Anda di halaman 1dari 13

UJIAN AKHIR SEMESTER

IL-2102 BIOSTATISTIKA

Nama : Aulia Ulfatunnisa


NIM: 15714020
Dosen: Qomarudin Helmy
Tanggal Pengumpulan: 11 Desember 2015

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTUKTUR LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

Sungai memiliki banyak manfaat yang sangat membantu kehidupan manusia.


Kehadiran sungai pun sangat penting untuk menunjang keseimbangan alam. Sungai sering
digunakan sebagai sumber pengairan dalam pertanian, menambah kesuburan tanah, tempat
hidupnya berbagai organisme, dsb. Namun, akibat meningkatnya pembangunan di berbagai
bidang, kehadiran sungai sering disalahgunakan oleh beberapa pihak. Kini banyak sungai
yang tercemar akibat limbah domestik maupun non domestik. Kadar logam berat pada sungai
pun terus meningkat. Bila kadar logam berat tersebut melebihi batas, maka akan
menimbulkan efek racun bagi makhluk hidup. Salah satu logam berat yang sering terkandung
dalam sungai adalah besi (Fe). Besi sering berasal dari korosi pipa-pipa air, industri baja,
pupuk, pestisida, keramik, dan baterai. Air yang mengandung besi cenderung menimbulkan
rasa mual apabila dikonsumsi selain itu dalam dosis yang besar dapat merusak organ-organ
dalam pada tubuh manusia. Selain itu, air yang mengandung besi akan berdampak buruk bagi
lingkungan, seperti timbulnya warna coklat pada air. Menurut standard for urban
miscellaneous water reuse [GB/18920-2002], standar baku mutu Fe pada air limbah adalah
sebesar 10 mg/l.
Beberapa sungai yang dikenal tercemar di wilayah Indonesia adalah Sungai Ciliwung
dan Sungai Citarum. Untuk mengetahui persebaran kandungan besi pada Sungai Ciliwung
dan Sungai Citarum, dilakukan pengukuran di 24 stasiun sepanjang aliran sungai. Maka
didapatkanlah data sebagai berikut.

Stasiun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Ciliw
ung
Fe
(mg/l
)
17,38
17,09
16,65
15,32
12,2
11,5
9,8
7,11
7,31
7,27
6,31
5,61
7,13
7,24

Cikapun
dung
Fe
(mg/l)
2,8
3,24
3,12
2,75
2,45
2,88
3,43
3,43
3,78
4,27
4,57
4,69
3,82
3,76

7,46
3,31
7,75
3,91
5,43
3,94
4,43
3,57
5,54
3,96
5,83
4,14
5,5
4,06
5,78
3,97
3,99
3,21
6,35
3,01
Tabel 1. Data pengukuran senyawa logam Fe di sepanjang Aliran Sungai Ciliwung dan Sungai

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Cikapundung

Bila disajikan dalam data grafik, maka dihasilkanlah data berikut.

kadar Fe (mg/ml)

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

stasiun

Grafik 1. Kadar Fe disepanjang aliran Sungai Ciliwung

5
4.5
4
3.5
3
kadar Fe (mg/ml)

2.5
2
1.5
1
0.5
0

stasiun

Grafik 2. Kadar Fe disepanjang aliran Sungai Citarum

Menurut data yang dihasilkan dari grafik 1, diketahui bahwa dari stasiun 1 hingga
stasiun 24 kadar logam Fe pada aliran Sungai Ciliwung cenderung menurun. Ini menunjukan
bahwa aktivitas yang menghasilkan produk buangan Fe cenderung menurun untuk dialirkan
ke sungai dari stasiun satu ke stasiun selanjutnya. Berbeda dengan Sungai Citarum, data yang
dihasilkan grafik 2 antar stasiun satu dengan yang lainnya cenderung fluktuatif, sehingga
diduga bahwa masih terdapat beberapa daerah yang sering menghasilkan produk buangan Fe,
namun di daerah tertentu pembuangan produk buangan Fe sudah berkurang.
Untuk mengetahui data yang diambil memiliki distribusi normal atau tidak, maka
digunakan uji normalitas yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu sebagai berikut.
a. Sungai Ciliwung
Banyak interval kelas
k = 1 + 3, 3 log n
= 1 + 3,3 log 24
= 5,55 = 5 (dibulatkan)

Panjang kelas interval


P = rentang / banyak kelas

= 13,39 / 5
= 2,67 = 3 (dibulatkan)
Interva
l

Xi

fx
Xi

Xi

(Xi)

fx(Xi)

3-5

32

-4

16

128

6-8

63

-1

9-11

10

20

12-14

13

13

25

25

15-17

4
2
4

16

64

64

256

Jumlah

f . Xi
N

192

192
24

426

=8

Rata-rata logam Fe yang terkandung di aliran Sungai Ciliwung dilihat dari 24 stasiun
yang mengalami pengukuran adalah sebanyak 8 mg/ml. Nilai ini masih belum melebihi
standar baku mutu air limbah menurut [GB/18920-2002]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara umum, Sungai Ciliwung memiliki kadar logam Fe yang masih aman.

S=

f .(Xi)
N 1

426
23

= 4,304

Nilai standar deviasi antar stasiun pada aliran Sungai Ciliwung adalah sebesar 4,304.
Maka logam Fe yang terukur memiliki tingkat variansi yang cukup tinggi antar stasiunnya.
Hal ini dapat disebabkan karena pada stasiun awal memiliki kandungan Fe yang sangat tinggi
sementara pada stasiun akhir memiliki kandungan Fe yang sangat rendah, sehingga variansi
yang dihasilkan pun menjadi tinggi.

Inter
val

BB
2,5

3-5

5,5

Z
1,278
0,581

A (0Z)
0,39
8
0,21
9

A
kelas
inter
val
0,179
0,175

E
4,29
6
4,20
5

F-E
3,704
4,795

(FE)
13,7
2
22,9
94

(FE)/E
3,194
5,468

6-8

9-11

12-14

15-17
Jumla
h

4
2
4

8,5
11,
5
14,
5
17,
5

0,116
0,813
1,510
2,207

0,04
2
0,29
1
0,43
5
0,48
6

0,335
0,144
0,052

8,03
5
3,44
4
1,23
8

6,035
2,444
2,762

36,4
24
5,97
3
7,62
6

4,533
1,734
6,158

21,088

Syarat distribusi normal:


X2 hitung < X2 tabel
X2 hitung = 21,088
X2 tabel = X2 (1-, dk)
= 5%
dk = k-1
X2 tabel = X2 (95, 4) = 9,49
X2 hitung > X2 tabel (data tidak berdistribusi normal)
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa pengukuran Fe di Sungai Ciliwung tidak
memiliki distribusi normal. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan pengukuran yang
mengambil data dengan persebaran yang tidak merata, hal ini dapat dilihat dari diagram
berikut.

17%

0305

33%

4%

0608

8%

0911
1214
15-17
38%

Diagram 1. Persebaran data kadar Fe di Sungai Ciliwung

Hasil diagram menunjukan bahwa pengukuran terlalu banyak terjadi pada daerah
yang mengandung Fe dari interval 3-8 mg/ml yang berada pada daerah stasiun 8 hingga
stasiun 24. Sehingga distribusi normal tidak terjadi. Agar distribusi menjadi normal, perlu
mengurangi beberapa data terutama pada daerah distribusi yang dominan. Dari data yang
diperoleh pada pengukuran Fe di aliran Sungai Ciliwung, untuk mendapatkan distribusi
normal perlu dihilangkan data pengukuran dari stasiun 1,8,9,10,11,17,18,19,20, dan 21. Maka
yang digunakan adalah hanya sebanyak 14 data. Perhitungan data tersebut adalah sebagai
berikut,
Inter
val
3-5
6-8
9-11
12-14
15-17
Jumla
h

f
3
4
2
1
4

Xi
4
7
10
13
16

14

f . Xi
N

f x Xi
12
28
20
13
64
137

137
14

Xi-
-5,786
-2,786
0,214
3,214
6,214

(Xi-)
33
8
0,05
10
39

fx(Xi)
100
31
0,1
10
154
296

= 9,786

Rata-rata logam Fe yang terkandung di aliran Sungai Ciliwung dilihat dari 14 stasiun
yang mengalami pengukuran adalah sebanyak 9,786 mg/ml. Nilai ini masih belum melebihi

standar baku mutu air limbah menurut [GB/18920-2002]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara umum, Sungai Ciliwung memiliki kadar logam Fe yang masih aman.

S=

f .(Xi)
N 1

296
13

= 4,775

Nilai standar deviasi antar stasiun pada aliran Sungai Ciliwung adalah sebesar 4,775.
Maka logam Fe yang terukur memiliki tingkat variansi yang cukup tinggi antar stasiunnya.
Hal ini dapat disebabkan karena pada stasiun awal memiliki kandungan Fe yang sangat tinggi
sementara pada stasiun akhir memiliki kandungan Fe yang sangat rendah, sehingga variansi
yang dihasilkan pun menjadi tinggi.

