Anda di halaman 1dari 100

TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR
Con’t
 Landfill merupakan suatu kegiatan
penimbunan sampah padat pada tanah. Jika
tanah memiliki muka air yang cukup dalam,
tanah bisa digali, dan sampah bisa ditimbun
didalamnya.
 Kegiatan penimbunan sampah seperti
kegiatan di atas baik secara langsung
maupun tidak langsung akan menyebabkan
banyak gangguan terhadap lingkungan
sekitar.
 Beberapa masalah persampahan (khususnya di
area sekitar tempat pembuangan akhir sampah)
yang sering muncul antara lain adalah (Damanhuri,
1995):
1. Pertumbuhan vektor penyakit
 Sampah merupakan sarang yang sesuai bagi
berbagai vektor penyakit. Berbagai jenis
rodentisida dan insektisida seperti, tikus, lalat,
kecoa, nyamuk, sering dijumpai di lokasi ini,
2. Pencemaran udara
 Gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan
sampah ini, jika konsentrasinya mencapai 5 –
15 % di udara, maka metana dapat
mengakibatkan ledakan
Con’t

3. Pandangan tak sedap dan bau tak sedap


 Meningkatnya jumlah timbulan sampah,
selain sangat mengganggu estetika,
tumpukan sampah ini menimbulkan bau tak
sedap
4. Asap pembakaran
 Apabila dilakukan pembakaran, akan
sangat mengganggu terutama dalam
transportasi dan gangguan kesehatan.
Con’t

5. Pencemaran lindi
 Lindi merupakan air hasil dekomposisi sampah,
yang dapat meresap dan mencemari air tanah.
6. Kebisingan
 Gangguan kebisingan ini lebih disebabkan karena
adanya kegiatan operasi kendaraan berat dalam
TPA (baik angkutan pengangkut sampah maupun
kendaraan yang digunakan meratakan dan atau
memadatkan sampah).
7. Dampak sosial
 Keresahan warga setempat akibat gangguan-
gangguan yang disebutkan di atas.
Metoda Pembuangan Akhir Sampah

 Tempat dan cara pembuangan sampah


dengan penimbunan dan pengolahannya
ada beberapa macam, antara lain :
1. Metoda Open Dumping
2. Metoda lahan urug terkendali (Controlled
Landfill)
3. Metoda Sanitary Landfill
4. Metode Bioreactor Landfill
5. Metode Reusable Sanitary Landfill
Metoda lahan urug terkendali
(Controlled Landfill)
 Metoda ini merupakan perbaikan dari metoda
Open Dumping
 Timbunan sampah secara bertahap ditutup
dengan lapisan tanah untuk mengurangi
kemungkinan gangguan pencemaran
terhadap lingkungan sekitarnya, atau
penutupan sampah dengan lapisan tanah
dilakukan setelah mencapai tahap tertentu
(misal tumpukan sampah telah penuh).
Metoda Sanitary Landfill

 Sanitary Landfill adalah sistem penimbunan


sampah secara sehat dimana sampah
dibuang di tempat yang rendah atau parit
yang digali untuk menampung sampah, lalu
sampah ditimbun dengan tanah yang
dilakukan lapis demi lapis sedemikian rupa
sehingga sampah tidak berada di alam
terbuka (Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil,
1993).
Metoda Sanitary Landfill

 Hal ini untuk mencegah timbulnya bau dan


menjadi tempat bersarangnya binatang.
Material yang paling baik untuk dijadikan
lapisan penutup pada landfill adalah tanah
yang agak berpasir atau lumpur yang
mengandung batuan kecil. Sedangkan tanah
yang mengandung lempung tinggi secara
umum jelek untuk dipakai sebagai material
penutup.
SANITARY LANDFILL
POTONGAN SUATU SANITARY LANDFILL
Bioreactor Landfill
Economic Impacts

Benefits Costs
 Enhanced gas  Capital costs
production  Operating costs
 Recovered space

 Reduced env. impact

 Reduced post-closure
care
 Reusable Sanitary Landfill (RSL) adalah
sebuah sistem pengolahan sampah yang
berkesinambungan dengan menggunakan
metode Supply Ruang Penampungan
Sampah
LFMR (Reusable)

Definition is recycling of
existing or old landfill,  Advantages for this method are :
recycling material available extending landfill capacity at the
for re-use, regained land current site, generating revenues for
and possibilities for more sale of recyclable material, and
efficient for operation of reducing landfill closure cost.
landfill
Impact of Waste Processing
Recovery of Composted Materials
PERHITUNGAN LUAS
AREA LANDFILL
 MISALKAN :
JUMLAH PENDUDUK : 31000 JIWA
SAMPAH YANG DIHASILKAN : 2.9 kg/orang/hari
BERAT JENIS SAMPAH DI LANDFILL : 475 kg/m3
RENCANA TINGGI TUMPUKAN SAMPAH PER TAHUN : 6 m
 LUAS AREA YANG DIBUTUHKAN :
TIMBULAN SAMPAH : 31000 x 2.9 = 89900 kg/hari
VOLUME : (89900 / 475)= 189 m3/HARI
LUAS LAHAN YANG DIBUTUHKAN PERTAHUN :
(189*365)/6 =11341 M2
SANITARY LANDFILL
 Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
menuliskan beberapa prinsip dasar metoda
penimbunan sampah pada sistem sanitary
landfill, yaitu :
1. Penimbunan berbentuk segiempat
bertingkat (Area Method)
2. Penimbunan berbentuk parit segiempat
(Trench Method)
3. Penimbunan dalam cekungan/lembah
(Depression Method)
Con’t
Penimbunan berbentuk segiempat
bertingkat (Area Method)
 Metoda ini diterapkan pada kondisi lahan yang level
air tanahnya dangkal (dekat dengan permukaan).
 Sampah dibuang menyebar memanjang pada
permukaan tanah, dan tiap lapis dalam proses
pengisian (biasanya per 1 hari), lapisan dipadatkan,
dan ditutup dengan material penutup setebal 15-30
cm.
 Luas area penyebaran bervariasi tergantung pada
volume timbulan sampah dan luas lahan yang
tersedia, dengan panjang dan lebar hingga 305 m.
Penimbunan berbentuk segiempat
bertingkat (Area Method)
 Biasanya digunakan kompos sebagai
intermediate cover material, atau bisa
digunakan tanah atau geomembran sebagai
bahan penutup temporer.
 Geomembran diletakkan secara temporer
setelah sel penuh, namun jika akan dilakukan
penimbunan kembali, lapisan geomembran
dapat dipindahkan terlebih dulu.
Gambar
Penimbunan berbentuk segiempat bertingkat (Area Method)
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
Penimbunan berbentuk parit
segiempat (Trench Method)
 Metoda ini digunakan pada area yang memiliki
muka air tanah yang dalam
 Area yang digunakan digali dan dilapisi dengan
bahan yang biasanya terbuat dari membran sintetis,
tanah liat dengan permeabilitas yang rendah (low-
permeability clay), atau kombinasi keduanya, untuk
membatasi pergerakan lindi dan gasnya.
 Tiap sel galian umumnya berbentuk segi empat,
dengan panjang dan lebar hingga 305 m dan
dengan slope 1,5:1 sampai 2:1.
 Galian bervariasi dengan panjang 61-305 m,
kedalaman 1-3 m dan 5-15 m untuk lebar.
Gambar Penimbunan berbentuk parit segiempat (Trench Method)
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
Penimbunan dalam cekungan/lembah
(Depression Method)
 Metoda ini biasa digunakan untuk
penimbunan sampah yang dilakukan pada
daerah lembah, seperti tebing, jurang,
cekungan kering, dan bekas galian.
 Teknik peletakan dan pemadatan sampah
tergantung pada jenis material penutup yang
tersedia, kondisi geologi dan hidrologi lokasi,
tipe fasilitas pengontrolan lindi dan gas yang
digunakan, dan sarana menuju lokasi.
Gambar
Penimbunan dalam cekungan/lembah (Depression Method)
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
Desain Sanitary Landfill

 Analisa timbulan sampah


 Persiapan lahan
 Peletakan sampah
 Sistem pengelolaan gas
 Sistem pengelolaan lindi dan Resirkulasi
Lindi
 Saluran Drainase
Analisa timbulan sampah

 Besarnya timbulan sampah yang dihasilkan


sangat bergantung pada besarnya jumlah
penduduk dan laju produksi sampah per
orang per harinya
 Oleh karena itu untuk dapat memperkirakan
volume timbulan sampah sampai akhir tahun
periode desain, maka perlu diperkirakan
jumlah penduduk yang dilayani hingga akhir
tahun periode desain tersebut.
Pemilihan Lokasi TPA

 SK SNI T-11-1991-03 :
- Tidak boleh berlokasi di sungai, danau atau
laut.
- Tiga tahapan :
- tahap regional
- tahap penyisihan
- tahap penetapan
Kriteria Penting
 Regional  layak atau tidak layak
- geologi
- hidrogeologi : muka air tanah ( < 3m),
permeabilitas 10-6 cm/detik, jarak dari
sumber air > 100 m
- kemiringan < 20%
- tidak terletak pada daerah cagar budaya.
Kriteria Penyisihan

 Iklim : intensitas hujan dan arah angin


 Utilitas
 Lingkungan biologis : biodiveritas rendah,
tidak mendukung
 Kondisi tanah : produktivitas, kapasitas dan
umur teknis, tanah penutup, status tanah.
 Demografi
 Batas administrasi
Con’t

 Kebisingan
 Bau

 Estetika

 Ekonomi  O dan M.

Terdapat kriteria pembobotan SK SNI.


Persiapan lahan
1. Jarak lokasi penimbunan sampah/TPA dengan sumber sampah
sekitar 5 – 15 km.
2. Batasan lokasi penimbunan mengacu pada daerah TPA yang
akan direncanakan:Dekat dengan jalan umum, sehingga
menuju tempat penimbunan sampah tidak perlu membuat jalan
sendiri atau bila harus membuat jalan sendiri tidak terlalu
panjang (± 5 km).
 Jarak lokasi penimbunan sampah dengan sungai atau sumber
badan air lainnya minimal 200 m untuk mencegah pencemaran
terhadap badan air.
 Jauh dari tempat pemukiman penduduk (2 km dari pemukiman
penduduk, sekitar 15 km dari laut dan sekitar 200 m dari
saluran air).
 Adanya barrier area berupa jalur hijau untuk mencegah
pencemaran.
 Lokasi TPA merupakan daerah bebas banjir.
Persiapan lahan

3. Rencana penggunaan akhir.


 Rencana penggunaan akhir ini harus
diperhitungkan sebelum lay out dan desain
sanitary landfill dimulai karena
mempengaruhi desain dan rencana
operasional selanjutnya.
Persiapan lahan

 Dalam tahap persiapan lahan dilakukan perataan


dan pembentukan kemiringan tanah, konstruksi liner
dasar dan pipa pengumpul lindi.
 Liner dengan permeabilitas yang rendah dipasang
di dasar landfill untuk menjaga aliran lindinya.
 Pengumpul lindi dan fasilitas extraksi diletakkan
pada atau di atas liner.
 Umumnya liner diletakkan diatas dinding landfill.
 Tahap persiapan lahan atau tahap awal persiapan
landfill sebelum dioperasikan, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar
Gambar Tahap Awal Persiapan Landfill
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
Peletakan sampah

 Sel harian adalah timbunan sampah padat


yang terbentuk dalam satu hari dan telah
memiliki lapisan tanah penutup harian sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
 Volume sel harian dipengaruhi oleh :
- Letak sel dalam suatu lapis deret sel (lift)
- Jumlah pembebanan sampah harian
- Kepadatan sampah yang dapat dicapai
Peletakan sampah
 Setelah persiapan selesai dilaksanakan, tahap
selanjutnya adalah meletakkan sampah dalam
landfill.
 Sampah diletakkan dalam tiap sel landfill, kemudian
ditutup dengan tanah dan dipadatkan pada akhir
periode pengoperasiannya.
 Urutan pelaksanaan pemadatan adalah sebagai
berikut:
- Perataan dilakukan lapis demi lapis
- Setiap lapis diratakan sampah setebal 20 cm - 60
cm
- Pemadatan sampah yang telah rata dilakukan
dengan menggilas sampah tersebut 3 - 5 kali.
- Perataan dan pemadatan dilakukan sampai
ketebalan sampah mencapai ketebalan rencana
Gambar cara pengisian sampah dan penutup hariannya
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
Gambar Proses dan Pengoperasian Landfill
Peletakan sampah

 Kriteria desain penimbunan sampah tiap sel


menurut Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil
(1993), adalah sebagai berikut:
 Penimbunan dan pemadatan sampah dilakukan berlapis,
dengan tebal tiap lapisan antara 0,5-0,6 m.
 Lapisan sel dapat disusun hingga mencapai ketinggian 2 –
3,5 m.
 Variasi lebar = 3 – 30 m
 Tebal tanah penutup = 15 – 30 cm
 Slope = 2:1 – 3:1
 Kemiringan muka tanah penutup = 3 - 6%

 Kemiringan muka tanah penutup tipikal = 4%


Gambar Potongan Sanitary Landfill
Peletakan sampah

 Kriteria desain penimbunan sampah tiap sel


menurut Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993),
adalah sebagai berikut:
 Lebar working phase = menyesuaikan luas lahan
 Variasi metode penimbunan tergantung pada ketersediaan
lahan dan material penutup
 Panjang working phase disesuaikan dengan sampah yang
masuk per harinya
 Kemiringan timbunan 20 – 30º (sekitar 1 bagian vertikal dan 2
bagian horizontal)
 Pelapisan dasar (liner), dapat digunakan dengan
menggunakan lapisan tanah liat tunggal atau multilapis, dan
menggunakan lapisan geomembran. Ketebalan lapisan tanah
liat adalah 60 cm, dengan permeabilitas maksimum 1.10-7
cm/dtk. Lapisan geomembran dapat digunakan tipe HDPE
dengan ketebalan minimum 2 mm.
Peletakan sampah

 Fungsi tanah penutup TPA diantaranya adalah :


- Mencegah perkembangbiakan lalat, tikus dan
vektor penyakit lainnya
- Mengurangi rembesan air hujan kedalam timbunan
sampah agar volume lindi yang timbul dapat
dikendalikan.
- Mengurangi bau yang timbul.
- Mengurangi lepasnya gas metan secara tidak
terkendali dan mencegah timbulnya kebakaran.
- Meningkatkan stabilitas timbunan sampah.
- Memperbaiki estetika timbunan sampah.
Gambar Potongan Melintang Landfill
Saat Telah Terisi Penuh
Peletakan sampah

 Berdasarkan penggunaannya, tanah


penutup dibedakan menjadi:
1. Tanah penutup harian (daily cover)
2. Tanah penutup antara (intermediate
cover)
3. Tanah penutup akhir (final cover)
Tanah penutup harian (daily cover)

 Penutupan harian lebih dimaksudkan untuk memutus daur hidup


lalat sehingga tidak terjadi ledakan populasi lalat.
 Tujuan lain dari penutupan harian adalah untuk mengurangi bau
dan rembesan air hujan.
 Setiap akhir hari operasi, sampah yang telah dipadatkan secara
berlapis-lapis ditutup dengan lapisan tanah yang dipadatkan
dengan ketebalan + 20 cm, atau bergantung pada material
penutup yang tersedia di area.
 Pada metoda controlled landfill, frekuensi penutupan dilakukan
harus tidak lebih dari 5 hari agar menetasnya telur lalat menjadi
larva dapat dicegah.
Tanah penutup harian (daily cover)

 Pekerjaan penutupan secara umum akan berupa


perataan tanah ke atas lapisan / permukaan sel
sampah setebal + 25 cm dengan cara mengatur
ketinggian blade bulldozer.
 Tchobanoglous et.al, 1993, menuliskan bawa tebal
tanah penutup berkisar antara 6-12 ft.
 Setelah lapisan tanah dihamparkan ke permukaan
sel, dilanjutkan dengan penggilasan lapisan tersebut
2 hingga 3 kali lintasan hingga menjadi padat atau
mencapai ketebalan sekitar 20 cm.
Tanah penutup harian (daily cover)

 Kemiringan permukaan lapisan tanah harus


dijaga sebagai berikut:
1. Pada permukaan atas dari sel memiliki
kemiringan sekitar 2 % sejajar dengan jari-jari ke
arah luar (mengarah pada saluran drainase blok
/ zona yang telah tersedia).
2. Pada bagian tepi (tebing sel) memiliki kemiringan
tidak lebih dari 30 %.
Tanah Penutup Antara (Intermediate cover)

 Penutupan antara lebih dimaksudkan untuk


meningkatkan kepadatan dan stabilitas
tumpukan sampah, terutama pada
penumpukan sel yang berlapis-lapis.
 Bila timbunan sel ditumpuk secara berlapis-
lapis, maka biasanya setiap 2 atau 3 lapis
sampah perlu diberikan lapisan tanah antara,
berupa lapisan tanah padat setebal + 30 cm.
Tanah Penutup Antara (Intermediate cover)

 Semaksimal mungkin digunakan tanah


sekitar, dengan perbandingan ketebalan
sampah dengan material cover adalah 5:1 –
10:1.
 Kelulusan maksimum 1x10-5 cm/dtk, dengan
ketebalan 0,2-0,3 m.
 Jika aplikasi penutup tanah tidak dilakukan
tiap hari, maka setidak-tidaknya harus
dilakukan tiap 3-5 hari sekali.
Tanah penutup Akhir (final cover)

