Anda di halaman 1dari 83

ANALISIS KANDUNGAN N-TOTAL DAN pH TANAH YANG

DITANAMI LEGUMINOSAE COVER CROPS (LCC) PADA


UMUR TANAM SERTA DOSIS PENGAPURAN BERBEDA

Oleh
ARIF SAHATA HASIBUAN
NIM. 1503015007

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
ANALISIS KANDUNGAN N-TOTAL DAN pH TANAH YANG
DITANAMI LEGUMINOSAE COVER CROPS (LCC) PADA
UMUR TANAM SERTA DOSIS PENGAPURAN BERBEDA

Oleh
ARIF SAHATA HASIBUAN
NIM. 1503015007

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021

ii
ANALISIS KANDUNGAN N-TOTAL DAN pH TANAH YANG
DITANAMI LEGUMINOSAE COVER CROPS (LCC) PADA
UMUR TANAM SERTA DOSIS PENGAPURAN BERBEDA

Oleh
ARIF SAHATA HASIBUAN
NIM. 1503015007

Skripsi merupakan sebagian persyaratan untuk meraih


Derajat Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021

iii
Judul Skripsi : Analisis Kandungan N-Total dan pH Tanah yang
ditanami
Leguminosae Cover Crops (LCC) pada Umur Tanam
Serta Dosis Pengapuran Berbeda
Nama Mahasiswa : Arif Sahata Hasibuan
NIM : 1503015007
Jurusan : Agroekoteknologi
Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Surya Darma, M.Si Donny Dhonanto, S.P., M.Sc


NIP. 19600503 198803 1 005 NIP. 19760325 200501 2 002
Tanggal: Tanggal:

Mengetahui
Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Rusdiansyah, M.Si.


NIP. 19610917 198703 1 005
Tanggal:

Lulus Ujian Tanggal :

iv
Penyerahan Skripsi Tanggal :

v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Arif Sahata Hasibuan
NIM : 1503015007
Program Studi/Jurusan : Agroekoteknologi
Judul Skripsi : Analisis Kandungan N-Total dan pH Tanah yang
Ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) pada
Umur Tanam Serta Dosis Pengapuran Berbeda
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini berdasarkan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari peneliti sendiri. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman.

Samarinda, 22 Januari 2021


Yang membuat Pernyataan

Materai
Arif Sahata Hasibuan
NIM: 1503015007

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Nama : Arif Sahata Hasibuan


NIM : 1503015007
Program Studi/Jurusan : Agroekoteknologi
Judul Skripsi : Analisis Kandungan N-Total dan pH Tanah yang
Ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) pada
Umur Tanam Serta Dosis Pengapuran Berbeda
Menyatakan bahwa saya menyetujui untuk memberikan hak menyimpan,
mengalihmediakan/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pengkalan data
(data base), mempublikasikan untuk kepentingan akademis kepada Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti/pencipta.
Demikian surat ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagai mana mestinya

Samarinda, 22 Januari 2021


Yang membuat pernyataan

Arif Sahata Hasibuan


NIM: 1503015007

vii
ABSTRACT

Nama, Judul, ARIF SAHATA HASIBUAN. Analysis of N-Total Conten


Fakultas, and ph Soil Planted With Leguminosae Cover Crop (LCC) at
Universitas, dan Different Planting Age and Liming Doses. Faculty of
Nama Agriculture Mulawarman University, 2020. (Supervised by of
Pembimbing Surya Darma and Donny Dhonanto).
Rasional Leguminosae is a legume family that has the ability to fix
nitrogen from the air. Nitrogen fixation from the air involves
the relationship between Leguminosae plants and Rhizobium
bacteria. The presence of Rhizobium bacteria is characterized
by the formation of nodules on the roots of the Leguminosae
plant. The formation of root nodules continues as the legume
plants age, so that they have an impact on the ability to bind
nitrogen from the air. Leguminosae plants grow well when
they are in a suitable environment. A suitable environment is
generally characterized by a met level of soil acidity (pH).
Suitable soil pH conditions can be achieved by applying lime.
Tujuan This research was conducted to determine whether the
planting age and different liming doses had an effect on the
total soil nitrogen content and the acidity level (pH) in the
soil.
Metode This research was conducted in two implementation
locations, namely planting Leguminosae Cover Crop (LCC)
and soil sampling located in Bantuas Village, and soil
analysis at the Soil Science Laboratory, Faculty of
Agriculture, Mulawarman University from September 2019 -
January 2020. Factorial experiments in Design Completely
Randomized with nine treatments and four replications. The
data obtained were analyzed using variance (ANOVA) and
further tested using Duncan's Multiple Range Tests (DMRT)
test at the 5% level..
Hasil Penelitian This study shows that the treatment of different plant age and
liming dosage affects the total soil nitrogen content and soil
acidity level (pH).
Kesimpulan Treatment with 60 days of planting and a liming dose of 68 g
was the best treatment, where there was a significant
interaction between the two treatment factors and each
showed a very significant effect on the level of soil acidity
(pH). As for the 30-day plant formulation with a liming dose
of 34 g is the best treatment, where the two treatment factors
do not show any real interaction and the liming dose is the
best treatment factor for the total soil nitrogen.

Keywords Leguminosae Cover Crop, Rhizobium Bacteria, Root


Nodules, N-Total Soil, Soil pH

viii
ABSTRAK

ARIF SAHATA HASIBUAN. Analisis Kandungan N-Total dan ph Tanah


yang Ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) pada Umur Tanam Serta
Dosis Pengapuran Berbeda. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman,
2020. (dibawah bimbingan Surya Darma dan Donny Dhonanto).
Tanaman Leguminosae merupakan suku polong-polongan yang memiliki
kemampuan memfiksasi Nitrogen dari udara. Fiksasi unsur Nitrogen dari udara
melibatkan hubungan antara tanaman Leguminosae dengan bakteri Rhizobium.
Keberadaan bakteri Rhizobium ditandai dengan terbentuknya bintil-bintil pada
akar tanaman Leguminosae. Pembentukan bintil akar terus berlangsung seiring
bertambahnya umur tanaman Leguminosae, sehingga berdampak terhadap
kemampuan mengikat Nitrogen dari udara. Tanaman Leguminosae tumbuh
dengan baik apabila berada di lingkungan yang sesuai. Lingkungan yang sesuai
umumnya dicirikan oleh tingkat kemasaman tanah (pH) yang terpenuhi. Kondisi
pH tanah yang sesuai dapat dicapai melalui pemberian kapur. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah umur tanam serta dosis pengapuran yang
berbeda berpengaruh terhadap jumlah kandungan Nitrogen Total tanah dan
tingkat kemasaman (pH) pada tanah.
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi pelaksanaan yaitu penanaman
Leguminosae Cover Crop (LCC) serta pengambilan sampel tanah yang terletak di
Kelurahan Bantuas, dan Analisis tanah di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Mulawarman dari bulan September 2019 – Januari 2020.
Percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap dengan sembilan perlakuan
dan empat ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam
(ANOVA) dan diuji lanjut menggunakan uji Duncan’s Multiple Range Tests
(DMRT) pada taraf 5%.

Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan umur tanam dan dosis


pengapuran yang berbeda berpengaruh terhadap kandungan Nitrogen Total tanah
dan tingkat kemasaman (pH) tanah. Perlakuan dengan formulasi umur tanam 60
hari serta dosis pengapuran 68 g merupakan perlakuan terbaik, dimana terjadi
interaksi yang nyata antara kedua faktor perlakuan dan masing-masing
menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kemasaman tanah (pH).
Sedangkan untuk formulasi umur tanam 30 hari dengan dosis pengapuran
sebanyak 34 g merupakan perlakuan terbaik, dimana antara kedua faktor
perlakuan tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata dan dosis pengapuran
merupakan faktor perlakuan terbaik terhadap jumlah Nitrogen Total tanah.

Kata kunci : Leguminosae Cover Crop, Bakteri Rhizobium, Bintil Akar, N-


Total tanah, pH tanah

ix
RIWAYAT HIDUP

Arif Sahata Hasibuan, Dilahirkan pada hari Jumat


tanggal 29 Juli 1997 di Kelurahan Bantuas, Kecamatan
Palaran, Kota Samarinda. Anak kedua dari enam bersaudara
dari Bapak Ahmad Riyadi Hasibuan dan Ibu Mastiyah.
Pendidikan Formal dimulai pada tahun 2003 di Sekolah
Dasar Negeri 022 Palaran, dan tamat pada tahun 2009.
Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri 01 SangaSanga, tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 SangaSanga, tamat pada tahun
2015. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2015 di Fakutas Pertanian Universitas
Mulawarman, Jurusan Agroekoteknologi, Program Studi Agroekoteknologi. Pada
semester ke-5 menentukan pilihan minat studi Ilmu Tanah.
Dari bulan Juli-Agustus 2018 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Kelurahan Jahab, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Bulan
Maret 2019 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur.

x
HALAMAN PERSEMBAHAN

Demi pena dan apa yang telah tertuliskan, sesungguhnya setiap kata yang
tertorehkan di atas kertas dalam karya kecil penulis ini merupakan wujud kasih
sayang dan pertolongan Allah kepada hambanya. Jika bukan karena pertolongan
Allah, maka tidak mungkin penulis bisa melakukan apapun. Penulis ingin
mengucapkan terimakasih dan doa, serta mempersembahkannya kepada:
1. Kedua Orang Tua
Setiap kata yang tertuliskan dalam karya ini merupakan hasil dari sebuah doa
kecil yang terlontar dari jiwa kedua orang yang tersayang. Terimakasih Bapak
dan Ibu, semoga Allah senantiasa menjaga kalian, memberikan kalian
kesehatan dan menjadikan setiap cucuran keringat, kasih sayang serta semua
kebaikan ibu maupun bapak selama ini menjadi sebab turunnya Ridho Allah.
2. Dosen Pembimbing
Setiap kalimat yang mengandung untaian kata yang tepat pada setiap pokok
bahasan karya kecil ini, merupakan bentuk getaran kritik dan saran dari kedua
pembimbing yang telah sabar menuntun penulis selama ini. Terimakasih untuk
kedua dosen pembimbing saya, semoga Allah senantiasa menjaga dan
menjadikan setiap ilmu yang kalian sampaikan sebagai amal yang tidak pernah
putus hingga maut tiba pada orang-orang yang menerimanya.
3. Saudara/I Penulis
Teruntuk saudara/i penulis (Abang Eriga, Adik Nina, Suci, Cinta dan Citra),
terimakasih atas doa dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan memberikan kesehatan pada kalian.
4. Teman-teman
Kepada teman-teman semuanya yang tidak mungkin dapat kusebutkan satu
persatu. Terimakasih atas kebaikan-kebaikan yang telah kalian berikan selama
ini. Allah tentunya mengetahui kebaikan-kebaikan kalian tersebut meskipun
tersembunyi di dalam laut yang terdalam sekalipun. Semoga setiap kebaikan
kalian tersebut menjadi pahala yang berlipat, dan menjadikannya sebaik-
baiknya amal.

xi
xii
KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penulis


memujinya, memohon pertolongan dan ampunannya. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam beserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi merupakan tugas akhir yang menjadi salah satu syarat kelulusan
untuk menyelesaikan Program Studi Sarjana (S1). Selama pelaksanaan penelitian
dan penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, yang telah memberikan
fasilitas dan pelayanan kepada penulis selama studi di Fakultas Pertanian
sampai akhir dari penyelesaian skripsi.
2. Staf pengajar Fakultas Pertanian yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
khususnya dalam bidang pertanian kepada penulis.
3. Ibu Ir. Hj. Susylowati,M.P, sebagai dosen penasihat, yang telah membimbing
dan menasihati penulis selama menempuh studi di Fakultas Pertanian.
4. Bapak Dr. Ir. Surya Darma, M.Si, selaku pembimbing I dan Bapak Donny
Dhonanto, S.P., M.Sc, selaku pembimbing II, yang telah mengarahkan serta
membimbing penulis mulai dari persiapan dan selama penelitian hingga
selesainya skripsi.
5. Staf administrasi Fakultas Pertanian yang telah memfasilitasi dan melayani
penulis hingga studi di Fakultas Pertanian sampai selesainya skripsi ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa/I, khususnya Angkatan tahun 2015 Program Studi
Agroekoteknologi yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi mereka
yang memerlukan.

Samarinda, 29 Juli 2020

Arif Sahata Hasibuan

xiii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................
xi
DAFTAR ISI............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………...
xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN...................................................................................
1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah...............................................................................
3
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
4
A. Tanah.......................................................................................................
4
B. Kemasaman Tanah (pH)....................................................................... 5
C. Nitrogen (N)........................................................................................... 5
D. Analisis Tanah........................................................................................
7
E. Tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC)........................................
8
F. Bakteri Rhizobium Sp............................................................................
12

xiv
G. Pengapuran.............................................................................................
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS..................................
15
A. Kerangka Pemikiran..............................................................................
15
B. Hipotesis..................................................................................................
16
IV. METODELOGI PENELITIAN............................................................
17
A. Waktu dan Tempat................................................................................. 17
B. Alat dan Bahan....................................................................................... 17
C. Rancangan Percobaan............................................................................
17
D. Prosedur Penelitian................................................................................
17
E. Metode Analisis.....................................................................................
23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................
24
A. Hasil……………………………………………………………….
24
B. Pembahasan............................................................................................
26
VI. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................
32
A. Kesimpulan.............................................................................................
32
B. Saran........................................................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
33

xv
LAMPIRAN................................................................................................
36

xvi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kriteria Penilaian Status Hara (pH Tanah)............................................. 5


2. Kriteria Penilaian Status Hara (Nitrogen Tanah).................................... 6
3. Beberapa Spesies Rhizobium dan Tanaman Simbiosisnya…………….
12
4. Tahapan Pembentukan Bintil Akar.........................................................
13
5. Hasil Analisis Tanah Awal.....................................................................
24
6. Hasil Analisis Hubungan Antara pH Tanah Terhadap Populasi Bintil
Akar........................................................................................................ 24
7. Hasil Analisis Hubungan Antara Populasi Bintil Akar Terhadap
Jumlah N-Total.......................................................................................
24
8. Hasil Analisis Tingkat Kemasaman Tanah (pH Tanah).........................
25
9. Hasil Analisis Nitrogen Total Tanah (N-Total)......................................
25

xvii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Analisis Kandungan N-Total dan
pH Tanah yang Ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) pada
Umur Tanam Serta Dosis Pengapuran Berbeda......................................
16

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tata Letak Polybag Sampel Tanaman Mucuna Bracteata...................... 37


2. Hasil Analisis N-Total Tanah dan pH Tanah............................................
38
3. Hasil Analisis Sidik Ragam.....................................................................
39
4. Hasil Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Tests (DMRT) taraf 5%.......
40
5. Tabel Hasil Pengamatan Bintil Akar Tanaman Mucuna Bracteata..........
41
6. Gambar Sampel Tanaman Mucuna Bracteata di Lokasi Penelitian.........
46
7. Gambar Tahapan Persiapan Media Tanam dan Persemaian....................
47
8. Gambar Tanaman Mucuna Bracteata dari awal ditanam hingga
berumur 14 Hari...................................................................................... 48
9. Gambar Tahapan Pengambilan Sampel...................................................
49
10. Gambar Analisis Tanah di Laboratorium.............................................. 50
11. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
30 Hari tanpa Pengapuran.....................................................................
51
12. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
30 dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag..........................................
52
13. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
30 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag..................................
53
14. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 Hari tanpa Pengapuran.....................................................................
54

xix
15. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag..........................................
55
16. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag..................................
56
17. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari tanpa Pengapuran.....................................................................
57
18. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag…...............................
58
19. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag...................................
59

xx
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu penunjang kehidupan semua makhluk
hidup yang ada di permukaan bumi. Karakter dan morfologi tanah pada
beberapa lahan memiliki perbedaan. Perbedaan karakter dan morfologi tanah
umumnya menggambarkan status kesuburan tanah pada lahan tersebut. Al-
Quran sebagai kitab keagamaan, banyak memuat berbagai isyarat-isyarat
penting berkaitan mengenai dasar-dasar ilmu pengetahuan. Al-Quran
menerangkan terkait tanah subur yang letaknya lebih tinggi dari permukaan
air. Firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 265 yang artinya:
”dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha melihat
apa yang kamu perbuat”.
Tanaman tumbuh dengan baik di dataran tinggi karena hawa dingin
yang tidak mematikan, dan angin yang berhembus lembut. Secara logika
maupun ilmiah hal tersebut dapat dihubungkan dengan beberapa hal seperti
peredaran udara yang baik, pergerakan akar, dan kesuburan tanah. Berbicara
mengenai kesuburan tanah, maka sangat erat kaitannya dengan ketersedian
unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman.
Unsur hara yang berfungsi sebagai penyusun tubuh tanaman umumnya
diketahui terdiri dari Karbon, Hidrogen, Oksigen, dan Nitrogen. Beberapa
sumber yang ada mengatakan bahwa ketiga unsur pertama di atas (Karbon,
Hidrogen, Oksigen) tersedia dalam bentuk Karbondioksida (CO₂), air (H₂O),
dan Oksigen (O₂). Sementara unsur Nitrogen yang berperan dalam proses
pembentukan senyawa protein tersedia sekitar 80% di udara, namun
ketersedian-nya yang begitu besar tidak dapat dimanfaatkan secara langsung
oleh tanaman.
2

Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Sumber


utama unsur Nitrogen di dalam tanah berasal dari bahan organik. Selain itu,
unsur hara Nitrogen pada tanah juga dapat berasal dari udara melalui proses
penambatan (Fiksasi) Nitrogen dari udara. Proses ini melibatkan hubungan
antara tanaman dengan jenis mikroba tertentu yang mempunyai kemampuan
untuk menambat Nitrogen dari udara. Salah satu jenis tanaman yang dapat
memfiksasi Nitrogen di udara secara langsung adalah tanaman Leguminosae.
Leguminosae merupakan jenis tanaman penutup tanah (Cover Crops)
yang banyak dimanfaatkan pada sentra usaha pertanian maupun perkebunan.
Tanaman ini merupakan suku polong-polongan yang memiliki sistem
perakaran dengan kemampuan memfiksasi Nitrogen dari udara. Fiksasi unsur
Nitrogen dari udara tersebut melibatkan hubungan antara tanaman
Leguminosae dengan bakteri Rhizobium.
Bakteri Rhizobium mempunyai peran yang sangat penting dalam
penambatan Nitrogen bebas dari udara. Keberadaan bakteri Rhizobium
ditandai dengan terbentuknya bintil-bintil pada akar tanaman Leguminosae.
Seiring dengan bertambahnya umur tanaman Leguminosae, pembentukan
bintil-bintil pada akar relatif terus berlangsung sehingga memberikan dampak
terhadap kemampuan mengikat Nitrogen dari udara oleh tanaman
Leguminosae.
Tanaman Leguminosae dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
apabila berada pada lingkungan yang sesuai. Lingkungan yang sesuai ini
umumnya dicirikan oleh ketersedian unsur hara yang cukup, kondisi iklim
(intensitas cahaya, temperatur, air, panjang hari) yang mendukung bagi
pertumbuhan serta perkembangan tanaman, dan tingkat kemasaman tanah
(pH) yang sesuai. Kondisi pH tanah yang ideal atau sesuai bagi tanaman dapat
dicapai melalui cara pemberian kapur apabila tingkat kemasaman tanah
diketahui rendah.
Berdasarkan uraian pemikiran di atas, maka perlu dilakukan analisis
pada tanah yang ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) dengan umur
tanam serta dosis pemberian kapur yang berbeda, sehingga diketahui apakah
3

dari ke dua faktor tersebut memberikan pengaruh terhadap jumlah kandungan


Nitrogen Total tanah dan tingkat kemasaman (pH) pada tanah.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menentukan
permasalahan yang timbul pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda pada tanaman
Leguminosae Cover Crops (LCC) berpengaruh terhadap tingkat
kemasaman (pH) tanah?
2. Apakah umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda pada tanaman
Leguminosae Cover Crops (LCC) berpengaruh terhadap kandungan
Nitrogen Total tanah tingkat?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda
pada tanaman Leguminosae Cover Crops (LCC) terhadap tingkat
kemasaman (pH) tanah.
2. Mengetahui pengaruh umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda
pada tanaman Leguminosae Cover Crops (LCC) terhadap kandungan
Nitrogen Total tanah.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dicapai dari penelitian ini adalah sebagai sumber
informasi ilmiah, khususnya yang berkaitan dengan pH dan kandungan
Nitrogen Total tanah yang ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) pada
umur tanam serta dosis pengapuran berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah
Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari massa
padat, cair, dan gas yang terdapat dipermukaan bumi, berasal dari hasil
pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik [28].
Menurut Brady [3], tanah merupakan suatu tubuh alam atau gabungan
tubuh alam yang merupakan paduan antara gaya perusakan dan pembangunan.
Pelapukan dan pembusukan bahan organik merupakan contoh proses
perusakan, sedangkan pembentukan mineral baru seperti lempung tertentu
serta lapisan-lapisan yang khusus merupakan contoh dari proses
pembangunan. Gaya atau kegiatan tersebut menyebabkan bahan-bahan di
alam membentuk tanah.
Tanah terbentuk dari beberapa faktor alam dan manusia yang disebut
sebagai faktor pembentuk tanah. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut
adalah bahan induk, iklim, relief atau topografi, vegetasi dan organisme,
manusia, dan waktu [28].
Tanah berperan penting dalam mendukung kehidupan tumbuhan
dengan menyediakan unsur hara, air dan sebagai penopang akar. Tanah
memiliki berbagai unsur hara atau partikel yang sangat berperan penting bagi
kelangsungan hidup tanaman, seperti kandungan bahan organik [27].
Tanah umumnya mengandung 13 dari 16 unsur hara esensial yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara esensial tersebut harus
terus-menerus tersedia dalam takaran yang seimbang. Namun, hal ini tidak
selalu terjadi pada semua jenis tanah. Tanah yang tidak dapat memenuhi
tujuan tersebut dikatakan sebagai tanah tidak subur dan sebaliknya [7].
Umumnya, sebagian besar wilayah Pulau Kalimantan diketahui
memiliki tingkat kemasaman tanah (pH) yang rendah. Menurut Subagyo et al
(34), bahwa variasi iklim maupun curah hujan yang relatif tinggi merupakan
salah satu penyebab pH tanah menjadi rendah. Curah hujan yang tinggi
menyebabkan tingkat pencucian kation basa di dalam tanah menjadi cukup
intensif, sehingga menyebabkan tingkat kemasaman tanah menjadi rendah.
5

B. Kemasaman Tanah (pH).


Menurut Hardjowigeno [9], kemasaman tanah adalah kondisi
keterikatan antara unsur senyawa yang berada di dalam tanah. Nilai pH tanah
terdiri dari masam, netral, dan alkalis. Nilai pH tanah yang netral dapat
mempengaruhi tingkat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.
Tanah masam (pH rendah), merupakan kondisi dimana tanah di
dominasi oleh ion Al (aluminium) dan Fe (besi). Ion-ion tersebut mengikat
unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman seperti unsur Fosfor (P) dan
Sulfur (S), sehingga tanaman tidak dapat menyerap nutrisi yang tersedia di
dalam tanah dengan baik [35].
Menurut Riswandi et al [21], pH tanah sangat berpengaruh terhadap
ketersedian unsur hara. Tanah masam (pH rendah), mengandung unsur hara
Aluminium, Besi, Hidrogen, dan Manganese yang dominan, sedangkan unsur
hara esensial seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Sulfur, Zinc, Cupprum,
Molybdenum, serta Boron sangat sedikit. Tanah alkalin (pH > 7,5),
mengandung unsur hara kalcium dan Magnesium yang dominan, sedangkan
unsur hara esensial seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Sulfur, Zinc, Cupprum,
Molybdenum, serta Boron sangat sedikit. Tanah netral (pH 7) mengandung
unsur hara yang ideal, semua unsur hara esensial tersedia dengan cukup.
Menurut Sudaryono [29], pH tanah dapat mempengaruhi ketersedian
hara dan bisa menjadi faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah. pH
tanah berperan penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi
mikroorganisme tanah yang berhubungan dengan proses-proses yang sangat
erat kaitannya dengan siklus hara, penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesa
senyawa kimia organik serta transfor gas ke atmosfir oleh mikroorganisme.
Tabel 1. Kriteria Penilaian Status Hara (pH Tanah)
Sangat Agak Agak
pH Masam Netral Alkalis
Masam Masam Alkalis
H₂O
< 4,5 4,5 – 5,5 5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 > 8,5
Sumber: Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT) Bogor (2009).

C. Nitrogen (N).
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial bagi tanaman [8].
Sumber Nitrogen dalam tanah dapat berasal dari bahan organik, fiksasi
6

Nitrogen dari udara, pupuk, serta air hujan. Nitrogen berfungsi untuk
memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dan pembentukan protein.
Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk seperti Protein
(Bahan Organik), Senyawa-senyawa amino (glutamate, aspartate, glisin,
alanine, serine, artinin, dan treonin), Amonium (NH₄⁺), dan Nitrat (NO₃⁻).
Tanaman menyerap Nitrogen dalam bentuk Amonium (NH₄⁺), dan Nitrat
(NO₃⁻). Hilangnya Nitrogen dari tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal,
yakni sebagai berikut [9].
1. Digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme.
2. N dalam bentuk NH₄⁺ dapat diikat oleh mineral liat jenis illit sehingga
tidak dapat digunakan oleh tanaman.
3. N dalam bentuk NO₃⁻ (Nitrat) mudah dicuci oleh air hujan (leaching).
4. Proses denitrifikasi.
Yaitu proses reduksi Nitrat (NO₃⁻) menjadi N₂ gas, dapat terjadi korelasi:
a. Oleh mikroorganisme
b. Proses reduksi kimia (terjadi setelah terbentuk Nitrit).
Tabel 2. Kriteria Penilaian Status Hara (Nitrogen Tanah)
Sangat Sangat
Nitrogen Rendah Rendah Sedang Tinggi
Tinggi
(%)
< 0,1 0,1 – 0,2 0,21 – 0,5 0,51 – 0,75 > 0,75
Sumber: Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT) Bogor (2009).

