Anda di halaman 1dari 18

KURVA SIGMOID

RIFALDY GANDA GULTOM

200301295

AGROTEKNOLOGI-5

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

P R O G R A M S T U D I AGROEKOTEKNOLOGI

F A K U L TA S P E R T A NI A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
KURVA SIGMOID

OLEH

RAHMAT SATRIA

200301252

AGROTEKNOLOGI-5

Lapora Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilian

Di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Ditugaskan Oleh,
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Meiriani Sembiring,.M.P)


NIP. 196505181992032001

Diketahui Oleh, Diketahui Oleh,


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Kristina Pasaribu) (Haikal Khairi)


NIM.170301141 NIM.180301110

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

P R O G R A M S T U D I AGROEKOTEKNOLOGI

F A K U L TA S P E R T A NI A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGENTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan ini dengan baik dan tepat

pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Kurva Sigmoid” yang merupakan salah satu

syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan,

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah memberikan

doa dan dukungan kepada penulis baik secara moral maupun materil. Penulisan juga

mengucapkan terimakasih kepada Ir. Meiriani Sembiring, M.P; Ir. Lisa Mawarni, M.P;

Ir. Ratna Rosanty Lahay, M.S; Ir. Revandy. I. M. Damanik, M.Sc., Ph.D; dan Ir. Haryati, M.P;

selaku dosen mata kuliah Fiosoloi Tumbuhan Tumbuhan dan kepada abang dan kakak asisten

Laboratorium yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan yang lebih baik di masa

mendatang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Percobaan
Kegunaan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.) (Klasifikasi Biji)
Klasifikasi
Akar
Batang
Daun
Bunga
Buah dan Biji
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
Botani Tanaman Kedelai (Glycine max L.) (Klasifikasi Biji)
Klasifikasi
Akar
Batang
Daun
Bunga
Buah
Biji
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
Pertumbuhan dan Perkembangan
Kurva Sigmoid
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Bahan dan Alat
Prosedur Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di

Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan

pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan

maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan

istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung

tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan

furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan

farmasi. Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli

sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara

historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan

sejak 10.000 tahun yang lalu (Iriany et all, 2011).

Namun demikian berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui

bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian Selatan). Budidaya jagung

telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika

Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di Selatan

Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp.

mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses

domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk

gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya

digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.

Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak

dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal

maupun kultivar (Surtinah, 2008).

Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan.

Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan

pokok pengganti beras. Dalam 100 g bahan jagung mengandung 2,4 g protein, 0,4 g lemak, 6,10
g karbohidrat, 43 mg kalsium, 50 mg fosfor, 1,0 mg besi, 95,00 IU vitamin A dan 90,30 g air.

Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan

akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin

meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah

penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar/bahan olahan untuk minyak goreng, tepung

maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk

unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51,40% (Suprapto,1997).

Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan

sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

polong-polongan yang menjadi bahan dasar makanan seperti kecap, tahu dan tempe. Ditinjau

dari segi harga, kedelai merupakan sumber protein nabati yang murah. Kedelai merupakan

sumber gizi yang baik bagi manusia. Kedelai utuh mengandung 35 sampai 38% protein tertinggi

dari kacang-kacangan lainnya. Sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari

kacang kedelai, salah satu produk olahan kedelai adalah tempe (Adisarwanto, 2005).

Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar

kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dalam bentuk tempe,

40% dalam bentuk tahu dan 10% dalam bentuk produk lain, seperti tauco, kembang tahu, oncom

dan kecap. Konsumsi tempe rata-rata pertahun di Indonesia saat ini sekitar 6,45 kg (Astawan,

2005).

Kadar gizi tempe mampu bersaing dengan sumber protein yang berasal dari bahan

makanan lain, seperti daging, telur dan ikan. Tempe diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi

protein didalam tubuh. Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti

protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Seratus (100) gram tempe kedelai murni mengandung

18,3 gram bahkan bisa mencapai 21 gram protein dan menyumbangkan protein sebanyak 57,19

% untuk anak balita dan 30,5 % pada ibu hamil (AKG). Kadar protein daging sapi 18,8 gram,

daging kerbau 18,7 gram, ayam 18,2 gram, dan daging domba 17,1 gram. Keunggulan tempe

yang menarik adalah kalori yang relatif rendah, yaitu 149 kkal per 100 g sehingga tempe dapat

digunakan untuk diet rendah kalori (Auliana, 2003).


Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pola

pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi komponen penilaian

di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung ( Zea mays L.)

Klasifikasi

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus

hidupnya selama 80 hingga 150 hari. Jagung dalam satu siklus hidupnya memerlukan dua fase

pertumbuhan yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae-Plants

Subkingdom : Tracheobionta-Vascularplants

Superdivision : Spermatophyta-Seed plants

Division : Magnoliophyta-Flowering plants

Class : Liliopsida-Monocotyledons

Subclass : Commelinidae

Order : Cyperales

Family : Poaceae ⁄ Gramineae-Grass family

Genus : Zea

Species : Zea mays L. (USDA, 2018).

Akar

Jagung merupakan tanaman berakar serabut yang mempunyai tiga macam akar yaitu akar

seminal, akar adventif dan akar kait atau disebut penyangga. Akar seminal yaitu akar yang

perkembangannya dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal tumbuh melambat

setelah plumula muncul ke atas permukaan tanah. Akar adventif yaitu akar yang muncul dari

buku di ujung mesokotil, lalu berkembang dari tiap buku secara berurutan antara 7-10 buku, akar

adventif ini akan menjadi akar serabut yang tebal. Sedangkan akar seminal mempunyai peran

sedikit dalam siklus pertumbuhan jagung (Subekti., dkk, 2007)

Batang

Tanaman jagung manis tidak bercabang, tetapi berbentuk silindris, dan terdiri atas

beberapa jumlah ruas dan buku ruas. Dua tunas yang berkembang menjadi tongkol terdapat pada

buku ruas. Dalam dua tunas teratas akan berkembang menjadi tongkol produktif yang memiliki

tiga komponen jaringan paling utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles
vaskuler), dan pusat batang (pith). Genotip jagung semakin kuatnya batang maka semakin

banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan di sekitar

bundles vaskuler (Subekti.,dkk, 2007.).

Daun

Tanaman jagung umumnya mempunyai daun yang berkisar antara 10-18 helai. Proses

munculnya daun sempurna berada pada hari ke 3-4 setiap daun. Besar sudut suatu daun

mempengaruhi tipe daun. Jagung mempunyai daun yang beragam, mulai dari sangat kecil hingga

sangat besar. Bentuk ujung daun juga berbeda yaitu, ada yang runcing, runcing agak bulat, bulat,

bulat agak tumpul, dan tumpul. Sedangkan berdasarkan tipe daun digolongkan menjadi 2, yaitu

tegak dan menggantung. Untuk pola daun bisa berbentuk bengkok atau lurus. Daun yang

mempunyai tipe tegak memiliki kanopi kecil dan bisa ditaman pada kondisi populasi tinggi.

Kepadatan tanaman yang tinggi dapat memberikan hasil yang tinggi pula(Bilman, 2001).

Bunga

Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan

terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol

jagung. Bunga betina dan tongkol dapat muncul dari perkembangan axillary apices tajuk.

Sedangkan, pertumbuhan bunga jantan (tassel) melakukan pertumbuhan dari titik tumbuh apical

di ujung tananam (Subekti et al., 2007).

Buah dan Biji

Buah tanaman jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus (Gambar 2.1). Biji

jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada

jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melitit secara lurus atau berkelok-

kelok pada tongkol dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian

utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Syafruddin & Fadhly, 2004).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman jagung dapat tumbuh baik pada daerah yang beriklim sedang hingga subtropik

atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara 0- 50°LU hingga 0-400 LS. Tanaman

jagung menghendaki penyinaran matahari yang penuh dan suhu yang diinginkan berkisar 21-
34°C akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum 23-27°C

(Budiman 2016).

Tanaman jagung membutuhkan sinar matahari penuh, suhu optimum antara 26°C-30°C,

curah hujan yang dikehendaki 8 -200 mm/bulan dengan curah hujan yang optimal adalah 1200-

1500 mm/tahun. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya maka akan menjadi

terhambat (Barnito, 2009).

Tanah

Menurut Barnito (2009) tanaman jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan

memiliki tingkat keasaman pH tanah antara 5,5-7,5 dengan pH optimal yang diinginkan berkisar

5,5-6,5.

Menurut Wirosoedarmo dkk. (2011). Tanaman jagung menghendaki tanah kaya unsur

hara. Tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium

(K) dalam jumlah yang banyak. Tanaman jagung yang banyak ditanam di Indonesia mulai dari

dataran rendah hingga daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 mdpl.

Daerah dengan ketinggian antara 0-600 mdpl merupakan ketinggian yang optimal bagi

pertumbuhan tanaman jagung (Budiman 2016). Tanah dengan kemiringan tidak lebih 8% masih

bisa ditanami jagung dengan arah baris tegak lurus agar mencegah erosi ketika terjadi hujan.

Botani Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L.)

Klasifikasi

Kedelai dikenal dengan beberapa nama, yaitu Glycine soja atau Soja max. Tahun 1984

telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max

(L.)Merril. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr. (Adisarwanto, 2005).
Akar

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji disekitar mesofil. Calon akar

tersebut tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping

akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil (Rakhman dan

Tambas, 1986). Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar

sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering kali membentuk akar

adventif yang 8 tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar adventif terjadi karena cekaman

tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi. Perkembangan akar kedelai sangat

dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan

unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai

panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal (tanpa genangan) (Adisarwanto, 2008).

Batang

Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal

akar hingga kotiledon. Hipokotil dan dua keping kotiledon akan menerobos ke permukaan tanah.

Bagian batang kecambah yang berada di atas kotiledon dinamakan epikotil (Rakhman dan

Tambas, 1986). Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan

periode panjang penyinaran pada siang hari. Buku tanaman kedelai pada kondisi normal berkisar

15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan dengan

batang determinate (Adisarwanto, 2005). Cabang akan muncul di batang tanaman dengan jumlah

tergantung dengan varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak

bercabang. Jumlah batang bisa menjadi sedikit bila penanaman dari 250.000 tanaman/ hektar

menjadi 500.000 tanaman/hektar. Jumlah batang tidak mempunyai hubungan yang signifikan

dengan jumlah biji yang diproduksi (Adisarwanto, 2005).

Daun

Daun kedelai ada dua bentuk, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Bentuk daun

tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah yang

tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun yang lebar. Daun

mempunyai stomata yang berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Adisarwanto, 2005). Daun kedelai

mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlah yang bervariasi. Tebal tipisnya bulu pada daun

kedelai berkaitan dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu

(AAK, 1989). 10 Daun sebagai organ fotosintesis sangat berpengaruh pada fotosintat berupa gula
reduksi. Fotosintat berupa gula diproduksi sebagai sumber energi untuk tanaman (akar, batang,

daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji atau organ penimbun lain (sink), hasil fotosintesis

yang tertimbun dalam bagian vegetatif sebagian dimobilisasikan ke bagian generatif (polong).

Hasil fotosintesis di bagian vegetatif tersimpan dalam berat kering biji tanaman (Budiastuti,

2000).

Bunga

Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai mempunyai dua stadia tumbuh,

yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah

hingga berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga hingga

pemasakan biji. Tanaman kedelai sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu.

Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu (Adisarwanto, 2008). Bunga tanaman kedelai umumnya

muncul atau tumbuh di ketiak daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat

beragam, antara 2-25 bunga, tergantung dengan kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai.

Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih

tinggi. Pembentukan bunga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan. Suhu tinggi dan kelembapan

rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan

merangsang pembungaan (Adisarwanto, 2008). 11 Ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup

bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Periode berbunga

pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di

daerah tropik. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih

dan ungu (AAK, 1989).

Buah

Buah kedelai disebut buah polong seperti buah kacang-kacangan lainnya. Setelah tua,

warna polong ada yang cokelat, cokelat tua, cokelat muda, kuning jerami, cokelat kekuning-

kuningan, cokelat keputihanputihan, dan putih kehitam-hitaman. Jumlah biji setiap polong antara

1 sampai 5 buah. Permukaan ada yang berbulu rapat, ada yang berbulu agak jarang. Setelah

polong masak, sifatnya ada yang mudah pecah, ada yang tidak mudah pecah, tergantung

varietasnya (Darman, 2008).

Biji

Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji umumnya berbentuk

bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6 – 30 g/100 biji, ukuran
biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100

biji) dan biji besar (Fachruddin, 2000). Biji – biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji

(lesta). Embrio terbentuk di antara keping biji (Lamina, 1989). Polong kedelai pertama kali

muncul sekitar 10-14 hari masa pertumbuhan yakni setelah bunga pertama muncul. Kecepatan

pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga

berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji.

Periode waktu tersebut dianggap optimal untuk proses pengisian biji dalam polong yang terletak

di sekitar pucuk tanaman (Adisarwanto, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim

Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan dengan iklim sangat lembab.

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Suhu yang

dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 ºC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan

tanaman kedelai adalah 23-27 ºC.Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu

sekitar 30 ºC.(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat

terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim,

sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh (Irwan, 2006).

Pada hari dengan langit cerah terdapat suplai sinar matahari yang berlebihan atau terjadi

penjenuhan sinar matahari, sehingga photosynthetic photo flux density (PPFD) bukan merupakan

faktor pembatas (Rufty et al. 1981). Namun apabila PPFD berkurang akibat naungan atau cuaca

mendung, yang dapat mengurangi PPFD dari 700 µ mol menjadi 325 µ mol/ m/dt, maka laju

pertukaran CO2 (CO2 exchange rate CER) menurun, dari 0,74 mg menjadi 0,52 mg CO2 /m/dt.

Penurunan CER sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman. Penurunan 30% CER

karena penurunan radiasi matahari dari 700 menjadi 325 µ mol m/dt, berakibat penurunan luas

daun 55% dan penurunan total bahan kering tanaman 60% (Raper and Kramer 1987).

Tanah

Untuk dapat tumbuh dengan baik, kedelai menghendaki tanah yang subur, dan kaya

akan humus serta bahan organik dengan pH 6-7. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan

memperbaiki daya olah tanah dan merupakan sumber makanan jasad renik yang akan

membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Yenita, 2002).


Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 5,5-

6,5. Selain mempengaruhi penyerapan hara oleh perakaran tanaman, tanah masam (pH tanah

4,6-5,5) juga mempengaruhi kemampuan penetrasi bakteri Rhizobium ke perakaran tanaman

untuk membentuk bintil akar. Pada tanah dengan nilai pH lebih dari 7, kedelai sering

menampakkan gejala klorosis karena kekurangan hara besi (Masruroh, 2008).

Pada sebagian besar lahan yang ditanami kedelai di Indonesia, masalah yang sering

dihadapi adalah dangkalnya lapisan olah tanah. Baik di lahan sawah maupun tegalan, kedalaman

lapisan olah kurang dari 25 cm, kebanyakan 15-20 cm. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan

pengolahan tanah yang dangkal secara terus-menerus, pembajakan menggunakan rotary-disk

atau bajak roda traktor tangan. Lapisan bajak (hard-pan) yang dangkal akan membatasi

perkembangan akar kedelai, tanaman mudah tercekam kekeringan, dan penyerapan hara terbatas,

yang berdampak terhadap rendahnya produktivitas kedelai. Pada lahan sawah tanah Vertisol dan

Regosol yang tidak terbentuk lapisan bajak dangkal, produktivitas kedelai umumnya cukup

tinggi. Pada tanah yang mengalami pemadatan dengan kerapatan volume (bulk-density) 1,75

g/cm, akar kedelai tidak mampu menembus lapisan olah sehingga perlu dilakukan pengolahan

dalam (Johnson 1987).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Ketika tumbuhan mulai tumbuh, tajuk terangkat ke atas sehingga dedaunnya menyerap

sinar matahari dan akar tumbuhan ke dalam tanah untuk menyerap air dan nutrien dari dalam

tanah. Ketika tumbuhan dewasa, tumbuhan baru dikembangbiakan melalui pembentukan bunga.

Bunga membuat tumbuhan dapat diserbuki dan kemudian menghasilkan biji, bunga terdiri dari

organ jantan dan betina yang dikelilingi oleh daun mahkota (petal) yang dapat berwarna dan

beraroma untuk menarik perhatian hewan. Bagian jantan dari bunga yaitu benang sari yang

menghasilkan serbuk sari, kemudian bagian betina yaitu karpel yang menghasilkan sel-sel

pembentuk biji. Tumbuhan dapat menghasilkan biji dan berproduksi melalui proses

penyerbukan, biasanya dapat dilakukan oleh hewan, angin atau air. Serbuk sari dipindahkan dari

organ jantan bunga yang satu ke organ betina bunga yang lain dan kedua bunga tersebut harus

dari spesies yang sama. Setelah bunga diserbuki, sel jantan dan sel betina bergabung untuk

menghasilkan biji. Untuk proses ini, inti (nukleus) dari serbuk sari bergerak ke bawah di dalam

tabung khusus menuju bakal biji (ovul) betina dan terjadilah proses pembuahan. Bakal buah
(ovari) kemudian membesar mengelilingi biji yang berkembang dan membentuk buah (Scarlett,

1997)

Pertumbuhan tanaman jagung meliputi tiga fase yaitu :

1. fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji

sampai dengan sebelum munculnya daun pertama.

2. fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka

sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini

diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk.

3. fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.

Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih

jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30%

menurut McWilliams dkk. (1999) dalam Subekti (2010). Proses perkecambahan benih jagung,

mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh

kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah

katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobile,

gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh

aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel

menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul.

Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil

terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah.

Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil

muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari

koleoptil dan menembus permukaan tanah.

Keserempakan perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi.

Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah. Tanaman yang terlambat tumbuh

akan ternaungi dan gulma lebih bersaing dengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat

tumbuh tidak normal dan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih

awal dan seragam (Subekti, 2010).

Menurut Irawan (2006), stadia pertumbuhan kedelai dibagi menjadi dua yaitu stadia

pertumbuhan vegetatif dan stadia pertumbuhan reproduktif (generatif). Stadia pertumbuhan


vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah sampai saat mulai berbunga.

Stadia perkecambahan dicirikan dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia

pertumbuhan vegetatif dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Stadia

vegetatif umumnya dimulai pada buku ketiga. Sedangkan Stadia pertumbuhan reproduktif

(generatif) dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong,

perkembangan biji dan pemasakan biji.

Kurva Sigmoid
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun tempat praktikum ini dilaksanakan di Dusun Tornauli, Desa Tornauli,

Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Aceh. 23 April 2021 pukul 11.00

WIB sampai dengan selesai.

Adapun bahan yang digunakan adalah benih jagung dan benih kacang kedelai

sebagai objek pengamatan, top soil dan kompos sebagai media tanam, polybag ukuran 10

kg 4 buah wadah tumbuhnya tanaman.

Adapun alat yang digunakan adalah meteran untuk mengukur jarak antar

tanaman dan tinggi tanaman, cangkul untuk meratakan dan membuat lahan, label nama

untuk member pengenal atas kepemilikan polybag tiap kelompok, spidol untuk menandai

jumlah daun dan penggaris untuk mengukur tinggi tanaman.

Prosedur Percobaan :

- Diisi media ke dalam polybag yaitu campuran top soil dan pupuk kompos dengan

perbandingan 2 : 1.

- Direndam benih yang hendak di tanam air selama kurang lebih 15 menit.

- Dibersihkan lahan dari gulma dan kotoran.

- Ditanam benih yang sudah direndam pada polybag sebanyak 2 benih/ polybag.

- Disisakan satu tanaman per polybag setelah satu minggu.

- Diamati jumlah daun dan tinggi tanaman per polybag.

- Digambar grafik kurva sigmoidnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN
DAFTRAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2005. Budidaya Tanaman Kedelai dengan Pengoptimalan Bintil Akar. Agromedia

Pustaka. Jakarta

Astawan, Made. 2005. Info Teknologi Pangan Department of Food Science and Technology.

Faculty of Agricultural Technology and Enginering. Bogor Agricultural University.

Auliana, R. 2003. Gizi dan Pengolahan Pangan. Adi Citra. Jakarta.

Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakarta.

Budiman, H. 2016. Budidaya Jagung Organik Varietas Baru Yang Kian Diburu. Pustaka Baru

Press. Yogyakarta.

Irawan, A. W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai ( Glycine max L.(Merill)). UNPAD Press.

Jatinagor.

Iriany R. N, Yasin H. G., Andi T. M. 2011. Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksinomi Tanaman

Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros.

McWilliams, D. A., Berglund, D.R, dan G. J. Endress. 1999. Corn Growth and Management

Quick Guide. USA.

Scarlett. 1997. Sayuran Dataran Tinggi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Subekti, N.A., Syafruddin, R, dan S. Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase

Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Marros. Hal 185-204

Suprapto. 1997. Bercocok Tanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Surtinah. 2008. Umur Panen yang tepat menentukan kandungan gula biji jagung manis (zea

mays saccharata, Sturt). J.Ilmiah Pertanian. Pekanbaru.

Wirosoedarmo, R., A. T. Sutanhaji, E. Kurniati, dan R. Wijayanti. 2011. Evaluasi

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung Menggunakan Metode Analisis Spesial.

Fakultas Teknologi Pertanian. Jurusan Keteknikan Pertanian. Universitas Brawijaya. J.

Agritech 31(1): 72-76.

Anda mungkin juga menyukai