Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Merry Kristiana P H0916054
Muh. Azmi Ibrahim H0916062
Rifqi Dhiya Fauzan H0916071
Syafri Dwiananta H0916077
Wisnu Pranatha H0916084
Zenita Mulya Astuti H0916088
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2018
ACARA II
PERUBAHAN KIMIA BUAH DAN SAYUR KLIMAKTERIK DAN
NONKLIMAKTERIK SELAMA PENYIMPANAN
A. Tujuan
Mengetahui dan memahami perbedaan perubahan kimia yang terjadi
antara tipe buah dan sayur klimakterik dan nonklimakterik selama
penyimpanan.
B. Tinjauan Pustaka
Buah-buahan dan sayuran merupakan komoditi yang mempunyai sifat
mudah rusak atau perishable karena mempunyai karakteristik sebagai
makhluk hidup dan tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
hidupnya. Komoditi ini masih melangsungkan reaksi metabolismenya
sesudah dipanen. Dua proses terpenting di dalam produk seperti ini
sesudah diambil dari tanamannya adalah respirasi dan produksi etilen
(Nurjanah, 2002).
Respirasi adalah suatu proses yang melibatkan terjadinya
penyerapanoksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) serta
energi yang digunakanuntuk mempertahankan reaksi metabolisme dan
reaksi lainnya yang terjadi didalam jaringan. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi laju respirasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
faktor eksternal (faktor lingkungan) dan faktor internal.Yang termasuk
faktor lingkungan antara lain temperatur, komposisi udara dan adanya
kerusakan mekanik. Ketiga faktor ini merupakan faktor penting yang dapat
mempercepat laju respirasi. Sedangkan faktor internal antara lain jenis
komoditi (klimaterik atau non-klimaterik) dan kematangan atau tingkat
murnya, akan menentukan pola respirasi yang spesifik untuk setiap jenis
buah-buahan dan sayuran (Nurjanah, 2002).
Pola produksi etilen pada buah-buahan akan bervariasi tergantung
pada tipe atau jenisnya. Pada buah-buahan klimaterik, produksi etilen
cenderung untuk naik secara bertahap sesudah panen, sementara pada buah
non-klimaterik produksi etilennya tetap dan tidak memperlihatkan
perubahan yang nyata. Laju respirasi dan produksi etilen berhubungan erat
dengan daya simpan produk, maka untuk memaksimalkan umur simpan
kedua faktor ini harus diketahui sebelum produk tersebut disimpan
(Nurjanah,2002).
Pada buah-buahan yang tergolong klimaterik, proses respirasi yang
terjadi selama pematangan mempunyai pola yang sama yaitu menunjukkan
peningkatan CO2 yang mendadak, contohnya buah strawberry, pisang,
mangga, alpokat, pepaya, peach, tomat. Sedangkan pada buah-buahan
yang tergolong non klimaterik seperti semangka, ketimun, limau, jeruk,
nanas dan arbei, setelah dipanen proses respirasi CO2 yang dihasilkan
tidak terus meningkat, tetapi langsung turun secara perlahan-lahan (
Syarief, dkk., 1988 ).
Buah jeruk merupakan buah yang memiliki prospek cerah untuk
dikembangkan. Jeruk (Citrus sp.) dapat dijumpai dalam setiap musim
sebab penanaman buah jeruk yang mudah dan cocok di berbagai kondisi
iklim. Oleh karena itu, jeruk merupakan salah satu buah yang amat
digemari. Banyaknya jenis dan varietas buah jeruk local maupun impor
yang tersedia dan diperoleh di pasar tradisional atau pasar modern
membuat konsumen dapat dengan mudah menentukan buah jeruk yang
sesuai dengan selera dan keinginannya. Saat ini, ada lima kelompok buah
jeruk di dunia yaitu : kelompok Mandarin, kelompok Citroen, kelompok
Orange atau jeruk manis, kelompok Pummelo dan Grapefruit, dan
kelompok Lime dan Lemon (Rajagukguk, 2013).
Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di
Indonesia, karena sifat tanaman ini mudah tumbuh di daerah tropis. Pisang
buah (Musa paradisiaca) dapat digolongkan dalam 4 kelompok : (1) Musa
Pardisiaca var. sapientum (Banana) yaitu pisang yang dapat langsung
dimakan setelah matang atau pisang buah meja contoh : susu, hijau, mas,
raja, ambon kuning, ambon, barangan, dll; (2) Musa Pardisiaca forma
typiaca (Plantain) yaitu pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih
dahulu, contoh : tanduk, uli, bangkahulu, kapas; (3) Pisang yang dapat
dimakan setelah matang atau diolah dahulu (contoh: kepok dan raja) serta;
(4) Musa Brachycarpa yaitu jenis pisang yang berbiji dapat dimakan
sewaktu masih mentah, seperti pisang batu disebut juga pisang klutuk atau
pisang biji. Masing–masing kelompok pisang tersebut mempunyai fungsi
dan karakteristik berbeda (Palupi, 2012).
Jenis plastik yang popular digunakan untuk pengemasan yaitu PE
(polyethy1en) dan PP (polyprophy1en) karena kedua jenis plastik ini
selain harganya murah, mudah ditemukan di pasaran, juga memiliki sifat
umum yang hampir sarna. Plastik PE tidak menunjukkan perubahan pada
suhu maksimum 93°C - 121°C dan suhu minimum -46°C - (-5oC), namun
memiliki permeabilitas yang cukup tinggi terhadap gas-gas organik
sehingga masih dapat teroksidasi apabila disimpan dalam jangka waktu
yang lama. Bahan kemasan plastik yang paling banyak digunakan adalah
plastik PE karena mempunyai harga relatif murah, mempunyai komposisi
kimia yang baik, resisten terhadap lemak dan minyak, tidak menimbulkan
reaksi kimia terhadap makanan, mempunyai kekuatan yang baik dan
cukup kuat untuk melindungi produk dari perlakuan kasar. selama
penyimpanan, mempunyai daya serap yang rendah terhadap uap air, serta
tersedia dalam berbagai bentuk (Yanti, 2008).
Padatan terlarut menunjukkan kandungan bahan-bahan yang terlarut
dalam larutan.komponen yang terkandung dalam buah terdiri atas
komponen-komponen yang larut air seperti glukosa, fruktosa, sukrosa dan
protein yang larut air seperti pektin. Total padatan terlarut dapat
mempengaruhi viskositas dan stabilitas sari buah (Farikha, 2013).
Sedangkan pH atau tingkat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH
diturunkan dari konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. Bermacam-
macam buah memiliki tingkat keasaman yang berbeda sesuai dengan jenis
dan umurnya. Buah tertentu akan memiliki pH yang rendah (asam) saat
buah masih belum matang. Setelah bertambahnya masa umur maka nilai
pH akan menurun disertai dengan menurunnya sifat fisik pada buah
(Hidayah, 2009).
Refraktometer bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika
melalui suatu larutan. Ketika cahaya datang dari udara ke dalam larutan
maka kecepatannya akan berkurang. Fenomena ini terlihat pada batang
yang terlihat bengkok ketika dicelupkan ke dalam air. Refraktometer
memakai prinsip ini untuk menentukan jumlah zat terlarut dalam larutan
dengan melewatkan cahaya ke dalamnya. Sumber cahaya ditransmisikan
oleh serat optik ke dalam salah satu sisi prisma dan secara internal akan
dipantulkan ke interface prisma dan sampel larutan. Bagian cahaya ini
akan dipantulkan kembali ke sisi yang berlawanan pada sudut tertentu
yang tergantung dari indeks bias larutannya (Hidayanto dkk, 2010).
Instrumen pH meter adalah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari suatu sistem larutan
suatu zat, ditentukan berdasarkan keberadaan jumlah ion hidrogen dalam
larutan. Yang dapat dinyatakan dengan persamaan pH = - log [H+ ]. Pada
penggunaan pHmeter, kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum dilakukan
pengukuran. Seperti diketahui prinsip utama pHmeter adalah pengukuran
arus listrik yang tercatat pada sensor pH akibat suasana ionik di larutan.
Stabilitas sensor harus selalu dijaga dan caranya adalah dengan kalibrasi
alat (Tahir, 2008).
Setelah dipanen buah dan sayur akan mengalami sortasi, kemudian
dikemas dan disimpan sambil menunggu pengangkutan atau langsung
dikirim dari kebun produksinya ke pusat-pusat penjualan baik dalam
jarak dekat maupun jarak jauh. Selama penanganannya mangga akan
mengalami proses pematangan yang menuju ke proses penuaan
(senescense) yang secara tidak langsung menjadi sebab utama kemunduran
atau kerusakannya. Bila pematangan berlangsung cepat maka mangga
akan rusak sebelum sampai ke tempat tujuan atau sebelum dikonsumsi.
selama proses pematangan, buah dan sayuran mengalami beberapa
perubahan nyata dalam warna, tekstur dan bau. Selama proses pematangan
terjadi perubahan-perubahan warna dari hijau menjadi kuning atau merah,
rasa dari asam menjadi manis, tekstur menjadi lebih lunak, terbentuknya
vitamin-vitamin, dan timbulnya aroma yang khas karena terbentuknya
senyawa-senyawa volatile. Perubahan-perubahan buah selama pematangan
dapat dilihat dalam hal warna, kekerasan (tekstur), citarasa dan flavor,
yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimia bahan.
Pematangan akan menyebabkan naiknya kadar gula sederhana untuk
memberikan rasa manis, penurunan kadar asam organic dan senyawa
fenolik untuk mengurangi rasa asam dan sepat serta kenaikan produksi zat
volatile untuk memberikan flavor karakteristik buah
(Rachmawati dkk,2009).
C. Metodologi
1. Alat
a. Hand Refractometer
b. Lemari Pendingin
c. Mortar dan penumbuknya
d. pH Meter
e. Pipet Tetes
f. Plastik PE Hitam dan Putih
2. Bahan
a. Aquadest
b. Buah Jeruk
c. Buah Pisang
3. Cara kerja
1. Tanpa Plastik PE
Buah Pisang dan Buah Jeruk
Penyimpanan
Penyimpanan pada
didalam lemari
suhu ruang 1 buah
pendingin 1 buah
pisang dan 1 buah
pisang dan 1 buah
jeruk
jeruk
Penyimpanan Penyimpanan
didalam lemari pada suhu ruang
pendingin (1 (1 Plastik PE Hitam
Plastik PE Hitam dan 1 Plastik PE
dan 1 Plastik PE Putih)
Putih)