Oleh
ARIF SAHATA HASIBUAN
NIM. 1503015007
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
ANALISIS KANDUNGAN N-TOTAL DAN pH TANAH YANG
DITANAMI LEGUMINOSAE COVER CROPS (LCC) PADA
UMUR TANAM SERTA DOSIS PENGAPURAN BERBEDA
Oleh
ARIF SAHATA HASIBUAN
NIM. 1503015007
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
ii
ANALISIS KANDUNGAN N-TOTAL DAN pH TANAH YANG
DITANAMI LEGUMINOSAE COVER CROPS (LCC) PADA
UMUR TANAM SERTA DOSIS PENGAPURAN BERBEDA
Oleh
ARIF SAHATA HASIBUAN
NIM. 1503015007
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
iii
Judul Skripsi : Analisis Kandungan N-Total dan pH Tanah yang
ditanami
Leguminosae Cover Crops (LCC) pada Umur Tanam
Serta Dosis Pengapuran Berbeda
Nama Mahasiswa : Arif Sahata Hasibuan
NIM : 1503015007
Jurusan : Agroekoteknologi
Program Studi : Agroekoteknologi
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Dekan
iv
Penyerahan Skripsi Tanggal :
v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN
Materai
Arif Sahata Hasibuan
NIM: 1503015007
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
vii
ABSTRACT
viii
ABSTRAK
ix
RIWAYAT HIDUP
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Demi pena dan apa yang telah tertuliskan, sesungguhnya setiap kata yang
tertorehkan di atas kertas dalam karya kecil penulis ini merupakan wujud kasih
sayang dan pertolongan Allah kepada hambanya. Jika bukan karena pertolongan
Allah, maka tidak mungkin penulis bisa melakukan apapun. Penulis ingin
mengucapkan terimakasih dan doa, serta mempersembahkannya kepada:
1. Kedua Orang Tua
Setiap kata yang tertuliskan dalam karya ini merupakan hasil dari sebuah doa
kecil yang terlontar dari jiwa kedua orang yang tersayang. Terimakasih Bapak
dan Ibu, semoga Allah senantiasa menjaga kalian, memberikan kalian
kesehatan dan menjadikan setiap cucuran keringat, kasih sayang serta semua
kebaikan ibu maupun bapak selama ini menjadi sebab turunnya Ridho Allah.
2. Dosen Pembimbing
Setiap kalimat yang mengandung untaian kata yang tepat pada setiap pokok
bahasan karya kecil ini, merupakan bentuk getaran kritik dan saran dari kedua
pembimbing yang telah sabar menuntun penulis selama ini. Terimakasih untuk
kedua dosen pembimbing saya, semoga Allah senantiasa menjaga dan
menjadikan setiap ilmu yang kalian sampaikan sebagai amal yang tidak pernah
putus hingga maut tiba pada orang-orang yang menerimanya.
3. Saudara/I Penulis
Teruntuk saudara/i penulis (Abang Eriga, Adik Nina, Suci, Cinta dan Citra),
terimakasih atas doa dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan memberikan kesehatan pada kalian.
4. Teman-teman
Kepada teman-teman semuanya yang tidak mungkin dapat kusebutkan satu
persatu. Terimakasih atas kebaikan-kebaikan yang telah kalian berikan selama
ini. Allah tentunya mengetahui kebaikan-kebaikan kalian tersebut meskipun
tersembunyi di dalam laut yang terdalam sekalipun. Semoga setiap kebaikan
kalian tersebut menjadi pahala yang berlipat, dan menjadikannya sebaik-
baiknya amal.
xi
xii
KATA PENGANTAR
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................
xi
DAFTAR ISI............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………...
xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN...................................................................................
1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah...............................................................................
3
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
4
A. Tanah.......................................................................................................
4
B. Kemasaman Tanah (pH)....................................................................... 5
C. Nitrogen (N)........................................................................................... 5
D. Analisis Tanah........................................................................................
7
E. Tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC)........................................
8
F. Bakteri Rhizobium Sp............................................................................
12
xiv
G. Pengapuran.............................................................................................
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS..................................
15
A. Kerangka Pemikiran..............................................................................
15
B. Hipotesis..................................................................................................
16
IV. METODELOGI PENELITIAN............................................................
17
A. Waktu dan Tempat................................................................................. 17
B. Alat dan Bahan....................................................................................... 17
C. Rancangan Percobaan............................................................................
17
D. Prosedur Penelitian................................................................................
17
E. Metode Analisis.....................................................................................
23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................
24
A. Hasil……………………………………………………………….
24
B. Pembahasan............................................................................................
26
VI. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................
32
A. Kesimpulan.............................................................................................
32
B. Saran........................................................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
33
xv
LAMPIRAN................................................................................................
36
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Analisis Kandungan N-Total dan
pH Tanah yang Ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) pada
Umur Tanam Serta Dosis Pengapuran Berbeda......................................
16
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xix
15. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag..........................................
55
16. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag..................................
56
17. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari tanpa Pengapuran.....................................................................
57
18. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag…...............................
58
19. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag...................................
59
xx
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu penunjang kehidupan semua makhluk
hidup yang ada di permukaan bumi. Karakter dan morfologi tanah pada
beberapa lahan memiliki perbedaan. Perbedaan karakter dan morfologi tanah
umumnya menggambarkan status kesuburan tanah pada lahan tersebut. Al-
Quran sebagai kitab keagamaan, banyak memuat berbagai isyarat-isyarat
penting berkaitan mengenai dasar-dasar ilmu pengetahuan. Al-Quran
menerangkan terkait tanah subur yang letaknya lebih tinggi dari permukaan
air. Firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 265 yang artinya:
”dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha melihat
apa yang kamu perbuat”.
Tanaman tumbuh dengan baik di dataran tinggi karena hawa dingin
yang tidak mematikan, dan angin yang berhembus lembut. Secara logika
maupun ilmiah hal tersebut dapat dihubungkan dengan beberapa hal seperti
peredaran udara yang baik, pergerakan akar, dan kesuburan tanah. Berbicara
mengenai kesuburan tanah, maka sangat erat kaitannya dengan ketersedian
unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman.
Unsur hara yang berfungsi sebagai penyusun tubuh tanaman umumnya
diketahui terdiri dari Karbon, Hidrogen, Oksigen, dan Nitrogen. Beberapa
sumber yang ada mengatakan bahwa ketiga unsur pertama di atas (Karbon,
Hidrogen, Oksigen) tersedia dalam bentuk Karbondioksida (CO₂), air (H₂O),
dan Oksigen (O₂). Sementara unsur Nitrogen yang berperan dalam proses
pembentukan senyawa protein tersedia sekitar 80% di udara, namun
ketersedian-nya yang begitu besar tidak dapat dimanfaatkan secara langsung
oleh tanaman.
2
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menentukan
permasalahan yang timbul pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda pada tanaman
Leguminosae Cover Crops (LCC) berpengaruh terhadap tingkat
kemasaman (pH) tanah?
2. Apakah umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda pada tanaman
Leguminosae Cover Crops (LCC) berpengaruh terhadap kandungan
Nitrogen Total tanah tingkat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda
pada tanaman Leguminosae Cover Crops (LCC) terhadap tingkat
kemasaman (pH) tanah.
2. Mengetahui pengaruh umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda
pada tanaman Leguminosae Cover Crops (LCC) terhadap kandungan
Nitrogen Total tanah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dicapai dari penelitian ini adalah sebagai sumber
informasi ilmiah, khususnya yang berkaitan dengan pH dan kandungan
Nitrogen Total tanah yang ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) pada
umur tanam serta dosis pengapuran berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari massa
padat, cair, dan gas yang terdapat dipermukaan bumi, berasal dari hasil
pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik [28].
Menurut Brady [3], tanah merupakan suatu tubuh alam atau gabungan
tubuh alam yang merupakan paduan antara gaya perusakan dan pembangunan.
Pelapukan dan pembusukan bahan organik merupakan contoh proses
perusakan, sedangkan pembentukan mineral baru seperti lempung tertentu
serta lapisan-lapisan yang khusus merupakan contoh dari proses
pembangunan. Gaya atau kegiatan tersebut menyebabkan bahan-bahan di
alam membentuk tanah.
Tanah terbentuk dari beberapa faktor alam dan manusia yang disebut
sebagai faktor pembentuk tanah. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut
adalah bahan induk, iklim, relief atau topografi, vegetasi dan organisme,
manusia, dan waktu [28].
Tanah berperan penting dalam mendukung kehidupan tumbuhan
dengan menyediakan unsur hara, air dan sebagai penopang akar. Tanah
memiliki berbagai unsur hara atau partikel yang sangat berperan penting bagi
kelangsungan hidup tanaman, seperti kandungan bahan organik [27].
Tanah umumnya mengandung 13 dari 16 unsur hara esensial yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara esensial tersebut harus
terus-menerus tersedia dalam takaran yang seimbang. Namun, hal ini tidak
selalu terjadi pada semua jenis tanah. Tanah yang tidak dapat memenuhi
tujuan tersebut dikatakan sebagai tanah tidak subur dan sebaliknya [7].
Umumnya, sebagian besar wilayah Pulau Kalimantan diketahui
memiliki tingkat kemasaman tanah (pH) yang rendah. Menurut Subagyo et al
(34), bahwa variasi iklim maupun curah hujan yang relatif tinggi merupakan
salah satu penyebab pH tanah menjadi rendah. Curah hujan yang tinggi
menyebabkan tingkat pencucian kation basa di dalam tanah menjadi cukup
intensif, sehingga menyebabkan tingkat kemasaman tanah menjadi rendah.
5
C. Nitrogen (N).
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial bagi tanaman [8].
Sumber Nitrogen dalam tanah dapat berasal dari bahan organik, fiksasi
6
Nitrogen dari udara, pupuk, serta air hujan. Nitrogen berfungsi untuk
memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dan pembentukan protein.
Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk seperti Protein
(Bahan Organik), Senyawa-senyawa amino (glutamate, aspartate, glisin,
alanine, serine, artinin, dan treonin), Amonium (NH₄⁺), dan Nitrat (NO₃⁻).
Tanaman menyerap Nitrogen dalam bentuk Amonium (NH₄⁺), dan Nitrat
(NO₃⁻). Hilangnya Nitrogen dari tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal,
yakni sebagai berikut [9].
1. Digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme.
2. N dalam bentuk NH₄⁺ dapat diikat oleh mineral liat jenis illit sehingga
tidak dapat digunakan oleh tanaman.
3. N dalam bentuk NO₃⁻ (Nitrat) mudah dicuci oleh air hujan (leaching).
4. Proses denitrifikasi.
Yaitu proses reduksi Nitrat (NO₃⁻) menjadi N₂ gas, dapat terjadi korelasi:
a. Oleh mikroorganisme
b. Proses reduksi kimia (terjadi setelah terbentuk Nitrit).
