Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Riset Industri Vol. 10 No. 3, Desember 2016, Hal.

115-124

PEMURNIAN MINYAK KELAPA DARI KOPRA ASAP DENGAN


MENGGUNAKAN ADSOPBEN ARANG AKTIF DAN BENTONIT

THE REFINING OF THE COCONUT OIL FROM SMOKE COPRA WITH THE ACTIVATED
CHARCOAL AND BENTONITE ABSORBENTS

Fahri Ferdinand Polii


Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado
Jl. Diponegoro No. 21-23 Manado
e-mail: fahripolii@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian pemurnian minyak kelapa dari kopra asap dengan menggunakan arang aktif dan bentonit telah
dilakukan. Tujuan penelitian ini ialah untuk menelaah sampai sejauh mana penggaruh penggunaaan adsprben
arang aktif dan bentonit terhadap peningkatan mutu minyak kelapa dari pengepresan kopra asap. Bahan utama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa dari pengepresan kopra asap pada salah satu industri
kecil minyak kelapa di Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara dan arang aktif diperoleh dari industry
local (PT Mapalus Makawanua Bitung) sedangkan bentonit di datangkan dari Bogor Jawa Barat.
Penelitian percobaan dengan rancangan acak lengkap terdiri dari arang aktif dan bentonit konsentrasi 1%, 2%
dan 3%, ulangan 3 kali. Pengamatan meliputi: warna, kadar air, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan
kadar kotoran. Hasil penelitian menunjukkan penyerapan warna merah dalam minyak kelapa oleh adsorben
arang aktif berkisar antara 59,23%-88,90% dan bentonit 66,70%-100%, penyerapan warna kuning arang aktif
47,40%-72,10% dan bentonit 48,27%-97,40%. Kadar air minyak kelapa setelah di murnikan 0,19%-0,143%,
kadar asam lemak bebas 1,15%-1,0%, bilangan peroksida 4,06 -1,73mg.ek/kg dan kadar kotoran 1,10%-0,027%
Adsorben arang aktif dan bentonit sampai konsentrasi 3 % dapat meningkatkan kualitas minyak kelapa karena
efektif menyerap warna, bilangan peroksida dan kadar kotoran.

Kata kunci: minyak kelapa, arang aktif, bentonit, warna, asam lemak bebas.

ABSTRACT

Research of The refining of the coconut oil from smoke copra with The Activated Charcoal And Bentonite
Absorbents was conducted. The objective of this study is to analyse how effective the activated charcoal and
bentonite absorbents at various concentration to the quality of coconut oil from processing of smoke copra. The
material used was coconut oil provided by one of the small coconut oil industries with the smoke copra
processing in Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara and the activated charcoal from a local
producer of PT Mapalus Makawanua Bitung, whereas bentonite was imported from Bogor, West Java. This
research has been carried out through an experiment applying the complete random design and repeated three
times, activated charcoal and bentonite absorbent with 1%, 2%, 3% concentration. The determination quality
variables of the coconut oil in this research are color, moisture, content, free fatty acid content, peroxide value
content, and impurities content. The experiment results show that the absorbing percentage of the red color by
activated charcoal absorbent is around 59,23%-88,90% and by bentonite between 66,70%-100%, the absorbing
percentage of the yellow color by activated charcoal is 47,40%-72,10% and by bentonite 48,27%-97,40%. The
coconut oli moisture content is around 0,19%-0,143%, the free fatty acid content is 1,15%-1,0%, peroxide value
content is 4,06-1,73 mg.eq/kg, and the impurities content is 0,10%-0,027%
The implementation of activated charcoal and bentonite absorbent with 3% concentration gives the best result to
the efforts of increasing the quality of the coconut oil the parameters of the color, of the peroxide value and of the
impurities content.

Keywords: coconut oil, activated charcoal, bentonite, color, free fatty acid.

PENDAHULUAN atau 26% dari 14,20 juta ha total areal


perkebunan. Perkebunan kelapa selama ini
Kelapa merupakan tanaman berkembang sebagai perkebunan rakyat
perkebunan dengan areal terluas di karena sebagian besar dari lahan kelapa
Indonesia, lebih luas dibanding karet dan yang ada di tanah air yakni 98 persen
kelapa sawit, dan menempati urutan teratas adalah perkebunan rakyat.
untuk tanaman budi daya setelah padi. Sebagian besar produksi kelapa di
Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha Indonesia yakni sekitar 65 persen dipakai

115
Pemurnian Minyak Kelapa... (Fahri Ferdinand Polii)

untuk memenuhi kebutuhan domestik, memperbaiki kualitas minyak (Rosita, A.F


sisanya diekspor dalam bentuk kelapa butir dan Wenti Arum Widasari, 2009).
dan olahan. Pengolahan hasil produksi Bentonit termasuk mineral lempung
kelapa juga masih berupa produk dasar yang memiliki sifat mudah mengembang,
seperti kopra; yang memiliki nilai tambah memiliki kation-kation yang dapat
rendah. (Anonim, 2011) dipertukarkan dan luas permukaan yang
Minyak kelapa merupakan minyak cukup besar. Sifat-sifatnya tersebut
yang diperoleh dari kopra (daging buah) menjadikan bentonit cocok dimanfaatkan
kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan sebagai adsorben (Wijaya, B. 2013)
santannya. Kandungan minyak pada daging Untuk memperoleh minyak yang
buah kelapa tua diperkirakan mencapai bermutu baik, minyak dan lemak kasar
30%-35%, atau kandungan minyak dalam harus dimurnikan dari bahan-bahan atau
kopra mencapai 63-72%. Minyak kelapa kotoran yang terdapat didalamnya. Cara-
sebagaimana minyak nabati lainnya cara pemurnian dilakukan dengan
merupakan senyawa trigliserida yang pemucatan. Pemucatan bertujuan
tersusun atas berbagai asam lemak dan menghilangkan zat-zat warna dalam minyak
90% diantaranya merupakan asam lemak dengan penambahan absorben agent
jenuh. Selain itu minyak kelapa yang belum seperti arang aktif, tanah liat, atau dengan
dimurnikan juga mengandung sejumlah reaksi-reaksi kimia setelah penyerapan
kecil komponen bukan lemak seperti warna, lemak disaring dalam keadaan
fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), vakum (Winarno, 1984).
tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas Zat warna yang ada dalam lemak dan
(< 5%) dan sedikit protein dan karoten minyak termasuk karatenoid klorofil dan
(Ketaren, 1986). Berdasarkan tingkat bahan berwarna yang lain. Untuk
ketidakjenuhan minyak dapat dinyatakan mendapatkan lemak dan minyak yang
dengan bilangan iod (iodine value), maka berwarna cerah, perlu diadakan proses
minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam pemucatan. Penyerapan zat warna yang
golongan non drying oils, karena bilangan paling sering dilakukan adalah dengan
iod minyak tersebut berkisar antara 7,5 – menggunakan tanah pemucat dan arang
10,5. (Juli Subarti, 2009). Untuk aktif. Pemucatan dengan menggunakan
memperoleh mutu minyak kelapa yang lebih bahan kimia yang bersifat mengoksidasi
baik, biasanya dilakukan proses refined, atau hidrogenasi dapat juga mengurangi
bleached, deodorized, penambahan bahan warna lemak dan minyak tetapi dapat
penyerap warna, biasanya menggunakan menyebabkan kerusakaan pada minyak itu
arang aktif agar dihasilkan minyak yang sendiri (Buckle, 1987).
jernih (Anonim, 2010). Minyak kelapa mempunyai titik didih
Karbon aktif adalah bahan yang yang tinggi sehingga minyak biasanya
berupa karbon yang telah ditingkatkan daya digunakan untuk menggoreng makanan di
adsorpsinya. Aktivasi merupakan suatu mana bahan yang digoreng akan
proses yang menyebabkan perubahan fisik kehilangan sebagian besar air yang
pada permukaan karbon melalui dikandungnya atau menjadi kering. (Netti
penghilangan hidrokarbon, gas-gas, dan air Herlina dan Hendra, 2002).
dari permukaan tersebut sehingga Pemucatan (bleaching)
permukaan karbon semakin luas dan menghilangkan sebagian besar bahan
berpori. Sehingga karbon aktif akan lebih pewarna tak terlarut atau bersifat koloid
mudah menyerap zat-zat lain. Luas yang memberi warna pada minyak.
permukaan karbon aktif umumnya berkisar Pemucatan dapat dilakukan dengan
antara 500-2000 m2/gram. Keuntungan menggunakan karbon aktif atau bleaching
penggunaan karbon aktif sebagai bahan earth (misalnya bentonit) 1% sampai 2%
pemucat minyak ialah karena lebih efektif atau kombinasi keduanya (arang aktif dan
untuk menyerap warna. Selain warna, bentonit) yang dicampur dengan minyak
karbon aktif juga dapat menyerap sebagian yang telah dinetralkan pada kondisi vacuum
bau yang tidak dikehendaki dan mengurangi sambil dipanaskan pada suhu 95oC–100oC.
jumlah kadar asam lemak bebas sehingga

116
Jurnal Riset Industri Vol. 10 No. 3, Desember 2016, Hal. 115-124

Selanjutnya bahan pemucat dipisahkan bentonite dari Bogor Jawa Barat, arang aktif
melalui filter press (Anonim, 2003). produksi local dari PT Mapalus Makawanua
Tahap yang terpenting dalam Kota Bitung Propinsi Sulawesi, Iodium,
pemurnian minyak nabati adalah Asam Asetat, Kalium Iodida, Natrium tio
penghilangan bahan-bahan berwarna yang Sulfat, Kanji, Alkohol, Kloroform, Natrium
tidak diinginkan, dan proses ini umumnya Hidroksida, kain saring, kertas saring
disebut dengan bleaching (pemucatan) atau whatman No. 41.
penghilangan warna (decolorition). (Mega Peralatan yang digunakan dalam
Twilana Indah Dewi dan Nurul Hidajati penelitian ini adalah: Panci stainless steel,
2013). ember plastic, Loyang plastic, penyaring,
Propinsi Sulawesi Utara merupakan timbangan, neraca analitik, oven, pemanas
daerah penghasil kelapa terbesar di listrik (hot plate), pengaduk, lovibond
Indonesia dan sebagian besar daging buah (Tintometer), thermometer, gelas piala,
kelapa diolah menjadi kopra dengan cara buret dan alat laboratorium uji mutu minyak
pengasapan. Sebagai tanaman pertanian Kegiatan penelitian dilakukan di
yang terbesar didaerah, maka saat ini Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi
berdiri pabrik pengolahan minyak kelapa Industri Manado.
berskala nasional dan multinasional serta Rancangan yang digunakan dalam
industri kecil-menengah minyak kelapa. penelitian ini adalah Rancangan Acak
Untuk pengolahan/pemurnian minyak Lengkap (RAL), (Steel and Torrie, 1994)
kelapa berbahan baku kopra asap bagi dengan ulangan sebanyak 3 kali. Sebagai
Industri besar tidak ada masalah karena perlakuan yaitu adsorben arang aktif dan
baik peralatan maupun teknologi sudah bentonit yang disusun sebagai berikut:
sangat maju, akan tetapi untuk industri kecil
menegah, pemurnian minyak kelapa A0 = Tanpa penambahan adsorben arang
berbahan baku kopra asap merupakan aktif dan bentonit
masalah terbesar karena baik peralatan, A1= Penambahan 1 % arang aktif
teknologi maupun ketrampilan masih sangat A2=Penambahan 2 % arang aktif
minim, hal ini menyebabkan minyak kelapa A3=Penambahan 3 % arang aktif
yang dihasilkan oleh industri kecil- B1=Penambahan 1 % bentonit
menengah minyak kelapa berbahan baku B2=Penambahan 2 % bentonit
kopra asap bermutu rendah terutama B3=Penambahan 3 % bentonit
penampakan warna minyak hitam
kecoklatan sampai kecoklatan dan dalam Prosedur penelitian adalah sebagai
pemasaran kalah bersaing dengan minyak berikut: Kedalam minyak kelapa
produksi industri besar. Melalui hasil ditambahkan bahan pengadsorpsi arang
penelitian ini diharapkan menjadi acuan aktif dan bentonit dengan konsentrasi
bagi industri kecil-menegah minyak kelapa masing-masing 0%, 1%, 2% dan 3%,
berbahan baku kopra asap dalam kemudian minyak kelapa yang sudah berisi
memproduksi minyak kelapa sebagai bahan pengadsorpsi dipanaskan dengan
minyak goreng yang bermutu baik. suhu 105°C dan lama pemanasan 1,5 jam,
Tujuan penelitian ini ialah untuk selama proses adsorpsi berlangsung,
menelaah sampai sejauh mana penggaruh dilakukan pengadukan agar proses
penggunaaan adsorben arang aktif dan penyerapan warna dan bahan lain dalam
bentonit terhadap peningkatan mutu minyak minyak berlangsung optimal. Selanjutnya
kelapa dari pengepresan kopra asap. bahan pengadsorpsi dipisahkan dari
campuran dengan cara menyaring minyak,
METODOLOGI PENELITIAN kemudian minyak yang telah di murnikan di
kemas dalam botol, ditutup rapat lalu
Bahan utama yang digunakan dalam dilakukan analisis mutu meliputi warna (SNI
penelitian ini adalah minyak kelapa dari 01-2891-1992), Kadar air (SNI 01-2891-
pengepresan kopra asap yang diperoleh 1992), Asam Lemak Bebas (AOCS, 1980),
dari IKM minyak kelapa di Kabupaten Bilangan Peroksida (AOCS, 1980) dan
Minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara, Kadar kotoran (SNI 01-2902-1992)

117
Pemurnian Minyak Kelapa... (Fahri Ferdinand Polii)

HASIL DAN PEMBAHASAN persentase penyerapan warna kuning


minyak kelapa selama percobaan tercantum
Data hasil pengamatan terhadap mutu pada gambar berikut
minyak kelapa yang dilakukan pemurnian /
pemucatan menggunakan adsorben arang
120
aktif dan bentonit dengan konsentrasi

Penyerapan warna kuning 
masing-masing adsorben 0 % (kontrol), 1 100 bentonit
%, 2 % dan 3 % tercantum pada gambar 80 arang aktif
dibawah ini 60

(%)
40
Minyak Kelapa 20
0
Data hasil pengamatan pengaruh

A0B0
A1B1
A2B2
A3B3
adsorben arang aktif dan bentonit terhadap
persentase penyerapan warna merah
minyak kelapa selama percobaan tercantum Jenis dan konsentrasi adsorben (%)
pada gambar 1.

120 Gambar 2. Grafik rataan persentase


penyerapan warna kuning minyak kelapa
penyerapan warna merah (%)

100 bentonit (%)


80 arang aktif
Gambar 2 terlihat bahwa persentase
60 penyerapan warna kuning dalam minyak
kelapa dengan menggunakan adsorben
40 arang aktif (A1— A3) berkisar antara 47,4 %
20
- 92,1 % dan bentonit (B1-B3) 48,27 % -
97,4 %. Hasil analisis ragam penggunaan
0 adsorben arang aktif dan bentonit
A0B0 A1B1 A2B2 A3B3 memberikan pengaruh yang nyata terhadap
Jenis dan Konsentrasi Adsorben (%) persentase penyerapan warna kuning.
Melalui uji lanjut BNJ menunjukkan
penggunaan adsorben arang aktif dan
bentonit memberikan pengaruh yang nyata
Gambar 1. Grafik rataan persentase
(p < 0,05) lebih tinggi penyerapan warna
penyerapan Warna merah minyak kelapa
kuning minyak kelapa daripada kontrol
(%)
(A0B0). Perlakuan penggunaan arang aktif
3 % tidak memberikan perbedaan nyata
Persentase penyerapan warna merah
dengan perlakuan penggunaan bentonit 3 %
minyak kelapa dengan menggunakan
akan tetapi kedua perlakuan ini berbeda
adsorben arang aktif (A1 — A3) berkisar
nyata (p < 0,05) lebih tinggi persentase
antara 59,23 % - 88,96 % dan bentonit (B1-
penyerapan warna kuning dibandingkan
B3) 66,7 % — 100 % (gambar 1). Hasil
dengan perlakuan yang lain. Gambar 1 dan
analisis ragam penggunaan adsorben arang
2 terlihat bahwa penyerapan warna merah
aktif dan bentonit memberikan pangaruh
pada konsentrasi adsorben yang sama
nyata (p < 0,05) terhadap persentase
ternyata bentonit selalu lebih tinggi dari
penyerapan warna merah dari minyak
pada arang aktif. Pada konsentrasi 1 %
kelapa. Berdasarkan analisis lebih lanjut
persentase penyerapan warna oleh bentonit
dengan uji BNJ menunjukkan persentase
66,7 % (warna merah), 48,27 % (warna
penyerapan warna merah minyak kelapa
kuning). Sedangkan arang aktif 59,23 %
oleh adsorben arang aktif dan bentonit
warna merah, 47,4 warna kuning dan pada
secara nyata lebih tinggi (p < 0,05) dari
konsentrasi 2 % penyerapan warna merah
pada kontrol (A0B0).
oleh bentonit semakin besar yaitu mencapai
Data hasil pengamatan pengaruh
100 % warna merah dan 97,4 warna kuning
adsorben arang aktif dan bentonit terhadap

118
Jurnal Riset Industri Vol. 10 No. 3, Desember 2016, Hal. 115-124

(penyerapan maksimum) sedangkan arang permukaan arang, sifat arang secara


aktif 88,96 %., warna merah dan warna alamiah dan tipe pori arang.
kuning 83,3 %. Pada konsentrasi adsorben
2 % bentonit menyerap warna minyak telah Kadar Air
mencapai optimal, sedangkan arang aktif
belum, karena ternyata pada konsentrasi 3 Data hasil pengamatan pengaruh adsorben
% masih terjadi kenaikan proses arang aktif dan bentonit terhadap kadar air
penyerapan warna oleh adsorben arang minyak kelapa selama percobaan tercantum
aktif yaitu 88,96 % (merah) dan 92,1 % pada gambar 3. Kadar air minyak kelapa
kuning. Menurut Ketaren, 1986 arang aktif yang ditambahkan adsorben arang aktif dan
dapat menyerap warna sebanyak 95-97 bentonit cenderung menurun, dimana
persen dari total zat warna yang terdapat minyak kelapa yang diperlakukan dengan
dalam minyak Ada beberapa faktor yang penambahan adsorben arang aktif dan
menyebabkan sehingga kemampuan bentonit kisaran kadar airnya menurun
bentonit lebih besar daya serap warna seiring dengan naiknya konsentrasi bahan
daripada arang aktif walaupun keduanya penyerab yaitu dari 0,19 % (kontrol) menjadi
diperlakukan pada kondisi dan konsentrasi 0,143 %. Analisis statistik menunjukkan
yang sama. Faktor pertama diduga bentonit bahwa adsorben arang aktif dan bentonit
mempunyai ukuran partikel dan porositas tidak memberikan perbedaan angka kadar
yang lebih kecil, sehingga kemampuan air yang nyata (p > 0,05) terhadap kontrol
absorpsinya terhadap komponen warna (A0B0). Hal ini memberikan indikasi bahwa
pada minyak kelapa lebih tinggi adsorben arang aktif maupun bentonit
dibandingkan arang aktif. Hal ini diperkuat sampai dengan konsentrasi 3% tidak
oleh pernyataan (Cheremisinoff dan memberikan pengaruh nyata terhadap
Moressi, 1978) yang menyatakan bahwa penurunan kadar air minyak kelapa.
ukuran partikel dan porositas berpengaruh
terhadap adsorpsi bahan pemucat. Semakin 0,2
halus dan poros bahan pemucat akan 0,18
semakin tinggi daya serap warna. Dengan 0,16 bentonit
demikian persentase penyerapan warna 0,14
pada minyak kelapa oleh bentonit akan 0,12 arang aktif
lebih tinggi dari pada penggunaan adsorben
Kadar air (%)

0,1
arang aktif. Faktor lain ialah diduga proses 0,08
aktifasi terhadap bentonit yang digunakan 0,06
sudah sempurna, sehingga dalam proses 0,04
penyerapan warna yang ada dalam minyak 0,02
kelapa menjadi optimal. Kirk and Othmer 0
(1964) menyatakan apabila bentonit
diaktifkan secara sempurna akan menjadi
sangat efektif untuk mengadsorbsi partikel Jenis  dan konsentrasi adsorben (%)
zat warna. Bentonit yang digunakan
mempunyai komposisi perbandingan
senyawa silikat oksida dan aluminium
oksida cukup tinggi sehingga mampu Gambar 3. Grafik rataan kadar air minyak
menyerap warna pada minyak secara kelapa (%).
optimal. Menurut Komar dan Rahardjo
(1982) semakin tinggi perbandingannya Gambar 3 menunjukkan penggunaan
Si02/Al203 akan semakin kuat daya serap adsorben bentonit pada konsentrasi 1 %
warna oleh bentonit dan Ketaren (1986) dan 3% menghasilkan kadar air lebih
menyatakan daya pemucat bentonit rendah yaitu 0,173% dan 0,143%
tergantung dari perbandingan komposisi sedangkan pada arang aktif agak lebih
Si02 dan Al203, Sedangkan kemampuan tinggi yakni 0,187 dan 0,157%. Kecuali
mengikat zat warna dari arang aktif untuk konsentrasi 2%, kedua jenis adsorben
tergantung antara lain sifat kimia ini memberikan hasil yang sama yakni

119
Pemurnian Minyak Kelapa... (Fahri Ferdinand Polii)

0,16%. Terjadinya penurunan kadar air Hal ini terjadi karena diduga arang aktif
minyak kelapa setelah diproses dengan mempunyai kemampuan untuk menyerap
penambahan adsorben arang aktif dan sernyawa tri, di atau monogliserida dari
bentonit diduga karena selama proses hasil hidrolisis minyak kelapa ataupun asam
pemanasan, kedua jenis adsorben ini lemak bebas yang berasal dari bahan baku
mempercepat keluarnya molekul-molukel air yang secara alami ikut terekstrak. Salah
dalam minyak. Semakin tinggi konsentrasi satu indikator bahwa minyak kelapa
adsorben maka semakin besar mempunyai kandungan asam lemak bebas
kemampuannya untuk mendorong molekul tinggi secara organoleptik ditandai dengan
air dibawah permukaan minyak kebagian bau tengik. Komar dan Rahardjo (1982)
atas dan mempercepat proses penguapan
air. Kadar air yang dihasilkan dengan 1,2
penggunaan bentonit lebih rendah

Kadar Asam Lemak Bebas (%)
dibandingkan dengan arang aktif karena 1,15
bentonit terdiri dari senyawa silikat yang
dapat berfungsi sebagai bahan 1,1
mempercepat proses pcmanasan/ bentonit
1,05
pendidihan bahan yang berbentuk cairan.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 1
13-6336-2000: Bentonit untuk pemucat arang aktif
minyak nabati mensyaratkan kadar silikat 0,95
dioksida (Si02) maksimal 70,00 %.
0,9
Asam Lemak Bebas (FFA)

Hasil pengamatan pengaruh adsorben Jenis Konsentrasi adsorben (%)


arang aktif dan bentonit terhadap
kandungan rata-rata asam lemak bebas
(FFA) minyak kelapa selama proses Gambar 4. Grafik rataan kadar asam lemak
penelitian tercantum pada gambar 4. Hasil bebas minyak kelapa (%).
analisis ragam menunjukkan bahwa
penggunaan adsorben arang aktif dan menyatakan bahwa pemakaian karbon aktif
bentonit terhadap minyak kelapa belum dalam penjernihan minyak terutama hanya
menyebabkan perbedaan angka asam untuk menghilangkan bau tak sedap pada
lemak bebas (p > 0,05) terhadap kontrol minyak. Sebaliknya kandungan asam lemak
(A0B0). Dari gambar 4 terlihat bahwa rata- bebas pada minyak kelapa yang
rata kandungan asam lemak bebas (FFA) ditambahkan bentonit lebih tinggi daripada
dalam penelitian ini berkisar antara 1,00%- penggunaan arang aktif diduga komponen
1,15%. Kandungan asam lemak bebas penyerap bau tengik (FFA) dalam bentonit
(FFA) terendah adalah 1,00% diperoleh dari tidak lengkap, karena kandungan utama
minyak kelapa yang ditambahkan adsorben bentonit adalah SiO, dan Al203. Namun
arang aktif dengan konsentrasi 3%, penggunaan bentonit tetap menurunkan
sedangkan asam lemak bebas (FFA) kandungan asam lemak bebas (FFA)
tertinggi yakni 1,15% ditemukan pada minyak kelapa. Hasil penelitian ini berbeda
minyak kelapa yang tidak menggunakan dengan pendapat Ketaren (1986) yang
adsorben (kontrol). Gambar 4 menyatakan bahwa pemakaian bentonit
memperlihatkan kandungan asam lemak akan menaikkan kadar asam lemak bebas
bebas (FFA) yang ditambahkan adsorben dalam minyak akan tetapi sesuai dengan
arang aktif dan bentonit cenderung menurun hasil penelitian Mag (1994) dimana
seiring dengan peningkatan konsentrasi penggunaan bentonit 1,5% — 2% akan
adsorbennya. Penurunan asam lemak mengurangi kandungan asam lemak bebas
bebas (FFA) dari minyak kelapa selama minyak dari 0,63% menjadi 0,59%. Faktor
diproses dengan arang aktif lebih tinggi lain yang menyebabkan turunnya
dibandingkan dengan penggunaan bentonit. kandungan asam lemak bebas (FFA) dari

120
Jurnal Riset Industri Vol. 10 No. 3, Desember 2016, Hal. 115-124

minyak kelapa yang di proses dengan arang lebih besar dibandingkan dengan bentonit
aktif dan bentonit diduga karena selama pada konsentrasi adsorben yang sama.
proses pemanasan sebagian dari asam- Bilangan peroksida merupakan
asam lemak yang mempunyai atom carbon indikator terjadinya reaksi oksidasi pada
rendah dan telah mengalami hidrolisis tahap awal. Turunnya bilangan peroksida
ataupun teroksidasi menguap. Sulieman, dalam minyak kelapa setelah ditambahkan
dkk, (2006) menyatakan bahwa minyak adsorben arang aktif maupun bentonit
yang dipanaskan akan mengalami karena kedua jenis adsorben ini mampu
penurunan kandungan asam lemak bebas menghambat proses reaksi antara oksigen
(FFA) karena sebagian senyawa asam dengan asam-asam lemak terutama asam
berbobot molekul rendah akan menguap. lemak tidak jenuh dalam minyak kelapa.
Penurunan asam lemak bebas (FFA)
mungkin disebabkan oleh penguapan
4,5
beberapa asam lemak dalam minyak kelapa
yang mempunyai berat molekul dan titik 4

Kadar bilangan peroksida (%)
didih rendah. Penggunaan adsorben arang 3,5
aktif dan bentonit belum memberikan angka
yang signifikan menurunkan kadar asam 3
lemak bebas minyak kelapa, sehingga 2,5
dalam penelitian ini minyak yang diteliti bentonit
2
sampai dengan penggunaan 3% adsorben
arang aktif dan bentonit belum mampu 1,5 arang aktif
menghasilkan minyak dengan kadar asam 1
lemak bebas memenuhi persyaratan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 -3741 0,5
-1995 yakni maksimum 0,3%. 0

Bilangan Peroksida
Jenis dan konsentrasi adsorben (%)
Hasil pengamatan pengaruh jenis dan
konsentrasi adsorben terhadap kandungan
bilangan peroksida minyak kelapa selama
penelitian tercantum pada gambar 5. Gambar 5. Grafik rataan bilangan peroksida
Berdasarkan hasil analisis statistik minya kelapa
menunjukkan bahwa penggunaan adsorben
arang aktif dan bentonit dengan konsentrasi Peroksida yang telah berada dalam
yang berbeda-beda memberikan pengaruh minyak kelapa sebelum di proses dengan
yang nyata (p < 0,05), terhadap bilangan adsorben mempunyai sifat yang aktif.
peroksida minyak kelapa. Kandungan Peroksida ini bersifat oksidator dan dapat
bilangan peroksida tertinggi ditemukan pada mempercepat terjadinya oksidasi senyawa
minyak kelapa yang tidak di proses dengan lain dalam minyak membentuk senyawa
adsorben (control) yakni 4,06 % mg.ek/kg. agregat. Dengan adanya adsorben dalam
Sedangkan terendah yaitu minyak kelapa minyak kelapa maka sebagian dari
yang menggunakan adsorben arang aktif peroksida yang aktif diserap oleh ion-ion
3% yaitu 1,72 mg.ek/kg. Hasil analisis lebih maupun pori-pori adsorben begitu pula
lanjut dengan uji BNJ menunjukkan senyawa agregat yang terbentuk juga ikut
penggunaan adsorben arang aktif 3 % (A3) diserap oleh adsorben. Peroksida yang aktif
memberikan perbedaan kandungan bersifat oksidator dan dapat mempercepat
bilangan peroksida yang nyata (p < 0,05) terjadinya oksidasi senyawa lain dalam
lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan minyak membentuk senyawa agregat.
yang lain. Gambar 5 menunjukkan bahwa Djatmiko dan Pandji (1984) menyatakan
penurunan kandungan bilangan peroksida pembentukan peroksida sebagai hasil
dengan menggunakan adsorben arang aktif pendahuluan dari oksidasi minyak dalam
proses bleaching (penambahan arang aktif

121
Pemurnian Minyak Kelapa... (Fahri Ferdinand Polii)

dan bentonit) dapat dikurangi secara Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
sempurna. Demikian pula Ketaren (1986) adsorben arang aktif dan bentonit
menyatakan bahwa selama proses memberikan pengaruh yang berbeda nyata
pemucatan maka pembentukan peroksida (p < 0,05) terhadap kadar kotoran minyak
sebagai hasil oksidasi minyak akan kelapa Gambar 6 memperlihatkan bahwa
berkurang. Semakin tinggi konsentrasi kedua adsorben arang aktif dan bentonit
adsorben yang digunakan dalam proses menyerap kotoran dalam minyak kelapa
pemurnian minyak kelapa maka semakin makin besar seiring dengan naiknya
besar daya serapnya terhadap kandungan konsentrasi kedua adsorben. Penyerapan
bilangan peroksida. Hal ini terjadi karena kotoran dalam minyak oleh adsorben arang
semakin tinggi konsentrasi adsorben yang aktif lebih besar daripada bentonit. Hal ini
ditambahkan, maka semakin banyak juga ditunjukkan dengan hasil pengujian kadar
molekul-molekul adsorben yang dapat kotoran pada minyak kelapa yang diproses
berikatan (kontak) dan menyerap senyawa dengan penambahan arang aktif selalu lebih
peroksida yang ada dalam minyak. Ketaren kecil (0,025% — 0,053%) dibandingkan
(1986), arang aktif dapat juga menyerap bentonit (0,03% —0,067%). Analisis lebih
sebagian bau yang tidak dikehendaki dan lanjut dengan uji BNJ menunjukkan kadar
mengurangi jumlah peroksida sehingga kotoran minyak kelapa yang tidak
memperbaiki mutu minyak. menggunakan adsorben arang aktif dan
Kemampuan menyerap senyawa bentonit (kontrol) memperlihatkan
peroksida oleh arang aktif lebih besar perbedaan yang nyata (p < 0,05) lebih tinggi
dibandingkan dengan bentonit karena arang daripada kadar kotoran minyak kelapa yang
aktif mempunyai pori-pori dalam jumlah menggunakan adsorben arang aktif dan
besar. Komar dan Rahardjo (2008) bentonit. Kadar kotoran terendah diperoleh
menyatakan arang aktif mempunyai dari minyak yang diproses dengan adsorben
aktivitas penyerapan peroksida lebih tinggi arang aktif dengan konsentrasi 3% yaitu
dibandingkan dengan bentonit 0,025% sedangkan tertinggi pada minyak
yang tidak diproses dengan kedua jenis
Kadar Kotoran adsorben (arang aktif dan bentonit) yakni
0,10% (control). Tingginya kadar kotoran
Hasil pengamatan pengaruh adsorben dalam minyak kelapa sebelum diproses
arang aktif dan bentonit terhadap dengan kedua jenis adsorben dengan
persentase kadar kotoran dalam minyak konsentrasi yang berbeda disebabkan oleh
kelapa tercantum pada gambar 6. karena dalam proses pembuatan minyak
kelapa dengan cara pengepresan kopra
0,12 sebagian protein, klorofil, karotenoid, dan
fosfolipid dan karbohidrat ikut dalam minyak
0,1 kelapa pada waktu pengepresan begitu
Kadar kotoran (%)

0,08 juga partikel jaringan (bungkil kelapa) dan


beberapa mineral seperti Fe, Cu dan lain
0,06 yang secara alami maupun berasal dari
0,04 peralatan proses produksi minyak tetap ada
bentonit dalam minyak kelapa setelah disaring baik
0,02 dengan penyaring biasa maupun dengan
arang aktif filier press (saringan bertekanan).
0
Komponen /senyawa inilah yang
menyebabkan tingginya kadar kotoran
dalam minyak kelapa. Ketaren (1986)
Jenis dan Konsentrasi adsorben (%)
menyatakan bahwa kotoran dan minyak
terdiri dari biji atau partikel jaringan, serat,
Gambar 6. Grafik rataan kadar kotoran mineral Fe, Cu, Mg, Ca, protein, karbohidrat
minyak kelapa (%). dan lain-lain. Setelah minyak kelapa
diproses dengan menggunakan adsorben
arang aktif dan bentonit ternyata kadar

122
Jurnal Riset Industri Vol. 10 No. 3, Desember 2016, Hal. 115-124

kotoran jauh menurun yaitu berkisar antara Anonim . 2010 Teknologi Proses
0,025 — 0,65 dan hasil ini jika dibandingkan Pengolahan Minyak
dengan persyaratan minyak kelapa yang Kelapa.http://www.dekindo.com.
berlaku yakni SNI 01 -3741 -1995 Diakses Tanggal 25 April 2015
sebagian besar telah memenuhi syarat Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI
(kadar kotoran maksimum 0,05 °,10). 01-2902-1992, Mutu dan Cara Uji
Menurunnya kadar kotoran pada minyak Minyak Kelapa, , Jakarta
kelapa yang diproses dengan arang aktif Badan Standardisasi Nasional . 1992, SNI
dan bentonit diduga disebabkan oleh 01-2891-1992, Penentuan Warna,
kotoran yang ada dalam minyak keIapa dan Jakarta
berbentuk suspensi koloid seperti fosfolipid, Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI
karbohidrat, protein atau kotoran lain berupa 01-3750 -1995, Arang Aktif Teknis,
komponen yang larut dalam minyak Jakarta
misalnya karatenoid, asam remak bebas, Badan Standardisasi Nasional, 2000, SNI
sterol serta beberapa mineral teradsorpsi 13-6336-2000, Bentonit Untuk
(terserap) oleh kedua jenis adsorben (arang Pemurnian Minyak Nabati, Jakarta
aktif dan bentonit). Ketaren (1986) Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. UI Press.
menyatakan bahwa kotoran yang berbentuk Jakarta
suspensi koloid dalam minyak berupa Cheremisinoff. P.N dan A. C Moressi , 1978
fosfolipid, karbohidrat, senyawa nitrogen Carbon Adsorption Application,
dan senyawa kompleks lainnya dapat Carbon Adsorption Handbook, Ann
dihilangkan dengan menggunakan Arbor Sciece. Ann Arbor
adsorben. Djatmiko, B dan A. Pandji Widjaya, 1984.
Teknologi Minyak dan Lemak I. IPB
KESIMPULAN Bogor
Herlina, Netti dan Hendra. 2002. Lemak
Penggunaaan adsorben arang aktif Dan Minyak. http://library.usu.ac.id.
dan bentonit dapat meningkatkan mutu Diakses Tanggal 5 Mei 2015
minyak kelapa yang berasal dari proses Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
pengepresan kopra asap Minyak Dan Lemak Pangan. UI,
Adsorben arang aktif dan bentonit Press. Jakarta:
dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3% dapat Kirk, R.E. and D. F. Othmer 1964,
menyerap warna merah minyak kelapa, Encyclopedya of Chemical
akan tetapi warna kuning minyak kelapa Technology, 2nd ed. Volume 1, John
akan efektif diserap oleh bentonite 2% dan Wiley and Son, inc. New York
3%. Komar, P.A dan A.B. Rahardjo, 2008,
Penggunaan adsorben arang aktif Penjernihan Minyak Nabati dengan
atau bentonit sampai dengan konsentrasi Bentonit dari Nanggulan Yokyakarta,
3% belum optimal mengurangi kadar air dan Pusat pengembangan Teknologi
asam lemak bebas. mineral, Bandung
Arang aktif 3% lebih efektif menurunkan Mag, T.K. 1994. Bleaching Theory and
kandungan bilangan peroksida dan kadar Practices, Journal AOCS, No. 56
kotoran dalam minyak kelapa dibandingkan page : 1234-1239
dengan bentonit pada konsentrasi yang Mega Twilana Indah Dewi* dan Nurul
sama Hidajati.2012. peningkatan mutu
minyak goreng curah
PUSTAKA menggunakanadsorben bentonit
teraktivasi. Journal of Chemistry Vol.
AOCS, 1980. Official and Tentative Methods 1. No. 2 page: 47-53
3 rd Ed. American Oil Chemistry Rosita, A. F. dan Wenti Arum Widasari.
Sosiety. Illionis, 2009. Peningkatan Kualitas Minyak
Anonim, 2011 Kelapa, http:// Goreng Bekas dari KFC dengan
www.datacon.co.id/Sawit-2011, di Menggunakan Adsorben Karbon Aktif.
akses 18 Mei 2015

123
Pemurnian Minyak Kelapa... (Fahri Ferdinand Polii)

http://eprints.undip.ac.id. Diakses Sulieman ME, El-Makhzangi A, Ramadan


Tanggal 5 Mei 2015 . MF. 2006. Antiradical performance
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1994. Prinsip and physicochemical characteristics of
dan Prosedur Statistika Suatu vegetable oils upon frying French
Pendekatan Biometrik. Terjemahan B. fries: A preliminary com
Sumantri. Gramedia. Jakarta parative study. Journal of Food Lipids,
Suarya, P. 2008. Adsorpsi Pengotor Minyak 13(3), 259–276.
Daun Cengkeh oleh Lempung
Teraktivasi Asam. Wijaya, B, 2013, Studi PengetsaanLempung
http://ejournal.unud.ac.id. Jurnal Kimia Bentonit Teraktivasi, Vol. 4, No. 2,hal.
2 Januari 2008 hal. 19-24. Diakses 16-19
Tanggal12 Mei 2015 Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan
Subarti, Juli. 2009. Pengolahan Jelantah Gizi. Gramedia. Jakarta.
Menggunakan Katalis ni-Bentonit.
http://digilib.unnes.ac.id. Diakses
Tanggal 25 Mei 2015

124

Anda mungkin juga menyukai