Oleh Kelompok 2 :
1. Muhammad Agung Nugraha (G011191257)
2. Muh. Daffa Alifka Ramadhani S (G011191153)
3. Muh. Yasril Hidayat Al Hasni (G011191121)
4. Muhammad Adnan Suradi (G011191012)
5. Isty Anggraeni (G011191324)
6. Gusni Epinorita (G011191034)
7. Haris Syaputra Renhard (G011191017)
8. Indriani (G011191260)
9. Geisler Fernando Alves (G011191260)
Puji syukur kita senantiasa saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena
curahan rahmat serta karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini. Kami
juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap
tugas ini bisa berguna untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait tanaman jagung.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Dengan
demikian, saya benar-benar terbuka dengan adanya kritik dan saran untuk
perbaikan laporan yang hendak kami tulis di masa yang selanjutnya, menyadari
tidak ada suatu hal yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada perkataan yang tidak berkenan di
hati.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
.............................................................................................................................................
BAB I. (PENDAHULUAN)
1.1. Latar
Belakang..........................................................................................................
1.2. Tujuan dan
Kegunaan...............................................................................................
BAB II. (ISI)
I. Klasifikasi Tanaman Jagung.......................................................................................
II. Sejarah Tanaman Jagung...........................................................................................
III. Evolusi Tanaman Jagung .........................................................................................
IV. Penyebaran Tanaman Jagung ................................................................................
V. Morfologi Tanaman Jagung........................................................................................
VI. Varietas Tanaman Jagung.........................................................................................
Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan unsur hara. Akar
udara adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah yang berfungsi sebagai penyangga supaya tanaman jagung tidak mudah
rebah. Akar tersebut juga membantu penyerapan unsur hara dan air (Riwandi
dkk., 2014).
2. Batang dan Daun
Batang tanaman jagung tidak bercabang dan kaku. Bentuk batangnya
silinder dan terdiri atas beberapa ruas serta buku ruas. Pada buku ruas
terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas
berkembang menjadi tongkol yang Produktif. (Paeru dan Dewi, 2017).
Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis),
jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles
vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang
tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles
vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah.
Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan
jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan
sekeliling bundles vaskuler. Terdapat variasi ketebalan kulit antargenotipe
yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah batang.
Tinggi batang jagung berkisar antara 150 sampai dengan 250 cm yang
terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap buku.
Ruas-ruas bagian atas berbentuk silindris, sedangkan bagian bawah agak
bulat pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga
betina. Percabangan (batang liar) pada jagung umumnya terbentuk pada
pangkal batang. Batang liar adalah batang sekunder yang berkembang pada
ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah (Riwandi dkk., 2014).
Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai
terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang
erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang.
Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun
yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di
daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di
daerah beriklim sedang (temperate). Genotipe jagung mempunyai
keragaman dalam hal panjang, lebar, tebal, sudut, dan warna pigmentasi
daun. Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sangat sempit (< 5 cm),
sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm), hingga sangat lebar
(>11 cm).
Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat,
bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul (Gambar 2). Berdasarkan letak posisi
daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan
menggantung (pendant).
Daun erect biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai
daun bisa lurus atau bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang
lebar dan pola daun bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung
dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan
populasi yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat
memberikan hasil yang tinggi pula.
3. Bunga
Bunga jagung juga termasuk bunga tidak lengkap karena tidak memiliki
petal dan sepal. Alat kelamin jantan dan betinanya juga berada pada bunga
yang berbeda sehingga disebut bunga tidak sempurna. Bunga jantan terdapat
di ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke -6 atau ke -8
dari bunga jantan (Paeru dan Dewi, 2017).
Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,
yang disebut floret. Dua floret diabatsi oleh sepasang glumae (gluma). Bunga
jantan tumbuh dibagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol, yang tumbuh dari buku di antara batang dan
pelepah daun. Umumnya satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah betina.
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol,
muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik
tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki
primordia bunga biseksual.
Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike
yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah.
Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan
dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan
silang. Dalam keadaan tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya
rambut tongkol kemungkinan tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak
terpengaruh. Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan
(anthesis silking interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang
kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi pembungaan, yang berarti peluang
terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI
semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan terhambat sehingga
menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi nilai ASI,
seperti pada cekaman kekeringan dan temperatur tinggi.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan
menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal
dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari
tanaman sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari
silang (cross pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal
dari tanaman lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung
pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-
8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah
terlepas (shedding). Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai
terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol
berubah menjadi coklat dan kemudian kering.
4. Tongkol dan Biji
Tanaman jagung mampu menghasilkan satu atau beberapa tongkol.
Tongkol jagung muncul dari buku ruas yang berupa tunas yang kemudian
berkembang menjadi tongkol jagung. Pada satu tongkol terdapat 200 – 400
biji jagung yang tersusun rapi yang memiliki bentuk pipih dengan permukaan
biji jagung cembung atau cekung serta dasarnya memiliki bentuk yang
runcing. Biji jagung memiliki 3 bagian terpenting yaitu perikarp, endosperma
dan embrio (Paeru dan Dewi, 2017).
Budiman, (2013) mangatakan bahwa pada biji jagung terdiri atas empat
bagian utama, yaitu: kulit luar (perikarp) (5 %), lembaga (12 %), endosperma
(82 %) dan tudung biji (tin cap) (1 %). Kulit luar merupakan bagian yang
banyak mengandung serat kasar atau karobohidrat yang tidak larut (non pati),
lilin dan beberapa mineral. Lembaga banyak mengandung minyak. Total
kandungan minyak dari setiap biji jagung adalah 4 %. Sedangkan tudung biji
dan endosperm banyak mengandung apti. Pati dalam tudung biji adalah pati
yang bebas sedangkan pati pada endosperm terikat kuat dengan matriks
protein (gluten).
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak
pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding
yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji
yang jumlahnya selalu genap.
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu
dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b)
endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan
(c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule,
akar radikal, scutelum, dan koleopti.
B. Syarat Tumbuh
1. Tanah
Tanaman jagung tidak telalu menuntut jenis tanah yang khusus untuk
pertumbuhannya. Tanah yang mengandung kadar lempung sedang, disertai
dengan drainase yang baik serta banyak mengandung bahan organic yang
tinggi adalah cocok untuk tanaman jagung. Keasaman tanah (pH) yang
diinginkan berkisar antara 5,5 – 6,8 tanaman jagung yang ditumbuhkan pada
tanah-tanah yang terlalu asam pertumbuhan tanaman tidak berjalan dengan
baik sehingga hasil produksi yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan, dalam hal ini produksi jagung menurun.
Menurut Iskandar (2018) tanaman jagung membutuhkan tanah dengan
aerasi dan ketersediaan air dalam kondisis baik. Pengolahan tanah terlebih
dahulu adalah langkah awal dalam memperbaiki aerasi tanah agar tanah
menjadi gembur sehingga udara dan air bisa terinfiltrasi dengan baik. Selain
itu tanah juga kaya akan humus. Keasaman tanah erat kaitannya dengan
ketersediaan unsur hara, bagi tanaman jagung pH 5,5 – 6,8 adalah pH yang
optimal untuk tumbuh dan berproduksi.
Tanah yang baik adalah tanah yang tersedia unsur hara yang cukup untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah yang baik mengandung banyak bahan organik,
gembur, dan mempunyai porositas yang baik. Jenis tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman jagung adalah alluvial atau lempung yang subur, sebab
jenis tanah ini terbebas dari air yang berlebihan yang tidak disukai tanaman
jagung (Wartapa, 2019).
2. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah
daerah-daerah beriklim sedang hingga derah-daerah beriklim
subtropics/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak
antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang tidak
beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 8-
200 mm/bulan dan harus merata pada fase pembungaan dan pengisian biji
tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam
diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau. Pertumbuhan tanaman
jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Sinar matahari yang baik
mencapai 100% (tempat terbuka). Tanaman jagung yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat, dan memberikan hasul biji yang kurang
baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Iskandar, 2018).
Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan
temperatur rata-rata antara 14-30⁰C, pada ketinggian 2-200 m dpl. Degan
curah hujan sekitar 600 mm -1200 mm pertahun yang terdistribusi rata
selama musim tanam. Faktor air juga merupakan salah satu faktor pembatas
untuk pertumbuhan jagung. Kebutuhan air yang terbanyak pada tanaman
jagung adalah pada stadia pembungaan dan stadia pengisian biji. Jumlah
radiasi surya yang diterima oleh tanaman selama fase berbunga juga juga
merupakan faktor yang paling penting untuk penentuan jumlah biji. Bagian
terbesar dari sinar surya yang jatuh ke bumi akan diserap oleh daun yang
digunakan untuk proses fotosintesis dan transpirasi (Widjono, 1988 dalam
Sembiring, 2007).
Berdasarkan penelitian Herlina dan Amelia (2019) faktor suhu dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman apabila suhu yang dihasilkan
tinggi dan dapat mengakibatkan penurunan ketersediaan air pada tanaman
dan didalam tanah untuk memenuhi kebutuhan air pada proses pertumbuhan
jagung. Dampak pemanasan global yang diakibatkan oleh kelebihan
konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfir yang diikuti dengan peningkatan
suhu di udara dapat berpengaruh pada produktivitas komoditas pertanian.
Peningkatan suhu udara di atmosfer sebesar 5⁰C akan diikuti oleh penurunan
produksi jagung sebesar 40%.
