Sampah merupakan buangan berupa padat yang merupakan polutan umum yang
dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit,
menurunkan sumber daya alam, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai
akibat negatif lainnya (Tchobanoglous, 1993). Di kota-kota besar, masalah sampah
seringkali dikaitkan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang merupakan tempat
terakhir menimbun sampah. Kehadiran TPA dengan sistem open dumping (menumpuk
sampah di lahan terbuka) seringkali mengakibatkan konflik sosial warga sekitar akibat
penurunan kualitas lingkungan. Tetapi tidak dapat dipungkiri oleh masyarakat bahwa
keberadaan TPA sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah persampahan, mengingat
kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah domestiknya sendiri (Pedoman
Pemanfaatan Kawasan TPA Sampah, 2000). Pembangunan TPA merupakan suatu dilema,
yaitu disatu sisi keberadaannya mengganggu tetapi disisi lain TPA juga sangat dibutuhkan
untuk mengatasi masalah persampahan di perkotaan. Namun tidak seluruhnya keberadaan
TPA dapat mengganggu pemukiman sekitar. Kini terdapat pula TPA yang menghasilkan
manfaat dan bernilai edukatif bagi masyarakat. Maka pada tugas kali ini, digunakanlah
contoh perbandingan landfill di dalam negeri yaitu TPA Benowo di Kota Surabaya, dan dari
luar negeri yaitu TPA Sudokwon Korea. TPA tersebut dinilai merupakan TPA yang
berkembang baik di wilayahnya. Berikut merupakan penjelasan dari TPA Benowo dan TPA
Sudokwon.
Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia memiliki luas sekitar 326,37
km2 dan memiliki jumlah penduduk 3.221.119 jiwa. Setiap harinya Surabaya memproduksi
sampah sebanyak 8.700 M3. Saat ini, sampah dari Kota Surabaya yang dapat dikelola,
dibuang ke TPA Benowo. Lokasi TPA Benowo terletak di Kelurahan Romokalisari yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik, dengan luas lahan 37 Ha sudah termasuk
daerah pengembangan seluas 3,43 Ha (Badan Lingkungan Hidup Surabaya). Sampah di
TPA Benowo di kelola oleh PT. Sumber Organik selaku perusahaan yang bertanggung
jawab atas pengelolaan sampah di TPA Benowo.
Gambar 1. Keadaan TPA Benowo
(sumber: http://kabarsurabaya.com/wp-content/uploads/2016/10/Buffer-Zone.jpg)
TPA Benowo selain digunakan sebagai tempat pembuangan akhir yang ada di
Surabaya, juga digunakan sebagai tempat untuk mengolah limbah, agar tidak terlalu
mencemari lingkungan sekitarnya. Teknologi tersebut adalah Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). Selain itu pengolahan sampah di TPA Benowo sudah menerapkan teknologi
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang dapat menghasilkan energi listrik sekitar 2
megawatt (Sudirman,2016). Saat ini pengelolaan timbunan sampah di TPA Benowo dibagi
dalam 5 (lima) sel, dimana 2 (dua) sel timbunan sampah yaitu sel IA dan IB dalam tahap
stabilisasi dan 3 (tiga) sel lainnya masih dilakukan penambahan timbunan sampah. Sel
timbunan sampah yang ditutup tersebut kemudian dilapisi tanah liat (clay) setebal 30 cm dan
dipadatkan dengan bantuan mesin pemadat tanah (Badan Lingkungan Hidup Surabaya).
Pada TPA tersebut setiap 3 sampai 4 minggu bahkan terkadang satu tahun sekali
dilakukan penimbunan tanah lempung terhadap sampah yang telah dipadatkan. Sampah
yang diangkut oleh truk yang masuk di lokasi TPA kemudian melewati jembatan timbang
guna sebagai penimbang sampah yang dihasilkan Kota Surabaya setiap tahunnya. Truk
yang berisi sampah yang telah ditimbang kemudian di buang ditempat pendumpingan
sampah sesuai zona yang telah ditentukan. Di lokasi pendumpingan sampah terdapat traktor
yang bertugas untuk menarik dan memadatkan sampah, sampah yang telah menggunung
setinggi 7 meter selama setahun kemudian dipadatkan dengan traktor sehingga tinggi
sampah tersebut mencapai 1,5 2 meter. Dengan hal tersebut, maka sistem penanganan
sampah di TPA Benowo termasuk ke dalam sistem open dumping (Ehan Harianto) .
Dari informasi pihak pengelola bahwa dalam setahun sampah mengalami penyusutan
hingga 50 sampai 60 cm pada masing-masing zona. Pada TPA Benowo juga dilakukan
pemberian cairan berupa EM 4, EM6 dan obat anti lalat pada sore hari dengan tujuan untuk
mengusir dan membasmi lalat dengan takaran 2500 liter / hari.
Berikut adalah beberapa fasilitas yang terdapat di dalam TPA Benowo (Ehan Harianto)
1. Jembatan Timbang
Jembatan timbang digunakan untuk mengetahui asal atau sumber sampah,
nama supir pengangkut sampah. Data-data tersebut dimasukkan ke dalam
database dan menghasilkan laporan yang akan dikirim ke kantor pusat Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Bangunan ini juga dilengkapi dengan
perangkat komputer dan elektronik, yang berfungsi sebagai sarana dan media
untuk mengukur besarnya volume atau tonase sampah yang diangkut masuk ke
dalam TPA Benowo.
2. IPAL 1
Untuk pengaliran air lindi menggunakan kemiringan antara 1 2%. Air lindi ini
akan dikumpulkan dalam satu waduk atau bak teknisi. Pada dasar dan pinggiran
bak penampungan lindi terdapat plastik yang berguna untuk menghindari terjadinya
pencemaran air permukaan pada waduk.
Di bangunan ini terdapat proses pengolahan air lindi atau yang lebih dikenal
air limbah dengan melalui proses kimiawi. Metode kimiawi ini dilakukan dengan
dua cara, yaitu cara manual dan menggunakan mesin. Artinya, proses pengolahan
air limbah dilakukan dengan cara mencampurkan air limbah dengan air tawar dan
juga bahan kimia yang lain. lindi yang dihasilkan diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke badan air dengan cara dibuatkan drainase atau parit disekitar timbunan
sampah.
3. IPAL II
Pada bangunan ini juga dilakukan pengolahan air lindi tahap dua dengan
melalui proses mikrobiologi. Pengolahan ini dilakukan dengan teknologi tertentu,
yaitu dengan memberi bakteri paktogen pada hasil air lindi pada tahap
sebelumnya. Pada bangunan ini tidak lagi menggunakan proses kimiawi.
4. Terminal Dumping
Pada bangunan ini digunakan untuk lokasi pembuangan sampah atau
pendumpingan.
5. Bengkel Alat Berat
Pada bangunan ini digunakan sebagai tempat perawatan, garasi, sekaligus
bengkel untuk alat-alat yang beroperasi di TPA Benowo.
6. Ruang Hijau
Ruang hijau ini diisi oleh tanaman bambu yang berfungsi sebagai penyaring
bau.
7. Penanganan gas methan
Untuk penanganan gas methan dibuatkan cerobong atau lubang 25 30 m.
Gas methan tersebut dialirkan menuju Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa). Gas methan disedot dari sumur gas yang tersebar di landfill dan dialirkan
menuju pipa yang mengalir ke PLTSa. Gas tersebut digunakan sebagai bahan
bakar mesin pembangkit listrik. Dengan disedotnya gas methan, volume sampah
pada TPA pun dapat berkurang.
8. Pegomposan
Sub unit ini digunakan untuk mengolah jenis sampah basah.
Permasalahan yang terjadi di TPA Benowo adalah timbulnya bau tak sedap yang
sangan mengganggu warga sekitar. Masalah ini belum terselesaikan sejak tahun 2007 dan
belum ditangani pemkot dengan baik. Hal ini disebabkan sistem penanganan sampah di TPA
tersebut yang masih open dumping dengan jangka penimbunan sampah dengan tanah yaitu
3 sampai 4 minggu bahkan 1 tahun, sehingga tak mengherankan bila TPA tersebut
menimbulkan bau yang sangat menyengat dan dapat menimbulkan wabah penyakit bagi
warga. Untuk menyelesaikan hal tersebut, Pemkot Surabaya berencana membangun hutan
yang mengelilingi TPA. Hutan tersebut akan menjadi buffer zone atau daerah penyangga.
Buffer zone berfungsi mencegah pencemaran lingkungan dan menghilangkan bau tidak
sedap di sekitar area TPA dengan memanfaatkan pohon tinggi dengan akar yang dalam
sehingga mampu menyerap rembesan air limbah yang ditimbulkan sampah organik
(Rismaharini). Namun pembuatan buffer zone ini mengalami penolakan oleh DPRD
Surabaya (Eka,2016). Hal ini disebabkan buffer zone telah menjadi kewajiban PT Sumber
Organik (SO) sebagai pengelola TPA, bukan oleh Pemkot Surabaya (Ulumuddin, 2016).
Sehingga bau tak sedap masih menjadi permasalahan di TPA Benowo hingga kini. Selain
itu, kondisi TPA Benowo sekarang telah mengalami penumpukan sampah yang overload
(Wijaya, 2015), akibat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap waktunya.
(sumber:
http://www.jawapos.com/thumbs/l/imgs/2016/10/55825_74747_Around%202%20grafis%20peta.jpg)
Walaupun pada TPA Benowo terdapat pengolahan lindi pada IPAL, namun realita
yang terjadi adalah air lindi yang dihasilkan langsung dibuang ke Kali Lamong tanpa diolah
terlebih dahulu. Hal tersebut menimbulkan kawasan di sekitar Kali Lamong tercemar, banyak
ikan mati dan pendapatan para nelayan juga terancam. Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya
pengawasan yang dilakukan Pemkot Surabaya terhadap pengelolaan sampah di TPA
Benowo yang dilakukan oleh PT Sumber Organik (SO). Untuk mengatasi hal tersebut,
Pemkot Surabaya akan menerapkan teknologi Advanced Oxidation Processes (AOP).
Dengan teknologi itu, air limbah yang dibuang dari TPA Benowo ke Kali Lamong akan lebih
jernih dan memenuhi standar baku mutu air (Buchari 2013).
Sampah kota yang masuk ke Sudokwon landfill akan melalui proses RDF terlebih
dahulu yang terjadi sebagai berikut.
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Pencemaran TPA Benowo, BLH Jawa Timur Tegur Walikota Surabaya.
http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/38082. Diakses pukul 20.11 tanggal 29 Januari
2017.
Badan Lingkungan Hidup Surabaya. Gambaran Umum.
http://lh.surabaya.go.id/SLHD/slhd%202%20bt.pdf. Diakses pukul 22.34 tanggal 23
Januari 2017.
Ehan Harianto, Yoyus. Dinamika Konflik Pengelolaan Sampah.
http://repository.unair.ac.id/32961/3/YoyusEhan_Bab2.pdf. Diakses pukul 18.03 tanggal
22 Januari 2017.
Eka, Ghofuur. 14 Oktober 2016. Melihat Pengelolaan Sampah di TPA Benowo, Nihil Lalat
Hingga Aroma Busuk Nyaris Hilang.
http://www.jawapos.com/read/2016/10/14/57438/melihat-pengelolaan-sampah-di-tpa-
benowo-nihil-lalat-hingga-aroma-busuk-nyaris-hilang. Diakses pukul 07.02 tanggal 24
Januari 2017.
Hakim, Abdul. 2 Mei 2016. Menteri ESDM : Pengelolaan Sampah TPA Benowo Surabaya
Baik. http://www.antarajatim.com/lihat/berita/177051/menteri-esdm--pengelolaan-
sampah-tpa-benowo-surabaya-baik. Diakses pukul 07.49 tanggal 24 Januari 2017.
Nasir, Mohammad. 22 Desember 2013. Korea Ciptakan Taman Impian dari Pembuangan
Sampah.
http://sains.kompas.com/read/2013/12/22/1659185/Korea.Ciptakan.Taman.Impian.dari.P
embuangan.Sampah. Diakses pukul 19.30 tanggal 22 Januari 2017.
Rido Astomo, Kuntoro. 06 Oktober 2016. Ini Alasan Risma Pentingnya Bangun Buffer Zone
di TPA Benowo.
http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/278903/ini_alasan_risma_pentingnya_bangu
n_buffer_zone_di_tpa_benowo.html. Diakses pukul 07.42 tanggal 24 Januari 2017.
Tchobanoglous., 1993. Integrated Solid Waste Management Engineering Principles and
Management Issues. New York: Mc Graw Hill Inc.
Ulumuddin, Ihya. 26 November 2016. DPRD Keberatan Buffer Zone TPA Benowo.
http://koran-sindo.com/news.php?r=5&n=62&date=2016-11-26. Diakses pukul 19.15
tanggal 29 Januari 2017.
Wijaya, Ali, dll. 2015. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMILIHAN LOKASI TPA BENOWO SURABAYA.
http://www.academia.edu/12663199/Analisis_Faktor-
faktor_yang_Mempengaruhi_Pemilihan_Lokasi_TPA_Benowo_Surabaya.
Diakses pukul 19.26 tanggal 29 Januari 2017.
Yuni Aisah, Winda. Prastyawan, Agus. S.Sos., M.Si. 2013. ANALISIS
PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN
(DKP) KOTA SURABAYA. https://id.scribd.com/doc/201326444/189271556-
Upaya-Dinas-Kebersihan-Dan-Pertamanan-Dalam-Pengelolaan-Sampah-Di-
Kota-Surabaya. Dakses pukul 11.55 tanggal 30 Januari 2017.
Yoon Hee, Kim. 2010. Trashy Tourism. https://waste-management-
world.com/a/trashy-tourism. Diakses pukul 21.35 tanggal 26 Februari 2017.
Young Gun, Lee, dkk. Technology of Combustible Waste Sorting and RDF Manufacturing
Facilities in Sudokwon Landfill.
http://www.iswa.org/uploads/tx_iswaknowledgebase/Lee.pdf. Diakses pukul 04.58
tanggal 16 Februari 2017.