Anda di halaman 1dari 3

Ketersedian P dalam tanah merupakan P tang ada di dalam tanah larutan tanah sehingga ia dapat

diserap oleh tanah. Fosfor merupakan salah satu unsur hara bagi tanaman, karena dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak dan bersifat esensial. Sangat penting dan tidak dapat digantikan. Fosfor menjadi
masalah karena ketersediaannya yang rendah (Indranada, 1994).

Fosfor terjadi diddalam tanah berubah menurut waktu, beberapa mineral fosfor diubah menjadi fosfor
oragnik. Konsentrasi yang sangat rendah dalam larutan tanah pada setiap waktu tertentu berarti bahwa
pencucian memindahkan sedikit fosfor dari tanah (Tan. H. Kim, 1998).

Penetapan P mempunyai dua tahap yaitu persiapan larutan ekstrasi P dan penguji kandungan P dalam
larutan. Pemilih metode ini tergantung pada konsentrasi P dalam larutan dan khususnya asam
digunakan dala pengujian analitik (Kuswandi, 1993).

han organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah
mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik
hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada
di dalamnya (Madjid, 2007).

Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor
yang mempengaruhi bahan organik ialah proses terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu:

· Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga,
dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawahserta
di inkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik tanah, tetapi sumber bahan
organik dari seluruh makhluk hidup (Hakim et al., 1986)

· Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah binatang menyumbangkan pula bahan
organiknya. Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda pula pengaruh yang
disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan
organik tersebut (Hakim et al., 1986)

Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C)
bahan organik bervariasi antara 45 sampai 60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x
1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan
humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik
pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan.
Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan
kandungan C-organik (Foth, 1984).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju
proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi
faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, kadar lignin dan
ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai
oksigen, serta reaksi tanah dan ketersediaan hara (Hanafiah, 2010).

Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa organik setiap tahun ke tanah ditingkatkan, disini terjadi
suatu peningkatan dalam kandungan bahan organik total. Dengan meningkatnya curah hujan dan diiringi
meningkatnya produksi bahan organik setiap tahun, terjadi suatu peningkatan kandungan bahan organik
tanah. Penyebab umum adalah laju peningkatan kegiatan mikrobia dan perombakan bahan organik
dengan meningkatnya temperature (Foth, 1988).

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari
tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung menjaga menaikkan kondisi fisik yang
diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi
fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Umumnya banyak hal-hal menarik
dalam mengelola bahan organik agar tanah lebih produktif (Foth, 1988)

Indranada. 1994. Pengelolaan kesuburan tanah. Bumi Aksara. Jakarta.

Kuswandi. 1993. Pengapuran tanah pertanian.kenisius. Yogyakarta.

Tan, H. K. 1998. Dasar-dasar ilmu kimia tanah. Univesitas gajah mada. Yogyakarta.

Buckman, H. O. dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhatara Karya Angkasa.

Foth, D Henry, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada University.

Foth, D Henry, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada University.


Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go Bang Hong, H. H. Bailey,
1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Hanafiah, 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT.Rajagra Findo Persada.

Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Palembang: Universitas Sri wijaya..

Anda mungkin juga menyukai