Anda di halaman 1dari 23

1

PENDAHULUAN

Perlakuan tanpa auksin dapat merangsang percepatan inisiasi akar, artinya

auksin endogen lebih cepat menginisiasi akar eksogen. Namun walaupun waktu

inisiasi lebih lamban tapi dengan penambahan auksin yang optimal dapat

menambah jumlah akar. Berdasarkan sensitifitas plantlet, terhadap hormon

perakaran digolongkan bahwa ada tanaman yang mudah berakar dan ada tanaman

ya susah berakar mengingat pada hari kesembilan pengangkutan telah terjadi

induksi perakaran pada media tanpa IBA pada T. Raffleside dikelompokkan ke

mudah berakar (Erni, et al., 2013).

Dosis auksin yang terlalu tinggi akan mengganggu pembentukan akar

namun pada dosis rendah atau sedang justru akan mengganggu pembentukan akar.

Pada tanaman tahunan laju pertumbuhan sangat lambat bila dibandingkan dengan

tanaman hortikultura lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian

IAA 10 mg/ L dan IBA 0.5 mg/L berhasil menginduksi akar plantlet kina secaraa

in vitro yang menghasilkan persentase sebanyak 90% (Kartina, et al., 2011).

Penundaaan waktu inisiasi akar pada eksplan terinokulasi kemungkinan

besar disebabkan karena transformasi yang terjadi pada sel tanaman memiliki

implikasi terhadap jaringan tanaman, baik yang mengalami transformasi (jaringan

non transforman). Pertumbuhan jaringan transforman biasanya kalah dengan

pertumbuhan jaringan non tansforman. Hal ini disebabkan karena jaringan

transforman mengandung gen sisipan yang mengganggu proses metabolisme

tanaman (Media Bina Ilmiah, 2015).

Selain memacu pematangan etilen juga memacu perkecambahan biji,

menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan


2

batang kecambah. Selain itu etilen menunda pembungaan, menurunkan dominasi

apikal dan inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan batang kecambah

(Abdurrahman, et al, 2010 ).

Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji,

menebalkan batang, mendorong, gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan

batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembuangan menurunkan

dominanasi apikal dan inisiasi akar dan menghambat pemanjangan batang

kecambah (Abdurrahman, et al, 2010 ).

Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitaan dengan

pengetahuan struktur internal dari akar , batang dan daun untuk memahami proses

pembentukan akar pada setek dan cangkok dan pembentukan penyambungan

sambungan. Tempat dimana akar mula-mula terbentuk berkaitan dengan adanya

peluaan akan merangsang dan menginduksi akar, yang biasanya didahului atau

bersamaan dengan terbentukannya kalus yang kemudian diikuti oleh akar adventif

(Rahman, et al., 2012).

Selain, faktor nutrisi ketersediaan karbohidrat dan nitrogen juga sangat

menentukan dalam proses pertumbuhan akar dan tunas pada setek kehadiran tunas

sangat penting terhadap proses inisiasi akar, karena akar juga sebagai tempat

penghasil auksin yang akan ditranslokasikan kedasar potongan setek dan

diperlukan untuk diferensiasi sel (Hayati, et al., 2012).

Inisiasi akar awal terbentuk pada umur biakan 6 bulan pada perlakuan ½

MS + IBA 5 mg/L. Persentase kultur yang berakar sebanyak 50% dan tidak

berubah sampai tidak terlalu banyak, pada umur 12 bulan panjang akar 3,2 cm

(Surnalim, et al., 2013).


3

Perlakuan PEG berpengaruh nyata terhadap waktu inisiasi akar. Dimana

rataan waktu inisiasi akar tercepat terhadap perlakuan PO (4, 55 hari) dan paling

lama pada perlakuan P4 (6,68 hari) (Harahap, et al., 2013).

