TOMAT
(Lycopersicum esculentum Mill)
Disusun Oleh
Nama: Nurfitriani
NIM: (J1B115002)
No.Absen 2
Kami memohon maaf jika di dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan maupun kekeliruan, baik dalam penulisan kata ataupun kalimat yang
masih rancu dan kurang dimengerti. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
i
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................. 2
BAB II ISI.............................................................................................. 3
2.1 Tomat (lycopersicum esculentum Mill)................................... 3
2.2 Pasca Panen.............................................................................. 5
2.2.1 Penanganan Saat Panen...................................................... 6
2.2.2 Penanganan Segera Setelah Panen..................................... 7
2.2.3 Penanganan Pascapanen..................................................... 10
BAB III PENUTUP............................................................................... 15
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 15
3.2 Saran........................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Semakin tinggi kehilangan tersebut dapat menyebabkan semakin
mahalnya harga yang dibebankan pada konsumen. Selain itu penerapan
penanganan pascapanen yang baik diharapkan dapat membantu para pelaku
usaha untuk menstabilkan harga komoditi hortikultura di pasar. Pada saat
terjadi peningkatan volume produksi disuatu daerah, biasanya harga komoditi
tersebut akan jatuh. Namun di sisi lain sering terjadi kelangkaan komoditi
hortikultura di beberapa wilayah yang mengakibatkan harga melonjak tinggi.
BAB II
ISI
2
(Atherton dan Rudich,1986):
Buah tomat akan segera mengalami kerusakan jika tanpa perlakuan saat
penyimpanan. Besarnya kerusakan buah tomat setelah panen berkisar antara 20%
sampai dengan 50% (Winarno,1986). Buah tomat yang dipanen setelah timbul
3
warna 10% sampai dengan 20% hanya akan bertahan maksimal 7 hari pada suhu
kamar di Lembang (Sinaga, 1984).
Tomat merupakan tanaman yang dipanen berkali-kali.Rata-rata satu kali
pertanaman tomat dapat dipanen sebanyak 8-10 kali, namun jika pertumbuhan
baik dapat mencapai 15 kali. Petani tomat membedakan tiga tingkat kematangan
yaitu hijau tua, merah muda (pecah warna), dan merah tua (Marpaung, 1997).
Cara untuk menentukan indeks panen adalah dengan mengadakan perubahan
fisika-kimia yang terjadi selama proses pematangan buah yaitu berturut-turut
yaitu green mature, turning pink, light red dan red. Buah tomat dapat dipanen
dengan cara dipetik dengan tangan (cara tradisional).
Di pasaran dikenal banyak jenis tomat yang dijual diantaranya sebagai
berikut:
1. Tomat biasa (Lycopersicum esculentum Mill, var. commune Bailey).
Berbentuk bulat pipihtidak teratur, sedikit beralur terutama di dekat
tangkai.
2. Tomat apel atau pir (Lycopersicum esculentum Mill, var. pyriforme Alef.).
Berbentuk bulatseperti buah apel atau buah pir.
3. 3. Tomat kentang atau tomat daun lebar (Lycopersicum esculentum Mill,
var. grandifoliumBailey). Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan
dengan tomat apel.
4. 4. Tomat tegak (Lycopersicum esculentum Mill, var. validum Bailey).
Buahnya berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras.
5. 5. Tomat Cherry (Lycopersicum esculentum Mill, var. cerasiforme (Dun)
Alef.). Buahnya yang berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat
memanjang. Warnanya merah atau kuning (Lokasari, 2011).
2.2 Pascapanen
Panen merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan buah,
pada tingkat kematangan yang sesuai dan meminimalkan tingkat kerusakan.
Dalam melakukan pemanenan, diusahakan agar menjaga buah agar tidak
terjadi kerusakan mekanis dini pada saat pemanenan. Karena kerusakan
mekanis yang terjadi pada saat pemanenan akan membuat pintu masuk pada
buah yang akan dimasuki oleh bakteri. Tomat adalah komoditas hortikultura
yang penting, baik dari harganya dan konsumsi masyarakat pada umumnya.
Setelah dilakukannya proses penanaman yang baik maka akan dilakukan
4
proses panen yang baik pula dengan memanen buah tomat yang sudah
masak(Tugiyono, 2005).
5
1. Dengan memotong tangkai buah sambil memegang ujung buah dengan
telapak tangan beserta kelopak bunga yang masih utuh secara hati-hati
agar buah tidak rusak
2. Kemudian buah dimasukkan ke dalam tas kecil untuk kemudian
dikumpulkan di tempat pengumpulan. Tempat pengumpulan di tempat
yang sejuk, teduh, dan kering. Pemanenan buah tomat dilakukan satu
persatu dan dipilih buah yang siap petik.
3. Hindarkan dari paparan sinar matahari langsung
Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit
buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yakni :
a. kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan,
b. bagian tepi daun tua telah mengering,
c. batang tanaman menguning / mengering.
Melakukan pemanenan menggunakan alat panen (pisau) tidak akan
melukai buah tomat, panen buah tomat dengan baik dan benar dapat
menekan penurunan kualitas hasil panen tomat sebesar 10%. Selain itu
tanaman tomat dapat berumur lebih lama karena melakukan panen yang
benar tidak akan merusak tanaman tomat. Akar , cabang dan batang
tanaman tetap kokoh sehingga panen buah tomat dapat berkelanjutan.
6
sortasi jangan dibuang, sebaiknya diolah. Umumnya tomat dapat
diolah menjadi beberapa produk olahan seperti saos, sari tomat,
yoghurth, selai, puree tomat, jelly, dan manisan tomat. Buah tomat
yang busuk dapat diolah menjadi bahan pembuat MOL (Mikro
Organisme Lokal).
Dengan melakukan sortasi pada buah tomat yang akan dijual ke
pasar, produk petani memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih tahan
lama. Apabila tidak melakukan sortasi, tomat yang busuk dan kualitas
bagus dicampur maka produk cepat rusak. Dengan melakukan sortasi
dapat menekan penurunan kualitas buah tomat sekitar 20%.
7
Cahyaningsih (2002) menyatakan bahwa pre-cooling diperlukan
untuk menghilangkan kotoran dan debu yang menempel pada buah dan
untuk menurunkan suhu lapang sehingga buah nantinya tidak cepat
mengkerut dan busuk. Pre-cooling juga dapat memperlambat laju
penurunan kualitas buah. Pada umumnya metode yang digunakan
adalah metode pendinginan es.
Menurut Cahyono (1998), teknik penyimpanan untuk
mempertahankan kesegaran buah tomat dalam waktu yang lama pada
prinsipnya adalah menekan sekecil mungkin terjadinya respirasi dan
transpirasi sehingga menghambat proses enzimatis/biokimia yang
terjadi dalam buah. Dengan demikian kematangan buah dapat ditunda.
Menurut para pakar pascapanen beberapa pra-pendinginan yang
dapat digunakan diantaranya:
a. Dengan udara dingin yang bergerak cepat dan bertekanan (forced
air precooling).
b. Dengan merendam di dalam air yang mengalir atau tidak
mengalir (hydrocooling).
c. Dengan kotak es atau timbunan es (ice cooling), serta
d. Dengan udaran vakum
8
memberikan perbedaan harga yang signifikan diantara tingkatan
kelas/grade.
2. Pengemasan Tomat
Setelah proses sorting dan grading selesai, proses selanjutnya
adalah proses pengepakan dan pemberian label. Tomat ditempatkan
didalam keranjang plastik sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Khusus untuk komoditi yang akan dipasarkan ke supermarket, terdapat
tiga jenis kemasan yang digunakan. Pertama adalah kemasan
menggunakan plastik wrap dengan beralaskan styrofoam. Kedua
adalah pengemasan menggunakan plastik yang diberi lubang - lubang
pada bagian pinggirnya. Plastik yang digunakan sudah dicetak terlebih
dahulu dengan brand OVOP (one village one product). Khusus untuk
jenis pertama dan kedua, setelah dilakukan pengemasan komoditi tidak
ditempatkan di dalam keranjang plastik, namun diletakan di dalam
kardus untuk selanjutnya didistribusikan. Ketiga adalah tanpa
menggunakan kemasan/ langsung dimasukan kedalam keranjang
plastik untuk distribusi. Jenis ketiga ini nantinya akan dipasarkan oleh
pihak supermarket sebagai tomat curah (kiloan).
9
Gambar 4. Kemasan untuk swalayan
Buah tomat yang akan dipasarkan ke swalayan dikemas dalam satu
wadah seperti pada gambar diatas. Tomat disusun rapi dalam
sterofoam dan ditutup dengan plastik wrapping atau dapat juga
menggunakan plastik PP (polypropylene) / PE (polietilen) diisi
beberapa buah tomat kemudian disealer. Mengemas buah tomat
menggunakan bahan dari plastik harus dibuat 2 atau 3 lubang kecil
supaya ada sirkulasi udara. Buah tomat yang dikemas dengan baik
dapat bertahan selama 7 - 8 hari dalam suhu ruang selama rantai
distribusi sampai produk ke tingkat konsumen. Pengemasan
menggunakan plastik PP (polypropylene) tomat tahan selama 8 hari,
sedangkan tanpa kemasan plastik tahan selama 7 hari dalam suhu
ruang (Lila, 2015).
10
Dengan penyusunan buah yang rapi saat pengemasan, dapat menekan
kehilangan/ penurunan kuantitas tomat sekitar 3,08%. Jika pengiriman
buah tomat untuk jarak jauh, jenis kemasan yang paling baik adalah
dengan menggunakan kotak kayu.
Cara pengepakan buah tomat dalam kotak kayu adalah buah
disusun dalam peti dengan tata letak pangkal buah mengarah ke atas
dan buah dalam lapisan diatur berselang-seling sampai mengisi peti
hingga penuh. Lalu lapisan buah tomat tersebut ditutup jerami hingga
penuh (Trisnawati, 2011). Untuk tujuan konsumsi rumah tangga, buah
tomat sebaiknya dibungkus dengan kertas koran atau plastik berlubang
dan di simpan dalam lemari pendingin dengan suhu 11 – 130C.
Dengan cara ini buah tomat bisa bertahan sampai 2 minggu asalkan
dihindari penumpukan bahan (Risni, 2015).
3. Penyimpanan
Menurut Cahyono (1998), prinsip teknik penyimpanan untuk
mempertahankan kesegaran buah tomat dalam waktu yang lama adalah
menekan sekecil mungkin terjadinya respirasi dan transpirasi, sehingga
menghambat proses enzimatis/biokimia yang terjadi dalam buah. Salah
satu teknik penyimpanan buah yang sering dipakai adalah
penyimpanan pada suhu dingin. Suhu lingkungan pada saat
penyimpanan ataupun distribusi komoditi hortikultura sangat
berpengaruh terhadap kualitas dari komoditi tersebut. Terdapat enam
pengaruh suhu terhadap penurunan kualitas komoditi hortikultura
yaitu:
a. Suhu menentukan laju respirasi
b. Suhu lingkungan mempengaruhi secara langsung laju
kehilangan air dari komoditi pascapanen
c. Suhu komoditi mempengaruhi seluruh aktivitas metabolisme
dalam jaringan meliputi sintesa gas etilen, aktivitas gas etilen,
serta sensitivitasnya bila diekspos dengan sumber etilen
eksternal
d. Mikroorganisme penyakit penyebab pembusukan dapat
dikendalikan oleh suhu rendah
11
e. Suhu rendah dapat menurunkan aktivitas insekta dan dalam
jangka waktu yang lama dapat membunuh insek tersebut
f. Suhu lingkungan dan suhu komoditi dapat menentukan
besarnya pertumbuhan dan perkembangan komoditi
pascapanen.
g. Suhu yang direkomendasikan pada penyimpanan dingin tomat
matang adalah 7-10 °C (Bartz 1993)
4. Pengangkutan
Tomat hasil panen disimpan di dalam keranjang plastik yang
disusun di atas truk lalu diangkut dari kebun langsung menuju koperasi
Mitra Tani menggunakan truk pick up ukuran kecil. Lama waktu
pengangkutan tergantung dari jarak kebun menuju koperasi. Selama
pengangkutan, besar kemungkinan terjadi kerusakan-kerusakan secara
fisik dikarenakan benturan antar tomat ataupun antara tomat dan
keranjang pengangkut. Transportasi dari kebun menuju koperasi
biasanya dilakukan dari pukul 09.00 pagi. Jika dilakukan lebih siang
lagi dikhawatirkan tomat akan mengalami kerusakan akibat panas
matahari. Penggunaan keranjang kecil juga dapat mengurangi beban
tomat yang berada di dasar keranjang.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cara panen buah tomat yaitu dengan memotong tangkai buah
menggunakan pisau sambil memegang ujung buah dengan telapak tangan
beserta kelopak bunga yang masih utuh secara hati-hati agar buah tidak rusak.
Pemanenan dengan alat panen tidak akan melukai buah tomat, panen buah
tomat dengan baik dan benar dapat menekan penurunan kualitas hasil panen
tomat sebesar 10%. Dengan melakukan sortasi pada buah tomat yang akan
dijual ke pasar, produk petani memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih
tahan lama. Apabila tidak melakukan sortasi, tomat yang busuk dan kualitas
bagus dicampur maka produk cepat rusak. Dengan melakukan sortasi dapat
menekan penurunan kualitas 20%.
3.2 Saran
Perlu dipelajari lebih lanjut karakteristik internal tomat yang dihasilkan
agar arti penting pascapanen tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
13
Mohamad Norman E.H. 2016. Studi Kasus Penanganan Pascapanen Komoditas
Tomat Di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur. Bogor.
Departemen Ilmu Dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dini Fauziah, et al. (11.30.20.133). Pengaruh Suhu Penyimpanan Dan Jenis
Kemasan Serta Lama Penyimpanan Terhadap Karakteristik Tomat
(Solanum Lycopersicum L.) Organik
Ratna, et al. 2014. Aplikasi Pre-Cooling Pada Penyimpanan Buah Tomat
(Lycopersicum Esculentum) Menggunakan Kemasan Plastik Polietilen.
Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 1. hlm. 121-186
Saiduna. 2013. Pengaruh Suhu dan Tingkat Kematangan Buah terhadap Mutu
dan Lama Simpan Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal
AGROSWAGATI 1 (1), hlm 43-50
Ni Ketut Ari. 2016. Panen Dan Pasca Panen Tomat (Licopersicum esculentum)
Dalam Mendukung Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kabupaten
Badung. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. 1080
-1086
Jhon David H. 2016. Penanganan Pasca Panen Penyimpanan untuk Komoditas
Hortikultura. Banjarbaru. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi
Pertanian. 1015-1026
Ifmalinda. 2017. Pengaruh Jenis Kemasan Pada Penyimpanan Atmosfir
Termodifikasi Buah Tomat. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21,
No.1, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019, hlm 1-7
14