Anda di halaman 1dari 9

TEKNOLOGI KARET, GUM, DAN RESIN

(Laporan praktikum perhitungan kadar karet kering)

Oleh :

BAGUS HERMAWAN 1910516310019


BIMA KHAIRUL ASYIKIN 1910516110002
MUHAMAD RAUL DIOLA 1910516310018
MUHAMMAD REDHANI 1910516310010

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada penanganan pascapanen lateks, umumnya lateks kebun diolah menjadi


slab dan lump serta disimpan dalam gudang tempat pengumpulan hasil (TPH).
Penyimpanan dalam gudang bertujuan untuk menjaga kualitas bahan olah karet serta
meningkatkan kadar karet kering (KKK). Slab dan lump merupakan bahan baku untuk
karet alam spesifikasi teknis terutama jenis SIR 10 dan SIR 20. Karet jenis ini
merupakan karet ekspor terbesar Indonesia dengan persentase mencapai lebih dari 95%
(Badan Pusat Statistik, 2015).
Penanganan pascapanen lateks kebun sangat penting dilakukan untuk menjaga
kualitas bahan olah karet (bokar), seperti slab dan lump. Hal yang terjadi selama
penyimpanan slab dan lump adalah penyusutan bobot akibat dari keluarnya air dari
dalam bahan. Komposisi dalam lateks kebun umumnya terdiri dari air sebesar 55- 60%,
partikel karet 30-40%, dan selebihnya bahan bukan karet sebesar 2-4%(Kumar et al.,
2007). Air merupakan komposisi terbesar di da l am l a t e k s yang jug a b e rfung si
menjagakestabilan lateks. Berdasarkan derajat keterikatan air dalam bahan(Syarief &
Irawati, 1988), slab dan lump termasuk ke dalam tipe III, yaitu molekul air terikat
secara fisik dalam jaringan-jaringan matriks bahan, seperti membran, kapiler, dan lain-
lain di mana air tersebut mudah dikeluarkan dari bahan.Oleh karena itu, dalam
penyimpanan slab maupun lump terjadi penyusutan bobot yang besar dan nilai kadar
karetnya menjadi lebih tinggi.

Karet merupakan komiditi perkebunan di Indonesia yang mampumemberikan


kontriubsi dalam upaya peningkatan devisa negara karena eksporkomiditi karet yang
mencapai 2,5 juta ton pada tahun 2011 dan pendapatan devisanegara mencapai US $
11,7 milyar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan(2015), luas areal perkebunan
karet di Indonesia mencapai 3.621.587 Ha di tahun2015 dengan total produksi sebesar
3.108.260 ton yang tingkat produktivitasnya1.036 kg/ha.
Indonesia yang merupakan negara dengan luas areal perkebunan karetterbesar
dan produksi kedua terbesar dunia memiliki beberapa kendala yaiturendahnya
produktivitas karet dan ragam olahan karet terbatas. Berdasarkan haltersebut, perlu
dilakukan pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan produksi,
memperbaiki mutu hasil, meningkatkan pendapatan dengan memperbesarnilai ekspor
(Anwar, 2005).

Lateks merupakan cairan berwarna putih kekuningan hasil penyadapan pada


kulit tanaman karet. Lateks terdiri dari partikel karet yang berkisar 25-40% dan partikel
bukan karet berkisar antara 60-75% yang terdispersi dalam air. Pengolahan lateks
(getah karet) di Indonesia diolah menjadi berbagai olahan yaitu lateks pekat, remah,
dan lembaran (Zuhra, 2006). Kondisi bahan baku yang baik akan menentukan hasil
yang baik pula. Untuk menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku yaitu lateks segar
perlu dilakukan pengawasan. Penentuan kadar karet kering juga sangat penting
diketahui oleh mahasiswa agar terhindar dari kecurangan dari para penyadap begitu
pula pengaruh bahan pendadih yang digunakan dalam membuat lateks pekat agar
memperoleh hasil yang diinginkan.

Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini agar mahasiswa dapat memahami cara menentukan
kadar karet kering dengan baik.
METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan dalam video 1 dan video 2 yaitu gelas beker 100
ml, gelas beker 250 ml, batang pengaduk, alat gilingan, timbangan analitik,
timbangan duduk digital.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam video 1 dan video 2 yaitu amoniak 5%,
asam formiat 5%, lateks segar, bokar, dan air.

Metode kerja

1. Video 1. Perhitungan kadar karet kering skala lahan dan laboratorium

Lateks Segar

Disiapkan Gelas Beker 250 Ml Untuk Skala Lahan Dan 100 Ml Untuk

Dituangkan 50 Ml Lateks Segar Dalam Gelas 250 Ml Dan 25 Ml Dalam Gelas Beker 100
Ml

Ditambahkan Asam Formiat 5% Sebanyak 3 Ml Untuk Skala Lahan Dan 1,5 Ml Untuk
Skala Lab

Diaduk Hingga Rata Lalu Diamkan Sampai Menggumpal

Ditimbang Gelas Beker 100 Ml Dan Cataat Hasilnya

Ditimbang Gelas Beker 100 Ml Kosong Dan Catat Hasilnya

A
A

Dituangkan 25 Ml Lateks Dalam Gelas Beker 100 Ml Lalu Timbang Dan Catat Hasil

Digiling Lateks Yang Sudah Menggumpal Sebanyak 7 Kali

Dikeringkan Anginkan Lateks Skala Lab Dan Skala Lahan

Ditimbangkan Baret Karet Untuk Skala Lahan Dan Oven Karet Skala Lab Lalu Timbang

Dihitung Kadar Karet Kering Skala Lahan Dan Skala Lab

Hasil

2. Video 2. Perhitungan kadar karet kering di pabrik

Timbang lateks segar sebanyak 21,04 kg

Lalu digiling menggunakan air

Kemudian giling dalam ruangan kering

Setelah selesai digiling lalu dilipat, Potong menjadi bagian yang lebih kecil

Masukan kemesin drayer kurang lebih kurang 2 jam

Timbang kembali beratnya lalu catat

Masukan ke dalam rumus kadar karet kering

hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pada video pertama didapatkan hasil berupa pengukuran kadar kering lateks yaitu ;

Berat karet lahan = hasil dikering anginkan X faktor koreksi

= 34 gr X 0,72%

= 24,48%

Kadar karet kering laboratorium = berat kering : berat basah X 100%

= 11 gr : 33gr X 100%

= 33%

Pada video kedua didapatkan hasil berupa rumus perhitungan kadar karet kering
yaitu;

HG = Hasil Giling (kg) = 15,68

SB = Sampel Boka (kg) = 21,04

OV = Hasil Oven (kg) = 11,42

Rumus = HG : SB X OV : HG

= 15,68 : 21,04 X 11,42 : 15,68

= 0,74 X 0,73

= 54%

Pembahasan

Nilai kadar karet kering digunakan untuk sebagai dasar menentukan jumlah
kebutuhan air pada proses pengenceran lateks sampai diperoleh kadar karet standar. Proses
pengenceran yang terlalu encer akan mengakibatkan koagulum (bekuan) yang terlalu lunak,
sehingga mudah robek pada saat penggilingan. Sebaliknya jika koagulum terlalu keras, akan
mengakibatkan pemakaian tenaga gilingan yang lebih besar dan memerlukan waktu
pengeringan terlalu lama.kondisi ini mempengaruhi mutu karet sheet ( Sari, J.R.I, 2015).

Pengukuran kadar karet kering dari lateks pada kali akan membahas mengenai kadar
karet kering di mana kadar karet kering itu sendiri adalah parameter yang paling penting
dalam pengolahan karet. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah amoniak
5%, asam formiat 5%, dan lateks segar. Amonia itu berfungsi sebagai anti prakoagulasi. Proses
awal dari praktikum ini di mana lateks ditimbang beratnya adalah 21,04 kg kemudian baru
digiling menggunakan air agar kotoran-kotoran yang terdapat di dalam Gokart itu dapat
keluar semuanya lalu proses pemotongan menjadi bagian yang lebih kecil, tujuan dari
pemotongan ini adalah agar karet yang dimasukkan ke diatas bisa lebih sempurna untuk
menghindari white spot. Timbang awal 21,04 kg sekarang menjadi 15,68 kg, Setelah itu masuk
ke dryer lebih kurang 2 jam Setelah 2 jam, kemudian sampel yang sudah matang atau sudah
masak ditimbang kembali dan beratnya ternyata 11, 42 kg inilah proses akhir dan ini akan
kita masukkan ke dalam rumus kadar karet kering.

Umumnya lateks kebun hasil penyadapan mempunyai kadar kering karet (K3)
20-35%. Berdasarkan Maspanger (2005) kualitas karet dinilai dari K3, yakni mutu 1
dengan kadar kering minimal 28% dan mutu II dengan kadar kering minimal 20 % atau
di bawah 28%.Apabila kadar karet kering dibawah dari 28% maka sheet yang
dihasilkan tidak memenuhi standart perusahaan sehingga karet yang dihasilkan
memiliki elastisitas yang tidak sempurna, begitu juga jika kadar karet kering diatas
30% maka akan melebihi standart perusahaan sehingga karet yang dihasilkan mudah
rapuh.

Analisa persen Kadar Karet Kering dilakukan dengan cara pemanasan didalam
oven selama 2 jam pada suhu 100 hingga didapat berat karet kering. Dari video satu,
dua dan tiga diperoleh kadar karet kering rata-rata lateks video satu untuk sampel lahan
24,48 % dan untuk sampel laboratorium 33 %, video dua 54 %, dan video tiga 48 %.
Dimana persen kadar karet kering pada lateks segar yang sesuai standar adalah 28%-
30%.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan pada praktium kali ini adalah:

1. Nilai kadar karet kering digunakan untuk sebagai dasar menentukan jumlah
kebutuhan air pada proses pengenceran lateks sampai diperoleh kadar karet
standar.
2. Amonia itu berfungsi sebagai anti prakoagulasi.
3. kualitas karet dinilai dari K3, yakni mutu 1 dengan kadar kering minimal 28%
dan mutu II dengan kadar kering minimal 20 % atau di bawah 28%.
4. Analisa persen Kadar Karet Kering dilakukan dengan cara pemanasan didalam
oven selama 2 jam pada suhu 100 hingga didapat berat karet kering.
5. Kadar karet kering ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya jenis klon,
musim, waktu penyadapan, suhu dan umur pohon. Dari video satu, dua dan tiga
diperoleh kadar karet kering rata-rata lateks video satu untuk sampel lahan
24,48 % dan untuk sampel laboratorium 33 %, video dua 54 %, dan video tiga
48 %.

Saran

Tidak ada saran untuk praktikum kali ini.


DAFTAR PUTAKA

Anwar, C. 2005. “Prospek Karet Alam Indonesia: Suatu Analisis Integrasi Pasar dan Keragaan
Ekspor”. Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sekolah Pasca Sarjana.

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Karet Indonesia. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat
Statistik.

Kumar, R. R., Hussain, S. N., & Philip, J. (2007). Measurement of dry rubber content of
natural rubber latex with a capacitive transducer. Journal of Rubber Research,
10(1), 17-25.

Syarief, R., & Irawati, A. (1988). Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.

Zuhra, F. 2006. Karet. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai