Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN DESAIN BANGUNAN INTAKE DAN BAK

PRA-SEDIMENTASI IPAM KOTA BANYUASIH

DESIGN PLANNING OF INTAKE DAN PRA-SEDIMENTATION


BUILIDING OF BANYUASIH CITY’S WATER TREATMENT
PLANT
Luthfi Lofianda1, Novandri Pasaribu2, Abiyyu Gustya Putra3, Wahyu Pradana Putra4
Rabu (Paralel 1) – Kelompok 5
1,2,3,4,5)
- Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga Kampus IPB
Dramaga
Email: luthfi_lofianda@apps.ipb.ac.id

Abstrak: Air baku yang tersedia di alam berasal dari air permukaan, air tanah, dan air laut. Air
sungai merupakan salah satu jenis air permukaan yang sering dimanfaatkan di Indonesia.
Pengolahan membutuhkan air baku dari sumbernya. Diperlukan bangunan intake sebagai alat
penangkap air baku untuk dapat diolah di instalasi pengolahan air minum. Setelah itu, air baku
akan masuk ke bak prasedimentasi yang mana bak ini bertujuan mengurangi beban penyaringan.
Perhitungan perencanaan mengacu pada kriteria perencanaan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil panjang, lebar, dan tinggi berturut-turut sebesar 2 m, 3
m, dan 3 m. Luas permukaan lubang inlet yang dihitung sebesar 30 cm. Tebal dinding rencana 20
cm dikarenakan tempatnya bersinggungan langsung dengan air dan diperlukan pelapis pada
bangunan. Diameter pipa hisap (inlet) sebesar 150 mm dan pipa outlet sebesar 300 mm. Jumlah
pompa yang direncanakan sebanyak 2 buah. Pada bak prasedimentasi, Zona pengendapan
memiliki luas penampang 103,63 m2 yang diperoleh dengan membagi nilai debit dengan surface
loading. Kemudian diperoleh panjang dan lebar berturut-turut 20,36 m dan 5,09 m berdasarkan
perbandingan lebar dan panjang. Kedalaman bak diperoleh dengan membagi nilai volume dengan
luas, kedalaman bak zona pengendapan 2,08 m. Kondisi aliran Reynold dan Froude beruturut-
turut 752,29 dan 2,87x10-5. Berdasarkan SNI 6774 tahun 2008 tentang tata cara perencanaan unit
paket instalasi pengolahan air, bilangan Reynolds pada unit prasedimentasi harus memiliki nilai
kurang dari 2000, sedangkan bilangan Froude harus bernilai lebih dari 10-5. Berdasarkan
pedoman tersebut seharusnya nilai bilangan Reynold dan bilangan Froude seharusnya keduanya
terpenuhi.

Abstract: Raw water available in nature comes from surface water, ground water, and sea water.
River water is one type of surface water that is often used in Indonesia. Treatment requires raw
water from the source. Intake building is needed as a raw water catching device to be processed in
drinking water treatment plants. After that, the raw water will enter the pre-sedimentation tank
which aims to reduce the filtering load. Planning calculations refer to predetermined planning
criteria. Based on calculations, the results of length, width and height were 2 m, 3 m and 3 m,
respectively. The surface area of the inlet hole is calculated at 30 cm. The plan wall thickness is 20
cm because the place is in direct contact with water and a coating is needed on the building. The
inlet pipe diameter is 150 mm and the outlet pipe is 300 mm. The planned number of pumps is 2
units. In the pre-sedimentation bath, the deposition zone has a cross-sectional area of 103.63 m2
obtained by dividing the discharge value by surface loading. Then obtained length and width
respectively 20.36 m and 5.09 m based on the ratio of width and length. The depth of the body is
obtained by dividing the volume value by area, the depth of the body of the settling zone is 2.08 m.
Reynold and Froude flow conditions are respectively 752.29 and 2.87x10-5. Based on SNI 6774 of
2008 concerning the planning procedures for water treatment plant package units, the Reynolds
number in the pre-sedimentation unit must have a value of less than 2000, while the Froude
number must be worth more than 10-5. Based on these guidelines, the value of Reynold's number
and Froude's number should be fulfilled.

1
PENDAHULUAN
Air baku yang tersedia di alam berasal dari air permukaan, air tanah, dan air
laut. Air sungai merupakan salah satu jenis air permukaan yang sering
dimanfaatkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia secara geografis
memiliki banyak sungai besar yang dapat digunakan sebagai sumber air baku
untuk air minum. Namun, keadaan sungai yang fluktuatif menyebabkan air baku
yang berasal dari air sungai terkadang memiliki konsentrasi suspended solid (SS)
yang tinggi. Konsentrasi SS yang tinggi tersebut dapat membebani unit-unit pada
bangunan pengolahan air minum, sehingga diperlukan sebuah unit sebagai
pengolahan pendahuluan agar tidak membebani unit selanjutnya.
Pengolahan pendahuluan umumnya dilakukan dengan menggunakan unit
intake dan unit prasedimentasi. Unit intake merupakan suatu bangunan yang
dibuat sedemikian rupa pada sisi suatu sumber air (umumnya adalah sungai)
dengan maksud agar sebahagian air dari sungai tersebut (air baku) dapat
dibelokkan untuk dimanfaatkan sesuai keinginan. Pengambilan air dari sungai
dapat dilakukan dengan cara mengambil langsung (menyadap) ataupun dengan
cara membuat bendung pada bagian hilir (upstream) dari sungai. Selain unit
intake dibutuhkan juga unit prasedimentasi dalam proses pengolahan
pendahuluan. Unit prasedimentasi merupakan unit dimana terjadi proses
pengendapan partikel diskret. Partikel diskret adalah partikel yang tidak
mengalami perubahan bentuk, ukuran, maupun berat pada saat mengendap.
Pengendapan dapat berlangsung dengan efisien apabila syarat-syaratnya
terpenuhi. Menurut Lopez (2007), efisiensi pengendapan tergantung pada
karakteristik aliran, sehingga perlu diketahui karakteristik aliran pada unit
tersebut. Karakteristik aliran dapat diperkirakan dengan bilangan Reynolds dan
bilangan Froude (Kawamura 2000).

METODOLOGI
Praktikum dilakukan pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 2019 di
Laboratorium Komputer Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Perancangan
intake dan prasedimentasi dilakukan dengan mengacu pada kriteria desain yang
telah diberikan. Kriteria desain perencanaan dan perhitungan disajikan pada
Lampiran 1 dan Lampiran 2. Proses pelaksanaan praktikum dijelaskan pada
diagram alir berikut.
Mulai

Penentuan kriteria desain bangunan intake

Perentuan data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan

Penghitungan dimensi bangunan intake

2
A

Didapat dimensi bangunan intake:


P = 2 m, L = 3 m, dan H = 3m
Dan dimensi lubang 30 cm x 30 cm

Pembuatan gambar teknik dengan menggunakan AutoCAD

Selesai

Gambar 1 Diagram alir perencanaan bangunan intake

Mulai

Penentuan kriteria desain bak prasedimentasi

Perentuan data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan

Penghitungan dimensi zona inlet, pengendapan, lumpur, dan outlet

Didapat dimensi bak prasedimentasi:


P = 20,36 m, L = 5,09 m, dan H = 2,08 m
serta data-data pendukung lainnya

Pembuatan gambar teknik dengan menggunakan AutoCAD

Selesai

Gambar 2 Diagram alir perencanaan bak prasedimentasi

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Intake atau bangunan penangkap air merupakan bangunan pengambilan
untuk pengolahan air bersih. Intake merupakan bangunan untuk pengumpulan
air baku yang akan dialirkan ke instalasi pengolahan air bersih. Unit intake
berfungsi untuk mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air
yang dibutuhkan oleh instalasi pengolahan, menyaring benda-benda kasar dengan
menggunakan bar screen, dan mengambil air baku sesuai dengan debit yang
diperlukan oleh instastalasi pengolahan yang direncanakan demi menjaga
kontinuitas penyediaan dan pengambilan air dari sumber (Saputri 2011).
Intake yang dibuat berdasarkan hasil dari praktikum sebelumnya mengenai
perencanaan unit IPAM. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh pada kapasitas unit
60 l/detik diperoleh pada tahun 2049 jumlah unit sebanyak 5 unit. Dipilihnya
kapasitas 5 unit dikarenakan semakin sedikit unit yang ada maka biaya
pemeliharaan unit IPAM akan semakin murah. Pada perencanaan intake, debit
sungai yang dijadikan sumber sebesar 2,1 m 3/ detik dengan kecepatan aliran
sungai 0,35 m/detik. Berdasarkan kedua nilai tersebut maka diperoleh luas
permukaan intake yaitu 6 m2. Kemudian perbandingan panjang dan lebar serta
panjang dan tinggi bernilai sama yaitu 2:3 karena intake berbentuk seperti menara
maka nilai panjang lebih pendek dibandingkan dengan lebar dan tinggi yaitu
bernilai 2/3 L atau 2/3 H. luas permukaan inlet yaitu 0,09 m 2 dan jumlah lubang
rencana 3 buah.
Berdasarkan perhitungan yang ada pada lampiran 1 diperoleh hasil panjang,
lebar, dan tinggi berturut-turut sebesar 2 m, 3 m, dan 3 m. Luas permukaan lubang
inlet yang dihitung sebesar 30 cm. Tebal dinding rencana 20 cm dikarenakan
tempatnya bersinggungan langsung dengan air dan diperlukan pelapis pada
bangunan. Diameter pipa hisap (inlet) sebesar 150 mm dan pipa outlet sebesar 300
mm. Jumlah pompa yang direncanakan sebanyak 2 buah.
Prasedimentasi merupakan salah satu jenis pengolahan pendahuluan untuk
meremoval padatan tersuspensi penyebab kekeruhan dengan pengendapan dan 5
mengumpulkannya secara alami akibat gravitasi dalam unit tanpa penggunaan
koagulan. Prasedimentasi bisa juga disebut sebagai plain sedimentation karena
prosesnya bergantung dari gravitasi dan tidak termasuk koagulasi dan flokulasi.
Oleh karena itu prasedimentasi merupakan proses pengendapan grit secara
gravitasi sederhana tanpa penambahan bahan kimia koagulan. Tipe ini biasanya
diletakkan di reservoir, grit basin, debris dam, atau perangkap pasir pada awal
proses pengolahan. Untuk mendapatkan kondisi pengendapan yang mendekati
ideal, perencanaan mengikuti persyaratan bilangan Reynolds (Nre) dan bilangan
Froude (Nfr). Zona pengendapan ideal mempunyai kondisi aliran laminer (Nre <
2000), serta stabil dan tidak terjadi aliran pendek (Nfr > 10-5 ) (Putri 2013)
Prasedimentasi merupakan salah satu unit pada bangunan pengolahan air
minum yang umumnya digunakan sebagai pengolahan pendahuluan. Bentuk unit
prasedimentasi yang umum digunakan adalah rectangular dan circular serta terdiri
dari empat zona, yaitu zona inlet, zona pengendapan, outlet, dan zona lumpur.
Keempat zona ini akan mempengaruhi proses pengendapan yang terjadi di zona
pengendapan. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana desain keempat zona
tersebut. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi proses pengendapan adalah
overflow rate, v-horizontal (vh), bilangan Reynold partikel, serta karakteristik