Tabel 2. Kriteria Penilaian Status Hara (Nitrogen Tanah)
Sangat Sangat
Nitrogen Rendah Rendah Sedang Tinggi
Tinggi
(%)
< 0,1 0,1 – 0,2 0,21 – 0,5 0,51 – 0,75 > 0,75
Sumber: Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT) Bogor (2009).
D. Analisis Tanah
Analisis tanah merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui status hara dalam menilai kesuburan tanah, yang mempunyai
konsep bahwa tanaman akan respon terhadap pemupukan bila kadar hara
tersebut kurang atau jumlah yang tersedia tidak cukup untuk pertumbuhan
yang optimal, sehingga dari analisa ini akan diperoleh rekomendasi
pemupukan [1]
Menurut Sutedjo et al [33], analisa tanah bertujuan untuk
mengungkapkan khuluk (nature) tanah, sifat-sifat (properties) tanah, dan
tabiat atau perilaku (behaviour) tanah.
Analisa tanah merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
memberikan gambaran terkait status unsur hara dalam tanah (sangat rendah,
rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi), keracunan tanah, menentukan kadar
kritis unsur hara, dan membuat rekomendasi pupuk. Metode analisis tanah
secara singkat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pengambilan contoh
tanah, ekstraksi dengan bahan kimia, dan pengukuran kadar unsur hara [21].
8
1. Mucuna Bracteata.
a. Botani
Tanaman ini termasuk satu dari beberapa tanaman kacang-
kacangan yang ditemukan pertama kali di India Utara, tepatnya di
kawasan hutan negara bagian Tripura. Awalnya, Mucuna bracteata
ditanam untuk keperluan tanaman pakan hijau [15].
Menurut Germplasm Resources Information – Network Amerika
dalam Harahap et al [10], nama latin dari kacangan ini adalah Mucuna
bracteata dengan klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Faboideae
Genus : Mucuna
Species : Mucuna bracteata
b. Morfologi
1) Daun
Helaian daun berbentuk oval, satu tangkai daun terdiri dari 3
(tiga) helaian anak daun, berwarna hijau, muncul disetiap ruas batang.
Ukuran daun dewasa (trifolat) dapat mencapai 15 x 10 cm. Helain
daun akan menutup apabila suhu lingkungan tinggi (termonasti),
sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan.
2) Batang
Tumbuh menjalar, merambat/membelit/memanjat, berwarna
hijau muda sampai hijau kecoklatan. Batang ini memiliki diameter 0,4
– 1,5 cm berbentuk bulat berbuku dengan panjang buku 25 – 34 cm,
tidak berbulu, terkturnya cukup lunak, lentur, mengandung banyak
serat dan berair. Apabila batang dipotong maka mengeluarkan
berwarna putih dan berubah menjadi coklat setelah kering. Batang
yang telah tua akan mengeluarkan bintil kecil berwarna putih dan bila
bersinggungan dengan tanah maka berdiferensiasi menjadi akar baru
[25].
3) Akar
Menurut Yusuf [37], Mucuna bracteata memiliki sistem
perakaran tunggang sebagai mana kacangan lain, berwarna putih
kecoklatan, tersebar di atas permukaan tanah. Tanaman ini juga
memiliki bintil akar yang menandakan adanya simbiosis mutualisme
antara tanaman dengan bakteri Rhizobium sehingga dapat memfiksasi
Nitrogen bebas menjadi Nitrogen yang tersedia bagi tanaman.
11
4) Bunga
Bunga berbentuk tandan menyerupai rangkaian bunga anggur
dengan panjang 20 – 35 cm terdiri dari tangkai bunga 15 – 20 tangkai
dengan 3 buah bunga setiap tangkainya. Bunga monoceus ini
berwarna biru terung, dengan bau sangat menyengat untuk menarik
perhatian kumbang penyerbuk.
5) Buah dan Biji
Satu rangkaian bunga yang berhasil menjadi polong biasanya
terdiri dari 4 – 15 polong, tergantung dari umur tanaman dan lingkngan
setempat termasuk perubahan musim. Polong-polong ini diselimuti
oleh bulu-bulu halus berwarna merah keemasan yang berubah warna
menjadi hitam ketika matang, bulu-bulu ini juga dapat menimbulkan
alergi dan iritasi ringan pada kulit. Polong yang berbulu ini memiliki
panjang 5 – 8 cm, lebar 1 – 2 cm, dan memiliki 2 – 5 biji untuk setiap
polongnya. Biji berwarna coklat tua sampai hitam mengkilap, dari 1
kg polong basah dapat menghasilkan 250 g biji kering dengan berat
580 biji kering/100 gram. Dari mulai munculnya bunga sampai polong
siap panen, dibutuhkan waktu sekitar 50 – 60 hari [25].
c. Syarat Tumbuh
1) Iklim
a) Ketinggian Tempat
Mucuna Bracteata tumbuh pada tanah bertekstur ringan hingga
berat dengan ketinggian 100 – 1000 mdpl.
b) Temperatur
Mucuna Bracteata menghendaki temperatur harian minimum 12⁰
C dan maksimum 23⁰ C.
c) Curah Hujan
Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan Mucuna baik
yakni berkisar antara 1000 – 2500 mm/tahun, dan 3 – 10
merupakan hari hujan setiap bulannya.
d) Kelembaban
12
G. Pengapuran.
Pengapuran merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan nilai pH tanah serta menurunkan kadar Al. Pemberian kapur
pada tanah selain meningkatkan nilai pH dan menurunkan kadar Al, juga
berguna untuk meningkatkan kadar Ca serta Kejenuhan Basa [29]. Sedangkan
menurut Saputro et al [24], kegiatan pengapuran bertujuan untuk
meningkatkan pH tanah, ketersediaan unsur hara tanaman, mengurangi
kelarutan unsur hara beracun (Fe, Al, dan Mn), memperbaiki struktur tanah,
mempercepat perkembangan akar dan jasad renik (mikroba) terutama bakteri
pengikat Nitrogen serta Nitrifikasi.
Menurut Sutarto et al [32], pH tanah yang meningkat setelah
pemberian kapur membuat kondisi lingkungan tanah menjadi lebih baik untuk
proses berlangsungnya kehidupan mikroorganisme di dalam tanah.
Pengapuran dapat memberikan hasil yang baik apabila dilakukan
dengan tepat. Keefektifan pengapuran dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya adalah jenis kapur, takaran (dosis), penempatan, distribusi, kadar
air tanah, dan tekstur tanah [31].
15
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan penutup terluar bumi yang berperan sebagai
penunjang kehidupan semua makhluk hidup. Karakter tanah dapat dilihat
berdasarkan tingkat kesuburan maupun status pH tanahnya. Kesuburan tanah
umumnya digambarkan sebagai ketersedian unsur hara yang melimpah. Unsur
hara yang ada pada tanah terdiri dari berbagai macam, namun yang dominan
dimanfaatkan oleh tanaman terdiri dari unsur Nitrogen (N), Fospor (P), dan
Kalium (K). Sedangkan pH tanah adalah tingkat kemasaman tanah tersebut.
Kondisi pH tanah yang ideal atau sesuai bagi tanaman dapat dicapai melalui
cara pemberian kapur apabila tingkat kemasaman tanah diketahui rendah.
Tingkat kemasaman tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan serta perkembangan semua jenis tanaman, khususnya
bagi Leguminosae.
Leguminosae merupakan tanaman suku polong-polongan yang banyak
dimanfaatkan pada kegiatan perkebunan, pertanian, peternakan, pertambangan
dan beberapa sentra lainnya. Tanaman ini terdiri dari berbagai macam jenis,
namun ditinjau dari bentuknya maka terbagi menjadi Leguminosae menjalar,
dan Leguminosae perdu. Salah satu jenis Leguminosae yang sering
dimanfaatkan adalah Mucuna Bracteata. Tanaman Leguminosae jenis ini
sering dimanfaatkan karena dinilai memiliki banyak keunggulan, di antaranya
adalah pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap naungan, dan kemampuan
fiksasi Nitrogen yang tinggi. Proses fiksasi ini melibatkan simbiosis antara
tanaman Leguminosae dengan bakteri Rhizobium. Proses fiksasi Nitrogen dari
udara oleh tanaman Leguminosae tidak serta merta langsung terjadi setelah
tanaman tumbuh, melainkan perlu melalui serangkaian proses dan waktu yang
cukup panjang. Keberadaan bakteri Rhizobium ditandai dengan terbentuknya
nodul (bintil) pada rambut akar tanaman Leguminosae. Seiring dengan
berjalannya waktu dalam proses pembentukan bintil-bintil akar, memberikan
dampak terhadap kemampuan tanaman Leguminosae yang bersimbiosis
dengan bakteri Rhizobium dalam mengikat Nitrogen dari udara.
17
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial (RAL) dengan dua faktor yaitu umur tanam dan dosis kapur dolomit.
Faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan yaitu umur tanam 30 (a1), 60 (a2), dan
90 Hari (a3). Sedangkan untuk faktor kedua terdiri dari 3 perlakuan yaitu
tanpa diberi kapur dolomit (b0), diberi kapur dolomit sebanyak 10 ton/ha (b1),
dan diberi kapur dolomit sebanyak 20 ton/ha (b2). Kedua faktor perlakuan
dikombinasikan dan diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 36 satuan
percobaan. Gambar tata letak polybag sampel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Lampiran 1.
D. Prosedur Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
Secara administratif lokasi penelitian terletak di wilayah Kelurahan
Bantuas, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
19
Waktu yang ditempuh dari Kota Samarinda menuju lokasi penelitian adalah
sekitar ± 1 jam, melewati akses jalan poros Samarinda-Sangasanga dengan
kecepatan kendaraan rata-rata 60 – 80 Km/Jam.
Secara geografis lokasi penelitian berada pada titik koordinat
00⁰39.056’ Lintang Selatan, 117⁰13.468’ Bujur Timur, dengan keadaan
topografi lahan di sekitarnya yakni datar dan berbukit. Sebagian besar lahan
yang ada di sekitar lokasi penelitian umumnya dimanfaatkan sebagai sentra
usaha pertambangan batubara, pertanian ladang dan perkebunan.
10.000 kg x
=
2.940.000 kg 10 kg
x
0,0034 kg=
10 kg
¿ 0,0034 kg .10 kg
¿ 0,034 kg atau 34 gram/polybag kapur dolomit
b. Konversi dosis kapur dolomit 20 ton/ha menjadi gram/polybag.
Diketahui:
BD = 1.47 g/cm3
20 ton = 20.000 kg
1 kg = 1.000 gram
1 ha tanah = 2.000.000 x BD
= 2.000.000 x 1.47
= 2.940.000 Kg
Berat tanah dalam 1 polybag = 10 kg, maka jumlah kapur yang dibutuhkan
adalah
20.000 kg x
=
2.940.000 kg 10 kg
x
0,0068 kg=
10 kg
¿ 0,0068 kg . 10 kg
¿ 0,068 kg atau 68 gram/polybag kapur dolomit
4. Persiapan Benih
Persiapan benih meliputi beberapa tahapan yakni pengupasan kulit
benih, sebelum persemaian dilakukan maka terlebih dahulu lapisan kulit benih
(Spermodermis) Mucuna Bracteata dikupas sedikit menggunakan silet agar air
mudah diserap oleh benih. Setelah itu benih direndam ke dalam larutan
fungisida dengan konsentrasi 0,5 % selama ± 15 menit.
5. Persemaian
a. Setelah benih Mucuna Bracteata direndam menggunakan larutan fungisida
selama ± 15 menit, benih kemudian diletakkan pada kain basah dan
21
6. Pembuatan Ajir
Pembuatan ajir dilakuan sebelum benih ditanam pada polybag.
Pembuatan lanjaran atau ajir menggunakan bahan dari kayu dan bambu untuk
tempat merambatnya Mucuna bracteata dengan ketinggian ± 1 m. Pembuatan
lanjaran ini bertujuan untuk mencegah bagian tanaman yang tumbuh
merambat tidak menyentuh tanah, sehingga fiksasi Nitrogen terfokus pada
media tanam polybag.
7. Penanaman
Setelah berumur 2 hari, benih Mucuna Bracteata (MB) yang
sebelumnya telah disemai kemudian ditanam pada masing-masing polybag
yang sudah berisi tanah sebanyak 3 benih/polybag dengan kedalaman ± 2 cm.
Sebelum ditanam, benih Mucuna Bracteata terlebih dahulu direndam ke
dalam air yang telah dicampur tanah yang mengandung bakteri Rhizobium
selama ± 5 menit. Hal ini bertujuan agar memastikan bahwa keberadaan
bakteri Rhizobium ada pada tanah sejak awal penanaman. Jarak antara polybag
adalah 50 cm, sedangkan jarak antara baris polybag yakni 100 cm.
8. Penyulaman
Setelah tanaman berumur ± 14 hari setelah tanam (HST), kemudian
dilakukan penyulaman. Sehingga dari total 3 benih Mucuna Bracteata yang
tumbuh tersebut, hanya disisakan 1 tanaman yang pertumbuhannya dinilai
sangat baik. Setelah itu, sisa bagian tanaman yang telah dicabut tersebut
dipotong menjadi bagian-bagian kecil kemudian diletakkan kembali ke dalam
22
polybag. Hal ini dilakukan agar unsur hara yang sebelumnya telah diserap
oleh tanaman tersebut diharapkan dapat kembali ke dalam tanah.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan selama penelitian berjalan, meliputi
kegiatan penyiraman yang dilakukan setiap hari (pagi dan sore) kecuali jika
hujan turun, serta penyiangan gulma. Selama waktu pemeliharaan, tidak
dilakukan pemangkasan pada bagian tubuh tanaman. Alasannya adalah
mencegah resiko adanya pengaruh pengurangan bagian tubuh tanaman
terhadap Nitrogen yang tersedia di dalam tanah.
10. Pemotongan
Pemotongan bagian tubuh tanaman Mucuna Bracteata dilakukan
sebelum pengambilan sampel tanah. Proses pemotongan ini hanya
menyisakan bagian akar dan batang yang memiliki panjang sekitar 5 cm dari
media perakaran.
(5.08 cm) dan tinggi ring 5 cm. Prosedur analisis Bulk Density adalah sebagai
berikut.
1. Timbang tanah dan silinder.
2. Keluarkan tanah dari silinder dan timbang silinder.
3. Tentukan kadar air untuk konversi terhadap kering muntlak (Kadar air sub
sampel)
4. Timbang 50 g tanah.
5. Keringkan dengan oven ± 110 C selama 24 jam.
6. Ambil tanah dari oven dan diamkan 15 menit, supaya sesuai suhu ruangan,
sebagai massa kering dan timbang tanah.
7. Perhitungan Bulk Density
Menurut Balai Penelitian Tanah [2], kegiatan analisis tanah (penetapan
N-total Tanah dan pH Tanah) terdiri dari:
a. Pengeringan
b. Penumbukan/pengayakan
c. Penyimpanan
d. Analisis Penetapan Nitrogen Tanah Metode Kjeldahl
e. Analisis pH Tanah
E. Metode Analisis
Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel Anova, F tabel,
dan DMRT (Duncan’s Multiple Range Tests) 5 %.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Analisis Sifat Kimia Tanah Awal
Hasil analisis sifat kimia tanah awal disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Analisis Tanah Awal.
No Parameter Satuan Nilai Status
1 Bulk density g/cm 3
1,47 -
2 pH - 3,16 Sangat Masam
3 Nitrogen total % 0,07 Sangat Rendah
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman
B. Pembahasan
1. Analisis Tanah Awal.
Hasil analisis tanah awal pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa,
tanah yang digunakan sebagai media tanam bagi tanaman Mucuna Bracteata
memiliki status Nitrogen Total (N-Total) sangat rendah yakni 0,07% dan pH
tanah yang sangat masam yakni sekitar 3,16. Penilaian status sifat kimia tanah
berupa pH dan Nitrogen Total tersebut berdasarkan tabel kriteria penilaian
status hara PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor tahun 2009. Rendahnya nilai
pH maupun N-total tanah diduga akibat adanya proses Leaching (pencucian)
yang intensif pada lahan lokasi pengambilan sampel tanah karena berada di
lereng bukit dengan tingkat kemiringan lahan sekitar 7 %, dimana vegetasi
yang dominan tumbuh adalah Alang-alang (Imperata Cylindrica). Menurut
Pudjiharta et al [17], tanah yang di tumbuhi alang-alang umumnya merupakan
tanah yang masam, miskin unsur hara, memiliki kandungan bahan oraganik
dengan kejenuhan Aluminium tinggi dan merupakan jenis tanah yang
terdegradasi (mengalami penurunan kesuburan).
2. Hubungan Antara pH Tanah Terhadap Jumlah Bintil Akar.
Tingkat kemasaman (pH) tanah dapat berpengaruh terhadap aktivitas
beberapa jenis bakteri yang ada di dalam tanah, salah satu diantaranya adalah
bakteri Rhizobium. Menurut Purwaningsih [18], Hardjowigeno [9], Kehidupan
bakteri Rhizobium sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kondisi fisik,
biologi, dan kondisi kimia tanah berupa unsur hara yang cukup serta pH tanah
yang sesuai. Kondisi pH tanah akan mempengaruhi perkembangan bakteri
pengikat Nitrogen dari udara. Sehingga berpengaruh terhadap jumlah bintil
akar yang terbentuk. Setijono [26] mengatakan bahwa pH optimum bagi
bakteri Rhizobium agar dapat berkembang dengan baik adalah sekitar 5,5 –
7,0. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada nilai pH tanah < 5,5 dan > 7,0
bakteri Rhizobium tidak dapat berkembang dengan baik.
Hasil pengamatan pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa pada nilai
pH tanah mendekati angka 6 rata-rata populasi bintil akar yang terbentuk
menunjukkan jumlah terbanyak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
pembentukan bintil akar lebih efektif pada kondisi pH tanah mendekati netral.
Pembentukkan bintil akar tersebut berkaitan dengan infeksi oleh bakteri
28
tetapi ada beberapa faktor pengamatan lainnya seperti diameter bintil akar dan
status bintil akar (aktif atau tidak aktif ) yang perlu diperhatikan.
Hasil pengamatan pada lampiran 5 menunjukkan bahwa warna bintil
akar dari masing-masing sampel ulangan perlakuan ketika dibelah terlihat
warna kemerahan dan merah kehitaman. Namun, dari kedua warna tersebut
yang lebih dominan adalah warna kemerahan. Hasil pengamatan tersebut
dapat mengindikasikan bahwa sebagian besar bintil akar dari masing-masing
perlakuan aktif melakukan proses fiksasi Nitrogen dari udara. Sedangkan
untuk beberapa sampel yang tidak teridentifikasi disebabkan karena
ukurannya yang terlalu kecil dan warna bagian dalam bintil akar yang tidak
terlihat jelas, sehingga tidak diketahui apakah termasuk aktif atau tidak.
4. Analisis Tanah Akhir.
a. Tingkat Kemasaman Tanah (pH Tanah).
Tabel Anova pada lampiran 3 menunjukkan adanya interaksi yang
Nyata antara faktor umur tanam dengan dosis pengapuran yang berbeda
terhadap nilai pH tanah. Faktor perlakuan umur tanam dan dosis pengapuran
yang berbeda masing-masing menunjukkan berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai pH tanah. Umur tanam 30 hari merupakan umur tanam terbaik,
sedangkan dosis pengapuran 68 g/polybag merupakan dosis pengapuran
terbaik terhadap nilai pH tanah. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan terbaik ada pada a2b2 (kombinasi perlakuan antara umur
tanam 60 hari dengan dosis pengapuran 68 g) dimana rata-rata nilai pH tanah
yaitu 5,67 (Agak Masam).
Hasil analisis tanah pada tabel 5 menunjukkan bahwa sampel tanah
awal yang digunakan mempunyai nilai pH 3,16 (sangat masam). Pencucian
(Leaching) kation-kation basa oleh air menjadi penyebab rendahnya nilai pH
tanah. Hakim et al [5] mengatakan bahwa kation yang dominan tersisa pada
tanah setelah terjadinya proses pencucian adalah kation asam yaitu
Aluminium dan Hidrogen, sehingga tanah menjadi masam. Hal ini berbeda
ketika sampel tanah diberikan perlakuan, dimana nilai pH tanah meningkat
serta bervariasi.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 30 hari menunjukkan bahwa
sampel tanah yang tidak diberi kapur dolomit mengalami penurunan nilai pH
30
sebesar 0,03. Kondisi tersebut berbeda dengan sampel tanah yang diberi kapur
dolomit, dimana pada dosis pengapuran sebanyak 34 g/polybag terjadi
peningkatan nilai pH sebesar 1,08 dan pada dosis pengapuran 68 g/polybag
mengalami peningkatan nilai pH tanah sebesar 1,26. Hasil analisis tersebut
masih menunjukkan status pH sangat masam (< 4,5), namun sudah dapat
menjadi indikasi bahwa terjadi peningkatan pH tanah setelah adanya
perlakuan.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 60 hari menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan nilai pH sebesar 0,46 pada sampel tanah yang tidak diberi
kapur dolomit. Peningkatan nilai pH tanah tersebut juga terjadi pada sampel
tanah dengan dosis pengapuran sebanyak 34 g/polybag yakni sebesar 1,44 dan
pada dosis pengapuran 68 g/polybag sebesar 2,51, hal ini mengindikasikan
bahwa pemberian kapur dolomit berpengaruh terhadap nilai pH tanah. Hasil
perbandingan antara sampel tanah yang tidak diberi kapur dolomit pada umur
tanam 60 hari dengan umur tanam 30 hari menunjukkan bahwa selain karena
pemberian kapur dolomit, meningkatnya nilai pH tanah disebabkan oleh
adanya proses perombakan bahan organik dari sisa bagian tubuh tanaman
Mucuna Bracteata. Menurut salbiah et al [23], hasil akhir dari proses
perombakan bahan organik pada tanah antara lain adalah kation-kation basa
seperti Kalsium, Magnesium, Natrium, dan Kalium. Tanah jenuh dengan
kation-kation basa tersebut sehingga terjadi peningkatan nilai pH.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 90 hari menunjukkan bahwa
sampel tanah yang tidak diberi kapur dolomit menunjukkan adanya
peningkatan nilai pH tanah sebesar 0,91. Peningkatan nilai pH tanah tersebut
juga terjadi pada sampel tanah yang diberi kapur dolomit sebanyak 34 gram
yakni sebesar 2,09 dan pada dosis pemberian kapur sebanyak 68 gram
meningkat sebesar 1,91.
b. Nitrogen Total Tanah (N-Total).
Tabel Anova pada lampiran 3 menunjukkan tidak adanya interaksi
yang Nyata antara faktor umur tanam dengan dosis pengapuran terhadap
jumlah Nitrogen Total di dalam tanah. Faktor dosis pengapuran merupakan
perlakuan yang berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan Nitrogen Total
tanah, dimana dosis pengapuran 34 g/polybag merupakan dosis pengapuran
31
A. Kesimpulan
1. Umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda memberikan pengaruh
terhadap tingkat kemasaman tanah (pH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada kombinasi perlakuan terbaik yakni umur tanam 60 hari dengan dosis
pengapuran 68 g/polybag terjadi peningkatan nilai pH tanah yang semula
bernilai 3,16 meningkat menjadi 5,67.
2. Umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda memberikan pengaruh
terhadap jumlah Nitrogen Total tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada kombinasi perlakuan terbaik yakni umur tanam 30 hari dengan dosis
pemberian kapur dolomit sebanyak 34 g/polybag terjadi peningkatan
kandungan Nitrogen Total tanah yang semula bernilai 0,07 % meningkat
menjadi 0,26 %.
B. Saran
1. Tanaman Leguminosae jenis Mucuna Bracteta dapat memfiksasi Nitrogen dari
udara secara maksimal apabila pH tanah berada pada kondisi yang sesuai.
Oleh karena itu, analisis terhadap nilai pH tanah awal perlu dilakukan
sehingga diketahui apakah perlu adanya tindakan pengapuran atau tidak
berdasarkan data yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
[2] Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
[3] Brady, N. C. 1974. Sifat Alami dan Sifat Tanah. Penerbit Marc Milan Co.,
Inc. 8 th Ed. New York.
[4] Forum Prohati. 2006. Keanekaragaman Hayati Tumbuhan. Indonesia.
[5] Hakim, N., Nyakpa, M., Nugroho, S., Saul, R., Diha, M., Hong, G., dan
Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung
Press. Lampung.
[6] Handayanto, E., Maddarisna, N., dan Fiqri, A. 2017. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Hal: 1. Cetakan ke-1. Penerbit Universitas Brawijaya Press.
Malang.
[7] Handayanto, E. 1998. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.
[8] Hanafiah, A.K. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Rajagrafindo Persada.
Jakarta
[9] Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
[10] Harahap, I.Y., Hidayat, T.C., Pangaribuan Yusran, Simangunsong, G., Listia,
E. dan Rahutomo, S. 2011. Mucuna Bracteata Pengembangan dan
Pemanfaatannya di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan.
[11] Harahap, dan Subronto. 2002. Penggunaan Kacangan Penutup Tanah
Mucuna Bracteata pada Pertanaman Kelapa Sawit. Warta PPKS 2002.
Vol 10(1): 1-6.
[12] Hidrajad, U.O. 1985. Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Sukamandi. Bogor.
[13] Laksono, P.B dan Wachjar, S. 2016. Pertumbuhan Mucuna Bracteata D.C
pada Berbagai Waktu Inokulasi dan Dosis Inokulan. Jurnal Agronomi
Indonesia. 44 (1) : 104-110.
[14] Maharani, Putri Sukma. 2008. Nodulasi dan Efektifitas Rhizobium Endogen
Tanah Entisol dan Vertisol pada Tanaman Kedelai (Gycine max L. Merill.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Malang. Malang.
[15] Ma’ruf, Amar., Zulia, Cik., dan Safruddin. 2017. Legume Cover Crop di
Perkebunan Kelapa Sawit. Hal: 4 – 6. Dalam: Efendi, Elfin., dan
Wahyudin, Deddy (peny). Katalog dalam Terbitan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia. Cetakan ke-1. Penerbit Forthisa Karya. Kisaran.
http://www.researchgate.net./publication/316349699_Legume_Cover_Cro
p_di_Perkebunan_Kelapa_Sawit. Diakses pada tanggal 12 Juni 2019.
35
[16] Munawan, M. D., C. Hanum, M.K. 2015. Respon Pertumbuhan Bibit Strek
Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Pada Media Tanam Limbah Kelapa
Sawit dan Mikoriza. Jurnal Agroekoteknologi. Vol 3 (4): 1585-1590.
[17] Pudjiharta. a, Widyati. Enny, Yelin. Adalina, Dan Syafruddin. HK. 2008.
Kajian Teknik Rehabilitasi Lahan Alang-Alang (Imperata cylindrical L.
Beauv). Info Hutan. Vol V(3): 219-230.
[19] Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Hal: 18. Cetakan
ke-5. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
[20] RAO, N.S dan Subba. 2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan
Tanaman. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
[21] Riswandi., Prasetyo., Hasanudin., dan Cahyadinata, I. 2017. Bahan Ajar
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Hal: 7 – 17. Cetakan ke-1. Penerbit
Yayasan Sahabat Alam Rafflesia. Bengkulu.
[22] Rukmana, R. 1995. Teknik Pengelolaan Lahan Berbukit dan Kritis. Hal:
34. Cetakan ke-8. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
[23] Salbiah, C., Muyasir., dan Sufardi. 2012. Pemupukan KCL, Kompos Jerami
dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Hasil
Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten
Aceh Besar. Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh Darussalam.
[24] Saputro, W., Sarwitri, R., dan Ingesti. 2017. Pengaruh Dosis Pupuk Organik
dan Dolomit pada Lahan Pasir Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine max, L.Merrill). Jurusan Ilmu Pertanian
Tropika dan Subtropika. Vol II(2): 70 -73.
[25] Sebayang, L., H.S. Indri, N. Palmarum, dan H.A. Mieke. 2015. Budidaya
Mucuna Bracteata pada Lahan Gambir. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatra Utara. Medan.
[26] Setijono, S. 1996. Intisari Kesuburan Tanah. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Malang.
[27] Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[32] Sutarto, V., Hutami, S., dan Soeherdy, B. 1986. Pengapuran dan Pemupukan
Molibdenum, Magnesium, dan Sulfur pada Kacang Tanah. Badan
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.
Keterangan:
a = Umur Tanam
b = Dosis Kapur Dolomit
r = Ulangan
Lampiran 2. Hasil Analisis N-Total Tanah dan pH Tanah
Lampiran 3. Hasil Analisis Sidik Ragam.
B Rata-rata Notasi
b0 0,12917 a
b2 0,205 b
b1 0,22167 b
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa antara perlakuan b1
maupun b2 sama-sama menunjukkan hasil terbaik. Namun, berdasarkan nilai rata-rata maka
perlakuan b1 adalah yang terbaik dibandingkan b2 karena menunjukkan hasil tertinggi.
DMRT pH Tanah:
A Rata-rata Notasi
a1 3,936667 a
a2 4,633333 b
a3 4,8 b
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa Umur Tanam terbaik ditunjukkan oleh
perlakuan a2 dan a3 (Umur Tanam 60 Hari dan 90 Hari). Namun jika dilihat dari selisih nilai rata-rata maka
perlakuan a2 adalah yang terbaik, karena hanya selisih 0,2 dengan perlakuan a3.
B Rata-rata Notasi
b0 3,6125 a
b1 4,69833 b
b2 5,05917 b
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa dosis kapur dolomit terbaik
ditunjukkan oleh perlakuan b1 dan b2 (Dosis kapur dolomit 34 g dan 68 g). Namun berdasarkan nilai rata-rata
maka perlakuan b2 adalah yang terbaik, karena menunjukkan hasil tertinggi.
Perlakua
Nilai Rata-rata Notasi
n
a1b0 3,1375 a
a1b1 4,245 bc
a1b2 4,4275 cd
a2b0 3,625 ab
a2b1 4,6 cde
a2b2 5,675 f
a3b0 4,075 bc
a3b1 5,25 ef
a3b2 5,075 def
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa kombinasi terbaik ditunjukkan oleh
perlakuan a2b2 (Umur tanam 60 hari dengan dosis pengapuran 68 g).
5
Lampiran 8. Gambar Tanaman Mucuna Bracteata dari awal ditanam hingga
berumur 14 Hari.
No Keterangan Gambar
No Keterangan Gambar
1 Polybag sampel tanaman Mucuna Bracteata
2 Pemotongan bagian tubuh atas tanaman Mucuna
Bracteata hingga menyisakan ± 5 cm (panah
merah) ke bagian perakaran.
a1b0r1
a1b0r2
a1bor3
a1b0r4
Lampiran 12. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
30 dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran Bintil Akar
a1b1r1
a1b1r2
a1b1r3
a1b1r4
Lampiran 13. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
30 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag
a1b2r2
a1b2r3
a1b2r4
Lampiran 14. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 Hari tanpa Pengapuran
Kode Sistem Perakaran
Bintil Akar
a2bor1
a2bor2
a2bor3
a2bor4
Lampiran 15. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran Bintil Akar
a2b1r1
a2b1r2
a2b1r3
a2b1r4
Lampiran 16. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran Bintil Akar
a2b2r1
a2b2r2
a2b2r3
a2b2r4
Lampiran 17. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari tanpa Pengapuran
Kode Sistem Perakaran
Bintil Akar
a3bor1
a3bor2
a3bor3
a3bor4
Lampiran 18. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran Bintil Akar
a3b1r1
a3b1r2
a3b1r3
a3b1r4
Lampiran 19. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran
Bintil Akar
a3b2r1
a3b2r2
a3b2r3
a3b2r4