 Lapisan penutup akhir diberikan setelah suatu TPA


dinyatakan penuh dan pengoperasiannya akan
dihentikan.
 Tergantung pada rencana pemanfaatannya, lapisan
penutup akhir umumnya memiliki ketebalan minimal
50 cm. Tchobanoglous et.al, 1993, menuliskan
bahwa ketebalan tanah penutup final adalah 0,5-0,6
m, dengan kelulusan maksimum 1x10-7 cm/dtk.
 Jenis tanah yang bisa digunakan sebagai tanah
penutup adalah jenis pasir/kerikil atau jenis
lempung/lanau
Tabel Sifat Jenis Tanah yang
Dipergunakan sebagai Material Cover
Jenis tanah
Parameter fungsi penutupan Pasir/
Lempung/lanau
kerikil
 Kemudahan penggalian Baik Sedang
 Kemudahan perlintasan Baik Kurang
 Pencegahan perembesan Kurang Baik
 Kemudahan penanganan dalam

kondisi basah Sedang Kurang


 Perembesan gas Baik Kurang
 Pencegahan bau Kurang Sedang
Kondisi Suatu TPA
OPERASIONAL LPA BENOWO
DAFTAR REKAPITULASI ALAT BERAT DI
TPA BENOWO
NO JENIS ALAT KONDISI KONDISI KONDISI JUMLAH
BAIK RUSAK RUSAK (UNIT)
RINGAN BERAT

1 LANDFILL 0 2 0 2
2 LOADER 2 0 0 2
3 BULLDOZER 1 6 0 7
4 EXCAVATOR 1 4 0 5
5 SWEEPER 0 0 3 3

JUMLAH 4 12 3 19
SISTEM
PENGELOLAAN GAS
Sistem pengelolaan gas

 Proses dekomposisi sampah di atas dapat


dibagi dalam beberapa tahap berikut:
1. Fase I (Aerobik)
2. Fase II-III (Transisi-Asam)
3. Fase IV (pembentukan Metana (CH4))
4. Fase V (pematangan)
Gambar Fase Degradasi Sampah dan Pembentukan Gas dalam
Landfill
Sumber: Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
Sistem pengelolaan gas
 Produksi gas yang dihasilkan pada landfill
sangat bergantung dari komposisi sampah
yang ada.
 Timbulan gas landfill akan dihitung
berdasarkan berat kering masing-masing
komposisi sampah, dimana persamaan
timbulannya diperoleh dari persamaan kimia
sebagai berikut:
 4a  b  2c  3d 
Ca H b O c N d   H 2O 
 4 
 4a  b  2c  3d   4a  b  2c  3d 
  4 
CH  CO2  dNH3
 8   8 
Sistem pengelolaan gas

 Dalam pembentukan gas landfill,


Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
mengasumsikan bahwa pembentukan gas
membentuk kurva segitiga
 Gas yang terbentuk ada dua jenis yaitu dari
sampah organik cepat terurai dan sampah
organik lambat terurai.
Tabel Jenis – Jenis Sampah Organik

Lambat
Jenis Sampah Organik Cepat Terurai
Terurai
Basah (makanan) 
Kertas 
Plastik 
Kain 
Karet 
Kayu 
Lain 

Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)


PERGERAKAN GAS
DI DALAM LANDFILL
 LANDFILL GAS (LFG) DIHASILKAN DARI PROSES DEKOMPOSISI
SAMPAH YANG TERTIMBUN DI DALAM LANDFILL OLEH AKTIVITAS
MIKROORGANISME.

 KOMPOSISI GAS YANG DIHASILKAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH


MIKROORGANISME YANG MENDEKOMPOSISI SAMPAH DAN
SECARA UMUM MELALUI FASE-FASE AEROBIK, FALUKTATIF DAN
ANAEROBIK.

 GAS MULAI TERBENTUK PADA TAHAP METAGONESIS YANG


MENGHASILKAN CH4 DAN CO2
PERGERAKAN GAS
DI DALAM LANDFILL
 KETIKA GAS MULAI DIHASILKAN MAKA TEKANAN DI DALAM
LANDFILL AKAN MENINGKAT SEHINGGA MEMUNGKINKAN
ADANYA PERGERAKAN GAS DI DALAM LANDFILL.

 PERGERAKAN GAS BISA TERJADI SECARA VERTIKAL DAN


HORISONTAL, JIKA TEKANAN DILUAR (BAROMETRIK) LEBIH KECIL
DIBANDINGKAN TEKANAN DI DALAM MAKA GAS AKAN
CENDERUNG BERGERAK KE ARAH VERTIKAL DAN KELUAR,
SEDANGKAN JIKA TEKANAN DILUAR LEBIH BESAR MAKA GAS
CENDERUNG BERTAHAN DI DALAM LANDFILL, SAMPAI MENCAPAI
KESEIMBANGAN TEKANAN.

 PERGERAKAN GAS SANGAT SULIT UNTUK DIPREDIKSIKAN DARI


BEBERAPA PENELITIAN DIKETAHUI PERGERAKAN GAS METHAN
KE ARAH HORISONTAL DAPAT MENCAPAI JARAK LEBIH DARI 1500
FEET (Edward, 2000)
CONTROL LFG
 GAS YANG DIHASILKAN SELAMA PROSES DEKOMPOSISI TIDAK
BOLEH LEPAS BEGITU SAJA KE UDARA KARENA GAS METHAN
YANG DIHASILKAN JIKA KONTAK DENGAN UDARA > 5% AKAN
MENIMBULKAN LEDAKAN, SEHINGGA DIPERLUKAN KONTOL DAN
MONITORING TERHADAP LFG.

 KONTROL GAS SECARA UMUM DAPAT DILAKUKAN DENGAN


PEMBAKARAN GAS ATAU MEMANFAATKAN SEBAGAI SUMBER
ENERGI.

 SECARA UMUM SISTEM KONTROL GAS DAPAT DIBEDAKAN


SECARA AKTIF DAN PASIF.
use existing variations in landfill pressure and gas concentrations to vent
landfill gas into the atmosphere or a control system
Active gas collection systems include vertical and horizontal gas collection wells
similar to passive collection systems. Unlike the gas collection wells in a passive
system, however, wells in the active system should have valves to regulate gas flow
and to serve as a sampling port.
Sistem pengelolaan gas

 Gas bio (CH4) yang dihasilkan dari proses


sanitary landfill dapat dimanfaatkan sebagai
sumber bahan bakar.
 Untuk keperluan tersebut maka diperlukan
unit pengumpul gas bio sebagai berikut:
 Perpipaan horisontal, sebagai pembawa gas
 Kompresor, sebagai penyedot gas bio
 Storage, sebagai pengumpul/penyimpan gas bio
Tabel Karakteristik Biogas
Komponen Persen (volume kering)

Methan 45 – 60
Karbon dioksida 40 – 60
Nitrogen 2–5
Oksigen 0.1 – 1.0
Sulfida, disulfida, merchaptan, dll. 0 – 1.0
Ammonia 0.1 – 1.0
Hidrogen 0 – 0.2
Karbon monoksida 0 – 0.2
Unsur-unsur lain 0.01 – 0.6
Karakteristik Nilai
Temperatur,  F 100 – 120
Specific gravitasi 1.02 – 1.06
Kelembaban saturated
Angka pembakaran, Btu / sft3 400 – 550
Contoh Desain Peletakan Pipa Pengumpul Gas
dalam TPA
Sumber : Tchobanoglous et.al, 1993
Gambar Peletakan Pipa Pengumpul Gas dalam Landfill
secara Vertikal
Sumber : Tchobanoglous et.al, 1993
Gambar Distribusi Gas dalam Landfill
Sumber : Tchobanoglous et.al, 1993
Gambar Peletakan Pipa Pengumpul Gas dalam Landfill
secara Horisontal
Sumber : Tchobanoglous et.al, 1993
Detail Peletakan Pipa Pengumpul Gas dalam
Landfill
 Kecepatan gas dalam pipa dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut (Vesilind, 1994);
Q=v.A
di mana;
 Q =laju produksi gas landfill, m3/dtk

 v =kecepatan gas landfill, m/dtk


 A =luas penampang bagian dalam pipa, m2
PENENTUAN JUMLAH GAS YANG DIHASILKAN

Organic waste Rapidly Slowly


component biodegradable biodegradable
Food waste *
Newspaper *
Office paper *
Cardboard *
Plastic non-biodeg
Textiles *
Rubber *
Leather *
Yardwaste *
Wood *
TENTUKAN PRODUKSI GAS LANDFILL :
 UMUR LANDFILL : 5 TAHUN PADA SETIAP TAHAP PERENCANAAN.
 WAKTU UNTUK PENGURAIAN BAHAN ORGANIK YG MUDAH TERURAI
ADALAH 5 TAHUN
 WAKTU PENGURAIAN BAHAN ORGANIK YANG LAMBAT TERURAI
ADALAH : 15 TAHUN.
 KOMPOSISI SAMPAH
 KADARAIR
 PRODUKSI GAS BAHAN CEPAT TERURAI

 PRODUKSI GAS BAHAN LAMBAT TERURAI

 METODA SEGITIGA
TABEL KOMPONEN SAMPAH
KOMPONEN BERAT BASAH KADAR AIR BERAT KERING
(KG) (%) (KG)
Sampah basah 105,021 72.65 28,723
Plastik tercampur 3,392 2 3,324
Kertas 2,106 6 1,980
Kardus 158 5 150
Karung 46 10 41
Besi 31 3 30
Aluminium 35 2 34
Kaleng 180 3 175
Kayu 838 20 670
Kaca/Gelas 422 2 414
Kain 889 10 800
Karet 1,124 2 1,102
Lain-lain 736 -
BERAT
KOMPONEN BASAH BERAT KERING KOMPONEN (KG)

(KG) (KG) C H O N ABU

CEPAT TERURAI

Sampah basah 105,021 34,625 16,620 2,216.03 13,019.16 900.26 1,731.27

Kertas 2,106 1,980 861 119 871 6 119

Kardus 158 150 66 9 67 0.5 8

Total 107,285 36,755 17,547 2,344 13,957 907 1,858

LAMBAT TERURAI

Karung 46 41 23 3 13 2 1

kayu 838 670 332 40 286 1 10

Kain 889 800 440 53 250 37 20

Karet 1,124 1,102 859 110 - 22 220

Total 2,897 2,613 1,654 206 549 62 251


Debit produksi gas, m3/tahun

Debit produksi gas, m3/tahun


h 4/5 h 7/10 h
¾h
2/4 h
¼h

0 1 2 3 4 5 0 1 5 10 15
Waktu, tahun Waktu, tahun
(a) (b)

Gambar Kurva Pembentukan Gas Landfill


(a) Cepat terurai
(b) Tidak cepat terurai
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
Pengelolaan Lindi
LINDI YANG DIHASILKAN DARI PROSES
DEKOMPISISI SAMPAH
DI TPA
Sistem pengelolaan lindi

 Lindi merupakan limbah cair yang timbul akibat


masuknya air eksternal ke dalam timbunan
sampah, melarutkan dan membilas materi –
materi terlarut, termasuk dengan materi organik
hasil proses dekomposisi biologis
(Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993).
 Sistem pengumpulan lindi diperlukan untuk
mengumpulkan lindi yang diproduksi oleh
landfill sehingga sebagian besar air lindi yang
mengalir ke bawah dapat tertangkap.
Sistem pengelolaan lindi
 Produksi lindi
Perhitungan poduksi lindi diperlukan untuk
mengetahui jumlah lindi yang harus dikumpulkan
yang kemudian akan dialirkan kembali ke dalam
landfill.
 Berikut beberapa metoda yang dapat digunakan
untuk memperkirakan jumlah produksi lindi:
1. Metoda Neraca Air
2. Metoda Water Balance (Tchobanoglous, Theisen,
dan Vigil, 1993).
Kesetimbangan air (water balance), dihitung
dengan menggunakan prinsip bahwa jumlah air
yang masuk sama dengan jumlah air yang terpakai
pada saat reaksi kimia dan yang menguap.
3. Metoda Intensitas Hujan Maksimum
PRAKIRAAN VOLUME LINDI
YANG DIHASILKAN
 COMPLETE WATER BALANCE :
P + W + B = Et + G + L + R + DS
P : PRECIPITATION
W : WATER CONTENT OF WASTE
B : WATER FOR BIOCHEMICAL PROCESS
G : GAS WATER ABSORPTION
Et : VOLUME LOSS BY EVAPORATION
L : LEACHATE LOSS
R : SURFACE RUN OFF
DS : VOLUME OF WATER HELD IN THE WASTE.
Sistem pengelolaan lindi

 Salah satu yang berperan penting dalam


jumlah produksi lindi adalah field capacity
(FC) atau kemampuan dalam menyimpan air.
 Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil
merumuskan FC sebagai berikut :
W
FC = 0,6  0,55
10.000  W

Dimana : W = berat rata-rata sampah (kg)


Tabel Tipikal data komposisi lindi dari
landfill baru dan landfill lama
Angka satuan dalam (mg/L)
Unsur
Landfill baru (kurang Landfill lama
dari 2 th) ( 10 th)
Range Tipikal
BOD5 (Biochemical Oxygen Demand setelah 5 2000 – 30000 1000 100 – 200
hari) 1500 – 20000 6000 80 – 160
TOC (Total Organic Carbon) 3000 – 60000 18000 100 – 500
COD (Chemical Oxygen Demand) 200 – 2000 500 100 – 400
Total suspended solid 10 – 800 200 80 – 120
Nitrogen organik 10 – 800 200 20 – 40
Nitrogen ammonia 5 – 40 25 5 – 10
Nitrat 5 – 100 30 5 – 10
Total phosphorus 4 – 80 20 4–8
Ortho phosphorus 1000 – 10000 3000 200 – 1000
Alkalinity (dalam CaCO3) 4.5 – 7.5 6 6.6 – 7.5
pH 300 – 10000 3500 200 – 500
Kesadahan total (dalam CaCO3) 200 - 3000 1000 100 – 400
Kalsium 50 – 1500 250 50 – 200
Magnesium 200 – 1000 300 50 - 400
Potassium 200 – 2500 500 100 – 200
Sodium 200 – 3000 500 100 – 400
Clorida 50 – 1000 300 20 – 50
Sulfat 50 - 1200 60 20 – 200
Fe total
No Kota pH COD (mg/L)
1 Bogor 7,5 28723
8 4303
2 Cirebon 7 3648
7 13575
3 Jakarta 7,5 6839
7 413
8 1109
Tabel Karakteristik
4 Bandung (Leuwigajah) 6 58661 leachate di beberapa
7 7379
5 Bandung (Sukamiskin) 6,39 4426 kota di Indonesia
8,6 9374
6 Solo 6 6166
7 Magelang 8,03 24770
8 Surabaya (Keputih) 8,26 3572
9 Surabaya (Benowo)
- umur < 1 tahun 8,14 8580
- umur 2 tahun 7,87 6160
- umur > 3 tahun 8,14 2200
Sistem Penyaluran Lindi
Sistem Layout Sistem Keterangan
Drain Layout I - Arah aliran
(Tulang ikan) menuju bagian atas
sistem.
- Outlet terletak
pada bagian atas
sistem.
Drain Layout II - Arah aliran di bagi
2 bagian, menuju
bagian atas dan
bawah sistem.
- Terdapat 2 outlet,
letak pada bagian
atas dan bawah
sistem
Sistem Penyaluran Lindi
Drain Layout - Arah aliran
III menuju bagian tepi
(Sisir) sistem.
- Outlet terletak
pada bagian tepi
sistem.

Drain Layout - Arah menuju


IV semua bagian sisi
sistem.
- Outlet pada semua
bagian sistem.
- : arah aliran
- : saluran
pengumpul
Sumber : Pestana (2005)
Gambar Sistem penyaluran lindi dengan pipa
(atas) Detail pipa (bawah)
PERHITUNGAN JUMLAH LINDI YANG
DIHASILKAN
Lift landfill
HUJAN

HUJAN LIFT 1

HUJAN LIFT 2 LIFT 2

LIFT 1 LIFT 1
LIFT 1

LINDI TAHUN 1 LINDI TAHUN 2 LINDI TAHUN 3


Leachate treatment

 Pengolahan fisik/kimiawi
 Pengolahan biologi
LAGOON LINDI

SUMUR PENGUMPUL I

BAK SEDIMENTASI THICKENER

ANAEROBIC BAFFLED
REACTOR
SLUDGE DRYING BED SKEMA
INSTALASI
AERATED LAGOON PENGOLAHAN
AIR LINDI
BAK SEDIMENTASI IIa BAK SEDIMENTASI IIb SECARA
BIOLOGIS DI
UNIT FILTER:
-PASIR KWARSA BENOWO
-CARBON ACTIVE
EFLUEN UNTUK DIOLAH
KEMBALI MENJADI AIR
BERSIH OLEH UNIT
PENGOLAH KIMIA
KOLAM PENAMPUNGAN (LAMA)
AKHIR

EFLUEN UNTUK
DIRESIRKULASI
KE TPA/TANAMAN
BADAN AIR

Anda mungkin juga menyukai