1. Fiksasi Nitrogen (N₂)


Menurut Maharani [14], Nitrogen yang tersedia di atmosfer mencapai
80%, untuk memperoleh N₂ yang melimpah tersebut tanaman harus
bersimbiosis dengan bakteri pemiksasi Nitrogen.
Fiksasi Nitrogen adalah proses pertukaran Nitrogen udara menjadi
Nitrogen dalam tanah oleh jasad renik tanah yang simbiotik dan nonsimbiotik.
Selain golongan jasad renik baik itu simbiotik maupun nonsimbiotik, terdapat
juga bekteri yang secara terbatas memfiksasi Nitrogen yakni beberapa
bakteria dan cendawan. Kapasitas bakteria nonsimbiotik mengikat Nitrogen
atmosferik dan sejumlah Nitrogen tertentu sebagian besar adalah tergantung
pada tanah serta konsentrasi tersedianya energy [33]
7

Bakteri heterotropik tertentu yang hidup di dalam tanah ternyata dapat


pula hidup secara bebas pada tanaman tingkat tinggi yang berkemampuan
menggunakan nitrogen udara dalam pembentukan sel-sel jaringan tubuhnya.
Bakteri-bakteri heterotropik tersebut apabila tidak hidup bersama-sama
tanaman-tanaman tingkat tinggi tadi disebut bakteri non-simbiotik.
Berdasarkan kebutuhan oksigen bagi keperluan hidupnya maka dapat terbagi
menjadi dua, yakni sebagai berikut.
a. Golongan aerobic, yaitu bakteri azotobakter, yang tersebar secara meluas,
ditemukan dalam tanah dengan pH 6.0 lebih, reaksi tanah ini merupakan
faktor pembatas pada perkembangan dan penyebaran bakteri tersebut,
memang pada pH kurang dari 6.0 dapat juga hidup akan tetapi tidak aktif.
b. Golongan anaerobic, yaitu bakteri clostridium, yang dapat lebih
menyesuaikan diri pada keadaan asam dibandingkan dengan bakteri-
bakteri lain dari golongan aerobic, terkadang sering ditemukan di setiap
jenis tanah dalam keadaan menguntungkan karena dapat mengikat
nitrogen [29]

D. Analisis Tanah
Analisis tanah merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui status hara dalam menilai kesuburan tanah, yang mempunyai
konsep bahwa tanaman akan respon terhadap pemupukan bila kadar hara
tersebut kurang atau jumlah yang tersedia tidak cukup untuk pertumbuhan
yang optimal, sehingga dari analisa ini akan diperoleh rekomendasi
pemupukan [1]
Menurut Sutedjo et al [33], analisa tanah bertujuan untuk
mengungkapkan khuluk (nature) tanah, sifat-sifat (properties) tanah, dan
tabiat atau perilaku (behaviour) tanah.
Analisa tanah merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
memberikan gambaran terkait status unsur hara dalam tanah (sangat rendah,
rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi), keracunan tanah, menentukan kadar
kritis unsur hara, dan membuat rekomendasi pupuk. Metode analisis tanah
secara singkat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pengambilan contoh
tanah, ekstraksi dengan bahan kimia, dan pengukuran kadar unsur hara [21].
8

Menurut Hakim et al [5], terdapat dua langkah proses analisa tanah


yang sangat perlu diperhatikan secara baik. Langkah pertama adalah
pengekstrakan bagian yang akan ditetapkan kadarnya dari contoh tanah, dan
yang kedua adalah penetapan kadar zat yang ada dalam bagian yang telah
terekstrak. Dilihat dari segi tujuan analisis tanah, maka langkah pertamalah
yang terpenting. Sedangkan untuk langkah yang kedua merupakan analisa
kimia umum, sehingga tidak memerlukan pengetahuan khas tentang tanah atau
fisiologi tanaman serta tentang risosfer.

E. Tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC)


Tanaman Leguminosae adalah tanaman polong-polongan dengan
sistem perakaran yang mampu bersimbiosis dengan bakteri rhizobium dan
membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari
udara. Berdasarkan sifat pertumbuhannya, tanaman legum dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu legum menjalar, dan legum perdu [19].
Menurut Ma’ruf et al [15], penanaman Legum Cover Crop mampu
memperbaiki kesuburan tanah, menekan pertumbuhan gulma, meningkatkan
ketersediaan karbon dan nitrogen dalam tanah, serta mengurangi laju erosi.
Ada beberapa jenis LCC yang paling popular untuk dibudidayakan, yakni
Mucuna bracteata (MB), Centrocema pubescens (CP), Calopogonium
muconoides (CM), Pueraria javanica (PJ), dan Calopogonium caeruleum
(CC).
Menurut Rukmana [22], tanaman Leguminosae mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu:
1. Hidup saling berhubungan dan menguntungkan (symbiotic mutualistis)
dengan bekteri pengikat Nitrogen bebas dari udara. Tanaman
Leguminosae mendapat unsur Nitrogen dari bakteri Rhizobium sp.,
kemudian unsur Nitrogen tersebut melalui daun yang gugur akan
memperkaya kandungan unsur Nitrogen di dalam tanah.
2. Mempunyai sistem perakaran yang dalam sehingga mampu menyerap
unsur hara (makanan) dan air yang berada jauh di dalam tanah, di
samping itu tidak terjadi kompetisi terhadap unsur hara dengan
tanaman pangan pada bidang tanah.
9

3. Tahan terhadap musim kering (kemarau) panjang, dan pemangkasan


berulang-ulang. Hasil dari sisa-sisa pemangkasan yang secara berulang
tersebut dapat menjadi sumber bahan organik.
4. Mempunyai pertumbuhan yang cepat dan produksi daunnya tinggi.
Pohon Leguminosae mempunyai manfaat lain seperti sumber kayu
bakar, pupuk hijau, dan pakan ternak.

1. Mucuna Bracteata.
a. Botani
Tanaman ini termasuk satu dari beberapa tanaman kacang-
kacangan yang ditemukan pertama kali di India Utara, tepatnya di
kawasan hutan negara bagian Tripura. Awalnya, Mucuna bracteata
ditanam untuk keperluan tanaman pakan hijau [15].
Menurut Germplasm Resources Information – Network Amerika
dalam Harahap et al [10], nama latin dari kacangan ini adalah Mucuna
bracteata dengan klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Faboideae
Genus : Mucuna
Species : Mucuna bracteata

Mucuna Bracteata (MB) memiliki kelebihan antara lain,


pertumbuhan cepat, tahan terhadap naungan, dapat berkompetisi dengan
pertumbuhan gulma, kemampuan fiksasi Nitrogen yang tinggi, dan
produksi biomassa tinggi [13].
Perbanyakan tanaman Mucuna Bracteata (MB) dilakukan secara
vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara generatif memungkinkan
terjadinya perubahan sifat genetik dari tanaman induknya, tanaman yang
10

dihasilkan tidak seragam, dan jangka waktu produksinya relatif lama.


Sementara, perbanyakan secara vegetatif melalui stek batang pada
tanaman Mucuna Bracteata (MB) dapat menghasilkan tanaman yang
memiliki sifat yang sama dengan induknya dan dapat menghasilkan bibit
dalam jumlah banyak. Perbanyakan stek mempunyai kelemahan yaitu
rentan terhadap kematian. Kegagalan stek batang pada Mucuna Bracteata
(MB) disebabkan oleh sulitnya mendapatkan stek yang baik dan
penyesuaian pada tahap aklimatisasi [16].

b. Morfologi
1) Daun
Helaian daun berbentuk oval, satu tangkai daun terdiri dari 3
(tiga) helaian anak daun, berwarna hijau, muncul disetiap ruas batang.
Ukuran daun dewasa (trifolat) dapat mencapai 15 x 10 cm. Helain
daun akan menutup apabila suhu lingkungan tinggi (termonasti),
sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan.
2) Batang
Tumbuh menjalar, merambat/membelit/memanjat, berwarna
hijau muda sampai hijau kecoklatan. Batang ini memiliki diameter 0,4
– 1,5 cm berbentuk bulat berbuku dengan panjang buku 25 – 34 cm,
tidak berbulu, terkturnya cukup lunak, lentur, mengandung banyak
serat dan berair. Apabila batang dipotong maka mengeluarkan
berwarna putih dan berubah menjadi coklat setelah kering. Batang
yang telah tua akan mengeluarkan bintil kecil berwarna putih dan bila
bersinggungan dengan tanah maka berdiferensiasi menjadi akar baru
[25].
3) Akar
Menurut Yusuf [37], Mucuna bracteata memiliki sistem
perakaran tunggang sebagai mana kacangan lain, berwarna putih
kecoklatan, tersebar di atas permukaan tanah. Tanaman ini juga
memiliki bintil akar yang menandakan adanya simbiosis mutualisme
antara tanaman dengan bakteri Rhizobium sehingga dapat memfiksasi
Nitrogen bebas menjadi Nitrogen yang tersedia bagi tanaman.
11

4) Bunga
Bunga berbentuk tandan menyerupai rangkaian bunga anggur
dengan panjang 20 – 35 cm terdiri dari tangkai bunga 15 – 20 tangkai
dengan 3 buah bunga setiap tangkainya. Bunga monoceus ini
berwarna biru terung, dengan bau sangat menyengat untuk menarik
perhatian kumbang penyerbuk.
5) Buah dan Biji
Satu rangkaian bunga yang berhasil menjadi polong biasanya
terdiri dari 4 – 15 polong, tergantung dari umur tanaman dan lingkngan
setempat termasuk perubahan musim. Polong-polong ini diselimuti
oleh bulu-bulu halus berwarna merah keemasan yang berubah warna
menjadi hitam ketika matang, bulu-bulu ini juga dapat menimbulkan
alergi dan iritasi ringan pada kulit. Polong yang berbulu ini memiliki
panjang 5 – 8 cm, lebar 1 – 2 cm, dan memiliki 2 – 5 biji untuk setiap
polongnya. Biji berwarna coklat tua sampai hitam mengkilap, dari 1
kg polong basah dapat menghasilkan 250 g biji kering dengan berat
580 biji kering/100 gram. Dari mulai munculnya bunga sampai polong
siap panen, dibutuhkan waktu sekitar 50 – 60 hari [25].

c. Syarat Tumbuh
1) Iklim
a) Ketinggian Tempat
Mucuna Bracteata tumbuh pada tanah bertekstur ringan hingga
berat dengan ketinggian 100 – 1000 mdpl.
b) Temperatur
Mucuna Bracteata menghendaki temperatur harian minimum 12⁰
C dan maksimum 23⁰ C.
c) Curah Hujan
Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan Mucuna baik
yakni berkisar antara 1000 – 2500 mm/tahun, dan 3 – 10
merupakan hari hujan setiap bulannya.
d) Kelembaban
12

Tingkat kelembaban yang baik atau sesuai untuk tanaman ini


adalah sekitar 80%.
e) Lama Penyinaran Matahari
Mucuna bracteata membutuhkan lama penyinaran penuh sekitar 6
– 7 jam/hari [11].
2) Tanah
Tanaman ini tumbuh baik pada pasir berdrainase baik, tanah
liat dan ultisols dengan pH 5 – 6,5. Namun tanaman ini juga tumbuh
dengan baik pada lahan berpasir asam, tidak toleran terhadap air
berlebih [4].

F. Bakteri Rhizobium Sp.


Rhizobium merupakan salah satu bakteri yang sangat bermanfaat bagi
pertanian. Bakteri Rhizobium dapat bersimbiosis dengan tanaman kacang-
kacangan (Leguminosae) sehingga menghasilkan bintil akar yang dapat
mengikat Nitrogen bebas [36].
Bakteri Rhizobium hanya dapat bersimbiosis dengan tumbuhan legum
dengan menginfeksi akarnya, dan membentuk bintil akar di dalamnya. Tidak
semua jenis tanaman kacangan yang diuji sejauh ini telah membentuk nodul,
kira-kira sekitar 10% dari jenisnya telah diperiksa. Genus Rhizobium yang
termasuk famili Rhizobiaceae terdiri dari beberapa spesies legum tapi tidak
dengan yang lain. R. leguminosarum misalnya, mampu membentuk nodul
yang efektif pada akar Pisum sativum, Vicia dan Lithyrus, tapi tidak pada
Trifolium, Medicago sativa dan banyak legum lainnya. R.trifolii membentuk
nodul pada berbagai jenis clover tapi tidak pada Pisum sativum, bean dan
lainnya Kelompok dari jenis tanaman yang berbeda yang mungkin nodul
dengan jenis Rhizobium yang sama disebut cross-inoculation groups [20]
Tabel 3. Beberapa Spesies Rhizobium dan Tanaman Simbiosisnya [20]:
Rhizobium spp. Kelompok Inokulasi Silang Tipe Legum
K legiamnasonim Kelompok ercis Pisum, Vicia, Lens
R. phaseoli Kelompok kacang Phaseolus
R. trifolii Kelompok semanggi Trifolium
R. melioti Kelompok alfalfa Medicago,Melilotus,
K legiamnasonim Kelompok ercis bTrigonella
R. lupini Kelompok lupini Lupinus. Ornithopus
13

R. japanicum Kelompok kedelai Glycine


Rhizobium sp. Kelompok cowpea Vigna, Arachis

1. Mekanisme Pembentukan Bintil Akar (Nodulisasi).


Simbiosis mutualisme antara Rhizobium dengan akar Leguminosae
bermula dari perkembangan Rhizobium di daerah sekitar perakaran. Simbiosis
ini dapat terjadi karena ada komunikasi antara tanaman inang dengan
Rhizobium. Komunikasi tersebut dapat terjadi karena ada sinyal kimiawi yang
dapat dikenali oleh Rhizobium yang disebut Oligosakarida [30]. Peristiwa
tersebut selanjutnya diikuti dengan penggulungan dan deformasi rambut akar
[20]. Deformasi rambut akar disebabkan oleh adanya Rhizobium yang
melekat pada ujung akar. Adanya perlekatan ini memungkinkan Rhizobium
terperangkap ke dalam lingkungan akar tersebut dan mendegradasi dinding sel
akar. Degradasi dinding sel tersebut mengakibatkan Rhizobium masuk ke
dalam sel korteks melalui benang infeksi [30]. Berdasarkan Hidrajat [12],
tahapan pembentukan bintil akar selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4
berikut.
Tabel 4. Tahapan Pembentukan Bintil Akar
Umur Bintil (Hari) Tahapan Nodulisasi
0 Rhizobium masuk ke dalam rambut akar atau epidermis
1–2 Benang infeksi mencapai dasar sel epidermis dan
memasuki korteks
3–4 Suatu masa kecil sel-sel terinfeksi dalam primordium
bintil
5 Pembagian pesat dari sel-sel bakteri dan sel-sel akar
(inang)
7–9 Bintil mulai tampak
12 – 18 Pertumbuhan lanjut dari jaringan bintil, jaringan
bakteroid berwarna merah muda dan mulai terjadi
fiksasi Nitrogen
23 Sebagian besar pembagian sel bakteri dan sel inang
berhenti, tetapi pembesaran bintil tetap berlanjut karena
pembesaran sel, merupakan periode aktif fiksasi
28 – 37 Nitrogen
Bintil mencapai besar maksimal, fiksasi Nitrogen
50 – 60 berlanjut sampai awal pelapukan bintil
Pelapukan bintil

2. Efektivitas Rhizobium Sp.


14

Efektif tidaknya penambatan Nitrogen pada kacang-kacangan dapat


diketahui antara lain dari perkembangan bintil akar saat tanaman mencapai
fase berbunga. Bintil akar yang efektif biasanya berukuran besar, terletak
dibagian atas atau bergerembol di sekitar leher akar dan tampak warna merah
pada bagian tengah nodul ketika dibelah. Warna merah tersebut disebabkan
karena dalam nodul terdapat kandungan lehemoglobin. Selain lehemoglobin
di dalam bakteri Rhizobium tersebut juga terdapat enzim Nitrogenase [12].
Menurut Handayanto [7] dan Suryantini [31], adanya lehemoglobin dan enzim
Nitrogenase merupakan dua komponen yang memegang peranan proses
fiksasi N₂. Sebaliknya, bintil akar yang tidak efektif (infektif) tersebar di
seluruh perakaran tanaman dan berukuran kecil.

G. Pengapuran.
Pengapuran merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan nilai pH tanah serta menurunkan kadar Al. Pemberian kapur
pada tanah selain meningkatkan nilai pH dan menurunkan kadar Al, juga
berguna untuk meningkatkan kadar Ca serta Kejenuhan Basa [29]. Sedangkan
menurut Saputro et al [24], kegiatan pengapuran bertujuan untuk
meningkatkan pH tanah, ketersediaan unsur hara tanaman, mengurangi
kelarutan unsur hara beracun (Fe, Al, dan Mn), memperbaiki struktur tanah,
mempercepat perkembangan akar dan jasad renik (mikroba) terutama bakteri
pengikat Nitrogen serta Nitrifikasi.
Menurut Sutarto et al [32], pH tanah yang meningkat setelah
pemberian kapur membuat kondisi lingkungan tanah menjadi lebih baik untuk
proses berlangsungnya kehidupan mikroorganisme di dalam tanah.
Pengapuran dapat memberikan hasil yang baik apabila dilakukan
dengan tepat. Keefektifan pengapuran dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya adalah jenis kapur, takaran (dosis), penempatan, distribusi, kadar
air tanah, dan tekstur tanah [31].
15
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan penutup terluar bumi yang berperan sebagai
penunjang kehidupan semua makhluk hidup. Karakter tanah dapat dilihat
berdasarkan tingkat kesuburan maupun status pH tanahnya. Kesuburan tanah
umumnya digambarkan sebagai ketersedian unsur hara yang melimpah. Unsur
hara yang ada pada tanah terdiri dari berbagai macam, namun yang dominan
dimanfaatkan oleh tanaman terdiri dari unsur Nitrogen (N), Fospor (P), dan
Kalium (K). Sedangkan pH tanah adalah tingkat kemasaman tanah tersebut.
Kondisi pH tanah yang ideal atau sesuai bagi tanaman dapat dicapai melalui
cara pemberian kapur apabila tingkat kemasaman tanah diketahui rendah.
Tingkat kemasaman tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan serta perkembangan semua jenis tanaman, khususnya
bagi Leguminosae.
Leguminosae merupakan tanaman suku polong-polongan yang banyak
dimanfaatkan pada kegiatan perkebunan, pertanian, peternakan, pertambangan
dan beberapa sentra lainnya. Tanaman ini terdiri dari berbagai macam jenis,
namun ditinjau dari bentuknya maka terbagi menjadi Leguminosae menjalar,
dan Leguminosae perdu. Salah satu jenis Leguminosae yang sering
dimanfaatkan adalah Mucuna Bracteata. Tanaman Leguminosae jenis ini
sering dimanfaatkan karena dinilai memiliki banyak keunggulan, di antaranya
adalah pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap naungan, dan kemampuan
fiksasi Nitrogen yang tinggi. Proses fiksasi ini melibatkan simbiosis antara
tanaman Leguminosae dengan bakteri Rhizobium. Proses fiksasi Nitrogen dari
udara oleh tanaman Leguminosae tidak serta merta langsung terjadi setelah
tanaman tumbuh, melainkan perlu melalui serangkaian proses dan waktu yang
cukup panjang. Keberadaan bakteri Rhizobium ditandai dengan terbentuknya
nodul (bintil) pada rambut akar tanaman Leguminosae. Seiring dengan
berjalannya waktu dalam proses pembentukan bintil-bintil akar, memberikan
dampak terhadap kemampuan tanaman Leguminosae yang bersimbiosis
dengan bakteri Rhizobium dalam mengikat Nitrogen dari udara.
17

Kemampuan bakteri Rhizobium dalam memfiksasi Nitrogen dapat


berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh kondisi lingkungan yang sesuai.
Kondisi ini umumnya dicirikan oleh ketersedian unsur hara yang cukup,
kondisi iklim (intensitas cahaya, temperatur, air, panjang hari) yang
mendukung bagi pertumbuhan serta perkembangan tanaman, dan tingkat
kemasaman tanah (pH) yang terpenuhi.

Leguminosae Cover Crops (LCC).

Pembentukan Bintil Akar

Fiksasi Nitrogen (N)

Umur Tanam Dosis Kapur Dolomit


30 Hari, 60 Hari, 90 Hari 0 ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha

Analisis Nitrogen Tanah Analisis pH Tanah

Kriteria Penilaian N Tanah (PPT,2009) Kriteria Penilaian pH tanah (PPT,2009)

Nitrogen Total Tanah pH Tanah


Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Analisis Kandungan N-Total dan pH
Tanah yang Ditanami Leguminosae Cover Crops (LCC) pada Umur Tanam Serta
Dosis Pengapuran Berbeda
B. Hipotesis
1. Umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda pada tanaman Leguminosae
Cover Crops (LCC) berpengaruh terhadap tingkat kemasaman (pH) tanah.
2. Umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda pada tanaman Leguminosae
Cover Crops (LCC) tidak berpengaruh terhadap tingkat kemasaman (pH)
tanah.
3. Umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda pada tanaman Leguminosae
Cover Crops (LCC) berpengaruh terhadap kandungan Nitrogen Total tanah.
4. Umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda pada tanaman Leguminosae
Cover Crops (LCC) tidak berpengaruh terhadap kandungan Nitrogen Total
tanah.
IV. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 – Januari 2020,
yang meliputi dua lokasi pelaksanaan yaitu penanaman Leguminosae Cover
Crop (LCC) serta pengambilan sampel tanah yang terletak di Kelurahan
Bantuas, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, dan Analisis tanah di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman
Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

B. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Tulis,
Kamera, Bak Plastik, Silet, Plastik Sampel, Meteran, Cangkul, Karung Plastik,
Bambu, Kain Serbet, Ember Plastik, Cetok, Polybag, Ring Sampel,
Timbangan Analitik, Oven (Essikator), Labu Ukur 25 ml, Labu Kjeldahl 300
ml, dan Presto. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah Air,
Fungisida, Benih Mucuna Bracteata, Katalis, Asam Sulfat, Rhizobium,
Sampel Tanah, Kapur Dolomit dan Aquadest.

C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial (RAL) dengan dua faktor yaitu umur tanam dan dosis kapur dolomit.
Faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan yaitu umur tanam 30 (a1), 60 (a2), dan
90 Hari (a3). Sedangkan untuk faktor kedua terdiri dari 3 perlakuan yaitu
tanpa diberi kapur dolomit (b0), diberi kapur dolomit sebanyak 10 ton/ha (b1),
dan diberi kapur dolomit sebanyak 20 ton/ha (b2). Kedua faktor perlakuan
dikombinasikan dan diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 36 satuan
percobaan. Gambar tata letak polybag sampel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Lampiran 1.

D. Prosedur Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
Secara administratif lokasi penelitian terletak di wilayah Kelurahan
Bantuas, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
19

Waktu yang ditempuh dari Kota Samarinda menuju lokasi penelitian adalah
sekitar ± 1 jam, melewati akses jalan poros Samarinda-Sangasanga dengan
kecepatan kendaraan rata-rata 60 – 80 Km/Jam.
Secara geografis lokasi penelitian berada pada titik koordinat
00⁰39.056’ Lintang Selatan, 117⁰13.468’ Bujur Timur, dengan keadaan
topografi lahan di sekitarnya yakni datar dan berbukit. Sebagian besar lahan
yang ada di sekitar lokasi penelitian umumnya dimanfaatkan sebagai sentra
usaha pertambangan batubara, pertanian ladang dan perkebunan.

2. Persiapan Media Tanam


Persiapan media tanam diawali dengan terlebih dahulu melakukan
pengolahan tanah yang meliputi pencangkulan, pengemburan, dan
pembersihan tanah dari sisa-sisa bagian tumbuhan yang ada. Setelah itu,
tanah dimasukkan ke dalam masing-masing polybag sebanyak 10 kg
bersamaan dengan pemberian kapur dolomit. Kemudian polybag tersebut
disusun pada lokasi yang telah ditentukan.
3. Pemberian Kapur Dolomit
Pemberian kapur dolomit dilakukan pada masing-masing polybag yang
sudah berisi tanah. Proses ini dilakukan dengan cara mencampurkan kapur
dolomit sesuai dosis yang telah ditetapkan ke dalam tanah yang ada pada
masing-masing polybag secara merata. Dosis kapur dolomit ditentukan
melalui perhitungan sebagai berikut.
a. Konversi dosis kapur dolomit 10 ton/ha menjadi gram/polybag.
Diketahui:
BD = 1.47 g/cm3
10 ton = 10.000 Kg
1 kg = 1.000 gram
1 ha tanah = 2.000.000 x BD
= 2.000.000 x 1.47
= 2.940.000 Kg
Berat tanah dalam 1 polybag = 10 kg, maka jumlah kapur yang dibutuhkan
adalah
20

10.000 kg x
=
2.940.000 kg 10 kg
x
0,0034 kg=
10 kg
¿ 0,0034 kg .10 kg
¿ 0,034 kg atau 34 gram/polybag kapur dolomit
b. Konversi dosis kapur dolomit 20 ton/ha menjadi gram/polybag.
Diketahui:
BD = 1.47 g/cm3
20 ton = 20.000 kg
1 kg = 1.000 gram
1 ha tanah = 2.000.000 x BD
= 2.000.000 x 1.47
= 2.940.000 Kg
Berat tanah dalam 1 polybag = 10 kg, maka jumlah kapur yang dibutuhkan
adalah
20.000 kg x
=
2.940.000 kg 10 kg
x
0,0068 kg=
10 kg
¿ 0,0068 kg . 10 kg
¿ 0,068 kg atau 68 gram/polybag kapur dolomit

4. Persiapan Benih
Persiapan benih meliputi beberapa tahapan yakni pengupasan kulit
benih, sebelum persemaian dilakukan maka terlebih dahulu lapisan kulit benih
(Spermodermis) Mucuna Bracteata dikupas sedikit menggunakan silet agar air
mudah diserap oleh benih. Setelah itu benih direndam ke dalam larutan
fungisida dengan konsentrasi 0,5 % selama ± 15 menit.

5. Persemaian
a. Setelah benih Mucuna Bracteata direndam menggunakan larutan fungisida
selama ± 15 menit, benih kemudian diletakkan pada kain basah dan
21

disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung


selama ± 24 jam.
b. Setelah ± 24 jam, selanjutnya benih dicuci dengan hati-hati mengunakan
air bersih sebanyak 2 kali. Kemudian dilakukan proses yang sama seperti
di atas yakni meletakkan benih pada kain basah, lalu disimpan pada tempat
yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
c. Setelah 2 hari benih akan mengeluarkan Radikula, dan siap ditanam ke
polybag. Benih yang berwarna hitam atau berjamur adalah benih afkir
yang tidak dapat ditanam.

6. Pembuatan Ajir
Pembuatan ajir dilakuan sebelum benih ditanam pada polybag.
Pembuatan lanjaran atau ajir menggunakan bahan dari kayu dan bambu untuk
tempat merambatnya Mucuna bracteata dengan ketinggian ± 1 m. Pembuatan
lanjaran ini bertujuan untuk mencegah bagian tanaman yang tumbuh
merambat tidak menyentuh tanah, sehingga fiksasi Nitrogen terfokus pada
media tanam polybag.

7. Penanaman
Setelah berumur 2 hari, benih Mucuna Bracteata (MB) yang
sebelumnya telah disemai kemudian ditanam pada masing-masing polybag
yang sudah berisi tanah sebanyak 3 benih/polybag dengan kedalaman ± 2 cm.
Sebelum ditanam, benih Mucuna Bracteata terlebih dahulu direndam ke
dalam air yang telah dicampur tanah yang mengandung bakteri Rhizobium
selama ± 5 menit. Hal ini bertujuan agar memastikan bahwa keberadaan
bakteri Rhizobium ada pada tanah sejak awal penanaman. Jarak antara polybag
adalah 50 cm, sedangkan jarak antara baris polybag yakni 100 cm.

8. Penyulaman
Setelah tanaman berumur ± 14 hari setelah tanam (HST), kemudian
dilakukan penyulaman. Sehingga dari total 3 benih Mucuna Bracteata yang
tumbuh tersebut, hanya disisakan 1 tanaman yang pertumbuhannya dinilai
sangat baik. Setelah itu, sisa bagian tanaman yang telah dicabut tersebut
dipotong menjadi bagian-bagian kecil kemudian diletakkan kembali ke dalam
22

polybag. Hal ini dilakukan agar unsur hara yang sebelumnya telah diserap
oleh tanaman tersebut diharapkan dapat kembali ke dalam tanah.

9. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan selama penelitian berjalan, meliputi
kegiatan penyiraman yang dilakukan setiap hari (pagi dan sore) kecuali jika
hujan turun, serta penyiangan gulma. Selama waktu pemeliharaan, tidak
dilakukan pemangkasan pada bagian tubuh tanaman. Alasannya adalah
mencegah resiko adanya pengaruh pengurangan bagian tubuh tanaman
terhadap Nitrogen yang tersedia di dalam tanah.

10. Pemotongan
Pemotongan bagian tubuh tanaman Mucuna Bracteata dilakukan
sebelum pengambilan sampel tanah. Proses pemotongan ini hanya
menyisakan bagian akar dan batang yang memiliki panjang sekitar 5 cm dari
media perakaran.

11. Pengambilan Sampel Tanah


Pengambilan sampel tanah dilakukan sebanyak 4 kali untuk melihat
sifat kimia tanah berupa Nitrogen Total dan pH tanah, yaitu pada tahap awal
(tanpa tanaman Leguminosae dan pemberian kapur dolomit) untuk analisis
tanah awal, dan pada hari ke-30, 60, serta hari ke-90 ST (setelah tanam) untuk
sampel tanah yang sudah diberi perlakuan. Sebelum pengambilan contoh
sampel, tanah diaduk terlebih dahulu secara merata. Pengambilan sampel
tanah dilakukan pada tiap-tiap polybag, kemudian dimasukan kedalam plastik
sampel yang telah diberi label dan terpisah satu sama lain.

12. Analisis Tanah


Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui nilai BD (Bulk Density)
serta sifat kimia tanah berupa jumlah Nitrogen Total tanah, dan pH tanah.
Analisis Nitrogen yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode
Kjeldahl.
Analisis BD (Bulk Density) dilakukan dengan metode ring dengan
contoh tanah utuh. Ring sampel berbentuk silinder dengan diameter 2 inchi
23

(5.08 cm) dan tinggi ring 5 cm. Prosedur analisis Bulk Density adalah sebagai
berikut.
1. Timbang tanah dan silinder.
2. Keluarkan tanah dari silinder dan timbang silinder.
3. Tentukan kadar air untuk konversi terhadap kering muntlak (Kadar air sub
sampel)
4. Timbang 50 g tanah.
5. Keringkan dengan oven ± 110 C selama 24 jam.
6. Ambil tanah dari oven dan diamkan 15 menit, supaya sesuai suhu ruangan,
sebagai massa kering dan timbang tanah.
7. Perhitungan Bulk Density
Menurut Balai Penelitian Tanah [2], kegiatan analisis tanah (penetapan
N-total Tanah dan pH Tanah) terdiri dari:
a. Pengeringan
b. Penumbukan/pengayakan
c. Penyimpanan
d. Analisis Penetapan Nitrogen Tanah Metode Kjeldahl
e. Analisis pH Tanah

13. Parameter Pengamatan


Parameter yang diamati dalam penelitian adalah pH tanah, jumlah
Nitrogen total tanah dan jumlah bintil akar efektif. Penetapan pH tanah dan
jumlah Nitrogen Total dilakukan melalui proses analisis tanah di laboratorium.
Sedangkan untuk pengamatan jumlah bintil akar efektif, dilakukan pada saat
pengambilan sampel tanah. Proses ini meliputi beberapa tahapan, yakni
mencabut bagian tanaman yang telah dipotong secara perlahan, agar bintil
akar yang ada pada bagian perakaran tidak terputus. Pada saat mencabut
bagian tanaman, masing-masing polybag sampel diletakkan pada bag plastik.
Kemudian bintil (Nodul) yang melekat pada bagian perakaran diamati.
Pengamatan yang dilakukan meliputi jumlah bintil akar yang efektif
memfiksasi Nitrogen. Adapun ciri-ciri bintil akar yang efektif tersebut adalah
ukurannya besar dan ketika dibelah maka bagian dalamnya terlihat warna
kemerahan.
24

14. Pengambilan Data


Metode pengambilan data adalah cara-cara yang digunakan untuk
memperoleh data selama penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berasal dari parameter pengamatan yaitu berupa pH tanah,
jumlah Nitrogen Total tanah, dan bintil akar (jumlah, diameter dan status
bintil akar).

E. Metode Analisis
Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel Anova, F tabel,
dan DMRT (Duncan’s Multiple Range Tests) 5 %.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Analisis Sifat Kimia Tanah Awal
Hasil analisis sifat kimia tanah awal disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Analisis Tanah Awal.
No Parameter Satuan Nilai Status
1 Bulk density g/cm 3
1,47 -
2 pH - 3,16 Sangat Masam
3 Nitrogen total % 0,07 Sangat Rendah
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

2. Analisis Hubungan Antara pH Tanah Terhadap Populasi Bintil Akar.


Hasil analisis berupa perbandingan antara nilai pH terhadap populasi
bintil akar yang terbentuk pada perakaran tanaman Mucuna Bracteata
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6. Hasil Analisis Hubungan Antara pH Tanah Terhadap Populasi Bintil
Akar.
Dosis Pengapuran (b)
Umur Tanam Rata-rata (%)
b0 b1 b2
(a)
Nilai Bintil Nilai Bintil Nilai Bintil Nilai Bintil
a1 3,13 0 4,24 5 4,42 3 3,92 3
a2 3,62 1 4,60 5 5,67 12 4,63 6
a3 4,07 1 5,25 10 5,07 9 4,80 7
Rata-rata (%) 3,61 1 4,70 7 5,05 8
Keterangan: Tabel di atas menunjukkan bahwa meningkatnya nilai pH tanah membuat populasi bintil
akar yang terbentuk menjadi lebih banyak.

3. Analisis Hubungan Antara Populasi Bintil Akar Terhadap Jumlah N


Total.
Hasil analisis berupa hubungan antara jumlah populasi bintil akar
terhadap jumlah Nitrogen Total (N-Total) tanah disajikan pada tabel berikut.
Tabel 7. Hasil Analisis Hubungan Antara Populasi Bintil Akar Terhadap
Jumlah N-Total.
Dosis Pengapuran (b)
Umur Tanam Rata-rata (%)
b0 b1 b2
(a)
Nilai Bintil Nilai Bintil Nilai Bintil Nilai Bintil
a1 0,12 0 0,26 5 0,25 3 0,21 3
a2 0,14 1 0,21 5 0,19 12 0,18 6
a3 0,12 1 0,18 10 0,16 9 0,15 7
Rata-rata (%) 0,13 1 0,21 7 0,20 8
26

4. Analisis Sifat Kimia Tanah Akhir.


a. Analisis Tingkat Kemasaman Tanah (pH Tanah).
Hasil analisis pH tanah setelah pemberian perlakuan berupa umur
tanam dan dosis pengapuran disajikan pada tabel berikut.
Tabel 8. Hasil Analisis Tingkat Kemasaman Tanah (pH Tanah).
Dosis Pengapuran (b)
Umur Tanam (a) b0 b1 b2 Rata-rata
Nilai Nilai Nilai
a1 3,13a 4,24bc 4,42cd
3,93a
a2 3,62ab 4,60cde 5,67f
4,63b
a3 4,07bc 5,25ef 5,07def
4,80b
Rata-rata 3,61a 4,70b 5,05b
Ket: Huruf (b) setelah angka menunjukkan perlakuan terbaik. Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang
sama pada kolom menyatakan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.
Tabel Anova pada lampiran 3 menunjukkan bahwa interaksi faktor
umur tanam dengan dosis pengapuran yang berbeda, berpengaruh nyata
terhadap nilai pH tanah. Faktor perlakuan umur tanam dan dosis pengapuran
masing-masing menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH
tanah.
b. Analisis Nitrogen Total Tanah (N-Total).
Hasil analisis Nitrogen Total tanah setelah pemberian perlakuan
berupa umur tanam dan dosis pengapuran disajikan pada tabel berikut.
Tabel 9. Hasil Analisis Nitrogen Total Tanah (N-Total).
Dosis Pengapuran (b)
Umur Tanam (a) b0 b1 b2 Rata-rata (%)
Nilai Nilai Nilai
a1 0,12 0,26 0,25 0,21
a2 0,14 0,21 0,19 0,18
a3 0,12 0,18 0,16 0,15
Rata-rata (%) 0,13a 0,21b 0,20b
Ket: Huruf (b) setelah angka menunjukkan perlakuan terbaik. Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang
sama pada kolom menyatakan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.
Hasil analisis pada tabel Anova di lampiran 3 menunjukkan bahwa
interaksi antara faktor umur tanam dengan dosis pengapuran yang berbeda,
tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH tanah. Berdasarkan hasil analisis
pada tabel Anova tersebut juga diketahui bahwa faktor dosis pengapuran
merupakan perlakuan yang berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
kandungan Nitrogen Total tanah.
27

B. Pembahasan
1. Analisis Tanah Awal.
Hasil analisis tanah awal pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa,
tanah yang digunakan sebagai media tanam bagi tanaman Mucuna Bracteata
memiliki status Nitrogen Total (N-Total) sangat rendah yakni 0,07% dan pH
tanah yang sangat masam yakni sekitar 3,16. Penilaian status sifat kimia tanah
berupa pH dan Nitrogen Total tersebut berdasarkan tabel kriteria penilaian
status hara PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor tahun 2009. Rendahnya nilai
pH maupun N-total tanah diduga akibat adanya proses Leaching (pencucian)
yang intensif pada lahan lokasi pengambilan sampel tanah karena berada di
lereng bukit dengan tingkat kemiringan lahan sekitar 7 %, dimana vegetasi
yang dominan tumbuh adalah Alang-alang (Imperata Cylindrica). Menurut
Pudjiharta et al [17], tanah yang di tumbuhi alang-alang umumnya merupakan
tanah yang masam, miskin unsur hara, memiliki kandungan bahan oraganik
dengan kejenuhan Aluminium tinggi dan merupakan jenis tanah yang
terdegradasi (mengalami penurunan kesuburan).
2. Hubungan Antara pH Tanah Terhadap Jumlah Bintil Akar.
Tingkat kemasaman (pH) tanah dapat berpengaruh terhadap aktivitas
beberapa jenis bakteri yang ada di dalam tanah, salah satu diantaranya adalah
bakteri Rhizobium. Menurut Purwaningsih [18], Hardjowigeno [9], Kehidupan
bakteri Rhizobium sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kondisi fisik,
biologi, dan kondisi kimia tanah berupa unsur hara yang cukup serta pH tanah
yang sesuai. Kondisi pH tanah akan mempengaruhi perkembangan bakteri
pengikat Nitrogen dari udara. Sehingga berpengaruh terhadap jumlah bintil
akar yang terbentuk. Setijono [26] mengatakan bahwa pH optimum bagi
bakteri Rhizobium agar dapat berkembang dengan baik adalah sekitar 5,5 –
7,0. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada nilai pH tanah < 5,5 dan > 7,0
bakteri Rhizobium tidak dapat berkembang dengan baik.
Hasil pengamatan pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa pada nilai
pH tanah mendekati angka 6 rata-rata populasi bintil akar yang terbentuk
menunjukkan jumlah terbanyak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
pembentukan bintil akar lebih efektif pada kondisi pH tanah mendekati netral.
Pembentukkan bintil akar tersebut berkaitan dengan infeksi oleh bakteri
28

Rhizobium pada rambut akar. Menurut Wolff et al [39], tingkat kemasaman


(pH) optimal bagi bakteri Rhizobium adalah sedikit di bawah netral hingga
alkali. Bakteri Rhizobium sensitif terhadap pH tanah yang rendah, sehingga
pada kondisi tanah yang masam bakteri Rhizobium tidak dapat menginfeksi
rambut akar dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis pH tanah, diketahui bahwa pada nilai rata-
rata pH tanah tertinggi yang menunjukkan angka 5,67 pada perlakuan a2b2
(umur tanam 60 hari dengan dosis pemberian kapur dolomit 68 gram), rata-
rata populasi bintil akar yang terbentuk jumlahnya paling banyak yakni 12
buah. Sedangkan pada nilai pH tanah dari beberapa perlakuan yang
menunjukkan angka terendah yakni 3, rata-rata populasi bintil akar yang
terbentuk jumlahnya sangat sedikit, bahkan pada sampel perlakuan a1b0
(umur tanam 30 hari tanpa diberi kapur dolomit) tidak ditemukan adanya
bintil akar terbentuk. Hasil pengamatan ini semakin menjelaskan bahwa nilai
pH tanah sangat berpengaruh terhadap proses pembentukkan bintil akar pada
tanaman Mucuna Bracteata.
3. Hubungan Antara Populasi Bintil Akar Terhadap Jumlah N-Total.
Meningkatnya jumlah Nitrogen total pada tanah yang ditanami
Mucuna Bracteata disebabkan adanya proses fiksasi Nitrogen dari udara oleh
bakteri Rhizobium Leguminosarum pada bintil (nodul) yang terbentuk di
sistem perakaran tanaman. Keberadaan bakteri Rhizobium Leguminosarum
pada tanah akan berpengaruh terhadap proses pembentukan bintil akar.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa
banyaknya populasi bintil akar yang terbentuk tidak serta merta membuat
jumlah Nitrogen Total tanah yang dimilikinya menjadi lebih besar. Hal ini
berdasarkan perbandingan antara populasi bintil akar terhadap jumlah
Nitrogen total tanah dari masing-masing perlakuan. Contohnya pada
perlakuan a2b2 yang mempunyai populasi rata-rata bintil akar terbanyak yakni
12 buah, jumlah Nitrogen Total tanah yang dimilikinya tidak lebih besar dari
perlakuan a1b1 yang hanya memiliki populasi rata-rata bintil akar sebanyak 5
buah. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa tidak hanya populasi bintil akar,
29

tetapi ada beberapa faktor pengamatan lainnya seperti diameter bintil akar dan
status bintil akar (aktif atau tidak aktif ) yang perlu diperhatikan.
Hasil pengamatan pada lampiran 5 menunjukkan bahwa warna bintil
akar dari masing-masing sampel ulangan perlakuan ketika dibelah terlihat
warna kemerahan dan merah kehitaman. Namun, dari kedua warna tersebut
yang lebih dominan adalah warna kemerahan. Hasil pengamatan tersebut
dapat mengindikasikan bahwa sebagian besar bintil akar dari masing-masing
perlakuan aktif melakukan proses fiksasi Nitrogen dari udara. Sedangkan
untuk beberapa sampel yang tidak teridentifikasi disebabkan karena
ukurannya yang terlalu kecil dan warna bagian dalam bintil akar yang tidak
terlihat jelas, sehingga tidak diketahui apakah termasuk aktif atau tidak.
4. Analisis Tanah Akhir.
a. Tingkat Kemasaman Tanah (pH Tanah).
Tabel Anova pada lampiran 3 menunjukkan adanya interaksi yang
Nyata antara faktor umur tanam dengan dosis pengapuran yang berbeda
terhadap nilai pH tanah. Faktor perlakuan umur tanam dan dosis pengapuran
yang berbeda masing-masing menunjukkan berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai pH tanah. Umur tanam 30 hari merupakan umur tanam terbaik,
sedangkan dosis pengapuran 68 g/polybag merupakan dosis pengapuran
terbaik terhadap nilai pH tanah. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan terbaik ada pada a2b2 (kombinasi perlakuan antara umur
tanam 60 hari dengan dosis pengapuran 68 g) dimana rata-rata nilai pH tanah
yaitu 5,67 (Agak Masam).
Hasil analisis tanah pada tabel 5 menunjukkan bahwa sampel tanah
awal yang digunakan mempunyai nilai pH 3,16 (sangat masam). Pencucian
(Leaching) kation-kation basa oleh air menjadi penyebab rendahnya nilai pH
tanah. Hakim et al [5] mengatakan bahwa kation yang dominan tersisa pada
tanah setelah terjadinya proses pencucian adalah kation asam yaitu
Aluminium dan Hidrogen, sehingga tanah menjadi masam. Hal ini berbeda
ketika sampel tanah diberikan perlakuan, dimana nilai pH tanah meningkat
serta bervariasi.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 30 hari menunjukkan bahwa
sampel tanah yang tidak diberi kapur dolomit mengalami penurunan nilai pH
30

sebesar 0,03. Kondisi tersebut berbeda dengan sampel tanah yang diberi kapur
dolomit, dimana pada dosis pengapuran sebanyak 34 g/polybag terjadi
peningkatan nilai pH sebesar 1,08 dan pada dosis pengapuran 68 g/polybag
mengalami peningkatan nilai pH tanah sebesar 1,26. Hasil analisis tersebut
masih menunjukkan status pH sangat masam (< 4,5), namun sudah dapat
menjadi indikasi bahwa terjadi peningkatan pH tanah setelah adanya
perlakuan.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 60 hari menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan nilai pH sebesar 0,46 pada sampel tanah yang tidak diberi
kapur dolomit. Peningkatan nilai pH tanah tersebut juga terjadi pada sampel
tanah dengan dosis pengapuran sebanyak 34 g/polybag yakni sebesar 1,44 dan
pada dosis pengapuran 68 g/polybag sebesar 2,51, hal ini mengindikasikan
bahwa pemberian kapur dolomit berpengaruh terhadap nilai pH tanah. Hasil
perbandingan antara sampel tanah yang tidak diberi kapur dolomit pada umur
tanam 60 hari dengan umur tanam 30 hari menunjukkan bahwa selain karena
pemberian kapur dolomit, meningkatnya nilai pH tanah disebabkan oleh
adanya proses perombakan bahan organik dari sisa bagian tubuh tanaman
Mucuna Bracteata. Menurut salbiah et al [23], hasil akhir dari proses
perombakan bahan organik pada tanah antara lain adalah kation-kation basa
seperti Kalsium, Magnesium, Natrium, dan Kalium. Tanah jenuh dengan
kation-kation basa tersebut sehingga terjadi peningkatan nilai pH.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 90 hari menunjukkan bahwa
sampel tanah yang tidak diberi kapur dolomit menunjukkan adanya
peningkatan nilai pH tanah sebesar 0,91. Peningkatan nilai pH tanah tersebut
juga terjadi pada sampel tanah yang diberi kapur dolomit sebanyak 34 gram
yakni sebesar 2,09 dan pada dosis pemberian kapur sebanyak 68 gram
meningkat sebesar 1,91.
b. Nitrogen Total Tanah (N-Total).
Tabel Anova pada lampiran 3 menunjukkan tidak adanya interaksi
yang Nyata antara faktor umur tanam dengan dosis pengapuran terhadap
jumlah Nitrogen Total di dalam tanah. Faktor dosis pengapuran merupakan
perlakuan yang berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan Nitrogen Total
tanah, dimana dosis pengapuran 34 g/polybag merupakan dosis pengapuran
31

terbaik. Kombinasi perlakuan terbaik ada pada a1b1 (kombinasi perlakuan


antara umur tanam 30 hari dengan dosis pengapuran 34 g). Perlakuan a1b1
menunjukkan terjadinya peningkatan nilai Nitrogen Total tanah sebesar
0,19%.
Hasil analisis tanah pada tabel 5 menunjukkan bahwa sampel tanah
awal yang digunakan memiliki status Nitrogen Total sangat rendah yaitu 0,07
%. Kondisi tersebut berbeda setelah adanya perlakuan, dimana hasil analisis
menunjukkan adanya peningkatan jumlah kandungan Nitrogen Total pada
tanah.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 30 hari menunjukkan terjadinya
peningkatan jumlah kandungan Nitrogen Total tanah sebesar 0,05 % pada
sampel yang tidak diberi kapur dolomit. Menurut data hasil pengamatan
bintil akar pada tabel 6, menunjukkan bahwa pada perlakuan umur tanam 30
hari tanpa pengapuran tidak ditemukan adanya bintil akar yang terbentuk.
Kondisi ini mungkin terjadi akibat pH tanah yang sangat masam, sehingga
bakteri Rhizobium tidak dapat bersimbiosis dengan akar tanaman Mucuna
Bracteata. Peningkatan jumlah Nitrogen Total tanah pada sampel tersebut
diduga terjadi akibat adanya proses perombakan bahan organik sisa bagian
tubuh tanaman yang mati oleh organisme tanah. Menurut Hardjowigeno [9],
Unsur Nitrogen di dalam tanah sebagian besar umumnya berasal dari bahan
oraganik. Ketersedian bahan organik tanah dapat mempengaruhi kandungan
Nitrogen di dalam tanah. Peningkatan jumlah kandungan Nitrogen Total pada
tanah juga terjadi pada sampel tanah yang diberi kapur dolomit sebanyak 34
g/polybag, yakni sebesar 0,19 % dan pada sampel tanah yang diberi kapur
dolomit sebanyak 68 g/polybag meningkat sebesar 0,18%.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 60 hari menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan jumlah Nitrogen Total pada tanah yang diberi maupun
tidak diberi kapur dolomit. Peningkatan jumlah kandungan Nitrogen Total
pada sampel tanah yang tidak diberi kapur dolomit adalah sebesar 0,07 %,
sedangkan pada sampel yang diberi kapur dolomit sebanyak 34 g/polybag
mengalami peningkatan sebesar 0,14 %. Kondisi demikian juga terjadi pada
32

sampel tanah yang diberi kapur dolomit sebanyak 68 g/polybag yakni


meningkat sebesar 0,12 %.
Hasil analisis tanah pada umur tanam 90 hari menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan jumlah Nitrogen Total sebesar 0,05 % pada sampel tanah
yang tidak diberi kapur dolomit. Peningkatan jumlah Nitrogen Total tersebut
juga terjadi pada sampel tanah dengan dosis pengapuran sebanyak 34
g/polybag, yaitu sebesar 0,11 %, dan pada dosis pengapuran sebanyak 68
g/polybag meningkat sebesar 0,09 %.
Menurut hasil pengamatan pada tabel 9 di atas, seiring dengan
pertambahan umur tanaman Mucuna Bracteata, jumlah Nitrogen Total yang
ada pada tanah mengalami penurunan. Kondisi menurunnya jumlah
kandungan Nitrogen Total pada tanah tersebut dapat terjadi karena tanaman
memanfaatkan sebagian unsur hara Nitrogen yang ada pada tanah untuk
pembentukan serta pertumbuhan Vegetatif seperti daun, batang, dan akar.
Hardjowigeno [9] mengatakan bahwa unsur Nitrogen di dalam tanah sangat
mudah mengalami pencucian (Leaching) atau hilang bersama air drainase,
sehingga konsentrasinya di dalam tanah menjadi berkurang.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda memberikan pengaruh
terhadap tingkat kemasaman tanah (pH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada kombinasi perlakuan terbaik yakni umur tanam 60 hari dengan dosis
pengapuran 68 g/polybag terjadi peningkatan nilai pH tanah yang semula
bernilai 3,16 meningkat menjadi 5,67.
2. Umur tanam dan dosis pengapuran yang berbeda memberikan pengaruh
terhadap jumlah Nitrogen Total tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada kombinasi perlakuan terbaik yakni umur tanam 30 hari dengan dosis
pemberian kapur dolomit sebanyak 34 g/polybag terjadi peningkatan
kandungan Nitrogen Total tanah yang semula bernilai 0,07 % meningkat
menjadi 0,26 %.

B. Saran
1. Tanaman Leguminosae jenis Mucuna Bracteta dapat memfiksasi Nitrogen dari
udara secara maksimal apabila pH tanah berada pada kondisi yang sesuai.
Oleh karena itu, analisis terhadap nilai pH tanah awal perlu dilakukan
sehingga diketahui apakah perlu adanya tindakan pengapuran atau tidak
berdasarkan data yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Al-Jabri, M. Widowati, L. R. Eviati. 2011. Petunjuk Penggunaan


Perangkat Uji Rawa. Balai Penelitian Tanah. Bogor

[2] Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

[3] Brady, N. C. 1974. Sifat Alami dan Sifat Tanah. Penerbit Marc Milan Co.,
Inc. 8 th Ed. New York.
[4] Forum Prohati. 2006. Keanekaragaman Hayati Tumbuhan. Indonesia.
[5] Hakim, N., Nyakpa, M., Nugroho, S., Saul, R., Diha, M., Hong, G., dan
Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung
Press. Lampung.
[6] Handayanto, E., Maddarisna, N., dan Fiqri, A. 2017. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Hal: 1. Cetakan ke-1. Penerbit Universitas Brawijaya Press.
Malang.
[7] Handayanto, E. 1998. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.
[8] Hanafiah, A.K. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Rajagrafindo Persada.
Jakarta
[9] Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
[10] Harahap, I.Y., Hidayat, T.C., Pangaribuan Yusran, Simangunsong, G., Listia,
E. dan Rahutomo, S. 2011. Mucuna Bracteata Pengembangan dan
Pemanfaatannya di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan.
[11] Harahap, dan Subronto. 2002. Penggunaan Kacangan Penutup Tanah
Mucuna Bracteata pada Pertanaman Kelapa Sawit. Warta PPKS 2002.
Vol 10(1): 1-6.
[12] Hidrajad, U.O. 1985. Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Sukamandi. Bogor.
[13] Laksono, P.B dan Wachjar, S. 2016. Pertumbuhan Mucuna Bracteata D.C
pada Berbagai Waktu Inokulasi dan Dosis Inokulan. Jurnal Agronomi
Indonesia. 44 (1) : 104-110.
[14] Maharani, Putri Sukma. 2008. Nodulasi dan Efektifitas Rhizobium Endogen
Tanah Entisol dan Vertisol pada Tanaman Kedelai (Gycine max L. Merill.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Malang. Malang.
[15] Ma’ruf, Amar., Zulia, Cik., dan Safruddin. 2017. Legume Cover Crop di
Perkebunan Kelapa Sawit. Hal: 4 – 6. Dalam: Efendi, Elfin., dan
Wahyudin, Deddy (peny). Katalog dalam Terbitan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia. Cetakan ke-1. Penerbit Forthisa Karya. Kisaran.
http://www.researchgate.net./publication/316349699_Legume_Cover_Cro
p_di_Perkebunan_Kelapa_Sawit. Diakses pada tanggal 12 Juni 2019.
35

[16] Munawan, M. D., C. Hanum, M.K. 2015. Respon Pertumbuhan Bibit Strek
Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Pada Media Tanam Limbah Kelapa
Sawit dan Mikoriza. Jurnal Agroekoteknologi. Vol 3 (4): 1585-1590.

[17] Pudjiharta. a, Widyati. Enny, Yelin. Adalina, Dan Syafruddin. HK. 2008.
Kajian Teknik Rehabilitasi Lahan Alang-Alang (Imperata cylindrical L.
Beauv). Info Hutan. Vol V(3): 219-230.

[18] Purwaningsih, S. 2008. Populasi Bakteri Rhizobium di Tanah pada


Beberapa Tanaman dari Pulau Buton, Kabupaten Muna, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jurna Tanah Trop. Vol 14(1): 65 – 70.

[19] Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Hal: 18. Cetakan
ke-5. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

[20] RAO, N.S dan Subba. 2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan
Tanaman. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
[21] Riswandi., Prasetyo., Hasanudin., dan Cahyadinata, I. 2017. Bahan Ajar
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Hal: 7 – 17. Cetakan ke-1. Penerbit
Yayasan Sahabat Alam Rafflesia. Bengkulu.
[22] Rukmana, R. 1995. Teknik Pengelolaan Lahan Berbukit dan Kritis. Hal:
34. Cetakan ke-8. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
[23] Salbiah, C., Muyasir., dan Sufardi. 2012. Pemupukan KCL, Kompos Jerami
dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Hasil
Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten
Aceh Besar. Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh Darussalam.
[24] Saputro, W., Sarwitri, R., dan Ingesti. 2017. Pengaruh Dosis Pupuk Organik
dan Dolomit pada Lahan Pasir Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine max, L.Merrill). Jurusan Ilmu Pertanian
Tropika dan Subtropika. Vol II(2): 70 -73.
[25] Sebayang, L., H.S. Indri, N. Palmarum, dan H.A. Mieke. 2015. Budidaya
Mucuna Bracteata pada Lahan Gambir. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatra Utara. Medan.
[26] Setijono, S. 1996. Intisari Kesuburan Tanah. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Malang.
[27] Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[28] Subroto. 2003. Tanah Pengelolaan dan Dampaknya. Penerbit Fajar


Gemilang. Samarinda.

[29] Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol pada Lahan


Pertambangan Batubara Sangatta Kalimantan Timur. Jurnal Teknik
Lingkungan. Vol 10(3): 337 – 346.

[30] Soedarjo, M. 1998. Komunikasi Intim Antara (Brady) Rhizobium dengan


Tanaman Kacang-Kacangan Mengawali Nodulasi. Dalam: bidang
Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan KOMDA HITI. Hal:
371-379.
36

[31] Suryantini. 1994. Inokulasi Rhizobium pada Kacang-Kacangan. Balai


Penelitian Tanaman Pangan. Malang

[32] Sutarto, V., Hutami, S., dan Soeherdy, B. 1986. Pengapuran dan Pemupukan
Molibdenum, Magnesium, dan Sulfur pada Kacang Tanah. Badan
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.

[33] Sutedjo, K dan Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Pt Rineka Cipta.


Jakarta.
[34] Subagyo, H., Suharta, N., dan Siswanto, A. 2000. Sumber Daya Lahan
Indonesia dan Pengelolaannya. Hal: 21 – 65. Pusat Penelitian Tanah dan
Agoklimat. Bogor
[35] Triharto, S. 2013. Survey dan Pemetaan Unsur Hara N,P,K, dan pH Tanah
Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai
Labu. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.
[36] Young, P. W dan Haukka, K. E. 1996. Diversity and Phylogeny of
Rhizobia. New Phytol J. 133.
[37] Yusuf, M. 2010. Pertumbuhan Mucuna Bracteata dan Kadar Hara N, P, K
Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Pada Pemberian Berbagai Pupuk
Hayati. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan
[38] Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.
Penerbit Gaya Media. Yogyakarta.
[39] Wolff, A., Singleton, P., Sidirelli, M,. dan Bohlool, B. 1993. Pengaruh tanah
masam pada bintil dan daya saing antar strain dalam kaitannya dengan
konsentrasi tanin pada biji dan akar Phaseolus vulgaris. Soil Biol
Biochem. (25): 715–21.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tata Letak Polybag Sampel Tanaman Mucuna Bracteata.

a1b0r2 a3b2r1 a2b1r4 a3b0r2 a2b2r4 a1b0r3 a3b1r3 a3b1r2 a2b0r4

a1b0r4 a3b1r4 a1b2r4 a3b2r2 a1b0r1 a2b2r2 a1b1r2 a2b1r1 a3b2r3

a1b2r1 a2b1r3 a3b1r1 a3b0r4 a1b1r3 a1b2r3 a1b1r1 a1b2r2 a2b2r1

a2b0r3 a1b1r4 a3b0r3 a3b0r1 a2b0r2 a2b1r2 a2b2r3 a2b0r1 a3b2r4

Keterangan:
a = Umur Tanam
b = Dosis Kapur Dolomit
r = Ulangan
Lampiran 2. Hasil Analisis N-Total Tanah dan pH Tanah
Lampiran 3. Hasil Analisis Sidik Ragam.

Sidik Ragam N-Total Tanah.


F. Tabel
SK DB JK KT F. Hitung
0,05 % 0,01%
Perlakuan 8 0,0880 0,0110 4,9451** 2,31 3,26
a 2 0,0176 0,0088 3,9563* 3,35 5,49
b 2 0,0583 0,0292 13,109** 3,35 5,49
ab 4 0,0121 0,0030 1,3570tn 2,73 4,11
Galat 27 0,0601 0,0022
KK = 2,83 %
* = Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
tn = Tidak Nyata

Sidik Ragam pH Tanah.


F. Tabel
SK DB JK KT F. Hitung
0,05 % 0,01%
Perlakuan 8 20,5591 2,5699 14,9128** 2,31 3,26
a 2 5,0339 2,5169 14,6055** 3,35 5,49
b 2 13,6083 6,8041 39,4838** 3,35 5,49
ab 4 1,9169 0,4792 2,7809* 2,73 4,11
Galat 27 4,6528 0,1723
KK = 1,03 %
* = Berbeda Nyata
** = Berbeda Sangat Nyata
tn = Tidak Nyata
Lampiran 4. Hasil Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Tests (DMRT) taraf 5%.

DMRT N-Total Tanah:


A Rata-rata Notasi
a3 0,158333 a
a2 0,185 a
a1 0,2125 a
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa semua perlakuan Umur
Tanam menunjukkan hasil terbaik. Namun berdasarkan nilai rata-rata maka perlakuan a1 (Umur
tanam 30 hari) adalah yang terbaik dibandingkan yang lainnya, Karena pada umur tanam ini
menunjukkan hasil tertinggi.

B Rata-rata Notasi
b0 0,12917 a
b2 0,205 b
b1 0,22167 b
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa antara perlakuan b1
maupun b2 sama-sama menunjukkan hasil terbaik. Namun, berdasarkan nilai rata-rata maka
perlakuan b1 adalah yang terbaik dibandingkan b2 karena menunjukkan hasil tertinggi.

DMRT pH Tanah:
A Rata-rata Notasi
a1 3,936667 a
a2 4,633333 b
a3 4,8 b
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa Umur Tanam terbaik ditunjukkan oleh
perlakuan a2 dan a3 (Umur Tanam 60 Hari dan 90 Hari). Namun jika dilihat dari selisih nilai rata-rata maka
perlakuan a2 adalah yang terbaik, karena hanya selisih 0,2 dengan perlakuan a3.

B Rata-rata Notasi
b0 3,6125 a
b1 4,69833 b
b2 5,05917 b
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa dosis kapur dolomit terbaik
ditunjukkan oleh perlakuan b1 dan b2 (Dosis kapur dolomit 34 g dan 68 g). Namun berdasarkan nilai rata-rata
maka perlakuan b2 adalah yang terbaik, karena menunjukkan hasil tertinggi.

Perlakua
Nilai Rata-rata Notasi
n
a1b0 3,1375 a
a1b1 4,245 bc
a1b2 4,4275 cd
a2b0 3,625 ab
a2b1 4,6 cde
a2b2 5,675 f
a3b0 4,075 bc
a3b1 5,25 ef
a3b2 5,075 def
Berdasarkan notasi yang ada pada tabel di atas, maka diketahui bahwa kombinasi terbaik ditunjukkan oleh
perlakuan a2b2 (Umur tanam 60 hari dengan dosis pengapuran 68 g).

Lampiran 5. Tabel Hasil Pengamatan Bintil Akar Tanaman Mucuna Bracteata.


Ukuran (mm)
Perlakuan Nomor Warna Status Jumlah
Panjang Lebar
a1b0r1 - - - - - -
a1b0r2 - - - - - -
a1b0r3 - - - - - -
a1b0r4 - - - - - -
a1b1r1 1 0,03 0,03 Kemerahan Aktif 1
a1b1r2 1 0,06 0,03 Kemerahan Aktif 3
2 0,04 0,03 Kemerahan Aktif
3 0,05 0,02 Kemerahan Aktif
a1b1r3 1 0,03 0,02 Kemerahan Aktif 10
2 0,02 0,02 - -
3 0,01 0,01 - -
4 0,01 0,01 - -
5 0.01 0,01 - -
6 0.01 0,01 - -
7 0.01 0,01 - -
8 0.01 0,01 - -
9 0.01 0,01 - -
10 0,01 0,01 - -
a1b1r4 1 0,06 0,03 Kemerahan Aktif 6
2 0,04 0,02 Kemerahan Aktif
3 0,03 0,02 Kemerahan Aktif
4 0,03 0,01 Kemerahan Aktif
5 0,06 0,03 Kemerahan Aktif
6 0,08 0,05 Kemerahan Aktif
a1b2r1 1 0,08 0,03 Kemerahan Aktif 1
a1b2r2 1 0,06 0,04 Kemerahan Aktif 2
2 0,04 0,02 Kemerahan Aktif
a1b2r3 1 0,01 0,01 - - 3
2 0,04 0,03 Kemerahan Aktif
3 0,01 0,02 - -
a1b2r4 1 0,02 0,01 - - 7
2 0,02 0,01 - -
3 0,01 0,01 - -
4 0,01 0,01 - -
5 0,01 0,01 - -
6 0,01 0,01 - -
7 0,03 0,02 Kemerahan Aktif
a2b0r1 1 0,22 0,05 Kemerahan Aktif 1
a2b0r2 - - - - - -
a2b0r3 1 0,22 0,05 Kemerahan Aktif 1
a2b0r4 1 0,11 0,06 Kemerahan Aktif 1
a2b1r1 1 0,11 0,04 Kemerahan Aktif 3
2 0,13 0,04 Kemerahan Aktif
3 0,16 0,09 Kemerahan Aktif
a2b1r2 1 0,12 0,04 Kemerahan Aktif 12
2 0,14 0,04 Kemerahan Aktif
3 0,11 0,04 Kemerahan Aktif
4 0,11 0,04 Kemerahan Aktif
Ukuran (mm)
Perlakuan Nomor Warna Status Jumlah
Panjang Lebar
5 0,07 0,03 Kemerahan Aktif
6 0,08 0,03 Kemerahan Aktif
7 0,08 0,04 Kemerahan Aktif
8 0,07 0,03 Kemerahan Aktif
Merah
9 0,09 0,03 Aktif
Kehitaman
10 0,10 0,03 Kemerahan Aktif
11 0,11 0,03 Kemerahan Aktif
12 0,06 0,03 Kemerahan Aktif
Merah
a2b1r3 1 0,13 0,10 Aktif 3
Kehitaman
Merah
2 0,14 0,07 Aktif
Kehitaman
Merah
3 0,18 0,04 Aktif
Kehitaman
a2b2r4 1 0,16 0,11 Kemerahan Aktif 3
2 0,19 0,08 Kemerahan Aktif
3 0,15 0,08 Kemerahan Aktif
a2b2r1 1 0,11 0,05 Kemerahan Aktif 12
Merah
2 0,11 0,04 Aktif
Kehitaman
3 0,12 0,05 Kemerahan Aktif
Merah
4 0,10 0,03 Aktif
Kehitaman
Merah
5 0,09 0,04 Aktif
Kehitaman
6 0,05 0,03 Kemerahan Aktif
7 0,09 0,03 Kemerahan Aktif
8 0,05 0,03 Kemerahan Aktif
Merah
9 0,04 0,02 Aktif
Kehitaman
10 0,05 0,02 Kemerahan Aktif
11 0,04 0,02 Kemerahan Aktif
12 0,04 0,02 Kemerahan Aktif
Merah
a2b2r2 1 0,08 0,05 Aktif 18
Kehitaman
2 0,07 0,05 Kemerahan Aktif
3 0,10 0,05 Kemerahan Aktif
Merah
4 0,12 0,04 Aktif
Kehitaman
5 0,12 0,05 Kemerahan Aktif
6 0,09 0,07 Kemerahan Aktif
7 0,08 0,04 Kemerahan Aktif
8 0,10 0,04 Kemerahan Aktif
9 0,13 0,03 Kemerahan Aktif
10 0,07 0,06 Kemerahan Aktif
11 0,10 0,07 Kemerahan Aktif
12 0,08 0,04 Kemerahan Aktif
Merah
13 0,09 0,04 Aktif
Kehitaman
Ukuran (mm)
Perlakuan Nomor Warna Status Jumlah
Panjang Lebar
14 0,11 0,03 Kemerahan Aktif
15 0,07 0,03 Kemerahan Aktif
16 0,07 0,02 Kemerahan Aktif
17 0,07 0,02 Kemerahan Aktif
18 0,06 0,02 Kemerahan Aktif
a2b2r3 1 0,11 0,07 Kemerahan Aktif 16
Merah
2 0,12 0,06 Aktif
Kehitaman
3 0,11 0,04 Kemerahan Aktif
4 0,12 0,03 Kemerahan Aktif
5 0,16 0,07 Kemerahan Aktif
6 0,10 0,05 Kemerahan Aktif
7 0,09 0,04 Kemerahan Aktif
8 0,08 0,04 Kemerahan Aktif
9 0,10 0,03 Kemerahan Aktif
Merah
10 0,10 0,04 Aktif
Kehitaman
Merah
11 0,08 0,04 Aktif
Kehitaman
12 0,08 0,04 Kemerahan Aktif
13 0,08 0,03 Kemerahan Aktif
14 0,08 0,04 Kemerahan Aktif
15 0,06 0,02 Kemerahan Aktif
16 0,07 0,02 Kemerahan Aktif
a2b2r4 1 0,19 0,05 Kemerahan Aktif 4
2 0,20 0,04 Kemerahan Aktif
3 0,15 0,07 Kemerahan Aktif
4 0,09 0,05 Kemerahan Aktif
a3b0r1 - - - - - -
Merah
a3b0r2 1 0,21 0,11 Aktif 2
Kehitaman
Merah
2 0,11 0,07 Aktif
Kehitaman
a3b0r3 - - - - - -
a3b0r4 - - - - - -
Merah
a3b1r1 1 0,13 0,08 Aktif 13
Kehitaman
2 0,10 0,09 Kemerahan Aktif
3 0,11 0,07 Kemerahan Aktif
4 0,09 0,05 Kemerahan Aktif
5 0,10 0,05 Kemerahan Aktif
Merah
6 0,11 0,06 Aktif
Kehitaman
7 0,07 0,04 Kemerahan Aktif
8 0,07 0,06 Kemerahan Aktif
9 0,07 0,03 Kemerahan Aktif
10 0,05 0,05 Kemerahan Aktif
11 0,05 0,06 Kemerahan Aktif
12 0,07 0,05 Kemerahan Aktif
13 0,06 0,04 Kemerahan Aktif
Ukuran (mm)
Perlakuan Nomor Warna Status Jumlah
Panjang Lebar
Merah
a3b1r2 1 0,18 0,11 Aktif 10
Kehitaman
2 0,06 0,04 Kemerahan Aktif
3 0,07 0,03 Kemerahan Aktif
4 0,06 0,04 Kemerahan Aktif
Merah
5 0,06 0,03 Aktif
Kehitaman
6 0,07 0,03 Kemerahan Aktif
7 0,06 0,03 Kemerahan Aktif
8 0,03 0,02 Kemerahan Aktif
9 0,04 0,02 Kemerahan Aktif
10 0,05 0,05 Kemerahan Aktif
a3b1r3 1 0,17 0,16 Kemerahan Aktif 10
2 0,19 0,10 Kemerahan Aktif
3 0,15 0,10 Kemerahan Aktif
4 0,16 0,10 Kemerahan Aktif
5 0,11 0,08 Kemerahan Aktif
6 0,08 0,09 Kemerahan Aktif
7 0,09 0,07 Kemerahan Aktif
8 0,07 0,03 Kemerahan Aktif
9 0,04 0,05 Kemerahan Aktif
10 0,05 0,02 Kemerahan Aktif
a3b1r4 1 0,13 0,09 Kemerahan Aktif 8
2 0,16 0,06 Kemerahan Aktif
Merah
3 0,09 0,06 Aktif
Kehitaman
4 0,08 0,05 Kemerahan Aktif
5 0,08 0,05 Kemerahan Aktif
6 0,08 0,03 Kemerahan Aktif
7 0,07 0,02 Kemerahan Aktif
8 0,04 0,02 Kemerahan Aktif
a3b2r1 1 0,26 0,04 Kemerahan Aktif 10
Merah
2 0,14 0,09 Aktif
Kehitaman
3 0,19 0,06 Kemerahan Aktif
4 0,15 0,09 Kemerahan Aktif
5 0,10 0,06 Kemerahan Aktif
6 0,11 0,06 Kemerahan Aktif
Merah
7 0,14 0,07 Aktif
Kehitaman
8 0,08 0,07 Kemerahan Aktif
9 0,09 0,04 Kemerahan Aktif
10 0,08 0,03 Kemerahan Aktif
Merah
a3b2r2 1 0,12 0,06 Aktif 8
Kehitaman
2 0,12 0,10 Kemerahan Aktif
3 0,08 0,06 Kemerahan Aktif
4 0,08 0,05 Merah Aktif
Kehitaman
5 0,10 0,05 Kemerahan Aktif
Ukuran (mm)
Perlakuan Nomor Warna Status Jumlah
Panjang Lebar
6 0,07 0,06 Kemerahan Aktif
7 0,09 0,04 Kemerahan Aktif
8 0,05 0,03 Kemerahan Aktif
Merah
a3b2r3 1 0,18 0,12 Aktif 5
Kehitaman
2 0,20 0,09 Kemerahan Aktif
3 0,14 0,11 Kemerahan Aktif
4 0,12 0,09 Kemerahan Aktif
Merah
5 0,10 0,05 Aktif
Kehitaman
a3b2r4 1 0,14 0,10 Kemerahan Aktif 13
2 0,14 0,07 Kemerahan Aktif
3 0,10 0,06 Kemerahan Aktif
4 0,11 0,08 Kemerahan Aktif
Merah
5 0,09 0,06 Aktif
Kehitaman
6 0,08 0,05 Kemerahan Aktif
Merah
7 0,09 0,04 Aktif
Kehitaman
8 0,07 0,07 Kemerahan Aktif
Merah
9 0,09 0,04 Aktif
Kehitaman
10 0,06 0,05 Kemerahan Aktif
11 0,06 0,06 Kemerahan Aktif
12 0,09 0,05 Kemerahan Aktif
13 0,06 0,03 Kemerahan Aktif
Lampiran 6. Gambar Sampel Tanaman Mucuna Bracteata di Lokasi Penelitian
Lampiran 7. Gambar Tahapan Persiapan Media Tanam dan Persemaian
No Keterangan Gambar
Tanah awal dari lokasi yang telah ditentukan

Pencampuran Tanah dengan Kapur Dolomit.

Polybag sampel yang telah berisi tanah


sebanyak 10 kg.

Perendaman Benih Mucuna Bracteata kedalam


larutan Fungisida

Benih Mucuna Bracteata yang telah disemai


pada kain basah selama ± 2 hari dan siap untuk
ditanam

5
Lampiran 8. Gambar Tanaman Mucuna Bracteata dari awal ditanam hingga
berumur 14 Hari.
No Keterangan Gambar

Sebelum ditanam, benih direndam dengan larutan


1
yang mengandung Rhizobium selama ±15 menit

2 Benih Mucuna Bracteata 3 hari setelah ditanam

3 Benih Mucuna Bracteata 14 hari setelah ditanam


Lampiran 9. Gambar Tahapan Pengambilan Sampel

No Keterangan Gambar
1 Polybag sampel tanaman Mucuna Bracteata
2 Pemotongan bagian tubuh atas tanaman Mucuna
Bracteata hingga menyisakan ± 5 cm (panah
merah) ke bagian perakaran.

3 Polybag Sampel dipindahkan ke bag plastik

4 Polybag di belah setengah bagian

5 Akar tanaman dipisahkan dengan tanah. Kemudian


setelah itu diambil sampel tanah maupun akar
tanaman lalu di masukkan ke dalam plastik sampel
serta diberi label untuk selanjutnya di analisis dan
diamati.

Lampiran 10. Gambar Analisis Tanah di Laboratorium.


Lampiran 11. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
30 Hari tanpa Pengapuran

Kode Sistem Perakaran Bintil Akar

a1b0r1
a1b0r2

a1bor3

a1b0r4

Lampiran 12. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
30 dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran Bintil Akar

a1b1r1
a1b1r2

a1b1r3
a1b1r4

Lampiran 13. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
30 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag

Kode Sistem Perakaran Bintil Akar


a1b2r1

a1b2r2

a1b2r3
a1b2r4

Lampiran 14. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 Hari tanpa Pengapuran
Kode Sistem Perakaran
Bintil Akar
a2bor1

a2bor2

a2bor3
a2bor4

Lampiran 15. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran Bintil Akar

a2b1r1

a2b1r2

a2b1r3
a2b1r4

Lampiran 16. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
60 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran Bintil Akar

a2b2r1

a2b2r2
a2b2r3

a2b2r4

Lampiran 17. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari tanpa Pengapuran
Kode Sistem Perakaran
Bintil Akar
a3bor1

a3bor2
a3bor3

a3bor4

Lampiran 18. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari dengan Dosis Pengapuran 34 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran Bintil Akar

a3b1r1

a3b1r2
a3b1r3

a3b1r4
Lampiran 19. Gambar Hasil Analisis Bintil Akar Mucuna Bracteata Umur Tanam
90 Hari dengan Dosis Pengapuran 68 g/Polybag
Kode Sistem Perakaran
Bintil Akar
a3b2r1

a3b2r2

a3b2r3

a3b2r4

Anda mungkin juga menyukai