operasi dan pemeliharaan yang mencukupi untuk kebutuhan
pengoperasian sarana prasarana persampahan
 Tarif atau retribusi yang disusun berdasarkan struktur/klasifikasi wajib
retribusi (cross subsidi), kemampuan daerah, kemampuan masyarakat
yang dapat mencukupi kebutuhan operasional pengelolaan sampah
(mengarah pada pola cost recovery)
 Penerapanpola insentif dan disinsentif bagi para pelaku yang terlibat
dalam pengelolaan persampahan
 Pendapatan dari penarikan tarif atau retribusi harus terkoordinasi dan
tercatat secara baik dan transparan serta diinvestasikan kembali untuk
kepentingan pengelolaan sampah.
Aspek Peraturan
Pemerintah daerah memiliki Perda yang terdiri dari Perda
Pembentukan Institusi, Perda Ketentuan Penanganan
Persampahan dan Perda Retribusi, dimana substansi materi
Perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat
diimplementasikan untuk jangka panjang (20 tahun);
Penerapan Perda tersebut perlu didahului dengan sosialisasi,
uji coba dikawasan tertentu dan penerapan secara
menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapan aparat dari
mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk penerapan
sanksi atas pelanggaran yang terjadi;
Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji
tingkat kelayakannya
Aspek Peran Serta Masyarakat
• Peran serta masyarakat yang diperlukan :
- Aktif
Pemilahan sampah, pengolahan sampah di sumber, penyuluhan
- Pasif
Tidak membuang sampah sembarangan, membayar retribusi
• Program Peningkatan PSM
- Sosialisasi
- Uji coba
- Pendampingan
- Evaluasi
Aspek Peran Serta Masyarakat

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap


pengelolaan sampah melalui antara lain
kampanye, sosialisasi dan edukasi bidang
persampahan;
Mensosialisasikandan menyebarluaskan NSPK
(Norma, Standar, Prosedur, Kriteria)
persampahan yang ada;
Perlu dibentuk forum komunikasi sebagai
media antara masyarakat dan pemerintah daerah.
KAMPANYE DAN PERUBAHAN PERILAKU

Ketidak Pedulian
Masyarakat akan
Sanitasi
AIDA

PEMATANGAN (mature stage)


2018
PEMANTAPAN (establish stage)
2013
PELAKS. AWAL (prelimenary stage)
2009
PENGENALAN (launching stage)

2008 Sasaran :
Perubahan Perilaku
Kesadaran/Kepedulian Masyarakat
Sikap (Attitude)
(Knowledge)
Terjadinya perubahan opini atau
Peningkatan tingkat
kesadaran masyarakat sehingga
pengetahuan dan pemahaman
mendorong kepedulian
publik
PROGRAM KAMPANYE
 Pemilihan Duta Sampah (sekolah)
 Sosialisasi, lomba kebersihan/ 3R
 Kerjasama dengan lintas intansi
 Pelibatan istri kepala daerah, LSM dan organisasi
perempuan (pusat dan daerah)
 Kerjasama lintas institusi
 Pembuatan ILM dan Video Klip Sampah
KESIMPULAN
PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH HARUS DILAKUKAN
SECARA LEBIH MEMADAI MELALUI PENINGKATAN
MANAJEMEN DAN DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN DI LAPANGAN

 Peningkatan program2 penyuluhan dan edukasi untuk menuju perubahan perilaku masyarakat dalam hal pengurangan
sampah. Pemda dapat melakukan pendampingan dan monitoring.

 Pendekatan kepada pihak swasta untuk terlibat dalam proses penanganan sampah berbasis teknologi dan padat modal

 Peningkatan dan perkuatan institusi (pemisahan operator dan regulator) dan kapasitas SDM serta pola kordinasi antar instansi
maupun kerjasama antar daerah

 Peningkatan penerapan PERDA sampai tingkat operasional, setelah dipertimbangkan untuk menyesuaikan jenis PERDA, dan
substansi PERDA sesuai kebutuhan

 Meningkatkan proporsional alokasi pembiayaan investasi, operasi dan pemeliharaan serta retribusi dengan perhitungan yang
jelas dan adil (menuju self financing)

 Meningkatkan upaya pengurangan sampah (3R skala individu, kawasan dan kota/regional). Perlu juga menerapkan insenrif
dan disinsentif. Pengolahan sampah perlu mempertimbangkan teknologi yang ramah lingkungan dan tepat guna

 Meningkatkan pelayanan persampahan sesuai dengan target universal acess dengan meningkatkan pelayanan secara terpusat
maupun setempat

 Meningkatkan TPA menjadi minimal CLF (Kota Sedang dan Kecil) dan SLF (Kota Besar dan Kota Metropolitan). Perlu
mempertimbangkan pengendalian vektor penyakit, pengendalian pencemaran leachate dan emisi gas.

Anda mungkin juga menyukai