Pada keadaan curah hujan yang berluktuasi, hasil jagung akan sangat
bervariasi dari waktu ke waktu, dari lokasi ke lokasi, terutama pada
pertanaman jagung di lahan kering.hal ini merupakan salah satu penyebab
rendahnya hasil produksi jagung. Salah satu cara untuk mengurangi
penurunan hasil jagung akibat kekeringan adalah dengan menggunakan
varietas yang toleran terhadap kekeringan. Selain kekeringan, dampak lain
perubahan iklim iklim adalah terjadinya hujan berkepanjangan. Jagung
termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap genangan karena mengganggu
proses aerasi dan respirasi tanaman.
3.1 Kesimpulan
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi
kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat
kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.
Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan
ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini
didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan
semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.
Jagung merupakan bagian dari sub sektor tanaman pangan yang
memberikan andil bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong industri
hilir yang kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar.
Tanaman jagung juga merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai
ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya
sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Tanaman jagung
merupakan komoditas palawija yang layak dijadikan komoditas unggulan
agribisnis tanaman pangan. Perkembangan usaha tani sangat cerah dalam
rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Jagung memiliki prospek yang bagus dimasa yang akan datang karena
jagung memiliki potensi sebagai bahan makanan utama pengganti gandum dan
padi. Hal ini dapat saja terjadi mengingat kadar yang terkandung dalam jagung
tidak jauh berbeda dengan gandum dan padi contohnya kadar gizi, vitamin
maupun karbohidratnya.
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik
jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8.
Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung
pacta masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat
ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cukup untuk meningkatkan
pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar
dan serangan hama.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penulisan ini adalah sebaiknya
pemerintah dan aparat desa lebih memperhatikan masyarakat dan sering
memberikan pelatihan untuk menambah keahlian dan ketrampilan masyarakat
sehingga masyarakat memiliki modal dalam bentuk pengetahuan dan keahlian
dalam penanaman jagung agar dapat tumbuh dan berkembang lebih. Kritik dan
saran dapat membantu agar makalah ini dapat berguna sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto D., Iqbal., dan Waris A. 2019. Uji Kinerja Mesin Pemipil Jagung
Berekelobot Produksi BBPP Batangkaluku. Jurnal Agritechno, Vol. 12,
No.1
Budiman, A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner : Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
Hayati, O. D., Prihastanti, E., & Hastuti, E. D. (2019). Kombinasi pupuk
nanosilika dan NPK terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L
var. pioneer 21). Jurnal Biologi Papua, 11(2), 94-102.
Herlina, Ninuk dan Amelia P. 2020. Pengaruh Perubahan Iklim pada Musim
Tanam dan Produktivitas Jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Malang.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 25 (1): 118-128.
Iskandar, Dedi. 2018. Budidaya Jagung Manis. Artikel. Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru.
Karunia, K. A. (2018). Perlindungan Hukum Varietas Tanaman Jagung Bima-3
Bantimurung Sebagai Varietas Turunan Esensial. Al-Ahkam, 1(1).
Marleno R., Triadmojo H., Isto M.A. 2019. Penerapan Mesin Pengering Jagung
Untuk Petani Tebuwung. Jurnal Abdikarya : Jurnal Karya Pengabdian
Dosen dan Mahasiswa Vol. 03 No 04
Oktaviani, W., Khairani, L., & Indriani, N. P. (2020). Pengaruh Berbagai Varietas
Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) terhadap Tinggi Tanaman,
Jumlah Daun dan Kandungan Lignin Tanaman Jagung. Jurnal Nutrisi
Ternak Tropis Dan Ilmu Pakan, 2(2).
Paeru, RH., dan Dewi, TQ. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Jakarta :
Penebar Swadaya. Cetak 1.
Riwandi. 2014. Teknik Budidaya Jagung dengan Sistem Organik di Lahan
Marjinal. UNIB Press. Bengkulu.
Suparno, Arwizet K., dan Bulkia R. 2019. Meningkatkan Efisiensi Kinerja Petani
Melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna Pada Alat Pengupas Kulit
Jagung. Vomek: Vo l .1, No.3
Suradarma, I. B., Suryathi, N. W., Resiani, N. M. D., & Putra, I. G. A. C. S. 2020.
Pemberdayaan Petani Melalui Tanam Jagung Nasa 29 dan Bima Uri Pada
Subak Aseman IV Desa Tanguntiti Selemadeg Timur
Tabanan. WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer, 3(1), 74-80.
Suryonaningsih, Emi, Patricia Dhiana Paramita, dan Leonardo Budi Hasiholan.
2016. Effect Of Price and Image Brand On Consumer Satisfaction With
Buying Decision As Intervening. Jurnal of Management, Vol 2, No. 2.
Wartapa, Agus et al. 2019. Teknik Budidaya Jagung (Zea mays L) untuk
Meningkatkan Hasil. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 26 (2).