PROPOSAL PENELITIAN
DODI DESWANDI
D1C011027
PEMBIMBING SKRIPSI :
Dr. Ir. SAHRIAL, M.Si
ULYARTI., S.TP., M.Sc
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benincasa hispida atau yang biasa disebut bligo, adalah salah satu spesies
dari keluarga Curcubitaceae yang memiliki potensi besar dalam produksi pangan
(Morton 1971). Buah bligo dikenal dengan banyak nama antara lain: bhuru kulu
atau safet kolu (Gujarat), petha (Hindi), white pumpkin, white gouard atau wax
gourd atau ash gourd, chinese preserving melon, hairy melon (English) dan
kushmanda (Sansekerta). Bligo merupakan tanaman menjalar, berbatang berkayu,
lunak, berbulu, warna hijau. Buah ini secara umum digunakan sebagai sayuran di
India dan negara tropis lainnya juga merupakan tanaman obat yang sering
digunakan untuk menyembuhkan penyakit epilepsi dan gangguan syaraf lainnya
(Aslokar et al. 1992).
Di Indonesia, bligo digunakan sebagai tanaman obat yang dapat digunakan
dalam penyembuhan berbagai penyakit antara lain; biji untuk obat: batu ginjal,
demam, kencing manis, pelembut kulit, radang paru, radang usus, sembelit, tonik
dan wasir. Buahnya untuk pengobatan: disentri, panas dalam, pendarahan pada
organ bagian dalam danonik (Hermanto 1993).
Bligo dikonsumsi dengan cara mengolah buah bligo menjadi olahan
sayuran, tumisan, sup, sebagai rebusan dan juga sering dibuat manisan kering.
Karena rasa buah bligo yang sedikit langu, sehingga olahan dari buah bligo sangat
terbatas. Salah satu pemanfaatan buah bligo menjadi produk pangan dapat
dilakukan dengan cara mengolah buah bligo menjadi minuman sari buah bligo.
Sari buah merupakan cairan, baik yang dijernihkan ataupun tidak, yang
dihasilkan dari pemerasan bagian buah yang dapat dimakan, tanpa dilanjutkan
dengan peragian atau fermentasi (Pollard dan Timberlake, 1971). Menurut SNI,
minuman sari buah merupakan cairan buah yang diekstrak dari bagian buah yang
dapat dimakan baik dengan penambahan air atau tidak yang siap untuk diminum.
Pengolahan buah bligo menjadi sari buah merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan daya guna buah bligo, dan untuk memperbaiki cita rasa buah bligo
itu sendiri, sehigga dapat meningkatkan konsumsi buah-buahan di Indonesia.
Proses pemanasan, pasteurisasi dan formulasi dalam pembuatan sari buah harus
diperhatikan karena merupakan faktor penting dalam pembuatan sari buah.
Formulasi sari buah ini diharapkan dapat memperbaiki rasa, aroma, serta warna
sari buah melalui penambahan asam sitrat, gula dan air dengan komposisi yang
tepat.
Menurut Pollard dan Timberlake (1974), faktor-faktor yang sangat
berpengaruh pada cita rasa sari buah adalah perbandingan antara gula dan asam,
jenis jumlah komponen aroma serta vitamin. Flavour enchancer (bahan pemicu
rasa) merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu produk pangan untuk
memberikan nilai lebih pada rasa, sesuai dengan karakteristik produk pangan yang
dihasilkan. Biasanya bahan pemicu rasa ditambahkan dalam konsentrasi yang
kecil. Kombinasi asam secara umum sudah digunakan sebagai bahan pemicu rasa
pada produk-produk minuman.
Penggunaan asam sitrat memberikan rasa yang penting pada sari buah
(Furia, 1972). Menurut Winarno (2002) zat pengasam dapat bertindak sebagai
penegas warna dan rasa atau menyelubungi after taste yang tidak disukai, asam
juga dapat merangsang atau meningkatkan presepsi akan senyawa pembawa rasa
yang lain dalam makanan. Asam sitrat banyak digunakan dalam industri, terutama
dalam industri makanan dan farmasi, karena memiliki kelarutan tinggi,
memberikan rasa asam yang enak dan tidak bersifat racun (Winarno dan Laksmi,
1974 dalam Rusbana 2003).
Menurut Satuhu (2003) jumlah asam sitrat yang ditambahkan tergantung
dari jenis buahnya, bila buah yang digunakan sangat asam, maka penambahan
asam sitrat cukup 1-1,5 g untuk setiap 1 liter sari buah yang dihasilkan, sedangkan
untuk buah yang manis penambahan asam sitrat sekitar 2-2,5 g untuk 1 liter sari
buah yang dihasilkan.
Masalah yang dihadapi dalam pembuatan produk olahan dari buah bligo
saat ini yaitu belum diketahuinya formulasi yang terbaik dalam penambahan asam
sitrat untuk memperbaiki cita rasa sari buah bligo. Berdasarkan permasalahan
tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Penambahan Asam Sitrat Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik
Sari Buah Bligo (Benincasa hispida).
1.4. Hipotesis
1. Penambahan asam sitrat berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia,
organoleptik sari buah bligo (Benincasa hispida)
2. Terdapat konsentrasi asam sitrat yang terbaik dalam pembuatan sari buah
bligo (Benincasa hispida) terhadap after taste.
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan hingga -2015. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Hasil Pertanian. Fakultas
Teknologi Hasil Pertanian.
3.4.
Pelaksanaan Penelitian
3.5.
3.5.1. Analisis Kimia, fisik dan Organoleptik Terhadap Sari Buah Bligo
Pengamatan yang dilakukan terhadap sari buah bligo untuk
parameter tinggi endapan dilakukan setiap hari selama 3 hari. Pada
pengamatan total padatan terlarut, derajat keasaman (pH), vitamin C dan
uji Organoleptik dilakuakn pada hari pertama pembuatan.
Penerimaan Keseluruhan
Sangat suka
Suka
Agak suka
Tidak suka
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan sidik
ragam pada taraf 1 dan 5% dan dilakukan dengan uji Duncanss New
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Sedamgkan uji vitamin C
dianalisa secara deskriptif.