Pembentukan akar sangat berpengaruh terhadap terhadap pertumbuhan

setek. Perakaran pada setek dapat dipercepat dengan perlakuan khusus, yaitu

dengan penambahan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) golongan auksin. Inisiasi akar

dalam waktu relatif singat dan sistem perakaran yang baik, dapat diperoleh

dengan penambahan ZPT pada konsentrasi optimal (Hermansyah, et al., 2013).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati pertumbuhan

akar dan tunas stek tanaman Bunga Asoka( Saraca asoca ) dengan atau tanpa

daun pada konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalh untuk dapat mengikuti

praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan sebagai salah satu

sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Adapun klasifikasi tanaman Asoca menurut Cronguist (2000) adalah

sebagai berikut; Kingdom: Plantae; Divisio: Magnoliophyta; Kelas:

Magnoliopsida; Sub Kelas: Caryophyllidae; Ordo: Fabelas; Famili: Caesalpinicee;

Genus: Ixora; Spesies: Ixora cacine.

Sistem perakaran bunga asoka memiliki sistem perakaran tunggang.

Dengan akar-akar cabang yang melebar kesemua arah dengan kedalaman 40cm-

80cm. Akar yang terletak dekat permukaan tanah kadang tumbuh terus atau akar

bakal tanaman baru (Ashari, 2007).

Tanaman asoka memiliki batang yang bercabang bulat berkayu, beruas,

dan memiliki diameter 5 mm- 8 mm, berwarna coklat dan majemuk

(Grewal, 2000).

Bunga asoka memiliki pasangan daun ynag sama dihubungkan dengan

tonjolan yang melintang. Daun menyirip berdaun satu, helaian daun lebar bulat

sampai memanjang, bertepi rata, bertulang menyirip atau bertulang tiga sampai

lima. Bougenville memiliki buah bumi yang masak hitam mengkilat, panjang 1

cm, berbiji dua atau karena kegagalan berbiji satu dan tidak memiliki lekukan

(Heddy, 2007).

Bunga Asoka termasuk bunga mejemuk, payung 3-15 bunga-bunga

beranekaragam ada kuning, merah, merah jambu, ungu, putih dan sebagainya.

Kelopak bunga berbentuk tabung 2-4 mm, tajuk bunga 5-8 berbentuk paku dan

berambut halus (Hasim, 2007).


5

Syarat Tumbuh

Iklim

Bunga asoka sangat menyukai sinar matahari, maka sangat cocok ditanam

di tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung. Tanaman pun

dataran bougenfil dapat hidupbaik di tempat-tempat yang terlalu terlindungi oleh

cahayamatahari baik di dataran rendah maupun dataran tinggi yakni pada

ketinggian (Suryowinoto, 2007).

Bunga asoka menghendaki curah hujan 122-199 mm/bulan dengan 6-9

hari hujan tiap bulan, serta mempunyai iklim kering dan 5-6 bulan basah. Sinar

matahari pagi lebih bak daripada sinar matahari sore, yang dapat menyebabkan

kekeringan pada tanaman. Tanaman ini mempunyai daya adaptasi sangat buas

terhadap lingkungan sekitarnya, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/

subtropis maupun di daerah tropis/panas (Steenis, 2007).

Tanaman bunga asoka menghendaki suhu udara siang 280-360 c dari suhu

udara pada malam hari 240, 300 c agar dapat tumbuhan berkembang dengan baik.

Kelembaban udara (RH) yang cocok adalah 50%-80%. Selain itu pengembangan

wilayah budidaya cocok di daerah cukup sinar matahari (Wudianto, 2007).

Tanah

Bunga asoka dapat tumbuh pada suhu yang kering dengan pH 5,5-6,0

tanah. Lingkaran pH tanah ditentukan oleh efek/ elemen-eleemn mineral. pH

tanah yang lebih dari 6,0 meningkatkan keberadaan nutrisi mikro. Kemampuan

drainase yang baik berkisar antara pH 7 (Hopkins, 2000).

Bunga Asoka membutuhkan cukup ruang untuk menutrisi

pertumbuhannya. Penanamn hanya perlu diolah struktur tanah yang gembur akan
6

sangat mendukung pertumbuhan akar, sehingga tanamannya pun dapat tumbuh

dengan baik . Media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat,

porus(gembur) dan subur (kaya unsur hara). Dia yang digunakan untuk

penyetekan diusahakan lembut, beraerasi baik dan steril (Satiadireja, 2007).

Tanaman Bunga Asoka umumnya dapat tumbuh dengan baik pada jenis

tanah Padsolik merak kuning (PMK) dan berproduksi dengan baik. Tanaman

Bunga Asoka dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian tempat

10-1600 mdpl. Namun, daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan berbeda-

beda (Mukheji, 2007).

Inisiasi Akar

Inisiasi akar in vitro. Cara mudah dan praktis adalah dengan mengakarkan

setek mikro di luar kultur, terutama untuk spesies – spesies yang mudah berakar.

Ini tidak memerlukan media baru dan perlunya bekerja pada kondisi aseptik.

Kelembaban tinggi diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang

masih lunak. Setek mikro dapat diberi perlakuan hormon (tepung auksin atau

pencelupan pada larutan auksin) seperti pada setek biasa. ( Henuhilli. 2013 ).

Untuk setek diambil dari semak (pohon kecil), dipilih cabang belum

berkayu terlampau keras. Panjang setek 5 cm – 10 cm. Semak akan diambil

seteknya yang dapat hidup dengan subur, berbunga bagus serta lebat

( Atjung, 2000 ).

Proses pertumbuhan akar adventif terdiri atas tiga bagian difresiasi sel

yang diikuti dengan terbentuknya sel-sel meristem (inisiasi akar), diffrensiasi sel-

sel meristem tadi sampau terbentuk priomordia akar dan munculnya akar-akar

baru ( Ashari,2000 ).
7

Keberhasilan perbanyakan tanaman hanya ditentukan oleh langkah-

langkah yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan. Faktor terpenting

yang harus mendapat perhatian adalah ketersediaan air, suhu udara, suhu media,

cahaya dan ketersediaan unsur hara essensial bagi tanaman ( Lakitan, 2007 ).

ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)

Zat pengatur tumbuh yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, etyhelene dan

asam absitat. Pada suatu jaringan tumbuhan mungkin akan bersisi lebih dari datu

macam zat pengatur tumbuh dalam mengendalikan pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan (Dermawan, 2007).

Pengaruh suatu ZPT dalam tumbuhan dapat terjadi secara individu

maupun berinteraksi bersama-sama dengan ZPT yang lain, baik pengaruh yang

bersifat sinergic maupun pengaruh antagonistic (Tjitrosoepomo, 2007).

Auksin merupakan ZPT yang banyak dihasilkan di jaringan-jaringan yang

masih giat membelah, seperti bagian pucuk tumbuhan. Peranan auksin antara lain

dalam pembelahan dan pembesaran sel serta differensiais sel (Tjitrosomo, 2007).

Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Ialah Charles

Darwin m bahwa ketika dia melihat rumput tumbuh kearah cahaya, Darwin

berhasil menunjukkan bahwa organ yang membelok adalah ujung apikal dari

benih ( Heddy, 2007 ).

Indole-3-acetic acid (IAA) nama lain auksin berperan dalam

pembelahansel apikal (tunas, daun muda, dan buah). Senyawa itu meregulasi

beragam proses fisiologi seperti pertumbuhan, pembelahan, serta diferensiasi sel,

dan sintesis protein. Pergerakannya hingga titik tumbuh akar melalui jaringan

pembuluh tipis atau parenkim. Saat menyebar, IAA menghambat pembentukan


8

mata tunas. IAA yang terkonsentrasi merangsang pembelahan sel akar sehingga

akar-akar baru bermunculan (Triono, 2010).

Produksi hormon IAA oleh mikroorganisme pada skala laboratorium

memerlukan media tumbuh yang memenuhi syarat dari segi nutrisi, yaitu

tercukupi sumber C, N dan asupan triptofan sebagai prekursor dalam sintesis IAA.

Limbah pengolahan tahu merupakan limbah organik dengan kandungan C dan N

yang cukup tinggi, sehingga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme.

Triptofan banyak tersedia pada pupuk kandang yang mudah diperoleh dan dengan

kadar yang cukup tinggi. ( Retnowati , et al . 2015 ).

