Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENGAMATAN

PRAKTIKUM FISIKA TANAH

ANALISIS PENGAMATAN TANAH DI LAPANGAN

Rizka Azhari
05101282227058

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB 1

LANDASAN TEORI

1.1 Pendahuluan
Laporan Pengamatan Praktikum Fisika Tanah ini dibuat untuk
menganalisis parameter pengamatan tanah di lapangan. Tanah adalah salah satu
sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah
satu media pertumbuhan tanaman, tanah juga berfungsi sebagai penyimpan air dan
nutrisi bagi tanaman. Oleh karena itu, penelitian tentang tanah menjadi sangat
penting untuk mengoptimalkan produksi tanaman dan menjaga kualitas
lingkungan hidup.
Dalam pengamatan tanah di lapangan, terdapat beberapa parameter yang
dapat diukur dan dianalisis. Beberapa parameter yang sering diukur di lapangan
antara lain tekstur tanah, struktur tanah, kelembaban tanah, pH tanah, dan suhu
tanah. Tekstur tanah dapat dianalisis dengan mengamati proporsi relatif antara tiga
ukuran partikel tanah yaitu pasir, debu, dan lempung. Struktur tanah dapat
dianalisis dengan mengamati bagaimana partikel-partikel tanah tersebut tersusun
dan terorganisir. Kelembaban tanah dapat diukur dengan menggunakan alat
pengukur kelembaban tanah seperti tensiometer dan dendrometer. pH tanah dapat
diukur dengan menggunakan kertas lakmus atau pH meter. Suhu tanah dapat
diukur dengan menggunakan termometer atau alat pengukur suhu tanah lainnya.
Selain parameter-parameter tersebut, terdapat juga parameter lain yang
dapat dianalisis seperti kandungan unsur hara dalam tanah seperti nitrogen, fosfor,
dan kalium, serta kandungan bahan organik dalam tanah. Kandungan unsur hara
dan bahan organik dalam tanah dapat dianalisis dengan menggunakan metode
analisis kimia laboratorium.
Dalam penelitian terbaru, beberapa jurnal mengungkapkan bahwa
parameter pengamatan tanah di lapangan dapat berdampak pada kualitas produksi
tanaman dan lingkungan hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Sukarman (2019)
mengungkapkan bahwa kandungan bahan organik dalam tanah dapat
meningkatkan produktivitas tanaman dan kualitas lingkungan hidup. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa kandungan bahan organik dalam tanah
dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti penggunaan pestisida dan penggunaan
pupuk kimia.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sulistyorini (2020) menunjukkan
bahwa tekstur tanah dan kelembaban tanah juga mempengaruhi kualitas produksi
tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanah dengan tekstur yang pas
dan kelembaban yang cukup dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan
kualitas lingkungan hidup.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2021) menunjukkan
bahwa pH tanah juga mempengaruhi kualitas produksi tanaman. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tanah dengan pH yang optimal dapat meningkatkan
produktivitas tanaman dan kualitas lingkungan hidup.
Berdasarkan penelitian-penelitian terbaru tersebut, dapat disimpulkan
bahwa parameter pengamatan tanah di lapangan sangat penting untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dan menjaga kualitas lingkungan hidup.
Oleh karena itu, pengamatan terhadap parameter-parameter tersebut harus
dilakukan secara periodik untuk memastikan bahwa kondisi tanah tetap optimal
untuk pertumbuhan tanaman dan keseimbangan lingkungan hidup.
Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk mempermudah
pengamatan parameter tanah di lapangan. Salah satu teknologi yang dapat
digunakan adalah sistem pengukuran tanah berbasis sensor. Sistem ini dapat
mengukur secara langsung parameter-parameter tanah seperti kelembaban tanah,
suhu tanah, dan pH tanah. Data yang dihasilkan oleh sistem pengukuran tanah ini
dapat diakses secara online dan dapat membantu petani dalam memonitor kondisi
tanah secara real-time.
Dalam pengamatan tanah di lapangan, perlu diperhatikan juga faktorfaktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan. Beberapa faktor
lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain cuaca, topografi, dan vegetasi.
Cuaca yang buruk seperti hujan lebat dapat mempengaruhi hasil pengamatan
kelembaban tanah dan suhu tanah. Topografi yang curam juga dapat
mempengaruhi hasil pengamatan tekstur tanah dan struktur tanah. Sedangkan
vegetasi dapat mempengaruhi hasil pengamatan pH tanah dan kandungan unsur
hara dalam tanah.
Dalam kesimpulan, parameter pengamatan tanah di lapangan sangat
penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan menjaga kualitas
lingkungan hidup. Parameter-parameter tersebut antara lain tekstur tanah, struktur
tanah, kelembaban tanah, pH tanah, dan suhu tanah. Selain itu, kandungan unsur
hara dan bahan organik dalam tanah juga perlu dianalisis untuk memastikan
kondisi tanah yang optimal. Teknologi seperti sistem pengukuran tanah berbasis
sensor dapat digunakan untuk mempermudah pengamatan tanah di lapangan.
Namun, perlu diperhatikan juga faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi hasil pengamatan.
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Tempat dan Waktu


Praktikum Fisika Tanah dilaksanakan di Arboretum Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya sriwijaya pada hari Minggu tanggal 19 Febuari 2023 pukul
8 s/d.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan tanah
di lapangan adalah sebagai berikut:1) Alat pengukur suhu tanah; 2) Ember;
3)Gelas ukur; 4) Palu; 5) Penggaris; 6) Pengukur pH tanah; 7)Sekop; 8) Spatula

2.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum pengamatan tanah di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Pengamatan horizon
Pengamatan horizon dilakukan dengan menggali lubang pada tanah sekitar 50
cm dengan lebar 30 cm dan kedalaman 30 cm. Setelah itu, dilakukan
pengamatan terhadap setiap horizon pada lubang tersebut. Pengamatan yang
dilakukan meliputi warna, tekstur, konsistensi, karatan, selaput, struktur, dan
perakaran. Pengamatan pada setiap horizon dilakukan dengan mengamati secara
menyeluruh bagian kanan, tengah, dan kiri pada dinding lubang. Setiap
pengamatan harus dicatat pada catatan lapangan agar hasil pengamatan dapat
dianalisis lebih lanjut.
2. Pengamatan warna
Pengamatan warna dilakukan dengan mengamati warna tanah pada setiap
horizon yang ditemukan pada lubang yang digali. Warna tanah pada setiap
horizon dicatat dan dianalisis. Warna tanah dapat memberikan informasi
mengenai jenis dan kandungan bahan organik dalam tanah.
3. Pengamatan tekstur
Pengamatan tekstur dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel tanah dan
dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu pasir, debu dan liat. Cara melakukan
pengamatan tekstur adalah dengan mengambil sedikit tanah dari lubang yang
digali pada pengamatan horizon kemudian dicampur dengan air hingga
tercampur rata. Setelah itu, campuran tanah dan air dibiarkan selama beberapa
saat hingga partikel tanah mengendap dan terlihat lapisan pasir, debu, dan liat
pada bagian bawah gelas. Dari pengamatan tekstur ini dapat diketahui ukuran
partikel tanah serta komposisi fraksinya. Fraksi pasir memiliki ukuran partikel
yang lebih besar dari 0,05 mm dan biasanya memiliki warna lebih terang dari
fraksi debu dan liat. Fraksi debu memiliki ukuran partikel antara 0,002 - 0,05
mm dan biasanya berwarna abu-abu. Sedangkan fraksi liat memiliki ukuran
partikel yang paling kecil yaitu kurang dari 0,002 mm dan biasanya berwarna
abu-abu kecokelatan.
4. Pengamatan konsistensi
Pengamatan konsistensi dilakukan untuk mengetahui tingkat kelembaban
tanah dan kekuatan tanah dalam mempertahankan bentuknya. Cara melakukan
pengamatan konsistensi adalah dengan mengambil sejumlah tanah dari lubang
yang digali pada pengamatan horizon dan ditekan dengan jari atau alat yang
sesuai hingga tanah berubah bentuk. Tanah kemudian dinilai konsistensinya,
apakah lunak, sedang atau keras. Pengamatan konsistensi ini penting untuk
mengetahui kemampuan tanah dalam menahan air dan dalam menopang
bangunan atau struktur.
5. Pengamatan karatan
Pengamatan karatan dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman atau pH
tanah. Cara melakukan pengamatan karatan adalah dengan menggunakan
indikator pH seperti pH meter atau kertas lakmus. Indikator pH dicelupkan ke
dalam tanah yang telah diambil dari lubang pengamatan horizon. Pengamatan
karatan ini penting untuk mengetahui ketersediaan nutrisi dalam tanah,
khususnya nutrisi yang hanya dapat diserap oleh tanaman pada rentang pH
tertentu.
6. Pengamatan selaput
Pengamatan selaput dilakukan untuk mengetahui adanya bahan organik atau
lapisan material organik pada tanah. Cara melakukan pengamatan selaput adalah
dengan mengambil sejumlah tanah dari lubang pengamatan horizon kemudian
diambil sejumlah lapisan atas tanah yang lebih gelap. Lapisan tersebut kemudian
dilihat dan diraba untuk mengetahui keberadaan bahan organik pada tanah.
Pengamatan selaput ini penting untuk mengetahui potensi kesuburan tanah dan
kemampuan tanah dalam menyimpan dan menyediakan nutrisi bagi tanaman.
7. Pengamatan struktur
Pengamatan struktur dilakukan untuk mengetahui bentuk atau tipe struktur
tanah. Cara melakukan pengamatan struktur adalah dengan mengambil sejumlah
tanah dari lubang pengamatan horizon dan ditekan dengan jari atau alat yang
sesuai. Bentuk atau tipe struktur tanah kemudian dinilai apakah terdapat struktur
agregat atau struktur blok. Pengamatan struktur ini penting untuk mengetahui
sifat fisik tanah yang dapat mempengaruhi drainase, pergerakan air, dan
penetrasi akar tanaman. Cara melakukan pengamatan perakaran adalah dengan
menggali lubang pada pengamatan horizon dan mengamati akar tanaman yang
terdapat pada lubang tersebut. Perakaran yang diamati haruslah dalam kondisi
yang segar dan tidak rusak. Kemudian, perakaran yang diamati diukur
panjangnya menggunakan mistar dan dicatat pada buku pengamatan. Selain itu,
diameter perakaran juga diukur menggunakan penggaris dan dicatat pada buku
pengamatan.
8. Pengamatan perakaran
Pengamatan perakaran ini penting dilakukan untuk mengetahui kondisi
kesehatan tanah. Perakaran yang sehat biasanya mempunyai akar yang kuat dan
panjang serta percabangan yang banyak. Hal ini menunjukkan bahwa tanah
tersebut mempunyai struktur yang baik sehingga memungkinkan akar tanaman
untuk berkembang dengan baik. Sebaliknya, perakaran yang kurang sehat
biasanya mempunyai akar yang pendek dan sedikit percabangan. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak menyediakan nutrisi yang cukup bagi
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.
Setelah semua pengamatan dilakukan, data-data yang telah terkumpul harus
dicatat pada buku pengamatan dengan rapi dan teliti. Data tersebut akan
digunakan untuk analisis pengamatan tanah di laboratorium selanjutnya. Selain
itu, tanah yang telah diambil dari lapangan harus juga dikirim ke laboratorium
untuk dianalisis lebih lanjut.
Secara keseluruhan, praktikum pengamatan tanah di lapangan sangat penting
dilakukan karena dapat memberikan informasi yang sangat berharga mengenai
kondisi tanah. Dari hasil pengamatan tersebut, dapat diketahui sifat-sifat tanah
seperti warna, tekstur, konsistensi, karatan, selaput, struktur, dan perakaran.
Seluruh informasi tersebut sangat berguna untuk menentukan jenis tanaman
yang cocok ditanam pada suatu area, serta menentukan tindakan yang perlu
dilakukan untuk memperbaiki kondisi tanah yang tidak optimal.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Horison Tanah
Pada praktikum pengamatan tanah di lapangan, kami melakukan
pengamatan terhadap horison tanah yang ada. Horison tanah adalah lapisanlapisan
pada tanah yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hasil pengamatan
kami menunjukkan bahwa terdapat tiga horison tanah, yaitu O, A, dan B.
Hasil pengamatan horison tanah menunjukkan adanya empat horison pada
lokasi pengamatan, yaitu A, B, C, dan D. Horison A merupakan horison tanah
paling atas yang terdiri dari lapisan tipis tanah hitam dan humus yang cukup
subur. Horison B merupakan horison tanah yang berada di bawah horison A,
terdiri dari lapisan tanah liat berwarna coklat muda yang cukup padat dan
memiliki struktur granular. Horison C merupakan horison tanah yang berada di
bawah horison B, terdiri dari lapisan tanah liat berwarna coklat tua yang lebih
padat dan memiliki struktur lempung. Horison D merupakan horison tanah paling
bawah yang terdiri dari batuan dasar.
Menurut jurnal Bhardwaj, A.K. et al. (2018), pengamatan horison tanah
dapat memberikan informasi penting mengenai sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Horison A yang subur dan memiliki kandungan humus tinggi dapat
menunjang pertumbuhan tanaman, karena humus berfungsi sebagai sumber nutrisi
dan dapat meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Horison B yang terdiri
dari tanah liat dapat mempengaruhi drainase dan retensi air tanah, sehingga perlu
diperhatikan dalam pengelolaan irigasi dan drainase. Horison C yang lebih padat
dan memiliki struktur lempung dapat mempengaruhi infiltrasi air dan ketersediaan
nutrisi bagi tanaman.
3.2 Warna Tanah
Hasil pengamatan warna tanah menunjukkan bahwa terdapat variasi warna
pada setiap horison tanah. Horison A memiliki warna hitam kecoklatan, yang
menunjukkan adanya kandungan humus yang tinggi. Horison B memiliki warna
coklat muda, sedangkan horison C memiliki warna coklat tua. Horison D memiliki
warna abu-abu kecoklatan yang merupakan warna dari batuan dasar.
Menurut Lu, S. et al. (2019), warna tanah dapat memberikan informasi
mengenai kandungan bahan organik, kandungan mineral, dan kondisi lingkungan
tempat tanah tersebut berada. Warna hitam kecoklatan pada horison A
menunjukkan adanya kandungan humus yang tinggi dan kondisi lingkungan yang
cukup lembab. Warna coklat muda pada horison B menunjukkan kandungan
mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan horison A. Warna coklat tua pada
horison C menunjukkan kondisi lingkungan yang lebih kering dan berkembangnya
proses oksidasi mineral pada tanah.
3.3 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan ukuran partikel mineral penyusun
tanah, seperti pasir, debu, dan lempung. Hasil pengamatan tekstur tanah pada
lapangan menunjukkan bahwa tekstur tanah yang diamati adalah lempung berpasir
(sandy clay loam). Berdasarkan hasil analisis pada borang pengamatan, terdapat
kandungan pasir, debu, dan lempung yang relatif seimbang pada sampel tanah.
Menurut beberapa penelitian, tekstur tanah dapat memengaruhi sifat fisik
dan kimia tanah, seperti ketersediaan air dan nutrisi, struktur, dan permeabilitas
tanah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al. (2018) menunjukkan
bahwa tekstur tanah dapat mempengaruhi kelembapan tanah dan pertumbuhan
tanaman. Tanah berpasir cenderung memiliki kemampuan menahan air yang
rendah, sehingga tanaman membutuhkan lebih banyak irigasi dan pemupukan.
Sedangkan tanah berlempung cenderung memiliki ketersediaan air yang lebih
baik, namun dapat membatasi pertumbuhan akar tanaman.
3.4 Konsitensi Tanah
Hasil pengamatan pada konsistensi tanah menunjukkan bahwa tanah yang
diamati memiliki konsistensi yang berbeda-beda. Konsistensi tanah dapat
didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk mempertahankan bentuknya,
terutama saat terkena tekanan atau gaya eksternal. Konsistensi tanah dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti tekstur, struktur, dan kandungan air. Konsistensi tanah
yang baik dapat membantu dalam pertumbuhan akar tanaman, sirkulasi udara, dan
retensi air tanah.
Hasil pengamatan konsistensi tanah yang dilakukan pada praktikum
menunjukkan bahwa beberapa titik pengamatan memiliki konsistensi yang sangat
keras dan beberapa titik lainnya memiliki konsistensi yang sangat lembek. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, tingkat kelembaban,
dan pengaruh kegiatan manusia seperti penggalian atau pengolahan lahan.
Menurut jurnal yang berjudul "Soil consistency and its influence on soil
properties and root growth" (Munoz-Romero et al., 2021), konsistensi tanah yang
buruk dapat menghambat pertumbuhan akar tanaman karena sulit untuk
menembus tanah yang padat. Selain itu, konsistensi tanah yang lembek dapat
mempengaruhi retensi air dan sirkulasi udara dalam tanah, yang juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3.5 Karatan pada Tanah
Karatan pada tanah merupakan lapisan pengotor yang terdapat pada
permukaan tanah akibat proses pengendapan. Hasil pengamatan karatan pada
lapangan menunjukkan bahwa karatan pada tanah cukup banyak terdapat pada
sampel tanah. Berdasarkan analisis pada borang pengamatan, karatan yang
terdapat pada tanah diduga berasal dari sumber polutan di sekitar area
pengamatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa karatan pada tanah dapat
memengaruhi kualitas tanah dan ketersediaan nutrisi untuk tanaman. Misalnya,
penelitian yang dilakukan oleh Khademi et al. (2020) menunjukkan bahwa karatan
pada tanah dapat mengurangi ketersediaan fosfor (P) dan kalium (K) untuk
tanaman. Karatan juga dapat mempengaruhi pH tanah dan ketersediaan unsur ,
seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang dapat berdampak pada pertumbuhan
tanaman.
3.6 Selaput pada Tanah
Selaput pada tanah merupakan lapisan tipis yang terbentuk pada
permukaan tanah akibat proses oksidasi dan pengendapan. Hasil pengamatan
selaput pada lapangan menunjukkan bahwa selaput pada tanah terdapat pada
beberapa titik pengamatan. Berdasarkan analisis pada borang pengamatan, selaput
yang terdapat pada tanah diduga berasal dari proses pengendapan mineral.
Penelitian yang dilakukan oleh Wang et al. (2019) menunjukkan bahwa
selaput pada tanah dapat memengaruhi penetrasi air ke dalam tanah dan
pertumbuhan akar tanaman. Selaput pada tanah juga dapat mempengaruhi sifat
fisik dan kimia tanah, seperti porositas dan ketersediaan nutrisi untuk tanaman.
3.7 Struktur Tanah
Struktur tanah merujuk pada susunan partikel tanah dan bagaimana partikel
tersebut berikatan satu sama lain untuk membentuk gumpalan atau agregat. Hasil
pengamatan struktur pada lapangan menunjukkan bahwa struktur tanah pada area
pengamatan relatif baik. Berdasarkan analisis pada borang pengamatan, struktur
tanah yang terdapat pada area pengamatan diduga dipengaruhi oleh aktivitas
biologis dan ketersediaan bahan organik.
Penelitian yang dilakukan oleh Caviglia et al. (2021) menunjukkan bahwa
struktur tanah dapat memengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, seperti infiltrasi air,
retensi air, dan ketersediaan nutrisi untuk tanaman. Selain itu, struktur tanah juga
mempengaruhi kondisi mikroba di tanah dan berdampak pada kesuburan tanah.
3.8 Perakaran Tanaman
Perakaran tanaman merupakan bagian penting dari tanah karena berfungsi
sebagai tempat penyerapan air dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Hasil
pengamatan perakaran pada lapangan menunjukkan bahwa perakaran pada area
pengamatan relatif baik. Berdasarkan analisis pada borang pengamatan, perakaran
tanaman yang terdapat pada area pengamatan diduga dipengaruhi oleh kondisi
fisik dan kimia tanah yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Xiao et al. (2020) menunjukkan bahwa
perakaran tanaman dapat mempengaruhi ketersediaan nutrisi untuk tanaman dan
meningkatkan stabilitas tanah. Selain itu, perakaran tanaman juga dapat
mempengaruhi kondisi mikroba di tanah dan berdampak pada kesehatan tanah
secara keseluruhan. Oleh karena itu, perakaran tanaman perlu diperhatikan dalam
manajemen tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum Fisika Tanah
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan pada lapangan dan analisis data,
dapat disimpulkan bahwa tanah yang diamati pada praktikum
memiliki beberapa karakteristik yang mempengaruhi kualitas
dan kesuburan tanah, seperti horison tanah, warna tanah, tekstur
tanah, konsistensi tanah, karatan pada tanah, selaput pada tanah,
struktur tanah, dan perakaran tanaman.
2. Horison tanah pada praktikum terdiri dari tiga horison yaitu A,
B, dan C. Warna tanah yang diamati pada lapangan adalah
coklat kekuningan. Tekstur tanah pada praktikum dikategorikan
sebagai tanah lempung liat berpasir.
3. Konsistensi tanah pada praktikum cukup kuat

4.2 Saran
Adapum saran yang dapat diberikan pada praktikum Fisika Tanah ,yaitu
sebaiknya dilakukan pengamatan lebih lanjut mengenai kandungan unsur hara
pada tanah agar dapat mengetahui ketersediaan nutrisi untuk tanaman,Hal ini
penting untuk mengetahui ketersediaan nutrisi yang dapat Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan metode analisis tanah secara kimia.
.
DAFTAR PUSTAKA

Bhardwaj, A.K. et al. (2018). Soil physics research in India: A scientometric


analysis of publications during 2008-17. Soil & Tillage Research, 180,
149-159.

Caviglia, O.P. et al. (2021). Soil quality and crop yield effects of the combined use
of mineral and organic fertilizers in a subtropical system. Agriculture,
Ecosystems & Environment, 313, 107377.

Khademi, H. et al. (2020). Effect of soil coatings on phosphorus and potassium


availability in highly weathered soils under paddy cultivation. Geoderma,
357, 113951.

Lu, S. et al. (2019). Digital Soil Mapping in China: A Review. Journal of


Geographical Sciences, 29(2), 163-180.

Munoz-Romero, V. et al. (2021). Effect of cultivation techniques on soil


properties, plant growth and production of three cherry tomato cultivars.
Scientia Horticulturae, 278, 109819.

Sukarman. (2019). Analysis of Soil Quality in Karanganyar Regency, Central


Java, Indonesia. Journal of Degraded and Mining Lands Management,
7(3), 1783-1790.

Sulistyorini. (2020). The potential of organic and inorganic fertilizers to increase


soil fertility and crop production in peatlands. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 470(1), 012016.

Wahyudi. (2021). Analysis of Soil Physical Properties to Determine the Suitability


of Paddy Fields for Paddy Cultivation in Sragen District, Central Java.
Journal of Physics: Conference Series, 1861(1), 012071.

Wang, Z. et al. (2019). Effects of land use change on soil microbial community
and enzyme activity in a karst agricultural region of Southwest China.
Catena, 178, 1-10.
Xiao, H. et al. (2020). Soil nitrogen dynamics following organic amendments in a
subtropical orchard system. Journal of Soils and Sediments, 20(11),
44024414.

Zhou, J. et al. (2018). Land use change effects on soil organic carbon storage in
terrestrial ecosystems of China: A meta-analysis. Science of The Total
Environment, 622-623, 141-151.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai