Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENANGANAN PRODUK PERTANIAN

TOMAT
(Lycopersicum esculentum Mill)

Disajikan pada Mata Kuliah TEP366 Teknik Pasca Panen


Dosen Pengampu : Edo Saputra S.TP.,MP

Disusun Oleh
Nama: Nurfitriani
NIM: (J1B115002)
No.Absen 2

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan atas kuasa Allah SWT yang
telah memberi rahmat dan karunia yang tiada terputus serta yang telah memberi
kesehatan kepada kami, sehingga makalah yang berjudul “Penanganan Produk
Pertanian” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam tak lupa kami sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan penulisan makalah ini
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PTP366 Teknik Pasca Panen.
Dalam kesempatan ini, kami menghanturkan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu memberi dukungan yang sangat berharga pada
penyusunan makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak Edo Saputra, S.TP., MP sebagai dosen pengampu mata kuliah Teknik
Pasca Panen,
2. Orang tua dan keluarga atas doa-nya, serta
3. Teman-teman atas dukungan dan kerjasamanya dalam penyusunan makalah
ini.

Kami memohon maaf jika di dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan maupun kekeliruan, baik dalam penulisan kata ataupun kalimat yang
masih rancu dan kurang dimengerti. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih baik.

Jambi, Februari 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2

i
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................. 2
BAB II ISI.............................................................................................. 3
2.1 Tomat (lycopersicum esculentum Mill)................................... 3
2.2 Pasca Panen.............................................................................. 5
2.2.1 Penanganan Saat Panen...................................................... 6
2.2.2 Penanganan Segera Setelah Panen..................................... 7
2.2.3 Penanganan Pascapanen..................................................... 10
BAB III PENUTUP............................................................................... 15
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 15
3.2 Saran........................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buah tomat mengandung sumber antioksidan yang baik untuk digunakan
sebagai asupan harian. Buah tomat ini dapat dikonsumsi dalam keadaan segar
ataupun yang sudah diolah menjadi saus, sup dan jus tomat (Lennucci et al,
2006). Tanaman tomat adalah salah satu jenis tanaman buah-buahan yang
mudah tumbuh di segala kondisi baik di daerah beriklim dingin maupun di
daerah beriklim panas (Sato et al, 2006).
Oleh sebab itu, tanaman tomat perlu mendapat perhatian khusus baik
untuk pengembangan budidayanya maupun penelitian ilmiah. Produksi tomat
dunia cukup besar. Produksi tomat berdasarkan FAO (Food and Agriculture
Organization) di tahun 2004 diantaranya Afrika dengan produksi 13.748.021
ton, Asia dengan produksi 59.662.770 ton, dan Amerika Latin dengan
produksi 9.847.620 ton (Jones, 2008).
Karena nilai ekonomi dan gizinya yang tinggi serta proses kematangannya
yang sangat cepat maka diperlukan upaya untuk mengembangkan teknologi
pasca panen yang tepat bagi tomat. Dengan penanganan pasca panen yang
tepat maka kualitas buat tomat dapat ditingkatkan sehingga memiliki nilai jual
yang baik.
Pengembangan teknologi pasca panen seperti sistem pemanenan,
penyortiran, penyimpanan, pengemasan, dan pendistribusian memerlukan
pengetahuan tentang berbagai aspek fisiologi yang terjadi selama proses
kematangan buah tomat (Chohan and Ahmad, 2008).
Salah satu aspek fisiologi yang berkaitan dengan kualitas buah adalah
perubahan kandungan protein yang sangat berpengaruh terhadap tingkat
kematangan buah, rasa dan aroma serta nilai gizi dari buah tersebut. Mutu
buah tomat sangat ditentukan oleh warna kulit buah, tekstur dan rasa (Chohan
and Ahmad, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Penanganan pascapanen yang masih kurang baik merupakan salah satu
faktor tingginya angka kehilangan pascapanen komoditi hortikultura seperti
tomat di Indonesia.

1
Semakin tinggi kehilangan tersebut dapat menyebabkan semakin
mahalnya harga yang dibebankan pada konsumen. Selain itu penerapan
penanganan pascapanen yang baik diharapkan dapat membantu para pelaku
usaha untuk menstabilkan harga komoditi hortikultura di pasar. Pada saat
terjadi peningkatan volume produksi disuatu daerah, biasanya harga komoditi
tersebut akan jatuh. Namun di sisi lain sering terjadi kelangkaan komoditi
hortikultura di beberapa wilayah yang mengakibatkan harga melonjak tinggi.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar saya dan teman-
teman Mahasiswa lainnya mengetahui penanganan produk pertanian seperti
buah tomat.

BAB II
ISI

2.1 Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)


Secara sistematis tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Divisi : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Splanum
Species : Solanum lycopersicum L.

2
(Atherton dan Rudich,1986):

Gambar 1. Tomat (Solanum lycopersicum L.)


Buah tomat merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sangat dikenal
oleh masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis segar yang dapat
memberikan kesegaran pada tubuh. Karena cita rasa dan kelezatan buah tomat
yang khas ini juga dapat menambah cita rasa dan kelezatan berbagai macam
masakan dan minuman (Cahyono, 2008). Komposisi nilai gizi buah tomat
segar dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1: Komposisi Nilai Gizi Buah Tomat Segar per 100 Gram Bahan
Komposisi Jumlah dalam Tomat Masak
Air (gram) 94,00
Protein (gram) 1,00
Lemak (gram) 0,300
Karbohidrat (gram) 4,20
Mineral: (miligram)
- Fosfat 5,00
- Kalium 27,00
- Besi 0,50
Vitamin :
- A (si) 1500,00
- B1 (miligram) 0,06
- C (miligram) 40,00
Energi (kal) 20,00
Sumber: Direktorat Dept. Kesehatan RI (1990)

Buah tomat akan segera mengalami kerusakan jika tanpa perlakuan saat
penyimpanan. Besarnya kerusakan buah tomat setelah panen berkisar antara 20%
sampai dengan 50% (Winarno,1986). Buah tomat yang dipanen setelah timbul

3
warna 10% sampai dengan 20% hanya akan bertahan maksimal 7 hari pada suhu
kamar di Lembang (Sinaga, 1984).
Tomat merupakan tanaman yang dipanen berkali-kali.Rata-rata satu kali
pertanaman tomat dapat dipanen sebanyak 8-10 kali, namun jika pertumbuhan
baik dapat mencapai 15 kali. Petani tomat membedakan tiga tingkat kematangan
yaitu hijau tua, merah muda (pecah warna), dan merah tua (Marpaung, 1997).
Cara untuk menentukan indeks panen adalah dengan mengadakan perubahan
fisika-kimia yang terjadi selama proses pematangan buah yaitu berturut-turut
yaitu green mature, turning pink, light red dan red. Buah tomat dapat dipanen
dengan cara dipetik dengan tangan (cara tradisional).
Di pasaran dikenal banyak jenis tomat yang dijual diantaranya sebagai
berikut:
1. Tomat biasa (Lycopersicum esculentum Mill, var. commune Bailey).
Berbentuk bulat pipihtidak teratur, sedikit beralur terutama di dekat
tangkai.
2. Tomat apel atau pir (Lycopersicum esculentum Mill, var. pyriforme Alef.).
Berbentuk bulatseperti buah apel atau buah pir.
3. 3. Tomat kentang atau tomat daun lebar (Lycopersicum esculentum Mill,
var. grandifoliumBailey). Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan
dengan tomat apel.
4. 4. Tomat tegak (Lycopersicum esculentum Mill, var. validum Bailey).
Buahnya berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras.
5. 5. Tomat Cherry (Lycopersicum esculentum Mill, var. cerasiforme (Dun)
Alef.). Buahnya yang berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat
memanjang. Warnanya merah atau kuning (Lokasari, 2011).

2.2 Pascapanen
Panen merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan buah,
pada tingkat kematangan yang sesuai dan meminimalkan tingkat kerusakan.
Dalam melakukan pemanenan, diusahakan agar menjaga buah agar tidak
terjadi kerusakan mekanis dini pada saat pemanenan. Karena kerusakan
mekanis yang terjadi pada saat pemanenan akan membuat pintu masuk pada
buah yang akan dimasuki oleh bakteri. Tomat adalah komoditas hortikultura
yang penting, baik dari harganya dan konsumsi masyarakat pada umumnya.
Setelah dilakukannya proses penanaman yang baik maka akan dilakukan

4
proses panen yang baik pula dengan memanen buah tomat yang sudah
masak(Tugiyono, 2005).