Setek

Setek merupakan salah satu cara perbanyakan meggunakan teknik

perbanyakan vegetatif dengan cara menanam bagian tanaman tertentu yang

mampu membentuk akar dengan cepat. Bagian tanaman yang biasa digunakan

untuk setek adalah batang, cabang, akar dan anaakn (Sofyan, 2006).

Setek tanaman yang dilakukan pada tanaman berumur panjang atau

tanaman menahun sebaiknya diambil dari pohon induk yang telah berbuah

sebanyak 2-3 musim secara berturut-turut (Suniasri, 2011).

Bibit setek akan mudah mati jika cabang yang digunakan terlalu kecil atau

berasal dari tunas air kalaupun bibit setek tersebut bisa tumbuh, maka tanaman

yang dihasilkan akan rapuh atau mudah roboh dan masa berbuah akan cukup lama

(Vidarto, 2007).

Setek ada beberapa macam yaitu setek kayu yang cukuo umurnya, setek

kayu yang masih muda, setek batang, setek daun, setek akar dan setek tunas. Yang

diambil untuk setek adalah dahan kecil atau ranting yang berumur setahun, serta
9

cukup keras yang dipergunakan adalah pangkal dan bagian pertengahan saja.

Panjang setek itu 20 cm – 30 cm ( Satiadiredja, 2007 ).

Setek memiliki banyak manfaat yaitu menghasilkan ukuran tanaman yang

baik, performa yang baik, chloropyl memiliki perbedaan warna pada setiap

spesimen. Bermanfaat utuk hybrid, pertumbuhan lebih baik, baik pada

pembungaan, kemunculan bagian tanaman lebih baik dan harga yang lebih

bersaing ( Grewal, 2000).


10

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis,15 maret sampai

dengan selesai di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada

ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah; ember sebagai

alat untuk mengambil tanah, cangkul sebagai alat untuk mencampur top soil ,

kompos dan dengan pasir, erlenmeyer sebagai alat untuk menampung IAA,

spanduk sebagai alat untuk menampung tanah yang sedang diaduk, penggaris

untuk mengukur kedalaman perendaman, cutter sebagai alat untuk memotong duri

dan daun pada cabang Bunga Asoka, top soil dan pasir sebagai media tanam,

plastik sebagai sungkup, karet untuk mengikat plastik.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah; Bunga Asoka

(Saraca asoca) sebagai bahan pengamatan, polybag sebagai bahan untuk

pertumbuhan bahan praktikum, label sebagai bahan untuk memberi tanda/

menamai polybag, aquades sebagai bahan untuk melarutkan hormon IAA, hormon

IAA sebagai bahan uji/ indikator pengujian inisiasi akar, kertas dan pulpen

sebagai bahan untuk menulis jurnal dan hal penting berkaitan praktikum.
11

Prosedur Praktikum

1. Dicampurkan media tanam top soil dan pasir dengan perbandinan 2:1 dan

siram dengan air.

2. Diisi media ke dalam polibag masing-masing pasangan sebanyak 6 buah.

3. Dipilih cabang tanaman yang baik, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda

sepanjang ± 30 cm. Setiap pasangan menyiapkan 3 potong dengan daun

tanaman tetap melekat pada cabang dan 3 potong yang daunnya dibuang

semua.

4. Direndam cabang bagian bawah, masing-masing 1 potongan dengan daun dan

tanpa daun selama 15 menit dengan :

a. Air destilata

b. Larutan 0,1 mg IAA/Liter

c. Larutan 1,0 mg IAA/liter

5. Ditanam bahan stek ke dalam polibag dan diberi label.

6. Disiram sedikit air, sungkup dengan plastic transparan dan tempatkan pada

tempat teduh, setelah 1 minggu sungkup plastic dibuka.

7. Disiram tanaman setiap hari bila perlu. Diamati pertumbuhan tanaman setiap

minggunya.

8. Setelah 6 minggu, diamati pertumbuhan akar.


12

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan meliputi beberapa kegiatan diantaranya

pencangkulan, pembersihan gulma, perataan permukaan tanah, pembuatan parit

(drainase) dan pembuatan plot.

Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dilakukan dengan mencampurkan topsoil dan

pasir dengan perbandingan 4:1, kemudian dimasukkan kedalam polybag ukuran

10 kg, kemudian polybag diletakkan pada plot.

Persiapan Bibit

Sebelum ditanam, stek batang tanaman asoka(Saraca asoca) direndam

didalam air destilata, larutan 0.1 mg IAA/liter dan larutan 1.0 mg IAA/Liter

selama sekitar 15 menit, kemudian dipilih bibit yang tidak mengapung untuk

ditanam.

Penanaman

Pada setiap polybag, dibuat lubang tanam satu ruas jari, ditanamkan stek

batang tanaman asoka(Saraca asoca), kemudian diberikan kompos secukupnya

pada setiap lubang tanam.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman tanaman asoka(Saraca asoca)dilakukan setiap hari, tepatnya

pada sore hari dengan banyak air yang diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan

air per polybag. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan

dilakukan secara merata.


13

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada bibit tanaman asoka(Saraca asoca) yang

setelah 3 MST, namun bibit tanaman asoka yang ditanam banyak yang membusuk

dan tidak dapat tumbuh.

Penyiangan

Penyiangan atau pembersihan lahan dari gulma dapat dilakukan dengan

tangan. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman pokok yang

belum kuat mencengkram tanah.

Pemanenan

Setelah 10 MST, dilakukan pemanenan pada tanaman jagung dan

kedelai. Pada tanaman jagung diambil tongkolnya sedangkan pada tanaman

kedelai diambil polong-polongnya.

Parameter Amatan

Jumlah Tunas

Dihitung tiap tunas yang tumbuh pada batang tanaman

asoka (Saraca asoca) pada tiap minggunya.


14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komoditi : Bunga Asoka (Saraca asoca)

Parameter : Jumlah Daun

Tabel 1. Jumlah Daun Tanaman Bunga Asoca

Jumlah Daun
Direndam Air Direndam IAA 1 Direndam IAA 0,1
Tanggal
Destilata mg/l mg/l
Pengamatan
Dengan Tanpa Dengan Tanpa Dengan Tanpa
Daun Daun Daun daun Daun Daun
24 Maret
0 0 0 0 0 0
2019
31 Maret
0 0 0 0 0 0
2019
07 April
0 0 0 0 0 0
2019
14 April
0 0 0 0 0 0
2019

21 April
0 0 0 0 0 0
2019

Komoditi : Bunga Asoka (Saraca asoca)

Parameter : Jumlah Akar

Tabel 2. Jumlah akar Tanaman Bunga Asoka

Jumlah Akar
Direndam Air Direndam IAA 1 Direndam IAA 0,1
Tanggal
Destilata mg/l mg/l
Pengamatan
Dengan Tanpa Dengan Tanpa Dengan Tanpa
Daun Daun Daun daun Daun Daun
13 Mei
0 0 20 0 0 0
2019
15

Pembahasan

Dari hasil praktikum pada perlakuan air destilata, tidak tumbuh daun

pada stek dengan daun, pada perlakuan IAA 1 mg/l, tidak muncul muncul daun

pada stek dengan daun, kemudian pada perlakuan IAA 0,1 mg/l tidak muncul

daun pada stek dengan daun. Jumlah daun yang muncul pada perbanyakan ini

tidak ada, hal ini dikarenakan pada penyetekan persentase stek untuk berakar dan

bertunas masih kecil. Hal ini sesuai denga literatur Wulandari (2014) yang

menyatakan bahwa teknik perbanyakan asoca secara tradisional dengan stek

batang masih banyak dijumpai kendala antara lain kualitas bibit yang dihasilkan

kurang baik. Permasalahan utama dalam penyetekan layering iadalah persentase

stek yang berakar dan bertunas tidak terlalu tinggi. Akibatnya produksi bunga

melati di Indonesia masih rendah.

Dari data praktikum, pada seluruh perlakuan, Hanya sedikit stek yang

menghasilkan akar, hal ini dapat terjadi dikarenakan sel-sel pada stek tidak

kembali bersifat meristematik, sehingga tidak muncul akar pada stek. Hal ini

sesuai dengan literatur Karnain (2017) yang menyatakan bahwa pembentukan

akar pada stek didahului dengan proses diferensiasi sel pada daerah yang

berbatasan dengan permukaan potongan stek sehingga sel-sel tersebut kembali

bersifat meristematik. Sel-sel meristen kemudian membelah dan berdiferensiasi

membentuk primordial akar. Selanjutnya akar akan menunjang dan tumbuh keluar

pada bagian stek .

Stek merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara

vegetatif dengan cara memotong bagian vegetatif dari tanaman kemudian

dibiakkan. Hal ini sesuai dengan literatur Danu dan Agus (2015) yang
16

menyatakan bahwa stek merupakan teknik perkembangbiakan vegetatif dangan

cara perlakuan pemotongan pada bagian vegetatif untuk ditumbuhkan menjadi

tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari tanaman induknya.

Penggolongan stek berdasrkan bahan tanam terdiri dari : stek pucuk, stek batang

dan stek akar.

Inisiasi akar merupakan suatu proses dimana akar terbentuk dari tanaman

stek, parameter keberhasilan menyetek tanaman adalah munculnya akar pada stek.

Hal in sesuai dengan literatur Wulandari (2014) yang menyatakan bahwa inisiasi

akar merupakan proses terbentuknya akar tanaman dari stek. Panjang akar

merupakan hasil perpanjangan sel-sel di belakang meristem batang. Perbanyakan

tanaman dengan mudah dapat kita lakukan dengan banyak cara.

Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam praktikum ini yaitu IAA 0,1

mg/l dan IAA 1 mg/l yang merupakan hormon auksin yang berfungsi merangsang

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. IAA telah diteliti dan diketahui

memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman hal

ini sesuai dengan literatur Pranata (2010) yang menyatakan bahwa Auksin

merupakan hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Para peneliti menemukan pertumbuhan tidak akan terjadi

tanpa adanya auksin. Setelah itu peneliti juga menemukan salah satu jenis auksin

yang paling besar pengaruhnya yaitu Indol Acetic Acid (IAA).

Faktor-faktor yang mempengaruhi stek meliputi umur bahan tanam,

bahan stek yang masih muda memiliki kemampuan berakar yang lebih baik

daripada bahan stek yang telah tua, kondisi lingkungan seperti iklim, zat penhatur

tumbuh juga diperlukan untuk membantu menstimulir pertumbuhan tunas dan


17

akar. Hal ini sesuai dengan literatur Danu dan Agus (2015) yang menyatakan

bahwa faktor yang mempengaruhi perbanyakan stek diantaranya: bahan tanaman,

asal bahan tanaman, umur tanaman, komposisi media perakarannya, kondisi

lingkungan pertumbuhan, zat pengatur tumbuh dan teknik pelaksanaannya.

Kriteria bahan stek yang dapat digunakan yaitu tidak terlalu tua, tidak

terlalu muda, serta berbatang lurus, diambil di bagian tengah batang. Tidak terlalu

tua karena apabila batang telah mencapai masa tua, maka stek akan memerlukan

waktu yang lama untuk manghasilkan akar, sedangkan apabila terlalu muda,

karena mudah mengalami penguapan. Hal ini sesuai dengan literatur Karnain

(2017) yang menyatakan bahwa bahan stek biasanya cabang bagian tengah dan

pangkal. Memilih cabang untuk stek diambil yang mempunyai umur kurang lebih

1 tahun. Cabang yang terlalu tua kurang baik digunakan untuk stek karena sulit

dan memerlukan waktu yang lama untuk membentuk akar sedangkan cabang yang

muda terjadi proses penguapan cepat sehingga stek menjadi lemah dan akhirnya

mati
18

KESIMPULAN

1. Jumlah daun yang muncul pada stek bunga asoka ini tidak ada yang tumbuh,

hal ini dikarenakan pada penyetekan persentase stek untuk berakar dan bertunas

kecil

2. Dari data praktikum, pada seluruh perlakuan, dapat dikatakan hanya sedikit

stek yang menghasilkan akar,

3. Stek merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan

cara memotong bagian vegetatif dari tanaman kemudian dibiakkan

4. Inisiasi akar merupakan suatu proses dimana akar terbentuk dari tanaman stek,

parameter keberhasilan menyetek tanaman adalah munculnya akar pada stek.

5. Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam praktikum ini yaitu IAA 0,1 mg/l

dan IAA 1 mg/l yang merupakan hormon auksin yang berfungsi merangsang

pertumbuhan dan perkembangan tanaman

6. Faktor yang mempengaruhi perbanyakan stek diantaranya: bahan tanaman, asal

bahan tanaman, umur tanaman, komposisi media perakarannya, kondisi

lingkungan pertumbuhan, zat pengatur tumbuh dan teknik pelaksanaannya

7. Kriteria bahan stek yang dapat digunakan yaitu tidak terlalu tua, tidak terlalu

muda, serta berbatang lurus, diambil di bagian tengah batang.


19

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman , F ., Sundowo ., Wisnu . 2010 . Departemen Biologi Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam . UI . Depok

Atjung., 2000. Tanaman Hias, Memelihara, Menanam dana Gunanya. Jakarta.

Ashari , S . 2007 . Hortikultura Aspek Budidaya . UI Press : Jakarta

Cronuist , A . 2000 . Bassic Botani 3rd Ed . Harper and Row Publisher :


New York

Darmawan , J . 2007 . Pengantar Fisiologi Tumbuhan . PT Suryandani . Semarang

Dwidjoseputro , D . 2007 . Pengantar Fisiologi Tumbuhan . PT Suryandi .


Semarang

Erni , F ,. Sumirwen dan M. Idris . 2013 . Induksi Perakaran Tunas Terstigma


Raflesia Miq . Univ Andalas . Padang

Grewal . 2000 .Propogation of Ornament Plants . Kalyani Publisher . New Delhi

Harahap , E ,R ., Lutffi , M ,. Siregar dan Eva . 2013 . Pertumbuhan akar Tanaman


Pada Perkecambahan Beberapa Varietas Tomat dengan PEG . USU .
Medan

Henuhili , V . 2013 . Kultur Jaringan Tanaman . Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam . Universitas Negri Yogya . Yogyakarta

Hasim , I . 2007 . Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya .


Gramedia . Jakarta

Hayati , E ., Sabarudin dan Rahmawati . 2012 . Pengaruh Jumlah Mata Tunas dan
Komposisi Media Tanam . Univ Syahkuala . Banda Aceh.

Heddy , S . 2007 . Hormon Tumbuahn . Cv Rajawali . Jakarta

Hermansyah , A ,. Armaini ., dan Erlida A . 2013 . Pengaruh Persediaan


Konsentrasi ZPT dan pembibitan buah naga . Univ Riau . Riau

Hopkins , W.E . 2007 . Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahan nya .
Gramedia . Jakarta

Kartina , A ., Nurnayulia dan Susianti . 2011 . Pengaruh Indole Butuiric Acid (


IBA ) Terhadap Pembentukan akar aren . Univ Sultan Agung
Tirtayasa . Banten
20

Lakitan, B., 2007. Hortikultura Teori, Budidaya dan Pascapanen. PT Raja


Grafindo. Jakarta.

Media Bina Ilmiah . 2015 . ISSN . No . 1578-3787

Makherji, S . 2002 . Plant Fisiologi . Tanaman Company . New Delhi

Satiadiredja, S., 2007. Hortikultura Pekarangan dan Buah-Buahan.


Yasaguna. Jakarta.

Sofyan. 2006 . Pengaruh asal bahan dan Media setek terhadap Pertumbuhan Setek
Batang . Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

Sumiarsi. 2012 . Tanggap Setek Cabang Bambu . Puslitbang Bioteknologi .


Bandung

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan . UGM Press . Yogyakarta

Tjitrosomo, S. 2000. Botani Utama 2 . Angkasa . Bandung.

Triono, D.W. 2010. Pengaruh Media Tumbuh Dan Konsentrasi Indole-3-Acetic


Acid (Iaa) Pada Aklimatisasi Krisan(Chrysantemum morifolium R. ).
USU. Medan.

Vidarto, L . 2007 . Perbanyakan Tanaman dengan Biji . PT Gramedia Jakarta.


21

LAMPIRAN
22
23

Anda mungkin juga menyukai