Anda di halaman 1dari 20

TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN

Oleh :
Tesalonika Anastasia B1A017039
Amelia Nurma H B1A017042
Yulina Dwi Puspa R B1A017044
Prodhiana B1A017045
Anggy Suryani B1A017046
Salsabila Nur Fatika B1A017047
Rombongan : VI
Kelompok : 3
Asisten : Annisa Nafi’ah Salma

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transpirasi merupakan suatu proses hilangnya atau menguapnya molekul-


molekul air dari permukaan tumbuhan, khususnya yaitu pada bagian daun.
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang bersifat pasif atau tidak dapat
melakukan perpindahan tempat secara mandiri. Tumbuhan bersifat pasif karena
tumbuhan tidak memiliki alat gerak seperti pada manusia dan hewan. Meskipun
tumbuhan tidak memiliki alat gerak seperti manusia dan hewan, organ-organ
tumbuhan sangatlah kompleks, sehingga dirinya tidak merasa kesusahan karena
tidak memiliki alat gerak. Contohnya yaitu pada organ daun, daun tumbuhan
dapat melakukan fotosintesis yang kemudian menghasilkan makanan atau zat
nutrisi bagi seluruh tubuh tumbuhan tersebut. Selain itu, daun juga melakukan
transpirasi yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh
tumbuhan (Tjitrosomo, 1985).
Kecepatan transpirasi tergantung pada jenis masing-masing tumbuhan. Ada
berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk mengukur laju transpirasi pada
tumbuhan, contohnya yaitu metode penimbangan. Daun yang masih segar
ditimbang terlebih dahulu, setelah itu daun diberi perlakuan. Setelah mendapat
perlakuan dalam jangka waktu tertentu, daun ditimbang kembali. Selisih dari berat
antara kedua penimbangan tersebut yang menunjukkan besarnya transpirasi pada
tumbuhan tersebut. Selain dengan cara menimbang daunnya, metode
penimbangan juga dapat dilakukan dengan cara menimbang uap air yang
terkumpul. Caranya yaitu dengan membungkus daun dengan plastik selama
jangka waktu tertentu. Kemudian uap air yang terkumpul ditimbang. Berat uap air
yang terkumpul itulah yang menunjukkan besarnya proses transpirasi (Guritno &
Sitompul, 1995).
Transpirasi juga menjadi salah satu proses yang dapat membahayakan bagi
tumbuhan itu sendiri apabila air yang dikeluarkan melalui transpirasi tidak
sebanding dengan air yang diserap oleh akar. Hal tersebut dapat menyebabkan
tumbuhan kekurangan cairan di dalam tubuhnya. Apabila kondisi tersebut
melampaui batas minimumnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu,
transpirasi juga memerlukan energi yang tidak sedikit karena kondisi tersebut
memaksa tumbuhan untuk terus mengadakan penyerapan. Kegiatan transpirasi
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yaitu mengenai jumlah dan struktur pada daun tumbuhan tersebut.
Sedangkan faktor eksternalnya yaitu dapat berupa suhu, kelembaban, pH, dan lain
sebagainya (Salisbury, 1995).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum transpirasi pada tumbuhan yaitu :


1. Untuk mengetahui kecepatan transpirasi.
2. Untuk mengetahui jumlah air yang diuapkan, persatuan luas daun dalam
waktu tertentu.
II. TELAAH PUSTAKA

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap


melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1)
transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air
berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan
pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen
atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu,
sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya
gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di
bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh
teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air
dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui
proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk
melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin
(Sitompul, 1995).
Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung
sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman yang sedang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih
banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air
tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara.
Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem
secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya
sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada
makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi
karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar
adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-
daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Lakitan,
2007).
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga
meningkat (Dartius, 1991). Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga
disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar
sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan
potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah
bahan yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka
potensi yang terjadi pada sel semakin rendah (Heddy, 1990).
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju transpirasi
menurut Kimball (1983) antara lain:
1. Cahaya, tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap
cahaya dibandingkan dalam gelap.
2. Suhu, tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi.
3. Kelembaban, laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara
sekitar tumbuhan
4. Angin, adanya angin lembut juga meningkatkan laju transpirasi.
5. Air tanah, tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika
kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh air segar dari tanah.
III. MATERI DAN METODE

A. Metode
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah erlenmeyer, botol bekas
330 ml, timbangan analitk, gunting, penggaris, label, kapas, dan plastik wrop.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ranting pohon
Putranjiva roxburghii, dan air.

B. Metode
Cara kerja pada praktikum kali ini :

Alat dan
bahan
disiapkan

Air Ranting ditutup


dituangkan dengan kapas &
ke dalam plastik wrap lalu
botol di timbang

Botol
Dipotong ditimbang
persegi lagi
1x1 cm,
dan
Daun
ditimbang
dilepas
dari
rantingnya
.
Ditimbang
.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1.1. Data Pengukuran Kelompok 3


Berat Tanaman Luas Tanaman
Perlakuan Sebelum diberi Setelah diberi LB
A (gr) B (gr)
perlakuan perlakuan (cm2)
Tempat gelap 261,06 261,92 2,34 10 0,14
Cahaya 240,87 239,17 5,65 10 0,12
Angin 248,66 248,08 2,22 10 0,13

Tabel 4.1.2. Laju Transpirasi Daun (ml/cm2 /jam)


Ulangan
Perlakuan
1 2 3 4
Tempat gelap 0,00036 0,0022 0,0020 0,0015
Cahaya 0,0013 0,0031 0,0036 0,0065
Angin 0,0032 0,00057 0,0033 0,0008

Perhitungan:

1. Perhitungan Luas Daun Awal


A × LB 2,34 ×10
a. LA gelap = B
= = 170,76 cm2
0,13
A × LB 5,65×10
b. LA terang = B
= = 470,83 cm2
0,12
A × LB 2,22×10
c. LA angin = B
= = 170,66 cm2
0,13

2. Perhitungan Selisih Bobot Tanaman


a. ∆𝑽 gelap = berat awal – berat akhir
=261,06 – 260,92
= 0,14 gram
b. ∆𝑽 terang = berat awal – berat akhir
= 240,87 – 239,17
= 1,7 gram
c. ∆𝑽 angin = berat awal – berat akhir
= 248,66 – 248,08
= 0,58 gram
3. Perhitungan Laju Transpirasi Tanaman
Rumus Laju Transpirasi
∆𝑉
D =
LA

∆𝑉
a. D gelap =
LA
0,14
=
167,14

= 0,0020 ml/cm2 /jam


∆𝑉
b. D terang =
LA
1,7
=
470,83

= 0,0036 ml/cm2 /jam


∆𝑉
c. D angin =
LA
0,56
=
170,76

= 0,033 ml/cm2 /jam


0.016
0.014
0.012
Laju Transpirasi

0.01
Kelompok 4
0.008
Kelompok 3
0.006
Kelompok 2
0.004
Kelompok 1
0.002
0
Gelap Terang Angin
Perlakuan

Grafik 4.1.1. Laju Transfirasi (ml/cm2 /jam)


Gambar 4.1.1. Tanaman Sebelum diberi Perlakuan

Gambar 4.1.2. Tanaman setelah diletakkan di tempat terang

Gambar 4.1.3. Tanaman setelah diletakkan di tempat gelap


Gambar 4.1.4. Tanaman setelah diletakkan di depan kipas angin
B. Pembahasan

Menurut Llarena (2015), transpirasi merupakan proses fisiologi penting


yang membuat tanaman tetap sehat. Transpirasi mentransport air dan berbagai
macam mineral dari tanah ke tumbuhan, beberapa pengaruh mikro yang
berpengaruh antara lain radiasi matahari, angin, defisiensi penguapan tanaman,
komposisi air tanah, hujan dan temperatur. Transpirasi merupakan proses
pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang menjadi uap air ke Atmosfer
(Desborough,1997).
Proses transpirasi dimulai dari absorbsi air tanah oleh akar tanaman
yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan
(transpired) sebagai uap air ke atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor
karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya tanaman.
Faktor-faktor lain yang berperan penting adalah rata laju transpirasi, intensitas
cahaya, angin, kelembaban, dan temperatur. Transpirasi merupakann proses
pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang menjadi uap air ke atmosfir.
Dimulai dari absorbsi air, kemudian ditransportasikan ke bagian-bagian
fotosintesis.Perbedaan tanaman menentukan laju transpirasinya. Transpirasi itu
sendiri ditentukan dengan perilaku membuka dan menutupnya tanaman. Laju
transpirasi tanaman bervariasi dengan karakter vegetasi, karakter tanah,
lingkungan dan budidaya tanaman (Prijono & Teguh, 2016). Laju transpirasi
setiap tanaman berbeda, tergantung karakter tanaman dan stomata nya (Rajapakse
& Kelly, 1993). Transpirasi setiap tumbuhan di kontrol oleh perilaku menutup dan
membukanya stomata. Terdapat hubungan yang linear antara lebar stomata
dengan conductance stomata dan laju transpirasi yaitu semakin lebar stomata
maka conductance stomata dan laju transpirasi tanaman semakin tinggi (Putra et
al.,2012).
Transpirasi pada tumbuhan tidak hanya melibatkan air yang terisolasi di
dalam tanah saja,melainkan berasal dari siklus air bersumber dari air sungan,dan
sumber lainya yang bergerak mengikuti laju prespitasi infiltrasi. Air pada
transpirasi tumbuhan dipasok oleh satu reservoir dibawah permukaan tanah yang
tercampur dengan baik .Hal tersebut dapat di ukur dari perbandingan penggunaan
air tanah dan air dari perairan mengalir dalam proses tranpirasi (Evaristo et al.,
2015).
Praktikum transpirasi tumbuhan, dibuat 3 perlakuan, perlakuan
diletakkan di tempat terang, ditempat gelap, dan didepan kipas angin. Berdasarkan
hasil pengamatan, laju transpirasi terbesar terdapat pada perlakuan diberi aliran
udara melalui udara. Angin membawa udara dekat kedaun dan membuat lapisan
pembatas daun menjadi tipis, mengakibatkan laju lebiih cepat disbanding yang
lain. Laju transpirasi terbesar kedua adalah pada saat dekat dengan sinar, Tingkat
cahaya yang tinggi mengakibatkan kemampuan stomata membuka lebih besar air
yang keluar lebih banyak, akibatnya laju transpirasi bertambah cepat (Lakitan,
2007).
Pendekatan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan hasil pengukuran dimensi tumbuh tanaman meliputi diameter,
tinggi dan jumlah daun tanaman. Hal ini dengan pertimbangan bahwa
pertambahan dimensi pada tanaman merupakan proyeksi dari optimalisasi proses
metabolisme dalam tubuh tanaman seperti fotosintesis, transpirasi, respirasi dan
proses metabolisme lainnya (Salisbury & Ross 1992).
Praktikum transpirasi tumbuhan dibuat tiga perlakuan, ditempatkan di
tempat yang dekat sumber cahaya, di letakkan dekat kipas aangin, dan diletakan
ditempat gelap. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 3, hasil laju transpirasi
yang tercatat paling banyak adalah diletakaan di dekat sumber cahaya, yaitu
sebanyak 0,0036 ml/cm2 /jam terbanyak kedua adalah diletakan dekat kipas angin
yaitu 0,0033 ml/cm27 /jam, dan yang paling sedikit adalah diruang gelap yaitu
0,0020 ml/cm2 /jam. Hasil praktikum tersebut telah dengan pustaka, menurut
Kimb all (2000), angin dapat menurunkan suhu permukaan daun, pada saat suhu
daun menurun, cenderung menurunkan laju transpirasi karena stomata cenderung
menutup. Disebutkan pula, seharusnya perlakuan didekat cahaya jauh lebih
banyak laju transpirasinya daripada perlakuan ditempat gelap. Cahaya akan
merangsang stomata untuk membuka dan melakukan transpirasi secara spontan,
sedangkan pada kondisi gelap, tanaman normalnya akan menutup stomata.
Radiasi matahari. Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan
untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk
transpirasi. Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk
menyimpan air, yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar. Kelembaban
relative, makin besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang berarti
tuntutan atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan relatif. Angin,
transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara
(angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di
dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari
daun juga meningkat (Khairunnisa,2000). Hal ini adalah suatu reaksi bersambung
antara faktor-faktor lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi tumbuhan menurut
Salisbury & Rose (1995) dan Lovesless (1991) antara lain :
1. Faktor Eksternal :
a. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka
laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di
dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
b. Suhu
Kenaikan suhu cenderung untuk meningkatkan penguapan air. Dalam hal ini
akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis
mempengaruhi pembukaan stomata. Selain temperatur, curah hujan juga
mempengaruhi laju transpirasi, semakin tinggi curah hujan maka laju
transpirasi juga akan semakin tinggi (Zeppel et al.,2008).
c. Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi
dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap
buka-tutupnya stomata.
d. Angin
Angin mempunyai pengaruh situasional yang cenderung saling bertentangan
terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga
angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, namun jika angin
menyapu air daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan
menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
e. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi
air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada
penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun
sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya.
Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar,
gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung
untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi
lebih lanjut (Kimball, 2000).
2. Faktor Internal :
a. Struktur Daun
Struktur daun akan menentukan banyak sedikitnya air yang menguap, apabila
daun memiliki kitin, maka transpirasi daun jauh lebih sedikit daripada daun
yang tidak memiliki lapisan tersebut, lapisan kitin akan membatasi penguapan
karena sifatnya yang anti-air.
b. Lebar daun
Lebar daun menentukan banyak sedikitnya transpirasi. Daun yang lebar akan
mengalami transpirasi. Kuantitas air yang menguap tergantung pada letak
hidupnya, daun-daun lebar dihutan yang hidup dibawah kanopi hutan hujan
tropis cenderung banyak melakukan transpirasi karena tidak terkena cahaya
dan mengatur kadar homeostasis tubuhnya.
c. Stomata (Menutup-membuka, distribusi, tipe-tipe stomata)
Stomata atau mulut daun memiliki peranan vital dalam transpirasi tumbuhan,
stomata yang menutup akan membuat uap air susah keluar sehingga
meminimalisir penguapan, distribusi stomata juga akan mempengaruhi laju
transpirasi, apabila stomata terlalu banyak maka kinerja stomata tidak akan
bekerja maksimal.
d. Banyak sedikitnya daun.
Tumbuhan berdaun banyak cenderung memiliki laju transpirasi yang tinggi,
diasumsikan setiap daun memiliki stomata.
Tumbuhan memiliki respon fisiologis yang berbeda, menurut
Campbell et al., (2004). Tumbuhan terbagi menjadi beberapa daerah
pertumbuhan, tumbuhan yang hidup pada daerah tandus akan membuat struktur
dinding tanaman tebal, dan mampu menyimpan air. Kaktus merupakan tanaman
yang memiliki toleran tinggi terhadap panas. Daerah yang memiliki kadar garam
tinggi akan memiliki struktur akar yang berbeda dengan tanaman hutan hujan
tropis. Kebanyakan tanaman merespon cahaya untuk melakukan fotosintesis, pada
saat melakukan fotosintesis menggunakan cahaya, stomata akan membuka dan
memberikan kesempatan air untuk keluar dari tubuh daun. Anomali tanaman yang
membutuhkan cahaya namun diletakan ditempat gelap akan mengakibatkan suatu
pemanjangan tanaman diatas batas wajar yang disebut etiolasi. Banyak tanaman
yang mengubah respon fisologisnya untuk mempertahankan kehidupanya
(Dwijoseputro, 1989).
Evaporasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa
menguapnya air dari permukaan air, tanah,dan bentuk permukaan bukan dari
vegetasi lainnya.Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari
permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air (Lakitan,
1994). Sedangkan menurut Manan dan Suhardianto (1999), evaporasi
(penguapan) adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada di bumi bila
terjadi proses evaporasi akan hilang ke atmosfer menjadi uap air. Evaporasi dapat
terjadi dari permukaan air bebas seperti bejana berisi air, kolam, waduk, sungai
ataupun laut. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda yang mengandung air,
lahan yang gundul atau pasir yang basah. Pada lahan yang basah, evaporasi
mengakibatkan tanah menjadi kering dan dapat memengaruhi tanaman yang
berada di tanah itu. Evaporasi merupakan proses penambahan konsentrasi suatu
zat tertentu melalui proses perubahan molekul dari zat campurannya (zat cair
menjadi molekul uap/gas), intinya adalah evaporasi merupakan proses penguapan.
Mengetahui banyaknya air yang dievaporasi dari tanah adalah penting dalam
usaha mencegah tanaman mengalami kekeringan dengan mengembalikan
sejumlah air yang hilang karena evaporasi. Faktor meteorologi yang memengaruhi
evaporasi adalah radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara dan angin
(Manan dan Suhardianto, 1999). Evaporasi terjadi dibawah disequilibirium
menghasilkan energi kinetik yang kuat. Transpirasi salah satu penyumbang
terbesar dari evaporasi terestrial (Evaristo et al., 2015). Jenis vegetasi yang
berbeda mempunyai model tajuk yang berbeda pula, hal tersebut berpengaruh
terhadap perbedaan lolos tajuk dan prosentase naungan sehingga mempengaruhi
laju evaporasi dan transpirasi.
Perbedaan antara transpirasi dengan evaporasi adalah : pada tranpirasi
1). proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi 2.) diatur bukaan stomata 3.)
diatur beberapa macam tekanan 4.) terjadi di jaringan hidup 5.) permukaan sel
basah, pada evaporasi 1.) proses fisika murni 2.) tidak diatur bukaan stomata 3.)
Diatur oleh tekanan 4.) Terjadi jaringan hidup 5.) Permukaan sel basah. Sebagian
besar air yang diserap tanaman ditranspirasikan. Sedangkan pada evaporasi 1.)
Merupakan proses fisika murni 2.) Tidak diatur oleh stomata 3.) Tidak
dipengaruhi oleh tekanan 4.) Tidak terbatas pada jaringan hidup 5.) Permukaan
yang menjalankan menjadi kering. Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi
evapotranspirasi 1.) Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui
stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit
transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar,
lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih
sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah
tingkat cahaya dan kelembapan. 2.) Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan
ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh
yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan
stomata 3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar
evapotranspirasi. 4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman
mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan
transpirasi apabila persediaan air terbatas. 5.) Kedalaman dan proliferasi akar.
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat
tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam
meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume
tanah) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum
terjadi pelayuan permanen (Gardner, et.al., 1991).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Kecepatan transpirasi pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
eksternal seperti kelembaban, suhu, angin, cahaya, dan kandungan air dalam
tanah, serta faktor internal yaitu struktur daun, lebar daun, stomata, dan
jumlah daun pada tumbuhan tersebut.
2. Laju transpirasi yang didapatkan pada praktikum kali ini yaitu sebesar 0,0020
ml/cm2 /jam pada daun yang diletakkan di tempat gelap, 0,0036 ml/cm2 /jam
pada daun yang diletakkan di tempat terang, dan 0,033 ml/cm2 /jam pada
daun yang diletakkan di depan kipas angin.

