Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN

GOODHOUSEKEEPING
PADA INDUSTRI PANGAN
- MINYAK GORENG -

DISUSUN OLEH :

1. GHEA GARGARINA GARDINA (10411600000063)


2. INTI ROHMANIA (10411600000069)

3.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS VOKASI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dewasa ini mulai diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat
pencegahan terhadap sumber-sumber dihasilkannya limbah, seperti eco-efficiency,
pollution prevention, waste minimization ataupn source reduction. United Nation
Environment Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner production atau
produksi bersih sebagai upaya preventif dan integrasi yang dilaksanakan secara
kesinambungan terhadap proses dan jasa untuk meingkatkan efisiensi dan mengurangi
resiko terhadap manusia dan lingkungan (Kautsar, 2006).
Good Housekeeping atau GHK (tata kelola yang baik) merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atas kemauannya sendiri dalam
memberdayakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatur penggunaan bahan baku,
air dan energi secara optimal dan bertujuan untuk meningkatkan produktifitas kerja dan
upaya pencegahan pencemaran lingkungan. Upaya-upaya tersebut berkaitan dengan
langkah praktis yang dapat segera dilaksanakan oleh perusahaan. Tiga manfaat Good
Housekeeping yaitu penghematan biaya, kinerja lingkungan hidup lebih baik,
penyempurnaan organisasional (KLH, 2003).
Peningkatan konsumsi dan produksi dunia terhadap minyak sawit secara
langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi minyak sawit di Indonesia.
Pertumbuhan industri minyak sawit di Indonesia memberikan dampak positif di
berbagai bidang. Selain penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan industri minyak kelapa
sawit secara langsung dapat meningkatkan devisa negara namun juga memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan (Kautsar, 2006).

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari good housekeeping?
2. Bagaimana potensi dan peluang dalam mencapai good housekeeping?
3. Bagaimana proses produksi pada industri minyak goreng?
4. Bagaimana penerapan good housekeeping pada industri minyak goreng?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari good housekeeping?
2. Untuk mengetahui potensi dan peluang dalam mencapai good housekeeping?
3. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi pada industri minyak goreng?
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan good housekeeping pada industri
minyak goreng?
BAB II
STUDI LITERATUR

II.1 Definisi Good Housekeeping


Produksi bersih didefinisikan sebagai strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif dan integrasi yang dilaksanakan secara kesinambungan terhadap
proses dan jasa untuk meningkatkan eco-efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko
terhadap manusia dan lingkungan. Reduksi pada sumbernya merupakan bagian dari
strategi produksi bersih.
Untuk kegiatan proses, produksi bersih mencakup upaya konservasi bahan baku
dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3), mengurangi
jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan
proses.
Menurut Soeriaatmadja dalam paradigma produksi bersih (20:1999), produksi
bersih merupakan jalan menuju pembangunan ekonomi dan pemanfaatan teknologi
yang ramah lingkungan. Terdapat perbedaan yang nyata antara program program
teknologi bersih dengan program pengendalian pencemaran dan pengrusakan
lingkungan hidup sebelumnya. Program produksi bersih merupakan upaya efektif dalam
sistem produksi.
Manfaat yang didapat melalui penerapan produksi bersih adalah penghematan
bahan baku, mengurangi biaya pengolahan limbah, mencegah kerusakan lingkungan,
mengurangi bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja, serta meningkatkan daya
saing produk (Djajadiningrat, 2001).
Pelaksanaan program pencegahan pencemaran sebagai salah satu upaya bisnis
akan memberikan sejumlah manfaat yang berarti bagi perusahaan. Manfaat yang utama
adalah perbaikan mutu lingkungan sebagai akibat berkurangnya limbah dan bahan
beracun erbahaya yang dibuang oleh kegiatan bisnis. Disamping itu, program encegahan
pencemaran dapat memberikan manfaat, yaitu ekonomi, daya saing dan citra yang
positif di masyarakat (Djajadiningrat, 1999).
Keuntungan lain dari penerapan produksi adalah meningkatkan daya saing
internasional, keuntungan dalam penggunaan kembali bahan, persiapan dalam
memperketat pemberlakuan secara formal dan non-formal serta pengakuan bahwa
produksi bersih dapat memberikan kelebihan dalam inovasi (Mostert, 1999).
Produksi bersih didasarkan pada empat strategi, yaitu:
1. Merupakan upaya penerapan strategi pencegahan yang berkelanjutan terhadap
proses dan produk untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan
hidup serta sumber daya alamnya.
2. Merupakan upaya untuk menggarap proses produksi dengan strategi yang eliputi
pelestarian bahan baku dan energi, penghilangan pemakaian B3 dan
pengurangan kadar racun dari semua bentuk buangan dan limbah sebelum
meninggalkan proses produksi.
3. Dalam proses menghasilkan produk, strategi produksi bersih memusatkan
perhatian pada upaya pengurangan dampak lingkungan di seluruh daur suatu
produk, mulai dari ekstraksi bahan mentah sampai ke pembuangan limbah
produk tersebut.
4. Meliputi upaya penguasaan teknik pelaksanaan, penyempurnaan teknik yang
sudah ada, dan perubahan sikap, pandangan dan perilaku produsen.

Gambar II.1 Teknik pelaksanaan produksi bersih (Bapedal, 2001)

Guna ulang adalah upaya pemanfaatan limbah dengan atau tanpa melakukan
serangkaian proses, baik fisika, kimia ataupun biologi, reduksi pada sumbernya adalah
mencegah terbentuknya limbah pada waktu pelaksanaan suatu kegiatan. Secara garis
besar dapat dibagi menjadi good housekeeping dan modifikasi proses (Bapedal, 2001).
Good Housekeeping adalah sejumlah langkah praktis yang dapat segera
dilaksanakan oleh pelaku kegiatan dengan memperhatikan kebersihan, keapikan
lingkungan kerja dan kinerja proses produksi. Good housekeeping dapat dilaksanakan
dengan memperhatikan tata cara penyimpanan, penanganan dan pengangkutan bahan
yang baik, mencegah kebocoran dan ceceran dan lain-lain (Bapedal, 2001).
Tata cara operasi yang baik adalah pengendalian operasional suatu kegiatan
yang bersifat procedural, administrative, institutional, dengan tujuan untuk mengurangi
terbentuknya limbah. Tata cara operasi yang baik diterapkan pada setiap tahap kegiatan
mulai dari penanganan bahan baku, penyimpanan, proses produksi hingga perawatan
dan pemeliharaan peralatan operasional (Bapedal, 2001).

II.2 Potensi dan Peluang dalam Mencapai Good Housekeeping


Berikut beberapa keuntungan menerapkan standar good housekeeping di
industri:
1. Mengurangi bahkan menghilangkan potensi bahaya atau apa saja yang menjadi
penyebab umum terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset, tersandung, dan
terjatuh serta kebakaran dan ledakan.
2. Mengurangi kemungkinan kontaminasi bahan berbahaya di area kerja penyebab
timbulnya masalah kesehatan, seperti menghirup debu atau asap.
3. Meningkatan produktivitas kerja dengan penataan material dan peralatan kerja
yang baik, karyawan pun bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
4. Membuat area kerja menjadi rapi, nyaman, dan menyenangkan. Barang-barang
yang tertata baik dan bersih tidak lagi menghambat pergerakan para karyawan
dan kecelakaan kerja pun dapat diminimalkan.
Untuk mengetahui adanya potensi dan peluang pada sebuah industri perlu
dilakukan identifikasi inefisiensi pada tiap tahapan proses produksi. Berikut ini
merupakan beberapa identifikasi pada tahapan proses produksi pada industri minyak
kelapa sawit:
No. Reduksi Sumber Identifikasi inefisiensi Keterangan
1 Good Pengurangan ceceran di setiap unit
housekeeping proses.
Ceceran buah sawit, minyak sawit dan
bahan kimia pada lingkungan pabrik
terjadi akibat cara kerja yang tidak
sesuai dengan prosedur, kerusakan
mesin, kebocoran serta sifat dari materi
yang diproses. Adanya ceceran pada
lingkungan pabrik mengakibatkan
kondisi lingkungan pabrik menjadi
kurang nyaman serta peningkatan
kehilangan produk.
2 Good Peningkatan kesadaran dan partisipasi
housekeeping aktif karyawan dalam melaksanakan
upaya good housekeeping.
Program ini menjadi sangat penting
karena karyawan merupakan pemegang
peranan utama dalam setiap
pelaksanaan program. Upaya
goodhousekeeping memerlukan adanya
perubahan dalam pola pikir, sikap dan
tingkah laku serta penerapan know-how,
dan teknologi.
3 Modifikasi Penghematan penggunaan air hingga Perubahan
Proses 50% dalam satu tahun. masukan proses
Tinggi rendahnya pemakaian air
dipengaruhi oleh jumlah TBS yang
diolah. Semakin banyak TBS yang
diolah maka pemakaian air akan
semakin meningkat, demikian
sebaliknya.
4 Modifikasi Pengurangan cemaran kegiatan Tata cara operasi
Proses produksi minyak sawit. yang baik
Cemaran-cemaran yang dihasilkan
meliputi lumpur, kalsium pada claybath
dan pelumas mesin. Cemaran yang
dihasilkan tersebut menyebabkan
gangguan terhadap lingkungan kerja
pabrik dan lingkungan alam.

II.3 Proses Produksi


Menurut Kautsar (2006), terdapat 7 tahapan proses produksi pada industri
minyak kelapa sawit diantaranya sebagai berikut:
1. Penerimaan buah
Kendaraan yang bermuatan TBS (Tandan Buah Segar) ditimbang
terlebih dahulu pada jembatan timbang berkapasitas 50.000 kg. Tujuan
penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah TBS yang dihasilkan dan yang
akan diolah. TBS kemudian dibawa menuju lantai penerimaan buah. Pada lantai
penerimaan buah dilakukan sampling kualitas TBS terlebih dahulu. Pemeriksaan
kualitas dilakukan untuk mengetahui kualitas kelapa sawit yang akan diolah.
Kualitas TBS yang diperiksa meliputi tingkat kematangan buah, adanya gagang
pada buah, dan kontaminasi.
2. Perebusan
Proses rebusan dilakukan dengan menggunakan uap basah. Perebusan
bertujuan untuk menghidrolisis pektin dari pada tongkol buah, sehingga
memudahkan proses perontokan atau pemipilan, mengurangi kadar air dan
menghentikan aktifitas enzim lipase serta oksidase yang masih bekerja. Proses
perebusan dilakukan dengan menggunakan sterilizer. Sterilizer merupakan
mesin rebusan berbentuk silinder horizontal dengan kedua ujungnya terdapat
pintu sebagai tempat masuk dan keluar lori. Setelah lori berada di dalam
sterilizer, kedua pintu sterilizer kemudian ditutup dan dikunci dengan sitem
interlock secara manual oleh operator. Setelah proses perebusan selesai
dilakukan, pintu sterilizer dibuka secara manual dan tangga lori diturunkan. Lori
beserta tandan rebusan kemudian ditarik oleh karyawan menggunakan tali
polypropilen dengan bantuan bollard menuju stasiun perontokan.
3. Perontokan/pemipilan
Perontokan buah dari tandan dilakukan menggunakan pemipil dengan
tipe rotary drum/teromol pemipil. Teromol pemipil ini berbentuk silinder yang
dibangun dari batang-batang besi memanjang sepanjang teromol yang terpasang
mendatar dan berputar pada sumbu mendatar atau pada empat buah titik tumpu.
Tandan buah yang masuk pada teromol pemipil yang sedang berputar akan
terbawa dan terbentuk pada dinding akibat gaya sentrifugal. Akibat gaya gavitasi
tandan kemudian jatuh membentur dinding dan buah terlepas dari tandan.
4. Pengadukan
Setelah melalui proses perontokan, buah kemudian masuk ke dalam
digester melalui top distribution elevator. Pada digester, buah diaduk dan
dilumatkan dengan tambahan uap panas sehingga menyebabkan sebagian daging
buah sudah terlepas dari bijinya. Penambahan uap panas melalui bagian bawah
digester dilakukan untuk memudahkan proses pelumatan. Proses pengadukan
bertujuan untuk memudahkan proses pengempaan agar minyak dengan mudah
dapat dipisahkan dari daging buah dengan tingkat kerugian yang sekecil-
kecilnya. BAPEDAL (1998) menambahkan bahwa proses pengadukan dan
pelumatan bertujuan untuk memecahkan daging buah secara fisik dan
melepaskan sel yang mengandung minyak. Karena gesekan yang timbul pada
waktu pengadukan maka dinding sel (daging buah) yang mengandung minyak
terkoyak sehingga minyak akan keluar dengan sendirinya. Proses pengadukan
