Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Durian merupakan tanaman buah-buahan khas tropik basah yang telah
dikenal luas oleh masyarakat. Buah durian juga terkenal dengan julukan sebagai
raja buah tropika dengan alasan unggul dari segi kekuatan fisiknya tetapi juga dari
segi rasa, bentuk dan baunya yang khas.
Produksi durian Indonesia selama lima tahun terakhir cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2000 produksi durian mencapai 236794 ton, tahun 1999
produksi durian mencapai 194359 ton, tahun 1998 mencapai 406146 ton, 1997
sebesar 236648 ton, tahun 1996 sebesar 267562 ton dan tahun 1995 sebesar
170871 ton.
Permintaan akan buah durian cenderung meningkat dengan meningkatnya
permintaan buah tropis dunia. Winarno (1995) melaporkan bahwa permintaan
buah tropis dunia tahun 1995-2015 diperkirakan akan meningkat 6.50 % per
tahun. Dengan meningkatnya permintaan buah-buahan tropis di pasaran dunia
secara l angmg akan berpengaruh terhadap permintaan durian. Hal ini
disebabkan buah durian mulai digemari oleh konsumen masyarakat Eropa
(Sunaryono dan Nina, 1994).
Indonesia yang menjadi salah satu produsen durian sampai saat ini belum
banyak memperoleh keuntungan dari potensi tersebut. Thailand merupakan
negara produsen durian yang telah banyak menikmati devisa dari ekspor
duriannya Menurut Subadrabandhu et al. (1991) Thailand mengekspor tidak
kurang dari 11000 ton durian tiap tahun ke berbagai negara Asia, Amerika dan
Eropa. Volume ekspor tersebut jauh lebih besar dibandingkan ekspor durian
Indonesia yaitu 116.975 ton dengan nilai US $ 105 871 pada tahun 1999, 13.794
ton dengan nilai US $ 5 470 pada tahun 1998, 69.561 ton dengan nilai US $642
822 pada tahun 1997, dan 53.767 ton dengan nilai US $ 2 8 982 266 pada tahun
1990 (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2000).
Salah satu sebab rendahnya nilai ekspor buah durian Indonesia adalah
masalah mutu yang masih sulit memenuhi persyaratan ekspor akibat penanganan
pasca panen yang masih sederhana. Salah faktor yang penting dalam penanganan
pasca panen adalah pemanenan pada tingkat kematangan yang tepat dan sortasi
buah-buahan. Pemanenan dan sortasi durian yang tepat berpengaruh terhadap
mutu daging durian. Ketuaan durian yang optimal tergantung pada kultivar.
Penentuan tingkat kematangan dan sortasi buah-buahan selama ini dilakukan
manual atau visual sehingga hasil evaluasi sering tidak seragam Teknik lain
seperti gelombang cahaya NIR terbukti hanya dapat menembus sedalam 5 mm
dari permukaan buah (Ikeda et al., 1992), gelombang X dapat menembus buah
tetapi biaya yang di perlukan cukup mahal. Berdasarkan ha1 tersebut di perlukan
suatu metode untuk mendapatkan cara yang baik dalam melakukan sortasi buah-
buahan. Gelombang ultrasonik mempunyai kemampuan menembus bahan yang
tinggi dimana sifat akustik seperti kecepatan suara, absorpsi koefisien akibat
interaksi antara gelombang ultrasonik dengan bahan dapat menunjukkan
kandungan dan tingkat kerusakan dalam buah (Garret dan Furry,. 1992). Menurut
Budiastra et al. (1998) bahwa zero moment power dari transmisi gelombang
ultrasonik 50 Khz dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan dan
kerusakan durian dengan secara non destrukta
Untuk mengetahui hubungan sifat fisiko-kimia dan akustik durian perlu di
lakukan dengan simulasi model, hanya saja karena strukturnya yang multi-input
multi-output (MIMO) menjadikan hubungan tersebut sangat sulit untuk
dimodelkan secara matematis. Model jaringan syaraf tiruan (JST) dipandang
mampu untuk mengatasi permasalahan diatas karena bersifat adaptifj non-linier
dan paralel. Namun sampai saat ini pengembangan JST untuk
pengklasifikasian tingkat ketuaan dan kematangan durian belum dilakukan. JST
dapat digunakan untuk bermacam-macam persoalan seperti Masifikasi,
pengenalan perkataan, pengolahan citra, prediksi deret waktu, modeling dan
kontrol, robotik, optimasi, sistem pakar, finansial dan lain-lain. Aplikasi JST di
bidang non pertanian seperti pengenalan hurup cetak, kontrol, pengaturan gerak
motor untuk robotik sudah dimulai oleh Frank Rosenblatt (1957). Sedangkan
aplikasi JST di bidang pertanian sudah banyak diterapkan di bidang optimasi
kontrol manajemen irigasi ( Clendon et al., 1996), model sensor terhadap daging
sapi (Park et al., 1994), memprediksi kadar air tanah (Altendarf et al., 1992),
simulasi sistem drainase (Yang, et al., 1998), penyakit kacang-kacangan
(Batchelor et al., 1997), penentuan kualitas makanan kecil berdasarkan wama
(Sayeed et al., 1995), konsentrasi pestisida dalam tanah (Yang et al., 1997),
perpindahan panas (Sablani et al., 1995), dan pakan ternak (Suroso et al., 1999).
Sampai saat ini untuk bidang pascapanen terutama sortasi buah-buahan
segar belum berkembang secara luas. Penelitian mengenai pengembangan model
untuk penentuan ketuaan dan kematangan buah-buahan dengan jaringan syaraf
t h a n masih belum dilakukan. Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba
mengaplikasikan suatu model untuk penentuan tingkat ketuaan dan kematangan
durian dengan jaringan syaraf tiruan.
Masalah dan Pemecahannya
Masalah yang dihadapi dalam mernilih durian adalah bagaimana
mengetahui tingkat ketuaan dan kematangan bagian dalam durian secara tepat,
akurat dan tanpa merusak buah tersebut. Dengan demikian konsumen akan
mendapatkan jaminan bahwa durian yang dibeli adalah tua, matang dan tidak
rusak. Selarna ini untuk mengetahui kerusakan dalam buah durian hams dilakukan
dengan cara merusak buah durian.
Metoda pengukuran ketuaan dan kematangan yang ada seperti hari setelah
pembungaan, suara/bunyi dari ketukan terhadap buah-buahan kurang dapat
dipercaya untuk menentukan secara tepat tingkat ketuaan dan kematangan buah-
buahan di karenakan tidak dapat menentukan kualitas bagian dalam buah durian.
Teknik image processing, Near ma r e d Reflectances (NIR), gelombang
*a merah dekat hanya mampu menentukan sifat fisik seperti warna, bentuk,
ukuran dan bagian dalam sedalam 5 mm sehingga hanya dapat digunakan untuk
buah-buahan yang berkulit tipis. Sedangkan gelombang X dapat diterapkan untuk
mendeteksi bagian dalam buah-buahan seperti semangka tetapi penerapannya di
masyarakat luas belum dilakukan karena investasi alat yang mahal sehingga tidak
ekonomis dan kehawatiran adanya efek samping terhadap buah yang dievaluasi
dengan sinar X.
Selama ini khusus buah durian banyak dilakukan dengan cara destruktif
seperti metoda kimia basah (HPLC) bahkan para petani dengan cara mencicipi
untuk mengetahui tingkat ketuaan dan kematangan buah secara tepat. Hanya saja
metoda tersebut kurang ekonomis karena untuk mengumpulkan data tersebut
memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang banyak. Oleh karena itu diperlukan
metoda yang dapat menentukan tingkat ketuaan dan kematangan bagian dalam
buah tanpa merusak.
Gelombang ultrasonik memiliki kemampuan menembus bahan yang tinggi
dimana sifat akustik seperti kecepatan suara dan atenuasi sehingga interaksi antara
gelombang ultrasonik dengan bahan dapat menunjukkan kandungan dan bagian
dalam buah. Dengan demikian sifat fisiko-khia dapat diperiksa dengan
mengetahui sifat akustiknya. Supaya tidak selalu melakukan pengukuran untuk
mengetahui hubungan sifat fisiko-kimia dan akustik perlu dilakukan dengan
simulasi model. Selama ini untuk melihat hubungan tersebut dibuatlah model
matematika yang bersifat linier.
Namun proses ini merupakan sistem yang sangat komplek karena
perilakunya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan sifat fisiko kimia buah
durian. Selain itu dengan strukturnya yang multi-input multi-output (IVTJMO)
menjadikan hubungan tersebut sangat sulit untuk dimodelkan secara matematis.
Model matematik mempunyai suatu keterbatasan untuk menyelesaikan
permasalahan karena tidak bersifat adaptif, terlalu rumit dan kurang disukai bila
memasuki model non-linier. Sejalan dengan permasalahan tersebut maka
dipandang dengan cara mengembangkan model JST akan mampu untuk
mengetahui hubungan sifat fisiko-kimia dan sifat akustik buah durian untuk
menentukan tingkat ketuaan, kematangan dan kerusakan buah durian. Hal ini
dikarenakan model JST bersifat universal, paralel, mudah implementasi, mudah
pembelajaran dan adaptasi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengaplikasikan model JST untuk
penentuan tingkat ketuaan dan kematangan durian menggunakan parameter input
dari karakteristik durian yang diperoleh secara metode destruktif maupun non-
destruktif.
Tujuan yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:
1). Mengkaji karakteristik sifat ketuaan dan kematangan buah durian tidak rusak
dan rusak
2). Mengkaji hubungan antara sifat fisiko-kimia dan akustik buah durian
3). Menyusun model pendugaan dengan jaringan syaraf t h a n
4). Mengkaji tingkat ketuaan dan kematangan buah durian tidak rusak dan rusak
dengan model jaringan syaraf tiruan
5). Melakukan validasi model jaringan syaraf t h a n dengan masukan data non-
destruktif dan destruktif.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku pasca
panen durian seperti prosesor dan eksportir dalam ha1 berikut:
I). Hasil sortasi mutu yang lebih baik.
2). Memberi nilai tambah pada buah durian dengan mutu yang lebih terjamin.
3).
Mendorong peningkatan volume ekspor karena keterjaminan mutu buah
durian yang diekspor.

Anda mungkin juga menyukai