Interv
al

BB

2,5

-1,526

3-5

5,5

-0,898

6-8

8,5

-0,269

9-11

11,5

0,359

12-14

14,5

0,987

15-17
Jumla
h

17,5

1,616

14

X2 hitung = 6,411
X2 tabel = 9,49
X2 hitung < X2 tabel
Data sudah memiliki distribusi normal
b. Sungai Citarum
Banyak interval kelas
k = 1 + 3, 3 log n

A (0Z)
0,453
7
0,313
3
0,102
6
0,136
8
0,336
5
0,446
3

A
kelas
interv
al
0,140
4
0,210
7
0,239
4
0,199
7
0,109
8

F-E

(F-E)

(FE)/E

3,370

-0,370

0,137

0,041

5,057

-1,057

1,117

0,221

5,746

-3,746

2,442

4,793

-3,793

14,03
14,38
5

2,635

1,365

1,863

0,707

3,001

6,411

= 1 + 3,3 log 24
= 5,55 = 5 (dibulatkan)

Panjang kelas interval


P = rentang / banyak kelas
= 2,24 / 5
= 0,448 = 0,5 (dibulatkan)

Interval

Xi

fx
Xi

2,4 - 2,8

2,6

10,4

-0,958

0,918

3,674

2,9 - 3,3

3,1

15,5

-0,458

0,21

1,05

3,4 - 3,8

3,6

21,6

0,042

0,002

0,01

3,9 - 4,3

4,1

28,7

0,542

0,293

2,054

4,4 - 4,8

4,6

9,2

1,042

1,085

2,17

Jumlah

24

f . Xi
N

Xi-

(Xi-)

fx(Xi)

85,4

85,4
24

8,958

= 3,558

Rata-rata logam Fe yang terkandung di aliran Sungai Citarum dilihat dari 24 stasiun
yang mengalami pengukuran adalah sebanyak 3,558 mg/ml. Nilai ini tergolong cukup rendah
dan belum melebihi standar baku mutu air limbah menurut [GB/18920-2002]. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara umum, Sungai Citarum memiliki kadar logam Fe yang masih
aman.

S=

f .( Xi)
N 1

8,958
23

= 0,624

Nilai standar deviasi antar stasiun pada aliran Sungai Citarum adalah sebesar 0,624.
Maka logam Fe yang terukur memiliki tingkat variansi yang cukup rendah antar stasiunnya.
Hal ini dapat disebabkan karena logam Fe yang terukur memiliki nilai yang fluktuatif antar
stasiunnya, sehingga variansi yang dihasilkan pun cukup rendah.

Interval

2,4 - 2,8

2,9 - 3,3

3,4 - 3,8

3,9 - 4,3

4,4 - 4,8

2
2
4

Jumlah

BB
2,3
5
2,8
5
3,3
5
3,8
5
4,3
5
4,8
5

A (0Z)

A
kelas
interv
al

0,473

0,102

0,371

0,241

0,129

0,307

0,467

0,177

0,219

1,269

0,396

0,085

2,07

0,481

Z
1,936
1,135
0,334

E
2,45
8
5,79
6
7,35
6
5,25
6
2,03
0

F-E
1,542
-0,796
-1,356
1,744
-0,030

(FE)
2,37
9
0,63
4
1,83
9
3,04
2
0,00
1

(FE)/E
0,968
0,109
0,25
0,579
0,0005

1,906

Syarat distribusi normal:


X2 hitung < X2 tabel
X2 hitung = 1,906
X2 tabel = X2 (1-, dk)
= 5%
dk = k-1
X2 tabel = X2 (95, 4) = 9,49
X2 hitung < X2 tabel (data berdistribusi normal)
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa sampel yang diukur di aliran Sungai Citarum
memiliki distribusi normal. Hal ini disebabkan banyak data yang mendekati nilai rata-rata,
dan data Fe yang terukur pun tidak ada yang berubah signifikan.
Setelah meninjau uji normalitas, disadari bahwa terdapat suatu hubungan antara letak
stasiun dengan kadar Fe yang terukur. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan uji korelasi
dan regresi. Uji ini hanya dapat digunakan pada data berdistribusi normal. Digunakan regresi
linear yang sesuai dengan persamaan y=a+bx, variabel independent (penyebab) adalah x yang

dalam pengukuran ini merupakan stasiun, dan variabel dependent (akibat) adalah y yang
dalam pengukuran ini merupakan adalah kadar Fe. Karena uji ini hanya berlaku pada data
dengan distribusi normal, maka pada pengukuran kadar Fe di Sungai Ciliwung digunakan
beberapa data yang telah dihilangkan, hasil uji dituangkan pada grafik berikut.
18
16
14
12

f(x) = - 0.5x + 15.49


R = 0.78

10
kadar Fe (mg/ml)

Fe (mg/l)

Linear (Fe (mg/l))

4
2
0
0 5 10 15 20 25 30
stasiun

Grafik 3. Regresi dan korelasi pengukuran Fe di Sungai Ciliwung

Dari grafik 3 didapatkan informasi bahwa antara stasiun dan kadar Fe memiliki
hubungan yang berbanding terbalik, artinya dari stasiun 2 hingga stasiun 24 kadar Fe yang
terukur cenderung menurun. Hal ini menunjukan bahwa dari stasiun 2 hingga stasiun 24,
aktivitas yang yang menghasilkan produk buangan Fe semakin berkurang. Korelasi antara
stasiun dengan kadar Fe pun bernilai 0,7767 yang artinya memiliki hubungan yang sedang.
Sehingga pengaruh letak stasiun cukup berdampak terhadap berkurangnya kadar Fe. Karena
sampel yang diambil lebih sedikit dari sebenarnya, potensi error semakin tinggi akibat data
yang digunakan tidak mewakili keseluruhan.
Hasil uji regresi untuk pengukuran Fe di Sungai Citarum adalah sebagai berikut.

5
4.5
4

f(x) = 0.04x + 3.15


R = 0.18

3.5
3
kadar Fe (mg/ml)

2.5
2
Linear ()

1.5
1
0.5
0
0

10

15

20

25

30

stasiun

Grafik 4. Regresi dan korelasi pengukuran Fe di Sungai Citarum

Dari grafik 4 didapatkan informasi bahwa antar stasiun dan kadar Fe memiliki
hubungan yang berbanding lurus, artinya dari stasiun 1 hingga stasiun 24 kadar Fe yang
terukur cenderung meningkat. Hal ini menunjukan bahwa dari stasiun 1 hingga stasiun 24,
aktivitas yang yang menghasilkan produk buangan Fe semakin bertambah. Bila melihat
grafik 2, kadar Fe yang terukur cenderung fluktuatif. Hasil dapat berbeda karena uji regresi
melihat hubungan secara umum, tidak mendetail tiap bagian. Korelasi antara stasiun dengan
kadar Fe pun bernilai 0,1811 yang artinya memiliki hubungan yang lemah. Sehingga
pengaruh letak stasiun terhadap kadar Fe tidak terlalu besar terhadap meningkatnya kadar Fe.
Dari seluruh data dan analisis, disimpulkan bahwa Sungai Ciliwung memiliki kadar Fe
yang masih berada dibawah baku mutu air limbah menurut [GB/18920-2002]. Dari stasiun 1
hingga stasiun 24, kadar Fe yang terkandung di aliran sungai cenderung menurun. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas yang menghasilkan produk buangan Fe ke Sungai
Ciliwung semakin berkurang dari stasiun 1 hingga stasiun 24. Namun data yang diukur tidak
memiliki distribusi normal akibat dominansi pengukuran di stasiun 8 hingga 24 yang
memiliki kadar Fe sekitar 3-8 mg/l. Untuk memenuhi distribusi normal dihilangkan beberapa
data menjadi 14 stasiun yang diuji. Hasil uji yang memenuhi distribusi normal dilanjutkan ke
uji korelasi dan regresi, dari hasil uji diketahui bahwa letak stasiun cukup berpengaruh
terhadap besarnya kadar Fe yang dimiliki, dan hubungan yang dimiliki letak stasiun dengan
kadar Fe adalah berbanding terbalik. Namun karena data yang digunakan lebih sedikit, maka
potensi error yang dimiliki hasil uji meningkat. Dibandingkan dengan Sungai Ciliwung,

Sungai Citarum memiliki kadar Fe yang masih jauh berada dibawah baku mutu air limbah
menurut [GB/18920-2002]. Dari stasiun 1 hingga stasiun 24, kadar Fe yang terkandung di
aliran sungai bernilai fluktuatif. Data yang diukur memiliki distribusi normal sehingga
analisis dapat dilanjutkan ke uji korelasi dan regresi, dari hasil uji diketahui bahwa letak
stasiun tidak begitu berpengaruh terhadap besarnya kadar Fe yang dimiliki. Hubungan yang
dimiliki letak stasiun dengan kadar Fe adalah berbanding lurus, artinya dari stasiun 1 hingga
stasiun 24 kadar Fe yang terkandung cenderung meningkat, hal ini mengindikasikan bahwa
aktivitas yang menghasilkan produk buangan Fe ke Sungai Citarum semakin bertambah dari
stasiun 1 hingga stasiun 24.

Anda mungkin juga menyukai