dilakukan kurang lebih selama 15 menit pada suhu 90°C dengan beban
elektromotor maksimum 40 amp. Proses pengadukan buah berlangsung dengan
baik jika beban elektromotor menunjukkan nilai 25 amp. Setelah proses
pelumatan selesai, buah masuk kedalam mesin kempa ulir.
5. Pengempaan
Ekstraksi minyak kelapa sawit dilakukan secara mekanis, yaitu dengan
pengepresan atau pengempaan. Pengempaan pada buah akan membebaskan
minyak dari serat dan biji. Mesin kempa ulir menekan buah sehingga minyak
keluar dan terpisahkan dari serat. Tekanan kempa ulir diatur sebesar 60-70 bar
agar minyak keluar dengan maksimal, kehilangan seminimum mungkin dan biji
tidak pecah. Penambahan air pada kempa ulir dilakukan sesuai dengan kondisi,
penggunaan air yang berlebihan mengakibatkan kandungan air pada minyak dan
serat menjadi tinggi sementara pengurangan penggunaan air akan menyebabkan
mesin kempa ulir menjadi lebih awet. Serat dan biji dialirkan melalui cake
breaker conveyor menuju proses selanjutnya. Selama melewati cake breaker
conveyor, serat dan biji terpisah. Serat merupakan limbah padat yang masih
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar solid atau untuk ketel pabrik.
Sedangkan biji diolah lebih lanjut untuk menghasilkan inti sawit (IKS).
6. Penjernihan
Penjernihan berfungsi untuk memisahkan minyak dari lumpur dan air
dengan metode grafitasi dan mekanik. Proses ini menghasilkan produk minyak
sawit bersih yang kemudian ditampung pada oil storage tank. Minyak kotor dari
proses pengempaan dialirkan ke vibrating screen untuk memisahkan kotoran
dan sabut. Minyak kotor yang telah disaring selanjutnya ditampung di dalam
crude oil tank (COT) sebelum dilakukan proses penjernihan. Minyak kotor yang
dihasilkan kemudian dialirkan menuju oil gutter untuk memisahkan serat yang
terbawa. Selanjutnya minyak kotor dialirkan menuju vibo screen. Minyak kotor
kemudian dinaikkan suhunya hingga mencapai 95-100°. Peningkatan suhu
bertujuan untuk memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air dan
lumpur yang ada dalam minyak kotor. Adanya perbedaan berat jenis akan lebih
mudah dalam memisahkan minyak, air dan lumpur.
Peningkatan suhu dilakukan dnegan menambahkan minyak kotor dengan
air dilusi. Disamping itu, penambahan air dilusi bertujuan untuk menurunkan
viskositas minyak sehingga minyak dapat dipompa kedalam continuous settling
tank (CST). Standar penambahan air dilusi adalah sebanyak 32% dari TBS
diolah. Minyak hasil penyaringan pada vibo screen kemudian ditampung ke
dalam COT yang kemudian dialirkan menuju CST. Pada CST, minyak kotor
dipisahkan dari lumpur dengan cara memisahkannya berdasarkan berat jenis.
Minyak sawit akan terpisah dari lumpur melalui CST bagian atas, sedangkan
lumpur akan terpisah menuju kolam lumpur melalui bagian bawah CST.
Minyak yang keluar dari CST kemudian dialirkan menuju oil purifier.
Oil purifier berfungsi untuk memisahkan minyak dari kotoran. Minyak yang
keluar dari oil purifier selanjutnya menuju vacuum drier untuk dikeringkan.
Kandungan air yang terdapat pada minyak yang keluar dari oil purifier mencapai
0,6%. Pada vacuum drier, air sebanyak 0,5% yang masih terdapat pada minyak
akan dipisahkan, air tersebut dialirkan menuju hot water tank. Dried oil
kemudian dipompa dan ditampung dalam oil storage tank berkapasitas 2.000
ton.
Lumpur yang keluar dari CST dipompa menuju desanding cyclone untuk
memisahkan minyak yang masih terkandung. Lumpur dialirkan menuju
penampungan, yaitu balcony. Kotoran yang masih terdapat pada lumpur
kemudian dipisahkan pada sludge separator sehingga menghasilkan skimmed oil
yang dialirkan menuju sludge drain tank. Pada bagian tengan CST terdapat
endapan lumpur. Endapan lumpur ini kemudian dialirkan menuju sludge drain
tank. Pada sludge drain tank, kotoran mengendap dan terpisahkan dengan
sendirinya, lumpur yang masih mengandung minyak dipompa kembali menuju
CST.
7. Pengolahan inti sawit
Pada proses pengempaan terjadi pemisahan antara minyak sawit kasar
dengan serat dan biji. Serat dan biji yang dipisahkan dari minyak pada proses
pengempaan kemudian dibawa melalui cake breaker conveyor (CBC). Selain
berfungsi untuk mengalirkan biji dan serat, CBC yang berbentuk pisau ulir
berfungsi untuk memisahkan serat yang masih menempel pada biji. Selanjutnya
serat dihisap dengan menggunakan depericarper dan dibawa langsung menuju
ketel, sedangkan biji dimasukkan ke dalam nut polishing drum. nut polishing
drum merupakan silinder berlubang yang memisahkan biji dan serat yang masih
terbawa. Biji kemudian dialirkan melalui wet nut conveyor dan wet nut cyclone,
lalu dihisap dengan nut silo fan hingga memasuki nut silo.
Biji kering pada nut silo dialirkan melalui dry nut conveyor dan dihisap
kembali untuk memasuki proses grading. Proses grading dilakukan untuk
memisahkan biji ke dalam tiga ukuran. Setelah itu dilakukan pemecahan biji
dengan menggunakan ripple mill. Ketiga ripple mill diatur sedemikian rupa
sesuai dengan ukuran biji sehingga mencegah adanya inti yang pecah.
Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan biji yang belum pecah
dengan biji yang sudah pecah. Biji yang tidak pecah pada proses pemecahan
dialirkan kembali menuju dry nut conveyor melalui uncracked nut conveyor.
Inti dan cangkang kemudian dipisahkan dengan menggunakan hisapan
udara. Inti yang memiliki berat lebih besar daripada cangkang akan turun
menuju cernel grading drum. Cangkang dialirkan melalui fuel distributing
conveyor menuju ketel untuk digunakan sebagai bahan bakar. Proses
pembersihan inti dari cangkang dilakukan kembali dengan cara dihisap,
sehingga dihasilkan inti kering. Inti yang terbawa cangkang yang terhisap akan
dipisahkan kembali pada vibrating screen. Inti kering kemudian dihisap dengan
cernel silo fan menuju rotary feeder. Inti kering kemudian didorong menuju
bulk silo dengan meenggunakan winnowing fan. Inti sawit selanjutnya disimpan
pada bulk cernel silo.

Gambar II.2 Proses Produksi Minyak Kelapa Sawit

II.4 Penerapan Produksi Bersih pada Industri Minyak Goreng


Menurut Kautsar (2006), peluang penerapan produksi bersih dikelompokkan
menjadi (i) penerimaan buah, (ii) proses perebusan, (iii) proses pemipilan, (iv) proses
pengadukan dan pengampaan, (v) proses penjernihan, (vi) stasiun inti, dan (vii) area
gudang penyimpaan dan kondisi umum pabrik.
No. Reduksi Peluang Penerapan Keterangan
Sumber
1 Modifikasi Peningkatan asam lemak bebas (ALB). Perubahan
proses Pembentukan ALB dalam minyak terjadi masukan proses
sebelum buah direbus, yaitu selama
pengangkutan dan penimbunan. Peningkatan
ALB terjadi pada saat pematangan buah,
pemetikan, pengangkutan hingga penimbunan
pada penerimaan buah. Pada saat proses
pematangan buah terjadi penguraian atau
hidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam
lemak bebas. Proses hidrolisis dikatalis oleh
enzin lipase yang terdapat dalam buah, tetapi
berada di luar sel yang mengandung minyak.
Peningkatan ALB disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu kerusakan mekanis seta aktifitas
enzin pada buah. Pada penerimaan buah, TBS
yang diterima dikumpulkan terlebih dahulu
untuk meunggu proses pengolahan. Proses
pengolahan dimulai etika TBS pada lantai
penerimaan buah sudah cukup, yaitu
sebanyak 150 ton. Benturan pada saat
pemasukan TBS dari truk ke fruit loading
ramp menyebabkan terjadinya kerusakan
mekanis pada buah, disamping utu
penimbunan buah untuk menunggu waktu
pengolahan memberikan kesempatan
terjadinya penngkatan ALB.
Mangoensoekarjo (2003), mengatakan jika
dinding sel buah sawit pecah atau rusak
karena proses pembusukan atau karena
pelukaan mekanik, tergores atau memar
karena benturan, enzim akan bersinggungan
dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan
segera berlangsung dengan cepat.
Peningkatan ALB pada buah menunggu
diatasi dengan mengurangi waktu
penimbunan sedapat mungkin. Alternatif
produksi bersih yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pemetikan buah pada
waktu yang tepat dan mencegah terjadinya
kerusakan buah melalui penanganan tepat.
2 Good Kontaminasi pada buah.
housekeeping Pada penerimaan buah dilakukan pemeriksaan
kualitas buah. Pemeriksaan dilakukan untuk
mengetahui adanya kontaminan berupa tanah,
pasir dan batu. Pemeriksaan terhadap
kandungan kontaminan dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kandungan
kontaminan yang terbawa. Kontaminan akan
menyebabkan penurunan kualitas produk,
kerusakan peralatan dan mengotori
lingkungan pabrik.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah
terdapatnya kontaminasi adalah dengan
melakukan pemanenan sebaik mungkin.
penggunaan ksisi-kisi pada fruit loading ramp
bertujuan untuk mencegah kotoran terbawa
pada proses. Namun, hal tersebut
menyebabkan area di bawah fruit loading
ramp menjadi kotor. Adanya celah pada fruit
loading ramp memungkinkan buah yang
keluar dari fruit loading ramp menuju lantai
transfer carriage.
Metode pengutipan buah yang tercecer pada
lantai transfer carriage menyebabkan kotoran
ikut terbawa ke dalam proses. Walaupun
kotoran yang terbawa tidak banyak, namun
hal tersebut dapat berpengaruh terhadap
kualitas buah. Alternatif produksi bersih yang
dapat dilakukan untuk mengurangi resiko-
resiko tersebut pembersihan areal di bawah
loading ramp yang disarankan dua kali sehari.
Pembersihan yang lebih sering diharapkan
mencegah terjadinya pembusukan kotoran
yang merupakan bahan organik. Pembusukan
kotoran dapat mengakibatkan banyaknya
organisme pada areal di bawah fruit loading
ramp sehingga dapat menurunkan kualitas
buah dan juga mengurangi kotaminan pada
saat pengutipan buah di lantai transfer
carriage.
3 Modifikasi Kehilangan minyak dan pemborosan Modifikasi alat
proses penggunaan energi.
Mogol adalah tandan buah sawit hasil proses
perebusan dan pemipilan yang buahnya belum
terlepas sehingga harus diproses ulang.
Pengolahan kembali mogul bertujuan untuk
memisahkan buah yang masih menempel
pada tandan. Proses rebusan dan pemipilan
ulang memungkinkan buah yang terdapat
pada tandan terpisah, namun menyebabkan
kerugian berupa peningkatan kehilangan
produk dan pemborosan penggunaan energi.
Alternatif produksi bersih yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan
perbaikan kualitas bahan baku dan perbaikan
peralatan mesin rebusan. Proses rebusan dapat
berjalan dengan baik jika peralatan rebusan
dalam kondisi yang baik. Oleh karena itu
perlu dilakukan perbaikan peralatan seperti
pengukur tekanan, lampu panel otomatis,
alarm, kebocoran pipa, dan grafik kerja mesin
rebusan.
4 Modifikasi Minyak yang terbuang melalui air Tata cara
proses kondensat. operasi yang
Air kondensat yang dihasilkan pada PKS baik
berasal dari proses rebusan. Proses rebusan
menggunakan uap basah bertekanan 3 kg/cm2.
Uap basah yang digunakan berasal dari
stasiun ketel. Pada proses rebusan dilakukan
pembuangan uap jenuh dan air kondensat
selama 3 kali. Air kondensat yang dibuang
mengandung minyak sawit. Hal ini terjadi
karena minyak menguap dan mengikat pada
air kondensat. Banyaknya minyak yang
terbawa pada air kondensat menyebabkan
terjadinya kehilangan pada proses ini.
Alternatif produksi bersih yang dapat
dilakukan adalah dengan modifikasi proses.
Upaya pengurangan volume dan kualitas
limbah dapat dilakukan dengan memodifikasi
peralatan yang ada pada unit proses, seperti
penambahan atau penggantian sebagian
peralatan proses. Modifikasi proses yang
dilakukan adalah dengan membuat kolam
penampung air kondensat. Pembuatan kolam
penampung air kondensat selain berfungsi
sebagai bak pengawas rebusan juga
memberikan kesempatan untuk melakukan
pengutipan terhadap minyak yang terdapat
pada air kondensat.
5 Modifikasi Ceceran dan cemaran buah pada area Modifikasi alat
proses proses pemipilan.
Ceceran buah yang keluar pada tromol drum
diakibatkan oleh kebocoran (adanya celah)
pada tromol drum yang memungkinkan buah
keluar dan menumpuk pada tempat tertentu.
Renggangnya jarak pada tromol daun
mengakibatkan banyak buah yang keluar.
Alternatif produksi bersih yang dapat
dilakukan adalah memperbaiki tromol drum
dengan cara mengurangi celah pemutar
dengan drum sedekat mungkin untuk
mencegah keluarnya buah dari tromol drum.
6 Modifikasi Buah mogol. Perubahan
proses Terdapatnya mogol juga dipengaruhi oleh masukan proses
proses pemipilan yang berlangsung kurang
baik. Buah dalam lori dimasukkan ke dalam
pemipil dengan menggunakan bantuan
hoisting crane. Terjadinya penumpukan TBS
pada pemipil merupakan penyebab proses
pemipilan berjalan tidak sempurna. Hal
tersebut menyebabkan buah pada tandan tidak
rontok dan diproses ulang pada mesin
rebusan.
Alternatif produksi bersih yang dapat
dilakukan adalah dengan memasukkan TBS
dari lori dengan waktu yang tepat. Waktu
standar proses pemasukan TBS ke dalam
pemipil adalah 4 menit/lori dengan kecepatan
putaran tromol drum 22 rpm.
7 Good Tumpahan minyak pada proses
housekeeping pengadukan.
Adanya ceceran minyak dan serat
dimungkinkan terjadi karena tanki digester
penuh. Keadaan penuh mengakibatkan buah
pada proses pelumatan keluar dari manhole.
Manhole merupakan lubang yang digunakan
untuk mengetahui keadaan bagian dalam
digester. Adanya cemaran berupa minyak dan
serat mengakibatkan terjadinya cemaran pada
lantai sehingga permukaan menjadi licin.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan
dengan membuat pintu manhole. Pintu
manhole akan menutup bagian yang terbuka
sehingga jika terjadi overflow tidak terdapat
ceceran, disamping itu untuk mengetahui
kondisi bagian dalam digester dapat
dilakukan dengan membuka pintu manhole.
Secara teknis hal tersebut belum diaplikasikan
karena pembuatan penutup manhole
membutuhkan waktu yang lama dan investasi
yang banyak.
8 Good Kebocoran uap dan air pada proses
housekeeping penjernihan.
Adanya kebocoran uap seperti pada sludge
separator dan mesin rebusan memungkinkan
timbulnya bahaya pada lingkungan kerja.
Disamping itu kebocoran pipa uap merupakan
pemborosan karena terjadi pembuangan
energi. Pemborosan penggunaan air pada
stasiun penjernihan meliputi kebocoran selang
dan penggunaan air pada aliran lumpur.
Alternatif produksi bersih yang dapat
dilakukan adalah dengan menutup kebocoran
dan penggantian selang. Namun pelaksanaan
alernatif dengan menutup air pada saluran
sludge mengalami hambatan karena
diperlukan pemberian pemahaman yang lebih
kepada karyawan.
9 Modifikasi Ceceran minyak pada area stasiun inti Tata cara
proses sawit. operasi yang
Ceceran minyak terdapat pada area inti sawit baik
khususnya pada dispatch cernel conveyor.
Ceceran tersebut terjadi karena suhu pada
cernel silo mencapai 100°C. Suhu standar
pada cernel silo adalah sebesar 90°C.
Berlebihnya uap panas yang dihembuskan ke
dalam cernel silo dan kurangnya pengawasan
oleh operator merupakan penyebab terjadinya
peningkatan suhu. Alternatif produksi bersih
yang dapat dilakukan adalah dengan melihat
suhu cernel silo secara berkala. Pengawasan
ini dilakukan oleh operator stasiun inti sawit.
Operator akan menurunkan uap panas jika
suhu cernel silo menunjukkan nilai lebih dari
90°C.
10 Good Kondisi gudang penyimpanan.
housekeeping Gudang penyimpanan dipisahkan menjadi
tiga ruangan. Ruangan pertama digunakan
untuk menyimpan barang berukuran kecil.
Ruangan kedua untuk menyimpan barang
dengan ukuran yang besar dan berat seperti
pipa dan material logam berat. Sedangkan
ruangan yang lain digunakan untuk
menyimpan bahan kimia pembantu seperti
kalsium, soda ash, dan semen. Tidak adanya
SOP dan juga penanganan bahan yang baik
mengakibatkan terjadinya ceceran maupun
kerusakan pada bahan. Alternatif produksi
bersih yang dapat dilakukan adalah dengan
memperbaiki kondisi penyimpanan, metode
penanganan pemindahan barang dan
pembersihan secara berkala serta pembuatan
dan pemasangan SOP penyimpanan dan
penanganan bahan.
11 Good Kebocoran keran
housekeeping Pada lingkungan pabrik, terdapat kerusakan
keran yang mengakibatkan air terbuang. Hal
tersebut merupakan pemborosan penggunaan
air. Alternatif produksi bersih yang dapat
dilakukan adalah dengan menutup kebocoran
dengan mengganti keran yang rusak dan
pemasangan peringatan.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur yang telah kami lakukan mengenai penerapan good
housekeeping dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk mengetahui adanya potensi dan peluang pada sebuah industri perlu
dilakukan identifikasi inefisiensi pada tiap tahapan proses produksi. Beberapa
identifikasi pada tahapan proses produksi pada industri minyak kelapa sawit
dalam mencapai good housekeeping adalah pengurangan ceceran di setiap unit
proses dan peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif karyawan dalam
melaksanakan upaya produksi bersih.
2. Penerapan produksi bersih pada industri minyak goreng dapat dikatakan cukup
bagus dan beragam. Penerapan produksi bersih tersebut dapat dilihat dari sisi
reduksi sumbr dan yang mana hal tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok besar yaitu modifikasi proses dan goodhousekeeping. Pada modifikasi
proses sudah bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok perubahan masukan
proses, tata cara operasi yang baik dan modifikasi alat.

III.2 Sumber
[BAPEDAL] Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan. 1998. Buku Panduan Teknologi
Pengendelain Dampak Lingkungan Industri Minyak Kelapa Sawit di Indonesia.
Jakarta.
Djajadiningrat, S.T. 1999. Peranan Produk dan Teknologi Bersih dalam Meningkatkan
Daya Saing Industri Nasional. Penerbit Nuansa bekerja sama dengan PPT-ITB.
Bandung.
Djajadiningrat, S.T. 2001. Untuk Generasi Masa Depan, Pemikiran, Tantangan dan
Permasalahan Lingkungan. Studio Tekno Ekonomi ITB. Bandung.
Kautsar, Ikhlas F. 2006. Aplikasi Produksi Bersih pada Industri Minyak Sawit. FTP-
IPB. Bogor
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia. 2017. Kebijakan Produksi
Bersih di Indonesia. http://www.menlh.go.id/ 23 May 2017 - 12:35 PM.
Monstert, C. 1999. Produksi Bersih: Paradigma Produksi Bersih, Mendamaikan
Pembangunan Ekonomi dan Pelestarian Lingkungan. Penerbit Nuansa bekerja
sama dengan PPT-ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai