Anda di halaman 1dari 15

PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN TEPAT GUNA

AMEILIA ZULIYANTI SIREGAR


NIP. 1973052720012002

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………….1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 2

1. Pengertian dan Penggolongan Limbah Pertanian ........................................................... 2

2. Tujuan Pengolahan Limbah ............................................................................................. 4

3. Contoh-Contoh Pengolahan Limbah Dalam bidang Pertanian ....................................... 4

LIMBAH INDRUSTRI KELAPA SAWIT ................................................................................ 4

LIMBAH INDRUSTRI KARET .............................................................................................. 5

LIMBAH TEBU .................................................................................................................. 8

LIMBAH PADI ................................................................................................................... 8

LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE DAN TAHU .................................................................. 10

LIMBAH KAKAO ............................................................................................................. 11

PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER BIOETANOL ......................... 11

Gas Bio untuk Pembuatan Biochar............................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENDAHULUAN

1. Pengertian dan Penggolongan Limbah Pertanian

Limbah Pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian,


misalnya sabut dan tempurung kelapa, jerami dan dedak padi, kulit,tulang pada
ternak potong serta jeroan & darah pada ikan. Secara garis besar limbah pertanian
itu dibagi ke dalam limbah pra dan saat panen serta limbah pasca panen. Limbah
pasca panen juga bisa terbagi dalam kelompok limbah sebelum diolah dan limbah
setelah diolah atau limbah industri pertanian. (Rachmawan,2001).
Pengertian limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi yang
terkumpul sebelum atau sementara hasil utamanya diambil. Sebagai contoh daun,
ranting, atau daun yang gugur sengaja atau tidak biasanya dikumpulkan sebagai
sampah dan ditangani umumnya hanya dibakar saja. Kotoran ternak umumnya
hanya dijadikan pupuk kandang saja walaupun sebenarnya masih bisa diolah
menjadi bahan bakar langsung, difermentasi menjadi gas bio, media atau campuran
media jamur, campuran makanan ternak lainnya (seperti misalnya pada peternakan
sistem longam atau peternakan di atas kolam ikan).
Berdasarkan jenis dan wujud limbah pertanian terutama limbah industry
pertanian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :
A.Limbah Padat
Bahan-bahan buangan baik dari limbah pra panen, limbah panen, limbah
pasca panen dan limbah industri pertanian yang wujudnya padat dikelompokkan
pada limbah padat, contoh : Daun-daun kering, jerami, sabut dan tempurung kelapa,
kulit dan tulang dari ternak potong, bulu ayam, ampas tahu, jeroan ikan dan lain
sebagainya. Limbah-limbah tersebut di atas kalau dibiarkan menumpuk saja tanpa
penanganan tertentu akan menyebabkan/menimbulkan keadaan tidak higienis karena
menarik serangga (lalat,kecoa) dan tikus yang seringkali merupakan pembawa
berbagai jenis kuman penyakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. Limbah Cair
Limbah cair banyak mengandung bahan organik yang merupakan nutrient
untuk mikroorganisme, karena itu mikroorganisme akan berkembang biak dengan
cepat, dan dalam proses itu menghabiskan oksigen yang terlarut dalam air.
Akibatnya air menjadi kotor dan berbau busuk sehingga kehidupan akuatik mati.
Secara normal, air mengandung kirakira 8 ppm oksigen terlarut. Standar minimum
oksigen terlarut untuk kehidupan ikan adalah 5 ppm dan di bawah standar ini akan
menyebabkan kematian ikan. Limbah cair industri pertanian sangat banyak karena
air digunakan untuk :
1). membersihkan bahan pangan dan peralatan pengolahan.
2). menghanyutkan bahan-bahan yang tidak dikehendaki (kotoran).

C. Limbah Gas
Limbah gas adalah limbah berupa gas yang dikeluarkan pada saat
pengolahan hasil-hasil pertanian, misalnya gas yang timbul berupa uap air pada
proses pengurangan kadar air selama proses pelayuan teh dan proses
pengeringannya. Limbah gas ini supaya tidak menimbulkan bahaya harus disalurkan
lewat cerobong.
Pengolahan limbah gas yaitu Ada beberapa metode yang telah
dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang
dilakukan adalah absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam netralisasi dan
pembersihan partikel.
Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dibagi kedalam golongan
berikut ini:
1) Limbah domestic, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur,
tempat cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri
atas zat organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya dan beracun (B-3), garam
terlarut, lemak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Limbah nondomestic, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian,
peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber lainnya. Limbah
pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan lainnya.
Pada pembahasan ini kita akan membahas tentang beberapa manfaat pengolahan
limbah dalam bidang pertanian. (Kristianto,2002)

2. Tujuan Pengolahan Limbah


Tujuan pengolahan limbah adalah menurunkan kandungan bahan organic
dan bahan lainnya di dalam limbah, baik dalam bentuk cair maupun gas sehingga
diperoleh konsentrasi yang aman untuk dibuang. Teknologi pengolahan maupun
pemanfaatan limbah telah berkembang sehingga pihak perkebunan mempunyai
beberapa pilihan untuk pengolahan limbahnya. Pemilihan teknologi tersebut
bergantung pada jenis dan potensi industri di sekitar lokasi perkebunan kelapa sawit.

3. Contoh-Contoh Pengolahan Limbah Dalam Bidang Pertanian


A. LIMBAH INDRUSTRI KELAPA SAWIT
Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat
proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu
limbah padat, limbah cair, dan gas.
a) Limbah Padat
Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong
kelapa sawit (TKKS). Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya.
Komponen terbesar dalam limbah padat tersebut adalah selulosa, disamping
komponen lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa dan liqnin.

b) Limbah Cair
Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit terutama
dari centrifuge waste dan claybath waste. Limbah cair ini apabila dibuang
keperairan akan mengakibatkan perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi perairan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sehingga akan merusak lingkungan. Oleh karena itu industri kelapa sawit melakukan
suatu perlakuan terhadap limbah cairnya sebelum dibuang kebadan air sehingga
mengurangi pencemaran limbah cair PKS pada badan air.

c) Limbah Gas
Industri kelapa sawit selain menghasilkan limbah padat dan cair, juga
menghasilkan limbah bahan gas. Limbah bahan gas ini antara lain dari gas buangan
uap air pada saat perebusan.
Pengolahan limbah Pada Kelapa Sawit pada dasarnya terdiri dari dua aspek,
yaitu penanganan dan pemamfaatan limbah cair. Proses pengolahan limbah cair
kelapa sawit ini terdiri dari perlakuan awal dan pengendalian pengutipan minyak
(fat-pit). Penurunan suhu limbah dari 700C-800C menjadi 400C-450 Selanjutnya
limbah cair dialirkan ke kolam pengasaman. Air limbah di dalam kolam ini akan
mengalami asidifikasi, yaitu terjadinya kenaikan konsentrasi asam-asam mudah
menguap (volatile fatty acid) dari 1000 mg/l menjadi 5000 mg/l sehingga air limbah
yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam
suasana anaerobik. Sebelum diolah di unit C melalui menara atau bak pendingin.
Hampir seluruh buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang dapat
terdegradasi.

B. LIMBAH INDRUSTRI KARET


proses pengolahan karet menghasilkan limbah cair yang banyak mengandung
senyawa organik. Pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah karet
perlu mendapat perhatian yang serius untuk dipelajari dan diteliti agar tingkat
pencemaran limbah yang dibuang keperairan limbah yang terbentuk pada industri
karet dapat berupa limbah cair, limbah padat.
a) Limbah Cair
Limbah cair karet merupakan air sisa produksi dari pengolahan karet menjadi
benang karet dan air dari pembersihan alat/area. Limbah karet mengandung amoniak
dan nitrogen total yang berbahaya apabila melewati batas standar yang telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ditetapkan sehingga dapat mencemari air sungai dan lingkungan sekitar nya.
Pengolahan limbah cair tersebut dilakukan dengan menampungnya pada bak
penampungan limbah untuk kemudian diendapkan, dsaring dan sisanya dialirkan ke
lingkungan.

b) Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan berupa busa lateks dan sisa slab.Limbah padat
hasil pengolahan dari IPAL berasal dari proses koagulasi kimia dengan Ferosulfat
dikeringkan di drying bed ditampung di bak penampung. Pengolahan air limbah dari
indrustri karet dihasilkan dengan proses-proses berikut ini:
• Collecting Reservoir
Air buangan yang berasal dari pengolahan benang karet dialirkan melalui
saluran parit ke bak collecting reservoir.Didalam bak collecting reservoir terdapat 3
sekat atau sisi dimana pada tiap-tiap pintu/ sekat tersebut ada terdapat saringan. Bak
ini berguna sebagai bak pengontrol sludge atau residu asam asetat dan karet
sehingga diharapkan waste water yang akan mengalir keproses selanjutnya terbebas
dari sludge dan karet tersebut.
• Equalisation Basin
Air buangan dari collecting reservoir dialirkan kedalam bak Equalisation
Basin. Proses ini bertujuan untuk mengurangi atau mengembalikan variasi – variasi
karakteristik air limbah agar segera tercapai kondisi yang optimum pada proses
pengolahan selanjutnya. Dengan adanya bak equalisasi ini diharapkan debit aliran
dan beban pencemaran yang bervariasi dapat diubah menjadi konstan atau
mendekati konstan.
• Alkalization Basin
Setelah dari bak equalisasi, air kemudian dipompakan kedalam bak
alkalization basin. Proses alkalisasi ini dilakukan untuk memisahkan logam berat
dari air limbah dengan menaikkan pH asam menjadi basa. Dimana dalam hal ini
air limbah mengandung kadar zink yang tinggi, dan zink merupakan salah satu
jenis logam yang mudah terikat dengan zat – zat lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada bak alkalization ini dilakukan pengandjusan larutan caustic soda
(penambahan NaOH 30%) dan penambahan polielektrolit yang secara otomatis
akan membentuk endapan. Dan yang berupa sludge cair akan dialirkan ke bak
sedimentasi basin.
• Sedimentasi Basin
Air buangan yang berasal dari bak alkalization akan dialirkan kedalam bak
sedimentasi. Proses sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan fase lumpur
yang terdapat pada air limbah sebagai hasil dari proses alkalisasi. Partikel air harus
cukup besar agar dapat diendapkan dalam jangka waktu tertentu. Kecepatan
pengendapan akan berbanding langsung dengan kuadrat diameter partikel –
partikelnya. Jika partikel membentuk aglomerat maka kecepatan akan bertambah
besar.
Bak sedimentasi ini berbentuk spiral atau dapat dikatakan berbentuk
lingkaran yang mempunyai 3 lapisan. Air limbah yang akan diolah akan masuk
kebagian tengah pada bak pengendapan, kemudian dialirkan kebagian bawah dan
kesamping. Pada waktu air mengalir kepermukaan sludge akan jatuh ke dasar bak
secara gravitasi, kemudian air keluar melalui saluran yang dipasang secara radial.
• Lifhting Pump Station
Air limbah dari bak sedimentasi akan dialirkan ke Lifhting pump station,
dimana lifhting pump station ini berfungsi sebagai post sementara untuk
pengumpulan phase cair. Kemudian air akan dimasukkan kedalam neutralisasi
Basin.
• Neutralisasi Basin
Bak netralisai dilakukan untuk menetralkan air limbah dari pH 10 menjadi
pH 7 (netral). Pada proses ini dilakukan pengadjusan dengan menambahkan asam
sulfat 30%. Proses netralisasi ini bermanfaatuntuk proses biologi, dimana
diperlukan pH air limbah antara 6 - 8 sehingga tercapainya kondisi yang optimum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C. LIMBAH TEBU
Tebu adalah bahan baku dalam pembuatan gula (gula kristal putih, white
sugar plantation) di pabrik gula. Dalam operasionalnya setiap musim giling
(setahun), pabrik gula selalu mengeluarkan limbah yang berbentuk cairan, padatan
dan gas.
Limbah cair meliputi cairan bekas analisa di laboratorium dan luberan bahan
olah yang tidak disengaja. Limbah padat meliputi ampas tebu, abu dan debu hasil
pembakaran ampas di ketel, padatan bekas analisa laboratorium, blotong dan tetes.
Limbah gas meliputi gas cerobong ketel dan gas SO2 dari cerobong reaktor
pemurnian cara sulfitasi.
Pengelolaan limbah pabrik tebu berupa pembuatan bioetanol, pemanfaatan
pucuk tebu sebagai bahan pakan ternak, ampas tebu untuk pakan ternak dan
pembuatan senyawa furfural besrta turunannya, serta pembuatan pupuk kompos dari
blotong. Sedangkan untuk limbah berupa asap dapat dikelola dengan jalan menekan
pengeluaranya diudara bebas.Limbah dari pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai
sebagai bahan baku pabrik alcohol. Limbah cair yang dikeluarkan pabrik
merupakan limbah organik dan bukan Limbah B3 (bahan beracu dan berbahaya).
Limbah cair ini dikelola melalui dua tahapan.Limbah padat berupa ampas tebu
(bagasse) dapat dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas, untuk
makanan ternak; bahan baku pembuatan pupuk, particle board, bioetanol, dan
sebagai bahan bakar ketel uap (boiler) sehingga mengurangi konsumsi bahan-bakar
minyak oleh pabrik. (Salamah,et al., 2009).

D. LIMBAH PADI
Limbah padi merupakan sisa Pengolahan dari Hasil tanaman padi.
Salah satu contoh dari limbah tanaman padi adalah jerami padi. Jerami padi
merupakan limbah pertanian yang pemanfaatannya belum optimal. Biasanya jerami
hanya digunakan untuk membakar batu bata sehingga energinya tidak termanfaatkan
secara optimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengelolaan Limbah Padi
Pengelolaan limba padi dapat dilakuukan dengan dua cara yaitu pengelolaan
secara padat dan pengelolaan secara cair.
✓ Pengelolaan Secara Padat
Dalam pengelolaan secara padat,limbah tanaman padi bisa di hasilkan
antara lain sekam kasar, dedak, dan menir. Sekam banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pengisi untuk pembuatan bata merah, dipakai sebagai bahan bakar, media
tanaman hias, diarangkan untuk media hidroponik, diekstrak untuk diambil silikanya
sebagai bahan empelas dan lain-lain. Dedak halus digunakan sebagai pakan ternak
ayam, bebek atau kuda, sementara menirnya dimanfaatkan sebagai campuran
makanan bayi karena kandungan vitamin B1 nya tinggi, makanan burung.

✓ Pengelolaan Secara Cair


Salah satu pengelolaan limbah tanaman padi adalah sekam padi.Sekam padi
merupakan salah satu limbah pertanian yang pemanfaatannya masih sedikit. Limbah
sekam padi dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan asap cair dengan proses
pirolisa. Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisa ini dapat digunakan sebagai
insektisida organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase asap cair
yang dihasilkan setiap kilogram sekam padi, melakukan pengujian asap cair sebagai
insektisida dan mengetahui pengaruh variasi lama waktu pirolisa terhadap volume
asap cair yang dihasilkan. Variasi lama waktu pirolisa yang dilakukan yaitu 1, 1.5,
dan 2 jam dengan massa sekam padi 2 kg pada setiap ulangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lama pirolisa yang optimum adalah 2 jam pada suhu berada
dalam interval 380-430 °C, dimana rata-rata volume asap cair yang dihasilkan
sebanyak 25,83 ml, rata-rata sekam padi setelah pirolisa 83,3 %, kinerja alat 1,24
gr/jam.m kondensor, dan komponen yang hilang sebesar 13,45 %. Asap cair dapat
membunuh serangga yang ada pada pohon kakao. Lama pirolisa berpengaruh
terhadap asap cair yang dihasilkan. Semakin lama waktu pirolisa, maka semakin
banyak asap cair yang dihasilkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


E. LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE DAN TAHU
Teknologi pengolahan ini dipadukan dengan penambahan EM4 sebagai
starter untuk proses anerob dalam upaya mempercepat proses dekomposisi material
organik dalam limbah, dengan metode ini pengelolaan limbah tidak hanya bersifat
“penanganan” namun juga memiliki nilai guna/manfaat sebagai energi pedesaan.
Dengan teknologi ini nilai COD dapat diturunkan berkisar 75-90%.
Proses an-aerob yang dimanfaatkan pada pengolahan limbah cair industri
kecil tahu dan tempe dalam rangka menghasilkan energi biogas yang ramah
lingkungan adalah teknologi an-aerob menggunakan Digester/tangki pencerna.
Digester atau tangki pencerna merupakan sebuah tangki pencerna kedap udara yang
digunakan untuk memproses limbah cair tahu dan tempe secara anaerob dengan
menguraikan material organic sehingga menghasilkan gas methane (CH4) yang
dikenal dengan biogas.
Limbah cair industri tempe umumnya dibuang ke lingkungan sekitarnya,
terutama ke perairan atau ke sungai. Limbah cair dari proses pembuatan tempe
terutama terdiri dari 99,9% atau lebih air dan 0,1% berupa benda-benda padat yang
terdiri dari zat organik dan anorganik. Limbah cair industri tempe berasal dari proses
pencucian,perendaman, dan perebusan kedelai yang mengandung sejumlah besar
unsur hara esensial terutama nitrogen yang sangat dibutuhkan
tanaman. Pada limbah perendaman kedelai, dari rendaman 50kg kedelai akan
terkandung nitrogen yang cukup tinggi sekitar 1,5% protein terlarut.
Untuk mengatasi masalah pencemaran yang disebabkan oleh limbah industri
diperlukan suatu langkah yang cermat, sehingga limbah dapat dibuang ke
lingkungan sekitarnya dengan aman. Jika pencemaran itu tidak dapat dihindari
setidaknya harus diupayakan untuk meminimalisasi dampak yang mungkin terjadi.
Pencemaran lingkungan yang terjadi akibat dari pengolahan limbah yang kurang
tepat dapat diperkecil dengan memanfaatkan limbah secara maksimal sebagai
sumber energi yang dapat diperbarui terutama untuk peningkatan produksi
pertanian, salah satu cara pemanfaatan limbah adalah penggunaanya sebagai pupuk.
Karena dalam limbah cair industri tempe terkandung senyawa organik yang cukup

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tinggi seperti sakarida, lemak, dan protein yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
(Rahayu,et al.2012).

F. LIMBAH KAKAO
Pengolahan limbah kakao sangat perlu dilakukan dikarenakan tanaman kakao
merupakan tanaman yang secara umum dimanfaatkan bagian bijinya saja. Bagian
buah lain tidak digunakan menjadi bahan utama. Pemanfaatan limbah buah kakao
maupun pemanfaatan limbah pra-panen pada tanaman kakao .
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao dapat di manfaatkan sebagai Pakan
Ternak Kulit buah kakao adalah merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan
tanaman kakao (Theobroma cacao L.) Buah coklat yang terdiri dari 74 % kulit buah,
2 % plasenta dan 24 % biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22 % protein dan
3-9 % lemak. penggunaan kulit buah kakao dapat digunakan sebagai substitusi
suplemen sebanyak 15 % atau 5 % dari ransum. Sebaiknya sebelum digunakan
sebagai pakan ternak, limbah kulit buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu
untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk
meningkatkan kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15 %. Pemberian kulit buah
kakao yang telah diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi
sebesar 0,9 kg/ hari (Rachmayanti, 2004).

G. PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER BIOETANOL


Produksi bioetanol dari limbah industri pertanian merupakan penelitian
bioetanol generasi kedua untuk mengatasi masalah kompetisi ketersediaan pangan
dan energi serta perlindungan lingkungan. Limbah industri pertanian yang cukup
besar di Indonesia adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan jerami padi. Di
Indonesia, kedua bahan tersebut memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi
bioetanol. Teknologi yang digunakan untuk produksi bioetanol generasi kedua ini
lebih sulit dan lama dibandingkan bioetanol generasi pertama yang berbasis pati dan
gula. Diharapkan produksi bioetanol dari limbah industri pertanian di Indonesia
dapat segera direalisasikan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penelitian bioetanol generasi pertama membahas pemanfaatan bahan baku
pangan menjadi bioetanol, seperti tebu, ketela pohon, sorghum, gandum, dan
sebagainya. Sedangkan pada generasi kedua, penelitian difokuskan pada
pemanfaatan limbah industri pangan menjadi bioetanol. Sehingga diharapkan
masalah kompetisi antara kecukupan pangan, jaminan ketersediaan energi dan
perlindungan lingkungan dapat teratasi. Beberapa limbah industri pangan yang dapat
diolah menjadi bioetanol antara lain limbah minyak kelapa sawit (CPO), limbah padi
dan limbah pabrik gula. Limbah industri pangan yang dapat diolah menjadi
bioetanol umumnya mengandung lignoselulosa yang dihidrolisis menjadi glukosa
dan kemudian difermentasi menjadi etanol. Pemanfaatan limbah industri pangan
tersebut dalam makalah ini akan dikaji dari segi potensi dan teknologinya.
Bioetanol saat ini yang diproduksi umumnya berasal dari bioetanol generasi
ertama, yaitu bioetanol yang dibuat dari gula (tebu, molases) atau pati-patian
(jagung, singkong, dll). Bahan-bahan tersebut adalah bahan pangan atau pakan.
Konversi bahan pangan/pakan menjadi bioetanol di Eropa dan Amerika diduga
menjadi salah satu penyebab naiknya harga-harga pangan dan pakan. Arah
pengembangan bioetanol mulai berubah ke arah pengembangan bioetanol generasi
kedua, yaitu bioetanol dari biomassa lignoselulosa, yang diperoleh dari limbah-
limbah industri pangan, seperti Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), jerami padi,
tongkol jagung, sisa pangkasan jagung, onggok, bagase, sisa pangkasan tebu, kulit
buah kakao, kulit buah kopi, dan sebagainya. Dua limbah industri pertanian yang
melimpah jumlahnya adalah TKKS dan jerami padi. (Ulya, M. 2001.).
1. Gas Bio untuk Pembuatan Biochar
Biochar adalah karbon hitam dari residu biomassa pertanian dan kehutanan
yang dihasilkan melalui proses pirolisis biomassa. Penerapan biochar di sektor
pertanian adalah langkah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Penambatan karbon (carbon sequestration) dalam tanah pertanian melalui perbaikan
praktek pengelolaan merupakan salahsatu opsi utama untuk mengurangi emisi CO2
ke atmosfir karena biochar persisten dalam tanah bahkan dilaporkan sampai ribuan
tahun.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Manfaat biochar di bidang pertanian, biochar dimanfaatkan sebagai bahan
ameliorant tanah atau bahan pembenah tanah. Biochar ini tidak dapat dikatakan
sebagai pupuk organik, karena biochar tidak dapat menambah unsur hara dari
kandungan yang terdapat di dalamnya. Hanya saja KTK (kapasitas tukar kation)
biochar tinggi sehingga mampu mengikat kation-kation tanah yang dapat
dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman.
Bahan yang dipergunakan pembuatan biochar adalah sekam padi, jerami,
tongkol jagung, tempurung kelapa, limbah biji sawit ataupun limbah kayu dan
limbah lainnya dari sisa hasil panen yang sudah tidak dimanfaatkan. Pembuatan
biochar menggunakan energi gas bio : bahan sekam padi atau tongkol jagung
dimasukkan dalam bak pengarangan (pirolisator). Suhu dikontrol melalui
termometer yang dipasang di bagian ujung dan tengah alat. Pemanasan dilakukan
secara lambat dan suhu kamar sampai dicapai suhu 200°C tanpa adanya oksigen.
Waktu proses pengarangan selesai hingga tidak ada lagi gas yang keluar (proses
pengarangan sudah sempurna), bak pirolisis dibiarkan dingin selama 24 jam. Hasil
akhir yang diperoleh berupa bio-oil atau minyak nabati dan biochar/arang. Limbah
jika dikelola dengan tepat, akan menjadi sumber pendapatan baru bagi petani,
limbah dapat dibuat berbagai macam produk seperti:
a. Biofull adalah jenis bahan bakar terbaru biasanya ditemukan dalam bentuk cair
yang telah disuling dan diproduksi dari berbagai bentuk biji-bijian dan lemak
nabati, biasanya jagung yang digunakan.
b. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobic atau fermentasi dari
bahan-bahan organic seperti kotoran manusia dan hewan atau sisa-sisa limbah
pertanian
c. Briket adalah sumber energy alternative pengganti minyak tanah dan LPG dari
bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai lagi.
d. Asap cair adalah campuran larutan dari disperse asapkayu dalam air yang dibuat
dengan mengkondensasi asap cair hasil pirolisis.
e. Pupuk organic, Kompos kaya akan keanekaragaman mikroorganisme dengan
komposisi bakteri 106-1010 cfu, aktinomycetes 104-108 dan cendawan 104-

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106cfu/g ram. Kompos berfungsi sebagai soil conditioner yang dapat
memperbaiki struktur, sifat kimia, fisik dan biologi tanah dan sebagai soil
ameliorator yang dapat meningkatkan kemampuan pertukaran kation baik
dladang maupun ditanah sawah.
f. Biopestisida adalah agen biologi atau produk-produk alam yang digunakan untuk
mengkontrol hama pada tanaman.
g. Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara
biologi dalam kondisi terkendali

DAFTAR PUSTAKA

Kristanto.2002.pemanfaatan limbah pertanian. Tigaserangkai: Bandung.


Rachmawan, O. 2001.Dasar pengolahan limbah secara fisik .Departemen
pendidikan nasional proyek pengembangan sistem.
Rahayu, Suparni Setyowati, Vonny Siti Anggrahini Budiarti1), Eko
Supriyanto2.2012. rekayasa pengolahan limbah cair indrustri tahu dan tempe
dalam uopaya mendapatkan sumber energi pedesaan .politeknik negeri
semarang.
Salamah, Z, Suci Tri Wahyuni, Suci Tri Wahyuni.2009. pemanfaatan limbah
indrustri cair .kultivar UAD.
Ulya, M. 2001. Pemanfaatan Limbah industry Pertanian Sebagai Sumber Bioetanol.
Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai