Pengelolaan Sampah
Disampaikan oleh:
Endang Setyaningrum
Pejabat Fungsional TPL
(Pasal 21 Ayat 4)
Pengertian Sampah
Sejumlah literatur mendefinisikan sampah sebagai semua jenis
limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia
dan hewan, dan dibuang karena tidak bermanfaat atau
tidak diinginkan lagi kehadirannya.
Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 disebutkan definisi
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan terkait dengan
pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan
transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan
sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan
lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-
faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons
masyarakat.
Pengumpulan
Pengangkutan
Pengolahan
RESIDU
ANGKUT
BUANG / PROSES
Pemilihan
Opsi
Teknologi
Sumber Sampah
Sumber sampah menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 :
Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik.
Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud berasal
dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
TPS
Kompos (Sampah Organik)
pengurangan sampah
A. Sampah Kertas
Logam
Logam yang dihasilkan dari sampah kota dapat dimanfaatkan antara lain:
1.Digunakan kembali seperti kaleng susu.
2.Dijadikan produk baru, seperti tutup botol kecap, mainan.
3.Sebagai bahan tambahan atau bahan baku industri seperti industri logam.
Bahan lain
Bahan lain seperti, gelas, karet mempunyai prosentase yang cukup kecil
dalam komponen sampah.
Daur Ulang
Manfaat
• Menguatkan struktur lahan kritis;
• Menggemburkan kembali tanah pertanian;
• Menggemburkan kembali lahan pertamanan;
• Sebagai bahan penutup sampah di TPA;
• Reklamasi pantai, pasca penambangan ;
• Sebagai media tanaman, mengurangi pupuk kimia.
Kompos (Sampah Organik)
Lokasi:
Cijantun
g
Alur Proses
unit pembangkit
20 hari dalam proses anaerobik, listrik GAS BIO
unit
dilanjutkan dengan
asidogenesis-
20 hari proses aerobik
metanogenesis
air lindi
unit
hidrolisis unit kompor
sampah
KOMPOS CAIR
TPA-COMPOSTING
Temesi - GIANYAR
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1,443 3,362 5,393 7,100 8,538 9,750 10,773 11,639 12,372 10,829
CO2-e
1,443 4,805 10,198 17,298 25,836 35,586 46,359 57,998 70,370 81,199
Jumlah
Sampah B3
Terpilah
Teknologi Pembakaran Sampah
•Teknologi pembakaran sampah dalam skala besar/skala kota dilakukan di
instalasi pembakaran yang disebut juga dengan insinerator.
•Dengan teknologi ini, pengurangan sampah dapat mencapai 80 % dari
sampah yang masuk, sehingga hanya sekitar 20% yang merupakan sisa
pembakaran yang harus dibuang ke TPA. Sisa pembakaran ini relatif stabil dan
tidak dapat membusuk lagi, sehingga lebih mudah penanganannya.
Keberhasilan penerapan teknologi pembakaran sampah sangat tergantung
dari sifat fisik dan kimia sampah serta kemampuan dana maupun
manajemen dari Pemerintah Daerah.
•Nilai kalor sampah campuran antara 950 – 2.100 kkal/kg,
•Kadar air antara 35 – 55 % dan
•Kadar abu antara 10 – 30 %.
Pemanfaatan sisa abu hasil pembakaran ini dapat digunakan antara lain:
•Sebagai pengganti tanah penutup lahan TPA, pasca penambangan.
•Sebagai tanah urug.
•Sebagai campuran bahan konstruksi (batako, paving block, dsb).
•Sebagai campuran kompos.
Insinerator di Mabes TNI AL
Cilangkap
Stasiun Peralihan Antara (SPA)
Analisis Kelayakan SPA Skala
Kawasan
TIDAK Beban pelayanan di suatu
kawasan mencapai 20 ton/hari
YA
YA
YA
Terdapat lahan milik
TIDAK pemerintah untuk dibangun
SPA
YA
PEMBANGUNAN SPA Analisis biaya membuktikan
TIDAK biaya op ≤ reduksi biaya
DIREKOMENDASIKAN angkut
TIDAK
YA
PEMBANGUNAN
SPA
SPA Skala Kawasan
Sampah siap
dikompaksi
SPA Pengaturan
sampah
Sampah Masuk
Sampah dikompaksi
TPA
Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST)
Definisi: tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan
akhir (Permen PU 03/2013)
Syarat Teknis:
luas TPST, lebih besar dari 20.000 m2;
penempatan lokasi TPST dapat di dalam kota dan atau di TPA;
jarak TPST ke permukiman terdekat paling sedikit 500 m;
pengolahan sampah di TPST dapat menggunakan teknologi
pengolahan sampah secara fisik, biologi, dan kimia termal
fasilitas TPST dilengkapi dengan ruang pemilah, instalasi
pengolahan sampah, pengendalian pencemaran lingkungan,
penanganan residu, dan fasilitas penunjang serta zona penyangga.
Contoh TPST
SUBZONA SUBZONA
BUDI DAYA SUBZONA INTI BUDI DAYA
TERBATAS TERBATAS
Sel Fasa 1
Fasa pembangunan
sel pelupusan
Jambatan timbang
Advance Cell
Tambak kecemasan
leachate
Tapak treler
Trailer Park
Sel Fasa 1
Kawasan saliran air
Untuk Controlled
Landfill
Untuk Sanitary
Landfill
Pemasangan Lapisan Kedap Air
pada Lapisan Dasar TPA
Kolam
Kolamlindi
lindi
Ketidak Pedulian
Masyarakat akan
Sanitasi
AIDA
2008 Sasaran :
Perubahan Perilaku
Kesadaran/Kepedulian Masyarakat
Sikap (Attitude)
(Knowledge)
Terjadinya perubahan opini atau
Peningkatan tingkat
kesadaran masyarakat sehingga
pengetahuan dan pemahaman
mendorong kepedulian
publik
PROGRAM KAMPANYE
Pemilihan Duta Sampah (sekolah)
Sosialisasi, lomba kebersihan/ 3R
Kerjasama dengan lintas intansi
Pelibatan istri kepala daerah, LSM dan organisasi
perempuan (pusat dan daerah)
Kerjasama lintas institusi
Pembuatan ILM dan Video Klip Sampah
KESIMPULAN
PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH HARUS DILAKUKAN
SECARA LEBIH MEMADAI MELALUI PENINGKATAN
MANAJEMEN DAN DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN DI LAPANGAN
Peningkatan program2 penyuluhan dan edukasi untuk menuju perubahan perilaku masyarakat dalam hal pengurangan
sampah. Pemda dapat melakukan pendampingan dan monitoring.
Pendekatan kepada pihak swasta untuk terlibat dalam proses penanganan sampah berbasis teknologi dan padat modal
Peningkatan dan perkuatan institusi (pemisahan operator dan regulator) dan kapasitas SDM serta pola kordinasi antar instansi
maupun kerjasama antar daerah
Peningkatan penerapan PERDA sampai tingkat operasional, setelah dipertimbangkan untuk menyesuaikan jenis PERDA, dan
substansi PERDA sesuai kebutuhan
Meningkatkan proporsional alokasi pembiayaan investasi, operasi dan pemeliharaan serta retribusi dengan perhitungan yang
jelas dan adil (menuju self financing)
Meningkatkan upaya pengurangan sampah (3R skala individu, kawasan dan kota/regional). Perlu juga menerapkan insenrif
dan disinsentif. Pengolahan sampah perlu mempertimbangkan teknologi yang ramah lingkungan dan tepat guna
Meningkatkan pelayanan persampahan sesuai dengan target universal acess dengan meningkatkan pelayanan secara terpusat
maupun setempat
Meningkatkan TPA menjadi minimal CLF (Kota Sedang dan Kecil) dan SLF (Kota Besar dan Kota Metropolitan). Perlu
mempertimbangkan pengendalian vektor penyakit, pengendalian pencemaran leachate dan emisi gas.