B. Saran

Sebaiknya timbangan analitik diperbanyak supaya tidak mengantre pada


saat akan menimbang, sehingga dapat menghemat waktu.
DAFTAR REFERENSI

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.


Campbell, Neil A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky,
P.V & Jackson, R.B. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Campbell, N.A., Reece, J.B. dan Mitchell, L.G. 2010. Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Medan :USU-Press.
Desborough, C.E. 1997. The Impact of Root Weighting on the Response of
Transpiration to Moisture Stress in Land Surface Schemes. Monthly Weather
Review, 125, pp. 1920-1930.
Dwijoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Evaristo, Jaivime., scott Jasechko dan Jeffrey J. Mc. Donnell. 2015. Global
Separation of Plant Transpirtion from groundwater and streamflow. Nature,
25, pp. 91-94.
Gardner, F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan
Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Guritno, B. & Sitompul, S. M., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:
UGM Press.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali Press.
Khairunnisa, L. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan:
Fakultas Pertanian USU.
Kimball, J.W. 2000. Biologi Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Llarena, Z. M. 2015. Comparison Between The Rate of Transpiration of Raulvolvia
serpentina In a Water Sufficient and Water Deficit Environment.
International Journal of Scientific Research and Innovative Technology,
2(10).
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: Gramedia.
Prijono, S. dan Teguh, M.S.L. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis
dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta
Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. Journal PAL,
7(1), pp. 15-24.
Putra, E.T.S., W. Zakaria, N.A.P. Abdullah dan G.B. Saleh. 2012. Stomatal
Morphology, Conductance and Transpiration of Musa sp. cv Rastali in
Relation to Magnesium, Boron, and Silicon Avaibility. American Journal of
Plant Physiology, 7(2), pp. 84-96.
Qiu, Y., B. Fu, J. Wang dan L. Chen. 2001. Spatial variability of soil moisture
content and its relation to environmental indices in a semi-arid gully
catchment of the Loess Plateau, China. Journal of Arid Environments, 49, pp.
723–750.
Rajapakse, N.C. dan J.W. Kelly. 1993. Spectral Filters Influence Transpirational
Water Loss in Chrysanthemum. Hortscience, 28(10), pp. 999–1001.
Salisburry & Rose. 1995. Fsiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Setiawan. 2013. Pengaruh Cekaman Kurang Air Terhadap Beberapa Karakter
Fisiologis Tanaman Nilam (Pogostemon cablin. Benth). Jurnal Littri.
19(3):108 – 116.
Soedirokoesomo, W. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Erlangga.
Suyitno, Suryani, D., Ratnawati. 2003. Stomate Response And Transpiration Rate Of
Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq. Leaf According To Leaf Development
Levels And Distance Ranges From Sulphur Gases Source Sikidang Cauldron
Dieng Plateau. Yogyakarta : Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Tjitrosomo, H. S., 1998. Botani Umum. Yogyakarta: UGM Press.
Wilkins, M. B., 1989. Fisologi Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.
Zeppel, M.J.B., C.M.O.Macinnis-Ng, I.A.M. Yunusa, R.J.Whitley dan D.Eamus.
2008. Long term trends of stand transpiration in a Remnant forest during wet
and dry years. Journal of Hydrology, 349, pp. 200– 213.

Anda mungkin juga menyukai