4
aliran. Karakteristik aliran diketahui dari nilai Bilangan Reynold dan Froude.
Namun, kedua bilangan tersebut tidak dapat dipenuhi keduanya, sehingga perlu
ditetapkan suatu acuan (Yulianti 2012).
Oleh karena itu, perlu dilakukan studi literatur untuk mengetahui acuan yang
harus diutamakan untuk dipenuhi. Bentuk dan rasio antara lebar dan kedalaman
memiliki peran penting dalam menentukan karakteristik aliran, sehingga kedua
hal tersebut harus dipertimbangkan dalam menetapkan acuan. Selain karakteristik
aliran, ada beberapa faktor lain yang menentukan kondisi pengendapan, yaitu
overflow rate, vhorizontal (vh), serta bilangan Reynolds partikel. Apabila faktor-
faktor tersebut benar-benar diperhatikan, maka dapat tercapai kondisi
pengendapan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga pada saat mendesain zona
pengendapan, faktor-faktor harus benar-benar diperhatikan. Selain kondisi zona
pengendapan, ketiga zona lainnya, yaitu zona inlet, zona lumpur, dan zona outlet
saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam menentukan efisiensi pengendapan
(Kawamura 2000).
Bak prasedimentasi bentuk rectangular terbagi menjadi empat zona, yaitu
zona inlet, zona pengendapan, zona outlet, serta zona lumpur. Zona inlet berfungsi
untuk mendistribusikan air ke seluruh area bak secara seragam, mengurangi energi
kinetik air yang masuk, serta untuk memperlancar transisi dari kecepatan air yang
tinggi menjadi kecepatan air yang rendah yang sesuai untuk terjadinya proses
pengendapan di zona pengendapan. Proses pengendapan pada zona pengendapan
pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu karakteristik partikel tersuspensi
dan hidrolika bak. Desain zona outlet biasanya terdiri dari pelimpah yang
dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi terjadinya aliran pendek. Weir
loading rate adalah beban pelimpah (dalam hal ini debit air) yang harus
ditanggung per satuan waktu dan panjangnya. Pada bak terjadi density current,
weir loading rate diharapkan tidak terlalu besar karena dapat menyebabkan
terjadinya penggerusan pada partikel yang mengendap di sekitar outlet, sehingga
diharapkan weir loading rate dapat sekecil mungkin. Zona lumpur merupakan
zona dimana partikel-partikel diskret yang telah mengendap berada. Zona ini
memiliki kemiringan tertentu menuju ke hopper yang terletak di bagian bawah
inlet. Zona lumpur didesain memiliki kemiringan tertentu agar mempermudah
pada saat pembersihan lumpur (Yulianti 2012).
Debit yang masuk ke dalam bak prasedimentasi sebesar 60 lt/detik dan
surface loading 50 m3/m2hari. Panjang zona inlet yang digunakan sebesar 10% dai
panjang total dengan kecepatan 0,3 m/detik. Perbandingan panjang dengan lebar
zona pengendapan 4:1 dengan waktu detensi selama 1 jam. Jumlah sekat rencana
sebanyak 6 sekat dengan tebal dinding sekat 5 cm. Pada zona lumpur kekeruhan
air baku sejumlah 900 NTU atau 1,17 kg/m3. Presentase removal lumpur 70% dan
kadar lumpur 6% dari air. Tinggi muka air V-notch 5 cm dan tinggi jagaan V-
notch 70% dari tinggi muka air V-notch.
Zona pengendapan memiliki luas penampang 103,63 m 2 yang diperoleh
dengan membagi nilai debit dengan surface loading. Kemudian diperoleh panjang
dan lebar berturut-turut 20,36 m dan 5,09 m berdasarkan perbandingan lebar dan
panjang. Kedalaman bak diperoleh dengan membagi nilai volume dengan luas,
kedalaman bak zona pengendapan 2,08 m. Kondisi aliran Reynold dan Froude
beruturut-turut 752,29 dan 2,87x10-5. Berdasarkan SNI 6774:2008 tentang Tata
cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air, bilangan Reynolds pada unit

5
prasedimentasi harus memiliki nilai kurang dari 2000, sedangkan bilangan Froude
harus bernilai lebih dari 10-5. Berdasarkan pedoman tersebut seharusnya nilai
bilangan Reynold dan bilangan Froude seharusnya keduanya terpenuhi, namun
dalam kenyataannya akan sangat sulit sekali apabila kedua kondisi tersebut
terpenuhi. Sekat yang dibuat berjumlah 6 sekat dengan 7 ruang dengan tebal 0,03
m. Nilai L’, R, dan Vo berturut-turut 0,68 m, 0,292 m, dan 0,042 m. Nilai bilangan
Reynold dan bilangan Froude memenuhi yaitu sebesar 192,78 dan 6,16x10 -4.
Pada zona inlet diperoleh panjang bak inlet yaitu 10% dari panjang bak
pengendapan yaitu 2,04 m. Volume bak inlet diperoleh dengan mengalikan
panjang, lebar, dan tinggi yang sudah diketahui dan diperoleh hasil 21,60 m 3.
Diameter inlet diperoleh menggunakan rumus lingkaran sebesar 0,7 m atau 700
mm. Diameter inlet sangat besar dikarenakan luas yang diperoleh juga besar. Pada
perforated wall terdapat lubang-lubang. Kecepatan aliran yang melalui lubang ¼
dari kecepatan inlet sebesar 0,0075 m/detik. Dimensi lubang besarnya 1/3 dari
diameter inlet sebesar 0,23 m. Luas lubang diperoleh sebesar 0,0043 m 2
menggunakan rumus luas lingkaran. Debit pada lubang merupakan perkalian
antara luas lubang dan kecepatan pada lubang sebesar 3,21x10 -3 m3/detik.
Banyaknya lubang merupakan hasil pembagian debit yang masuk dengan debit
lubang sebanyak 18 lubang. Jarak horizontal dan jarak vertikal antar lubang
berturut-turut 1,25 m dan 0,35 m. Direncanakan bak prasedimentasi menggunakan
1 buah pipa inlet kemudian dicari debit inlet sebesar 0,06 m 3/detik, luas
penampang pipa inlet sebesar 0,2 m 2, diameter pipa inlet sebesar 0,5 m, dan
kecepatan pada inlet yang nilainya 0,3 m/detik. Nilai tersebut sudah memenuhi
persyaratan kecepatan yang diizinkan.
Zona Lumpur memiliki volume bak lumpur sebesar 13,36 m 3. Bentuk zona
pengendapan yaitu trapesium. Jumlah dari sisi sejajar yaitu 6,37 m. Panjang bak
yaitu 16,11 m dengan kemiringan bak yaitu 2% dari panjang bak yaitu 0,32 m.
Jari-jari hidrolik pada zona lumpur 1,14 m dengan nilai bilangan reynold yang
memenuhi syarat. Direncanakan bak penampungan lumpur memiliki satu buah
pipa penguras dengan diameter 0,25 m. Lamanya waktu pengurasan selama 48,58
detik didapat dengan membagi volume bak lumpur dengan debit pipa penguras.
Direncanakan zona outlet menggunakan pelimpah (gutter) berbentuk
segiempat. Tinggi jagaan atau Freeboard v-notch 70% dari tinggi yaitu 3,5 cm.
Jumlah pelimpah yang dibutuhkan 2 buah. Dimensi gutter sebagai berikut:
panjang gutter 6,79 m, tinggi air dalam gutter 18 cm, lebar gutter 27 cm, dan
tinggi gutter 40 cm. V-notch pada setiap gutter 40 buah, karena V-notch memiliki
2 sisi maka 1 sisi memiliki 20 buah. Lebar muka air V-notch 0,10 m dan lebar
pintu V-notch 0,17 m. Jarak antar V-notch 24 cm dan jarak V-notch ke tepi 12 cm
serta jarak antar gutter 0,54 m. Saluran pengumpul memiliki luas 0,049 m 2 dengan
diameter 250 mm sehingga memiliki kecepatan pengeluaran 2,4 m/detik. Jarak
dari pinggir pipa ke pinggir bak, panjang bak, dan kedalaman bak berturut-turut
12,5 cm atau ½ dari diameter, 37,5 cm, dan 1,389 m.

SIMPULAN
Perancangan Inlet dan prasedimentasi dirancang berdasarkan pertemuan
sebelumnya dengan memiliki 5 unit pada tahun 2049. Luas permukaan pada
intake yaitu 6 m2. Panjang, lebar, dan kedalaman intake berturut-turut sepanjang 2
m, 3 m, 3 m. Dimensi lubang inlet sebesar 30 cm. Pada unit prasedimentasi

6
terdapat empat zona yaitu zona inlet, zona pengendapan, zona lumpur, dan zona
outlet. Pada zona inlet memiliki panjang 2,04 m, lebar 5,09 m, dan kedalaman
2,08 m. Diameter lubang pada inlet 700 mm dengan lubang berjumlah 18 buah
yang disusun secara horizontal 6 buah dan vertikal 3 buah. Jarak antar lubang
vertikal 0,35 m dan horizonral 1,25 m. Zona pengendapan memiliki panjang 20,36
m, lebar 5,09 m, dan kedalaman 2,08 m. Kondisi aliran yang terpenuhi yaitu
bilangan Reynold dengan nilai 752,29 lebih kecil dari 2000. Sekat yang dibuat
berjumlah 6 sekat dengan 7 ruang yang memiliki tebal 0,03 m. Zona lumpur yang
dibuat memiliki jumlah sisi sejajar yaitu 6,37 m. Panjang bak yaitu 16,11 m
dengan kemiringan bak yaitu 2% dari panjang bak yaitu 0,32 m. Jari-jari hidrolik
pada zona lumpur 1,14 m dengan nilai bilangan reynold yang memenuhi syarat.
Pada zona outlet memiliki tinggi air dalam gutter 18 cm, lebar gutter 27 cm, dan
tinggi gutter 40 cm, dan panjang gutter 6,79 m. Jarak dari pinggir pipa ke pinggir
bak, panjang bak, dan kedalaman bak berturut-turut 12,5 cm atau ½ dari diameter,
37,5 cm, dan 1,389 m.

Saran
Sebaiknya perhitungan dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi kesalahan
hitung. Sebaiknya jumlah unit yang digunakan sedikit agar proses pengurasan
dapat dilaksanakan dengan lebih mudah.

Daftar Pustaka
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 6774:2008 tentang Tata Cara
Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air. Jakarta (ID) : Badan
Standarisasi Nasional
Kawamura S. 2000. Integrated Design and Operation of Water Treatment
Facilities. Kanada (CAN): John Wiley dan Sons, Inc.
Lopez PR, Lavin AG, Lopez MM, Heras, JL. 2008. Flow Models for Rectangular
Sedimentation Tanks. Chemical Engineering and Processing: Process
Intensification. 47 (9-10): 1705-1716.
Putri D T R. Evaluasi kinerja instalasi pengolahan air bersih unit 1 Sungai Ciapus
di Kampus IPB Dramaga Bogor [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Saputri A W. 2011. Evaluasi instalasi pengolahan air minum (IPA) Babakan
PDAM Tirta Kerta Raharja Kota Tangerang [Skripsi]. Jakarta(ID):
Universitas Indonesia.
Yulianti P C. 2012. Desain unit prasedimentasi instalasi pengolahan air minum.
Paper ITS.1(1): 1-22.

7
LAMPIRAN

Lampiran 1 Kriterian perencanaan dan perhitungan dimensi bak intake

Kriteria perencanaan dimensi bak intake


No Parameter Kriteria Perencanaan
1 Debit sungai, Q 2,1 m3/detik
2 Kecepatan sungai, v 0,35 m/dtk
3 Perbandingan P : L 2 :3
4 Perbandingan P : H 2 :3
5 Luas permukaan inlet rencana 0,09 m2
6 Jumlah lubang inlet rencana 3 buah
7 Tebal dinding rencana 20 cm
8 Diameter pipa hisap 150 mm
9 Pipa outlet 300 mm
10 Jumlah pompa rencana 2 buah
11 Lebar sungai bebas
12 Peletakan intake bebas

𝑄 2,1 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
Luas permukaan intake: 𝐴 = =
𝑣 0,35 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 6 m

P:L=2:3
A = P x L = 2/3L . L
6 = 2/3 L2 → L2 = 9, maka L = 3 m; P = 2 m

P:H=2:3
A = P x H = 2/3H . H
6 = 2/3 H2 → H2 = 9 m sehingga H = 3 m

Dimensi lubang inlet


Luas permukaan lubang inlet: A = sisi x sisi = s2 = 0,09 m2
s = 0,3 m = 30 cm

8
Lampiran 2 Kriteria desain dan perhitungan dimensi bak pra-sedimentasi

No Parameter Kriteria Perencanaan


DATA TEKNIS
1 Debit masuk, Q 60 lt/dtk
0,06 m3/dtk
2 Surface loading 50 m3/m2 hari
ZONA INLET
dari panjang bak
1 Panjang zona inlet 10,0%
pengendapan
2 Kecepatan di pipa inlet, Vpi 0,3 m/dtk
ZONA PENGENDAPAN
1 Perbandingan Panjang : Lebar 4 :1
2 Waktu detensi 1 jam
3 Kedalaman bak 1-3 meter
4 Viskositas kinematik reynold, m 8,77E-07 m2/dtk
5 Percepatan gravitasi, g 9,81 m/dtk2
6 Syarat aliran Nre
Reynold < 2000 Nre
Fraud > 0,00001 NFr
7 Rencana sekat di zone pengendapan
Jumlah sekat rencana 6 sekat
Jumlah ruang 7 ruang
Tebal dinding sekat 5 cm
0,05 m
ZONA LUMPUR
1 Kekeruhan air baku 900 NTU
1 NTU = 0,0013 kg/m3
2 Persentase removal lumpur 70%
3 Kadar lumpur 6% dari air
4 Kemiringan bak (slope) 2% dari panjang bak
5 Berat jenis lumpur 2650 kg/m3
6 Rencana intensitas pengurasan 2 kali sehari
7 Rencana ruang lumpur
Bentuk zona pengendapan yaitu trapesium
Perbandingan kedua sisi 2 :1
Ketinggian lumpur 70 cm
0,7 m
Freeboard 30 cm
0,3 m
ZONA OUTLET
Menggunakan gutter (pelimpah) berbentuk
1
segiempat
2 Tinggi muka air V-notch 5 cm
0,05 m
3 Freeboard V-notch 70% dari tinggi muka air V-Notch
4 Konversi m3 ke ft3 (cfs) 35,3088 cfs/m3
5 Konversi ft ke m 0,3048 m/ft

9
Zona Pengendapan
Debit yang masuk : Q = 60 L/detik = 0,06 m3/detik
Surface loading: SL = 50 m3/m2 .hari = 50 m / 86.400 detik = 5,79 x 10-4 m/detik
, /
Luas penampang bak yang dibutuhkan = = = = 103,63 m2
,

P:L=4:1
A=PxL
103,63 = 4 . L . L → L2 = 25,91
L = 5,09 m ; P = 20,36 m

Kedalaman bak:
V = Q . td
= 0,06 m3/detik . 3600 detik = 216 m3
= = = 2,08 m → memenuhi syarat
, ,3

Kondisi aliran Reynold


, ,
Jari-jari hidrolik: = = = 1,14 m
, ,
, ,
Bilangan Reynold: NRe = = = 752,29 → Memenuhi
, / syarat

Kondisi aliran Froude:


, /
Kecepatan awal: Vo = = = 5,67 x 10-3 m/detik
, ,
Tidak
, /
Bilangan Froude: NFr = = = 2,87 x 10-6 → memenuhi
, ,
syarat

Maka dibuat 6 sekat dengan 7 ruang dan tebal sekat 0,03 m di zona pengendapan.
Desain sekat:
∑ , 3 , ,
L’ = ∑
= = 0,68 m
, ,
R= = = 0,292 m
, ,
, /
Vo = = = 0,042 m
, ,

Cek kembali bilangan Reynold dan bilangan Froude


, ,
NRe = = = 192,78 → memenuhi syarat
, /
, /
NFr = = = 6,16 x 10-4 → memenuhi syarat
, ,

10
Zona Inlet
Diketahui: Q = 0,06 m3/detik
P = 20,36 m
L = 5,09 m
H = 2,08 m

Dimensi bak inlet:


Luas bak inlet: Abak inlet = L x H = 5,09 x 2,08 = 10,59 m2
Panjang bak inlet: Pbak inlet = 10% . Pbak pengendapan = 10% . 20,36 = 2,04 m
Volume bak inlet: Vbak inlet = Pbak inlet x L x H = 2,04 x 5,09 x 2,08 = 21,60 m3
, /
Penampang bak inlet: A = = = 0,2 m2
,3 /
Diameter inlet (d) = A. 4п1/2 = 0,2 .(4 . п)1/2 = 0,709 m ≈ 0,7 m = 700 mm

Dimensi lubang:
Perforated wall
Vlubang = ¼. Vinlet = ¼ . 0,30 m/detik = 0,075 m/detik
Dlubang = 1/3. Dinlet = 1/3. 700 = 233,33 mm = 0,23 m
2 2 2
Alubang = ¼ пd = ¼ . п.(0,23) = 0,043 m
Qlubang = Alubang x Vlubang = 0,043 m2 x 0,075 m/detik = 3,21 x 10-3 m3/detik
, /
Banyak lubang: n = = 3, = 18,69 lubang ≈ 18 lubang
/

Direncanakan 18 lubang yang disusun secara horizontal sebanyak 6 lubang dan


vertikal sebanyak 3 lubang.

Jarak antar lubang:


Horizontal
3, , 3
Jarak antar lubang horizontal (h) = = = 1,25 m

Vertikal
,
Jarak lubang ke tepi (ht) = = = 0,346 m ≈ 0,35 m

Direncanakan memakai 1 buah pipa inlet


Qpipa inlet = 0,06 m3/detik
, /
Apipa inlet = = = 0,2 m2
,3 /
/
,
Apipa inlet = ¼. пd2 → d = [ ] =[ ] = 0,505 m ≈ 0,50 m = 500 mm
Cek vinlet: A = ¼ . пd = ¼.п.(0,5) = 0,196 m2
2 2

, /
v= = ,
= 0,305 m/detik ≈ 0,3 m/detik → OK!

11
Zona Lumpur
Kekeruhan air baku sungai Banyuasih = 900 NTU
maka = 900 NTU x 0,0013 kg/m3/NTU = 1,17 kg/m3
Konsentrasi endapan, C = 70% x 1,17 kg/m3 = 0,82 kg/m3
Berat lumpur = Q x Cendapan = 0,06 m3/detik x 0,82 kg/m3 x 86400 detik/hari
= 4250,88 kg/hari
, /
Volume lumpur kering = = = 1,604 m3/hari
/
, /
Volume lumpur basah = = = 26,73 m3/hari

Direncakan intensitas pengurasan 2 kali sehari, sehingga:


, 3 /
Volume bak lumpur = = = 13,36 m3
/
Lebar ruang lumpur = lebar zona pengendapan
,3
Luas profil ruang lumpur = = = 2,23 m2
,
Direncanakan perbandingan antara kedua sisi adalah 2:1

Bentuk zona pengendapan adalah trapesium, dimana luasnya =
∑ ,
2,23 =
∑ = 6,37 m
Sisi 1 + sisi 2 = 6,37 m → 3x = 6,37 m
x = 2,12 m sehingga sisi 1 = 2,12 m, sisi 2 = 4,25 m

Kemiringan bak (slope) = 2% dari panjang bak = 2% x (20,36 – 4,25) = 0,32 m


Tinggi tekan tersedia, H = H zona pengendapan + tinggi ruang lumpur + slope
= 2,08 m + 0,70 m + 0,32 m = 5,98 m

Bilangan Reynold pada zona lumpur:


, ,
Jari-jari hidrolik: R = = = 1,14 m
, ,
, ,
NRe = = = 752,63 → memenuhi syarat
, /

Lama pengurasan lumpur:


, ,
Bilangan Chezy, Cd = = = 0,517
/ , 3 /

Kecepatan air, v = Cd√2 = 0,517√2 , 1 5, = 5,60 m/detik


Direncanakan 1 pipa penguras dengan diameter 250 mm = 0,25 m
Apipa penguras = ¼ пd2 = ¼ . п. (0,252) = 0,049 m2
Qpipa penguras = Apipa penguras . v = 0,049 m2 x 5,60 m/detik = 0,275 m3/detik
3,3
Lama pengurasan = = = 48,58 detik
, /

12
Zona Outlet
Direncanakan zona outlet menggunakan pelimpah (gutter) berbentuk segiempat.
Freeboard v-notch = 70%.h = 70%.0,05 = 0,035 m = 3,5 cm
Jumlah gutter yang dibutuhkan = < 5 H. SL
, /
< 5. 2,08 m . 5,79 x 10-4 m/detik
,
n > 1,96 sehingga n = 2 gutter
Dengan julah gutter sebanyak 2 buah, maka Q masing-masing gutter adalah:
, /
Qmasing=masing gutter = = 0,03 m3/detik x 35,3088 cfs = 1,059 cfs

Untuk 1 gutter:
Qgutter = 2,49. Bp. Ho3/2
Bp = lebar gutter (ft) = 1,5 Ho
Ho = tinggi air dalam gutter
Hp = tinggi gutter

Tinggi air dalam gutter:


1,059 cfs = 2,49. 1,5Ho. Ho3/2
1,059 cfs = 3,735 Ho5/2
Ho5/2 = 0,283
Ho = 0,603 ft, maka Ho = 0,603 x 0,3 = 0,18 m = 18 cm

Lebar gutter:
Bp = 1,5.Ho = 1,5 x 18 cm = 27 cm
Tinggi gutter:
Hp = Ho + 15%Ho + tinggi air dalam V-notch + freeboard
= 27 cm + (0,15 x 27 cm) + 5 cm + (0,7 x 5 cm)
= 39,55 cm ≈ 40 cm

Debit air di V-notch: QV-notch = 1,36. H5/2 = 1,36 x (0,05)5/2 = 0,00076 ft3/detik
, 3 /
V-notch tiap gutter = = , /
= 39,47 ≈ 40 V-notch
V-notch mempunyai 2 sisi, maka 1 sisi V-notch mempunyai 20 V-notch
Tinggi freeboard = 70%. HV-notch = 70% x 5 cm = 3,5 cm
Lebar muka air V-notch = 2. HV-notch . tan 45o
= 2 (5). tan 45o = 10 cm = 0,10 m
Lebar pintu V-notch = 2(HV-notch + freeboard). tan 45o
= 2 (5 + 3,5). tan 45o = 17 cm = 0,17 m
Panjang gutter = 1/3. Panjang bak = 1/3. 20,36 m = 6,79 m

13
Jarak tiap V-notch:
Panjang gutter = (ƩV-notch x lebar pintu V-notch) + (ƩV-notch x jarak V-notch)
∑ ,
Jarak tiap V-notch = ∑
=

= 0,24 m = 24 cm
Jarak V-notch ke tepi = ½. 24 cm = 12 cm
Jarak antar gutter = 5 x (2 x 0,27 m) /5 = 0,54 m

Saluran pengumpul:
Aoutlet = Agutter = Asaluran pengumpul = 2. 0,18 m x 0,27 m = 0,049 m2
Aoutlet = ¼. пd2 → 0,049 = 0,25 x п x d2 → d = 0,248 m ≈ 0,25 m = 250 mm

Sehingga Ø outlet sebesar 250 mm

, /
voutlet = = = 2,40 m/detik
,

Direncanakan jarak dari pinggir pipa ke:


Pinggir bak = ½. Øpipa = ½. 250 mm = 125 mm = 12,5 cm
Maka panjang bak = 0,250 m + 0,125 m = 0,375 m = 37,5 cm
Kedalaman bak = 2/3. Hbak pengendapan = 2/3. 2,08 m = 1,389 m

14

Anda mungkin juga menyukai