Gambar 2. Contoh perlakuan hasil penen yang tidak baik


Penanganan pasca panen produk hortikultura adalah hal sangat penting
dilakukan mengingat bahan ini cepat rusak dalam waktu relatif singkat. Arti
penting pascapanen itu sendiri adalah untuk mempertahankan produk secara
kuantitatif dan kualitatif serta mempertahankan jarak dan waktu pada ekologis
tertentu.

2.2.1 Penanganan Saat Panen


Panen adalah kegiatan terakhir dari usaha tani on farm yaitu
pemungutan hasil dari kegiatan budidaya atau usaha tani. Panen tomat
dilakukan pada umur tanaman 75 HST atau sekitar 3 bulan setelah semai.
Panen berikutnya dilakukan setiap 7 hari sekali dengan umur panen
berkisar antara 70-100 hari. Panen dilakukan pada pagi atau sore hari
untuk mengurangi respirasi buah.
Proses pemanenan tomat dilakukan saat warna tomat masih
berwarna hijau dan teksturnya pun masih keras (immature). Hal ini
dilakukan karena karakteristik tomat yang masih dapat mengalami proses
pematangan walaupun setelah dipanen. Kegiatan panen biasanya
dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00. Pemilihan waktu ini
didasarkan pada kondisi cuaca pagi hari yang masih sejuk sehingga tidak
merusak komoditi pada saat transportasi.

Cara panen buah tomat yaitu:

5
1. Dengan memotong tangkai buah sambil memegang ujung buah dengan
telapak tangan beserta kelopak bunga yang masih utuh secara hati-hati
agar buah tidak rusak
2. Kemudian buah dimasukkan ke dalam tas kecil untuk kemudian
dikumpulkan di tempat pengumpulan. Tempat pengumpulan di tempat
yang sejuk, teduh, dan kering. Pemanenan buah tomat dilakukan satu
persatu dan dipilih buah yang siap petik.
3. Hindarkan dari paparan sinar matahari langsung
Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit
buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yakni :
a. kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan,
b. bagian tepi daun tua telah mengering,
c. batang tanaman menguning / mengering.
Melakukan pemanenan menggunakan alat panen (pisau) tidak akan
melukai buah tomat, panen buah tomat dengan baik dan benar dapat
menekan penurunan kualitas hasil panen tomat sebesar 10%. Selain itu
tanaman tomat dapat berumur lebih lama karena melakukan panen yang
benar tidak akan merusak tanaman tomat. Akar , cabang dan batang
tanaman tetap kokoh sehingga panen buah tomat dapat berkelanjutan.

2.2.2 Penanganan Segera Setelah Panen


1. Sortasi
Proses sorting dilakukan dengan memilih tomat yang baik. Ciri-
cirinya adalah terlihat segar, tidak terdapat cacat, berwarna masih hijau
kemerah-merahan, agak keras. Proses ini dilakukan bertujuan untuk
menjaga kualitas komoditi yang dipasarkan. Proses sorting dilakukan
bersamaan dengan proses grading, yaitu proses memilih tomat untuk
dipisahkan sesuai grade/kelas nya.
Tindakan yang pertama kali dilakukan untuk penyortiran secara
manual adalah dengan menghilangkan kelopak sisa kelopak bunga
yang masih menempel pada buah menggunakan pisau. Hasil panen
disortasi dengan memisahkan buah yang memiliki kualitas baik dengan
buah yang rusak, cacat atau terluka.
Di tempat pengumpulan, buah tomat kemudian disortir berdasarkan
warna, ukuran, dan mutunya. Sisihkan buah tomat yang cacat, busuk,
luka, atau mengeluarkan air agar tidak mengkontaminasi buah yang
bagus (Risni, 2015). Tomat yang tidak lolos sortiran saat melakukan

6
sortasi jangan dibuang, sebaiknya diolah. Umumnya tomat dapat
diolah menjadi beberapa produk olahan seperti saos, sari tomat,
yoghurth, selai, puree tomat, jelly, dan manisan tomat. Buah tomat
yang busuk dapat diolah menjadi bahan pembuat MOL (Mikro
Organisme Lokal).
Dengan melakukan sortasi pada buah tomat yang akan dijual ke
pasar, produk petani memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih tahan
lama. Apabila tidak melakukan sortasi, tomat yang busuk dan kualitas
bagus dicampur maka produk cepat rusak. Dengan melakukan sortasi
dapat menekan penurunan kualitas buah tomat sekitar 20%.

2. Pencucian Buah Tomat


Setelah tomat dilakukan penyortiran, tomat langsung di pindahkan
dari keranjang plastik menuju baskom pencucian. Proses pencucian
dilakukan hanya dengan menggunakan air bersih. Tomat direndam
dalam air selama 5 menit lalu dibersihkan dari kotoran-kotoran hasil
panen seperti sisa tanah, debu, dan lainnya menggunakan kain lap.
Setelah dibersihkan, tomat lalu ditiriskan dengan memasukannya
kembali ke dalam keranjang plastik.

3. Pelilinan Kulit Tomat (hanya untuk perlakuan tambahan saja)


Beberapa jenis sayuran terutama sayuran buah seperti tomat
kadang-kadang diberi perlakuan pelilinan dengan tujuan untuk
meningkatkan kilap, sehingga penampakannya akan lebih disukai oleh
konsumen. Selain itu, luka atau goresan pada permukaan buah dapat
ditutupi oleh lilin.
Namun demikian pelilinan harus dilakukan sedemikian rupa agar
pori-pori buah tidak tertutupi sama sekali agar tidak terjadi proses
anareobik dalam sayuran. Proses anaerobik dapat mengakibatkan
terjadinya fermentasi yang dapat mempercepat terjadinya pembusukan.
Bahan yang dipakai dalam pelilinan adalah yang bersifat pengemulsi
(emulsifier) yang berasal dari campuran tidak larut lilin-air dan yang
lainnya adalah larutan lilin-air (solvent wax) dan pada sayuran buah
tomat biasanya dilakukan dengan penyemprotan (spraying).

4. Pre-cooling Pada Tomat

7
Cahyaningsih (2002) menyatakan bahwa pre-cooling diperlukan
untuk menghilangkan kotoran dan debu yang menempel pada buah dan
untuk menurunkan suhu lapang sehingga buah nantinya tidak cepat
mengkerut dan busuk. Pre-cooling juga dapat memperlambat laju
penurunan kualitas buah. Pada umumnya metode yang digunakan
adalah metode pendinginan es.
Menurut Cahyono (1998), teknik penyimpanan untuk
mempertahankan kesegaran buah tomat dalam waktu yang lama pada
prinsipnya adalah menekan sekecil mungkin terjadinya respirasi dan
transpirasi sehingga menghambat proses enzimatis/biokimia yang
terjadi dalam buah. Dengan demikian kematangan buah dapat ditunda.
Menurut para pakar pascapanen beberapa pra-pendinginan yang
dapat digunakan diantaranya:
a. Dengan udara dingin yang bergerak cepat dan bertekanan (forced
air precooling).
b. Dengan merendam di dalam air yang mengalir atau tidak
mengalir (hydrocooling).
c. Dengan kotak es atau timbunan es (ice cooling), serta
d. Dengan udaran vakum

2.2.3 Penanganan Pascapanen


1. Grading
Grading berdasarkan warna kulit buah tergantung jarak pasar.
Kriteria buah yang dipanen disesuaikan dengan tujuan pemasaran atau
untuk konsumsi, klasifikasi pematangan buah tomat dapat dilihat pada
gambar . Untuk pemasaran jarak dekat, buah tomat dapat dipanen
sewaktu buah tomat berwarna kekuningan (warna 4). Untuk tujuan
pengolahan (processing, pengalengan), konsumsi buah segar ataupun
bumbu dapur, dipanen setelah masak fisiologis, ditandai dengan kulit
buah yang berwarna merah (warna 5 dan 6). Memanen buah yang
masih hijau namun ukuran buahnya telah maksimal, pilihan yang baik
untuk memperpanjang umur simpannya, karena nilai gizinya tidak
berbeda dan cocok untuk pengiriman jarak jauh (warna 2 dan 3) dan
warna 1 adalah tomat yang belum masak. Melakukan grading dapat

8
memberikan perbedaan harga yang signifikan diantara tingkatan
kelas/grade.

Gambar 3. Tingkat kematangan tomat


Untuk standar mutu buah tomat sendiri yaitu bentuk dan ukuran
seragam, tua tidak terlalu matang, tidak mengandung kotoran,
kerusakan maksimum 5%, kadar busuk maksimum 1%.

2. Pengemasan Tomat
Setelah proses sorting dan grading selesai, proses selanjutnya
adalah proses pengepakan dan pemberian label. Tomat ditempatkan
didalam keranjang plastik sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Khusus untuk komoditi yang akan dipasarkan ke supermarket, terdapat
tiga jenis kemasan yang digunakan. Pertama adalah kemasan
menggunakan plastik wrap dengan beralaskan styrofoam. Kedua
adalah pengemasan menggunakan plastik yang diberi lubang - lubang
pada bagian pinggirnya. Plastik yang digunakan sudah dicetak terlebih
dahulu dengan brand OVOP (one village one product). Khusus untuk
jenis pertama dan kedua, setelah dilakukan pengemasan komoditi tidak
ditempatkan di dalam keranjang plastik, namun diletakan di dalam
kardus untuk selanjutnya didistribusikan. Ketiga adalah tanpa
menggunakan kemasan/ langsung dimasukan kedalam keranjang
plastik untuk distribusi. Jenis ketiga ini nantinya akan dipasarkan oleh
pihak supermarket sebagai tomat curah (kiloan).

9
Gambar 4. Kemasan untuk swalayan
Buah tomat yang akan dipasarkan ke swalayan dikemas dalam satu
wadah seperti pada gambar diatas. Tomat disusun rapi dalam
sterofoam dan ditutup dengan plastik wrapping atau dapat juga
menggunakan plastik PP (polypropylene) / PE (polietilen) diisi
beberapa buah tomat kemudian disealer. Mengemas buah tomat
menggunakan bahan dari plastik harus dibuat 2 atau 3 lubang kecil
supaya ada sirkulasi udara. Buah tomat yang dikemas dengan baik
dapat bertahan selama 7 - 8 hari dalam suhu ruang selama rantai
distribusi sampai produk ke tingkat konsumen. Pengemasan
menggunakan plastik PP (polypropylene) tomat tahan selama 8 hari,
sedangkan tanpa kemasan plastik tahan selama 7 hari dalam suhu
ruang (Lila, 2015).

Gambar 5. Kemasan dalam box plastik


Untuk pemasaran jarak dekat dapat menggunakan box plastik
seperti pada gambar diatas. Buah di susun rapi pangkal buah
mengarah ke atas dan buah dalam lapisan diatur berselang-seling
sampai box penuh. Dapat juga menggunakan keranjang bambu yang
sebelumnya dialasi kertas koran, buah tomat dimasukkan ke dalam
keranjang bambu, tutup kembali dengan kertas koran. Biasanya tomat
yang dikemas dalam keranjang bambu dipasarkan ke pasar tradisional.

10
Dengan penyusunan buah yang rapi saat pengemasan, dapat menekan
kehilangan/ penurunan kuantitas tomat sekitar 3,08%. Jika pengiriman
buah tomat untuk jarak jauh, jenis kemasan yang paling baik adalah
dengan menggunakan kotak kayu.
Cara pengepakan buah tomat dalam kotak kayu adalah buah
disusun dalam peti dengan tata letak pangkal buah mengarah ke atas
dan buah dalam lapisan diatur berselang-seling sampai mengisi peti
hingga penuh. Lalu lapisan buah tomat tersebut ditutup jerami hingga
penuh (Trisnawati, 2011). Untuk tujuan konsumsi rumah tangga, buah
tomat sebaiknya dibungkus dengan kertas koran atau plastik berlubang
dan di simpan dalam lemari pendingin dengan suhu 11 – 130C.
Dengan cara ini buah tomat bisa bertahan sampai 2 minggu asalkan
dihindari penumpukan bahan (Risni, 2015).

3. Penyimpanan
Menurut Cahyono (1998), prinsip teknik penyimpanan untuk
mempertahankan kesegaran buah tomat dalam waktu yang lama adalah
menekan sekecil mungkin terjadinya respirasi dan transpirasi, sehingga
menghambat proses enzimatis/biokimia yang terjadi dalam buah. Salah
satu teknik penyimpanan buah yang sering dipakai adalah
penyimpanan pada suhu dingin. Suhu lingkungan pada saat
penyimpanan ataupun distribusi komoditi hortikultura sangat
berpengaruh terhadap kualitas dari komoditi tersebut. Terdapat enam
pengaruh suhu terhadap penurunan kualitas komoditi hortikultura
yaitu:
a. Suhu menentukan laju respirasi
b. Suhu lingkungan mempengaruhi secara langsung laju
kehilangan air dari komoditi pascapanen
c. Suhu komoditi mempengaruhi seluruh aktivitas metabolisme
dalam jaringan meliputi sintesa gas etilen, aktivitas gas etilen,
serta sensitivitasnya bila diekspos dengan sumber etilen
eksternal
d. Mikroorganisme penyakit penyebab pembusukan dapat
dikendalikan oleh suhu rendah

11
e. Suhu rendah dapat menurunkan aktivitas insekta dan dalam
jangka waktu yang lama dapat membunuh insek tersebut
f. Suhu lingkungan dan suhu komoditi dapat menentukan
besarnya pertumbuhan dan perkembangan komoditi
pascapanen.
g. Suhu yang direkomendasikan pada penyimpanan dingin tomat
matang adalah 7-10 °C (Bartz 1993)

4. Pengangkutan
Tomat hasil panen disimpan di dalam keranjang plastik yang
disusun di atas truk lalu diangkut dari kebun langsung menuju koperasi
Mitra Tani menggunakan truk pick up ukuran kecil. Lama waktu
pengangkutan tergantung dari jarak kebun menuju koperasi. Selama
pengangkutan, besar kemungkinan terjadi kerusakan-kerusakan secara
fisik dikarenakan benturan antar tomat ataupun antara tomat dan
keranjang pengangkut. Transportasi dari kebun menuju koperasi
biasanya dilakukan dari pukul 09.00 pagi. Jika dilakukan lebih siang
lagi dikhawatirkan tomat akan mengalami kerusakan akibat panas
matahari. Penggunaan keranjang kecil juga dapat mengurangi beban
tomat yang berada di dasar keranjang.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cara panen buah tomat yaitu dengan memotong tangkai buah
menggunakan pisau sambil memegang ujung buah dengan telapak tangan
beserta kelopak bunga yang masih utuh secara hati-hati agar buah tidak rusak.
Pemanenan dengan alat panen tidak akan melukai buah tomat, panen buah
tomat dengan baik dan benar dapat menekan penurunan kualitas hasil panen
tomat sebesar 10%. Dengan melakukan sortasi pada buah tomat yang akan
dijual ke pasar, produk petani memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih
tahan lama. Apabila tidak melakukan sortasi, tomat yang busuk dan kualitas
bagus dicampur maka produk cepat rusak. Dengan melakukan sortasi dapat
menekan penurunan kualitas 20%.

3.2 Saran
Perlu dipelajari lebih lanjut karakteristik internal tomat yang dihasilkan
agar arti penting pascapanen tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

13
Mohamad Norman E.H. 2016. Studi Kasus Penanganan Pascapanen Komoditas
Tomat Di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur. Bogor.
Departemen Ilmu Dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dini Fauziah, et al. (11.30.20.133). Pengaruh Suhu Penyimpanan Dan Jenis
Kemasan Serta Lama Penyimpanan Terhadap Karakteristik Tomat
(Solanum Lycopersicum L.) Organik
Ratna, et al. 2014. Aplikasi Pre-Cooling Pada Penyimpanan Buah Tomat
(Lycopersicum Esculentum) Menggunakan Kemasan Plastik Polietilen.
Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 1. hlm. 121-186
Saiduna. 2013. Pengaruh Suhu dan Tingkat Kematangan Buah terhadap Mutu
dan Lama Simpan Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal
AGROSWAGATI 1 (1), hlm 43-50
Ni Ketut Ari. 2016. Panen Dan Pasca Panen Tomat (Licopersicum esculentum)
Dalam Mendukung Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kabupaten
Badung. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. 1080
-1086
Jhon David H. 2016. Penanganan Pasca Panen Penyimpanan untuk Komoditas
Hortikultura. Banjarbaru. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi
Pertanian. 1015-1026
Ifmalinda. 2017. Pengaruh Jenis Kemasan Pada Penyimpanan Atmosfir
Termodifikasi Buah Tomat. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21,
No.1, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019, hlm 1-7

14

Anda mungkin juga menyukai